UMA Mengadakan Seminar Pemilu Damai Dan Memilih Itu Juara Dari RRI
Universitas Medan Area mengadakan Seminar siaran langsung dari RRI dengan tema “Pemilu Damai & Memilih Itu Indah” pada Kamis, 15 November 2018 Jam 09.00 WIB s.d Selesai di Convention Hall Kampus I Universitas Medan Area Jalan Kolam Medan Estate.Acara Pemilu Damai & Memilih Itu Indah dihadiri oleh Rektor Universitas Medan Area Prof. Dr. Dadan Ramdan M.Eng, M.Sc,Wakil Rektor Bidang Akademik Dr. Ir. Hj. Siti Mardiana M.Si, Ketua BAK Sri Irawati, S.Sos, MAP, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan H.Muazzul, SH, M.Hum, HUMAS Universitas Medan Area Ir. Asmah Indrawaty, MP, Delegasi RRI, Dekan Fakultas Isipol Dr. Heri Kusmanto, MA, dan dari KPU Medan yang telah hadir pada siarang langsung RRI tersebut.
Seminar tersebut bertujuan untuk bagaimana kita mesti memilih dengan cerdas dalam pemilu 2019 yang akan datang “Gunakanlah hak pilih itu dalam berperan mempersatukan bangsa dan oleh karena itu marilah kita memilih sesuai hak kita masing-masing supaya kita menjadi juara maka dari itu topik kali ini adalah memilih itu juara” ucap rektor.
Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Jadi bagi generasi milenials harus cerdas dalam memilih pada pemilu 2019 kalaulah nanti ada perbedaan dalam pemilihan pemilu 2019 dari teman, keluarga atau lain sebagainya janganlah dijadikan ajang perpecahan karena itu hanya sebatas demokrasi, maka dari itu marilah kita sama-sama untuk dijadikan pemilu ini pemersatu dalam Indonesia bersatu.
Sumber Berita : https://www.uma.ac.id/berita/uma-mengadakan-seminar-pemilu-damai-dan-memilih-itu-juara-dari-rri
Merawat Kewarasan Publik: Gagasan dan Pandangan Buya Syafii Maarif
islamindonesia.id – Merawat Kewarasan Publik: Gagasan dan Pandangan Buya Syafii MaarifBuku berisi gagasan dan pemikiran mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif berjudul Merawat Kewarasan Publik: Refleksi Kritis Kader Intelektual Muda tentang Pemikiran Ahmad Syafii Maarif resmi diluncurkan Maarif Institute di Gedung Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Jakarta, bulan lalu.
Pemikiran-pemikiran Buya Syafii, sapaan Syafii Maarif, mengenai moralitas dan keadaban publik yang sebagiannya tertuang dalam buku ini diharapkan dapat menjadi pelita di tengah bangsa yang sarat dengan berbagai persoalan keagamaan, kebangsaan dan kemanusiaan.
Buya berharap umat Islam di Indonesia benar-benar mengembangkan Islam yang terbuka, inklusif, dan memberi solusi terhadap masalah bangsa.
Sebagai “muazin bangsa”, Buya Syafii terus berupaya memerangi ketidakadilan, korupsi, dan mafia yang merongrong bangsa. Gagasan dan refleksi pemikirannya lahir dari keprihatinan atas kondisi bangsa, termasuk menyangkut umat Islam sebagai mayoritas di Indonesia.
Buya juga berharap, sepatutnya umat Islam tak lagi mempersoalkan hubungan Islam, keindonesiaan, dan kemanusiaan. Saya ingin melihat ketiganya satu padu, satu tarikan nafas dalam kehidupan di negeri tercinta ini.
Selain itu, Maarif Institute juga membuka Sekolah Kebudayaan dan Kemanusiaan periode kedua. Kursus singkat ini digelar sejak 23 November hingga 28 November di Hotel Grand Mulya Bogor. Diikuti oleh 20 peserta, Sekolah Kebudayaan dan Kemanusiaan ini merupakan upaya Maarif Institute untuk merawat ide-ide besar Buya Syafii mengenai kemanusiaan, kebudayaan, dan keindonesiaan.
Menurut Direktur Eksekutif Maarif Institute Muhammad Abdullah Daraz, program ini bertujuan untuk menyosialisasikan berbagai gagasan Buya Syafii yang mengusung nilai-nilai keterbukaan, kesetaraan, dan kebinekaan kepada anak-anak muda dengan berbagai latar belakang etnis, suku, agama, dan budaya. Dia berharap kegiatan ini bisa menumbuhkan tunas baru, pelanjut kiprah moral dan intelektual yang selama ini telah dihidupkan Buya Syafii Maarif dalam berbangsa dan bernegara.
EH / Islam Indonesia
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/berita/merawat-kewarasan-publik-gagasan-dan-pandangan-buya-syafii-maarif.htm
Waspadai Politik Pecah Belah Jelang Pemilu 2019
islamindonesia.id – Waspadai Politik Pecah Belah Jelang Pemilu 2019Menjelang gelaran Pemilu serentak tahun 2019, diperlukan kesadaran dan kewaspadaan seluruh komponen anak bangsa agar selalu berhati-hati dengan politik pecah-belah yang sewaktu-waktu bisa muncul di tengah masyarakat. Karena dampak dari politik semacam itu berpotensi meruntuhkan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Seperti sebelumnya, menjelang perhelatan pesta demokrasi lima tahun sekali, kematangan demokrasi kita selalu diuji. Persatuan dan kesatuan anak bangsa rawan tergerus. Salah satu penyebabnya adalah adanya perbedaan haluan dan pilihan politik –yang sebenarnya lazim di alam demokrasi, namun tetap saja kadang membuat hubungan antar anak bangsa menjadi terancam. Hal itu bisa terjadi jika sebagian warga masyarakat terjebak pengaruh buruk politik pecah-belah.
Diperlukan kesadaran bersama bahwa politik pecah-belah kerap digunakan oleh kekuatan asing agar bangsa ini terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil, lemah, dan mudah dikuasai.
