Walau Menang Tipis Prabowo-Hatta pada Pilpres 2014, TIM GARDU PRABOWO Kalsel tetap Bersyukur
SUAKA
- BANJARMASIN. Kemenangan pasangan calon presiden (capres) dan wakil
presiden (cawapres) Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa di Kalimantan
Selatan pada Pemilihan Presiden, Rabu 9 Juli 2014, TIM relawan Gerakan
Rakyat Dukung Prabowo (Gardu Prabowo) Kalimantan Selatan tetap
laksanakan syukuran.
Walaupun
jagoannya, pasangan calon presiden (capres) dan wakil presiden
(cawapres) Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa mendapatkan kemenangan
tipis dalam pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014 di Provinsi
Kalimantan Selatan (Kalsel) ini, GARDU PRABOWO Kalsel tetap laksanakan
syukuran, "sebagai insan yang beragama, kita wajib bersyukur kepada
Allah tuhan sekalian alam atas kemenangan ini, kata Ketua DPD GARDU
Prabowo Kalsel, Aspihani Ideris, Rabu (16/7/2014) di markas GARDU
PRABOWO Jl. A. Yani Km. 6,700 Kertak Hanyar Kalimantan Selatan seusai
acara hajatan selamatan, kepada sejumlah wartawan.
Menurut
tokoh Aktifis LSM Kalimantan ini memaparkan, bahwa ia bersama tim
relawan Gardu Prabowo Kalsel telah berjuang sangat maksimal, "dalam
menghadapi pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia
Tahun 2014 ini, kami bersama tim sudah berjuang dengan maksimal, namun
dilaksamal, namun hasil Pilpres 9 Juli 2014 tersebut kemenangan tipis
didapatkan, tapi itulah sudah hasil perjuangan tim yang telah
dilakukan," ujarnya.
Selanjutnya
Aspihani mengucapkan terimakasih kepada semua TIM relawan dan
masyarakat yang berjuang tanpa pamrih untuk kemenangan Prabowo-Hatta
ini, "saya salut dan kagum, tim sudah dapat membuktikan kemenangan kita
di Kalsel ini,. Terimakasih banyak atas kerja keras kalian semua, walau
dana swadaya sendiri Alhamdulillah kita dapat memenangkannya, demi
ratusan juta rakyat Indonesia yang bermartabat kedepannya," ucap
Aspihani.
Aspihani
berani mengatakan kemenangan capres dan cawapres nomor urut satu itu
berdasarkan laporan dari jaringan GARDU PRABOWO yang tersebar di
Kalimantan Selatan.
Data
yang terpampang di dinding markas relawan Gardu Prabowo Kalsel itu
meliputi 13 kabupaten/kota, dengan hasil Prabowo-Hatta mendapatkan
941.809 suara atau 50,05 persen. Sementara pasangan Jokowi-JK
mendapatkan 939.748 suara atau 49,95 persen.
Total
suara sah di Kalsel sebanyak 1.881.557 dan suara yang tidak sah atau
kartu suara yang rusak sebanyak 38.237. Selisih kedua pasangan kandidat
adalah 2.061 suara atau 0,05 persen.
Prabowo-Hatta
unggul di tujuh daerah yaitu Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Tapin,
Hulu Sungai Selatan (HSS), Hulu Sungai Utara (HSU), Hulu Sungai Tengah
(HST), dan Kabupaten Tabalong.
Sedangkan
pasangan Jokowi-JK unggl pada enam kabupaten/kota yaitu di Kota
Banjarmasin, Kabupaten Kotabaru, Tanah Bumbu (Tanbu), Tanah Laut (Tala),
Barito Kuala (Batola), dan Kabupaten Balangan.
Demikian hasil per kabupaten/kota di wilayah Kalimantan Selatan adalah :
- Kota Banjarmasin: Prabowo-Hatta 153.822 dan Jokowi-JK 157.062 suara.
- Kota Banjarbaru: Prabowo-Hatta53.698 dan Jokowi-JK 53.191 suara.
- Kabupaten Banjar: Prabowo-Hatta 131.493 dan Jokowi-JK125.116 suara.
- Kabupaten HSS: Prabowo-Hatta 53.777 dan Jokowi-JK 52.765 suara.
- Kabupaten HST: Prabowo-Hatta 79.784 dan Jokowi-JK 52.007 suara.
- Kabupaten HSU: Prabowo-Hatta 60.178 dan Jokowi-JK 43.068 suara.
- Kabupaten Tala: Prabowo-Hatta 72.095 dan Jokowi-JK 81.892 suara.
- Kab Kotabaru: Prabowo-Hatta 57.932 dan Jokowi-JK 88.379 suara.
- Kabupaten Tapin: Prabowo-Hatta 58.181 dan Jokowi-JK 37.740 suara.
- Kabupaten Tanbu: Prabowo-Hatta 51.812 dan Jokowi-JK 93.242 suara.
- Kabupaten Batola: Prabowo-Hatta 70.890 dan Jokowi-JK 71.968 suara.
- Kab Balangan: Prabowo-Hatta 29.306 dan Jokowi-JK 32.915 suara.
- Kab Tabalong: Prabowo-Hatta 68.841 dan Jokowi-JK 50.403 suara.
Gerakan Relawan Jokowi-Ma’ruf, Optimis Menangkan Pilpres 2019 di Kalsel
SUAKA
- BANJARMASIN. Menjelang Pilpres jelang di negeri ini, deklarasi
pemenangan kedua pasangan calon presiden terus bergelora. Khusus di
Kalimantan, sebelumnya Sabtu (11/8/2018) Gardu Prabowo Kalimantan
Selatan mendeklarasikan pasangan Prabowo-Sandiaga, tak kalah cepat
gerakan relawan dan kaum pergerakan untuk memenangkan pasangan calon
Presiden-Wakil Presiden RI, Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019
nanti juga di gelar.
Salah
satu aktivis Kalsel, Berry Nahdian Forqan juga melaksanakan serupa
dengan Gardu Prabowo Kalsel, ia mengajak agar para relawan dan para kaum
pergerakan di Kalimantan Selatan untuk bersama-sama memenangkan duet
Jokowi-Ma’ruf Amin.
Sekretaris
PWNU Kalsel ini mengatakan, ratusan simpul relawan dan kaum pergerakan
nantinya akan berpartisipasi aktif mengkampanyekan memenangkan pasangan
Jokowi-Ma’ruf Amin.
