Ahok Ditolak Jadi Calon Pimpinan Ibu Kota Baru oleh Mujahid 212, Ketua MPR: Ada Pihak yang Mendukung
BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA - Ahok Ditolak Jadi Kandidat Pimpinan Ibu Kota Baru oleh Mujahid 212, Ketua MPR: Ada Pihak yang Mendukung.
Wakil Ketua MPR Arsul Sani menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mempertimbangkan masukan semua kalangan dalam menunjuk Kepala Badan Otorita Ibu Kota Negara.
"Biasanya Presiden menggunakan kesempatan yang berkembang, baik pro
maupun kontra sebagai bahan dalam mengambil keputusan," tutur Arsul di
komplek Parlemen, Jakarta, Jumat (6/3/2020).
Menurut
Arsul, adanya penolakan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dari kelompok
Mujahid 212 sebuah hal yang wajar, tetapi jangan lupa ada pihak-pihak
lain yang mendukung mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
"Jadi semua saya yakin akan dipertimbangkan Presiden dan tentu partai
koalisi pemerintah jika diminta pendapat, akan menyampaikan pendapat,"
tutur Arsul.
Lebih lanjut Sekjen PPP itu pun menyebut, empat calon Kepala Badan
Otorita IKN yang telah disebutkan Presiden Jokowi pasti telah
dipertimbangkan berdasarkan pengalaman dan kemampuan dalam mengelola ibu
kota negara.
"Tentu Presiden mempertimbangkan dua hal, pertama latarbelakang pendidikannya, kedua pengetahuannya," ucap Arsul.
Diketahui, Presiden Jokowi telah menyampaikan empat calon Kepala
Badan Otorita IKN, di antaranya Bambang Brojonegoro, Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok), Abdullah Azwar Anas, dan Tumiyana.
Namun, sejumlah alumni Aksi 212 yang menamakan diri Mujahid 212 menolak Ahok sebagai calon Kepala Badan Otorita IKN.
Ketua Mujahid 212 Damai Hari Lubis mengatakan, pihaknya menolak Ahok karena rekam jejak dan kepribadian yang tidak baik.
"Sebagai calon kepala daerahnya [Ibu Kota Negara baru] adalah Ahok,
maka Kami katakan dan nyatakan secara tegas. Kami menolak keras Ahok
lantaran fakta-fakta pribadi Ahok merupakan seorang jati diri yang
memiliki banyak masalah," kata Damai dalam keterangan tertulisnya.
Tak punya kewenangan
Wakil Ketua Komisi II DPR Saan Mustofa menilai Mujahid 212 tidak memiliki kewenangan untuk menolak Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai Kepala Badan Otorita Ibu Kota Negara.
"Kalau aspirasi boleh saja, tapi kalau mereka menolak ya dia tidak
punya kewenangan. Tidak ada urusannya, namun sebagai sebuah aspirasi
tidak ada masalah," tutur Saan saat dihubungi, Jakarta, Jumat
(6/3/2020).
Menurutnya, pemilihan Kepala Badan Otorita IKN merupakan otoritas Presiden Joko Widodo dan tidak ada pihak manapun yang bisa mengintervensi dalam proses pemilihan.
"Kalau mereka (Mujahid 212) mengatakan soal rekam jejak, ya Ahok kan
relatif tidak ada masalah dalam menata kota. Jadi tentu empat nama masuk
calon Kepala Badan Otorita IKN, sudah menjadi perhitungan Pak Jokowi,"
paparnya.
Adapun empat calon Kepala Badan Otorita IKN di antaranya, Bambang
Brojonegoro, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Abdullah Azwar Anas, dan
Tumiyana.
Ia pun menilai, empat calon tersebut memiliki rekam jejak yang memadai dalam mengelola ibu kota baru di Kalimantan Timur.
"Artinya, siapapun yang terpilih, saya yakin akan membawa ibu kota
baru akan sesuai dengan harapan Presiden, juga harapan kita semua,"
ucapnya.
Ahok 3 Bulan di Pertamina Banyak Gebrakan, Anies 3 Tahun di DKI Banyak…?
Emas
akan tetap menjadi emas sekalipun dia ditempatkan dimanapun. Dengan
kondisi bagaimanapun, tekanan yang sekeras apapun tidak akan pernah
mengubah emas menjadi suatu benda yang lain atau berubah menjadi yang
lain. Dimasukkan ke lumpur, emas akan tetap emas, bahkan sekalipun
dimasukkan ke septic tank, orang yang tahu emas dimasukkan ke situ akan
berupaya mencari emas tersebut di dalamnya.
Karena
apa? Karena nilainya yang berharga tidak takut kepada inflasi atau
penurunan nilai. Mengalahkan nilai uang karena nilai emas sekarang akan
tetap sama nilainya atau bahkan lebih tinggi lagi di sepuluh tahun
mendatang. Sedangkan nilai uang sekarang akan sangat jauh kurang
nilainya di sepuluh tahun mendatang.
Mungkin
ibarat inilah nilai antara Ahok dan Anies di dalam masa-masa mereka.
Ahok kian lama nilainya kian naik, Anies kian lama nilainya kian
merosot. Hal tersebut bisa kita buktikan dari rekam jejak mereka di tiga
tahun belakangan ini.
Di
tiga tahun yang lalu persis Ahok sudah menyelesaikan masa-masa
kepemimpinannya di DKI Jakarta. Tapi bagaimana torehan yang dilakukan
Ahok di DKI Jakarta, ada banyak legasi yang begitu dinikmati orang DKI
saat ini. Mulai dari jalan layang Semanggi, hingga banyaknya objek
wisata yang baru, seperti waduk Ria Rio, dan lainnya.
Permasalahan
banjir meskipun ada, akan cepat surutnya. Tapi sekarang, banjir DKI
bukan hanya peristiwa tahunan tapi sudah mingguan di DKI Jakarta. Hingga
menyuruh warganya untuk tetap bersyukur dan menikmatinya.
Itu
masa lalu, yang lalu biarlah berlalu. Tidak lupa fokus kepada masa kini
dan masa depan. DKI Jakarta kini sudah hampir tiga tahun dipimpin oleh
Anies Baswedan. Bisa dipastikan ada yang baik, menurut beliau yang sudah
dia kerjakan. Mulai dari pembangunan jalan khusus bersepeda, maupun
khusus pejalan kaki, tapi sebentar-sebentar rute jalan tersebut dirombak
ulang, dipasang ulang lagi. Sehingga niatanya mungkin habis-habisin
anggaran DKI Jakarta saja.
Bagaimana
anggaran lem aibon yang terbongkar, anggaran pulpen yang selangit,
hingga anggaran pembangunan untuk bambu mesum, batu brojong, dan
lain-lain tak akan pernah lupa di mata kita.
Mencoba
merusak cagar budaya yang juga merupakan ikon kebanggaan Indonesia dan
bukan hanya DKI Jakarta saja, yaitu tugu monas. Dengan menumbangkan
ratusan pohon yang sudah hampir ratusan tahun, bangun jalan dan merusak
cobblestones peninggalan Soekarno dengan aspal buatan Anies untuk
perhelatan yang tak penting-penting amat dibuat disana. Dan memang jika
tetap ngotot kenapa tidak dipinggiran kota DKI Jakarta saja, seperti di
Ancol?
Terupdate
tentang Anies soal masalah virus corona. Bagaimana niatannya yang
justru ingin cari untung di tengah-tengah kondisi merebaknya virus
tersebut. Yakni dengan jualan masker seharga10 kali lipat dari harga
normal sebesar Rp.30 ribuan. Meskipun kini akhirnya tetap dijual seharga
kurang lebih setengah dari Rp.300-an ribuan tersebut. Tentu pemasukan
pemprov dengan jualan barang yang kini tiba-tiba berharga tersebut akan
menambah kas pendapatan mereka.
Tapi
bagaimana dengan Ahok? Bukan bermaksud untuk membesar-besarkan Ahok,
tapi memang kinerja dan capaian kerjanya betul-betul maksimal dan
betul-betul terasa bagi banyak orang. Mulai dari dirinya yang kini tetap
dipakai sebagai sosok Komut Pertamina dilantik sekitar 3 bulan yang
lalu. Kini namanya pun masuk dalam daftar orang yang akan membangun
pusat Ibu Kota Baru di Kalimatan Timur dan Penajam Paser Utara. Artinya
sekalipun dirinya sudah mantan narapidana, sosok dirinya masih dipakai
dan bahkan masih dicari-cari oleh bangsa ini. Anies nanti usai tidak
menjabat, jadi apa???
Masalah
capaian kinerjanya yang kini jadi Komut Pertamina. Minimal ada tiga hal
yang sudah beliau kerjakan di tiga bulan masa dirinya menjabat disana.
Pertama, masalah transparansi untuk proses tender di PT Pertamina sudah
bisa lewat online. Atau website dari PT Pertamina sendiri. Dimana bisa
dilihat bagaimana tahapannya, dan siapa pemenang proyek tersebut, bisa
kita ketahui bersama. Bisa kita awasi juga jika seandainya ada
penyelewengan. Mirip-mirip dengan e-budgeting sewaktu di DKI lalu.
Kedua,
aplikasi my pertamina kian diminati banyak orang. Sebab syarat baru
jika orang ingin berfoto dengan Ahok maka harus menunjukkan aplikasi
tersebut baru akhirnya berfoto. Juga di tiap-tiap kesempatan, Pak Ahok
selalu tawarkan applikasi tersebut dimanapun. Sebab memang ada banyak
juga promo-promo yang tersaji disana. Disamping memang tujuannya membuat
sistem pembayaran di PT Pertamina tidak lagi dengan uang tunai, dengan
my pertamina, pembayaran bisa lewat non tunai.
Ketiga,
mengembangkan wirausaha-wirausaha baru tersistem dan terpercaya kepada
masyarakat yang ingin berkolaborasi dengan PT Pertamina. Yakni melalui
Pertashop. Masyarakat bisa mengajukan diri untuk membuka layanan
distribusi minyak di lingkungan desa atau kecamatannya. Pengajuannya
bisa secara online ataupun datang ke SPBU terdekatnya minimal sejauh 10
km.
Ada
tiga kategori bisnis di Pertashop tersebut, mulai dari jenis gold bisa
menjual hingga 400 liter per hari, jenis Platinum menjual hingga 1.000
liter per hari. Dan jenis Diamon dengan maksimum penjualan perharinya
mencapai 3.000 liter perhari. Dan untuk membukanya juga dipermudah,
masyarakat bisa berinvestasi sendiri, atau pertamina duluan juga siap.
Asal sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan oleh PT Pertamina.
Artinya
dengan program ini, visi pertamina akan tercapai, yakni One Village One
Outlet. Hal ini juga dipercaya akan mampu mendongkrak perekonomian di
desa, baik koperasi maupun bumdes-nya. Membangkitkan UKM-UKM baru dan
tersebar di seluruh kecematan di Indonesia.
Jadi
jika membandingkan dua sosok ini, Ahok dan Anies, tentu akan jelas
dimata kita mana punya niat membangun dan mana punya niat
menghancurkan? Kemudian saat Ahok bisa membangun banyak hal meskipun
dalam waktu tiga bulan, Anies dalam waktunya 3 tahun dan masih akan ada
dua tahun lagi, kira-kira DKI akan jadi seperti apa?
Fadli Zon Iri Dengan Ahok dan Ingin Jokowi Sayang Pada Dia Juga?
Hai,
pembaca mungkin sudah lama tak jumpa dengan Fadli Zon. Sejak tidak lagi
menjadi wakil ketua DPR, sudah jarang terdengar berita mengenai orang
ini. Baru-baru ini, dia menyindir langkah Presiden Jokowi mengumumkan
nama Ahok menjadi salah satu calon Kepala Badan Otorita Ibu Kota Baru.
Menurut
Fadli, langkah itu sangat tidak tepat. Sebab masih banyak permasalahan
di Indonesia, seperti wabah virus corona, dibanding mengurusi pemindahan
ibu kota. Selain itu, dia menilai langkah Jokowi itu bukti ia masih
percaya dan sayang pada Ahok.
"Luar
biasa P @jokowi ini memang percaya n sayang pd Ahok. Dlm situasi
ekonomi kacau n virus corona, ibukota baru bukanlah prioritas. Sama
sekali bukan prioritas," kata Fadli dalam akum Twitter-nya. Dia
berharap, soal ibu kota baru sebaiknya diserahkan pada Presiden yang
terpilih pada Pilpres 2024 mendatang.
Seperti
diketahui, Presiden Jokowi menyatakan rencananya untuk memindahkan ibu
kota dari DKI Jakarta ke Penajam Paser, Kalimantan Timur. Pemindahan
rencananya akan dimulai bertahap pada 2024. Sejumlah nama disebut bakal
menjadi pimpinan dalam proyek pemindahan ibu kota itu, salah satunya
Bambang Brodjonegoro, Ahok, Tumiyono dan Azwar Anas. Siapa yanh bakal
ditunjuk, akan diketahui sebentar lagi.
Menurut
logika Fadli, wabah corona harusnya membuat kita tidak usah mengerjakan
hal lain lagi? Banyak urusan yang juga harus diperhatikan. Penanganan
wabah corona sudah dilakukan dan menjadi tanggung jawab yang terkait,
entah itu Kementerian Kesehatan dan instansi lainnya.
Lagipula
Fadli Zon tak perlu lah cepat-cepat ngegas mengenai sosok yang akan
ditunjuk sebagai pimpinan ibu kota baru. Ahok hanyalah salah satu dari
empat orang kandidat, belum tentu juga akal terpilih. Jangan seperti
gerombolan sebelah yang menjual agama dan tukang demo itu. Dikit-dikit
protes. Asalkan ada nama Ahok, hidup mereka terasa tidak tenang, gelisah
tiada akhir. Belum juga ditunjuk, sudah banyak yang iri dan dengki
serta tidak rela.
Lagian
kenapa rupanya kalau Jokowi sayang dan percaya dengan Ahok? Apakah
Fadli Zon juga iri dan kepingin disayang serta dipercaya Jokowi? Jangan
harap.
Wajar
kalau Ahok dipercaya. Banyak orang juga percaya dengan kemampuannya
bekerja serta jujur dan transparan. Tidak seperti gubernur seiman itu,
yang ngaku bakal transparan, tapi nyatanya tertutup habis-habisan.
Gubernur kayak begitu sangat tidak layak dipercaya dan tidak bisa
dipegang ucapannya. Mulut manis di awal, tapi pahit belakangan mirip
permen karet.
Lagipula
banyak pasang mata sudah terbuka lebar mengenai Jakarta saat ini. Kota
yang sudah tidak layak menyandang status sebagai ibu kota negara. Banjir
berkali-kali, semrawut dan kurang tertata adalah pemandangan yang sudah
lumrah. Gubernur yang dipilih dengan cara konyol oleh gerombolan
penjual janji surga yang main ancam pakai mayat dan mempengaruhi pemilih
dengan konsep seiman.
Makanya
sangat didukung kalau pemimpin ibu kota ini bukan gubernur yang dipilih
melalui pilkada. Biar gerombolan sampah tidak lagi bisa menjual agama,
tidak lagi dapat nasi bungkus berkedok demo bela entah apa. Kesalahan
fatal yang dialami Jakarta saat ini tidak boleh lagi terjadi untuk kedua
kalinya. Cukup kali ini Jakarta mengalami kesialan. Gerombolan sebelah
tak boleh lagi diberikan panggung untuk nge-bacot.
Ibu
kota baru, desain baru dari awal, harus keren, futuristik dan sesuai
dengan masterplan yang dirancang dengan penuh pertimbangan. Banyak aspek
yang harus diperhatikan. Ahok adalah salah satu orang yang memang cocok
untuk melakukan ini, meski agak dilema juga karena kehadirannya di
Pertamina masih sangat dibutuhkan. Kita lihat saja bagaimana Jokowi
memutuskan ini.
Agak
lucu memang. Ahok sudah tak ada urusan dengan siapa pun, tapi masih
saja banyak yang kepanasan dan kebakaran jenggot. Apa salahnya kalau pun
seandainya Ahok ditunjuk sebagai kepala badan otorita pemindahan ibu
kota baru? Ahok tidak kompromi, tak ada neko-neko, tidak plin plan,
melakukan apa yang dia katakan, bukan seorang munafik yang mulut serta
hatinya bertolak belakang.
Bagaimana
kalau kita tantang Fadli Zon untuk meminta kepada Jokowi supaya namanya
juga dimasukkan sebagai kandidat pimpinan ibu kota baru? Kita lihat
bagaimana reaksi publik mengenai ini.
Istimewanya Seorang Ahok, Harus Disiapkan Beberapa Kelompok Untuk Menjegalinya
Dalam
pertandingan sepak bola, sudah ketentuannya bahwa jumlah pemain antara
kedua klub yang bertanding adalah sama, sama-sama sebelas orang. Makanya
disebut kesebelasan. Tidak boleh lebih, kalau lebih disebut kebablasan,
hahaha. Berarti ada pemain yang tanpa ijin nongol di lapangan.
Sebelas
berbanding sebelas ini pada umumnya memiliki kekuatan yang lebih kurang
sama, sehingga normalnya, satu orang pemain akan berhadapan dengan satu
orang pemain lawannya. Namun berbeda bila yang dihadapi itu adalah
pemain-pemain istimewa, seperti Ronaldo, Messi dan lain-lain.
Kadang
dianggap bukan satu aib bila pelatih klub menyiapkan beberapa orang
untuk menjegal pergerakan mereka. Bisa satu, kadang dua, bahkan tidak
jarang dia harus berulang kali dijegal oleh lebih dari tiga orang dalam
akselerasinya menciptakan gol.
Istimewa ya, Ronaldo dan Messi?
Tapi
tidak lebih istimewa jika dibandingkan dengan Ahok. Ahok ini sudah
sedari dulu selalu disiapkan kelompok-kelompok untuk menjegal apapun
langkah yang dilakukannya demi memberi sumbangsih buat negeri. Tidak
cukup satu, kadang datang berbondong-bondong sekaligus 5 kelompok besar.
Itu belum termasuk pribadi-pribadi yang mengaku terlepas dari
kelompok-kelompok itu.
Lihat
saja saat dia maju sebagai wakil gubernur DKI, saat menjadi gubernur,
saat menjadi Komisaris Utama Pertamina, bahkan sekarang saat diwacanakan
menjadi pemimpin IKN (Ibu Kota Negara), kelompok ini selalu berusaha
menjegal mereka. Dan, lucunya, kelompok yang bersuara adalah kelompok
yang itu-itu saja. Makanya saya berkesimpulan, Ahok memang sengaja
disiapkan oleh pihak lawan, "pemain-pemain" yang sengaja mengganggu
konsentrasinya dalam melangkah.
Itu
harus dilakukan. Kalau tidak, seperti Ronaldo dan Messi, dia akan
membuat banyak gol indah yang tercipta dalam pembangunan Indonesia ini.
Segala macam cara harus dilakukan, baik itu sleding murni, atau kalau
perlu mematahkan kaki yang berujung kartu merah.
Wajib
hukumnya membendung pergerakan seorang Ahok. Tapi tidak bisa dilakukan
secara terang-terangan oleh tokoh per tokoh. Apalagi yang sudah cukup
dikenal masyarakat. Harus dikondisikan sedemikian rupa, sehingga yang
bergerak itu adalah sebuah kelompok atau Ormas. Namun suara yang
dilantunkan sebenarnya pesanan dari penggerak kelompok-kelompok ini.
Suaranya
pun tidak perlu masuk dalam nalar. Yang penting bersuara. Mau dikata
argumennya masuk angin, mau dikata mereka tidak tahu hukum bernegara,
tidak penting, yang penting suara “pelatih” harus dikumandangkan.
Persis
seperti di pertandingan sepak bola. Pemain lawan yang ditugaskan
menjegal Ronaldo dan Messi, seolah-olah dialah yang berniat menghentikan
laju Ronaldo dan Messi, tapi sebenarnya itu adalah pesanan dari
pelatih, bahkan mungkin pemilik klubnya sendiri.
Kenapa?
Pelatih
akan mengalamai kerugian yang cukup berarti, bahkan ancaman pemecatan,
bila Ronaldo atau Messi leluasa memporakporandakan kandang mereka. Bila
sudah porak-poranda, bisa ketahuan bahwa mereka sebenarnya tidak mampu
melatih atau membina klub. Bisa juga terbuka kasus koruspi mereka di
dalam klub, yang selama ini tertutupi karena mereka masih punya setitik
prestasi.
Namun
bila prestasi sekecil apa pun sudah dihancurkan dengan hujaman gol-gol
dari Ronaldo dan Messi, maka Pemegang Saham Klub bisa kurang kerjaan dan
mulai menyelidiki, apa sebenarnya penyebab dasar dari ketidakmampuan
mereka ini. Apakah mereka ada proyek lain dari sekedar membina klub?
Atau mungkin mereka ada niat jahat kepada klub? Ini semua akan menjadi
terkuak.
Maka
menjadi maklum bagi kita bila Ahok juga, sama seperti Ronaldo dan
Messi, akan selalu dijegal dan dijegal lagi, apapun bentuk langkahnya
untuk berbuat bagi negeri. Kecuali bila memang mereka beraktivitas tidak
di dalam lini yang ditakutkan oleh “pelatih” ini, maka keberadaan
mereka pun tidak akan diminati.
Contoh,
kalau Ronaldo atau Messi dimutasi sebagai bagian pertahanan saja, atau
bahkan sebagai penjaga gawang, maka pelatih lawan tidak akan ambil
pusing harus menyiapkan 2 sampai 5 orang untuk menjegalnya. Bahkan yang
ada, mereka yang akan berusaha lepas dari jegalan Ronaldo atau Messi.
Begitu
pun bila Ahok, misalnya masuk ke ranah swasta saja, mungkin jadi
direktur sebuah pabrik benang, atau supervisi sol sepatu ekspor, mereka
tidak akan peduli dengan Ahok, karena “kepentingan” mereka atas negeri,
tidak menjadi bersinggungan dengan keberadaan seorang Ahok.
Nah,
sialnya, Ahok ini memang selalu mencari (tepatnya dicarikan) tempat di
posisi-posisi yang selalu bersinggungan dengan pelaku-pelaku
“berkepentingan” ini. Makanya, pantas akhirnya jegal-menjegal sudah
menjadi tradisi buat mereka, selama memang Ahok orangnya.
Ahok Calon Pimpinan IKN, Adalah Bukti Anies Produk Gagal?
Dalam
sebuah perusahaan atau instansi, biasanya dikenal dengan jenjang
karier, yaitu karier yang meningkat bila seseorang itu dapat mengemban
tugas sebelumnya dengan baik. Misalnya, pada awal bekerja, seorang
diamanatkan mengemban tugas sebagai kurir. Karena dia bekerja
sungguh-sungguh, jujur, dapat menyelesaikan semua tugasnya dengan baik,
kiriman hampir sempurna tersampaikan ke tujuan, maka pimpinan menaikkan
jabatannya sebagai pengawas kurir.
Dia
sekarang tidak lagi rutin mondar-mandir di jalanan mengantarkan paket,
tapi dengan tanggung jawab yang lebih berat, yaitu memastikan semua
pengantaran paket dapat tetap baik dan memuaskan pelanggan dan pemilik
perusahaan. Dan itu pun mampu dilakukannya, maka pimpinan mengangkatnya
lagi menjadi kepala divisi ekspedisi.
Begitupun
yang sering terjadi di instansi, misalnya di pemerintahan. Seorang
Ignasius Jonan, contohnya, pernah dipercaya mengemban tugas sebagai
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia pada tahun 2009. Karena dianggap
mampu mengemban tugas dengan cemerlang, dia diangkat kembali menjadi
Menteri Perhubungan Indonesia pada tahun 2014. Tidak berhenti di situ,
pada tahun 2016, dia dipercaya kembali sebagai Menteri ESDM.
Dan, saya yakin, dalam waktu dekat, dia akan diberikan amanah terbaru atas kecemerlangannya mengemban tugas-tugas sebelumnya.
Tidak
jauh berbeda dengan Ahok. Berawal dari Bupati Belitung Timur, pada
tahun 2005. Karena rakyatnya merasakan kepuasan atas kinerjanya, pada
tahun 2009 dia berhasil duduk di DPR. Tidak berhenti di situ, dia mulai
dipercayakan menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012, sampai
akhirnya menjadi Gubernur DKI pada tahun 2014, karena gubernurnya
sendiri, Jokowi, maju ke Pilpres.
Cuma
segitu? Tidak! Setelah menyelesaikan kasus hukumnya yang diduga
dipaksakan oleh sekelompok orang itu, dia lalu dipilih menjadi Komisaris
Utama Pertamina pada tahun 2019, dengan sederet prestasi yang mulai
ditunjukkannya.
Maka
wajar, kalau sekarang ada wacana dia akan termasuk dalam daftar calon
pimpinan Ibu Kota Negara baru nanti di Kalimantan. Dia tentu dianggap
kompeten dalam hal itu, terlihat dari prestasi-prestasi yang sudah
dibangunnya selama ini.
Lalu bagaimana perbandingannya dengan Anies?
Kita
tahu sendiri, semenjak meninggalkan dunia perguruan tinggi dan masuk ke
pemerintahan, Anies bisa dikatakan cukup redup prestasinya dibandingkan
dengan Ahok, atau Jonan sekaligus. Sedangkan, sebagai rektor sebuah
universitas pun, ada kabar sayup-sayup tak sedap mengenai cara mencapai
dan pencapaiannya.
Sebagai
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 2014, langkah
kariernya pun tak mulus. Ada beberapa kasus yang terjadi, seperti
anggaran pameran buku, dan lainnya, sebelum akhirnya masa tugasnya
dicukupkan hanya dalam tempo 2 tahun saja.
Tahun 2017 dia move on
dan mulai mengincar kursi gubernur yang sedang ditempati Ahok pada saat
itu. Dia berhasil mendapatkannya, walau dengan prestasi yang hampir
sama saat dia menjadi Mendikbud. Pembangunan Jakarta, bagi sebagian
orang, seperti jalan di tempat, kalau tidak bisa dibilang berjalan
mundur.
Dan,
yang paling memiriskan adalah, saat dia belum mampu menyelesaikan semua
pekerjaan rumah di Jakarta, seperti kemacetan, kebanjiran, polusi udara
dan suara, akhirnya, ada kesan bahwa DKI Jakarta sudah tidak pantas
lagi didaulat sebagai ibu kota negara. Pembangunannya jauh dari yang
diharapkan, perkembangannya malah menuju titik paling rendah dari sebuah
kota, apalagi bila disebut ibu kota.
Wacana
pun berhembus, dan akhirnya diputuskan, Jakarta selesai tugasnya
sebagai ibu kota negara, lalu akan dipindah ke Kalimantan.
Disinilah
kunci jenjang karier sesungguhnya. Bila seandainya Anies dianggap mampu
mengelola Jakarta yang notabene adalah masih ibu kota negara pada saat
ini, tentu dia pun akan didaulat, paling tidak masuk dalam wacana
sebagai pemimpin baru kelak di ibu kota negara yang baru.
Tapi
ternyata Ahok yang masuk dalam wacana, bersama beberapa calon lainnya.
Artinya, Ahok dianggap mampu mengelola Jakarta, sebagai ibu kota, pada
masa jabatannya dulu. Maka dia pun dipilih sebagai salah satu yang
dianggap mampu mengelola IKN baru nanti.
Sederhana
sebenarnya melihat mana produk yang berhasil dan mana produk yang
gagal. Salah satu indikatornya adalah seperti uraian di atas.
Tapi, jangan salah, Anies juga bisa meningkat jenjang kariernya nanti menjadi presiden ke 2024, lho! Ya, sudah, saya aminkan saja. Aamiiin!
Tangkap! Ancam Sweeping Warga India, Provokasi Berkedok Demo!
Menyampaikan
aspirasi dengan demo boleh-boleh saja. Itu adalah hak setiap warga
negara. Tetapi menyampaikan aspirasi tentunya tujuannya adalah demi
kebaikan, bukan memaksakan kehendak agar yang kamu demo itu harus
menerima aspirasimu. Sebab yang kamu demo juga punya hak menerima atau
menolak aspirasimu.
PA212,
GNPF dan FPI demo ke Kedubes India pada Jumat, 6 Maret 2020 terkait
tragedi kemanusiaan yang terjadi di India. Mereka menuntut agar
pemerintah India menghentikan penganiayaan terhadap umat Islam di India.
"Di
dalam hal ini, kami bersama ormas Islam, menyampaikan agar menghentikan
perlakuan penganiyaan yang ada di India. Apabila hal ini dianggap
sepele, dan mereka berlindung di belakang aparat, berarti mereka
menyetujui penyiksaan kepada umat Islam yang ada di India. Betul atau
tidak?" (Yusuf Martak, Detik)
Masalahnya,
mereka ini sudah terlebih dahulu menghakimi pemerintah India sebagai
penganiaya umat Islam India. Mereka mendramatisir keadaan seolah umat
Islam di seluruh India diperlakukan tidak manusiawi. Mereka
menggambarkan umat Islam di India sedang dibantai, dan dianiaya.