Kekuatan asing ini bisa masuk melalui kelompok mana saja, baik organisasi kemasyarakatan maupun organisasi keagamaan. Mereka akan terus-menerus menebarkan permusuhan antar sesama anak bangsa, tak terkecuali upaya provokasi, penyebaran isu dan propaganda palsu yang pada akhirnya dapat memunculkan rasa saling curiga satu sama lain.
Merupakan kewajiban seluruh anak bangsa untuk bersama-sama menjaga pesta rakyat lima tahunan yang tak lama lagi bakal dilangsungkan. Sudah selayaknya Pemilu tidak memicu perpecahan, saling hujat dan caci-maki. Jangan sampai hanya karena adanya perbedaan pilihan politik, antar sesama anak bangsa larut dalam pertikaian dan permusuhan.
Setiap warga negara yang memiliki hak pilih hendaknya menjadi pemilih yang cerdas, bukan sekadar pemilih yang emosional. Penting bagi mereka mengenali siapa musuh yang sebenarnya, yang berkepentingan untuk terus menciptakan polemik di tengah masyarakat. Dengan begitu, diharapkan hasil Pemilu akan menjadi lebih berkualitas dan kerukunan masyarakat tetap dapat terjaga dengan baik.
EH / Islam Indonesia
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/opini/waspadai-politik-pecah-belah-jelang-pemilu-2019.htm
Kemlu Sesalkan Pernyataan Dubes Saudi tentang GP Ansor
islamindonesia.id – Kemlu Sesalkan Pernyataan Dubes Saudi tentang GP AnsorKementerian Luar Negeri RI menyesalkan pernyataan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Osama bin Muhammad Abdullah Al Shuaibi, mengenai penyebutan almunharifah (organisasi yang sesat atau menyimpang) terhadap GP Ansor.
Pada Minggu (2/12) Al Shuaibi melalui akun Twitternya mengomentari acara Reuni 212 dan menyebutnya sebagai aksi protes terhadap pembakaran bendera tauhid oleh salah satu ormas yang menyimpang.
Buntut dari polemik ini adalah pada Senin (3/12) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melayangkan protes keras dan meminta agar Al Shuaibi dipulangkan ke Arab Saudi.
Menanggapi persoalan tersebut, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Armanatha Nasir mengatakan, setelah mengetahui cuitan tersebut, pihaknya langsung menghubungi Al Shuaibi.
“Pada Hari Minggu itu juga pihak Kemlu melakukan komunikasi via telpon dengan Dubes Saudi, tapi yang bersangkutan sedang berada di luar negeri,” ujar Armanatha pada Selasa (4/12) sebagaimana dilansir dari kompas.com.
Sebelumnya, pada Senin (3/12) pihak Kemlu telah memangil Wakil Dubes/Kuasa Usaha Sementara Saudi di Jakarta ke Kantor Kemlu di Pejambon, Jakarta Pusat.
Dalam kesempatan itu, Kemlu menyampaikan protes atas pernyataan Dubes Saudi di Twitter.
“Kami sampaikan Kemlu sangat menyesal dan kecewa pernyataan dalam media sosial Dubes Saudi di Jakarta,” ujar Armanatha.
Dia menegaskan, substansi pernyataan Dubes Al Shuaibi di Twitter tidak tepat. “Secara etika penyampaian pernyataan seperti yang ada dalam medsos Dubes Saudi tidak sesuai dengan prinsip hubungan diplomatik,” kata dia.
Menurut Armanatha, Wakil Dubes juga menyampaikan penyesalannya atas kondisi ini. Dia juga menegaskan bahwa pernyataan Dubes Saudi di Twitter itu adalah pendapat pribadi, bukan mewakili negara.
“Dia menyampaikan bahwa pernyataan itu tidak mewakili Arab Saudi,” ujar pria yang akrab disapa Tata ini.
“Jadi sebelum ada surat dari GP Ansor dan press release dari PBNU, Kemlu sudah terlebih dahulu menindaklanjuti masalah ini,” tambah dia.
Terkait langkah selanjutnya apakah akan memanggil langsung Al Shuaibi atau tidak, Tata mengaku masih menunggu agar yang bersangkutan kembali ke Indonesia terlebih dahulu. “Sekarang masih di luar negeri,” ujar Tata.
Komentar DPR dan Stafsus Presiden
Anggota Komisi I DPR RI, Syaiful Bahri Anshori, mengatakan, “Tentu hal tersebut sangat tidak patut disampaikan oleh Dubes Arab Saudi. Karena Ini adalah urusan politik dalam negeri Indonesia,” kata Syaiful dalam keterangan tertulisnya pada Selasa (4/12), sebagaimana dilansir dari viva.
Dia juga menambahkan, “Saya meminta Osamah untuk segera tabayyun dan meminta maaf kepada PBNU dan GP Ansor.”
Syaiful yang juga menjabat sebagai Sekjen Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu juga mendesak kepada pemerintah untuk memulangkan Al Shuaibi ke Arab Saudi dan menggantinya dengan Dubes yang baru.
“Tidak boleh terjadi lagi. Pemerintah harus segera mengambil sikap untuk memulangkan Osamah ke Arab dan menggantinya dengan dubes yang baru,” ujarnya.
Sementara itu Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Keagamaan Internasional Siti Ruhaini Dzuhayatin menilai bahwa cuitan Al Shuaibi tidak pas.
“Menurut saya sebagai staf khusus presiden, cuitan seperti itu tidak pas. Ini menurut saya ya. Saya belum mendapatkan arahan dari Bapak Presiden mengenai ini,” ujar Ruhaini pada Selasa (4/12), sebagaimana dilansir dari kompas.com.
Alasannya, Osamah dinilai sudah masuk terlalu dalam terhadap dinamika sosial politik yang terjadi di Indonesia.
“Oleh sebab itu, saya sangat memahami atas protes yang dilayangkan PBNU. Memang itu tidak seharusnya dilakukan Pak Dubes. Seorang Dubes kan seharusnya menjadi representasi diplomatik negara,” ujar Ruhaini.
Ruhaini mendorong agar persoalan tersebut segera diselesaikan. Baik secara kenegaraan melalui Kementerian Luar Negeri RI, maupun secara personal antara Al Shuaibi dengan PBNU.