“Kami
sudah melakukan berbagai konsolidasi dengan para aktivis, kaum
pergerakan baik aktivis mahasiswa, tokoh LSM, kaum buruh dan tani, tokoh
pengusaha, dai muda, tokoh agama, tokoh perempuan, tokoh adat,
budayawan dan juga politisi lintas partai untuk menjadi relawan yang
bekerja menyampaikan visi dan misi kerja pembangunan dari Pak Jokowi dan
KH Maruf Amin dalam membangun Indonesia ke depan,” ucap Berry Nahdian
Forqan kepada sejumlah wartawan di Banjarmasin, Senin (13/8/2018).
Walau
di akuinya pada pada Pilpres 2014 lalu, pasangan Jokowi-Jusuf Kalla
memang kalah dalam kompetisi pengambilan suara di Kalsel. Namun, menurut
Berry, hal berbeda akan tersaji pada Pilpres 2019 mendatang.
“Kami
optimistis pada Pilpres 2019 nanti, Jokowi-Ma’ruf Amin akan menang
mengingat rekam jejak Pak Jokowi yang pro rakyat dan pasangannya seorang
kiai yang mumpuni,” ujar Berry.
Menurut
dia, pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin ini sudah sangat ideal mewakili
nasionalis dan religius, sehingga lebih mudah diterima masyarakat.
“Kami
sangat optimistis untuk menyosialisasikan gerakan pemenangan bagi kedua
kandidat ini,” ucap politisi PDI Perjuangan Kalsel ini. (TIM)
Sumber Berita : http://www.suarakalimantan. com/2018/08/gerakan-relawan- jokowi-maruf-optimis- menangkan-pilpres-2019-di- kalsel/
Bawaslu Diminta Periksa Andi Arief, Sandi Uno, PAN dan PKS
SUAKA
- JAKARTA. Ketua umum Relawan Jokowi (ReJo) HM Darmizal MS meminta
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menelisik secepatnya dugaan mahar
politik aliran dana Rp 1T kepada dua parpol, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Andi Arief.
Sebelumnya,
Wasekjend Partai Demokrat itu mengungkap jika Cawapres Prabowo
Subianto, Sandiaga Uno telah mengguyur dana masing masing sebesar 500 M
untuk PAN dan PKS.
Masyarakat
Indonesia perlu pembelajaran politik yang semakin mencerdaskan untuk
demokrasi yang lebih baik, maka dari itu Bawaslu harus bergerak cepat
dengan adanya informasi ini.
"Jangan
biarkan kondisi ini makin berkembang tidak beraturan ditengah
masyarakat sehingga meningkatkan makin hangatnya suasan politik dalam
negeri, atau menunggu laporan dari masyarakat untuk mulai bekerja,"
jelasnya kepada wartawan Senin (13/8/2018).
Menurut
Darmizal, jika merujuk pada UU 7 Tahun 2017 tentang Pemilu maka
sumbangan dana kampanye yang melebih batas bisa dikenakan sanksi pidana.
Dimana
kata Darmizal, untuk dana kampanye Pilpres dan Pileg, besaran sumbangan
dari perseorangan sebanyak tidak boleh lebih dari Rp. 2,5 miliar.
Sementara itu sumbangan dari kelompok, perusahaan dan badan usaha
nonpemerintah sebanyak tidak boleh lebih dari Rp 25 miliar.
"Jika
melebihi batasan itu, maka akan dikenakan sanksi pidana paling lama 2
tahun penjara dan denda paling banyak Rp. 500 juta," jelas mantan
Pimpinan Komisi Pengawas Partai Demokrat yang sekarang menjadi Ketua
Umum RèJO-Relawan Jokowi ini.
Sebagai
pengawas Pemilu, lanjut Darmizal Bawaslu tidak boleh berdiam diri.
Apalagi, informasi beredarnya uang 1 T tersebut sudah tersebar ditengah
masyarakat yang terinformasi dari berbagai media.
"Alangkah
baiknya jika Bawaslu segera memanggil Andi Arief untuk segera dimintai
keterangannya atau klarifilasi. Apalagi Andi Arirf sudah menyatakan
kesediaanya untuk hal tersebut. Lantas, Bawaslu juga memanggil PAN, PKS
dan Sandiaga Uno," jelasnya.
Bawaslu
dengan otoritas yang diberikan UU kepadanya mempunyai kewenangan
memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran, administrasi Pemilu.
"Bawaslu juga mempunyai wewenang memeriksa, mengkaji, dan memutuss pelanggaran politik uang," tegasnya.
Bahkan
lebih dari itu, Bawaslu juga punya kewenangan untuk meminta bahan dan
keterangan yang dibutuhkan kepada pihak terkait dalam rangka pencegahan
dan penindakan pelanggaran administrasi, pelanggaran kode etik, dugaan
tindak pidana Pemilu, dan sengketa proses Pemilu.
"Jadi
kewenangan Bawaslu sudah jelas diatur dalam UU No 7 tahun 2017,"
pungkas HM. Darmizal MS, sembari menyebut pepatah mengatakan, tegakkan
kebenaran walapun langit akan runtuh.(red)
Sumber Berita : http://www.suarakalimantan. com/2018/08/bawaslu-diminta- periksa-andi-arief-sandi-uno- pan-dan-pks/
Dimanakah Suara Pada Pemilu 2019 di 34 Provinsi se Indonesia ?
