Luhut Binsar Pandjaitan: Politisasi Rupiah Lemah Bentuk Pengkhianatan
JAKARTA – Menteri
Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyebut politisasi
terhadap isu pelemahan rupiah sebagai bentuk pengkhianatan terhadap
negara.
Saat ini menurutnya kesepakatan pihaknya
dengan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk duduk
bersama dalam mengatasi masalah ini.
“Kami sepakat, kita jangan
memain-mainkan politik untuk currency ini karena dampaknya pada semua
rakyat kecil. Jadi kalau semua itu orang melakukan [politisasi rupiah]
saya kira itu pengkhianatan pada negara,” ujar Luhut dalam konferensi
pers di Pertemuan Tingkat Pejabat Tinggi (SOM) AIS ke-2 di Oriental
Mandarin, Jakarta Pusat, Kamis (6/9).
Baca: Sandi, Tukar 1000 Dolar Sok Jadi Pahlawan.
Ia juga mengklaim pemerintah saat ini
telah berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan efisiensi dan
menghindari budaya korupsi.
“Bedanya sekarang ini pemimpinnya enggak
ada yang korupsi. Nah itu penting dicatat. Presidennya, anaknya,
istrinya, semuanya bersih dan kerja keras. Mereka turun ke bawah. Orang
bilang pencitraan, pencitraan apanya?” kata mantan Menkopolhukam ini.
Selain itu, pemerintah juga telah melakukan pengambilan keputusan dengan cara transparan.
“Tidak ada yang salah kecuali ada kita
korupsi atau tidak efisien. Kita enggak kok. Kita sudah membuat negeri
ini tambah efisien. Karena apa? Karena semuanya sudah sistem online,”
kata dia.
Sebelumnya, sejumlah politikus oposisi,
seperti Fadli Zon dan Ferdinand Hutahaean, menilai pemerintahan Jokowi
telah gagal dalam menjaga rupiah dari depresiasi.
Namun demikian, bakal calon wakil
presiden Sandiaga Uno dan Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief meminta
semua pihak untuk tak memanfaatkan pelemahan rupiah untuk menyerang
Pemerintah. [ARN]
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/09/07/luhut-binsar-pandjaitan-politisasi-rupiah-lemah-bentuk-pengkhianatan/
Kunjungan Kerja, Aliansi Mahasiswa Kalsel Tak Bertemu Wakil Rakyat
PULUHAN mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Kalimantan Selatan kecewa dengan kalangan wakil rakyat di DPRD Kalsel.KEKECEWAAN dipicu saat mereka ingin menyampaikan aspirasinya ke DPRD Kalsel, Jumat (7/9/2018), tidak ada satu pun anggota dewan yang menemui mereka.
Koordinator aksi, Rizky Adi Putra mengatakan, mahasiswa ingin menyampaikan dolar naik dan melemahnya rupiah, dan menuntut pemerintah untuk menjaga kestabilan nilai rupiah.
Aliansi Mahasiswa Kalsel menuntut pemerintah segera mengambil sikap untuk menstabilkan nilai rupiah agar tidak berpotensi keluarnya kebijakan yang memberatkan rakyat.
Pemerintah wajib menjaga kestabilan, sebab terhitung sejak 5 September 2017 hingga 7 September 2018 nilai rupiah mengalami pelemahan yang drastis, dari Rp 13.154 mencapai Rp 14.897.
Di saat yang bersamaan, lanjutnya, selama satu tahun ini, berbagai kebijakan yang merugikan, seperti penjualan aset PT Pertamina, penambahan hutang yang mencapai Rp 5.336 triliun, hingga kepentingan politik yang terkesan sibuk dengan perebutan kekuasaan mengakibatkan semua keadaan semakin buruk.
“Kami kecewa karena pada saat jam kerja, tidak ada anggota DPRD Kalsel ada di kantor, dengan dalih mereka sedangan tugas keluar,” ujar Rizky.
Pihaknya berjanji akan kembali ke DPRD Kalsel. “Kami sudah mengirim surat pada Rabu lalu,” ujarnya.
Kepala Bagian TU Sekretariat DPRD Kalsel Riduansyah mengakui anggota DPRD Kalsel sedang kunjungan kerja. “Unjuk rasa akan disampaikan ke unsur pimpinan, baru ke Komisi II DPRD Kalsel, “ujar Riduansyah.
Ia mengakui pengunjuk rasa sudah menyampaikan surat pemberitahuan, namun rapat Banmus yang digelar DPRD Kalsel lebih dulu menetapkan jadwal dewan.
“Kalau mau bertemu dengan anggota DPRD Kalsel harus sesuai jadwal yang ada. Kami sudah berikan jadwal dewan untuk disesuaikan,” katanya.
Sumber Berita : http://jejakrekam.com/2018/09/07/kunjungan-kerja-aliansi-mahasiswa-kalsel-tak-bertemu-wakil-rakyat/
LSISK Minta Pemerintah Benahi Kondisi Perekonomian Negara karena Merosotnya Nilai Tukar Rupiah
MAHASISWA yang tergabung dalam Lingkar Studi Ilmu Sosial Kerakyatan (LSISK) menggelar aksi mimbar bebas menuntut pemerintah untuk segera membenahi kondisi ekonomi negara, di bundaran Hotel A, Jumat (7/9/2018).HAL didasarkan oleh kondisi nilai tukar rupiah yang semakin melemah. Organisasi lintas perguruan tinggi ini menuntut pemerintah mengambil kebijakan yang mampu meredam keperkasaan dollar atas rupiah
Rizki Ade Putra, koordinator aksi dalam orasinya mengatakan, dengan banyaknya polemik yang ada di negeri ini ditambah lagi dengan permasalahan ekonomi yang tidak stabil.
“Terhitung sejak 5 September 2017 hingga 6 September 2018 nilai rupiah mengalami pelemahan yang drastis dari Rp 13.154 sampai Rp 15.029. Di saat yang bersamaan selama satu tahun ini, berbagai macam kebijakan yang merugikan, seperti penjualan aset PT Pertamina” tegasnya.
Belum lagi penambahan hutang, yang mencapai Rp 5.336 triliun lanjut Rizki Ade Putera, hingga kepentingan politik yang terkesan sibuk dengan perebutan kekuasaan mengakibatkan semua keadaan semakin memburuk.
“Dampak yang dirasakan dari lemahnya nilai rupiah akan memperburuk keadaan bangsa yang masih sarat dengan ketidakstabilan ekonomi, hutang Negara yang menumpuk, dan taraf hidup rakyat yang masih rendah,” ucap mahasiswa UIN Antasari ini.
