Spanduk Ganti Sistem dan Tegakkan Khilafah Berlogo PKS dan HTI
JAKARTA – Setelah viral
video Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menyerukan ganti presiden dan
ganti sistem bersama Mantan Jubir HTI Ismail Yusanto kini beredar
spanduk PKS bersanding dengan HTI.
Spanduk tersebut di posting oleh akun
bernama Achmed Al-Munawi. Di bagian kiri terpampang gambar bendera HTI
dengan foto Ismail Yusanto. Sedangan di bagian kanan terpampang gambar
PKS dengan foto Mardani Ali Sera.
Spanduk tersebut menyerukan ganti sistem dan penegakan khilafah.
“Ganti sistem deklarasi 2019 ganti presiden Jawa Barat. Saatnya khilafah ditegakkan,” demikian bunyi spanduk tersebut.
Achmed Al-Munawi menyesalkan sepanduk tersebut.
“HTI itu sudah dilarang dan terlarang toh? Tapi kenapa PKS masih menyandingkannya,” tulisnya memberi caption foto tersebut.
Achmed juga menjelaskan, foto tersebut diambil di daerah Bandung keluar dari tol pasteur.
“Poto di daerah Bandung keluar dari tol Pateur,” jelasnya. [ARN]
“Poto di daerah Bandung keluar dari tol Pateur,” jelasnya. [ARN]
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/08/17/spanduk-ganti-sistem-dan-tegakkan-khilafah-berlogo-pks-dan-hti/#prettyPhoto
Sentilan Pedas Yenny Wahid ke PKS ‘Kalian yang Mulai Sebarkan Isu Sara’
JAKARTA – Ada hal
menarik dalam acara Mata Najwa semalam, ketika PKS dan Demokrat
ramai-ramai membual tidak ingin menggunakan isu SARA, Yenny Wahid muncul
dan mendadak berang!
Yenny langsung menampar PKS! Ia menyebut bahwa “PKS YANG MEMULAI ISU SARA, YA SEKARANG TANGGUNG JAWAB!”
Kader PKS mendadak ciut, sunyi dan
bungkam. Demokrat pun tidak bisa berbuat banyak untuk menolong kader PKS
yang terkapar dibogem oleh Yenny Wahid. Mari kita tunggu bagaimana
respons PKS. Apakah mereka mulai menyasar Yenny Wahid?
Jawaban itu sontak menjadi jawaban yang
membuat Ferdinand Hutahaean kader Demokrat dan kader PKS, ternganga. PKS
dan Demokrat terkaget-kaget melihat jawaban dari kader NU yang tulen
itu.
Baca: Apapun Isunya, Jokowi Sasarannya!.
Celetukan Yenny Wahid adalah suara dari
mayoritas rakyat Indonesia. Najwa Shihab pun terlihat begitu kaget dan
tidak menduga apa yang diucapkan Yenny Wahid itu membangkitkan semangat
dan amarah rakyat yang selama ini terpendam dan tidak berani diucapkan.
Yenny Wahid adalah woman of the match di
acara Mata Najwa. Bukan Demokrat, bukan Ferdinand. Bukan PKS, bukan
saudaranya Mardani itu. Bukan Gus Rommy dalam kapasitasnya sebagai ketua
umum PPP. Yenny Wahid membawa nama ayahnya, Gus Dur alias KH
Abdurrahman Wahid.
Isu SARA adalah isu yang mudah sekali
digoreng. Maka untuk kesatuan bangsa dan negara, perpecahan itu harus
dihindarkan, Isu SARA harus dihindarkan.
Bahkan hal ini menjadi sebuah ancaman
bagi warga Jakarta. Kita tahu bahwa di Jakarta, sempat terjadi
penggorengan isu SARA. Jakarta sempat begitu kelam. Jakarta sempat
menjadi kota yang paling intoleran pada pilkada lalu. Ini menjadi sebuah
bagian yang paling menjijikkan di dalam sejarah pemilu di Indonesia.