Sumber : hasil sidang Pleno KPU RI Tanggal 21 Juni 2018
Jabar,
Jateng, Jatim (90.450.602) : 50% suara nasional, apabila ditambah dgn
Yogya, Banten dan DKI Jakarta (seluruh pulau Jawa) adalah 107.844.868
Berikut hasil sinkronisasi Data Rekapitulasi DPS Pemilu 2019 :
1). Prov. Aceh*
Jumlah tps : 15.597
Pemilih laki- laki : 1.725.971
Pemilih perempuan : 1.777.847 Jumlah total pemilih : 3.503.818
Jumlah tps : 15.597
Pemilih laki- laki : 1.725.971
Pemilih perempuan : 1.777.847 Jumlah total pemilih : 3.503.818
2). Prov. Bali*
Jumlah tps : 12.178
Pemilih laki-laki : 1.517.048
Pemilih perempuan : 1.521 Jumlah total pemilih : 3.038.877
Jumlah tps : 12.178
Pemilih laki-laki : 1.517.048
Pemilih perempuan : 1.521 Jumlah total pemilih : 3.038.877
3). Prov. Banten*
Jumlah tps : 33.074
Pemilih laki-laki : 3.757.082
Pemilih perempuan : 3.680.695 Jumlah total pemilih : 7.437.777
Jumlah tps : 33.074
Pemilih laki-laki : 3.757.082
Pemilih perempuan : 3.680.695 Jumlah total pemilih : 7.437.777
4). Prov. Bengkulu*
Jumlah tps : 6.093
Pemilih laki-laki : 702.539
Pemilih perempuan : 684.396 Jumlah total pemilih : 1.386.935
Jumlah tps : 6.093
Pemilih laki-laki : 702.539
Pemilih perempuan : 684.396 Jumlah total pemilih : 1.386.935
5). Prov D.I Yogyakarta*
Jumlah tps : 11.791
Pemilih laki-laki : 1.326.781
Pemilih perempuan : 1.399.578 Jumlah total pemilih : 2.726.359
Jumlah tps : 11.791
Pemilih laki-laki : 1.326.781
Pemilih perempuan : 1.399.578 Jumlah total pemilih : 2.726.359
6). Prov. DKI Jakarta*
Jumlah tps : 28.322
Pemilih laki-laki : 3.600.617
Pemilih perempuan : 3.629.513 Jumlah total pemilih : 7.230.130
Jumlah tps : 28.322
Pemilih laki-laki : 3.600.617
Pemilih perempuan : 3.629.513 Jumlah total pemilih : 7.230.130
7). Prov. Gorontalo*
Jumlah tps : 3.355
Pemilih laki-laki : 405.600
Pemilih perempuan : 406.953 Jumlah total pemilih : 812.553
Jumlah tps : 3.355
Pemilih laki-laki : 405.600
Pemilih perempuan : 406.953 Jumlah total pemilih : 812.553
8). Prov. Jambi*
Jumlah tps : 11.283
Pemilih laki-laki : 1.213.429
Pemilih perempuan : 1.191.154 Jumlah total pemilih : 2.404.583
Jumlah tps : 11.283
Pemilih laki-laki : 1.213.429
Pemilih perempuan : 1.191.154 Jumlah total pemilih : 2.404.583
9). Prov. Jabar*
Jumlah tps : 136.643
Pemilih laki-laki : 16.239.825
Pemilih perempuan : 16.061.207 Jumlah total pemilih : 32.301.032
Jumlah tps : 136.643
Pemilih laki-laki : 16.239.825
Pemilih perempuan : 16.061.207 Jumlah total pemilih : 32.301.032
10). Prov. Jateng*
Jumlah tps : 115.142
Pemilih laki-laki : 13.703.638
Pemilih perempuan : 13.802.382 Jumlah total pemilih : 27.506.020
Jumlah tps : 115.142
Pemilih laki-laki : 13.703.638
Pemilih perempuan : 13.802.382 Jumlah total pemilih : 27.506.020
11). Prov. Jatim*
Jumlah tps : 130.498
Pemilih laki-laki : 15.091.744
Pemilih perempuan : 15.551.806 Jumlah total pemilih : 30.643.550
Jumlah tps : 130.498
Pemilih laki-laki : 15.091.744
Pemilih perempuan : 15.551.806 Jumlah total pemilih : 30.643.550
12). Prov. Kalimantan Barat*
Jumlah tps : 16.028
Pemilih laki-laki : 1.799.558
Pemilih perempuan : 1.723.757 Jumlah total pemilih : 3.523.315
Jumlah tps : 16.028
Pemilih laki-laki : 1.799.558
Pemilih perempuan : 1.723.757 Jumlah total pemilih : 3.523.315
13). Prov. Kalimantan Selatan*
Jumlah tps : 13.035
Pemilih laki-laki : 1.386.108
Pemilih perempuan : 1.374.252
Jumlah total pemilih : 2.760.360
Jumlah tps : 13.035
Pemilih laki-laki : 1.386.108
Pemilih perempuan : 1.374.252
Jumlah total pemilih : 2.760.360
14). Prov. Kalimantan Tengah*
Jumlah tps : 8.063
Pemilih laki-laki : 885.523
Pemilih perempuan : 833.824 Jumlah total pemilih : 1.719.347
Jumlah tps : 8.063
Pemilih laki-laki : 885.523
Pemilih perempuan : 833.824 Jumlah total pemilih : 1.719.347
15). Prov. Kalimantan Timur*
Jumlah tps : 10.683
Pemilih laki-laki : 1.234.484
Pemilih perempuan : 1.144.033 Jumlah total pemilih : 2.378.517
Jumlah tps : 10.683
Pemilih laki-laki : 1.234.484
Pemilih perempuan : 1.144.033 Jumlah total pemilih : 2.378.517
16). Prov. Kalimantan Utara*
Jumlah tps : 2.147
Pemilih laki-laki : 223.037
Pemilih perempuan : 203.163 Jumlah total pemilih : 426.200
Jumlah tps : 2.147
Pemilih laki-laki : 223.037
Pemilih perempuan : 203.163 Jumlah total pemilih : 426.200
17). Prov. Kep. Bangka Belitung*
Jumlah tps : 3.784
Pemilih laki-laki : 470.070
Pemilih perempuan : 451.112 Jumlah total pemilih : 921.182
Jumlah tps : 3.784
Pemilih laki-laki : 470.070
Pemilih perempuan : 451.112 Jumlah total pemilih : 921.182
18). Prov.’Kep. Riau*
Jumlah tps : 5.322
Pemilih laki-laki : 717.517
Pemilih perempuan : 679.899 Jumlah total pemilih : 1.397.416
Jumlah tps : 5.322
Pemilih laki-laki : 717.517
Pemilih perempuan : 679.899 Jumlah total pemilih : 1.397.416
19). Prov. Lampung*
Jumlah tps : 26.078
Pemilih laki-laki : 3.016.295
Pemilih perempuan : 2.877.243 Jumlah total pemilih : 5.893.538
Jumlah tps : 26.078
Pemilih laki-laki : 3.016.295
Pemilih perempuan : 2.877.243 Jumlah total pemilih : 5.893.538