PH/IslamIndonesia/Photo: kompas.com/Dani Prabowo
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/berita/kemlu-sesalkan-pernyataan-dubes-saudi-tentang-gp-ansor.htm
Protes Keras PBNU terhadap Dubes Saudi
islamindonesia.id – Protes Keras PBNU terhadap Dubes SaudiSebagaimana telah diulas dalam berita yang diterbitkan oleh Islam Indonesia sebelumnya tentang pernyataan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi, (lihat: Dubes Saudi Diduga Menyebut GP Ansor Menyimpang), maka kali ini Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) benar-benar melayangkan protes keras terhadap pernyataan tersebut.
Dalam siaran pers yang dikeluarkan hari ini (3/12), ada tiga poin utama yang disampaikan oleh PBNU, yaitu Osama mencampuri urusan politik dalam negeri, menyebarkan fitnah, dan dia harus dipulangkan ke Arab Saudi.
Berikut ini adalah redaksi lengkapnya:
“Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia yang senantiasa menjaga ikatan kekeluargaan sebagai warga bangsa dengan mengokohkan ukhuwah wathoniyah, agar tetap dapat hidup dalam satu bangsa yang saling menghormati atas adanya perbedaan agama, ras, suku, dan goIongan. Indonesia adalah negara yang memiliki hubungan diplomatik sangat baik dengan Kerajaan Saudi Arabia (KSA), terlebih Indonesia merupakan negara yang mengirim jamaah haji dengan jumlah cukup besar. Setidaknya 20 persen jamaah haji di Saudi adalah rakyat Indonesia. Kami ingin hubungan ini terus terjaga dengan baik, mengingat selain masalah penyelenggaraan ibadah haji, kami berharap Pemerintah Saudi dapat memberikan perlindungan kepada masyarakat Indonesia yang berada di Saudi (baik yang masih menjadi TKI ataupun mukimin) agar mendapat perlakuan dengan adil dan lebih manusiawi. Namun hubungan yang baik ini dinodai oleh pernyataan Osamah Muhammad Al-Suaibi (Duta Besar Saudi untuk Indonesia), dengan menyebarkan informasi yang keliru dan menyesatkan sebagaimana ditulis dalam akun twitternya sebagai berikut (ditampilkan dalam bentuk screenshot-red) maka dengan ini kami menyampaikan:
“(1) Dalam pandangan kami Osamah telah melakukan pelanggaran keras diplomatik, yakni mencampuri urusan politik suatu negara di luar kewenangannya. Hal ini jelas mengganggu hubungan diplomatik RI-Saudi Arabia, atas dasar ini kami menyampaikan protes keras.
“(2) Osamah telah dengan sengaja menyebarkan fitnah dengan menuduh bahwa aksi pembakaran bendera dilakukan oleh organisasi yang dimaksud dengan mengatakan jamaah almunharifah (organisasi yang sesat atau menyimpang). Padahal terkait hal ini, GP. Ansor sudah memberikan sanksi kepada oknum yang melakukan pembakaran dan tindakan tersebut keluar dari SOP GP. Ansor, bahkan kami keluarga Besar NU menyesalkan kejadian tersebut.
“(3) Mendesak kepada Pemerintah RI untuk menyampaikan nota kepada Pemerintah Saudi agar memulangkan saudara Osamah sebagai bagian dari sanksi atas tindakannya yang gegabah dengan mencampuri urusan politik Negara Indonesia.”
Siaran Pers tersebut ditandatangani oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Sekretaris Jenderal Helmy Faishal Zaini.
PH/IslamIndonesia/Photo Fitur: Antara/Reno Esnir
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/berita/protes-keras-pbnu-terhadap-dubes-saudi.htm
Buya Syafi’i: Tak Perlu Ada Perang Baratayuda di Pilpres
islamindonesia.id -Buya Syafi’i: Tak Perlu Ada Perang Baratayuda di PilpresTokoh senior Muhammadiyah Ahmad Syafi’i Ma’arif mengatakan, situasi masyarakat pada masa pemilihan presiden bergantung pada pada para elite politik. Ia bilang, kalau para elite terus memanas-manasi keadaan, politik menjadi tidak sehat. Karena itu, pria yang akrab disapa Buya Syafi’i ini tak sependapat jika pilpres tahun depan disebut sebagai perang. “Pipres itu enggak perlu perang Baratayuda,” kata Buya setelah menerima kunjungan calon wakil presiden Sandiaga Uno di Yogyakarta, seperti dilaporkan Harian Tempo, 3 Desember.
Sebelumnya, analogi pilpres sebagai perang sempat disuarakan oleh politisi senior PAN Amien Rais. Amien bilang, pada pipres tahun depan akan ada perang Baratayuda atau armagedon (akhir zaman). “Ini pertarungan terakhir apakah unsur PKI (Partai Komunis Indonesia) akan menang atau sebaliknya,” kata Amien.
Bagi Buya, persatuan bangsa ini harus dijaga dalam situasi apa pun, termasuk pilpres. Karena perpecahan dapat memberikan kerugian yang jauh lebih panjang masanya dibandingkan masa jabatan presiden.
“Wong bersatu saja bisa kalah, apalagi terceraiberai,” ujar Buya.
Sementara Sandiaga mengaku mendapatkan banyak wejangan dari Buya. Salah satunya, kata calon wakil dari pasangan nomor dua ini, Buya memintanya membuat pilpres berlangsung damai dan sejuk. “Beliau juga minta agar pilpres bebas dari gontok-gontokan,” katanya.[]
YS/islamindonesia/Foto: medan.tribunnews.com
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/berita/buya-syafii-tak-perlu-ada-perang-baratayuda-di-pilpres.htm
Gerakan Jangan Ganggu Indonesiaku Gelar Unjuk Rasa Depan Balaikota Desak Anies Segera....
BERANINEWS.COM - Massa yang menamakan 'Gerakan Jangan Ganggu Indonesiaku' berdemo di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat.Massa mendesak Gubernur DKI Anies Baswedan mencabut izin penggunaan Lapangan Monas untuk aksi reuni 212.
