» » » » » » » » » #GPANSOR&BANSERNUDEMINKRISELALUDIHATI : Saatnya Dukung Pak Presiden dengan Kritikan Membangun atau Hanya DIAM dengan Aksi para Pendukung Ormas Terlarang HTI ??!!

#GPANSOR&BANSERNUDEMINKRISELALUDIHATI : Saatnya Dukung Pak Presiden dengan Kritikan Membangun atau Hanya DIAM dengan Aksi para Pendukung Ormas Terlarang HTI ??!!

Penulis By on Sabtu, 27 Oktober 2018 | No comments

Pendukung HTI Bringas Lempari Nusron Wahid Dengan Botol & Berteriak " Bakar"

BERANINEWS.COM - Politikus Partai Golkar Nusron Wahid didemo saat berziarah di Makam Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara. Pendemo berteriak '2019 Ganti Presiden'.
Nusron menceritakan, aksi demo terhadapnya itu mulanya terjadi saat dirinya menunaikan salat dan berziarah di masjid di Makam Luar Batang. Tiba-tiba, kata Nusron, ada teriakan "2019 ganti presiden" ditujukan kepadanya.
"Saya datang ke makam Luar Batang sekitar 22.30 WIB. Tiba-tiba ada yang teriak-teriak 2019 ganti Presiden," kata Nusron, kepada wartawan, Jumat (26/10/2018).

 
Sumber : Google Image 
 
Nusron mengaku tak menggubris teriakan tersebut dan melanjutkan untuk berwudhu.
Kemudian, beberapa saat, kata Nusron, dirinya juga mendengar teriakan Banser penyusup.
Usai menunaikan salat dan berziarah, sekitar pukul 23.45 WIB, kata Nusron, sejumlah orang telah berkumpul di depan masjid. Orang-orang tersebut disebutnya membentangkan bendera yang kerap digunakan organisasi yang telah dibubarkan pemerintah, HTI.
"Tiba-tiba di depan masjid ada kerumunan orang sambil membentangkan bendera hitam bertulisan Laa ilaaa ha ilallaah... yang kerap dipakai HTI," ungkapnya.
Nusron pun kembali mengaku tak menggubris aksi tersebut. Dia juga menuturkan pengurus masjid dan habaib turut membantunya membubarkan kerumunan orang tak dikenal itu.
"Saya cuekin dan sapa dengan senyum. Karena mereka makin brutal, maka ada beberapa pengurus masjid dan sejumlah Habib (tidak saya kenal) yang sedang ziarah membantu saya dan mengusir dan membubarkan kerumunan itu. Terus saya pulang. Itu saja," tutur Nusron.
Berdasarkan video yang beredar di WhatsApp, sejumlah orang tampak 'menyambut' Nusron yang keluar dari masjid di Makam Luar Batang sambil meneriakkan takbir.
Tak hanya itu, kumpulan orang tersebut tampak meneriakkan '2019 ganti presiden' sembari mencoba menghadang Nusron.
Lemparan botol dan air kepada Nusron juga tampak menghiasi aksi tersebut.
Bendera bertuliskan kalimat tauhid juga turut dikibarkan dalam aksi demo itu.
Nusron sendiri terlihat santai dalam video itu, padahal sejumlah orang berteriak 'bakar' dan menghadang dirinya yang hendak meninggalkan masjid
Sumber Berita :  https://www.beraninews.com/2018/10/pendukung-hti-bringas-lempari-nusron.html


 Sumber : Twitter Fadjroel Rachman

Sssstttt.... Capres Prabowo Tiba Tiba Hentikan Pidatonya Setelah Dibisiki Hashim Djojohadikusumo, Ada Apa Nih ?

BERANINEWS.COM - Calon presiden Prabowo Subianto mendadak menghentikan sambutannya saat menghadiri Deklarasi Gerakan Emak-emak dan Anak-anak Minum Susu atau Gerakan Emas di Stadion Klender, Jakarta Timur, Rabu, 24 Oktober 2018.
Capres nomor urut 02 itu bergegas mengakhiri pidato setelah dihampiri dan dibisiki oleh adiknya, Hashim Djojohadikusumo.
"Kalau begitu cukup sekian, saya mungkin tadi kebablasan," kata Prabowo.
Tak jelas apa yang dibisikkan Hashim dan apa yang dimaksud kebablasan oleh Prabowo.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Gerindra itu tengah berbicara ihwal komitmennya menerapkan Gerakan Emas di seluruh Indonesia jika dia terpilih menjadi presiden.
Prabowo berjanji akan melaksanakan gerakan minum susu hingga ke desa-desa.
Meski masyarakat Indonesia miskin, kata dia, anak-anak harus minum susu setiap hari.
Mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu mengatakan, anak-anak Indonesia harus tumbuh cerdas, pintar, dan kuat.
"Dan Indonesia akan jadi macan Asia kembali."
Emak-emak yang hadir pun meneriakkan nama Prabowo.
Setelah teriakan inilah, Hashim menghampiri dan berbisik kepada Prabowo.
Deklarasi Gerakan Emas ini dihadiri oleh ribuan perempuan yang datang membawa anak-anak mereka.
Ada pula perempuan-perempuan yang hamil.
Seusai pidato, Prabowo membagikan susu kepada delapan orang ibu hamil yang diundang naik ke atas panggung.
Sssstttt.... Capres Prabowo Tiba Tiba Hentikan Pidatonya Setelah Dibisiki Hashim Djojohadikusumo, Ada Apa Nih ?
Sumber Berita : https://www.beraninews.com/2018/10/sssstttt-capres-prabowo-tiba-tiba.html

Sumber : Twitter Nadirsyah Hosen

BANSER NU BATALKAN APEL AKBAR DI JOGJA

Ternyata memang peristiwa pembakaran bendera itu adalah bagian dari sebuah rencana besar..
Ada kelompok yang sudah memetakan bahwa Banser NU akan mengadakan apel akbar sekaligus deklarasi Sumpah Pemuda di Jogjakarta tanggal 26 Oktober hari Jumat yang melibatkan 100 ribu anggotanya. Acara ini akan dihadiri langsung oleh Presiden Jokowi.
Apel akbar sebagai puncak dari Kirab Satu Negeri ini berdekatan dengan Hari Santri Nasional. Disanalah pintu masuk kelompok itu untuk membangun kerusuhan.
Bermula dari perayaan HSN, dilaporkan ada pengibaran bendera HTI di beberapa titik acara di Jawa Barat saat perayaan hari santri. Laporan intelijen menemukan satu truk berisi bendera HTI membagi-bagikan bendera kepada orang tak dikenal yang kemudian diketahui menyusup ke dalam barisan Banser saat hari santri dan mengibarkan bendera itu disana untuk memancing emosi.
Di beberapa wilayah, bendera-bendera itu disita oleh Banser NU. Tetapi di Garut, Banser terpancing emosi membakar bendera itu. Kejadian itu diviralkan dengan senang hati dan tahap kedua dilaksanakan, yaitu demo besar mengutuk aksi pembakaran itu.
Demo lebih besar dirancang di Jogja saat apel akbar Banser NU. Dimaksudkan ada provokasi yang berakibat rusuh dan meledak ke seluruh daerah. Sebuah skenario yang sempurna pada awalnya..
Yang tidak disangka para provokator ini adalah mendadak Banser membatalkan acara di Jogja meski ribuan anggota Banser sudah ada disana. Pasukan ditarik karena ada laporan sekelompok besar massa akan demo dan memaksa masuk untuk memicu keributan.
Seperti pernah dikatakan Gus Yaqut, "Saya tidak takut sama mereka. Yang saya takutkan adalah ribuan anggota Banser yang tidak sabar dan ini berbahaya..." Karena itu supaya tidak terjadi masalah, Banser menarik diri karena tidak ingin ada kejadian yang merugikan bangsa ini.
Banser pasti rugi besar dengan pembatalan acara karena biaya-biaya sudah keluar jauh sebelumnya. Tapi itu jauh lebih baik bagi bangsa. Gorengan provokasi ini memang tujuannya untuk mengacaukan Pilpres 2019. Dengan mundurnya Banser dari acara, maka gorengan itu berakhir dengan sendirinya.
Salut buat Banser NU yang mampu menahan diri dari semua provokasi ini..
Ansor Apel Kebangsaan Banser
Sumber Opini : https://www.dennysiregar.com/2018/10/banser-nu-batalkan-apel-akbar-di-jogja.html

Siapa di Balik Aksi Pembakaran Bendera HTI?