20). Prov. Maluku*
Jumlah tps : 5.302
Pemilih laki-laki : 582.253
Pemilih perempuan : 598.718 Jumlah total pemilih : 1.180.971
Jumlah tps : 5.302
Pemilih laki-laki : 582.253
Pemilih perempuan : 598.718 Jumlah total pemilih : 1.180.971
21). Prov. Maluku Utara*
Jumlah tps : 3.708
Pemilih laki-laki : 389.060
Pemilih perempuan : 381.004 Jumlah total pemilih : 770.064
Jumlah tps : 3.708
Pemilih laki-laki : 389.060
Pemilih perempuan : 381.004 Jumlah total pemilih : 770.064
22). Prov. Nusa Tenggara Barat*
Jumlah tps : 15.967
Pemilih laki-laki : 1.767.926
Pemilih perempuan : 1.818.115 Jumlah total pemilih : 3.586.041
Jumlah tps : 15.967
Pemilih laki-laki : 1.767.926
Pemilih perempuan : 1.818.115 Jumlah total pemilih : 3.586.041
23). Prov. Nusa Tenggara Timur*
Jumlah tps : 16.647
Pemilih laki-laki : 1.608.237
Pemilih perempuan : 1.668.125 Jumlah total pemilih : 3.276.362
Jumlah tps : 16.647
Pemilih laki-laki : 1.608.237
Pemilih perempuan : 1.668.125 Jumlah total pemilih : 3.276.362
24). Prov. Papua*
Jumlah tps :
Pemilih laki-laki :
Pemilih perempuan :
Jumlah total pemilih :
Jumlah tps :
Pemilih laki-laki :
Pemilih perempuan :
Jumlah total pemilih :
25). Prov. Papua Barat*
Jumlah tps : 3.939
Pemilih laki-laki : 381.659
Pemilih perempuan : 354.659 Jumlah total pemilih : 736.318
Jumlah tps : 3.939
Pemilih laki-laki : 381.659
Pemilih perempuan : 354.659 Jumlah total pemilih : 736.318
26). Prov. Riau*
Jumlah tps : 17.367
Pemilih laki-laki : 1.884.870
Pemilih perempuan : 1.824.366 Jumlah total pemilih : 3.709.236
Jumlah tps : 17.367
Pemilih laki-laki : 1.884.870
Pemilih perempuan : 1.824.366 Jumlah total pemilih : 3.709.236
27). Prov. Sulawesi Barat*
Jumlah tps : 3.839
Pemilih laki-laki : 431.944
Pemilih perempuan : 429.273 Jumlah total pemilih : 861.217
Jumlah tps : 3.839
Pemilih laki-laki : 431.944
Pemilih perempuan : 429.273 Jumlah total pemilih : 861.217
28). Prov. Sulawesi Selatan*
Jumlah tps : 26.143
Pemilih laki-laki : 2.996.175
Pemilih perempuan : 3.170.759 Jumlah total pemilih : 6.978.381
Jumlah tps : 26.143
Pemilih laki-laki : 2.996.175
Pemilih perempuan : 3.170.759 Jumlah total pemilih : 6.978.381
29). Prov. Sulawesi Tengah*
Jumlah tps : 9.097
Pemilih laki-laki : 1.008.257
Pemilih perempuan : 970.124 Jumlah total pemilih : 1.978.381
Jumlah tps : 9.097
Pemilih laki-laki : 1.008.257
Pemilih perempuan : 970.124 Jumlah total pemilih : 1.978.381
30). Prov. Sulawesi Tenggara*
Jumlah tps : 7.773
Pemilih laki-laki : 834.023
Pemilih perempuan : 835.085 Jumlah total pemilih : 1.669.108
Jumlah tps : 7.773
Pemilih laki-laki : 834.023
Pemilih perempuan : 835.085 Jumlah total pemilih : 1.669.108
31). Prov. Sulawesi Utara*
Jumlah tps : 7.701
Pemilih laki-laki : 936.730
Pemilih perempuan : 913.838 Jumlah total pemilih : 1.850.568
Jumlah tps : 7.701
Pemilih laki-laki : 936.730
Pemilih perempuan : 913.838 Jumlah total pemilih : 1.850.568
32). Prov. Sumatera Barat*
Jumlah tps : 16.516
Pemilih laki-laki : 1.780.627
Pemilih perempuan : 1.830.768 Jumlah total pemilih : 3.611.395
Jumlah tps : 16.516
Pemilih laki-laki : 1.780.627
Pemilih perempuan : 1.830.768 Jumlah total pemilih : 3.611.395
33). Prov. Sumatera Selatan*
Jumlah tps : 16.903
Pemilih laki-laki : 2.912.753
Pemilih perempuan : 2.857.047 Jumlah total pemilih : 5.769.800
Jumlah tps : 16.903
Pemilih laki-laki : 2.912.753
Pemilih perempuan : 2.857.047 Jumlah total pemilih : 5.769.800
34). Prov. Sumatera Utara*
Jumlah tps : 41.394
Pemilih laki-laki : 4.598.148
Pemilih perempuan : 4.673.388 Jumlah total pemilih : 9.271.536
Jumlah tps : 41.394
Pemilih laki-laki : 4.598.148
Pemilih perempuan : 4.673.388 Jumlah total pemilih : 9.271.536
Total keseluruhan jumlah TPS : 779.412.
Total keseluruhan pemilih laki-laki : 91.129.526.
Total keseluruhan pemilih perempun : 91.319.914.
Total jumlah pemilih keseluruhan se Indonesia se Jumlah pemilih : 182.449.440.*
Total keseluruhan pemilih laki-laki : 91.129.526.
Total keseluruhan pemilih perempun : 91.319.914.
Total jumlah pemilih keseluruhan se Indonesia se Jumlah pemilih : 182.449.440.*
Sumber Berita : http://www.suarakalimantan. com/2018/08/dimanakah-suara- pada-pemilu-2019-di-34- provinsi-se-indonesia/
Emak-emak Jokowi Fakta, Emak-emak Sandiaga Fiktif
Memang sulit menerima fakta bahwa emak-emak Jokowi jauh lebih militan
dan kerja nyata. Apa yang dikerjakan oleh Joko Widodo menginspirasi
barisan emak-emak ini. Joko Widodo beruntung memiliki barisan Emji alias
Emak-emak Militan Jokowi. Barisan ini benar-benar militan.
Mereka
bahkan dengan berani dan dengan data yang cukup, memperkarakan dua
orang yang diduga makar, yakni si Mardani Ali Sera dan Neno Warisman,
mantan pedangdut di era opung gue.
Memang sulit
menerima fakta bahwa di bawah barisan Emji alias Emak-emak Militan
Jokowi ini, Mardani dan Neno sekarang sedang saling ketakutan dan
gemetaran di pojokan ruangan sempit yang penuh dengan spanduk ganti
presiden itu. Di bawah kaki para wanita emak-emak militan Jokowi, mereka
bertekuk lutut.
