Migo Berita - Banjarmasin - Kenapa Isu PKI selalu dihembuskan bulan September, bahkan sebelum bulan Sakral ini !!??!! Kita bangsa Indonesia mayoritas SEPAKAT bahwa PKI (Partai Komunis Indonesia) adalah organisasi terlarang dan tidak boleh diikuti ideologinya oleh bangsa ini, hampir sama dengan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) dan FPI (Front Pembela Islam) yang akhirnya menjadi organisasi terlarang dan dibubarkan pemerintah. Agar tidak gagal paham, baca hingga tuntas kumpulan artikel yang kita sajikan. (pic dari google image)
BEM SI, MAKI dan PKS Kompak Tuntut Jokowi Angkat Pecatan KPK, Ada Apa?
Pertengahan September ini kita dikejutkan dengan berita adanya kantor tandingan dari para pegawai KPK yang tak lulus tes TWK. Entah memang urat malunya sudah putus atau bagaimana sehingga mereka terus mengemis diangkat meski sudah mau dibuang. Padahal dulu geng Novel yang paling terdepan mengkritik Jokowi. Mulai dari tuduhan tak becus menuntaskan kasus penyiraman air keras, mengubah UU KPK hingga pengangkatan Firli Bahuri. Di mata Novel dkk, tak ada yang baik dari seorang Jokowi. Lantas mengapa kini mereka kelojotan dan terus menuntut belas kasih Jokowi? Adakah sesuatu yang ingin ditutupi?
Dari menekan dewas KPK, memframing busuk lewat media tempo dan ICW hingga mendesak agar Firli dipecat sudah dilakukan. Hasilnya seperti yang kita duga, NIHIL. Hingga akhirnya pengerahan massa ke jalan menjadi jalan satu-satunya. Mulai dari BEM SI, PKS dan MAKI mulai bersuara lantang jelang pemberhentian Novel dkk.
Seperti dilansir suara.com, Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa atau BEM se-Indonesia bersama Gerakan Selamatkan KPK (Gasak) meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk segera bersikap dan mengangkat 56 pegawai KPK yang tidak lulus Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) menjadi ASN.
"Kami aliansi BEM seluruh Indonesia dan Gasak memberikan ultimatum kepada Presiden Jokowi untuk berpihak dan mengangkat 56 pegawai KPK menjadi ASN dalam waktu 3x24 jam tercatat sejak hari ini 23 September 2021," isi keterangan surat yang diterima Kamis (23/9/2021).
"Jika bapak masih saja diam tidak bergeming. Maka kami bersama elemen rakyat akan turun ke jalan menyampaikan aspirasi yang rasional untuk bapak realisasikan," sambungnya.
Serupa dengan BEM SI, Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI), Boyamin Saiman juga mendesak Presiden Joko Widodo untuk segera bertindak untuk menyelamatkan 57 pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi yang akan didepak pada 30 September nanti.
57 pegawai KPK itu akan didepak karena dinyatakan tidak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK) saat proses alih status menjadi ASN.
“Ingat bahwa memang ini tugasnya beliau (Jokowi), wewenang beliau, moral delegasinya beliau, satu-satunya itu, tidak ada cara lain, demonstrasi pun tidak ada gunanya, jadi proses hukum pun tidak ada gunanya, jadi harus keputusan Presiden," kata Boyamin di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (21/9/2021).
Boyamin pun menyinggung sikap Jokowi yang cepat merespons aksi unjuk rasa yang dilakukan Suroto, seorang peternak ayam petelur asal Blitar, yang mengeluhkan harga pakan ternaknya. Pasca peristiwa itu, Jokowi langsung mengundangnya ke Istana Negara untuk mendengarkan aspirasinya.
"Loh ini kan,telur ayam yang di Blitar saja diurusi, Atta Halilintar saja diurusi berkaitan dengan musik diundang ke istana, nah ini sama-sama pentingnya. Enggak usah ngomong enggak penting loh ya, telur penting juga, maka presiden juga harus urusi TWK," ungkapnya.
Terakhir ada kader PKS yang juga satu suara dengan MAKI dan BEM SI. Mardani Ali Sera, Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), menyindir peran Presiden Joko Widodo dalam penuntasan masalah pegawai KPK yang tak lolos Tes Wawasan Kebangsaan (TWK). Ia mengaku miris melihat peran Jokowi kekinian.
Sebelumnya, Jokowi sempat menanggapi soal kisruh pemecatan 56 pegawai KPK yang tak lolos TWK KPK. Jokowi menyebut tidak ingin semuanya dibebankan kepada seorang presiden.
"Miris, padahal UU KPK yang baru menyebut, lembaga ini dirumpun eksekutif," kata Mardani kepada wartawan, Selasa (21/9/2021).
Ia menilai, kemungkinan Jokowi melakukan pembiaran lantaran tidak mampu menuntaskan masalah tersebut. Selain itu, kata dia, ada kemungkinan juga Jokowi tidak ingin melakukan penyelesaiannya sendiri.
Hampir bertepatan dengan pernyataan tiga geng pembuat onar ini, ternyata ada berita mengenai pemanggilan Anies oleh KPK. Seperti pemberitaan tempo Selasa lalu. Anies Baswedan mendatangi KPK terkait kasus korupsi di salah satu proyek unggulannya.
Dalam perkara ini, KPK menetapkan empat tersangka, yakni Direktur Utama Perusahaan Daerah Pembangunan atau PD Sarana Jaya, Yoory C. Pinontoan; Direktur PT Adonara Propertindo, Tommy Adrian; Wakil Direktur PT Adonara, Anja Runtuwene; dan Rudy Hartono.
Ini makanya para kroni Novel dan Anies terus menerus bersuara keras ingin Novel CS dipertahankan. Karena bisa jadi Anies yang awalnya dipanggil sebagai saksi akan berubah jadi tersangka suatu ketika. Maka sebelum itu terjadi, Jokowi didesak mengangkat Novel CS kembali ke KPK. Tapi, sekuat apapum mereka berteriak, kalau sudah jalannya Anies nyungsep lantan mau apa. Mungkin terplesetnya ia ke got beberapa waktu lalu jadi tanda sial dirinya. Jadi, lebih baik waktu saja yang menentukan nasib Anies. Ketimbang membuang tenaga dengan membuat keributan. Jangan ganggu Jokowi bekerja, karena ia pemimpin jujur yang tak perlu diback up gila-gilaan seperti Anies dan Novel.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/bem-si-maki-dan-pks-kompak-tuntut-jokowi-angkat-uujCodmaCA
PA212 & MUI Mati Kutu “Digulung” Letjen Dudung!
Ketika masih menjabat sebagai Pangdam Jaya, tahun lalu, nama Dudung Abdurachman mendadak tenar dan dipuji banyak warga masyarakat. Pasalnya, Dudung tanpa basa basi menurunkan baliho-baliho Rizieq Shihab, imam besarnya FPI, yang tersebar di berbagai lokasi di Ibu Kota. Suatu hal yang mengagetkan dan memberikan pencerahan. Mengagetkan, karena kita semua mungkin sudah muak melihat baliho-baliho itu. Memuja muji, “mendewakan” dan meninggikan Rizieq. Padahal statusnya kembali lagi jadi tersangka kasus chat porno. Sampai media luar negeri pun menyebutnya sebagai ex porn fugitive, mantan buronan kasus porno. Terungkap pula bahwa baliho itu tidak berizin, namun jajaran Pemprov DKI tidak juga berhasil menertibkannya. Menambah kesan seakan Rizieq ini gak ada lawan.