Indonesia begitu suram karena PKS dan
Gerindra, menggunakan isu SARA. Bahkan mayat dan ayat pun dipakai untuk
mengancam para pemilih Ahok.
Bayangkan lagi, seorang Haji Djarot
Saiful Hidayat, seorang muslim taat, bisa-bisanya diusir oleh pendukung
Anies dari masjid. Ini menggelikan.
Baca: Dari Isu ke Isu untuk Kekuasaan.
Dari kasus permainan isu SARA inilah,
teriakan Yenny Wahid meletup, membakar dan menyemangati para penonton di
studio Mata Najwa. Yenny Wahid dengan berani mengatakan bahwa PKS yang
memulai isu SARA. Mereka harus tanggung jawab.
Yenny Wahid membukakan fakta bahwa PKS
adalah pemain itu SARA. Ini jelas dan tidak perlu ditafsir jauh. Yenny
intoleran terhadap penggunaan isu SARA yang digunakan PKS.
Akan tetapi PKS dan Gerindra masih saja berkelit. Bahkan mereka mengatakan bahwa hal itu adalah “takdir” .
Itu bukan takdir! Itu tragedi!
Penggunaan isu SARA masih terasa dampaknya sampai sekarang. Yenny Wahid
akhirnya memberanikan diri untuk menjadi sosok yang meneriakkan dan
menegur keras, sampai harus menghardik PKS. [ARN]
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/08/16/sentilan-pedas-yenny-wahid-ke-pks-kalian-yang-mulai-sebarkan-isu-sara/
FKPT Riau: Waspadai Penyebarluasan Radikalisme yang Dibungkus Agama
ISLAMNUSANTARA.COM, Karimun – BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kepulauan Riau (Kepri), Rabu (15/8/2018), menggelar kegiatan Penguatan Kapasitas Penyuluh Agama dalam Menghadapi Radikalisme di Kabupaten Karimun. Selain memberikan pembekalan kepada penyuluh agama, beberapa tips untuk mewaspadai penyebarluasan radikalisme juga disampaikan.Sekretaris FKPT Kepri, Indra Syah Putra, dalam sambutan pembukaan mengatakan, merebaknya radikalisme di Indonesia diawali dengan dibukanya kran kebebasan pascareformasi, yang ditandai dengan munculnya sejumlah organisasi kemasyarakatan yang menunjukkan pandangan dan sikap persetujuan terhadap radikalisme. Kelompok itu salah satu cirinya adanya mengenalkan istilah-istilah bernuansa arab dalam aktifitas keagamaannya, di antaranya dawrah, mabit, halaqah dan sejenisnya.
“Satu sisi kegiatan itu bagus, membuka kesempatan masyarakat memperdalam akidah. Tapi sisi buruknya tak jarang yang menjadi jamaah memiliki kecederungan intoleran,” kata Indra.
Pada tingkatan tertentu, lanjut Indra, jamaah kajian keagaamaan sejenis dawrah, halaqah, mabit dan sejenisnya telah menunjukkan pandangan dan sikap yang menyetujui sikap radikal dalam beragama. “Beberapa di antaranya menyetujui aksi terorisme,” tambahnya.
Dalam sambutannya tak lupa Indra mengingatkan peserta bahwa perang melawan radikalisme dan terorisme adalah tugas bersama. Aparat di pemerintahan dan keamanan tak akan sanggup melawan penyebarluasan radikalisme sendiri.
“Bentengi diri dari radikalisme dan terorisme dengan memperluas wawasan dan pergaulan, datangi kajian-kajian keagamaan yang moderat. Kemampuan kita membentengi diri akan membantu meredam penyebarluasan radikalisme,” pungkas Indra.
