» » » » » » » AMERIKA cs "MACAN OMPONG" : Hadapi Republik Islam Iran, ternyata Kesaktian AMERIKA cs bersama Teroris ISIS Hanya "Jala Laba-laba"

AMERIKA cs "MACAN OMPONG" : Hadapi Republik Islam Iran, ternyata Kesaktian AMERIKA cs bersama Teroris ISIS Hanya "Jala Laba-laba"

Penulis By on Jumat, 10 Januari 2020 | No comments

Antara Gempuran Rudal Republik Islam Iran dan Kedustaan Trump Sang Presiden AMERIKA

LiputanIslam.com –  Sejauh ini belum ada bukti apapun untuk memastikan tingkat kerugian  manusia pada pihak tentara AS di Lanud Ain Assad, Irak Barat, akibat gempuran rudal Iran. Namun demikian, ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Presiden  AS Donald Trump adalah seorang pendusta sehingga dia yang tampak tertekan dalam pernyataan singkatnya pada Rabu lalu (8/1/2020) mengenai serangan tersebut layak dipertanyakan ketika mengklaim tak ada korban yang jatuh di pihak tentara AS.
Statusnya sebagai pendusta publik nomor wahid dapat dilihat dari beberapa rekam jejak sebagai berikut:
Pertama, dia pernah memastikan bahwa pihaknya telah menjatuhkan drone Iran sebagai balasan atas penembak jatuhan drone Global Hawk oleh Iran di angkasa Selat Hormuz pada 20 Juni 2019, dan berjanji untuk memublikasi rekaman video penembak jatuhan drone Iran itu untuk membuktikan klaimnya. Nyatanya, sampai sekarang dia tak kunjung menunjukkan rekaman video itu.
Kedua, dalam kasus yang sama dia mengaku telah membatalkan serangan udara pembalasan terhadap Iran hanya 10 menit sebelum drone AS membidik sasarannya di wilayah Iran, tapi ternyata juga sekedar klaim yang tak didukung bukti apapun.
Ketiga, dia kerap mengumbar janji akan membalas segala bentuk serangan Iran terhadap kepentingan AS dan sekutunya di Timteng dan dunia. Tapi ketika fasilitas minyak Aramco di Abqaiq dan Khurais milik Saudi terkena serangan rudal dan drone, dan AS-pun menuding Iran berada di balik serangan tersebut, Trump juga tak berbuat apa-apa. Alih-alih membalaskan, dia malah mengaku menjual senjata AS kepada Saudi, bukan memakainya untuk melindungi Saudi.
Keempat, media AS mencatat delapan kebohongan spektakuler Trump, antara lain; Iran mendapatkan 150 miliar dolar dari AS pasca perjanjian nuklir; nilai defisit perdagangan dengan Uni Eropa mencapai 180 miliar; Cina memperoleh 50 miliar dolar dari AS pertahun; Irlandia adalah bagian dari Inggris Raya; Putin mengambil Semenanjung Krimea dari pendahulu Trump, Barack Obama; dan bahwa Trump telah mengeluarkan dana sebesar 5 miliar dolar untuk dapat menjadi presiden AS, padahal total kekayaannya diperkirakan kurang dari 4 miliar.
Terlepas dari itu, kalaupun rudal-rudal Iran tidak menjatuhkan korban tewas tentara AS di Lanud Ain Assad, Trump sama sekali tak dapat memungkiri realitas bahwa senjata itu tepat mengena sasaran dan menghancurkan beberapa fasilitas yang ada di dalamnya. Ini membuktikan bahwa para pemimpin Iran  memang sanggup mengambil keputusan untuk melepaskan rudal ke pangkalan terbesar AS di Irak, dan dengan presisi yang sangat tinggi.
Baca: Inilah Poin-Poin Lengkap Respon Trump atas Serangan Rudal Iran
Trump enggan mengerahkan kekuatan raksasa AS untuk membalas serangan Iran tersebut. Sebabnya tak lain adalah kesadarannya bahwa balasan akan mendapat balasan balik, dan bahwa tidak adanya korban tewas tentara AS di kali pertama tidak menjamin mereka juga akan bernasib demikian pada kali selanjutnya.
Ancaman Trump untuk menjatuhkan sanksi tambahan kepada Iran pasca serangan rudal Iran menggelikan, sebab segala macam sanksi sudah dia terapkan, termasuk sanksinya terhadap Menlu Iran Mohammad Javad Zarif, untuk memaksa Iran bertekuk lutut, tapi Iran tetap bergeming. Bisa jadi ke depan Trump akan menjatuhkan sanksi berupa larangan bagi Zarif untuk menebar senyumnya yang fenomenal.
Baca: Militer Iran Sebut Klaim AS Soal Gempuran Rudal Iran “Menggelikan”
Yang jelas, semua ini merupakan konflik berjangka panjang, terbuka bagi segala kemungkinan, dan membutuhkan manajer yang handal dan berperforma tinggi. Suka atau tidak, Iran berada di atas angin dalam statusnya sebagai negara Dunia Ketiga.
Tahap berikutnya adalah tahap destabilisasi keamanan pangkalan AS di Timur Tengah, terutama kawasan Teluk Persia, dalam proses pengusiran mereka, yang akan diambil alih oleh serangan militer kelompok-kelompok pejuang yang bersekutu Iran, terutama al-Hashd al-Shaabi di Irak, Ansarullah di Yaman, Hizbullah di Lebanon, serta Hamas dan Jihad Islam di Gaza.
Baca: Para Pejuang Irak Tegaskan Pembalasan terhadap AS Makin Mendesak
Tidak kecil kemungkinan adanya pembagian tugas sehingga implementasinya hanya tinggal menanti lampu hijau, kalau bukan sudah dinyalakan. Al-Hashd al-Shaabi sudah pasti akan membalas darah pemimpinnya, Abu Mahdi al-Muhandis.
Para pemimpin Iran yang bermain dengan mentalitas Trump berpotensi kuat membuka arsenal-arsenal rudal presisi tingginya dalam beberapa hari atau minggu  ke depan untuk mempertontonkan tipe yang lebih akurat dan maju demi mengejutkan lawan mereka.
Pesan mereka bagi AS ialah bahwa “Iran telah memulai, dan AS silakan melanjutkan permainan”, sedangkan pesan mereka bagi Rusia dan China ialah bahwa Iran merupakan sekutu yang serius dan dapat diandalkan.
Trump tidak akan merasa nyaman di tahun politik AS sekarang, sementara sekutunya di Timteng juga akan terus gelisah. Bukan tak mungkin dalam waktu dekat akan mucul fakta-fakta kerugian AS akibat serangan rudal Iran, dan kalaupun itu tidak muncul maka masih akan ada fakta-fakta dalam aneka peristiwa lain, sebab perjalanan masih panjang. (mm/raialyoum)

Sumber Berita : http://liputanislam.com/fokus/antara-gempuran-rudal-iran-dan-kedustaan-trump/

Skenario Terbaru CIA dan Pentagon Usai AS Dipermalukan Iran

Teheran,LiputanIslam.com-Dipermalukannya AS oleh serangan rudal Iran pada hari Rabu (8/1) menjadi tajuk utama media-media dunia. Martabat AS kian terjun bebas menyusul penjelasan Jenderal Hajizadeh (komandan pasukan dirgantara IRGC) di hari Kamis (9/1) terkait detail dan aspek-aspek baru dalam serangan balasan Iran tersebut.
Usai tak bisa banyak bicara untuk merespon serangan, pemerintah AS sejak kemarin lusa telah mengadakan sejumlah rapat untuk mengalihkan perhatian dunia dari serangan itu.
Menurut sumber-sumber Barat kepada Tasnim, jatuhnya pesawat Boeing milik Ukraina dijadikan sebagai salah satu kartu Gedung Putih. CIA dan Pentagon lalu ditugaskan untuk menggiring opini umum. Maka, para manajer media-media besar Barat pun diberi briefing untuk itu.
Dalam beberapa jam terakhir, media-media Barat memberi perhatian khusus terhadap isu ini. Pentagon dalam statemennya mengklaim, foto-foto satelitnya cukup meyakinkan bahwa pesawat penumpang Ukraina itu terkena rudal Iran, walau secara “tak sengaja.”
Padahal, pertama: rudal-rudal itu tidak ditembakkan dari Teheran, tapi dari tempat lain yang sangat jauh dari ibukota Iran itu; kedua: hantaman rudal akan menghancurkan pesawat itu, bukan hanya sekedar membakarnya di angkasa. Klip-klip video menunjukkan bahwa pesawat itu terbakar akibat kesalahan teknis dan kemudian jatuh. Bangkai pesawat yang tersisa bisa membuktikan hal ini.
Pertanyaan yang juga patut dilontarkan kepada AS adalah: jika satelit-satelit kalian bisa mengetahui “hantaman rudal” di wilayah itu, kenapa satelit-satelit itu tak sanggup mendeteksi lusinan rudal balistik Iran yang ditembakkan ke Ayn al-Asad dan meredamnya? Pernyataan semacam ini dari Pentagon tentu akan diolok-olok para analis militer.
Kepala Badan Penerbangan Iran sendiri juga telah membantah tegas klaim-klaim tak berdasar dari media Barat ini. Ali Abedzadeh menyatakan, spekulasi-spekulasi itu tidak ilmiah dan tak masuk akal. (af/alalam/tasnim)

Sumber Berita : http://liputanislam.com/internasional/skenario-terbaru-cia-dan-pentagon-usai-as-dipermalukan-iran/

AS Merombak Kondisi Pertahanannya di Timteng untuk Mengantisipasi Serangan Susulan Republik Islam Iran

Teheran, LiputanIslam.com –  Seorang pejabat militer AS mengungkapkan bahwa Pentagon dewasa ini sedang mempelajari kemungkinan penyesuaian pada postur pertahanannya di Timur Tengah setelah Iran melancarkan serangan rudal terhadap sasaran AS di Irak.
Dalam wawancara dengan Reuters pada Kamis malam (9/1/2020), pejabat anonim itu mengatakan bahwa AS memperkirakan Iran masih akan melancarkan serangan untuk membalas terbunuhnya mantan komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), Jenderal Qassem Soleimani, tapi di negara lain, bukan di Irak lagi.
Reuters Ahad lalu melaporkan bahwa AS telah mendeteksi bahwa pasukan rudal Iran di seluruh penjuru nagara ini telah ditempatkan dalam keadaan siaga tinggi. Tapi, menurut pejabat itu, Iran dinilai lebih berkemungkinan menyerang posisi AS di negara-negara selain Irak di mana Iran memiliki beberapa sekutu berpengaruh.
Baca: Para Pejuang Irak Tegaskan Pembalasan terhadap AS Makin Mendesak
Seperti diketahui, IRGC pada dini hari lalu membombardir pangkalan-pangkalan militer AS di Irak sebagai pembalasan atas darah Soleimani.
Komandan Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Brigjen Amir Ali Hajizadeh dalam jumpa pers, Kamis, memastikan lagi bahwa puluhan tentara AS tewas terkena gempuran rudal Iran.
Baca: IRGC Pastikan Gempurannya Tewaskan Puluhan Tentara AS, Meski Bisa Habisi 500 Tentara
Dia juga menyebutkan nama negara Yordania dan Kuwait saat menjelaskan pangkalan-pangkalan udara yang dipakai oleh AS di kawasan sekitar dalam melancarkan serangan “teror” yang menewaskan Soleimani.
AS menyangkal ada tentaranya yang tewas. Ketika mengumumkan bahwa Iran telah meluncurkan 16 rudal dari tiga lokasi, Pentagon menyebutkan bahwa sistem peringatan dini memungkinkan untuk menghindari korban.

Sumber Berita : http://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/as-merombak-kondisi-pertahanannya-di-timteng-untuk-mengantisipasi-serangan-iran-selanjutnya/

Inilah Poin-Poin Lengkap Respon Trump atas Serangan Rudal Republik Islam Iran

Washington, LiputanIslam.com, –Setelah lama ditunggu, Presiden AS Donald Trump akhirnya menyampaikan pernyataan resmi sebagai respon atas serangan rudal Iran yang menyasar Pangkalan Militer AS di Ain Al-Asad, Provinsi Al-Anbar, Irak Barat, pada Rabu dini hari WIB (8/1/2020). Diperlukan waktu hampir 24 jam bagi Presiden Trump untuk menyiapkan teks pidato tanggapan tersebut. Berikut ini adalah poin-poin dari pidato lengkap Trump yang disampaikan Rabu tengah malam WIB.
1. Trump kembali mengulang tuduhan bahwa Iran sedang mengembangkan senjata nuklir, dan untuk itu, ia mengatakan bahwa selama dirinya menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat, Iran tidak akan pernah diizinkan memiliki senjata tersebut
2. Trump membantah berita bahwa ada korban jiwa dari warga atau tentara AS dalam serangan itu. Trump mengatakan, “Warga Amerika seharusnya sangat berterima kasih dan senang karena tidak ada orang Amerika yang terluka dalam serangan semalam oleh rezim Iran. Tidak ada korban yang jatuh, semua prajurit selamat, dan hanya kerusakan minimal yang terjadi di pangkalan militer kita.” Tidak adanya korban tewas itu, menurut Trump disebabkan tindakan pencegahan, penyebaran pasukan, dan sistem peringatan dini [militer AS]  yang bekerja dengan sangat baik.
3. Pasukan Amerika adalah yang terhebat dan selalu siap untuk apa pun. Karena itu, menurut Trump, Iran akan mundur, dan ini merupakan kabar baik untuk seluruh pihak dan kabar sangat baik bagi dunia.
4. Menurut Trump, sejak 1979, negara-negara dunia terlalu mentolerir perilaku destruktif dan destabilisasi Iran di Timur Tengah dan sekitarnya yang diinisiasi Iran. Revolusi Islam Iran diklaim oleh Trump telah menjadi sponsor utama terorisme, dan upaya mereka akan senjata nuklir telah mengancam dunia yang beradab, dan AS tidak akan pernah membiarkan itu terjadi. Dalam konteks itulah, kata Trump, sebuah tindakan telah diambil pekan lalu. “Kami mengambil tindakan tegas untuk menghentikan seorang teroris kejam yang mengancam kehidupan warga Amerika. Atas arahan saya, militer AS menghilangkan nyawa teroris top dunia, Qasem Soleimani. Sebagai kepala Pasukan Quds, Soleimani secara pribadi bertanggung jawab atas sejumlah kekejaman terburuk,” klaim Trump.
Trump juga menyatakan bahwa Jenderal Qassem Soleimani adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam melatih apa yang ia sebut sebagai pasukan teroris, termasuk Hizbullah, yang melancarkan serangan teroris terhadap sasaran sipil. Trump juga menuduh Jenderal Qassem telah memicu perang sipil berdarah di seluruh wilayah, dan dengan kejam telah melukai dan membunuh ribuan tentara AS, termasuk dengan menanam bom pinggir jalan yang melukai dan mengoyak korban. Salah satu buktinya, menurut Trump adalah peristiwaa serangan terhadap personel AS di Irak yang melukai empat tentara yang sedang bertugas dan membunuh seorang warga Amerika. Trump juga menuduh Jenderal Qasem Soleimani sebagai aktor intelektual serangan terhadap kedutaan AS di Baghdad.
Trump menambahkan, “Dalam beberapa hari terakhir, dia (Soleimani) merencanakan serangan baru kepada Amerika, tapi kami menghentikannya. Tangan orang ini dipenuhi darah orang Amerika dan Iran. Dia seharusnya sudah diberhentikan sejak lama. Dengan menghilangkan nyawa Soleimani, kami telah mengirim pesan yang kuat kepada para teroris: Jika Anda menghargai hidup Anda sendiri, Anda tidak akan mengancam kehidupan orang-orang kami.”
5. Trump dalam pidatonya itu menyampaikan opsi-opsi dalam menanggapi serangan Iran. AS, kata Trump, akan segera menjatuhkan sanksi ekonomi tambahan pada rezim Iran. Sanksi kuat ini akan tetap berlaku sampai Iran mengubah perilakunya. Trump dalam pidatonya itu secara implisit menolak penggunaan militer sebagai respon. Ia mengatakan, “Militer Amerika telah sepenuhnya dibangun kembali di bawah pemerintahan saya dengan biaya $ 2,5 triliun. Angkatan Bersenjata AS lebih kuat dari sebelumnya. Rudal kami besar, kuat, akurat, mematikan, dan cepat. Banyak rudak hipersonik sedang dalam pembangunan. Namun, fakta bahwa kita memiliki peralatan dan militer yang hebat ini tidak  berarti kita harus menggunakannya. Kami tidak ingin menggunakannya. Kekuatan Amerika, baik militer maupun ekonomi, adalah pencegah terbaik.”
6. Trump juga melontarkan tuduhannya bahwa Iran adalah pihak yang bertanggung jawab atas serangan yang terjadi ke fasilitas minyak terbesar milik Arab Saudi dan AS (ARAMCO). Trump mengatakan, “Dalam beberapa bulan terakhir saja, Iran telah menyita kapal-kapal di perairan internasional, menembakkan serangan tidak beralasan ke Arab Saudi, dan menembak jatuh dua pesawat tak berawak A.S. Permusuhan Iran meningkat secara substansial setelah kesepakatan nuklir Iran yang bodoh ditandatangani pada 2013, dan mereka diberi $ 150 miliar, belum lagi $ 1,8 miliar tunai. Alih-alih mengatakan “terima kasih” kepada AS, mereka meneriakkan “Mampus Amerika.” Bahkan, mereka meneriakkan “Mampus Amerika” pada hari perjanjian ditandatangani. Kemudian, Iran melakukan pesta teror, didanai oleh uang dari kesepakatan nuklir itu, dan menciptakan neraka di Yaman, Suriah, Libanon, Afghanistan, dan Irak. Rudal yang ditembakkan tadi malam kepada kami dan sekutu kami telah didanai dengan uang yang diberikan oleh pemerintahan [AS sebelumnya].
7. Secara khusus, Trump membela diri atas keputusan sepihaknya yang keluar dari Perjanjian Nuklir JCPOA; sebuah perjanjian yang ditandatangani AS (di masa kepresiden Obama), Iran, Rusia, Tiongkok, Inggris, Perancis, dan Jerman. Menurut Trump, JCPOA itu mengandung cacat, dan akan segera berakhir. JCPOA, menurut Trump hanya Iran jalan yang jelas dan cepat untuk pelarian nuklir mereka. Iran harus meninggalkan ambisi nuklirnya dan mengakhiri dukungannya untuk terorisme. Waktunya telah tiba bagi Inggris, Jerman, Prancis, Rusia, dan Cina untuk mengakui kenyataan ini.
“Mereka [negara-negara itu] sekarang harus melepaskan diri dari sisa-sisa kesepakatan Iran – atau JCPOA – dan kita semua harus bekerja sama untuk membuat kesepakatan dengan Iran yang membuat dunia menjadi tempat yang lebih aman dan lebih damai. Kita juga harus membuat kesepakatan yang memungkinkan Iran untuk berkembang dan makmur, dan mengambil keuntungan dari potensi yang sangat besar yang belum dimanfaatkan. Iran bisa menjadi negara yang hebat,” ujar Trump.
8. Dengan mengulang-ulang narasi bahwa Iran sedang mengembangkan senjata nuklir dan Iran adalah sponsor terorisme, Trump mengatakan bahwa perdamaian dan stabilitas tidak dapat berdiri di Timur Tengah selama Iran terus memicu kekerasan, kerusuhan, kebencian, dan perang. “Dunia yang beradab harus mengirim pesan yang jelas dan terpadu kepada rezim Iran: kampanye teror, pembunuhan, kekacauan Anda tidak akan ditoleransi lagi,” kata Trump.
9. Trump juga memohon kepada sekutunya di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) agar lebih terlibat dalam isu ini. Trump mengatakan, “Hari ini, saya akan meminta NATO untuk lebih terlibat dalam proses [perdamaian] Timur Tengah. Selama tiga tahun terakhir, di bawah kepemimpinan saya, ekonomi kita lebih kuat dari sebelumnya dan Amerika telah mencapai kemandirian energi. Pencapaian bersejarah ini mengubah prioritas strategis kami. Ini adalah prestasi yang tak pernah terpikirkan oleh seorang pun. Dan opsi di Timur Tengah menjadi tersedia. Kami sekarang adalah produsen minyak dan gas alam nomor satu di dunia. Kami independen, dan kami tidak membutuhkan minyak Timur Tengah.”
10. Trump juga menyatakan bahwa negaranyalah yang berhasil menghancurkan ISIS. Karena ISIS juga musuh Iran, menurut Trump, mestinya kedua negara (AS dan Iran) bekerja sama dalam memerangi tindak terorisme di kawasan Timur Tengah. Trump mengatakan, “Tiga bulan lalu, setelah menghancurkan ISIS dan kekhalifahan teritorialnya hingga 100 persen, kami membunuh pemimpin biadab ISIS, Al-Baghdadi, yang bertanggung jawab atas begitu banyak kematian, termasuk pemenggalan massal orang-orang Kristen, Muslim, dan semua yang menghalangi jalannya. Dia adalah monster. Al-Baghdadi terus mencoba membangun kembali kekhalifahan ISIS, dan gagal. Puluhan ribu kombatan ISIS telah terbunuh atau ditangkap selama pemerintahan saya. ISIS adalah musuh alami Iran. Penghancuran ISIS baik untuk Iran, dan kita [AS dan Iran] harus bekerja bersama dalam hal ini dan prioritas bersama lainnya.”
11. Di akhir pidatonya, Trump menyampaikan seruan kepada masyarakat dan para pemimpin Iran. Trump mengatakan bahwa bangsa Iran memiliki masa depan hebat yang layak mereka dapatkan, yaitu kemakmuran di negara sendiri dan harmoni dengan negara-negara di dunia. Amerika Serikat, kata Trump, siap merangkul pihak manapun yang mencari perdamaian. (ra/CNN)

Sumber Berita : http://liputanislam.com/tabayun/inilah-respon-trump-atas-serangan-rudal-iran/

Ain Al-Assad, Pangkalan Militer AS di Irak
Ain Al-Assad, Pangkalan Militer AS di Irak

Pasca Pembunuhan Jenderal Soleimani, NATO Mulai Hengkang dari Irak

Teheran, LiputanIslam.com –  Sebagian pelatih militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO)  pergi meninggalkan Irak menyusul kekhawatiran akan terjadinya eskalasi kekerasan pasca pembunuhan jenderal tershohor Iran Qassem Soleimani oleh AS.
“NATO mengevakuasi beberapa pelatih militernya dari Irak menyusul berkembangnya kekhawatiran akan terjadi konflik regional pasca serangan drone AS yang membunuh komandan besar militer Iran Jumat lalu,” ungkap seorang pejabat NATO, Selasa (7/1/2020), seperti dikutip al-Alam.
Dia menambahkan, “Kami mengambil semua tindakan antisipasi demi melindungi personel kami, termasuk pemindahan sementara beberapa individu ke lokasi lain, baik di dalam maupun di luar Irak.”
Misi NATO di Irak mencakup pengerahan personil militer dan sipil, termasuk beberapa ratus pelatih, penasihat, dan personel pendukung, baik dari 29 negara anggotanya maupun dari luar.
Baca: Poster Raksasa Soleimani dan Al-Muhandis Hantui Lokasi Sekitar Kedubes AS di Baghdad
Sebelumnya, juru bicara sementara NATO, Dylan White, menyatakan NATO berencana menarik beberapa tentaranya dari Irak untuk sementara waktu.
Sabtu dia juga mengumumkan bahwa pihaknya telah menangguhkan misi pelatihan di Irak pasca serangan yang menewaskan Soleimani.
Baca: Hizbullah Irak Ancam Serang Ekspor Minyak Negara-Negara Arab Teluk
“Keamanan personel kami di Irak sangat penting … Kami terus mengambil semua tindakan pencegahan yang diperlukan… Misi NATO terus berlanjut, tetapi kegiatan pelatihan akan dihentikan sementara,” ujarnya. (mm/alalam)

Sumber Berita : http://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/pasca-pembunuhan-jenderal-soleimani-nato-mulai-hengkang-dari-irak/

Pakar AS: Tak Ada Presiden AS yang Setakut Trump terhadap Perang

Washington,LiputanIslam.com-Seorang analis AS pada hari Rabu (8/1) menyebut pidato Donald Trump sebagai tanda kelemahan dan ketakutannya terhadap perang.
“Saya katakan ini sekali lagi. Dibandingkan presiden-presiden kontemporer AS lain, Trump paling takut kepada perang. Dia tidak menentang perang, tapi ngeri kepada perang. Dia tahu bahwa perang akan mengakhiri masa kepresidenannya,”cuit Bill Palmer dalam akun Twitter-nya.
“Dunia bisa mengendus ketakutan Trump kepada perang. Sebab itu, negara-negara seperti Iran dan Korut selalu bisa mengalahkannya dengan mudah,”imbuhnya.
Melalui artikel di situs pribadinya (palmerreport.com), Palmer mengkritik pidato Trump dan menyatakan, dia jelas-jelas terlihat panik dan terguncang.
“Dalam pidatonya hari ini (semalam, red) tampaknya Trump dalam keadaan setengah bernyawa. Dia terus berbicara terputus-putus, nafasnya terengah-engah, dan kerap keliru mengucapkan kata,”tulis Palmer.
Menurut Palmer, Trump dalam pidatonya juga menyinggung rudal-rudal supersonik AS, padahal itu bagian dari informasi rahasia.
Trump, yang sebelum ini berkoar akan menyerang sejumlah situs di Iran, dalam pidato pertamanya usai serangan rudal Iran mengambil sikap mundur dari ancaman militer atas Teheran. Dia bicara soal keharusan berdamai dengan Iran, mengurangi serdadu AS di Timteng, dan kepentingan bersama AS-Iran dalam memerangi ISIS. (af/fars)

Sumber Berita : http://liputanislam.com/internasional/pakar-as-tak-ada-presiden-as-yang-setakut-trump-terhadap-perang/

Pemimpin Hizbullah akan Membalas Darah Jenderal Soleimani

Beirut, LiputanIslam.com –  Wakil Sekjen Hizbullah Libanon, Syeikh Naim Naim Qassem, menyatakan bahwa Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah akan membalas darah mantan komandan Pasukan  Quds Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Jenderal Qassem Soleimani yang gugur terkena serangan udara AS pada Jumat pekan lalu (3/1/2020).
“Sayid Nasrallah akan membalas darah Qassem Soleimani,” tegasnya dalam wawancara telefon dengan stasiun televisi Iran, Jumat (10/1/2020).
Syeikh Qassem sebelumnya telah berkunjung ke Iran selaku ketua delegasi Hizbullah untuk melayat ke rumah duka Jenderal Soleimani di Teheran, ibu kota Iran, guna menunaikan tugas dari Sayid Nasrallah untuk berbelasungkawa kepada keluarganya.
Baca: IRGC Pastikan Gempurannya Tewaskan Puluhan Tentara AS, Meski Bisa Habisi 500 Tentara
Syeikh Qassem menegaskan, “Soleimani tidak hanya untuk Iran, tetapi juga untuk seluruh dunia Islam, dan untuk setiap perlawanan terhadap musuh atau pendudukan… Amerika akan menyadari telah melakukan kebodohan yang fatal, dan bahwa perhitungannya untuk mengubah perimbangan itu keliru.”
Baca: Ketakjuban Pakar Rudal AS Terhadap Presisi Rudal Iran
Sayid Nasrallah sendiri dalam upacara peringatan yang diadakan di Beirut pada awal pekan ini menegaskan bahwa pembunuhan Soleimani menjadi titik balik antara dua fase di kawasan Timteng, dan bersumpah bahwa tentara AS akan “membayar mahal”. (mm/raialyoum)

Sumber Berita : http://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/pemimpin-hizbullah-akan-membalas-darah-jenderal-soleimani/