Ia menambahkan, lebih dari itu, dari rentetan gejolak yang tampak, kemungkinan krisis ekonomi menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari lagi.
“Melihat kondisi bangsa saat ini, jelas bertolak belakang dengan UU RI Nomor 11 ayat 1 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya” ucap Rizki Ade Putera.
Rizki Ade Putera menegaskan pemerintah harus segera mengambil sikap untuk menstabilkan nilai rupiah, agar tidak berpotensi keluarnya kebijakan yang memberatkan rakyat dan pemerintah wajib menjaga kestabilan nilai rupiah.
Sumber Berita : http://jejakrekam.com/2018/09/07/lsisk-minta-pemerintah-benahi-kondisi-perekonomian-negara-karena-merosotnya-nilai-tukar-rupiah/
Jokowi Pilih Erick Thohir, Bagai Petir Menyambar Strategi Kampanye Prabowo – Sandiaga!
Di
sekitar bulan April 2018, seorang pengamat politik yang juga Direktur
Eksekutif Indo Barometer, Mohamad Qodari mengungkapkan bahwa Prabowo
sedang menjalankan strategi kampanye yang dulu dipakai oleh Donald
Trump. Waktu itu yang sering kita dengar dari Prabowo adalah suramnya
masa depan Indonesia; buruknya gizi anak-anak; jeleknya prestasi atlet;
rakyat yang kelaparan; pemerintah buang-buang uang rakyat dengan
menyelenggarakan Asian Games; bocornya keuangan Indonesia; elit yang
goblok, serakah, bermental maling, hatinya beku, tidak setia pada
rakyat; mark up proyek; dan lain-lain yang tidak ada aura positifnya
sama sekali.
Menurut Qodari, strategi kampanye Donald Trump yang dipakai oleh Prabowo dijalankan dengan menciptakan pesimisme, menebarkan ketakutan, dan mempertentangkan kalangan bawah dengan kalangan atas.
Pada Pilpres AS 2016 itu, Donald Trump 'menggoreng' isu kesenjangan di
AS. Selain itu, ia mencoba menyebarkan rasa takut bahwa AS berada di
bawah ancaman asing, seperti China, ancaman Islam, dan tenaga kerja
imigran Meksiko. "Menurut saya, ini agak mirip. Jadi yang disebarkan
adalah pesimisme, kemudian ketakutan. Dan kalau kita lihat kasus di
Amerika ternyata pesimisme dan ketakutan itu dibeli oleh rakyat Amerika
sehingga mereka memilih Donald Trump," tuturnya. "Trump itu kan
slogannya, 'Make America Great Again', membuat Amerika menjadi hebat
lagi. Menurut saya, terjemahan bebas pidatonya Prabowo itu adalah membuat Indonesia menjadi hebat lagi bersama saya, 'macan Asia',"
tambah Qodari. Jika pesimisme dan ketakutan berhasil dikembangkan dan
mempengaruhi masyarakat, kecenderungan memilih Prabowo sebagai presiden
diyakini akan lebih besar dibanding memilih Joko Widodo (Jokowi).
Menurutnya, dalam pesan-pesannya, Prabowo seolah-olah menyiratkan bahwa Indonesia akan menjadi hancur jika bukan dia pemimpinnya.
"Beliau
(Prabowo) punya sebuah strategi membangun ketakutan, pesimisme mengenai
situasi dan kondisi Indonesia pada hari ini maupun di masa yang akan
datang, dengan asumsi bahwa mereka-mereka yang takut dan pesimistis
mengenai kondisi sekarang dan akan datang bakal lari ke dia, mendukung
dia, dan tidak mendukung yang sekarang ini (Jokowi)," kata Qodari.
Strategi
kampanye itu masih dijalankan sampai sekarang. Dalam gerakan
#2019GantiPresiden, dalam “Nawa Duka” dan berbagai pernyataan soal
ekonomi yang digelontorkan oleh para pendukung kubu sebelah sana.
Namun,
tiba-tiba saja sore ini, Jokowi mengumumkan Ketua Tim Kampanye Nasional
(TKN) pasangan Jokowi – Ma’ruf Amin, yakni Erick Thohir. Namanya lagi
ngetop sebagai Ketua INASGOC (Indonesia Asian Games 2018 Organizing
Committee) yang sangat sukses menyelenggarakan Asian Games 2018. Ini
salah satu dari alasan penunjukan Erick sebagai ketua timses Jokowi –
Ma’ruf.
Erick Thohir adalah seorang pengusaha.
Mahaka Group yang dia dirikan mencakup bisnis dalam bidang media,
advertising dan entertainment. Apa saja yang ada di dalam Group Mahaka?
Harian Republika, Majalah Golf Digest, Jak TV, Gen FM, dan Jak FM. Erick
juga ikut mendirikan TV One dan Viva News (viva.co.id). Erick juga
menjabat sebagai Direktur Utama Antv. Selain itu Erick adalah pemilik
klub sepakbola Inter Milan, dan berbagai klub olah raga lainnya.
Genaplah
sudah, orang-orang yang memberikan dukungan kepada Jokowi adalah yang
“menguasai udara”. Karena juga ada Surya Paloh (Media Group: MetroTV)
dan Hary Tanoesoedibjo (MNC Group).
Kembali ke
Donald Trump, kekuatan media televisi menjadi satu faktor utama
kemenangannya pada waktu itu. Padahal waktu itu mayoritas koran AS
meng-endorse Hillary Clinton, lawan politiknya. Dari 100 koran teratas
di AS, hanya 2 yang meng-endorse Trump. Namun kepopuleran Trump di dunia
televisi mengalahkan Hillary dengan telak. Pun kepopuleran Trump di
media sosial menambah kemenangan itu. Tentunya di Indonesia, siaran
televisi sekarang menjangkau hampir seluruh pelosok wilayah negeri. Bisa
dikatakan lebih luas daripada akses internet. Well, kalau memasukkan
media online dan media sosial, ya sama saja, sokongan terhadap timses
Jokowi – Ma’ruf bisa dibilang segudang. Masing-masing media televisi
sekarang memanfaatkan media sosial dengan masif. Betul?
Sandiaga
yang juga pengusaha, paham betul strategi media ini. Dia pun tidak bisa
menyembunyikan kekederannya. Sebelum nama Erick Thohir resmi diumumkan,
Sandiaga sudah berusaha mempengaruhi Erick agar tidak terjun ke dunia
politik. Bahkan dia meyakini Erick akan menolak jika dipilih oleh pihak
Jokowi-Ma'ruf Amin menjadi ketua timses mereka.