Kepala Seksi Partisipasi Masyarakat Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Letkol (Laut) Setyo Pranowo, dalam sambutan mewakili Direktur Pencegahan, mengatakan kegiatan Penguatan Kapasitas Penyuluh Agama dalam Menghadapi Radikalisme merupakan upaya peningkatan kewaspadaan terhadap radikalisme dan terorisme. Dia mendorong penyuluh agama sebagai juru penerangan di masyarakat untuk juga menyebarluaskan ajakan hidup damai.
“Jika ada masyarakat yang memiliki pandangan menyimpang, condong bersikap radikal dan menyetujui terorisme, dekati dan nasehati. Kami yakin bapak dan ibu penyuluh agama memiliki kemampuan melakukan itu,” kata Setyo.
Terkait penguatan kapasitas yang dilakukan, masih kata Setyo, BNPT dan FKPT ingin memberikan pembekalan kepada penyuluh agama agar aktifitasnya membantu meredam penyebarluasan radikalisme memiliki tingkat keberhasilan yang lebih besar. “Mungkin selama ini bapak dan ibu lebih banyak berdakwah secara lisan. Di sini kami ingin sampaikan, dakwah bisa dilakukan lewat tulisan dan kami membekali, mendorong, sekaligus mengundang bapak ibu untuk berkarya. Nanti karya terbaik akan dilombakan dan mendapatkan hadiah,” pungkasnya.
Selain dilaksanakan di Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau, kegiatan Penguatan Kapasitas Penyuluh Agama dalam Menghadapi Radikalisme sudah dan akan diselenggarakan di 32 provinsi se-Indonesia sepanjang tahun 2018. (ISNU)
Sumber: NU Online
Sumber Berita : http://www.islamnusantara.com/fkpt-riau-waspadai-penyebarluasan-radikalisme-yang-dibungkus-agama/
Denny Siregar: Ma’ruf Amin Kartu AS Jokowi Bungkam Lawan Politik
JAKARTA – Tiba-tiba
suara tenang. Padahal sudah mendekati Pilpres 2019, dimana seharusnya
saat ini sudah ribut perang opini dan suara-suara kelompok oposisi yang
membangun narasi “agama”.
Amien Rais entah dimana, mendadak hilang
seperti ditelan bumi. Dari Saudi, Rizieq Shihab mendadak bisu dan tanpa
omongan berarti. Eggy Sudjana kelu lidahnya. Si Gatot al Khotot,
mungkin sedang sibuk mencuci gamisnya. Si Tengkuzul pun sekarang ngetwit
lumayan sopan.
Baca: Ramalan Denny Siregar, Ini Strategi Ormas Radikal dan Khilafah di Tahun 2018
Kelompok 212 yang biasanya sangat
berisik dan takbir sambil diliput media, mendadak senyap, seperti
kumpulan gagak di waktu malam.
Ruang media kita yang biasanya penuh
dengan polusi narasi-narasi perang badar, perang uhud bahkan perang
dajjal, tiba-tiba bersih dan nyaman untuk bernafas. Paling cuma Neno
Warisman yang sibuk dengan “Ganti Presidennya” meski sekarang wujud
Presiden sudah jelas. Tapi itupun tidak banyak pengaruhnya.
Baca: Denny Siregar: Ajal HTI Ditangan Jokowi
Ini semua karena KH Maaruf Amin, kartu
as yang dimainkan. Semua menjadi sungkan. Mungkin takut, karena salah
membully sedikit kyai sepuh yang dihormati NU, Banser bisa turun tangan.
Dan simbol itu ada disamping Jokowi sekarang. Narasi “agama dan ulama”
yang sudah lama mereka siapkan, mulai disimpan dilaci-laci berdebu yang
nanti lima tahun kedepan akan dibuka kembali.
Akhirnya kita bisa perang opini tentang
ekonomi, tentang program, tentang hal-hal yang wajar dan biasa, bukan
tentang agama. Mereka mati langkah, bingung dan gamang untuk bicara
ekonomi karena itu narasi yang belum mereka siapkan dgn matang.