Pasukan Emji alias Emak-emak
militan Jokowi ini benar-benar mempertontonkan keperkasaan wanita di
hadapan Mardani dan Neno Warisman. Dua orang dilaporkan dengan dugaan
makar. Kok makar? Ganti presiden. Ini adalah gerakan yang dianggap oleh
beberapa ahli hukum sebagai gerakan makar.
Salah
satunya adalah profesor ilmu hukum bernama Romli Atmasasmita. Tagar itu
dikeluarkan pada tahun 2018 karena mengajak makar terhadap pemerintahan
yang sah. Tak hanya melanggar pemilu, Romli juga menyebutkan bahwa
tagar yang digunakan itu adalah menyalahi KUHP. Kok bisa?
Mari
kita simak cuitan Romli Atmasasmita di dalam twitter yang menjelaskan
panjang lebar mengenai gerakan yang dianggap makar itu. Cuitan ini sudah
diretweet dan seharusnya dipakai sebagai barang bukti pelaporan.
@romliatma: akhir2 ini thn politik semakin gaduh
jauh melampaui batas toleransi spt fitnah dn kritik tanpa sebab dn tanpa
didukung fakta yg benar semangat kampanye sdh disuarakan jelas
melanggar ketentuan tahapan pemilu.
@romliatma: jika diamati tagar dn ajakan ganti presiden 2019 jelas melanggar uu pemilu/pilpres shrsnya terjadi di thn 2019.
@romliatma: masa kampanye pilpres pasti bkn hr ini atau slm 2018 pastinya thn 2019.
@romliatma:
jika tagar ganti pres 2019 sdh dikemukakan thn 2018 sm sj mengajak
makar thdp pmthn yg sah krn saat ini presiden adlh pres yg sah diplilih
rakyat dn pilihan thn 2018 u pilpres 2019 jelas melanggar uu pemilu dn
kuhp.
@romliatma: tagar tetap pres2019 sama kelirunya dn melanggar uu pemilu.
@romliatma: yg buat uu pemilu termsk treshold bagi parpol pengusung capres ya amggota dpr justru yg tdk patuh jg angota dpr.
Awalnya,
tagar ganti presiden itu dibuka oleh Mardani Ali Sera dan Neno Warisman
mengikutinya. Mereka akan berjuang mengawal pemilu yang jujur. Katanya
sih begitu. Tapi siapa yang percaya, ketika seorang emak-emak bernama
Susi Ferawati dibully di Car Free Day oleh bajingan berbaju ganti
presiden?
Kejadian ini begitu mengerikan.
Mengkhawatirkan akan menjamur menjadi gerakan persekusi 2019. Buka lagi
ganti presiden 2019, tapi gerakan persekusi 2019. Menggelikan. Bahkan
mereka ini tidak dipidana. Di mana polisi?
Yang dipidana itu seharusnya bukan pelakunya, tapi otaknya. Mardani Ali Sera. Mengkhawatirkan. Mengerikan dan menista wanita.
Mardani
dan Neno akhirnya dilaporkan emak-emak. Emak-emak militan Jokowi
memamerkan otot-otot raksasa mereka di hadapan Mardani dan Neno yang
membuat Mardani yang sepertinya merupakan mantan atlet senam mulut itu
gemetar, keringat dingin dan histeris. Dekapan erat dari emak-emak
militan Joko Widodo ini kepada Mardani, membuat dirinya semakin tidak
berkutik.
Sambil sedikit berkeringat, emak-emak
Jokowi ini terlihat memamerkan keperkasaan mereka. Penulis akan mengajak
para pembaca untuk berfantasi sedikit.
Emak-emak
Jokowi. Jangan main-main dengan mereka. Mereka adalah orang-orang yang
biasa memegang panci dan kuali untuk memasak. Tubuh mereka terlatih.
Sebagian dari mereka mungkin berolahraga rutin dan memiliki tubuh yang
kekar.
Mardani dan Neno Warisman bukanlah orang
yang sepantaran untuk diajak gelut oleh emak-emak. Jika perlu,
emak-emak militan Jokowi itu mudah saja menekuk mereka. Memaksa mereka
berlutut di hadapan mereka. Satu lawan dua? Kecil.
Salah
satu korban adalah Susi Ferawati, perempuan yang tidak berkutik
dikeroyok, membangkitkan amarah kaum emak-emak terhadap penggagas
gerakan ganti presiden.
Jangan gelisah. Otot
emak-emak itu siap meremukkan satu per satu tulang-tulang dan konstruksi
yang sudah dibangun untuk ganti presiden. Dengan kekuatan mereka,
mereka akan menekuk besi-besi, bahkan beton pancang untuk sebuah gerakan
tanpa tujuan, gerakan ganti presiden.
Begitulah emak-emak.Sumber Opini : https://seword.com/umum/emakemak-jokowi-fakta-emakemak-sandiaga-fiktif-RxrQ4sK76
Wkwkwk! Panasnya Hawa Jakarta Gegara Rebutan Kursi Wagub Eks Sandiaga!
Dalam
sebuah polling yang diselenggarakan oleh Seword terkait nominasi calon
wakil gubernur DKI Jakarta pengganti Sandiaga Uno, sejauh ini AHY masih
unggul dengan angka 79%, dibanding Mardani Ali Sera yang hanya mendapat
21% suara. Polling sudah diikuti oleh sekitar 2.500 netizen. Polling ini
masih akan berlangsung sampai 3 hari ke depan. Jadi bagi pembaca yang
belum mengikutinya, monggo. Salurkan aspirasi anda.
Lain halnya dengan apa yang terjadi di jajaran
pemerintahan DKI Jakarta saat ini. Tercium hawa yang makin panas.
Masalahnya kedua partai pengusung Anies – Sandiaga, Gerindra dan PKS
nampaknya sedang berebut kursi panas yang sudah ditinggalkan oleh
Sandiaga. Kursi itu masih terasa hangat. Ibarat air mata yang masih
basah, belum kering, akibat perpisahan yang terpaksa. Eh, sudah dipaksa
lagi buat memilih penggantinya. Terus ribut-ribut sendiri.
Gontok-gontokan. Seru nih!
Awalnya, Presiden PKS
Sohibul Iman menyebut partainya seharusnya punya peluang besar untuk
mengisi jabatan wakil gubernur DKI Jakarta yang ditinggal Sandiaga Uno.