Namun, begitu Dudung turun tangan. Tak ada satu pun perlawanan dari FPI sebagai pihak yang memasang baliho. Mereka hanya terdiam. Bingung mau ngapain. Mau melawan bagaimana? Sampai baliho Rizieq robek-robek ketika diturunkan pun, mereka hanya bisa melihat dengan pasrah. Sebuah pencerahan bagi masyarakat. Untuk tidak lagi takut terhadap kekuatan FPI yang katanya pernah menggerakkan 7 juta umat. Kekuatan itu tidak ada lagi sisanya.
Saya pernah menulis, bahwa pasca penurunan baliho Rizieq, Dudung menjadi target pembunuhan karakter. Namanya hendak didiskreditkan, oleh media yang terlihat mendukung FPI. Yakni ketika Mayjen Dudung diangkat jadi Pangkostrad. Sementara media lain menyebut hal itu sebagai promosi. Satu media ini hanya menyebutnya sebagai mutasi, dengan embel-embel galaknya Dudung terhadap FPI.
Tentu saja, sentilan macam ini tidak ada efeknya sama sekali. Mungkin karena modalnya juga nggak gede, sehingga tidak bisa “mengatur” banyak media hehehe… Namun, ini sudah jadi indikasi, bahwa Dudung yang sekarang berpangkat Letjen, sudah jadi target untuk didiskreditkan. Tinggal menunggu momen atau celah tertentu yang bisa dimanfaatkan oleh gerombolan kadrun ini.
Momen yang diyakini sebagai celah itu pun datang. Ketika Letjen Dudung memberikan pengarahan kepada para prajurit TNI. Saat itu Letjen Dudung melakukan kunjungan ke Batalyon Zipur 9 Kostrad, di Bandung, Jawa Barat. Letjen Dudung mengingatkan agar para prajurit TNI menghindari sikap fanatik yang berlebihan dan bijak dalam menerima informasi yang beredar di media sosial. “Bijaklah dalam bermain media sosial sesuai dengan aturan yang berlaku bagi prajurit. Hindari fanatik yang berlebihan terhadap suatu agama. Karena semua agama itu benar di mata Tuhan”, demikian perkataan Letjen Dudung Sumber.
Ada yang salah dengan perkataan Letjen Dudung? Kata saya sih perkataan itu merupakan sebuah nasehat yang bijak. Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas pun menegaskan dukungannya terhadap pernyataan Letjen Dudung. Bahwa semua yang berlebihan itu memang tidak baik. Menteri Yaqut juga mengamini pernyataan Dudung soal semua agama benar di mata Tuhan. Para pemeluk suatu agama pasti menganggap agamanya benar di hadapan Tuhan Sumber.
Sebenarnya, kalau mau cermat, bijak dan dewasa, dukungan Menteri Agama terhadap Letjen Dudung sudah memberikan kode keras. Bahwa pernyataan Dudung itu tidak bakal bisa dipakai sebagai celah untuk mendiskreditkan Dudung dan memprovokasi publik. Namun, namanya orang yang mungkin sudah punya dendam, ataupun memang punya tujuan buruk untuk menenggelamkan Dudung. Tetap saja, akhirnya pernyataan Dudung dijadikan polemik. Oleh siapa lagi kalau bukan kubu Rizieq, PA 212 dan MUI, di antaranya. Mereka ini yang paling vokal suaranya menyerang Dudung.
Pengacara Rizieq, Aziz Yanuar, dengan keras sok menggertak. Dia menantang Dudung untuk menikahkan anaknya dengan cara agama lain. Juga menantang apakah Dudung berani bikin perjanjian, jika ada keluarganya yang wafat, lalu dikuburkan dengan ajaran agama lain Sumber. Berasa pemegang kunci surga sih ya, hehehe… Menurut Ketua PA 212 Aminudin, Dudung harus lebih mengerti apa yang harus dibicarakan sebelum memberi pernyataan. Dia pun meyuruh Letjen Dudung banyak baca lagi Sumber. Seakan Pangkostrad adalah orang bodoh yang tidak tahu apa-apa.
Kemudian menurut Ketua Umum PA 212 Slamet Maarif, pernyataan Dudung itu sudah melampaui batas dan wewenang sebagai Pangkostrad sehingga bisa memecah belah umat Islam dan TNI. Dia pun menyebutnya sebagai racun Sumber. Sementara itu, Novel Bamukmin menyebut Dudung salah kaprah dan sengaja membuat kegaduhan Sumber.
Ada beberapa suara datang dari MUI. Ketua MUI Sumatera Barat mempertanyakan tuhannya siapa yang dimaksud. Dia memastikan bahwa itu bukan Tuhan kaum muslimin Sumber. Petinggi MUI lain, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI KH Muhuidding Junaidi menyebut pernyataan Dudung itu sesat dan menyesatkan. Dudung diminta menarik kembali pernyataannya dan meminta maaf kepada publik karena sudah menimbulkan kegaduhan Sumber. Waketum MUI, Anwar Abbas, menyebut pernyataan Dudung mengandung kontroversi, salah dan sesat Sumber.
Letjen Dudung pun sempat menyampaikan klarifikasi atas pernyataannya itu. Menjelaskan konteks perkataannya. Bahwa dia itu adalah Panglima Kostrad, bukan ulama. Dia memiliki prajurit yang berasal dari berbagai pemeluk agama. Dia tidak mau anak buahnya sampai terpengaruh dengan pihak luar di dalam beribadah. Agar tidak menimbulkan fanatisme yang berlebihan Sumber. Sebuah klarifikasi yang sebenarnya sudah jelas sejak awal. Tanpa perlu dijelaskan pun, harusnya mereka yang punya ilmu agama memahami konteksnya. Toh Menteri Agama sudah mendukung Letjen Dudung kan.
Jadi bisa disimpulkan bahwa kegaduhan yang disebut MUI maupun PA 212 sengaja diciptakan oleh mereka sendiri. Mereka lah yang sengaja ribut menyerang Dudung. Apakah keributan itu akhirnya berhasil menggerakkan jutaan umat untuk ikut menyerang Dudung? Ternyata tidak sama sekali. Bahkan Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah MUI, Cholil Nafis mengeluarkan reaksi yang kalem. Sampai disebut media sebagai pembelaan terhadap Dudung Sumber. Cholil menyebut pernyataan Dudung itu menurut Pancasila untuk hidup bersama di Indonesia. Walaupun Cholil sedikit memberikan koreksi bahwa toleransi itu memaklumi, bukan menyamakan. Namun, tidak ada kata-kata jelek dilontarkan ke arah Letjen Dudung. Tidak ada pula tudingan bahwa Dudung bikin gaduh dan disuruh meminta maaf.
Bagi saya, ini sebuah sinyal yang “mengakui” bahwa Dudung sudah berhasil menggulung para kadrun. Bikin yang ribut-ribut itu sekedar angin lalu, yang berisik ketika lewat. Namun sesudah itu tidak ada lagi bekasnya. Klarifikasi disampaikan Letjen Dudung dengan santuy dan telak. Tanpa bisa diserang lagi oleh para kadrun. Sesudah itu, semua senyap. Tidak ada polemik, tidak ada kegaduhan, boro-boro sampai ada gerakan 7 juta umat menuntut Dudung. Di tangan Letjen Dudung, kadrun mati kutu, tersandung dan tergulung.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/pa212-mui-mati-kutu-digulung-letjen-dudung-jZqCuRGMTg
Gak Tahu Malu! Si Pelanggar Hukum Andi Arief Malah Sibuk Serang Pakar Hukum Yusril
Gambaran publik kepada sosok-sosok terhormat para mantan Panglima TNI, yang selama ini dipandang berjiwa besar dan tanpa cela, kini mulai pudar dengan adanya seorang Gatot Nurmantyo. Seakan dia tak pernah menyimpan rasa sakit hatinya kepada Presiden Joko Widodo, karena dianggap merampas jabatannya sebelum usia pensiun, terus saja mengalirkan manuver politik kontroversial.