Tidak mudah mengambil keputusan yang
tepat. Karena yang tepat itu belum tentu menyenangkan. Dan harus diakui,
dibalik semua kegalauan dan kebaperan yang terjadi, ternyata ada hal
penting yang terlewat, yaitu menyelamatkan pesta demokrasi supaya
kembali pada relnya.
Baca: Denny Siregar: Jokowi Geram, Para Mafia & Kelompok Radikal Ancam NKRI
Tidak dikotori oleh
propaganda-propaganda yang merobek kesucian agama. Tidak akan ada lagi
penghinaan terhadap ayat yang dipakai untuk ambisi berkuasa, ataupun
untuk menjatuhkan sesama.
Inilah kemenangan langkah yang elegan.
Mengancam lawan dengan senjata pamungkasnya. Lawan bungkam. Bahkan
bernafaspun sesak dan ludah tercekat dikerongkongan.
Belum selesai. Akan ada satu lagi
langkah mematikan yang membuat banyak orang bertekuk lutut dan
mengibarkan bendera putih tanda menyerah.
Yaitu ketika Imam Besar mereka dijenguk
oleh orang yang lebih dihormati dan terpaksa mencium tangan lawan
politiknya, bukan memeluk tubuh seperti yang biasa ia lakukan. Lihat
saja. Sementara itu kita seruput kopinya. (SFA)
Sumber: DennySiregar.comSumber Opini : http://www.salafynews.com/denny-siregar-maruf-amin-kartu-as-jokowi-bungkam-lawan-politik.html
Denny Siregar Kupas Curhatan Mahfud MD di ILC
JAKARTA – Video
curhatnya pak Mahfud MD di ILC lewat di beranda beberapa kali. Ia
bercerita tentang kronologis situasi yang membuatnya tidak terpilih
menjadi Cawapres Jokowi. Bahkan pak Mahfud menyebut nama-nama yang
membuatnya sakit hati, meski ia ucapkan dengan nada tertawa, tapi kita
merasakan getirnya nada yang tidak bisa disembunyikannya.
Baca: Denny Siregar: Ma’ruf Amin jurus pamungkas Jokowi
“Saya tidak kecewa. Saya hanya kaget”.
Begitu katanya berulangkali. Pernyataan yang bertolak belakang dengan
kenyataan. Jika hanya kaget, ia tidak mungkin curhat sepanjang itu di
depan televisi nasional lagi. Ia kecewa. Sangat kecewa. Hanya saja ia
ingin tampak gagah menceritakannya.
Apakah saya ikut trenyuh mendengarkan curhat beliau? Sebagian diri saya mungkin, tapi sebagian lagi ternyata tidak.
Saya trenyuh, karena saya pasti akan kecewa ketika diangkat, terus dibanting lagi seperti yang didapatkan pak Mahfud MD.
Tapi jika saya seorang Mahfud MD, saya
tidak akan mungkin curhat sepanjang itu, disebuah televisi nasional,
yang jelas pro pada lawan politik Jokowi, dan membuka aib dimana saya
akan menjadi tim suksesnya nanti.
Pahit memang. Tetapi pahit itu harus
saya telan dan tidak mungkin saya ungkapkan kedepan publik, apalagi
dengan sorot kamera yang terus mencari celah untuk membuat drama supaya
situasi makin berpihak kepada lawan politik orang yang harus saya
sukseskan nanti.
Baca: Denny Siregar: Bukan tentang Jokowi, Ini pertarungan NKRI Vs HTI
Setidaknya jika saya seorang Mahfud MD,
saya akan bicara dengan gagah, dan penuh senyum bicara bahwa itu
strategi politik saja supaya pihak lawan salah memilih pasangan.