"Kalau
boleh milih pasti dia enggak bakal mau, karena dia lebih mudah untuk
mengurus usahanya, tidak membebani sebagai political exposed person
(PEP)," ujarnya. "Kalau ketua tim pasti jadi PEP, pasti dia akan sangat
berat sebagai pengusaha dan Erick membawahi ribuan pegawai juga, jadi
bagi saya, saya sangat mengerti posisi beliau," sambungnya.Sumber Opini : https://seword.com/politik/jokowi-pilih-erick-thohir-bagai-petir-menyambar-strategi-kampanye-prabowo-sandiaga-jhZ_6qDxO
HTI: IDEOLOGI PERUSAK NEGERI
Berbicara HTI, kita bukan sekedar
berbicara tentang ormas saja. Tetapi jauh lebih luas dari itu, HTI sudah
menancapkan ideologi pendirian negara khilafah didalam benak pemikiran banyak
orang. Jadi meski ormasnya sudah dibubarkan, ideologinya masih bertahan.
Anda bisa bayangkan, selama 20
tahun sejak reformasi, HTI berkembang biak di negeri ini. Mereka masuk
kemana-mana, ke sistem pendidikan kita, ke sistem pemerintahan kita, ke aparat
hukum sampai ke pengadilan.
Mereka menguasai banyak hal dalam
kehidupan kita, dengan baju agama. Tujuan mereka satu saja, menggulingkan
pemerintahan yang sah dan mendirikan negara Islam berbasis khilafah. Mereka
sangat sabar dalam menjalankan misinya, intelektual, dan sering menggunakan
"tangan orang lain" untuk memukul sehingga mereka tampak bersih dan
bebas dari gugatan.
HTI sendiri menolak demokrasi
karena haram. Tetapi mereka menggunakan konsep demokrasi untuk menghancurkan
demokrasi itu sendiri. Bagaimana caranya ? Mengadu domba pilar-pilar demokrasi
sehingga akhirnya luluh lantak. Ketika negara akhirnya hancur karena
perseteruan, HTI akan muncul menawarkan konsep khilafah yang mereka usung
sebagai konsep yang benar.
Bisa dibayangkan, harus berapa
ratus ribu jiwa akan menjadi korban hanya untuk sebuah ideologi buatan ?
HTI itu bagai virus. Dimana dia
berpihak, disanalah dia berkembang biak. Seperti halnya virus, ia harus
mempunyai inang atau tempat berkembang. Dan jika ia sudah mencengkeram, bisa
dipastikan mangsanya seperti zombie yang tidak perduli lagi akan sekitar yang
penting misinya tercapai.
Saking merusaknya ideologi HTI,
banyak negara yang melarangnya.
Dalam politik kita, begitu juga
yang dilakukan mereka. Mereka masuk ke partai dan berkembang biak disana untuk
kemudian merusak dari dalam. Sedangkan mereka sendiri cuci tangan seolah tidak
pernah terlibat dalam pengrusakan..
Dan ketika seorang Jokowi
membubarkan dan memotong sumber hidup mereka, bisa dibayangkan betapa dendamnya
HTI kepada Jokowi. Dan mereka akan melakukan segala cara untuk
menghancurkannya, bila perlu membunuhnya demi sebuah cita-cita.
Karena itu, Pilpres 2019 nanti,
sesungguhnya ini bukan pertarungan Prabowo versus Jokowi. Tetapi pertarungan
mereka yang cinta NKRI versus HTI.
Anda tahu saya ada dibarisan mana
dan tetapkan barisan anda sendiri.HTI
Sumber Opini : https://www.dennysiregar.com/2018/08/hti-ideologi-perusak-negeri.html
SEBUAH KRITIKAN UNTUK TIMSES JOKOWI
"Bersih, Merakyat, Kerja
Nyata.."
Itulah yang menjadi slogan timses
Jokowi dalam membangun citra Presiden memasuki masa pemilihan Presiden tahun
depan. Bersih mencitrakan pemerintahan yang tidak korup, kerja menunjukkan
bahwa Jokowi bergerak dan merakyat adalah sebuah pesan bahwa Jokowi dekat
dengan rakyatnya.
Sebuah slogan yang bagus. Tapi
entah kenapa saya merasa ada yang kurang nendang..
Sebagai orang marketing, saya
selalu berhadapan dengan banyak ide dan kreatifitas dalam membangun brand. Ide
dan kreatifitas membangun brand itu sangat penting, karena itu bagian dari
pesan yang ingin disampaikan..
Tapi saya harus mohon maaf pada
timses Jokowi, bahwa slogan "Bersih, Merakyat, Kerja Nyata" itu -
bagi saya - sangat jadul. Sangat TVRI. Sangat pemerintahan. Terlalu standar.
Sama sekali tidak menggerakkan apa-apa.
Slogan ini cocok disematkan pada
Jokowi saat dia menjadi Walikota Solo, dimana Jokowi masih pake jas kedodoran.
Kalau sekarang, ketika Jokowi tampil dengan gaya "fun dan garang"
dengan jaket jeans, motor besar dan sneakers, slogan "Bersih, Merakyat,
Kerja Nyata" itu seperti menghancurkan bangunan yang dia bentuk dengan
aksesoris "keren" yang dia pakai.
Bersih, kerja dan merakyat itu
adalah sebuah keharusan bagi seorang pemimpin. Tidak perlu dijadikan slogan.
Karena itu sudah kewajiban. Tidak ada yang istimewa. Bahkan generasi milenial
yang sudah terkontaminasi teknologi dan banyak berkomunikasi dengan negeri
luar, akan ketawa kalau baca slogan itu.
Bayangin aja, mereka sering
nonton youtube dengan segala macam pernak perniknya, trus tiba-tiba dipaksa
nonton TVRI jadul dengan gaya pembaca berita yang sangat formal.
"Berita-berita selengkapnya. Harga cabe keriting di pasar induk.."
Kebanting, gan..
Coba lihat apa yang dilakukan tim
Prabowo...
Mereka dengan gencar melakukan
branding yang provokatif, seperti #2019gantiPresiden. Ini adalah pesan yang
kuat, garang dan membangun perlawanan. Apalagi ketika mereka nanti merubah dari
kata "gantiPresiden" menjadi "Perubahan" atau "
Perlawanan". Dan model-model revolusioner ini sangat disukai generasi
milenial.