Faktanya, seandainya tidak berkat kebaikan hati seorang Jokowi, rasanya Jendral nyeleneh ini tak bakalan mendapatkan jabatan Panglima. Kita tahu, secara tradisional jabatan Panglima itu dijabat bergiliran oleh ke tiga angkatan, Darat, Laut dan Udara. Anehnya ketika Moeldoko memasuki usia pensiun, Jokowi saat itu mempercayakannya kepada seorang Gaot yang kemudian disadari menimbulkan kontroversi berkepanjangan.
Bukan hanya terbatas pada saat pelantikannya, bahkan manuver-manuvernya selama menjabat sebagai Panglima, tak jarang dia sering menyulitkan Presiden dalam bersikap.
Gatot menegaskan dukungannya pada aksi massa bela Islam pada 2016. Setidaknya tercatat ada dua aksi besar yakni pertama pada 4 November 2016 dan kedua pada 2 Desember 2016. Aksi pertama berujung rusuh besar di depan Istana Kepresidenan Jakarta.
Lihat Daftar Kontroversi Gatot sebagai Panglima TNI
Hal paling mencolok pada diri GN adalah konsistensinya dalam memusuhi jejak-jejak PKI, yang notabene sudah terhapus berpuluh tahun lalu karena disapu bersih oleh Soeharto yang menjadi idolanya.
Mari kita analisis, dampak apa yang ditinggalkan oleh manuver Gatot Nurmantyo, seandainya dia tetap mempertahankan sikapnya sebagaimana dia tunjukkan kepada publik.
Pada era Orde Baru, institusi paling steril dari jejak PKI, dapat kita yakini adalah TNI. Alasannya sangat jelas, pola ujian masuk sebagai calon prajurit melalui tahapan skrining yang sangat ketat, bahkan boleh dikatakan, seluruh institusi di TNI turut menjadi pendukung panitia penerimaan.
Seorang calon prajurit saat itu, tidak hanya dirinya yang diselidiki, bahkan tujuh generasi ke atasnya discaning berdasarkan jejak masa lalunya. Jadi secara praktis, kecil kemungkinannya seorang prajurit terdeteksi sebagai keturunan tokoh atau anggota PKI.
Kalau sekarang tiba-tiba Gatot menyebut ada indikasi PKI telah menyusup di institusi TNI, bukankah ini menunjukkan kegagalan system perekrutan calon prajurit sejak masa dia berdinas, dan bahkan terakhir sebagai Panglimanya?
Cermati saja, seorang pejabat di TNI yang mampu menyusupi paham tertentu ke institusinya, tentu memiliki status dan posisi strategis. Jika dia baru meninggalkan TNI pada kurang dari lima tahun lalu, maka otomatis mereka yang dia curigai telah menyusup itu merupakan kealfaan dirinya sendiri.
Tampaknya dia tak sadar bahwa kini dia sedang memberikan tamparan keras kepada pipi kiri atau pipi kanannya. Tanpa sadar pula, dia sedang buang kotoran kepada marwah korp Panglima TNI sejak Panglima Besar Soedirman. Jadi jelas lah, Gatot Nurmantyo perlu diberikan pendekatan berdampak jangka panjang, agar dia mendapatkan efek jera.
Boleh jadi para koleganya di TNI dan Pepabri akan berpikir ulang jika Gatot Nurmantyo meminta restu kepada mereka, misalnya dalam rangka mengais rejeki sebagai calon Indonesia satu.
Jangankan sebagai Capres, bahkan ketika kita tahu dia adalah mantan Panglima TNI, kita justru balik merasa kecewa kepada sosok yang telah mengambil sumpah dan melantiknya sebagai pemegang posisi terhormat.
Bayangkan juga, ketika dia memasuki usia pensiun, yang untuk mendapatkan rasa hormat dari para juniornya, tak ada cara lain kecuali dengan duduk tenang dan mendukung siapa pun para juniornya satu demi satu menapaki karir mereka, kini justru telah menggali kuburnya sendiri.
Jendral mana pula yang tetap memberi respek kepada seorang Jendral yang lebih dikenal sebagai pelaku mengotori institusinya sendiri, ketimbang meninggalkan jejak terhormat?
Blunder seorang Gatot Nurmantyo rasanya sangat ideal untuk dijadikan cermin oleh para perwira lain. Jangan sampai, hanya karena ambisi politik, mereka melakukan manuver yang bukannya menghasilkan simpati, sebaliknya mereka justru semakin dijauhi oleh para juniornya sendiri.
Pertanyaan besarnya, kenapa hanya seorang Gatot yang tega melakukan langkah tak elok seperti itu? Apakah hanya dia yang merasa besar kepala dan merasa paling menonjol di antara para mantan Panglima lain? Jawabannya tentu kembali kepada anggota korpnya sendiri, kalau bagi awam, barangkali kelas GN sejujurnya lebih pas jika pangkatnya tak lebih dari perwira pertama, karena wawasannya pun hanya bisa kita nilai sebagai pemegang posisi itu.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/jendral-sekerdil-itu-kok-bisa-jadi-panglima-zrAoaudDKC
Pangkostrad Dudung Abdurachman Jawab Tudingan Keji Gatot Terkait TNI Disusupi PKI
Setelah pernyataan Gatot Nurmantyo mengenai penyusupan komunisme di tubuh TNI, Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen TNI Dudung Abdurachman menepis isu tersebut.
Hal ini berhubungan dengan pernyataan yang disampaikan Gatot ketika menjelaskan bahwa tiga patung sosok tokoh nasional yang terlibat dalam peristiwa G30S/PKI sudah tidak ada lagi di Museum Dharma Bhakti Markas Kostrad.
Gatot menuding dengan hilangnya patung tersebut dapat disimpulkan bahwa ada penyusupan paham komunisme di dalam institusi TNI, lantaran ada yang sengaja mengaburkan sejarah kelam bangsa terkait PKI.
Menanggapi pernyataan Gatot tersebut, Dudung Abdurachman mengatakan bahwa seharusnya Gatot sebagai mantan prajurit TNI bisa melakukan klarifikasi sebelum mengeluarkan tuduhan terhadap institusi TNI. Dudung tidak mau hal ini akan menjadi prasangka di hadapan publik. Ia menyebut pernyataan Gatot dapat menimbulkan fitnah yang berakibat timbulnya kegaduhan di Indonesia.
"Tidak benar tudingan bahwa karena patung diorama itu sudah tidak ada, diindikasikan bahwa AD telah disusupi oleh PKI. Itu tudingan yang keji terhadap kami. Dalam Islam disebut tabayun agar tidak menimbulkan prasangka buruk yang membuat fitnah,” jelas Dudung yang dilansir CNN.com.
Saya tidak habis pikir dengan jalan pikiran mantan Panglima yang wajahnya sering muncul di bulan September ini. Gatot mempermasalahkan patung yang sudah tidak ada, lalu menjadikan tolok ukur bahwa PKI dan paham komunisme masih bergentayangan. Pembongkaran patung diorama dijadikan barang jualannya untuk berpolitik tahun ini.