Hatami: Kehadiran AS di kawasan harus Segera Diakhiri

Menteri Pertahanan Republik Islam Iran mengatakan, untuk menghentikan tensi dan menciptakan stabilitas serta keamanan di kawasan, maka kehadiran penjajah dan intervensif AS harus segera diakhiri.
Amir Hatami Jumat (10/01) di kontak telepon dengan sejawatnya dari Jepang, Taro Kono menyebut teror terhadap seorang petinggi resmi militer oleh sebuah negara di wilayah negara ketiga sebagai kejahatan besar mengatakan, "Berdasarkan resolusi jelas Dewan Keamanan PBB, langkah AS bukti sejati dari terorisme pemerintah."
Syahid Soleimani yang gugur pada Jumat (03/01) dini hari, berkunjung ke Irak atas undangan resmi pejabat negara ini. Ia gugur bersama Abu Mahdi al-Muhandis berserta delapan orang lainnya akibat serangan udara militer Amerika Serikat.
Seraya menekankan pengecaman terorisme negara Amerika oleh seluruh negara independen dan pecinta kebebasan di dunia, Hatami menyebut faktor utama tensi dan instabilitas di kawasan adalah kehadiran Amerika. "Untuk menghapus tensi dan menciptakan stabilitas serta keamanan di kawasan maka secepatnya kehadiran Amerika harus diakhiri."
Sementara itu, Taro Kono mengatakan, negaranya siap memainkan peran untuk menghapus tensi dan menciptakan perdamaian serta stabilitas di kawasan.
Menteri pertahanan Jepang juga menekankan keputusan negaranya untuk tidak terlibat di koalisi militer pimpinan AS di kawasan. (MF)
  • Hatami dan Taro Kono
    Hatami dan Taro Kono

Empat Dampak Nyata Teror Jenderal Qasem Soleimani

Kejahatan pemerintah Amerika Serikat meneror Komandan Pasukan Qods, IRGC, Letjen Qasem Soleimani membawa sejumlah dampak yang nyata dan langsung.
Salah satu dampak terpenting teror Jenderal Qasem Soleimani dan kawan-kawan seperjuangannya tampak dari sikap Dewan Keamanan PBB yang kehilangan kredibilitas akibat teror ini.
Di BAB V, Pasal 24, Piagam PBB disebutkan, supaya PBB dapat menjalankan tindakannya dengan lancar dan tepat, maka anggota-anggota memberikan tanggung jawab utama kepada Dewan Keamanan untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional.
Sementara Amerika secara resmi mengumumkan telah membunuh Jenderal Qasem Soleimani. Oleh karena itu Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan, langkah Amerika meneror Jenderal Soleimani adalah bukti penggunaan kekerasan secara ilegal.
DK PBB yang biasanya segera menggelar sidang luar biasa pasca kejadian semacam itu, kali ini hanya diam menyaksikan kejahatan Amerika, dan tidak melakukan apapun.
Dampak penting teror Amerika terhadap Komandan Pasukan Qods Iran berikutnya adalah terbukanya kesempatan bagi kelompok teroris Daesh untuk sedikit bergembira.
Jenderal Qasem Soleimani adalah salah satu pelopor perang melawan Daesh, dan memainkan peran kunci dalam mengalahkan kelompok teroris binaan Amerika itu di Irak dan Suriah.
Majalah mingguan Daesh, Al Naba, Kamis (9/1/2020) mengulas pembunuhan Jenderal Soleimani oleh pasukan Amerika, dan mengaku gembira.
Dampak penting lain dari teror Syahid Soleimani adalah pukulan telak yang diterima Amerika. Dari satu sisi pemerintahan yang mendakwa diri mampu menghegemoni sistem global ini secara resmi melakukan teror, dan terang-terangan mengakuinya, di sisi lain Republik Islam Iran dengan serangan balasannya ke pangkalan militer Amerika di Irak, berhasil memberikan reaksi tegas atas kejahatan teror Gedung Putih.
Wasef Erekat, salah seorang pengamat politik Palestina terkait hal ini menuturkan, serangan rudal Iran ke pangkalan militer Ain Al Asad di Irak sangat berharga, pasalnya tembakan rudal Iran tepat mengenai lokasi penerbangan drone yang membunuh Jenderal Soleimani.
Ain Al Asad adalah pangkalan udara terbesar kedua Amerika dari sisi luas area, dan mampu menampung 5000 tentara. Pangkalan ini dilengkapi dengan sistem keamanan terkontrol dan radar canggih, akan tetapi radar-radar itu berhasil dilumpuhkan Iran sehingga tidak bisa mendeteksi rudal-rudal IRGC. Ini menjadi pukulan berikutnya bagi Amerika karena sebelumnya mereka begitu membanggakan sistem pertahanan udara dan kecanggihan radar yang dimilikinya.
Pasca serangan balasan Iran, Amerika seolah tak berharga di kawasan, dan ini lebih penting dari tewasnya tentara mereka. Amerika tidak mau mengakui jumlah korban yang dideritanya akibat serangan rudal Iran, tapi foto satelit memperlihatkan kerusakan berat pada fasilitas pangkalan dan infrastruktur miliknya. Ditambah lagi laporan media seputar evakuasi tentara Amerika ke Israel dan Baghdad.
Dampak penting terakhir teror Haj Qasem adalah terbuktinya kekuatan pencegahan Iran, dan melemahnya kubu imperialis di kawasan.
Sayid Jalal Dehghani, salah seorang pengajar di perguruan tinggi Iran menjelaskan, teror Jenderal Soleimani telah melemahkan front anti-perlawanan dan membuka peluang mundurnya Amerika dari kawasan, karena Presiden Donald Trump juga mendapat tekanan luar biasa untuk menarik pasukan Amerika dari Irak dan Suriah, sebagaimana dijanjikannya pada masa kampanye. (HS)
  • pangkalan udara Ain Al Asad
    pangkalan udara Ain Al Asad

Benarkah 60 Persen Ekonomi Iran Dikuasai Garda Revolusi ?

Beberapa hari lalu salah satu situs berita Indonesia menulis judul yang cukup bombastis, "Garda Revolusi Iran, Bisnis Gendut Para Mullah dan Jenderal".
Berita ini santer di media sosial tanah air pasca serangan balasan rudal Iran, ke pangkalan militer Amerika Serikat, Ain Al Asad di Irak pada Rabu (8/1/2020) untuk menuntut balas pembunuhan Komandan Pasukan Qods, IRGC, Jenderal Qasem Soleimani.
 
Intinya berita itu menyindir penambahan anggaran IRGC, padahal hal tersebut dilakukan dengan memperhatikan situasi keamanan Iran yang akhir-akhir ini terganggu pasca teror terhadap Jenderal Soleimani oleh pasukan Amerika di Irak. Seandainya saja anggaran untuk memperkuat IRGC tidak diberikan maka keamanan Iran akan semakin terancam. Jika IRGC yang tugasnya menjaga perbatasan Iran, lemah maka mungkin saja ancaman terorisme terhadap Iran dan negara-negara kawasan terus berlanjut, buktinya bisa disaksikan pasca kekalahan kelompok teroris Daesh di Irak dan Suriah.
 
Berita itu juga mengklaim 60 persen perekonomian Iran dikuasai 4 yayasan yang bernaung di bawah Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC. Keempat yayasan yang dimaksud adalah Bonyad Mostadafin Enghelab Eslami, Astan Qods Razavi, Setad Ejrai Farman-e Emam dan Gharargah Sazandegi Khatamul Anbiya.
 
Masih menurut berita tersebut, karena status yayasan-yayasan yang dituduh milik IRGC itu abu-abu antara bisnis pribadi, militer, negara dan keagamaan, maka telah menimbulkan maraknya korupsi dan nepotisme, tanpa menunjukkan bukti yang bisa dipertanggungjawabkan.
 
Sumber berita adalah media Jerman, Deutsche Welle (DW). Sebenarnya pernyataan itu disampaikan sekitar bulan September 2019, namun kembali dimunculkan baru-baru ini pasca serangan rudal balasan Iran ke pangkalan militer Amerika. Sebabnya apa belum pasti, namun lebih baik tidak berspekulasi.
 
Pertama mesti dipahami bahwa sektor ekonomi Iran terdiri dari sektor pemerintah, swasta dan koperasi. Tapi ada satu sektor lain yang statusnya di luar ketiga sektor di atas, yaitu yang mengurusi urusan publik tapi dipegang swasta atau lembaga publik non-pemerintah.
 
Bonyad Mostadafin Enghelab Eslami, dan Astan Qods Razavi adalah contoh lembaga ini. Sementara Setad Ejrai Farman-e Emam merupakan organ pemerintah, dan Gharargah Sazandegi Khatamul Anbiya-lah yang merupakan lembaga di bawah IRGC. 
 
Kemudian terkait tuduhan bahwa 60 persen perekonomian Iran dikuasai IRGC, Menteri Ekonomi Iran, Farhad Dejpasand membantahnya. Sejumlah kajian di Iran mengatakan pendapat 60 persen perekonomian dikuasai IRGC adalah keliru, dan prosentase terbesar perekonomian justru dikuasai pemerintah.
 
Salah satu indikator yang digunakan untuk menilai prosentase penguasaan pemerintah atas ekonomi adalah dengan membandingkan jumlah total anggaran pemerintah dengan Produk Domestik Bruto, PDB.
 
Sebagaimana dilaporkan Bank Sentral Iran, prosentase sektor pemerintah dalam perekonomian Iran mencapai 19,5 persen, dan perusahaan-perusahaan pemerintah mencapai 47,6 persen dari total PDB negara ini tahun 2018 (karena data yang digunakan adalah data tahun 2018), artinya 67,1 persen perekonomian Iran dikuasi sektor pemerintah. 
 
Total aset tiga lembaga Setad Ejrai Farman-e Emam, Astan Qods Razavi dan Bonyad Mostadafin sekitar 446000 miliar toman, jika dibandingkan dengan aset pemerintah Iran yang berjumlah sekitar 18000000 miliar toman, hanya sekitar 2,5 persen. Seandainya jumlah ini ditambahkan dengan aset Gharargah Sazandegi Khatamul Anbiya yang dimiliki IRGC, itupun tidak akan mencapai 60 persen.
 
https://www.eghtesadnews.com/%D8%A8%D8%AE%D8%B4-%D8%A7%D9%82%D8%AA%D8%B5%D8%A7%D8%AF-%D8%AF%D8%B1-%D8%B1%D8%B3%D8%A7%D9%86%D9%87-%D9%87%D8%A7-67/305233-%DA%86%D9%86%D8%AF-%D8%AF%D8%B1%D8%B5%D8%AF-%D8%A7%D9%82%D8%AA%D8%B5%D8%A7%D8%AF-%D8%A7%DB%8C%D8%B1%D8%A7%D9%86-%D8%AF%D8%B1-%D8%A7%D8%AE%D8%AA%DB%8C%D8%A7%D8%B1-%D8%A8%D9%86%DB%8C%D8%A7%D8%AF%D9%85%D8%B3%D8%AA%D8%B6%D8%B9%D9%81%D8%A7%D9%86-%D8%A2%D8%B3%D8%AA%D8%A7%D9%86-%D9%82%D8%AF%D8%B3-%D9%82%D8%B1%D8%A7%D8%B1%DA%AF%D8%A7%D9%87-%D8%AE%D8%A7%D8%AA%D9%85-%D8%B3%D8%AA%D8%A7%D8%AF%D8%A7%D8%AC%D8%B1%D8%A7%DB%8C%DB%8C-%D8%A7%D8%B3%D8%AA
Oleh karena itu berdasarkan data di atas, klaim 60 persen perekonomian Iran dikuasi 4 yayasan IRGC tidak benar. Berita tersebut cenderung tendensius di tengah memanasnya ketegangan Iran dengan Amerika baru-baru ini. (HS)
  • IRGC
    IRGC
Sumber Berita : https://parstoday.com/id/news/iran-i77429-benarkah_60_persen_ekonomi_iran_dikuasai_garda_revolusi

Teroris ISIS Berterima Kasih ke AS karena Bunuh Soleimani

Timur Tengah  Kelompok teroris takfiri ISIS/Daesh memuji AS yang telah melakukan pembunuhan komandan militer tinggi Iran baru-baru ini, Letnan Jenderal Qassem Soleimani, di Irak, menggambarkan tindakan kriminal itu sebagai “intervensi ilahi” yang dibuat atas perintah langsung Presiden Amerika. Donald Trump.
Dalam editorial publikasi propaganda mingguan kelompok terror ini, al-Naba, pada hari Kamis (09/01) lalu, ISIS/Daesh memuji pembunuhan Jenderal Soleimani dan al-Muhandis, mengatakan bahwa mereka “tewas” di tangan “sekutu ISIS” dengan referensi yang jelas ke AS.
Berbagai sumber dan bukti telah menunjukkan bahwa Washington adalah pencipta kelompok teroris Daesh dan membantu kelompok itu bangkit untuk memulai pemerintahan teror dan melakukan penghancuran di Suriah dan Irak pada 2014.
Baca: Teroris ISIS Merayakan Pembunuhan Qassem Soleimani oleh Amerika
Pada 3 Januari 2016, Trump, yang saat itu menjadi kandidat presiden AS, mengatakan selama kampanye di Biloxi, Mississippi, bahwa kandidat presiden dari Partai Demokrat “Hillary Clinton menciptakan” kelompok Daesh Takfiri “dengan [kemudian presiden Barack] Obama”, menekankan Mereka telah menciptakan kelompok terror itu. (ARN)
ISIS Berterima Kasih ke AS karena Bunuh Soleimani Qassem Soleimani