Menurut Sohibul, secara aturan, yang bisa menggantikan posisi Sandiaga
adalah kader PKS atau Partai Gerindra. Sebab, pengusung Sandi di Pilkada
2017 adalah dua partai tersebut. Namun demikian, pada Pilpres 2019, PKS
telah memberikan kewenangan penuh kepada Prabowo untuk memilih calon
wakil presidennya. Sehingga, kata Sohibul, seharusnya kini giliran
Partai Gerindra yang memberi wewenang kepada PKS untuk mengisi jabatan
wagub DKI. "Tetapi tentu dari PKS memberikan posisi wakil presiden,
tentu mereka (Partai Gerindra) memberikan hak prioritas kepada PKS untuk
menjadi wagub," tutur Sohibul.
Diduga PKS
sedang menyiapkan calon-calonnya. Mardani Ali Sera sudah menyatakan siap
untuk ditunjuk menjadi wakil gubernur pengganti Sandiaga. Sedangkan
Ahmad Heryawan (Aher) tiba-tiba diminta DPP PKS untuk mundur dari
pencalegan DPR RI di Pemilu 2019. Sepertinya sudah tinggal ketok palu
nih.
Namun, ternyata sikap ini mendapat
tanggapan keras dari pihak Gerindra. Bendahara Dewan Pimpinan Daerah
(DPD) Partai Gerindra DKI Iman Satria meminta Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) tidak ngotot untuk menduduki jabatan wakil gubernur yang kosong
setelah ditinggalkan Sandiaga Uno. Iman meminta PKS mengikuti aturan
yang ada dalam pemilihan wagub. Menurut Iman, dalam Undang-Undang (UU)
Nomor 10 Tahun 2016, pasal 176 ayat (1) menyatakan setiap kepala daerah
yang meninggalkan jabatannya harus melalui mekanisme pemilihan oleh
legeslatif berdasarkan usulan dari partai politik pengusung. "Ini jelas
loh. Jadi, kok malah ngotot banget. Sudah lah ikuti aturan main saja,’’
kata Iman dilansir jpnn.com.
Selanjutnya,
Iman menegaskan, ayat (2) pasal yang sama menyatakan, partai pengusung
mengusulkan dua orang kandidat kepada legeslatif melalui kepala daerah
dipilih dalam rapat paripurna DPRD. Oleh karena itu, ketua komisi D DPRD
DKI ini mengaku bingung dengan sikap PKS yang menganggap kursi tersebut
milik mereka. ’’Masak mau menang sendiri saja. Kalau saya, ikuti aturan
main. Satu PKS dan satu Gerindra. Nanti dipilih. Kalau PKS lagi, menang
banyak dong,’’ jelas dia. Iman mengingatkan, dua partai pengusung
sama-sama mempunyai hak mengajukan kadernya sebagai pengganti Sandiaga.
Menurut
seorang pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio,
agar adil, lebih baik jabatan itu diberikan kepada PKS. Juga karena PKS
sudah banyak mengalah. "PKS sudah memberikan kesempatan pada Gerindra,
di Jakarta ngalah, Jabar ngalah, Pilpres juga mereka ngalah juga.
Makanya saran saya sih yang ini (Wagub) dikasih ke PKS saja. Bahkan,
mustinya sosok Mardani nggak ada masalah buat PKS ya," ujar Hendri.
Namun dari berita terbaru dari cnnindonesia.com,
justru Gerinda dikabarkan sudah menyiapkan 3 kandidat sebagai pengganti
Sandiaga, yang akan diajukan dalam rapat paripurna DPRD DKI Jakarta.
Ketiga calon itu adalah Ketua DPD DKI Jakarta Muhammad Taufik, Ketua DPP
Ahmad Riza Patria dan Rani Auliani, anggota DPRD DKI dua periode.
Makin
panas dong ya. Nah, apakah PKS akan mengikuti prosedur dengan mengusung
calon sebanyak Gerindra? Ikutin prosedur tapi sambil ngomel? Atau sambil
berbesar hati? Kita ikuti saja perkembangannya.
(Sekian)
Tulisan sebelumnya: Anies Lagi Demen Ingkar Janji! Kali Ini Warga Bukit Duri Yang Kecewa! Keberpihakan Mulai Pudar?
Tulisan-tulisan saya yang lain bisa dibaca di sini : Ninanoor
Sumber:
Credit foto : tribunnews.com
Sumber Opini : https://seword.com/politik/wkwkwk-panasnya-hawa-jakarta-gegara-rebutan-kursi-wagub-eks-sandiaga-a4o2Wmreb
Soal Pengalaman dan Bacaan Qur’an, Jokowi Lebih Unggul dari Prabowo, Mana Yang Lebih Pantas Dipilih?
Jokowi
sering diserang persoalan yang sebenarnya kurang urgen, jika dikaitkan
dengan jabatan presiden. Salah satu hal yang sering menjadi bahan
gorengan lawan politik Jokowi adalah tentang kemampuan Jokowi dalam
membaca Qur’an dan saat jadi imam shalat. Banyak yang menghujat kalau
bacaan Qur’an Jokowi belepotan. Mereka terus menyerang sisi ini, padahal
kinerja Jokowi luar biasa. Namun meskipun tidak urgen, framing Jokowi
tak becus baca Al-Qur’an cukup ampuh juga. Banyak masyarakat yang
terpengaruh.
Jika Jokowi ditandingkan dengan
ulama seperti TGB dan Abdul Shomad, saya tidak akan membantah. Bacaan
Qur’an Jokowi bisa dikatakan tidak sebagus TGB dan Abdul Shomad. Yang
ironis, sosok yang mereka tandingkan dengan Jokowi sebenarnya adalah
sosok yang tidak becus membaca Al-Qur’an. Anehnya, ada sebagian
masyarakat yang terlanjur terpengaruh, namun tak bisa melihat persoalan
ini. Saya berani bertaruh, jika bacaan Qur’an Jokowi diadu dengan
Prabowo, maka Jokowi lah yang lebih unggul. TGB sendiri telah mengakui
kalau bacaan Qur’an Jokowi terang.
Sebenarnya
saya bingung, Jokowi unggul dalam beberapa hal dari Prabowo, tapi
mengapa masih banyak yang enggan mendukung Jokowi? Harus dengan cara
apalagi untuk menjelaskan jika Jokowi jauh lebih baik dibanding Prabowo?
Jokowi
sebenarnya sudah membuktikan bahwa dirinya memang lebih baik dari
Prabowo sejak di Pilpres 2014. Meskipun tidak diunggulkan, nyatanya
Jokowi mampu mengalahkan Prabowo. Jokowi memang bukan politisi karbitan.