Terkait
dengan situasi India, media Indonesia sendiri tidak ada yang mengadakan
liputan langsung. Berita yang kita dengar tidak ada yang benar-benar
akurat dan terkonfirmasi. Persoalan sebenarnya pun sampai saat ini masih
simpang siur. Ada yang bilang masalah kewarganegaraan, ada yang bilang
masalah diskriminasi dan ada pula yang menganggapnya sebagai masalah
agama.
Apa
pun masalahnya, korban sudah berjatuhan, maka kita pun mendesak
pemerintahan India untuk mengedepankan cara-cara persuasif dan bijak
untuk mengatasi persoalan mereka. Kita mengecam setiap tindak kekerasan
terhadap kemanusiaan atas dasar apa pun.
Yang
lebih miris sebenarnya dari pedemo ini bukanlah tuduhan terhadap
pemerintahan India, melainkan ketika tragedi kemanusiaan di India
dijadikan alat provokasi di negeri sendiri. Mereka membawa permasalahan
di India ke Indonesia. Bagaimana bisa?
Ketika
Kedubes India di Indonesia tidak bisa mereka temui kemarin, mereka
masih meminta untuk bertemu dengan batas waktu Jumat yang akan datang.
Ulama mereka mau menemui Dubes India di Indonesia. Tetpai kalau Jumat
depan Dubes India tidak mau bertemu, mereka mengancam akan melakukan
sweeping terhadap warga negara India di Indonesia. Ini ancaman macam apa
coba?
"Saya
kasih peringatan kalau sampai Jumat besok mereka tidak punya niat baik
untuk bertemu dengan kita, untuk menerima ulama-ulama kita, maka mulai
Jumat depan kita sudah sepakat akan bergerak untuk tidak membiarkan
bendera India berkibar di Indonesia. Jangan salahkan kami kalau Jumat
depan, mereka tak temui kami, anak yang datang akan men-sweeping warga
India di Indonesia, Saudara." (Ketua PA 212 Slamet Maarif, Detik)
Apa
coba urgensi Dubes India di Indonesia menemui mereka? Mereka bukan
perwakilan Indonesia. Mereka juga bukan utusan umat Islam seluruh
Indonesia. Jadi sebenarnya tidak ada urusan dengan PA212, FPI dan GNPF.
Yang berhak untuk bertemu dengan Dubes adalah pemerintah Indonesia.
Siapa
juga yang mau bertemu dengan ormas preman? Mereka ini selalu
mengandalkan tekanan massa untuk memaksakan kehendak, bukan untuk
berdiskusi. Kalau sudah begitu, hanya orang bodoh saja yang akan mau
menemui massa yang maunya menang sendiri.
Ini
sudah masuk dalam kategori berbahaya. Kalau tidak segera dihentikan,
akan membawa masalah besar terhadap negara ini. Ancaman akan sweeping
warga negara India di Indonesia itu bisa menimbulkan pergesekan dan
kebencian di tengah masyarakat dan bila tidak segera ditindak, bukan
tidak mungkin akan menelan korban. Lagian ini sudah merupakan ancaman
secara langsung melalui lisan. Jadi sudah masuk tindak pidana
pengancaman terhadap kelompok tertentu.
Karena
tindak pidana pengancaman bukan merupakan delik aduan, maka sebenarnya
kelompok ini sudah bisa diadukan melanggar hukum. Meskipun belum terjadi
sweeping atau lebih tepatnya persekusi terhadap warga negara India di
Indonesia, mereka sudah dapat ditindak. Sudah waktunya kepolisian
menindak mereka ini demi ketertiban umum. Siapa FPI, PA212 dan GNPF
sampai merasa berhak melakukan sweeping?
Entah
sampai kapan manusia-manusia ini selalu memaksakan kehendaknya seenak
udelnya. Dan kalau tidak dipenuhi akan mengancam seenak udelnya pula.
Perlu
kita ketahui, tragedi kemanusiaan di India ini tidak sesederhana yang
kita dengar. Tidak semudah seperti gambaran pendemo. Jadi tidak usahlah
terlalu lebay seolah paling paham persoalan.
PA 212 Ancam Sweeping Orang India, Kapolri Berani CYDUCK?
Massa
PA 212 yang menganggap pengawal fatwa sampai FPI kemarin melakukan
demonstrasi di depan kedutan besar India dan katanya dijanjikan akan
ditemui pekan depan. Ketua PA 212 Slamet Maarif bahkan dengan biadabnya
mengancam akan melakukan sweeping terhadap warga India di Indonesia
apabila janji tersebut tidak ditepati.
Kalau
memang sudah main ancam dan sweeping ala FPI seperti Bahar Smith yang
pernah tertangkap membawa samurai, ini sudah kelewatan. Idham Azis
jangan diam saja dan jangan pengecut menunggu aksi itu muncul baru
melakukan penindakan. Kapolri harus sigap! Masalahnya... Kapolri kita
tuh....
Kita
tahu bahwa di Indonesia, ada beberapa tempat yang memang cukup padat
penduduk yang keturunan India. Di daerah-daerah Jakarta, banyak
tempat-tempat yang memang ditinggali oleh orang-orang India. Selain
bicara tentang film, India juga jago berdagang, khususnya dagang kain.
Mereka
memiliki komunitas sendiri untuk memberikan kesegaran ekonomi ibu
kota-kota besar di Indonesia. Meski tidak banyak, kampung-kampung India
ini memang menjadi tempat transaksi bisnis terjadi. Barang atau jasa,
siapapun itu. Orang India memang dikenal dengan kecerdasan mereka dalam
hitung menghitung dan bisnis.
Maka
ancaman dari Slamet Maarif ini tentu akan mengguncang perekonomian dan
juga keamanan orang-orang India yang ada di Indonesia. Apalagi Slame
Ma’arif ada di Jakarta, di tempat ibu kota, yang tentunya Anies bacot
Baswedan tidak bisa tidak memberikan izin, lantaran PA212 dan FPI adalah
ormas yang memenangkan Anies dengan segala kebejatan mereka menggunakan
ayat dan mayat dalam memprovokasi warga Jakarta agar memilihnya.
Slamet
bacot Maarif juga pada akhirnya mengungkap bahwa pihaknya hanya ditemui
staf kedubes, bukan duta besarnya dan kantornya juga katanya digembok.
Ya pasti digembok lah, orang-orang India takut dibantai oleh orang-orang
yang bosnya ada di Arab dan pernah mengatakan bahwa ISIS itu tidak
berbahaya. Ya orang yang mengatakan ISIS gak berbahaya, pasti berbahaya.
Saya
kasih peringatan kalau sampai Jumat besok mereka tidak punya niat baik
untuk bertemu dengan kita, untuk menerima ulama-ulama kita, maka mulai
Jumat depan kita sudah sepakat akan bergerak untuk tidak membiarkan
bendera India berkibar di Indonesia.
Jangan
salahkan kami kalau Jumat depan, mereka tak temui kami, anak yang
datang akan men-sweeping warga India di Indonesia, Saudara.
Kami
sudah longgar waktu satu Minggu, tapi (bila) satu Minggu tidak
dimanfaatkan dengan baik oleh India, demi Allah, sama-sama kita satukan
tekad untuk berjuang membela muslim India, Saudara
Bayangkan
ucapan sweeping orang-orang India dan ancaman untuk bergerak
menumbangkan bendera India di Indonesia, dilakukan oleh Slamet Maarif si
PA 212 itu di hadapan para polisi yang berjaga-jaga.
Seharusnya sesaat setelah ia berbicara kalimat provokasi itu, orang ini
langsung diamankan karena memang membahayakan hubungan antara dua
negara.
Sayangnya,
di Indonesia. Kapolrinya sudah ganti. Kapolrinya pengecut sepertinya
dan melempem. Idham Azis sampai saat ini belum mengamankan orang ini. Ia
hanya memantau, melihat dan menunggu. Apa yang ia tunggu? Menunggu
Rizieq pulang? Atau mau beralasan “Kapolri sedang susun papan catur”?
Yang kita lawan itu PA 212 dan HTI yang radikal, Pak, bukan pemain
catur.
Ancaman
sweeping yang dimunculkan oleh Slamet Maarif, tentu sudah terdengar
banyak komunitas India di Indonesia. Mereka pasti sudah ketakutan.
Mereka pasti sudah mengunci pintu rapat-rapat. Apalagi di daerah-daerah
mereka yang beririsan dengan orang-orang radikal.
Saya
berharap pemerintah bisa turun tangan untuk memberikan perlindungan
bagi warga India. Karena apa? Karena kejadian di negaranya, tidak ada
urusannya dengan mereka yang ada di sini, bahkan yang sudah puluhan
tahun ekspat di sini. Jadi kalau bicara sweeping, artinya ancaman itu bisa menjadi jerat untuk mempidanakan Slamet Maarif.
Jangan
sampai orang India dan Indonesia saling menumpahkan darah karen ucapan
pemegang kunci neraka itu. Alih-alih ketemu bidadari, yang ditemukan
adalah neraka.
Saya
menunggu gebrakan polri. Jangan hanya suka tilang orang di depan jalan
saja Pak. Polisi itu melindungi warga. Memberikan rasa aman dan
menjaminnya. Idham Azis kan manusia, bukan tempe.
Ambyar! Penjual Kelontong Ajari Pemprov DKI Cara Hadapi Panic Buying
Semakin
merebaknya wabah penyakit global yang kini kasusnya mencapai 100 ribu
lebih, tak heran kalau ada lonjakan permintaan di pasar. Bahkan salah
seorang kawan di Bali juga penulis, Jemima mengatakan kelangkaan bawang
bombay yang harganya mencapai 250k di Supermarket. Bahkan pemprov DKI
tak mau ketinggalan memanfaatkan ini untuk jualan masker. Berbeda dengan
seorang penjual toko kelontong yang saat ini viral.
Diketahui
sebelumnya sejak pengumuman dua WNI positif terjangkit virus corona,
publik sukses dibuat gempar hingga menyerbu pusat perbelanjaan.
Tak
hanya di Indonesia, fenomena belanja sembako ini juga terjadi di banyak
negara lain. Namun, akibatnya, harga barang-barang pokok pun terancam
naik.
Bahkan, tak sedikit pula pedagang yang malah sengaja menaikkan harga demi mendapat keuntungan lebih di tengah kepanikan.
Meski
begitu, ternyata tak semua pedagang sembako memiliki niat buruk. Salah
satunya adalah pedagang grosir kecil di Teluk Gong Jakarta.
Lewat
cuitan akun @arjuno_ireng01, diketahui jika ibu tersebut hanya menjual
kepada warung kecil yang berlangganan kepadanya dan orang-orang kurang
mampu.
Sementara,
pembeli yang tergolong mampu tidak akan dilayani meski rela membayar
mahal. Selain itu, harga sembako di toko sembako ibu tersebut juga tidak
dinaikkan.
Di kondisi sekarang ini, harga tidak akan saya naikkan kecuali dari sana (pabrik) naik," jelas ibu tersebut.
Tidak
heran, sikap ibu ini pun lantas mendapat pujian dari si perekam video.
Mereka pun menyebutnya 'cengli' atau yang berarti jujur, adil, rasional.
Netizenpun ikut mengomentari kebaikan hati sang penjual.
"Salut sama nci ini... Empati, komitmen, dan nggak rakusnya. Terimakasih nci, semoga usahanya makin maju."
"Kebaikan ternyata bukan monopoli agama dan suku tertentu ya," imbuh netizen.
"Merinding gue... makasih ya bu, sudah melakukan hal yang baik. Teruslah berbuat baik."
"Kindness come in many forms, terima kasih," imbuh netizen lain.
Bahkan dia sampai rela mengikhlaskan barang dagangan yang diambil oleh pembeli nakal. Seperti dilansir tribunnews.com,
dia sempat diingatkan oleh pembeli lainnya yang melihat ada orang yang
mengambil sembako namun langsung meninggalkan toko tanpa membayar.
Susanna mengaku hanya bisa pasrah.
"Ada
pembeli yang ambil nggak bayar, itu ada juga. Saya pasrah. Jadi ada
pembeli lain bilang, itu udah bawa barang terus pergi, sudah bayar
belum? Terus saya bilang 'saya rasa dia belum bayar deh'," jelas
Susanna.
Ketika
itu, Susanna sampai harus menutup pintu pagar toko agar mencegah
pembeli terus berdatangan. Dia juga menasihati pembeli untuk membeli
seperlunya.
"Saya
nasihatin paling dua (karung) beras ya, nggak usah banyak-banyak.
Barang masih banyak. Nggak usah tergesa-gesa. Ada orang bandel masih
nambah terus, tambah ini, ini, dan ini. Saya pun nggak bisa cegah,"
tandasnya.
Sayangnya
sikap penjual kelontong di Jakarta ini tidak dimiliki oleh Anies dan
jajarannya. Di tengah kepanikan warga, mereka justru jualan masker
dengan harga lebih tinggi. Awalnya mereka menjanjikan 1450 box dengan
harga 300 ribu per boxnya. Lalu ketika diprotes banyak orang baru
diturunkan menjadi 125 ribu per box dengan jumlah pengadaan sekitar 20
ribu box. Kalau dihitung-hitung dari harga normal 30 ribu per box,
artinya Pemprov DKI meraup untung 1,9 Milyar untuk penjualan 20 ribu
box.
Makanya
banyak meme berseliweran yang mengatakan "4nies Untung Warga Buntung"
atau viralnya tagar "GabernerJualMaskerMahal". Ironisnya, seakan tak
punya malu, Anies malah mengatakan kalau masker mahal bisa dibeli
artinya daya beli warganya cukup baik. Ini orang seperti sudah
kesetanan, menari-nari di atas penderitaan warga.
Kalau
Anies punya hati nurani, seharusnya dia bisa menggratiskan masker
seperti Risma. Atau paling tidak menjual dengan harga normal dan
membatasi pembelian seperti yang dilakukan penjual kelontong di teluk
gong. Namun, rupanya Anies menjadi contoh bagi Tuhan bagaimana seseorang
harus dinilai. Bukan dari sikap santun, seiman apalagi bicara sok-sok
empati, tapi dinilai dari bagaimana ketika ia memperlakukan orang lain
dan tanggung jawab yang ia lakukan. Sudah sepatutnya seorang kepala
daerah bertanggung jawab mengayomi warga. Bukan bersilat lidah apalagi
sampai mencekik secara membabi buta.
Demo “Makar” Khilafah di Jogya, Polisi dan Pemerintah Kemana?
Jakarta – Pada Selasa
pagi (03/03/2020) sekelompok demonstran yang mengatasnamakan Aliansi
Masyarakat Jogja membuat heboh publik dengan poster dan berbagai slogan
yang mereka usung. Diduga, aksi demo ini merupakan peringatan 96 tahun
keruntuhan daulah khilafah.
Mereka membawa berbagai poster dan
spanduk provokasi bahkan menjurus kepada “makar” terhadap negara salah
satunya adalah “Nasionalisme Pemecah Belah Persatuan Umat”, sebuah iklan
yang sangat berbahaya sekali karena ulama-ulama moderat dari Walisongo
hingga sekarang bersusah-payah menggelorakan Nasionalisme adalah bagian
dari Islam, ini jelas-jelas kelompok Hizbut Tahrir dibalik demo ini.
Bahkan mereka membawa bendera hitam yang jelas-jelas adalah bendera yang
sama seperti dibawa oleh teroris di seantero jagad meskipun mereka
mengklaim itu adalah bendera tauhid.
Namun kenapa aparat dan pemerintah
setempat bungkam akan hal ini, sudah jelas pemerintah lewat
undang-undang sudah melarang ormas ini.
Berikut beberapa komentar soal tidak ada kewajiban dalam Islam untuk mendirikan Khilafah
bahkan para ulama ini menjelaskan kalau ada ormas atau siapa saja yang
anti nasionalisme dapat dipastikan itu adalah para tukang makar:
Kemarin Habib Ali Al-Jufri menyampaikan, “Siapapun
orang yang mengajak kalian untuk mendirikan Khilafah maka jangan kalian
ikuti! Baik ia dari Arab, Turki, atau dari manapun. Mereka hanya ingin
merebut kekuasaan dengan memanfaatkan ghirah dan kecintaan kalian kepada
agama“.
Saya tidak bicara tentang pemerintahan.
Tapi jaga negeri kalian. Jangan terprovokasi dengan orang pakai baju
putih yang mengatasnamakan Islam, demokrasi, liberalisme dll. untuk
merusak dan menipu. Imam Mawardi mengatakan dalam kitabnya al-Ahkam
as-Sulthaniyah, agama, akal, jiwa, kehormatan dan harga diri harus
dijaga. Jika negara hancur, maka semuanya akan hancur.
Para pelaku Kriminal yang
mengatasnamakan agama dan Islam, menurut beliau Siapapun yang
memanas-manasi institusi-institusi pemerintah itu adalah pelaku Kriminal
meskipun dia pakai Imamah, meskipun mengatasnaman agama, menolong atau
membela Islam itu mungkin orang bodoh yang diketawai atau penipu,
siapapun dia, karena ketika ada orang yang memanas-manasi dan mengusik
pemerintah maka dia menghancurkan negara, berarti dia menghancurkan 5
pondasi agama (agama, menjaga jiwa (kehidupam, akal, harga diri dan
harta).
Di Timur Tengah seperti Libya dan Suriah
banyak kemunkaran. Ketika dainya tidak bijak, maka keadaan akan makin
parah. Kita silakan amar ma’ruf. Siapapun pelakunya, siapa saja silakan
dengan cara yang baik dan jangan menyebabkan negara menjadi hancur.
Bagaimana para kelompok pemberontak yang
menggunakan ayat suci dan agama sebagai topeng untuk meruntuhkan sebuah
pemerintahan, mereka adalah kelompok yang buta agama sesungguhnya,
mereka adalah kelompok yang tidak memahami makna agama tapi merasa
paling memahami agama, kelompok ini disebut Khawarij, Khawarij inilah
menjadi cikal bakal dari sumber intoleran di dunia ini.
Kesimupulan: TIDAK satupun kitab fiqh di
atas baik dari berbagai mazhab, kitab fiqh umum maupun khusus masalah
siyasah, baik klasik maupun modern, yang mencantumkan hadits riwayat
Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah apalagi membahas bahwa kelak akan datang
lagi khilafah yang sesuai dengan manhaj kenabian.
Sebelum ada HTI, bangsa Indonesia hidup
rukun damai. Kehidupan beragama damai. Kehidupan antar kelompok sosial
terjalin erat. Adat istiadat dan budaya setiap entitas budaya setiap
daerah bisa berjalan dengan damai tanpa ada pertentangan. Namun setelah
adanya faham HTI yang tersebar dalam masyarakat, kehidupan beragama,
interaksi sosial dan budaya menjadi sesuatu yang rentan pertentangan dan
kericuhan oleh kelompok HTI yang menganggap semua itu tak sesuai ajaran
agama yang mereka anut. Diduga, penentangan tersebut dilakukan
organisasi HTI, mereka menjadi dalang keretakan kehidupan berbangsa saat
ini.
Hizbut Tahrir sampai saat ini ditolak
dan diuber-uber oleh negara-negara di Timteng karena dianggap sebagai
ancaman kamnas. Baik ideologi maupun sistem Khilafah tidak dikenal serta
berlawanan dengan ideologi dan sistem kenegaraan mereka.
Kemudian ada yang ngeles, apakah dengan
penerapan demokrasi lebih baik? Setidaknya demokrasi dibuat oleh
manusia, bisa terus dilakukan perbaikan. Sedangkan khalifah menurut
kalian sesuatu yang sakral berasal dr Tuhan yang tidak bisa dikritisi.
Jadi masih ngeyel ingin tegakkan khilafah? Kalau saya NO.
Melihat cuplikan-cuplikan diatas sudah
jelas menggambarkan kepada kita bahwa Khilafah ala mereka bukan ajaran
Islam dan bahkan adalah gerakan politik yang ingin menguasai sebuah
negara, maka seharusnya aparat keamanan dan pemerintah setempat tidak
membiarkan gerakan ini, contoh nyata Suriah hancur oleh ulah mereka yang
sebelumnya dibiarkan dan pada akhirnya mereka memberontak kepada
pemerintahan yang sah, dan akibatnya negara itu hancur. (ARN)
HEBOH! Ada Bendera “ISIS” dalam Demo Peduli Muslim India di Poso
Jakarta – Mengecam dan
mengutuk pembunuhan umat Islam di India oleh ekstremis Hindu, dan
menyerukan pemerintah India untuk menghentikan kekerasan yang telah
menyebabkan terbunuhnya 40 Muslim adalah hal yang konstitusional.
Namun, jika demo dan mobilisasi massa
mengarah pada ancaman terhadap warga negara India yang berada di
Indonesia, jelas ini mengancam keamanana dan stabilitas negara.
Diketahui bahwa Ketua PA 212 Slamet
Maarif mengancam akan melakukan sweeping terhadap warga India di
Indonesia apabila janji ditemui oleh Dubes India untuk Indonesia Pradeep
Kumar Rawat, tidak terlaksana.
“Saya kasih peringatan kalau sampai
Jumat besok mereka tidak punya niat baik untuk bertemu dengan kita,
untuk menerima ulama-ulama kita, maka mulai Jumat depan kita sudah
sepakat akan bergerak untuk tidak membiarkan bendera India berkibar di
Indonesia. Jangan salahkan kami kalau Jumat depan, mereka tak temui
kami, anak yang datang akan men-sweeping warga India di Indonesia,
Saudara,” papar Slamet.
Selain ancaman, Massa Persaudaraan
Alumni (PA) 212, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF), hingga Front
Pembela Islam (FPI) nampaknya punya agenda lain, yakni mempromosikan
khilafah dalam setiap aksi-aksinya.
Demo kemarin, terlihat dengan jelas
bahwa di antara pengunjuk rasa ada yang memegang bendera ISIS, salah
satu kelompok teroris paling kejam dan sadis di Irak dan Suriah.
Meskipun latar bendera itu dirubah warna putih, tapi simbol dan tulisan
masih sama dengan bendera ISIS.
Bahkan akun Twitter @Detektif_Ngibul
mengungkapkan investigasinya dalam sebuah tweet dan video terkait demo
Peduli Mulim India di Poso, yang mengatakan “Woow!! Fakta mengejutkan!!
Hari ini bendera ISIS berkibar lagi pada Aksi Peduli Muslim India di
Poso, Sulawesi Tengah. Ternyata antek ISIS masih berkeliaran!”
Gambar tersebut diunggah oleh akun
Facebook Indra Gunawan. Dari hasil investigasi @Detektif_Ngibul, Indra
Gunawan tergabung dalam Relawan Syam Organizer dan Syariat Kebangkitan
Pemuda Islam (SKPI) Sulawesi Tengah.
Dewan Pembina dari Syariat Kebangkitan
Pemuda Islam (SKPI) sendiri adalah Farid Ahmad Okbah. Pada tweet 25
Februari @Detektif_Ngibul mengungkapkan investigasinya tentang Farid
Okbah.
Di antaranya, ia mengingatkan bahwa
FARID AHMAD OKBAH mendukung teroris & siap mengirim 1 juta muslim
Indonesia ke Suriah beberapa tahun lalu.
“Ingat baik2 nama & mukanya, FARID
AHMAD OKBAH. Bpk ini mendukung teroris & siap ngirim 1jt muslim
Indonesia ke Suriah bbrp thn lalu.
Berikut beberapa faktanya;
@Detektif_Ngibul juga mendapatkan gambar
Indra Gunawan yang sedang memegang senjata api larang panjang, entah
beneran atau hanya mainan.
“Ini membuktikan bahwa pelaku memiliki keinginan jihad yang sangat tinggi,” tulis @Detektif_Ngibul.
ISIS kembali muncul dalam aksi Peduli
Muslim India di Poso. Ini bukan sebuah kebetulan, karena kemunculannya
pun di Poso, wilayah yang pernah menjadi daerah operasi Tinombala.
Operasi Tinombala adalah operasi yang
dilancarkan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia (Polri) di wilayah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Operasi ini melibatkan satuan Brimob, Kostrad, Marinir, Raider, dan
Kopassus.
Artinya wilayah ini menjadi pantau
khusus TNI dan Polri dalam memberantas kelompok-kelompok teroris yang
berkembang di Indonesia.
Kok bisa muncul bendera ISIS?
Kemunculan bendera ISIS di tengah-tengah
aksi Peduli Muslim India adalah sebuah tes untuk melihat respon
pemerintah. Jika ada pembiaran dan tidak ada respon maka gerakan-gerakan
ini akan berlanjut, maka sebentara lagi kita akan mendapati kembali
bendera-bendera ISIS bertebaran di berbagai kota.
Mungkin aparat kurang jeli dalam membaca gerakan-gerakan teroris yang telah berkamuflase dan membaur dengan masyarakat. (ARN)
Terlalu, TVOne Tak Minta Maaf Ke Mentari School , Cabut Saja Izinnya!
Benar-benar
keterlaluan aksi dari media TVOne yang tak bertanggung jawab dalam
penyiarannya. TVOne ini sudah disorot berbagai pihak karena aksi
ugal-ugalannya. Memuat berita tanpa mengecek sumber. Mengekspos berita
tanpa mengkonfirmasi fakta langsung main disiarkan.
Pihak
Sekolah Mentari Intercultural School ikut terkena getahnya dan menjadi
korban penyiaran asal-asalan TVOne. Entah mendapat informasi dari mana
TVONe dengan lancang langsung menyiarkan berita bahwa ada guru dari
Mentari Intercultural School yang terkena virus Korona.
Upaya
menyebar ketakutan dan menimblkan keresahan jelas nampak dari framing
mereka. TVOne ini memang sellau terdepan untuk memberitakan konten yang
menimbulkan kontroversi dan memicu keresahan dalam masyarakat.
Reaksi
TVONe malah santai. Mereka hanya menyiarkan klarifikasi dari Kepala
Sekolah Mentari Intercultural School bernama A. Songky Widjaja. Beliau
membuat pernyataan untuk meluruskan pemberitaan TVOne di acara Kabar
Siang, kemarin. Jadi tak ada guru, staf, karyawan yang terkena. Alasan
pihak sekolah untuk meliburkan sekolah adalah untuk mengantisipasi serta
melakukan disinfektan.
Tapi
reaksi dari pihak TVONe itu sangat memalukan. Mereka hanya bereaksi
secara santuy. Jadi setelah menyiarkan klarifikasi dari Kepala Sekolah
Pak A. Songky Widjaja lalu presenternya dengan santainya menyatakan
bahwa “dengan demikian kekeliruan telah diperbaiki.
Jadi
saking seringnya kekeliruan itu malah menjadi biasa. Menjadi budaya.
Tapi budaya yang dibangun olleh media ini adalah budaya yang negatif.
Tanpa etika dan main lempar berita tanpa mau bertanggung jawab.
Sampai
kini tak ada niat dan keseriusan dari TVONe untuk meminta maaf. Jangan
jiri dengan cukup menyiarkan solah perbaikan kekeliruan maka masalah
akan beres? Justru hoaks dan fitnah yang ditebarkan itu menjadi alat
uintuk provokasi dan menimbulkan ketakutan massa.
Jurnalisme ala TVOne adalah bagaimana memberitakan secepat-cepatnya kendati ngawurnya tak berujung.
Pola
yang menganggap bahwa siarkan dulu nanti bisa diklarifikasi menjadi
semacam cara bagi TVOne untuk membenarkan diri dan terus mengunlang pola
yang sama. Modus sebarkan fitnah, hoaks dan kebohongan dulu toh gampang
nanti diklarifikasi menjadi spirit dan motto dari TVOne ini.
Tak
ada sikap yang serius dan upaya sungguh-sungguh untuk berbenah. Jadi
pola atau model siarkan toh bisa diedit atau direvisi ini menjadi alat
yang dipakai oleh media TVOne untuk membela diri dan terus saja
menjalankan praktek jurnalisme abal-abalnya.
Untuk
itu Mentari Intercultural School bisa melanjutkan tuntutan hukum
apalagi sekolah ini memiliki nama besar dan TVOne dengan sengaja mau
merusak reputasinya. Bagusnya lawyer terkenal ikut turun untuk mendukung
gugatan pihak sekolah Mentari agar mengajukan tuntutan hukum ke TVONe.
Masalah
pemberitaan oleh TVOne ini jelas bukan masalah sepele karena framingnya
dengan memanfaatkan situasi pada saat ini sangatlah keji. Tak ada niat
baik dan upaya memamnfaatkan situasi untuk menmaikkan rating.
Tindakan
abal-abal dari pihak TVONe ini jelas bukan yang pertama. Acara ILC juga
sudah dikomplain karena membawa istilah ‘Lawyer”. Tapi yang ada malah
tak mencerminkan judulnya. Narasumbernya banyak yang diundang Karni yang
kontra dan nyinyir dengan Pemerintah. Gestur dan gaya bahasa juga
sangat melecehkan.
Pihak
TVOne sudah pernah mendapatkan teguran saat masa kampannye Pilpres.