Peristiwa pembakaran bendera HTI adalah peristiwa yang sudah dirancang matang.
Sasarannya adalah bentrokan meluas antara Banser NU dan kelompok garis keras, yang tujuannya menggagalkan Pilpres 2019.
Peringatan Hari Santri dijadikan pintu masuk dimana disusupkan beberapa orang dengan bendera HTI di Jawa Barat. Tujuannya memprovokasi. Dan Banser NU di Garut terpancing untuk membakar bendera HTI itu.
Sontak sesudah terjadi pembakaran bendera yang diviralkan di media sosial, terjadi demo di beberapa tempat dengan membawa bendera-bendera HTI. Mereka sudah menyiapkan "alat perang"nya jauh hari sebelumnya. Mereka juga berdemo di depan kantor GP Ansor dan Banser untuk semakin memanaskan suasana.
Dapat kabar bahwa apel akbar yang juga puncak Kirab Satu Negeri yang rencana Jumat diadakan di Jogjakarta dibatalkan Banser sendiri. Mereka menghindari kerusuhan, karena anggota mereka yang hadir di Jogja mencapai 100 ribu orang.
Jika diprovokasi oleh tekanan massa berjumlah 100 orang saja, bisa pecah perang yang akan dibesarkan skalanya sampai ke seluruh negeri. Ada agenda aksi balasan yang sudah disusun di beberapa tempat. Untungnya GP Ansor dan Banser bisa menahan diri mereka.
Belum selesai, sesudah Banser membatalkan acaranya di Jogja, ada gerakan untuk memfitnah mereka dengan membakar bendera HTI di beberapa tempat. Tujuannya jelas, aksi bakar bendera HTI itu akan dianggap sebagai aksi balas dendam oleh Banser dan akan dibalas aksi balas dendam lainnya.
Menuju Pilpres 2019 ini kita akan melihat pelintiran-pelintiran opini dari para "spin doctor" yang sudah lama memetakan akar konflik di negeri ini. Mereka tahu simpul-simpul mana yang akan dimainkan dan diharapkan akan menjadi ledakan.
Ketika terjadi kerusuhan, maka agenda tudingan bahwa negeri ini tidak aman ketika dipimpin oleh Jokowi akan dibesarkan. Isu bahwa Jokowi dan koalisi partai pendukungnya adalah PKI akan dikobarkan. Isu ini akan mereka tajamkan bahwa mereka sedang jihad melawan PKI.
Bisa dibilang agenda provokasi Banser ini sudah memasuki tahap kedua, sesudah isu PKI sebelumnya mereka dengungkan di masjid, di majelis dan di semua tempat berkumpulnya muslim awam.
Siapa di balik semua ini?
Sepertinya ini adalah agenda HTI, yang dimanfaatkan para pengusaha hitam dan koalisi lawan Jokowi. Jika diteliti, pada saat demo menentang Banser NU, simbol-simbol pasangan pilpres muncul di lapangan. Dan ini bukan hal yang aneh, karena selama ini mereka dekat dan menjadi pembela HTI saat dibubarkan.
Menuju 2019, situasi akan semakin panas. Tapi yang patut diapresiasi di sini adalah kinerja polisi yang sangat cepat dan terorganisasi baik. Polisi tidak terpancing pembangunan opini yang dibangun bahwa yang dibakar adalah "bendera tauhid".
Dalam setiap statemennya polisi selalu menyebut bahwa itu "bendera HTI". Ini penting supaya negara tidak kalah dalam tekanan kelompok yang sudah dibubarkan tahun lalu ini.
Siapkan secangkir kopi, Indonesia sedang berada pada persimpangan, apakah kita akan mundur sekian tahun lagi atau melompat maju sebagai bangsa yang besar sesudah melewati guncangan-guncangan ini.
Banser Kantor Pusat HTI

JOKOWI BUKAN LAGI KITA

Sudah lama saya tidak kritik Jokowi. Ia juga bukan manusia sempurna, jadi seharusnya kritikan yang tepat harus ia terima..
Tahun 2014, saya dan banyak orang lain memilih Jokowi. Kenapa ? Karena ia adalah kita. Kita yang memimpikan sosok yag sederhana sebagai perlawanan pemimpin borjuis yang memamerkan harta dan partai keluarga.
Kita memilih Jokowi karena ia adalah pemimpin revolusi dari tatanan yang rusak di negeri ini. Ia adalah suara rakyat kecil yang bergerak demi tercapainya harapan akan keadilan sosial bagi seluruh negeri. Dan Jokowi bisa mewujudkan harapan ini, di tengah gempuran mereka yang tersingkir sesudah sekian lama merampok sana sini.
Pada titik itu, Jokowi menjelma menjadi kita yang sesungguhnya.
Tetapi "kita" pada tahun 2014, sudah bukan "kita" lagi sekarang ini. Sekarang "kita" sudah berubah, berpikiran lebih maju, lebih mapan, dan ingin sesuatu yang berada di depan.
Disinilah Jokowi tidak menjadi "kita" kembali. Ia menjadi orang lain yang terlihat sibuk bertahan memamerkan program-program yang telah dicapai. Ia menjadi menjadi orang lain yang sibuk dengan masalah sehari-hari tanpa menawarkan konsep yang melompat ke depan.
Jokowi menjadi seperti merk Iphone, yang berubah nama tetapi teknologi tetap sama. Tidak ada sesuatu yang baru untuk ditawarkan kedepannya, tetapi tetap harus dijual demi kelangsungan usaha. Kehabisan ide dan strategi yang memukau, yang membuat kita membelinya karena terpukau.
Tagline "Indonesia Maju" adalah jualannya. Tapi masalahnya, maju seperti apa yang ingin dicapai ? Tidak ada penjelasan, yang ada hanya retorika. Tidak pernah diwujudkan dalam bentuk visual yang membuat kita bergumam, "Oh, seperti ini kelak negeri ini jika Jokowi memimpin kembali." Kita juga perlu mimpi, tawarkan itu sebagai sebuah strategi.
Tahun-tahun kedepan, semua akan berubah. Teknologi akan mengambil banyak sisi kehidupan kita. Dan Jokowi hanya menyiapkan anak-anak muda sebagai pekerja, padahal bidang itulah yang akan banyak digantikan oleh robot-robot demi efisiensi dan efektivitas kerja.
Pembangunan infrastruktur dimana-mana. Tetapi kenapa tidak pernah dijelaskan dampak infrastruktur itu terhadap ekonomi di daerahnya ? Bahwa akan muncul kota-kota baru yang punya potensi sesuai jati dirinya. Dan semua itu digambarkan lewat animasi 4 dimensi, sehingga mata kita dimanjakan olehnya.
Yang ada sekarang hanya laporan berupa angka, berapa kilometer yang sudah dibangun pemerintah. Padahal masyarakat kita adalah masyarakat pemimpi, mainkan emosi mereka, jangan hanya main di data..
Ah, terlalu banyak hal yang harus dituliskan. Tetapi ada satu poin yang layak menjadi acuan. "Kita" sekarang ini sudah baru dalam pemikiran, tawarkan "kita" sesuatu yang baru sebagai harapan. Kita butuh sebuah lompatan, bukan sesuatu yang sedang berjalan. Disinilah Jokowi banyak kekurangan. Ia hanya bertahan dan bertahan. Seperti seseorang yang takut kehilangan kekuasaan.
Mungkin juga bukan salah Jokowi, karena ia dikenal sebagai seorang yang mempunyai visi. Masalahnya mungkin ada di sekitarnya, orang-orang lama yang tidak mempunyai imajinasi, dan lebih sibuk dengan ketakutan akan peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi. Jokowi perlu penyegaran, baik dari sisi timses maupun yang ada di lingkaran.
Jika Jokowi bisa menawarkan mimpi, maka ia akan menjadi kita kembali. Kita yang sudah muak dengan masalah "agama" yang selalu dipelintir sana sini, tapi jarang berbicara bagaimana peta Indonesia dalam penguasaan teknologi sekian puluh tahun ke depannya.
Untung saja, lawan Jokowi tidak pintar. Hanya sibuk isu kesana kemari, tanpa menawarkan sesuatu yang baru yang bisa membuat kita beralih. Pengennya seperti America Great Again, tapi jadinya provokasi yang gagal maning gagal maning...
Bayangkan seandainya mereka bicara tentang teknologi pembaruan, menjanjikan Indonesia menjadi negeri dengan semua penguasaan, membuat sebuah video tentang canggihnya negeri ini kedepan, tentu Jokowi akan kelabakan.
Untungnya mereka juga bukan peminum kopi, yang memunculkan banyak imajinasi dan harapan, sebagai sesuatu yang layak ditawarkan kepada bangsa ini yang sedang bergerak seperti buih ditengah gelombang penguasaan dunia terhadap teknologi.
Jokowi harus berubah. Berubah menjadi kita yang sekarang. Masih ada waktu untuk menawarkan sesuatu yang baru. Bertahan bukan lagi opsi yang menjanjikan.
Seruput kopinya, kawan.
Joko Widodo Jokowi