Psikiater: Trump “Gila” dan Berbahaya Bagi Amerika

Washington – Sekelompok profesional kesehatan mental (psikiater) mengatakan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump “berbahaya dan tidak mampu” serta tindakan mendesak harus diambil oleh Kongres AS setelah ia memerintahkan pembunuhan Qassem Soleimani.
Persatuan Kesehatan Mental Dunia membuat pernyataan setelah mereka memperingatkan Kongres AS bahwa tekanan pemakzulan oleh DPR (AS) dapat menyebabkan kondisi mental Trump memburuk ke tingkat yang berbahaya, The Independent melaporkan.
Baca: Gedung Putih Rilis Suasana Ruangan Trump Pasca Serangan Iran
“Kami secara serius memperingatkan tentang hal ini untuk beberapa waktu. Kongres AS harus bertindak segera dan secara paksa tanpa penundaan lebih lanjut,” kata Profesor Sekolah Kedokteran Yale, Dr Bandy Lee, Profesor Universitas George Washington, Dr John Zinner, dan mantan profiler CIA, Dr Jerrold Post di sebuah pernyataan yang diperoleh The Independent.
Menyusul pembalasan Iran atas pembunuhan jendralnya, Trump membuat pernyataan tertulis dari Gedung Putih pada hari Rabu, dimana ia berjuang untuk mengucapkan kata-kata dan mengendus berulang kali.
Baca: Atwan Ungkap Kenapa Trump Takut Balas Serangan Iran
Para psikiater mengatakan bahwa Trump “secara psikologis dan mental berbahaya serta tidak mampu”. Mereka juga menegaskan bahwa panglima militer AS adalah “orang yang paling membutuhkan (evaluasi psikologis) dan merupakan bahaya maksimum”.
Mereka menambahkan bahwa ketegangan saat ini dengan Iran menjadikan “waktu kritis” ini, dimana orang Amerika “tidak bisa menunggu lebih lama untuk berurusan dengan situasi berbahaya yang disebabkan oleh orang yang secara mental terganggu dalam bertindak dengan cara yang tidak menentu, sembrono, impulsif, dan destruktif”.
Mereka mengatakan Kongres harus “bertindak segera untuk mengambil alih kekuatan pembuat perang dari tangannya,” dan menambahkan bahwa “penting bahwa Kongres harus dilengkapi dengan informasi yang akurat” dari orang-orang dalam komunitas medis yang memenuhi syarat dalam “penilaian dan manajemen” bahaya psikologis.”
Baca: Trump ‘Ngos-ngosan’ Saat Pidato Tanggapi Serangan Iran, Pengamat: Mungkin Kebanyakan Obat Penenang
“Kami mendesak Kongres untuk berkonsultasi dengan kami, jika bukan evaluasi, dan untuk mengambil serius aspek kesehatan mental yang berperan bagi presiden yang mengalami gangguan mental ini,” kata mereka.
AS pada hari Kamis menyetujui resolusi yang bertujuan untuk mencegah Trump dari meluncurkan aksi militer terhadap Iran. Dalam pemungutan suara 224 banding 194, Dewan yang dikontrol Demokrat menyetujui Resolusi Kekuatan Perang di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat setelah pembunuhan Jenderal Soleimani pada 3 Januari.
Pemungutan suara mencerminkan perpecahan yang mendalam di Kongres antara Demokrat, yang menuduh Trump bertindak ceroboh dalam pembunuhan jenderal top Iran dan Republik Trump yang sangat mendukung presiden. (ARN)
Psikiater: Trump Donald Trump Bahayakan Amerika

Menlu Ukraina Sebut Boeing 737 Berubah Arah Sesaat Sebelum Jatuh

Kiev – Boeing 737-800 Ukraina jatuh pada hari Rabu, yang telah menewaskan 176 orang di dalamnya. Tehran menegaskan bahwa tragedi itu terjadi karena kesalahan teknis, sementara sejumlah negara menolak untuk mengesampingkan bahwa pesawat itu jatuh oleh rudal.
Boeing 737-800 mengubah arahnya tak lama setelah itu jatuh tetapi tidak jelas apa yang menyebabkannya melakukan manuver, kata Menteri Luar Negeri Ukraina Vadym Prystaiko dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat, seperti dilansir Sputniknews.com.
Baca: Presiden Ukraina Minta AS, Kanada dan Inggris Berikan Bukti Boeing 737 Ditembak Jatuh
Menurut Prystaiko, pilot jet yang jatuh mengatakan dalam kontak terakhir dengan pengendali lalu lintas udara bahwa penerbangan berjalan seperti biasa.
Menteri mengatakan bahwa Kiev akan meminta bantuan dari Prancis dalam penyelidikan insiden mematikan itu, karena mesin pesawat yang jatuh itu buatan Prancis.
Pejabat itu menambahkan bahwa sampai sekarang, tidak ada alasan yang cukup untuk mengatakan bahwa jet itu jatuh akibat serangan teror. Prystaiko menekankan bahwa Ukraina ingin agar catatan penerbangan dari Boeing dicek di Kiev.
Baca: Bagaimana Media Ciptakan Narasi Kecelakaan Boeing 737 Ukraina untuk Salahkan Iran dan Rusia
“Kami memutuskan dengan Iran kemana kotak hitam akan dibawa. Apakah akan didekripsi di Iran. Kami ingin itu didekripsi di Kiev”, kata Pristayko pada suatu pengarahan.
Menurut menteri, selama percakapan terakhir antara pilot dan pengendali lalu lintas udara, penerbangan dilakukan secara normal.
“Kami memiliki catatan waktu yang akurat ketika pilot kami terakhir kali menghubungi pengendali lalu lintas udara. Kami mendapat informasi hari ini. Kami mendapat akses penuh ke percakapan yang (terekam) tidak hanya pada kotak hitam yang disimpan di pesawat, tetapi juga ke catatan penuh dari (percakapan) pengendali lalu lintas udara Iran dengan pilot kami. Sampai pembicaraan terakhir, situasi di atas pesawat normal”, tambah diplomat top itu.
Baca: Iran Tantang PM Kanada Buktikan Tuduhan Soal Jatuhnya Pesawat Ukraina
Dia mencatat bahwa Iran telah memberi akses para ahli Ukraina akses ke kotak hitam dan potongan-potongan jet Ukraina International Airlines.
“Kami mendapat akses ke bagian-bagian pesawat dan lokasi kecelakaan … Sekarang tim kami telah mendapatkan akses ke kotak hitam, kami berencana untuk memulai rekonstruksi negosiasi dalam waktu dekat. Kami juga mendapat akses catatan lalu lintas udara dari pusat kendali penerbangan di bandara Teheran dan pilot kami”, kata Prystaiko pada siaran singkat oleh saluran TV Ukraina, Nash.
Pesawat Ukraina International Airlines (UIA) 737-800 yang lepas landas menuju Kiev jatuh tak lama setelah meninggalkan bandara Tehran pada Rabu pagi. Menurut angka resmi, 176 orang – warga Iran, Ukraina, Kanada, Inggris, Jerman, Swedia dan Afghanistan – tewas dalam kecelakaan itu. (ARN)
Kecelakaan Boeing 737-800 Ukraina Lokasi Boeing 737-800 jatuh di Iran

Rekam Jejak Shadow Commander di Suriah

Suriah – Martir komandan Pasukan Quds Iran, Mayor Jenderal Qassem Soleimani memiliki julukan Shadow Commander, adalah salah satu tokoh militer paling terkenal dalam Perang Suriah. Namun, perannya dalam konflik sering disalahpahami.
Ini terbukti setelah kematian Soleimani pada hari Jumat, 3 Januari, ketika kantor berita dan pakar Iran menggambarkan Jenderal sebagai ‘arsitek’ dari operasi melawan teror di Suriah, seperti dilansir Al-Masdarnews.com.
Tidak ada keraguan bahwa Soleimani memainkan peran utama dalam perang, terutama ketika operasi pemerintah Suriah mengandalkan pejuang dari faksi paramiliter.
Baca: Assad Kirim Ucapan Bela Sungkawa Atas Kematian Shadow Commander
Soleimani sering memobilisasi faksi-faksi paramiliter sebelum menyerang (Aleppo, Dara’a, Homs timur) dan kemudian mengunjungi medan perang sebelum menghilang antara Suriah dan Irak. Ketika Soleimani muncul di medan perang ini, ia dianggap sebagai pemimpin serangan yang akan datang, meskipun tidak selalu demikian.
Bahkan, menurut seorang perwira Angkatan Darat Suriah yang bertugas di sepanjang perbatasan Suriah-Lebanon antara 2011-2015, Soleimani tidak pernah terlihat di mana pun di daerah itu, tetapi ia diyakini telah memainkan peran dalam pembebasan Al-Qusayr / Tal Kalakh dan Qalamoun. Hal yang sama dikatakan kemudian ketika dia muncul di Aleppo selatan (akhir 2015) dan Dara’a utara (2014), dua operasi yang memiliki kehadiran besar pasukan paramiliter.
Soleimani tidak diragukan lagi dicintai di antara paramiliter ini, itulah sebabnya mengapa banyak pejuang meminta foto bersama komandan Pasukan Quds untuk mendapatkan gambar sebelum operasi. Populeritas ini akan terbukti sangat penting ketika menyatukan paramiliter yang berbeda di bawah satu komando.
Baca: Penasehat Assad: Kunjungan Putin ke Suriah Bagian dari Respons Pembunuhan Soleimani

Kesalahpahaman
Komandan Pasukan Quds sering dianggap sebagai orang di balik operasi militer di Aleppo dan Ghouta Timur. Namun, ini tidak sepenuhnya benar. Sebagai contoh, operasi Angkatan Darat Suriah pada tahun 2016 di Aleppo, yang berkonsentrasi di bagian timur kota, tidak dipimpin oleh Soleimani, apalagi Angkatan Bersenjata Iran.
Sementara unsur-unsur Hizbullah dan paramiliter Irak berperan dalam ofensif Aleppo timur, mereka bukan pasukan utama.
Unit utama adalah Pasukan Harimau, Brigade Gurun Hawks, Pasukan Pengawal Republik, dan beberapa batalyon dari Tentara Arab Suriah, Pasukan Pertahanan Nasional, dan Hizbullah Suriah. Pasukan Suriah ini mengambil perintah dari pemimpin mereka sendiri, yang berada di ruang pertempuran dengan militer Rusia.
Baca: Jenderal Qasem Soleimani Mengejutkan Barat Muncul di Perbatasan Suriah-Irak
Faktanya adalah ketika Tentara Arab Suriah mengambil bagian dalam ofensif setelah September 2015, itu direncanakan dan dikoordinasikan oleh Angkatan Bersenjata Rusia.

Bidang Umum
Keberhasilan Soleimani dalam menyatukan dan mengorganisir pasukan di Suriah dapat dilihat dalam operasi medan perang, yang hasilnya beragam. Sementara serangan Hizbullah ke Al-Qusayr dan Qalamoun berhasil, tampaknya Soleimani tidak hanya bergantung pada kelompok Lebanon dalam operasi. Misalnya, pertama kali Liwaa Fatemiyoun memimpin operasi di Suriah, itu terjadi di Kegubernuran Dara’a.
Sebelum serangan, Qassem Soleimani digambarkan dengan pasukan di Daraa Utara. Mereka melancarkan serangan tak lama setelah komandan Iran muncul. Namun, serangan Daraa Utara pada tahun 2014 tidak berhasil dan berakhir dengan hasil yang beragam dan banyak korban.
Komandan Pasukan Quds kemudian bekerja dengan Hizbullah di Damaskus barat, dimana kelompok Lebanon itu berhasil mengelilingi puncak gunung strategis, Al-Zabadani di dekat perbatasan Lebanon.
Operasi Zabadani akan menghadapi reaksi internasional, ketika Hizbullah dan Divisi Lapis Baja ke-4 Tentara Suriah dikritik karena mengepung Al-Zabadani dan Madaya. Pemerintah Iran dan Turki kemudian sepakat untuk melakukan gencatan senjata di daerah ini, bersama dengan kota-kota Kafraya dan Al-Fou’aa di Kegubernuran Idlib.
Selama beberapa tahun ke depan (2015-2017), Soleimani dan militer Iran berkonsentrasi untuk mengangkat pengepungan di kota-kota Al-Zahra’a dan Nubl di Aleppo Utara dan Kafraya dan Al-Fou’aa di Idlib.
Serangan Aleppo Utara naik, ketika pasukan Suriah dan pasukan paramiliter mengalami kemajuan cepat ke utara ibukota provinsi untuk mengangkat pengepungan selama tiga tahun di Al-Zahra’a dan Nubl. Dalam kejadian langka ini, baik komando militer Rusia dan Iran bekerja sama untuk merencanakan operasi.
Menyusul keberhasilan di utara, Soleimani mengalihkan perhatiannya ke Kafraya dan Al-Fou’aa, yang diserang oleh kelompok-kelompok seperti Jund Al-Aqsa, Jabhat Fateh Al-Sham (Hay’at Tahrir Al-Sham ), dan FSA.
Baca: Qassem Soleimani: Setan bagi AS, Pahlawan bagi Iran dan Bangsa-bangsa Tertindas
Serangan Aleppo selatan memiliki hasil yang beragam, karena paramiliter mampu menangkap beberapa tanah di timur Jalan Raya Aleppo-Idlib. Namun, ketiadaan Angkatan Udara Rusia akan terbukti menjadi faktor utama ketika Jabhat Fateh Al-Sham meluncurkan serangan balasan skala besar untuk merebut kembali kota utama Tal Al-‘Eis.
Begitu serangan Aleppo selatan berhenti, penasihat Iran di Suriah mengalihkan perhatian mereka untuk membantu mengamankan perbatasan Irak. Penasihat Iran dan Rusia di Suriah sekali lagi bekerja sama selama kampanye Suriah timur (2016-2018), dengan Tentara Suriah dalam memimpin jalannya operasi dari Palmyra ke kota perbatasan Albukamal.
Selama masa ini, pasukan Iran di Suriah mulai memindahkan pangkalan mereka ke Bandara Militer T-4 di barat Palmyra dan akhirnya ke Albukamal.

Tahun Terakhir
Selama beberapa tahun terakhir Perang Suriah, peran Soleimani terlihat sangat sedikit, karena sebagian besar pasukan paramiliter memindahkan operasi mereka ke perbatasan Irak. Tentara Suriah dan militer Rusia berkonsentrasi pada Idlib, Dara’a, dan Damaskus.
Meskipun tidak ada operasi lapangan, Angkatan Bersenjata Iran dan milisi sekutu mendapati diri mereka di bawah serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), yang terus menyerang mereka sampai kemartiran Soleimani pada awal bulan ini. (ARN)
Rekam Jejak Qassem Soleimani di Suriah Shadow Commander di Suriah

Viral, Video Pertemuan Qassem Soleimani, Imad Muqhniyeh dan Hassan Nasrallah

Lebanon  Dua pejuang perlawanan yang telah meninggal Jenderal Qassem Soleimani dan Haji Imad Muqhniyeh muncul dalam video yang baru diedarkan melalui media sosial bersama dengan Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayyed Hasan Nasrallah. Sebuah kenangan indah terlihat dalam pertemuan tersebut.
Video yang memperlihatkan para komandan menjadi trending pada hari Kamis karena menunjukkan mereka berkumpul di sebuah meja makan, ketika Sekjen Hizbullah menjadi tuan rumah atas kedatangan jenderal Qassem Soleimani. Sedangkan beberapa orang lainnya diblur karena sensitivitas dan kerahasiaan, seperti dilansir Al-Manar.
Link Video klik disini : https://youtu.be/aVjNNb2a3Fs
Baca: Iran Lumpuhkan Seluruh Sistem Pertahanan Amerika Jelang Serangan
<span data-mce-type="bookmark" style="display: inline-block; width: 0px; overflow: hidden; line-height: 0;" class="mce_SELRES_start"></span>
Syahid Soleimani, kepala Pasukan Al-Quds, tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS di bandara Baghdad pada 3 Januari 2019.
Baca: Breaking News; Kepala Intelijen dan Komandan Militer Hizbullah Dibunuh Israel
Syahid Mughinyeh, komandan militer Hizbullah, juga tewas dalam serangan bom mobil di Damaskus pada 12 Februari 2008 oleh CIA dan Mossad sebagai bagian dari operasi bersama. (ARN)
Qassem Soleimani, Imad Muqhniyeh dan Hassan Nasrallah dalam satu meja makan Imad Mughniyah, Qassem Soleimani dan Hassan Nasrallah

Iran: 9 Kali Pesawat C-130 AS Evakuasi Tentara yang Tewas dan Terluka ke Israel

Iran – Komandan Pasukan Pengawal Revolusi Islam Iran Brigadir Jenderal Amir Ali Haji Zadeh mengatakan bahwa tentara AS yang tewas dan terluka dalam serangan ke pangkalan Ain al-Assad di Irak, dievakuasi ke Yordania dan Israel, dengan menggunakan 9 kali penerbangan menggunakan pesawat C-130.
Menurut Kantor Berita Fars, komandan IRGC, Brigadir Jenderal Haji Zadeh mengatakan bahwa pasukannya memiliki informasi tentang pasukan AS yang mengevakuasi korban mereka dari Pangkalan Udara Ain Al-Assad, meskipun Washington mengklaim bahwa tidak ada yang tewas atau terluka.
Baca: Update: Serangan Terbaru Iran Tewaskan 80 Tentara AS
“Dalam Operasi ini, kami tidak bertujuan membunuh siapapun, akan tetapi pasti dalam operasi ini banyak pasukan  Amerika tewas dan terluka, dan (mereka) dibawa  ke Israel dan Yordania dengan 9 penerbangan menggunakan pesawat jenis C-130,” ujar sang Komandan, mencatat bahwa jika Iran berniat untuk membunuh pasukan Amerika, maka Iran bisa saja merencanakan operasi korban tinggi untuk membunuh 500 militer AS pada langkah pertama dan 4.000 hingga 5.000 lainnya dalam fase kedua dan ketiga dalam waktu 48 jam.
Baca: Trump Klaim Tak Ada Korban, Foto Satelit Perlihatkan Kerusakan Parah di Pangkalan yang Diserang Iran
Komandan Haji Zadeh menekankan bahwa serangan rudal Iran di dua pangkalan AS di Irak adalah pembalasan atas pembunuhan Komandan Pasukan Qods IRGC Letnan Jenderal Qassem Soleimani, dan awal dari operasi besar untuk mengeluarkan pasukan Amerika dari kawasan.
Baca: Siap Perang! IRGC Sebut Hizbullah Pindahkan Peralatan Militer ke Perbatasan Israel
“Serangan rudal ke salah satu pangkalan terpenting Amerika Serikat dalam operasi syahid Soleimani adalah dimulainya operasi besar yang akan berlanjut di seluruh kawasan,” ujar Jenderal Hajizadeh  kepada wartawan di Teheran, Kamis (09/01).
Jenderal Haji Zadeh mengatakan bahwa 13 rudal ditembakkan ke pangkalan AS pada hari Selasa, menambahkan bahwa Iran siap untuk menembakkan ratusan rudal pada jam-jam pertama dan telah menyiapkan ribuan rudal untuk kemungkinan bentrokan selama 3 hari hingga seminggu antara kedua pihak.
Baca: IRGC: Tidak Ada Satupun Rudal Iran yang Dicegat AS
Ia menggarisbawahi bahwa darah para syahid Iran bernilai tinggi dan tidak dapat dikompensasi dengan serangan ke pangkalan mereka, menjatuhkan jet tempur mereka atau bahkan membunuh Trump, “karena balas dendam utama yang dinyatakan oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Khamenei adalah mengusir AS dari kawasan, secara total”. (ARN)
Iran: 9 Pesawat C-130 AS Evakuasi Tentara yang Tewas dan Terluka ke Israel Gambar Rudal Republik Islam Iran Serang Pangkalan AS di Irak

Bagaimana Media Ciptakan Narasi Kecelakaan Boeing 737 Ukraina untuk Salahkan Republik Islam Iran dan Rusia

Moskow  Jatuhnya Boeing 737 tepat setelah lepas landas dari Tehran, yang menyebabkan 176 orang meninggal menjadi elemen narasi propaganda anti-Iran dan Rusia.
Pesawat Boeing 737 milik maskapai Ukraine International Airlines (UIA)  lepas landas dari Bandara Internasional Imam Khomeini di Teheran pada Rabu pagi. Pesawat yang lepas landas menuju ke Kiev, di tengah meningkatnya ketegangan atas serangan rudal Iran terhadap target AS di Irak.
Baca: Iran Tantang PM Kanada Buktikan Tuduhan Soal Jatuhnya Pesawat Ukraina
Kecelakaan pesawat itu setidaknya memakan korban sembilan anggota awak dan 167 penumpang, termasuk 15 anak-anak.


Laporan awal berbicara tentang “masalah teknis” sebagai penyebabnya. Namun pada Kamis pagi, narasi bergeser setelah para pejabat AS “yakin bahwa Iran menembak jatuh pesawat Boeing 737 Ukraina,” CBS melaporkan mengutip sumber-sumber anonim.
Baca: Iran: Tuduhan Pesawat Ukraina Jatuh Karena Rudal Bagian Perang Psikologis Lawan Iran
AP menggunakan kalimat spekulasi untuk membuatnya viral, narasinya sama dengan Inggris ketika mengangkat kasus Salisbury “keracunan novichok” pada 2018.

New York Times kemudian menegaskan bahwa “rudal Iran secara tidak sengaja menjatuhkan pesawat Ukraina, menewaskan semua penumpang, kata pejabat Amerika dan sekutunya pada hari Kamis …”
Kemudian giliran PM Kanada Justin Trudeau. Dia mengatakan kepada wartawan bahwa “intelijen dari berbagai sumber … menunjukkan bahwa pesawat itu ditembak jatuh oleh rudal darat ke udara Iran.”
Baca: Iran: Pesawat Ukraina Bukan Jatuh Karena Rudal, Pejabat AS Sebar Kebohongan
Namun hanya sehari sebelumnya, Reuters melaporkan sesuatu yang sama sekali berbeda, mengutip “sumber keamanan Kanada.”


“Penilaian awal badan intelijen Barat bahwa pesawat itu tidak dijatuhkan oleh rudal. Tidak ada bukti yang menunjukkan hal tersebut,” kata sumber itu, dan menambahkan bahwa “kerusakan teknis” adalah kemungkinan penyebabnya. Otoritas penerbangan sipil Iran juga mengatakan bahwa tidak ada puing-puing rudal yang ditemukan di lokasi kecelakaan, dan rumor rudal sangat “tidak logis” dan “tidak mungkin secara ilmiah.”
Alih-alih bersikap skeptis terhadap klaim yang diambil secara anonim oleh agen intelijen – yang memiliki catatan buruk dan kesalahan besar, mulai dari “serangan kimia” di Douma dan “senjata pemusnah massal” di Irak. Outlet media Barat dengan gembira berlari menyudutkan “Iran”. Beberapa bahkan melangkah lebih jauh, menambahkan bahwa “rudal Rusia” terlibat.

Tak lama kemudian, penyihir “verifikasi” di Bellingcat terlibat dalam penguraian “bukti”. Foto dan video bagian-bagian rudal dan serangan yang diduga dengan cepat tersebar secara online, diperkuat oleh outlet media utama, untuk memperkuat narasi yang sudah menjadi senjata.


Bahkan ketika mereka mengambil klaim tentang rudal Iran, Demokrat dengan cepat menyalahkan Trump atas kematian dalam Penerbangan 752, dan menjelaskan bagaimana penumpang dan kru terperangkap dalam “baku tembak” – meskipun kecelakaan itu terjadi ratusan mil jauhnya dan beberapa jam setelah serangan rudal Iran.
Pada titik ini, dengan narasi media dan keputusan kebijakan yang didasarkan padanya tidak diragukan untuk diikuti, tidak akan peduli apa yang ditemukan dalam investigasi di lapangan. Kebenaran tentang senjata pemusnah massal Irak atau “serangan kimia” Douma tidak membawa kembali kematian yang disebabkan kebohongan tentang mereka. Itu tidak akan mengembalikan 176 jiwa malang yang meninggal secara mengerikan pada waktu fajar pada hari Rabu – hanya untuk menemukan diri mereka secara anumerta wajib militer sebagai pejuang dalam perang propaganda. (ARN)
Bagaimana Media Ciptakan Narasi Kecelakaan Boeing 737 Ukraina untuk Salahkan Iran dan Rusia Gambar Kecelakaan Pesawat Boeing 737 Milik Ukraina

AS Gagal Bunuh Jenderal Republik Islam Iran di Yaman Saat Hari Pembunuhan Soleimani

Amerika Serikat – Washington Post melaporkan pada hari Jumat (10/01) bahw Pasukan AS melancarkan operasi rahasia di Yaman yang menargetkan pemimpin kedua Pasukan Pengawal Revolusi Iran pada hari ketika Qasem Soleimani terbunuh di Irak, tetapi misi ini gagal.
“Serangan itu menargetkan Abdul Reza Shahlai, seorang komandan keuangan dan kunci Pasukan Quds yang berbasis di Yaman, tetapi tidak mengakibatkan kematiannya,” lapor Washington Post, mengutip empat pejabat AS yang tidak disebutkan namanya yang akrab dengan misi tersebut.
Baca: Viral, Video Pertemuan Qassem Soleimani, Imad Muqhniyeh dan Hassan Nasrallah
Surat kabar itu berspekulasi bahwa target kembar di negara yang berbeda merusak klaim administrasi Trump yang mengatakan bahwa pembunuhan Soleimani dimaksudkan untuk mencegah serangan Iran ke kedubesnya di Baghdad.
Pada bulan Desember, Departemen Luar Negeri AS menawarkan hadiah 15 juta dolar untuk informasi tentang lokasi Shahlai di Yaman, mengklaim bahwa ia memiliki sejarah panjang merencanakan serangan terhadap AS dan target koalisi.
Baca: Serangan Pembalasan Iran Dimulai Bersamaan dengan Pemakaman Qassem Soleimani
Hubungan AS-Iran semakin memburuk setelah serangan pesawat tak berawak yang diperintahkan oleh Presiden AS Donald Trump di dekat bandara di Baghdad, menewaskan komandan Pasukan Quds Iran Qasem Soleimani pekan lalu. Iran membalas pada hari Rabu dengan menembakkan rudal ke pangkalan Irak yang menampung pasukan Amerika. (ARN)
AS Gagal Bunuh Jenderal Iran di Yaman Saat Hari Pembunuhan Soleimani Drone

Pendapat jurnalis independen Inggris, Vanessa Beeley, tentang kecelakaan Boeing 737 Ukraina di Republik Islam Iran.

Pertama, saya berdoa untuk keluarga korban tragedi yang mengerikan ini.
1. Laporan awal dari Reuters dll adalah kerusakan teknis.
2. Kisah ini beralih ketika media mainstream tampaknya mencium aroma darah dan cara untuk menyerang Iran, Rusia, dan Trump.
3. Maka dimulailah gelombang baru perang psikologis melawan Iran dan Rusia menyusul pembunuhan Trump terhadap Jenderal Soleimani dan Abu Mahdi al-Mohandes di Irak, yang melanggar hukum.
4. Penekanan [pemberitaan] tiba-tiba diarahkan pada potensi rudal nyasar menghantam pesawat yang baru saja lepas landas.
5. Saya memiliki informasi tentang otoritas yang baik, bahwa Iran secara bertanggung jawab meminta Boeing mengirim seorang ahli untuk menyelidiki kecelakaan itu. Ini menunjukkan bahwa Iran tidak memiliki sesuatu untuk disembunyikan dan dengan jujur mencoba memastikan penyebab kecelakaan itu. Iran juga mengundang semua negara yang warganya tewas secara tragis dalam kecelakaan itu, untuk berpartisipasi dalam penyelidikan.
https://www.rt.com/news/477872-iran-plane-psychological-warfare/
6. Pesawat lepas landas SETELAH peluncuran rudal Iran. Tuduhannya adalah bahwa sistem pertahanan udara Iran yang menembak pesawat itu.
7. Cuplikan video didapatkan oleh blogger-NATO, Bellingcat dan tim “bendera palsu” (false flag) dari Bellingcat dan New York Times mulai beraksi. Tidak ada upaya untuk meragukan, bahwa kok ada orang Iran yang “mendengar ledakan” dan tiba-tiba memutuskan untuk merekam langit yang masih gelap.
NYT dan Bellingcat punya rekam jejak telah melakukan penipuan atas bukti dugaan “serangan kimia” Douma yang mereka sodorkan; yang terbukti dibantah oleh pengungkap fakta OPCW [Organisasi Pelarangan Senjata Kimia].
Sejauh ini, semua sumber yang dikutip oleh media arus utama adalah “anonim”. Berikut adalah thread Twitter Bellingcat / NYT / MalachyBrowne.


