Ahok Divonis 2 Tahun Penjara
Selasa 09 Mei 2017, 10:51 WIB Rina Atriana - detikNews Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dihukum 2 tahun penjara. Ahok dinyatakan terbukti bersalah melakukan penodaan agama karena pernyataan soal Surat Al-Maidah 51 saat berkunjung ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu."Menyatakan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana melakukan penodaan agama," kata hakim ketua Dwiarso Budi Santiarto membacakan amar putusan dalam sidang Ahok di auditorium Kementan, Jl RM Harsono, Ragunan, Jakarta Selatan, Selasa (9/5/2017).
Majelis hakim menyebut penodaan agama dengan penyebutan Surat Al-Maidah dalam sambutan Ahok saat bertemu dengan warga di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.
Kalimat Ahok yang dinyatakan menodai agama adalah "Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa saja dalam hati kecil Bapak-Ibu nggak bisa pilih saya ya kan? dibohongi pakai Surat Al-Maidah 51, macam-macam itu. Itu hak Bapak-Ibu ya. Jadi kalau Bapak-Ibu perasaan enggak bisa kepilih nih, karena saya takut masuk neraka karena dibodohin gitu ya, nggak apa-apa."
"Dari ucapan tersebut, terdakwa telah menganggap Surat Al-Maidah adalah alat untuk membohongi umat atau masyarakat atau Surat Al-Maidah 51 sebagai sumber kebohongan dan dengan adanya anggapan demikian, maka menurut pengadilan, terdakwa telah merendahkan dan menghina Surat Al-Maidah ayat 51," papar hakim dalam pertimbangan hukum.
Ahok dalam kunjungan pada 27 September 2016 didampingi sejumlah anggota DPRD DKI Jakarta, Bupati Kepulauan Seribu, Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Ketahanan Pangan, serta para nelayan, tokoh masyarakat, dan tokoh agama.
Majelis hakim menyebut Ahok sengaja memasukkan kalimat terkait dengan pemilihan gubernur. Ahok dalam pernyataannya di hadapan warga menyinggung program budidaya ikan kerapu yang tetap berjalan meskipun ia tidak terpilih dalam pilkada.
"Dari ucapannya tersebut terdakwa jelas menyebut Surat Al-Maidah yang dikaitkan dengan kata 'dibohongi'. Hal ini mengandung makna yang negatif. Bahwa terdakwa telah menilai dan mempunyai anggapan bahwa orang yang menyampaikan Surat Al-Maidah ayat 51 kepada umat atau masyarakat terkait pemilihan adalah bohong dan membohongi umat atau masyarakat, sehingga terdakwa sampai berpesan kepada masyarakat di Kepulauan Seribu dengan mengatakan jangan percaya sama orang, dan yang dimaksud yang adalah jelas orang yang menyampaikan Al-Maidah ayat 51," sambung hakim dalam putusannya.
Ahok dinyatakan majelis hakim terbukti melakukan tindak pidana dalam Pasal 156a KUHP, yakni secara sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan permusuhan, penyalahgunaan, atau penodaan terhadap suatu agama.
(fdn/fjp)
Foto: Pool/Kurniawan Mas'ud
Sumber Berita : https://news.detik.com/berita/3496185/ahok-divonis-2-tahun-penjara Ahok Minta Maaf kepada Umat Islam
JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengucapkan permintaan maaf kepada umat Islam terkait ucapannya yang dinilai sejumlah pihak melecehkan kitab suci. "Saya sampaikan kepada semua umat Islam atau kepada yang merasa tersinggung, saya sampaikan mohon maaf. Tidak ada maksud saya melecehkan agama Islam atau apa," kata Basuki di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (10/10/2016).
Pria yang biasa disapa Ahok ini menyatakaan bahwa ia bukanlah orang yang anti atau memusuhi agama tertentu, termasuk Islam. Ia mengatakan, selama pemerintahannya, banyak madrasah yang mendapat bantuan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. "Bukan saya mau ria (pamer) ya, sekolah-sekolah Islam yang kami bantu izin berapa banyak, termasuk KJP (Kartu Jakarta Pintar) untuk madrasah, termasuk kami bangun masjid," ujar dia.
Oleh karena itu, Ahok meminta agar polemik mengenai ucapannya itu tak lagi diperpanjang. "Saya minta maaf atas kegaduhan ini. Saya pikir komentar ini jangan dilanjutkan lagi. Ini tentu mengganggu keharmonisan kehidupan berbangsa dan bernegara," sambung Ahok.
Ucapan Ahok yang dianggap banyak pihak menyinggung isi Al Quran disampaikannya saat melakukan kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu pada 27 September 2016. Saat itu, ia menyatakan tidak memaksa warga Kepulauan Seribu untuk memilih dirinya pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
Sumber Berita : https://megapolitan.kompas.com/read/2016/10/10/09245441/ahok.minta.maaf.kepada.umat.islam
Pilpres 2019 Terancam Punya Calon Tunggal, Cyber Indonesia Polisikan 8 Orang Soal Hoaks Ratna Sarumpaet, Salah Satunya Prabowo Subianto
BERANINEWS.COM - Lembaga Cyber Indonesia melaporkan sejumlah nama ke Polda Metro Jaya terkait kasus penyebaran informasi hoaks soal penganiayaan aktivis #2019GantiPresiden Ratna Sarumpaet pada Rabu (3/10/18) malam."Kami akan melaporkan Ratna Sarumpaet, Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, Fadli Zon, Rachel Maryam, Hanum Rais, Naniek S Dayang dan Dahnil Anzar Simanjuntak terkait informasi hoaks dan penyebarannya di Polda Metro Jaya," ucap Ketua Umum Cyber Indonesia, Muannas Alaidid di Polda Metro Jaya, Rabu (3/10).
Aduan Cyber Indonesia telah diterima oleh Polda Metro Jaya dengan nomor laporan TBL/5315/X/2018/PMJ/Dit. Reskrimsus Tertanggal 3 Oktober 2018.
Muannas mengatakan nama-nama tersebut dilaporkan karena diduga kuat menyebarkan hoaks melalui media sosial. Serta lewat pernyataan di sejumlah media massa soal isu penganiayaan Ratna Sarumpaet.
Beberapa tokoh seperti Hanum, Rachel, Fadli, memang sempat mengeluarkan pernyataan soal informasi penganiayaan Ratna melalui media sosial.
Putri Amin Rais, Hanum Rais, bahkan sempat mengunggah video yang menyebut bahwa Ratna adalah seorang Cut Nyak Dien sambil terisak.
Nama-nama itu akan dilaporkan berdasarkan UU No 1 tahun 1946 Pasal 14 dan Pasal 15 soal Penyebaran Berita Bohong dengan ancaman pidana maksimal 10 tahun penjara dan UU ITE Pasal 28 ayat 2 ancaman maksimal 6 penjara.
"Kita sudah laporan sudah kita buat dan diduga melanggar pasal 1 UU No 1 tahun 1946 pasal 14 ,15 tentang hukum pidana bahwa larangan berita bohong terhadap konten atau apapun yang dapat menimbulkan kegaduhan dan keresahan di masyarakat," kata Muannas.