Demo dilakukan depan gerbang Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (29/11/2018).
Massa membentangkan bendera merah putih sambil berorasi.
Salah satu orator, Boedi Jarot menyebut aksi reuni 212 rawan disusupi kepentingan politik.
Dia meminta Anies mencabut izin penggunaan Monas untuk kegiatan tersebut.
"Kalau (reuni 212) ada urgensinya untuk mempertahankan NKRI, Pancasila, merah putih, ya monggo. Ini kan nggak ada. Kalau aparat menganggap ini hanya reuni, nggak ada agenda politik, itu keliru. Itu bahaya. Ini ada agenda politik. Ini kepanjangan tangan dari HTI," kata Boedi.
Boedi menuturkan aksi tersebut merupakan pembodohan.
Dia meyakini aksi tersebut akan ditunggangi aksi politik.
"Ini kan aksi pembodohan buat saya di sini. Ini bukan agama. Ini agenda politik yang ada hubungannya dengan ideologi khilafah yang diusung HTI," ucap Boedi.
Reuni 212 akan berlangsung di Monas, Jakarta Pusat, pada Minggu (2/12/18) dini hari hingga siang.
Panitia reuni 212 yang juga Jubir FPI, Slamet Maarif mengatakan reuni 212 tidak jauh berbeda dengan aksi 212 pada 2016 lalu.
Salah satu orator, Boedi Jarot menyebut aksi reuni 212 rawan disusupi kepentingan politik.
Dia meminta Anies mencabut izin penggunaan Monas untuk kegiatan tersebut.
"Kalau (reuni 212) ada urgensinya untuk mempertahankan NKRI, Pancasila, merah putih, ya monggo. Ini kan nggak ada. Kalau aparat menganggap ini hanya reuni, nggak ada agenda politik, itu keliru. Itu bahaya. Ini ada agenda politik. Ini kepanjangan tangan dari HTI," kata Boedi.
Boedi menuturkan aksi tersebut merupakan pembodohan.
Dia meyakini aksi tersebut akan ditunggangi aksi politik.
"Ini kan aksi pembodohan buat saya di sini. Ini bukan agama. Ini agenda politik yang ada hubungannya dengan ideologi khilafah yang diusung HTI," ucap Boedi.
Reuni 212 akan berlangsung di Monas, Jakarta Pusat, pada Minggu (2/12/18) dini hari hingga siang.
Panitia reuni 212 yang juga Jubir FPI, Slamet Maarif mengatakan reuni 212 tidak jauh berbeda dengan aksi 212 pada 2016 lalu.
sumber: detik.com
Sumber Berita : https://www.beraninews.com/2018/11/gerakan-jangan-ganggu-indonesiaku-gelar.html
Persaudaraan Alumni 212 membela Habib bin Smith dengan menyebut bagian ceramah itu hanya sebagai kritik.
"Terkait pelaporan Habib Bahar, saya dari PA 212 punya pandangan dan saran, para 'cebong' seharusnya menerima putusan MK tentang wafatnya pasal haatzaai artikelen pada tahun 2017. Maka sebaiknya menerima kritikan sebagai norma berekspresi karena pandangan seseorang tidak harus uniform," tutur Kadiv Hukum PA 212 Damai Hari Lubis kepada detikcom, Kamis (29/11/2018).
Damai mengatakan para pelapor Habib Bahar ke polisi hanya semata-mata merupakan tindakan latah.
Dan, menurutnya, apa yang dilakukan Habib Bahar hanya merupakan suatu bentuk kontrol sosial.
"Secara resmi saya mewakili Kadiv Hukum PA 212/Ketua Korlabi serta Aliansi Anak Bangsa, menyampaikan pendapat hukum terkait lontaran kritikan Habib Bahar Bin Smith adalah suatu hal yang wajar dalam berekspresi dalam rangka social control," ujar Damai.
"Itu kan kritik, yakin nanti ada penjelasan khususnya, fokus perihalnya, tentunya ada juga nanti hal-hal yang tidak dikritik. Masa mau semuanya bagus-bagus dibilang. Jokowi kan manusia, yang nggak luput dari kesalahan. Ulama aja kalau perlu boleh dikritik," sambungnya.
Damai meminta apa yang disampaikan Habib Bahar dalam ceramah itu tidak dilihat secara terpotong pada bagian tertentu saja. Perlu dilihat bagian lain dalam ceramah Habib Bahar.
"Dan jangan sampai kritikan Habib Bahar bin Smith terhadap satu peristiwa diartikan secara letter lux. Harus 'sadarkum'. Sesuai hukum tentunya sangat dibutuhkan dalam hal apa, dalam objek apa, kan ada juga pasti yang bagusnya. Yang bagusnya tentu tidak dikritik. Maka nanti yakin tentunya akan diawali dengan klarifikasi dulu oleh petugas hukum," kata Damai.
Di sisi lain, menurut Damai, Jokowi bukan orang yang anti terhadap kritik. Damai juga menyinggung soal Jokowi yang kerap melontarkan pernyataan 'puitis'.
"Apalagi Jokowi kan tidak antikritik. Bahkan suka dengan kritik dan cukup satire kalau beri statement pada suatu hal. Contoh kata yang puitis 'sontoloyo,' 'tabok', dan lain-lain. Pernah ia keluarkan. Kan baik-baik saja. Yang jelas semua rambu-rambu hukum tentang kebebasan berpendapat secara individu maupun kelompok, terhadap penguasa atau pejabat atau public figure. Lisan maupun tertulis," tutur Damai.
"Maksudnya semua pihak, pelapor dan dalam hal ini subjek hukum Jokowi Presiden Penguasa Tertinggi, harus menerima itu sebagai ketentuan norma yang ada. Sesuai UU. Tentang berekspresi dan pastinya Indonesia adalah rechstaat, bukan kekuasaan belaka, pastinya tidak otoriter," pungkasnya.