Bahkan ini parahnya ketika awal Januari dipanggil Oleh KPI untuk
penghapusan istilah ‘Lawyers” pada acara andalan mereka, TVONe tak mau
datang.
Adalah
Koordinator TAPPAI (Tim Advokasi Peduli Profesi Advokat Indonesia),
yang meminta penghapusan kata ‘Lawyer’ pada acara ILC – TV One tapi
TVOne tak mau memenuhi undangan KPI. Alasannya sedang ada acara HUT
mereka.
Jadi
terlihat aksi sombong dan arogan TVOne itu harus dikasih pelajaran.
Merasa diri pemiliknya orang kuat di negeri ini tapi jadinya
semena-menda dan asal saja mengekspos berita.
Jangan
dikasih kendor. Mentari School harus menuntut secara hukum. Pemerintah
secara tegas sudah memperingatkan soal pengedar berita hoaks soal virus
Korona! Pihak Kepolisian juga harus aktif untuk memberantas provokator
dan pelaku hoaks yang ada di media-media besar.
Moga
Mentari Schookl bisa mengajukan tuntutan ke TVOne yang sudah berubah
menjadi TVOon ini untuk memberi pelajaran bahwa mentang-mentang media
tapi nggak boleh asala-asalan menyiarkan berita.
Sekarang 212 sudah gembos kayak ban motor lama
yang penuh lubang. Mau di-branding apa juga, masyarakat ketawa saja.
Tulisan Denny Siregar.
Aduh saya sampai lupa membahas aksi 212 kemarin. Habis
beritanya sepi sih. Media sudah pada bosan dengan model tekanan massa
seperti itu. Pesertanya juga sekarang cuma diklaim "ratusan ribu".
Biasanya sih ada angka jutanya.
Tapi angka ratusan ribu itu juga
sulit dipercaya. Karena mereka biasa bohong, suka menaikkan harga kayak
pedagang curang. Kalau ribuan, mungkin lah.
Tuntutan mereka juga enggak solid. Macam-macam. Mulai turunkan Jokowi,
kesal sama Ngabalin sampai Harun Masiku segala. Pada intinya, itu demo
sia-sia. Kayaknya sponsornya juga enggak ada. Ada yang dipenjarakan, ada
yang diancam, dan ada juga yang dirangkul pemerintah.
Saya jadi ingat pembicaraan Ahok yang viral kemarin, yang bertanya kenapa pemerintah diam saja ketika ia dijadikan tersangka.
Antara diam dan strategi penyelamatan negara
itu beda. Saya sejak lama sudah mengira bahwa apa yang dilakukan aparat
pada waktu itu adalah menyelamatkan negara dari masalah yang lebih
besar.
Harus diakui, di sinilah kehebatan mantan Kapolri Tito Karnavian.
Bayangkan,
seandainya waktu itu Ahok tidak "dilapaskan". Pasti situasi akan chaos,
karena tekanan massa yang didorong oleh miliaran rupiah dana dari politisi dan pengusaha yang punya kepentingan.
Dan ketika itu terjadi, kelompok 212 dan Rizieq Shihab
pemimpin mereka, akan mendapat legitimisasi kuat dari rakyat. Mereka
akan jauh lebih besar dari sekarang. Dan situasi Indonesia belum tentu
sebaik ini sekarang.
Sekarang si 212 sudah gembos kayak ban motor lama yang penuh lubang. Mau di-branding apa juga, masyarakat ketawa saja. Malah mereka dicemooh karena orang sudah pada bosan. Rizieq juga sampai enggak pulang-pulang.
Harus diakui, di sinilah kehebatan mantan Kapolri Tito Karnavian.
Dia
tidak menghajar kelompok rusuh itu, tapi membangun pipa yang
menyalurkan aksi itu ke selokan. Hasilnya kita rasakan sekarang. Kita
masih bekerja seperti biasa, dan kelompok itu terus-menerus sibuk
memikirkan, "Jualan apa lagi yang bisa laku ya sekarang?"
212 itu seperti Nokia. Mereka dulu sepertinya gagah perkasa, sekarang orang mau memakai saja sudah ogah. Sudah jadul, enggak sesuai masa.
Sekarang
kelompok itu seperti sendirian. Yang mau rangkul saja malas, soalnya
nasi bungkusnya sekarang minta karet dua, mau nambah rendang segala.
Padahal biaya yang disediakan cuma buat nasi separuh sama sepotong kecil
udang, tapi buntutnya saja. "Yang penting kenyang," kata donatur.
Eh, gimana kabar 212 Mart?
Juga enggak kedengaran suaranya. Mungkin sudah mati diam-diam, enggak ada yang beli karena harganya mahal. Mereka yang jualan agama itu enggak paham, pasar hanya mengenal mana barang yang murah, bukan mana barang yang syariah.
Dua satu dua bentar lagi akan tinggal kenangan. Akan diingat sebagai kelompok parodi dengan hiburan gratis dan menjadi lawakan.
Mungkin kelak akan ada film
layar lebarnya, dengan judul, "212 SAMA DENGAN 5". Lumayanlah, biar
mereka dianggap bisa berhitung. Masak selalu dianggap enggak bisa
apa-apa.
Seruput dulu ah, kopinya. *Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi Tulisan ini sebelumnya telah di-publish di laman Facebook Denny Siregar dengan judul 212 yang Terlupakan
Massa PA 212 dan FPI menggelar aksi antikorupsi di Patung Kuda Jakarta, Jumat, 21 Februari 2020. (foto: Tagar/Moh Yaqin).
Guntur Romli mengecam seorang orator yang dalam
aksi 212 menyerukan jatuhkan Jokowi. Ia meminta polisi memeriksa panitia
demonstrasi tersebut.
Jakarta - Politikus Partai Solidaritas Indonesia
(PSI) Guntur Romli akrab disapa Gun Romli mengecam seorang orator dalam
aksi 212 yang dilakukan Front Pembela Islam (FPI dan PA 212 pada Jumat,
21 Februari 2020 di sekitar Tugu Patung Kuda, Jakarta Pusat yang
menyerukan 'jatuhkan Jokowi'. Gun Romli mendesak kepolisian memeriksa
panitia demonstrasi tersebut.
"Demo adalah bagian dari demokrasi,
tapi hasutan menjatuhkan presiden yang sah dan dipilih rakyat merupakan
tindakan inkonstitusional dan makar. Polisi harus memeriksa panitia dan
Ketua 212," kata Guntur Romli kepada Tagar, Sabtu, 22 Februari 2020.
Gun Romli menyebut pemberian izin aksi 212 dilandasi karena menyuarakan pemberantasan korupsi.
Namun, jika agenda tersebut ditunggangi makar dengan niat menjatuhkan
presiden yang sah, harus segera diusut karena telah melenceng dari
nilai-nilai demokrasi.
Hasutan menjatuhkan presiden yang sah dan dipilih rakyat merupakan tindakan inkonstitusional dan makar.
"Izin
demo 212 itu katanya agendanya anti korupsi, kita dukung, karena
kasus-kasus korupsi seperti Jiwasraya dan lain-lain ditangani serius
atas pemerintah Presiden Jokowi.
Tapi ternyata ada pembajakan terhadap demokrasi dan prinsip kebebasan
dengan menghasut ingin menjatuhkan pemerintahan yang sah. Ini tidak bisa
dibiarkan," kata Gun Romli.
Gun Romli juga menyoroti keterlibatan anak-anak dalam aksi 212. Terlebih, kata dia, dari temuan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), anak-anak tersebut tidak diberi makan sejak pagi. Namun, justru merokok.
"Kita juga mengecam Panitia dan Ketua 212 yang melibatkan anak-anak dalam demo itu, yang kata KPAI, tidak makan dari pagi dan merokok, ini bahaya bagi masa depan penerus bangsa ini," tutur dia.
Sebelumnya, aksi 212 sedianya dilakukan di depan Istana Negara.
Namun rencana itu urung dilakukan lantaran di samping Tugu Patung Kuda
telah dipasang pagar kawat berduri, yang sengaja dibentangkan menutupi
jalan agar massa tidak bisa long march menuju Istana.
Oleh
sebab itu, massa FPI dan PA 212 hanya bisa memuntahkan aspirasinya di
sekitar Patung Kuda yang berjarak sekitar 1 kilometer dari Istana
Negara.
Pantauan Tagar di lokasi, massa yang telah
berkumpul sejak pukul 13.00 WIB usai salat Jumat terus datang
berduyun-duyun. Peserta aksi dari FPI dan PA 212 mengklaim kegiatannya
ini dihadiri para pemimpin umat Islam dari sejumlah daerah, serta
pimpinan pondok pesantren, alias hanya kurang Imam Besar FPI Rizieq Shihab yang masih berada di Arab Saudi. [] Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Guntur Romli. (Foto: Tagar/Morteza Syariati Albanna).
Sumber : https://www.tagar.id/guntur-romli-aksi-212-ingin-jatuhkan-jokowi
Istana Respons Aksi Demo 212 di Jakarta
Pihak Istana menegaskan tidak melarang FPI, PA
212, dan GNPF Ulama, untuk menggelar aksi demo 212 menentang korupsi di
Patung Kuda, Jakarta.
Jakarta - Pihak Istana menegaskan tidak melarang
siapapun untuk melakukan aksi demo 212, seperti yang hari ini dilakukan
Persaudaraan Alumni (PA) 212, Front Pembela Islam (FPI), dan Gerakan
Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama, di Patung Kuda Jakarta.
Staf Khusus Presiden Bidang Hukum Dini Shanti Purwono mengatakan berdemonstrasi dilindungi oleh undang-undang.
Maka itu dia mengharapkan gabungan organisasi kemasyarakatan tersebut
dapat menyampaikan aspirasi dengan baik, tidak melenceng dari tema utama
antikorupsi.
Baca juga: Massa Aksi PA 212 Teriakkan Ali Mochtar 'Nyebelin'
Kalau mau demo enggak apa-apa, itu kan jadi catatan pemerintah bahwa oh ada ketidaksenangan nih, apa isunya, kan bagus juga, harus menjadi pemerhati pemerintah.
"Demo ya demo saja lah. Itu hak konstitusional warga negara. Kan
katanya ingin bersuara, memberikan pendapat, pasal 28 dan sebagainya.
Bagus-bagus saja selama demonya bersubstansi," ucap Dini Shanti di
Kantor Sekretariat Kabinet, Jakarta Pusat, Jumat, 21 Februari 2020.
Dini
mengimbau agar para pedemo bisa memosisikan diri tanpa disusupi
kepentingan tertentu. Dia juga meminta agar peserta aksi dari FPI, PA 212, dan GNPF Ulama, dapat mengontrol diri dan tidak membuat aksi huru-hara.
"Kalau memang mau demo apa yang menjadi keberatan disampaikan ya secara edukatif juga. Bukan hanya sekadar ramai-ramai provokasi dan tawuran. Kalau mau demo enggak apa-apa, itu kan jadi catatan pemerintah bahwa oh
ada ketidaksenangan nih, apa isunya, kan bagus juga, harus menjadi
pemerhati pemerintah," ujar politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI)
itu.
Baca juga: Komando Rizieq Shihab, PA 212 dan FPI Jihad Total
Senada dengan Dini, Politikus Partai NasDem Irma Suryani Chaniago juga menyebut tidak ada larangan untuk menyuarakan komentar terhadap pemerintah.
Namun, dirinya mempertanyakan FPI dan PA 212, mengapa memilih wilayah Istana Negara sebagai tempat berunjuk rasa.
"Demo itu kan dilindungi undang-undang, silakan saja, sepanjang konstruktif. Tapi kok ke Istana ya?" ujar Irma kepada Tagar, Rabu, 19 Februari 2020.
Menurut Irma, FPI dan PA 212 seharusnya melakukan demonstrasi di depan kantor Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) atau kantor aparat penegak hukum lainnya. Hal itu lantaran
masalah yang disuarakan kedua organisasi tersebut merupakan urusan
hukum.
"Kalau semua harus ke presiden, sepertinya jadi pemaksaan
kehendak. Karena, masing-masing institusi punya tanggung jawab sesuai
tugas pokoknya," ucap dia.
Irma menuturkan, kasus yang disuarakan FPI dan PA 212 sedang ditangani aparat penegak hukum. Sehingga, dia menyarankan kedua organisasi itu agar mengawal kasus-kasus korupsi. [] Staf khusus Presiden Bidang Hukum Dini Shanti Purwono di Sekretariat Kabinet, Jumat, 21 Februari 2020. (foto: Tagar/Popy Sofy).
Sumber : https://www.tagar.id/istana-respons-aksi-demo-212-di-jakarta
Ibnu Sina Resmikan Gerai 212 Mart Pertama di Kalsel
Wartaniaga.com,
Banjarmasin- Walikota banjarmasin H Ibnu Sina meresmikan gerai 212 Mart,
Sabtu,(3/2) di Banjarmasin. Gerai ini merupakan yang pertama di
Kalimanatan Selatan dan dibangun atas inisiatif alumni gerakan 212 yang
kemudian membentuk koperasi Bauntung Batuah sebagai badan hukum mini
market ini.
Menurut Ibnu sina, kehadiran gerai ini dapat menjadi alternatif belanja yang halal bagi masyarakat banjarmasin.
” Selain mampu mengembangkan ekonomi umat, kehadiran gerai 212 Mart
bisa menjadi alternatif belanja yang halal bagi masyarakat ” ujarnya.
Lebih lanjut dirinya berharap gerai ini mampu menampung produk lokal.
” Kita berharap mini market yang ada di banjarmasin dapat menampung
produk-produk lokal, minimal 20 persen” ujarnya
Diungkapkanya, khusus untuk gerai 212 pemko Banjarmasin telah memberikan izin sebanyak 10 gerai.
Meski demikian, Ibnu juga mengingatkan untuk tidak menggunakan
kantong plastik sebagai pembungkus belanjaan. ” Berdasarkan Perwali
nomor 18 tahun 2016 tentang pelarangan kantong plastik, maka diingatkan
untuk pembungkus belanjaan harus menggunakan bahan ramah lingkungan”
katanya
Sementara itu, pengelola 212 mart Bauntung Batuan H M Ismail Iberahim
mengatakan gerai Banjarmasin ini merupakan cabang ke 81 dari seluruh
gerai yang ada di Indonesia.
Dirinya optimis, usaha bermasa ini mampu berkembang dan dapat
bersaing dengan yang lain karena selain membidik pasar yang sudah, Gerai
ini juga akan melayani semua anggota koperasi Bauntung Batuah.
“ Pelanggan kita yang pasti adalah para anggota koperasi, kita akan
memenuhi kebutuhan mereka setiap bulan dengan demikian kita yakin gerai
ini dapat berkemang dan mampu bersaing dengan yang lain” beberanya
seraya menambahkan disamping keikutsertaan masyarakat mendukung ekonomi
ummmat.
Pada kesempatan ini Ismail juga meminta dukungan semua alumni 212 yang ada di Kalsel agar gerai ini berkembanh dan maju.
” Kita mengundang semua alumni 212 di Banua untuk ikut serta
mengembangkan ekonomi ummat dan turut membuka gerai- gerai berikutnya ”
ujar pemilik rapi sari galery ini.
Selain dihadiri walikota Banjarmasin, pembukaan gerai 212 Mart ini
juga dihadiri oleh ketua MUI Kalsel KH Husin Nafarin dan Eka Rusmiyati
Ketua Koperasi Syariah 212 Jakarta.
Dan bagi masyarakat yang ini berbelanja produk halal dan tayib dapat
mengunjungi 212 mart di jalan pangeran antasari nomor 9Aa Banjarmasin,
dari jam 07:00 sampai dengan 22:00 wita.
Reporter : Edy Dharmawan
Editor : Didin Ariyadi
Foto : Edy Dharmawan
Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina saat berkeliling gerai 212 Mart
La Nyalla VS Prabowo, dan Kegaduhan Para Pentolan Alumni 212
SALAFYNEWS.COM, JAKARTA
– Perseteruan La Nyalla dan Prabowo semakin memanas, ditambah lagi
perseteruan para pentolan 212, Ketua FUI Muhammad Al Khaththat dan Ketua
Umum Garda 212, Ansufri Idrus Sambo yang tidak satu suara dalam masalah
kegaduhan ini.
Sambo, La Nyalla merupakan satu di antara penggerak aksi 212
Pengakuan blak-blakan yang disampaikan
oleh La Nyalla Mahmud Mattalitti mengenai permintaan uang saksi Rp 40
miliar oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto terkait Pilkada
Jatim 2018, mendapat respon dari Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Lembaga tersebut berencana memanggil Prabowo setelah terlebih dulu
meminta keterangan kepada La Nyalla.
Dalam jumpa pers, Kamis (11/1/2018), La
Nyalla mengungkapkan pernah dipanggil Prabowo dan diminta untuk
menyetorkan uang saksi Rp 40 miliar. Padahal surat rekomendasi sebagai
calon Gubernur Jatim dari Partai Gerindra belum ada. La Nyalla juga
mengatakan dimintai uang Rp 150 miliar hingga Rp 170 miliar oleh oknum
Partai Gerindra agar mendapat dukungan sebagai calon Gubernur Jatim
2018.
Meski belum mengeluarkan uang yang
diminta, La Nyalla mengaku telah menyerahkan uang sekitar Rp 5 miliar
kepada oknum pengurus Gerindra.
Bawaslu Jawa Timur telah melayangkan
surat pemanggilan klarifikasi terhadap La Nyalla. “Kita lihat dulu kalau
yang bersangkutan tidak ada bukti, bagaimana harus panggil Pak Prabowo.
Kan malu juga panggil Pak Prabowo,” kata Komisioner Bawaslu, Rahmat
Bagja, ketika ditemui di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (13/1/2018).
Perkembangan klarifikasi dari La Nyalla
akan menentukan sikap Bawaslu Jawa Timur apakah memanggil Prabowo atau
tidak. Rahmat sendiri menilai ada ketidakkonsistenan dari La Nyalla
terkait mahar politik tersebut. “Makanya kami klarifikasi apakah benar
terjadi mahar politik karena berapa kali ada statement (pernyataan) tapi
kemudian berubah. Jangan sampai ini main-main lah kalau soal itu. Kalau
mau serius ya buktikan kalau ada mahar politik,” kata Rahmat.
Rahmat mengingatkan La Nyalla harus memberikan pernyataan konsisten terkait uang Rp 40 miliar tersebut.
Untuk menindaklanjuti, kata Rahmat, La
Nyalla harus bisa membuktikannya. Rahmat melihat ada kesulitan dalam
kasus itu karena La Nyalla bukan calon kepala daerah. Seandainya La
Nyalla merupakan calon yang didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU),
dia bisa terkena diskualifikasi, sedang partai politik pengusungnya
tidak boleh mengikuti pilkada jika benar menerapkan mahar politik.
“Jangan sampai ini kabar burung yang diembuskan,” ujar Rahmat.
La Nyalla pernah mendapatkan surat mandat dari Prabowo Subianto, pada 11 Desember 2017.
Surat mandat mencari mitra koalisi untuk
memenuhi syarat pendaftaran pasangan calon gubernur dan calon wakil
gubernur itu hanya berlaku 10 hari dan berakhir pada 20 Desember 2017.
Selain ditugaskan mencari mitra koalisi, La Nyalla juga diminta
menyiapkan kelengkapan pemenangan.
Berdasarkan keterangan La Nyalla,
kelengkapan pemenangan itu di antaranya uang Rp 40 miliar. “Saya
dimintai uang Rp 40 miliar. Uang saksi disuruh serahkan pada 20 Desember
2017, kalau tidak bisa saya tidak akan direkomendasi,” ujar La Nyalla.
Dalam pernyataannya La Nyalla melibatkan alumni gerakan 212.
Ia menyatakan sebanyak lima orang
kandidat kepala daerah yang diajukan alumni 212, termasuk dirinya,
ditolak oleh Partai Gerindra. Oleh karena itu Nyalla mengajak alumnis
212 tak mendukung partai tersebut.
Menurut Ketuai FUI Muhammad Al Khattath,
“Nah tentunya saya nggak tahu mungkin apa ada mispersepsi dari ketiga
partai bahwa seolah-olah kami mendukung dengan memberikan cek kosong.
Nah ini yang mungkin pemahaman mereka seperti itu, padahal kita
mendukung munculnya Gubernur Anies-Sandi itu adalah dengan semangat 212,
semangat Al Maidah 51. Oleh karena itu, kita berharap hal itu terjadi
di temapt-tempat yang lain,”.
Namun beda lagi dengan pendapat Ketua
Umum Garda 212, Ansufri Udrus Sambo, menyatakan para alumni 212 merasa
keberatan pada pernyataan La Nyalla. “Kami sebagai alumni 212, saya
sebagai deklarator alumni 212, merasa keberatan atas pernyataan Pak La
Nyalla yang mengikutsertakan alumni 212 atas kegagalan beliau menjadi
calon gubenur dari,” ujar Sambo, di kawasan Kemang, Jakarta, Sabtu.
Ia juga minta La Nyalla tidak
membawa-bawa nama para alumni aksi 212 dalam perseteruannya dengan
Prabowo. “Kami menyatakan itu adalah urusan beliau dengan Pak Prabowo,
tidak ada kaitan dengan alumni 212,” tegas Sambo. Menurutnya, meskipun
La Nyalla merupakan satu di antara penggerak aksi 212, ia tidak ingin
para alumni gerakan tersebut dikaitkan dengan Pilkada Jawa
Timur. “Walaupun beliau (La Nyalla) alumni 212, tapi tidak bisa
mengatasnamakan alumni 212 terkait pencalonan sebagai Gubernur Jawa
Timur,” kata Sambo. (SFA)
Ghirah untuk berjihad ekonomi sudah sampai Kalimantan Selatan. Umat Muslim di sana sudah berencana mendirikan 212 Mart.
Muhammad Ismail Ibrahim, berasal dari Banjarmasin, Kalimantan
Selatan, sengaja datang ke Sentul, Bogor untuk merintis pendirian
211Mart di kotanya, Banjarmasin.
“Alhamdulillah pada saat ini kami di Banjarmasin sudah mulai tumbuh
komitmen untuk bersatu membentuk komunitas – komunitas yang nanti akan
menjadi cikal bakal berdirinya Koperasi 212”, kata Ismail kepada Koperasi Syariah 212, Kamis (12/10) di Kantor Pusat Koperasi Syariah 212, Mal Bellanova, Sentul City, Bogor.
Sama dengan harapan Pengurus Koperasi Syariah 212, Ismail juga
menginginkan umat Muslim Banjarmasin umumnya, terkhusus anggota
komunitasnya untuk berbelanja di 212 Mart. Ia menyebutnya sebagai toko
yang bersyariah Islam.
Dengan berbelanja di toko yang bersyariah Islam, keuntungan akan
menjadi milik umat Islam yang mendirikannya. Juga, yang tak kalah
penting, keuntungan dibagikan ke fakir miskin, panti asuhan, dan kaum
dhuafa.
Ghirah yang mulai tumbuh di Banjarmasin diharapkannya dapat menular ke kota dan kabupaten di Kalimantan Selatan.
Tak kurang dari 250 orang di Banjarmasin yang sudah berkomitmen untuk
menjadi investor 212 Mart yang akan menjadi yang pertama di Kalimantan.
Nah, Ismail ke kantor Koperasi Syariah 212 untuk menyerahkan dokumen
pendaftaran anggota komunitasnya. “Ya saya juga ingin menggali ilmu
bagaimana Koperasi 212 bisa terwujud dengan cepat. Karena antusias
kawan-kawan di daerah ingin sekali cepat untuk terlaksana dan
terwujudnya koperasi ini”, kata Ismail menjelaskan.
“Datanya lengkap dan rapih menyusunnya, sangat membantu kami”, kata
Dini, kepala Customer Service Koperasi Syariah 212 tentang Ismail.
Yang dimaksud Dini adalah dokumen pendaftaran kolektif dari Koperasi
Syariah 212 yang ditangani oleh Ismail. Memag, pendaftaran anggota
Koperasi Syariah 212 juga bisa dilakukan secara kolektif dan offline.
Namun, ada kondisi khusus pendaftaran kolektif anggota Koperasi Syariah
212 ini dilakukan.
Nah, Ismail yang pengusaha ini pun mengimbau kepada umat Muslim
khususnya yang berada di Banjarmasin, “Marilah kita bersatu untuk
menghidupkan ekonomi umat di Banjarmasin. Marilah kita bersama sama
berbelanja karena itu adalah minimarket punya kita dan untuk kita.
InsyaAllah dengan bersatu kita menghidupkan, dengan banyaknya tumbuh
minimarket di berbagai tempat juga akan memperat tali silahturahmi kita”
kata Ismail menegaskan.
Omzet 212Mart Banjarmasin Capai Rp 40 Juta saat GO
Dari pesan singkat yang diterima Koperasi Syariah 212,
Grand Opening 212Mart Banjarmasin membukukan omzet di hari pertama
mencapai Rp 40 juta.
Berikut ini kutipan dari pesan tersebut:
Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT, seluruh rangkaian acara
Grand Opening kemarin dan sampai dengan hari ini berjalan dengan sukses
dan lancar. Banyak kritik dan saran, itu wajar dan perlu buat kami
selaku pengurus Koperasi Syariah Bauntung Batuah dan Manajemen 212 Mart,
seluruh kritik, saran, dan masukannya akan segera kita follow-up secara
bertahap.
Kita berdo’a semoga mini market 212 MART kita ini memberi keberkahan
dan manfaat buat kaum Muslimin dan Muslimat, tidak lupa jargon kita
AMANAH, BERJAMAAH, IZZAH ini selalu dipelihara oleh Allah SWT khususnya
seluruh anggota Koperasi Syariah Bauntung Batuah dan kaum Muslimin dan
Muslimat pada umumnya.
Dan tak lupa Kami laporkan total omset kita di hari pertama berjumlah
Rp 44.257.459,00 dan di hari kedua tanggal 4 Februari 2018 berjumlah Rp
30.269.190,00.
Semoga 212 Mart terus menunjukan tren Positif setiap harinya, Aamiin.
Jangan Lupa Ajak Keluarga, Sahabat, Tetangga, dan Jamaah Mesjid
disekitar kita untuk bersama-sama bergabung mewujudkan Kebangkitan
Ekonomi Ummat di Banua Tercinta salah satunya ikut serta menjadi Anggota
Koperasi Syariah Bauntung Batuah Banjarmasin.
Bagaimana hukum di Indonesia mengatur tentang perebutan pasar/pangsa
pasar dengan ajakan pemboikotan atau ajakan yang menjurus SARA
berbicara?
Ada baiknya kita melihat dulu tugas dan wewenang badan negara yang
berwenang didalam persaingan usaha di Indonesia.. dari point2 yg dibawah
ini silahkan agan2 menilai sendiri bagaimana sih kira2 sih M212M ini.. ( http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/tugas-dan-wewenang/ )
Tugas dan Wewenang
Undang-undang No 5 Tahun 1999 menjelaskan bahwa tugas dan wewenang Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah sebagai berikut:
Tugas
melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 16;
melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku
usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 17 sampai
dengan Pasal 24;
melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan
posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 25
sampai dengan Pasal 28;
mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagaimana diatur dalam Pasal 36;
memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang
berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat;
menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang-undang ini;
memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Wewenang
menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang
dugaan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat;
melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau
tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan
oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan oleh Komisi
sebagai hasil penelitiannya;
menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada
atau tidak adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat;
memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini;
memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang
dianggap mengetahuipelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini;
meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi,
saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan huruf f,
yang tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi;
meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan
penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar
ketentuan undang-undang ini;
mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan;
memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku usaha lain atau masyarakat;
memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini.
Dalam poster itu terlihat seorang
ustad berinisial BN, sedang memeluk seseorang berseragam Banser NU. Dan
dibawahnya ada tulisan “ustad pemersatu umat”.
Saya terus terang ketawa melihat
posternya yang sudah jelas disebarkan bukan oleh Banser NU.
Supaya bisa paham, kita harus
melihat kronologinya..
Gerakan Ansor dan Banser sebagai
satu kesatuan, sudah lama menghadang paham HTI di negeri ini. Paham berbahaya
dengan mengusung agenda khilafah dan mengkafirkan Pancasila ini, bertujuan utk
menguasai Indonesia dengan menunggangi nama “Islam”.
Coba googling dengan keyword
“Ansor/Banser hadang HTI”, maka akan terlihat rekam jejak penghadangan itu
dimana-mana. Bahkan Ansor dan Banser mengikrarkan pembubaran HTI jauh sebelum
Jokowi mengeluarkan Perppu pembubaran Ormas.
Sesudah keluar Perppu, Ansor dan
Banser semakin ketat menjaga penyebaran ideologi khilafah ini. HTI terpojok dan
tidak bisa bergerak untuk melakukan pawai dan demo karena mereka sudah
bertentangan dengan hukum.
Akhirnya HTI menggunakan modus
dengan menyebar 2 orang “ustad besar mereka”, yaitu FS dan BN. Dari 2 orang
itu, yang paling berbisa adalah BN.
Rekam jejak BN terlihat jelas
ketika tahun 2012, dia keliling Indonesia membawa bendera pemberontak Suriah.