Muannas mengatakan pihaknya juga telah menyerahkan barang bukti berupa flashdisk, video statement dari terlapor, screenshot pernyataan terlapor di media sosial dan media online.
Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Guntur Romli yang turut hadir dalam pelaporan itu mengatakan hoaks soal penganiayaan ini telah menyerang salah satu kubu di Pilpres 2019 dan pemerintah.
"Jadi ini bukan hoaks biasa, tapi hoaks yang digunakan untuk serangan politik semua orang yang terlibat berada dalam satu tim untuk serang lawan mereka dan diskreditkan pemerintah," terang Guntur.
Ia yakin polisi bakal mengusut tuntas kasus ini tanpa pandang bulu meski pihak-pihak yang dilaporkannya memegang jabatan tertentu di legislatif.
Ratna Sarumpaet sebelumnya telah mengakui menciptakan kabar bohong bahwa dirinya dianiaya orang tak dikenal 21 September lalu. Kebohongan Ratna itu kadung disebarluaskan oleh sejumlah politikus termasuk calon presiden Prabowo Subianto.
Beberapa dari nama-nama yang akan dilaporkan Cyber Indonesia sudah meminta maaf atas kekeliruan mereka ikut menyebar berita bohong soal Ratna.
"Saya secara pribadi menyatakan permohonan maaf yang sebesar-besarnya pada netizen. Saya terlalu reaktif dan emosional mendengar pengakuan penganiayaan yang menimpa Bu Ratna. Mungkin karena sesama perempuan. Sama sekali saya tidak menyangka kalau semua ini adalah kebohongan," tulis Rachel Maryam di akun twitternya.
Hanum juga meminta maaf karena turut mempercayai dan menyebar kabar penganiayaan Ratna.
"Memohon maaf adalah ajaran besar dalam Islam ketika kita berbuat keliru. Saya secara pribadi mohon maaf atas kecerobohan dalam mengunggah berita meski telah tabayun pada ibu Ratna S langsung,hingga pada akhirnya yang bersangkutan telah mengaku berbohong," kata akun twitter Hanum, @hanumrais.
Sumber Berita : https://www.beraninews.com/2018/10/pilpres-2019-terancam-punya-calon.html
Karangan Hoaxnya Gagal Total, Polda Metro Jaya Bongkar Nominal Uang Yang Di Transfer Ratna Sarumpaet Ke RS Bina Estetika Buat Operasi Plastik
BERANINEWS.COM - Wajah Ratna Sarumpaet babak belur. Berdasarkan pengakuan para kerabat, aktivis perempuan itu dianiaya sejumlah orang tak dikenal saat berada di sekitar Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, pada 21 September 2018.Ratna belum mau bicara. Kata Politikus Demokrat Ferdinand Hutaean, Ratna masih shock. Hal ini yang membuatnya belum mau lapor polisi.
Koordinator juru bicara Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengatakan, Ratna dianiaya oleh sejumlah orang di dalam mobil saat berada di Bandara Husein Sastranegara.
“Iya, tadi malam saya Pak Prabowo, Bang Sandi itu menerima foto itu, kemudian kita telepon Mbak Ratna. Jadi betul beliau itu dikeroyok dimasukkan ke dalam mobil, dan dikeroyok oleh orang yang tak dikenal, di Bandara Bandung tanggal 21 September yang lalu,” kata Dahnil saat dihubungi, Selasa (2/10/18).
Meski belum membuat laporan, Polda Jabar bergerak menyelidiki kasus ini.
Berdasarkan hasil penelusuran, dari 23 rumah sakit yang tercatat di Bandung, polisi tak menemukan nama Ratna menjadi salah satu pasien.
Hasil penyelidikan pihak RS Bina Estetika terkait kasus Ratna Sarumpaet. (Foto: Dok. Istimewa)
Bahkan Polda Metro Jaya turut mengusut dan mengungkap kasus ini.
Dari data Polda Metro yang dihimpun kumparan, setelah polisi berkoordinasi dengan pihak bandara, baik itu sopir taksi, sopir rental mobil, Aviation Security, porter hingga tukang parkir, hasilnya:
Mereka tidak mengetahui peristiwa pengeroyokan terhadap Ratna Sarumpaet dan tidak terdapat manifes kedatangan keberangkatan penumpang atas nama Ratna Sarumpaet.
Lalu, polisi juga melacak kasus klaim penganiayaan itu melalui fakta call data record.
Hasilnya, sejak tanggal 20 September hingga 24 September 2018, nomor Ratna aktif di daerah Jakarta.
Penyelidikan berikutnya, dari data telepon, Ratna, sejak 20-24 September, rupanya berada di Jakarta.
Fakta lainnya, yakni dari hasil pengecekan CCTV, Ratna justru berada di sebuah rumah sakit bedah bernama RS Bina Estetika di Menteng, Jakarta Pusat.
Langkah-langkah yang telah dilakukan Polda Metro Jaya terkait kasus Ratna Sarumpaet. (Foto: Dok. Istimewa)
Seolah menguatkan bukti itu, polisi mengungkap bukti transfer dari rekening Ratna ke rekening RS Bina Estetika.
Adapun, rekening itu menggunakan nama Ratna dan anaknya, Ibrahim Fahmi Al-Hadi.
Dengan rincian: Tanggal 20 September 2018, pukul 21.00 WIB sejumlah Rp 25 juta; tanggal 21 September 2018 pukul 17.06 transaksi debit Rp 25 juta, dan tanggal 24 September 2018 pukul 21.11 WIB dengan transaksi debit Rp 40 juta.
Selanjutnya, berdasarkan hasil penyelidikan dengan pihak RS Bina Estetika, yakni dengan menelusuri keterangan dari bagian operasional dan manajer medis rumah sakit, membenarkan jika Ratna dirawat pada 21 - 24 September 2018.
"Dalam rangka operasi plastik," tulis keterangan polisi.
Cuplikan kamera CCTV saat Ratna Sarumpaet di rumah sakit. (Foto: Dok. Istimewa)
Dalam buku register rawat inap RS Bina Estetika, tercatat Ratna dirawat sejak Jumat, 21 September, pukul 17.00 WIB.
"Berdasarkan rekaman CCTV, Ratna keluar RS Bina Estetika pada hari Senin tanggal 24 September 2018 pukul 21.28 WIB menggunakan taksi Blue Bird." tulis keterangan itu.
Terhadap pelaku penyebaran berita diduga hoaks ini, polisi menggunakan dua pasal sebagai dugaan pelanggaran.
Yakni, Pasal 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang peraturan hukum pidana ayat (1) dan (2), juga Pasal 28 ayat (2) Jo Pasal 45 (2) UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE.
"Nanti dirilis sama Kabid Humas (Argo Yuwono), ya," kata Dirkrimum Polda Metro Kombes Nco Afinta saat dikonfirmasi.
Sumber Berita : https://www.beraninews.com/2018/10/karangan-hoaxnya-gagal-total-polri.html
Ratna Sarumpaet, Prabowo dan Kisah Penipuan Memalukan Sepanjang Sejarah
Terungkap sudah.. Ratna Sarumpaet ternyata tidak digangbang oleh 3 pemuda di Bandung. Ia
tanggal 21 September terdaftar di RS Bedah Bina Estetika Menteng. Untuk apa?
Jelas operasi plastik lah..
Rencana penipuan dengan maksud politik ini menjadi blunder terbesar
sepanjang sejarah perpolitikan Indonesia. Ramai-ramai tokoh koalisi oposisi
memainkan narasi bahwa Ratna Sarumpaet dianiaya.
Gerakan mereka serentak, mulai dari twit-twit sampai gerakan pertemuan di
Dunkin Donuts Menteng Selasa malam untuk mendorong kasus penganiayaan ini
dibesarkan skalanya.
Pada malam yang sama Prabowo Subianto, didampingi Amien Rais mengadakan
konferensi pers bersama terkait penganiayaan ini. Ada orkestrasi untuk
mengangkat kasus receh ini ke level nasional.
Entah untuk apa, tetapi yang jelas ada niat tidak baik disana. Perkiraan
awal, ada yang ingin membangkitkan kemarahan publik karena kubu koalisi
dianiaya.
Sejak awal banyak yang mencurigai bahwa ini kasus penipuan berkedok
penganiayaan. Ratna Sarumpaet dalam posisi ini sudah bisa dikategorikan penipu
karena ia membuat berita tidak benar. Dan tipuan itu dibantu oleh para tokoh
dengan membangun propaganda seolah berita aniaya itu benar adanya.
Ini berbahaya. Sangat berbahaya. Polisi harus mengusut tuntas kasus ini
sampai ke akar-akarnya. Buka seluas-luasnya supaya tidak timbul gesekan karena
prasangka yang dibangun secara sistematis dalam bentuk propaganda.
Proses demokrasi yang hendak dikembalikan ke tracknya sebagai sebuah pesta,
dirusak oleh tangan kotor yang hendak memanaskan suasana. Mereka tidak perduli
pada dampaknya karena yang terbayang hanya bagi-bagi kursi penguasa.
Peristiwa penipuan oleh Ratna Sarumpaet ini sejatinya juga "bunuh
diri" politik bagi kubu oposisi. Prabowo akan dicap sebagai calon pemimpin
yang mudah termakan hoax. Kubu oposisi akan dianggap sebagai bagian dari hoax.
Dan hoaxnya sendiri adalah Ratna Sarumpaet sebagai aktris utama.
Peristiwa ini akan dicatat dengan tinta hitam sepanjang sejarah. Dan akan
menjadi kisah paling memalukan yang pernah ada. Bahwa beberapa partai yang
tergabung dalam koalisi oposisi bersepakat memainkan narasi kotor dan tidak
sesuai dengan etika.
Saya jelas tidak akan memilih kubu dengan model pemimpin seperti itu.
Bagaimana bisa negara sebesar ini dipimpin oleh seseorang yang memainkan hoax
sebagai senjata ?
Dampaknya tentu mengerikan, akan terjadi banyak kriminalisasi akibat berita
tidak benar yang dipercaya, hanya karena pembuat berita adalah bagian dari
mereka.
Lawan hoax. Adukan penipuan ini. Supaya menjadi pelajaran bagi anak cucu
kita bahwa sesuatu yang dibangun dengan tangan yang kotor, hasilnya akan kotor
juga..Prabowo Subianto Konpers
Sumber Opini : https://www.dennysiregar.com/2018/10/ratna-sarumpaet-prabowo-dan-kisah.html
Ratna Sarumpaet: Saya Pencipta Hoaks Terbaik
Saya sejak kecil sering mendengar nama Ratna Sarumpaet. Meski anak kecil saya dulu pembaca majalah Tempo terutama di bagian
"pokok dan tokoh", karena itu saya sering mendengar berita-berita
tentang dia. Ratna itu ratu panggung dan ia menggunakan panggung teater untuk
menyuarakan apa yang ingin disuarakannya.
Karya Ratna yang terkenal buat saya adalah monolog "Marsinah
Menggugat". Ini adalah monolog yang berisi protes Ratna terhadap penutupan
kasus Marsinah, seorang buruh wanita yang protes terhadap kebijakan
perusahaannya kemudian diculik dan ditemukan tewas. Kasus ini terkenal di tahun
90an.
Dari biografinya Ratna pernah mendirikan Teater Satu Merah Panggung. Dan ia
pernah menjadi sutradara serial televisi Rumah Untuk Mama yang disiarkan TVRI.
Dulu memang yang ada hanya stasiun televisi itu aja.
Jadi, ketika Ratna akhirnya mengaku bahwa ia berbohong sambil berkata,
"Saya pencipta hoaks terbaik", saya seperti melihat panggung baru
yang sedang diciptakan seorang Ratna muda yang sudah kehilangan masa jayanya.
Ratna membuat sebuah teater massa dengan judul "OPERASI PLASTIK"
dan berharap mendapat tempik sorak dari penontonnya yang kebanyakan dari
pendukung Prabowo, kubu politik yang diikutinya. Ia tahu bahwa orang-orang
dibelakang Prabowo adalah bensin yang cepat terbakar, yang jika dikasi api
sedikit, maka hanguslah seluruh rumah.
Dan Ratna berhasil. Dramanya ditangkap cepat oleh kelompok yang haus
gorengan. Kelompok yang cemburu karena gempa Palu malah membangun panggung
besar untuk lawan politiknya yang kebetulan petahana.
Hanya yang tidak disadari Ratna, apinya begitu cepat membakar sehingga
muncullah orang nomor satu di kubu politik yang didukungnya, seorang Capres
yang haus akan kuasa, yang lalu melakukan pembelaan pribadi kepadanya.
Api itu terlalu besar. Ratna tidak siap dengan kecepatan menjalarnya dan besaran
api yang melahap. Ia tidak siap dengan skenarionya yang tidak sempurna. Ia
sendiri sadar bahwa skenarionya banyak cacatnya, tapi ia sudah tidak kuasa.
Dan akhirnya api itu membakarnya. Para penonton yang tadi memberikan sorak
sorai mendukungnya, bahkan ada yang berakting juga menangis untuknya, sekarang
berbalik mencaci dan ingin mempolisikannya.
"Pembohong !" Teriak mereka marah. Ratna sekarang sendirian
menghadapi panasnya api yang membakar dirinya. Tidak ada yang melindunginya.
Semua cuci tangan. Ia dikorbankan.
Tetapi bagi Ratna Sarumpaet, itu adalah momen terbaik baginya. Sekian lama
ia membangun cerita dalam panggung politik ini, tidak ada panggung yang sebaik
ini baginya. Tepukannya sangat keras dengan sorak sorai membahana. Meski hanya
dua hari saja, ia kembali menjadi ratu panggung seperti masa mudanya.
Ratna meski menangis didepan publik sebagai bagian dari akting terakhirnya,
ia tersenyum dalam kedalaman hatinya. "Saya pencipta hoaks terbaik.."
adalah ucapan diatas panggung saat ia menerima penghargaan piala citra sebagai
sutradara, penulis skenario sampai aktris terbaik tahun ini.
Orang melihatnya sebagai post famous syndrome. Tetapi Ratna melihatnya
sebagai saat terindah dalam bertahun-tahun kesendiriannya.
Ratna Sarumpaet akan tercatat dalam sejarah hitam perpolitikan kita sebagai
penipu. Tetapi ia akan mencatat peristiwa itu dalam sejarah hidupnya sendiri
sebagai "teatrikal terbaik dalam kehidupannya".Meme Ratna Sarumpaet
Sumber Opini : https://www.dennysiregar.com/2018/10/ratna-sarumpaet-saya-pencipta-hoaks.html
Prabowo yang Sering Tertipu
Prabowo tertipu lagi....
Kasus Ratna Sarumpaet ini bisa dibilang adalah kasus dimana Prabowo ketipu
untuk ketiga kalinya. Itu yang kelihatan, entah yang tersimpan.
Yang pertama adalah saat Prabowo diajak Megawati berpasangan dalam
pemilihan Presiden 2009. Di situ ada kesepakatan tertulis antara mereka berdua
bahwa Prabowo akan menjadi Cawapres Mega, tetapi nanti di 2014, Megawati atau
PDIP harus mendukung Prabowo menjadi Capres.
Ternyata politik itu dinamis. PDIP tahun 2014 mencalonkan kadernya sendiri
yaitu Joko Widodo sebagai Capres. Prabowo jelas berang karena menurutnya ini
melanggar kesepakatan dan ia merasa tertipu. Sedangkan PDIP tidak merasa sudah
menipu karena Pilpres 2009 mereka berdua kalah, jadi perjanjian tidak berlaku
lagi untuk mereka.
Ketipu kedua kali adalah saat Pilpres 2014.
Pada waktu itu Prabowo sangat percaya pada hasil hitung cepat lembaga
survei binaan PKS dan stasiun TVOne yang menayangkan kemenangan Prabowo.
Prabowo bahkan bersujud tanda kemenangan dan koalisinya berteriak kegirangan.
Potret ini menjadi momen memalukan bagi Prabowo sendiri karena menjadi jejak
digital abadi yang tidak pernah hilang. Bahkan dijadikan meme setiap lima
tahunan.
Dan yang terakhir sungguh mengenaskan, saat Prabowo bahkan ditipu oleh
seorang nenek-nenek pecinta operasi plastik. Ini sangat memalukan karena
Prabowo dianggap bertindak sebagai Capres yang percaya dengan hoaks yang
sebenarnya bisa diterka dengan mata telanjang.
Persepsi yang beredar di masyarakat sekarang adalah, "Bagaimana
mungkin seorang calon pemimpin negara besar dan mantan tentara bisa ditipu oleh
seorang nenek yang tak berdaya?"
Pertanyaannya adalah kenapa Prabowo seringkali tertipu?
Alasan yang paling tepat pertama adalah karena Prabowo haus sekali dengan
kekuasaan. Rasa penasarannya untuk menjadi orang nomor satu di Indonesia ini
membuatnya menjadi buta, reaktif dan emosional. Sehingga keputusannya
seringkali bukan berdasarkan pertimbangan dan hitungan yang matang.
Ia malah terjebak sendiri atas langkah yang ia lakukan. Pada saat
terperangkap di tengah dan tidak bisa keluar, ia baru sadar tetapi sudah
terlambat untuk kembali ke awal.
Alasan kedua adalah karena Prabowo senang dipuji. Keinginan untuk terus
"diangkat" oleh anak buahnya yang memanfaatkan kelemahan dirinya,
menjadi bencana baginya.
Ia lebih percaya bisikan orang-orangnya daripada dirinya sendiri. Sehingga
langkah-langkahnya banyak terbentuk oleh pemikiran orang-orangnya. Dari bahasa
tubuh Prabowo memang menggambarkan itu. Ia senang kemegahan dengan
menggambarkan dirinya adalah seorang priyayi, seorang raja yang mempunyai tahta
sendiri. Apalagi ketika anak buahnya memanggilnya "Bapak Presiden"
dia pasti senang bukan kepalang.
Prabowo seharusnya mulai membuang orang-orang yang terus menjilat dirinya,
memanfaatkan dirinya untuk kepentingan mereka pribadi. Ia harus
merestrukturisasi orang-orang dekatnya dengan orang yang strategis dan
bertindak bukan karena "Asal Bapak Senang" tetapi benar-benar karena
perhitungan yang matang.
Prabowo harus mengakui secara pribadi bahwa kelemahannya ada di sekitarnya,
ada di dekatnya. Ganti mereka dengan orang-orang kompeten dan profesional.
Dunia politik itu dinamis, jadi harus mulai bergerak dinamis juga. Jangan
terpaku pada sosok, tetapi lihat track record.
Jika itu bisa dilakukan oleh Prabowo, Insya Allah cita-citanya untuk
menjadi Presiden bisa terkabul. Tapi nanti, tahun 2024. Karena 2019 sudah milik
Jokowi. Suka ataupun tidak.Prabowo Konpers
Sumber Opini : https://www.dennysiregar.com/2018/10/prabowo-yang-sering-tertipu.html
PAK PRABOWO, MUNDURLAH
Pada tahun 2010, seorang Perdana
Menteri Jepang, Yukio Hatoyama mengadakan jumpa pers. Ia dengan terbata-bata
mengumumkan bahwa ia telah gagal memindahkan sebuah pangkalan militer Amerika
keluar dari Okinawa. Ia lalu maju ke depan mendekati kamera para wartawan,
membungkukkan dirinya dalam-dalam, lalu menyatakan, "Saya mundur karena
malu..". Yukio pun mundur dari panggung dan digantikan Naoto Kan.
Setahun kemudian, Naoto Kan
melakukan hal yang sama sesudah merasa gagal memulihkan kondisi Jepang dari
krisis nuklir sesudah dihantam tsunami tahun 2011. Para pemimpin Jepang
menerapkan konsep yang mereka pegang sebagai budaya mereka yaitu budaya
Bushido, yang diwarisi oleh para Samurai. Dalam Bushido ada nilai Meiyo, yaitu
nilai dalam menjaga nama baik atau menjaga harga diri dengan memiliki perilaku
yang terhormat.
Harga diri memang jadi hal yang
utama di Jepang. Lebih ekstrim lagi dari mundur karena malu adalah harakiri,
membunuh dirinya sendiri sebagai bentuk pertanggung-jawaban atas apa yang
mereka lakukan.
Indonesia memang tidak mempunyai
semangat Bushido seperti Jepang. Kejauhan.
Disini bahkan koruptor bisa
dengan bangga dadah-dadah ke kamera televisi, sesudah melakukan drama
pembohongan publik dengan nabrak tiang listrik lah, benjol sebesar bakpao lah.
Bahkan ada yang sesudah keluar nyaleg lagi. Budaya malu bukan budaya tokoh disini,
bahkan mungkin sudah tidak ada lagi. Malah ada yang sudah kebongkar aibnya,
kabur ke luar negeri dan tidak pulang-pulang lagi.
Tetapi itu bisa dimulai oleh
seseorang. Prabowo misalnya..
Kasus Ratna Sarumpaet ini adalah
skandal yang memalukan sepanjang sejarah politik Indonesia. Bayangkan, seorang
nenek bisa membohongi seorang Jenderal, seorang Profesor, Pengusaha besar dan
Politisi sekalian. Mereka bisa menyebar hoaks berjamaah dengan si nenek sebagai
Imamnya.
Pada situasi ini dibutuhkan
leadership yang tinggi dari seorang pucuk pimpinan. Prabowo sebagai Calon
Presiden dari kubu oposisi seharusnya bisa mengambil tanggung jawab ini. Bukan
hanya minta maaf, kemudian bilang, "Saya grasa grusu.." tapi berkelit
juga, "Saya tidak bersalah..".
Dimana rasa hormat yang
tertinggal ? Dimana jiwa prajurit yang memberi tauladan kepada pasukan ? Dimana
kebanggaan akan harga diri yang tinggi sebagai mantan Komandan lapangan ?
Prabowo seharusnya mundur dari
ajang Pilpres ini, membungkukkan dirinya dalam-dalam di depan kamera dengan
kepercayaan diri luar biasa, sama seperti kepercayaan diri saat dia menyebarkan
hoaks berjamaah. Ia meminta maaf dan mengatakan, "Saya bersalah.."
Pengumuman Prabowo ini kemudian
diikuti Sandiaga Uno yang ikut juga marah-marah, lalu Fadli Zon, Fahri Hamzah,
Amien Rais dan semua yang turut serta menuduh, menuding, memfitnah pihak-pihak
yang bahkan tidak tahu apa-apa. Sesudah hoaks berjamaah, juga mundur berjamaah,
demi rasa hormat bukan kepada rakyat, tetapi justru kepada diri mereka sendiri.
Dan saya yakin, situasi itu akan
menjadi catatan sejarah dalam tinta emas yang akan terus dikenang bahwa pernah
ada seseorang yang begitu terhormat yang mundur karena kesalahan. Kehormatan
tertinggi akan diberikan oleh seluruh bangsa ini.
Saya jadi teringat film Tin Cup
yang dibintangi Kevin Costner. Ia sedang mengikuti turnamen golf. Dan salah
satu adegannya adalah ia memaksakan dirinya memukul berkali-kali sampai
akhirnya terjadi hole in one.
"Tapi aku tidak
menang.." kata Kevin pada istrinya. Istrinya tersenyum sambil
menggandengnya, "Pemenang berganti di setiap turnamen. Nama mereka akan
hilang seiring waktu. Tapi apa yang kau lakukan, sayangku, itu akan
abadi.."Prabowo dan Sandiaga Uno
Sumber Opini : https://www.dennysiregar.com/2018/10/pak-prabowo-mundurlah.html
Pengamat UGM: Hoaks Ratna, Fakta Kubu Prabowo Halalkan Segala Cara Serang Jokowi
JAKARTA – Kebohongan Ratna Sarumpaet soal penganiayaan menjadi blunder bagi upaya tim Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno dalam pertarungan melawan kubu Joko Widodo dan Ma’ruf Amin di Pilpres 2019.
Hoaks yang bergulir dari kebohongan Ratna Sarumpaet diprediksi bakal mempengaruhi elektabilitas Prabowo-Sandi.
Baca: Ratna Sarumpaet dan Bunuh Diri Politik Kubu Oposisi
Pengamat Politik dari Universitas Gadjah
Mada Wawan Masudi menganggap fenomena hoaks Ratna Sarumpaet jadi
cerminan kubu Prabowo-Sandi menghalalkan segala cara untuk menyerang
petahana, Jokowi.
“Ini menunjukkan kubu Prabowo apa pun
peluang yang mungkin digunakan menyerang Pak Jokowi dipakai. Sayangnya
proses verifikasi dan validasi tidak dilakukan,” kata Wawan kepada
CNNIndonesia.com, Rabu (3/10).
“Terjebak sendiri toh akhirnya,” Wawan menambahkan.
Kubu Prabowo-Sandi terbilang reaktif tak
lama setelah foto muka lebam Ratna beredar di media sosial. Juru bicara
BPN Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan Ratna bercerita
luka itu akibat dianiaya di Bandung 21 September.
Baca: Fadli Zon-Dahnil Simanjuntak Dipolisikan Terkait Hoaks Penganiayaan Ratna Sarumpaet
Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon
menduga penganiayaan tersebut bermotif politik. Sementara itu, Prabowo
Subianto yang langsung bertemu Ratna menyebut hal itu sebagai
pelanggaran HAM.
Wawan menyayangkan reaksi kubu Prabowo
yang diberikan tanpa verifikasi terlebih dahulu. Ia mengingatkan Prabowo
dan Sandiaga bakal memasuki pertarungan tingkat tinggi tahun depan.
“Para calon presiden kan memiliki
tanggung jawab moral menyampaikan sesuatu benar kepada publik. Bagian
pencerdasan masyarakat dengan menyampaikan sesuatu yang benar,
bertanggung jawab, dan valid,” ujar Wawan.
“Tim siapa pun saya kira harus punya
kemampuan memverifikasi informasi apa pun mau peristiwa politik,
ekonomi, atau lainnya,” katanya.
Beberapa jam sebelum Ratna mengakui
kebohongannya, Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA sudah
menimang dampak yang akan terjadi terhadap elektabilitas masing-masing
peserta Pilpres 2019.
Baca: ‘Ratna Sarumpaet Dikeroyok’, Yusuf Muhammad Semprot ‘Oposisi Kardus’
“Jika kasus penganiayaan fisik ini
benar, akan memberikan efek elektoral negatif kepada Jokowi. Tapi jika
ternyata hanya kebohongan publik, ini akan memberikan efek elektoral
negatif kepada Prabowo,” ujar Denny melalui keterangan tertulis yang
diterima CNNIndonesia com, Rabu (3/10).
Berdasarkan survei terbaru LSI Denny JA, elektabilitas pasangan Jokowi-Ma’ruf itu mencapai 52,2 persen.
Dalam survei yang digelar 12 Agustus-19
Agustus 2018 itu, Prabowo-Sandiaga hanya mendapatkan 29,5 persen.
Sementara itu, 18,3 persen responden masih merahasiakan pilihannya.
Menurut Denny, efek elektoral ini akan
dirasakan pada segmen pemilih yang berasal dari kaum terpelajar.
Pasalnya, ada sejumlah kejanggalan dalam kasus yang menimpa Ratna.
Kejanggalan yang dicurigai Denny
belakangan terbukti. Ratna mengakui bahwa dirinya ‘kerasukan setan’
mengibuli Prabowo dengan membiarkan kebohongan tentang penganiayaan
bergulir hingga menjadi sikap politik dan konsumsi publik.
Denny pun mengkritik sikap Prabowo yang
terkesan impulsif dengan menyatakan bahwa kasus Ratna merupakan tindakan
melanggar HAM. Capres nomor urut 02 itu menyampaikan keterangannya pada
Selasa (2/10) malam, tak lama setelah kabar dugaan penganiayaan itu
viral di media sosial.
“Apa pembelajaran penting kasus Ratna?
Tak hanya orang awam, pemimpin politik kita terlalu cepat berprasangka.
Tanpa cek dan recheck yang memadai, langsung membuat pernyataan,”
tuturnya. “Apa jadinya jika kita berkuasa nanti, jika karakter kita
terlalu cepat merespon tanpa melakukan cek dan recheck yang memadai?”
lanjut Denny.
Ia menyebut peristiwa tersebut akan
sangat memalukan jika lebam Ratna ternyata hanya karena operasi
kecantikan belaka. Sebab kabar itu telah menyebar di media sosial hingga
dibenarkan tim Prabowo-Sandi seperti Dahnil Anzar hingga Fadli Zon.
Denny menyebut pilpres 2019 akan selalu dikenang karena drama satu babak Ratna Sarumpaet ini.
“Jika terbukti kasus Ratna itu hanya
operasi kecantikan belaka, tidakkah semua kita menjadi malu? Atau kita
semua tertawa memikirkan alangkah lucunya kita bisa dikecoh dan
dipermainkan dengan mudahnya?” ucapnya.
Lepas dari itu, Pengamat Politik dari
UGM Wawan Masudi belum bisa menyimpulkan secara pasti dampak hoaks Ratna
terhadap elektabilitas Prabowo-Sandi. Menurutnya, setiap pasangan calon
pemimpin saat ini memiliki kelompok pemilih solid dan permanen.
“Jadi apa pun yang terjadi tidak akan
berubah. Mungkin dari kelompok yang mencermati kritis akan jauh lebih
bisa melihat calon pemimpin ke depan seperti apa,” ujar Wawan.
(SFA/Merdeka)
Sumber Berita : http://www.salafynews.com/pengamat-ugm-hoaks-ratna-fakta-kubu-prabowo-halalkan-segala-cara-serang-jokowi.html
Ratna Sarumpaet dan Bunuh Diri Politik Kubu Oposisi
JAKARTA – Isu penganiayaan yang dialami Ratna Sarumpaet ternyata tidak benar. Tokoh tanah air yang ikut memanaskan suasana dalam pemberitaan tersebut dinilai melakukan bunuh diri politik.
Hal itu disampaikan Ketua Tim Kampanye
Daerah (TKD) Jawa Barat, Jokowi-Maruf Amin, Dedi Mulyadi saat ditemui di
Kantor DPD Golkar Jabar, Jalan Maskumambang, Kota Bandung, Rabu (3/10).
Baca: Fadli Zon-Dahnil Simanjuntak Dipolisikan Terkait Hoaks Penganiayaan Ratna Sarumpaet
“Saya pikir tokoh seperti Pak Prabowo,
Sandiaga Uno dan Pak Amien Rais sudah bunuh diri secara politik dengan
ikut menanggapi (pemberitaan penganiayaan Ratna Sarumpaet),” ujarnya.
“Seluruh berita tidak benar ini secara terstruktur ditanggapi calon pemimpin, tokoh besar, oleh seorang profesor,” lanjutnya.
Meski begitu, ia berterimakasih kepada
Ratna Sarumpaet yang sudah bersikap jujur tentang apa yang menimpa
dirinya, meski sikapnya dinilai melakukan kekejaman informasi.
Dengan perbuatannya itu, orang-orang
yang terlibat dalam berita bohong harus menerima hukuman sosial dari
masyarakat. Apalagi, situasi negara di beberapa daerah sedang tertimpa
bencana yang butuh fokus penanganan.
Baca: Ratna Sarumpaet Bantah Dirinya Dianiaya
“Aktor politik oposisi terus memainkan
perasaan publik. Tidak beradab. Mereka ini kan sebenarnya selalu
melakukan sesuatu mengatasnamakan kepentingan masyarakat. Apa yang
dilakukan Ratna sudah gugur dengan drama babak belur. Omongannya tidak
akan dipercaya orang lagi,” terangnya.
Dalam kesempatan itu, secara khusus ia
memberi pesan kepada para oposisi agar lebih bijak dalam memegan dan
menyebarkan informasi kepada masyarakat. Tindakan itu menimbulkan
konflik terbuka di tengah masyarkat.
“Masyarakat Indonesia sudah bisa menilai mana pemimpin yang drama dan pemimpin ynag benar-benar bekerja,”tegasnya.
“Pak Jokowi terus menangani bencana. Ya
kita jangan suka mengambil keuntungan dari kesalahan lawan. Kita
mendapatkan suara dari kepercayaan publik atas kinerja yang dilakukan,”
pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya aktivis Ratna
Sarumpaet akhirnya angkat bicara soal kabar penganiayaan terhadapnya.
Ratna mengakui tak dianiaya.
Baca: ‘Ratna Sarumpaet Dikeroyok’, Yusuf Muhammad Semprot ‘Oposisi Kardus’
Ratna mengakui wajahnya nampak babak
belur karena usai menjalani operasi sedot lemak pipi kiri di RS Bina
Estetika pada 21 September 2018 lalu. Kemudian saat keluar dari RS
sehari setelahnya, 22 September 2018, Ratna kaget melihat wajahnya
bengkak-bengkak seperti babak belur.
Ratna mengaku bingung karena harus
memiliki alasan kepada anak-anaknya jika ditanya soal mukanya babak
belur. Kemudian saat pulang ke rumah, dia pun mengaku kepada
anak-anaknya habis dipukuli orang.
“Anak-anak saya tanya ke saya kenapa
muka saya? Saya jawab dipukul orang, jawaban pendek itu dalam satu
minggu terus dikorek oleh anak saya dan enggak tahu kenapa saya terus
memproduksi cerita itu dan saya terjebak dan mengembangkan cerita itu.
Saya enggak pernah membayangkan kenapa bisa terjebak dalam kebodohan
ini,” katanya dalam jumpa pers di kediamannya, Kampung Melayu, Jakarta
Timur, Rabu (3/10).
Dia mengatakan, kebohongan yang
diungkapkan kepada anak-anaknya itu hanya berputar-putar di keluarganya
saja dalam satu pekan. Namun kemudian berita bohong itu menyebar keluar
dan menjadi pemberitaan.
Dia membantah kebohongan yang telah
dilakukan itu ada hubungannya dengan politik. “Saya enggak tahu
bagaimana memaafkan diri saya, jangan dikira saya mau mencari
pembenaran, ini salah apa yang saya lakukan ini salah,” katanya.
(SFA/Merdeka)
Fadli Zon-Dahnil Simanjuntak Dipolisikan Terkait Hoaks Penganiayaan Ratna Sarumpaet
JAKARTA – Wakil Ketua
Umum Partai Gerindra Fadli Zon dan Koordinator Jubir Badan Pemenangan
Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak
dipolisikan. Keduanya dilaporkan atas dugaan penyebaran berita bohong
(hoax) terkait kabar penganiayaan Ratna Sarumpaet.
“Jadi yang dilaporkan yang menyebarkan.
Laporannya ke Polda Metro Jaya. Terlapor FZ dan DS,” kata Kadiv Humas
Polri Irjen Setyo Wasisto di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan, Rabu (3/10/2018).
Setyo mengatakan, Ratna Sarumpaet dalam
kasus ini berstatus saksi. Menurut Setyo, laporan polisi tersebut dibuat
beberapa orang, namun identitas pelapor tak disebutkan.
“Bu Ratna sendiri masih menjadi saksi. (Yang melaporkan Fadli Zon dan Dahnil Anzar) ada beberapa orang,” ujar Setyo.
Baca: ‘Ratna Sarumpaet Dikeroyok’, Yusuf Muhammad Semprot ‘Oposisi Kardus’
Polisi sebelumnya menegaskan fakta
temuan penyelidikan berbeda dengan informasi yang disampaikan pihak
terkait Ratna Sarumpaet. Pertama, Ratna Sarumpaet menurut polisi berada
di RS Bina Estetika, Menteng, Jakpus, pada Jumat (21/9), bukan berada di
Bandung, yang disebut jadi lokasi penganiayaan.
“Fakta yang didapat, 21 September jam 5
sore sudah masuk di rumah sakit di Bina Estetika,” kata Dirkrimum Polda
Metro Jaya Kombes Nico Afinta dalam jumpa pers, Rabu (3/10).
Baca: Polisi: Tidak Ada Nama Ratna Sarumpaet di Sejumlah RS Bandung
Fakta kedua, polisi mengecek pernyataan
yang dikutip media soal kegiatan internasional yang diikuti Ratna
beberapa saat sebelum terjadinya penganiayaan.
“Kalau tadi merujuk kepada pemberitaan
Ibu Ratna Sarumpaet berada di Bandung pada tanggal 21 September bersama
dua orang rekannya dari konferensi internasional dan sudah kami cek
tidak ada konferensi internasional,” sambung Nico. (SFA/DetikNews)
Sumber Berita : http://www.salafynews.com/fadli-zon-dahnil-simanjuntak-dipolisikan-terkait-hoaks-penganiayaan-ratna-sarumpaet.html
‘Ratna Sarumpaet Dikeroyok’, Niluh Djelantik Semprot Naniek S Deyang
BALI – Viral pemberitaan tentang pengeroyokan Ratna
Sarumpaet yang dibawa ke isu politik membuat salah satu pegiat media
sosial Niluh Putu Ary Pertami alias Niluh Djelantik dalam akun
facebooknya ‘semprot’ salah satu anggota tim dari kubu oposisi yaitu
Naniek S Deyang, berikut ulasannya:
Salah satu Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Paslon Nomor 2 membuat
sebuah postingan tentang kronologis penganiayaan Ratna Sarumpaet,
tulisan begitu cepat menyebar, dishare hingga puluhan ribu kali.
Ratusan orang berlomba mencaci-maki.
Membawa-bawa nama Tuhan tuk mengamini kata-kata hujatan mereka.
Menghina pemerintah yang sah bahkan mengaitkannya dengan PKI.
Terbuat dari apakah kamu sayangku?
Mungkin kamu yang ikut-ikutan menulis
komentar terbawa emosi karena cerita yang begitu menyayat hati dan
diamini oleh oknum wakil rakyat, politisi bahkan oleh calon presiden
yang kamu puja puji. Tapi kamu tak menyadari, sejatinya keserakahan
telah memperalatmu.
Ah sungguh aku kasihan padamu.
Untuk kamu yang menyebarkan berita penganiayaan, memprovokasi membangkitkan kemarahan masyarakat.
Sungguh kamu adalah manusia tanpa hati.
Ayo buktikan semua tuduhanmu itu, bahwa Ratna Sarumpaet memang benar digebuki hingga diinjak perutnya.
Kita juga siap menunggu rekonstruksi adegan yang digambarkan begitu sadis dan kejam.
Baca: Ketika Pemukulan Ratna Sarumpaet Jadi Komoditas Politik
Tapi kalau kamu tidak bisa memberikan
bukti dan data yang otentik, maka kamu harus bertanggung jawab dan
meminta maaf kepada seluruh Rakyat Indonesia karena kamu telah menjadi
bagian dari penyebar hoax mengerikan ini.
Apa tujuanmu sayang?
Inikah cinta dan baktimu pada negeri?
Inikah rasa kasih dan sayangmu pada kami sesamamu?
Apa tujuanmu?
Aku takkan diam.
Dan siapapun yang mencintai bangsa ini dengan tulus tak akan diam.
Karma tak akan pernah kehilangan alamat.
Kebenaran akan terkuak, bangkai yang tertutup akan tercium busuknya bagaimanapun rapi disimpan.
Ketjup sayang,
Misi kemanusiaan Kesayangan ND telah menunggu.
Aku mohon pamit untuk berangkat ke Palu,
via Makassar. Setelah itu aku ke Poso untuk membeli semua kebutuhan
pokok dari donasi yang kalian titipkan. TNI akan menemani perjalanan
kami dari Poso ke Palu.
Kan kutitipkan peluk dan salam kasih
kamu semua untuk mereka, saudara-saudara kita yang kini menangis pedih,
beratapkan langit setelah kampung halaman mereka porak poranda. (ARN)
Sumber: Akun Facebook Niluh Putu Ary PertamiSumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/10/03/ratna-sarumpaet-dikeroyok-niluh-djelantik-semprot-naniek-s-deyang/
Ratna Sarumpaet: Saya Ratu Hoax Terbaik di Indonesia
JAKARTA – Aktivis Ratna Sarumpaet mengakui cerita bahwa
ia dianiaya pada 21 September 2018 adalah bohong. Dia meminta maaf
karena telah menyebarkan kebohongan yang berujung pada kegaduhan.
“Saya pencipta hoaks terbaik yang
menghebohkan sebuah negeri,” kata Ratna dalam konferensi pers di
rumahnya, Jakarta Selatan, Rabu (3/10).
Ratna juga meminta maaf kepada orang
yang selama ini dikritiknya. Ratna merasakan kritik keras yang sering ia
lontarkan berbalik kepadanya.
Baca: Ratna Sarumpaet Akui Cerita Bohong Kepada Prabowo Subianto Soal Penganiayaan.
“Saya meminta maaf ke orang yang selama ini, karena suara saya keras. Kritik ini berbalik ke saya,” sebut Ratna.
Kabar Ratna menjadi korban penganiayaan
di Bandung tersebar pada Selasa (2/10). Awalnya dia sempat bercerita ada
sekelompok orang mengeroyoknya dan membuangnya di Cimahi. Dia mengaku
ke Bandung untuk menghadiri pertemuan internasional.
Belakangan kabar bohong itu diselidiki
polisi dan ditemukan sejumlah kejanggalan. Mulai tidak adanya manifes
nama Ratna di Bandara Husein Sastranegara, tempat aktivis ini mengaku
diculik dan dikeroyok, hingga tidak ada namanya di seluruh rumah sakit
Jawa Barat.
Polisi juga menemukan fakta bahwa Ratna
berada di Rumah Sakit Khusus Bina Estetika pada hari yang diakui terjadi
pengeroyokan. Pembayaran untuk operasi yang dilakukan Ratna di rumah
sakit itu ikut ditemukan. [ARN]
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/10/03/ratna-sarumpaet-saya-ratu-hoax-terbaik-di-indonesia/
Ratna Sarumpaet Akui Cerita Bohong Kepada Prabowo Subianto Soal Penganiayaan
JAKARTA – Aktivis Ratna
Sarumpaet mengakui tidak ada penganiayaan yang diterimanya seperti
kabar yang berkembang beberapa waktu terakhir. Ratna mengaku,
menceritakan informasi bohong kepada Ketum Gerindra yang juga calon
presiden Prabowo Subianto serta ke Amien Rais.
“Bahkan di depan Pak Prabowo, orang yang
saya perjuangkan, orang yang saya cita-citakan untuk memimpin bangsa
saya, saya ceritakan ini kepada Pak Prabowo. Saya biarkan bergulir
dengan cerita itu,” kata Ratna dalam konferensi pers di kediamannya di
Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (3/10).
Ratna mengatakan, sudah merasa ada hal
yang salah saat dia menyampaikan cerita bohong itu ke Prabowo dan Amien
Rais.. Tapi, ia mengabaikan perasaannya tersebut.
“Waktu saya bercerita dengan Prabowo dan Amin Rais, saya tahu itu salah tapi tidak muncul. Itu yang terjadi,” kata dia.
“Saya tak sanggup melihat Pak Prabowo membela saya dalam jumpa pers,” lanjut dia.
Dalam kesempatan itu, Ratna juga mengaku
jika wajahnya lebam karena operasi. “Saya sanggah ada penganiyaan,”
ucap Ratna Sarumpaet. [ARN]
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/10/03/ratna-sarumpaet-akui-cerita-bohong-kepada-prabowo-subianto-soal-penganiayaan/
Tim Sukses Bicara Satu Irama, Prabowo Ngeles Grasa-Grusu
JAKARTA – Respon Prabowo Subianto dan para tim
suksesnya setelah polisi berhasil membongkar kebohongan kisah
penganiayaan Ratna Sarumpaet yang mereka sebar luaskan sungguh lucu dan
mengada-ada.
Melalui juru bicaranya Dahnil Anzar,
Prabowo menempatkan diri sebagai pihak korban yang termakan kebohongan
Ratna Sarumpaet. Prabowo minta rakyat memaafkan dirinya karena sudah
bertindak grasa-grusu.
Agar tampak serius menyesal, Prabowo
memecat Ratna Sarumpaet dari jabatan juru bicara tim pemenangan
capres-cawapres, bahkan mengorbankan Ratna Sarumpaet dengan
mempersilakan polisi memproses hukum Ratna Sarumpaet.
Prabowo masih percaya diri mengatakan ia
tidak mentolerir kebohongan dan minta aparat bertindak tegas memproses
hukum Ratna Sarumpaet.
Baca: Cuitan Hanum Rais Hina Nabi, Pengurus NU AS: Nabi Tak Pernah Sebar Hoax.
Saya yakin, seperti saya, rakyat Indonesia mengikuti betul perkembangan kasus ini.
Sebelum orang-orang Prabowo: Fadli Zon,
Rachel Maryam, Nanik Deang, Ferdinand Hutahaean, Habiburokhman, Hanum
Rais, Dahniel Azar Simanjuntak, dan sejumlah nama lain menyebarluaskan
kabar bohong ini, masyarakat sebenarnya relatif tidak tahu sebab kabar
ini hanya terisolasi di media sosial.
Setelah para politisi di lingkaran
Prabowo ini bicara kepada pers, barulah berita ini menyebar dengan
cepatnya. Artinya bukan Ratna Sarumpaet melainkan Prabowo dan
orang-orang dekatnya yang menyebarluaskan kabar bohong ini.
Pengakuan Prabowo bahwa ia hanya grasa-grusu adalah model excuse alias ngeles yang tidak bisa diterima akal sehat.
Begitu banyak orang yang ketika mendengar kabar bohong dari tim Prabowo buktinya tetap bisa berpikir dengan nalar sehat.
Cara berpikir yang sehat seharusnya melalui 3 tahap konfirmasi.
Pertama kita perlu bertanya dahulu, apakah benar wajah penuh bengkak dalam foto itu adalah Ratna Sarumpaet.
Baca: ‘Ratna Sarumpaet Dikeroyok’, Niluh Djelantik Semprot Naniek S Deyang.
Kedua, jika benar itu wajah Ratna Sarumpaet, apakah benar hal itu karena pemukulan?
Ketiga, jika benar itu karena pemukulan, barulah masuk ke pertanyaan selanjutnya, siapa yang kira-kira melakukannya.
Namun pernyataan Prabowo dan orang-orang
dekatnya, baik melalui konferensi pers, pernyataan pribadi ke media,
pun pernyataan mereka di akun media sosial menunjukkan upaya sadar dan
sengaja untuk melangkahi 3 tahap pertanyaan itu dan langsung kepada
kesimpulan pemukulan terhadap Ratna adalah upaya represi yang membungkan
demokrasi.
Apa yang dipertontonkan Prabowo dan
orang-orang dekatnya jelas-jelas upaya mengarahkan kesimpulan bahwa
Pemerintahan Joko Widodo, capres petahana yang jadi pesaing Prabowo
dalam pemilihan umum presiden 2019, merupakan pemerintahan otoriter yang
menggunakan cara-cara kekerasan dalam menghadapi kritik.
Lihat saja pilihan-pilihan diksi yang
digunakan Probowo: “tindakan represif”; “pelanggaran HAM”, “ancaman
sangat serius terhadap demokrasi.”
Lihatlah kalimat Prabowo dalam
mengarahkan kesimpulan ini: “Ya ternyata tidak ada barang yang dicuri,
tidak ada uang yang hilang, apalagi kalau bukan proses untuk
intimidasi.”
Prabowo bahkan sama sekali tidak peduli pernyataan yang dikeluarkan
kepolisian dan pihak bandara sebelumnya bahwa mereka sudah mencoba
berbagai cara untuk mengecek kebenaran peristiwa itu dan tidak menemukan
bukti sedikitpun.
Lihat juga orang-orang dekatnya dengan
sadar dan sengaja membantah upaya mengajak tabayun yang dilontarkan
sejumlah tokoh, seperti Mahfud MD dan dr. Tompi.
Sulit menerima ngeles Prabowo yang
menempatkan diri sebagai korban kebohongan Ratna hanya karena dirinya
grasa-grusu. Tidak ada grasa-grusu yang kompak seluruh anggota tim
sukses bicara dengan tone yang sama, mengarahkan ini sebagai
pembungkaman terhadap demokrasi.
So please. Jangan korbankan anak buah,
jangan timpakan tangga pada Ratna Sarumpaet yang telah jatuh, jangan
membenarkan kebohongan dengan kebohongan baru. Jadilah pemimpin yang
benar, dimulai dengan bertanggungjawab atas kata-kata dan tindakan
sendiri, bukan melempar keselahan pada bawahan. [ARN]
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/10/04/tim-sukses-bicara-satu-irama-prabowo-ngeles-grasa-grusu/
Re-Post by MigoBerita / Kamis/04102018/18.47Wita/Bjm