Bahar Bin Smith Lontarkan Kata Kata Hinaan Kotor Kepada Kepala Negara, PA 212 Membela: Para Cebong Gak Usah Marah, Itu Cuma Kritik & Wajar Saja
BERANINEWS.COM - Habib Bahar bin Smith dipolisikan karena materi ceramah mengenai 'Jokowi kayaknya banci'.Persaudaraan Alumni 212 membela Habib bin Smith dengan menyebut bagian ceramah itu hanya sebagai kritik.
"Terkait pelaporan Habib Bahar, saya dari PA 212 punya pandangan dan saran, para 'cebong' seharusnya menerima putusan MK tentang wafatnya pasal haatzaai artikelen pada tahun 2017. Maka sebaiknya menerima kritikan sebagai norma berekspresi karena pandangan seseorang tidak harus uniform," tutur Kadiv Hukum PA 212 Damai Hari Lubis kepada detikcom, Kamis (29/11/2018).
Damai mengatakan para pelapor Habib Bahar ke polisi hanya semata-mata merupakan tindakan latah.
"Secara resmi saya mewakili Kadiv Hukum PA 212/Ketua Korlabi serta Aliansi Anak Bangsa, menyampaikan pendapat hukum terkait lontaran kritikan Habib Bahar Bin Smith adalah suatu hal yang wajar dalam berekspresi dalam rangka social control," ujar Damai.
"Itu kan kritik, yakin nanti ada penjelasan khususnya, fokus perihalnya, tentunya ada juga nanti hal-hal yang tidak dikritik. Masa mau semuanya bagus-bagus dibilang. Jokowi kan manusia, yang nggak luput dari kesalahan. Ulama aja kalau perlu boleh dikritik," sambungnya.
Damai meminta apa yang disampaikan Habib Bahar dalam ceramah itu tidak dilihat secara terpotong pada bagian tertentu saja. Perlu dilihat bagian lain dalam ceramah Habib Bahar.
"Dan jangan sampai kritikan Habib Bahar bin Smith terhadap satu peristiwa diartikan secara letter lux. Harus 'sadarkum'. Sesuai hukum tentunya sangat dibutuhkan dalam hal apa, dalam objek apa, kan ada juga pasti yang bagusnya. Yang bagusnya tentu tidak dikritik. Maka nanti yakin tentunya akan diawali dengan klarifikasi dulu oleh petugas hukum," kata Damai.
Di sisi lain, menurut Damai, Jokowi bukan orang yang anti terhadap kritik. Damai juga menyinggung soal Jokowi yang kerap melontarkan pernyataan 'puitis'.
"Apalagi Jokowi kan tidak antikritik. Bahkan suka dengan kritik dan cukup satire kalau beri statement pada suatu hal. Contoh kata yang puitis 'sontoloyo,' 'tabok', dan lain-lain. Pernah ia keluarkan. Kan baik-baik saja. Yang jelas semua rambu-rambu hukum tentang kebebasan berpendapat secara individu maupun kelompok, terhadap penguasa atau pejabat atau public figure. Lisan maupun tertulis," tutur Damai.
"Maksudnya semua pihak, pelapor dan dalam hal ini subjek hukum Jokowi Presiden Penguasa Tertinggi, harus menerima itu sebagai ketentuan norma yang ada. Sesuai UU. Tentang berekspresi dan pastinya Indonesia adalah rechstaat, bukan kekuasaan belaka, pastinya tidak otoriter," pungkasnya.
Terancam Dijebloskan Ke Penjara Selama 18 Bulan, Buni Yani Akhirnya Buka Suara
BERANINEWS.COM - Buni Yani mengaku menerima putusan Mahkamah Agung (MA) yang menolak kasasi sehingga putusan hukuman tetap 18 bulan penjara.Meski menerima putusan MA, Buni Yani menganggapnya sebagai kezaliman.
"Sebagai warga negara yang baik, saya akan menerima apa pun keputusannya dari Mahkamah Agung meskipun itu zalimnya, biadabnya, minta ampun," kata Buni Yani dalam jumpa pers di Jl H Saabun, Jati Padang, Jakarta Selatan, Kamis (29/11/2018).
Buni Yani menegaskan tidak pernah mengedit video pidato eks Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Majelis hakim tingkat pertama, PN Bandung, sebelumnya menghukum Buni Yani karena terbukti mengedit video pidato Ahok berdurasi 1 jam 48 menit 33 detik menjadi 30 detik.
"Kalau saya diputuskan bersalah oleh karena gara-gara sesuatu yang tidak saya lakukan. Demi Allah saya tidak melakukan itu, saya sekarang melakukan mubahalah," tegas Buni.
Sementara itu, pengacara Buni Yani, Aldwin Rahadian, mengatakan pihaknya masih menunggu salinan putusan kasasi.
Pengacara akan lebih dulu mempelajari putusan untuk menentukan langkah selanjutnya.
"Petikan pun belum, apalagi salinan putusan. Jadi kita menunggu, setelah itu ya tentu kita akan sikapi. Tapi ketika ada substansinya itu ditolak ya Pak Buni nanti bisa menyampaikan bahwa itu juga sangat mengecewakan karena Pak Buni Yani yakin, kami yakin. Bahwa apa yang dituduhkan tidak pernah dilakukan oleh Pak Buni Yani," ujar Aldwin.
Sumber Berita : https://www.beraninews.com/2018/11/terancam-dijebloskan-ke-penjara-selama.html
Fahri Hamzah Marah Besar Sebut KPK Sinting & Gila Lantaran Sering Lakukan OTT
BERANINEWS.COM - WAKIL Ketua DPR Fahri Hamzah menyebut Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo menunjukkan sikap frustasi dan memiliki kerangka berpikir yang keliru dalam pemberantasan korupsi.Hal itu merupakan respons Fahri Hamzah atas pernyataan Ketua KPK Agus Rahardjo yang menyebut bahwa KPK bisa melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) setiap hari jika personelnya cukup.
"Loh, artinya gagal dong bos. Ini orang gagal minta tepuk tangan terus. Gila ini, otak kita ini diputar ke arah yang salah. Suruh memberantas korupsi malah bilang KPK kalau mau bisa setiap hari OTT. Duh, yang bener ngomong," tutur Fahri Hamzah kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (29/11/2018).
Menurut Fahri Hamzah, pernyataan Ketua KPK tersebut tidak berbanding lurus dengan upaya pemberantasan korupsi.
"Seharusnya kan, 'lihat, alhamdulilah kan korupsi udah enggak ada kan, karena ada KPK', kan gitu," kata Fahri Hamzah mencontohkan.
"Loh, kok dibalik sama dia? Kalau KPK mau setiap hari? Ini sinting ini, ya bikin masalah tambah banyak. Makanya saya bilang udah lempar handuk aja," sambungnya.
Sebelumnya, Ketua KPK Agus Rahardjo menyebut lembaganya bisa melakukan operasi tangkap tangan (OTT) setiap hari jika jumlah personelnya cukup.
Sebab, kata dia, diduga masih ada pejabat negara yang terlibat korupsi.
"Kalau KPK tenaganya cukup hari ini, kita melakukan OTT tiap hari bisa. Hampir semua bupati dan banyak pejabat yang masih melakukan tindak pidana, seperti yang kita saksikan pada saat kita tangkap para bupati," papar Agus Rahardjo di Gedung Penunjang KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (27/11/2018).
sumber: tribunnews.com
Sumber Berita : https://www.beraninews.com/2018/11/fahri-hamzah-marah-besar-sebut-kpk.html
Nabi Yusuf Butuh 7 Tahun Hadapi Krisis, Sandiaga Uno: Cukup 3 Tahun
DutaIslam.Com - Wakil Presiden nomor urut 2 Sandiaga Uno sesumbar ia akan bisa memulihkan perekonomian Indonesia dalam waktu 3 tahun saja. Ia juga membandingkan dengan Nabi Yusuf yang butuh waktu 7 tahun untuk mengahadapi krisis."Kalau Nabi Yusuf butuh waktu 7 tahun untuk mengatasi krisis. InsyaAllah, saya dengan pak Prabowo cukup tiga tahun untuk memulihkan perekonomian Indonesia," kata Sandi, Dikutip dari Detik.com (4/12/2018).
Sandi mengaku memiliki rencana yang lebih matang, dengan menghentikan Pengimporan dan Pembangunan Infrastruktur yang lebih terprogram. Dengan begitu bisa memulihkan perekonomian bangsa menurutnya.
Mengutip dari Jawapos.com (05/12/2018) Sandiaga juga berharap ada peran dari pemerintah. Yakni, dengan melakukan kemudahan dalam perizinan. Terutama, dalam hal mengurus permodalan. Apalagi, mayoritas masyarakat Indonesia adalah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah(UMKM).
Wah memang keren bang Sandi ini ya, Kalo soal perkonomian memang jagonya. [dutaislam.com/ab]
Sumber Berita : https://www.dutaislam.com/2018/12/nabi-yusuf-butuh-7-tahun-hadapi-krisis-sandiaga-uno-cukup-3-tahun.html
Hadits Tentang Fitnah Akhir Zaman dari Dzurriyah Nabi
DutaIslam.Com - Keturunan Nabi (habaib) yang tidak mengikuti adab dakwah dan akhlak datuknya akan menjadi fitnah akhir zaman.
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عُثْمَانَ بْنِ سَعِيدٍ الْحِمْصِيُّ حَدَّثَنَا
أَبُو الْمُغِيرَةِ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَالِمٍ حَدَّثَنِي
الْعَلَاءُ بْنُ عُتْبَةَ عَنْ عُمَيْرِ بْنِ هَانِئٍ الْعَنْسِيِّ قَالَ
سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُ كُنَّا قُعُودًا عِنْدَ
رَسُولِ اللَّهِ فَذَكَرَ الْفِتَنَ فَأَكْثَرَ فِي ذِكْرِهَا حَتَّى
ذَكَرَ فِتْنَةَ الْأَحْلَاسِ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا
فِتْنَةُ الْأَحْلَاسِ قَالَ هِيَ هَرَبٌ وَحَرْبٌ ثُمَّ فِتْنَةُ
السَّرَّاءِ دَخَنُهَا مِنْ تَحْتِ قَدَمَيْ رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي
يَزْعُمُ أَنَّهُ مِنِّي وَلَيْسَ مِنِّي وَإِنَّمَا أَوْلِيَائِي
الْمُتَّقُونَ ثُمَّ يَصْطَلِحُ النَّاسُ عَلَى رَجُلٍ كَوَرِكٍ عَلَى
ضِلَعٍ ثُمَّ فِتْنَةُ الدُّهَيْمَاءِ لَا تَدَعُ أَحَدًا مِنْ هَذِهِ
الْأُمَّةِ إِلَّا لَطَمَتْهُ لَطْمَةً فَإِذَا قِيلَ انْقَضَتْ تَمَادَتْ
يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيهَا مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا حَتَّى يَصِيرَ
النَّاسُ إِلَى فُسْطَاطَيْنِ فُسْطَاطِ إِيمَانٍ لَا نِفَاقَ فِيهِ
وَفُسْطَاطِ نِفَاقٍ لَا إِيمَانَ فِيهِ فَإِذَا كَانَ ذَاكُمْ
فَانْتَظِرُوا الدَّجَّالَ مِنْ يَوْمِهِ أَوْ مِنْ غَدِهِ
Artinya:
Abdullah bin Umar berkata, "Saat kami duduk-duduk di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bercerita tentang fitnah, panjang lebar beliau bercerita seputar fitnah itu hingga beliau menyebutkan tentang fitnah Al Ahlas. Seorang laki-laki lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, apa itu fitnah Al Ahlas?" Beliau menjawab: "Adanya permusuhan dan peperangan, kemudian fitnah sarra' yang asapnya muncul dari bawah kedua kaki seorang laki-laki ahlu-bait ku (keturunan Nabi). Ia mengaku berasal dari keturunan ku padahal bukan (tidak diakui Nabi). Wali-wali ku adalah orang yang bertaqwa. Kemudian orang-orang akan berdamai pada seorang laki-laki layaknya pangkal paha yang bertumpuk di tulang rusuk (kesepakatan yang semu). Kemudian akan muncul fitnah seorang yang buta (dengan kekuasaan), tidak seorang pun dari umat ini kecuali ia akan mendapat satu tamparan di mukanya (bencana kerusakan darinya).Ketika fitnah itu telah dianggap usai,namun fitnah tersebut justru berkelanjutan.
Hadits Fitnah Akhir Zaman
Seorang laki-laki yang paginya beriman menjadi kafir di waktu
sore,sehingga manusia akan menjadi dua kelompok;sekelompok orang yang
beriman dan tidak ada kemunafikan dalam keimanannya,dan sekelompok orang
yang penuh kemunafikan dan tidak ada keimanan padanya.
Jika kondisi kalian sudah begitu,maka tunggulah munculnya Dajjal pada hari itu atau keesokan harinya (dekat kemunculannya)."
Hadits ini Riwayat Abu Dawud No. 4242, Bab dzikrul fitan wa dalailuha. [dutaislam.com/ab]
Sumber Berita : https://www.dutaislam.com/2018/12/hadits-tentang-fitnah-akhir-zaman-dari-dzurriyah-rasulullah.html
Dibalik Pelitnya Saudi Terhadap Pemerintah Indonesia
Oleh KH. Bisri MusthafaDutaIslam.Com - Sekalipun keislaman Prabowo diragukan, Pendukung Prabowo Ingin Indonesia Menjadi Negara Islam. Arab Spring menargetkan Prabowo sebagai pembawa bara api "Arab Spring" yang ternyata masih terus berkobar. dan sekarang mereka memindahkan kekuatannya dari Timur Tengah ke Asia di mana Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia menjadi sasarannya.
Pola-pola mereka sebenarnya bisa tampak jelas di sini. Mereka masuk melalui tempat ibadah dengan membangun logika berdasarkan kebanggaan beragama dan ideologi Khilafah, sekaligus peningkatan rasa kebencian terhadap pemerintah dan lunturnya rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air sendiri. Sama halnya yang mereka lakukan di Suriah, Irak, Afghanistan, Libya dan banyak negara Timur Tengah lainnya.
Dan fokus mereka ada di Pilpres 2019 ini. Ini Pilpres yang paling menentukan bagi kelompok Islam Wahabi, radikal, fundamental untuk menentukan peta kekuatan mereka selanjutnya. Mereka akan menguat di kubu kekuatan rezim orde baru dan oligarkinya yang telah puluhan tahun memayunginya.
Lembaga Survey Indonesia atau LSI, Kamis, 24 September, mengumumkan hasil surveinya yang cukup mengagetkan, bahwa pendukung Prabowo yang ingin Indonesia menjadi bercerai berai seperti Timur Tengah meningkat, dari Agustus 2018 yang sekitar 38,8 persen naik di bulan September 2018 menjadi 50 persen.
Kenaikan yang signifikan dalam waktu hanya satu bulan. Dan dari survey LSI juga terbaca bahwa pendukung Prabowo yang suka Indonesia khas Pancasila menurun drastis. Ini menunjukkan bahwa kelompok Islam Wahabi, Islam radikal fundamentalis merapat ke Prabowo. Mereka-mereka inilah yang ingin Indonesia bisa menjadi seperti negara Islam di Timur Tengah. Dan mereka membutuhkan kekuatan politik yang kuat untuk mewujudkan cita-citanya.
Survei LSI ini seharusnya disikapi sebagai peringatan yang berbahaya, bahwa ada kekuatan luar yang ingin menjadikan negeri berbhineka ini sebagai negara Islam dengan model NKRI bersyariah dengan sistem Khilafah.
Dan Prabowo adalah representasi oligarki dan kekuatan rezim orde baru sebagai "kuda tunggangan" yang baik karena ia membutuhkan suara demi kemenangannya. Karakter Prabowo yang selalu "welcome" pada setiap ideologi yang datang, lembek dan tidak tegas dalam menunjukkan nasionalismenya adalah peluang dan kelebihan bagi kelompok Islam Wahabi, Islam radikal fundamental ini.
Mereka pasti akan all out untuk mendukung Prabowo, dengan segala cara, sekalipun tebar hoaks dan fitnah. Hasil survei ini juga menjadi peringatan buat benteng penjaga NKRI, yang ingin tetap menjaga negeri ini berada di bawah ideologi Pancasila.
Jika Prabowo nanti memerintah, maka kelompok Islam Wahabi, radikal, fundamental, intolerant yang akan menguasai banyak wilayah di NKRI dan mulai memberangus orang-orang atau lembaga yang berseberangan dengan mereka.
Kelompok Islam fundamental ini terkenal dengan pemaksaan kehendaknya melalui kekuatan masa. Dan kekuatan masa ini bisa mempengaruhi penilaian aparat kepolisian dan pengadilan.
Sangat ironis bagi non muslim dan muslim moderat yang mendukung Prabowo sebagai Presiden di 2019. Apakah mereka tidak sadar bahwa dampaknya akan membuat mereka akan tertekan dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan bersama sebagai anak bangsa?
Hasil survey LSI memperkuat fakta bahwa:
- Negara Saudi Arabia adalah sekutu utama Amerika Serikat dan Barat di kawasan Timur Tengah.
- Islam Wahabi adalah Islam produk konspirasi Yahudi, Inggris dan Barat yang telah dirancang sebagai mesin penghancur Islam dari dalam dan alat agresi perang asimetris yang dilakukan oleh konspirasi imperialis kapitalis AS dan Barat untuk merebut kekuasaan di setiap negara berpenduduk muslim di belahan dunia.
- Islam yang mendapat legitimasi dan diberlakukan oleh pemerintah Saudi Arabia adalah Islam Wahabi.