“Dan kami berhasil…” begitu kata saya
jika saya Mahfud MD didepan stasiun televisi dengan penuh kemenangan,
yang membuat lawan jatuh mental. Karena saya tahu, bahwa pilpres ini
adalah pertarungan, jadi yang harus saya pompakan ke pemilih Jokowi
nantinya adalah kekuatan, bukan pelemahan.
Kenapa? Karena saya setuju menjadi tim
sukses beliau, jadi harus berbicara untuk kemenangan beliau. Beda jika
saya adalah tim sukses lawan, saya akan membuka aib itu
segamblang-gamblangnya untuk menghancurkan nama Jokowi karena perilaku
koalisinya.
Pak Mahfud jujur, itu sangat bagus.
Tetapi politik membutuhkan strategi dan saya rasa itu yang pak Mahfud
tidak punyai. Kapan saat kita bicara, kapan saat kita tampil, dan apa
narasi yang harus kita bawakan, itu yang penting.
Saya juga harus jujur seperti pak
Mahfud, bahwa sesudah beliau curhat panjang didepan televisi, saya malah
bersyukur beliau tidak terpilih jadi Wapres. Maaf, ya pak.
Baca: Denny Siregar Ungkap Fakta Kenapa Jokowi Pilih Ma’ruf Amin
Saya sulit membayangkan, ketika banyak
langkah pak Jokowi yang tidak sesuai dengan beliau saat menjadi Wapres,
pak Mahfud akan curhat lagi ke media mengungkapkan kekecewaannya. Dan
itu berbahaya, karena seperti dua kepala bertolak arah. Bahkan bisa jadi
malah ada “matahari kembar” di pemerintahan.
Mungkin ada saatnya peristiwa
menyakitkan dibuka. Misalnya ketika sudah pensiun dari politik dan
menulis buku tentang “apa yang sebenarnya terjadi dan tidak terlihat
didepan publik”. Setidaknya itu menunjukkan kelas kita sebagai seorang
yang mengemban tugas yang diberikan.
Menjadi tokoh itu sulit. Tetapi menjadi negarawan itu jauh lebih sulit.
Saya ingat film The Sum of All Fears,
ketika Presiden Rusia ditanya oleh ajudannya, “kenapa mengakui didepan
publik bahwa engkau membom Cechnya padahal bukan kau yang
melakukannya?”.
Presiden Nemerov berkata, “Lebih baik orang melihat saya kejam, daripada mereka melihat saya lemah..”
Saya rasa secangkir kopi bisa menjadi
pelajaran, bahwa pahitnya adalah kejujuran yang harus kita rasakan,
tetapi kita bilang ke semua orang, “kopi ini nikmat sekali..”. Seruput.
(SFA)
Sumber: DennySiregar.comSumber Opini : http://www.salafynews.com/denny-siregar-kupas-curhatan-mahfud-md-di-ilc.html
Saran Gus Dur Jika Ada yang Tanya Mengapa Indonesia Tak Dirikan Khilafah
DutaIslam.Com – Dalam sebuah rekaman video KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) sewaktu masih hidup pernah memebrikan saran jika ada orang yang bertanya, mengapa Indonesia tidak mendirikan negara Islam (khilafah). Jawabn Gus Dur simpel.“Kita tidak perlu bingung-bingung jika diserang orang dengan pertanyaan mengapa tidak membuat negara Islam di Indonesia. Jawabnya gampang saja, “wong nggak wajib”,” ujar Gus Dur.
Gus mengatakan, sebab-sebab berdirinya Indonesia ialah mempertahankan keragaman, kebhinnekaan. Gus Dur kemudian menguti pernyataan yang sering diungkapkan Bung Karno yang dikutip dari salah satu Filosof Prancis.
“Alasan berdirinya sebuah bangsa karena kebhinnekaan,” ucap Gus Dur setelah membacakan kalimat asli Filosof Parncis tersebut. [dutaislam.com/pin]
Gus Dur soal khilafah. Foto: Istimewa.