Pembakaran Bendera Kalimat Tauhid Pernah Terjadi di Libanon dan Irak

Jakarta, (Tagar 26/10/2018) - Pembakaran bendera diduga milik ormas terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) bertuliskan kalimat tauhid pada Hari Santri Nasional, Senin (22/10) di Garut, Jawa Barat, berbuntut panjang. Polemik dan perdebatan sampai sekarang masih terus bergulir.
Pada hari ini Jumat (26/10) sekelompok orang menyebut diri lakukan aksi "bela tauhid" berunjuk rasa di depan kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang komunikasi dan informatika (Kominfo) Masduki Baidlowi menjelaskan, bahwa sejatinya kalimat tauhid boleh saja dipergunakan. Dengan catatan, bendera tersebut tidak dijadikan klaim oleh organisasi tertentu atau negara tertentu. Dikarenakan, kalimat tauhid itu adalah milik seluruh umat Islam, bukan milik organisasi yang jelas-jelas dilarang di banyak negara seperti HTI dan ISIS.
Baca juga: Uus, Si Pembawa Bendera Berkalimat Tauhid yang Identik dengan HTI di Garut
"Menjadi kontroversial kalau kemudian bendera Rasullulah itu diklaim oleh sekelompok orang, misalnya ISIS itu, HTI juga menggunakan bendera itu, itu menjadi masalah," kata Masduki saat dihubungi oleh Tagar News, Jakarta, Selasa (24/10).
Penggunaan kalimat tauhid untuk simbol organisasi ataupun untuk lambang negara memang sah untuk digunakan, akan tetapi tidak hanya kalimat tauhid saja, harus diikuti dengan simbol-simbol lainnya untuk menjadi pembeda.
"Kalau mau menggunakan kalimat tauhid, boleh saja tapi ada simbol tertentu contoh misalnya bendera Arab Saudi juga menggunakan kalimat tauhid hijau, tetapi di bawahnya ada pedang, itu simbol negaranya, pedang terhunus khas arab," lanjut Masduki.
Pembakaran bendera organisasi terlarang tidak hanya terjadi di Indonesia. Libanon dan Irak, negara yang notabene mayoritas muslim juga melakukan hal sama. Beberapa waktu lalu mereka beramai-ramai melakukan aksi membakar bendera ISIS yang di dalamnya tertulis kalimat tauhid. Aksi itu dilakukan mereka sebagai bentuk penolakan terhadap keberadaan ISIS di negara mereka.
Seperti dikutip dari laman Daily Mail pada 8 September 2014, sejumlah orang melakukan protes terhadap ISIS karena kekejaman yang dilakukan ISIS dinilai tidak manusiawi dan menimbulkan kebencian yang berakhir dengan peperangan. Oleh karena itu sebagai bentuk protes, mereka melakukan pembakaran terhadap lambang-lambang dan simbol yang identik digunakan oleh ISIS.
Tidak hanya di Libanon dan Irak, aksi tersebut menyebar luas di beberapa negara, dan menjadi viral di media sosial dengan hastag #BurnIsisFlagChallenge.

Pembakaran Bendera ISIS 
Pembakaran bendera ISIS di Libanon, sebagai bentuk protes atas tindakan kejam yang dilakukan oleh ISIS. (Foto: Twitter)

Pembakaran Bendera ISIS 
Masyarakat Libanon melakukan aksi #BurnISISFlagChallenge untuk mengecam aksi yang dilakukan oleh ISIS. (Foto: Twitter/@Syricide)
Pembakaran Bendera ISISPembakaran bendera ISIS tidak hanya di Libanon saja, sejumlah orang yang juga melakukan aksi protes melakukannya di London, Inggris. (Foto: Daily Mail)

Pembakaran Bendera ISISSeorang wanita membakar bendera ISIS, sebagai bentuk aksi protes. (Foto: Dailymail)

Pembakaran Bendera ISISAksi #BurnISISFlagChallenge muncul setelah ISIS melakukan eksekusi terhadap jurnalis asal Amerika Serikat James Foley dan Steven Sotloff. (Foto: Daily Mail)

Pembakaran Bendera ISISTidak hanya di Libanon, pembakaran bendera ISIS juga terjadi di Irak. (Foto: Twitter/@Syricide)
https://www.tagar.id/Asset/uploads/402986-pembakaran-bendera-isis.jpeg
Aksi #BurnISISFlagChallenge viral pada Semptember 2014. (Foto: Daily Mail)

Kapitra Ampera: Aksi 'Bela Tauhid' Dijadikan Momentum Ingin Jatuhkan Jokowi

Jakarta, (Tagar 26/10/2018) - Politisi PDI Perjuangan Kapitra Ampera menduga ada kepentingan politis dibalik Aksi Bela Tauhid yang digelar di Jakarta, pada Jumat (26/10) siang.
Dia menilai aksi tersebut dijadikan momentum bagi pihak-pihak yang ingin menjatuhkan Presiden Joko Widodo.
"Setiap gerakan saat ini ditumpangi politik pihak sebelah, tidak murni lagi," kata Kapitra usai diskusi bertajuk "Hoax dan HTI Masih Bergentayangan", di Jakarta, Jumat (26/10), mengutip Antara.
Hal itu dikatakannya terkait adanya orasi dalam aksi tersebut yang menyebutkan haram memilih Joko Widodo di Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 karena tidak berpihak kepada umat Islam.
Kapitra mengatakan ada pihak-pihak yang mencari dan menciptakan momen untuk bagaimana serang Presiden Jokowi tanpa ampun. Karena itu, dia menilai isu pembakaran bendera di Garut dipolitisasi sedemikian rupa untuk kepentingan pihak-pihak tertentu dalam upaya merebut kekuasaan.
"Massa yang hadir kan mobilisasi saja, di luar itu mereka akan kembali ke jati diri mereka masing-masing," ujarnya.
Kapitra menegaskan bahwa dirinya tidak khawatir melihat adanya upaya menurunkan elektabilitas Jokowi di tengah-tengah massa dengan jumlah yang sangat banyak.
Sebelumnya, massa menggelar Aksi Bela Tauhid dalam rangka menyuarakan aspirasi terhadap perobekan bendera berkalimat tauhid yang terjadi di Garut, beberapa hari lalu.
Massa melakukan long march dengan rute Masjid Istiqlal, Patung Kuda dan berhenti di Kementerian Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenkopolhukam) di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta. []
https://www.tagar.id/Asset/uploads/443523-demo-bela-tahuid.jpeg
Massa Aksi Bela Tahuid berdemo di depan kantor GP Ansor. (Foto: Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