Sebelum jadi presiden, Jokowi sudah merintis jadi wali kota, gubernur,
dan akhirnya presiden. Soal mengelola pemerintahan, pengalaman Jokowi
bisa dikatakan sudah sangat matang.
Sebaliknya,
pengalaman apa yang dimiliki Prabowo selain militer? Dunia militer tidak
sama dengan dunia pemerintahan. Prabowo juga tak pernah menjadi wali
kota, gubernur, anggota DPR, bahkan menteri. Pengalaman Prabowo nyaris
hanya di militer. Apa yang bisa diharapkan dari seorang yang hanya
memiliki pengalaman militer saja?
Bukan tanpa
alasan jika Jokowi akhirnya menang di Pilpres 2014 meskipun tidak
diunggulkan. Selain pengalaman yang matang, Jokowi juga religius. Jokowi
orang yang pasrah kepada Tuhan. Jokowi tidak ambisius untuk menang.
Menang dan kalah adalah hal yang biasa dalam pertandingan. Jokowi
bertarung dengan dua persiapan, siap menang dan siap kalah. Apapun
hasilnya, itu sudah sesuai dengan kehendak Tuhan. Pembaca bisa melihat
sendiri betapa Jokowi sangat tenang dan santai bertanding di Pilpres.
Mau
diadu soal prestasi? Saya kira prestasi Jokowi sudah terpampang dari
Sabang sampai Meraoke. Jokowi membangun infrastruktur di berbagai
wilayah di Indonesia. Wilayah-wilayah terpencil mendapat sentuhan tangan
Jokowi. Dibantu menteri-menteri yang tangguh dan militan, Jokowi
berhasil membawa Indonesia lebih baik dan disegani negara tetangga.
Lalu
apa prestasi Prabowo? Kiprah Prabowo nyaris hanya di dunia militer saja.
Itu pun tidak lepas dari kontroversi. Ada isu yang mengatakan bahwa
Prabowo terlibat penculikan saat kerusuhan tahun 1998. Selebihnya, tidak
ada hal yang bisa dibanggakan dari Prabowo selain uang tentunya.
Kekayaan Prabowo jauh di atas Jokowi. Dalam hal ini, Jokowi memang kalah
dari Prabowo. Jokowi tak sekaya Prabowo.
Mau diadu soal bacaan Qur’an dan pengamalan ibadah?
Saya
kira pembaca sudah melihat sendiri beberapa kali Jokowi menjadi imam
shalat. Tidak hanya di dalam negeri, di Afganistan pun Jokowi jadi imam
shalat. Di Indonesia, Jokowi pernah menjadi imam dimana ma’mumnya adalah
tokoh agama seperti Din Syamsudin dan Lukman Hakim Saifuddin. Terkini,
Jokowi mengimami TGB, yang notabene seorang ulama alumni Al-Azhar Mesir.
Artinya apa? Soal bacaan Qur’an dan pengamalan
ibadah, Jokowi sudah terbukti. Lalu bagaimana dengan Prabowo? Adakah
yang pernah mendengar bacaan Qur’an Prabowo? Adakah yang pernah melihat
Prabowo jadi imam shalat? Adakah yang pernah mengetahui kalau Prabowo
rajin puasa senin kamis?
Kalau memang bacaan
Qur’annya Prabowo bagus, sering menjadi imam shalat, rajin puasa senin
kamis, bolehlah kalau dia dipertandingkan dengan Jokowi. Namun sayangnya
realitanya tidak seperti itu.
Saya ingin
bertanya kepada pembaca di seluruh Indonesia, kira-kira mana yang lebih
pantas dipilih? Bukannya yang kinerjanya bagus, pengalamannya matang,
dan bacaan Qur’annya bagus, sering jadi imam shalat, rajin puasa senin
kamis yang lebih pantas dipilih? Silahkan dijawab pakai hati nurani.Sumber Opini : https://seword.com/politik/soal-pengalaman-dan-bacaan-quran-jokowi-lebih-unggul-dari-prabowo-mana-yang-lebih-pantas-dipilih-QED9OehrN
Drama Super Menegangkan Pemilihan Cawapres
Tahun
politik memang sering menimbulkan ketegangan. Sebelum ketegangan
memuncak pada masa kampanye dan proses pemilihan tahun 2019 nanti,
ternyata ketegangan sudah muncul pada awal penentuan Cawapres.
Ketegangan penentuan Cawapres jauh lebih tegang dari mencari sosok
Capres. Sosok Capres dari dulu sudah terkutub pada dua sosok yaitu
Jokowi sebagai petahana dan Prabowo sebagai oposisi.
Keputusan
yang telah di ambil oleh kubu Jokowi maupun kubu Prabowo Subianto dalam
pemilihan calon wakil presidennya masing-masing telah mengejutkan
banyak pihak. Bagaimana tidak nama seperti Ma’ruf Amin dan Sandiaga uno
pada awalnya luput dan tidak disangka oleh publik akan dipilih oleh
masing-masing kandidat capres tersebut.
Drama
yang terjadi pada keputusan penetapan nama Cawapres yang pilih Jokowi
dan Prabowo ini, dapat dibedah dengan teori Powercube (kubus kekuasaan)
dari John Gaventa. Pada teori ini secara umum, kekuasaan dipahami
sebagai kontrol seseorang atau kelompok terhadap orangatau kelompok
lain.
Gaventa mengatakan kekuasaan itu bermain
pada tiga dimensi, yaitu dimensi Level, dimensi Ruang, dan dan dimensi
bentuk. Pada kesempatankali ini izinkan penulis menjabarkan bagaimana
dinamika pada pemilihan cawapres menggunakan salah satu dari dimensi
tersebut, yakni Dimensi Ruang. Dimensi ruang pun terbagi menjadi tiga,
yakni Ruang yang diciptakan, Ruang yang diperkenankan, dan Ruang
rahasia.
Ruang yang diciptakan atau diklaim, ini
merupakan ruang khusus dari masyarakat yang tidak mempunyai kekuasaan.
Cornwell menyebut ruang ini sebagai ruang ‘organik’ yang muncul terlepas
dari perhatian umum dan bisa memunculkan mobilisasi masyarakat seperti
dalam hal menghadapi isu-isu tertentu ataumenggalang kekuatan bersama
dalam memperjuangkan kepentingan umum.