Kemampuan narasi tim oposisi
harus diakui mempunyai kekuatan. Menantang. Pesannya jernih dan mudah dijadikan
doktrin. Tidak malu-malu dan menyerang.
Sedangkan slogan Jokowi seperti
pemain bertahan yang males-malesan. "Ah, udah pasti menang ini, ngapain
terlalu galak ? Santai aja.." Ini justru berbahaya. Sekali pukul, bisa
jatuh dan pingsan..
Intimidasi dalam membangun slogan
itu sangat penting, apalagi ketika pertarungan terjadi pada dua kubu. Seperti
orang berdebat, harus pakai narasi memukul dan memojokkan, bukan narasi sekedar
menyampaikan. Karena dalam situasi ini, penonton tidak melihat siapa yang benar
dan siapa yang salah, karena ini sebenarnya pertarungan persepsi saja.
"Menangkan persepsi, maka
anda sudah memenangkan pertarungan..". Strategi ini seharusnya sangat
dipahami oleh timses Jokowi dalam membangun citra.
Jokowi sudah keren tampil dengan
motor besar malah pake acara jumping segala di pembukaan Asian Games, dan diapresiasi
oleh anak muda Korea yang menjadi rujukan milenial Indonesia. Tapi citra itu
akan hancur ketika slogan yang disampaikan sama sekali tidak
"menggelora".
Ketika membaca slogan
"Bersih, Merakyat, Kerja Nyata" maka yang akan terpersepsikan oleh
milenial adalah "kelompok tua" atau "bukan generasi gua".
Selesai sudah..
Inilah yang harus diperbaiki
sebelum memasuki masa kampanye. Banyak model slogan yang membakar, menggelora,
memotivasi, melakukan perlawanan dan revolusioner. Ini perang propaganda, bukan
sekedar berkata-kata..
Seperti dulu Obama dengan kata
"Change!" atau slogan Trump "Make America Great Again!"
Itu membangkitkan perjuangan dan perlawanan. Sebuah revolusi yang
menghanyutkan.
Coba misalnya Trump pake slogan,
"Clean, Work and close to the people". Sudah pasti kalahnya, karena
basi banget dengernya.
Ini kritikan dan mudah-mudahan
bisa didengar. Sukur-sukur bisa dirubah dengan yang lebih garang.
Bayangkan ketika secangkir kopi,
slogannya cuman "Panas, Legi dan Kentel". Pasti gak banyak yang
tertarik menikmatinya. Tapi kalau slogannya, "Hare gene masih minum teh??"
Wah, ini ngajak berantem hihihi..
KELEMAHAN TERBESAR PENDUKUNG JOKOWI
"Apa kelemahan terbesar
pendukung Jokowi, bang?". Tanya seorang teman ketika membaca tulisanku
"Kritik untuk timses Jokowi". Aku ketawa. Pertanyaan yang bagus dan
ini mungkin bisa jadi sebuah acuan.
Saya mungkin sedikit dari banyak
orang yang menghabiskan banyak waktu di medsos, sehingga akhirnya bisa
mempelajari pola-pola komunikasi di media sosial bahkan sampai ke
propagandanya.
Dan saya harus jujur, di bidang
propaganda media sosial, kubu Prabowo masih jagonya.
Lihat saja cara-cara mereka
memprovokasi. "Kami umat Islam", "Ulama kami", "7 juta
manusia di Monas" sampai ke "Ganti Presiden" adalah kemampuan
membuat jargon-jargon dengan model "klaim". Mereka tidak perduli
bahkan tidak pake malu untuk menggelorakan semangat di pendukung mereka dengan
bahasa-bahasa hiperbola.
Bukan hanya urusan tagar di
medsos, mereka bahkan membuat gerakan sebagai dampak berkelanjutan - multiplier
effect, dan ini memperbesar propagandanya. Sesudah apinya besar, mereka membuat
turunannya seperti kaos, supermarket sampai filmnya.
Buat mereka brand itu harus
dijaga terus supaya jangan padam bahkan jika perlu di buat turunannya lagi.
Sesudah selesai dengan "212", kelompok pendukung Prabowo membangun
gerakan baru "2019gantiPresiden".
Perhatikan cara-cara mereka,
terokestrasi dengan benar dan solid. Dan mereka punya logistik yang fokus
disalurkan untuk membangun perlawanan sebata demi sebata.
Disinilah sebenarnya kelemahan
terbesar pendukung Jokowi..
Pendukung Jokowi bisa dibilang
bukan pendukung militan. Mereka pendukung yang setengah-setengah. Pendukung
Jokowi sama baperannya dengan pendukung Prabowo, hanya kalau pendukung Prabowo
bapernya dengan bersatu menyerang pendukung Jokowi, sedangkan pendukung Jokowi
baperan dengan sesamanya sendiri.
Pendukung Jokowi ini terlalu
santun, datar, malu-malu ayam, sehingga terkesan selalu bertahan. Setiap
serangan isu dari tim Prabowo, mereka sibuk mencari jawaban. Akhirnya energi
mereka terkuras disana, karena tarian genderang lawan.
Jarang sekali pendukung Jokowi
memainkan genderang sendiri yang membuat lawan menari, karena energi mereka
habis untuk membela diri. Pendukung Jokowi sibuk bermain di "logika"
dan "angka" dalam menjawab isu, padahal tim Prabowo bermain di
"rasa".
Contoh nanti isu PKI yang akan
ada di akhir September nanti. Pasti isu itu akan dibangun sebagai narasi bahwa
pendukung Jokowi -bahkan Jokowinya sendiri- adalah PKI. Dan akhirnya sibuk
tangkis menangkis kayak pemain bulu tangkis.
Padahal isu PKI itu bisa jadi
adalah "decoy" atau umpan pengalih perhatian supaya pendukung Jokowi
sibuk menangkis, sedangkan tim utama pendukung Prabowo sedang bergerilya dengan
menguasai masjid, tanpa terlihat dan teraba.
Baru ketika mereka muncul dengan
kekuatannya, blarrrr, mereka menguasai medan. Ingat peristiwa Pilgub DKI?
Begitulah cara mereka bekerja. Dan lihat hasilnya. Ahok kalah.
Ketidak mampuan pendukung Jokowi
membangun klaim mungkin karena beban berat bahwa mereka adalah "kaum
terpelajar", sehingga menghindar dari model propaganda rasa dan lebih
banyak bermain di logika dan angka. Ada rasa takut ketika harus membangun
klaim, dan ini adalah kelemahan terbesarnya.