Kalimat Tauhid dan Penggunaannya dalam Sejarah Islam

Jakarta, (Tagar 24/10/2018) - Insiden pembakaran bendera berkalimat tauhid saat Hari Santri Nasional di Garut, Jawa Barat, Senin (22/10) menuai protes dan pembicaraan publik. Pasalnya, dilakukan oleh Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama yang beralasan, membakar bendera yang selama ini identik dengan bendera organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), bukan bermaksud untuk membakar kalimat tauhidnya.
Wakil Sekretaris Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Masduki Baidlowi menjelaskan, keidentikan kalimat tauhid dengan bendera organisasi terlarang HTI sebenarnya tidak boleh dilakukan. Sebab, lanjutnya, hal tersebut bisa menimbulkan masalah baik kini, maupun di kemudian hari.
"Menjadi masalah ketika misalnya terjadi kondisi yang sifatnya emosional. Misalnya, bendera itu jatuh, terinjak, lalu kemudian yang lain dianggap bukan menginjak bendera kelompok tertentu, malah dianggap menginjak kalimat tauhid," terangnya saat dihubungi Tagar News, di Jakarta, Selasa (24/10).
Baca juga: Bendera Tauhid Jangan Digoreng, Apalagi Buat Gerakan Seperti 212, Imbau Wagub Jabar
Ia mengibaratkan klaim organisasi tertentu dengan bendera berkalimat tauhid, seperti insiden pembakaran yang dilakukan oleh Banser.
"Kan maksudnya yang dia mau bakar itu bendera HTI, kan tidak mungkin dia seorang muslim membakar kalimat tauhid. Maksud dia itu membakar HTI, karena HTI itu kan selama ini mengklaim diri seakan-akan itu benderanya HTI," jelas Masduki.

Bolehkah Kalimat Tauhid Digunakan?
Pendukung HTI di KampusBendera berkalimat tauhid yang digunakan HTI. (Foto: Tagar/ Gemilang Isromi Nuari)

Bendera berkalimat tauhid menurut Masduki boleh saja dipergunakan. Dengan catatan, tidak dijadikan klaim oleh organisasi tertentu atau negara tertentu bahwa itu miliknya. Sebab, kalimat tauhid adalah milik seluruh umat Islam, bukan milik HTI maupun ISIS yang jelas merupakan organsisasi Islam terlarang.
"Menjadi kontroversial kalau kemudian bendera Rasullulah itu diklaim oleh sekelompok orang, misalnya ISIS itu, HTI juga menggunakan bendera itu, itu menjadi masalah," jelas Masduki yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Kominfo itu.
Seluruh organisasi maupun negara Islam di dunia, lanjutnya, bisa menggunakan kalimat tauhid di benderanya jika mau, karena bukan simbol organisasi tertentu.
"Itu bisa digunakan oleh Ansor, oleh Muhammadiyah, oleh siapa saja. Kalau sekarang kan seakan-akan bendera dengan kalimat tauhid itu milik satu golongan yang namanya HTI. Dari mana dia mendapatkan mandat begitu?" jelasnya lagi.
Ia mencontohkan, penggunaan kalimat tauhid sebenarnya pun digunakan sebagai bendera negara oleh Arab Saudi. Akan tetapi, penggunaannya mengikuti simbol negara, tak hanya kalimat tauhid saja.
"Kalau mau menggunakan kalimat tauhid misalnya, boleh saja tapi ada simbol tertentu contoh misalnya bendera Arab Saudi kan juga menggunakan kalimat tauhid hijau, tetapi di bawahnya ada pedang, itu simbol negaranya, pedang terhunus khas arab," urai Masduki.
"Dengan sendirinya itu maka ya bukan kalimat tauhidnya yang menjadi soal, tetapi simbol secara keseluruhan Arab Saudi kan gitu. Jadi, tidak bisa kalau sifatnya umum, lalu diklaim atas nama golongan tertentu," lanjutnya menguraikan.

Sejarah Bendera Tauhid
Perang BadarIlustrasi Perang Badar. (Foto: muslimobsession.com)

Masduki menjelaskan, kalimat tauhid sebagai simbol dari bendera sesungguhnya memang pernah dijadikan simbol bendera pada zaman Nabi terakhir umat Islam, yakni Rasulullah SAW. Penggunaannya pun ketika berperang dengan musuh kala itu.
"Jadi memang ada bendera kalau dalam sejarah itu, kalimat tauhid itu adalah bendera yang pernah dibawa Rasulullah. Ada bendera yang besar ada bendera yang kecil, bendera yang kecil itu biasanya dibawa untuk kelompok ketika berhadapan dengan musuh dalam peperangan," tutur Masduki.
"Karena pada zaman itu, pihak lawan pasti juga menggunakan bendera-bendera yang lain. Sehingga dia tak terhindarkan harus menggunakan bendera," sambungnya.
Tidak ada yang spesifik mengenai warna, maupun bentuk tulisan yang digunakan saat itu. Menurut hadis, Rasulullah memang tidak menetapkan warna apa yang digunakan untuk bendera berkalimat tauhid tersebut.
"Banyak macam riwayat cerita mengenai warna dari bendera itu. Tulisannya juga masih sederhana, belum tulisan kaligrafi. Warnanya juga ada yang menyatakan kadang-kadang merah, kuning, hitam, putih. Memang kalau direkonstruksi itu, Rasullullah tidak menetapkan warnanya," jelasnya.
Selain pada zaman Rasulullah, menurutnya bendera dengan kalimat tauhid juga dipakai di era kekhalifahan Abbasiyah atau Bani Abbasiyah, khalifah kedua Islam yang berkuasa di Baghdad dan juga dinasti Umayyah yang didirikan pada 661 M oleh Muawiyyah bin Abu Sufyan.
"Dalam sejarahnya bendera ini juga dipakai oleh kerajaan-kerajaan atau pun dinasti-dinasti Islam setelah itu. Tetapi dengan simbol dan variasi ornamen, warna, dan macam-macam," kata dia menceritakan.
"Misalnya dinasti Abbasiyah menggunakan bendera kalimat tauhid dengan latar belakng hitam, dinasti Umayyah 90 tahun berkuasa itu putih, dan tidak tetap, bisa berubah-ubah juga," lanjutnya.
Konteksnya itu, menurut Masduki ada dua. Pertama bendera tauhid dipakai ketika perang, kedua ketika dijadikan semacam bendera resmi tapi bukan bendera negara.
"Karena saat itu belum sampai ke situ ya, dan itu sebagai tanda untuk kelompok barisan. Jadi begitulah, sejarah dari bendera bertuliskan kalimat tauhid," tukasnya.