Pada
dimensi Ruang yang diperkenankan masyarakat diperkenankan untuk
mengikuti dan mengetahui proses dari sebuah pengambilan kebijakan maupun
pengambilan keputusan.Kaitanya bisa disaksikan dari cara yang dimainkan
oleh kubu Jokowi dalam memberikan informasi terkait nama calon wakil
presidennya.
Hal itu dapat kita lihat pernyataan
yang disampaikan oleh ketua PPP Romahurmuziy atau yang sering dikenal
dengan Romi. Ia menyuguhkan kepada publik bahwa ada 10 nama yang akan
menjadi pendamping Jokowi. pada awalnya 10 nama tersebut tidak
disebutkan oleh Romi, namun pada akhirnya Romi pun menyebutkan nama-nama
tersebut kepada awak media.
Jokowi tentu
melihat kriteria sejumlah alternatif Cawapres.Penentuan itu tinggal
dilihat dari Prabowo Cawapresnya siapa. Jika Prabowo sudah menentukan
cawapresnya, berarti Jokowi milih cocoknya si A, misalnya. Begitu juga
Prabowo juga sama.
Sedangkan pada kubu Prabowo
Subianto, sedikit berbeda. Dimana Ruang ini disajikan lebih kecil.
Publik hanya menyaksikan proses tarik ulur antara Prabowo dengan
partai-partai koalisinya. Pada awalnya santer terdengar kabar bahwa
Koalisi Gerindra-PKS-PAN terancam bubar dikarenkan Prabowo telah
memutuskan akan berkoalisi dengan Partai demokrat dan memilih Agus
Harimurti Yudhoyono sebagai cawapresnya. Namun akhirnya sepakat
memutuskan nama Sandiaga Uno.
Pada Akhirnya
banyak publik terkejut terhadap keputusan yang diambil oleh Jokowi
maupun Prabowo. Karena hal ini terjadi menjelang akhir pendaftaran Calon
Presiden dan Calon Wakil Presiden kepada KPU dan banyak masyarakat yang
tidak menduganya.
Ruang
rahasia, sebagai tempat pembuat kebijakan, dan dihuni oleh aktor
ataupun elit yang memiliki pengaruh. Keputusan-keputusan yang diciptakan
di “belakang pintu”. ruang dalam merumuskan kebijakan dan membuat
keputusan di setting rahasia.
Sebelumnya tidak
banyak yang tahu terhadap nama calon wakil presiden yang telah
diputuskan oleh Jokowi maupun Prabowo. Bahkan Mafud MD punbaru
mengetahui bahwa yang di calonkan bukanlah dia, tetapi Ma’ruf Amin
beberapa jam sebelum keluar pernyataan resmi dari Jokowi beserta partai
koalisinya.
Banyak
yang menduga telah terjadi penetrasi yang dilakukan oleh Cak Imin
sebagai ketua umum PKB dan tokoh-tokoh lain di dalam koalisi kepada
Jokowi, sehingga diputuskannya nama Ma’ruf Amin.
Begitupula
seperti Partai Demokrat yang terkejut terhadap manufer yang dilakukan
Prabowo Subianto yang akhirnya memilih nama Sandiaga Uno.Langkah Prabowo
ini mengundang komentar dari Wasekjen Partai Demokrat, Andi Arief yang
ia tuliskan di akun twitternya.
Andi terlihat
marah terhadap keputusan yang diambil oleh Prabowo untuk kembali
mendekat kepada PKS dan PAN hingga memutuskan nama Wakil Gubernur
Jakarta Tersebut sebagai cawapresnya.
Ia
menyatakan telah terjadi praktik politik kotor yang dilakukan oleh
Sandiaga Uno yang memberikan uang sebesar 500 Miliar masing-masing
kepada PKS dan PAN untuk memilihnya menjadi calon wakil presiden dari
koalisi Gerindra, PKS dan PAN. Dari kedua hal tersebut dapat dilihat
bagaimana kekuasaan bermain pada ranah ruang yang rahasia dan tidak
dapat diakses oleh publik bahkan elite-elit tertentu yang terlibat di
proses tersebut.
Konon katanya apabila PKS dan
PAN terbukti menerima mahar politik 500 milyar, maka keduanya terancam
dilarang ikut Pemilu tahun 2024. Tapi saya tidak yakin ada orang/
lembaga yang mampu membuktikan mahar politik ini.
Sumber :
Sumber Opini : https://seword.com/politik/drama-super-menegangkan-pemilihan-cawapres-3hy1zSe71 9 Meme Jokowi Vs Prabowo ini Dijamin Bakalan Bikin Tersenyum Damai
Seperti
yang tertera pada judul, langsung saja berikut adalah meme-meme seputar
Jokowi vs Prabowo yang bakalan menghibur hari-hari mu, check it out
1.Yang penting tujuannya sama untuk memajukan Indonesia menjadi lebih baik
2. Damai itu indah! Rakyatnya juga kudu damai!
3. Naruto vs Sasuke
4. Saling mendukung dan menyemangati
5. Yang penting tujuannya untuk Indonesia yang tambah jaya
6. Setuju nih, nggak perlu gontok-gontokan
7. Saling mendoakan
8. Rukun itu indah! Rakyatnya juga kudu rukun!
9. Kalau tidak mau hidup susah ya jangan malas!
Nah
itu dia 9 meme tersebut. Apakah kamu terhibur? Jika kamu merasa
terhibur, jangan lupa ajak kerabat atau teman-teman kamu untuk membaca
UC News setiap hari supaya bisa sering-sering tertawa bersama.
Terimakasih telah mengunjungi artikel ini dan semoga terhibur.
Jangan lupa untuk download aplikasi UP Station di Google Play dan App Store. Follow akun sosial media kami di:
Facebook: UP Station Indonesia
Instagram: @upstation.id
Sumber : UC News
Sumber Berita : https://www.upstation.id/9-meme-jokowi-vs-prabowo-ini-dijamin-bakalan-bikin-tersenyum-damai/
1.Yang penting tujuannya sama untuk memajukan Indonesia menjadi lebih baik
Jangan lupa untuk download aplikasi UP Station di Google Play dan App Store. Follow akun sosial media kami di:
Facebook: UP Station Indonesia
Instagram: @upstation.id
Sumber : UC News
Sumber Berita : https://www.upstation.id/9-meme-jokowi-vs-prabowo-ini-dijamin-bakalan-bikin-tersenyum-damai/
Re-Post by MigoBerita / Rabu/15082018/10.03Wita/Bjm