Sumber Berita : http://www.dutaislam.com/2018/08/saran-gus-dur-jika-ada-yang-tanya-mengapa-indonesia-tak-dirikan-khilafah.html
MUI Putuskan Kerajaan Ubur-Ubur Sesat Menista Agama, Pasukan Demo Mana?
DutaIslam.Com - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Serang memutuskan ajaran Kerajaan Ubur-ubur sesat dan menyesatkan. Kerajaan ini dinilai dapat dikenai pasal penistaan agama. MUI juga meminta agar kerajaan tersebut dibubarkan dan diproses secara hukum."Kerajaan Ubur-ubur dinyatakan sesat dan menyesatkan sesuai pedoman MUI tentang 10 kriteria aliran sesat. Hal tersebut bisa dikenakan pasal penistaan agama," kata Sekretaris MUI Kota Serang Amas Tadjudin kepada wartawan, Serang, Banten, Kamis (16/8/2018) dilansir dutaislam.com dari detik.com.
Ajaran Kerajaan Ubur-ubur yang dilakukan Aisyah Tusalamah yang dinilai menyimpang dan sesat. Pertama, Aisyah meyakini bahwa dirinya merupakan perwujudan Allah dan Sang Hyang Tunggal dan memiliki petilasan di Kota Serang.
Aisyah juga meyakini Muhammad berjenis kelamin perempuan dan lahir di Sumedang, Jawa Barat. Selain itu, mempercayai kepada yang gaib adalah beriman kepada Ratu Kidul.
"Aisyah dan pengikutnya juga berkeyakinan bahwa Kakbah bukan kiblat tempat salat, melainkan hanya rumah nabi tempat memuja saja," ujarnya.
Selain itu, hal yang dinilai menistakan agama adalah statement Aisyah bahwa Hajar Aswad disukai dan dicium orang Islam karena berbentuk kelamin perempuan. Poin-poin ini, menurutnya, mengatakan bahwa Kerajaan Ubur-ubur telah sesat dan menyesatkan.
"Karena itu, harus dibubarkan dan diproses hukum," tegasnya.
Dulu ada demo soal dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama atau ahok. Sekarang ada lagi kelompok yang dinilai MUI telah menistakan agama. Pasukan demo kok belum kelihatan? [dutaislam.com/pin]
Aktivitas kejaan ubur-ubur. Foto: Istimewa.
Sumber Berita : http://www.dutaislam.com/2018/08/mui-putuskan-kerajaan-ubur-ubur-sesat-menista-agama-pasukan-demo-mana.html
Spanduk PKS Bersanding HTI Deklarasikan Khilafah. Kerja Sama?
DutaIslam.Com – Setelah viral video Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menyerukan ganti presiden dan ganti sistem bersama Mantan Jubir HTI Ismail Yusanto kini beredar spanduk PKS bersanding dengan HTI.Spanduk tersebut di posting oleh akun bernama Achmed Al-Munawi. Di bagian kiri terpampang gambar bendera HTI dengan foto Ismail Yusanto. Sedangan di bagian kanan terpampang gambar PKS dengan foto Mardani Ali Sera.
“Ganti sistem deklarasi 2019 ganti presiden Jawa Barat. Saatnya khilafah ditegakkan,” demikian bunyi spanduk tersebut.
Achmed Al-Munawi menyesalkan sepanduk tersebut.
“HTI itu sudah dilarang dan terlarang toh? Tapi kenapa PKS masih menyandingkannya,” tulisnya memberi caption foto tersebut.
Achmed juga menjelaskan, foto tersebut diambil di daerah Bandung keluar dari tol pasteur.
“Poto di daerah Bandung keluar dari tol Pateur,” jelasnya. [dutaislam.com/pin]
Sumber Berita : http://www.dutaislam.com/2018/08/spanduk-pks-bersanding-hti-deklarasi-khilafah-kerja-sama.html
Re-Post by MigoBerita / Jum'at/17082018/10.13Wita/Bjm