Solusi Penggunaan Kalimat Tauhid
PBNULambang Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). (Foto: nu.or.id)

Untuk mencegah terjadinya klaim suatu organisasi dan berujung pada sebuah insiden, Masduki menjelaskan, PBNU akan berbicara dengan organisasi Islam, juga Majelis Ulama Indonesia, untuk membahas aturan mengenai sifat penggunaan kalimat tauhid secara umum.
"Kalau kami ke MUI akan diusulkan ke Rabithah Alam Islami (organisasi Islam Internasional) supaya ada aturan yang jelas mengenai penggunakan bendera kalimat tauhid. Tidak bisa diklaim oleh pihak tertentu," ungkapnya.
Karena, ia sadar bahwa klaim suatu organisasi bisa membuat perpecahan antar-umat Islam sendiri. Klaim-klaim yang sebenarnya kurang elok, bisa membuat perpecahan, apalagi orang-orang yang mudah tersulut tanpa mengerti duduk perkaranya, jelasnya.
"Karena di satu pihak seakan-akan ketika mengalami kesalahan, diartikan sebagai hinaan terhadap kalimat tauhid. Itu kan sama dengan mengadu domba antara Ansor atau Banser, dengan umat Islam. Seakan-akan berhadapan dengan umat Islam. Padahal kan tidak begitu maksudnya. Kalau orangnya tidak mengerti dianggap menghina agama kan. Tersulut kan," jelasnya.
Menurutnya, para Banser maupun kelompok lain juga seharusnya bisa mengidentifikasi terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan tertentu. Alih-alih membakar bendera sendiri, Masduki menyarankan untuk melaporkannya ke pihak yang berwajib.
"Saya kira kalau ada bendera kalimat tauhid itu dia identik dengan apa dulu. Identifikasi dulu, dia bendera siapa, kalau sudah benderanya siapa, jelas ormas tertentu, ya sudah laporkan ke polisi," tegas dia.
Meskipun menurutnya tindakan pembakaran yang dilakukan Banser itu tidak bagus, ia menegaskan bahwa Banser adalah umat Islam yang menghormati kalimat tauhid.
"Mana mungkin seorang Banser menghina kalimat tauhid. Ini semua orang terprovokasi pihak ketiga, tidak tahu siapa yang mengadu domba, agar antar-umat satu dengan lainnya itu bentrok, ini yang terjadi sebenarnya saat ini," pungkasnya. []
https://www.tagar.id/Asset/uploads/486585-pendukung-hti-di-kampus.jpeg
Bendera berkalimat tauhid yang digunakan organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). (Foto: Tagar/ Gemilang Isromi Nuari)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/kalimat-tauhid-dan-penggunaannya-dalam-sejarah-islam

Satu Truk Bendera HTI di Hari Santri

Jakarta, (Tagar 25/10/2018) - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal Zaini mengatakan tindakan pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid, akibat adanya provokasi.
Emosi anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) NU, menurutnya tersulut setelah kedatangan truk berisikan bendera yang identik dengan bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pada Hari Santri Nasional di Garut, Jawa Barat.
"Ada teman-teman di situ, kan ada bendera satu truk yang dikirim, lalu terjadilah provokasi. Ada sebagian yang sudah dikibarkan, sebagian lagi mau dibagikan," terang Helmy di Kantor PBNU, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (24/10).
Baca juga: Kalimat Tauhid dan Penggunaannya dalam Sejarah Islam
Pernyataan Helmy ini juga senada dengan pernyataan sikap PBNU terkait insiden pembakaran bendera berkalimat tauhid. PBNU menilai, aparat keamanan sudah kecolongan hingga terjadi insiden pembakaran bendera di sana.
"Kami menyayangkan aparat keamanan yang kecolongan dengan tidak melakukan tindakan terhadap pengibaran bendara organisasi terlarang (HTI)," jelas Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj.
Untuk meredakan keresahan masyarakat, PBNU telah menyatakan sikap resmi terkait insiden tersebut.

Berikut pernyataan lengkap sikap PBNU:
Pernyataan Sikap Tentang Peristiwa di Garut
Mencermati peristiwa pembakaran bendera HTI oleh Anggota Banser di Garut Jawa Barat tanggal 22 Oktober 2018, dengan ini Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menyatakan sikap:
1. Sebagai bentuk jaminan atas tegaknya Negara Kesatuan Republik lndonesia, maka segala bentuk usaha yang mengarah pada tindakan makar harus ditindak tegas.
2. Berdasarkan laporan Tim Pencari Fakta yang dibentuk PBNU, pengibaran dan pemasangan bendera HTI di tempat Apel Hari Santri Nasional 2018 terjadi di hampir seluruh Wilayah Jawa Barat, seperti Sumedang, Kuningan, Ciamis, Banjar, Bandung, Tasikmalaya, dll. Itu berarti ada upaya sistematis untuk melakukan infiltrasi dan provokasi terhadap pelaksanaan Apel Hari Santri Nasional 2018.
Di berbagai tempat, bendara HTI tersebut berhasil ditertibkan dan diserahkan kepada aparat keamanan sesuai SOP. Namun yang terjadi di Garut, anggota Banser menjadi korban dari provokasi dan infiltrasi dengan melakukan pembakaran bendera HTI di luar SOP yang sudah ditentukan.
PBNU menyayangkan peristiwa pembakaran bendera dimaksud. Atas dasar itu PP GP Ansor telah mengambil tindakan yang benar sesuai ketentuan dan mekanisme organisasi. PBNU |juga menyampaikan terima kasih kepada PP GP Ansor qq. Banser yang tidak terprovokasi dengan melakukan tindakan kekerasan terhadap pengibar bendera HTI, baik secara verbal maupun fisik dengan mempersekusi misalnya.
3. Kami menyayangkan aparat keamanan yang kecolongan dengan tidak melakukan tindakan terhadap pengibaran bendara organisasi terlarang (HTI).
4. Tindakan anggota Banser Garut tersebut didasari rasa cinta Tanah Air. Tidak ada landasan kebencian personal maupun kelompok, apalagi dimaksudkan untuk melecehkan atau menodai agama. Semangat untuk mencintai Tanah Air adalah landasan utama untuk mencegah gerakan-gerakan yang ingin mengganti konstitusi dan bentuk negara.
5. Meminta kepada semua pihak, utamanya warga Nahdliyin untuk menjaga ketenangan dan tidak terprovokasi. []
https://www.tagar.id/Asset/uploads/424275-bendera-hti.jpeg
HTI membawa benderanya di GBK. (Foto: Dokumentai Pribadi Gus Yaqut)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/satu-truk-bendera-hti-di-hari-santri

Uus, Si Pembawa Bendera Berkalimat Tauhid yang Identik dengan HTI di Garut

Jakarta, (Tagar 26/10/2018) - Kepolisian akhirnya mengamankan pria yang membawa bendera yang identik sebagai bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), berwarna hitam dan berkalimat tauhid, saat Hari Santri Nasional di Garut, Jawa Barat. Pria yang diamankan penyidik Polda Jawa Barat di Bandung, Kamis (25/10) pukul 13.00 WIB itu bernama Uus Sukmana.
"Yang bersangkutan bernama US berasal dari Desa Cibatu, Garut dan ditangkap di Jalan Laswi, Bandung di tempat kerjanya," ujar Kabareskrim Polri Komjen Arief Sulistyanto di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (25/10).
Berdasarkan keterangan kepolisian, Uus kini berusia 36 tahun. Ia juga merupakan seorang pekerja di toko bangunan di kawasan Bandung.
Baca juga Kapitra Ampera: Aksi 'Bela Tauhid' Dijadikan Momentum Ingin Jatuhkan Jokowi
Facebook Uus SukmanaFacebook Uus Sukmana. (Foto: Facebook/ Uus Sukmana)

Dari penelusuran Tagar News, ada sebuah akun Facebook bernama Uus Sukmana. Di dalamnya memang ditemukan foto Uus. Namun dari postingan, akun tersebut terlihat tidak aktif menyuarakan pernyataan yang mencurigakan. Postingan yang terlihat pada 9 Februari 2009, terlihat wajar.