8. Mengapa sebuah pesawat disetujui untuk lepas landas jika ada risiko peluncuran rudal pada saat lepas landas?
9. Mengapa ada penekanan pada rudal “Rusia”, ini sangat tidak relevan.
10. Hanya pertanyaan sampingan, mengapa begitu banyak orang Kanada di pesawat itu, sementara Kanada menjatuhkan sanksi terhadap Iran?
11. Jadi, lagi-lagi kita melihat korporasi media bergegas mengutuk jika melibatkan musuh negara [AS], yaitu Iran dan Rusia, sebelum penyelidikan resmi dilakukan.
12. Partai Demokrat [di AS] menggunakan klaim serangan rudal untuk menjelek-jelekkan Trump. Partai Republik menggunakan klaim serangan rudal untuk menjelek-jelekkan Iran dan membenarkan terorisme internasional Trump.
13. Kementerian Luar Negeri Iran, melakukan langkah yang benar, menuntut agar Kanada dan pihak penuduh lain yang mengklaim bahwa rudal Iran yang menjatuhkan pesawat, menyerahkan bukti kepada tim investigasi.
“Kami meminta Perdana Menteri Kanada dan pemerintah lain yang memiliki informasi tentang kecelakaan itu untuk menyerahkannya kepada komite penyelidikan di Iran.” [kata Kemenlu Iran]
14. Cerita ini juga digunakan pengalihan isu dari pengungkapan #OPCW sebagai instrumen kekuasaan yang rusak. [ini terkait terungkapnya laporan OPCW bahwa Assad tidak terbukti melakukan serangan senjata kimia; tetapi info ini ditutup-tutupi media mainstream].
15. Terakhir, mengapa Iran dengan sengaja menembak jatuh sebuah pesawat yang dipenuhi orang Iran atau yang berkewarganegaraan ganda? Kegilaan dunia kita ini membingungkan pikiran.
Ini artikel yang sangat bagus berisi detil dari poin-poin di atas.
https://www.rt.com/op-ed/477875-iran-plane-crash-media-narrative/

AS Gunakan Joker Elektronik untuk Sebar Narasi Palsu Serangan Pembalasan Republik Islam Iran

Jakarta –  Amerika Serikat adalah negara adikuasa dan adidaya. Isu perang bisa muncul ke publik sedemikian rupa tanpa kita tahu ada banyak intrik di dalamnya. Operasi bendera palsu terlihat seperti fakta dengan publikasi media arus utama, bahkan yang terbaru serangan pembalasan Iran ke Ain Al-Assad dimentahkan dan dibuat seperti tong kosong nyaring bunyinya.
Dibalik kebesaran nama Amerika Serikat, ada banyak kebohongan yang mulai ‘bocor’ ke permukaan. Lucunya, kebohongan ini sebenarnya malah banyak diungkap lewat media seperti oleh jurnalis, film dan sebagainya. Tentara elektronik salah satu alat yang digunakan untuk menyebar kebohongan dan melemahkan klaim-klaim musuh.
Baca: Irak: Kedutaan Amerika Sarang Kejahatan dan Surga Intelijen AS-Israel di Kawasan
Tentara elektronik “Joker” di bawah kedutaan AS di Irak dan seluruh dunia, menyebarkan instruksi ke semua elemennya untuk berbicara tentang tanggapan Iran sesuai arahan, yang akan kalian temukan dipublikasi sebagian besar blogger pro-Amerika, Irak dan Teluk, atau bahkan negara-negara Asia Tenggara termasuk Indoensia, pesan-pesan Joker elektronik anatara lain:
Baca: Amerika: Pasukan Rudal Iran dalam Keadaan Siaga Penuh
Pertama, menggambarkan serangan pembalasan sebagai pertunjukan teater (sandiwara), membangun opini publik, dan menghidupkan kembali bahwa tanggapannya telah disepakati dengan Amerika untuk menyelamatkan wajah Iran.
Kedua, menyebarkan desas-desus bahwa pemboman menargetkan wilayah orang-orang Sunni dan Kurdi, secara eksklusif untuk memantik isu sara dan sektarian, dan menghubungkannya dengan anggota parlemen Irak yang tidak ikut voting RUU pengusiran pasukan AS.
Ketiga, pura-pura meratapi kedaulatan Irak yang dilanggar oleh Iran, Barham Saleh-pun dipaksa untuk mengeluarkan pernyataan kecaman atas pelanggaran wilayah udara oleh Tehran, kemudian AS muncul sebagai pelindung Irak.
Keempat, menyangkal atau mempertanyakan berita apapun tentang kerugian Amerika Serikat yang disebabkan oleh serangan pembalasan Iran, seolah baik-baik saja seperti kata Trump.
Baca: Siapa Shadow Commander yang Dibunuh oleh Amerika?
FNA dalam laporannya mengatakan bahwa joker elektronik bukanlah rumor. Mereka secara resmi dibentuk oleh Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Baghdad pada bulan Juli tahun lalu. Kedutaan juga menetapkan gaji para joker elektronik lebih dari 4000 dolar per-sebulan. Jika anda ragu, anda bisa membuka halaman Facebook kedutaan AS untuk Irak.
Sebagimana pendahulunya, Bush Jr ‘membujuk’ Kongres AS agar menyetujui serbuan ke Irak dengan alasan Saddam memiliki senjata biologis. Tahun 2003, serangan itu dilakukan, Saddam terguling, dan sampai hari ini tentara AS masih bercokol di Irak. Kontrak migas dan proyek-proyek rekonstruksi, tentu saja jatuh ke tangan para pemegang saham perang ini (perusahaan-perusahaan milik Zionis). Dan kemudian terbukti, Saddam sama sekali tidak menyimpan senjata biologis itu.
Barack H. Obama dengan alasan “Intervensi Kemanusiaan” (bersama NATO) menyerang Libya pada 2011, dan “Intervensi Kemanusiaan” di Suriah pada 2011- hingga sekarang.
Pada bulan Mei 2011, NATO di bawah pimpinan AS membombardir Libya dan merusak sangat banyak infrastruktur negara termakmur di Afrika itu (dan kemudian, lagi-lagi, proyek rekonstruksinya dipegang perusahaan Barat dan pembiayaannya dilakukan oleh pemerintah baru Libya dengan berhutang pada IMF dll).
Baca: Terjadi Demo Besar di Berbagai Kota di Amerika, Kutuk Serangan Trump ke Irak
Kebohongan kembali akan dipakai oleh Trump di Suriah dan Irak. Rezim Assad dituduh sebagai pelaku serangan senjata kimia tanggal 21 Agustus 2013 lalu, meskipun belum ada hasil penyelidikan resmi PBB dan berbagai kejanggalan atas kasus ini telah terungkap.
Baru-baru ini Trump dengan nafas tersedak dan wajah marah merespon serangan Iran dengan kata-kata “semua baik-baik saja”, seolah tidak terjadi apa-apa di pangkalan terbesar dan tercanggih AS di Irak.
Baca: Trump ‘Ngos-ngosan’ Saat Pidato Tanggapi Serangan Iran, Pengamat: Mungkin Kebanyakan Obat Penenang
Sementara publikasi White House hari ini, memperlihatkan Trump bersama para pejabat AS menyaksikan langsung pangkalan Ain Al-Assad pasca serangan Iran, dengan wajah marah, tegang dan tak percaya dengan kekuatan Iran.
Gambar satelit pangkalan Ain Al-Assad tersebar luas juga jadi bukti kehancuran dan dahsyatnya serangan Iran. Meskipun AS masih menyangkal korban tewas atau cedera. (ARN)
Joker Amerika

RIP

Orang-orang pro AS dan ZSM ramai-ramai melakukan propaganda dengan cara share link soal kecelakaan pesawat Ukraina. Persis seiring selangkah dengan politisi negara-negara AS dan sekutunya yang sudah mulai melakukan ‘perlawanan’ lewat propaganda media soal kejadian ini. Intinya, Iran dituduh menembak pesawat sipil itu (atau salah tembak).
Padahal black box-nya saja belum diteliti pihak yang berwenang. Tapi mereka sudah kasih kesimpulan dini. Video disebarkan, padahal tidak bisa dideteksi hanya lewat video gelap begitu, apalagi sumbernya juga tidak jelas. Dan ini bukan hal ‘aneh’, selama ini AS melancarkan perang selalu dengan berbasis kebohongan, perang Irak contoh nyatanya. [1]
Karena bolak-balik dikomenin dan ditanyai, walhasil, saya statusin sajalah. Karena belum ada hasil penyelidikan, hanya ada tuduhan (dan kontra tuduhan), jadi saya menulis hal yang pasti (berbasis logika) saja.
Intinya begini, pesawat Ukraina take off jam 06.12 waktu Iran, dari Imam Khomeini Intl Airport (ini lokasinya sekitar Teheran, kayak Cengkareng-Jakarta lah).
Rudal Iran (secara resmi sudah diumumkan, ada 13 rudal yang ditembakkan ke pangkalan militer AS di Irak) diluncurkan jam 01.20 waktu Iran. Jadi LIMA JAM sebelum kecelakaan pesawat Ukraina.
Lokasi asal peluncuran rudal adalah di dekat perbatasan Iran-Irak, itu jaraknya jauh sekali, sebelah baratnya Teheran.
Logikanya, arah tembakan rudal tidak melewati udara di atas Teheran dan sekitarnya. Rudal setelah ditembakkan langsung terbang di atas perbatasan Iran dan Irak, terus terbang di atas udara Irak.
***
Kita tentu berduka cita atas korban kecelakaan pesawat Ukraina. Ada 80 orang Iran, dan lainnya warga negara lain. Untuk korban muslim, kita ucapkan innalillaahi wa inna ilaihi roojiuun. Untuk non-Muslim, Rest In Peace (RIP).
Tapi, saya perlu ingatkan, kedukaan kita tidak berarti kita harus melupakan akar konflik ini. AS sudah melancarkan perang di negara-negara Timur Tengah sejak 2001 (awalnya beralasan untuk mengejar Al Qaida). Menurut lembaga think tank AS, Council of Foreign Relations, di tahun 2016 saja, rata-rata AS menjatuhkan 72 bom setiap hari atau 3 bom setiap jam, dan totalnya ada 26.171 bom yang dijatuhkan AS di Irak, Suriah, Afghanistan, Libya, Yaman, Somalia dan Pakistan.
Ini baru 1 tahun, bayangkan, sejak perang AS dimulai di Timteng tahun 2001, totalnya ada berapa juta bom yang sudah dijatuhkan AS? Ada berapa juta warga yang tewas? Belum lagi kalau dihitung korban perang AS-Irak yang pertama (1990-1991). [Kalau Anda mau meneliti, banyak datanya di internet, cari saja].
Nah sekarang, ada negara yang berani melawan dan berusaha mengusir penjahat perang ini (AS) dari Timur Tengah. Tapi, Anda nyinyiri dengan berkedok “duka cita pada korban pesawat” sambil berkeras menuduh pelakunya adalah Iran, berbekal link-link berita dari media mainstream??
**
Teriring duka cita pada semua korban, baik korban kecelakaan pesawat Ukraina, maupun korban kejahatan tentara AS, serta korban kejahatan ISIS dan Al Qaida.
Informasi pembanding terhadap info media mainstream: https://www.presstv.com/Detail/2020/01/09/615769/Iran-plane-crash-Ukraine-

Alasan Trump Membunuh Qassem Soleimani

ZSM Juga Bergermbira Atas Kematian Qassem Soleimani
Sebuah fanpage pro-Israel, ditulis oleh orang Indonesia-fanatik-Israel, yang “lebih Israel daripada Israel”, menunjukkan kegembiraannya atas kematian Qassem Soleimani. Dan persis kaum Wahabi, ZSM [istilah untuk orang Indonesia pro-Israel] ini menyeret urusan kematian Jend. Soleimani ke urusan Sunni-Syiah.
Padahal si dedengkot ZSM ini nonMuslim (maaf tidak bermaksud SARA, sekedar menunjukkan kontradiksinya). Dia ini persis seperti jubir militer Israel (saya pernah share videonya), yang menasehati Hamas supaya jangan beraliansi dengan Iran, sambil mengutip pernyataan ulama Wahabi bahwa “Iran itu Syiah dan Syiah itu sesat”.
Tapi ZSM ini justru membuka alasan penting (yang di tulisan saya kemarin tidak sempat dibahas karena sudah terlalu panjang), mengapa Soleimani dibunuh, yaitu karena ISRAEL.

Para politisi waras di AS, juga dari negara-negara Eropa, mengecam pembunuhan ini karena selain melanggar hukum internasional, dampaknya sangat berbahaya bagi kepentingan nasional AS sendiri. Pihak yang mendukung aksi Trump hanya PM Israel Netanyahu. Dan ZSM. Dan radikalis-teroris.
Di video ini, ada penjelasan dari jurnalis AS Caleb T. Maupin (@calebmaupin), mengapa Trump mengambil keputusan yang sesungguhnya sama sekali tidak menguntungkan rakyat AS.
Tak lain, karena Trump takut dipecat dan untuk itu dia mau mencari dukungan dari Israel dan lobby Zionis di AS. Dan buat Israel, memang Jend Soleimani (juga Hasan Nasrallah-Hizbullah dan Assad), adalah musuh terbesar mereka. Jadi Israel dan lobby Israel di AS hanya akan dukung Trump kalau Trump melaksanakan tugas membunuh Jend. Soleimani.
Tak heran bila dalam Perang Suriah, para teroris yang terluka di perbatasan Suriah-Israel dirawat di rumah sakit Israel. Mereka juga disuplai senjata oleh Israel. Ini pengakuan pejabat militer Israel sendiri. [1]

di menit 06:06 ada kesalahan terjemahan, tertulis “Dia tidak takut untuk melawan…” seharusnya “Dia tidak takut untuk membela…”
Saya tidak tahu siapa yang memberi subtitle terjemahan Indonesia, kalau ada yang tahu akun fb/fp-nya please info, nanti saya cantumkan sumbernya di sini.

(ini sambungan dari status sebelumnya)

Para bigot (baik varian rasa Wahabi atau varian Zionis) menuduh bahwa yang berduka atas kematian Jend. Qassem Soleimani hanyalah orang Syiah. Mereka itu entah kurang piknik, entah memang selalu menaruh kepala dalam tempurung, tidak membaca betapa banyak netizen non-Muslim yang pro-Soleimani. Mengapa? Karena korban ISIS dan Al Qaida bukan cuma Muslim Syiah, tapi semua agama. Bukan cuma orang Timur Tengah, tapi di berbagai penjuru bumi.
Antara lain, simak status Dr Marcus Papadopoulos ini, pengamat politik asal Inggris. Dia menulis:
Kontribusi Qassem Soleimani bagi kemenangan Suriah, Rusia, Iran, dan Hizbullah dalam melawan ISIS tidak dapat dipungkiri. Amerika telah membunuh pria yang menyelamatkan nyawa jutaan orang dari ISIS. Kutukan abadi untuk Trump, Pemerintah AS dan militer AS
**
Qassem Soleimani memainkan peran penting dalam mengalahkan salah satu proxy paling mematikan yang pernah dibuat Amerika untuk dunia: ISIS. Itulah sebabnya Washington membunuh dia dan itulah sebabnya dia dipuja oleh jutaan orang di Timur Tengah.
**
Vanessa Beeley, jurnalis asal Inggris yang selama ini aktif meliput perang Suriah dan mengungkap kejahatan AS-Israel dan teroris proxy mereka, menulis antara lain:
Saya benar-benar tidak percaya Qasem Soleimani sudah mati, dibunuh oleh penjahat Amerika, negara jahat, yang sekarang sudah di luar kendali secara global, digeoroti oleh kekuatan haus darah, yang bertekad untuk membangkitkan kembali kerajaannya yang sekarat dengan segala cara…
**
Para pahlawan yang rendah hati akan meninggalkan ‘lubang terbesar’ di sepanjang hidup kita. RIP.
———
Silahkan simak status keduanya, mereka jauh lebih sering mengupdate perkembangan kasus ini, dibanding saya. Komentatornya pun [ditebak dari namanya] berasal dari berbagai bangsa dan agama.
  
Sebelumnya, Parlemen Irak sudah merilis resolusi, meminta pemerintah agar menghentikan kehadiran tentara AS di Irak. Pelaksanaan resolusi itu ada di tangan pemerintah. Nah, PM Irak Adel Abdul-Mahdi sudah menghubungi Menlu AS untuk mengirim wakilnya untuk berbicara soal penarikan pasukan itu.
Kemarin (Jumat 10/1) pemerintah AS sudah merespon, intinya MENOLAK KELUAR dari Irak. Alasannya:
“Amerika adalah kekuatan untuk kebaikan di Timur Tengah. Kehadiran militer kami di Irak adalah untuk melanjutkan perang melawan ISIS dan kami berkomitmen untuk melindungi Amerika, Irak, dan mitra koalisi kami.”
Kalau benar AS hadir di Irak untuk melawan ISIS, lalu mengapa Jenderal Qassem Soleimani yang sangat berjasa dalam perang mengalahkan ISIS di Irak dan Suriah malah dibunuh?
Kalau benar AS mau melindungi Irak, mengapa AS melakukan kejahatan kepada rakyat Irak?
AS menyerbu Irak pada Maret 2003. Data bulan Oktober 2003 menyebutkan ada 15.000 warga Irak yang tewas. [1]
AS bercokol di Irak sejak 2003 dan melakukan sangat banyak kejahatan kemanusiaan. Tahun 2011, menarik sebagian besar tentaranya, tapi 2014 balik lagi dengan alasan melawan ISIS.
Data tahun 2013 yang dirilis oleh tim peneliti internasional yang bekerja sama dengan pemerintah Irak, total warga Irak yang tewas dalam periode 2003-2011 mencapai setengah juta orang, dan ini adalah perkiraan minimal [artinya, sangat mungkin jumlah sebenarnya jauh lebih banyak].
60% dari angka ini tewas akibat penembakan, pengeboman, serangan udara, atau kekerasan lainnya. Sisanya tewas akibat sebab-sebab ‘tak langsung’, misalnya akibat buruknya sanitasi atau tidak adanya rumah sakit. [1]
AS selama memerangi rakyat Irak menggunakan bom yang mengandung “enriched uranium” yang sangat berbahaya. Akibatnya, banyak bayi terlahir cacat di Irak. Anda google sendiri “fallujah baby” dan akan muncul foto-foto bayi yang mengerikan. Saya tidak sanggup mengupload fotonya di sini.
Seorang suster yang membantu kelahiran bayi yang cacat akibat terpapar bom uranium itu bercerita, “Seorang bayi lahir dengan kaki seperti putri duyung, suatu kondisi yang disebut sirenomelia.. orang tuanya histeris dan gugup melihat bayi itu dan ayahnya berteriak-teriak…” [3]
Dan sekarang, dengan TIDAK TAHU MALU, pemerintah AS mengaku bahwa mereka adalah “kekuatan kebaikan di Timur Tengah.” [ a force for good in the Middle East]
Dan yang lebih tidak tahu malu lagi, orang-orang Indonesia yang selama ini sok-sok mengaku paling Islami, dan sok-sok ngArab: bukannya mendukung upaya pengusiran tentara penjahat dari negeri yang full orang Arab (Irak), mereka malah aktif menyebarkan broadcast penuh fitnah tentang Jend. Qassem Soleimani, orang yang paling berjasa memimpin operasi melawan ISIS di Irak dan Suriah.
Ya, yang menulis kisah bohong itu bukan cuma radikalis yang sok ngIslam itu sih, tapi juga sebagian media nasional yang meng-copas-terjemah media Barat.
Mengapa radikalis dan media-media nasional yang konon “kredibel” dan “anti terorisme” itu justru seiring-sejalan dalam mendukung AS ya? [ada yang nanya ke saya]. Terlalu panjang kalau dibahas. Tapi sudah bisa diduga, ujungnya memang duit: siapa dulu pemodalnya?
Sungguh absurd, ketika akses informasi sedemikian terbuka lebar, murah, ada di genggaman tangan, sebagian orang tetap memilih untuk membodohi diri dan orang lain.
Foto: orang bule aja demo menuntut AS angkat kaki dari Irak, masa elo yang selama ini ngaku paling Islam malah pro-AS??

Timur Tengah Tanpa Tentara AS

LiputanIslam.com –Gugurnya Jenderal Qassem Soleimani ternyata berdampak ke mana-mana. Tuntutan awal Iran sebagai bagian dari apa yang disebutnya sebagai tindakan pembalasan adalah hengkangnya serdadu AS dari Irak. Tuntutan tersebut sejalan dengan keputusan politik pemerintah dan parlemen Irak yang juga melihat tindakan tentara AS dalam kasus teror terhadap Jenderal Qassem Soleimani adalah bentuk pelanggaran atas kedaulatan bangsa Irak.
Dalam sejarahnya, tentara AS hadir di Irak sejak tahun 2003, dan mereka bercokol hingga kini di Negeri 1001 Malam itu. Kehadiran tentara AS merupakan bagian dari invasi yang dilakukan oleh AS dan koalisinya terhadap Irak yang saat itu dipimpin Saddam Hossein. AS dan sekutunya menerang Irak dengan dua alasan: pertama, Saddam menjalin koalisi dengan kelompok teroris Al-Qaeda, dan kedua, Saddam memiliki dan mengembangkan senjata pemusnah massal yang ilegal (senjata biologis dan senjata kimia). Untuk alasan terakhir ini, AS menggunakan gambar-gambar dari satelit AS sebagai “data”.
Belakangan, setelah Irak hancur luluh lantak, semua yang dituduhkan AS itu ternyata tak lebih dari isapan jempol, alias hoax. Tak ada dokumen apapun yang menunjukkan keterkaitan antara Saddam dengan kelompok radikal teroris. Bahkan, sebenarnya, di antara kedua pihak (Saddam dan Al-Qaeda) terbangun relasi konflik saling meniadakan. Al-Qaeda berideologi Islam garis keras yang punya misi melibas faham manapun di luar Islam faham mereka. Sedangkan Saddam punya ideologi sosialis Arab (Ba’ats) yang sangat membenci faham politik berbasis agama.
Begitu juga dengan alasan kepemilikan Irak atas senjata pembunuh massal. Tak ada satupun situs atau pabrik yang ditemukan. Menhan AS saat itu, Collin Powell, akhirnya memang mengakui bahwa foto-foto satelit yang ia tunjukkan sebelumnya itu sebenarnya palsu. Irak memang pernah punya senjata kimia yang dipakai dalam perang melawan Iran. Akan tetapi, senjata kimia itu justru malah disuplai oleh AS, Jerman, dan negara-negara Barat yang dalam konteks perang Iran-Irak memang mendukung Saddam Hossein.
Meskipun alasan invasi dan pendudukan itu adalah dusta besar, tapi AS (dan sekutunya) tetap bercokol di Irak. Mereka berpesta pora menjadikan Irak selayaknya pampasan perang. Berbagai pabrik minyak internasional (dikenal dengan nama Big Oil) didatangkan ke Irak untuk mengekspolitasi kekayaan alam Irak; dan tentara asing itulah yang menjaganya.
Agar bisa tetap berada di sana, AS terus mengada-adakan berbagai isu. Iran terus dituduh sebagai ancaman Timur Tengah. Menurut AS, Iran mengembangkan senjata nuklir. Perlu kehadiran tentara AS yang bisa memberikan jaminan keamanan bagi kawasan Timur Tengah, termasuk Irak. Tuduhan itupun sejatinya sudah terbantahkan. Para ulama Iran berulangkali menegaskan bahwa senjata pembunuh massal. yang bisa membunuh anak-anak dan perempuan, bertentangan dengan prinsip-prinsip perang dalam Islam, yang melarang prajurit Islam membunuh warga sipil. Selain itu, para inspektur organisasi nuklir dunia (IAEA) juga bolak-balik ke Iran, dan mereka menyatakan bahwa Iran ‘clear’ dari tuduhan pengembangan senjata nuklir.
AS juga lalu mengembangkan wacana pengamanan Timur Tengah dari ancaman Al-Qaeda dan ISIS. Padahal, para pejabat AS sendiri mengakui bahwa Al-Qaeda, ISIS, Jabhah Al-Nusra, FSA, dan organisasi teroris lainnya adalah buatan AS sendiri.
Ketika Timur Tengah terus membara seperti yang kita saksikan dalam beberapa dekade sekarang ini, di sana kita saksikan jejak-jejak berdarah AS. Karena itu, jika dunia ingin melihat Timur Tengah yang damai, sudah saatnya untuk menciptakan situasi ‘Timur Tengah tanpa AS’; dan itu bisa dimulai dari hengkangnya tentara AS dari Irak. (os/editorial/liputanislam)

Sumber Berita : http://liputanislam.com/dari-redaksi/editorial/timur-tengah-tanpa-tentara-as/

UPDATE BERITA IRAN-IRAK

1. Hari Sabtu (4/1), pejabat militer Iran (IRGC), Brigadir Ali Fadavi, menyatakan bahwa pemerintah AS telah mengirim pesan (via Kedubes Swiss di Tehran) yang isinya: permintaan agar konflik diselesaikan dengan diplomasi dan jika Iran mau membalas dendam, ‘lakukan balasan sesuai apa yang kami lakukan’ [maksudnya, AS bilang, “kalau ente mau balas dendam, ya jangan keras-keras lah”].
Jawaban dari Iran, “AS harus bersiap menunggu pembalasan dendam yang keras; yang tidak hanya dilakukan Iran. Jenderal Qassem bukan sekedar anggota Pengawal Revolusi Islam, tetapi juga anggota front besar perlawanan [resistensi/muqawamah] yang lintas-batas negara dan mereka semua siap melakukan balas dendam yang keras. Pembalasan itu pasti akan dilakukan pada saat terbaik dan dengan cara sebaik mungkin. ”
2. Hari Minggu (5/1) Parlemen Irak merilis resolusi, isinya antara lain meminta pemerintah Irak agar “mengakhiri keberadaan pasukan asing di tanah Irak dan melarang mereka menggunakan tanah, wilayah udara, atau air dengan alasan apa pun.”
Perdana Menteri sementara Irak, Adel Abdul-Mahdi, menjawab akan segera menyiapkan langkah-langkah hukum dan prosedural untuk mengimplementasikan resolusi tersebut.
Resolusi itu juga akan berlaku untuk tentara negara lain. Selain tentara AS, ada beberapa negara asing yang juga mengirim tentara ke Irak dalam koalisi internasional melawan ISIS (koalisi ini dibentuk AS pada 2014 dengan persetujuan pemerintah Irak).
Pemerintah Jerman sudah merespon, “Kehadiran militer Jerman hanya dilanjutkan jika pemerintah Irak menginginkan itu.”
3. Perdana Menteri Abdul-Mahdi mengatakan kepada parlemen bahwa Jend. Qassem Soleimani datang ke Irak untuk menemuinya, dalam rangka menyampaikan tanggapan Iran terhadap pesan Saudi [=akan melakukan upaya negosiasi dengan Saudi dengan dimediasi Irak]. Artinya, Jend. Soleimani datang sebagai tamu negara, mendarat di bandara sipil (bukan militer), dengan cara terbuka (bukan diam-diam).
4. Kementerian Luar Negeri Irak sudah mengeluarkan pernyataan bahwa pembunuhan terhadap Qassem Soleimani itu merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan Irak dan bertentangan dengan misi yang disepakati koalisi internasional. Kemenlu Irak juga sudah mengajukan pengaduan resmi dengan Sekretaris Jenderal PBB dan Dewan Keamanan atas serangan ini.
Apa tanggapan Trump? Tadi malam (Minggu 5/1) dia bilang:
1. Akan memberi Irak sanksi “yang tak pernah mereka rasakan sebelumnya”.
2. Tentara AS di Irak tidak akan pergi sebelum Irak membayar ganti rugi pembangunan semua pangkalan militer itu. Kata Trump, pangkalan militer itu biayanya “miliaran dollar”.
Catatan sejarah:
Tahun 2003, Presiden Bush menginvasi Irak tanpa seizin PBB dengan alasan “ada senjata pembunuh massal” dalam rangka “Perang Melawan Teror”. Perang ini dicanangkan Bush pasca serangan 9/11 WTC (2001). Setelah Presiden Irak (Saddam) tumbang, terbukti alasan itu hoax belaka. Pada 2006, Bush secara resmi mengakui tidak ada senjata pembunuh massal itu, juga serangan ke Irak tidak ada kaitan dengan 911 atau Al Qaida.
Sejak 2003, ratusan ribu pasukan AS bercokol di Irak, sampai akhirnya pada 2011 AS menarik sebagian besar tentaranya dari Irak, menyisakan 20.000 staf di kedutaan AS (kedutaan terbesar yang dimiliki AS di dunia, luasnya 42 hektar) dan sekitar 4500 staf keamanan swasta. Tapi 2014, AS punya alasan untuk kirim tentara lagi ke Irak: untuk perang melawan ISIS. Saat ini ada 5200 tentara AS di Irak, tersebar di 12 pangkalan militer.
——
Foto meme… ada yang paham artinya?

Soft Power Republik Islam Iran

Kemarin ada beberapa komentator bertanya, apakah kekuatan (power) militer Iran mampu melawan AS?
Sebelum dijawab, saya jelaskan sedikit, dalam studi Hubungan Internasional, power dibagi dua: hard power dan soft power. Hard power dimaknai sebagai kekuatan material, misalnya senjata, jumlah pasukan, dan uang yang dimiliki sebuah negara.
Bila memakai kalkulasi hard power, faktanya, kekuatan Iran masih jauh di bawah AS. Apalagi, doktrin militer Iran adalah defensive (bertahan, tidak bertujuan menginvasi negara lain). Iran hanya menganggarkan 14 miliar USD (2,5% GDP) untuk belanja militer (dan ini hanya sepersepuluh dibanding total belanja militer gabungan semua negara Teluk). Sebaliknya, AS adalah negara dengan anggaran militer terbesar di dunia, 3,1% GDP atau setara 610 miliar USD [1]. Bahkan, AS telah membangun pangkalan-pangkalan militer di berbagai negara di sekeliling Iran.
Di video ini, ada penjelasan dari Menlu Iran, Javad Zarif, bagaimana dan mengapa Iran membangun hard powernya (membuat senjata).
Tapi, ada bentuk power yang lain, yaitu soft power. Secara ringkas bisa dikatakan bahwa substansi soft power adalah sikap persuasif dan kemampuan meyakinkan pihak lain; sementara hard power menggunakan kekerasan dan pemaksaan dalam upayanya menundukkan pihak lawan.
Professor HI dari Tehran University, Manouchehr Mohammadi, mengidentifikasi ada 10 sumber kekuatan soft power Iran, saya bahas tiga saja, selebihnya silakan baca di artikel aslinya. [2]

1. Rahmat Tuhan.
Faktor Tuhan memang jarang disebut-sebut dalam analisis politik. Tapi, kenyataannya, memang inilah yang diyakini oleh rakyat Iran, dan inilah sumber kekuatan mereka. Menurut Mohammadi, bangsa Iran percaya bahwa orang yang berjuang melawan penentang Tuhan, pastilah dibantu oleh Tuhan. Dengan kalimat yang indah, Mohammadi mendefinisikan keyakinan ini sebagai berikut, “Kenyataannya, mereka [yang berjuang di jalan Allah] bagaikan tetesan air yang bergabung dengan lautan luas, lalu menghilang dan menyatu dalam lautan, kemudian menjelma menjadi kekuatan yang tak terbatas.”
Iran pasca Revolusi berkali-kali meraih kemenangan dalam melawan berbagai serangan dari pihak musuh, yang di atas kertas sepertinya tidak mungkin. Misalnya, invasi Irak (1980-1988). Hitungan awal Presiden Irak saat itu, Saddam, ia bisa segera menguasai Teheran (yang masih menjalani masa konsolidasi pasca Revolusi). Namun ternyata Iran bisa bertahan dan perang berlanjut 8 tahun dalam keadaan yang di atas kertas sebenarnya tidak seimbang (Irak didukung suplai dana dan senjata dari AS, Eropa, Arab, dan Soviet; sementara Iran malah diembargo).
Salah satu kejadian legendaris adalah kegagalan operasi rahasia Eagle Claw tahun 1980. Saat itu Presiden AS Jimmy Carter mengirimkan 8 helikopter dengan misi menyelamatkan 52 warga AS yang disandera para mahasiswa Iran di Teheran. Operasi itu gagal ‘hanya’ karena angin topan menyerbu kawasan Tabas, gurun tempat helikopter itu ‘bersembunyi’ sebelum meluncur ke Teheran. Angin topan dan pasir membuat helikopter itu saling bertabrakan dan rusak parah. Mengomentari kejadian ini, Imam Khomeini mengatakan, “Pasir dan angin adalah ‘pasukan’ Allah dalam operasi ini.”
2. Kepemimpinan dan Otoritas
Peran kepemimpinan dan komando adalah faktor yang sangat penting dalam situasi konflik, baik itu militer, politik, atau budaya. Pemimpinlah yang menjadi penunjuk arah dalam setiap gerakan perjuangan. Dialah yang menyusun rencana dan strategi untuk berhadapan dengan musuh. Menurut Mohammadi, hubungan yang erat dan solid antara pemimpin dengan rakyatnya adalah sumber power yang sangat penting. Di Iran, karena yang menjadi pemimpin tertinggi adalah ulama yang memiliki kredibilitas tinggi, kepatuhan kepada pemimpin bahkan dianggap sebagai sebuah gerakan relijius, dan inilah yang menjadi sumber utama kekuatan soft power Iran. Dalam kalimat Mohammadi, “Inilah sumber power Iran yang menjamin [ketenangan] kawan dan menakutkan lawan.”
3. Mengubah Ancaman Menjadi Kesempatan
Revolusi Islam Iran telah menggulingkan Shah Pahlevi yang didukung penuh oleh Barat. Tergulingnya Shah membuat berbagai kepentingan Barat terganggu (terutama penguasaan sumber-sumber minyak). AS dan Eropa kemudian menerapkan berbagai sanksi dan embargo; berusaha meminggirkan Iran dalam pergaulan internasional, bekerjasama dengan Saudi untuk mempropagandakan citra buruk Iran (menyebarkan hoax seputar teologi, perseteruan mazhab), dll.
Semua tekanan itu justru dijadikan kesempatan untuk maju dan berdikari. Diembargo senjata, bikin senjata sendiri. Diembargo obat, bikin pabrik farmasi sendiri. Mereka pakai istilah “jihad” untuk semua itu: jihad pembangunan [ketika giat membangun infrastruktur setelah porak-poranda akibat perang]; jihad pertanian [supaya swasembada pangan], jihad ekonomi [supaya tidak bergantung impor], dll.
Tahun 2011-2012, terjadi pembunuhan terhadap pakar-pakar nuklir Iran (dilakukan agen Mossad), respon yang muncul adalah: jumlah pendaftar kuliah di jurusan teknik nuklir justru semakin meningkat. Semakin ditekan, justru semakin bersemangat untuk berjuang.

[1] https://ic-mes.org/jurnal/index.php/jurnalICMES/article/…/56
[2] https://dinasulaeman.files.wordpress.com/…/the-sources-of-p…
Sumber video bersubtitle: Fanpage Cerdas Geopolitik
Sumber Berita : https://dinasulaeman.wordpress.com/2020/01/07/soft-power-iran/#more-6071

Human Error! Iran Akui Tak Sengaja Tembak Jatuh Pesawat Maskapai Ukraina

Iran – Iran mengatakan bahwa sebuah pesawat Ukraina yang jatuh di luar Teheran minggu ini telah terbang dekat dengan situs militer yang sensitif dan tertembak jatuh karena “human error”ditengah krisis yang disebabkan oleh petualangan AS.”
Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif juga mengumumkan pada hari Sabtu (11/01) di laman twitternya bahwa Teheran secara tidak sengaja menembak jatuh Boeing 737 Ukraina karena “human error”.
Baca: Menlu Ukraina Sebut Boeing 737 Berubah Arah Sesaat Sebelum Jatuh


Militer Iran juga mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan di TV pemerintah bahwa jet itu diturunkan secara tidak sengaja ketika terbang dekat dengan instalasi militer yang sensitif. Menurut pernyataan itu, para pihak yang bertanggung jawab akan dimintai pertanggungjawaban oleh pengadilan.
Angkatan bersenjata telah menyatakan belasungkawa mereka kepada keluarga para korban. (ARN)
Iran Akui Pesawat Maskapai Ukraina Tertembak Jatuh Karena Human Error Foto Pesawat Maskapai Ukraina

5 Temuan Komite Penyelidikan Iran atas Jatuhnya Pesawat Ukraina

TEHRAN – Otoritas Iran akhirnya memberikan pengakuan mengejutkan mengenai jatuhnya pesawat maskapai Ukraina di Iran.
Untuk pertama kalinya, Angkatan Bersenjata Iran mengaku secara tak sengaja menembak jatuh pesawat penumpang milik maskapai Ukraina dikarenakan kesalahan manusia (human error). Penembakan itu dilakukan saat pesawat penumpang tersebut terbang di dekat lokasi militer sensitif.
Dalam pernyataannya seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (11/1/2020), Angkatan Bersenjata Iran menyatakan telah menembak jatuh pesawat penumpang tersebut karena mengiranya sebagai pesawat musuh.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Sabtu, Staf Umum Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran mengatakan bahwa pada saat kejadian, pasukan telah berada dalam siaga tertinggi.
Sebelumnya, Angkatan Bersenjata Iran membentuk sebuah komite secara terpisah untuk menyelidiki insiden tersebut, berikut temuan komite penyelidikan Iran;
1. Menyusul ancaman yang dibuat oleh para pejabat dan Presiden Amerika mengenai tanggapan militer, yang akan menyerang beberapa sasaran Republik Islam. Dikarenakan peningkatan lalu lintas udara yang signifikan di wilayah tersebut, angkatan bersenjata berada pada tingkat kesiapan tertinggi untuk menanggapi segala kemungkinan agresi oleh musuh.
2. Beberapa jam setelah serangan rudal, pergerakan jet tempur Amerika di sekitar Republik Islam meningkat, dan unit pertahanan udara memperoleh beberapa kabar tentang target udara menuju pusat-pusat strategis di negara itu, kemudian beberapa target udara muncul di radar, yang meningkatkan sensitivitas masalah ini terhadap pertahanan udara.
3. Dalam kondisi sensitif dan krisis seperti itu, penerbangan 752 dari Ukraina Airlines lepas landas dari Bandara Imam Khomeini (RH) dan selama manuver, pesawat itu mendekati salah satu pusat militer paling sensitif milik Pengawal Revolusi Islam, pada ketinggian dan bentuk penerbangan yang benar-benar mirip dengan pesawat musuh, dalam keadaan seperti itu human error yang tidak diinginkan terjadi dan pesawat terkena rudal, yang sayangnya menyebabkan kematian sejumlah warga Iran dan sejumlah orang asing.
4. Administrasi Umum Angkatan Bersenjata Iran mengucapkan belasungkawa dan menyatakan solidaritasnya dengan keluarga yang terkena dampak dan negara-negara lain dengan insiden menyakitkan ini. Iran meminta maaf atas kesalahan kemanusiaan yang terjadi dan berjanji untuk menyerahkan kesalahan kepada pengadilan militer untuk menangani insiden sesuai dengan hukum, dan pemerintah berjanji akan mengambil langkah-langkah dasar untuk benar-benar mencegah kecelakaan seperti itu.
5. Semua pejabat Pengawal Revolusi yang peduli juga diintruksikan untuk muncul di media nasional dan memberikan lebih banyak informasi serta klarifikasi kepada rakyat Iran. (ARN)

Rusia: AS Ingin Raih Konsesi Politik dari Insiden Pesawat Terbang di Iran

Deputi menteri luar negeri Rusia seraya mengutuk langkah terbaru Amerika menyebut petinggi Washington sebagai individu oportunis yang ingin mengejar konsesi politik dari kecelakaan pesawat terbang Ukraina di Tehran.
Seperti dilaporkan IRNA, Sergei Ryabkov Jumat (10/01) malam saat menanggapai insiden jatuhnya pesawat terbang Ukraina di dekat Tehran mengatakan, tragedi kemanusiaan ini tidak boleh dijadikan sabagai alasan untuk meraih konsesi politik.
Deputi menlu Rusia seraya mengisyaratkan bahwa tidak ada alasan untuk mempolitisasi insiden jatuhnya pesawat terbang Ukraina, menambahkan, para pengamat dan pakar harus diberi kesempatan untuk menganalisa kondisi dan memiliki hasil yang jelas atas insiden ini.
Sejumlah pengamat meyakini bahwa langkah ini sebagai upaya untuk mencegah kebangkrutan perusahaan Beoing Amerika dan sejumlah pengamat lainnya menilainya sebagai operasi syaraf untuk menutupi aksi terorisme AS dan balasan keras Iran ke pangkalan militer Washington di Irak.
Rabu (08/01) pagi sebuah pesawat sipil milik maskapai Ukraina jatuh di dekat bandara udara Imam Khomeini, Tehran dan seluruh penumpang besarta awak pesawat tewas.
Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, sejumlah pejabat AS dan sejumlah media asing hari Kamis (09/01) terkait jatuhnya pesawat sipil Ukraina di zona udara Tehran mengklaim, pesawat ini jatuh akibat ditembak sistem anti udara Iran dan sepertinya ditarget tanpa sengaja. (MF)
  • Pesawat Ukraina yang jatuh di dekat Tehran
    Pesawat Ukraina yang jatuh di dekat Tehran

Re-post by MigoBerita / Sabtu/11012020/14.19Wita/Bjm 
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya