Home » Anti HOAX
»
Islam
»
Kita Harus Tahu
»
Migo Info
»
Persatuan Islam
»
Sejarah
» Islam Syi'ah Itsna ‘Asyariyah (Syi’ah Dua Belas Imam) menurut Drs Humaidy, M.Ag : Staf Pengajar Fakultas Tarbiyah UIN Antasari Banjarmasin Peneliti dan Staf Senior LK3 Banjarmasin
BANYAK sahabat yang memintaku untuk menulis tentang Syi’ah
Ja’fariyah yang termasuk dalam 8 madzhab yang diakui oleh dunia Islam
sebagai kelompok tak menyimpang. Mereka merasa belum mengenal sama
sekali Syi’ah Ja’fariyah karena minimnya informasi dan tak sampainya
buku-buku Syi’ah pada umumnya dan Syi’ah Ja’fariyah pada khususnya.
SYAHRASTANI mengatakan dalam kitab Al-Milal wa
An-Nihal bahwa Syi’ah terpecah menjadi hampir sekitar 40 sekte dan ada
20 sekte yang masih lurus dari ajaran Islam. Di antaranya Syi’ah
Zaidiyah dan Syi’ah Ja’fariyah. Syi’ah Ja’fariyah yang disebut terakhir
barusan dikenal pula sebagai Syi’ah Itsna ‘Asyariyah (Syi’ah Dua Belas
Imam), karena mereka punya doktrin tentang Imam yang jumlahnya sebanyak
dua belas orang.
Madzhab ini meyakini Nabi Muhammad Saw telah menetapkan dua belas
orang Imam sebagai penerus risalah beliau. Mereka mempercayai bahwa Imam
itu ma’shum (suci tak bernoda). Apa yang dikatakan dan dilakukan mereka
tidak akan bertentangan dengan kebenaran karena mereka dijaga oleh
Allah Swt dari perbuatan salah dan kelupaan. (Tim Penyusun: 2005:316).
Dengan demikian Imam-imam dipercayai sebagai manusia tanpa dosa.
(Hadariansyah:2013: 46) Adapun nama-nama Imam yang berjumlah dua belas
tersebut adalah Ali bin Abi Thalib (Amirul Mu’minin), Hasan bin Ali
(Mujtaba), Husein bin Ali (Sayyidus Syahid), Ali bin Husein Zainal
Abidin (Sajjad), Muhammad bin Ali Al-Baqir (Abdus Syakur), Ja’far bin
Muhammad as-Shadiq (Qaim), Musa bin Ja’far Al-Kazhim (Abdus Shaleh), Ali
bin Musa Ar-Ridla (Nurul Hidayah), Muhammad bin Ali Al-Jawad (Taqiy),
Ali bin Muhammad Al-Hadi (Naqiy), Hasan bin Ali Al-Askari (Syafiy), dan
Muhammad bin Hasan Al-Muntazhar (Mahdi). (Muhammad Hasan Adib: 1973:
8-25).
Menurut Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah, jabatan imamah berakhir
pada Imam Muhammad Al-Muntazhar. Imam terakhir ini disebut juga sebagai
Imam Mahdi. Sesudah Imam tersebut, tidak ada lagi Imam sampai hari
kiamat. Imam Muhammad Al-Muntazhar yang terkenal pula sebagai Imam Mahdi
ini diyakini belum mati sampai sekarang. Ia masih hidup, tapi tidak
dapat dijangkau oleh orang awam.
Diyakini bahwa sementara ini, ia gaib (sembunyi), dan di akhir zaman
nanti akan muncul kembali memimpin umat Islam. Terhentinya rangkaian
imam-imam pada Muhammad Al-Muntazhar ini disebabkan ia tak meninggalkan
keturunan. Ia, sewaktu masih kecil, hilang di dalam goa yang terdapat di
Masjid Samarra (Irak).
Menurut keyakinan Syi’ah Itsna ‘Asyariyah, Imam ini menghilang buat
sementara dan akan kembali lagi sebagai Imam Mahdi untuk langsung
memimpin umat Islam, oleh karena itu, ia disebut Imam Muntazhar (imam
yang dinanti) atau Imam Mustatir (imam tersembunyi). Selama masih
bersembunyi ia memimpin umat Islam melalui pemimpin negara dan ulama
Mujtahid Syi’ah.(Harun Nasution: 1986: 99)
Muncul pertanyaan mengapa Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah dikenal
juga sebagai Syi’ah Ja’fariyah ? Jawabnya karena dinisbatkan kepada
Ja’far Shodiq bin Muhammad bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib,
suami Fatimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Saw. Ia adalah imam urutan
ke-6 dalam keyakinan kaum Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah.
Imam Ja’far Shodiq dilahirkan pada tanggal 17 Rabi’ul Awwal 80H/699M
di Madinah. Ibunya bernama Farwah binti Qasim bin Muhammad bin Abubakar
As-Shiddiq ra. (Ali Muhammad Ad-Dakhil: 1982: 428) Imam Ja’far Shodiq
adalah seorang ulama besar dalam banyak bidang ilmu seperti ilmu fiqih,
filsafat, tasawuf, kimia dan kedokteran.
Para jumhur ulama berpendapat bahwa ia adalah seorang Mujtahid di
dalam ilmu fiqih, guru dari Imam Hanafi dan Imam Maliki. Di dunia
filsafat, ia terkenal sebagai filsuf besar Islam, menjadi guru dari
Washil bin Atha’, pendiri aliran teologi Mu’tazilah yang rasional.
Di kalangan kaum sufi, ia adalah Syekh maha guru dan salah satu
matarantai penting dari silsilah sanad hampir seluruh Tarekat yang
mu’tabarah. Sementara di lingkungan pengetahuan kimia, ia dianggap
sebagai pelopor dalam ilmu kimia dalam peradaban Islam, salah seorang
muridnya adalah Jabir bin Hayyan, ahli kimia dan kedokteran Islam.
Dalam tradisi fiqih Syi’ah, ia bisa disebut sebagai Bapak fiqih
Syi’ah, karena sebagian besar masalah fiqih yang dibahas dalam fiqih
Syi’ah bersumber atau mencerminkan pandangan-pandangannya. Hal ini,
lantaran Imam Ja’far Shodiq saja yang paling mendapat kesempatan untuk
membimbing umat Islam terutama kaum Syi’ah, sedangkan para Imam yang
lain, jika tidak kena tahanan rumah, dipenjara, mereka dibatasi ruang
geraknya untuk berhubungan dengan kaum muslimin.
Sementara, pada masa Imam Ja’far Shodiq, para penguasa Bani Umayyah
sibuk menghadapi berbagai pemberontakan dan Bani Abbasiyah yang muncul
sesudahnya, lebih banyak memusatkan perhatian untuk memperkuat kekuasaan
mereka yang masih baru, maka kesimpulan catatan tentang kata dan
perilaku imam itu, didominasi oleh pernyataan-pernyataan dan
pandangan-pandangan Imam Ja’far Shodiq.
Bagi Syi’ah, pintu ijtihad tidak tertutup, ulama-ulama Mujtahid
Syi’ah sejak sesudah Imam ke-12 sampai kini, bebas mempraktekkan
ijtihad. Sebut saja salah satu misal yakni akhir-akhir ini dunia
dikejutkan oleh teori politik Wilayatul Faqih yang dikembangkan oleh
Ayatullah Ruhullah Khumaini sebagai tawaran politik alternatif di tengah
teori-teori politik yang mulai membusuk.
Terlepas dari setuju atau tidak setuju, munculnya teori brilian ini
sendiri dari orang yang dipandang oleh kaum intelektual sebagai kaum
tradisional menunjukkan adanya dinamika perkembangan yang pesat dalam
dunia Syi’ah (Busyairi Ali: 2012: 38), terutama Syi’ah Ja’fariyah.
Namun dalam Syi’ah, tak boleh juga sembarang orang melakukan
ijtihad. Ijtihad boleh dilakukan oleh siapa saja asal memenuhi syarat
Mujtahid. Ulama Ja’fari mewajibkan bagi orang awam bertaqlid atau
merujuk kepada ahlinya. Dalam urusan agama kaum awam harus merujuk
kepada para Faqih atau seorang Mujtahid yang memenuhi syarat, yang
antara lain; seseorang yang masih hidup, diakui kemampuan dan
kredibilitas ijtihadnya, adil, ‘abid, taqwa, wara’, istiqamah, tidak
cinta dunia dan tak melakukan dosa baik kecil maupun besar.
Syarat taqlid kepada Mujtahid yang masih hidup ini menuntut adanya
orang-orang atau institusi yang terus-menerus memproduksi hasil ijtihad
mengenai kebutuhan taqlid ini. Dari sini, lahirlah apa yang kemudian
populer sebagai marja’iyyah.
Ulama-ulama yang dipilih oleh masyarakat sebagai tempat bertaqlid
atau berittiba’ ini disebut marja’ (Imam Khumaini: 1982: 1316). Contoh
zaman sekarang yang bisa menjadi marja’ adalah Ayatullah Uzhma Ali
Khamenei (Iran), Ayatullah Uzhma Ali As-Sistani (Irak) dan Ayatullah
Uzhma Husein Fadhlullah (Lebanon).
Secara tradisional, para marja’ ini langsung atau tidak langsung
memiliki seperangkat tuntunan kehidupan beragama bagi para pengikut dan
penganutnya, yang merupakan hasil ijtihadnya pada berbagai sisi
kehidupan, dari persoalan ibadah mahdlah, mu’amalah sampai persoalan
siyasah (politik). Seperangkat tuntunan beragama ini disebut sebagai
Risalah Amaliyah.
Para muqallid atau penganut pandangan sang marja’, biasanya selain
bertanya langsung kepada sang marja’ atau wakilnya dalam urusan agama
yang mereka hadapi, akan merujuk ke Risalah Amaliyah yang dihimpun oleh
sang marja’.
Contoh praktik ibadah dan mu’amalah khas Syi’ah Ja’fariyah yang
berbeda dengan kaum Sunni adalah dalam salat ketika berdiri betul tidak
bersedekap sebagaimana kaum Sunni, ditempat sujud diletakkan bungkusan
pasir (terutama tanah Karbala); dalam puasa Ramadhan ketika musafir
wajib berbuka sedangkan bagi Sunni boleh berbuka boleh terus puasa;
dalam perkara hewan hidup di air terutama ikan, mereka mengharamkan
jenis ikan tak bersisik (lele, baung, patin dan lain-lain), sedangkan
Sunni menghalalkannya bahkan hingga bangkainya sekalipun.
Demikian, sekilas pandang perkenalan Syi’ah Ja’fariyah yang bisa kutampilkan, tegur sapa pembaca sangat kuharapkan.
12 Imam Setelah Rasulullah Saaw Dalam Riwayat Ahlussunnah
Al – AHZAB : 33 اِنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ اْلبَيْتِ وَ يُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا
“Sesungguhnya Allah berkehendak mensucikan kalian wahai Ahlul Bait dan membersihkan kalian sesuci-sucinya” JUMLAH HURUF AYAT TATHIR اِنَّمَا 4 يُرِيْدُ 4 اللهُ 4 لِيُذْهِب 5 عَنْكُمُ 4 الرِّجْسَ 5 اَهْلَ 3 اْلبَيْتِ 5 وَ يُطَهِّرَكُمْ 7 تَطْهِيْرًا 6 TOTAL 47
JUMLAH HURUF MANUSIA SUCI SESUDAH NABI SAAW علي 3 فاطمة 5 حس 3 حسين 4 علي 3 محمد 4 جعفر 4 موس 4 علي 3 محمد 4 علي 3 حسن 3 محمد 4 TOTAL 47 Apakah Ayat Tathir ini suatu kebetulan belaka?, tidakkah ini
menjadi penerang bahwa siapa sebenarnya yang seharusnya kita ikuti agar
tidak tersesat selamanya …
Surah Al-Ahzab 33 atau ayat Tathir berbicara tentang kesucian Ahlul
Bayt (Dalil Pensucian) dengan jumlah huruf 47, siapakah Ahlul Bayt
menurut Surah tersebut? SEGALA PUJI BAGI ALLAH , telah ditunjukan betapa Jumlah Huruf ayat Tathir = Jumlah Huruf Manusia Suci Sesudah Rasulullah Saaw _______________________________________________________________________________
1. Ayat Tathir adalah Landasan bagi Imamah
Memandang pembahasan-pembahasan yang lalu bahwa hikmah ilahiah
membuat Allah swt mengenalkan syarat terpenting bagi imamah (kesucian)
dan orang-orang yang memiliki syarat terpenting itu secara langsung
kepada masyarakat agar mereka tidak terjatuh ke dalam kesesatan. Untuk
itulah, Allah swt menurunkan ayat tathir sebagai landasan untuk
mengenalkan dan mengarahkan umat kepada Ahlulbait Rasulullah dan para
imam suci.
Salah satu ayat yang menunjukkan kesucian Ahlulbait adalah ayat yang
sangat populer, yang berbunyi, Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu,
dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang
Jahiliah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
taatilah Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait dan membersihkan kamu
sebersih- bersihnya.[4]
Ulama Syiah dan juga sebagian Ahlus Sunnah menjadikan ayat tersebut
sebagai alasan atau argumen mengenai kesucian Ahlulbait. Sehubungan
dengan ini, harus ditelaah beberapa persoalan.
Sebab Turunnya Ayat (sya’nun nuzul ayat) Ahlul Kisa
Tidak ada yang memperselisihkan bahwa ayat di atas diturunkan
berkaitan dengan Rasulullah saw, Imam Ali, Fatimah, Hasan dan Husain.
Kitab-kitab Syiah dan Ahlus Sunnah meriwayatkan tentang itu. Di
antaranya adalah beberapa riwayat berikut ini. 1. Aisyah berkata, “Suatu pagi, Rasulullah saw
keluar dari rumahnya dengan mengenakan jubah hitam yang terbuat dari
kain wol. Imam Hasan, Imam Husain, Fatimah, serta Ali diminta untuk
masuk ke dalam jubah itu seraya berkata, Sesungguhnya Allah bermaksud
hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait dan membersihkan
kamu sebersih-bersihnya. [5] 2. Ummu Salamah berkata, Ayat Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya turun di rumahku. Hari itu,
Fatimah membawa sebuah tempat yang dipenuhi oleh makanan. Kemudian
Rasulullah meminta Fatimah agar memanggil Ali, Hasan, serta Husain.
Ketika semua sudah datang, Rasulullah mengajak mereka makan. Kemudian
ayat tathir turun. Rasul menyelimuti mereka semua dengan aba’ah
(semacam jubah) dari kota Khaibar dan sebanyak tiga kali Rasulullah
berdoa, “Ya Allah! Mereka adalah Ahlubaitku, jauhkanlah kotoran dari
mereka dan sucikanlah mereka.”[6] 3. Amer bin Abi Salamah berkata, “Ayat Sesungguhnya
Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait,
dan membersihkan kamu sebersih bersihnya turun di rumah Ummu Salamah.
Kemudian Rasulullah saw memanggil Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain.
Kemudian beliau menyelimuti mereka dengan kain seraya berkata, “Ya
Allah! Mereka adalah Ahlulbaitku, hapuskanlah kotoran dari mereka dan
sucikanlah mereka.” Ummu Salamah bertanya, “Ya Rasulullah! Adakah aku
juga bersama mereka?” Rasulullah berkata, “Tetaplah di tempatmu! Engkau
juga baik.”[7] 4. Zainab berkata, “Tatkala Rasulullah saw
menyaksikan rahmat Allah turun dari langit, beliau bertanya, “Siapakah
diantara kalian yang bisa memanggil Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain?”
Aku menawarkan diri untuk memanggil mereka.” Zainab memanggil mereka.
Ketika mereka sudah datang, Rasulullah saw menyelimuti mereka dengan
aba’ah dan beliau sendiri masuk ke dalam aba’ah itu lantas Jibril turun
dan membawakan ayat tathir.[8] 5. Shaddad-abi Amarah berkata, “Aku berkunjung ke
rumah Watsilah bin Astqa’ bersama beberapa orang lainnya. Tak lama
kemudian mereka (menggunjing Ali). Ketika mereka keluar, Watsilah
membisiki telingaku, “Maukah aku ceritakan kepadamu suatu peristiwa
yang aku saksikan dengan kedua mataku.” Aku menganggukkan kepalaku dan
dia mulai mengisahkan apa yang disaksikannya, “Hari itu, aku berkunjung
ke rumah Fatimah untuk menjumpai Ali. Sesampainya di rumah Ali,
Fatimah mengatakan bahwa suaminya sedang bersama Hasan dan Husain pergi
ke rumah Rasulullah. Kemudian aku menyusul mereka ke rumah Baginda
Rasul. Di sana, aku menyaksikan Rasulullah mengambil tangan Hasan dan
Husain untuk masuk bersama Ali. Kemudian Rasulullah mendudukan Ali dan
Fatimah di sisinya serta mendudukkan Hasan dan Husain di atas pahanya
(memangkunya). Kemudian beliau menyelimutkan kain ke atas mereka seraya
berkata, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari
kamu, hai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. Kemudian
beliau berkata, “Mereka adalah Ahlulbaitku dan Ahlulbaitku adalah lebih
layak.”[9] 6. Abu Said Khudri mengatakan, “Ayat Sesungguhnya
Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya diturunkan mengenai lima orang,
yakni Rasulullah saw, Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain.” [10] 7. Dalam khutbahnya, Imam Hasan berkata, “Kami
adalah Ahlulbait yang dalam firman Allah disebutkan, Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait dan
membersihkan kamu sebersih- bersihnya[11]
Memandang hadis-hadis yang disebutkan itu -banyak lagi contoh yang
seperti itu- sya’nun nuzul ayat tathir adalah bahwa suatu hari,
Rasulullah saw memanggil Imam Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain ke
sisinya dan mereka duduk di atas permadani. Kemudian Rasulullah
meletakkan kain atau aba’ah atau karpet kasar hitam dari Khaibar ke
atas mereka. Kemudian turun ayat tathir dari Allah dan beliau
membacakannya lalu berkata, “Ya Allah! Mereka adalah keluargaku. Maka
sucikanlah kotoran dan kekejian dari mereka.”
Hadis tersebut populer dengan nama hadis kisa’ dan
dinukilkan dalam berbagai ungkapan serta tercatat di dalam kitab Ahlus
Sunnah dan Syiah. Para Saksi Kejadian
Peristiwa Kisa’ merupakan salah satu peristiwa penting Rasulullah
saw yang disaksikan sejumlah keluarga dekat, pembantu, dan para sahabat
khusus beliau.
Mereka itulah yang meriwayatkan peristiwa tersebut. Sebagian dari mereka adalah sebagai berikut. 1. Rasulullah saaw merupakan tokoh pertama kejadian itu dan berkali-kali mengisahkannya kepada para sahabat. 2. Ali bin Abi Thalib merupakan salah satu dari mereka. Imam Ali menceritakan peristiwa tersebut kepada banyak orang dan berhujah dengannya. 3. Imam Hasan adalah salah seorang dari mereka. 4. Aisyah, istri Rasulullah saaw, dalam sebuah hadis mengatakan, “Aku juga menyaksikan kejadian ini.” 5. Umar putra Abi Salamah yang merupakan hasil didikan rumah Rasulullah saw. 6. Zainab yang hidup di rumah Ummu Salamah. 7. Stauban yang merupakan budak yang dibebaskan
oleh Rasulullah saw. Mengenai Stauban disebutkan bahwa dia senantiasa
berada dengan Rasulullah, baik ketika Rasulullah berada dalam
perjalanan maupun tidak. 8. Wastilah bin Asqa’ yang merupakan salah seorang abdi di rumah Rasulullah saw. 9. Ummu Salamah merupakan salah seorang istri
Rasulullah saw yang seolah-olah peristiwa tersebut terjadi di rumahnya
dan mengisahkannya kepada banyak orang. 10. Kelompok lain dari perawi hadis seperti Abul Hamra’, Anas bin Malik, Abu Sa’id Khudri, dan Ibn Abbas
-meskipun tidak tentu bahwa orang-orang ini menyaksikan peristiwa yang
sebenarnya, namun kemudian hari, mendengar kisah itu dari Rasulullah
saw atau dari salah seorang saksi atau mereka melihat bahwa setelah
peristiwa ini, Rasulullah saw untuk sekian lama melewati rumah Sayyidah
Fatimah Az-Zahra dan memanggil penghuni rumah itu dengan sebutan
Ahlulbait dan mengatakan, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya.[12]
Abul Hamra mengatakan, “Rasul saw selama enam bulan menghampiri
pintu rumah Fatimah seraya berkata, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya.[13]
Abu Barzah mengatakan, “Selama tujuh belas bulan, aku shalat bersama
Rasulullah saw dan manakala keluar dari rumah, beliau mengunjungi
rumah Fatimah dan berkata, “Ash-shalatu alaikum”! Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”
Imam Ali bin Abi Thalib berkata, “Setiap pagi, Rasulullah saw datang
ke rumah kami dan berkata, “Semoga Allah merahmati kalian! Bangunlah
dan dirikanlah shalat! Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya.” [14]
Abu Said Khudri berkata, “Tatkala ayat Wa’mur ahlaka bish-shalat
turun, Rasulullah saw selama sembilan bulan, setiap harinya, mendatangi
pintu rumah Fatimah dan Ali seraya berseru, “Telah tiba saat shalat.
Semoga Allah merahmati kalian. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya.”[15]
Untuk sekian lama, Rasulullah saw melanjutkan kebiasaan ini dengan
tujuan pertamanya adalah beliau ingin menunjukkan bahwa perlakuannya
itu bukan perkara biasa. Beliau ingin memberitahukan kepada para
sahabatnya agar nanti tidak ada dari mereka yang berkata, “Peristiwa
Kisa’ hanya pertemuan kekeluargaan biasa; kedua, beliau ingin
menjelaskan siapa sebenarnya Ahlulbait sehingga nantinya tidak ada yang
mengatakan bahwa ayat ini diturunkan untuk istri-istri Nabi saw; dan
ketiga, beliau ingin agar para sahabatnya menceritakan hal ini kepada
orang-orang lain.
_____________________________________________________________________________________________ NASH-NASH HADITS “AL-KISA” Menurut Ahlussunnah
Hadits “Al-Kisa” mengandung dua pengertian pokok yang amat besar dan penting. Yaitu:
Pembuktian atau Dalil tentang kesucian “Ahlul-Bait” Rasulullah SAW
Bahwa yang dimaksud “Ahlul-Bait” ialah Imam Ali bin Abi
Thalib r.a., Fatimah Azzahra r.a., Al-Hasan dan Al-Husein
radhiyallahu `anhuma.
Nash-nash Hadits tersebut diriwayatkan oleh berbagai sumber dan oleh
banyak Rawi (orang yang menyampaikan riwayat) dengan teks yang agak
berlain-lainan, tetapi mempunyai makna yang sama.
Dibawah ini kami kutipkan Firman Allah SWT dan beberapa nash dari Hadits “Al-Kisa” : اِنَّمَايُرِيْدُالله ُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرُكُمْ تَطْهِيْراً.( الأحزاب/۳۳)ه
Sesungguhnya Allah hendak menghapuskan noda dan kotoran dari kalian “Ahlul-Bait” dan mensucikan kalian sesuci-sucinya. وَرُوِىَ اْلإِمَامْ أَحْمَدْوَالتُرْمُذِي عَنْ أُمِ سَلَمَةَ
أَنَهُ لَمَّا نَزَلَ قَوْلُهُ تَعاَلَى: (اِنَّمَايُرِيْدُاللهُ
لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرُكُمْ
تَطْهِيْراً. الأحزاب/۳۳) أَدَارَالنَّبِي صلّى الله عليه وسلّم
كِسَاءَهُ عَلَى عَلِي وَفَاطِمَةَ وَالْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُمْ فَقَالَ: (اَللٰهُمَّ هٰؤُلآءِ أَهْلُ بَيْتِيْ فَأَذْهِبْ
عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرهُمْ تَطْهِيْراً)ه أحمد في المسند (١/٣٣١، ٣/۲٥۹، ۲۸٥، ٦/۲۹۲، ۲۹۷، ۳۰٤) والترمذي رقم
(۳۲۰٥، ۳۷۸٦) في التفسير باب (ومن سورة الأحزب) وفي المناقب باب (مناقب
أهل بيت النبي صلى الله عليه وسلم (٥/۳۲۸، ٦۲١) ورقم (۳۸۷۰ ) في (فضل
فاطمة رضي الله عنها) وقال حديث حسن صحيح. والحاكم في المستدرك (۳/١٤٦).
والطبراني في (( الكبير)) من عدة طرق (۳/٤٦-٥١) من رقم (۲٦٦۳–۲٦۷۲) ه Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Turmudzi dari Umi Salamah,
sesungguhnya pada saat Firman Allah SWT: (Sesungguhnya Allah hendak
menghapuskan noda dan kotoran dari kalian “Ahlul-Bait” dan mensucikan
kalian sesuci-sucinya. Al Ahzab/33 ) Nabi SAW mengerubungkan
(menutupi) kain Kisa` nya diatas Sayyidina Ali bin Abi Thalib,
Sayyidatuna Fatimah, Sayyidina Hasan, Sayyidina Husein RA. Dan beliau
Nabi SAW berdo`a: (Ya Allah, mereka ini adalah Ahlulbaitku. Karena itu
hilangkanlah noda kotoran (ar-rijsa) dari mereka dan sucikanlah mereka
sesuci-sucinya.)
قَلَتْ أُمُّ سَلْمَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهَا: كَانَ النَّبِيُّ
صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدِيْ وَعَلِيٌّ وَفَاطِمَةُ
وَالْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ، فَجَعَلْتُ لَهُمْ خُزَيْرَةً،
فَأَكَلُوْاوَنَامُوْاوَغَطَّى عَلَيْهِمْ كِسَاءً أَوْقَطِيْفَةً ثُمَّ
قَالَ: اَللّٰهُمَّ هٰؤُلآءِ أَهْلُ بَيْتِيْ اَذْهِبْ عَنْهُمُ
الرِّجْسَ وَطَهِّرهُمْ تَطْهِيْراً
Ummu Salamah r.a. berkata: pada suatu hari Rasulullah SAW berada
ditempat kediamanku bersama Ali, Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husein. Untuk
mereka kubuatkan Khazirah (makanan terbuat dari tepung dan daging).
Setelah makan mereka tidur, kemudian oleh Rasulullah SAW mereka
diselimuti dengan kisa, atau kain sutera, seraya berucap: “Ya Allah,
mereka Ahlul-Baitku, hilangkanlah kotoran dari mereka dan sucikanlah
mereka sesuci-sucinya”. (Dari Hadits Zaid, dari Syahr bin Hausyab. Lihat Tafsir At-Thabariy: 22/6)
قَالَتْ أُمُّ سَلْمَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهَا: لَمَّا نَزَلَتْ
هٰذِهِ اْلأٰيَةُ ﴿ اِنَّمَايُرِيْدُالله ُلِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ
اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرُكُمْ تَطْهِيْراً.﴾ دَعَا رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلِيًّا وَفَاطِمَةَ
وَحَسَنًاوَحُسَيْنًا، فَجَلَّلَ عَلَيْهِمْ بِكِسَاءٍخَيْبَرِيٍّ
وَقَالَ: اَللّٰهُمَّ هٰؤُلآءِ أَهْلُ بَيْتِيْ، اَللّٰهُمَّ اَذْهِبْ
عَنْهُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا.
قَالَتْ أُمُّ سَلْمَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهَا: أَلَسْتُ مِنْهُمْ ؟ قَالَ:
أَنْتِ إِلٰى خَيْرٍ
Ummu Salamah r.a. berkata: ketika turun ayat (Sesungguhnya Allah
hendak menghapuskan noda dan kotoran dari kalian “Ahlul-Bait” dan
mensucikan kalian sesuci-sucinya) Rasulullah SAW memanggil Ali,
Fatimah, Hasan dan husein, kemudian beliau menyelimuti mereka dengan
kisa buatan Khaibar seraya berucap: “Ya Allah, mereka Ahlul-Baitku, ya
Allah, hilangkanlah kotoran dari mereka dan sucikanlah mereka
sesuci-sucinya”. Ummu Salamah bertanya: “Tidaklah aku termasuk
mereka?”, Rasulullah SAW menjawab: “Engkau berada didalam kebajikan”. (Dari Hadits Waki`, dari Abdulhamid bin Bahram, dari Syahr bin
Hausyab, dari Fudhail bin Marzuq, dari `Athiyyah, dari Abu Sa`id
Al-Khudriy, bersal dari Ummu Salamah r.a. Lihat Tafsir
At-Thabariy:22/7)
قَالَ عَبْدُاللهِ بْنُ وَهْبِ بْنِ زُمْعَةٍ: أَخْبَرَتْنِيْ
أُمُّ سَلْمَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهَا: أَنَّ رَسُوْلَ الله ِ صَلَّى الله ُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَمَعَ فَاطِمَةَ وَالْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ رَضِيَ
الله ُعَنْهُمْ، ثُمَّ أَدْخَلَهُمْ تَحْتَ ثَوْبِهِ، ثُمَّ جَأَرَ إِلَى
اللهِ تَعَالىٰ وَقَالَ: هٰؤُلآءِ أَهْلُ بَيْتِيْ. فَقَالَتْ أُمُّ سَلْمَةَ: يَارَسُوْلَ اللهِ، أَدْخِلْنِيْ مَعَهُمْ، قَالَ: إِنَّكِ مِنْ أَهْلِيْ
Abdullah bin Wahab bin Zam`ah mengatakan: Ummu salamah r.a.
memberitahu kepadaku, bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW mengumpulkan
Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husein r.a, kemudian ketiga-tiganya
dimasukkan kedalam jubahnya, lalu beliau berdo`a mohon kepada AllAh
SWT: “mereka Ahlul-Baitku”. Ummu Salamah berkata: “Ya Rasulullah,
masukkanlah aku bersama mereka..” Rasulullah SAW menjawab: “Engkau
termasuk keluargaku”. (Dari Hadits Hasyim bin `Utbah bin Abi Waqqas, berasal dari
Abdullah bin Wahab bin Zam`ah. Lihat Tafsir At-Thabraniy: 22/7 dan
Tuhfatul-Ahwadziy: 9/66)
قَالَ عُمَرُبْنُ أَبِيْ سَلْمَةَرَبِيْبُ النَّبِيِّ صَلَّى
الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَزَلَتْ هٰذِهِ اْلأٰيَةُ عَلَى النَّبِيِّ
صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِيْ أُمِّ سَلْمَةَ ”
اِنَّمَايُرِيْدُالله ُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ
وَيُطَهِّرُكُمْ تَطْهِيْراً” فَدَعَاحَسَنًا وَحُسَيْنًا
وَفَاطِمَةَفَأَجْلَسَهُمْ بَيْنَ يَدَيْهِ، وَدَعَاعَلِيًّافَأَجْلَسَهُ
خَلْفَهُ، فَتَجَلَّلَ هُوَوَهُمْ بِاالْكِسَاءِثُمَّ قَالَ: اَللّٰهُمَّ
هٰؤُلآءِ أَهْلُ بَيْتِيْ، فَأَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرهُمْ
تَطْهِيْرا.ً قَالَتْ أُمُّ سَلْمَةَ: أَنَامَعَهُمْ؟ قَالَ: أَنْتِ عَلَى
مَكَانِكِ أَنْتِ عَلَى خَيْرٍ
Umar bin Abi Salamah anak tiri Rasulullah SAW mengatakan, bahwa ayat
“Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan kotoran dari kalian
Ahlul-Bait dan hendak mensucikan kalian sesuci-sucinya“, turun kepada
Rasulullah SAW dirumah Ummu Salamah, kemudian Rasulullah SAW memanggil
Hasan, Husein dan Fatimah, lalu ketiganya diminta duduk didepan beliau.
Beliau memanggil Ali lalu diminta duduk dibelakang beliau. Kemudian
beliau bersama mereka menyelimuti diri dengan kisa seraya berucap: Ya
Allah, mereka Ahlul-Baitku, maka hilangkanlah kotoran dari mereka dan
sucikanlah mereka sesuci-sucinya. Ummu Salamah berkata: apakah aku
bersama mereka? Rasulullah SAW menjawab: engkau berada ditempatmu dan
engkau memperoleh kebajikan. (dari Hadits Muhammad bin Sulaiman Al-Ashbahaniy, dari Yahya bin
Ubaid Al-Makky, dari `Atha bin Abi Rabbah, berasal dari Umar bin Abi
Salamah. Lihat Tafsir At-Thabariy:22/7 dan Tuhfatul-Ahwadziy: 9/66) _____________________________________________________________________ Hadist Tsaqalain Menurut Ahlussunnah Fatwa Al-Alim Al-Alamah Assayyid Al-Habib Hasan Bin Ali Bin
Hasyim Bin Ahmad Bin Alwy Ba’agil Al-Alawy (Mufti Mazhab Syafi’i di
Makkah Al-Mukarramah Wafat Tahun 1335 H.)
Jawaban Mengenai Hadits,”Aku tinggalkan pada kalian Ats-tsaqalain
(dua pusaka), yaitu Kitabullah (Alqur’an) dan Keluargaku (yaitu) Ahli
Baitku”.
Saya pernah ditanya mengenai hadits, “Aku tinggalkan pada kalian dua
perkara yang kalian tidak akan sesat setelah (berpegang teguh kepada)
keduanya; kitabullah (Alqur’an) dan ……..” apakah -kata penanya
itu-hadits tsb shahih jika ditambah dengan kata-kata (akhirnya) ‘itraty
wa ahli baity (keluargaku yaitu ahli Baitku) atau mungkin yang benar,
wasunnaty (dan sunnahku). Dia berharap agar dapat menjelaskan sanad
hadits tsb. Sebenarnya, hadits yang tsabit dan shahih adalah hadits yang
berakhir dengan wa ahli baity. Sedang yang berakhir dengan kata-kata
wa sunnaty itu bathil (salah) dari sisi matan dan sanadnya. Berikut
penjelasan mengenai sanad hadits tsb.
Hadits tsb diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya (IV: 1873
no. 2408 cetakan Abdul-Baqy) dari Sayyidina Zaid bin Arqam r.a. Dia
berkata, “Suatu hari Rasulullah saw. Pernah berdiri dihadapan kami
seraya berkhutbah disuatu tempat (kebun) kosong diantara Makkah dan
Madinah. Beliau saw memuji Allah SWT dan menyanjung-Nya. Lalu
menasehati dan mengingatkan (ummatnya). Kemudian bersabda, “Amma ba’du
(adapun sesudah itu), ingatlah wahai sekalian manusia, sesunguhnya aku
ini hanya manusia biasa, hampir-hampir (sebentar lagi) akan datang
utusan Tuhanku (yang akan memanggilku ke Hadhrat-Nya), maka akupun
(pasti) mengabulkannya. Dan aku akan meninggalkan pada kalian dua
pusaka. Pertama, Kitabullah itu dan peganglah teguh-teguh.” Beliau saw.
Memerintahkan untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an sebagai Kitabullah
dan mendorong untuk mengamalkannya. Kemudian beliau saw bersabda, “Dan
Ahli Baitku (keluargaku)”
Itulah Lafadh atau redaksi Imam Muslim. Dan diantara perawi lain
yang meriwayatkan dengan redaksi seperti itu ialah Al-Darimy dalam
Sunan-nya (II : 431 – 432) dengan isnad shahih seperti (terangnya)
matahari. Ada juga perawi lain yang meriwayatkan hadits tsb seperti
redaksi Imam Muslim itu.
Sedang riwayat Imam Turmudzi terdapat kata-kata, wa ‘itraty ahli
baity (dan keturunanku [yaitu] ahli baitku [keluarga rumahku]).” Dalam
Sunan Turmidzi (V: 663 no. 3788), Rasulullah saw. Bersabda,
“Sesungguhnya aku meninggalkan pada kalian apa yang jika kalian
pegang (erat-erat) pasti kalian tidak akan sesat sudah aku (tiada).
Salah satunya lebih agung dari pada yang lainnya, (yaitu) Kitabullah.
Dia merupakan tali yang memanjang dari langit ke bumi. Dan keturunanku
(yaitu) ahli baitku. Kedua pusaka itu tidak akan berpisah sehingga
keduanya dapat mendatangkan haudh-telaga-kepadaku. Perhatikanlah
(berhati-hatilah dan pikirkanlah) bagaimana kalian memperlakukan mereka
sepeninggalku.”Hadits shahih. Adapun kata-kata wa sunnaty (dan sunnahku), saya tidak
meragukan ke-maudhu’-annya karena ke-dha’if-an sanadnya, dan
faktor-faktor lainnya yang sangat mempengaruhi kelemahannya. _______________________________________________________________
Hadist 12 Imam Menurut Ahlussunnah
Dengan hadis Indzar kita akan mengetahui bahwa sejak awal
kenabiannya Rasulullah saw telah memilih dan mengangkat Ali bin Abi
Thalib (as) sebagai saudaranya, washi dan khalifahnya.
Allah swt berfirman: وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الاْقْرَبِين
“Berilah peringatan kerabatmu yang terdekat” (Asy-Syu’ara’: 214),
Ketika ayat ini turun Rasulullah saw mengumpulkan tokoh-tokoh dari
keluarga terdekatnya dan mengajak mereka agar masuk Islam. Kisah ini
disebutkan dalam buku-buku sejarah Islam, kitab-kitab tarikh, sirah,
tafsir dan hadis.
Dalam suatu riwayat disebutkan: Abdullah bin Abbas mengatakan bahwa
Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: Ketika ayat ini turun kepada
Rasulullah saw, beliau mengajakku dan bersabda: “Wahai Ali,
sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku untuk mengingatkan kerabatku
yang terdekat.” Kemudian Rasulullah saw mengumpulkan keluarga
terdekatnya dan menyampaikan apa yang diperintahkan oleh Allah swt.
Ketika mereka berkumpul Rasulullah saw bersabda: “Wahai Bani Abdullah
Muthallib, aku datang kepada kalian untuk menyampaikan dua kebaikan
dunia dan akhirat. Allah memerintahkan aku untuk mengajak kalian pada
kebaikan itu. Siapakah di antara kalian yang bersedia membantuku untuk
urusanku ini, dan menjadi saudaraku, washiku dan khalifahku untuk
kalian?” Mereka yang hadir semuanya diam, tidak bersedia. Lalu aku
(Ali), yang saat itu paling muda dari mereka, berkata: Ya Nabiyallah,
aku bersedia menjadi pembantumu dalam urusanmu ini. Kemudian Rasulullah
saaw memegang pundakku dan bersabda: “Sesungguhnya ini (Ali) adalah saudaraku, washiku dan
khalifahku untuk kalian, maka dengarlah dia dan taatilah dia.” Kemudian
mereka berdiri sambil tertawa dan berkata kepada Abu Thalib: Dia
(Muhammad) menyuruhmu mendengar Ali dan mentaatinya. (Ma’alim At-Tanzil
4: 278-279). Macam-macam Redaksi Hadis Indzar
Redaksi hadis Indzar bermacam, antara lain:
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya ini (Ali) adalah saudaraku, washiku dan khalifahku untuk kalian, maka dengarlah dia dan taati.”
Rasulullah saw bersabda:
“Siapakah yang akan berbaiat padaku untuk menjadi saudaraku,
washiku, dan pemimpinmu sesudahku?” Kemudian aku (Ali) mengulurkan
tanganku dan berkata: Aku mau berbaiat kepadamu. Lalu Rasulullah saw
membaiatku.
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya ini (Ali) adalah saudaraku demikian dan demikian.” Mengapa dalam riwayat ini tidak disebutkan kalimat: Washiku
dan khalifahku? Di sinalah terjadinya penyimpangan hadis Nabi saw oleh
orang-orang tertentu.
Kisah dan Hadis Indzar dengan segala macam redaksinya terdapat dalam kitab:
1. Tafsir Ad-Durrul Mantsur, jilid 6, halaman 324-329, Darul Fikr, Bairut 1403.
2. Tafsir Ath-Thabari, jilid 19, halaman 74 dan 75, Darul ma’rifah, Bairut.
3. Tafsir Ibnu Katsir, jilid 6, halaman 168, Dar Thayyibah, Riyadh 1418 H.
4. Tafsir Ibnu Hatim, jilid 9, halaman 26-28; berbeda dengan cet Maktaba Nazzar Baz, Mekkah Mukarramah 1417 H.
5. Musnad Ahmad, jilid 1, halaman 111, no: 885, Dar Ihya’ Turats Al-Arabi, Bairut 1414 H.
6. Sunan Al-Kubra, jilid 9, halaman 7, Darul Ma’rifah, Bairut.
7. Sunan An-Nasa’i, jilid 6, halaman 248. Dar Ihya’ Turats Al-Arabi.
8. Kanzul Ummal, jilid 13, halaman 131 dan 149, Muassasah Ar-Risalah, Bairut 1405 H.
9. Majma’uz zawaid, jilid 8, halaman 113 dan 303.
10. Ta’rib At-Tahdzib, jilid 2, halaman 144.
11. Khashaish Amirul Mu’minin, halaman 86, cet Al-Ghura.
12. Minhaj As-Sunnah, jilid 7, halaman 302.
Para perawi hadis Indzar
1. Ibnu Ishhaq, penulis Sirah
2. Ibnu Jarir Ath-Thabari
3. Ibnu Abi Hatim Ar-Razi
4. Ibnu Mardawaih
5. Al-HafizhAbu Na’im Al-Isfahani
6. Al-Baihaqi
7. Ahmad bin Hanbal
8. An-Nasa’i
9. Al-Hafizh Abu Bakar Al-Bazzar, penulis Musnad
10. Said bin Manshur, penulis Musnad
11. Al-Hafizh Abul Qasim Ath-Thabari, penulis Mu’jam Al-Awsath
12. Al-Hafizh Abu Abdillah Al-Hakim An-Naisaburi, penulis Al-Mustadrak
13. Al-hafizh Abu Ja’far Ath-Thahawi, penulis Musykilul Atsar.
14. Abdurrahman bin Abi Hatim Ar-Razi, penulis Tafsir.
15. Al-Hafizh Al-Baghawi, penulis Tafsir.
16. Al-Hafizh Ibnu Asakir Ad-damsiqi, penulis Tarikh Damsiq.
17. Al-Hafizh Ibnu Atsir, penulis Al-Kamil fit Tarikh.
18. Al-Hafizh Abu Bakar Al-Haitsami, penulis Majma’uz zawaid.
19. Al-Hafizh Adz-Dzahabi
20. Al-Hafizh Jalaluddin As-Suyuthi, penulis Ad-Durrul Mantsur.
21. Syeikh Ali Al-Muttaqi Al-Hindi, penulis Kansul Ummal. Hadis tentang 12 imam menunjukkan bahwa pasca Rasulullah
saw hanya ada 12 imam, amir atau khalifah. Tidak boleh kurang dan tidak
boleh lebih. Dari mana kita harus menghitungnya, ya dari pasca
Rasulullah saw … Dan siapa saja orang-orangnya? Dan apa konsekuensi
mengingkarinya? Redaksi hadis ini bermacam-macam, mari kita telusuri: Dalam Shahih Bukhari juz 4, kitab Ahkam disebutkan: روى جابر بن سَمُرة فقال: سمعتُ النبيّ صلّي الله عليه [وآله]
وسلّم يقول: يكون اثنا عشر أميراً. فقال كلمةً لم أسمعها، فقال
أبي: أنّه قال: كلّهم من قريش.
Jabir bin Samurah meriwayatkan, “Aku mendengar Nabi (saww)
berkata” :”Kelak akan ada Dua Belas Pemimpin.” Ia lalu melanjutkan
kalimatnya yang saya tidak mendengarnya secara jelas. Ayah saya
mengatakan, bahwa Nabi menambahkan, ”Semuanya berasal dari suku
Quraisy.”[Sahih Bukhari (inggris), Hadits: 9.329, Kitabul Ahkam; Sahih
al-Bukhari (arab) , 4:165, Kitabul Ahkam]
Dalam Shahih Muslim 4: 79 disebutkan:
Jabir bin Sammarah berkata: aku bersama ayahku datang kepada Nabi saw, lalu aku mendengar beliau bersabda:
“Sungguh persoalan ini tidak akan tercapai sehingga ia berada di
bawah kepemimpinan dua belas khalifah.” Kemudian beliau mengucapkan
suatu kalimat yang tidak jelas bagiku. Lalu aku bertanya kepada ayahku
tentang apa yang diucapkan oleh beliau. Ayahku berkata bahwa Nabi saw
bersabda: “Semuanya dari suku Quraisy.”
Dalam Shahih Muslim 2, bab mengikuti suku Quraisy disebutkan:
Rasulullah saw bersabda:
“Agama akan selalu tegak sampai hari kiamat di bawah pimpinan dua
belas khalifah yang semuanya dari golongan quraisy.” Di sini redaksi
hadis ini bermacam-macam, antara lain bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Islam selalu mulia di bawah pimpinan dua belas khalifah yang semuanya dari quraisy.”
“Persoalan manusia senantiasa berlalu di bawah kepemimpinan dua belas tokoh, semuanya dari suku Quraisy.”
“Agama ini akan selalu mulia dan terjaga di bawah kepemimpinan dua belas khalifah, semuanya dari suku Quraisy.”
Dalam Shahih At-Turmidzi, jilid 2:
“Islam akan selalu tegak di bawah kepemimpinan dua belas amir, semuanya dari suku Quraisy.”
Dalam Musnad Ahmad bin Hanbal 1: 398 disebutkan:
Masyruq berkata: aku pernah duduk-duduk dengan Abdullah bin Mas’ud,
ia membacakan ayat Al-Qur’an kepada kami. Kemudian ada seseorang
bertanya kepadanya: wahai Abu Abdurrahman, apakah kamu pernah bertanya
kepada Rasulullah saw berapa jumlah khalifah yang akan memimpin ummat
Islam. Ibnu Mas’ud menjawab: ya, aku pernah bertanya kepada Rasulullah
saw, lalu beliau bersabda:
“Dua belas khalifah seperti jumlah pemimpin Bani Israil.”
Dalam redaksi yang lain:
Jabir bin Sammarah berkata: aku mendengar Rasulullah saw bersabda dalam haji wada’:
“Agama ini akan selalu jelas bagi orang yang bermaksud padanya, dan
tidak membahayakannya orang yang menentang dan menyerangnya, sehingga
berlalu dari ummatku dua belas amir, semuanya dari suku Quraisy.” (Musnad Ahmad 5: 89).
Dalam Shawa’iq Al-Muhriqah, Ibnu Hajar, bab 11, pasal 2 disebutkan:
Jabir bin Sammarah berkata bahwa Nabi saw bersabda:
“Akan ada sesudahku dua belas amir, semuanya dari suku Quraisy.”
Dalam Kanzul Ummal, Al-Muttaqi, jilid 6: 160 disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Akan ada sesudahku dua belas khalifah.”
Dalam Kitab Yanabi’ul Mawaddah, oleh Al-Qunduzi Al-Hanafi, bab 95:
Jabir bin Abdillah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Wahai
Jabir, sesungguhnya para washiku (penerima wasiatku) dan para Imam kaum
muslimin sesudahku adalah: pertama Ali, kemudian Al-Hasan, kemudian
Al-Husein, kemudian Ali bin Husein, kemudian Muhammad bin Ali yang
terkenal dengan julukan Al-Baqir dan kamu akan menjumpainya wahai Jabir,
dan jika kamu menjumpainya sampaikan padanya salamku; kemudian Ja’far
bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian
Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian Al-Hasan bin
Ali; kemudian Al-Qaim, namanya sama dengan namaku, nama panggilannya
sama dengan nama panggilanku, yaitu putera Al-Hasan bin Ali, di tangan
dialah Allah tabaraka wa ta’ala membuka kemenangan di bumi bagian timur
dan barat, dialah yang ghaib dari para kekasihnya, ghaib yang
menggoncangkan kepercayaan terhadap kepemimpinannya kecuali orang yang
hatinya telah Allah uji dalam keimanan.”
Kemudian Jabir bertanya kepada Rasulullah saw: Ya Rasulullah, apakah
manusia memperoleh manfaat dalam keghaibannya? Nabi saw menjawab:
“Demi Zat Yang Mengutusku dengan kenabian, mereka memperoleh cahaya
dari cahaya wilayahnya (kepemimpinannya) dalam keghaibannya seperti
manusia memperoleh manfaat dari cahaya matahari walaupun matahari itu
tertutup oleh awan. inilah rahasia Allah yang tersimpan dan ilmu Allah
yang dirahasiakan, Allah merahasiakannya kecuali dari ahlinya.”
Hadis Tsaqalayn adalah hadis yang menegaskan bahwa
umat Islam wajib berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Ahlul bait Nabi
saw. Redaksi hadis ini bermacam-macam, antara lain:
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua pusaka yang berharga: Al-Qur’an dan ‘Itrahku, Ahlul baitku.”
“Wahai manusia, sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian, yang jika
kalian bepegang teguh dengannya kalian tidak akan tersesat: Al-Qur’an
dan ‘Itrahku, Ahlul baitku.”
“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian
berpegang teguh dengannya, kalian tidak akan tersesat sesudahku:
Al-Qur’an dan ‘Itrahku.”
“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua khalifah: Al-Qur’an
dan ‘Itrahku. Jika kalian berpegang teguh dengan keduanya, kalian tidak
akan tersesat sesudahku.”
“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua pusaka yang berharga:
Al-Qur’an dan ‘Itrahku, Ahlul baitku. Jika kalian berpegang teguh
dengan keduanya kalian tidak akan tersesat sesudahku. Maka janganlah
kalian mendahului keduanya sehingga kalian binasa, jangan menganggap
enteng keduanya sehingga kalian binasa, dan jangan mengajari mereka
karena mereka lebih tahu dari kalian.”
“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian sesuatu jika kalian
berpegang teguh dengannya kalian tidak akan tersesat sesudahku, yang
satu lebih agung dari yang lain: Al-Qur’an adalah tali penyambung dari
langit ke bumi dan ‘Itrahku, Ahlul baitku. Keduanya tidak akan
terpisahkan sehingga keduanya kembali padaku di telaga surga, maka
perhatikan bagaimana sikap mereka kepada keduanya sesudahku”
Hadis Tsaqalayn dengan bermacam-macam redaksinya terdapat dalam:
1. Shahih At-Tirmidzi, jilid 2, halaman 219; jilid 5, halaman 662
dan 663, no: 3786 dan 3788, Dar Ihya’ at-Turats al-‘Arabi, Bairut.
2. Musnad Ahmad, jilid 5, halaman 492, no: 1878; jilid 6, halaman 232, no: 21068, 21145, dan 244.
3. Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 109.
4. Thabaqat Ibnu Sa’d, jilid 1, halaman 194.
5. Al-Mathalib Al-‘Aliyah, Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, no hadis: 1873.
6. Mu’jam Al-Kabir, Ath-Thabrani, jilid 3, halaman 62, no hadis:
2678; jilid 5, halaman 186-187, cet. Dar Ihya’ at-Turats Al-‘Arabi.
7. Mashabih As-Sunnah, jilid 4, halaman 190, no hadis: 4816, cet. Dar Ma’rifah, Bairut tahun 1407 H.
8. Jami’ul Ushul, jilid 1, halaman 278, no hadis: 66, cet. Darul Fikr, Bairut tahun 1403 H.
9. Ash-Shawa’iqul Muhriqah, Ibnu Hajar, halaman 90, 231, 233, cet Darul kutun ilmiyah, Bairut tahun 1414 H.
10. Usdul Ghabah, jilid 1, halaman 490, cet Darul Fikr, Bairut tahun 1409 H.
11. Tafsir Ar-Razi, jilid 8, halaman 173.
12. Tafsir Al-Khazin, jilid 1, halaman 277, cet Darul kutub ilmiyah, Bairut tahun 1415 H.
13. Kitab As-Sunnah oleh Ibnu Abi ‘Ashim, halaman 336, no: 754, cet. Al-Maktab Al-‘Arabi, Bairut tahun 1405 H.
14. Majma’uz Zawaid, jilid 9, halaman 165, cet. Darul kutun al-‘Arabi, Bairut tahun 1402 H.
15. Al-Jami’ush Shaghir bisyarhil Manawi, jilid 3, halaman 14.
16. Faydhul Qadir, jilid 3, halaman 14, syarah hadis ke 2631, cet Darul Fikr, Bairut tahun 1391 H.
17. Jami’ul Ushul 1/ 277.
18. Sunan Al-Darimi 2/ 310
19. Sunan Al-Baihaqi 2/ 148
20. Al-Bidayah wan-Nihayah 5/ 209
21. Kasyful Astar 3/ 221
22. Tarikh Baghdad 8/ 443
23. Tarikh Ash-Shaghir 1/ 302
24. Al-Ishabah, Ibnu hajar 7/ 78, no: 4767
25. As-Sirah Al-Halabiyah 3/ 274.
Para Perawi hadis Tsaqalayn dari kalangan sahabat
1. Imam Ali bin Abi Thalib (as)
2. Imam Hasan bin Ali (as)
3. Abu Dzar Al-Ghifari
4. Salman Al-Farisi
5. Jabir bin Abdullah Al-Anshari
6. Abul Haytsim Ibnu An-Tihan
7. Hudzaifah Al-Yamani
8. Hudzaifah bin Asid Abu Syarikhah
9. Zaid bin Tsabit
10. Abu Said Al-Khudri
11. Khuzaimah bin Tsabit
12. Abdurrahman bin Auf
13. Thalhah
14. Abu Hurairah
15. Said bin Abi Waqqash
16. Abu Ayyub Al-Anshari
17. Amru bin Ash
18. Fatimah Az-Zahra’
19. Ummu Salamah Ummul mukminin
20. Ummu Hani (saudara perempuan Imam Ali as)
Para Perawi pasca sahabat:
1. Said bin Masruq Ats-Tsauri
2. Sulaiman bin Mahran Al-A’masy
3. Muhammad bin Ishaq, shahibus Sirah
4. Muhammad bin Sa’d, shahibuth Thabaqat
5. Abi Bukar bin Abi Syaibah
6. Ibnu Rahawaih, shahibul Musnad
7. Ahmad bin Hanbal, shahibul Musnad
8. Abd bin Humaid, shahibul Musnad
9. Muslim bin Hujjaj, penulis Shahih Muslim
10. Ibnu Majah Al-Qazwini, shahibus Sunan
11. Abu Dawud, shahibus Sunan
12. At-Tirmidzi, penulis shahih Tirmidzi
13. Abu Bakar Al-Bazzar, penulis Musnad.
14. An-Nasa’i shahibush Shahih
15. Abu Ya’la Al-Mawshili, shahibul Musnad
16. Ibnu Abi Ashim, penulis kitab As-Sunnah
17. Muhammad bin jarir, mufassir dan penulis Tarikh.
18. Abul Qasim Ath-Thabrani, penulis Mu’jam
19. Abul hasan Ad-Daraquthni Al-Baghdadi
20. Al-Hakim An-Naisaburi, penulis Al-Mustadrak
21. Abu Na’im Al-Isfahani
22. Abu Bakar Al-Baihaqi, penulis Sunan al-Kubra
23. Ibnu Abd Al-Birr, penulis Al-Isti’ab
24. Al-Khathib Al-Baghdadi, penulis Tarikh Baghdad
25. Razin Al-Abdari, penulis Al-Jam’u bayna Ash-Shahhah As-Sunnah
26. Muhyissunnah Al-Baghawi, penulis Mashahihus Sunnah
27. Al-Qadhi ‘Iyad, penulis kitab Asy-Syifa’
28. Ibnu Asakir Ad-Damsiqi, penulis Tarikh Damsiq
29. Ibnu Atsir Al-Juzuri, penulis Usdul Ghabah
30. Fakhrur Razi, penulis Tafsir Al-Kabir
31. Abu Zakariya An-Nawawi, penulis syarah Shahih Muslim
32. Abul Hujjaj Al-Muzzi, penulis Tahdzibul Kamal
33. Syamsuddin Adz-Dzahabi, penulis kitab-kitab yang masyhur
34. Adh-Dhiya’ Al-Muqaddasi, pwnulis kitab Al-Mukhtarah
35. Ibnu Katsir Ad-Damsiqi, mufassir dan penulis Tarikh
36. Nuruddin Al-Haitsami, penulis kitab Majma’uz zawaid
37. Jalaluddin As-Suyuthi, penulis kitab-kitab yang terkenal
38. Syihabuddin Al-Qasthalani, pensyarah Al-Bukhari.
39. Syamsuddin Ash-Shalihi Ad-Damsiqi, murid As-Suyuthi, penulis Sirah An-
1. Nabawiyah.
40. Syihabuddin Ibnu Hajar Al-Asqalani.
41. Syamsuddin Ibnu Thulul Ad-Damsiki.
42. Syihabuddin Ibnu Hajar Al-Makki, penulis Shawaiqul Muhriqah
43. Al-Muttaqi Al-Hindi, penulis Kanzul Ummal.
44. Ali Al-Qari Al-Harawi.
45. Al-Mannawi, pensyarah Jamiush Shaghir.
46. Al-Halabi, penulis Sirah.
47. Dahlan, penulis Sirah.
48. Manshur bin Nashib, penulis At-Tajul Jami’ lil-Ushul.
49. An-Nabhani, penulis terkenal.
50. Al-Mubarak Yuri, pensyarah shahih Tirmidzi.
____________________________________________________________________________________ Siapakah Syaikh Sulaiman Al-Qunduzi Al-Balkhi Al-Hanafi Nama 12 Imam Yang Disebutkan dalam Hadis Rasulullah (saww): BAGIAN I
Selama ini banyak kalangan yang tidak mengetahui siapa sebenarnya Syaikh Sulaiman al Qunduzi al Balkhi al Hanafi, yang merupakan salah satu Ulama Sunni yang banyak mencatat riwayat-riwayat mengenai keutamaan Rasulullah (saww) dan Ahlul Bait (as). Dan anehnya, oleh kaum Nawashib, Syaikh Sulaiman Al Hanafi dituduh sebagai Syiah, apa motif dibalik semua itu..?
Apakah kebiasaan kaum pembenci Syi’ah yang suka menuduh seseorang
yang banyak menulis keagungan Rasulullah (saww) dan Ahlul Bait (as)
pada khususnya langsung mereka vonis sebagai Syiah..!? hal ini tak
jauh beda dengan Ibn Abil Hadid seorang bermazhab Mu’tazilah yang
mereka katakan Syiah..!
Kaum pembenci Syi’ah seharusnya sadar bahwa kedekilan otak mereka
sampai detik ini bukanlah suatu yang asing, apakah mereka tidak malu
dengan cara mereka yang suka menyembunyikan keterangan yang jelas
bahkan terkadang memelintir sebuah riwayat atau membuangnya jika
tidak sesuai dengan nafsu mereka..!? Sayikh Sulaiman Al Hanafi adalah salah satu Mufti Agung Konstantinopel dan Ketua Kekhalifahan Utsmani,
pusat Islam Sunni pada masanya. Sangat tidak masuk akal jika
dikatakan beliau sebagai Syiah dan apakah logis orang Syiah menjadi
mufti agung dalam kekahlifahan Ustmani tersebut..?? Sedangkan Ottoman
sangat tidak suka dengan Syiah atau siapapun yang cenderung kepada
Syiah..!
Bahkan sejarah tidak mencatat adanya pengusiran atau tuduhan kepada
Syaikh Sulaiman al Hanafi pada saat penulisan kitab beliau yang agung
yaitu Yanabiul Mawaddah, jika memang beliau seorang Syiah maka
pemerintahan Ottoman pasti akan menyingkirkannya. Pandangan Sunni tentang Syaikh Sulaiman Al Qunduzi Al Balkhi Al Hanafi
Dalam Kitab الأعلام :
“(Al Qunduzi) (1220-1270H) (1805-1863 M)
Sualyman putra dari Khuwajah Ibrahim Qubalan Al Husaini Al Hanafi Al
Naqshbandi al Qunduzi : Seorang yang shaleh, berasal dari Balakh,
wafat di kota Qustantinya, ia memiliki kitab “Yanabiul Mawaddah” yang
berisi tentang keutamaan Rasulullah dan Ahlul Baitnya”
(الأعلام, j.3, h.125)
Link Download Kitab الأعلام / موافق للمطبوع :
Klik disini Umar Ridha Kahalah mencatat dalam معجم المؤلفين :
Sulaiman Al Qunduzi (1220-1294 H) (1805-1877)
Sulaiman bin Ibrahim al Qunduzi al Balkhi al
Husaini al Hasymi, seorang Sufi, kitabnya (karyanya) : Ajma al
Fawaid, Musyriq al Akwan, Yanabiul Mawaddah….”
(Muajam al Mualfiin, oleh Umar Ridha Kahalah, j. 4)
Link Download Kitab معجم المؤلفين / عمر رضا كحالة
Klik disini Ulama Sunni Ismail Basya Al Baghdadi(اسماعيل باشا البغدادي) dalam هدية العارفين
Mencatat :
“Al Qunduzi – Sulayman ibn Khuwajah Qalan
Ibrahim ibn Baba Khawajah al Qunduzi al Balkhi al Sufi Al Husaini,
tinggal di Qustantinya, lahir pada tahun 1220 H dan wafat 1294″
(Hidyat al Arifin, j.1, h. 408)
Download kitab هدية العارفين اسماء المؤلفين واثار المصنفين / موافق للمطبوع
Dalam ايضاح المكنون في الذيل على كشف الظنون Ismail Basya Al Baghdadi juga mencatat :
“Al Qunduzi – Sulayman bin Khawaja Qalan
Ibrahim bin baba Khuwaja Al Qunduzi al Balkhi al Sufi al Husaini. Dia
tinggal di Qustantiya, lahir pada 1220 H dan wafat tahun 1294 H.
Karyanya : Jama’ Al Fawa’id, Masyriq al Akwan, Yanabiul Mawadah
mengenai karakteristik Rasulullah (saww) dan hadis dari Ahlul Bait”
Download kitab ايضاح المكنون oleh Ismail Basya Al Baghdadi Yusuf Alyan Sarkys mencatat dalam معجم المطبوعات العربية, j.1 h.586 :
“Sulayman bin Khujah Qublan al Qunduzi al Balkhi. (kitabnya) Yanabiul Mawadah berisi Keutamaan amirul Mu’minin Ali”
Sangat aneh jika dikatakan bahwa Syaikh Sulayman yang bermazhab
Hanafi ini di tuduh sebagai Syiah..! Kenyataannya beberapa ulama
Sunni (Mazhab Hanafi) seperti : 1. Saim Khisthi al Hanafi dalam Musykil Kushah mengutip
banyak Hadis dari Yanabiul Mawaddah yang disusun oleh Syaikh Sulaiman
al Hanafi. 2. Dr. Muhamad Tahir ul Qadri (“Hub Ali” hal.28) mengacu pada Yanabiul Mawaddah ketika mengutip Hadis mengenai keutamaan Ahlul Bait (as). 3. Mufti Ghulam Rasul (Hasab aur Nasab, j.1 h.191, London)
juga mengacu pada Yanabiul Mawadah ketika mengutip hadis keutamaan
Ahlul Bait (as).
Jika memang Syaikh Sulayman Al Hanafi dikatakan Syiah oleh kaum
pembenci Syi’ah lalu apakah beberapa ulama terkemuka Mazhab Hanafi yang
disebutkan diatas begitu bodoh atau buta huruf hingga mereka mengutip
catatan ulama Syi’ah bagi para pembaca Sunni…? Alasan paling dasar
dibalik “pengecapan” dengan menyatakan figur yang sebenarnya Sunni
sebagai Syiah oleh kaum Nawashib adalah karena ulama sejati seperti
Syaikh Sulayman Al Hanafi dianggap berpihak kepada Syiah hanya karena
banyak mencatat hadis Rasulullah (saww) yang mana riwayatnya banyak
dianggap sesuai dengan keyakinan Syiah..!
BAGIAN II Syaikh Sulayman Al Qunduzi Al Hanafi Mencatat Nama-Nama
Para Imam Yang Harus Di ikuti Setelah Rasulullah Saww Dalam Kitabnya
Yanabiul Mawaddah
Yanabiul Mawaddah (j.3, h.100-101) dan Yanabiul Mawaddah (j.3
h.284, Tahqiq oleh Sayyid Ali Jamali Asyraf Al Husayni), riwayat dari
Jabir al-Anshari (ra) berkata :
Jundal bin Janadah berjumpa Rasulullah (saww) dan bertanya kepada beliau beberapa masalah. Kemudian dia berkata :
Beritahukan kepadaku wahai Rasulullah tentang para washi anda setelah anda supaya aku berpegang kepada mereka.
Beliau (saww) menjawab : “Washiku dua belas orang.”
Lalu Jundal berkata : “Begitulah kami dapati di dalam Taurat.”
Kemudian dia berkata : “Namakan mereka kepadaku wahai Rasulullah.” Maka Beliau (saww) menjawab :
“Pertama adalah penghulu dan ayah para washi adalah Ali. Kemudian dua anak lelakinya Hasan dan Husain.
Berpeganglah kepada mereka dan janganlah kejahilan orang-orang yang
jahil itu memperdayakanmu. Kemudian Ali bin Husain Zainal Abidin,
Allah akan mewafatkan (Ali bin Husain) dan menjadikan air susu
sebagai minuman terakhir di dunia ini.” Jundal berkata :
“Kami telah mendapatinya di dalam Taurat dan di dalam kitab-kitab
para Nabi (as) seperti Iliya, Syibra dan Syabir. Maka ini adalah nama
Ali, Hasan dan Husain, lalu siapa setelah Husain..? siapa nama mereka..?” Bersabda(Rasulullah) saww :
Setelah wafatnya Husain, imam setelahnya adalah putranya Ali
dipanggil Zainal Abidin setelahnya adalah anak lelakinya Muhammad,
dipanggil al-Baqir. Setelahnya anak lelakinya Ja’far dipanggil
al-Shadiq. Setelahnya anak lelakinya Musa dipanggil al-Kadzim.
Setelahnya anak lelakinya Ali dipanggil al-Ridha. Setelahnya anak
lelakinya Muhammad dipanggil al Taqy Az Zaky. Setelahnya anak lelakinya
Ali dipanggil al-Naqiy al-Hadi. Setelahnya anak lelakinya Hasan
dipanggil al-Askari. Setelahnya anak lelakinya Muhammad dipanggil
al-Mahdi al-Qa’im dan al-Hujjah.
Beliau ghaib dan akan keluar memenuhi bumi dengan kejujuran dan
keadilan sebagaimana itu dipenuhi dengan kefasadan dan kezaliman.
Alangkah beruntungnya bagi orang-orang yang bersabar semasa ghaibnya.
Dan alangkah beruntungnya bagi orang-orang yang bertaqwa terhadap
Hujjah mereka. Dan mereka itulah orang yang disifatkan oleh Allah di
dalam firmanNya “Petunjuk bagi mereka yang bertaqwa yaitu mereka
yang beriman kepada yang ghaib.”(1) Kemudian beliau membaca “Maka
sesungguhnya partai Allah itulah yang pasti menang.”(2) Beliau
bersabda : Mereka adalah dari partai Allah (hizbullah).”
Riwayat seperti diatas tidak hanya satu dalam kitab Yanabiul
Mawaddah, namun ini sudah cukup sebagai bukti bahwa nama para Imam
Ahlul Bait telah dijelaskan oleh Rasulullah (saww) dan tercatat dalam
Kitab Sunni sendiri.
[1]. Surah al-Baqarah (2) : 2-3
[2]. Surah al-Mai’dah (5) :56
************************************************************************************* Jabir bin Abdillah berkata:”ketika ayat 55 dari surat Nisa
turun yang menegaskan ”taatilah Allah, dan taatilah rasul, dan para
pemimin dari kalian” aku bertanya pada rasul SAWW, “kami telah
mengetahui tuhan dan rasulnya, namaun Ulil Amr yang wajib kita taati
tersebut belum kami ketahui, siapakah gerangan mereka itu? Beliau
bersabda:”mereka penggantiku, para Imam dan pemimpin sepeninggalku,
yang pertama Ali, kemudian secara berurutan Hasan pura Ali, Husain
putra Ali, Ali putra Al Husain, Muhammad putra Ali yang dalam Taurat
dikenal dengan Baqirul Ulum, dan kamu pada suatu saat akan berjumpa
dengannya, dan kapanpun kau menjumpainya sampaikanlah salamku padanya.
Kemudian setelahnya secara urut Ja’far putra Muhammad, Musa putra
Ja’far, Ali putra Musa, Muhammad putra Ali, Ali putra Muhammad, Hasan
putra Ali, dan kemudian putranya yang nama dan kunyahnya (panggilan)
sama dengan ku. Tuhan akan menjadikannya pemimin bagi dunia, dan ia
akan tersembunyi dari pandangan dan penglihatan, dan ia akan gaib lama
sekali. Sampai suatu saat di mana hanya ada orang-orang yang memiliki
keiman yang kokoh, yang teruji dan mendalam akan keyakinan terhadap
kepemimpinannya. [Muntakhabul Atsar, halaman 101.]
Riwayat-Riwayat Dari Ahli Sunnah Berkenaan Dengan Ke-Imamahan 12 Orang Imam
Tepat sekali kalau pada kajian ini kita bawakan riwayat- riwayat
tentang ke-Imamahan para Imam 12 yang termuat dalam kitab-kitab
standar Ahli Sunnah, riwayat- riwayat tersebut diantaranya:
Bukhari menukil dari Jabir bin Samarah:”Aku mendengar rasul
bersabda:”setelahku 12 orang pemimpin akan datang.” Saat itu beliau
melanjutkan ucapannya yang tak terdengar olehku kemudian ayahku berkata
bahwa keseluruhan imam tersebut semuanya dari bangsa Quraisy.” [Sahih Bukhari, jild 9, bab Istikhlaf, halaman 81.]
dari Jabir bin Samurah, ia berkata, “Saya masuk bersama ayah saya
kepada Nabi SAW. maka saya mendengar beliau berkata, ‘Sesungguhnya
urusan ini tidak akan habis sampai melewati dua belas khalifah.’ Jabir
berkata, ‘Kemudian beliau berbicara dengan suara pelan. Maka saya
bertanya kepada ayah saya, ‘Apakah yang dikatakannya?’ Ia berkata,
‘Semuanya dari suku Quraisy.’ Dalam riwayat yang lain disebutkan,
‘Urusan manusia akan tetap berjalan selama dimpimpin oleh dua belas
orang.’ Dalam satu riwayat disebutkan. ‘Agama ini akan senantiasa jaya
dan terlindungi sampai dua belas khalifah. (H.R.Shahih Muslim, kitab “kepemimpinan”, bab”manusia pengikut bagi Quraisy dan khalifah dalam kelompok Quraisy”)
Muslim juga menukil dari Jabir bin samarah:”aku mendengar rasul SAWW
bersabda:”Islam akan memiliki pemimpin sampai 12 orang. Kemudian
beliau bersabda yang tak bisa kupahami. Aku bertanya pada ayahku
tentang apa yang tidak aku pahami itu, ia berkata:”beliau bersabda
semuanya dari kaum Quraisy. [Sahih Muslim, jild 6, kitab Al-Amarah, bab annas taba’un li quraisy, halaman 3.]
Muslim dari Jabir juga menukil, ia (Jabir) berkata:”aku dan ayahku
berjalan bersama rasul SAWW saat itu beliau bersabda:”agama ini akan
memiliki 12 pemimpin, yang kesemuanya dari bangsa Quraisy. [Sahih Muslim, jild 6, kitab Al-Amarah, bab annas taba’un li quraisy, halaman 3.]
Muslim juga menukil dari Jabir:”aku mendengar rasul bersabda:”agama
Islam akan langgeng sampai hari kiamat nanti, sampai dua belas orang
khalifah memerintah yang kesemuanya dari Quraisy.
Agama ini akan tetap tegak berdiri dengan kepemimpinan dua belas
orang khalifah, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh riwayat-riwayat
sebelumnya. Pada saat yang sama terdapat riwayat-riwayat yang
menekankan keseiringan Ahlul Bait dengan Kitab Allah. Ini merupakan
sebaik-baiknya dalil yang menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan “dua
belas orang khalifah” itu adalah para Imam dari kalangan Ahlul Bait.
Al-Qanduzi al-Hanafi sendiri telah menukilnya di dalam kitabnya
Yanabi’ al-Mawaddah. Pada mawaddah kesepuluh dari kitab Mawaddah
al-Qurba, bagi Sayyid Ali al-Hamadani —semoga Allah SWT mensucikan
jalannya dan mencurahkan keberkahannya kepada kita— disebut-kan, “Dari
Abdul Malik bin ‘Umair, dari Jabir bin Samrah yang ber-kata, ‘Saya
pernah bersama ayah saya berada di sisi Rasulullah saw, dan ketika itu
Rasulullah saw bersabda, ‘Sepeninggalku akan ada dua belas orang
khalifah.’ Kemudian Rasulullah saw menyamarkan suar-anya. Lalu saya
bertanya kepada ayah saya, ‘Perkataan apa yang disamarkan olehnya?’
Ayah saya menjawab, ‘Rasulullah saw berkata, ‘Semua berasal dari Bani
Hasyim.”
Bahkan Al-Qanduzi meriwayatkan banyak hadis lain yang lebih jelas
dari hadis-hadis di atas. Al-Qanduzi telah meriwayat dari ‘Abayah bin
Rab’i, dari Jabir yang mengatakan, “Rasulullah saw telah bersabda,
‘Saya adalah penghulu para nabi dan Ali adalah penghulu para washi,
dan sesungguhnya para washi sepeninggalku berjumlah dua belas orang.
Yang pertama dari mereka adalah Ali, dan yang terakhir dari mereka
adalah al-Qa’im al-Mahdi.”‘
Hadis Tsaqalain maka kelihatan jelas bahwa 12 Imam adalalah dari Ithrahti Ahlulbait.
Ulama terkenal Al-Dhahabi mengatakan dalam bukunya
Tadzkirat al-Huffaz , jilid 4, halaman 298, dan Ibn Hajar al-’Asqalani
menyatakan dalam al-Durar al-Kaminah, jilid 1, hal. 67 bahwa
Sadruddin Ibrahim bin Muhammad bin al-Hamawayh al-Juwayni al-Shafi’i
(disingkat Al-Juwayni) adalah seorang ahli Hadis yang mumpuni.
Al-Juwayni menyampaikan dari Abdullah bin Abbas (ra) bahwa Nabi (sawa)
mengatakan,”Saya adalah penghulu para Nabi dan Ali bin Abi Thalib
adalah pemimpin para penerus, dan sesudah saya akan ada dua belas
penerus. Yang pertama adalah Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir
adalah Al-Mahdi.”
Al-Juwayni juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas (r) bahwa Rasulullah
(sawa) berkata: ”Sudah pasti bahwa wakil-wakilku dan Bukti Allah bagi
makhluk sesudahku ada dua belas. Yang pertama di antara mereka adalah
saudaraku dan yang terakhir adalah anak (cucu) ku.” Orang bertanya:
“Wahai Rasulullah, siapakah saudaramu itu?”. Beliau menjawab: “Ali bin
Abi Thalib.” Lalu beliau ditanyai lagi: “ Dan siapakan anak (cucu) mu
itu?” Nabi yang suci (sawa) menjawab: ”Al-Mahdi. Dia akan mengisi bumi
dengan keadilan dan persamaan ketika ia (bumi) dipenuhi ketidakadilan
dan tirani. Dan demi Yang Mengangkatku sebagai pemberi peringatan dan
memberiku kabar gembira, meski seandainya masa berputarnya dunia ini
tinggal sehari saja, Allah SWT akan memperpanjang hari itu sampai
diutusnya (anakku) Mahdi, kemudian ia akan disusul Ruhullah Isa bin
Maryam (a.s.) yang turun ke bumi dan berdoa di belakangnya (Mahdi).
Dunia akan diterangi oleh sinarnya, dan kekuatannya akan mencapai
hingga ke timur dan ke barat.”
Al-Juwayni juga meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw) mengatakan: ”Aku
dan Ali dan Hasan dan Husain dan sembilan anak cucu Husain adalah
yang disucikan (dari dosa) dan dalam kebenaran.” [Al-Juwayni, Fara’id
al-Simtayn, Mu’assassat al-Mahmudi li-Taba’ah, Beirut 1978, p. 160.]
Sekaitan dengan ayat di atas, Jabir bin Abdillah bertanya, “Ya
Rasulullah, Siapa kah orang-orang yang wajib ditaati seperti yang
diisyaratkan dalam ayat ini?” Rasulullah saaw menjawab, “Yang wajib
ditaati adalah para khalifahku wahai Jabir, yaitu para Imam kaum
Muslimin sepeninggalku nanti. Imam pertama mereka adalah Ali
bin Abi Thalib, kemudian Hasan, kemudian Husein, kemudian Ali bin
Husein, kemudian Muhammad bin Ali yang telah dikenal di dalam kitab
Taurat dengan nama “Al-Baqir” dan engkau akan berjumpa dengannya wahai
Jabir. Apabila engkau nanti berjumpa dengannya, maka sampaikanlah
salamku kepadanya. Kemudian setelah itu As-Shadiq Ja’far bin Muhammad,
kemudian Musa bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin
Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin Ali,kemudian yang
terakhir ialah Al-Mahdi bin Hasan bin Ali sebagai Hujjatullah di muka
bumi ini dan Khalifatullah yang terakhir. ( Rujuk ke Ghayah al-Maram,
jilid 10, hal. 267, Itsbat al-Hudat, jilid 3/123 dan Yanabi’
al-Mawaddah, hal. 494, 443-Qundusi al hanafi )
Seorang ulama Ahlusunah terkemuka bernama Al-Juwaini menukil sebuah
riwayat, “Ketika ayat tersebut turun, Abu Bakar dan Umar berkata, ‘Ya
Rasul Allah, apakah kepemimpinan ini dikhususkan untuk Ali?’ Rasul menjawab, ‘Ya, wilayah (kepemimipinan) ini diturunkan untuknya dan untuk para washi-ku sampai Hari Kiamat.’
Lalu kedua orang itu berkata lagi, ‘Ya Rasul Allah, jelaskanlah kepada kami siapa sajakah mereka itu?’
Beliau menjawab, ‘Mereka itu adalah Ali, ia adalah saudaraku,
wazirku, pewarisku, washiku dan khalifahku bagi umatku, dan dialah
wali (pemimpin) setiap mukmin sepeninggalku, kemudian setelahnya
adalah cucuku Al-Hasan, kemudian cucuku Al-Husein dan kemudian
sembilan orang dari putra-putra keturunan Al-Husein secara berurutan.
Al-Qur’an senantiasa bersama mereka, sebagaimana mereka selalu bersama
Al-Qur’an, keduanya itu tidak akan pernah berpisah hingga mereka
menjumpaiku di telaga Surga.”[ Ghayatul Maram, bab 58, hadis ke-4.]
"Yanabiul
Mawaddah" (Tahqiq, Sayyid Ali Jamal Asyraf Al Husayni) Karya Ulama
Sunni : Syaikh Sulayman Al Qunduzi al-Balkhi al-Hanafi
************************************************************************* HADIS HADIS TENTANG 12 IMAM
Walaupun Muslim Syiah tidak menggunakan dasar-dasar keyakinan
mereka dengan hadis-hadis yang biasa digunakan saudara mereka Muslim
Sunni, namun ternyata hal itu pun tercatat pada banyak hadis-hadis
Sunni. Yang sering saya herankan adalah tingkah “ustadz-ustadz” Anti
Syi’ah yang sok tahu tentang keyakinan Muslim Syiah tanpa mempelajari
terlebih dahulu apa yang mendasari keyakinan Muslim Syiah. Begitu pun
terhadap muslim lainnya, dengan gegabah dan serampangan mereka
melancarkan berbagai tuduhan dan fitnah keji. Seperti keyakinan atas
12 imam yang dianut Muslim Syiah, seharusnya mereka mengetahui bahwa
hadis-hadis tentang 12 imam atau khalifah itu ternyata juga terdapat
di dalam hadis-hadis Ahlus Sunnah yang diyakini berasal dari
Rasulullah saw. Hadis-hadis ini terdapat diriwayatkan di dalam
berbagai kitab Sunni seperti : Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Shahih
Tirmidzi, Sunan Abu Dawud dan Musnad Ahmad bin Hanbal.
Jika mereka tidak mengetahui hal ini, mengapa begitu cepat dan
mudahnya tuduhan-tuduhan keji dilemparkan kepada saudara Muslim mereka
sendiri? Jika mereka mengetahui hal ini, bukankah berarti mereka
telah menyebarkan kebohongan di antara umat Muslim lainnya? Kami
berlindung kepada Allah Swt dari perbuatan-perbuatan semacam ini!
Sekarang kita lihat dari mana sebenarnya sumber pemikiran Muslim Syiah tentang 12 Imam berasal? 1. Di dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim,
diriwayatkan dari Jabir bin Samrah, ia berkata: Aku bersama ayahku
menemui Rasulullah Saw, lalu aku mendengar beliau bersabda: “Sesungguhnya urusan ini tidak akan berakhir sebelum 12 orang khalifah (pemimpin) memerintah mereka.”
Kemudian beliau berbicara dengan suara perlahan sehingga aku tidak
dapat mendengarnya. Lalu aku bertanya kepada ayahku: Apakah yang beliau
katakan? Ayahku menjawab: Semua khalifah itu berasal dari kaum
Quraisy.
Memang ada perbedaan kata imam dan khalifah di sini, namun jika kita teliti ternyata kedua-duanya bermakna : pemimpin. 2. Dengan teks yang berbeda Muslim meriwayatkan di
dalam Shahih-nya yang juga dari Jabir bin Samurah, yang mengatakan :
aku mendengar Rasulullah Saw bersabda : “Islam akan tetap jaya sampai
ada 12 khalifah.” Kemudian Rasulullah Saw mengatakan sesuatu yang
tidak kumengerti. Lalu aku bertanya kepada ayahku : Apa yang beliau
katakan? Ayahku mengatakan : mereka (ke-12 khalifah) itu berasal dari
kaum Quraisy. 3. Diriwayatkan dari Amir bin Sa’ad bin Abu Waqqas
yang mengatakan : Aku menulis (sebuah surat) untuk Jabir bin Samurah
dan mengirimkannya melalui pelayanku, Nafi’, untuk meminta kepadanya
(Jabir bin Samurah) agar memberitahu kepadaku sesuatu yang pernah ia
dengar dari Rasulullah Saw. Dia (Jabir) menulis (surat jawaban)
kepadaku : Aku telah mendengar Rasulullah Saw, pada Jumat malam, pada
hari al-Aslami dihukum rajam sampai mati (karena berzina): (Rasulullah
Saw bersabda) : Islam akan tetap tegak sampai Hari Kiamat, atau
kalian akan diperintah oleh 12 khalifah, mereka semua berasal dari
Quraisy…” 4. Juga diriwayatkan dari Jabir bin Samurah yang
mengatakan : Aku pergi bersama ayahku menemui Rasulullah Saw dan
kudengar beliau bersabda: Agama ini akan tetap bertahan, kokoh dan
jaya sampai berlangsung 12 khalifah. Kemudian beliau menambahkan
kata-kata yang tak dapat kutangkap karena suara berisik banyak orang.
Lalu kutanyakan kepada ayahku: Apa yang beliau katakan? Ayahku
menjawab: Beliau mengatakan semua khalifah itu berasal dari Quraisy. 5. Dengan teks yang hampir sama. Musnad Ahmad No. 3593 حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنِ الْمُجَالِدِ عَنِ الشَّعْبِيِّ عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ
كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ وَهُوَ يُقْرِئُنَا
الْقُرْآنَ فَ…قَالَ لَهُ رَجُلٌ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ هَلْ
سَأَلْتُمْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمْ
تَمْلِكُ هَذِهِ الْأُمَّةُ مِنْ خَلِيفَةٍ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
مَسْعُودٍ مَا سَأَلَنِي عَنْهَا أَحَدٌ مُنْذُ قَدِمْتُ الْعِرَاقَ
قَبْلَكَ ثُمَّ قَالَ نَعَمْ وَلَقَدْ سَأَلْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ اثْنَا عَشَرَ كَعِدَّةِ نُقَبَاءِ
بَنِي إِسْرَائِيلَ
Telah menceritakan kepada kami [Hasan bin Musa] telah menceritakan
kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Al Mujalid] dari [Asy Sya’bi] dari
[Masruq] ia berkata; Tatkala kami duduk-duduk bersama Abdullah bin
Mas’ud, saat itu ia sedang membacakan Al Qur`an kepada kami, lalu
seorang laki-laki berkata kepadanya; Wahai Abu Abdurrahman, apakah
kalian pernah menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
BERAPAKAH UMAT INI MEMILIKI KHALIFAH? [Abdullah bin Mas’ud] berkata;
Tidak ada seorang pun yang menanyakan hal itu kepadaku sejak aku datang
ke Iraq sebelum engkau, kemudian ia melanjutkan; Ya, kami pernah
menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam,
lalu beliau menjawab: “Sebanyak DUA BELAS orang seperti jumlah pemimpin
bani Israil.”
Hadis-hadis yang diungkapkan di atas belumlah seluruhnya. Masih
banyak hadis lainnya yang bernada serupa namun karena keterbnatasan
waktu dan ruang di sini maka saya kira semua informasi itu sudah lebih
dari cukup. Lalu pertanyaan saya : Apakah hadis-hadsi yang sedemikian
banyak dan shahih ini tidak pernah dibaca oleh “ustadz-ustadz” Anti
Syi’ah itu? Jika belum, maka saya sarankan mereka untuk lebih banyak
memperdalam terlebih dahulu ketimbang berfatwa serampangan dan
melakukan adu domba antar umat Islam. Ingatlah hadis Nabi Saw yang
dirwayatkan oleh syaikhan : “Tidak akan masuk surga orang yang suka
mengadu domba (al-Nammâm)” 6. Shahih al-Bukhari, vol. 4, halaman 168
Jabir berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada
12 pemimpin dan khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang
tidak bisa kudengar. Ayahku berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,
‘Semuanya dari golongan Qurays’”
(Lihat Kitab al-Ahkam, Mesir 1351, no. 6682; lihat juga Shahih
Muslim, Kitab al-‘Imarah, no. 3393, 3394, 3395, 3396, dan 3397; juga
Sunan at-Turmudzi, Kitab al-Fitan, no. 2149; juga Sunan Abi Dawud,
Kitab al-Mahdi, no 3731 dan 3732; juga Musnad Ahmad, Musnad
al-Basyiryin, no. 19875, 19901, 19920, 19963, 20017, 20019, 20032, dan
20125)
Rasulullah saw telah bersabda, “Agama ini akan tetap berdiri
sampai 12 khalifah, yang semuanya dari golongan Qurays, memerintah atas
kamu.” (Lihat Kitab al-Imarah, no. 3398)
8. Shahih Muslim, vol. 6, halaman 3
Jabir meriwayatkan, “Aku dan ayahku pergi menemui Rasulullah saw.
Kami mendengarnya bersabda, ‘Persoalan ini (khilafah) tidak akan
berakhir sampai datang 12 khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan
sesuatu yang tidak kudengar. Aku menanyakan pada ayahku apa yang
Rasulullah saw sabdakan. Beliau saw bersabda, ‘Semuanya dari golongan
Qurays’” (Lihat Kitab al-Imarah, no. 3398, Mesir 1334)
9. Shahih Muslim, vol. 6, halaman 3
Jabir meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasulullah saw yang agung
bersabda, “Islam akan selalu besar hingga datang 12 Imam.” (Jabir
berkata), “Kemudian beliau mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti.
Aku bertanya pada ayahku, ‘Apa yang beliau katakana?’ Ia menjawab,
‘Semuanya dari golongan Qurays.’” (Lihat Kitab al-Imarah, no. 3398)
10. Shahih at-Tirmidzi, vol. 2, halaman 45
Jabir berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada 12 Imam dan
pemimpin setelahku.’ Kemudian beliau mengatakan sesuatu yang tidak
dapat kumengerti. Aku menanyakan pada seseorang di sampingku tentang
itu. Ia berkata, ‘Semuanya dari golongan Qurays.’”
(Lihat cetakan New Delhi (tahun 1342), no. 2149. Tirmidzi menulis
tentang hadits ini, “Hadits ini baik dan shahih, diriwayatkan oleh
Jabir dari jalur sanad yang berbeda. Hal yang sama dikutip dari Jabir
dalam ‘Shahih Abi Daud’, vol. 2, cet. Matba’a Taziyah, Mesir. Kitab
al-Manaqib halaman 207 no. 3731)
11. Musnad Ahmad, vol. 5, hal. 106
Rasulullah bersabda, “Terdapat dua belas khalifah untuk umat ini”
Catatan: Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnad mengutip hadits
tentang persoalan ini dalam tiga puluh empat rantai hadits yang
berlainan dari Jabir.
(Lihat: Matba’a Miymaniyyah, Mesir 1313, Musnad al-Basriyyin, no. 19944)
12. Shahih Abu Daud, vol. 2, hal. 309
“Agama ini akan tetap agung sampai datang dua belas Imam.”
Mendengar hal ini, orang-orang mengagunkan Allah dengan berkata,
“Allahu Akbar” (Allah maha besar) dan menangis keras. Kemudian beliau
mengatakan sesuatu dengan suara yang pelan. “Aku bertanya pada ayahku,
‘Apa yang beliau katakan?’ ‘Mereka semua dari golongan Qurays,’
jawabnya.”
Catatan: Hakim Naysaburi meriwayatkan hadits ini dengan sanad yang berbeda dari yang sebelumnya disebutkan.
(Lihat: Edisi pertama dari ‘Dar- Al-Fikr, 1334)
Seperti sudah kita yakini bersama bahwa jika seseorang benar-benar
memperdalam pengetahuan agamanya dengan cara yang benar, mestinya dia
akan menjadi semakin arif dan semakin toleran terhadap pemikiran dan
keyakinan orang lain. Namun jika seseorang “memperdalam” agamanya lalu
dia menjadi sedemikian fanatik dan tidak toleran maka bisa dipastikan
telah terjadi penyimpangan di dalam penanaman “pengetahuan”. Seperti
yang saya ketahui, bahwa umumnya penyimpangan terjadi karena
pengetahuan agama yag diajarkan tidak secara alami, yaitu dengan cara
indoktrinasi atau brain-washing; atau dengan kata lain doktrin-doktrin
“agama” dijejalkan secara paksa dan sistematis.
Akhirnya dari sebagian hadis shahih yang saya ungkapkan di atas
dapat kita ketahui bahwa keyakinan 12 imam yang dianut oleh Muslim
Syiah bukanlah berasal dari Yahudi maupun Nasrani seperti yang
disebarkan oleh kaum Wahabi yang kita yakini adalah antek-antek AS dan
Zionis Israel. Mereka inilah cikal bakal kaum teroris al-Qaeda yang
tersebar di seluruh dunia. Mereka didoktrin, dicuci otak dan pikiran
mereka dimanipulasi untuk menyebarkan teror dan adu domba antar kaum
Muslim di dunia. Kita melihat sendiri bahwa hadis-hadis yang
diungkapkan di atas adalah sabda-sabda Rasul Saw yang memang
benar-benar terdapat di dalam literatur Islam. Akhirnya tulisan ini
saya tutup dengan doa: semoga mereka, kaum Wahabi yang membaca tulisan
ini segera merekonstruksi pemikiran mereka.
Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Tiada daya dan kekuatan kecuali karena pertolongan Allah jua!
Catatan kaki:
1. Hadis ini sudah tidak asing lagi bagi mereka yang sering
mengkaji hadis-hadis Bukhari Muslim, namun anehnya para “ustadz”
Wahabi seolah-olah tidak pernah mendengar hadis ini sehingga dengan
nekadnya mencerca Muslim Syiah bahwa mereka (Muslim Syiah) mengambil
akidah 12 imam dari Yahudi dan Nasrani. Oleh karena itu saya
persilahkan pembaca membuka kitab hadis :
– Shahih Bukhari, hadis no. 6682.
– Shahih Muslim, Bab Imarah, hadis no. 3393
– Al-Tirmidzi, hadis no. 2149
– Abu Dawud, Bab al-Mahdi, hadis no. 3731
– Ahmad bin Hanbal, Bab 5, hlm. 87, 90, 92, 95, 97, 99, 100, 101, 106, 107, 108.
Hadis di atas saya kutip dari situs Kerajaan Saudi yang bermazhab Wahabi dan insya Allah Anda bisa langsung mengkliknya : http://hadith.al-islam.com/bayan/display.asp?Lang=ind&ID=1060
2. Kata al-khilafah bermakna al-niyabah ‘an al-ghayr atau pengggantian juga berarti : al-imamah al-‘uzhma
atau kekhalifahan atau kepemimpinan yang agung. Lihat Kamus al-Munawwir
hlm. 393, Catakan th. 1984. Contoh faktualnya adalah Sayyidina Ali
bin Abi Thalib yang diangkat sebagai khalifah. Dan di dalam sebuah
hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Inilah dia
saudaraku, penerima wasiatku (al-washî) dan khalifahku (khalîfatî)…” Rujukan :
– Târikh al-Thabarî Jil. 2, hlm. 319, dan
– al-Kâmil fî al-Târikh li Ibni al-Atsîr
Jil. 2 hlm. 63.
Sementara itu dikalangan Muslim Syiah, Sayyidina Ali juga dianggap sebagai salah seorang dari 12 imam mereka.
3. Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, hadis no. 4480
4. Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, hadis no. 4483
5. Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, hadis no. 4482
6. Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, hadis no. 4481
7. Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, hadis no. 4477
8. Shahih Bukhari, Muslim, Abu dawud dan Tirmidzi dari sahabat Hudzaifah al-Yamani. Al-Dzahabi memasukkan dosa nammâm atau namîmah (mengadu domba) sebagai salah satu dari dosa-dosa besar. Lihat kitab al-Kabâir karangan Muhammad bin ‘Utsman al-Dzhaby.
***************************************************************************************************** 12 Imam Ahlul Bait Ada Dalam Al Qur’an Dr. Majdi Wahbe as Syafi’i (Khatib al Azhar) berhasil menetapkan jumlah para imam Ahlul Bait (as) melalui Al Quran
Salah seorang pemerhati Agama Mesir dan Khatib Universitas al Azhar
berhasil menetapkan jumlah para imam Ahlul Bait (as) melalui Al Quran.
Berdasarkan laporan ini disebutkan bahwa beliau mampu membuktikan
kebenaran 12 imam yang dimulai dari Imam Ali sampai Imam terakhir, yaitu
Imam Mahdi (as).
Menurut kantor berita Abna, DR. Majdi Wahbe as Syafi’i berhasil
menetapkan jumlah para imam Ahlul Bait (as) melalui Al Quran.
Berdasarkan laporan ini disebutkan bahwa beliau mampu membuktikan
kebenaran 12 imam yang
dimulai dari Imam Ali sampai Imam terakhir, yaitu Imam Mahdi (as).
Berita ini disebutkan dalam salah satu majalah berita Mesir dimana di
situ dijelaskan: Tak diragukan lagi bahwa jumlah/angka dalam Al Qur’an
itu memiliki dalil
tersendiri. Misalnya, kata “yaum” (hari) yang berjumlah 365 kali diulang dalam Al Qur’an menunjukkan bilangan hari selama satu tahun, demikian juga kata “syaher” (bulan) yang berulang sebanyak 12 kali menunjukkan bahwa selama 1 tahun itu terdapat 12 bulan. Kemudian laporan itu melanjukan: Kata yang merupakan derivasi (pecahan) dari “al imamah” (imam/kepemimpinan) juga berulang sebanyak 12 kali
dalam Al Qur’an yang bermakna 12 imam dimana berdasarkan riwayat yang dinukil
dari Nabi saw urutannya adalah dari Imam Ali (as), Imam Hasan (as) dan Imam
Husain serta mencakup 9 Imam dari keturunan Imam Ketiga.
Dua belas (12) Ayat Al Quran yang mencakup kata “imam dan imamah”, yaitu:
– سورة البقرة، الآية 124: {وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ
بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَاماً قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِي قَالَ لاَ يَنَالُ
عَهْدِي الظَّالِمِين}.
2- سورة
التوبة، الآية 12: {وَإِن نَّكَثُواْ أَيْمَانَهُم مِّن بَعْدِ عَهْدِهِمْ
وَطَعَنُواْ فِي دِينِكُمْ فَقَاتِلُواْ أَئِمَّةَ الْكُفْرِ
إِنَّهُمْ لاَ أَيْمَانَ لَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَنتَهُونَ}.
3- سورة هود،
الآية17: {أَفَمَن كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّهِ وَيَتْلُوهُ شَاهِدٌ
مِّنْهُ وَمِن قَبْلِهِ كِتَابُ مُوسَى إَمَاماً
وَرَحْمَةً أُوْلَـئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَن يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأَحْزَابِ
فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ فَلاَ تَكُ فِي مِرْيَةٍ مِّنْهُ إِنَّهُ الْحَقُّ مِن
رَّبِّكَ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يُؤْمِنُونَ }.
4- سورة
الاسراء، الآية70: {يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ
فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُوْلَـئِكَ يَقْرَؤُونَ كِتَابَهُمْ
وَلاَ يُظْلَمُونَ فَتِيلا}.
5- سورة
الانبياء، الآية 72: {وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً
يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ
الصَّلاةِ وَإِيتَاء الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِين}.
6- سورة القصص،
الآية 5: {وَنُرِيدُ أَن نَّمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الاَرْضِ
وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ
الْوَارِثِين}.
7- سورة الحجر،
الآية 79: {فَانتَقَمْنَا مِنْهُمْ وَإِنَّهُمَا لَبِإِمَامٍ
مُّبِينٍ }.
8- سورة
السجدة، الآية 24: {وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً
يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُون}.
9- سورة يس،
الآية 12: {إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا
وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ
مُبِينٍ }.
10- سورة
القصص، الآية 41: {وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً
يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لا يُنصَرُون}.
11- سورة
الفرقان، الآية 74: {وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً}.
12- سورة
الأحقاف، الآية 12: {وَمِن قَبْلِهِ كِتَابُ مُوسَى إِمَاماً
وَرَحْمَةً وَهَذَا كِتَابٌ مُّصَدِّقٌ لِّسَاناً عَرَبِيّاً لِّيُنذِرَ الَّذِينَ
ظَلَمُوا وَبُشْرَى لِلْمُحْسِنِينَ}.
Yang menarik Khatib Masjid al Azhar ini juga membuktikan bahwa yang
dimaksud Ahlul Bait –sebagaimana yang termaktub dalam surah al Ahzab,
ayat 33 itu hanya 5 orang (yaitu Rasul saw, Ali, Fatimah, Hasan dan
Husain) dan sama sekali tidak
mencakup istri-istri Nabi saw, sebagaimana diriwayatkan sendiri oleh
Ummu Salamah. Hal ini ditegaskan oleh Nabi saw dalam hadisnya yang
terkenal dengan “hadis kisa”. (Kisa berarti kain penutup). Beliau
menyatakan bahwa kata kisa’ pun lima kali disebutkan dalam al Quran, yaitu:
1- سورة البقرة، الآية 233: {وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ
أَوْلاَدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَن يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ
وَعلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ
بِالْمَعْرُوفِ لاَ تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلاَّ وُسْعَهَا لاَ تُضَآرَّ وَالِدَةٌ
بِوَلَدِهَا وَلاَ مَوْلُودٌ لَّهُ بِوَلَدِهِ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَلِكَ
فَإِنْ أَرَادَا فِصَالاً عَن تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلاَ جُنَاحَ
عَلَيْهِمَا وَإِنْ أَرَدتُّمْ أَن تَسْتَرْضِعُواْ أَوْلاَدَكُمْ فَلاَ جُنَاحَ
عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُم مَّا آتَيْتُم بِالْمَعْرُوفِ وَاتَّقُواْ اللّهَ
وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِير}.
2- سورة
البقرة، الآية 259: {أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى
عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىَ يُحْيِـي هَـَذِهِ اللّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا فَأَمَاتَهُ
اللّهُ مِئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْماً
أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالَ بَل لَّبِثْتَ مِئَةَ عَامٍ فَانظُرْ إِلَى طَعَامِكَ
وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ وَانظُرْ إِلَى حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً
لِّلنَّاسِ وَانظُرْ إِلَى العِظَامِ كَيْفَ نُنشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْماً فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ
أَعْلَمُ أَنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير}.
3- سورة
المائدة، الآية 89: {لاَ يُؤَاخِذُكُمُ اللّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ
وَلَـكِن يُؤَاخِذُكُم بِمَا عَقَّدتُّمُ الأَيْمَانَ فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ
عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ فَمَن لَّمْ
يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ ذَلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا
حَلَفْتُمْ وَاحْفَظُواْ أَيْمَانَكُمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُون}.
4- سورة
المؤمنون، الآية 14: {ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا
الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَاماً فَكَسَوْنَا
الْعِظَامَ لَحْماً ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقاً آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ
أَحْسَنُ الْخَالِقِين}.
5- سورة
النساء، الآية 5: {وَلاَ تُؤْتُواْ السُّفَهَاء أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ
اللّهُ لَكُمْ قِيَاماً وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ
وَقُولُواْ لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفا}.
Muhammad Rasulullah , Imam Ali, Sayyidah Fathimah az Zahra, Imam Hasan, Imam Husayn a.s.
__________________________________________________________________________ Pendapat Ulama Sunni Tentang 12 Pemimpin BAGIAN I Hadis 12 Pemimpin
روى جابر بن سَمُرة فقال: سمعتُ النبيّ صلّي الله عليه [وآله]
وسلّم يقول: يكون اثنا عشر أميراً. فقال كلمةً لم أسمعها، فقال
أبي: أنّه قال: كلّهم من قريش.
Jabir bin Samurah meriwayatkan, “Aku mendengar Nabi (saww)
berkata” :”Kelak akan ada Dua Belas Pemimpin.” Ia lalu melanjutkan
kalimatnya yang saya tidak mendengarnya secara jelas. Ayah saya
mengatakan, bahwa Nabi menambahkan, ”Semuanya berasal dari suku
Quraisy.”[Sahih Bukhari (inggris), Hadits: 9.329, Kitabul Ahkam; Sahih
al-Bukhari (arab) , 4:165, Kitabul Ahkam] BAGIAN II Pendapat Para Ulama Sunni
Ibn Arabi
…فعددنا بعد رسول الله صلّي الله عليه [وآله] وسلّم اثني عشر أميرًا،
فوجدنا أبابكر، عمر، عثمان، عليًّا، الحسن، معاوية، يزيد، معاوية بن
يزيد، مروان، عبد الملك بن مروان، الوليد، سليمان، عمر بن عبد
العزيز، يزيد بن عبدالملك ، مروان بن محمد بن مروان، السفّاح،… وبعده
سبعة وعشرون خليفة بن بني العبّاس. وإذا عددنا منهم اثني عشر
انتهي العدد بالصّورة إلي سليمان بن عبد الملك. وإذا عددناهم
بالمعني كان معنا منهم خمسة، الخلفاء الاربعة، وعمر بن عبد العزيز.
ولم أعلم للحديث معني. ابن العربيّ، «شرح سنن التّرمذيّ» 9: 68 ـ 69
Kami telah menghitung pemimpin (Amir-Amir) sesudah Nabi (sawa)
ada dua belas. Kami temukan nama-nama mereka itu sebagai berikut:
Abubakar, Umar, Usman, Ali, Hasan, Muawiyah, Yazid, Muawiyah bin Yazid,
Marwan, Abdul Malik bin Marwan, Yazid bin Abdul Malik, Marwan bin
Muhammad bin Marwan, As-Saffah… Sesudah ini ada lagi 27 khalifah Bani
Abbas.
Jika kita perhitungkan 12 dari mereka, kita hanya sampai pada
Sulaiman. Jika kita ambil apa yang tersurat saja, kita cuma mendapatkan 5
orang di antara mereka dan kepadanya kita tambahkan 4 ‘Khalifah
Rasyidin’, dan Umar bin Abdul Aziz….
Saya tidak paham arti hadis ini. [Ibn Arabi, Syarh Sunan Tirmidzi, 9:68-69]
Qadi Iyad Al-Yahsubi
قال: إنّه قد ولي أكثر من هذا العدد. وقال: وهذا اعتراض باطل
لانّه صلّى الله عليه [وآله] وسلّم لم يقل: لايلي الاّ اثنا
عشرخليفة؛ وإنّما قال: يلي. وقد ولي هذا العدد، ولايضرّ كونه وُجد
بعدهم غيرهم. النوويّ: «شرح صحيح مسلم» 12: 201 ـ 202. ابن حجر
العسقلانيّ: «فتح الباري» 16: 339
Jumlah khalifah yang ada lebih dari itu. Adalah keliru untuk
membatasinya hanya sampai angka dua belas. Nabi (saw) tidak mengatakan
bahwa jumlahnya hanya dua belas dan bahwa tidak ada tambahan lagi. Maka
mungkin saja jumlahnya lebih banyak lagi. [Al-Nawawi, Syarh Shahih
Muslim, 12:201-202; Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari, 16:339]
Jalaludin as-Suyuti
إنّ المراد وجود اثني عشر خليفة في جميع مدّة الاسلام إلي يوم
القيامه يعملون بالحقّ وإن لم تتوال أيّامهم…وعلى هذا فقد وُجد من
الاثني عشر خليفة الخلفاء الاربعة، والحسن، ومعاوية، وابن الزّبير،
وعمر بن عبد العزيز، هؤلاء ثمانية. ويحتمل أن يُضمّ إليهم المهتدي
من العبّاسيّين، لانّه فيهم كعمر بن عبد العزيز في بني أُميّة.
وكذلك الطاهر لما اوتي من العدل، وبقي الاثنان المنتظران أحدهما
المهدي لانّه من آل بيت محمّد صلّي الله عليه [وآله] وسلّم.
السّيوطي: «تاريخ الخلفاء»: 12. ابن حجر الهيثميّ: الصّواعق المحرقة:
19
Hanya ada dua belas Khalifah sampai hari kiamat. Dan mereka akan
terus melangkah dalam kebenaran, meski mungkin kedatangan mereka tidak
secara berurutan. Kita lihat bahwa dari yang dua belas itu, 4 adalah
Khalifah Rasyidin, lalu Hasan, lalu Muawiyah, lalu Ibnu Zubair, dan
akhirnya Umar bin Abdul Aziz. Semua ada 8. Masih sisa 4 lagi. Mungkin
Mahdi, Bani Abbasiyah bisa dimasukkan ke dalamnya sebab dia seorang Bani
Abbasiyah seperti Umar bin Abdul Aziz yang (berasal dari) Bani Umayyah.
Dan Tahir Abbasi juga bisa dimasukkan sebab dia pemimpin yang adil.
Jadi, masih dua lagi. Salah satu di antaranya adalah Mahdi, sebab ia
berasal dari Ahlul Bait Nabi (as).” [Al-Suyuti, Tarikh al-Khulafa,
Halaman 12; Ibn Hajar al-Haytami, Al-Sawa’iq al-Muhriqa Halaman 19]
Ibn Hajar al-’Asqalani
لم ألق أحدًا يقطع في هذا الحديث، يعني بشيء معيّن؛ فانّ في
وجودهم في عصر واحد يوجد عين الافتراق، فلايصحّ أن يكون المراد.
ابن حجر العسقلانيّ، «فتح الباري» 16: 338 ـ 341
Tidak seorang pun mengerti tentang hadis dari Sahih Bukhari ini.
Adalah tidak benar untuk mengatakan bahwa Imam-imam itu akan
hadir sekaligus pada satu saat bersamaan. [Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fath
al-Bari 16:338-341]
Ibn al-Jawzi
وأوّل بني أُميّة يزيد بن معاوية، وآخرهم مروان الحمار. وعدّتهم
ثلاثة عشر. ولايعدّ عثمان، و معاوية، ولا ابن الزّبير لكونهم صحابة.
فإذا أسقطناهم منهم مروان بن الحكم للاختلاف في صحبته، أو لانّه
كان متغلّبًا بعد أن اجتمع النّاسعلى عبد الله بن الزّبير صحّت
العدّة…وعند خروج الخلافة من بني أُميّة وقعت الفتن العظيمة
والملاحم الكثيرة حتّى استقرّت دولة بني العبّاس، فتغيّرت الاحوال
عمّا كانت عليه تغيّرًا بيّنًا. ابن الجوزيّ ، «كشف المشكل» ، نقلاً
عن ابن حجر العسقلانيّ في «فتح الباري» 16: 340، عن سبط ابن
الجوزيّ.
Khalifah pertama Bani Umayyah adalah Yazid bin Muawiyah dan yang
terakhir adalah Marwan Al-Himar. Total jumlahnya tiga belas. Usman,
Muawiyah dan Ibnu Zubair tidak termasuk karena mereka tergolong Sahabat
Nabi (s). Jika kita kecualikan (keluarkan) Marwan bin Hakam karena
adanya kontroversi tentang statusnya sebagai Sahabat atau karena ia
berkuasa padahal Abdullah bin Zubair memperoleh dukungan masyarakat,
maka kita mendapatkan angka Dua Belas.… Ketika kekhalifahan muncul dari
Bani Umayyah, terjadilah kekacauan yang besar sampai kukuhnya
(kekuasaan) Bani Abbasiyah. Bagaimana pun, kondisi awal telah berubah
total. [Ibn al-Jawzi, Kashf al-Mushkil, sebagaimana dikutip dalam Ibn
Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari 16:340 dari Sibt Ibn al-Jawzi]
Al-Nawawi
ويُحتمل أن المراد [بالائمّة الاثني عشر] مَنْ يُعَزُّ الإسلام في زمنه ويجتمع المسلمون عليه.
النوويّ، «شرح صحيح مسلم» 12: 202 ـ 203
Ia bisa saja berarti bahwa kedua belas Imam berada dalam masa
(periode) kejayaan Islam. Yakni ketika Islam (akan) menjadi dominan
sebagai agama. Para Khalifah ini, dalam masa kekuasaan mereka, akan
menyebabkan agama menjadi mulia.[Al-Nawawi, Sharh Sahih Muslim
,12:202-203]
Al-Bayhaqi
وقد وُجد هذا العدد (اثنا عشر) بالصفة المذكورة إلي وقت الوليد بن
يزيد بن عبد الملك. ثمّ وقع الهرج والفتنة العظيمة…ثمّ ظهر ملك
العبّاسيّة…وإنّما يزيدون على العدد المذكور في الخبر إذا تركت الصفة
المذكورة فيه، أو عُدَّ منهم من كان بعد الهرج المذكور فيه.
ابن كثير: «البداية والنّهاية» 6: 249؛ السّيوطيّ، «تاريخ الخلفاء»:11
Angka (dua belas) ini dihitung hingga periode Walid bin Abdul
Malik. Sesudah ini, muncul kerusakan dan kekacauan. Lalu datang masa
dinasti Abbasiyah. Laporan ini telah meningkatkan jumlah Imam-imam. Jika
kita abaikan karakteristik mereka yang datang sesudah masa kacau-balau
itu, maka angka tadi menjadi jauh lebih banyak.” [Ibn Katsir, Ta’rikh,
6:249; Al-Suyuti, Tarikh al-KhulafaHalaman 11]
Ibn Katsir
فهذا الّذي سلكه البيهقيّ، وقد وافقه عليه جماعة من أنّ المراد
بالخلفاء الاثني عشر المذكورين في هذا الحديث هم المتتابعون إلي
زمن الوليد بن يزيد بن عبد الملك الفاسق الّذي قدّمنا الحديث فيه
بالذّمّ والوعيد، فانّه مسلك فيه نظر…فان اعتبرنا ولاية ابن الزبير
قبل عبد الملك صاروا ستّة عشر، وعلى كلّ تقدير فهم اثنا عشر قبل عمر
بن عبد العزيز. فهذا الّذي سلكه على هذا التّقدير يدخل في الاثني
عشر يزيد بن معاوية، و يخرج منهم عمر بن عبد العزيز الّذي أطبق
الائمّة على شكره وعلى مدحه، وعدوّه من الخلفاء الرّاشدين، وأجمع
الناس قاطبة على عدله. ابن كثير، «البداية والنّهاية» 6: 249 ـ 250
Barang siapa mengikuti Bayhaqi dan setuju dengan pernyataannya
bahwa kata ‘Jama’ah’ berarti Khalifah-khalifah yang datang secara tidak
berurutan hingga masa Walid bin Yazid bin Abdul Malik yang jahat dan
sesat itu, maka berarti ia (orang itu) setuju dengan hadis yang kami
kritik dan mengecualikan tokoh-tokoh tadi.
Dan jika kita menerima Kekhalifahan Ibnu Zubair sebelum Abdul
Malik, jumlahnya menjadi enam belas. Padahal jumlah seluruhnya
seharusnya dua belas sebelum Umar bin Abdul Aziz. Dalam perhitungan ini,
Yazid bin Muawiyah termasuk di dalamnya sementara Umar bin Abdul Aziz
tidak dimasukkan. Meski demikian, sudah menjadi pendapat umum bahwa
para ulama menerima Umar bin Abdul Aziz sebagai seorang Khalifah yang
jujur dan adil. [Ibn Katsir, Ta’rikh, 6:249-250]
MEREKA BINGUNG ?
Kita perlu pendapat seorang ulama Sunni lain yang dapat
mengklarifikasi siapa Dua Belas Penerus, Khalifah, para Amir atau
Imam-imam sebenarnya.
Al-Dzahabi mengatakan dalam Tadzkirat al-Huffaz , jilid 4, halaman
298, dan Ibn Hajar al-’Asqalani menyatakan dalam al-Durar al Kaminah,
jilid 1, hal. 67, bahwa Shadrudin Ibrahim bin Muhammad bin al-Hamawayh
al-Juwaini al-Syafi’i adalah seorang ahli Hadis yang mumpuni.
Lebih lengkap tentang Al-Juwaini, silahkan rujuk catatan Al-Muhadits
Al-Juwaini Asy-Syafi’i (ra) dan Hadis Tentang Sayyidah Fathimah sa“
BAGIAN III
Al-Juwayni Asy-Syafi’i :
عن عبد الله بنعبّاس رضي الله عنه، عن النّبيّ صلّي الله عليه
[وآله] وسلّم أنّه قال: أنا سيّد المُرسَلين، وعليّ بن أبي طالب
سيّدالوصيّين، وأنّ أوصيائي بعدي اثنا عشر، أوّلهم عليّ بن أبي
طالب، وآخرهم القائم.
dari Abdullah bin Abbas (ra) bahwa Nabi (sawa) mengatakan,”Saya
adalah penghulu para Nabi dan Ali bin Abi Thalib adalah pemimpin para
penerus, dan sesudah saya akan ada dua belas penerus. Yang pertama
adalah Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir adalah al-Qaim.”
عن ابن عبّاس رضي الله عنه، عن النبيّ صلّي الله عليه [وآله]
وسلّم أنّه قال: أنّ خلفائي وأوصيائيوححج الله على الخلق بعدي
لاثنا عشر، أوّلهم أخي، وآخرهم وَلَدي. قيل: يا رسول الله، ومن
أخوك؟ قال: عليّ بن أبيطالب. قيل: فمن وَلَدُكَ؟ قال: المهديّ
الّذي يملاها قسطًا وعدلاً كما مُلئت جورًا وظلمًا. والّذي بعثني
بالحقّ بشيرًا لو لم يبق من الدّنيا الاّ يوم واحد لطَوَّل الله ذلك
اليوم حتّي يخرج فيه ولدي المهدي، فينزلروح الله عيسى بن مريم
فيُصلّي خلفَهُ، وتُشرق الارض بنور ربّها، ويبلغ سلطانه المشرق
والمغرب.
Dari Ibnu Abbas (r) bahwa Rasulullah (sawa) berkata: ”Sudah pasti
bahwa washi-washiku dan Bukti (hujjah) Allah bagi makhluk sesudahku ada
dua belas. Yang pertama di antara mereka adalah saudaraku dan yang
terakhir adalah anak (cucu) ku.” Orang bertanya: “Wahai Rasulullah,
siapakah saudaramu itu?”. Beliau menjawab: “Ali bin Abi Thalib.” Lalu
beliau ditanyai lagi: “ Dan siapakan anak (cucu) mu itu?” Nabi yang suci
(sawa) menjawab: ”Al-Mahdi. Dia akan mengisi bumi dengan keadilan dan
persamaan ketika ia (bumi) dipenuhi ketidakadilan dan tirani. Dan demi
Yang Mengangatku sebagai pemberi peringatan dan memberiku kabar
gembira, meski seandainya masa berputarnya dunia ini tinggal sehari
saja, Allah SWT akan memperpanjang hari itu sampai diutusnya (anakku)
Mahdi, kemudian ia akan disusul Ruhullah Isa bin Maryam (as) yang turun
ke bumi dan berdoa di belakangnya (Mahdi). Dunia akan diterangi oleh
sinarnya, dan kekuatannya akan mencapai hingga ke timur dan ke barat.”
رسول الله صلّي الله عليه [وآله] وسلّم أنّه قال: أنا، وعليّ،
والحسن، والحسين، وتسعة من ولد الحسين مطهّرون معصومون. الجوينيّ،
«فرائد السمطين» مؤسّسة المحموديّ للطّباعة والنشر، بيروت، 1978، ص
Rasulullah (saw) mengatakan: ”Aku dan Ali dan Hasan dan Husain dan
sembilan anak cucu Husain adalah yang disucikan (dari dosa) dan dalam
kebenaran.” [Al-Juwaini, Fara’id al-Simthain, Mu’assassat al-Mahmudi
li-Taba’ah, Beirut 1978, h. 160.]
Di antara semua mazhab Islam, hanya Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah
yang percaya pada individu-individu sebagai Dua Belas orang dari Ahlul
Bait Raulullah saww yang berhak sebagai Penerus Rasulullah saww.
__________________________________________________________________________
Sebagai pembanding tentang definisi Ahlul Bayt klik link berikut ini : AHLUL BAIT TELADAN SEMPURNA https://satuislam.wordpress.com/2009/02/28/ahlu-bait-teladan-sempurna/ KECINTAAN WAHABI/SALAFI TERHADAP AHLUL BAIT (CINTA PALSU PENUH REKAYASA POLITIK )https://satuislam.wordpress.com/2009/06/04/kecintaan-salaf-terhadap-ahlul-bait-cinta-palsu-penuh-rekayasa-politik/ MENGENAL AHLUL BAIT NABI MENURUT KAUM WAHABI http://almanhaj.or.id/content/2937/slash/0
kalo ane boleh komen, orang syiah itu
ngga beres baca qurannya, coba baca dari ayat 28-33 siapa sih yang masuk
kategori ahlul bait, jangan cuma sepotong mengambil kata ahlubaitnya
aja di ayat 33.
رسول الله صلّي الله عليه [وآله]
وسلّم أنّه قال: أنا، وعليّ، والحسن، والحسين، وتسعة من ولد
الحسين مطهّرون معصومون. الجوينيّ، «فرائد السمطين» مؤسّسة
المحموديّ للطّباعة والنشر، بيروت، 1978، ص
Rasulullah (sawa) mengatakan: ”Aku dan Ali dan Hasan dan Husain dan
sembilan anak cucu Husain adalah yang disucikan (dari dosa) dan dalam
kebenaran.” [Al-Juwaini, Fara’id al-Simthain, Mu’assassat al-Mahmudi
li-Taba’ah, Beirut 1978, h. 160.]
Di antara semua mazhab Islam, hanya Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah
yang percaya pada individu-individu sebagai Dua Belas orang dari Ahlul
Bait Raulullah saww yang berhak sebagai Penerus Rasulullah saww.
Rasulullah saaw bersabda, “Yang wajib
ditaati adalah para khalifahku wahai Jabir, yaitu para Imam kaum
Muslimin sepeninggalku nanti. Imam pertama mereka adalah Ali bin Abi
Thalib, kemudian Hasan, kemudian Husein, kemudian Ali bin Husein,
kemudian Muhammad bin Ali yang telah dikenal di dalam kitab Taurat
dengan nama “Al-Baqir” dan engkau akan berjumpa dengannya wahai Jabir.
Apabila engkau nanti berjumpa dengannya, maka sampaikanlah salamku
kepadanya. Kemudian setelah itu As-Shadiq Ja’far bin Muhammad, kemudian
Musa bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali,
kemudian Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin Ali,kemudian yang terakhir
ialah Al-Mahdi bin Hasan bin Ali sebagai Hujjatullah di muka bumi ini
dan Khalifatullah yang terakhir. ( Rujuk ke Ghayah al-Maram, jilid 10,
hal. 267, Itsbat al-Hudat, jilid 3/123 dan Yanabi’ al-Mawaddah, hal.
494, 443-Qundusi al hanafi )
Mas Said , maaf….. justeru mas sendiri tampaknya kurang beres baca qurannya kayaknya ga ngerti bahasa arab
Bila kita perhatikan sekilas, memang seolah QS 33: 31-33 seluruh
ayat-ayat tersebut berbicara tentang sekelompok orang yang sama, seperti
satu kesatuan.Itulah sebabnya mengapa banyak orang awam terutama yang
tidak mengerti bahasa Arab yang terkecoh dengan ta`wil kelompok yang
menamakan diri mereka Salafi. Kelompok ini kemudian mengeluarka banyak
syubhat bahwa yang dimaksud ahlul bait adalah isteri-isteri nabi.
Padahal bila kita mau teliti dan memperhatikan ayat-ayat tersebut satu
demi satu,maka kita akan menemukan bahwa rangkaian ayat-ayat tersebut
berbicara tentang dua kelompok orang yang berbeda.
1. Rangkaian ayat-ayat sebelumnya adalah
teguran pada isteri-isteri Nabi , berkenaan dengan tingkah laku dua
isteri Nabi yaitu Aisyah dan Hafsah yang kemudian ditegur Allah melalui
ayat tersebut, sementara ayat thahir yang sengaja saya pisahkan
dibawahnya adalah terpisah dan turun berkenaan dengan peristiwa
pengemulan kain kisa pada Ali, Fatimah Hasan dan Husein. Asbabunnuzul
ayat teguran untuk isteri-isteri nabi dan penyucian ahlul bait ( Ayat
Thahir) ini pun turun secara terpisah pada waktu yang berlainan,
saudara pembaca bisa periksa di berbagai kitab asbabun nuzul ahlusunnah
misalnya Asbabnun Nuzulnya Jalalluddin Suyuthi.Ini
saja sudah membuktikan bahwa antara ayat sebelumnya yang menegur
isteri-isteri nabi dan ayat Thahir yang menyebutkan penyucian ahlul bait
adalah berbeda. Artinya dalam rangkaian ayat-ayat tersebut ada dua tema
yang berbeda, yang satu menegur isteri-isteri Nabi, sementara yang
satunya lagi ( ayat Thahir) menyebutkan kesucian Ahlul Bait.
2.
Selanjutnya bila kita perhatikan lagi
Arabnya dengan teliti ,kita akan temukan pula tata bahasa yang berbeda
saat Qur`an bicara pada kedua kelompok ini. Pada isteri-isteri Nabi
dalam rangkaian ayat-ayat sebelumnya Quran menggunakan kata Buyut
(rumah-rumah / jama` dari rumah ) untuk menyebut rumah-rumah
mereka.Sementara pada ahlul bait nabi yakni Ahlulkisa, Qur`an sengaja
gunakan kata BAIT (satu rumah) untuk membedakan kedua kelompok orang
yang qur`an ajak bicara dalam rangkaian ayat-ayat tersebut.
4. Dan bila kita lihat berbagai kitab tarikh, misalnya yang disusun
Haekal, bila kita melihat denah lingkungan di sekitar masjid Nabawi,
kita akan temukan bahwa rumah-rumah isteri-isteri Nabi itu
terpisah-pisah satu dengan yang lain, dan tidak adasatupun pintu rumah
mereka yang terhubung ke masjid. Sementara untuk ahlulkisa (Ali
,Fatimah, Hasan, dan Husein ) rumahnya satu atap dengan Nabi hanya
dipisahkan sekat , tetapi kata jama` Buyut untuk menyebut rumah-rumah
isteri-isteri nabi, sementara untuk ahlul bait nabi Qur`an gunakan kata
tunggal Bait.
Selanjutnya, inilah ayat yang menyebutkan
tentang adanya penyucian Ahlul Bait , silakan mas Said periksa arabnya
kalo masig ga ngerti juga bisa tanyakan ke ustadz yang ngerti bahasa
arab….jgn ustadz Wahabi-Salafi lo…tukang ngibul mreka ;
“Wahai isteri-isteri nabi, kalian ( dhomir untuk wanita jama`) tidak
seperti perempuan-perempuan yang lain jika kalian ( dhomir untuk wanita)
bertaqwa.Maka janganlah kalian
tunduk dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang-orang yang ada
penyakit dalam hatinya. Dan ucapkanlah perkataan yang baik.Dan
hendaklah kalian tetap dirumah kalian ( BUYUTikunna) dan janganlah
kalian berhias dan bertingkah laku seprti tingkah laku orang-orang
jahiliah dahlu.Dan laksanakanlah
shalat, tunaikanlah zakat,dan taatilah Allah dan RasulNya.”
(Q.S.33:32-33) ayat teguran untuk untuk isteri-isteri Nabi
“Sesungguhnya Allah hendakmenghilangkan noda dan dosa atas kalian wahai
AhlulBait (ALBAIT) dan mensucikan kalian ( yuthohirukum
)sesuci-sucinya.”(Q.S.33:33) ayat thahir (penyucian ahlulbait)
maaf ada yang kelewat Mas Said :
2.Bila kita perhatikan Arabnya dengan teliti ,kita akan temukan tata
bahasa yang berbeda saat Qur`an bicara pada isteri-isteri Nabi dan pada
ahlul bait Nabi. Pada isteri-isteri Nabi dalam rangkaian ayat-ayat
sebelumnya Quran menggunakan dhomir KUNNA (kalian perempuan) untuk
memanggil mereka. Sementara pada ahlul bait nabi yakni Ahlulkisa, Qur`an
sengaja gunakan dhomir KUM untuk membedakan kedua kelompok orang yang
qur`an ajak bicara dalam rangkaian ayat-ayat tersebut. Bila kita
perhatikan teks Arabnya, kita akan melihat bahwa QUr`an sengaja gunakan
dua dhamir yang berbeda untuk membedakan kedua tema yang dibahas dalam
rangkaian ayat tersebut.
sekedar penjelasan sedikit….. bahwa
qur`an kadangkali menggabungkan beberapa tema dalam satu ayat…. seperti
misalnya dalam surat alMaidah 3-4, ke 2 rangkaian ayat tersebut turun
terpisah-pisah… ada yang turun di mekkah, ada pula yang turn di madinah,
dan ada yang turun saat haji wada yang diyakini sebagai ayat
penutup….dalam 33:32-33 quran menggabungkan 2 tema dgn menggunakan gaya
komunikasi yang lazim dipakai.Kita
pun kadangkala menegur anak kita memarahi kakanya misalnya dan
tiba-tiba memuji adiknya dengan maksud agar sang kakak punya
pembanding… penyisipan “satu tema” yang lain dari tema yang sedang
dibicarakan kadangkala juga merupakan cara untuk memberikan
penekanan…seperti ayat “alyauma” pada almaidah 3 dimaksudkn untuk
menekankan pembicaraan ttg kesempurnaan agama.wallahu a`lam
Trimakasih, di blog ini sangat bagus
ulasannya tentang syia 12 Imam berdasar riwayat dari Ahlusunnah. Ijin
shared ilmunya, syukran.
اللهم صل على محمد وال محمد وعجل فرجهم
“Yanabiul
Mawaddah” (Tahqiq, Sayyid Ali Jamal Asyraf Al Husayni) Karya Ulama
Sunni : Syaikh Sulayman Al Qunduzi al-Balkhi al-Hanafi
Meski
sepanjang sejarah kaum nashibi dan pendengki Ahlulbait berupaya
menghilangkan nama suci Ahlulbait dari panggung sejarah, namun keagungan
dan kesucian nama Ahlulbait tak pernah lekang oleh zaman. Jejak-jejak
bersejarah Ahlulbait tersebar di berbagai penjuru, mengabarkan keagungan
Ahlulbait.
Demikian juga di Masjid Nabawi, Madinah, masjidnya Nabi besar Muhammad SAW, jejak-jejak ini terukir indah.
Kaum
Muslimin yang melaksanakan ibadah Haji atau Umrah dan mengunjungi
Masjid Nabawi, akan disuguhi deretan kaligrafi nama ke-12 Imam Ahlulbait
as yang diukir indah di dinding masjid Nabawi. Mulai dari nama Imam Ali
bin Abi Thalib as, hingga Imam ke-12, Imam Mahdi al-Muntazhar as.
Hisam Sulaiman, dari Expedia Tours Travel
yang tiap tahun selalu mengantarkan Muslimin yang melakukan ibadah Umrah
dan Haji menyebutkan waktu pertama kali melihat kaligrafi itu dirinya
terkejut.
“Saya
pertama melihatnya saat umrah enam tahun yang lalu. Waktu pertama
melihatnya, dikasih tahu Ustaz Ahmad Baragbah, saya kaget,” ujar Hisam.
“Ternyata nama Imam Ahlulbait diabadikan di masjid Nabawi.”
“Waktu itu kami rombongan ada 37 orang. Kami semua serempak bershalawat saat melihatnya,” tutur Hisam.
“Saya baca semua nama 12 Imam dari Imam Ali
hingga Imam Mahdi. Sebagai pencinta Ahlulbait, saya merasa bangga dan
bersyukur melihatnya. Nama ke-12 Imam Ahlulbait berdampingan dengan nama
sahabat, 3 Khalifah, Khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman
bin Affan.”
“Dalam pikiran saya, kalau semua tahu, ini
merupakan sumber persatuan umat Islam. Di mana terlihat keduanya bisa
bersanding, bisa saling menghargai,” ujar Hisam.
Menurut Ustaz Ahmad Baragbah, pembimbing
rombongan haji dan umrah ini, kaligrafi nama 12 Imam Ahlulbait itu
dibuat pada masa Turki Utsmani.
“Itu dibuat dari zaman dulu, arsiteknya dari
Turki Utsmani. Saat itu suasana di Makkah dan Madinah kan masih baik
untuk ukhuwah kaum Muslimin. Malah sejarahnya, bahkan ulama-ulama
berbagai mazhab diberi kesempatan jadi Imam jamaah di situ, baik di
Masjidil Haram maupun di Masjid Nabawi. Di mana nama-nama Imam
Ahlulbait, Imam mazhab, dan Khalifah ditulis di situ berdampingan,”
terang Ustaz Ahmad.
Tetap Terjaga
Sepanjang sejarah, nashibi pembenci Ahlulbait
selalu berupaya menghilangkan dan menghancurkan jejak-jejak sejarah
Ahlulbait (keluarga Nabi). Di Saudi sendiri 95% lebih tercatat
situs-situs bersejarah dihancurkan oleh pemerintahan Wahabi Saudi.
Tetapi berkat perlindungan Allah SWT, tulisan di masjid Nabawi itu
selamat.
“Subhanallah mereka (nashibi) gak pernah ngeh dari awal itu. Jadi seandainya mereka sadar mungkin sudah dihancurkan waktu itu. Sekarang sudah terlambat.”
Menurut Ustaz Ahmad, tulisan 12 Imam
Ahlulbait di masjid Nabi ini merupakan bukti bahwa sosok suci Ahlulbait
itu eksis dan diakui oleh kaum Muslimin.
“Itu bukti bahwa Ahlulbait diakui dan
dihormati oleh kaum Muslimin. Ahlulbait itu ada. Ahlulbait itu itrahnya
jelas, dari jalur orang-orang yang dimuliakan,” ujar Ustaz Ahmad.
Menurut Hisam, yang sempat berbincang-bincang
dengan orang yang bermukim di sekitar Masjid Nabawi, nama 12 Imam
Ahlulbait memang tidak asing bagi warga Madinah.
“O, ini cucu-cucu Rasulullah, ini sebagai
penghormatan kepada Rasulullah dengan mencantumkan nama cucu
Rasulullah,” demikian cerita Munif, pelajar di Maktab Sayyid Maliki di
Makkah saat diajak berbincang oleh Hisam.
Sementara menurut Hafsin, penduduk asli
Madinah, ke-12 Imam Ahlulbait merupakan ulama-ulama besar zaman dulu.
“Ini adalah kaligrafi nama ulama-ulama besar zaman dulu,” tuturnya.
Namun menurut Irsan Fadhullah, salah seorang
warga Indonesia yang sedang pergi berhaji ke tanah suci, tidak semua
orang peduli akan nama Ahlulbait di dinding masjid Nabawi itu. Irsan
sangat menyayangkan hal itu.
“Sangat disayangkan, walaupun nama-nama
tersebut terpampang dengan jelas, sedikit yang peduli. Karena mereka tak
paham sejarah. Padahal itu Ahlulbait Nabi SAW,” sayang Irsan.
Kaligrafi Imam Mahdi
Salah satu kaligrafi yang istimewa adalah
kaligrafi Imam ke-12 Ahlulbait, Imam Mahdi al-Muntazhar as. yang
dianggap sebagian orang sebagai nama fiktif, ternyata ada di masjid
Nabawi.
“Yang menarik kan mengenai nama Imam Mahdi.
Ada nama Imam Mahdi di masjid Nabawi. Mereka (nashibi) menganggap itu
fiktif, tapi kenyataannya bahwa waktu itu kan ada dan diakui. Bahwa
beliau adalah putra dari Imam Hasan al-Askari, itu jelas,” terang Ustaz
Ahmad.
Tetapi menurut Ustaz Ahmad, para nashibi ini
meski tak bisa menghilangkan nama Ahlulbait di Masjid Nabawi, mereka
berupaya mengaburkan nama Imam Mahdi yang terukir di masjid Nabawi.
“Tulisan Imam Mahdi pada awalnya, kalau orang yang ngerti khat Arab, itu huruf ha pada Muhammad, kan sebetulnya Muhammad bin Muhammad al-Mahdi. Al-Mahdi itu ada ya’ nya terakhirnya. Muhammad ada ha-nya huruf kedua. Itu ‘ha’ dan ‘ya’ mestinya disambung. Tapi sekarang dipisah oleh mereka. Padahal aslinya nyambung.”
“Pengalaman saya pribadi, kadang nyambung
kadang nggak. Tapi awal-awal saya haji tahun 83-84 itu masih nyambung,
jelas. Kira-kira sepuluh tahun lalu itu sudah dipisah oleh mereka. Bagi
yang paham khat, kelihatan jelas itu nggak nyeni lagi,” keluh Ustaz
Ahmad.
Meski masih ada upaya mengaburkan sejarah
Ahlulbait oleh para nashibi, menurut Ustad Ahmad Baragbah tulisan 12
Imam Ahlulbait di Masjid Nabawi ini membuktikan bahwa sebenarnya yang
memecah belah persatuan umat Islam itu hanyalah karena masalah politik
saja.
“Itu
bukti bahwa pada waktu itu, belum ada kepentingan politik yang
menonjol, jadi keadaan kaum Muslimin aman-aman saja dalam ukhuwah.
Sekarang ini kan tampak jelas, ya katakanlah zaman Syah. Ketika Syah
berkuasa di Iran mereka kan tidak berani memusuhi Syiah. Karena Syah
juga ditopang Amerika. Sekarang, ketika Iran mandiri, bebas dari
cengkeraman Amerika, Iran diusik Saudi, Qatar, dan sebagainya yang
dibekingi Amerika.”
“Ini
sebagai bukti untuk kaum Muslimin, bahwa pertentangan sektarian yang
ada seperti sekarang ini memang dibuat, kepentingan politik itu untuk
menyudutkan Iran, dan orang-orang Syiah pada umumnya.”
“Karena
itu, mari jaga ukhuwah di kalangan kita sendiri dan ukhuwah dengan
kaum Muslimin yang lain. Berusahalah untuk tidak melakukan
tindakan-tindakan yang merugikan kaum Muslimin dan umat,” pesan Ustaz
Ahmad. (Muhammad/Yudhi)
TEMPO.CO, Jakarta - Islam Syiah dalam perkembangannya kemudian mengenal aliran-aliran Imam Dua Belas, Ismailiyah, Zaidiyah.
Allamah M.H. Thabathaba’i dalam buku yang ditulisnya, Syiah Dar Islam (Syiah dalam Islam), yang kemudian diterjemahkan menjadi Islam Syiah, Asal Usul dan Perkembangannya, menyebutkan mayoritas orang Syiah adalah penganut aliran Imam Dua Belas atau Imamiyah.
–– ADVERTISEMENT ––
Dalam Syiah Dua Belas Imam ini, Imam ada 12 dan nama-nama mereka adalah:
1.Ali ibn Abi Talib 2.Hasan ibn Ali 3.Husain ibn Ali 4.Ali ibn Husain 5.Muhammad ibn Ali 6.Ja’far ibn Muhammad 7.Musa ibn Ja’far 8.Ali ibn Musa 9.Muhammad ibn Ali 10.Ali ibn Muhammad 11.Hasan ibn Ali 12.Mahdi
Menurut Allamah M.H. Thabathaba’i, dalam bukunya, ketika Nabi wafat,
Ali –yang menjadi Imam pertama– telah berusia 30 tahun. Ali juga hadir
dalam semua peperangan yang diikuti Rasulullah, kecuali pertempuran di
Tabuk ketika dia diperintahkan tinggal di Madinah menggantikan Nabi. Dia
juga tidak pernah membangkang.
Itu mengapa kawan-kawan dan
pengikut Ali percaya bahwa setelah Nabi wafat, kekhalifahan dan
kekuasaan agama berada di tangan Ali, salah satu sahabat Nabi. Para
pengikut Ali melihat kepada diri Ali dan Ahlul Bait Nabi sebagai
satu-satunya saluran penyampaian risalah Islam yang asli.
Untuk
Imam kedua belas, menurut Syiah, masa depan akan menyaksikan suatu hari
ketika umat manusia dipenuhi dengan keadilan, ketika semua ingin hidup
dalam kedamaian dan ketenteraman dan ketika manusia sepenuhnya memiliki
kebajikan dan kesempurnaan. Keadaan seperti itu akan terwujud melalui
tangan manusia namun dengan pertolongan Tuhan.
“Dan pemimpin umat yang seperti itu, yang menjadi juru selamat umat
manusia, disebut dalam bahasa hadis: Mahdi,” tulis Allamah M.H.
Thabathaba’i dalam bukunya. GRACE S. GANDHI Masjid Imam Hussein di Karbala, Irak. Tempat sakral bagi kaum Syiah Timur-tengah. djibnet.comSumber Berita : https://nasional.tempo.co/read/426811/syiah-imam-dua-belas/full&view=ok
Re-Post by MigoBerita / Sabtu/06102018/09.28Wita/Bjm
Rasulullah (sawa) mengatakan: ”Aku dan Ali dan Hasan dan Husain dan sembilan anak cucu Husain adalah yang disucikan (dari dosa) dan dalam kebenaran.” [Al-Juwaini, Fara’id al-Simthain, Mu’assassat al-Mahmudi li-Taba’ah, Beirut 1978, h. 160.]
Di antara semua mazhab Islam, hanya Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah yang percaya pada individu-individu sebagai Dua Belas orang dari Ahlul Bait Raulullah saww yang berhak sebagai Penerus Rasulullah saww.
Bila kita perhatikan sekilas, memang seolah QS 33: 31-33 seluruh ayat-ayat tersebut berbicara tentang sekelompok orang yang sama, seperti satu kesatuan.Itulah sebabnya mengapa banyak orang awam terutama yang tidak mengerti bahasa Arab yang terkecoh dengan ta`wil kelompok yang menamakan diri mereka Salafi. Kelompok ini kemudian mengeluarka banyak syubhat bahwa yang dimaksud ahlul bait adalah isteri-isteri nabi. Padahal bila kita mau teliti dan memperhatikan ayat-ayat tersebut satu demi satu,maka kita akan menemukan bahwa rangkaian ayat-ayat tersebut berbicara tentang dua kelompok orang yang berbeda.
2.
4. Dan bila kita lihat berbagai kitab tarikh, misalnya yang disusun Haekal, bila kita melihat denah lingkungan di sekitar masjid Nabawi, kita akan temukan bahwa rumah-rumah isteri-isteri Nabi itu terpisah-pisah satu dengan yang lain, dan tidak adasatupun pintu rumah mereka yang terhubung ke masjid. Sementara untuk ahlulkisa (Ali ,Fatimah, Hasan, dan Husein ) rumahnya satu atap dengan Nabi hanya dipisahkan sekat , tetapi kata jama` Buyut untuk menyebut rumah-rumah isteri-isteri nabi, sementara untuk ahlul bait nabi Qur`an gunakan kata tunggal Bait.
“Wahai isteri-isteri nabi, kalian ( dhomir untuk wanita jama`) tidak seperti perempuan-perempuan yang lain jika kalian ( dhomir untuk wanita) bertaqwa.Maka janganlah kalian tunduk dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya. Dan ucapkanlah perkataan yang baik.Dan hendaklah kalian tetap dirumah kalian ( BUYUTikunna) dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seprti tingkah laku orang-orang jahiliah dahlu.Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat,dan taatilah Allah dan RasulNya.” (Q.S.33:32-33) ayat teguran untuk untuk isteri-isteri Nabi
“Sesungguhnya Allah hendakmenghilangkan noda dan dosa atas kalian wahai AhlulBait (ALBAIT) dan mensucikan kalian ( yuthohirukum )sesuci-sucinya.”(Q.S.33:33) ayat thahir (penyucian ahlulbait)
2.Bila kita perhatikan Arabnya dengan teliti ,kita akan temukan tata bahasa yang berbeda saat Qur`an bicara pada isteri-isteri Nabi dan pada ahlul bait Nabi. Pada isteri-isteri Nabi dalam rangkaian ayat-ayat sebelumnya Quran menggunakan dhomir KUNNA (kalian perempuan) untuk memanggil mereka. Sementara pada ahlul bait nabi yakni Ahlulkisa, Qur`an sengaja gunakan dhomir KUM untuk membedakan kedua kelompok orang yang qur`an ajak bicara dalam rangkaian ayat-ayat tersebut. Bila kita perhatikan teks Arabnya, kita akan melihat bahwa QUr`an sengaja gunakan dua dhamir yang berbeda untuk membedakan kedua tema yang dibahas dalam rangkaian ayat tersebut.
اللهم صل على محمد وال محمد وعجل فرجهم