- Pelit dan kikirnya setengah mati pemerintah Saudi Arabia terhadap pemerintah Indonesia yang notabene sesama negara muslim, akhirnya terkuak semua bahwa seluruh program bantuan dan sumbangannya telah disalurkan secara sistematis, terstruktur rapi melalui program "Wahabisasi" di Indonesia. Sebuah program investasi politik jangka panjang bersama sekutu utama Amerika Serikat melalui jaringan gerakan Islam Wahabi di Indonesia untuk menggeser dan menggusur Islam yang telah lebih dahulu ada di Indonesia yang mayoritas adalah umat Islam Nahdliyin (NU) sebagai sokoguru kekuatan tegak berdirinya NKRI.
Program Wahabisasi dalam bentuk kemasan "Islam modern" berupa pesantren-pesantren modern, sekolah Islam modern, pemberian beasiswa ke Timur Tengah, sarana dan prasarana bangunan sekolah modern, bangunan masjid dan mushalla di seluruh pelosok tanah air. Sebagai sarana pengkaderan, pendidikan dan politik dengan berbalut dakwah sunnah.
Label "modern" ternyata memberikan stigma dan implikasi yang tidak menguntungkan terhadap sistem pesantren dan pendidikan yang dikelola berada di lingkungan umat Nahdliyin (NU) sebagai pendidikan dan pesantren tradisional.
Kebaikan dari pemerintah dan umat Islam Indonesia kepada pemerintah Saudi Arabia tiap hari, tiap bulan dan tiap tahun hingga hari kiamat, tanpa biaya promosi wisata sereal pun, berupa "wisata abadi" Umroh dan Haji dengan menyumbang devisa milyaran Rupiah, melalui dari carter pesawat, katering dan hotel milik jaringan Yahudi, hanya dibalas dengan ekspansi agama agresi untuk menghancurkan Indonesia.
Beredarnya berbagai fitnah, kegaduhan demi kegaduhan sejak pemerintahan presiden Jokowi menuju 2019 adalah tabiat dan perilaku politik konspirasi asing Amerika Serikat, CIA, kelompok Islam radikal Wahabi bersama kekuatan rezim orde baru dan oligarkinya ingin berkuasa kembali, dengan segala cara merebut kekuasaan dari tangan presiden Jokowi.
Saudi bersama Nabi, seratus delapan puluh derajat berbeda dengan Saudi saat bersama Wahabi, yang hidup dibawah ketiak konspirasi Amerika Serikat dan Yahudi. Sampai Qiyamat, santri Nusantara akan terus menjaga NKRI dari rongrongan penganut paham ngawur seperti HTI, ISIS dan wahabi. [dutaislam.com/ab]
Sumber Berita : https://www.dutaislam.com/2018/12/dibalik-pelitnya-saudi-terhadap-pemerintah-indonesia.html
Peserta Reuni 212 Dilarang Hadiri Maulid Nabi di Istiqlal
DutaIslam.Com - Juru bicara Persaudaraan Alumni 212 atau PA 212, Novel Bamukmin, mengimbau massa mereka untuk tak masuk kawasan Masjid Istiqlal saat reuni akbar 2 Desember 2018 nanti. Sebab, Novel mengatakan mereka mendapat informasi bahwa di hari yang sama ada acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Istiqlal yang akan dihadiri Presiden Joko Widodo atau Jokowi."Acara di Istiqlal akan dihadiri Joko Widodo. Kami enggak mau massa salah tempat. Jokowi beda dengan kami," kata Novel kepada Tempo pada Senin, 26 November 2018.
Novel mengatakan, bila massa keliru datang ke Istiqlal, mereka hanya akan menanggung rugi. Sebab, agenda PA 212 tak sejalan dengan agenda yang menghadirkan capres inkumben. Novel menegaskan sikap mereka jelas tak mendukung Jokowi.
Maka itu, Novel menekankan, khusus tahun ini, reuni akbar 212 akan berkonsentrasi di Monumen Nasional alias Monas. Massa, yang pada tahun sebelumnya diperkenankan menyemut sampai Masjid Istiqlal, kini tak boleh mendekat ke masjid itu. Bahkan, untuk salat, massa diminta melaksanakannya di lapangan Monas.
Lebih lanjut, untuk menjaga ketertiban lantaran agenda reuni juga berbarengan dengan Car Free Day, Novel meminta massa mengikuti arahan petugas. "Ikuti saja Satpol PP atau Polisi supaya aman," katanya.
Agenda reuni akbar 212 tahun ini mengusung tema bendera Tauhid. Massa 212 bakal mengibarkan 1 juta bendera Tauhid. Adapun peserta yang diperkirakan telah mengkonfirmasi bakal datang ke acara tersebut berjumlah 3-4 juta orang. Novel mengatakan peserta datang dari sejumlah daerah di Indonesia.
Peserta yang berasal dari luar daerah bakal ditampung di sejumlah titik. Di antaranya Petamburan, Pasar Senen, dan Kwitang. Rumah-rumah warga, aula masjid, dan balai-balai pertemuan, kata Novel, sudah disiapkan untuk menampung massa.
Tahun ini, reuni akbar akan digelar mulai pukul 03.00 WIB hingga 10.00 WIB. Massa diimbau berkumpul di Monas sejak dinihari. Novel mengatakan acara tahun ini akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya lantaran bakal mengangkat pentas seni bernuansa Islami. PA 212 akan turut mengundang Nisa Sabyan sebagai pengisi acara. [dutaislam.com/ab]
Sumber: Tempo.co
Seminar nasional reuni akbar 212. Foto: Tempo.co
Sumber Berita : https://www.dutaislam.com/2018/11/peserta-reuni-212-dilarang-hadiri-maulid-nabi-di-istiqlal.html
Setelah PA 212 Muncul Garda 212 Bikinan Mantan, Mungkinkah Muncul Alumni 212 Garis Lurus?
DutaIslam.Com - Gerakan apapun, entah apa namanya, akan selalu ada keos dan perselisihan pendapat. Kalau tak bisa disikapi arif dan bijaksana akan timbul perpecahan. Buntutnya perselisihan yang justru merongrong gerakan tersebut. Alih-alih untuk dapat bersatu memperjuangkan misi bersama. Yang terjadi justru saling sikut dan saling menyalahkan.Kalau sudah begitu bagaimana mempersatukan umat jika segelintir dari para petingginya sudah tak mau bersatu?