Ibaratnya di dalam pertandingan
sepakbola, tim Prabowo selalu menguasai setengah lapangan untuk melancarkan
serangan-serangan.
Kalau saya sejak dulu tidak mau
kalah dengan mereka. Di media sosial saya selalu menyerang, karena jika saya
sudah merasa takut terintimidasi, maka bisa dipastikan mereka akan memenangkan
persepsi. Itulah kenapa saya lebih sering bertarung sendirian, karena di
pendukung Jokowi banyak perdebatan tentang "cara" sedangkan di tim
Prabowo "cara itu nomer dua, yang penting hajarrr...".
Disitu saya harus menghormati
kemampuan musuh ideologis saya.
Kenapa pendukung Jokowi selalu
kalah langkah dalam propaganda?
Karena pendukung Jokowi berfikir
lokal, sedangkan tim Prabowo mengadopsi gerakan global. Gerakan propaganda di
media sosial ini adalah ciri khas gerakan Ikhwanul Muslimin yang berhasil
mereka lakukan di Mesir, Libya, Turki dan negara-negara lain.
"Jadi bagaimana cara
mengalahkan mereka?"
Seharusnya timses Jokowi ikuti
langkah negara China, "Amati, Tiru dan Modifikasi.." Banyak kelemahan
di pendukung Prabowo sebenarnya, tapi ini tidak terlihat karena sibuk menangkis
persepsi.
Perhatikan slogan
"2019gantiPresiden" dengan slogan "Bersih, Merakyat dan Kerja
Nyata". Mana kira-kira yang muda dan revolusioner dan mana yang tampak tua
dan "bukan generasi gua"?PERANG TIMSES KAMPANYE JOKOWI-PRABOWO
"Make America Great Again
!"
Ini adalah kampanye Donald Trump
waktu pilpres di Amerika thn 2016 lalu. Meski banyak yang protes bahwa itu juga
slogan kampanye Ronald Reagan tahun 1980, tapi Trump tidak perduli. Dia ingin
memakai slogan itu dalam kampanyenya.
Perhatikan cara pemakaian
katanya.
Timses Trump memainkan klaim
"America" seakan-akan Donald adalah leader dari bangsa mereka. Ini
jelas klaim dan diprotes oleh dua mantan Presiden, yaitu Barrack Obama dan Bill
Clinton.
Menurut Obama, "slogan itu
memecah belah bangsa". Kata Clinton, "Amerika sudah hebat. Untuk apa
harus dibilang hebat lagi ?"
Tapi slogan itu jelas ditujukan
bukan buat mereka berdua, melainkan ke warga Amerika kulit putih yang terpuruk,
kalah dan susah, untuk bangkit dan memenangkan pertandingan. Trump memainkan
isu bangkitnya supremasi kulit putih melawan dunia dan klaim
"America" sah-sah saja.
Sedangkan kampanye Hillary
Clinton khas wanita yang membutuhkan "bahu dan dada bidang" untuk
menguatkan. Lihat saja slogannya, "Stronger Together", "Fighting
for Us". Dan lagu-lagunya juga menggambarkan kewanitaan, seperti
"Brave" dan "Fight Song".
Trump tidak. Dia memainkan
glorifikasi besar-besaran. Sebuah impian dari keterpurukan, ketidakpunyaan, dan
harus diambil selagi bisa. Slogan-slogannya, "Make America Proud
Again", "Make America Work Again" dan "Silent Majority
stands with Trump".
Lagu yang dipake juga
menggambarkan keinginan yang tidak tercapai seperti "You cant always get
what you want" dari Rolling Stones dan "American dreamer".
Timses Trump membangun mimpi dari rasa kalah yang terjadi di komunitas kulit
putih selama ini.
Dari pemilihan slogan dan lagu
ini, saya melihat bahwa Trump mampu membangun kebutuhan sebagian besar rakyat
Amerika. Yaitu kebutuhan akan pengakuan, akan pekerjaan, mimpi untuk menjadi
besar di tanah yang besar.
Trump berbicara tentang dunia dan
Hillary berbicara tentang dirinya.
Pada akhirnya Hillary kalah,
mungkin karena ia tidak mewakili banyak orang. Ia hanya mewakili mimpinya
sendiri. Semua puja puji terhadap model slogan yang sempurna itu hancur karena
ternyata sama sekali tidak "bunyi".
Pemilihan Presiden di Amerika
sedikit mempunyai kemiripan dengan Indonesia, terutama dalam masalah kampanye.
Dan ini bisa jadi acuan pada timses kedua paslon Jokowi dan Prabowo di
Indonesia.
Saya membayangkan, Prabowo yang
sudah diuntungkan dengan kata "GantiPresiden" akan mengubah kata
"Ganti" itu menjadi "Lawan". Dan ini tentu ditujukan pada
Jokowi.
Kata "Lawan" ini
disukai generasi milenial, generasi pemberontak, karena "Gue Banget".
Timses Prabowo akan bermain
menyerang. Mereka adalah oposisi atau penantang, tentu bebannya tidak seberat
petahana atau pemegang sabuk kejuaraan. Yang masalah memang di petahana ini.
Karena sudah pernah menang, mereka akan memainkan konsep bertahan.
Menarik memang melihat perjalanan
kampanye ini dari awal. Secangkir kopi memang tidak cukup untuk mengamati apa
yang akan dilakukan kedua timses dalam perjalanan Pilpres 2019..Erick Thohir, Langkah Kuda yang Merusak Pertahanan Lawan
"Its just business, nothing
personal.."
Begitu kata Don Vito Corleone
dalam film Godfather. Quote legendaris ini memberi pesan, bahwa terkadang kita
harus memisahkan pertemanan dan pekerjaan. Karena tidak jarang kedua itu tidak
bisa disatukan..
Begitu juga yang terjadi dalam
kisah terpilihnya Erick Thohir sebagai ketua timses Jokowi.
Erick Thohir adalah teman dekat
Sandiaga Uno. Dan ini diungkapkan Sandi pada media, bahwa ia dan Erick berteman
bukan sekedar pribadi tetapi juga keluarga dan bisnis. Istri mereka belanja dan
arisan bareng. Sandi khawatir bahwa masuknya Erick Thohir dalam jajaran Jokowi,
akan merusak persahabatan mereka.
Sebenarnya kekhawatiran Sandiaga
Uno bukan hanya disitu, bahkan lebih luas. Erick Thohir sangat mengenal Sandi
luar dalam, dan ini membahayakan. File-file lama Sandi bisa keluar ke
permukaan. Bisa hancur deh image sebagai Santri post Islamisme yang sudah
dibangun pelan-pelan.
Tapi saya yakin, Erick Thohir
juga tidak akan sejahat itu. Dia profesional murni. Dan ini juga tetap
menakutkan Sandi.
Erick Thohir adalah "otak"
dibalik kesuksesan Asian Games 2018. Even dunia yang sempat dicibiri banyak
orang - termasuk bung Roy yang sekarang menghilang bersama panci kesayangannya
- ternyata sukses besar ditangan boss Inter Milan ini.
Dan ketika ia diserahi Jokowi
menjadi timses, ini berarti ia melangkah dalam dunia baru selain bisnis. Bagi
pengusaha seperti Erick Thohir, ini tantangan..
Yang membuat Sandi gemetar
adalah, Erick Thohir sangat mengerti bagaimana membangun energi emak-emak dan
milenial untuk memilih Jokowi, segmen yang ingin direbut Sandi. Isu agama sudah
sulit direbut karena mbahnya sudah ditangan lawan. Masak segmen yang ini juga
tidak ada ditangan ?
Langkah Jokowi menyewa Erick
Thohir sungguh merusak kubu oposisi. Erick diyakini mampu membangun citra
Jokowi dengan elegan. Erick bisa membawa Jokowi dalam konsep maju, hebat,
futuristik dan segala harapan. Sedangkan Prabowo tergambarkan gelap dan suram.
Terpilihnya Erick sama sekali
tidak diduga Prabowo dan kawan-kawan. Ia adalah tokoh muda dan brilian.
Jokowi sekali lagi menaikkan
standar dalam perpolitikan. Ia membangun konsep demokrasi dengan model
entertainmen, bukan model politik hitam yang penuh dengan hoax dan sara yang
dikedepankan.
Dan masyarakat Indonesia akan
disuguhkan pertunjukan demokrasi yang menarik dan diluar ekspektasi. Sejarah
Pilpres 2014 dan Pilgub DKI 2017 yang kelam akan dikubur dalam-dalam. Politik
harus menarik bagi generasi milenial yang independen dan fun..
Kringgg...
"Hei, San.. tumben telepon
gua. Ada apa ?"
"Rick. Gua gak sangka lu
jadi timses lawan politik gua.."
"Its just business, San..
Nothing personal.."
Di sebrang sana terdengar bunyi
hape dibanting dan suara memaki, "Gua pengen menangggg. Menanggg. Tuhan,
mbok ya beri kesempatan jadi sekaliii ajaa.. "
Secangkir kopi pun dibagikan
kembali.
Ketum PBNU: Gerakan #2019GantiPresiden Berpotensi Makar Jika Dibiarkan
JAKARTA – Ketua Umum
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengatakan
bahwa gerakan tanda pagar #2019GantiPresiden dapat dikategorikan sebagai
gerakan makar apabila tidak mengikuti koridor konstitusi yang berlaku.
Koridor Kostitusi yang dimaksud Kiai
Said adalah kepatuhan gerakan ini pada sistem demokrasi melalui
pemilihan umum sesuai waktu yang ditetapkan pemerintah melalui mekanisme
Pemilihan Presiden yang akan digelar pada April 2019 mendatang.
“Kalau (gerakannya) hanya tagar saja,
it’s oke. Tapi kalau berupa pengerahan massa, dan ganti presidennya
bulan Januari, Februari atau Maret (di luar jadwal Pilpres), ya berarti
berbau makar dong,” kata Kiai Said dilansir dari NU Online, Kamis
(06/09/2018).
Apakah perlu membatasi gerakan ini?
Kiai Said mengembalikan persoalan ini
kepada pemerintah dan aparat yang berwenang. “Soal izin atau larangan
tergantung polisi ya. Alasan apa pun, siapa pun kalau gerakannya itu
mengagganggu ketenangan, menimbulkan kegaduhan sebaiknya dilarang,”
jelasnya.
Baca: Sandi, Tukar 1000 Dolar Sok Jadi Pahlawan.
Tanda pagar #2019GantiPresiden tengah
menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat. Sejumlah deklarasi
gerakan ini di beberapa daerah menimbulkan kontroversi.
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Makyun Subuki berpendapat,
gerakan ini berpotensi besar melahirkan konflik di tengah masyarakat.
Sebab gerakan ini memanfaatkan sentimen massa untuk melakukan aksi
bersama dengan sejumlah petingginya sambil melakukan orasi hingga
deklarasi. “Karena pengaruh medsos begitu kuat, potensi kerusuhan
tinggi,” ungkapnya.
Oleh karenanya, ia mengimbau agar
Bawaslu melarang tagar tersebut guna menghindarkan dampak sosial yang
terjadi. “KPU sama Bawaslu harusnya pakek kaidah fiqih “dar’ul mafasidi
muqaddamun ‘ala jalbil mashalih (menghindari kerusakan lebih didahulukan
ketimbang melahirkan kemaslahatan),” katanya. [ARN]
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/09/07/ketum-pbnu-gerakan-2019gantipresiden-berpotensi-makar-jika-dibiarkan/
Polisi Tangkap Petinggi Kader PKS Kalteng Penyebar Ujaran Kebencian
KOTAWARINGIN – Bukan
sekali dua kali kader PKS melakukan ujaran kebencian dengan menggunakan
Isu SARA. Baru-baru ini Polisi menangkap pria bernama Agus Sugianto
karena menyebarkan berbagai ujaran kebencian melalui akun Facebook
miliknya. Agus disebut menjabat Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang Partai
Keadilan Sejahtera (PKS) Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan
Tengah.
Baca: Muhammad Zazuli Bongkar Jejak Hitam Digital Media Milik Kader PKS
“Benar beberapa waktu lalu anggota Polda
Kalteng ada melakukan penangkapan terhadap salah seorang warga Kotim,
terkait dugaan ujaran kebencian yang diposting di akun facebooknya,”
kata Kapolres Kotim AKBP Muhammad Rommel, saat dihubungi melalui telepon
dari Palangka Raya, Kamis, 9 September 2018.
Salah satu dari beberapa ujaran
kebencian yang ditulis dan disebarkan pria berumur 35 tahun melalui akun
Facebook bernama Agus Sugianto, itu mengandung kebencian etnis dengan
kalimat kasar dan menghina kepala negara dengan gambar tidak pantas.
Baca: Eko Kuntadhi: Hancurkan Nasionalisme Cara ISIS, HTI dan PKS Habisi NKRI
Berdasarkan data dihimpun di lapangan,
Agus ditangkap di kediamannya di Jalan DI Panjaitan, Gang Tiung Andai,
Kabupaten Kotim, Sabtu, 1 September 2018 sekitar pukul 15.30 WIB.
Dalam proses penangkapan yang dipimpin
langsung oleh Kanit Cyber Crime Dit Reskrimsus Polda Kalteng, AKP Aris
Setiyono dan dibantu beberapa anggota Polres Kotim, Agus Sugianto tidak
melakukan perlawanan.
Awalnya pria asal Sampit itu dibawa ke
Mapolres Kotim. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan secara intens, dia
dibawa ke markas Polda Kalteng yang berada di Kota Palangka Raya.
Pria kelahiran Kota Sampit 07/03 1983
itu pun informasinya sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam perkara
tersebut. Bahkan ia juga sudah mendekam di rumah tahanan Polda Kalteng
guna mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Baca: ‘Teroris’ dan PKS Benci Jokowi, Ini Penjelasan Denny Siregar
Hasil data yang berhasil dihimpun di
lapangan ini telah dicoba dikonfirmasi ke sejumlah pejabat di lingkungan
Polres Kotim dan Polda Kalteng. Namun, sampai berita ini ditayangkan,
belum ada yang bisa memberikan penjelasan lebih detail.
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda
Kalteng Kombes Pol Adex Yudiswan saat dihubungi melalui WhatsApp pada
pukul 12.54 WIB, sama sekali tidak merespons. (SFA)
Sumber Berita : http://www.salafynews.com/polisi-tangkap-petinggi-kader-pks-kalteng-penyebar-ujaran-kebencian.html
Hastag Ganti Presiden Senjata Kelompok Khilafah Hancurkan Suriah
JAKARTA – Belajar dari kasus-kasus di Timur Tengah dari Suriah hingga Libya yang saat ini hancur lebur karena ulah teroris dan tangan barat, mereka menggunakan isu agama untuk menghancurkan sebuah negara, fakta jelas dalam kasus di Suriah, teroris dan kelompok radikal gunakan isu ganti presiden untuk melengserkan Bashar Assad, faktanya rakyat Suriah sangat mencintai presiden mereka.
Baca: Eko Kuntadhi: Hancurkan Nasionalisme Cara ISIS, HTI dan PKS Habisi NKRI
Hal itu sejalan dengan Sekjen PKB
sekaligus Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma’ruf Amin,
Abdul Kadir Karding, menyebut hastag ganti presiden pernah dipakai di
Suriah. Istilah itu pun, disebutnya, membuat kacau keadaan di negara
tersebut.
“Hastag itu pernah dipakai di Suriah.
Kenapa Suriah kacau, itu karena pakai hastag itu ganti presiden, dan
ganti presiden itu maknanya macam-macam. Jadi saya kira memang bagus
sudah kalau pasangan calon di sebelah mengganti hastag itu,” kata
Karding saat menanggapi niat Gerindra mengganti #2019GantiPresiden
menjadi #2019PrabowoPresiden.
Hal tersebut dia sampaikan di Posko
Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (28/8/2018). Karding menyebut
hastag serupa #2019GantiPresiden ada sejak 2011 di Suriah dan menjadi
salah satu alasan kacaunya negara itu.
“Oh iya, itu terjadi di Suriah tahun
2011 dan kenapa Suriah kacau, salah satu faktornya adalah hastag ini
dikapitalisasi, lalu kelompok yang ingin mendirikan khilafah
mengkapitalisasi itu sehingga terjadi seperti Suriah hari ini,” ucapnya.
Baca: Netizen: PKS Bubar Atau Indonesia Hancur
Karding menyebut koalisi Jokowi memiliki
cara tersendiri untuk melawan gerakan #2019GantiPresiden itu. Ia juga
tidak mengungkap secara detail cara atau strategi koalisi Jokowi untuk
melawan gerakan #2019GantiPresiden.
Gerakan #2019GantiPresiden dinilai kubu
Jokowi tidak memiliki hal yang positif untuk rakyat. Hal tersebut
lantaran dalam hastag itu tertulis ganti presiden, yang notabene
presiden merupakan simbol negara.
Baca: Bahaya Propaganda, Belajaralah dari Konflik Suriah
“Kita lebih khawatir kepada rakyat,
jangan sampai bentrok. Hastag itu nggak memberi kenyang, hastag itu
tidak memberi rakyat Indonesia lebih baik ke depan,” ungkap Karding.
Lebih lanjut, lewat pesan singkat,
Karding khawatir gerakan #2019GantiPresiden akan berdampak chaos karena
adanya banyak penolakan di masyarakat yang berujung kisruh di beberapa
daerah. Ia mengatakan masyarakat Indonesia sudah sepakat untuk menjaga
jalannya pilpres dengan aman dan damai.
Baca: Isu Sektarian Senjata Ampuh Barat-Arab Saudi Hancurkan Suriah dan Assad
“Satu-satunya kekhawatiran kita adalah
di tingkat arus bawah terjadi chaos karena penolakan terhadap hastag itu
yang dibarengi dengan gerakan politik oleh beberapa orang itu cukup
kuat penolakannya dan itu yang kita khawatir masyarakat chaos, terbelah,
dan akhirnya mengganggu stabilitas keamanan kita,” jelas Karding. (SFA)
Sumber Berita : http://www.salafynews.com/hastag-ganti-presiden-senjata-kelompok-khilafah-hancurkan-suriah.html
Prof Sumanto ke Neno Cs ‘Ngibulin Rakyat Mbok Pinter Dikit’
JAKARTA – Kepada Neno,
Sarumpret, dan Cheerleader PKS, kalau kalian mau ngibulin rakyat
Indonesia, khususnya umat Islam, mbok yang pinteran dikit lah. Supaya
tidak malu-maluin.
Baca: Bawa Pedang dan Sebar Fitnah, Polisi Tangkap Deklarator #2019GantiPresiden Kalbar
Masak kampanye dan propaganda politik
ganti presiden kok disamakan dengan jihad Perang Badar dan perang-perang
lain di zaman Nabi Muhammad? Perang di zaman itu kan antara Nabi
Muhammad dan pengikutnya melawan suku-suku yang memusuhi beliau. Lah,
memangnya Pak Jokowi memusuhi Nabi Muhammad?
Baca: TERBONGKAR, Pria Gondrong Sebut Banser Idiot Diduga Anggota FPI Asal Waru Sidoarjo
Masak ditolaknya kalian di sejumlah
daerah kok disamakan dengan ditolaknya Nabi Muhammad di Mekkah sehingga
beliau hijrah ke Madinah dan tempat lain. Lah, memangnya kalian ini
siapa kok menyamakan diri dengan nabi dan menganalogkan dengan situasi
di zaman nabi? Apa kalian nggak punya cermin untuk ngaca?
Baca: Ramalan Denny Siregar, Ini Strategi Ormas Radikal dan Khilafah di Tahun 2018
Sekali lagi, kalau mau menipu umat itu
yang cerdas dikitlah biar tidak kelihatan bego, ngibul, nggedebus, dan
ndobolnya, nanti kalian malah jadi bahan tertawaan sapi-sapi. Catatan:
yang mencet econ tertawa di TS ini # sapi. (SFA)
Sumber: Akun Facebook Sumanto Al-QurtubySumber Berita : http://www.salafynews.com/prof-sumanto-ke-neno-cs-ngibulin-rakyat-mbok-pinter-dikit.html
Gus Yaqut ‘Gebuk’ Gerakan #2019GantiPresiden dan Ahmad Dhani
JAKARTA – Ketua Umum
Pempinan Pusat GP Ansor (Ketum PP Ansor) Yaqut Cholil Qoumas alias Gus
Yaqut mengaku siap meng’Gebuk’ gerakan #2019GantiPresiden jika gerakan
yang digagas politikus PKS Mardani Ali Sera itu terbukti ingin mengganti
bentuk negara Indonesia menjadi negara Khilafah.
Baca: Yusuf Muhammad: Gerakan ‘Ganti Presiden’ Upaya Makar Khilafah
“Makannya kemudian saya bilang Banser
akan turun tangan pertama kali di depan, gebuk gerakan ini kalo memang
kita nilai gerakan ini sudah akan menjadi cita-cita khilafah, mewujudkan
cita-cita khilafah,” ujar Gus Yaqut, di acara Rosi yang tayang di
Kompas TV, Kamis (30/8/2018).
Sumber Youtube : https://youtu.be/tAGpSsiXQ3Q
Selain itu Gus Yaqut melihat gerakan
#2019GantiPresiden ini sebagai sesuatu yang dibuat untuk ‘lucu-lucu’,
yang direspon secara berlebihan.
“Makannya kenapa, itu makannya selalu
saya katakan Banser melihat ini lucu-lucu an, ini banci ini gerakan,
ngomong ganti presiden tapi tidak disebut siapa yang mau mengganti,
sementara yang diganti sudah jelas,” ujar Gus Yaqut.
Mendengar pernyataan itu, aktivis #2019GantiPresiden Ahmad Dhani yang turun hadir dalam acara itu pun ikut angkat bicara.
Baca: Hastag Ganti Presiden Senjata Kelompok Khilafah Hancurkan Suriah
Ahmad Dhani justru bertanya kepada Gus Yuqut dengan apa ia menggebuk gerakan #2019GantiPresiden ini.
“Gebunya pakek apa bos?,” tanya Ahmad Dhani.
“Gampang sekali buat gebuk, banyak sekali alatnya buat gebuk,” sahut Gus Yaqut.
Gus Yaqut malah mengancam untuk turut
meng’Gebuk’ Ahmad Dhani jika pentolan grop band Dewa 19 itu terbukti
melakukan ‘ancaman’ kepada negara Indonesia.
“Kalo kamu sudah melakukan ancaman
terhadap negara, aku nih sebagai warga yang cinta negeri ini , maka aku
akan gebuk kamu,” ujar Gus Yaqut. Ahmad Dhani yang cukup terkejut dengan
pernyataan itu lantas bertanya balik ke Gus Yaqut.
Baca: Bawa Pedang dan Sebar Fitnah, Polisi Tangkap Deklarator #2019GantiPresiden Kalbar
“Melanggar hukum dong?,” tanya Ahmad Dhani ke Gus Yaqut.
“Kalo melanggar hukum, kamu lebih
melanggar hukum dong, karna kamu lebih ingin merubah negara ini menjadi
bentuk lain, kan begitu,” sahut Gus Yaqut.
Bahkan beberapa netizen ikut komentar
terkait masalah ini, antara lain Guntur Romli dalam akun twitternya
mengapresiasi keberanian Ketum Ansor @GunRomli Dahsyat ini Panglima
Tertinggi Banser Gus Yaqut @GPAnsor_Satu Dhani cuma bisa melongooooo
Akun teitter Yusuf Muhammad juga tak
ketinggalan keluarkan komentarnya @yusuf_dumdum Wooii @AHMADDHANIPRAST
kok lu plonga plongo aja? Jawab.. mau digebukin kok diem aja. Katanya
kemaren mau habisin semua yg nolak lu di Surabaya? Skakmat!
Penyataan keduanya pun disambut meriah oleh penonton yang ikut langsung menyaksikan acara berdurasi 90 menit tersebut. (SFA)
Sumber Berita : http://www.salafynews.com/gus-yaqut-gebuk-gerakan-2019gantipresiden-dan-ahmad-dhani.html
#2019GantiPresiden Belum Tentu Gabung 'PrabowoPresiden', Wasekjen GP Ansor: Dasar Ulo!
DutaIslam.Com - Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera mengatakan massa simpatisan #2019GantiPresiden belum tentu dilebur ke dalam gerakan #2019PrabowoPresiden yang digalang Partai Gerindra.Demikian diberitakan CNN Indonesia, Kamis (06/09/2018) dengan judul: Massa #2019GantiPresiden Belum Tentu Gabung 'PrabowoPresiden'.
Gus Yaqut, yang ditandai oleh Syaltout pun memberikan komentar tanggapan. Gus Yaqut menilai tagar #2019GantiPresiden disebutnya sebagai gerakan banci.
"Mau ganti, tapi nggak jelas siapa yang mau mengganti. Anggap saja lucu-lucuan," tulisnya.
Namun Gus Yaqut menegaskan, jika mereka bertujuan makar, maka perlu diwaspadai.
"Nggak usah merespon berlebih. Mereka baru masuk di fase awal. Kalau sudah mulai terang, yaa apa boleh buat, seperti DR Mahmud Syaltout bilang, ULO yaa DIGEBUG!!," tandasnya. [dutaislam.com/gg]
Sumber Berita : http://www.dutaislam.com/2018/09/2019gantipresiden-belum-tentu-gabung-prabowopresiden-wasekjen-gp-ansor-dasar-ulo.html
Re-Post by MigoBerita / Sabtu/08092018/10.53Wita/Bjm