Dia juga aktif membangun kampanye penderitaan rakyat Suriah dengan tagar
#SaveSuriah, tetapi bantuan itu sejatinya mengalir ke pemberontak utk mendukung
perlawanan kepada pemerintah sah Suriah.
BN sangat aktif membangun
ormas-ormas baru sebagai kepanjangan tangan HTI. Salah satu karya terbesarnya
adalah GNPF, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI, yang mengkoordinir ribuan
orang berdemo di 411 dan 212.
Dalam acara tersebut, BN
mengambil panggung untuk mengajak orang-orang mendukung gerakan khilafah. Seruan
yang selama ini menjadi jargon HTI.
Sayangnya, gerakan itu kempes di
tengah jalan, dan HTI malah dibubarkan..
Tidak hilang akal, BN menyusup ke
ormas besar berinisial “M”. Dengan menggandeng “You know who” yang berjanji
jalan kaki Jogja - Jakarta tapi gak punya tenaga, BN mengadakan tabligh akbar
di sejumlah daerah.
Ansor dan Banser NU kembali
menghadang acara tabligh akbar yang disinyalir sebagai gerakan politik itu. BN
dengan licik memanfaatkan momen itu dengan konsep andalan dia “playing victim”.
Pasukan dunia maya-nya berteriak dan mendiskreditkan Ansor dan Banser sebagai
“ormas pembubar pengajian”.
Tahu akan diadu domba dengan
ormas M, Ansor dan Banser merubah taktik perang mereka...
Mereka setuju FS dan BN untuk
berbicara di pengajian dan tabligh akbar, tapi dengan satu syarat, berikrar
pada kesetiaan Pancasila...
Ikrar ini seperti senjata
mematikan bagi kedua pentolan HTI itu. FS lari dan tidak mau berikrar karena
ikrar itu akan membuat dia “mencurangi perjuangan HTI”. FS bukan hanya lari
tercepirit dengan belakang celana basah, tapi juga tereak2 bahwa dia di zolimi
Ansor dan Banser..
Ia lalu mempersilahkan orang-orang mem-videokan dirinya berikrar kesetiaan pada Pancasila. Hal yang sangat
bertentangan dengan ideologinya selama ini karena Pancasila sudah mereka anggap
berhala dan mempercayainya adalah musyrik..
Bukan itu saja, pasukan dunia
maya BN kemudian bermanuver menyebarkan poster “NU saudara kita, Banser saudara
kita”. Ia harus melakukan itu karena tidak ingin kehilangan muka sekaligus
menunggangi momen itu.
Dan momen itu digunakan dengan
baik oleh BN dengan mengangkat dirinya sebagai “ustad pemersatu umat”.
Seolah-olah dialah yang berjasa menjadi pemersatu “umat Islam”. Wah, ini jelas
menghina bibib yang gak pulang-pulang dan sudah memproklamirkan dirinya sebagai Imam
besar umat Islam.
Apakah Ansor dan Banser tertipu
dengan agenda itu ?
Jika melihat rekam jejak Ansor
dan Banser yang terbentuk bahkan sebelum negara ini menyatakan merdeka, saya
bisa katakan TIDAK. Ansor dan Banser bukan ormas kemaren sore, mereka dibangun
oleh para ulama yang menjaga negeri ini dengan seluruh jiwa raga mereka..
Ansor dan Banser sengaja
mengurung BN sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa. Istilahnya “boleh
ceramah, tapi dengan mulut terkunci”.
Dengan kawalan Ansor dan Banser
dalam setiap ceramahnya, BN tidak bebas lagi memainkan provokasi dan agenda
khilafahnya. Dia dengan sangat terpaksa, harus cerita yang adem-adem saja.. Sial,
emang.
BN belum sadar, bahwa sebelum dia
lahir, NU adalah pecatur ulung di negeri ini.
Gerakan Ansor dan Banser NU yang
seolah membuka pertahanan untuk diserang lawan, sesungguhnya adalah gerakan
mengunci dan membunuh lawan diam-diam.
Tanpa permainan catur NU, sudah sejak
lama negeri ini hancur oleh ular-ular berbisa yang mengatas-namakan agama tetapi
ingin mengoyak keberagaman kita..
BN seharusnya paham, bahwa
“Menjaga negeri adalah sebagian dari iman” sudah terpatri kuat di dada para
pemuda NU. Tidak ada yang seorangpun yang bisa mengubahnya.
Saya jadi pengen bikin pantun.
“Buah duren, buah kedondong.
Modus ketahuan, malu dong..”
Seruput kopi dulu ah, nunggu yang
kejang-kejang...
Menelusuri Jejak Eep Saefulloh Fatah dan Isu SARA Pada Pilkada DKI Jakarta
Sepandai -pandainya orang menyimpan bangkai ,maka akan tercium
baunya juga . Sepintar -pintarnya tupai melompat ,maka ia akan terjatuh
juga. Begitulah kiranya pepatah yang tepat untuk gambaran orang-orang
licik yang selama ini melempar batu sembunyi tangan dalam Pilkada DKI
Jakarta 2017. Yang berteriak untuk menurunkan spanduk ajakan untuk
tidak mensholatkan jenasah yang memilih Ahok, bahkan yang berteriak
seolah-olah ia benar dan menuduh isu SARA dimainkan oleh kelompok Ahok
untuk menyerang lawan.
Serapat apapun menyembunyikan kebusukan, suatu saat akan terbongkar
juga.
Dan hal itu agaknya mulai terkuak , setelah beredarnya video
viral Eep Saefulloh Fatah, yang secara mengejutkan dan terang-terangan
menyebut masjid sebagai tempat kampanye untuk meraih kemenangan
politik. (tentunya kemenangan Anies Baswedan- Sandiaga Uno).
Eep
Saefulloh Fatah disebut-sebut berposisi sebagai konsultan politik
pasangan Anies-Sandi yang diusung Partai Gerindra dan Partai Keadilan
Sejahtera(PKS) .
Dalam ceramahnya, Eep menyampaikan contoh kemenangan Partai
FIS/Partai Front Keselamatan Islam (al-jabhah al-islamiyah lil-inqadh)
di Aljazair yang telah berhasil memenangkan pemilu dengan mengunakan
masjid sebagai alat politisasi. Atas kemenangan tersebut, Eep agaknya
ingin menerapkan strategi yang sama untuk mengalahkan pasangan
Ahok-Djarot.
Eep menyatakan bahwa kemenangan Partai FIS pada pemilu di
Al-Jazair karena memanfaatkan dan menjadikan masjid yang mestinya
untuk beribadah tetapi juga digunakan sebagai alat propaganda politik.
Kemenangan itu tentu saja mengejutkan karena Partai FIS bukan partai
dengan jaringan yang kuat, tidak ada tokoh-tokoh berpengaruh yang
tersebar di berbagai daerah, dan pendanaannya pun biasa-biasa saja.
Masih menurut Eep, Partai FIS mengunakan jaringan masjid seperti
khotib, ulama, ustadz yang mengisi kegiatan di masjid , untuk ikut
berpolitik, tidak hanya menyerukan ketakwaan tetapi juga seruan politik.
Seruan politik dilakukan secara massif, terus menerus sampai hari
pencoblosan.
Dalam penelusuran saya, FIS termasuk partai baru yang yang berdiri
tahun 1989 atas desakan masyarakat yang mayoritas Muslim. Disebutkan
bahwa masyarakat kecewa sebab satu-satunya partai yang dibentuk pada
masa Presiden Boumedienne yakni FLN yang berasaskan sekular gagal
mewujudkan kemajuan. Sebagai parpol Islam, FIS kemudian mengangkat isu
seputar Islam dengan menyodorkan program-program yang memikat simpati
masyarakat Aljazair seperti ekonomi kerakyatan, mendukung terwujudnya
kehidupan yang lebih Islami, demokratisasi, dan pemerintahan yang lebih
dekat kepada Daulah Islam dibanding Barat.
Intinya, dengan inspirasi kemenangan Partai FIS mengunakan masjid
sebagai alat politik, konsultan Anies –Sandiaga tersebut menerapkan
strategi yang sama.
Kenapa konsultan politik tersebut menempuh cara kotor ?
Mohon maaf jika saya menilai cara untuk memenangkan Anies-Sandi
dengan mengunakan masjid sebagai alat propaganda politik adalah cara
yang kotor. Mengunakan isu Sara adalah cara yang tidak sehat dan
kemunduran dalam demokrasi di Indonesia yang terdiri dari beragam suku,
agama, ras, golongan, adat istiadat, budaya.
Selama ini isu Sara
sedapat mungkin selalu dihindarkan untuk meraih kemenangan politik
tetapi justru isu Sara kembali hadir dan dalam Pilkada DKI Jakarta
2017.
Dalam beberapa bulan jelang Pilkada DKI Jakarta, suhu politik
memanas, pertentangan antar agama, kecurigaan umat seagama muncul di
permukaan tanpa bisa di bendung lagi. Bahkan antar teman, keluarga pun
tak jarang yang saling bermusuhan hanya karena berbeda pandangan
politik. Pilkada Jakarta memberikan dampak psikologis yang luar biasa
dan salah satu pemicunya adalah isu agama yang segaja dihembuskan
pihak-pihak tertentu. Kenapa Eep melakukan cara seperti itu?
Dugaan saya, Eep menyadari
betapa sulitnya untuk mengalahkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot
dalam Pilkada Jakarta. Seorang Eep yang di konon sebut-sebut menjadi
konsultan politik, dan pernah menjadi konsultan politik dan orang di
balik kemenangan Jokowi – Ahok dalam Pilkada DKI tahun 2012 lalu,
tentunya ingin menorehkan catatan gemilang jika kali ini ia juga
berhasil memenangkan pasangan Anies-Sandi.
Pakar politik lulusan
Universitas Indonesia yang di sebut juga menjadi orang di balik
kemenangan pasangan Aher dan Deddy Mizwar dalam Pilgub Jabar ini ingin
terus meraih kemenangan, ingin mempunyai prestasi cemerlang sebagai
konsultan politik yang selalu berhasil memenangkan orang yang
didukungnya. Ia juga mengaku sebagai konsultan politik Jokowi-JK dalam
Pilpres lalu.
CEO PolMark Indonesia dan Suami dari Sandrina Malakiano ini
mengetahui kapasitas Anies-Sandi tidak cukup memadai untuk menjadi
penantang Ahok-Djarot. Kalau bicara program, program yang sudah
dikerjakan Ahok-Djarot terbukti sudah bermanfaat bagi warga jakarta,
mampu merubah Jakarta menjadi lebih baik dan maju. Sementara program
yang akan dilakukan ke depan juga sudah terencana dengan baik dan
tinggal melanjutkan manakala Ahok –Djarot terpilih kembali memimpin
Jakarta.
Singkatnya, menantang Ahok-Djarot dengan adu program jelas langkah
yang tidak tepat, dan tidak mungkin untuk mengungguli pasangan petahana
tersebut. Untuk itu satu-satunya cara hanya dengan mengembuskan isu Sara
yang kemungkinan besar akan mampu mengoyang Ahok yang dobel minoritas.
Eep sebagai seorang pakar poltik yang sudah malang melintang menjadi
konsultan politik tahu betul bahwa mengunakan isu Sara itu tidak fair
dan menciderai demokrasi. Tetapi dengan sadar telah mengunakan Sara
untuk kepentingan pribadinya. Demi ambisi untuk mencatat kemenangan
demi kemenangan orang-orang yang mengunakan jasanya, ia telah membuat
demokrasi kehilangan akal sehatnya.
Barangkali, kebelet ingin selalu menorehkan kemenangan
itulah yang membuat Eep kehilangan kontrol pribadi , ‘kewarasan’
sehingga rela mendorong politisasi isu Sara pada Pilkada DKI Jakarta.
** / https://seword.com/umum/menelusuri-jejak-eep-saefulloh-fatah-dan-isu-sara-pada-pilkada-dki-jakarta
SURAT TERBUKA UNTUK KANG EEP SAEFULLOH, Samakah Anies Dengan Nelson Mandela ??-Solusi
WARTABALI.NET - Soal
sebutan EEP Saefulloh Anies Harus Menjadi Seperti Nelson Mandel ternyata
penulis Denny Siregar Langsung membuat surat terbuka untuk hal ini,
politisasi Agama yang telah terjadi tidak bisa dianggap enteng kemudian
hari bahkan oleh pihak yang dimenangkan oleh cara seperti itu, simak
surat Terbuka Denny Siregar untuk Kang EEP
KANG EEP, BACALAH SURAT INI...
Sengaja saya tulis surat terbuka ini untuk kang Eep Saifullah..
Kang, saya memang tidak nonton ILC malam ini yang berjudul "Merajut
Jakarta Kembali". Tapi saya dapat beberapa poin melalui ulasan dan
tayangan di youtube.
Di acara itu ada Buya Syafii Maarif yang mengingatkan kepada pasangan
Anies Sandi, "Anies Sandi harus menjaga jarak dengan kelompok radikal.
ISIS itu sudah masuk kesini.."
Dan kang Eep menjawab, "Dengan segala hormat kepada orang tua saya, guru
saya, Pak Syafii Maarif... Rekonsiliasi harus dilakukan secara tuntas.
Saya ingin katakan gubernur Jakarta harus bekerja dan berfikir dengan
cara baru, dia harus menjadi Nelson Mandela yang setelah 27 tahun
dipenjara menjadi Presiden di Afrika Selatan dia tidak membawa dendam ke
kursi kekuasaannya.
Yang dia bawa adalah cinta kasih bahwa setiap orang berhak untuk
memperoleh keadilan. Dan dengan itu dia bangun rekonsiliasi Afrika
Selatan."
Disini saya terhenyak dengan pernyataan Kang Eep yang menyamakan Anies Sandi dengan Nelson Mandela.
[ads-post]
Maaf, kang Eep, apa itu tidak salah ??
Nelson Mandela adalah pejuang para kulit hitam di Afrika Selatan supaya
mendapat hak yang sama dengan kulit putih disana. Dan sesudah 27 tahun
di penjara, ia kemudian memimpin Afrika Selatan dan berkata ,"Jangan ada
dendam.." Mandela mengajak warga kulit hitam dan putih saling memaafkan
untuk tujuan lebih baik, yaitu membangun Afrika Selatan.
Bagaimana bisa disamakan dengan apa yang terjadi pada Anies Sandi ? Itu sungguh tidak equil to equil, bahasa bumi datarnya.
Kang Eep yang pasti jauh lebih pintar dan lebih kaya dari saya, ternyata
jauh lebih naif dari saya. Kang Eep menganggap ormas radikal yang ada
di belakang Anies Sandi itu - yang akang manfaatkan untuk mendapatkan
suara itu - adalah mereka yang bisa diajak untuk bicara kesatuan negara
seperti apa yang diharapkan Nelson Mandela ?
Tidak, kang. Coba pelajari lagi apa agenda mereka. Khilafah. Membentuk
negara berdasarkan syariat Islam. Sudah paham bedanya dengan Nelson
Mandela ?
Kalau Nelson Mandela berbicara persatuan untuk membesarkan negara,
sedangkan Anies Sandi ditunggangi mereka untuk mencapai tujuannya
mendirikan khilafah, yang jauh dari negara kesatuan yang dicanangkan
oleh para pahlawan kita.
Saya tidak bicara tentang warga Jakarta disini, tetapi ormas. Jangan
terlalu naif, coba bicara dengan mereka dan baca agenda mereka.
Kang Eep mungkin hanya melihat dari segi market - sebagai marketing
Anies Sandi - dalam pemanfaatan masjid sebagai mobilisasi. Tapi
perhatikan dampaknya ?
Para ormas radikal itu seperti mendapat oksigen untuk berkembang. Mereka
menunjukkan taring aslinya dengan cara-cara kasar seperti tidak
menshalatkan jenazah saudaranya sesama muslim, membaiat pakai golok,
mencaci maki saudara sebangsa di mimbar Jumat bahkan mengusirnya dan
menetapkan kafir dan munafik kepada saudara muslimnya yang berbeda
pandangan politik.
Apa masih belum lihat dampak luasnya dari apa yang akang lakukan ?
Para ormas radikal itu sebenarnya tidak perduli siapa yang menjadi
Gubernur. Mereka hanya ingin mendapat ruang dengan menempel pada orang
yang mereka anggap layak untuk ditunggangi demi tujuan yang sebenarnya.
Dan Kang Eep menganggap bahwa Anies Sandi sangat mungkin untuk menjinakkan mereka ?
Bagaimana bisa Anies Sandi mengekang mereka ketika pasangan itu terikat
secara suara dengan mereka ? Yang terjadi, Anies Sandi takut kehilangan
suara mereka ketika tidak membangun kebijakan yang membuat mereka bisa
berkembang lebih besar.
Mungkin Kang Eep bicara, "Ah, itu tidak akan terjadi. Mereka bisa kok. Elu aja yang ketakutan.."
Akang sudah mempelajari Suriah yang proses awalnya seperti kita ? Banyak
warga Suriah menyambut baik gerakan ormas radikal di tempat2 ibadah dan
mungkin memanfaatkannya untuk tujuan politis. Yang terjadi adalah,
ormas2 itu semakin mendapat legitimasi untuk berkembang lebih besar.
Mereka kemudian membuat kelompok bernama Free Syirian Army dengan tujuan
mendongkel pemerintahan yang sah. Kemudian kelompok FSA ini menyambut
ISIS dengan tangan terbuka karena "saudara sesama muslim dan
seperjuangan".
Apa yang terjadi ?
Pucuk2 pimpinan FSA dipenggal oleh ISIS, karena menolak berbaiat dengan
mereka. Itulah kenapa disana ada pertarungan segitiga. FSA bertarung
dengan ISIS yang sama2 memerangi Bashar Assad.
Apa pelajaran yang bisa kita ambil dari sini ?
Bahwa mereka itu punya ideologi sendiri dan - jelas - itu bukan
Pancasila. Masak masih menutup mata terhadap apa yang terjadi dalam
demo2 mereka ? Atau mata Kang Eep sudah terbutakan rupiah dan keharusan
untuk menang supaya harganya semakin mahal ??
Kang Eep, Anies dan Sandi seperti memelihara singa sejak kecil. Dan
layaknya singa dengan naluri buas dan liar mereka, ada kemungkinan
mereka akan menerkam tuannya. Singa bukan binatang ternak, kang...
Inilah yang coba diingatkan oleh Buya Syafii Maarif yang jelas lebih banyak makan asam garam dari kita.
Kang Eep bermain bola api yang panas sekali disini dan tidak sadar bahwa
ini bisa membakar badan Kang Eep sendiri. Kang Eep menikmati kemenangan
yang dampaknya pundi2 uang akan bertambah. Tapi tidakkah sadar, luka
yang sudah terjadi ketika agama dipakai sebagai alat keji dalam
demokrasi ?
Para ormas radikal ini merasa mendapat ide bagus dan sukses dari ide
pemanfaatan masjid oleh Kang Eep ini. Dan akan mereka ulangi lagi dalam
skala lebih besar dibantu oleh politikus ambisius dan mafia ekonomi di
negara ini. Gabungan para serigala ini pada saatnya akan saling memakan
karena berbeda tujuan dan kepentingan.
Masih naif juga menganggap semua bisa diatur dan akan baik2 saja ?
Anies Sandi nantinya bukan mengandangkan singa buas itu tapi melepasnya
ke keramaian. Mereka akan beranak pinak dengan ideologi Khilafahnya dan
pada saat nanti sudah terlambat untuk menyadari dan mencegahnya..
Dan pada saat itu tiba, leher saya, leher kang Eep, Anies dan Sandi dan
ribuan orang tak berdosa lainnya, terancam terpisah dari tubuhnya karena
kita akan dianggap "tidak seiman" dengan mereka..
Terlalu besar pertaruhan ini..
Tapi tidak apa, semua sudah terjadi. Saya sedang menyeruput kopi dan mulai memikirkan sisi baiknya dengan situasi ini.
Akhirnya saya jadi tahu dimana mereka dan bagaimana cara mereka
mengembangkan diri. Dengan begitu, saya punya bayangan apa dan bagaimana
yang akan mereka lakukan nanti dan mulai mencari solusi..
Itulah satu sisi baik yang bisa saya ambil pelajaran dari situasi ini. Terimakasih..
Kapan-kapan kita ngopi biar saya ceritakan "gambar besarnya". Jangan
sampai nanti Kang Eep menyesal karena keluarganya ada yang mati
dipenggal mereka ketika berkuasa, dan mulai teringat saat sekarang ini
dengan keluhan, "Ampun, Tuhan.. Saya termasuk bagian dari orang yang
memulai situasi ini.."
Dan penyesalan selalu datang terlambat, ketika Kang Eep dicegat mereka dan disembelih lehernya hanya karena mereka suka saja...
Lihat saja nanti 5 atau 10 tahun lagi ketika kita memelihara singa di
kamar kita dan berfikir bahwa mereka kucing yang bisa dipeluk-peluk
manja..
Ini tulisan untuk merenung bukan dalam rangka membela diri. Selamat menikmati kemenangan Kang Eep.
Nikmatilah selagi masih bisa...
facebook / https://solusisuksespemula.blogspot.co.id/2017/04/surat-terbuka-untuk-kang-eep-saefulloh.html EEP SAEFULLOH FATAH
Lahir : Bogor, 17/09/1967
Profesi : Pakar Politik Indonesia (-)
Karier :
Pendiri PollMark Indonesia (-)
Pakar Politik Indonesia (-)
Pendidikan :
Universitas Indonesia (-)
Eep Saefulloh Fatah adalah seorang pakar politik. Saat ini ia menjadi
konsultan politik pasangan Anies-Sandi yang diusung Partai Gerindra dan
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam Pilkada DKI 2017. Eep juga
merupakan pendiri lembaga konsultan politik yaitu PollMark Indonesia.
Selama menjadi konsultan politik, rekam jejak Eep tidak bisa
dipandang sebelah mata. Dia menjadi orang yang ada di belakang
kemenangan pasangan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar pada pemilihan
Gubernur Jawa Barat.
Eep juga memiliki peran besar dalam kemenangan pasangan Joko
Widodo-Jusuf Kalla saat mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta
Rajasa pada Pilpres 2014, ia juga menjadi tim sukses pasangan Joko
Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada Pilkada DKI 2012.
Saat itu, Jokowi-Ahok mengalahkan pasangan Fauzi Bowo-Nahrowi Ramli
yang sebelumnya memiliki popularitas tinggi.
Laki-laki kelahiran Cibarusah, Bekasi, 17 September 1967 ini
merupakan lulusan jurusan Ilmu Politik FISIP Universitas Indonesia,
Depok. Ketika masih berstatus sebagai mahasiswa Eep cukup aktif
berorganisasi dan pernah menjadi Ketua Umum Forum Studi Islam FISIP UI,
Ketua Umum Senat Mahasiswa FISIP UI, dan Koordinator Forum Komunikasi
Badan Perwakilan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa se-Universitas Indonesia.
Tak hanya itu, ia juga sempat terpilih sebagai Mahasiswa Berprestasi I
tingkat FISIP UI dan Mahasiswa Berprestasi II tingkat UI.
Setelah lulus kuliah, ia bekerja menjadi staf pengajar dan peneliti
di jurusan Ilmu Politik FISIP UI dengan mengampu mata kuliah Pengantar
Ilmu Politik, Sistem Politik Indonesia, Metodologi Ilmu Politik, dan
Konsensus dan Konflik Politik.
Pada tahun 1994 ia pernah bekerja sebagai anggota dan kemudian ketua
Litbang Redaksi Republika. Ia pernah pula menjadi redaktur ahli surat
kabar gratis pertama di Indonesia, Metro, dan menjabat sebagai wakil
pemimpin redaksi jurnal Seri Penerbitan Studi Politik.
Pada 8 September 1998. Ia lalu terpilih sebagai salah seorang anggota
Tim 11 atau Panitia Persiapan Pembentukan Komisi Pemilihan Umum (P3KPU)
di bawah pimpinan Dr. Nurcholish Madjid, yang bertugas memverifikasi
partai-partai politik calon peserta Pemilu 1999. / https://tirto.id/m/eep-saefulloh-fatah-ZJ
Eep Saefulloh Fatah, Sang Jenius Penakluk Pilpres dan Pilgub
Siapa yang tidak mengenal Eep Saefulloh Fatah, Sang Jenius konsultan
politik Polmark ini kini namanya semakin berkibar setelah sukses
menumbangkan Ahok. Terbukti Eep dan Polmark adalah jaminan mutu.
Sentuhan tangan dinginnya mampu mengantarkan kemenangan demi kemenangan
kandidat yang ditanganinya.
Sebut saja Pilgub DKI Jakarta 2012
lalu. Hanya bermodalkan hasil survey 12%, Eep Saefulloh Fatah mampu
memoles Jokowi selama kampanye sehingga sukses menduduki kursi DKI-1
mengalahkan Foke. Padahal saat Pilgub DKI Jakarta 2012, serangan SARA
terhadap Jokowi datang dari segala penjuru.
Fitnah raja dangdut Rhoma
Irama pada ibunda Jokowi menjadi viral. Berkat kejeniusan Eep Saefulloh
Fatah, serangan SARA pada Jokowi berbalik menjadi keuntungan buat
Jokowi.
Daya kreatifitas Eep Saefulloh Fatah memang luar biasa.
Mampu
merubah hal negatif isu SARA menjadi positif. Dan kita semua tahu,
melalui pertarungan 2 putaran, Jokowi akhirnya tampil sebagai pemenang.
Kemenangan Jokowi adalah kemenangan Eep Saefulloh Fatah.
Sukses
mengantarkan Jokowi duduk di DKI-1, Eep Saefulloh Fatah pun disewa oleh
PKS untuk memuluskan jalan Ahmad Heryawan pada Pilgub Jabar 2013.
Berbeda dengan Jokowi yang hanya bermodalkan survey 12%, modal Ahmad
Heryawan sebagai petahana sudah cukup tinggi 30,80%. Tugas Eep Saefulloh
Fatah cukup ringan.
Dan tanpa berdarah-darah, Eep Saefulloh Fatah mampu
menempatkan Ahmad Heryawan duduk di kursi Jabar-1 dengan kemenangan 1
putaran saja 32,39 mengalahkan Rieke dyah Pitaloka dan Dede Yusuf.
Setelah
sukses mengantarkan Jokowi di Pilgub DKI Jakarta dan Ahmad heryawan di
Pilgub Jawa Barat, Eep Saefulloh Fatah kembali diminta oleh Jokowi
menjadi konsultan Pilpres 2014.
Prabowo dan Gerindra sangat marah dengan
keputusan Jokowi maju Pilpres 2014.
Sebelumnya ada kontrak politik
antara Megawati dan Prabowo yang menyatakan Megawati akan mendukung
Prabowo dalam Pilpres 2014. Selain kontrak politik ada juga janji
kampanye Jokowi yang akan menuntaskan masa jabatannya hingga 2017.
Di
Pilpres 2014 tugas Eep Saefulloh Fatah sangat berat.
Selain head to
head dengan Prabowo, citra negatif Jokowi yang meninggalkan kursi DKI-1
memaksa Eep Saefulloh Fatah harus memutar otaknya untuk mengubah citra
negatif menjadi positif.
Saat itu rumus yang ditawarkan Eep Saefulloh
Fatah cukup ampuh.
Dengan Jokowi menjadi presiden maka masalah di
Jakarta akan lebih cepat diatasi.
Tugas Eep Saefulloh Fatah lebih berat
lagi karena Jokowi bukanlah ahli debat.
Eep Saefulloh Fatah harus
memberikan contekan untuk meningkatkan kepercayaan diri Jokowi.
Dan
jurus Eep Saefulloh Fatah pun berhasil. Meskipun dengan selisih yang
tipis, Eep Saefulloh Fatah sukses menempatkan Jokowi duduk di kursi RI-1
mengalahkan Prabowo Subianto.
Dan di Pilgub DKI Jakarta 2017
ini, Eep Saefulloh Fatah seperti ingin menebus dosa-dosanya.
Eep
Saefulloh Fatah adalah orang yang memenangkan Jokowi-Ahok di Pilgub 2012
lalu.
Eep Saefulloh Fatah jugalah orang yang menyebabkan Jokowi harus
meninggalkan kursi DKI-1 beralih ke kursi RI-1. Dan secara tidak
langsung, Eep Saefulloh Fatah lah orang yang menempatkan Ahok duduk di
kursi DKI-1 yang akhirnya menimbulkan “kekacauan” di Jakarta.
Disamping
alasan ekonomi dan pertemanannya dengan Anis-Sandi, Eep Saefulloh Fatah
memiliki beban moral dan merasa bertanggungjawab untuk mengembalikan
Jakarta menjadi kota yang aman, tentram dan damai seperti sediakala
sebelum Ahok berkuasa.
Eep Saefulloh Fatah yang mengangkat Ahok di
Pilgub DKI Jakarta 2012 lalu dan Eep Saefulloh Fatah pula menjadi orang
yang menurunkan Ahok di Pilgub DKI Jakarta 2017.
Prilaku Ahok yang
kasar, beringas, pemarah, mau menang sendiri, anti kritik, merasa paling
benar dan mudah mengeluarkan caci muka di ruang publik membuat Eep
merasa tidak nyaman terhadap warga DKI Jakarta yang telah memilihnya di
Pilgub 2012.
Sebagai konsultan profesional, Eep tentu tidak bisa lepas
dari tanggungjawab jika jagoannya ternyata suka menyakiti rakyatnya.
Bagi
Eep Saefulloh Fatah tentu tidak sulit menaklukan Ahok. Segala rahasia
dapur Ahok sudah ada dalam genggamannya.
Sebagai konsultan di Pilgub DKI
Jakarta 2012 Eef Saufulloh Fatah sudah tahu persis kelebihan dan
kelemahan Ahok. Jika pada Pilgub DKI Jakarta 2012 Jokowi menang karena
diserang isu SARA, sebaliknya di Pilgub DKI Jakarta 2017 Ahok tumbang
diserang isu SARA.
Dalam sebuah tulisannya, Eep Saefulloh Fatah
menyebutkan kekalahan Ahok karena memang warga DKI Jakarta ingin
mengganti “pelayannya”.
Eep menggunakan logika sederhana, jika seorang
pelayan memiliki sifat arogan, kasar, mau menang sendiri, merasa benar
sendiri, suka mencaci maki dan sering memasang wajah penuh amarah dan
dendam kesumat maka sangat wajar jika warga yang dilayani ingin
mengganti pelayan tersebut dengan pelayan yang lebih baik dengan sifat
dan karakter yang melayani penuh etika dan sopan santun.
Karenanya,
sejak Pebruari 2016 Eef Saufulloh Fatah sudah tahu Ahok pasti kalah.
Artinya, sejak menggelar survei pertama kali, Aep sudah tahu Ahok bisa
ditumbangkan dengan mudah. Dan terbukti, Aep muncul sebagai pemenang
dengan tumbangnya Ahok.
Dengan rentetan prestasi kemenangan yang
gemilang tersebut, maka menjadi sangat lucu dan bahkan bisa dibilang
pamer kedunguan dan kebodohan di tempat umum, jika ada kompasianer yang
menulis bahwa analisis Eef Saufulloh Fatah adalah analisis sampah.
Logikanya, kalo analisis sampah saja mampu mengantarkan Jokowi jadi
Gubernur DKI Jakarta lalu menjadi Presiden Republik Indonesia lalu
bagaimana jika Eep Saufulloh Fatah melakukan analisis yang bukan sampah.
Menyebut analisis Eep Saefulloh Fatah adalah analisis sampah justru
semakin menunjukkan bahwa andalah sampah masyarakat sesungguhnya.
Sebagai
penutup saya ingin memberi sedikit nasehat buat Ahoker, kalah memang
menyakitkan.
Sedih dan kecewa pasti. Memang tidak enak menjadi seorang
pecundang. Apalagi Ahok kalahnya telak pasti lebih menyakitkan lagi.
Sudah membela Ahok mati-matian, siang malam ngompasiana dengan
mengorbankan segalanya tapi hasilnya kalah telak pasti sedih, kecewa dan
sakit hati.
Sudah terlanjur memutuskan silaturahmi dengan sahabat dan
rekan bisnis demi membela Ahok tapi ujung-ujungnya hanya kalah telak
pasti sakit banget. Wajar. Ibarat pepatah, sudah jatuh dari loteng
tertimpa tangga besi. Duh...sakit banget. Tapi ingat Pilgub DKI Jakarta
2017 telah selesai.
Ahok sudah kalah telak dan Anis sudah menang mutlak.
Ahok juga sudah mengucapkan selamat ke Anis. Jadi terimalah kekalahan
telak Ahok dengan lapang dada.
Saatnya move on...Kalo masih belum bisa
move on juga, silakan siapkan Ahok menjadi cagub Bali, Papua atau Sumut.
Atau jika masih ingin berkuasa di DKI Jakarta, siapkan Ahok untuk
pertarungan 5 tahun mendatang di 2022.
Sekarang kita nantikan
saja, di Pilgub Jawa Barat 2018 nanti, Eep Saefulloh Fatah disewa siapa?
Dedi Mulyadi sudah mengundang Eep untuk hadir di Rapimda Golkar. Dedi
Mulyadi juga sudah meminta Eep untuk melakukan survei. Tapi menurut Eep
dirinya dikontrak Dedi Mulyadi sebatas untuk melakukan survei, belum
dikontrak sebagai konsultan. Apakah tangan dingin Eep Saefulloh
Fatah kembali mampu menempatkan jagoannya duduk di kursi Jabar-1? Jika
sukses merebut Jabar-1, Eep Saefulloh Fatah layak mendapat gelar “Sang
Jenius Penakluk Pilpres dan Pilgub”. Menarik untuk ditunggu. / https://www.kompasiana.com/sangpujangga/eep-saefulloh-fatah-sang-jenius-penakluk-pilpres-dan-pilgub_5902c629b793739501cff3b4
PAN Gaet Lembaga Konsultasi Politik Milik Eep Saefulloh
PAN menggandeng PolMark, lembaga milik Eep
Saefulloh yang pernah menjadi konsultan politik Jokowi pada Pilpres 2014
dan Anies-Sandi pada Pilgub Jakarta 2017. (CNN Indonesia/Joko Panji
Sasongko)
Jakarta, CNN Indonesia -- Partai Amanat
Nasional menyatakan secara resmi menggandeng lembaga konsultasi politik
PolMark milik Eep Saefulloh Fatah untuk kepentingan Pilkada 2018 dan
Pemilu 2019. PolMark diyakini dapat membuat kinerja politik PAN menjadi
lebih efektif dan efisien. Sekretris Jenderal PAN Eddy Soeparno
mengatakan, PolMark di bawah kepemimpinan Eep sudah terbukti sebagai
lembaga konsultan politik yang memiliki pengalaman yang baik. "Sekarang PolMark menjadi pendamping politik PAN," ujar Eddy di Hotel Grand Asrillia, Bandung, Selasa (22/8). Eddy menuturkan, kerja sama dengan PolMark
bukan kali pertama dilakukan PAN. Ia mengatakan, PAN pernah menggunakan
jasa Eep dkk untuk kepentingan Pilkada DKI Jakarta kemarin dan untuk
Pilkada di beberapa daerah. Eddy menyebut kerjasama dengan
PolMark juga tidak serta merta dilakukan. PolMark telah sepakat tidak
akan menjadi konsultan politik partai mana pun selama menjalin kerja
sama dengan PAN. Lebih lanjut, Eddy menjelaskan, PolMark
merupakan konsultan politik yang memiliki pola untuk bekerja secara
sistematis. Sebagai partai kecil, Eddy berkata, PAN memerlukan sebuah
kerangka kerja yang jelas untuk efisiensi anggaran. "Dengan adanya pendampingan ini kami sudah tahu bekerja berdasarkan arahan, peta, dan tuntunan yang jelas," ujarnya. Saat disinggung soal anggaran yang
dikeluarkan PAN untuk menggandeng PolMark, Eddy enggan menyebutkan. Ia
berdalih, anggaran yang dikeluarkan sesuai dengan manfaat yang akan
diterima PAN. Sebagai pebisnis, dirinya juga menilai anggaran
yang dialokasikan PAN dipastikan telah sesuai dengan kebutuhan. Bahkan,
anggaran itu akan jauh berbeda dengan hasil positif yang diberikan
PolMark. "Kami hitungnya berdasarkan antara biaya dengan manfaat.
Saya kan pelaku ekonomi, berdasarkan hitungan masih membawa manfaat
lebih besar dari biaya yang dikeluarkan," ujar Eddy. Sebelumnya, kehadiran Eep dalam agenda
Rakernas ke-3 PAN menandakan pelibatan PolMark dalam agenda politik PAN
untuk Pilkada 2018 dan Pemilu 2019. Dalam rakernas itu, Eep mengisi satu agenda rakernas tertutup, yakni diskusi "Manajemen Pemenangan PAN di Pemilu 2019". Diketahui,
Eep bersama dengan sejumlah profesional di bidang politik mendirikan
PolMark pada tahun 2009. Dalam website resminya, PolMark memberi layanan
pemenangan pemilu, marketing kebijakan, manajemen parpol, hingga riset. PolMark merupakan konsultan politik Joko
Widodo dalam Pilpres 2014. Ia juga menjadi konsultan politik Anies
Baswedan dan Sandiaga Uno dalam Pilgub DKI Jakarta 2017. / https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170822195303-32-236560/pan-gaet-lembaga-konsultasi-politik-milik-eep-saefulloh/
Profil EEP
SAEFULLOH FATAH lahir di Cibarusah, Bekasi, tahun 1967, sebagai bungsu
dari delapan bersaudara. Seluruh kakaknya perempuan. Ia menjalani masa
kecilnya hingga masa awal remaja di sebuah kampung bernama Babakan, di
Cibarusah -- sebuah kecamatan di kabupaten Bekasi yang menandai batas
Kabupaten ini dengan Jonggol di kabupaten Bogor. Ia menyelesaikan SD,
Madrasah Ibtida'iyah, dan SMP-nya di Cibarusah dan menyelesaikan SMA di
SMAN 1 Bekasi, di pusat kota Bekasi. Ia melanjutkan pendidikan di
jurusan Ilmu Politik FISIP UI Depok dan meraih gelar sarjana S1 dengan
menulis skripsi berjudul "Negara Orde Bagu dan Pengendalian Konflik
Politik 1967-1988: Studi terhadap Peristiwa Malari, Petisi 50, dan
Tanjung Priok," setebal lebih dari 500 halaman. Ketika masih
mahasiswa, ia sempat menjadi Ketua Umum Forum Studi Islam FISIP UI,
Ketua Umum Senat Mahasiswa FISIP UI, dan Koordinator Forum Komunikasi
Badan Perwakilan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa se-Universitas Indonesia.
Ia sempat juga terpilih sebagai Mahasiswa Berprestasi I tingkat FISIP
UI dan Mahasiswa Berprestasi II tingkat UI. Saat masih berstatus mahasiswa, tepatnya pada 25 September 1992, ia menikah dengan Sarah Santi (Aci). Pada 14 Desember 1994, pasangan ini dikaruniai seorang putra: Kalam Mahardhika Saefulloh. Selepas kuliah, ia menjadi staf pengajar dan peneliti di jurusan Ilmu Politik FISIP UI. Mata kuliah yang ikut diasuhnya adalah
Pengantar Ilmu Politik, Sistem Politik Indonesia, Metodologi Ilmu
Politik, dan Konsensus dan Konflik Politik. Di dunia penelitian ia
sempat menjadi junior research associate di Lembaga Penelitian dan
Pengembangan Ilmu Sosial (LPPIS), dan associate di Lembaga Studi dan
Pengembangan Etika Usaha Indonesia (LSPEU). Sejak 1994 hingga awal 2000
ia lebih aktif di Laboratorium Ilmu Politik FISIP UI Depok. Di lembaga
penelitian ini ia pernah menjabat sebagai Ketua Divisi Pendidikan, lalu
Ketua Divisi Penelitian, dan akhirnya Wakil Direktur. Ia sempat aktif
sebagai anggota dan kemudian ketua Litbang Redaksi Republika dari
Desember 1994 hingga November 1997. Ia pernah pula menjadi redaktur ahli
surat kabar gratis pertama di Indonesia, Metro. Selain itu, ia pernah
menjabat sebagai wakil pemimpin redaksi jurnal Seri Penerbitan Studi
Politik (*), kerja sama antara UI dan penerbit Mizan, Bandung. Tema-tema
yang sempat dibahas Seri Penerbitan ini antara lain adalah "Evaluasi
Pemilu-pemilu Orde Baru", "Mengubur Sistem Politik Orde Baru",
"Menimbang Masa Depan Orde Baru", dan "Memastikan Arah Baru Demokrasi". Ia
pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Utusan
Golongan mulai 1 Juli 1998 sampai akhirnya mengundurkan diri dua bulan
tujuh hari kemudian, pada 8 September 1998. Ia lalu terpilih sebagai
salah seorang anggota Tim 11 atau Panitia Persiapan Pembentukan Komisi
Pemilihan Umum (P3KPU) di bawah pimpinan Dr. Nurcholish Madjid, yang
bertugas memverifikasi partai-partai politik calon peserta Pemilu 1999. Selepas
itu, ia mendirikan dan memimpin Komisi Pemberdayaan Pemilih (KPP atau
Joint Committee for Voter Education) yang melakukan kegiatan pendidikan
politik selama penyelenggaraan Pemilu 1999. Ia juga mendirikan dan
memimpin Keluarga Indonesia untuk Pemilu Damai (KIPD) yang
mengkampanyekan gerakan anti kekerasan dalam Pemilu 1999, dengan basis
keluarga. Setelah itu, ia terlibat dalam sejumlah aktivitas pendidikan
politik pasca-Pemilu 1999, termasuk dengan menjadi salah seorang panelis
dalam debat kandidat presiden pertama di Indonesia. Ia cukup aktif
berdiskusi ke berbagai pelosok Indonesia. Pada saat yang sama ia aktif
menulis kolom untuk surat kabar dan majalah. Ia juga aktif terlibat
dalam acara talk show televisi, termasuk menjadi pemandunya. Ia sempat
menjadi host untuk acara "Wacana Pemilu" di AN-teve, dan kemudian selama
28 pekan menjadi host acara "Indonesia Baru" yang disiarkan oleh
seluruh stasiun TV swasta setiap Selasa malam, pukul 21:00 - 21:30 WIB.
Ia juga sempat menjadi host untuk talk show radio bertajuk "Hubungan
Sipil Militer". Ia sudah menerbitkan sembilan buku karangannya
sendiri yang diterbitkan oleh beberapa penerbit. Ia juga menjadi
kontributor dalam banyak buku yang terbit antara 1994-2000, selain juga
memberi kata pengantar untuk sejumlah buku yang terbit dalam kurun sama.
Ia juga menulis artikel serius untuk sejumlah jurnal. Mulai 21 Maret
2000, ia tinggal di Columbus, Ohio, Amerika Serikat, bersama
keluarganya. Sekarang ia tercatat sebagai mahasiswa program PhD di
Political Science Department, the Ohio State University, Columbus. / http://eep.saefulloh.fatah.tripod.com/id17.htm Menelusuri Jejak Eep Saefulloh Fatah dan Isu SARA Pada Pilkada DKI Jakarta
Sepandai -pandainya orang menyimpan
bangkai ,maka akan tercium baunya juga . Sepintar -pintarnya tupai
melompat ,maka ia akan terjatuh juga. Begitulah kiranya pepatah yang
tepat untuk gambaran orang-orang licik yang selama ini melempar batu
sembunyi tangan dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Yang berteriak untuk
menurunkan spanduk ajakan untuk tidak mensholatkan jenasah yang memilih
Ahok, bahkan yang berteriak seolah-olah ia benar dan menuduh isu SARA
dimainkan oleh kelompok Ahok untuk menyerang lawan.
Serapat apapun menyembunyikan kebusukan,
suatu saat akan terbongkar juga. Dan hal itu agaknya mulai terkuak ,
setelah beredarnya video viral Eep Saefulloh Fatah, yang secara
mengejutkan dan terang-terangan menyebut masjid sebagai tempat kampanye
untuk meraih kemenangan politik. (tentunya kemenangan Anies Baswedan-
Sandiaga Uno). Eep Saefulloh Fatah disebut-sebut berposisi sebagai
konsultan politik pasangan Anies-Sandi yang diusung Partai Gerindra dan
Partai Keadilan Sejahtera(PKS) .
Dalam ceramahnya, Eep menyampaikan contoh
kemenangan Partai FIS/Partai Front Keselamatan Islam (al-jabhah
al-islamiyah lil-inqadh) di Aljazair yang telah berhasil memenangkan
pemilu dengan mengunakan masjid sebagai alat politisasi. Atas
kemenangan tersebut, Eep agaknya ingin menerapkan strategi yang sama
untuk mengalahkan pasangan Ahok-Djarot.
foto : viva,co.id
Eep menyatakan bahwa kemenangan Partai
FIS pada pemilu di Al-Jazair karena memanfaatkan dan menjadikan masjid
yang mestinya untuk beribadah tetapi juga digunakan sebagai alat
propaganda politik. Kemenangan itu tentu saja mengejutkan karena
Partai FIS bukan partai dengan jaringan yang kuat, tidak ada tokoh-tokoh
berpengaruh yang tersebar di berbagai daerah, dan pendanaannya pun
biasa-biasa saja.
Masih menurut Eep, Partai FIS mengunakan
jaringan masjid seperti khotib, ulama, ustadz yang mengisi kegiatan di
masjid , untuk ikut berpolitik, tidak hanya menyerukan ketakwaan tetapi
juga seruan politik. Seruan politik dilakukan secara massif, terus
menerus sampai hari pencoblosan.
Dalam penelusuran saya, FIS termasuk
partai baru yang yang berdiri tahun 1989 atas desakan masyarakat yang
mayoritas Muslim. Disebutkan bahwa masyarakat kecewa sebab satu-satunya
partai yang dibentuk pada masa Presiden Boumedienne yakni FLN yang
berasaskan sekular gagal mewujudkan kemajuan. Sebagai parpol Islam, FIS
kemudian mengangkat isu seputar Islam dengan menyodorkan
program-program yang memikat simpati masyarakat Aljazair seperti ekonomi
kerakyatan, mendukung terwujudnya kehidupan yang lebih Islami,
demokratisasi, dan pemerintahan yang lebih dekat kepada Daulah Islam
dibanding Barat.
Intinya, dengan inspirasi kemenangan
Partai FIS mengunakan masjid sebagai alat politik, konsultan Anies
–Sandiaga tersebut menerapkan strategi yang sama.
Kenapa konsultan politik tersebut menempuh cara kotor ?
Mohon maaf jika saya menilai cara untuk
memenangkan Anies-Sandi dengan mengunakan masjid sebagai alat propaganda
politik adalah cara yang kotor. Mengunakan isu Sara adalah cara yang
tidak sehat dan kemunduran dalam demokrasi di Indonesia yang terdiri
dari beragam suku, agama, ras, golongan, adat istiadat, budaya. Selama
ini isu Sara sedapat mungkin selalu dihindarkan untuk meraih
kemenangan politik tetapi justru isu Sara kembali hadir dan dalam
Pilkada DKI Jakarta 2017.
Dalam beberapa bulan jelang Pilkada DKI
Jakarta, suhu politik memanas, pertentangan antar agama, kecurigaan umat
seagama muncul di permukaan tanpa bisa di bendung lagi. Bahkan antar
teman, keluarga pun tak jarang yang saling bermusuhan hanya karena
berbeda pandangan politik. Pilkada Jakarta memberikan dampak psikologis
yang luar biasa dan salah satu pemicunya adalah isu agama yang segaja
dihembuskan pihak-pihak tertentu.
Kenapa Eep melakukan cara seperti itu?
Dugaan saya, Eep menyadari betapa sulitnya untuk mengalahkan Basuki
Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot dalam Pilkada Jakarta. Seorang Eep yang di
konon sebut-sebut menjadi konsultan politik, dan pernah menjadi
konsultan politik dan orang di balik kemenangan Jokowi – Ahok dalam
Pilkada DKI tahun 2012 lalu, tentunya ingin menorehkan catatan gemilang
jika kali ini ia juga berhasil memenangkan pasangan Anies-Sandi. Pakar
politik lulusan Universitas Indonesia yang di sebut juga menjadi orang
di balik kemenangan pasangan Aher dan Deddy Mizwar dalam Pilgub Jabar
ini ingin terus meraih kemenangan, ingin mempunyai prestasi cemerlang
sebagai konsultan politik yang selalu berhasil memenangkan orang yang
didukungnya. Ia juga mengaku sebagai konsultan politik Jokowi-JK dalam
Pilpres lalu.
CEO PolMark Indonesia dan Suami dari
Sandrina Malakiano ini mengetahui kapasitas Anies-Sandi tidak cukup
memadai untuk menjadi penantang Ahok-Djarot. Kalau bicara program,
program yang sudah dikerjakan Ahok-Djarot terbukti sudah bermanfaat
bagi warga jakarta, mampu merubah Jakarta menjadi lebih baik dan maju.
Sementara program yang akan dilakukan ke depan juga sudah terencana
dengan baik dan tinggal melanjutkan manakala Ahok –Djarot terpilih
kembali memimpin Jakarta.
Singkatnya, menantang Ahok-Djarot dengan
adu program jelas langkah yang tidak tepat, dan tidak mungkin untuk
mengungguli pasangan petahana tersebut. Untuk itu satu-satunya cara
hanya dengan mengembuskan isu Sara yang kemungkinan besar akan mampu
mengoyang Ahok yang dobel minoritas.
Eep sebagai seorang pakar poltik yang
sudah malang melintang menjadi konsultan politik tahu betul bahwa
mengunakan isu Sara itu tidak fair dan menciderai demokrasi. Tetapi
dengan sadar telah mengunakan Sara untuk kepentingan pribadinya. Demi
ambisi untuk mencatat kemenangan demi kemenangan orang-orang yang
mengunakan jasanya, ia telah membuat demokrasi kehilangan akal sehatnya.
Barangkali, kebelet ingin selalu
menorehkan kemenangan itulah yang membuat Eep kehilangan kontrol pribadi
, ‘kewarasan’ sehingga rela mendorong politisasi isu Sara pada Pilkada
DKI Jakarta. **
Orang Bilang Saya Eksploitasi SARA, Politisasi Mesjid Untuk Menangi Jakarta, Netizen: Munafik!
TRIBUNMANADO.CO.ID - Eep Saefulloh Fatah melontarkan kalimat mengejutkan!
Kalimat yang ia posting ke akun twitter pribadinya tersebut malah menuai banyak cibiran netizen.
Melalui akun twitter @EepSFatah, Founder and CEO PolMark Indonesia
Inc. - Center for Political Marketing, sekaligus konsultan politik yang
memenangkan pasangan Anies-Shandi memenangkan Pilkada DKI Jakarta ini
memposting kalimat bernada bantahan atas sejumlah tuduhan yang
dialamatkan padanya selama ini. "Eep Saefulloh Fatah @EepSFatah Orang picik bilang: sy eksploitasi isu SARA & politisasi
mesjid utk memenangi Jakarta 2017. Sy lg tulis buku utk tunjukkan yg
kami kerjakan." twitter @EepSFatahSebenarnya apa yang terjadi? Mengapa mantan pengamat politik yang
beken di era tahun 2000 an ini disebut-sebut mengekspolitasi isu SARA
saat Pilkada Jakarta 2017?
Sebuah ulasan menarik dikutip dari https://seword.com/ memberi kita sedikit gambaran : "Setelah beredarnya video viral Eep Saefulloh Fatah, yang secara
mengejutkan dan terang-terangan menyebut masjid sebagai tempat kampanye
untuk meraih kemenangan politik . Eep Saefulloh Fatah disebut-sebut
berposisi sebagai konsultan politik pasangan Anies-Sandi yang diusung
Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera(PKS). Dalam ceramahnya, Eep menyampaikan contoh kemenangan Partai
FIS/Partai Front Keselamatan Islam (al-jabhah al-islamiyah lil-inqadh)
di Aljazair yang telah berhasil memenangkan pemilu dengan mengunakan
masjid sebagai alat politisasi. Eep menyatakan bahwa kemenangan Partai FIS pada pemilu di
Al-Jazair karena memanfaatkan dan menjadikan masjid yang mestinya
untuk beribadah tetapi juga digunakan sebagai alat propaganda politik. Kemenangan itu tentu saja mengejutkan karena Partai FIS bukan
partai dengan jaringan yang kuat, tidak ada tokoh-tokoh berpengaruh yang
tersebar di berbagai daerah, dan pendanaannya pun biasa-biasa saja. Masih menurut Eep, Partai FIS mengunakan jaringan masjid seperti
khotib, ulama, ustadz yang mengisi kegiatan di masjid , untuk ikut
berpolitik, tidak hanya menyerukan ketakwaan tetapi juga seruan
politik."
Berikut videonya : https://youtu.be/pvumgmkgUug
Meskipun Eep kemudian menyebut kalau kalau video yang beredar telah diedit dan direkayasa :"Oh soal mesjid... Ini baca ini dulu aja sebelum nanti baca cerita lengkapnya di buku saya."
Add caption
twitter @EepSFatahPostingan Eep ini sontak menuai berbagai komentar tajam netizen. @Geronimopiyung Dari muka anda, keliatan picik
dan munafik mas...semua dengar apa yg anda sampaikan di mesjid, ngak
usah nulis, org sudah tau isi otakmu. #NegaraTakutHTI @hendrikk168 Anda penangung
jawab masalah perbedaan SARA yg saat ini meruncing! Smoga msh punya hati
utk meminta maaf ke seluruh rakyat Indonesia di buku. Silahkan cuci
tangan anda lewat buku dan berharap persoalan SARA yg anda peruncing ini
bisa selesai lewat buku. Sebagai konsultan politik sudah pasti bung
tahu tentang larangan kampanye di masjid. Bisa bung jelaskan video viral
bung bbrp bulan lalu soal kampanye di masjid? Sarah @Sarah_Pndj Ga akan dijawab sama si Eep.. BurSubur @SuburBur Eksploitasi isu SARA dan
politisasi mesjid itu sudah sangat telanjang dan terlihat jelas. Anda
dan keluarga anda mendapat keuntungan darinya lestari damayanti @lestarigodit Cukup
hanya terjadi di pilkada DKI. Sbg konsultan politik bpk tidak akan
sarankan lagi di daerah lain. Jgn sampai kami jd korban ide2 bpk. Hari Wibawanto @hariwibawanto Percayalah Eep akan menggunakannya untuk 2019. Sdh jelas siapa yang mau pakai kok .
Ada juga netizen yang memiliki penilaian lain : Sarkawi @1nohon9 yang menuduh Kang Eep politisasi mesjid orang yg tidak mengerti Islam, masalah mesjid itu urusan pribadi orang Muslim / http://manado.tribunnews.com/2017/05/22/orang-bilang-saya-eksploitasi-sara-politisasi-mesjid-untuk-menangi-jakarta-netizen-munafik?page=all
dok.Warta Kota
Eep Saefulloh Fatah menjadi timses Sandiaga Uno.
Konsultan Sandi Bekerja Senyap
WARTA KOTA, PALMERAH-- Perjalanan pengusaha Sandiaga
Salahuddin Uno hingga menjadi bakal calon Wakil Gubernur DKI Jakarta,
tidak terlepas dari kerja keras timnya.
Hasil survei Populi Center yang dirilis akhir Agustus lalu menyatakan tingkat keterpilihan Sandiaga melejit hingga 22,5 persen.
Padahal sebelumnya, hingga Mei, beberapa media memberitakan bahwa
masih ada warga Jakarta yang belum mengenal siapa sosok laki-laki kurus
itu. Tentu melejitnya popularitas Sandiaga tidak muncul begitu saja.
Selain semakin sering pemilik PT Saratoga Investama Sedaya itu
menyapa warga Ibu Kota, di balik sepak terjangnya, ada konsultan politik
yang mendukungnya yaitu Eep Saefulloh Fatah.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Gerindra, Syarif membenarkan
sosok laki-laki kelahiran 1967 itu yang menjadi penasehat politik
Sandiaga selama ini.
"Pak Eep memang secara informal sudah lama. Ini mau diformalkan,"
katanya kepada Tribun saat dihubungi belum lama ini. Diformalkan yang
dimaksud Syarif adalah Eep akan dilibatkan dalam tim pemenangan pasangan
Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Pakar politik jebolan Universitas Indonesia itu, pertama kali
terlihat ada bersama Sandiaga dalam pertemuan kader Partai Gerindra itu
dengan Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, pertengahan Maret silam.
Saat itu Eep belum memastikan menjadi konsultan Sandiaga.
Namun,
Sandiaga menyebut dirinya meminta nasihat politik pada suami Sandrina
Malakiano tersebut.
Saat Tribun mendatangi kantor lembaga konsultan politik yang
didirikan Eep, PollMark Indonesia, tidak tampak keramaian. Di bagian
lobi bangunan bercat kuning yang terletak di kompleks perkantoran
bilangan Senayan itu hanya ada dua pegawai. Mereka hanya tampak sedang
menata barang.
Meski sudah sampai di kantor PollMark Indonesia, Tribun tidak bisa
langsung menemui Eep.
Seorang pegawai menyebutkan Eep sedang
mempersiapkan diri jelang Pilkada serentak.
"(Jadwal) Bapak full sekali minggu ini. Harus keluar kota besok pagi
sampai minggu depan. Hari ini kebetulan sudah ada agenda, jadi belum
bisa (ditemui)," sebutnya.
Ketika dihubungi melalui pesan singkat, Eep pun enggan menjelaskan aktivitasnya dalam membantu pasangan calon tertentu.
"Sebagai konsultan kami biasanya bekerja dalam senyap," kata Eep
Saifullah Fatah.
"Sebab banyak hal yang kami kerjakan adalah urusan
dapur yang tersembunyi," sambungnya.
Selama menjadi konsultan politik, rekam jejak Eep tidak bisa
dipandang sebelah mata.
Dia menjadi orang yang ada di belakang
kemenangan pasangan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar pada pemilihan
Gubernur Jawa Barat.
Ada juga peran Eep dalam kemenangan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla
saat mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam Pilpres
2014.
Eep Saefullah juga tim sukses pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada Pilkada DKI 2012. Saat itu,
Jokowi-Ahok mengalahkan pasangan Fauzi Bowo-Nahrowi Ramli yang
sebelumnya memiliki popularitas tinggi.
Godok tim pemenangan
Terkait tim pemenangan untuk Pilkada Jakarta 2017, koalisi Partai Gerindra-Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mulai menggodoknya.
Tim yang diketuai Wakil Sekretaris Jenderal PKS, Mardani Ali Sera, baru memulai pembicaraan internal pada Selasa (27/9) kemarin.
Hanya saja, Mardani menjelaskan tim pemenang tidak akan didominasi
oleh orang dalam tim pemenangan pasangan Prabowo-Hatta Rajasa dalam
pemilihan presiden 2014 silam. "Timnya segar dan banyak muka baru,"
katanya.
Sedangkan Syarif menuturkan, sekelompok orang yang akan bekerja agar
pasangan Anies-Sandiaga dapat mengalahkan pasangan pertahana, akan diisi
tidak hanya dua kendaraan politik pengusung. "Ada relawan Sandi dan
Anies juga," sebutnya.
Kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang baru mengundurkan
diri, Boy Sadikin dan beberapa anggota DPR yang telah berpengalaman
dalam pemenangan Pilkada, juga akan dilibatkan.
Wakil Sekjen Partai Gerindra Ahmad Riza Patria optimistis berbagai
strategi yang telah mereka siapkan untuk Pilkada Jakarta akan membuahkan
hasil.
Pasalnya, Anies yang pada Pilpres 2014 berperan sebagai juru bicara
pasangan Jokowi-JK, akan menarik warga Jakarta pemilih mantan Wali Kota
Solo itu. Semetara pemilih Prabowo Subianto akan memilih Anies-Sandiaga.
"Kami yakini semua pemilih Gerindra, PKS dan Pak Prabowo akan pilih
pasangan Anies-Sandi. Dan sebagian pemilih Pak jokowi pada Pilpres akan
pilih Sandi karena Anies bagian dari tim Pak Jokowi," kata Ahmad Riza
Patria usai acara peresmian Roemah Joeang Anies-Sandi di Jalan Brawijaya
IX, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (26/9) lalu. / http://wartakota.tribunnews.com/2016/09/28/konsultan-sandi-bekerja-senyap-diambil-dari-timses-jokowi-ahok?page=all
Nama Eep Saefullah Dicatut untuk Politik Sesat
Nama Eep Saefullah Dicatut untuk Politik Sesat
Tulisan hoax terkait jihad mengatasnamakan CEO dan founder lembaga
survei Polmark, Eep Saefulloh Fatah, beredar di media sosial. Eep
menegaskan tulisan itu bukan dari dia dan dirinya tidak setuju dengan
isi tulisan tersebut.
“Hoax, saat ini beredar tulisan yang di-posting seolah tulisan saya.
Itu sama sekali bukan tulisan saya,” ujar Eep seperti dilansir media
nasional beberapa waktu lalu..
Eep mengatakan namanya dibajak terhadap pihak tak bertanggung jawab
yang menyebar tulisan tersebut. Dia sama sekali tidak setuju dengan isi
tulisan tersebut.
“Saya juga tak setuju isinya. Nama saya dibajak dan ditulis secara keliru pula,” katanya.
Eep mendapat banyak konfirmasi dari rekannya setelah tulisan tersebut
beredar di media sosial. “Ada sejumlah kawan yang meminta konfirmasi
(setelah tulisan itu beredar),” sebutnya.
Tulisan tersebut menyebut beberapa poin jihad. Di bawahnya dicantumkan nama Eep Saepullah Fatah.
Akun Abi Amanillah di sosial media facebook jelas-jelas
menghasut,ENTAH apa yang ada di dalam otak pembuat hoax tentang seruan
jihad ekonomi kali ini. Di satu sisi, dia ingin membuat kesan mengajak
umat Islam memperkuat diri dan menebar kebaikan. Di sisi lain, ajakan
yang dibuat ternyata berbasis kebohongan.
”Sudahkah Anda Melaksanakan Jihad dengan Pola Seperti Uraian di Bawah
Ini?” Begitu judul hoax yang kini telah tersebar ke berbagai grup
percakapan dan media sosial.
Selanjutnya, artikel palsu itu menjelaskan bahwa pola jihad yang
dimaksud adalah meletakkan uang dalam usaha-usaha muslim. Antara lain,
212 Mart, Kitamart, Koperasi Oke Oce, Fresh Mart Oke Oce, dan Oke Oce
Mart.
Poin yang cukup menarik dalam artikel tersebut, ada nama pakar politik
Eep Saefullohefulloh Fatah yang ditulis sebagai pembuat pesan. Namun,
setelah ditelusuri, pesan itu tidak ditulis oleh Eep.p. Nama pendiri
Polmark Indonesia tersebut dicatut produsen hoax untukk membuat pesan
bernada provokatif.
Melalui akun dan nya, Eepep mengonfirmasi bahwawa ajakan jihad ekonomii
yang mengatasnamakankan dirinya itu bohong. ”Saataat ini beredar tulisan
yang didi- seolahlhttulisanli saya. ItuIt sama sekali bukan tulisan
saya,” kata Eep. Dia mengaku tidak setuju dengan isi tulisan tersebut.
’’Nama saya dibajak. Menulis nama saya pun keliru,’’ ucapnya. Ya, dalam
pesan itu, tertulis ’’Oleh Eep Saepullah Fatah’’. Padahal, nama Eep yang
benar adalah Eep Saefulloh Fatah. Kemarin (3/10) Jawa Pos juga sudah
mengonfirmasi bahwa akun Twitter dan Instagram yang mengklarifikasi hoax
tersebut memang akun pribadi Eep.
Kemarin kabar hoax yang mengatasnamakan Eep itu juga sudah tersebar di
Facebook. Akun yang menyebarkan bernama Abi Amanillah. Isinya seperti
pesan yang dicontohkan Eep di akun media sosialnya. Hanya, kalimatnya
sedikit lebih panjang. Ada tiga tambahan kalimat.
Tiga kalimat itu ialah ”Jihad politik hanya memilih pemimpin muslim
amanah mulai dari tingkat RT sampai dewan hingga Presiden.’’ Lalu, ada
juga pesan lainnya. ”Jihad kesehatan muslim Indonesia, pasien muslim
berobat ke dokter muslim atau ke rumah sakit/layanan kesehatan muslim”.
Pesan terakhir, ”Jihad pendidikan muslim Indonesia murid-murid sekolah
di sekolah– sekolah pemerintah atau di sekolah muslim”. / https://bataraonline.com/nama-eep-saefullah-dicatut-untuk-politik-sesat/
Beda Politik Agama Ala Eep Saifullah dan Azyumardi Azra
SALAFYNEWS.COM, JAKARTA – Bagaimana agama jika ditunggangi untuk kepentingan politik dalam merampas demokrasi di Indonesia ini.
Sebuah
brosur diduga buatan Front Pembela Islam (FPI) dan NKRI Bersyariah
beserta kroco-kroconya beredar di media sosial. Isi brosur berupa seruan
jihad dengan pola yang disebutnya ala pakar dan konsultan Politik Eep
Saifullah Fatah. Seruan jihad yang tampak ngawur karena diskriminatif
terutama bagi bangsa Indonesia yang plural.
Isinya ada delapan poin. Diantaranya
upaya penguatan posisi dan penguatan ekonomi umat Islam melalui energi
perkumpulan. Selain itu, model gerakan jihad dalam kehidupan
sehari-hari. Dan persis seperti yang kerap diserukan kelompok minhum,
semuanya harus serba muslim.
Tentu saja pengandaian itu tampak
terlihat diskriminatif bagi bangsa Indonesia yang plural dengan banyak
agama. Jika diterapkan, jurang pemisah antara umat muslim dan non-muslim
di Indonesia akan semakin lebar.
Dalam tayangan video, Eep menyebutkan
bahwa masjid, khotib, ulama, ustad dan shalat Jum’at akan dia jadikan
jaringan berpolitik untuk mengalahkan Ahok.
Apakah dengan cara seperti itu jugalah yang akan diulangi Eep untuk menjatuhkan Jokowi di Pilpres 2019 mendatang.
Pertanyaannya sekarang adalah, serendah
itukah Tuhan, agama, pemuka agama dan rumah ibadah sampai harus diseret
masuk dalam dunia politik? Profesi Eep memang konsultan politik. Eep
menafkahi keluarganya dengan pekerjaan tersebut. Jelas Eep akan bekerja
sebaik-baiknya untuk memenangkan klien politiknya. Semakin sering klien
politiknya menang, hidup Eep dan keluarganya akan semakin makmur.
Pertanyaannya adalah: halalkah mencari nafkah dengan cara yang demikian?
Menangkan klien politikmu dengan gagah Pak Eep. Bantu klien politikmu
merancang program-program kerja andalan. Bukannya menyerang lawan
politikmu dengan merendahkan Tuhan, agama, pemuka agama dan rumah ibadah
seperti ini.
Disisi lain adalah seorang cendekiawan
Muslim bernama Azyumardi Azra. Dia mengimbau kepada setiap umat Muslim
agar menjaga kesucian masjid. “Jangan masjid itu digunakan sebagai
tempat mobilisasi politik partisan, politik kekuasaan, politik pilkada.
Saya kira tak pada tempatnya itu. Saya kira itu menodai kesucian
masjid.” Dia juga memperingatkan bahwa jika kampanye politik menggunakan
agama terus berkelanjutan, Indonesia terancam mengalami nasib yang sama
seperti negara-negara di Timur Tengah. “Sangat berbahaya. Bisa memecah
belah, tapi juga eksplosif.”
Melihat Eep, Azyumardi Azra diatas, dua
pribadi yang sama-sama beragama Islam ini, kira-kira siapakah yang lebih
meneladan pada pribadi Tuhan yang adalah Suci, Agung, Mulia, Pengasih
dan Penyayang?
Indonesia waspadalah. Jangan mau diadu
domba dan dipengaruhi lagi oleh cara-cara menjijikkan seperti yang sudah
dilakukan Eep. Pintarlah sedikit, tak perlu banyak-banyak. Mudah khan?
Apalagi sudah ada contoh tragis di Jakarta sana. Makmur pejabatnya,
tertipu warganya. Sejahtera pemimpinnya, merana rakyatnya.
Pilpres 2019 sudah di depan mata. Jangan
biarkan Eep terus meracuni rakyat Indonesia dengan strategi politiknya
yang merendahkan Tuhan, agama, pemuka agama dan rumah ibadah seperti
yang sudah dia lakukan di Jakarta.
Kesalahpahaman tentang Makna Jihad
Kesalahpahaman tentang makna jihad itu
diperparah juga melalui sekian banyak kitab, bahkan melalui terjemahan
beberapa ayat al-Qur’an. Misalnya kata qitâl tidak jarang mereka pahami
dalam arti pembunuhan, padahal kata itu bermakna peperangan/kutukan,
sikap tegas yang tidak selalu mengakibatkan pembunuhan. Kata anfusikum
diartikan sebagai jiwa/nyawa, padahal ia berarti seluruh totalitas
manusia, yakni nyawa, atau fisik, ilmu, tenaga, pikiran, bahkan waktu
karena semua hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari totalitas manusia.
Para Radikalis itu memahami iman sebagai
pembenaran hati atas apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw.
disertai dengan pengamalannya sehingga menurut mereka seseorang tidaklah
dinilai beriman apabila tidak melaksanakan ajaran Islam secara baik dan
benar. Mereka menilai bahwa kemusyrikan bukan sekadar keyakinan tentang
berbilangnya Tuhan, tetapi juga yang mengakui keesaan-Nya tanpa
mengamalkan syariat adalah seorang yang boleh dibunuh. Tulisan
menyangkut ide di atas ditemukan, antara lain dalam buku yang tersebar
di sekian banyak sekolah di Indonesia, termasuk Jawa Timur.
Mereka mengumandangkan bahwa “La hukma
illâ lillâh”. Semua pemerintahan yang tidak menetapkan hukum berdasar
ketentuan Allah adalah Thagût (melampaui batas ajaran Islam) dan dinilai
kafir, lagi harus diperangi. Indonesia yang ber-Ketuhanan Yang Maha
Esa, Pemerintahannya pun mereka nilai Thagût/Tirani dan kafir. Mereka
merujuk pada firman Allah: “Siapa yang tidak menetapkan sesuai dengan
apa yang diturunkan Allah, maka mereka adalah orang-orang kafir), QS.
al-Mâ’idah (5): 44).
Kekeliruan mereka menurut para pakar di
bidang al-Qur’an dan Sunnah adalah memahami kata kafir dalam arti
sempit, padahal al-Qur’an menggunakan kata itu untuk berbagai makna,
seperti “tidak bersyukur” (QS. Ibrâhîm [14]: 7) atau “berpecah belah”
(QS. Âli ‘Imrân (3): 106). Memang kekufuran beraneka ragam dan
bertingkat-tingkat sehingga pada akhirnya kekufuran dapat disimpulkan
dalam arti melakukan kegiatan yang bertentangan dengan
nilai-nilai/tujuan. Puncaknya adalah mengingkari wujud/Keesaan Allah,
dan inilah yang menjadikan seseorang dinilai keluar dari agama, itu pun
tidak serta merta harus dibunuh. WASPADALAH!!!. (SFA) / http://www.salafynews.com/beda-politik-agama-ala-eep-saifullah-dan-azyumardi-azra.html
Mahfud MD ‘Semprot’ Felix Siauw di #ILCReuni212
SALAFYNEWS.COM, JAKARTA
– Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK),
Mahfud MD, tak sepakat dengan penceramah Felix Siauw soal khilafah.
Dalam acara Indonesia Lawyers Club bertajuk “212: Perlukah Reuni” yang
disiarkan TvOne Selasa malam, 5 Desember 2017, Felix mengaku heran
kenapa ideologi khilafah dinyatakan terlarang.
Jika memang khilafah adalah terlarang,
menurut Felix, orang harus menghapuskan penyebutan nama empat nama
khalifah saat melaksanakan ibadah Salat Taraweh.
“Khilafah adalah prinsip pengolahan alam
semesta yang diamanahkan Allah kepada manusia,” jelas Felix. Untuk itu,
menurut Felix, khilafah adalah sebuah keniscayaan.
Namun, menanggapi pendapat Felix itu,
Mahfud punya sikap yang lain. Dia menegaskan konsep khilafah yang
diperjuangkan Front Pembela Islam dan Hizbut Tahrir Indonesia bukan
khilafah dalam tataran gagasan, namun khilafah dalam konteks sistem
pemerintahan.
“Itu (khilafah untuk sistem
pemerintahan) ideologi yang bertentangan. Upaya mengganti sebuah sistem
yang sudah disepakati jelas itu gerakan terlarang,” ujar Mahfud.
Pakar hukum tata negara asal Jawa Timur
itu mengaku sudah menggali langsung konsep khilafah yang diperjuangkan
HTI. Dalam diskusi dan tukar pikiran dengannya, Mahfud mendapatkan
keterangan sahih bahwa HTI memperjuangkan khilafah sebagai sistem
pemerintahan.
“HTI itu bilang pemerintahan itu thoghut
(berhala/sesembahan). HTI juga menolak ide kebangsaan, mereka ingin
transnasional. Itu tak dibantah oleh mereka, ini jelas berbahaya sebagai
sebuah bangsa,” kata Mahfud di Yogyakarta saat dihubungi lewat video
conference oleh Karni Ilyas sebagai pemandu acara ILC.
Selanjutnya, dari sisi teologis,
sepanjang mendalami ilmu tata negara Islam, Mahfud tak menemukan adanya
konsep khilafah sebagai sebuah sistem pemerintahan.
“Di dalam sumber primer, tidak ada
khilafah sebagai sistem. Kita bisa berdebat kapan saja. Kalau sebutan
khilafah untuk pemimpin iya (ada), tapi tak ada sebagai sistem, khilafah
itu macam-macam,” jelasnya.
Mahfud melanjutkan, sistem Pancasila
yang dianut oleh Indonesia sudah pas. Malah Mahfud menilai Pancasila itu
bila didalami adalah khilafah dalam konteks khilafah al Indonesia, atau
khilafah khas Indonesia. “(Tapi) Gerakan khilafah sebagai alternatif
ideologi itu berbahaya,” tuturnya. (SFA) / http://www.salafynews.com/mahfud-md-semprot-felix-siauw-di-ilcreuni212.html
Polisi Ciduk Cahyo Gumelar yang Hina Jokowi, Ahok dan Lambang Negara
SALAFYNEWS.COM, TANGERANG
– Akhirnya polisi berhasil menciduk penghina Jokowi dan Ahok. Cahyo
Gumilar (40) ditangkap Bareskrim Polri di Pamulang, Tangerang Selatan.
Dia ditangkap karena diduga telah melakukan penghinaan terhadap Presiden
Joko Widodo (Jokowi) melalui akun media sosial Facebook.
Menurut Wakabareskrim Polri Irjen Pol
Antam Novambar, Cahyo selain melakukan penghinaan terhadap Jokowi, dia
juga telah memposting konten yang bersifat ancaman, SARA dan menghina
lambang negara.
“Telah dilakukan penangkapan terhadap
pemilik akun tersebut atas nama Cahyo Gumilar,” kata Antam melalui pesan
tertulis, Jakarta, Selasa (5/12).
Antam menuturkan lebih lanjut bahwa
pelaku sudah mengakui perbuatannya. Dari hasil interogasi sementara,
Menurut Cahyo, dirinya sengaja memposting konten-konten ujaran kebencian
di akun media sosialnya.
Alasan pelaku melakukan ujaran
kebencian, lantaran dirinya merasa terpanggil untuk melakukan perbuatan
tersebut. Alasan Cahyo melakukan itu karena hukum pada saat ini berat
sebelah dia juga merasa ada kriminalisasi terhadap ulama.
“Motivasi pelaku melakukan perbuatan tersebut adalah sebagai panggilan jiwa,” tuturnya.
Saat melakukan penangkapan, polisi
langsung melakukan penggeledahan di rumah pelaku dan telah melakukan
penyitaan barang bukti seperti satu HP, satu Laptop, satu buah Hard
disk, satu buah Handycam, satu kamera digital, satu buah pedang, tiga
buah bendera Laskar Pembela Islam (LPI), satu buah rompi hitam bergambar
bendera Palestine, dan KTP.
Tidak Mendapat Panggung Dalam Kongres 212 Yang Dikuasai FPI, Rijal Kobar Dirikan Korps Alumni 212
Tidak Mendapat Panggung Dalam Kongres 212 Yang Dikuasai FPI, Rijal Dirikan Korps Alumni 212
Mantan narapidana kasus pelanggaran hukum melakukan ujaran kebencian
berdasarkan UU ITE Rizal Kobar, pada tanggal 2 Desember 2017 lalu
mendeklarasikan gerakan baru yang berhubungan dengan Aksi dan Reuni
Akbar 212 yang dinamakannya Korps Alumni 212.
Pembentukan Korps Alumni 212 ini dideklarasikan Rizal Kobar atau
Biasa menyebut dirinya Rijal Kobar melalui surat elektronik yang
dikirimkannya ke media online.
Setelah Reuni Akbar 212 yang carut-marut dengan kepentingan politik
dan kepentingan pribadi masing-masing elite 212, ternyata Rizal Kobar
pun yang merasa memiliki saham dalam aksi 212 tahun 2016 lalu tersebut
dengan berbagai aksi ujaran kebenciannya hingga akhirnya menjalani
hukuman.
Kobar yang selalu melekat dibelakang nama Rijal adalah singkat dari
Komando Barisan Rakyat, suatu organisasi gagal yang hingga saat ini
tidak mendapatkan simpati dari masyarakat.
Dalam surat elektroniknya secara sepihak mengklaim bahwa Korps Alumni
212 ini adalah untuk menjaga “pergerakan nasional” aksi 212 itu sendiri
serta untuk tetap menjaga ghiroh perjuangan aksi 212. Padahal aksi 212
sendiri selain tidak memiliki basis dukungan yang kuat dari seluruh umat
Islam Indonesia akibat campur aduknya politik dengan gerakan keagamaan
juga makin pudarnya semangat 212 yang selama ini selalu dipropagandakan
demi kepentingan para elite 212 itu sendiri.
Pendirian Korps Alumni 212 ini sendiri juga merupakan buntut saat
rijal tidak mendapat panggung dalam kongres 212 di Wisma PHI Cempaka
Putih (1/12) lalu. Ketika itu Rizal sempat membentak narasumber ketika
dirinya tidak diberikan kesempatan untuk mengkritisi konten konferensi
pers oleh para narasumber.
Narasumber yang dimaksud adalah Sekretaris Alumni 212 Ustadz Muhammad
Gatot saptono Al Khaththath. Rijal saat konferensi pers tersebut lebih
mengutamakan untuk mengumumkan sikap alumni 212 daripada membacakan
agenda reuni alumni 212 itu sendiri.
“Saya pasti ikuti apa kata Ulama, tapi untuk konferensi pers kali ini
kan sebaiknya yang disampaikan itu sikap, bukan susunan acara. Dan dari
tadi sepanjang konferensi pers kan hanya susunan acara yang
disampaikan,” kata Rijal saat itu.
Al Khaththath sendiri yang marah karena disepelekan oleh Rijal cs
tersebut menjadi marah dan membentak Rijal agar diam karena terkesan
tidak menghargai dirinya. Namun bukannya malah diam, Khaththath malah
dijadikan bahan olok-olokan oleh Rijal dkk dengan teriakan “Harganya
Berapa?”.
Masyarakat tentu harus lebih mewaspadai gerakan Korps Alumni 212 yang
hanya akan mengatasnamakan umat Islam seperti halnya alumni 212 lainnya
seperti Presidium Alumni 212 yang justru ditunggangi kepentingan
politik seperti membela Ketua Partai Politik Perindo Hary Tanoewidjaya
beberapa waktu lalu.
Gerakan-gerakan yang dilakukan setelah aksi 212 Desember 2016 lalu
itu secara tegas disebut Ketua Majelis Ulama Indonesia tidak perlu
dilakukan lagi. “Aksi 212 itu sudah selesai. Masalah yang diusung oleh
212 sudah selesai, karena itu tidak perlu lagi menghidup-hidupi 212.
Lebih baik acara seperti ini, mengutuhkan umat, bangsa dan mengajak
mempererat persatuan,” kata Kyai Ma’ruf saat ditanyakan pendapatnya soal
acara reuni 212 di lapangan Medan Merdeka Monas (1/12).
Kyai Ma’ruf menyebut reuni akbar 212 hanya akan menimbulkan kritik
tajam. “Menurut saya itu memunculkan provokasi dan menimbulkan saling
mencurigai. Kita harap masyarakat mengubah persepsi untuk jangan
menghidupkan sesuatu (yang) masalahnya yang sudah selesai, tidak usah
dihidup-hidupi lagi,” tegas Ma’ruf.
Propaganda untuk selalu menghidupkan semangat 212 sudah dipastikan
Kyai Ma’ruf hanya menjadi agitasi yang berpeluang besar untuk dijadikan
tunggangan politik oleh pihak-pihak tertentu yang justru dapat mengancam
ketahanan berbangsa. / https://bataraonline.com/tidak-mendapat-panggung-dalam-kongres-212-yang-dikuasai-fpi-rijal-dirikan-korps-alumni-212/
Anggota DPRD Yogyakarta Tuding Amien Rais Lebih Senang Tebar Fitnah Daripada Membantu Korban Bencana Alam
Bataraonline – Orasi Amien Rais pada gelaran Reuni Alumni 212 di
Monas Jakarta ternyata hanya mendapat respons negatif dari orang-orang
sekampung halamannya di Yogyakarta.
Seperti diketahui saat Reuni Alumni 212 diselenggarakan pada tanggal 2
Desember 2017 lalu, Yogyakarta dilanda musibah banjir dan angin kencang
akibat cuaca ekstrem yang diakibatkan siklon tropis Cempaka.
Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto merespons tudingan pernyataan
Amien Rais yang memberikan pidato kontroversial di acara Reuni Alumni
212, Selasa (5/12/2017).
Diketahui, Pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut sempat
meminta Presiden Jokowi tak memecah belah umat dan memecah belah bangsa
sendiri.
Eko menyatakan opini ngawur soal fitnah Amien Rais terhadap Presiden
Joko Widodo yang dituduhnya hanya memecah belah umat, tak ubahnya
menyebar fitnah.
“Alih-alih mengajak solidaritas untuk para korban bencana yang
membutuhkan, Amien Rais justru sibuk menebar fitnah tanpa dasar jelas.
Pemerintah dan Pemerindah Daerah DIY serta Pemda Kabupaten Kota se-DIY
saat ini sedang bahu membahu dengan masyarakat, gotong royong siang
malam membantu masyarakat yang terkena dampak bencana alam,” imbuh Eko.
Menurut Eko, masyarakat merasa malu dan prihatin atas pernyataan
Amien Rais, seorang yang dikenal berlatar belakang intelektual tapi
pernyataan selama ini membawa api kebencian dan upaya memecah belah.
Di tengah kebatinan warga Yogyakarta yang tengah berduka dengan
adanya korban bencana alam di DIY, tak selayaknya ada upaya menebar
fitnah hanya untuk memenuhi nafsu berkuasa.
Padahal diketahui banyak bencana akibat dampak siklon Cempaka yang melanda tak jauh dari kediamannya di Sleman, DIY.
“Lokasi bencana alam tak jauh dari tempat tinggalnya di Sleman, tapi
kemana? Masyarakat ternyata nonton di media lagi sibuk urusan politik
kekuasaan di Jakarta. Masyarakat saat ini lebih butuh aksi konkret untuk
bantu masyarakat yang terkena musibah bencana, bukan aksi politis
kekuasaan saja yang dipikirkan,” kata dia.
“Kita harapkan tidak ada yang membuat gaduh disaat pemda dan
masyarakat sedang konsentrasi tanggap darurat kebencanaan di Jogja. Ayo
gotong royong membantu masyarakat korban bencana alam, jangan malah
bikin gaduh dengan akrobat politik menyebar fitnah,” ujarnya. / https://bataraonline.com/anggota-dprd-yogyakarta-tuding-amien-rais-lebih-senang-tebar-fitnah-daripada-membantu-korban-bencana-alam/
Waspada HTI Kini Menjelma Menjadi Oposisi Dan Bergerilya Di Media Online
Bataraonline – Setelah tampil secara seronok mengumbar kebencian dan
provokasi, portal mediaoposisi dotcom mulai melebarkan sayapknya melalui
Video Blog atau biasa disebut netizen sebagai Vlop dengan nama
vlogoposisi.
Namun sayang alih-alih menjadi oposisi yang benar melalui koreksi
agumentatif kepada pemerintah, mediaoposisi melalui portal dan vlog
malah lebih banyak menyajikan narasi agitasi yang hanya berpotensi
memecah belah dan memisahkan umat Islam Indonesia dengan pemerintah.
Target pemirsa media oposisi tentu saja kepada para kaum intoleran
dan radikal di Indonesia yang masih signifkan walau secara persentasi
hanya 0,4% namun paparan narasi penyesatan pemuda kepada bentuk
radikalisme tentu tidak dapat diabaikan.
Sesuai hasil survei Wahid Foundation bekerja sama dengan Lembaga
Survei Indonesia (LSI) ada 0,4 persen dari penduduk Indonesia pernah
melakukan tindakan radikal seperti yang didefinisikan. Selanjutnya yang
bersedia bertindak radikal apabila ada kesempatan itu di angka 7,7%.
“Mungkin orang lihat cuma 0,4 persen kan sedikit. 7,7 persen kan
sedikit. Tapi ketika kita proyeksikan terhadap penduduk Indonesia
katakanlah 150 juta penduduk Indonesia, karena kita ngukurnya yang sudah
dewasa atau sudah menikah, maka kita mendapatkan 600 ribu orang
Indonesia pernah bertindak radikal dan sekitar 11 juta orang bersedia
bertindak radikal kalau memungkinkan. Nah ini kan udah bikin merinding
bu. Bikin merinding dengan data seperti ini,” ungkap Yenny Wahid.
Tokoh yang ditampilkan dalam vlog tersebut tidak lain adalah salah
seorang dedengkot mahasiswa pro ISIS yang berafiliasi langsung dengan
HTI, ormas yang telah dibubarkan pemerintah karena menyebarkan paham dan
ideologi transnasional yang sangat bertentangan dengan Pancasila. Muhammad Alauddin Azzam adalah Ketua Lajnah Khusus Mahasiswa HTI Di
Kampus UGM Yogyakarta. Perannya dalam mempengaruhi teman-teman mahasiswa
untuk memperkenalkan paham anti Pancasila sangat signifikan dan dapat
dengan mudah ditemukan jejak digitalnya di dunia maya.
Seperti diketahui portal mediaoposisi sendiri lahir tak lama setelah
pemerintah mengumumkan pembubaran HTI dan menyatakan sebagai ormas
terlarang sesuai Perppu Ormas No. 2 Tahun 2017 yang kemudian menjadi UU
Ormas No. 16 Tahun 2017.
Sehingga apapun yang ditampilkan oleh portal mediaoposisi maupun
Vlogoposisi di You Tube tentunya masyarakat harus mewaspadainya. Pihak
Aparat juga harus segera menindak portal mediaoposisi tersebut karena
terbukti menjadi media propaganda dan perpanjangan tangan HTI dalam
menyampaikan paham radikal dan intoleransinya. / https://bataraonline.com/waspada-hti-kini-menjelma-menjadi-oposisi-dan-bergerilya-di-media-online/
Sebar Berita Fitnah, Admin Lintas Politik News Dikejar Polisi
Bataraonline – Zaman digital semua akan meninggalkan jejak yang tentu akan dipertanggungjawabkan si pembuat berita fitnah.
Seperti judl berita yang sempat diunggah di situs
lintaspolitiknews.blogspot yang membuat judul berita (HOAX) Sri Mulyani :
Jika Rakyat Mengijinkan Daerah Bali Kita Jual Untuk Bayar Hutang.
Aksi barbar Bullying sampai Hoax dan fitnah jelang tahun politik
semakin memanas, pihak-pihak oposisi melancarkan seragan secara brutal
terhadap pemerintahan.
Kali Ini Korban Kejamnya Dunia Maya Adalah Ibu
Mentri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati. Beliau Difitnah
Mengeluarkan Pernyataan “Jika Rakyat Mengijinkan Daerah Bali Kita Jual
Untuk Bayar Hutang”. Sebagaimana Yang Dikutip LINTAS POLITIK Via
: lintas-politik-news.blogspot.com/2017/10/sri-mulyani-jika-rakyat-mengijinkan.html.
” LINTAS POLITIK – JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani
Indrawati mengatakan, tahun depan pemerintah masih akan berutang untuk
membayar bunga utang luar negeri dan jika rakyat mengijinkan wilayah
bali kita jual untuk membayar hutang. Hal ini dibuktikan dengan jumlah
defisit primer dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017
sebesar Rp109 triliun.
Angka tersebut lebih rendah dari yang sebelumnya yakni Rp111,4
triliun. Maka, dalam pengelolaan anggaran untuk tahun depan harus
berhati-hati agar tidak membengkak dari segi utang yang disebabkan
karena defisit anggaran yang melebar. ”
Jelas pernyataan imajiner dari data tersebut. Jika Melihat blog
tersebut, namun Sayang blog tersebut sudah lenyap., Yang Namanya Dunia
Internet, Apa Saja yang kita posting pasti akan meninggalkan jejak
walaupun postingan tersebut sudah dihapus, Bagi Yang ingin membaca
postingannya
lintas-politik-news.blogspot.com/2017/10/sri-mulyani-jika-rakyat-mengijinkan.html.
Sumber di screenshoot tsb diambil dari web :
lintas-politik-news.blogspot.com/2017/10/sri-mulyani-jika-rakyat-mengijinkan.html
(webnya hilang) dan facebook
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=128775957823089&set=a.114707545896597.1073741829.100020720572950&type=3&fref=gs&dti=503351479770021&hc_location=group
disitu tidak jelas redaksi mana yang mewawancara sri mulyani juga
kelihatannya itu hanya “judul hasut ( biasa dikenal clickbait ) ”
karena di tulisan wawancaranya sama sekali tidak menuliskan Bali
dijual sampai saat ini tidak ada website kredibel lain yang memberitakan
hal ini
juga ada juga peraturan menjual pulau :
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt58acfa5997514/bolehkah-pulau-pulau-kecil-diberikan-hak-atas-tanah
Dari referensi web terpercaya sangat jelas kalau perlu diketahui
bahwa pulau kecil tidak boleh dimiliki oleh orang asing maupun badan
hukum asing. Jika pihak asing ingin melakukan pemanfaatan pulau kecil
dan pemanfaatan perairan di sekitarnya dalam rangka penanaman modal
asing, maka harus mengantongi izin dari Menteri. Penanaman modal asing
tersebut harus mengutamakan kepentingan nasional.
Nah admin lintas politik news yang sengaja menebar fitnah tentu akan
menjadi kewajiban aparat penegak hukum untuk mengusutnya dalam hal ini
Polisi. Ini sekaligus memberi efek jera bagi para pemfitnah dan
penghasut yang produknya jelas bukan merupakan produk jurnaistik dan
mengabaikan kaedah-kaedah Pers yang berlaku maupun hukum. Kesimpulan Hoax Dan Hasud / https://bataraonline.com/sebar-berita-fitnah-admin-lintas-politik-news-dikejar-polisi/
Instruksi FPI Ikut Reuni 212 di Monas Sarat Politis
Bataraonline – Menurut rencana alumni 212 akan menggelar reuni akbar
di Monumen Nasional (Monas), Jakarta pada 2 Desember 2017. Acara ini
disinyalir memnafaatkan momentum hari keagamaan Maulid Nabi.
DPP FPI mengeluarkan instruksi untuk setiap anggota dan simpatisan
FPI di seluruh Indonesia untuk mengikuti aksi reuni 212 tersebut.
Ketua DPP FPI Pusat, Kyai Shabri Lubis mengatakan bahwa pihaknya
telah membentuk panitia khusus untuk mempersiapkan acara tersebut.
Panitia itu terdiri dari gabungan Presidium Alumni 212, GNPF Ulama,
ormas-ormas Islam termasuk ormas-ormas kepemudaan dan nasionalis.
Acara reuni tersebut rencananya akan dimulai dengan shalat subuh
berjamaah di Monas. Pihak panitia juga akan berkoordinasi dengan
pengurus Masjid Istiqlal agar dapat menerima jamaah yang hendak i’tikaf
dan shalat tahajud di Istiqlal.
“Dimulai dari sholat subuh berjamaah di Monas. Jadi umat Islam
diharapkan datang dari malamnya,” ujarnya di Gedung MUI Pusat, Selasa
(22/11/17).
Aksi 212 cukup kental dengan nuansa politik dibalut jubah agama.
Tahun lalu Aksi tersebut digunakan untuk menggoyangkan gubernur petahana
DKI Jakarta Ahok di Pilgub 2017.
Sepanjang setahun ini aksi-aksi yang kerap menggunakan angka-angka
mewarnai unjuk rasa dan pengerahan massa mengatasnamakan AKsi Bela
Islam. Namun sayangnya tujuan tersebut jauh dari harapan dan
kenyataannya hanya menyulut tali perpecahan yang selama ini damai.
Sekalipun acara tersebut diklaim sebagai bentuk menjalankan story
religi namun tidak juga harus dalam bentuk pengerahan masa dan turun
kejalan yang hanya merugikan banyak pihak yang punya hak yang sama
menggunakan fasilitas umum.
Dapat dipastikan bahwa kegiatan tersebut serta imbauan FPI tersebut
menunjukkan reuni 212 bukan menitikberatkan pada ibadah yang religi,
karena ibadah merupakan hak setiap warga negara dan panggilan hati
insani sehingga menjadi hal yang tidak tepat apabila dilakukan atas
dasar instruksi dari Ormas seperti FPI.
Sebelumnya Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Idham Azis mengimbau reuni
akbar alumni 212 tidak dilangsungkan di Monas. Idham mengatakan, Polda
Metro Jaya telah menerima surat pemberitahuan mengenai adanya acara
keagamaan di Monas. Acara itu diinisiasi oleh Presidium 212.
Idham mengimbau agar acara tidak dilangsungkan di Monas. Karena
berdasarkan surat pemberitahuan, koordinator acara akan melangsungkan
Salat Subuh berjamaah.
Untuk itu diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk fokus beribadah di masjid-masjid di wilayahnya masing-masing.
“Kita mengimbau komponen masyarakat yang akan melaksanakan milad ini
unuk melaksanakannya di dalam Masjid Istiqlal,” tegas Kapolda.
Sementara itu Pimpinan Pusat Muhammadiyah memastikan tidak ikut
bergabung dalam reuni akbar yang dilakukan oleh alumni 212 pada 2
Desember 2017 mendatang. Muhammadiyah menilai, reuni 212 tidak memberi
banyak manfaat bagi masyarakat.
Menurut Nasir saat ini masyarakat Indonesia membutuhkan hal-hal yang
lebih bermanfaat dan produktif. Karena itu, pihaknya tidak akan
bergabung dalam reuni akbar tersebut. Nasir menyebut, pihaknya memilih
melakukan kegiatan yang lebih positif, yang dapat memberikan manfaat
bagi banyak orang.
“Harapan Muhammadiyah, mari kita melakukan gerakan yang lebih
produktif, mari kita melakukan gerakan gotong royong dalam keberagam
Indonesia ini,” tegasnya. / https://bataraonline.com/instruksi-fpi-ikut-reuni-212-di-monas-sarat-politis/
Revisi UU Ormas Telah Disepakati Kenapa Tak Masuk Prolegnas Prioritas
Dalam rapat paripurna sebelumnya, DPR telah menyetujui 50 RUU masuk
ke dalam Prolegnas Prioritas 2018 yang terdiri dari 31 usulan DPR, 16
usulan pemerintah, dan tiga usulan DPD.
Dari total 50 RUU yang masuk Prolegnas Prioritas 2018, 47 diantaranya adalah limpahan dari tahun 2017.
Tercatat, hanya tiga RUU yang baru yaitu RUU tentang Pengawasan Obat
dan Makanan, RUU Penyadapan, dan RUU tentang Sistem Pendidikan
Kedokteran dan terdapat lima RUU kumulatif terbuka.
Selain itu, ada perubahan daftar Prolegnas 2015-2019, yang pada awalnya berjumlah 184 RUU, kini menjadi 185 RUU.
Namun revisi Undang-undang Nomor 16 Tahun 2017 tentang Organisasi
Kemasyarakatan tidak masuk ke dalam daftar 50 RUU yang masuk program
legislasi nasional (Prolegnas) prioritas 2018. Sejumlah fraksi
mempertanyakan hal tersebut.
Sejumlah anggota DPR protes revisi undang-undang tentang Ormas tak
masuk dalam Prolegnas Prioritas 2018. Padahal, aturan pembubaran Ormas
tersebut sempat tarik ulur sebelum disepakti menjadi UU.
Anggota Fraksi PPP Arsul Sani mengatakan, UU No.16 Tahun 2017 tentang
Penetapan Perppu No. 2 Tahun 2017 tentang Ormas ini telah disepakati
untuk masuk dalam Prolegnas 2018. Arsul protes lantaran draf revisi UU
ini telah disusun untuk diusulkan di Badan Legislasi (Baleg).
Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani menyatakan, mayoritas fraksi
sebelumnya telah meminta dan menyepakati agar UU hasil pengesahan Perppu
Ormas itu masuk dalam Prolegnas Prioritas 2018, jika ada salah satu
daftar RUU sudah selesai pembahasannya.
Secara prosedural, revisi UU Ormas saat pembahasan di Badan Legislasi
tidak dapat masuk Prolegnas Prioritas 2018 karena terkendala penomoran.
“Mudah-mudahan bisa direalisasikan segera. Fraksi PPP dan fraksi lain
sudah menyiapkan naskah akademik revisi UU 16 Nomor Tahun 2017 tentang
Ormas,” kata Arsul di ruang rapat paripurna, Gedung DPR, Jakarta, Selasa
(5/12/17).
Sementara Anggota Fraksi Partai Demokrat Erma Suryani Ranik
menambahkan, jika revisi UU Ormas tidak masuk dalam Prolegnas Prioritas
2018, maka UU Ormas dikhawatirkan tidak bisa dilakukan perbaikan.
“Kami dukung Perppu Ormas dengan banyak catatan, kami sudah sampaikan
kepada pimpinan DPR. Kami mohon penjelasan pimpinan Baleg soal
hilangnya revisi UU nomor 16/2017 tersebut,” katanya.
Menanggapi hal itu, Ketua Badan Legislasi DPR, Supratman Andi Agtas
mengatakan, berdasarkan rapat koordinasi antara pihaknya dengan
pemerintah dan DPD beberapa waktu lalu, penomoran menjadi terkendala.
“Karena itu disepakati revisi Prolegnas tidak dilakukan enam bulan
sekali namun setiap bulan dan jadi kesepakatan bersama Insya Allah UU
selesai maka UU Ormas akan masuk di Prolegnas 2018,” kata Supratman.
Pemerintah telah menegaskan bahwa UU Ormas memiliki urgensi yang
tinggi dalam mencegah berkembangnya kelompok yang bertentangan dengan
Pancasila. Mengingat keberadaan kelompok dengan ideologi menyimpang
tersebut berpotensi memecah belah bangsa. Oleh sebab itu diharapakan
agar DPR dapat menilai secara objektif serta menempatkan Revisi UU Ormas
sebagai prioritas DPR pada Prolegnas 2018. / https://bataraonline.com/revisi-uu-ormas-telah-disepakati-kenapa-tak-masuk-prolegnas-prioritas/
Yenny Wahid : Masyarakat Indonesia Harus Tetap Waspada Terhadap Infiltrasi Faham Yang Bertentangan Dengan Pancasila
Wahid Foundation Sebut Indonesia Rawan Radikalisme dan Intoleran
Bangsa Indonesia harus bergandengan tangan dalam memerangi
intoleransi dan radikalisme yang hampi merusak kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Terkait siapa yang mempunyai kecenderungan paling kuat untuk terpapar
paham radikal, data menunjukkan menyasar pada usia muda dan laki-laki.
Menyoroti perkembangan tersebut Wahid Foundation bekerja sama dengan
Lembaga Survei Indonesia (LSI) melakukan survey untuk mengetahui potensi
intoleransi dan radikal di Indonesia. Hasilnya, dalam hal toleransi dan
saling menghargai di Indonesia sangat memprihatinkan.
Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid mengatakan, bahwa masyarakat
harus meningkatkan kewaspadaan terhadap infiltrasi faham yang
bertentangan dengan Pancasila.
Dengan adanya survey ini, Wahid Foundation ingin mengetahui apa saja
yang berkontribusi terhadap intoleransi dan radikalisme. Siapa di
Indonesia yang masuk dalam kategori intoleran dan radikal.
Untuk radikalisme, seperti apa contoh yang pernah melakukan
radikalisme. Apakah seperti melakukan penyerangan rumah ibadah umat lain
atau demonstrasi.
Dari survei tersebut terungkap bahwa sebanyak 0.4% penduduk Indonesia
pernah melakukan aksi radikalisme. Sementara sebanyak 7.7% menyatakan
bersedia bertindak radikal.
“Mungkin orang lihat 0,4% kan sedikit, 7,7% kan sedikit. Tapi ketika
kita proyeksikan terhadap penduduk Indonesia katakanlah 150.000.000
penduduk Indonesia yang sudah dewasa atau menikah. Maka kita mendapatkan
600.000 orang Indonesia pernah bertindak radikal dan sekitar 11 juta
orang bersedia bertindak radikal kalau memungkinkan,” ungkap Yenny dalam
Simposium Nasional: Peran Ibu untuk Perdamaian, Senin (4/12/17).
Namun, Yenny optimis modal Indonesia untuk melawan radikalisme sungguh besar, karena 72 persen menolak tindakan radikal.
Selain itu, karakteristik lain yang membuat seseorang rentan menjadi
radikal yaitu memahami ajaran agama secara literalis, terpapar informasi
keagamaan yang berisi kecurigaan dan kebencian, atau cenderung
mengingkari atau menentang pemenuhan hak warganegara terhadap kelompok
yang tidak disukai, dan membenarkan dan mendukung tindakan radikal.
Indonesia telah memiliki ideologi Pancasila yang memepersatukan yang
dibingkai Bhinneka Tunggal Ika. Dengan cara tidak tidak membenarkan dan
mendukung tindakan radikal, maka Indonesia akan terbebas atau setidaknya
berkurang dalam melakukan tindakan radikal dan intoleran. / https://bataraonline.com/wahid-foundation-sebut-indonesia-rawan-radikalisme-dan-intoleran/
Saat Jumpa Pers Reuni 212 Rizal Kobar Teriaki Al Khaththath :”Harganya Berapa!
Bataraonline – Keributan antara alumni 212 terdengar di Wisma PHI,
Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Saat jumpa pers alumni 212 melakukan
kegiatannya, namun saat kongres ada sesuatu yang panas yang tidak banyak
diliput oleh media.
Rizal Kobar sempat bentak Ustadz Muhammad Gatot saptono Al Khaththath
di acara jumpa pers panitia Reuni Akbar 212 di Wisama Persaudaraan Haji
Indonesia (PHI) Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Ia membentak para narasumber ketika dirinya tidak diberikan
kesempatan untuk mengkritisi konten konferensi pers oleh para
narasumber.
“Sebentar… sebentar. Kasih kesempatan saya bicara Ustadz. Harusnya
konferensi pers itu gak begini, enggak hanya menyampaikan susunan acara.
Tapi menyampaikan sikapnya bahwa Presidium Alumni 212 itu begini dan
begini,” kata Rizal yang mendadak membuat kondisi semakin tidak
kondusif, Jumat (1/12/2017).
Kritikan itu pun langsung ditepis oleh Ustadz Al Khaththath bahwa ini
bukan agenda debat tapi jumpa pers panitia dengan awak media, terkait
dengan informasi kegiatan Maulid Agung dan Reuni Akbar 212 di Monas.
“Tunggu bang Rizal. Ini belum masuk agenda (Kongres), ini masih Jumpa
Pers dan mohon tenang,” kata Al Khaththath menanggapi sikap Rizal.
Bukannya nada diturunkan justru Rizal semakin keras berbicara. Bahkan
dia siap berdiri tegak di atas podium jika tidak diberikan kesempatan
menyampaikan kritikannya itu.
“Saya pasti ikuti apa kata Ulama, tapi untuk konferensi pers kali ini
kan sebaiknya yang disampaikan itu sikap, bukan susunan acara. Dan dari
tadi sepanjang konferensi pers kan hanya susunan acara yang
disampaikan,” timpal Rizal.
Merasa tidak dihargai oleh Rizal, Al Khaththath pun tampak semakin
marah. Bahkan ia pun meminta agar Rizal diam dan menghargainya sebagai
Ulama.
“Anda diam… anda diam. Anda menghargai saya enggak?. Anda diam dulu,” tegas Al Khaththath dengan nada marahnya.
Namun sekali lagi, seruan Al Khaththath ini pun malah ditanggapi berbeda oleh Rizal dan temannya.
“Harganya berapa?” teriak salah satu sahabat Rizal di dalam Aula itu.
Situasi sempat memanas namun bisa diredam oleh panitia dan keamanan.
Jumpa pers pun dilanjutkan hingga berakhir. / https://bataraonline.com/saat-jumpa-pers-reuni-212-rizal-kobar-teriaki-al-khaththath-harganya-berapa/
Rakyat Masih Percaya Jokowi Memimpin Negeri Ini Hingga 2024
Bataraonline – Pencapaian hasil kerja secara nyata yang dilakukan
pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuk Kalla berdampak pada
elektabilitias Jokowi yang kian melambung. Hal ini seperti dijelaskan
pada hasil survei yang dilakukan oleh Indo Barometer yang dirilis di
Hotel Atlet Century Park, Jakarta, Minggu (3/12/17).
Hasilnya, sebanyak 61,8 persen responden menginginkan Jokowi kembali menjadi Presiden 2019 ketimbang Prabowo Subianto.
Survei tersebut dilaksanakan pada 15-23 November 2017 di 34 provinsi
di Indonesia. Jumlah sampel sebanyak 1.200 responden dengan margin of
error sebesar 2,83 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei
ini menggunakan metode multistage random sampling.
Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari mengungkapkan,
berdasarkan pertanyaan terbuka elektabilitas Jokowi berada di angka 34,9
persen sedangkan Prabowo hanya 12,1 persen. Namun, jika berdasarkan
pertanyaan tertutup dan hanya dibatasi 16 capres, elektabilitas Jokowi
naik menjadi 41,8 persen sementara Prabowo naik menjadi 13,6 persen.
“Dari pertanyaan tertutup terhadap 16 nama capres, Jokowi unggul
dengan dukungan 41,8 persen, Prabowo 13,6 persen, Anies Baswedan 4,5
persen, AHY 3,3 persen, Gatot Nurmantyo 3,2 persen, Megawati 2 persen,
Sohibul Iman 1,5 persen dan Jusuf Kalla 1 persen,” ujarnya.
Sedangkan jika diajukan pertanyaan tertutup dan capres dibatasi enam
nama, elektabilitas Jokowi meningkat menjadi 44,9 persen sedangkan
Prabowo 13,8 persen.
“Tren elektabilitas Joko Widodo sejak 2015-2017 perlahan semakin
meningkat. Meski sempat melemah pada September 2015. Sementara
elektabilitas Prabowo Subianto sejak 2015-2017 mengalami fluktuasi,”
jelas Qodari.
Tentu saja penilaian masyarakat melalui survei ini tak lepas dari
hasil kerja Jokowi. Pembangunan infrastruktur yang terus difokuskan yang
tidak hanya berpusat di Jakarta melainkan seluruh wilayah RI jadi
penilaian khusus bagi Jokowi.
Sementara program-program kesehatan KIS, Pendidikan KIP dan pembagian
sertifikat tanah gratis serta program BBM Satu Harga menjadi nilai
positif hingga membuat nama Jokowi masih dinantikan untuk menjadi orang
nomor satu di negeri ini. / https://bataraonline.com/rakyat-masih-percaya-jokowi-memimpin-negeri-ini-hingga-2024/
Mantan Sekretaris Presiden Suharto Ini Provokasi Umat Membenci Pemerintah
Mantan Sekretaris Presiden Suharto Ini Provokasi Umat Membenci Pemerintah
Setelah digelarnya Aksi Reuni 212 di Monas, sejumlah orasi saat reuni
akbar 212 dan pendapat para pendukung 212 dimunculkan oleh
portal-portal yang memang bertujuan membiaskan informasi dan membentuk
opini masyarakat agar bersikap kontra terhadap pemerintah.
Salah seorang yang dikutip pernyataannya adalah Brigjen (Purn) Anton Tabah, seorang mantan ajudan penguasa orde baru Suharto.
Tuduhan Anton Tabah bahwa Pemerintah Joko Widodo tidak berpihak
kepada umat Islam hanya pandangan dan tuduhan sumir tanpa landasan hukum
yang dapat dipertanggungjawabkan. Pernyataan Anton ini justru hanya
berpotensi mengadu domba dan provokasi kepada pemerintah. Subyektifitas
sangat kuat dan kecenderungannya menjadi berita bohong atau hoax.
Itu pun jika benar Anton Tabah sendiri yang menyatakannya karena
tujuan propaganda perusak bangsa justru lebih sering mencatut nama-nama
orang terkenal. Seperti pada kasus seruan jihad Eep Saefullah Fatah.
Karena hingga saat ini pernyataan Anton tersebut tidak dimuat di media
mainstream di manapun, pernyataannya hanya bergulir di portal-portal
provokator dan pemecah belah bangsa.
Mereka menganggap aksi tersebut merupakan persatuan ummat Islam jelas
tak dapat dimengerti sebab momen pengerahan massa itu merupakan agenda
besar menjatuhkan sebuah rezim yang diawali dengan tumbangnya Ahok pada
Pilgub DKI 2017 kemarin.
Majelis Ulama Indonesia dimana Anton Tabah mengabdi sudah menegaskan
bahwa aksi tersebut sudah selesai dengan ditahannya Ahok dan menjalani
hukuman 2 tahun penjara.
Masyarakat harus menyadari dengan cepat jangan lagi terbuai dengan
propaganda karbitan yang hanya memuaskan nafsu ambisi sekelompok orang
dengan iming-iming agama yang telah di nodai. Tuhan pun maha pemurah dan
Ahok pun telah menjalni hukuman yang mereka inginkan. Lalu untuk
apalagi aksi-aksi itu dilakukan terlebih diperpanjang sebagai bentuk
bagian dari sejarah mempersatukan ummat.
Seharusnya mereka bersatu untuk bagaimana memajukan bangsa ini lebih
hebat di mata dunia bukan dikenal dengan aksi aksi yang kerap
menggunakan angka. Bukan pula terus mengumbar kriminalisasi ulama
sementara yang berteriak hanya kelompok itu-itu saja. Seperti tak
mendapat bagian dari yang diinginkan dalam pemerintahan ini.
Harusnya NKRI ini dijaga dengan baik bukan dengan mengerahkan massa
tanpa tujuan yang jelas dan hanya membuang-buang biaya tanpa hasil baik
yang dapat dinikmati.
Pemerintah melakukan penegakkan hukum tak pernah pandang bulu sebab
proses hukum akan dilakukan terhadap para pelanggar hukum yang jelas
terbukti bersalah.
Pernyataan Anton Tabah Digdoyo di sebuat artikel mengatakan bahwa
aksi reuni 212 merupakan jihad untuk menyadarkaan rezim ini sangat salah
kaprah dan tak mendasar. Bahkan aksi ini pun menyeret-nyeret dan
menggiring opini di masyarakat terutama terkait reklamasi, isu PKI,
dominasi Cina di Indonesia, penjualan asset bangsa, kriminalisasi ulama
serta penolakan terhadap UU Ormas. / https://bataraonline.com/mantan-sekretaris-presiden-suharto-ini-provokasi-umat-membenci-pemerintah/
Awas, Postingan FB Abu Faiz Bojas Jibar Benturkan Umat Islam dengan Pemerintah
Awas, Postingan FB Abu Faiz Bojas Jibar Benturkan Umat Islam dengan Pemerintah
Sentimen isu SARA nampaknya belum beranjak juga dari para
pemikir-pemikir kerdil pasca Pilkada DKI Jakarta 2017 kemarin. Dimana
masyarakat sebagian umat Islam mempertentangkan, Gubernur Non-Muslim
yang saat itu di pimpin oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Isu tersebut pun meluas hingga kini dengan mengangkat cerita lama yang masih tak jauh dari cerita antek China.
Propaganda tulisan yang di posting akun Facebook Abu Faiz Bojas Jibar
setidaknya telah memperkeruh warna toleransi dan keberagaman di Tanah
Air. Dalam postingannya itu dituliskan bahwa,
“Ayoo podo melek…..
Komitmen NU, GP Ansor, Banser NU itu kebangsaan katanya.
Kenapa Hary Tanoe yang mau jadi presiden diundang ceramah di
pesantren2 NU? NU mau Hary Tanoe jadi presiden? Bagaimana jika Indonesia
berubah jadi Taiwan atau Singapura? Itukah kebangsaan yang diinginkan
NU?”
Paragraf diatas jelas telah mencoreng sisi pluralisme kebangsaan yang
berlandaskan Pancasila. Inilah ujian bagi toleransi religius dan etnis
di negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.
Jika kebencian ini jadi tradisi, makan selain mengancam demokrasi
yang sedang pelan-pelan dibangun pasca-reformasi, kerukunan antar-etnis
dan antar-umat beragama Indonesia ke depan dapat dipastikan akan selalu
dalam ancaman.
Namun sayang, dengan tangan-tangan segelintir orang keberagaman ini
sengaja ingin dirusak demi kepentingan politik. Hal tersebut merupakan
upaya untuk mengadu domba masyarakat, khususnya umat Islam dengan PBNU,
demi melindungi dan mengangkat citra FPI.
Meski mayoritas bangsa Indonesia adalah beragama Islam. Namun bangsa
ini sudah bersepakat tentang Tanah Air Indonesia, bukan Tanah Air Islam
Indonesia. Sebagai mayoritas harus bisa mengalahkan egoisme untuk
melindungi minoritas, memberikan keamanan dan kenyamanan bagi minoritas,
dan bukan sebaliknya.
Komitmen Nu, GP Ansor dan Banser NU tetap sama yakni sama dalam
cita-cita Indonesia yang melindungi segenap bangsa dan tumpah darahnya,
Indonesia yang memajukan kesejahteraan umum, Indonesia mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan Indonesia ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Komitemen GP Ansor tentang kebangsaan juga diperkuat dalam momentum
Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober kemarin, dengan melakukan Kirab Satu
Negeri untuk meneguhkan kembali komitmen dan tekad pemuda Indonesia
“Bela Agama Bangsa Negeri” dalam satu tarikan napas yang dapat
mengokohkan keindonesiaan.
Di paragraf selanjut postingan Abu Faiz Bojas Jibar juga menyindir
kehadiran James Riady pada Rakernas PBNU yang terjadi pada tahun 2016
lalu, di mana James membagi pengalamannya sebagai pengusaha sukses dan
menyapaikan materinya dengan netral.
“CEO Lippo Group James Riady (Kafir) Jadi Pembicara Rakernas PBNU beginilah kalau Aqidah sudah tergadai.”
Apa yang dilakukan PBNU justru menunjukkan kebhinnekaan karena tidak
membatasi diri hanya dengan kelompok ras dan agama tertentu. Sebab
bicara pembangunan harus dilakukan bersama-sama untuk kemajuan bangsa.
Pembangunan bangsa tidak dapat dilakukan secara sektoral, melainkan
harus terjadi sinergi antar kelompok masyarakat dengan cita-cita yang
sama.
Justru konten yang yang disebar yang cenderung memcah belah dengan
dengan mengadu domba masyarakat dengan pemerintah terkesan sebuah
pesananan intimidasi terhadap etnis dan agama tertentu dan hal ini tidak
dibenarkan dalam UUD 1945.
Kehadiran CEO Lippo Group James Riady mendorong supaya Pengurus Besar
(PB) Nahdlatul Ulama (NU) membangun rumah sakit Generik di daerah guna
membantu warga NU yang kesulitan dengan biaya kesehatan.
Sebagaimana diberitakan, bahwa Chief Executive Officer Lippo Group
James Riady, menjadi salah satu pembicara dalam Rakernas Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (NU) di Jakarta, Sabtu (19/11/16).
Saat itu James diundang dalam pertemuan para pemuka organisasi Muslim
terbesar di Indonesia itu karena memiliki visi dan pendekatan yang sama
terhadap pembangunan bangsa di Indonesia, yaitu dengan landasan iman
dan pendidikan.
Dalam kesempatan itu, James Riady juga menyatakan kesanggupannya untuk membantu PBNU membangun rumah sakit.
Jadi jika ada sekelompok orang yang hanya bertujuan untuk membuat
gaduh negara ini dengan berbagai macam tulisan lalu kemudian mengajak
masyarakat hanya berpikir kepada pola mayoritas dan minoritas
sesungguhnya ini merupakan bentuk kemunduran bangsa Indonesia yang tidak
ingin bangga negara ini maju.
Justru konten tersebut disebarkan hanya untuk kepentingan politik
serta mendiskreditkan pemerintahan dan lawan politik dengan kembali
mengangkat isu SARA.
Bangsa ini sudah melek dengan kemajuan dan tak lagi memusingkan dengan yang namannya perbedaan etnis, suku, maupun agama. / https://bataraonline.com/awas-postingan-fb-abu-faiz-bojas-jibar-benturkan-umat-islam-dengan-pemerintah/
Eggy Sudjana Akui Aksi Reuni 212 Berbau Politik dan Tegakkan NKRI Bersyariah
ARRAHMAHNEWS.COM, JAKARTA
– Motif utama dibalik Reuni 212 Sabtu (02/12/2017) yang diklaim sebagai
perayaan Maulid Nabi Muhammad ternyata tidak benar. Dugaan banyak pihak
selama ini ternyata benar, Reuni Sableng 212 itu bertujuan politik.
Mereka ingin mengobok-obok Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
yang selama ini mapan yakni memaksakan NKRI Bersyariah.
Motif politik ini terungkap ketika
Penasehat Presidium Eggy Sujana hadir dalam diskusi Indonesia Lawyer
Club (ILC) TVOne bertema “Reuni 212 Perlukah?”, Selasa (05/12/2017)
malam. Eggy dengan tegas menyampaikan bahwa Reuni 212 merupakan ruang
peradaban politik bagi Indonesia. NKRI Bersyariah dalah motif utama
Reuni 212.
”Amanah dari Habib Riziq, Dia ingin NKRI Bersyariah. Ini juga Amanah dari presidum,” ujar Eggy Sujana
Eggy juga mengatakan, sebelum Rauni 212
digelar, telah diadakan Konres agar maksud yang diharapakan (Yakni NKRI
Bersyariah) bisa terwujud. ”Minimal umat yang mana, yang telah berkumpul
setuju. Bagi yang nggak setuju ya sudah,” katanya.
Meskipun demikian, kata Eggy, gerakan
tersebut tidak akan pernah setuju dijadikan partai politik mengingat
banyaknya partai yang terlibat dan hadir. ”Ini adalah ruang kelas besar
untuk peradaban politik. Ini bukan aspirasi tapi kosekuensi logis,”
katanya.
Sebelumnya, pidato pendiri Partai Amanat
Nasional (PAN), Amien Rais, dalam gelaran Kongres Nasional Alumni
212, juga dinilai kental muatan politik dan dianggap memecah belah dari
pada menyatukan masyarakat, terutama umat Islam di Indonesia.
Menurut pengamat politik, Pengamat
Politik Saiful Mujani Research and Consulting, Sirojudin Abbas, Aksi 212
terjadi di momentum yang serba kebetulan. Sementara Reuni Alumni 212,
baginya, mirip strategi politik tertentu. “Untuk target politik jangka
panjang saya kira, Pilpres 2019.”
Memanfaatkan agenda itu untuk menjaga
hubungan baik dengan peserta Aksi 212. Menurut pengamat politik langkah
itu bisa jadi semacam investasi politik. Mereka ingin memperoleh
dukungan dalam proses pemilu mendatang. “Termasuk menjaga kekuatan
politik baru di 2019. Itu dari kacamata parpol,” ujar Abbas.
Di sisi lain, tercipta semacam
simbiosis. Gerakan 212 akan mendapat pembenaran. Mereka seolah mendapat
sokongan legitimasi dari tokoh formal.
Sinyalemen muatan politik di Reuni 212
sebenarnya sudah diutarakan Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Dia
menyebut, ada agenda kepentingan politik Pilkada serentak 2018 dan
persoalan Pilpres 2019 di balik pelaksanaan acara tersebut.
ARRAHMAHNEWS.COM, JOGJAKARTA
– Penulis Buku Abah Lutfi Ahmad Tsauri angkat bicara soal pernyataan
Khalid Basalamah yang menuduh UIN Sunan Kalijaga sebagai universitas
pusat liberal dan menjadi penyebab bencana di Jogjakarta. Lelaki yang
akrab disapa Kang Ahmad itu menilai Khalid telah melakukan penistaan dan
penghinaan.
Kritik pedas Ahmad Tsauri terhadap
Khalid Basalamah disampaikan dalam bentuk artikel pendek berjudul “UIN
Suka dan Khalid Basalamah”, Senin (04/12/2017).
Menghormati Nabi Muhammad saw saja minta
dalil, nuntut harus dalil hadis saheh. Untuk memuliakan Rasulullah saw
butuh dalil dan akurasi informasi. Menilai institusi yang menaungi
ratusan ribu orang baik rektor, profesor, dosen mahasiswa aktif dan
alumni, se-enaknya sendiri. Cukup, “Kata teman saya”.
Khalid Basalamah menuduh UIN Sunan
Kalijaga pusat Islam Liberal menjadi penyebab banyak bencana di Jogja.
Ini jelas penistaan. Informasi “jarene”, kata teman tentang UIN,
dijadikan landasan Khalid Basalamah mengarang utak atik ora gatuk.
“Di UIN kalau ada yang sholat di
olok-olok”. Ini penghinaan. Kata siapa orang solat diolok-olok. Dimana?
Saya belum menjumpai masjid yang ramah difabel seperti UIN Sunan
Kalijaga, tuna netra, tuna rungu, obesitas semua difasilitasi.
Bahkan untuk menjaga kesahan sholat
jumat penyandang disabilitas tuna netra, khutbah jumat menggunakan
penerjemah bahasa isyarat.
Ada di masjid lain? di kampus lain?
kampus Wahabi di Arab Sausi sana almamater Khalid? Bukankah Islam untuk
semua, termasuk penyandang disabilitas.
Dosen UIN banyak jebolan pesantren
ternama. Bukan ustad tarjamah yang jauh dari etiket keulamaan. Misalnya
pak Rektor, beliau jebolan Termas dan Harvard.
Ketua Komisi A DPRD DIY ‘Semprot’ Amien Rais ‘Intelektual Kok Suka Sebarkan Api Kebencian’
ARRAHMAHNEWS.COM, YOGYAKARTA
– Sikap ksatria ditunjukkan oleh Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto
merespon tudingan pernyataan mantan Ketum Muhammadiyah dan Pendiri
Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais yang memberikan pidato
kontroversial di acara Reuni Alumni 212, Selasa (5/12/2017), seperti
dilansir oleh Tribunnews.
Amien Rais sempat meminta Presiden
Jokowi tak memecah belah umat dan memecah belah bangsa sendiri. Eko juga
menyatakan opini ngawur soal fitnah Amien Rais terhadap Presiden Joko
Widodo yang dituduhnya memecah belah umat, tak ubahnya menyebar fitnah.
“Alih-alih mengajak solidaritas untuk
para korban bencana yang membutuhkan, Amien Rais justru sibuk menebar
fitnah tanpa dasar jelas. Pemerintah dan Pemerindah Daerah DIY serta
Pemda Kabupaten Kota se-DIY saat ini sedang bahu membahu dengan
masyarakat, gotong royong siang malam membantu masyarakat yang terkena
dampak bencana alam,” imbuh Eko.
Menurut Eko, masyarakat merasa malu dan
prihatin atas pernyataan Amien Rais, seorang yang dikenal berlatar
belakang intelektual tapi pernyataan selama ini membawa api kebencian
dan upaya memecah belah.
Di tengah kebatinan warga Yogyakarta
yang tengah berduka dengan adanya korban bencana alam di DIY, tak
selayaknya ada upaya menebar fitnah hanya untuk memenuhi nafsu berkuasa.
Padahal diketahui banyak bencana akibat dampak siklon Cempaka yang melanda tak jauh dari kediamannya di Sleman, DIY.
“Lokasi bencana alam tak jauh dari
tempat tinggalnya di Sleman, tapi kemana? Masyarakat ternyata nonton di
media lagi sibuk urusan politik kekuasaan di Jakarta. Masyarakat saat
ini lebih butuh aksi konkret untuk bantu masyarakat yang terkena musibah
bencana, bukan aksi politis kekuasaan saja yang dipikirkan,” kata dia.
“Kita harapkan tidak ada yang membuat
gaduh disaat pemda dan masyarakat sedang konsentrasi tanggap darurat
kebencanaan di Jogja. Ayo gotong royong membantu masyarakat korban
bencana alam, jangan malah bikin gaduh dengan akrobat politik menyebar
fitnah,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, mantan Ketua MPR RI, Amien Rais memberikan sambutan di atas panggung Reuni Alumni 212.
Mantan aktivis 1998 meminta Jokowi agar
tidak menjual negara kepada pihak asing. Ia juga menyentil soal proyek
reklamasi di Teluk Jakarta dan pembangunan proyek Meikarta.
“Kami hanya menyampaikan bahwa Pak
Jokowi (Joko Widodo), reklamasi itu gawat, Meikarta itu gagal,” ujar
Amien di atas panggung. Amien Rais juga menuding rezim Jokowi suka
memecah belah bangsa sendiri. Pernyataan tersebut disampaikan menjelang
acara Kongres Alumni 212. “Saya ingatkan mas Jokowi jangan asyik memecah
belah umat Islam,” kata Amien saat itu. Amien pun berulang kali
menyebut istilah kecebong saat memberikan sambutannya. (ARN) / https://arrahmahnews.com/2017/12/05/ketua-komisi-a-dprd-diy-semprot-amien-rais-intelektual-kok-suka-sebarkan-api-kebencian/
Ketika Dua Sahabat, Amien Rais dan Buya Syafi’i, Bersua
islamindonesia.id – Ketika Dua Sahabat, Amien Rais dan Buya Syafi’i, Bersua
Guru
sekolah Muhammadiyah Muallimin, Erik Tauvani Somae, baru saja menerima
pesan dari tokoh nasional Ahmad ‘Buya Syafi’i’ Ma’arif, 5 Desember.
Ketika Erik membuka pesan itu, tampak foto dua mantan Ketua Umum
Muhammadiyah Buya Syafi’i dan Amien Rais sedang duduk bareng di sebuah
sofa.
“Foto kapan ini, Buya?” tanya Erik via Whatsapp seperti dikutip Kumparan.com
“Tadi pagi, secara kebetulan kami berjumpa di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta,” jawab Buya.
Wajah
Buya tampak tersenyum lebar di foto itu. Seolah lama tak bersua, baik
Buya maupun Amien, keduanya memperlihatkan keceriaan pada momen itu.
Amien
Rais merangkul pundak Buya saat keduanya mengarahkan wajahnya ke
kamera. Buya memakai batik biru dengan tongkat di tangannya dan Amien
memakai batik hijau lengan pendek.
Bagi orang yang pernah
mengikuti jejak mereka berdua, – sejak keduanya bertemu pertama kali di
Yogyakarta, merantau ke Amerika Serikat, hingga kembali ke Tanah Air
memimpin Muhammadiyah, – tahu benar bahwa kedua pria ini adalah sahabat
karib. Keduanya lahir sebagai intelektual Muhammadiyah dan bergerak
dalam skala lebih luas lagi setelah keduanya “pensiun” dari kepengurusan
ormas itu.
Meski Buya lebih tua secara usia, Amien Rais lebih
dahulu menahkodai Muhammadiyah. Bahkan Buya dalam buku autobiografinya
(Mizan, 2009) mengakui besarnya kontribusi Amien Rais dalam perjalan
hidupnya.
Buya bilang, ia dapat menimba ilmu di Negeri Paman Sam
tak lepas dari bantuan Mahasiswa Jebolan Universitas Gadjah Mada itu
yang lebih dahulu belajar di Chicago.
Di sisi lain, Amien
senantiasa hormat kepada Buya dan mengakui integritas moralnya. Amien
pernah bilang, ketika ia membesarkan partai politik dan Buya memimpin
Muhammadiyah, Buya tetap berupaya tidak menyeret Muhammadiyah ke politik
praktis. “Padahal Syafi’i Ma’arif itu teman akrab saya,” kata Amien
kala itu.
Perjalanan waktu, masa demi masa, membuat wajah kedua
tokoh itu kian sepuh. Meski terlahir sebagai intelektual Muhammadiyah,
pandangan mereka kerap berbeda, bahkan bersebrangan, termasuk
ketika meletusnya silang pendapat soal tafsir Al Maidah 51 jelang
Pilkada Jakarta 2017.
Namun, di sisi lain, keretakan persahabatan
keduanya belum pernah terdengar di telinga publik. Hubungan baik yang
terjaga itu kembali ditegaskan oleh beredarnya foto perjumpaan kedua
tokoh itu di Bandara.
“Amien Rais dan Buya Syafii itu
integritasnya sama: berjuang untuk kebaikan Indonesia. Pilihan
politiknya saja yang beda,” kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi,
Mahfud MD, di akun Twitter-nya, 3 Desember. “Pilihan-pilihan yang berbeda itulah yg memajukan masyarakat.”
Sebagai
seorang guru besar di masing-masing almamaternya, dan sebagai
cendekiawan Muslim, perbedaan pendapat kedua pria ini tetap menarik
perhatian publik. Selain warga Muhammadiyah, begitu banyak warga
Indonesia yang pernah mencicipi karya intelektual Amien Rais dan Buya.
Secara
personal, Mahfud mengaku mengagumi Amien Rais dan Buya Syafii secara
sama. Mahfud mengenal keduanya sejak awal 1980-an sebagai
pejuang-pejuang yang menurutnya tulus. “Mereka orang-orang yang ikhlas
ingin membangun Indonesia dgn akhlak,” ujarnya. / https://islamindonesia.id/berita/ketika-dua-sahabat-amien-rais-dan-buya-syafii-bersua.htm
islamindonesia.id – Haedar Nashir Bicara Soal 1 Persen ‘Predator’ Kuasai Separuh Kekayaan Indonesia
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menegaskan
berbagai masalah yang muncul di Indonesia disebabkan sekelompok orang
yang ingin mencari keuntungan semata. Bahkan, dia menyebut orang-orang
ini sebagai predator.
“Bangsa ini rusak karena predator. Ada yang kelihatan, ada yang
tidak. Tapi daya rusaknya luar biasa,” ujar Haedar saat memberikan
sambutan pada Resepsi Milad ke-105 Muhammadiyah di Medan, Sumatra Utara
(Sumut), Sabtu (2/12) malam.
Menurut Haedar, predator ini merupakan bagian dari mereka yang
memiliki harta dan kekuasaan. Dengan bekal yang dimiliki, mereka
memasuki berbagai lini kehidupan dan mengatur semua hal sehingga
menguntungkan mereka.
“Kata Presiden Jokowi, satu persen orang menguasai 55 persen kekayaan
Indonesia. Satu persen ini predatornya. Masuk ke politik, ekonomi,
sosial, budaya, ormas. Semuanya. Dengan uang tak terbatas, memainkan
peran apa saja,” ujar dia.
Hadir pula dalam perhelatan itu, antara lain 25 pimpinan daerah
Muhammadiyah di wilayah Sumut, Wakil Gubernur Sumut Nurhajizah Marpaung,
dan sejumlah pejabat lain.
Jamaah Muhammadiyah, lanjut Haedar, harus menyibukkan diri dengan
hal-hal yang produktif. “Bersyukur dengan perbuatan dan merekatkan
kebersamaan. Ini yang buat kita kuat.”
Pada kesempatan itu, Haedar juga mengatakan, ada kelompok tertentu
yang menyebarluaskan isu keretakan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). “NKRI dalam ancaman itu politik sebenarnya. Isu politik. Karena
mayoritas di negara ini, apa pun sukunya, rasnya, agamanya, kelompoknya
tidak ada yang ingin meruntuhkan dan membubarkan NKRI,” ujar dia.
Menurut dia, ada kelompok tertentu yang sengaja menciptakan isu
tersebut untuk menunjukkan eksistensi mereka. Kelompok ini rela
menciptakan isu-isu yang menguras perhatian bangsa demi keuntungan
mereka sendiri.
“Lebih karena ingin eksisnya sebuah kelompok dalam percaturan politik,” ucap dia.
Menurut Haedar, permasalahan bangsa merupakan tugas dan kewajiban
pemerintah untuk menyelesaikannya. Namun, rakyat pun tentu tak bisa
tinggal diam.
“Karena kita bagian dari bangsa ini. Dalam titik yang paling krusial, kita bisa memberi solusi,” kata Haedar.
Haedar mengatakan, semua pihak, termasuk jamaah Muhammadiyah, harus
memiliki komitmen kebangsaan yang lahir dari semangat yang tulus,
ikhlas, dan jujur. Dengan begitu, tidak akan ada yang menciptakan dan
terpengaruh isu keretakan NKRI. Seluruh pihak pun akan berkomitmen untuk
memberikan yang terbaik bagi keutuhan bangsa.
“Kejujuran berbangsa itu seperti hidup berumah tangga. Di satu sisi
amar makruf, di sisi lain nahi munkar. Kritik itu bentuk sayang
Muhammadiyah terhadap negara,” ujar Haedar.
Sementara, Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Sumut, Hasyimsyah
Nasution mengatakan, pada usianya yang melebihi satu abad, jamaah
Muhammadiyah diharapkan dapat menjadi umat yang lebih bermanfaat.
Menurut dia, milad ini harus dijadikan ajang untuk refleksi dan
muhasabah atau introspeksi diri. Dalam agama, salah satu cara mewujudkan
hal tersebut adalah bersyukur.
“Artinya, syukur itu bentuknya berbuat, bekerja. Kita harus kreatif
ke depan, membuka peluang-peluang sehingga eksistensi Muhammadiyah
betul-betul membawa rahmat kepada manusia dan umat di Sumut,” ujar
Hasyimsyah.
Ia juga menekankan, umat Islam, khususnya jamaah Muhammadiyah, tidak
boleh berhenti menginfakkan yang dimiliki, termasuk ilmu dan diri
mereka. Dengan cara inilah jamaah Muhammadiyah dapat terus bermanfaat
bagi sesama. / https://islamindonesia.id/berita/haedar-nashir-bicara-soal-1-persen-predator-kuasai-separuh-kekayaan-indonesia.htm
Survey Indo Barometer Tempatkan Dirinya Sebagai Kandidat Capres Terkuat no 3, Begini Respon Malu Malu Anies
BERANINEWS.COM -Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan
menanggapi hasil survei Indo Barometer, yang menempatkannya di posisi
ketiga di atas Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai calon presiden
2019 pilihan rakyat.
"Ya, baru saja mulai kerja di Jakarta, kita jalanin, sekarang saya lagi
fokus soal antisipasi banjir dan antisipasi masalah keluhan warga," ujar
Anies Baswedan sebelum meninggalkan Balai Kota untuk menghadiri
silaturahmi dengan jajaran Kota Administrasi Jakarta Pusat di Gedung
Pertemuan Pertamina pada Selasa, 5 Desember 2017.
Hasil survei tersebut menunjukkan elektabilitas Joko Widodo (Jokowi)
mencapai 34,9 persen, diikuti dengan Prabowo Subianto dengan tingkat
keterpilihan 12,1 persen, Anies Baswedan 3,6 persen, Ahok 3,3 persen,
dan Gatot Nurmantyo 3,2 persen.
Anies Baswedan pernah menyatakan tidak akan maju di pemilihan presiden
2019 saat diwawancarai Tempo secara eksklusif pada 12 Oktober 2017.
"Garis saya menjadi gubernur. Saya akan urus Jakarta. Jangan saya
ditarik untuk urusan di luar Ibu Kota. Bahwa dulu ada Pak Jokowi yang
kurang dari lima tahun menjadi gubernur lalu menjadi presiden, jangan
ditarik-tarik ke saya. Itu garis beliau," kata Anies di rumahnya, daerah
Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Survei Indo Barometer sendiri, yang menempatkan Anies Baswedan
berselisih ketat dengan Ahok, dilakukan dengan metode wawancara tatap
muka menggunakan kuesioner pada 15-23 November 2017.
Metode penarikan sampel menggunakan multistage random sampling.
Responden berjumlah 1.200 orang berusia 17 tahun atau lebih dari 34
provinsi di seluruh Indonesia. Margin of error plus-minus 2,83 persen
pada tingkat kepercayaan 95 persen. / http://www.beraninews.com/2017/12/survey-indo-barometer-tempatkan-dirinya.html
Alasan Mengejutkan Kenapa Elektabilitas Ahok Sebagai Capres Tidak Bisa Tumbang Walau Dijebloskan Ke Penjara
BERANINEWS.COM -Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang
sedang menjalani hukuman 2 tahun bui karena perkara penodaan agama,
menempati posisi nomor empat dalam survei elektabilitas tokoh menjelang
Pemilihan Presiden 2019 buatan Indo Barometer.
Ahok mendapat 3,3 persen dari total 1.200 responden di 34 provinsi dalam
survei yang dilakukan 15-23 November 2017 tersebut. Sedangkan Gubernur
DKI Jakarta Anies Baswedan, yang mengalahkan Ahok secara mengejutkan
pada Pilkada 2017, hanya selisih 0,3 persen dari Ahok dengan perolehan
3,6 persen.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo berada di bawah Ahok, sedangkan
posisi puncak diduduki Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai
Gerindra Prabowo Subianto.
Mengapa elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut masih tinggi?
“Pak BTP alias Ahok dikenal anti korupsi, bersih, dan transparan,” kata Jack Lapian kepada Tempo pada Senin, 4 Desember 2017.
Jack adalah pendukung fanatik Ahok pada Pilkada DKI Jakarta 2017
sekaligus pendiri BTP (Basuki Tjahaja Purnama) Network atau jaringan
pendukung Ahok. Jack Lapian pula yang melaporkan Ahmad Dhani ke polisi
dengan dugaan ujaran kebencian via media sosial Twitter.
Menurut dia, hasil survei Indo Barometer itu menunjukkan bahwa Ahok
masih berada dalam top of mind publik secara nasional. Itu sebabnya,
nama Ahok disebut oleh responden dalam jajak pendapat tersebut padahal
Ahok masih berstatus narapidana.
Jack menuturkan, kampanye SARA ternyata tak meracuni mayoritas
mastarakat Indonesia. Hasil survei Indo Barometer, dia melanjutkan, juga
menyiratkan bahwa masyarakat sudah jenuh disuguhi konflik berlandaskan
kebencian suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Jack Lapian lantas mengutip pidato Presiden Jokowi di Istana pada 4
November 2016 ketika sedang marak demonstrasi yang menuntut Ahok diadili
karena penodaan agama. "Agama telah ditunggangi oleh aktor-aktor
politik," ujarnya mengulangi ucapan Jokowi.
Menurut Jack, dari hasil survei Indo Barometer dapat dilihat bahwa
masyarakat bisa menilai Ahok dengan hati nurani dan mengabaikan serangan
soal SARA. “Intinya dari hasil survei ini tampak Pancasila dan
keberagaman agama. Ini sangat baik untuk keutuhan NKRI.” / http://www.beraninews.com/2017/12/alasan-mengejutkan-kenapa-elektabilitas.html
Awalnya Cengengesan Lihat Abu Janda Dijewer, Tapi Mukanya Langsung Kecut Usai Pipinya Digampar Bolak Balik Oleh Mahfud MD
BERANINEWS.COM -Abu janda dijewer Prof Mahfudz soal hadits 200 tahun setelah Rosulullah wafat yg membahas bendera tauhid
Tapi Si Felix juga digampar pipinya bolak balik pakai tutup panci baja sama Mahfud MD.
Mahfud said " Khilafah yg dibawa HTI dan FPI itu berbeda dgn kilafah
zaman Abu Bakar, Umar, Usman atau Ali, kalau dulu kilafah itu sebutan
untuk pemimpin umat islamnya
Tapi kalau HTI dan FPI itu mengartikan Khilafah sebagai sistem
pemerintahan dan itu yang ngak boleh karena bertentangan dgn Pancasila..
"
ILC tadi malam ibarat membongkar bangkai yg coba disembunyikan
Contohnya saat Alkhatath masih mencoba malu2 meong menyembunyikan Agenda mereka di acara 212
Tapi Egi Sujana terang2 mengakatan kalau 212 memang wadah umat togel untuk berpolitik.
So, setelah ngak kompak masalah panggung roboh sekarang ngak kompak
juga masalah visi misi 212 jgn2 masalah capres 2019 nanti ngak kompak
juga, Egi Dukung Jokowi, umat 212 dukung Anis, terus mas wowo siapa yg
dukung..??
Ah nasib dia lah tuh, Kan emang dari zaman Ken Arok udah takdirnya jadi Capres abadi.. Wkwkwk...
Bagi yang penasaran dan semalam tidak sempat melihat bagaimana mahfud md
bantai pentolan HTI si Felix silahkan lihat videonya dibawah ini:
Kembali kami ingatkan, Suka Tidak Suka Untuk
mengetahui Islam, kami beritahu sekali lagi, mungkin sudah berulangkali
ya, bahwa Islam saat ini terbagi 3, yaitu Islam Sunni, yang diwakili
Penduduk dan Pemerintah Republik Indonesia yang mayoritas bermazhab Imam
Syafe'i ala Indonesia(CINTA Maulid, Haul, Ziarah Kubur dan Tawassul),
Islam Syi'ah yang diwakili Penduduk dan Pemerintah Republik Islam Iran
yang mayoritas bermazhab Syi'ah 12 Imam / Mazhab Jakfari (CINTA Maulid, Haul, Ziarah Kubur dan Tawassul) dan Islam Wahabi yang diwakili Pemerintah Kerajaan Arab Saudi Wahabi Salafi / Ulama Klasik (BENCI Maulid, Haul, Ziarah Kubur dan Tawassul). Sedangkan khusus berbicara Islam di Indonesia, maka kita harus bicara Islam N.U dan Islam Muhammadiyah, Islam N.U itu SUKA Maulid, Haul, Ziarah Kubur dan Tawassul, sedangkan Muhammadiyah TIDAK SUKA Maulid, Haul, Ziarah Kubur dan Tawassul , akan tetapi Tidak Suka Bukan Berarti BENCI,
karena orang Muhammadiyah yang di undang orang N.U pada acara Maulid
dan Haul, biasanya mau datang, mereka saling Menghargai karena Bhineka
Tunggal Ika.
Sungguh Islam Indonesia adalah Islam yang Rahmatan Lil
'Allamin, yang selalu menebarkan Kasih Sayang dan Cinta Kasih kepada
sesama ummat manusia dan ummat Islam dan BUKAN menebarkan KEBENCIAN kepada sesama ummat manusia dan ummat Islam.
Jadi kita harus waspada pada Program Kebencian yang ditebarkan TAKFIRI (orang yang suka mengkafir-kafirkan orang lain, diluar golongannya dan merasa diri dan golongannya paling benar dan orang lain PASTI SALAH)
, mereka kaum Takfiri, "bisa saja ada dan menyusup" di Islam
Sunni, Islam Syi'ah, NU,
Muhammadiyah, MUI, POLRI,TNI, ORMAS, Institusi Negara maupun Bukan di
Istitusi Negara, Gereja kita, Masjid kita, KPI, KPID, TV kita, Radio
Kita, Media Cetak Kita, Media Online Kita, Islam, Kristen, Hindu,Budha,
Konghuchu, Satpol PP, dan lain sebagainya, jadi waspadalah selalu dan
terus-menerus akan adanya Agenda Takfiri yang akan Menghancurkan
Persatuan Republik Indonesia hingga Bangsa-bangsa di Dunia.. ^_^ Hakun
Nay Lo ^_^. (Tim Pencari Beritawww.hakunnay.blogspot.co.id / Bjm/06/12/2017/18.14wita)