Apakah Uus mengenal HTI?
Uus SukmanaPembawa bendera HTI Uus Sukmana. (Foto: Facebook/ Uus Sukmana)

Dari pemeriksaan yang dilakukan, ternyata Uus memang mengetahui soal HTI yang kini sudah dibubarkan. Menurut pengakuannya, ia mengenal HTI dari sebuah forum chatting.
"Statemen yang bersangkutan mengenal ormas HTI dari forum chatting. Jadi, Uus mengenal dari forum chatting, ini keterangan yang penting," jelasnya, menerangkan hasil pemeriksaan lanjutan, Jumat (26/10).
Menurut hasil pemeriksaan, Uus pun mengaku pernah terlibat dengan kegiatan HTI di Jakarta tahun 2016 silam.
"Kita tanya apakah pernah mengikuti semacam penyampaian aspirasi dengan HTI, dia jawab pernah tahun 2016 di Jakarta," terang Kapolda Jabar Irjen Agung Budi Maryoto di Mapolrestabes Bandung, Kota Bandung, Jumat (26/10).

Uus Kenali bendera HTI
Uus SukamanaPembawa bendera HTI di Garut, Uus Sukmana. (Foto: Facebook/ Uus Sukmana)

Karena ia mengenal HTI, Uus juga tak menyangkal bahwa ia memang membawa bendera berkalimat tauhid, yang merupakan bendera yang dipakai HTI kala itu. Uus, dalam BAP, mengaku senang dengan bendera tersebut.
"Dia senang saja dengan bendera itu. Di BAP (Uus) mengatakan dia senang dengan bendera itu," imbuhnya.
Uus menjelaskan, bendera ia dapatkan dengan membeli secara online dari sebuah akun Facebook yang memperjual-belikan bendera HTI.
"Beli online melalui Facebook yang diiklankan oleh akun Facebook yang menyebut itu bendera HTI," jelas Arief.
"Uus mengakui bendera digunakan dalam acara-acara HTI. Ada yang mengatakan bendera tidak didaftarkan tapi de facto bendera semacam itu sering digunakan ormas HTI," sambungnya.

Status Uus?
Kabareskim Komjen Arief SulistyantoKabareskim Komjen Arief Sulistyanto. (Foto: ngopibareng.id)

Uus Sukmana disebut-sebut memang sengaja mengganggu peringatan Hari Santri Nasional (HSN) di Limbangan, Garut, Jawa Barat. Karena ia tak mengindahkan larangan membawa bendera selain Merah Putih, di sana.
Atas dasar itu, Uus diduga melanggar Pasal 174 KUHP terkait kegaduhan di lapangan upacara peringatan HSN.
"Uus sengaja ingin mengganggu kegiatan Hari Santri Nasional yang resmi itu. Faktor utama penyebab terjadinya pembakaran yang menimbulkan gangguan adalah saudara Uus yang menyusup dan mengibarkan bendera HTI yang sudah dilarang sebelumnya," papar Komjen Arief.
Namun, untuk menyelidiki lebih lanjut mengenai motif Uus yang sebenarnya, polisi masih mengumpulkan bukti. Salah satunya melacak jejak digital Uus melalui handphone (HP) lamanya, yang diduga dengan sengaja dijualnya pasca-insiden, Senin (22/10).
"Sampai saat ini petugas, tim penyidik, masih mendalami jejak digital Saudara Uus. HP yang ditemukan HP baru yang sudah berganti sejak 24 Oktober kemarin," ungkapnya.
"HP-nya dijual, HP-nya ditukar. Kami sedang mencari HP yang lama yang digunakan," lanjutnya. []
https://www.tagar.id/Asset/uploads/190794-uus-sukamana-.jpeg
Uus Sukmana, pembawa bendera HTI di acara Hari Santri di Garut, Jawa Barat, Senin (22/10/2018). (Foto: Facebook/ Uus Sukmana)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/uus-si-pembawa-bendera-berkalimat-tauhid-yang-identik-dengan-hti-di-garut

Insiden Pembakaran Bendera, JK Ajak Seluruh Masyarakat Menahan Diri

Jakarta, (Tagar 27/10/2018) - Wakil Presiden M Jusuf Kalla bersama para pimpinan organisasi massa menyampaikan pernyataan bersama di Rumah Dinas Wapres, Jakarta, Jumat, menyikapi terkait pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid yang terjadi di Limbangan, Garut.
Wapres dalam kesempatan itu membacakan pernyataan bersama didampingi oleh para pimpinan ormas Islam. Di antaranya Ketua Umum PB NU Said Aqil Siradj, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haidar Nasir, Ketua Umum Syarikat Islam Hamdan Zoelva, Ketua Umum PB Al Washliyah Yusniar Yusuf, Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin.
Ketua Majelis Penasihat Persis Maman Abdurrahman, Ketua Umum Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia Moh Sidik, Sekjen Dewan Masjid Indonesia Imam Addaruqutni, Tokoh Muhammadiyah Din Syamsuddin, Cendekiawan Muslim Nasaruddin Umar.
Dalam pernyataan sikap tersebut para pimpinan ormas Islam menyesalkan terjadinya pembakaran bendera tersebut, dan sepakat menjaga suasana kedamaian serta berupaya meredam situasi agar tidak terus berkembang.
Baca juga: Kalimat Tauhid dan Penggunaannya dalam Sejarah Islam
Jusuf KallaWakil Presiden Jusuf Kalla (ketiga kiri) bersama Menteri Sekretariat Negara Pratikno (kedua kiri), dan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kiri) melakukan pertemuan dengan pimpinan ormas di Rumah Dinas Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (26/10/2018). (Foto: Antara/Aprillio Akbar)

Pimpinan ormas Islam juga mengingatkan bahwa musyawarah dan saling pengertian merupakan cara yang digunakan bangsa Indonesia dalam menyelesaikan masalah, serta tetap menjaga persatuan dan kesatuan dengan kearifan dan nilai luhur bangsa.
Dalam upaya menyelesaikan dan mengakhiri masalah tersebut, oknum yang membakar dan membawa bendera telah meminta maaf. GP Ansor serta NU menyesalkan peristiwa tersebut, dan telah memberikan sanksi atas perbuatan yang melampaui prosedur yang telah ditetapkan dan berharap tidak terulang kembali.
Pimpinan Ormas Islam juga menyerukan kepada rakyat Indonesia untuk bergandengan tangan menolak segala bentuk upaya adu domba dan pecah belah.
"Mengajak seluruh masyarakat untuk menahan diri agar tidak lagi memperbesar masalah. Khususnya kepada segenap Umat Islam marilah bersama-sama mengedepankan dakwah Islam yang bil hikmah wal mauidzatil hasanah," kata Wapres membacakan pernyataan tersebut seperti dilansir kantor berita Antara.
Apabila terdapat pelanggaran hukum di dalam peristiwa tersebut, diserahkan kepada Polri untuk menyelesaikan berdasarkan hukum yang berlaku, demikian akhir pernyataan bersama itu. []
https://www.tagar.id/Asset/uploads/117759-jusuf-kalla.jpeg
Wakil Presiden Jusuf Kalla (ketiga kiri) bersama Menteri Sekretariat Negara Pratikno (kedua kiri), dan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kiri) melakukan pertemuan dengan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir (kanan), mantan Rais Aam PBNU Ma'ruf Amin (kedua kanan), Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Agil Siradj (ketiga kanan) dan pengurus ormas lainnya di Rumah Dinas Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (26/10/2018). (Foto: Antara/Aprillio Akbar)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/insiden-pembakaran-bendera-jk-ajak-seluruh-masyarakat-menahan-diri

Mewaspadai Penggiringan Opini “Banser Bakar Bendera Tauhid”

ISLAMNUSANTARA.COM, Jakarta – Jaringan Muslim Muda Jayakarta (JMMJ) menilai eks Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang resmi dibubarkan oleh pemerintah melakukan penggiringan opini bahwa bendera HTI yang dibakar oleh Barisan Ansor Serbaguna (Banser) adalah bendera tauhid.
“HTI mulai menggiring opini bahwa bendera HTI yang dibakar adalah bendera tauhid. Narasi ini sengaja diproduksi terus sejak awal dan endingnya adalah bubarkan Banser,” ujar Ketua JMMJ Ahmad L di Jakarta, Selasa (23/10)
Ahmad meminta agar publik tidak tergiring opini yang dimainkan oleh para loyalis HTI yang masih gentayangan di negeri ini. Menurut dia, justru adanya peristiwa itu, HTI memanfaatkan situasi dengan semakin kencang menggoreng kejadian tersebut demi memberikan image negatif pada Banser.
“Sehingga mantan HTI ini mencoba memainkan psikologi publik agar ikutan emosi dan ikutan mencaci maki Banser. Kesempatan ini justru mereka tidak sia-siakan, inilah bagian dari strategi HTI,” ungkap dia.
Karena itu, Ahmad meminta kepada semua pihak untuk menahan diri, jangan terpancing maupun terprovokasi oleh pihak-pihak yang ingin memperkeruh suasana. “Waspadai ada upaya adu domba yang ingin memecah belah bangsa,” ujarnya.
Ahmad sependapat jika pembakaran itu dilakukan demi menghormati dan menjaga kalimat tauhid. Hal itu dilakukan agar tulisan tersebut tak terinjak-injak dan terbuang di tempat yang tak semestinya.
“Positif thinking saja, jangan terprovokasi HTI. Banser mungkin ingin memperlakukan hal itu sebagaimana jika mereka menemukan potongan sobekan mushaf Alquran. Mereka akan bakar sobekan itu, demi untuk menghormati dan menjaga agar tidak terinjak-injak atau terbuang di tempat yang tidak semestinya,” pungkas dia. (ISNU)
Sumber: Muslimoderat
Mewaspadai Penggiringan Opini “Banser Bakar Bendera Tauhid”
Sumber Berita : http://www.islamnusantara.com/mewaspadai-penggiringan-opini-banser-bakar-bendera-tauhid/

Ketum PBNU Tegaskan Banser Tidak Akan Pernah Bubar Sampai Kiamat

ISLAMNUSANTARA.COM, Jakarta – Desakan Banser dibubarkan muncul pascaperistiwa pembakaran bendera berisi kalimat tauhid yang dinyatakan sebagai bendera HTI di Garut, Jawab Barat. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menegaskan Banser tidak akan bubar.
“Tidak akan bubar sampai kiamat,” kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di kantornya, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis (25/10/2018).
Dia tak begitu mempermasalahkan seruan tersebut. Menurutnya, setiap orang memiliki kebebasan dalam menyampaikan pendapat.
“Orang minta boleh-boleh saja, masa dilarang,” ucapnya.
Seruan pembubaran Banser itu banyak diperbincangkan di media sosial. Seruan itu merupakan bentuk kecaman atas tidak Banser di Garut.
Pembakaran bendera itu terjadi bertepatan dengan perayaan Hari Santri Nasional pada Minggu (22/10). Polisi juga telah menangkap tiga pelaku pembakaran bendera tersebut. (ISNU)
Sumber: Muslimoderat
Ketum PBNU Tegaskan Banser Tidak Akan Pernah Bubar Sampai Kiamat
Sumber Berita : http://www.islamnusantara.com/ketum-pbnu-tegaskan-banser-tidak-akan-pernah-bubar-sampai-kiamat/

Saatnya Mahasiswa Moderat Meriahkan Masjid Kampus

ISLAMNUSANTARA.COM, Pontianak – Masih dalam suasana hari santri, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) mengadakan khatamul Quran dan tahlilan di masjid kampus setempat, Jumat (26/10).
Kegiatan dihadiri Ahmad Fauzi Muliji selaku senior yang juga anggota dari MUI Kalimantan Barat, acara ini dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional,
Ketua Komisariat PMII IAIN, Tiara Sari mengatakan bahwa kegiatan ini penting terus dilaksanakan. “Untuk menambah iman dan takwa kader yang terus melakukan pergerakan yang bersifat keislaman dan keindonesiaan,” katanya.
Nur Hamzah selaku senior serta Wakil Dekan FTIK IAIN Pontianak mengatakan bahwa kegiatan refleksi hari santri yang dilakukan kader PMII seperti sebelumnya dan saat ini merupakan bukti kader mengapresiasi para santri. “Karena santri merupakan simbol pemuda yang memiliki jiwa islami dan keindonesiaan yang patut dicontoh,” ungkapnya.
Didi Darmadi yang merupakan dosen IAIN Pontianak, mengatakan kegiatan perlu dilestarikan, dan perlu disebarkan di media. “Agar PMII tetap eksis dengan kegiatan yang bersifat positif seperti ini,” katanya. Dirinya juga berharap dengan adanya hari santri dapat menjadikan Indonesia tetap damai.
Ahmad Fauzi Muliji mengemukakan kegiatan yang dilakukan PMII merupakan tindakan tepat untuk menjaga silaturahim para kader dan alumni untuk saling berbagi dan diskusi bersama.
“Kegiatan seperti ini untuk menjaga hubungan alami para kader dan alumni. Kita semua sahabat, saling mendoakan agar urusan dan hajat dari kita dipermudah,” jelasnya.
Salah seorang peserta, Zulkifli mengatakan masjid kampus harus dipenuhi dengan mahasiswa moderat, dengan kegiatan kegiatan yang berhubungan dengan mahasiswa, serta kegiatan positif.
“Khatamul Quran dan tahlilan juga termasuk aksi membela tauhid dan tidak perlu turun ke jalan untuk membela tauhid, cukup dibela melalui hati dengan mengisi kegiatan spiritual seperti saat ini,” tandasnya. (ISNU)
Sumber: NU Online
Saatnya Mahasiswa Moderat Meriahkan Masjid Kampus
Sumber Berita : http://www.islamnusantara.com/saatnya-mahasiswa-moderat-meriahkan-masjid-kampus/

Ini 5 Pernyataan Bersama Pimpinan Ormas Islam Ihwal Pembakaran Bendera

islamindonesia.id – Ini 5 Pernyataan Bersama Pimpinan Ormas Islam Ihwal Pembakaran Bendera
Sejumlah pimpinan ormas Islam Indonesia mengeluarkan pernyataan bersama tentang pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid yang terjadi di Garut, Jawa Barat. Pernyataan ini dikeluarkan setelah mereka berkumpul selama kurang lebih tiga jam di kediaman Wakil Presiden Jusuf Kalla, Jakarta Pusat, 26 Oktober.
Berikut isi pernyataan bersama sebagaimana dilansir suaramuhammadiyah.id, 27 Oktober:
Mengamati secara seksama peristiwa pembakaran bendera di Kecamatan Limbangan Kabupaten Garut, Jawa Barat, bersama ini kami para Pimpinan Ormas Islam menyampaikan pernyataan sebagai berikut :
1. Para pemimpin ormas Islam mengingatkan bahwa bangsa Indonesia dalam mengatasi berbagai masalah bangsa selalu diselesaikan dengan musyawarah dan saling pengertian, serta tetap menjaga persatuan dan kesatuan dengan kearifan dan nilai luhur bangsa.
2. Para pimpinan ormas islam yang hadir menyesalkan terjadinya pembakaran bendera di kec. Limbangan Kab.Garut,dan sepakat untuk menjaga suasana kedamaian serta berupaya meredam situasi agar tidak terus berkembang ke arah yang tidak diinginkan.
3. Dalam upaya menyelesaikan dan mengakhiri masalah ini, oknum yang membakar dan membawa bendera telah menyampaikam permohonan maaf. Pimpinan GP Anshor dan Nahdlatul Ulama menyesalkan peristiwa tersebut, dan telah memberikan sanksi atas perbuatan yang melampaui prosedur yang telah ditetapkan dan berharap tidak terulang kembali;
4. Menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk bergandengan tangan, menolak segala bentuk upaya adu domba, dan pecah belah. Mengajak seluruh masyarakat untuk menahan diri agar tidak lagi memperbesar masalah. Khususnya kepada segenap Umat Islam marilah kita bersama-sama mengedepankan dakwah Islam yang bil hikmah wal mauidzatil hasanah;
5. Apabila terdapat pelanggaran hukum di dalam peristiwa ini, diserahkan kepada Polri untuk menyelesaikan berdasarkan hukum yang berlaku.
Demikian pernyataan pimpinan ormas islam ini disampaikan disertai doa dan harapan semoga allah swt senantiasa menjaga dan melindungi segenap bangsa Indonesia
Jakarta 26 Oktober 2018
##
Pernyataan ditandatangani Ketua Umum MUI KH Ma’ruf Amin, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, Ketua Umum Syarikat Islam Hamdan Zoelva, Ketua Umum Persis Maman Abdurrahman, Dewan Masjid Indonesia, Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiah Indonesia, Mohammad Siddik, Komaruddin Hidayat, dan Din Syamsuddin.[]
YS/Islamindonesia/Foto: suaramuhammadiyah.id
WhatsApp-Image-2018-10-27-at-00.06.14-990x557
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/berita/ini-5-pernyataan-bersama-pimpinan-ormas-islam-ihwal-pembakaran-bendera.htm

Ulama Banten Serukan Semua Atribut HTI Dibubarkan

JAWA BARAT – Ulama dan kyai di Banten bertekad siap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang telah didirikan oleh sumbangsih para kaum santri, dari rongrongan penghancur NKRI. Mereka menegaskan bagi siapa pun yang akan menghancurkan Indonesia agar ditangkap oleh pihak kepolisian.
“Tapi saya inginnya semua atribut HTI dibubarkan. Kami kyai siap mempertahankan NKRI harga mati. Siapapun yang akan mengubah negara ini secara inkonstitusional, akan kita hadapi,” kata Kyai Rahmat, di Masjid Agung Kesultanan Banten, Kota Serang, Jumat 26 Oktober 2018.
Lalu, puluhan santri dan ulama di Banten, bersama ratusan santrinya, di bawah menara Masjid Agung Kesultanan Banten menyatakan bahwa bendera yang dibakar oleh Banser di Garut, Jawa Barat, merupakan bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
“Bahwa kejadian di Garut, pada saat perayaan hari santri nasional, adalah insiden pembakaran bendera HTI, yang merupakan ormas terlarang di Indonesia,” kata KH.A.M Romli, Ketua MUI Banten.
Sebelum menyatakan bendera yang dibakar milik HTI, puluhan ulama, kyai dan santri se-Banten itu terlebih dahulu menjalankan shalat Jumat berjamaah di masjid peninggalan Sultan Banten itu.
Di bawah menara Masjid Agung Kesultanan Banten, mereka berharap umat Islam di seluruh Indonesia, terutama di Banten mampu menahan diri, dan tidak terpancing provokasi. Terutama yang mengancam keutuhan NKRI.
“Kita harus tetap mempertahankan bangsa Indonesia. Upaya melenyapkan bangsa Indonesia, akan berhadapan dengan para kyai dan ulama harus tetap bersatu,” terang Kiai Romli. [ARN/Viva]

Polisi Usut Kelompok Penyusup Kegiatan Hari Santri di Garut

JAWA BARAT – Kepolisian Daerah Jawa Barat memutuskan menelisik lebih dalam kelompok pembawa bendera berlafaz kalimat tauhid atau diyakini sebagai bendera organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia di Garut, Jawa Barat, Senin, 22 Oktober 2018.
Polisi menangkap seorang pria berinisial U yang ditengarai pembawa bendera HTI di Garut. Aparat menciduknya di Kampung Panyosongan, Desa Wanakerta, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut.
“Justru kami tertarik dengan adanya penyusup yang tidak ada dalam undangan untuk ikuti upacara. Kok tiba-tiba ikut upacara membekali diri dengan bendera HTI,” kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Barat, Komisaris Besar Polisi Umar Surya Fana, di Bandung pada Jumat, 26 Oktober 2018.
Meski begitu, Umar menegaskan, penyidiknya belum menetapkan seorang pun sebagai tersangka, oknum Banser yang membakar bendera itu atau pria yang diduga pembawa benderanya. Karena itu pula, polisi belum menetapkan pasal pidana yang akan diterapkan karena belum diketahui pasti tindak pidananya.
Namun, Umar memberi ancar-ancar bahwa bisa saja penyidik menerapkan pasal dalam Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik karena menyebarkan video pembakaran itu, atau pasal 17 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan sangkaan si penyusup pembawa bendera memicu kegaduhan sehingga mengganggu rapat umum.
Polisi lebih dahulu menemukan orang atau kelompok yang bertanggung jawab menyediakan atau membawa bendera itu. “Siapa pelakunya? Ya, yang nyusup tadi,” kata Umar. [ARN/Viva]

Surat Pemanggilan Kapolri Beredar, KPK: HOAX!

JAKARTA – Foto surat panggilan KPK ke Kapolri Jenderal Tito Karnavian beredar. KPK memastikan surat itu palsu alias hoax.
“Surat itu tidak benar,” kata Kabiro Humas KPK Febri Diansyah kepada detikcom, Jumat (26/10/2018).
Febri menegaskan KPK tidak pernah mengeluarkan surat tersebut. Dia mengatakan penomoran hingga stempel yang digunakan dalam surat palsu itu salah.
“Penomorannya keliru, tandatangan dan stempel juga salah dan KPK tidak pernah pengeluarkan surat tersebut,” ujarnya.
Dalam surat palsu itu terlihat logo KPK pada bagian kiri atas. Surat panggilan palsu itu menyebut Tito dipanggil pada Jumat 2 November 2018 mendatang untuk diperiksa sebagai tersangka.
Di bagian bawah kanan surat terdapat hari dan tanggal dikeluarkannya surat, yakni 29 Oktober 2018. Ada stempel berwarna biru dan tanda tangan di bawah tanggal surat.
Ketua KPK Agus Rahardjo juga memastikan surat itu hoax. “Ini surat palsu (hoax),” kata Agus. [ARN/Detik]

KPK-Polri Buru Pembuat Surat Palsu Panggilan Tito

JAKARTA – KPK memastikan surat pemanggilan untuk Kapolri Jenderal Tito Karnavian tidak benar atau hoax. KPK pun akan mengejar siapa pembuat surat palsu itu.
“KPK dan Polri akan bekerja sama ungkap surat palsu yang adu domba aparat penegak hukum,” kata Ketua KPK Agus Rahardjo, Jumat (26/10/2018).
Surat panggilan itu beredar dengan logo KPK di bagian kiri atas. Namun Kabiro Humas KPK Febri Diansyah memastikan bila penomoran hingga stempel yang digunakan salah.
“KPK tidak pernah mengeluarkan surat tersebut,” ujar Febri.
Surat panggilan palsu itu menyebut Tito dipanggil pada Jumat 2 November 2018 mendatang untuk diperiksa sebagai tersangka. Di bagian bawah kanan surat terdapat hari dan tanggal dikeluarkannya surat, yakni 29 Oktober 2018. Ada stempel berwarna biru dan tanda tangan di bawah tanggal surat. [ARN/Detik]

Re-Post by MigoBerita / Sabtu/27102018/15.32Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya