Surat Terbuka untuk Driver Ojol
Oleh: Rudi S KamriKepada Yth.
Saudaraku Driver Ojol yang Membuat Narasi Provokatif
Saudaraku,
Saya sudah melihat postingan video anda yang pada intinya protes kepada negara, perusahaan dan yang lain terkait kondisi terdampak pandemi Covid-19. Dan saya tidak akan pernah mau me-reposting ulang video 'caper' anda karena saya tidak akan pernah sudi menjadi agen distribusi pameran kebodohan yang anda suarakan.
Tahukah anda, bahwa saya dan ribuan orang di Indonesia jauh sebelum anda teriak-teriak provokatif, kami sudah memikirkan nasib saudara-saudara kami pengemudi Ojol yang sudah pasti akan terdampak dengan adanya wabah ini. Dengan berbagai cara kami lakukan untuk berusaha membantu saudara-saudara kami Ojol. Sekemampuan kami.
Ada yang pesan makanan dua, satu untuk pemesan dan satunya untuk pengemudi Ojol. Ada yang sengaja pesan tapi minta tidak usah diantar pesanannya karena memang sengaja membelikan untuk pengemudi Ojol. Ada juga yang memberikan tips yang lebih besar, dll. Dan beberapa kelompok masyarakat juga sudah keliling dengan membagikan paket sembako atau nasi bungkus. Dan banyak cara yang lain. Intinya kami semua ingin sedikit meringankan beban saudara- saudara kami para pengemudi Ojol.
Cukupkah?
Saya yakin pasti tidak akan cukup. Karena kami menyadari kebutuhan anda semua jauh dari yang kami berikan. Tapi setidaknya inilah bentuk empati sosial kami kepada saudara-saudara kami pengemudi Ojol. Bahkan saya pribadi mengusulkan ke manajemen perusahaan aplikasi dimana anda semua bernaung untuk membuat program kepedulian sosial untuk membantu mitra pengemudi. Dan ternyata perusahaan aplikasi sudah membuat program kepedulian sosial yang selaras dengan usulan saya.
Cukupkah?
Sayapun yakin program tersebut juga tidak bisa 100% menutupi kebutuhan anda semua. Pemerintah pun juga sudah membuat program Jaring Pengaman Sosial berupa bantuan sosial kepada masyarakat Indonesia yang terdampak pandemi covid-19. Dan mungkin kalian salah satu obyek yang menerima bantuan tersebut asal kalian proaktif melaporkan ke RT dimana kalian tinggal.
Cukupkah?
Tidak akan mungkin Pemerintah, perusahaan dan kami semua bisa 100% menutup kebutuhan anda semua. Masalahnya obyek terdampak yang perlu dibantu bukan hanya kalian saja. Jutaan masyarakat lain juga sangat memerlukan bantuan. Secara obyektif masih banyak kelompok masyarakat lain yang lebih menderita dibanding anda.
Pada saat anda teriak-teriak provokatif yang menyalahkan Pemerintah, jujur membuat kami kecewa. Terus terang kamipun juga mengalami ketidakpastian penghasilan dengan adanya wabah corona ini. Manakala dalam kondisi sulit yang kami hadapi tapi kami masih punya kepedulian sosial untuk membantu saudara-saudara kami yang lebih tidak beruntung, kemudian kami mendengar dan melihat betapa kalian seperti tidak tahu diri, jujur hal itu membuat kami mengelus dada dan sedikit berubah sikap.
Ada beberapa teman bilang: "Untuk apa kita membantu orang yang belagu? Lebih baik bantuan kita salurkan ke kelompok masyarakat yang lain, karena mereka juga jauh lebih membutuhkan kok." Jujur saya tidak menyalahkan sikap mereka. Karena hal itu merupakan hak mereka bereaksi atas narasi provokasi kalian. Tapi di sisi lain saya juga menyadari bahwa kalian yang provokatif itu sejatinya TIDAK MEWAKILI mayoritas pengemudi Ojol. Banyak pengemudi Ojol lain yang tetap tekun bekerja pantang menyerah.
Saudaraku,
Tahukah kalian bahwa sikap kalian yang menuntut terlalu berlebihan itu telah mematikan rejeki teman-teman kalian sendiri? Alih-alih kami semakin peduli, yang terjadi kami semakin tidak simpati. Dan respons kami ini secara langsung telah merugikan pengemudi Ojol lain yang tidak masuk kelompok kalian. Dari pembicaraan saya dengan beberapa pengemudi Ojol lain, mereka juga kecewa dengan sikap arogansi kalian.
Kalian minta Pemerintah memberikan uang Rp 100 ribu per hari kepada kalian. Ini usulan kaum pemalas yang tidak masuk akal dan tidak tahu diri. Dan saya yakin usulan sesat ini pasti tidak akan dikabulkan. Tidakkah kalian bersyukur bahwa kalian masih punya pekerjaan yang bisa menghasilkan uang? Mungkin sangat jauh berkurang dibanding sebelumnya. Tapi inilah keadaannya. Ini keadaan sulit dan semua orang di negeri ini termasuk saya pun terdampak karena adanya wabah corona ini.
Kalian minta diperbolehkan bawa penumpang. Tahukah kalian kalau anda membawa penumpang dengan jarak yang berhimpitan di atas sepeda motor potensi penyebaran virus corona ini semakin tidak terkendali? Disamping membahayakan anda dan orang lain, hal ini akan membuat penanganan Covid-19 semakin lama dan kondisi sulit ini akan semakin berlarut-larut. Bukankah itu membuat kalian semakin tambah terpuruk?
Berpikirlah dengan menggunakan akal sehat dan nurani bersih. Kalau hanya mengedepankan emosi, hal itu akan membuat kami semakin tidak simpati dan kehilangan empati. Ujungnya kami akan menjadi tidak peduli. Jangan korbankan temanmu, juga jangan tutup rejeki temanmu dengan sikap provokasimu, saudaraku.
Percayalah kami akan tetap peduli untuk saling berbagi, kalau anda mau belajar bersikap rendah hati.
Mudah-mudahan badai ini segera berlalu, Aamiin YRA
(Sumber: Facebook Rudi S Kamri)
Sumber Berita : https://redaksiindonesia.com/read/surat-terbuka-untuk-driver-ojol.html
PELAJARAN DARI AMERIKA
Jakarta - Sore itu barisan mobil bergerak menuju satu rumah orang yang mereka hormati. Nama orang itu Dr Saud Anwar. Dia adalah dokter paru-paru di RS Manchester Memorial, Amerika.
Ketika sampai
di depan rumah sang dokter, klakson dibunyikan bersahutan. Warga juga
meneriakkan kata semangat, "Dokter, kamu menginspirasi kami !" Dan
" Kamu pahlawan kami..."
Dr Saud Anwar, keluar dari rumahnya untuk menghormati
kejutan warga. Dia sangat terharu dan keluarganya bangga.
Dr Saud Anwar dikenal sebagai seorang dokter yang
berjuang di garis depan melawan Corona. Dia menemukan alat bantu pernapasan
yang bisa membantu bernafas 7 orang sekaligus.
Adegan ini mengharukan, terutama disaat kita melihat
bagaimana negeri lain bisa sangat menghargai seorang dokter yang berjuang untuk
keselamatan mereka.
Sedangkan di Indonesia, di negeri kita tercinta,
seorang paramedis yang menyumbangkan nyawanya bahkan kematiannya saja ditolak
warga. Belum lagi ada paramedis yang diusir dari kos-kosan karena warga takut
tertular.
Negeri ini harus banyak belajar tentang kemanusiaan,
karena nilai-nilai itu sekarang terganti oleh sifat egois dan mencari selamat
sendiri.
Dan dengan wabah ini muncullah sifat asli
masing-masing orang, mana yang berguna dan mana yang sebenarnya pecundang.
Tabik para paramedis yang berjuang di garis depan.
Salam hormat saya untuk kalian, para pahlawan..dr Saud Anwar
Sumber : https://www.dennysiregar.id/2020/04/pelajaran-dari-amerika.html
Rencana Rusuh di Indonesia
Jakarta - Sejak awal saya paling ngeri kalau Indonesia melakukan lockdown di seluruh negara.
Meskipun
banyak orang yang teriak "lockdown" tanpa mengerti artinya, saya
tetap bersikeras bahwa menutup diri itu membahayakan situasi, terutama di
negara ini.
Jangan
bandingkan dengan negara di Eropa yang rata-rata warganya sudah berpikiran
maju, atau di Singapura dan China yang negaranya otoriter, Indonesia dengan
model demokrasinya rentan sekali ditunggangi oleh banyak hal.
Lagian ketika
saya pantau, banyak yang teriak lockdown itu orang-orang yang selama ini
berseberangan pemikiran. Saya semakin curiga, ada agenda besar yang mereka
rancang.
Dan untungnya
Presiden kita pintar. Dia tidak terjebak narasi yang dibangun lawan politiknya.
Tidak ada lockdown ataupun karantina wilayah, yang ada hanya pembatasan skala
besar atau PSBB.
Dan benar
saja, pada akhirnya muncul kelompok macam Anarko Sindikalis ini ke permukaan.
Kelompok
Anarko ini, kalau merunut rekam jejaknya, adalah cabang gerakan internasional
untuk mengacaukan negara. Basis mereka di Bandung, tapi jaringan mereka
dimana-mana.
Anarko
terlihat jelas waktu rusuh demo buruh di Bandung 1 Mei tahun lalu. Mereka juga
dikabarkan terlibat dalam aksi kerusuhan 22 Mei dengan menggunakan seragam
pelajar.
Dan munculnya
mereka sebenarnya adalah fase kedua, sesudah -misalnya- pemerintah melakukan
lockdown karena tekanan dan keresahan masyarakat yang lapar memuncak.
Anarko ini
hanya attack dog saja. Mereka kemungkinan disewa untuk membuat kerusuhan di
Indonesia, seperti kasus 22 Mei yang gagal kemarin. Di belakangnya bisa saja
ada "orang2" yang mendanai mereka.
Sejak gagal
lockdown, saya juga diserang banyak pihak karena dinilai berperan menggagalkan
rencana mereka. Pembunuhan karakter dengan sebutan "penjilat" dan
"buzzeRp" semakin kencang. Tujuannya supaya orang tidak akan percaya
apapun yang saya katakan.
Tapi itulah
yang namanya perang. Di narasi tulisan pun demikian. Medsos ini bisa santai,
bisa juga kejam. Tapi peduli apa, yang penting niat saya baik, bukan merusak.
Terimakasih
untuk bapak Polisi yang cepat bertindak dan menangkap salah satu pelakunya di
Tangerang. Dan semoga negara kita tetap aman ke depan.
Seruput dulu kopinya, kawan..Ilustrasi Kerusuhan
Sumber : https://www.dennysiregar.id/2020/04/rencana-rusuh-di-indonesia.html
Mudik Tidak Dilarang, Tapi…
Jakarta -
”Mudik, gak ada kerjaan di Jakarta..". Begitu pesan seorang teman driver
taksi. Dia harus mudik karena gak bisa nyetir lagi.
Bagaimana
bisa dapat uang? Dia harus setor ke perusahaan sekian ratus ribu per hari,
sedangkan pendapatannya cuman setengah dari kewajibannya. Yang ada, dia hutang
setoran tiap hari. Daripada ambruk, mending sementara berhenti aja.
Tapi berhenti
sementara, masalah baru tiba. Dia jadi tidak bisa bayar kos-kosannya. Belum
mikirin biaya makan sehari-hari. Akhirnya keputusannya mudik dulu, pulang ke
desa. Selain bisa menghemat biaya, juga mencari peluang siapa tahu ada kegiatan
disana.
Itu satu
contoh kasus saja, dan ada jutaan kasus yang sama di negeri ini dengan profesi
berbeda..
Bayangkan
kalau mudik dilarang. Transportasi umum ditutup sehingga orang tidak bisa
pulang. Keresahan jutaan orang dalam satu wilayah, seperti keran mampet yang
akhirnya meledak keras. Dan kerusuhan sosial bisa tidak terelakkan.
Mungkin
itulah alasan kenapa mudik tidak dilarang, tetapi tetap dalam konsep himbauan
untuk tidak pulang.
Pada akhirnya
kematian karena virus tidak lagi ditakuti. Tetapi bagaimana bertahan hidup
dengan perut terisi, itulah yang menjadi fokus saat ini..
Dari teman
saya itu, saya mendapat pelajaran. Bahwa mudik kali ini bukan saja masalah
kangen orang tua atau kampung halaman. Tapi lebih banyak karena faktor ekonomi.
Tidak ada pekerjaan di kota besar, semua berhenti. Di desa mungkin bisa kembali
jadi petani, setidaknya masalah makan bisa teratasi.
Ada seorang
teman yang terus menerus mencaci pemerintah.
Dia bilang,
"Kenapa mudik gak dilarang? Pemerintah tidak tegas. Virus bisa menyebar
kemana-mana!". Begitu teriakannya setiap hari dalam statusnya.
Yah, mungkin
dia masih punya tabungan. Tapi kelak ketika apa yang dia punyai habis, dia mungkin
akan mudik juga karena tidak ada pendapatan.
Mungkin
ketika itu terjadi, dia tetap teriak meski berbeda redaksi, "Woiii,
pemerintah, apa solusinya untuk ekonomi? Gak kerja apa?".
Manusia itu
macam-macam karakternya. Ada yang terus bekerja mencari solusi, ada juga model
yang cuman teriak tanpa bekerja. Bahwa solusi belum maksimal, tapi minimal ada
usaha.
Jangan
seperti kata teman, "mengeluh itu adalah pekerjaan paling mudah dengan
hasil paling minimal.." Seruput kopinya.
Fitnah dan Kebohongan Irena Handono di Bawah Sumpah Alquran
Oleh: Yusuf Muhammad
Bagaimana jika ada seseorang yang memberi kesaksian bohong (palsu) dibawah sumpah Al-Qur'an, karena informasi yang diterima tidak terverifikasi dan tidak mengandung kebenaran?
Tentu hal ini sangat berbahaya dan maka dari itu Allah SWT mengingatkan kepada hamba-Nya dalam Q.S AL-Hujurat ayat 6 :
Bagaimana jika ada seseorang yang memberi kesaksian bohong (palsu) dibawah sumpah Al-Qur'an, karena informasi yang diterima tidak terverifikasi dan tidak mengandung kebenaran?
Tentu hal ini sangat berbahaya dan maka dari itu Allah SWT mengingatkan kepada hamba-Nya dalam Q.S AL-Hujurat ayat 6 :
"Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang
kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu
tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang
akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu."
Ayat di atas jelas mewanti-wanti, agar umat Islam selalu "tabayyun" (cek dan ricek) terhadap informasi apapun yang akan diterima. Entah dari manapun atau dari siapapun, hal itu guna menghindarkan manusia dari perbuatan yang mencelakakan dan berujung pada penyesalan.
Apa yang disampaikan IH di persidangan Ahok jelas sangat keterlaluan. Meskipun telah disumpah dibawah Al-Qur'an, namun apa yang disampaikan banyak mengandung fitnah dan kebohongan.
Berikut rangkaian fitnah dan kebohongannya IH di persidangan Ahok :
Pertama, IH memfitnah Ahok telah merobohkan masjid tanpa menjelaskan, masjid mana yang dimaksudkan. Padahal kalau Ahok merobohkan masjid (seperti masjid di Marunda), ya itu untuk dibangun kembali yang lebih bagus. Faktanya: diera Ahok justru banyak Masjid baru dibangun dan diremajakan.
Baca : Resmikan Masjid di Rusun Marunda, Ahok Kecewa dengan Kualitas Bangunan
https://news.detik.com/…/resmikan-masjid-di-rusun-marunda-a…
Kedua, IH memfintah Ahok melarang kegiatan keagamaan di Monas bagi umat Islam, tapi mengizinkan umat Kristen merayakan Paskah di sana. Faktanya: Ahok melarang untuk semua kegiataan keagamaan (bukan hanya islam, tapi Kristen, Hindu, Budha dan lainya juga dilarang ), ini karena fungsi Monas ingin dikembalikan sesuai Keppres 95. Monas bukan untuk kegiatan keagamaan.
Baca : http://m.liputan6.com/…/ahok-bersikukuh-larang-acara-keagam…
Ketiga, IH memfitnah Ahok melarang siswa mengenakan pakaian muslim (jilbab). Faktanya: Ahok tidak pernah mengeluarkan larangan tersebut. Baca : Ahok: Saya Enggak Melarang Anak Sekolah Pakai Jilbab
https://news.detik.com/…/ahok-saya-enggak-melarang-anak-sek…
Dan masih banyak fitnah dan kebohongan lain yang disampaikan oleh IH di persidangan Ahok, Selasa (10/1/2017).
Bahkan ketika ditanya, Hakim: "apakah tidak sebaiknya sebelum melapor melakukan klarifikasi terlebih dahulu?" IH justru menjawab : "Saya taat hukum, yang memiliki tugas untuk cek dan ricek (tabayyun) itu kepolisian. Saya sebagai warga negara hanya memiliki hak untuk melapor,"
Pertanyaanya saya : Lha, apakah Allah SWT menurunkan Surat Al-Hujurat ayat 6 itu berlaku hanya untuk pihak kepolisian saja? Hebat bener tafsiran mu'alaf yang mendadak ustadzah dan penggerak khilafah ini.
Salam tabayyun, ya ustadzah Irena..
(Sumber: Status Facebook Yusuf Muhammad)
Sumber Berita : https://redaksiindonesia.com/read/fitnah-dan-kebohongan-irena-handono-di-bawah-sumpah-alquran.html
Ayat di atas jelas mewanti-wanti, agar umat Islam selalu "tabayyun" (cek dan ricek) terhadap informasi apapun yang akan diterima. Entah dari manapun atau dari siapapun, hal itu guna menghindarkan manusia dari perbuatan yang mencelakakan dan berujung pada penyesalan.
Apa yang disampaikan IH di persidangan Ahok jelas sangat keterlaluan. Meskipun telah disumpah dibawah Al-Qur'an, namun apa yang disampaikan banyak mengandung fitnah dan kebohongan.
Berikut rangkaian fitnah dan kebohongannya IH di persidangan Ahok :
Pertama, IH memfitnah Ahok telah merobohkan masjid tanpa menjelaskan, masjid mana yang dimaksudkan. Padahal kalau Ahok merobohkan masjid (seperti masjid di Marunda), ya itu untuk dibangun kembali yang lebih bagus. Faktanya: diera Ahok justru banyak Masjid baru dibangun dan diremajakan.
Baca : Resmikan Masjid di Rusun Marunda, Ahok Kecewa dengan Kualitas Bangunan
https://news.detik.com/…/resmikan-masjid-di-rusun-marunda-a…
Kedua, IH memfintah Ahok melarang kegiatan keagamaan di Monas bagi umat Islam, tapi mengizinkan umat Kristen merayakan Paskah di sana. Faktanya: Ahok melarang untuk semua kegiataan keagamaan (bukan hanya islam, tapi Kristen, Hindu, Budha dan lainya juga dilarang ), ini karena fungsi Monas ingin dikembalikan sesuai Keppres 95. Monas bukan untuk kegiatan keagamaan.
Baca : http://m.liputan6.com/…/ahok-bersikukuh-larang-acara-keagam…
Ketiga, IH memfitnah Ahok melarang siswa mengenakan pakaian muslim (jilbab). Faktanya: Ahok tidak pernah mengeluarkan larangan tersebut. Baca : Ahok: Saya Enggak Melarang Anak Sekolah Pakai Jilbab
https://news.detik.com/…/ahok-saya-enggak-melarang-anak-sek…
Dan masih banyak fitnah dan kebohongan lain yang disampaikan oleh IH di persidangan Ahok, Selasa (10/1/2017).
Bahkan ketika ditanya, Hakim: "apakah tidak sebaiknya sebelum melapor melakukan klarifikasi terlebih dahulu?" IH justru menjawab : "Saya taat hukum, yang memiliki tugas untuk cek dan ricek (tabayyun) itu kepolisian. Saya sebagai warga negara hanya memiliki hak untuk melapor,"
Pertanyaanya saya : Lha, apakah Allah SWT menurunkan Surat Al-Hujurat ayat 6 itu berlaku hanya untuk pihak kepolisian saja? Hebat bener tafsiran mu'alaf yang mendadak ustadzah dan penggerak khilafah ini.
Salam tabayyun, ya ustadzah Irena..
(Sumber: Status Facebook Yusuf Muhammad)
Sumber Berita : https://redaksiindonesia.com/read/fitnah-dan-kebohongan-irena-handono-di-bawah-sumpah-alquran.html
Jokowi Membahayakan
Oleh: Yusuf Muhammad
Fenomena Ahok sungguh luar biasa. Ahok bak magnet yang memiki daya tarik sangat besar yang tidak dimiliki oleh kedua rivalnya yaitu, Agus dan Anies Baswedan. Elektabilitas Ahok masih sulit dibendung, meskipun ia telah ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan penistaan agama.
Berbagai survei masih menempatkan elektabilitas Ahok-Djarot masih yang tertinggi. Dukungan masyarakat juga mengalir semakin deras, hal ini dikarenakan loyalitas dan profesionalitas Ahok sudah terbukti sebagai Gubernur DKI. Sulit melawan prestasi Ahok-Djarot di pilkada DKI Jakarta.
Ahok-Djarot selama ini terbukti menerapkan pemerintahan daerah berdasarkan prinsip-prinsip "good governance," sehingga pemerintahan menjadi efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Bandingkan dengan provinsi Jabar, sangat jauh karena gubernurnya cuma berakhlak-berakhlak-berakhlak.
Nah, apa masyarakat akan puas hanya dengan gubernur dan wakil gubernurnya cuma berakhlak? Tentu tidak. Apa kalian happy melihat gubernur cuma banyak do'a dan wakilnya sering menangis saat melihat masalah? Tentu tidak. Emangnya zaman Nabi tinggal do'a masalah slesai?
Ini zaman sudah akhir, pak cik. Banyak ulama su', banyak fitnah berkedok agama. Yang salah dibilang benar yang benar dibilang salah. Nah, jika kita tidak pandai maka hancurlah kita. Tipu daya sudah semakin besar, sebesar badan si mantan yang sibuk menghindar dari 'kematian.'
Mau maju kena mundur juga kena, yaudah maju saja dengan sisa kekuatan yang ada. Ia sadar banyak kasus besar yang membidik ke arahnya, mulai dari kasus Hambalang, Munir, Antasari, E-Ktp, Century, 34 Proyek listrik, dll. Jika tidak survive mulai sekarang, maka bisa-bisa 'mati' perlahan.
Sebenarnya akibat kekisruhan ini bukan hanya karena urusan pilkada atau bela agama, namun lebih besarnya karena adanya kasus-kasus besar yang sedang mengarah pada diri si mantan. Itulah mengapa Jokowi ingin dilengserkan. Jokowi lebih 'membahayakan' daripada Ahok.
Fenomena Ahok sungguh luar biasa. Ahok bak magnet yang memiki daya tarik sangat besar yang tidak dimiliki oleh kedua rivalnya yaitu, Agus dan Anies Baswedan. Elektabilitas Ahok masih sulit dibendung, meskipun ia telah ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan penistaan agama.
Berbagai survei masih menempatkan elektabilitas Ahok-Djarot masih yang tertinggi. Dukungan masyarakat juga mengalir semakin deras, hal ini dikarenakan loyalitas dan profesionalitas Ahok sudah terbukti sebagai Gubernur DKI. Sulit melawan prestasi Ahok-Djarot di pilkada DKI Jakarta.
Ahok-Djarot selama ini terbukti menerapkan pemerintahan daerah berdasarkan prinsip-prinsip "good governance," sehingga pemerintahan menjadi efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Bandingkan dengan provinsi Jabar, sangat jauh karena gubernurnya cuma berakhlak-berakhlak-berakhlak.
Nah, apa masyarakat akan puas hanya dengan gubernur dan wakil gubernurnya cuma berakhlak? Tentu tidak. Apa kalian happy melihat gubernur cuma banyak do'a dan wakilnya sering menangis saat melihat masalah? Tentu tidak. Emangnya zaman Nabi tinggal do'a masalah slesai?
Ini zaman sudah akhir, pak cik. Banyak ulama su', banyak fitnah berkedok agama. Yang salah dibilang benar yang benar dibilang salah. Nah, jika kita tidak pandai maka hancurlah kita. Tipu daya sudah semakin besar, sebesar badan si mantan yang sibuk menghindar dari 'kematian.'
Mau maju kena mundur juga kena, yaudah maju saja dengan sisa kekuatan yang ada. Ia sadar banyak kasus besar yang membidik ke arahnya, mulai dari kasus Hambalang, Munir, Antasari, E-Ktp, Century, 34 Proyek listrik, dll. Jika tidak survive mulai sekarang, maka bisa-bisa 'mati' perlahan.
Sebenarnya akibat kekisruhan ini bukan hanya karena urusan pilkada atau bela agama, namun lebih besarnya karena adanya kasus-kasus besar yang sedang mengarah pada diri si mantan. Itulah mengapa Jokowi ingin dilengserkan. Jokowi lebih 'membahayakan' daripada Ahok.
(Sumber: Status Facebook Yusuf Muhammad)
Sumber Berita : https://redaksiindonesia.com/read/jokowi-membahayakan.html
Propaganda yang Mengadudomba
Oleh: Yusuf Muhammad
"Pemerintah sedang gencar-gencarnya membangun infrastruktur, tapi mereka justru melakukan propaganda dan perusakan fasilitas umum."
Dari awal saya sudah menduga, bahwa aksi demo rusuh yg ingin menurunkan Jokowi adalah cara kotor oleh manusia picik yg ingin merusak bangsa. Padahal pemerintah sedang serius membangun infrastruktur secara merata.
Mereka
melakukan perusakan sarana umum, kaca-kaca, halte dilempar batu dan
taman-taman dirusak. Padahal itu semua dibangun menggunakan uang rakyat.
Ketika mereka ditertipkan oleh aparat, mereka justru makin brutal dan
terus merusak fasilitas umum lainya. Setelah itu, mereka akan menebar
foto2 seakan pemerintah melakukan kekejaman dan membungkam suara rakyat.
Tidak jarang foto hoax pun di sebar utk memanipulasi alam pikiran kita.
Benar kata Bung Karno, "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri."
Terbukti bahwa kini bangsa lain sangat hormat terhadap Indonesia, tapi anehnya justru ada anak bangsa sendiri yang gemar melakukan upaya kognisi, propaganda dan bahkan adu domba. Ingat! Amerika pun tidak akan berani menyerang indonesia dgn senjata, tapi mereka hanya berani menyerang kita melalui propaganda yang disuntikan melalui berbagai macam cara.
Sebenarnya upaya ini mirip seperti yg dilakuka terhadap Presiden Suriah, Bashar Al-Assad. Pengunjuk rasa menuntut pengunduran diri Presiden Bashar al-Assad yg di pengaruhi oleh Barat, terlebih saat Amerika menginvansi Irak sejak th 2003. Akibat invansi itu berpotensi terjadinya perpecahan dan permusuhan. Dan terbukti hingga sekarang di Suriah terjadi peperangan tak henti2nya.
Ah.... cara seperti itu sangat bodoh dan tidak laku di Indonesia.
Jika dulu Soeharto digulingkan rakyat yg dipelopori oleh mahasiswa melalui BEM diseluruh Indonesia, itu murni karena keinginan rakyat dan bukan propaganda seperti demonya sekelompok mahasiswa 'pekok' pecinta nasi bungkus. Ketika ditanya fungsi dan peran mahasiswa, mereka bisanya cuma garuk2 kepala kayak monyet di atas pohon kelapa.
Belum lagi soal PKI, semua itu juga bagian dari pengaruh luar yang menyusup melalui jalur Agama dan kepercayaan. Mereka yg memiliki faham radikal dan ekstrimis mencoba utk mengalihkan perhatian, terlebih saat pemerintah ingin menertibkan paham2 radikal tersebut, termasuk ormas2 yang anti pancasila. Maka issu PKI bangkit pun digulirkan utk meng-kamuflase-kan atas ketakutan dan keberadaan mereka.
Mereka sejatinya ingin membentuk persepsi yang akan memanipulasi alam pikiran kita. Semua itu menyusup melalui berbagai macam propaganda, baik dari jalur sosial, agama dan kepercayaan yang semua itu akan bermuara pada satu kepentingan politik.
Jadi apakah kita masih mau di adu domba dengan berbagai macam propaganda sehingga kita terpecah belah dan perang saudara seperti Irak dan Suriah?
Waspadalah....waspadalah....!!!
Sumber Berita : https://redaksiindonesia.com/read/propaganda-yang-mengadudomba.html
"Pemerintah sedang gencar-gencarnya membangun infrastruktur, tapi mereka justru melakukan propaganda dan perusakan fasilitas umum."
Dari awal saya sudah menduga, bahwa aksi demo rusuh yg ingin menurunkan Jokowi adalah cara kotor oleh manusia picik yg ingin merusak bangsa. Padahal pemerintah sedang serius membangun infrastruktur secara merata.
Benar kata Bung Karno, "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri."
Terbukti bahwa kini bangsa lain sangat hormat terhadap Indonesia, tapi anehnya justru ada anak bangsa sendiri yang gemar melakukan upaya kognisi, propaganda dan bahkan adu domba. Ingat! Amerika pun tidak akan berani menyerang indonesia dgn senjata, tapi mereka hanya berani menyerang kita melalui propaganda yang disuntikan melalui berbagai macam cara.
Sebenarnya upaya ini mirip seperti yg dilakuka terhadap Presiden Suriah, Bashar Al-Assad. Pengunjuk rasa menuntut pengunduran diri Presiden Bashar al-Assad yg di pengaruhi oleh Barat, terlebih saat Amerika menginvansi Irak sejak th 2003. Akibat invansi itu berpotensi terjadinya perpecahan dan permusuhan. Dan terbukti hingga sekarang di Suriah terjadi peperangan tak henti2nya.
Ah.... cara seperti itu sangat bodoh dan tidak laku di Indonesia.
Jika dulu Soeharto digulingkan rakyat yg dipelopori oleh mahasiswa melalui BEM diseluruh Indonesia, itu murni karena keinginan rakyat dan bukan propaganda seperti demonya sekelompok mahasiswa 'pekok' pecinta nasi bungkus. Ketika ditanya fungsi dan peran mahasiswa, mereka bisanya cuma garuk2 kepala kayak monyet di atas pohon kelapa.
Belum lagi soal PKI, semua itu juga bagian dari pengaruh luar yang menyusup melalui jalur Agama dan kepercayaan. Mereka yg memiliki faham radikal dan ekstrimis mencoba utk mengalihkan perhatian, terlebih saat pemerintah ingin menertibkan paham2 radikal tersebut, termasuk ormas2 yang anti pancasila. Maka issu PKI bangkit pun digulirkan utk meng-kamuflase-kan atas ketakutan dan keberadaan mereka.
Mereka sejatinya ingin membentuk persepsi yang akan memanipulasi alam pikiran kita. Semua itu menyusup melalui berbagai macam propaganda, baik dari jalur sosial, agama dan kepercayaan yang semua itu akan bermuara pada satu kepentingan politik.
Jadi apakah kita masih mau di adu domba dengan berbagai macam propaganda sehingga kita terpecah belah dan perang saudara seperti Irak dan Suriah?
Waspadalah....waspadalah....!!!
Sumber Berita : https://redaksiindonesia.com/read/propaganda-yang-mengadudomba.html
Pak Aher, Belajarlah dari Pak Ahok
Oleh: Yusuf Muhammad
Saya kaget setengah mati saat mendengar berita kota Bandung dilanda banjir hingga 3 meter dan merendam 35.000 rumah serta menewaskan 2 warga.
Antara percaya dan tidak, saya pun langsung mencari berita dari sumber terpercaya, dan ternyata memang benar Bandung sedang dilanda banjir terparah sejak 10 th terakhir.
Dalam hati bertanya-tanya, kok bisa ya banjir sampai separah itu? Padahal Gubernurnya sudah Islam, bahkan jenggotnya juga sudah panjang.
Tapi tunggu dulu.....
Bukan agamanya yang jadi masalah, tapi mungkin manusianya yang memang tak amanah dan tak dapat menegakkan aturan dengan tegas. Atau bisa jadi memang manusianya yang terlalu bodoh, mengatasi banjir dengan cara dibacakan ayat-ayat suci saja.
Kadang heran juga kenapa di Jakarta yang gubernurnya non Muslim justru dapat menangani banjir lebih baik. Titik banjir bisa berkurang. Awalnya ada hampir 80 titik banjir, tapi tiga tahun terakhir sudah berkurang hanya ada skitar 34 titik banjir. Bahkan genangan yang ada pun cepat surut jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Mengapa bisa demikian....?
Sekali lagi saya tegaskan, semua itu tidak ada kaitanya dengan agama! Jadi stop mengaitkan masalah banjir dengan agama. Ahok bukanlah Aher, jadi penanganan masalah banjir pun berbeda.
Di Jakarta masalah banjir dapat berkurang tidak lain karena semua itu ditangani dengan cara yang smart dan ditegakkanya aturan-aturan dengan tegas. Bangunan liar dibantaran kali ditertibkan, rusun-rusun dibangun untuk merelokasi warga bantaran kali, got-got dan saluran air dibersihkan secara intens, serta dibangunya ruang terbuka hijau sebagai serapan air.
Saya sangat malu jika ada tokoh yang membawa nama islam, tapi dilain
sisi dia justru menyengsarakan banyak masyarakat dan akhirnya merusak
citra Islam itu sendiri.
Pak Aher, sowanlah kepada Ahok yang sering dikatain tafir oleh kader partai Anda. Saran saya sekali-sekali ngopi bareng aja dan serap ilmunya tentang bagaimana cara mengatasi banjir.
Sumber Berita : https://redaksiindonesia.com/read/pak-aher-belajarlah-dari-pak-ahok.html
Saya kaget setengah mati saat mendengar berita kota Bandung dilanda banjir hingga 3 meter dan merendam 35.000 rumah serta menewaskan 2 warga.
Antara percaya dan tidak, saya pun langsung mencari berita dari sumber terpercaya, dan ternyata memang benar Bandung sedang dilanda banjir terparah sejak 10 th terakhir.
Dalam hati bertanya-tanya, kok bisa ya banjir sampai separah itu? Padahal Gubernurnya sudah Islam, bahkan jenggotnya juga sudah panjang.
Tapi tunggu dulu.....
Bukan agamanya yang jadi masalah, tapi mungkin manusianya yang memang tak amanah dan tak dapat menegakkan aturan dengan tegas. Atau bisa jadi memang manusianya yang terlalu bodoh, mengatasi banjir dengan cara dibacakan ayat-ayat suci saja.
Kadang heran juga kenapa di Jakarta yang gubernurnya non Muslim justru dapat menangani banjir lebih baik. Titik banjir bisa berkurang. Awalnya ada hampir 80 titik banjir, tapi tiga tahun terakhir sudah berkurang hanya ada skitar 34 titik banjir. Bahkan genangan yang ada pun cepat surut jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Mengapa bisa demikian....?
Sekali lagi saya tegaskan, semua itu tidak ada kaitanya dengan agama! Jadi stop mengaitkan masalah banjir dengan agama. Ahok bukanlah Aher, jadi penanganan masalah banjir pun berbeda.
Di Jakarta masalah banjir dapat berkurang tidak lain karena semua itu ditangani dengan cara yang smart dan ditegakkanya aturan-aturan dengan tegas. Bangunan liar dibantaran kali ditertibkan, rusun-rusun dibangun untuk merelokasi warga bantaran kali, got-got dan saluran air dibersihkan secara intens, serta dibangunya ruang terbuka hijau sebagai serapan air.
Pak Aher, sowanlah kepada Ahok yang sering dikatain tafir oleh kader partai Anda. Saran saya sekali-sekali ngopi bareng aja dan serap ilmunya tentang bagaimana cara mengatasi banjir.
(Sumber: Facebook Yusuf Muhammad)
Tiga Varian Corona
Oleh : Fadly Abu Zayyan
Bukan hanya Es Krim saja yang memiliki Varian Rasa. Ternyata Corona juga memiliki tiga varian Virus. Sebut saja varian A, B dan C. Uniknya, varian A adalah varian (bibit) tertua yang berasal dari Kelelawar. Anehnya lagi, Virus Rasa Kelelawar ini justru banyak ditemukan di Amerika. Nah lo!
Berikutnya adalah Varian B. Dimana jenis ini adalah turunan dari Varian A. Anehnya, Varian B ini justru yang banyak menjangkiti Wuhan saat pertama kali wabah ini ditemukan. Nah, lebih janggal lagi!
Bukan hanya Es Krim saja yang memiliki Varian Rasa. Ternyata Corona juga memiliki tiga varian Virus. Sebut saja varian A, B dan C. Uniknya, varian A adalah varian (bibit) tertua yang berasal dari Kelelawar. Anehnya lagi, Virus Rasa Kelelawar ini justru banyak ditemukan di Amerika. Nah lo!
Berikutnya adalah Varian B. Dimana jenis ini adalah turunan dari Varian A. Anehnya, Varian B ini justru yang banyak menjangkiti Wuhan saat pertama kali wabah ini ditemukan. Nah, lebih janggal lagi!
Dan
yang terakhir adalah Varian C. Jenis ini adalah turunan Varian B dan
pertama kali ditemukan di Singapura. Tapi justru kok mewabahnya di
Italia. Makin mumet kan?
Disini saya ingin mengajak kita semua untuk menganalisa dan berhipotesa. Ketika Varian A yang notabene asli China bisa bermigrasi ke Amerika, berarti ada yang membawa atau memindahkan virus ini dari tempat asalnya.
Selanjutnya, ketika Varian A bermutasi menjadi B dan menyerang tempat asal A, patut diduga Varian A telah direkayasa menjadi B dan dikembalikan untuk menyerang tempat asal A (Wuhan). Tujuan rekayasa ini, agar China sulit mengantisipasi karena mengira Virus itu masih varian aslinya atau A.
Disini saya ingin mengajak kita semua untuk menganalisa dan berhipotesa. Ketika Varian A yang notabene asli China bisa bermigrasi ke Amerika, berarti ada yang membawa atau memindahkan virus ini dari tempat asalnya.
Selanjutnya, ketika Varian A bermutasi menjadi B dan menyerang tempat asal A, patut diduga Varian A telah direkayasa menjadi B dan dikembalikan untuk menyerang tempat asal A (Wuhan). Tujuan rekayasa ini, agar China sulit mengantisipasi karena mengira Virus itu masih varian aslinya atau A.
Lalu
bagaimana Varian A justru menyerang Amerika? Apakah ini senjata makan
tuan (pembawa) dan perekayasa? Menurut saya, ini justru aksi unjuk gigi
(balasan) dari China bahwa mereka bisa mengirim lebih banyak bibit
Varian A ke Amerika. Bahkan ke tempat terpencil sekalipun ke Kapal Induk
Amerika di tengah samudra. Nyooh! Inilah yang kemudian membuat Donald
Trump keder dan menyerah hingga akhirnya menelepon Presiden Xi.
Eits, lalu bagaimana dengan Varian C? Varian ini menurut saya lebih kepada tujuan Bisnis Vaksin. Amerika berpikir bahwa China akan sibuk mengantisipasi Varian B dan masih fokus dengan dirinya sendiri. Pun seandainya Vaksin untuk Varian B "Made in China" sudah ditemukan, mereka tidak akan bisa mengedarkannya keluar karena yang menyerang Italia sebagai korban terbanyak selain China (pada saat itu) merupakan Varian yang berbeda atau Varian C.
Celakanya, saat ini justru Amerika yang sepertinya tidak siap dengan boomingnya Varian A di negaranya. Mereka tak berpikir bahwa China akan mengirim paket balasan dalam jumlah jumbo karena dianggap masih akan sibuk menyembuhkan dirinya sendiri. Hmm.., sebuah prediksi yang keliru karena China pulih lebih cepat dari yang diperkirakan oleh Paman Sam.
*FAZ*
#SILIT
Sumber : Status facebook Fadly Abu Zayyan
Sumber Berita : https://redaksiindonesia.com/read/tiga-varian-corona.html
Eits, lalu bagaimana dengan Varian C? Varian ini menurut saya lebih kepada tujuan Bisnis Vaksin. Amerika berpikir bahwa China akan sibuk mengantisipasi Varian B dan masih fokus dengan dirinya sendiri. Pun seandainya Vaksin untuk Varian B "Made in China" sudah ditemukan, mereka tidak akan bisa mengedarkannya keluar karena yang menyerang Italia sebagai korban terbanyak selain China (pada saat itu) merupakan Varian yang berbeda atau Varian C.
Celakanya, saat ini justru Amerika yang sepertinya tidak siap dengan boomingnya Varian A di negaranya. Mereka tak berpikir bahwa China akan mengirim paket balasan dalam jumlah jumbo karena dianggap masih akan sibuk menyembuhkan dirinya sendiri. Hmm.., sebuah prediksi yang keliru karena China pulih lebih cepat dari yang diperkirakan oleh Paman Sam.
*FAZ*
#SILIT
Sumber : Status facebook Fadly Abu Zayyan
Sumber Berita : https://redaksiindonesia.com/read/tiga-varian-corona.html
Mewaspadai Corona dan Manusia Serigala
Oleh: Hari Yono
Ditengah badai Covid-19 yang melanda
mayoritas masyarakat dunia, ternyata belum dapat menyatukan semua
manusia konsentrasi dan fokus mencari solusi bagaimana Corona dapat
segera diatasi. Misalnya perdebatan tentang cara penanggulangan masih
terjadi di setiap negara, termasuk di Indonesia.
Bahkan di Indonesia masih juga diwarnai oleh sikap curiga antara yang satu dengan yang lain. Modal sosial bangsa Indonesia yang terkenal dengan konsep gotong royong memang sudah banyak bergerak. Tetapi gerakan tersebut belum maksimal karena masih ada kecurigaan dari beberapa pihak, padahal masyarakat membutuhkan tindakan nyata (dalam beberapa kali rapat pimpinan BPIP disebutkan Pancasila dalam Tindakan).
Bahkan di Indonesia masih juga diwarnai oleh sikap curiga antara yang satu dengan yang lain. Modal sosial bangsa Indonesia yang terkenal dengan konsep gotong royong memang sudah banyak bergerak. Tetapi gerakan tersebut belum maksimal karena masih ada kecurigaan dari beberapa pihak, padahal masyarakat membutuhkan tindakan nyata (dalam beberapa kali rapat pimpinan BPIP disebutkan Pancasila dalam Tindakan).
Lalu apakah yang curiga, bahasa halusnya waspada itu keliru. Sabar. Ayo kita lihat pada sisi yang lain.
Saya sejak mengisolasi diri di rumah Senin kemarin banyak waktu luang. Sebagian waktu luang tadi pagi kugunakan dialog (tepatnya berguru) melalui medsos pada salah satu anggota Dewan Pengarah BPIP, Buya Syafii Maarif, Sosok yang sederhana, jujur dan cerdas.
Salah satu saran beliau untuk memahami kondisi sekarang agar saya mengingat kembali ungkapan F. Schiller yang sering dikutip oleh bung Hatta, "Suatu massa besar dilahirkan abad. Tetapi massa besar itu menemui manusia kerdil". (Eine Gross Roche has das jahrhundert geboren. Aber der grosse Moment findet ein Kleines Geschlecht).
Kita adalah bangsa besar. Potensi alam Indonesia sangat luar biasa. Tetapi karena masih banyak orang yang kerdil, potensi yang kita miliki belum bisa membawa pada kedaulatan bangsa dengan rakyatnya yang makmur dan sejahtera. Pancasila sebagai falsafah dasar negara belum dapat diaktualisasikan secara maksimal.
Orang yang kerdil adalah orang yang tidak jujur. Orang yang kehilangan moralitas dan integritas. Apa saja yang dianggap menguntungkan akan dimanfaatkan untuk memperkaya diri dan atau kelompoknya. Dalam suasana bangsa dan masyarakat mengalami kesulitan, seperti saat ini, masih ada pihak pihak yang menjual alat pelindung diri melebihi harga yang wajar. Sesuatu yang secara moral tidak wajar, yaitu mengambil keuntungan secara maksimal diatas penderitaan orang lain, diubah menjadi wajar dengan menggunakan prinsip ekonomi, semakin sedikit persediaan dan semakin banyak permintaan maka wajar kalau harga naik. Demikian pula beberapa bahan kebutuhan pokok, khususnya gula harganya naik. Itulah manusia manusia kerdil yang serakah dan tidak jujur. Bagaikan serigala.
Dalam pemerintahan juga demikian. Aparatur negara masih banyak yang bermental korup. Sejak lama anggaran negara sering disalahgunakan. Dampaknya banyak program pemerintah yang tidak berjalan maksimal. Manusia kerdil yang serakah dan tidak jujur akan makan apa (Siapa?) saja tanpa memperhatikan aspek moralitas dan integritas.
Dalam kondisi semacam ini jadi ingat ungkapan sejarawan politik Inggris Lord Acton bahwa kekuasaan itu cenderung korup dan kekuasaan yang absolut pasti korup.
Untuk itulah penanganan wabah Covid-19 yang membutuhkan anggaran ratusan trilyun kita memang harus waspada. Termasuk waspada terhadap manusia serigala yang memanfaatkan Covid-19 untuk memperkaya diri dan kelompoknya.
Semoga manusia manusia serigala, yaitu manusia manusia kerdil yang serakah dan tidak jujur tidak banyak bergentayangan atau terlibat dalam penanganan anggaran Covid-19. Dan seandainya masih ada semoga aparat penegak hukum dapat segera memonitor dan menangkap gerombolan serigala yang merugikan negara dan masyarakat.
Aparat penegak hukum tidak mungkin dapat berjalan sendiri tanpa dukungan pelbagai elemen masyarakat. Untuk itulah masyarakat perlu ikut mengawasi bagaimana tata kelola anggaran penanganan wabah Covid-19 di lingkungan berjalan transparan dan akuntabel. Civil society perlu bergerak tanpa harus membuat kegaduhan agar jiwa gotong royong tidak mudah ternodai oleh saling curiga yang berlebihan.
Gotong royong sebagai roh kehidupan berbangsa dan bernegara yang dinamis dapat membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar dengan masyarakatnya yang makmur dan sejahtera. Salah satu syaratnya adalah mengeliminir pikiran dan jiwa kerdil (manusia serigala) yang ada dalam diri kita, aparatur negara dan masyarakat. Jangan biarkan manusia serigala merusak nilai nilai luhur yang diwariskan oleh para leluhur. Warisan leluhur pendiri bangsa kita adalah Pancasila.
Manusia Pancasilais adalah manusia yang jujur dan tidak serakah. Manusia yang selalu beresonansi dengan kekuatan ilahi, menjalin relasi yang positif dengan sesama dan terus berusaha merawat alam semesta. Tidak mudah tergoda melakukan perbuatan yang nista walaupun dalam keadaan darurat pun, untuk menjadi manusia serigala.
150420
Kemanggisan Ilir Raya, JKT
Saya sejak mengisolasi diri di rumah Senin kemarin banyak waktu luang. Sebagian waktu luang tadi pagi kugunakan dialog (tepatnya berguru) melalui medsos pada salah satu anggota Dewan Pengarah BPIP, Buya Syafii Maarif, Sosok yang sederhana, jujur dan cerdas.
Salah satu saran beliau untuk memahami kondisi sekarang agar saya mengingat kembali ungkapan F. Schiller yang sering dikutip oleh bung Hatta, "Suatu massa besar dilahirkan abad. Tetapi massa besar itu menemui manusia kerdil". (Eine Gross Roche has das jahrhundert geboren. Aber der grosse Moment findet ein Kleines Geschlecht).
Kita adalah bangsa besar. Potensi alam Indonesia sangat luar biasa. Tetapi karena masih banyak orang yang kerdil, potensi yang kita miliki belum bisa membawa pada kedaulatan bangsa dengan rakyatnya yang makmur dan sejahtera. Pancasila sebagai falsafah dasar negara belum dapat diaktualisasikan secara maksimal.
Orang yang kerdil adalah orang yang tidak jujur. Orang yang kehilangan moralitas dan integritas. Apa saja yang dianggap menguntungkan akan dimanfaatkan untuk memperkaya diri dan atau kelompoknya. Dalam suasana bangsa dan masyarakat mengalami kesulitan, seperti saat ini, masih ada pihak pihak yang menjual alat pelindung diri melebihi harga yang wajar. Sesuatu yang secara moral tidak wajar, yaitu mengambil keuntungan secara maksimal diatas penderitaan orang lain, diubah menjadi wajar dengan menggunakan prinsip ekonomi, semakin sedikit persediaan dan semakin banyak permintaan maka wajar kalau harga naik. Demikian pula beberapa bahan kebutuhan pokok, khususnya gula harganya naik. Itulah manusia manusia kerdil yang serakah dan tidak jujur. Bagaikan serigala.
Dalam pemerintahan juga demikian. Aparatur negara masih banyak yang bermental korup. Sejak lama anggaran negara sering disalahgunakan. Dampaknya banyak program pemerintah yang tidak berjalan maksimal. Manusia kerdil yang serakah dan tidak jujur akan makan apa (Siapa?) saja tanpa memperhatikan aspek moralitas dan integritas.
Dalam kondisi semacam ini jadi ingat ungkapan sejarawan politik Inggris Lord Acton bahwa kekuasaan itu cenderung korup dan kekuasaan yang absolut pasti korup.
Untuk itulah penanganan wabah Covid-19 yang membutuhkan anggaran ratusan trilyun kita memang harus waspada. Termasuk waspada terhadap manusia serigala yang memanfaatkan Covid-19 untuk memperkaya diri dan kelompoknya.
Semoga manusia manusia serigala, yaitu manusia manusia kerdil yang serakah dan tidak jujur tidak banyak bergentayangan atau terlibat dalam penanganan anggaran Covid-19. Dan seandainya masih ada semoga aparat penegak hukum dapat segera memonitor dan menangkap gerombolan serigala yang merugikan negara dan masyarakat.
Aparat penegak hukum tidak mungkin dapat berjalan sendiri tanpa dukungan pelbagai elemen masyarakat. Untuk itulah masyarakat perlu ikut mengawasi bagaimana tata kelola anggaran penanganan wabah Covid-19 di lingkungan berjalan transparan dan akuntabel. Civil society perlu bergerak tanpa harus membuat kegaduhan agar jiwa gotong royong tidak mudah ternodai oleh saling curiga yang berlebihan.
Gotong royong sebagai roh kehidupan berbangsa dan bernegara yang dinamis dapat membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar dengan masyarakatnya yang makmur dan sejahtera. Salah satu syaratnya adalah mengeliminir pikiran dan jiwa kerdil (manusia serigala) yang ada dalam diri kita, aparatur negara dan masyarakat. Jangan biarkan manusia serigala merusak nilai nilai luhur yang diwariskan oleh para leluhur. Warisan leluhur pendiri bangsa kita adalah Pancasila.
Manusia Pancasilais adalah manusia yang jujur dan tidak serakah. Manusia yang selalu beresonansi dengan kekuatan ilahi, menjalin relasi yang positif dengan sesama dan terus berusaha merawat alam semesta. Tidak mudah tergoda melakukan perbuatan yang nista walaupun dalam keadaan darurat pun, untuk menjadi manusia serigala.
150420
Kemanggisan Ilir Raya, JKT
(Sumber: Facebook Hari Yono)
Sumber Berita : https://redaksiindonesia.com/read/mewaspadai-corona-dan-manusia-serigala.html
Paket Sembako Berdampak Pendek
SETELAH WABAH, LALU APA?
Sumber Berita : https://redaksiindonesia.com/read/mewaspadai-corona-dan-manusia-serigala.html
Presiden Minta Data ODP dan PDP Dibuka, Kita Sikapi Positif
Oleh: Prayitno Wongsodidjojo Ramelan
(Pengamat Intelijen)
Setelah 45 hari berjalan, data real Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Orang Dalam Pemantauan (ODP) dari kasus Covid-19 atas permintaan Presiden Jokowi hari Senin (13/4) akhirnya dibuka oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.
"ODP sampai sekarang tercatat 139.137 orang," kata jubir pemerintah soal penanganan corona di Indonesia, Achmad Yurianto, di Gedung BNPB, Selasa (14/4).
(Pengamat Intelijen)
Setelah 45 hari berjalan, data real Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Orang Dalam Pemantauan (ODP) dari kasus Covid-19 atas permintaan Presiden Jokowi hari Senin (13/4) akhirnya dibuka oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.
"ODP sampai sekarang tercatat 139.137 orang," kata jubir pemerintah soal penanganan corona di Indonesia, Achmad Yurianto, di Gedung BNPB, Selasa (14/4).
Keberadaan
ODP ini harus menjadi perhatian dari masyarakat. Sebab, kebanyakan dari
mereka tidak menunjukkan gejala corona.Seseorang bisa masuk ODP dalam
kondisi sakit ringan sehingga bisa dirasakan tidak sakit. "Berpotensi
jadi sumber penularan kalau enggak dirawat dengan baik, enggak isolasi
mandiri dengan baik," ungkap Yurianto.
Jumlah PDP corona terhitung cukup besar. Mereka yang masih menunggu hasil tes PCR ini ada 10.482 orang. "PDP ada 10.482 orang, terkonfirmasi positif melalui pemeriksaan PCR sebanyak 4.839 orang," jelas Yurianto.
Perintah Presiden Jokowi
Sebelumnya, dalam rapat terbatas, Presiden Jokowi meminta agar data-data terkait kasus corona tersebut diumumkan. "Harusnya ini setiap hari bisa di-update dan lebih terpadu. Data terpadu menyangkut PDP, ODP, positif, yang sembuh, meninggal, jumlah yang sudah PCR berapa dan semuanya. Dan terbuka hasilnya sehingga semua orang bisa akses dengan baik," ucap Jokowi membuka rapat, Senin (13/4).
Jokowi berharap data itu terintegrasi antara semua kementerian dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 .
Pengertian ODP dan PDP
Dikutip dari situs Posko Tanggap Virus Corona Pemprov DKI Jakarta, "ODP" adalah Orang Dalam Pemantauan virus corona. Yang masuk kategori ODP yakni orang yang mengalami gejala demam lebih dari 38 derajat celcius atau ada riwayat demam atau ISPA tanpa pneumonia. Serta memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala.
Sementara "PDP" adalah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) virus corona. Syarat PDP yakni orang mengalami gejala demam tinggi lebih dari 38 derajat celcius atau ada riwayat demam, ISPA, pneumonia ringan hingga berat. Selain itu memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit atau kontak dengan orang yang terkonfirmasi positif virus corona.
Positif Thinking
Dari data PDP tanggal 14 April 2020, 10.482 orang, yg terkonfirmasi positif melalui pemeriksaan pcr sebanyak 4.839 orang, 3.954 dirawat, 426 sembuh dan 459 meninggal. Dengan data ini maka death rate Indonesia adalah 459 : 4.839 X 100% = 9,48%. Dari yang positif melalui PCR 4.839, sejumlah 2.349 adalah kasus positif di Jakarta, 1.385 dirawat, 163 sembuh, 243meninggal dan 558 isolasi mandiri.
Nah, dari data PDP 10.483 , memang akan lebih baik apabila dapat dipastikan sisa yang menunggu hasil PCR bisa cepat terlaksana. Jumlah Kasus positif nasional akan berpengaruh terhadap death rate, yaitu prosentase kematian kasus positif corona. Lebih baik bila diumumkan data yg meninggal (diberitakan oleh
Gubernur DKI 60 persen Lansia).
Kita tidak perlu risau tentang jumlah PDP yg diatas 10.000, kalau misalnya jumlah 10.483 semua hasilnya PCR positif, berarti akan dapat dilakukan penyesuaian strategi penanganan. Ini bisa juga mengingatkan kita bahwa yg terinfeksi tanpa gejala cukup banyak, karena itu kita harus pakai masker. Warga DKI harus waspada Jakarta masih pusat epicenter 1.385 dirawat, 163 sembuh, 243meninggal dan 558 isolasi mandiri. Jadi imbauan pemerintah "jangan
mudik" sebaiknya di taati demi kebaikan bersama, khususnya keluarga.
Selain itu secara otomatis prosentase death rate akan turun, yaitu 459 : 10.483 X 100% = 4,37 %.
Sebagai pembanding Death Rate (DR) dunia 6,25%, DR China 4,06% (3.341 : 82.249 X 10p%), DR AS 4,08% (23.712 : 588.465 X 100%), DR Italia 12,82%, DR Spanyol 10,46%, DR Malaysia 1,64%, DR Singapore 0,3%.
Penutup
Demikian menanggapi diumumkannya data PDO dan ODP. Dalam kondisi under pressure dibawah ancaman Virus Corona saat ini, kita semua sebaiknya berfikir positif, jauhi negative thinking.
Memang berat tugas pemerintah dimanapun, tidak hanya di sini. Kita dukung dengan disiplin, cerdas, hati bersih. Gerakan gotong royong mulai terlihat bahu membahu. Efek Covid memang melebar ke sisi politik, ekonomi, sosial, dan mulai menyerempet keamanan. Berat apabila semua dipasrahkan ke pemerintah. Negara ini kan punya kita bersama, rakyat sebaiknya berperan sbg "early warning".
Terakhir jangan ada yang "jail" mikir macam-macam, memang mau dikerubungi mahluk yg tidak kasat mata itu?Amit-amit deh, ada pejabat yg kemarin2nya galak, bicara sak maunya karena berkuasa, mendadak sakit tidak bisa tidur takut kelenggahan lelembut covid, maybe.
Sekali lagi yg perlu diingat, ini ujian dan cobaan dari Allah. InsyaAllah kita bisa dan mampu mengatasinya mari kita terus tidak putus berdoa. Dukung pemerintah, jangan malah dimusuhi, tidak barokah. Salam tabah.
Jumlah PDP corona terhitung cukup besar. Mereka yang masih menunggu hasil tes PCR ini ada 10.482 orang. "PDP ada 10.482 orang, terkonfirmasi positif melalui pemeriksaan PCR sebanyak 4.839 orang," jelas Yurianto.
Perintah Presiden Jokowi
Sebelumnya, dalam rapat terbatas, Presiden Jokowi meminta agar data-data terkait kasus corona tersebut diumumkan. "Harusnya ini setiap hari bisa di-update dan lebih terpadu. Data terpadu menyangkut PDP, ODP, positif, yang sembuh, meninggal, jumlah yang sudah PCR berapa dan semuanya. Dan terbuka hasilnya sehingga semua orang bisa akses dengan baik," ucap Jokowi membuka rapat, Senin (13/4).
Jokowi berharap data itu terintegrasi antara semua kementerian dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 .
Pengertian ODP dan PDP
Dikutip dari situs Posko Tanggap Virus Corona Pemprov DKI Jakarta, "ODP" adalah Orang Dalam Pemantauan virus corona. Yang masuk kategori ODP yakni orang yang mengalami gejala demam lebih dari 38 derajat celcius atau ada riwayat demam atau ISPA tanpa pneumonia. Serta memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala.
Sementara "PDP" adalah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) virus corona. Syarat PDP yakni orang mengalami gejala demam tinggi lebih dari 38 derajat celcius atau ada riwayat demam, ISPA, pneumonia ringan hingga berat. Selain itu memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit atau kontak dengan orang yang terkonfirmasi positif virus corona.
Positif Thinking
Dari data PDP tanggal 14 April 2020, 10.482 orang, yg terkonfirmasi positif melalui pemeriksaan pcr sebanyak 4.839 orang, 3.954 dirawat, 426 sembuh dan 459 meninggal. Dengan data ini maka death rate Indonesia adalah 459 : 4.839 X 100% = 9,48%. Dari yang positif melalui PCR 4.839, sejumlah 2.349 adalah kasus positif di Jakarta, 1.385 dirawat, 163 sembuh, 243meninggal dan 558 isolasi mandiri.
Nah, dari data PDP 10.483 , memang akan lebih baik apabila dapat dipastikan sisa yang menunggu hasil PCR bisa cepat terlaksana. Jumlah Kasus positif nasional akan berpengaruh terhadap death rate, yaitu prosentase kematian kasus positif corona. Lebih baik bila diumumkan data yg meninggal (diberitakan oleh
Gubernur DKI 60 persen Lansia).
Kita tidak perlu risau tentang jumlah PDP yg diatas 10.000, kalau misalnya jumlah 10.483 semua hasilnya PCR positif, berarti akan dapat dilakukan penyesuaian strategi penanganan. Ini bisa juga mengingatkan kita bahwa yg terinfeksi tanpa gejala cukup banyak, karena itu kita harus pakai masker. Warga DKI harus waspada Jakarta masih pusat epicenter 1.385 dirawat, 163 sembuh, 243meninggal dan 558 isolasi mandiri. Jadi imbauan pemerintah "jangan
mudik" sebaiknya di taati demi kebaikan bersama, khususnya keluarga.
Selain itu secara otomatis prosentase death rate akan turun, yaitu 459 : 10.483 X 100% = 4,37 %.
Sebagai pembanding Death Rate (DR) dunia 6,25%, DR China 4,06% (3.341 : 82.249 X 10p%), DR AS 4,08% (23.712 : 588.465 X 100%), DR Italia 12,82%, DR Spanyol 10,46%, DR Malaysia 1,64%, DR Singapore 0,3%.
Penutup
Demikian menanggapi diumumkannya data PDO dan ODP. Dalam kondisi under pressure dibawah ancaman Virus Corona saat ini, kita semua sebaiknya berfikir positif, jauhi negative thinking.
Memang berat tugas pemerintah dimanapun, tidak hanya di sini. Kita dukung dengan disiplin, cerdas, hati bersih. Gerakan gotong royong mulai terlihat bahu membahu. Efek Covid memang melebar ke sisi politik, ekonomi, sosial, dan mulai menyerempet keamanan. Berat apabila semua dipasrahkan ke pemerintah. Negara ini kan punya kita bersama, rakyat sebaiknya berperan sbg "early warning".
Terakhir jangan ada yang "jail" mikir macam-macam, memang mau dikerubungi mahluk yg tidak kasat mata itu?Amit-amit deh, ada pejabat yg kemarin2nya galak, bicara sak maunya karena berkuasa, mendadak sakit tidak bisa tidur takut kelenggahan lelembut covid, maybe.
Sekali lagi yg perlu diingat, ini ujian dan cobaan dari Allah. InsyaAllah kita bisa dan mampu mengatasinya mari kita terus tidak putus berdoa. Dukung pemerintah, jangan malah dimusuhi, tidak barokah. Salam tabah.
(Sumber: Facebook Prayitno Ramelan)
Sumber Berita : https://redaksiindonesia.com/read/presiden-minta-data-odp-dan-pdp-dibuka-kita-sikapi-positif.html
Sumber Berita : https://redaksiindonesia.com/read/presiden-minta-data-odp-dan-pdp-dibuka-kita-sikapi-positif.html
Paket Sembako Berdampak Pendek
Jakarta - Warga Jakarta menerima bantuan dari Pemda. Isinya sembako
plus surat ‘cinta’ dari Gubernur. Kabarnya bakal didistribusikan ke 1,2 juta
rumah tangga, dengan jangkauan sebanyak 3,7 orang.
Rencananya dibagikan seminggu sekali selama 3 bulan. Katakan
rata-rata 4 kali dalam sebulan, maka setiap KK akan mendapat 12
paket.
Dalam sembako itu ada beras, sabun batangan, snack, minyak, sarden
dan masker. Dikemas dalam kardus kecil.
Gue gak menghitung berapa isinya. Gue lebih suka menghitung berapa
biaya untuk packagingnya dan distribusinya. Jika semuanya dikemas pakai kardus,
berapa biaya kardusnya ya?
Misal harga kardus sebesar itu Rp 3000 saja, maka untuk 1,2 juta
paket butuh budget Rp3,6 miliar. Kalau 12 kali, untuk kardusnya saja Rp 43,2
miliar. Baru dari kardusnya doang. Belum lagi surat Gubernur yang membutuhkan
1,2 juta lembar, atau 2.400 rim. Belum biaya cetak. Katakana setiap rurat
menghabiskan biaya Rp 300, berarti biayanya Rp 4,3 miliar.
Tapi bukan cuma itu, berapa biaya distribusinya. Katakanlah per paket
menghabiskan biaya distribusi Rp 10.000, maka dibutuhkan Rp 12 miliar buat
sekali distribusi distribusi, total biaya distribusi Rp 144 miliar.
Jadi untuk biaya kemasan dan distribusi total, menghabiskan sekitar
Rp 191,5 miliar.
Itu dari segi biaya. Bagaimana segi efektifitasnya. Pada hari
pertama, kata Gubernur telah terdistribusi 20 ribu paket, lalu berala lama
dibutuhkan mendistribusikan 1,2 juta paket?
Ok, katakan, yang namanya hari pertama masih belum maksimal. Katakan
kita naikkan, kemampuan mengemas dan mendistribusi sehari mencapai 50 ribu
paket. Berarti untuk satu putaran, butuh 24 hari. Kalau 12 putaran butuh 288
hari.
Saya kadang heran, kenapa sih,gak diberikan dalam bentuk transfer
seperti kartu-kartu yang sudah ada. Bukankah seluruh biaya itu bisa
dipangkas?
Tapi, butuh waktu mendata. Lha, pembagian itu juga butuh waktu. Emang
gak di data?
Dengan dibagikan berbentuk kas, maka uang akan berputar di kalangan
bawah. Masrakat membelanjakan uangnya ke warung-warung kecil. Sesuai
kebutuhannya. Warung-warung itu adalah bagian dari putaran ekonomi
nasional.
Jika hanya dibagikan dalam bentuk sembako kayak gitu, yang
menikmatinya kan cuma PD Pasar Jaya yang mendapat proyek pengadaan barang dan
distribusi. Sementara imbas ekonominya bagi putaran masyarakat gak
bergerak.
Dengan kata lain, bantuan itu hanya akan jadi barang sekali konsumsi.
Tanpa ada imbas ekonomi berarti. Duit gak berputar di kalangan bawah. Malah
habis buat biaya kemasan dan distribusi.
Memang sih, kalau model bantuannya dengan kartu dan transfer, akan
susah menyelipkan surat cinta Gubernur disana. Tapi apalah artinya surat cinta
itu, justru ekonomi masyarakat yang melandai ini perlu digairahkan dengan uang
yang berputar.
Jika triliunan budget buat sembako ini bisa berputar lebih dinamis di
masyarakat, itu akan sangat membantu sekali. Ekonomi bisa hidup atau sedtidaknya
mendapatkan stimulus.
Saya berharap, di wilayah-wilayah lain, jika pemerintah daerah atau
pusat mau sebarkan bantuan buat masyarakat, bentuknya kas atau transfer aja.
Model kayak KIP, KJP, PKH dan sebagainya itu.
Selain bantuan bisa dimanfaatkan, juga sangat penting bagi putaran
ekonomi. Dampaknya akan jauh lebih panjang buat ekonomi rakyat. Lagipula gak
harus buang-buang uang cuma untuk membeli packaging.
Tapi ngirim surat cintanya, gimana?
“Sebar dengan helikopter aja, mas,” ujar Abu Kumkum.
SETELAH WABAH, LALU APA?
Jakarta - Dunia memasuki krisis. Kegiatan ekonomi terganggu. Semua
negara mengalami masalah dalam perekonomiannya. IMF baru saja mengeluarkan
proyeksi yang menggambarkan pertumbuhan ekonomi semua negara dunia.
Alhamdulillah, Indonesia diperkirakan masih tumbuh positif, meski hanya 0,5%
saja.
Negara lain yang juga diperkirakan tetap tumbuh positif adalah China,
India dan Vietnam.
Saya membayangkan, ketika wabah ini sudah berlalu, semua negara akan
langsung ngebut mengejar keterpurukannya akibat wabah. Mereka akan beramai-ramai
menawarkan kemudahan agar orang mau berinvestasi. Semuanya bersaing agar
investor mau menanamkan dananya di negara mereka.
Saya yakin, segala cara akan dimainkan. Bahkan kalau perlu diberikan
insentif dan stimulus agar mereka yang punya duit dan kemampuan mau membangun
usaha di negara tersebut.
Bukan hanya investor asing, tetapi juga investor lokal. Berbagai
gula-gula akan ditawarkan pemerintahan setiap negara. Artinya, semua negara akan
sibuk memoles dirinya agar menarik bagi investor untuk menanamkan uangnya dan
membangun usahanya disana.
Ketika dunia usaha bangkit dan bergerak lagi, akan terbuka lapangan
pekerjaan. Rakyat bekerja. Dapat gaji. Bisa belanja. Dan ekonomi muter. Ekonomi
yang berputar berdampak pada peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Secara agregat
meningkatkan kualitas kehidupan negara tersebut.
Pertanyaannya, apa yang sudah kita siapkan untuk menyambut suasana
pasca wabah ini?
Jika kita tidak bersiap diri dari sekarang dan semua dijalankan
dengan cara ‘biasanya’ ya, kita akan merayap. Kalau cuma bisnis dengan cara
biasanya, mana mungkin bisa dengan cepat mengobati dampak dari wabah yang
menggilas ekonomi.
Karena itu, saya setuju apa yang diusulkan Kadin Indonesia, bahwa
negara memerlukan langkah-langkah besar untuk melakukan transformasi structural
dalam membuka lapangan pekerjaan. Agar mereka yang terkena PHK saat krisis, bisa
secepatnya bekerja kembali. Dan angkatan kerja baru bisa juga mendapat
tempat.
Kalau gak dilakukan perubahan besar-besaran dalam mekanisme dunia
usaha, boro-boro bisa tambah maju. Menutup luka ekonomi akibat wabah saja belum
tentu bisa cepat.
Pemerintah sendiri sebetulnya sudah beancang-ancang lama untuk
melakukan lompatan struktural itu. Ada RUU Cipta Kerja yang diajukan. Tujuan
utamanya untuk membuka lapangan pekerjaan sebesar-besarnya. Caranya dengan
memberikan ruang yang mudah bagi pengusaha untuk mendirikan usaha di
Indonesia.
Bukan hanya pengusaha besar, tetapi juga pengusaha kecil bahkan kelas
mikro. RUU ini akan mendorong percepatan dunia kerja terbuka lebar. Bahkan jika
dalam kondisi normal saja, RUU ini sangat penting. Apalagi dalam kondisi ketika
kita harus bangkit dari keterpurukan ekonomi akibat wabah ini.
Misalnya begini. RUU itu memudahkan usaha mikro membuat badan usaha.
Bikin PT, misalnya, gak perlu biaya besar. Jadi mereka yang punya skill dan
kemampuan, gak harus ngarep jadi karyawan. Bisa juga memulai peruntungan jadi
pengusaha. Karena syarat bikin badan usaha lebih mudah.
Soal pajak juga akan ada keringanan.
Dan yang paling utama izin-izin usaha gak akan seribet sebelumnya.
Kita gak perlu nunggu waktu lama untuk mendapatkan izin. Gak perlu jadi sapi
perah pejabat hanya untuk selembar surat. Gak perlu menyuburkan ladang korupsi
dan pungli karena kelakuan para pejabat sialan itu.
DPR mestinya bisa bekerja keras untuk secepatnya menyiapkan kendaraan
peraturan agar ekonomi kita bisa lari lebih cepat setelah wabah ini berlalu.
Mereka harus fokus dengan fungsinya sebagai lembaga legislasi.
Tapi kan, sekarang lagi wabah. Mestinya semua potensi diarahkan untuk
berperang dengan wabah ini, bukan malah mikirin RUU Cipta Kerja? Fraksi PKS dan
Demokrat kabarnya menolak membahas RUU ini, dengan alasan sebaiknyua fokus ke
wabah dulu.
Nah, ini. Cara mikirnya gaya keroyokan. Iya, sekarang kita sedang
menghadapi wabah. Presiden sudah menunjuk orang yang fokus menyelesaikan masalah
wabah ini. Bahkan Perpres Bencana Nasional sudah ditandatangani. Artinya, sudah
ada badan yang di pundaknya dibebankan bagaimana menangani wabah. Dalam soal
penanganan wabah, lembaga pemerintah yang lain, tinggal support
saja.
Jadi menangani wabah ini, gak harus keroyokan juga sampai semua
fungsi negara berhenti dan hanya fokus pada satu masalah. DPR kan, fungsinya
legislasi, pengawasan dan budgeting. Ya, sudah, jalankan aja fungsinya. Membahas
RUU adalah fungsi legislasi. Jangan beralasan fokus ke wabah. Wabah sudah ada
yang urus. DPR perlu awasi dan bantu. Gak perlu juga menghentikan fungsi
lainnya.
Menangani wabah ini, gak perlu semua geroyokan sampai menghapus
fungsi-fungsi lainnya yang harusnya dijalankan. Kalau itu dilakukan namanya
bunuh diri. Sebab saat wabah berlalu, justru kita akan telat bangkit. Dan dampak
ekonomi yang kita alami sekarang akan lama sembuhnya.
Jadi ibarat main bola, yang tugasnya jadi striker dorong dia untuk
mencetak gol. Yang jadi kipper, fokus saja jaga gawangnya. Yang berfungsi
pertahanan, main saja menjaga pertahanan agar gak kebobolan.
Bayangkan kalau semuanya mau jadi striker, sampai penjaga gawang maju
ke depan. Ya, cepat kebobolan.
Jadi cara mikir, bahwa sekarang sedang wabah, sebaiknya membahas RUU
Cipta Kerja ditunda dulu, justru cara mikir yang salah. Itu akan membuat ekonomi
kita akan semakin ketinggalan.
Sebab, saat wabah selesai, orang akan langsung lari. Investor dan
pengusaha mau secepatnya pulih dari dampak ekonomi akibat wabah. Mereka akan
bersemangat untuk membuka peluang.
Tapi, kalau aturan di Indonesia gak adaptif. Ribet. Bikin susah, mana
mau orang menanam duitnya di sini. Jangankan investasi baru. Jangan-jangan kalau
masih seperti ini juga, pengusaha lama malah merelokasi usahanya ke negara lain
yang bisa dipastikan akan banyak memberi gula-gula pasca wabah ini.
Terus akibatnya, pengangguran yang kemarin di PHK kapan bisa kerja
lagi?
Ada satu adagium, hanya mereka yang bisa mengantisipasi masa
depanlah, yang bisa memenangkan persaingan.
Wabah sudah ada yang tangani. Ada Gugus Tugas Penanganan Covid19.
Tugasnya berjalan sampai wabah ini tuntas. Setelah mereka berhasil menghalau
wabah ini, disanalah kita butuh persiapan untuk berlari lebih kencang. Dan DPR
sekarang harus menyiapkan lahannya agar ekonomi kita bisa lompat.
Bukan dibiarkan saja bergerak seperti keong karena gak ada perubahan
signifikan dalam aturannya.
“Mas, kalau RUU Cipta Kerja disetujui, saya juga mau buka usaha baru.
Bidang minyak dan gas,” ujar Abu Kumkum.
“Usaha apaan Kum?”
“Jual minyak telon dan jamu tolak angina!”
Jokowi Dipaksa Jadi Super Hero
untuk Hadapi Covid-19
Sosial
media menjadi tempat misuh-misuh pada awalnya, namun pada akhirnya
menjadi tempat penggiringan opini bagi beberapa kalangan. Beberapa
politisi yang dulunya dari kubu Prabowo mulai bersuara sumbang mengenai
kebijakan yang diambil oleh Jokowi saat ini. Rizal Ramli misalkan
bersuara sangat lantang tentang kebijakan saat ini. Siapa sasarannya?
Jelas,
sasarannya Sri Mulyani. Dia masih berniat untuk menggeser Menteri
terbaik yang dimiliki oleh Jokowi. Rizal Ramli apakah seorang pakar?
Bagi saya sudah tidak lagi, dia sudah menjadi politisi namun tidak
berbaju partai. Gambaran jelasnya saat dirinya menjadi juru kampanye di
DKI Jakarta dan Prabowo. suara-suara sumbang dari kubu oposisi pun
menjadi sangat menguat saat ini. Belum lagi suara politisi yang tidak
dirangkul oleh Jokowi.
Contoh
lainnya adalah Yusril Ihza Mahendra yang mulai mengkritik Jokowi saat
ini. Menentang kebjikan yang diambil oleh Jokowi. Padahal, jauh sebelum
covid-19 ini dirinya terus mengagung-agungkan Jokowi. Alasannya apa?
Jelas, ingin masuk dalam struktur pemerintah Jokowi dalam waktu dekat.
Kouta pemerintah nampaknya sudah sangat penuh. Belum lagi kubu Prabowo
malah membawa keluarganya sendiri, dia tidak membawa kawannya yang lain.
Posisi Wakil Gubernur DKI Jakarta pun disikat oleh Gerindra.
Di
sisi lain, proyek pemerintah pun tidak jalan sedikit pun. Anggaran yang
dikeluar pun hanya untuk masyarakat yang terkena dampak. Mereka (para
politisi) yang hidup dari program dan proyek pemerintah mulai
kelimpungan menghadapi keadaan ini. Hasilnya, mereka semakin memberikan
suara sumbang kepada pemerintah. Klu-nya sangat jelas, apa yang
dilakukan oleh pemerintah salah. Mereka mulai menggiring untuk
tidak/jangan percaya kepada pemerintah. Sikap apatis pun mulai meracuni
masyarakat.
Keadaan
ini sangat jelas terjadi, mereka mulai menggiring generasi muda untuk
kecewa dan tidak percaya dengan pemerintah lagi. Keputusan stafsus
milenial yang diambil dianggap sangat fatal mempengaruhi kepercayaan
kalangan muda kepada pemerintah. Padahal, stafsus milenial ini sengaja
Jokowi tarik untuk menceritakan kerja-kerja pemerintah kepada generasi
muda. Bagaimana tidak, mereka yang ditarik sudah memiliki follower yang
cukup banyak. Ya, selain stafsus mereka sudah menjadi selebgram dengan
ratusan ribu follower.
Dalam
keadaan ini, para stafsus sebaiknya mampu menceritakan kerja-kerja atau
alasan yang diambil Jokowi di tengah pandemic. Kita sendiri juga tahu,
jika media massa sudah tidak bisa dipercaya lagi. Kecepatan menulis
berita hingga mengabaikan kebenaran fakta pun terjadi di semua media
massa. Belum lagi iklan atau eces sering mempengaruhi wartawan dalam
menulis fakta di lapangan.
Nampaknya
stafsus milenial gagal dalam bekerja untuk menerjemahkan alasan Jokowi
mengambil kebijakan. Masing-masing stafsus mulai membela diri. Pada
asisten stafsus pun tidak bekerja banyak di lapangan. Ini menjadi daftar
panjang gagalnya kerja stafsus milenial. Kita perlu berpikir, kenapa
Jokowi mengambil stafsus dari kalangan milenial?
Alasannya,
menjaga kepercayaan generasi muda kepada pemerintah serta mendukung
kerja-kerja yang dilakukan oleh pemerintah. Stafsus dari jaman Soekarno
pun sudah ada, lalu kenapa pada saat Jokowi memimpin lebih memilih
generasi milenial? perlu diketahui, pemilih anggaran muda pada saat
pilpres cukup banyak memilih Jokowi. Suara ini jika tidak dijaga mereka
akan menjadi pemilih golput. Serta mengurangi rasa kepercayaannya kepada
Jokowi.
Di
sosial media, suara sumbang Dhandy Laksono menjadi suara kebenaran dari
orang waras. Padahal, Dhandy sendiri sebagai wartawan seringkali
menghilangan sudut pandang wartawannya dalam memberikan argumentasi.
Misalkan pada saat lockdown atau tidak. Dhandy menjadi suara paling
keras menyuarakan lockdown di Jakarta.
Sayang,
argumentasinya timpang. Dia tidak melihat kacamata dari pemerintah
daerah yang memiliki kebijakan otonom. Ditambah Dhandy lupa dengan
anggaran yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia ketika seluruh
Indonesia lockdown. Dia melupakan jika Indonesia masih negara miskin
dengan anggaran masuk tidak terlalu untuk menanggung 280 juta jiwa
penduduk Indonesia.
Jokowi
seperti menanggung beban yang cukup banyak dalam covid-19 saat ini.
Pernahkah berpikir jika seluruh negara saat ini tidak ada yang bisa
menanggulangi pandemic ini? Pernahkah berpikir, jika hanya pada saat
Jokowi sejumlah infrastruktur kesehatan diperbaiki? Covid-19 menyerang
Indonesia dengan sejumlah ketidaksiapan di bidang kesehatan. Jumlah
dokter dan perawat yang masih minim. Jokowi dipaksa menjadi super hero
sedangkan negara adidaya yang lainnya keok menghadapi virus evolusi dari
sars ini. Kalian sungguh jahat!
Tugas Kita Bersatu Melawan Corona,
Bukan Melawan Pemerintah!
Pandemi
Covid-19 merupakan wabah yang tidak satupun kita sebelumnya menduga
bahwa wabah sekejam ini akan terjadi. Kejam memang, bahkan sangat-sangat
kejam. Kita sebagai masyarakat Indonesia tidak ada yang tidak turut
merasakan dampak yang ditimbulkan oleh si Corona.
Setidaknya ada dua dampak yang sangat menghantam tatanan kehidupan kita.
Di satu sisi kita takut bilamana nanti kita akan terinfeksi si Corona,
dan di sisi lain kita semua takut dengan situasi perekonomian yang
terancam krisis ini. Si kaya atau penguasaha-pengusaha besar terancam
gulung tikar, yang berimbas pada para buruh yang dirumahkan dan bahkan
jutaan sudah di Putus Hubungan Kerja (PHK).
Tapi
bagaimanapun kita harus sadar bahwa wabah yang sedang terjadi ini
adalah bencana nasional yang tidak satupun dari kita menginginkannya.
Maka ada baiknya supaya kita tidak menyalahkan pihak manapun dalam
situasi ini.
Miris
melihat kondisi negara saat ini. Di tengah situasi yang sedang
menghadapi bencana, ada saja kelompok atau pihak yang sibuk mencari
kesalahan pemerintah. Hal itu memang wajar sebagai dinamika berbangsa
dan bernegara.
Kalau
kita perhatikan kondisi bangsa saat ini, ada beberapa tipe sikap
masyarakat Indonesia dalam menghadapi wabah Covid-19 yang sedang
menyakiti dunia ini.
Yang pertama, sebagian masyarakat Indonesia sangat ketakutan ketika
wabah si Corona menyerang bumi pertiwi. Bahkan ada yang tidak lagi bisa
tidur nyeyak sejak dinyatakan bahwa ada kasus positif terinfeksi Corona
di Indonesia. Ketakutan memang jelas beralasan, sebab sebelum bangsa ini
terinfeksi, kita sudah melihat betapa ganasnya virus tersebut meluluh
lantakkan kota Wuhan dan kota-kota lainnya, dan beberapa negara lainnya.
Memang
selalu ada himbauan dari pihak berwenang bahwa tidak perlu terlalu
takut menghadapi Covid-19, sebab pasien yang sudah terinfeksi virus
Corona masih bisa disembuhkan, hal terpenting adalah tetap waspada dan
ikuti anjuran dari pemerintah. Namun himbauan tersebut rasanya tidak
cukup untuk menghibur sebagian besar masyarakat di negeri ini. Sebagian
kita berpikir bahwa bagaimana bisa kita tidak takut, sudah banyak di
media berita yang mempertontonkan para korban yang terinfeksi Covid-19
tidak mendapatkan perawatan sehingga banyak mayat yang harus tergeletak
di pinggiran jalan seperti yang diberitakan yang terjadi di Ekuador.
Lagipula,
ketakutan yang tidak kalah pentingnya mengguncang psikologi kita adalah
terjadinya krisis yang mengakibatkan banyak yang kehilangan pekerjaan.
Saya pikir inilah dampak yang paling menggoncang kita saat ini.
Yang
kedua, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang sepele terhadap si
Corona ini. Ada yang bahkan seperti tidak peduli dan merasa bahwa virus
Corona bukanlah ancaman. Orang-orang seperti inilah yang mengakibatkan
sulitnya pemutusan rantai penyebaran Covid-19. Disuruh tidak berkerumun,
eh malah ada yang sengaja mengadakan pesta, dihimbau untuk sementara
beribadah di rumah, tapi malah ada yang sengaja mengadakan kegiatan
ibadah yang mengumpulkan banyak orang, dengan dalih bahwa Tuhan tidak
kalah pada Corona.
Tapi
himbauan pemerintah untuk bekerja dari rumah memang sulit untuk
diterapkan. Sebab tidak semua perusahaan swasta maupun milik negara bisa
mempekerjakan pegawainya dari rumah. Hanya saja, seharusnya yang keluar
dari rumah adalah mereka yang terpaksa harus bekerja di luar rumah,
tapi kenyataannya begitu banyak yang tidak berkepentingan tetap keluar
dari rumah tanpa alasan yang jelas.
Yang
ketiga, ada kelompok yang oportunis, yang memanfaatkan situasi pandemi
ini untuk memenuhi hasrat pribadinya. Ada oknum yang memanfaatkan
situasi ini untuk meraih keuntungan, ada juga para politikus yang
diam-diam ingin supaya presiden saat ini bisa tumbang, mereka ingin
memuaskan hasrat politiknya.
Sebaiknya
marilah kita menyadari bahwa pandemi ini adalah duka kita semua. Jangan
menambah beban pemerintah karena keegoisan kita. Satu nyawa itu
sangatlah berharga. Betapa sedihnya mereka yang keluarganya meninggal
karena terinfeksi Covid-19, mereka tidak bisa melihat keluarga yang
dicintainya untuk terakhir kalinya. Kita sudah melihat dengan jelas,
betapa tidak berharganya jasad orang yang meninggal akibat pandemi ini.
Mari
jangan bebal. Selagi kita masih bisa di rumah marilah tetap di rumah.
Mari kita mengikuti protokol yang sudah diberlakukan oleh pemerintah
terkait pencegahan penyebaran Corona. Jangan sepele walau pandemi
Covid-19 belum terpapar di wilayah kita. Justru kita harus semakin
memperketat kedisiplinan kita dalam memutus Covid-19 walalu wilayah kita
belum terpapar.
Kita tidak bisa lupa bahwa pandemi ini menyebar di Indonesia karena
kurang disiplinnya pemerintah sejak awal dalam menghadapi pencegahan
penyebaran wabah ini, maka jangan sampai hal yang sama terjadi di semua
daerah di Indonesia. Namun pendapat ini tidak bisa menjadi alasan bagi
kita untuk menyalahkan pemerintah. Cara terbaik untuk kita saat ini
adalah mari bergandeng tangan untuk menghadapi wabah ini demi alasan
kemanusiaan.
Dan
menurut pendapat saya, sebaiknya pemerintah lebih serius lagi dalam
penyaluran bantuan sosial, karena kerja nyata dari pemerintah dalam
memberikan bantuan sangat ditunggu-tunggu oleh rakyat saat ini.
Empati Pejabat Negara Perangi Corona
Dengan Tidak Menerima THR
Badai
virus corona sepertinya akan melibas setiap sendi kehidupan di dunia
ini, hal ini termasuk juga di Indonesia. Berdasarkan update 14 April
2020 jumlah kasus positif di Indonesia telah mencapai 4.839 penderita
dengan jumlah yang meninggal 459 dan yang sembuh 426 orang.
Virus
corona juga menjungkalkan nilai rupiah terhadap dollar. Setelah sempat
berada dikisaran enam belas ribu per satu dollar namun hari ini rupiah
mengalami penguatan menjadi lima belas ribuan per satu dollar. Artinya
Indonesai melalui skema yang ditetapkan oleh Pemerintah mengalami
kemajuan dan tidak menimbulkan kepanikan ditengah masyarakat dalam
penanganan COVID 19.
Selalu
ada hikmah dalam suatu kejadian. Demikian jjuga selalu ada hikmah
dibalik serangan virus corona di Indonesia. Virus corona akhirnya
menyatukan seluruh pejabat pemerintah mulai dari Presiden, Wakil
Presiden, para Menteri, DPR, MPR, DPD, Kepala Daerah, pejabat negara
untuk tahun ini mereka secara sukarela bersepakat tidak mendapatkan THR.
Wakil
Ketua DPR Azis Syamsuddin sepakat atas kebijakan itu, menurutnya hal
tersebut dapat membantu ekonomi negara di masa pandemi corona. "Setuju
untuk membantu Pemerintah dalam situasi pandemi dan situasi ekonomi
sekarang," kata Azis saat dihubungi, Selasa (14/4/2020) malam.
"Ya
namanya dalam situasi prihatin seperti ini ya kita harus sama-sama
ngerti, sama-sama memahami keadaan bahwa dalam keadaan ini juga kan kita
merayakan hari raya secara sederhana, apapun itu mesti kita terima
termasuk kebijakan menteri hingga DPR tak dapat THR, menurut saya dalam
situasi yang tidak biasa ini harus kita terima dengan hati yang lapang,"
katanya.
Keputusan
itu diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. Presiden Joko Widodo
(Jokowi) sudah memberikan instruksi, ASN di eselon I dan II termasuk
seperti pejabat negara tidak akan mendapatkan THR tahun ini.
"Sekarang
ini di dalam proses melakukan revisi perpres sesuai dengan instruksi
Bapak Presiden, bahwa THR untuk seluruh pejabat negara dan eselon I
serta eselon II tidak dibayarkan," tuturnya dalam konferensi pers
virtual, Selasa (14/4/2020).
"THR,
untuk ASN, TNI, Polri, Bapak Presiden sudah memutuskan THR akan
dibayarkan untuk seluruh ASN TNI Polri yang posisinya adalah di bawah
atau dalam hal ini sampai dengan eselon III ke bawah," tuturnya.
Dia
juga memastikan bahwa pensiunan PNS juga akan tetap mendapatkan THR
tahun ini. Jumlahnya juga masih sama dengan tahun lalu.
"Karena pensiun adalah kelompok yang mungkin rentan juga. Jadi THR akan
dilakukan sesuai dengan siklusnya. Sekarang ini di dalam proses
melakukan revisi Perpres sesuai dengan instruksi Bapak Presiden,"
tutupnya.
Walaupun
terasa berat namun kebijakan yang dibuat oleh Presiden Jokowi dan
diikuti oleh Wakil Presiden, DPR, MPR, DPD, Menteri serta Kepala Daerah
perlu mendapat acungan jempol. Mereka masih mempunyai hati nurani untuk
bersatu membantu dalam pemberantasan virus corona di Indonesia.
Bersatunya
para pejabat negara seharusnya sudah bisa diikuti oleh seluruh lapisan
rakyat Indonesia. Bukan untuk tidak menerima THR atau Gaji namun bersatu
untuk serius dalam melakukan social distancing, physical distancing,
sering cuci tangan, menggunakan masker dan isolasi selama 14 hari untuk
memutus rantai penyebaran virus corona.
Pemerintah
tidak bisa berjalan sendiri, mereka harus didukung oleh seluruh lapisan
rakyat Indonesia. Mereka tidak akan mampu bekerja sendirian. Pemerintah
harus dibantu. Bantuan sekecil apapun akan berarti dalam memerangi
penyebaran virus corona.
THR
atau tunjangan hari raya adalah hak bagi setiap orang yang telah
bekerja sepanjang tahun. Namun sikap yang telah ditunjukkan para pejabat
Indonesia yang rela untuk tidak menerimanya membuat kita bangga akan
prilaku mereka.
Empati
dan optimis yang disebarkan oleh Pemerintah membuat keyakinan buat
seluruh bangsa Indonesia bahwa kita akan mampu melewati badai corona
ini. Bersama dan bersatu melawan corona.
Presiden
Jokowi terima karena karena berhasil mempersatukan seluruh elemen
pejabat negara untuk melawan dan memutus rantai penyebaran virus corona.
Ketegasan dan langkah-langkah efektif yang bapak ambil membuat seluruh
rakyat Indonesia semakin optimis bahwa kita seluruhnya bisa melewati
masa kelam ini.
Corona Dan Jiwa Manusia Berpacu
Kemarin
saya merenung di dalam komuter line sambil mengamati jarak satu orang
dengan yang lainnya. Dari arah Tigaraksa ke Tanah Abang sekitar pukul
14, suasana kereta sangat lenggang. Saya kebagian tempat duduk, meski
ada tanda silang atau pembatas agar jarak antar satu penumpang dengan
penumpang lain tetap terjaga.
Ini
adalah usaha yang baik dalam suasana pandemi ini, selain usaha-usaha
lainnya seperti menggunakan masker dan serta menjaga kebersihan,
termasuk meningkatkan imunitas tubuh.
Nah,
dalam renungan saya ini, saya menggambarkan bahwa imunitas tubuh bisa
lemah juga dipengaruhi oleh keadaan hati (jiwa). Hati atau jiwa sesuatu
yang ada tapi tak kasak mata. Benar kan?
Tidak
perlu mengejar gelar pendidikan yang sangat tinggi untuk tahu bahwa
diri itu ada. Semua orang merasakan dirinya ada. Hanya saja, kuasa Tuhan
atas ciptaannya ini multi dimensi. Ada raga dan jiwa. Jiwa pun
terbagi-bagi. Rasa, emphati, egois, kehendak dan sebagainya yang
termasuk hal-hal yang tak kasak mata. Ilmu jiwa ini bisa dibilang
komplek tapi sederhana.
Komuter
Line pun melaju dan berhenti di setiap stasiun. Renungan saya tetap
berlanjut mengingat-ngingat meski harus transit di stasiun Tanah Abang
menuju arah Stasiun Cakung.
Nah, komuter line arah ke Bekasi ini masih lumayan padat. Meski tak sepadat dengan hari-hari sebelum corona.
Tiba-tiba
saya teringat informasi bahwa daerah Bekasi pun jumlah positif covid-19
paling terbanyak. Beginilah respon otak atau pikiran saya akan
mengingat informasi yang pernah masuk dengan terpicu terlebih dahulu.
Komuter Line arah bekasi yang padat itu memicu kembali informasi yang
pernah saya baca.
Hal
seperti itu berlaku juga dengan tema atau kejadian yang lain. Yang
parah adalah traumatik. Artinya, ketika seseorang pernah menyaksikan
pembantaian di tempat ramai dan itu sudah berlangsung lama, sehingga
terpicu kembali pada saat berada di kerumunan, maka disinilah harus ada
upaya memulihkan, agar informasi yang kembali masuk tidak mempengaruhi
keadaan jiwanya atau jiwa mampu membedakan kenangan pahit dan masa kini
untuk lebih baik dan hidup berkualitas.
Kajian-kajian
jiwa yang sifatnya filsafat tasawuf atau irfani perlu dikemas secara
sederhana dan intensitasnya tinggi agar banyak orang yang bisa
menyelamatkan dirinya sendiri. Mungkin para ahli bisa berembug demi
kemajuan kualitas manusia.
Bisa
saja kalau hal ini terwujud, maka kerja-kerja para psikolog jadi
ringan. Atau para motivator bisa seiring dengan cita-cita besar dari
hidup ini, atau tujuan utama hidup ini bisa dikampanyekan sehingga
menerapkan keadilan dan keseimbangan yang sangat matang. Bukan sekedar
fulus jadi ukuran dan fasilitas bintang lima.
Perjalanan
saya pun akhirnya tiba di stasiun tujuan terakhir. Layanan Goride pada
aplikasi gojek tidak tersedia. Tapi kabar dari teman-teman Ojol bahwa
alhamdulillah mereka berkecukupan mendapatkan banyak bingkisan.
Bahkan
layanan gofood makin meningkat, meskipun pembagian sembako di DKI yang
kabarnya 600 rb, ternyata sembako yang mereka terima kalau ditotalkan
hanya kisaran 100 ribuan. Wallahualam.
Teman
Ojol ada juga yang bilang begini "Dengan corona ini, angkut barang ngk
berat. Kalau dulu dapat penumpang yang beratnya 100 kg, ampun deh ban
motorku. Angkut makanan tidak sampai 100 kilo"
Renungan
saya sambil berjalan kaki menuju tempat tujuan masih berlangsung dan
masih tema yang sama. Yaitu corona dan jiwa manusia.
Jadi,
jika ternyata saat itu ada orang yang mengalami stres berat karena ada
keinginan yang belum terwujud, misalnya harga saham anjlok(bagi pemain
saham), atau seseorang yang lagi mengejar cita-cita tapi belum
kesampaian, begitu virus corona masuk bisa bereaksi dengan cepat dan
mengalahkan anti virus dalam tubuh.
Anti virus dalam tubuh perlu update juga seiring suasana keadaan jiwa.
Tekanan
hidup setiap manusia berbeda-beda. Dan cara menyelesaikannya juga
berbeda-beda. Jadi betapa pentingnya ilmu dan kajian tentang jiwa untuk
terus mengupdate non fisik ini.
Tapi,
suasana pandemi ini malah makin menegangkan karena banyak media atau
pun informasi di sosial media yang justru membuat ketegangan dan heboh
luar biasa.
Meski dalam bentuk lucu-lucuan, tapi ada visual yang ditampakkan yang bisa memicu otak reptil manusia sehingga jadi tegang.
Ketika media sudah mengambil peran dalam membuat genting suasana jiwa, maka kegelisahan atau ketegangan massal pun terjadi.
Maka
mungkin saja, faktor itu juga yang menyebabkan anti virus dalam tubuh
setiap orang ada yang update ada yang ngak, sehingga ada yang sembuh dan
ada yang meninggal. Mungkin.
Sebab ada juga yang meninggal karena konflikasi berbagai penyakit.
Dan
adanya beberapa tenaga medis yang meninggal, jika melihat tekanan
pekerjaannya di garda depan dan berhubungan langsung dengan virus, maka
mungkin terkait dengan ini.
Bekerja seperti itu sangat besar tekanannya. Tenaga medis juga manusia. Pahlawan yang harus diapresiasi.
Hidup
itu penting, tapi mati tak bisa dihindari. Bagaimana pun kerasnya usaha
untuk bertahan hidup, bagaimana pun rakusnya suatu negara, toh akan
mati orang-orang yang menjabat itu.
Lalu untuk apa semua usaha ini? Kalau toh semuanya juga akan mati?
Kembali
pada renungan tadi, betapa pentingnya kajian tentang jiwa manusia ini.
Atau betapa pentingnya jiwa bagaimana cara merespon segala hal dalam
alam ini.
Who am i?
Celah Korupsi Tikus-Tikus Kampung,
Dari Alokasi, Transparansi Sasaran
Ketua
KPK Firli Bahuri boleh saja mengatakan bahwa korupsi dana bencana
seperti wabah corona ini, hukumannya adalah pidana mati. Tetapi, apakah
semua pemerintah di daerah mengindahkan ini semua? Takutkah mereka
dengan warning yang diberikan oleh KPK pada musim wabah sedang menghajar
negeri ini?
Sebagai
sebuah pernyataan, saya setuju jika KPK memberikan pesan yang sangat
vulgar kepada publik, khususnya kepada pemerintah. Bunyi hukumannya pun
menggidikkan bulu badan. Hukuman mati man!
Pertanyaannya,
apakah KPK dapat memantau tindakan korupsi yang terjadi dalam masa-masa
wabah ini? Instrumen apa yang dipergunakan oleh KPK untuk memastikan
sebuah pengelolaan anggaran bencana alam di sebuah kabupaten tidak
terindikasi korupsi? Bagaimana mekanisme KPK untuk melakukan ini semua,
jika, dalam kondisi normal saja banyak kasus dugaan korupsi yang terjadi
di kabupaten/kota pelosok, nyaris tak tersentuh?
Jika
Anda bertanya, mungkinkah ada orang yang memiliki niat yang sangat
jahat untuk mencuri dana kemanusiaan ditengah wabah begini? Pasti saya
akan menjawab, ya! Sangat mungkin. Lalu jika Anda bertanya lagi,
seberapa besar peluang mereka untuk melakukan tindakan manipulatif itu
pada saat begini? Jawabannya: sangat besar peluangnya.
Mari saya tunjukkan:
- Mengabaikan perintah kepala negara: Presiden Jokowi telah memerintahkan semua propinsi, kota dan kabupaten untuk memangkas anggaran yang tidak penting untuk penanganan pandemik corona ini. Apakah semua pemerintah melakukan perintah ini? Ya, tentu mereka akan melakukannya, namun dalam hal memangkas program-program yang tidak prioritas untuk dipergunakan bagi penanganan corona pun belum tentu semuanya patuh. Coba dicek, ada sejumlah daerah yang jalan terus dengan proyek-proyek yang sudah terlanjur mereka rencanakan pada APBD 2020, karena sudah komitmen dengan pihak ketiga untuk mengerjakannya pada tahun ini. Proyek harus tetap jalan karena sudah ada 'komitmen.'
- Alokasi dan penggunaan anggaran yang tidak transparan: Semua pemprov, pemkot dan pemkab berlomba-lomba mengumumkan berapa alokasi anggaran yang mereka sediakan untuk penanganan wabah corona ini. Pertanyaannya, apakah semua perencanaan, pengalokasian anggaran, pemanfaatan, ketepatan target semua ini diumumkan ke publik atas nama transparansi? KPK, ceklah di lapangan, bahkan hingga hari ini di sejumlah kabupaten, publik hanya mengetahui dalam takaran gelondongan dengan nomenklatur yang sangat luas dan tidak spesifik. Siapa yang dapat memastikan bahwa anggaran tersebut penggunaanya tepat sasaran?
- Pengadaan APD dengan APBD, nyaris tanpa pengawasan: Hingga hari ini, sejak pertama kali wabah ini diumumkan secara nasional dan presiden meminta semua kepala daerah untuk melakukan langkah-langlah pengamanan wilayahnya dari paparan corona, sejumlah RSUD di pelosok timur Indonesia, belum memiliki APD. Padahal, seluruh propinsi di Indonesia kita sudah mencatatkan namanya di papan skor pasien positif. Sudah hampir sebulan berjalan, pemerintah selalu berkelit bahwa APD sedang dipesan tanpa tahu, kapan barang itu tiba di daerah.
Jangan
hanya bicara soal lamanya proses pengadaan APD, coba tanyakan, dengan
mekanisme apa pengadaan itu dilakukan? Apakah ada kontraktornya? Berapa
pagu anggarannya? Detail APD apa saja yang akan diadakan? Apakah sesuai
standar Kementerian Kesehatan? Mengapa demikian lama dan berapa harga
per item produk yang dibeli? Apakah sesuai dengan harga pasar?
Lalu
mereka akan menjawab dengan jawaban klasik, "Adalah pihak ketiga yang
sudah mengakannya, semua sedang dalam proses, sebentar lagi juga akan
tiba, sampai lama begini karena Anda tahu, semua daerah membutuhkan
barang-barang itu sehingga kita harus antri untuk mendapatkannya.
Kondisi ini membuat harga produk-produk itu juga melonjak setiap hari,
jadi kit dimaklumi saja, dalam kondisi seperti ini.
Lebih
kurang, begitulah jawaban mereka. Nah, pertanyaannya, apakah semua ini
terpantau juga oleh KPK? Dalam kondisi seperti ini, sebagian orang tidak
lagi berpikir soal tanggungjawab kemanusiaan. "Mumpung semua sedang
fokus ke corona, pasti pengawasannya pun lumpuh, sehingga banyak hal
yang bisa dimaklumi," kira-kira begitulah yang ada di dalam obrolan
antara petinggi di daerah.
Saya
khawatir, pernyataan Ketua KPK soal hukuman mati diatas, mungkin hanya
dipandang sebelah mata oleh para pejabat di daerah. Dan masyarakat
menjadi kaum di lapis kedua, karena mungkin yang pertama dan utama
adalah memanfaatkan bencana ini sebaik mungkin. Apalagi bagi kepala
daerah yang akan maju lagi dalam pilkada berikutnya, boleh jadi ini
kesempatan yang paling tepat untuk menumpuk pundi-pundinya.
Bagaimana Pak KPK?
Tak Elok Berlindung di Balik "Nyawa" Warga DKI
Di
musim virus corona ini, gabener kita tampak sekali berusaha keras
menonjolkan sosoknya. Ketika wabah ini mulai meluas di seluruh dunia,
dan ketika itu di Indonesia belum ada berita tentang warga yang
terpapar, suasana nasional sudah menghangat.
Banyak
ekspresi rasa penasaran dan kecemasan di masyarakat yang menganggap
bahwa pemerintah belum melakukan langkah-langkah antisipasi. Dan seperti
diperkirakan sebelumnya suasana "gonjang-ganjing" ini disambar dengan
sumringah oleh kaum yang selalu mengintip kesempatan untuk berbuat
kisruh.
Ketika
pada akhirnya 2 Maret 2020, pemerintah mengumumkan secara resmi bahwa
ada dua warga Depok yang sudah positif tertular covid-19 setelah
berinteraksi atau kontak fisik dengan seorang warga asing (Jepang) yang
baru tiba di Jakarta, heboh pun meledak. Semua orang sibuk dan menuding
pemerintah.
Kesempatan ini dimanfaatkan betul oleh Gabener dengan narasi-narasi yang mengharu biru. Tampak sekali bahwa bliyow
sangat cemas dan peduli pada nasib warganya. Misalnya sebelum ada
pengumuman resmi pemerintah, doi menyebutkan bahwa di Jakarta sudah ada
beberapa orang yang dicurigai terpapar covid-19. Katanya, “selama satu
bulan lebih, di DKI ini ada 115 orang yang ada pemantauan, dan 32 pasien
yang dalam pengawasan."
Tapi statemen tersebut dibantah oleh Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. "Karena hasil semua PCR (polymerase chain reaction), detik ini semua negatif. Kalau negatif artinya apa? Memang ndak ada," ujar Terawan saat memberikan keterangan pers kepada media (1 Maret 2020).
Ketika
2 Maret 2010 pemerintah mengumumkan secara resmi tentang dua warga
Depok, Jawa Barat yang sudah positif covoid-19, Gabener dengan sigap
mengingatkan bahwa kondisi sudah genting virus corona.
Kota
Depok memang bertetangga langsung dengan wilayah DKI Jakarta.
Masyarakat kedua daerah ini saling berinteraksi selama 24 jam. Tapi
pernyataan yang dianggap sebagai sangat berlebihan ini mendapat kecaman
dari berbagai pihak. Sebab ucapan semacam itu malah membuat masyarakat
panik. Tapi peduli setan? Wong niatnya memang untuk itu kok.
Semenjak
itu jumlah kasus pun terangkat ke permukaan. DKI Jakarta sendiri sedari
awal mencatatkan jumlah terbanyak hingga kini. Gabener sendiri tampak
menikmati betul situasi ini dengan sering-sering tampil mengadakan
konferensi pers.
Dalam
acara bincang-bincang dengan Najwa (Rabu, 11 Maret 2020 malam), Gabener
dengan gagah mengatakan bahwa pihaknya sudah membuat simulasi terburuk
dari penyebaran covid-19 di Ibu Kota. Bahkan dengan pede dia
mengatakan jika dua minggu ke depan tidak ada langkah serius dari pusat,
akan muncul 6.000 kasus. Dia berlagak bak pahlawan corona, menyerang
pemerintah pusat.
Namun
siapa nyana, di balik langkah gagahnya di musim corona itu, ada banyak
cibiran dan tawa sinis dari masyarakat. Sebab kenapa ketika banjir
dahsyat melanda Jakarta pada Januari 2020, Wan Abas tidak banyak tampil
untuk memberikan solusi penanganan? Malah yang dilakukan jajarannya pada
saat-saat genting banjir itu adalah menebangi ratusan pohon di Monas
untuk lahan arena balap Formula E -- yang syukur saja sudah batal karena
memang tidak bermanfaat buat rakyat.
Tawa
masyarakat semakin lebar karena begitu memasuki bulan Maret 2020, di
mana ancaman banjir sudah mereda karena memang menjelang musim kering,
di beberapa titik terbentang spanduk ucapan terima kasih kepada Gabener
karena banjir sudah berhasil diusir dari DKI Jakarta. Tak lupa wajah Wan
Abas dengan senyum menyeringai terpampang pula di spanduk itu.
Hampir
dua bulan dilanda covid-19, seluruh wilayah RI sudah terpapar, dan DKI
tetap menjadi yang terparah. Akhirnya pemerintah pusat memberikan ijin
penerapan PSBB (pemisahan sosial berskala besar) untuk DKI Jakarta.
Kebijakan ini mulai berlaku sejak Jumat 10 April hingga 28 April 2020,
namun bisa saja diperpanjang lagi apabila situasi memaksa.
Semoga
saja tidak perlu diperpanjang, tetapi itu kan bergantung bagaimana
sekarang pemerintah daerah mengawal dan mengamankan kebijakan tersebut.
Kalau masih ada terjadi pelanggaran oleh warga, jangan menyalahkan pusat
lagi.
PSBB
memang pasti melahirkan dampak bagi banyak warga yang untuk sementara
tidak dapat mencari nafkah. Bahkan di DKI sendiri tercatat 1,2 juta
warga yang perlu mendapatkan dana bantuan sosial.
Lagi-lagi
Wan Abas dengan jitu memanfaatkan PSBB yang membuat banyak orang jadi
pengangguran ini. “Pekerjaan yang hilang insya Allah kita cari jalannya
cari pekerjaan, tapi saudara kita yang sudah dimakamkan tidak bisa
dikembalikan lagi,” tegasnya. Tapi, entah apa hubungannya? Lebih
menyentuh lagi ketika dia menyatakan bahwa melindungi nyawa warga lebih
penting dibandingkan menjaga kondisi ekonomi.
Mengaku
peduli nyawa warga tetapi membiarkan terjadi penumpukan warga, itu
jelas sesuatu yang sangat kontradiktif. Sok prihatin dengan kondisi
masyarakat, tetapi kok sukanya menyebar hoaks data palsu bahkan tega
menambah-nambahi jumlah orang mati, yang berpotensi menciptakan
keresahan di masyarakat? Dan kini menyebar narasi bahwa menyelamatkan
nyawa warga lebih penting dibanding ekonomi?
Inilah gaya ngeles
oknum yang sama sekali tidak memiliki kemampuan bekerja atau mencarikan
solusi. Bodoh kuadrat. Pemimpin yang bertanggung jawab dan
berintegritas harus melindungi nyawa orang, dan sekaligus juga menjaga
perekonomian supaya tetap berdenyut, sekalipun mungkin tidak terlalu
kencang. Sebab kalau perekonomian nanti ambruk yang terjadi adalah chaos
yang bahkan membuat nyawa lebih banyak hilang sia-sia.
Maka
janganlah sekali-kali berlindung di balik narasi melindungi nyawa
rakyat untuk menutupi ketidakmampuan bekerja dan mencarikan solusi yang
memenangkan semua pihak. Banjir Jakarta toh sudah menjadi indikasi kuat
apakah seseorang itu bisa menunaikan tanggung jawab, melakukan pekerjaan
besar yang menyangkut hajat hidup orang banyak? Jangan berlindung di
balik nyawa orang!
Menelusuri Jejak Digital Koordinator Pusat
Aliansi BEM SI Yang “Mengancam” Presiden Jokowi
Ada yang masih ingat dengan tulisan penulis tentang Ubedilah Badrun sekitar 2 minggu yang lalu?
Dalam
tulisan tersebut, penulis membahas jejak digital (katanya) seorang
Pengamat Politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang koar-koar
agar Jakarta lockdown padahal ujungnya minta duit triliunan
rupiah ke pemerintah pusat untuk Pemprov DKI Jakarta sekalian bisa
menutupi fakta bahwa kas daerah pemerintahan DKI Jakarta di bawah
kepemimpinan Anies Baswedan sudah menipis!
Bagi
yang ingin mengetahui jejak digital Ubedilah Badrun yang “anti”
terhadap Presiden Jokowi dan Ahok dan sekarang “menjelma” sebagai
pengamat politik dari UNJ, silahkan klik di https://seword.com/politik/ubedilah-badrun-dan-motif-jahat-dibalik-teriakan-dSlX1BmJmu
Lho, apa hubungannya dengan tulisan ini?
Ya, iyalah pasti ada hubungannya…
Setelah
rakyat tahu bahwa Ubedilah Badrun adalah orang yang “anti” terhadap
Presiden Jokowi dan Ahok maka rakyat Indonesia tidak akan percaya lagi
jika dia seorang pengamat politik independen! Wkwkwkwk
Dan
setelah “kedok” Ubedilah Badrun terbongkar, sekarang muncul anak
didikannya yaitu Ketua BEM Mahasiswa UNJ yang “mengancam” Presiden
Jokowi di tengah wabah virus Corona saat ini.
Tadi
penulis membaca di sebuah media nasional, jika Ketua Badan Eksekutif
Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) mengirim surat terbuka kepada
Presiden Jokowi.
Dalam
surat tersebut mereka menuntut pemerintah mengutamakan keselamatan
nyawa rakyat dalam setiap pengambilan kebijakan terkait penanganan
covid-19.
Surat yang ditandatangani oleh Koordinator Pusat Aliansi BEM seluruh Indonesia bernama Remy Hastian Putra Muhammad Puhi itu juga menyatakan mahasiwa akan bergerak bersama rakyat jika nyawa rakyat tak diutamakan dalam penanganan covid-19.
"Jika
keselamatan nyawa rakyat tidak diutamakan kami siap bergerak bersama
rakyat dan membersamai rakyat," tulis BEM seluruh Indonesia dalam surat
terbuka itu. Sumber.
Mereka
meminta pemerintah mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan
tenaga medis dengan sebaik-baiknya karena para tenaga medis merupakan
pasukan utama di garda terdepan dalam melawan covid-19.
Mereka
juga meminta Pemerintah mengeluarkan kebijakan yang lebih tegas dalam
menangani covid-19 karena menurut mereka Peraturan Pemerintah (PP) No.
21 Tahun 2020 kurang tegas dalam menangani covid-19. Mereka menilai
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang didasari PP No. 21 Tahun
2020 tak cukup untuk memutus mata rantai penularan covid-19 dari
Jabodetabek selaku episentrum covid-19 ke daerah lain.
Wah,
kesannya Koordinator Pusat Aliansi BEM seluruh Indonesia yang bernama
Remy Hastian Putra Muhammad Puhi sangat peduli dengan nasib petugas
medis dan rakyat kecil.
Tapi
benarkah dia “murni” peduli dengan petugas medis dan rakyat kecil di
masa wabah virus Corona saat ini atau dia hanya ”memanfaatkan” wabah
virus Corona ini sebagai ajang “pansos” sekaligus kesempatan untuk bisa
“nyinyir” lagi kepada pemerintahan Presiden Jokowi saat ini?
Jika
dia meminta pemerintah pusat untuk mempersiapkan segala kebutuhan yang
diperlukan tenaga medis dengan sebaik-baiknya karena para tenaga medis
merupakan pasukan utama di garda terdepan dalam melawan covid-19, selama
ini dia kemana saja?
Apakah
dia tidak tahu atau pura-pura tidak tahu jika pada bulan Maret lalu,
ada sebanyak 108 negara yang “rebutan” untuk mendapatkan Alat Pelindung
Diri (APD) dan alhamdulillah Indonesia mendapatkan 105 ribu APD yang
akan didistribusikan ke seluruh rumah sakit di Indonesia? Sumber
Apakah
dia tahu jika Korea Selatan memberikan bantuan kesehatan kepada
Indonesia untuk melawan virus Corona berupa alat tes virus Corona dan
APD? Sumber
Apakah dia tahu jika Konsorsium perusahaan di Korea Selatan mengirimkan hampir 1 juta APD ke pemerintah Indonesia melalui BNPB? Sumber
Apakah dia tahu hanya 3 negara yang menjadi prioritas ekspor alat tes virus Corona oleh Korea Selatan yaitu Indonesia, Uni Emirat Arab (UEA) dan Amerika Serikat? Sumber
Apakah
dia tidak tahu atau pura-pura tidak tahu jika pemerintah Indonesia
sudah menyediakan robot medis untuk melayani pasien virus Corona di
rumah sakit Pertamina Jaya? Sumber
Apakah
dia tidak tahu atau pura-pura tidak tahu jika pemerintah Indonesia
memiliki target untuk memproduksi 16.000 APD/hari untuk melindungi
tenaga medis? Sumber
Bahkan 50 UMKM di Indonesia siap memproduksi APD untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri! Sumber
Itulah sebagian contoh kecil apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah pusat (Presiden Jokowi) dari segi APD.
Belum
lagi pemerintah pusat sudah memberikan bantuan sebanyak rp 2,2 triliun
kepada Pemprov. DKI Jakarta agar Anies Baswedan bisa membantu 2 juta
orang warga DKI. Sumber
Jadi masih percaya "nyinyiran" Koordinator Pusat Aliansi BEM Seluruh Indonesia Remy Hastian Putra Muhammad Puhi tentang APD?
Lalu,
Remy Hastian Putra Muhammad Puhi meminta pemerintah pusat untuk
mengeluarkan kebijakan yang lebih tegas karena menurutnya PSSB itu
kurang efektif mencegah penyebaran covid-19 dari Jabodetabek ke daerah
lain?
Apakah ini artinya mahasiswa UNJ ini meminta Jakarta di lockdown agar “sesuai” dengan narasi dosennya yang sama-sama dari UNJ yaitu Ubedilah Badrun yang juga meminta Jakarta di lockdown tapi ujungnya minta pemerintah pusat memberikan uang triliuan rupiah kepada Pemprov. DKI Jakarta (Anies Baswedan)?
Ketika diberlakukan PSSB, muncul aksi vandalisme Anarko yang sengaja ingin membuat kerusuhan di Jawa Sumber apalagi jika dibuat lockdown
pasti rakyat akan mudah “diprovokasi” untuk melakukan aksi kerusuhan
yang dapat menimbulkan chaos dan ujungnya teriak ganti Presiden!
Lihatlah bagaimana kerusuhan (kekacauan) di India, Itali, Malaysia, Lebanon, Tunisia dan New York karena di lockdown!
Atau
inikah yang diinginkan oleh Remy Hastian Putra Muhammad Puhi yang
memang “anti” terhadap pemerintahan Presiden Jokowi selama ini?
Masalah
pencegahan virus Corona dari Jakarta dan sekitarnya ke daerah lain,
kenapa Remy Hastian Putra Muhammad Puhi tidak tanya ke Anies Baswedan?
Kenapa
pemerintah DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Anies Baswedan yang
memiliki APBD sebesar Rp 87,95 triliun hanya menganggarkan Rp 54 miliar
untuk menangani masalah virus Corona, lalu naik menjadi Rp 130 miliar
dan naik lagi menjadi Rp 3 triliun setelah mendapatkan suntikan dana
dari pemerintah pusat (Presiden Jokowi)???
Apakah
Remy Hastian Putra Muhammad Puhi pernah bertanya kenapa dana kas APBD
DKI Jakarta di bawah pemerintahan Anies Baswedan sekarang menipis karena
covid-19 ini?
Anies
Baswedan pernah mengatakan bahwa akhir tahun 2019 kita akan melihat
hasil naturalisasi, tapi faktanya Jakarta malah banjir 6 kali sejak
Januari-Februari 2020, begitu juga dalam kasus virus Corona ini. Anies
mengatakan bahwa dia sudah memantau kasus ini sejak Januari, tapi
“hasilnya” provinsi DKI Jakarta adalah yang terbanyak memiliki kasus
virus Corona di Indonesia!
Jadi
silahkan Remy Hastian Putra Muhammad Puhi bertanya langsung tentang
“klaim” Anies Baswedan tentang banjir dan kasus wabah virus Corona di
Jakarta!
Dan
yang lebih lucunya lagi, Remy Hastian Putra Muhammad Puhi mengatakan
siap bergerak lancarkan aksi jika pemerintah tidak serius dalam
mengatasi wabah virus Corona?
Maksudnya kalian mau demo di jalanan?
Di tengah wabah virus Corona saat ini, mau mengumpulkan orang untuk demo?
Kalian “waras”?
Jika
kalian berani melakukan aksi demo di Jakarta di tengah wabah virus
Corona, berarti kalian sendiri yang membuat wabah virus Corona ini
semakin bertambah lalu ujungnya salahin Presiden Jokowi lagi dan lagi?
Lalu, siapakah sebenarnya Koordinator Pusat Aliansi BEM seluruh Indonesia Remy Hastian Putra Muhammad Puhi ini?
Mari kita telusuri jejak digitalnya…
Remy Hastian Putra Muhammad Puhi memiliki situs gratisan blogspot seperti terlihat berikut ini:
Penulis
sudah mendapatkan alamat email, no HP dan no Wa nya berikut ini…
(penulis sensor dikit tetapi data aslinya sudah penulis simpan)
Lalu penulis membandingkan foto wa nya di atas dan ternyata sesuai dengan akun instagramnya yang beralamat di https://www.instagram.com/remyhastian/
Yuk kita lihat beberapa isi instragramnya…
Dari
postingannya berikut ini, dia mengatakan bahwa dirinya diberikan
kesempatan oleh @bimbelnurulfikri untuk membagikan sepenggal cerita
perjuangan anak SMK yang lugu ini dalam meraih kursi di PTN.
Hmmm, apakah ini artinya dia adalah salah satu alumni Bimbel Nurul Fikri?
Faktanya, Bimbel Nurul Fikri itu adalah salah satu "bisnis" milik orang PKS yang sudah penulis bahas lengkap dalam tulisan https://seword.com/politik/jaringan-bisnis-orang-pks-di-indonesia-masih-wcEeLkU5fD
Dari
postingannya yang lain, dia membagikan foto Monas dan disertai kalimat
yang berbunyi:
“Dan tempat ini telah menjadi sejarah 7 jt manusia berkumpul disini
untuk mengaumkan hukum Indonesia yang makin memanjakan antek asing dst”
Ternyata Koordinator Pusat Aliansi BEM seluruh Indonesia Remy Hastian Putra Muhammad Puhi adalah simpatisan aksi 212!
Seorang
Koordinator Pusat Aliansi BEM seluruh Indonesia sekaligus Ketua BEM UNJ
yang bernama Remy Hastian Putra Muhammad Puhi yang katanya intelektual
ternyata simpatisan 212 yang percaya ada 7 juta orang berkumpul di Monas
saat itu! WKwkwkwk
Simpatisan
aksi 212 yang kebetulan Koordinator Pusat Aliansi BEM seluruh Indonesia
“nyinyir” terhadap Presiden Jokowi terkait wabah virus Corona saat ini?
Wkwkwkwk
Ubedilah
Badrun, dosen di UNJ yang memang “anti” terhadap Presiden Jokowi dan
Ahok, namanya tenggelam setelah penulis buka kedoknya!
Dan
sekarang muncul simpatisan aksi 212, seorang Ketua BEM Mahasiswa UNJ
yang merupakan Koordinator Pusat Aliansi BEM seluruh Indonesia juga
“nyinyir” terhadap Presiden Jokowi…
Habis Ubedilah Badrun, terbitlah Remy Hastian Putra Muhammad Puhi, besok siapa lagi?
Jadi, masihkah rakyat Indonesia percaya jika Koordinator Pusat Aliansi BEM seluruh Indonesia bernama Remy Hastian Putra Muhammad Puhi yang merupakan “simpatisan” aksi 212 ini “murni” peduli terhadap rakyat dalam kasus virus Corona?
Atau dia “memanfaatkan” wabah virus Corona ini untuk “nyinyir” terhadap pemerintahan Presiden Jokowi?
Jika dia berani “nyinyir” terhadap Presiden Jokowi, kenapa dia tidak berani "nyinyir" terhadap Anies Baswedan?
Bukankah
Provinsi DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Anies Baswedan adalah
provinsi yang paling banyak memiliki kasus virus Corona di Indonesia?
Ssstttt,
Remy Hastian Putra Muhammad Puhi ini pernah menjadi Koordinator wilayah
BSJB dimana BEM SI ini pernah mengumpulkan uang dari rakyat dengan
tajuk BEM SI Peduli Neger, tetapi bantuannya lalu diserahkan ke lembaga
ACT seperti yang terlihat berikut ini:
Mengumpulkan uang dari rakyat dengan "dalih" BEM SI Peduli Negeri tapi disalurkan ke lembaga ACT?
Pasti
masih ada yang ingat dengan tulisan penulis sebelumnya tentang lembaga
ACT yang menurut media CNN India "membiayai" kerusuhan di India yang
penulis bahas dalam tulisan https://seword.com/politik/benarkah-lembaga-act-kepanasan-dengan-tulisan-fzGHAkkyPf
Bahkan
lembaga ACT ini juga pernah mengumpulkan dana dari rakyat Indonesia
dengan dalih peduli Suriah tetapi malah menggunakan simbol bendera
pemberontak Suriah yang didukung dan dibiayai oleh Amerika, Israel dan
sekutunya seperti yang sudah penulis bahas lengkap dalam tulisan https://seword.com/politik/membongkar-jejak-digital-lembaga-aksi-cepat-tanggap-act-dengan-pemberontak-suriah-uCT2U6zd8x
Akhir
kata, silahkan rakyat Indonesia menilai sendiri apa dan siapa
sebenarnya Koordinator Pusat Aliansi BEM Seluruh Indonesia sekaligus
Ketua BEM Mahasiswa UNJ yang bernama Remy Hastian Putra Muhammad Puji ini.
Wassalam,
Nafys
Tulisan sebelumnya https://seword.com/umum/simpatisan-erdogan-yang-rasis-dan-ingin-menebas-pG9MxGNDb6
Lebih Kenal dengan Orang China di Masa Corona
Pandemi
Covid-19 sedang melanda dunia. Sekitar 200 negara sudah disapa dan
diobrak-abrik oleh virus yang demikian sulit ditaklukkan ini. Ratusan
ribu orang sudah meninggal akibat berbagai komplikasi kesehatannya
setelah virus ini memasuki saluran pernafasannya. Entah akan berapa
banyak lagi korbannya…dan entah kapan bencana ini akan berujung.
Situasi
yang demikian sulit ini telah membuat aktivitas manusia di dunia,
termasuk di Indonesia, menurun drastis. Semua menahan diri untuk
meminimalisasi mobilitasnya dan lebih banyak tinggal di rumah. Semua
gentar. Bahkan para dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya – yang
harus jatuh-bangun melayani tanpa kenal waktu dan sangat merisikokan
dirinya – juga pasti selalu was-was kalau tertular.
Dalam
situasi yang sulit ini, kita mendapatkan peluang untuk lebih mengenal
satu sama lain, apalagi untuk negara sekompleks dan seberagam seperti
Indonesia Tanah Air kita ini. Ada baiknya kesempatan – dalam masa
demikian sulit ini – tidak kita lewatkan: Ayo kita lebih kenal dengan
orang China, khususnya yang ada di sekeliling kita.
Seperti
saya sampaikan dalam tulisan-tulisan saya sebelumnya, saya – dan kedua
orangtua saya – lahir dan bertumbuh di Indonesia. Kami keturunan China.
Dan tanpa banyak kata dan pesan, saya diberi kebebasan oleh mereka untuk
bergaul dengan siapa saja…dan menjadi warga dan bagian dari Indonesia.
Orang
keturunan China tidak homogen. Terlalu naif jika kita membayangkan
semua orang China itu sama: eksklusif, egois, tidak peduli terhadap
lingkungan di luar keluarganya, ateis, dan kaya-kaya.
Mereka
sangat beragam, baik latar belakang etnis, nilai-nilai hidup, cara
memandang kehidupan dan pergaulan, kondisi ekonominya…dan bahkan kuliner
yang disukai. Tidak semua orang China berkecukupan, apalagi kaya. Yang
kaya ada dan mungkin lumayan banyak – termasuk yang amat sangat kaya.
Tetapi, China yang miskin ya jauh lebih besar.
Kalau
Anda sempat jalan-jalan ke perkampungan dan desa-desa di Tangerang,
apalagi kalau ke desa-desa di Kalimantan Barat dan beberapa provinsi
lain, Anda dengan mudah akan melihat apa itu China miskin, bahkan amat
sangat miskin.
Tidak
heran, ribuan gadis muda dari pedalaman Kalimantan Barat bahkan
‘dijual’ oleh orangtuanya kepada pria-pria bujang lapuk dari Taiwan atau
negara lain dengan impian kondisi ekonomi mereka akan meningkat.
Ada
banyak yang impiannya tercapai. Dan ada banyak pula yang justru
‘ambyar’ harapannya karena putri-putrinya harus menjalani neraka
penderitaan di negara lain. Cukup banyak yang dikirim pulang karena
menderita gangguan jiwa akibat stres berkepanjangan.
Hari
ini ketika menuliskan ini, ada tiga hal yang hinggap dalam hidup saya
hingga mendorong saya untuk menuliskan ulasan ringan ini.
Pertama,
saya mendapat kiriman video – sepertinya di kampung kecil di Malaysia –
di mana ada seorang bapak bersama temannya yang sedang membagikan
sembako dan uang kepada sejumlah rumah secara ‘door-to-door’.
Bapak-bapak
ini tampak jelas adalah orang Melayu dan Muslim. Tetapi, tanpa ragu dan
dengan ramah mereka membagikan sembako dan dana bantuan kepada
nenek-nenek di kampung itu. Semua yang menerima usianya antara 60 lebih
hingga 90 tahunan. Dan semua keturunan China. Dan miskin.
Beberapa
nenek bahkan tinggal sendirian di rumahnya. Ada satu yang punya suami,
tetapi sudah diamputasi satu kakinya. Dari ekspresinya, mereka sangat
bersyukur atas bantuan yang diterima pada masa yang sangat sulit ini.
Saya pun ikut terharu.
Bahkan
ada seorang nenek yang sampai ‘pai-pai’ – salam hormat dengan
menyatukan jari-jari kedua tangan di depan wajah dan diayun-ayunkan
sedikit -- sambil memandang Bapak yang ada di hadapannya. Ini sebuah
ekspresi penghormatan yang biasa dilakukan di kalangan orang China
kepada orang yang dihormati.
Satu
lagi yang saya simak adalah ulasan Ade Armando tentang orang China.
Ade, sama seperti apa yang saya sedang coba lakukan, mengajak orang yang
menonton ulasannya di youtube untuk lebih mengenal orang China.
Ade
mengungkapkan bagaimana sejumlah pengusaha China mengumpulkan dana
untuk membantu menghadapi dampak Corona. Dana sebesar Rp 500 milyar pun
terkumpul dan disalurkan melalui Yayasan Tzu Chi. Dana ini digunakan
untuk memperlengkapi dokter, perawat, dan rumah-rumah sakit dalam
menolong korban Covid-19.
Dia
juga mencuplik potongan video bagaimana sejumlah masyarakat China
bergerak langsung membagikan makanan dan bantuan lain bagi pengemudi
ojol, pemulung, penjaja makanan keliling, tukang parkir dan orang miskin
yang lain.
Uluran
tangan ini mungkin ‘hanya’ membutuhkan dana beberapa juta saja dan
hanya puluhan orang yang merasakan manfaatnya. Tetapi, inisiatif
kemanusiaan semacam ini tetap harus dihargai. Gerakan berbagi yang
dilakukan berbagai pihak -- baik inisiatif individu maupun lembaga --
seperti ini bisa kita saksikan di mana-mana dan sangat meringankan beban
saudara-saudara kita yang membutuhkan dukungan.
Di
saat banyak orang memilih mengurung diri di rumah karena takut
tertular, mereka berani terjun ke pinggir-pinggir jalan untuk
meringankan kehidupan orang lain.
(Foto
ilustrasi menggambarkan seorang keturunan China sedang membagikan
sembako yang disumbangkan oleh warga gerejanya kepada pengemudi ojol di
pinggir jalan di daerah Tangerang Selatan).
Kabar
ketiga yang saya terima hari ini adalah kabar duka. Istri saya
mengabarkan bahwa satu lagi tante temannya meninggal dunia akibat
Corona. Berita ini membuat saya terhenyak. Teman istri saya ini
keturunan China dan seorang dokter. Tetapi, dia pun tak berdaya untuk
menolong tantenya.
Dan
kalau saya tuliskan kata ‘satu lagi’ di atas, itu berarti sudah ada
tantenya yang lain yang meninggal sebelumnya. Yang membuat saya sangat
trenyuh: tiga tantenya sudah meninggal dalam satu bulan terakhir akibat
Corona. Satu demi satu tantenya berpulang setelah dirawat intensif di
rumah sakit. Penguburan mereka pun diatur oleh petugas yang berwenang.
Tante yang ke-empat – yang semula diharapkan akan ‘survive’ – ternyata juga gagal melewati masa kritisnya.
Tak
terbayangkan kedukaan Mama teman kami ini yang kehilangan empat adiknya
dalam waktu hanya satu bulan saja, apalagi kedukaan keluarga-keluarga
ke-empat tante ini.
Orang
China rasanya nyaris tak ada bedanya dengan Anda semua yang mempunyai
latar belakang etnis, ras, agama, atau status sosial yang sangat
beragam. Kami juga sama rentannya dengan kita semua.
Dan
dalam masa sulit ini, saat ratusan pesan bersliweran di HP kita setiap
hari -- ketika kita sedang mengurung diri di rumah atau terpaksa harus
ke luar rumah untuk melayani orang lain serta memastikan ada makanan
terhidang untuk pasangan, anak-anak atau orangtua – kita bisa saling
mengenal lebih dekat.
Di
tengah berbagai perbedaan yang ada, kita ini sebenarnya nyaris tak ada
bedanya. Dan kita ini bersaudara karena kita Indonesia.
Dengan
kesadaran dan semangat kebersamaan, mari bergandengan tangan melewati
masa yang amat kelam ini. Kita memang rentan kalau berjalan sendiri,
tetapi dengan sehati bergerak bersama, kita pasti jauh lebih tangguh dan
pasti mampu melewati badai kehidupan ini.
Stafsus Milenial Bermasalah Sebaiknya Mundurlah,
daripada Dipecat Seperti Rizal Ramlli
Permasalahan
yang dihadapi oleh Presiden Jokowi saat ini, tidak hanya sekedar wabah
Corona saja, yang telah menyerang lebih dari 5 ribu masyarakat Indonesia
itu dan telah membuat 649 WNI meninggal dunia, tapi juga harus turut
merasakan dampak dari ulah Stafsus milineal-nya.
Bagaimana
tidak, bukannya menginisasi gerakan aksi galang dana untuk melawan
wabah Covind-19 itu, seperti yang dilakukan oleh Rachel Vennya, Atta
Halilintar, Didi Kempot, Maia Estianty, serta Raffi dan Gigi, dari
Stafsus milenial tersebut ada yang coba memanfaatkan wabah Corona ini
untuk perusahaannya terlibat dalam proyek negara.
Pertanyaannya, siapakah Stafsus Presiden yang coba cari kesempatan di dalam kesempatan itu?
Siapa lagi kalau bukan Andi Taufan Garuda Putra.
Awal
April 2020 lalu, si Andi ini mengirim surat ke seluruh camat yang ada
di Indonesia. Yang mana isinya, meminta para camat tersebut melibatkan
perusahan miliknya, PT Amartha Mikro Fintek dalam Program Relawan Desa
Lawan Covid-19, yang diinisiasi oleh Kementerian Desa.
Selain terindikasi kuat mengandung konflik interest, surat yang dilayangkan itu juga terdapat banyak kejanggalan, seperti:
Pertama, menggunakan kop Sekretariat Kabinet.
Kalau
dia Pramono Anung, bolehlah menggunakan kop surat tersebut, karena do'i
memang menjabat sebagai Sekretariat Kabinet saat ini.
Ini, baru juga jadi Stafsus, sudah berani-beraninya memakai kop surat milik Pramono Anung?
Bukankah
tugas Stafsus itu hanya membantu masukan saja, seperti merumuskan
konsep kartu pra kerja dan penanaman ideologi Pancasila serta memberikan
ide-ide kekinian dalam rangka mewujudkan program kerja pemerintah?
Itu saja.
Tidak lebih dari itu.
Tidak pula boleh berkirim surat ke camat manapun. Karena itu tugas Kemendagri.
-oOo-
Tidak pelak, si Andi pun langsung mendapat kritik yang tajam dari berbagai pihak.
Mulai
dari pendukung Jokowi, hingga pendukung Prabowo di Pilpres 2019 lalu,
turut serta berkomentar atas tindakan yang dilakukan oleh salah seorang
Stafsus milenial tersebut.
Ini komentar dari Dayat PKS
Dan ini kritik pedas dari eks Jubir Gusdur,
Bahkan,
eks Menpora yang selama ini identik dengan ‘Maling Panci’. Karena
memang pernah ketahuan menggondol perabotan rumah tangga milik negara,
Roy Suryo, turut berkomentar atas hal aneh yang dilakukan oleh Andi
Taufan itu.
Belum
juga selesai dengan kasus maladministrasi yang dilakukan oleh Andi
Taufan tersebut, ada lagi Stafsus milenial lain yang bikin masalah.
Kali ini adalah Gracia Billy Mambrasar.
Pasalnya, si Billy ini mengatakan, kedudukannya yang hanya sekedar Stafsus itu sama seperti seorang menteri. Kwkwkwk
Padahal
merujuk pada Perpres No. 29/ 2018 tentang perubahan kedua atas Perpres
No. 17/ 2012 tentang Utusan Khusus Presiden, Stafsus itu bertanggung
jawab secara administrasi kepada Sekretariat Presiden.
Hanya penugasannya saja yang langsung bertanggung jawab kepada presiden.
Pertanyaannya, bagaimana bisa seseorang yang bertanggung jawab kepada menteri, tapi posisinya setara dengan menteri tersebut?
Bukankah dalam hierarki birokrasi tidak seperti itu?
Karena, bertanggung jawab itu mestinya kepada atasan, bukan kepada si pemegang jabatan yang setara atau di bawahnya?
Koplak nih Billy.
Tidak pelak, Stafsus yang besar mulut itu langsung mendapat bully dari netizen.
Sebelumnya, si Billy ini juga sudah pernah bikin masalah lho.
Kala itu, pada November 2019, ia curhat di Medsos dengan menggunakan frasa ‘Kubu Sebelah’. Yang mana sebelumnya, ia sering di-bully oleh pendukung Prabowo.
Tidak pelak, frasa ‘Kubu Sebelah’ itu memancing para pendukung Prabo-San di Pilpres 2019 lalu untuk berkomentar.
Namun,
karena itu merupakan kesalahan pertama yang dibuat. Meskipun sudah
mendapat banyak kritik yang tajam dari netizen, Presiden Jokowi masih
memaafkannya.
Terbaru, Stafsus milenial yang menjadi sorotan adalah Belva Devara.
Lantaran, perusahaan yang dia dirikan ruangguru.com, disebut-sebut terlibat dalam proyek pelaksanaan kartu prakerja senilai triliunan rupiah.
Kasus ini, statusnya sama seperti kasus Andi Taufan, yakni sarat akan konflik kepentingan.
Nah,
karena orang-orang ini berada di ring-1 presiden, maka apa yang mereka
lakukan, baik atau buruknya akan berpengaruh langsung terhadap kinerja
presiden.
Kalau
yang dilakukan oleh Stafsus milenial ini sesuatu yang bermanfaat dan
sarat akan prestasi, tentu nama presiden juga akan harum.
Begitupun sebaliknya.
Nah, yang jadi pertanyaan di sini, prestasi apa saja yang telah mereka perbuat selama menjabat sebagai Stafsus presiden?
Dan apa saja yang telah mereka berikan untuk negara ini?
Nyaris tidak terdengar sama sekali.
Yang ada justru kontroversial dan kontroversial.
Sudah seperti Rizieq saja.
Padahal musuh-musuh presiden sedang mengintai lho. Terus mencari celah kapan waktunya sang presiden berbuat salah.
Dan
tidak menutup kemungkinan Stafsus milenial ini yang akan dijadikan
sebagai batu loncatan oleh mereka untuk mengkudeta presiden.
Karena sudah terbukti, dari banyaknya yang mereka produksi dan mengarah ke situ.
Berikut diantaranya.
Untuk
itu, daripada para Stafsus milenial yang bermasalah ini terus-terusan
membebani presiden dan menggannggu konsentrasi presiden dalam bekerja,
lebih baik mundur saja.
Sebelum dipecat seperti Rizal Ramlli.
Karena kalau mengundurkan diri, minimal akan lebih terhormat dari eks Menko Maritim yang juga tukang nyinyir itu.
Sumber :
Trump Hentikan Dana WHO,
Saatnya China Geser Amerika?
Tak
bisa dipungkiri bahwa peran sental WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia
itu sangat penting saat-saat ini. Apalagi situasi pandemik corona
membutuhkan kesamaan informasi dan kesamaan visi untuk bisa segera
keluar dari pandemik yang mengerikan ini.
Total
hari ni, saja berdasakan worldmeter.info (15/4/2020), mencapai angka 2
jutaan lebih. Dengan total kasus yang masih aktif sekitar 1,4 jutaan.
Artinya dengan semakin banyaknya pertambahan orang-orang yang terkena
pandemik ini, maka peran WHO akan sangat penting di dalam membantu
penyelesaian virus covid 19 ini. Yang hingga sekarang belum ditemukannya
vaksin yang bisa betul-betul mematikan regenerasi virus ini di dalam
tubuh manusia.
Tugas-tugas
riset dan penelitian akan terus dikejar dan diupayakan, baik oleh WHO
maupun oleh banyak negara-negara, supaya bisa segera menemukan vaksin
covid-19 tersebut. Tapi saat-saat Presiden Amerika, Donald Trump,
seperti yang dilansir oleh CNBCIndonesia.com
(15/4/2020), memutuskan untuk segera menghentikan bantuan donasi mereka
bagi WHO, tentu merupakan ancaman tersendiri, terutamanya di bidang
keuangan yang akan kian memberatkan tugas-tugas WHO di dalam
melaksanakan misi kemanusiaan mereka.
Meskipun
memang ada kesalahan yang telah dilakukan oleh WHO di dalam penyampaian
info-info akurat di awal-awal kepada Amerika sendiri, hingga membuat
Trump agak kesal dan marah kepada Organisasi Kesehatan Dunia tersebut.
Tapi keputusannya tersebut akan membuat banyak umat manusia di dunia
dipertaruhkan?
Memang
penting untuk mengevaluasi besar-besaran tentang kinerja WHO itu
sendiri, tapi timing-nya atau waktu sangat tidak tepat jika dilakukan
sekarang. Jika sudah selesai masalah pandemik covid-19 ini, tentu akan
sangat baik sekali.
Perihal
penolakan tersebut bukan hanya disampaikan oleh banyak negara-negara
lain yang merasa khawatir, tapi juga oleh masyarakat Amerika sendiri-pun
mengecam keras akan keputusan presiden-nya itu. Dimana Trump segera
memutuskan sementara waktu bantuan tersebut dari 60-90 hari ke depan,
dan akan mengevaluasi kinerja WHO itu sendiri.
Bahkan
China-pun sempat menyatakan bahwa mereka khawatir tentang aksi dari
Amerika ini. Hal tersebut disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri
China, Zhao Lijian saat melakukan konferensi pers. Meminta supaya
Amerika tetap menyokong dan menyuplai kebutuhan WHO di dalam
menyelesaikan krisis kemanusiaan yang timbul saat ini. Tetap
bertanggungjawab dan menyelesaikan kewajibannya bagi 200 negara yang
terdampak karena covid 19 ini.
Tapi
menurut penulis, rasa khawatir China yang disampaikan oleh sang
Kemenlu, boleh dibilang sebuah peringatan yang tajam kepada Amerika.
Istilahnya masih memberikan kesempatan bagi Amerika, bahwa peran Amerika
masih dibutuhkan oleh dunia. Khususnya lewat WHO supaya Amerika fokus
kepada tanggungjawabnya.
Sebab
jangan sampai dominasi bantuan hanya dilakukan oleh China. Sebab bukan
tidak mungkin China ambil peran sentralnya di dalam memberikan triliunan
dolar bagi negara-negara yang membutuhkan. China ambil alih seluruhnya
tentang hajat hidup orang banyak lewat organisasi-organisasi dunia demi
kepentingan dunia dan rasa kebersamaan yang besar.
Persoalan-persoalan
teknologi Amerika, China-pun sudah mulai membuat versi tandingannya,
mulai dari Facebook, dan lainnya. Artinya China siap mengganti peran
sentral Amerika bagi dunia, dan China-pun mampu melakukan itu semua.
Sebab memang kekuatan kapital yang dimiliki oleh China saat ini
sangatlah besar. Membiarkan Amerika berjalan sendiri, memenuhi ambisi
pribadi sang presidennya sendiri. Amerika hidup demi kepentingan
warganya semata, tanpa peduli bahwa banyak negara-negara tergantung
padanya.
Hidup
demikian memang sangat tidak asik, mementingkan diri sendiri, tanpa
peduli orang lain.Mementingkan negaranya semata tanpa peduli negara
lain. Padahal dimanapun kita pasti membutuhkan orang lain untuk bisa
bersama-sama menyelesaikan banyak hal. Juga permasalahan satu negara
bisa selesai dengan pertolongan dan kerjasama dengan negara lain.
Menyalahkan
WHO yang karena kurang sigap memberikan updata tentang covid-19.
Padahal segala keputusan sentral sejak dari awal ada di tangannya. Dia
pasti juga mempunyai ratusan ribu peneliti, kampus-kampus raksasa,
bahkan intelijen yang sangant mumpuni, tapi kenapa tidak memanfaatkan
itu semua sebelum akhirnya memilih untuk bersikap sepele dan akhirnya
sekarang melihat banyak jatuh korban saat ini di negaranya?
Artinya
dengan ini semua, semoga Trump tidak sembarangan dalam mengeluarkan
kebijakan-kebijakannya yang sangat tumpang tindih. Seolah-olah ingin
memperjuangkan Amerika sendiri, padahal Amerika-pun bisa dipastikan
tidak bisa berdiri sendiri dengan segala kekuatan maupun kapital yang
telah mereka miliki sekarang.
Kemudian
peran sentral Amerika-pun sebenarnya bisa diambil oleh China, tapi
China mengerti tak baik untuk berdiri dipuncak sendirian. Butuh
kolaborasi dan kerjasama yang sangat baik dari seluruh pihak untuk bisa
menyelesaikan masalah-masalah bersama di dunia ini.
sumber gambar : genpi.co
Re-post by MigoBerita / Kamis/16042020/11.13Wita/Bjm
3 komentar
komentar saya!!! kita semua sudah menjadi buta dan bodoh saling menyalahkan satu dengan yg lainnya,negara a menyalahkan negara b sedangkan kita melupakan bagian Terbesar yaitu Tuhan yg menciptakan kita dan dunia ini dgn segala isinya maka Tuhan mengambilc kembali kepintaran kita naka tinggallah kebodohan yg ada pada kita semua akhirnya kita semua saling menyalahkan satu sama lain yg sebenarnya di saat pandemi seperti ini yg menyerang seluruh dunia, ini iman kita sedang di uji dan bagai mana kita harus lebih berdoa danlebih beriman kepada Tuhan seperti Tuhan melenyapkan dajal2 dari muka bumi ini tanpa obat obatan atau kepintaran manusia sedikitpun beriman kepada Tuhan dan minta kepada Tuhan agar covid ini Tuhan lenyapkan dari muka bumi ini malah orang berdoa dilarang/dibatasi itu pertanda kesombongan/arogan manusia/pemerintah dan dunia lebih pintar dari Tuhan dan lebih mengandalkan kepintaran2 manusia maka Tuuuuhan akan melenyapkan kita semua dari muka bumi ini kalau kita tidak beriman kepadanya dan saya berani bertaruh nyawa hanya dengan doa dan berkeyakinan pada Tuhan yg menciptakan langit bumi ini dan mengkonsumsi obat2 herbal dari tumbuhan atau binatang yang di ciptakan oleh Tuhan sendiri maka virus/racun atau penyakit apapun akan sembuh dan tubuh kita akan sehat walafiat
kalau benar corona ini mewabah dan di takuti saya mau menjadi pahlawan corona untuk dunia dengan mau menjadi kelinci percobaan di saat orang mati karena corona ijin kan saya untuk membantu mengangkat dan menguburkan tanpa memakai alat kelengkapan pelindung supaya setelah di kuburkan saya terkena corona atau tidak dan kalau benar saya terkena corona dan meninggal benar corona adalah virus yg sangat ganas tapi kalau saya tidak mati atau terjangkit maka corona tidak pernah ada dan tidak perlu di kuatirkan yang membuat ketakutan dan kerugian terbesar di muka bumi ciptaan Tuhan ini
tolong publikasikan ke semua media ,aku mau buktikan dan menjadi duta dan sekaligus menjadi kelinci percobaan untuk kebenaran virus corona yg menggila ini boos ku aku sangat2 bersedia mati sekaranng dan besok sama saja, mat dengan sakit dan mati dengan ada sehat2,atau yang lainnya tetap saja namanya mati