Isu kambuhan yang sebenarnya sudah tidak laku lagi terus dimainkan. Menurut saya, mantan jenderal satu ini memang sudah tidak ada lagi yang harus diangkat terkait prestasi selama menjadi panglima TNI. Isu PKI yang disebarkan sangat mengada-ada karena tiga patung yang hilang di Mabes Kostrad dikaitkan dengan bahaya laten komunis.
Lebih lanjut, Dudung menyebut bahwa patung-patung itu hilang karena diminta kembali oleh sang penggagas pembuatan diorama yaitu Pangkostrad terdahulu bernama Letjen TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution. Dudung mengaku ia tak bisa menolak permintaan tersebut. Alasan pembongkaran ketiga patung tersebut lantaran AY Nasution merasa berdosa dan ingin ketenangan lahir dan batin. Sebab patung-patung yang telah dibuat tidak sesuai dengan keyakinan agamanya.
Nah, jika patung-patung tersebut dianggap tidak sesuai pada keyakinan agama, kenapa Gatot pusing akan hal itu? Kita tahu bahwa Gatot sangat dekat dengan kaum intoleran yang mana selalu mengharam-haramkan patung. Sekarang patung yang menggambarkan sosok Soeharto, Sarwo Edi, dan AH Nasution kenapa diperdebatkan dan menuduh TNI komunis?
Terus terang ini sangat mengherankan dengan Jenderal K-drone ini. Bukankah bagi kaum Islam garis keras menghancurkan patung adalah bagian dari akidah? Kok sekarang malah mendewakan patung tersebut seolah-olah sangat sakral. Yang lebih parahnya, barang siapa yang menghancurkan akan di cap komunis.
Saya juga tidak habis pikir, kenapa pendukung Gatot yang kebanyakan datang dari kaum radikal tidak protes dengan pernyataan Gatot? Bukankah bagi mereka memasang patung adalah haram dan kafir? Padahal menurut mereka, memasang patung itu sama dengan berhala. Sementara bagi Gatot menghilangkan patung disebut komunis. Sungguh aneh bin ajaib!
Kepala Penerangan Kostrad Kolonel (Inf) Haryantana menerangkan secara tertulis bahwa Azmyn telah melakukan kunjungan ke Pangkostrad Dudung Abdurachman pada 30 Agustus 2021 guna meminta pembongkaran patung-patung tersebut.
Dalam keterangan tertulis yang berisi beberapa poin penting tersebut salah satunya adalah tidak benar Kostrad menghilangkan patung sejarah terkait penumpasan G30S/PKI karena pembongkaran murni atas keinginan Letjen TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide patung-patung tersebut.
Jadi, di sini Gatot telah membuat fitnah yang keji bahwa patung yang dibongkar bukan atas keinginan Mabes Kostrad melainkan atas permintaan pembuat ide patung tersebut. Gatot telah membuat tuduhan yang tak berdasar dengan mengaitkan perbuatan tersebut bahwa di dalam tubuh TNI sudah disusupi oleh paham komunisme.
Seharusnya Gatot diperkarakan karena telah membuat pernyataan yang menyinggung institusi negara. Apalagi tuduhan mengarah kepada pihak TNI yang menurut Gatot sudah dirasuki paham komunisme. Hanya karena nafsu ingin berkuasa, Gatot memainkan manuver politiknya dengan segala macam cara dihalalkan.
Karena bagi saya, isu musiman seperti kebangkitan komunisme yang diangkat oleh Gatot merupakan agenda tahunan yang akan di jadikan bahan gorengan di hadapan para pendukungnya. Waspada terhadap gerakan mereka yang akan memecah belah TNI dan masyarakat.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/pangkostrad-dudung-abdurachman-jawab-tudingan-keji-2GsHfdQb3h
Kok Minta Maaf? Memangnya Kenapa Dengan Orang Kristen, Wahai Ustad Pembual?
Ustad Pembual akhirnya keok. Dengan terbata-bata si pembual itu minta maaf kepada orang Kristen. Kata si pembual itu, ia ingin menjadi pendakwah yang memberi teladan.
"Tapi sebelumnya di hadapan khalayak, di hadapan wartawan saya memohon maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia wabil khusus kepada saudara-saudaraku sebangsa setanah air kaum Nasrani," ujar si Ustad Pembual itu di ruang sidang PN Jaksel, hari ini.
"Mudah-mudahan di kemudian hari Allah SWT akan berikan kepada saya hikmah lebih baik untuk menjadi seorang pendakwah yang menjadi tauladan. Jadi kejayaan NKRI, seluruh putra-putri bangsa, mudah-mudahan Allah SWT menolong kita semua," lanjut si Pembual.
Setelah kena kasus, baru si Ustad Pembual Penista agama Kristen itu akhirnya minta maaf terkait penghinaannya terhadap agama Kristen yang ia lontarkan dalam ceramah-ceramahnya yang diunggah di YouTube.
Entah permintaan maafnya itu benar-benar tulus karena menyesali perbuatan laknatnya itu ataukah karena ingin dibebasin dari kasus pidana penodaan agama, hanya dajjal dan Lucifer yang tahu siasat apa yang ada dalam benaknya itu kini.
Permintaan maaf si Ustad Pembual itu justru diskak mat sama Hakim karena agenda persidangan tersebut bukan terkait persoalan pemeriksaan materi. Tapi ya begitulah tipikal pembual, dimana-mana selalu salah kaprah memanfaatkan momen yang tidak semestinya.
Si pembual kelas kakap ini bilang dia sudah khilaf karena tidak memberi contoh yang baik dalam berdakwah, sehingga melampaui batasan etika dalam bermasyarakat.
Percuma minta maaf setelah kena kasus. Kalau tidak kena kasus hukum, maki Tuhannya orang Kristen jalan terus, bukan? Sekali pembual, selamanya tetap pembual. Itu hukum alam yang tak terbantahkan.
Seorang Ustad tidak pernah diperkenankan memindahkan kemarahannya kepada keyakinan dan keimanan umat lain, apalagi menularkan kebenciannya yang tak terperi itu dikalangan umatnya, tapi ini tidak berlaku bagi si Ustad Pembual ini.
Semua video-video ceramahnya itu mencaci-maki Tuhannya orang Kristen, semua orang Kristen di seluruh Indonesia marah besar. Tapi mau bilang apalagi umat Kristiani adalah minoritas di negara ini, jadi hanya bisa mendoakan si Ustad Pembual itu.
Dan akhirnya Tuhan Yesus jawab doa umat-Nya, sehingga hari ini si Ustad Pembuai itu duduk menjadi pesakitan di ruang sidang pengadilan duniawi, minta maaf pula sama orang Kristen yang sangat dibencinya itu.
Ngaku-ngaku mantan Pendeta lah, mantan Rektor Sekolah Tinggi Teologia lah, mantan Rektor Universitas Kristen.lah, dan sederet bualannya agar jualannya laku saat ngibulin umat. Dasar tukang tipu.
Di dalam ceramah-ceramahnya itu, dengan tanpa rasa takut dilaporin orang ke polisi, si Ustad pembual ini menyerang kekristenan secara membabi buta dan serampangan. Dia menyebut Kitab Suci orang Kristen itu palsu, editan yang diedit terus dari waktu ke waktu.
Tak hanya itu saja, Ustad Pembual ini juga menyebut orang Kristen itu sesat, tolol, bebal, sinting, gila, Matius, Markus, Petrus, Cap Tikus, dan kata-kata hujatan kasar. Bangsat memang mulutnya itu. Pingin saya tumbuk, tapi tidak boleh.
Ceramah-ceramahnya itu macam Hitler saja yang berpidato sebelum membantai massal orang Yahudi. Kalau orang berbeda pandangan dalam beragama, itu wajar, akan tetapi kalau sudah menghina dan memaki-maki Tuhannya umat agama lain, itu namanya bangsat.
Memangnya kenapa dengan orang Kristen, wahai Ustad Pembual? Biarlah kami ini sesat, tolol, bebal, sinting, gila, Matius, Markus, Petrus, cap tikus, lantas apa urusanmu wahai Ustad pembual?
Apakah dengan ceramah-ceramahmu itu lalu semua orang Kristen di negara ini akan pindah agama masuk Islam secara berjamaah?
Agama adalah domain pribadi dan pilihan tiap orang, bukan urusan iblis. Celana dalam tiap orang adalah urusan mereka sendiri, bukan urusan orang lain. Tak perlu kau menipu diri.
Kalau orang lain maunya pakai celana dalam warna putih, jangan kau paksa garus ganti dengan celana dalam warna hitam dengan menipu bahwa celana dalam warna putih itu hanya dipakai oleh orang sesat, tolol, bebal, sinting, dan gila mati punya.
Akibat racun kebencian yang terus menerus manusia bangsat ini suarakan, maka timbullah kebencian di alam bawah sadar umatnya secara membabi buta terhadap keimanan orang Kristen.
Penjahat agama satu ini harusnya perlu dihukum mati atau penjara seumur hidup saja. Sebab, dari mulut Ustad Pembual yang bau busuk itu penuh dengan kepentingan duniawi dengan menjadikan agama sebagai mesin perang.
Kebebasan beragama itu adalah hak asasi manusia. Kalau ada pemimpin agama yang mencerahkan, maka agamanya menjadi baik bagi orang lain, membawa rahmat dan berkah, karena dirinya mengerti bahwa beragama adalah hak asasi individu umat manusia, bukan pemaksaan kehendak.
Begitu juga sebaliknya. Kalau ada oknum pemimpin agama pembual, maka agamanya tidak menjadi baik bagi orang lain, tidak membawa rahmat dan berkah yang ujung-ujungnya pasti masuk penjara seperti si Ustad Pembual itu.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/kok-minta-maaf-memangnya-kenapa-dengan-orang-Om7lWIeL1Y
Permintaan Maaf Yahya Waloni (Mungkin) Bisa Diterima, tapi soal Percaya Lagi, Tunggu Dulu!
Yahya Waloni minta maaf! Berita mengejutkan ini mungkin terdengar ganjil dan tidak biasa, karena menyangkut sosok yang dahulu terlihat begitu arogan saat sudah memegang mikrofon dan mulai berbicara untuk mengajar.
Kita juga mengerti bahwa tak jarang Waloni ini juga memprovokasi hingga menjelek-jelekkan keyakinan lamanya sebagai seorang kristiani, dengan statusnya yang terbaru sebagai seorang mualaf, yang bagi sebagian orang (baca: pengikutnya) dianggap sebagai pemuka agama atau ustaz.
Ya, SEWORD-ers tidak salah lihat atau salah baca. Yahya Waloni memang menyatakan permintaan maaf secara terbuka usai menghadiri sidang praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Senin (27/9), seperti dikutip dari pemberitaan Jawa Pos.
“…di hadapan khalayak, di hadapan wartawan saya memohon maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia wabil khusus kepada saudara-saudaraku sebangsa setanah air kaum Nasrani. Mudah-mudahan di kemudian hari Allah SWT akan berikan kepada saya hikmah lebih baik untuk menjadi seorang pendakwah yang menjadi teladan. Jadi kejayaan NKRI, seluruh putra-putri bangsa, mudah-mudahan Allah SWT menolong kita semua,” kata Yahya.
Dalam pengakuannya, Waloni juga menyatakan penyesalannya karena perbuatannya selama ini telah melampaui batas-batas kesopanan dan etika hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ia juga sempat mengajak seluruh pihak agar tetap bersatu dan jangan mau diadu domba, apalagi dengan Polri dan TNI.
Sekadar mengingatkan juga bahwa Yahya Waloni sejak bulan Agustus 2021 ditahan oleh pihak yang berwajib, lalu mendekam di Rumah Tahanan Bareskrim Polri, Jakarta. Ia ditetapkan sebagai tersangka pada Mei 2021 untuk kasus penistaan agama, penyebaran ujaran kebencian dan SARA setelah ada pihak yang melaporkan video berisi rekaman Yahya Waloni ketika berceramah.
Isi ceramah atau ceramahnya tadi diduga kuat memuat ujaran kebencian dan SARA, hingga penistaan agama. Perkara yang nantinya perlu dipertanggungjawabkan Yahya Waloni di hadapan para pengadil dalam persidangan. Kalau terbukti bersalah, dia akan mendekam lebih lama di tahanan, tetapi kalau dinyatakan tidak bersalah atau dibebaskan, dia akan kembali menghirup udara segar sebagai orang bebas.
Pertanyaan besarnya sekarang: “Semudah itukah umat Nasrani akan memaafkan Yahya Waloni, atas perlakuannya yang sudah sangat kelewat batas dalam materi-materi ceramah atau dakwahnya?”
Tulisan ini tentu tidak ingin mengungkit lagi materi ceramah apa saja yang pernah disampaikan oleh Yahya Waloni, yang kerap memantik amarah dari orang-orang Nasrani yang mendengar atau membaca beritanya. Namun, jika kita fokuskan pada permintaan maafnya saja … rasanya pendapat dari kaum Nasrani seandainya ditanya beneran akan terbelah menjadi dua kelompok: memaafkan dengan mudah atau sebaliknya takkan pernah memaafkan.
Bagi saya selaku bagian dari kelompok yang dahulu kerap menjadi “materi penyerangan” oleh Yahya Waloni, permintaan maafnya bisa saya terima dengan mudah. Namun, konsekuensi hukumnya harus terus dijalani oleh Waloni, karena bagaimanapun dia telah melanggar hukum, juga telah dilaporkan atas tindakannya yang kelewat batas itu.
Namun, jika ditanya lagi semudah itukah saya percaya kesungguhan Yahya Waloni dalam meminta maaf? Tanpa bermaksud menghakimi motivasi Yahya Waloni, terus terang saya masih meragukannya. Ini termasuk keragu-raguan saya kalau seandainya nanti dia bebas lalu mendapat panggung lagi untuk berceramah … rasanya tak semudah itu model ceramahnya akan langsung berubah 180 derajat!
Bagi saya, tanda kesungguhan pertobatan atau perubahan hidup seseorang dilihat dari buahnya, yang bisa memakan waktu bulanan hingga tahunan. Memang inilah konsekuensi yang harus dijalani oleh Yahya Waloni atas perbuatannya selama ini yang menggunakan sarana berdakwah justru untuk menjelek-jelekkan keyakinan lamanya hingga diduga kuat melakukan penistaan agama dan mengucapkan ujaran kebencian terhadap kelompok (keyakinan) tertentu.
Ya kita lihat saja nanti. Masih ada persidangan demi persidangan yang harus dilalui, sebelum nanti orang ini kembali pada kehidupan nyata. Entahkah sebagai “orang biasa” atau nanti akan kembali menjadi sosok pendakwah, sebenarnya juga bukan urusan saya.
Akan tetapi, kalau boleh berharap … semoga Yahya Waloni dapat mengalami perubahan hidup setelah beberapa waktu lamanya mendekam di balik jeruji besi. Tak harus kembali pada keyakinan lamanya sih (ada yang mau dia kembali?), tetapi cukup menjadi sosok yang tidak lagi melakukan perbuatan yang tak terpuji terutama dalam materi ceramahnya, rasanya itu sudah cukup.
Bagaimana menurut Anda?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/permintaan-maaf-yahya-waloni-mungkin-bisa-ULguJ4yhQa
Kepala Suci Al Husain (Islam) Berbincang dengan Pendeta (Kristen)
Suatu ketika, Syaikh Mufid ditanya, “Apakah kepala Imam Husain as dapat berbicara?”
Beliau menjawab, “Tidak ada berita dari para imam, namun al-Quran menjelaskan pada hari ketika lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa saja yang dahulu mereka kerjakan (QS. an-Nur: 24).”
Ibnu Ziyad memerintahkan agar kepala Imam Husain as diarak di jalanan kota kufah, di tengah beragam kabilah. Zaid bin Arqam menuturkan,
“Kepala suci para syuhada lewat di sampingku. Saat itu aku sedang duduk. Manakala tiba di hadapanku, terdengar kepala suci Imam Husain melantunkan ayat suci: Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan (QS. Al-Kahfi: 9)?
Demi Allah, bulu kudukku berdiri mendengar ayat itu. Lalu aku berseru, ‘Demi Allah hai putra Rasulullah, kisah kepalamu lebih mengherankan dan lebih mencengangkan.’” [Syaikh Mufid, al-Irsyad, juz 2, hal. 117]
Tatkala berhenti di samping biara, seorang pendeta meletakkan kepala Imam Husain as dalam kotak. Sementara menurut riwayat Quthub Rawandi, kepala suci itu ditancapkan di mata tombak, dan mereka duduk melingkar untuk menjaganya.
Mereka menghabiskan malam hari dengan meneguk minuman keras. Kemudian mereka mengeluarkan makanan dan sibuk melahapnya. Tiba-tiba mereka melihat sebuah tangan keluar dari dinding biara. Lalu dengan pena dari besi, tangan itu menuliskan syair berikut di atas dinding,
”Apakah umat yang membunuh Husain mengharap syafaat kakeknya pada hari perhitungan?”
Mereka kontan sangat ketakutan. Sebagian mereka lalu berdiri untuk mengambil pena itu. Namun tiba.-tiba pena itu lenyap begitu saja. Saat mereka kembali melanjutkan pekerjaannya, pena itu lagi-lagi muncul dan menuliskan syair berikut,
“Tidak demi Allah, tiada pemberi syafaat bagi mereka. Mereka pada hari kiamat berada dalam siksaan yang sangat dahsyat.”
Tangan itu kembali muncul dan menuliskan, “Mereka telah membunuh Husain secara aniaya, keputusan mereka bertentangan dengan hukum Alkitab [al-Quran].”
Melihat kejadian itu, mereka tidak lagi berselera untuk makan. Mereka bergegas tidur saking ketakutan. Tengah malam, seorang pendeta mendengar suara ratapan. Pada saat yang bersamaan, pendeta itu juga mendengar seseorang yang sedang bertasbih. Ia segera bangkit dan mengeluarkan kepalanya di jendela. Tak jauh darinya, terlihat sebuah kotak yang diletakkan di samping dinding. Seberkas cahaya terang memancar di langit lalu secara berkelompok para malaikat turun dan mengucapkan, “Salam sejahtera bagimu wahai putra Rasulullah, salam sejahtera bagimu wahai Aba Abdillah, salawat dan salam Allah bagimu.”
Melihat kejadian itu, pendeta terkejut dan ketakutan bukan main. Ia menunggu dengan sabar hingga datangnya waktu subuh. Setelah tiba waktu subuh, ia keluar dari biara dan bertanya, “Apa isi kotak ini?”
Mereka menjawab, “Kepala Husain bin Ali (as).”
Pendeta itu bertanya lagi, “Siapa nama ibunya?”
Mereka menjawab, “Fatimah Zahra (as) putri Muhammad (saw).”
Pendeta itu berkata, “Celaka kalian atas apa yang telah kalian lakukan!. Sungguh benar apa yang diberitahukan para rahib kami bahwa manakala orang ini terbunuh, langit akan menurunkan hujan darah, dan ini tidak akan terjadi kecuali ia seorang nabi atau washi (penerima wasiat) nabi.
Sekarang aku mohon kepada kalian untuk menyerahkan kepala ini selama satu jam kepadaku. Setelah itu, aku akan kembalikan lagi kepada kalian.”
Mereka berkata, “Kami tidak akan mengeluarkan kepala ini kecuali di hadapan Yazid agar kami mendapat hadiah darinya.”
Pendeta itu bertanya, apa hadiahnya. Mereka menjawab, “Satu kantong uang berisi 10 ribu dirham.”
Pendeta itu menjawab, “Aku akan berikan uang sejumlah itu kepada kalian.”
Kemudian pendeta itu mengambil kantong uang berisi 10 ribu dirham. Setelah mengambil uang itu, mereka menyerahkan kepala suci Imam Husain as kepada pendeta tersebut selama satu jam. Kemudian pendeta itu membawa kepala suci ke tempat ibadahnya, lalu membasuhnya dengan air bunga dan memberinya wewangian. Setelah itu, ia meletakkannya di tempat sujudnya dan ia pun menangis seraya berkata kepada kepala itu,
“Wahai Aba Abdillah, sungguh aku sangat menyesal tidak berada di Karbala hingga dapat mempersembahkan nyawaku untukmu, Wahai Aba Abdillah kapan saja engkau bertemu dengan kakekmu, berilah kesaksian bahwa aku telah mengucapkan syahadat dan masuk Islam di hadapanmu.”
Akhirnya pendeta itu masuk Islam, begitu pula orang-orang yang bersamanya. Lalu pendeta itu mengembalikan kepala suci Imam Husain as.
Setelah kejadian itu, sang pendeta keluar dari tempat ibadahnya dan hidup di pegunungan. Ia menghabiskan hidupnya dengan beribadah dan bersikap zuhud hingga meninggal dunia.
Pasukan Ibnu Ziyad kembali melanjutkan perjalanan hingga tiba di dekat daerah Syam. Saat itu mereka bermaksud membagikan uang yang diterimanya dari pendeta tadi. Namun mereka mendapati semuanya telah berubah menjadi tanah liat yang di satu sisinya tertulis: Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. (QS. Ibrahim: 42) Sementara di sisi lainnya tertulis: Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (QS. asy-Syu’ara: 227)
Khula berkata, “Sembunyikan dan tutupi ini!”
Lalu ia membaca ayat: Sesungguhnya kita milik Allah dan kepadanya kita akan Kembali. Sungguh rugi dunia akhirat. (Biharul Anwar, juz 45, hal. 185)
Sebagian pihak meriwayatkan, pendera itu berkata kepada kepala suci Imam Husain as, “Hai kepala pemimpin alam semesta, aku menyangka engkau bagian dari orang-orang yang telah Allah gambarkan dalam Taurat dan Injil dan telah diberikan keutamaan takwil oleh-Nya. Karena para pemimpin Bani Adam di dunia dan di akhirat menangisimu. Aku ingin mengenal nama dan sifatmu.”
Kepala suci itu menjawab,
“Akulah orang yang teraniaya
Akulah orang yang bersedih,
Akulah orang
yang berduka,
Akulah orang yang dibunuh oleh pedang kezaliman.
Akulah
orang yang dizalimi dengan perang melawan orang durhaka.
Akulah orang yang
dengan tanpa dosa, hartanya dirampas.
Akulah orang yang dicegah untuk
mendapatkan air.
Akulah orang yang diusir dari keluarga dan negerinya.”
Pendeta itu berkata, “Demi Tuhan, wahai kepala suci. Jelaskan tentang dirimu lebih jelas lagi”
Kepala suci itu berkata,
“Akulah putra Muhammad Musthafa
Akulah putra Ali Murtadho
Akulah putra
Fatimah Zahra
Akulah putra Khadijah Kubra
Akulah putra ‘Urwatul
Wutsqo
Akulah syahid Karbala
Akulah orang yang terbunuh di
Karbala
Akulah yang teraniaya di Karbala
Akulah yang kehausan
Karbala.”
Ketika menyaksikan hal ini, murid-murid pendeta itu menangis dan mematahkan tiang salib lalu mendatangi Imam Ali Zainal Abidin as dan berikrar memeluk Islam. (Ma’aki as-Sibthain, juz 2, hal. 83)
Abbas Syaikh Rais Kermani, Mega Tragedi
Sumber Utama : https://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/index.php/s13-berita/kepala-suci-imam-husain-berbincang-dengan-pendeta/
Kisah Kepala Al Husein Sang Penghulu Pemuda Surga Cucunda Nabi Muhammad SAWW
Hari ini, 1381 tahun yang lalu (10 Muharram), tragedi Karbala terjadi. 72 keturunan terakhir nabi Muhammad SAW dibantai dengan brutal oleh Kalifah Yazid bin Muawiyah di tepi sungai Eufrat Iraq. Husein bin Ali bin Abu Thalib, yang seharusnya menjadi Kalifah ke lima menggantikan sayidina Ali, mati dipancung oleh Syimir bin Dzil Jausyan, salah satu anggota pasukan pimpinan Yazid. Bibirnya remuk dicincang sekelompok muslim durhaka yang dulu dibimbing petuah agung kakeknya!
Husein adalah pemuda yang diberi tugas oleh ayahnya untuk melindungi khalifah Utsman dari usaha pembunuhan kaum khawarij; yang tak pernah alpa membela panji Islam dalam perang-perang melawan kaum musyrikin; yang syahid di Karbala menjaga nyala agama yang disiarkan kakeknya.
Nabi Muhammad memberi julukan cucunya tersebut dengan kalimat mulia: “Husein adalah pemimpin pemuda di surga”. Sepeninggal Rasulullah, jika para sahabat rindu kepada sang nabi, mereka akan menemui Husein karena wajahnya sangat mirip dengan paras Rasulullah.
Sebuah riwayat mengisahkan, ketika mendengar Fatimah akan melahirkan anak kedua, Rasulullah segera bergegas menjenguknya. Tak lama kemudian lahirlah Husein. Asma’ binti Umais, yang membantu Fatimah melahirkan, segera menggendong bayi merah itu dan menyerahkannya kepada Nabi. Setelah diadzani dan diiqamati, sang jabang bayi lalu diberi nama Husein, semakna dengan nama kakaknya: Hasan yang berarti kebajikan.
Ketika tengah asyik menciumi sang cucu, tiba-tiba Nabi termangu. Air mukanya berubah muram, dari sudut matanya mengalir butiran air mata. Asma’ pun segera bertanya, “Mengapa di hari bahagia ini Anda menangis, wahai Rasulullah?”
Dalam isak tangisnya, Rasulullah menjawab: “Jibril baru saja mendatangiku, dia membawa kabar, kelak anak ini akan dibunuh oleh sebagian umatku yang durhaka. Jibril juga menunjukkan padaku tanah di mana Husein terbunuh.”
Ibnul Atsir dalam tarikh Al-Kamil menceritakan, Nabi pernah memberikan segumpal tanah berwarna kekuningan yang didapat dari Jibril kepada Ummu Salamah. Tanah tersebut berasal dari tempat di mana Husein akan terbunuh dalam sebuah pertempuran. Jibril mengambilnya dari tempat yang kita kenal sebagai KARBALA!
Nabi berpesan kepada Ummu Salamah, “Simpan tanah ini baik-baik. Bila warnanya berubah menjadi merah, ketahuilah bahwa Husein telah syahid.”
Dan, sore itu, tanggal 10 Muharram 61 H, bertepatan dengan 10 Oktober 680 masehi, Ummu Salamah menyaksikan gumpalan tanah pemberian suaminya berubah menjadi merah. Maka sadarlah ia, cucu kesayangan nabi itu telah menyusul kakeknya ke surga. Ummu Salamah adalah orang pertama di Madinah yang mengetahui perihal kematian Al-Husein.
Perang Karbala’ adalah tragedi terbesar kedua dalam sejarah Islam setelah Perang Jamal dan Perang Shiffin. Beberapa ulama menyatakan bahwa pembantaian Karbala adalah kelanjutan dari perang Shiffin dan penuntasan dendam kubu Mu’awiyah bin Abu Sufyan terhadap keluarga Nabi Muhammad SAW.
Dalam kitab Sirah Nabawiyyah wa Akhbar al Khulafa, Hafiz bin Hibban menulis: di hari itu, setelah imam Husein syahid, Yazid menyuruh Ubaidillah bin Ziyad membawa kepala Husein dalam perjalanan panjang 1000 kilometer menuju Syiria. Kepala yang terpancung itu ditaruh begitu saja di atas pelana dengan wajah berlumur debu dan darah serta rambut yang terdedah. Setiap kali berhenti di suatu tempat untuk beristirahat, para pengawal akan mengeluarkan kepala Husain dari pelana dan menancapkannya pada ujung tombak. Mereka memamerkan kepala tersebut kepada setiap orang yang lewat sehingga tiba waktunya berangkat lagi meneruskan perjalanan.
Dalam buku yang ditulis oleh Sheikh Ibrahim Nasralla “The Traces of Ale Mohammad in Aleppo”, dikisahkan saat rombongan pasukan ini tiba di kota Aleppo, mereka memutuskan beristirahat di dekat biara Mart Ruta. Kepala Husein kembali dikeluarkan dan ditancapkan di ujung tombak. Para pendeta dari biara ini mengaku melihat dengan jelas ada cahaya terang yang memancar dari kepala Husein. Seorang kepala biarawan lalu mendekati para pengawal seraya bertanya:“Kepala ini, siapakah dia?” Tanya sang pendeta.
“Hussain bin Ali bin Abu Thalib! ” celetuk para pasukan. Alangkah terkejutnya si pendeta Nasrani mendengar jawaban itu. Dia tak pernah menyangka akan melihat keluarga nabi Muhammad diperlakukan sekeji itu. Kepala biara ingat sebuah kisah ketika seratus tahun sebelumnya seorang pendeta Nasrani bernama Buhaira berusaha menyelamatkan kakek Husein dari usaha pembunuhan para penjahat Quraisy. Hari itu dia melihat penerus risalah kenabian Islam dibunuh oleh tangan kaumnya sendiri.
“Seburuk-buruk bangsa adalah kalian. Terkutuk dan dihinakan!”, seru sang pendeta.
“Demi Allah, andai Isa mempunyai putera niscaya kami akan muliakan dia dan masukkan ke laman-laman kami”.
Kemudian sang pendeta berkata, “Wahai sekalian orang. Aku mempunyai 10,000 dinar yang aku warisi dari ayahku. Maukah kalian meminjamkan kepala ini kepadaku untuk satu malam bersamaku, dan untuk itu aku berikan pada kalian 10,000 dinar itu?”
Tergiur oleh tawaran kepala biara, pasukan Yazid akhirnya menyerahkan kepala Husein untuk bermalam di biara. Demikianlah, beberapa pendeta Nasrani yang bijaksana mengambil kepala Imam Husein dari para pengawal Yazid. Dalam kesedihan mereka membawa kepala Husein ke dalam gereja. Dengan hati-hati mereka membersihkan kepala Husein, membasuh luka-luka dan menghapus debu dari wajahnya. Mereka juga menyisir dan merapikan rambutnya serta mengusapnya dengan minyak wangi. Para pendeta itu menangis sedemikian rupa hingga air matanya membasahi jenggot mereka yang panjang. Kepala pendeta kemudian meletakkan kepala Husein di atas sebuah batu di tengah Altar.
Seluruh pendeta di biara itu lantas berkumpul, mereka bersimpuh pada lututnya mengelilingi kepala Husein. Sejarah mencatat malam itu para pendeta menderaskan doa diselingi isak tangis atas kepergian Husein. Mereka berdoa sepanjang malam hingga subuh menjelang pagi dan baru berhenti ketika pasukan Yazid mengambil kepala itu untuk dibawa pergi. Dan setelah rombongan tentara Yazid meninggalkan biara, para pendeta tersebut terus melantunkan doa-doa rintihan untuk mengenang cucu sang Nabi.
Sepeninggal pasukan Yazid, tidak ada yang tahu pasti dimana kepala Husein dikuburkan. Ada yang bilang bahwa kepala tersebut dikuburkan di makam Baqi, ada yang berkata dibawa ke Kairo. Banyak yang meyakini bahwa kepala itu dikuburkan di tempat rahasia di Ashkelon, tapi tak sedikit juga yang yakin bahwa kepala Husein dimakamkan di Damaskus. Hingga hari ini, makam kepala imam Husein telah menjadi misteri besar dalam sejarah Islam yang tak pernah terungkap. Tak seorang pun yang tahu dimana kepala itu dimakamkan sebagaimana tak ada yang tahu dimana ibundanya, Fathimah binti Muhammad SAW dimakamkan.
Sungguh pantas kita berkabung atas penghinaan terhadap Husein dan keluarga Rasulullah ini. Kebanyakan umat Islam hanya melihat peristiwa Karbala pada aspek material dan melupakan sisi-sisi revolusi spiritual dan sosial dari peristiwa tersebut. Bahkan di kalangan Muslim masih ada yang berpendapat bahwa pembantaian keluarga nabi Muhammad di Karbala adalah kejadian biasa dan tak lebih sebagai konsekuensi politik dari perlawanan keluarga Rasulullah kepada keluarga Abu Sofyan yang berkuasa. Karena itu, tragedi ini tak pantas dikenang dan dibesar-besarkan.
Jika kita tidak menangis saat mendengar kisah terbunuhnya Husein, itu bukan karena kisah itu tidak layak ditangisi tapi karena hati kita yang membatu dan patut dikasihani. Sesungguhnya yang menangisi peristiwa Karbala belum tentu Syiah. Namun yang bergembira atas peristiwa itu sudah pasti bukan Sunni.**
Nadimin Srowot, 10 Muharam 1442 H.
Sumber Utama : https://suluhpergerakan.org/kisah-kepala-imam-husein-as/
Kisah Kepala Sayyidina Husein yang Dirawat Pendeta Nasrani dan Batu Berdarah
Oleh: Arif Rahman Hakim
BERIKUT adalah sejarah singkat tentang kepala Sayyidina Husein dirawat pendeta Nasrani dan Batu berdarah tempat meletakkan kepalanya.
Sejarah ini di kutip dari sebuah buku yang ditulis oleh Sheikh Ibrahim Nasralla yang diberjudul “The Traces of Ale Mohammad in Aleppo” (Jejak-jejak Keturunan Muhammad di Aleppo).
Tempat ini konon dulunya adalah sebuah biara yang terdiri dari 2 buah ruangan yang diberi-nama Mart Ruta Monastery, yaitu sebelum datangnya Islam ke kota ini.
Untuk mengenal sejarah dari tempat ini maka kita harus memalingkan wajah ke masa lalu terlebih dahulu.
Setelah Tragedi Karbala, ketika rombongan Imam Ali Zainal Abiddin As-Sajjad (putera Sayyidina Husein) dan Zainab (adik sayyidina Husein) disertai rombongan kecil berisi wanita dan anak-anak datang dari Kufah dan Karbala ke Syam, rombongan itu berhenti di kota Aleppo untuk beristirahat di dekat biara ini.
Para biarawan dan pendeta dari biara ini melihat dengan jelas sekali
ada cahaya yang terang yang keluar dari kepala Imam Husein yang diarak
oleh tentara Yazid yang mengawal rombongan dari keluarga Nabi itu.
Kejadian itu terjadi pada tahun 61 H.
Ketika para pendeta dan biarawan itu tahu bahwa para tawanan yang dibawa tentara #Yazid itu ialah sisa-sisa keluarga Nabi (dimana banyak dari kaum lelakinya sudah syahid).
Seorang kepala biarawan itu bertanya, “Kepala-kepala siapakah ini?”
“Ini adalah kepala-kepala cucu Nabi, keluarga Nabi, dan para pengikutnya.”
“Celakalah kalian karena sudah memperlakukan keturunan Nabi seburuk ini”
“Aku akan pinjam kepala cucu Nabi itu biar dengan membayar tinggi sekalipun”
Bala tentara laknat itu tergiur dengan uang yang ditawarkan oleh kepala biara itu.
Dan mereka menyerahkan kepala Imam Husein untuk bermalam di biara.
Untuk itu, para pendeta dari biara itu mengeluarkan uang yang sangat banyak.
Seorang pendeta yang memiliki pengetahuan luas mengambil kepala Imam Husein dari para pengawal (tentara Yazid) dan kemudian meletakkan kepala Sayyidina Husein itu di atas sebuah batu untuk dicuci dan disisir rambutnya serta diberi minyak wangi.
“Betapa besar penghargaan yang diberikan oleh seorang yang beragama Nasrani untuk kepala suci dari cucu Nabi”
“Betapa kecil penghormatan yang diberikan oleh kaum Muslimin waktu itu, kepada sisa keluarga Nabi yang ditawan dan dibelenggu”
Pendeta itu berdoa terus menerus di depan kepala Imam Husein hingga subuh menjelang pagi dan kemudian ia memberikan kembali kepala itu kepada para bala tentara Yazid.
Sang pendeta sendiri konon katanya langsung memeluk Islam tidak lama setelah kejadian tersebut.
Sejak malam itu hingga beberapa hari kemudian darah segar senantiasa
keluar dari batu tempat kepala Sayyidina Husein diletakkan itu.
Dan setelah rombongan tawanan keluarga nabi itu pergi dari biara itu, kembali pendeta tersebut melantunkan doa-doa rintihan untuk mengenang sang cucu Nabi. Sementara itu batu itu tetap mengeluarkan darah segar.
Batu ini akhirnya memerah karena darah yang pernah tercurahkan dari kepala “Pemimpin Para Syuhada” dan tetap bersemayam di biara ini dari awal bulan Safar tahun 61 H hingga tahun 333 H.
Ketika Raja Sifoddowie Hamdani (seorang pengikut Ahlul Bait Nabi)
memasuki kota Aleppo dan memutuskan untuk menjadikan kota Aleppo itu
menjadi ibu kota, Raja itu seringkali menjenguk batu itu.
Dan sampai detik itu masih pula mengeluarkan darah segar.
Ia akhirnya memutuskan untuk membangun tempat itu untuk menghormati batu yang mengeluarkan darah itu sebagai tanda kebesaran Allah di muka bumi ini.
Pada pertengahan abad keempat Hijriah, bangunan megah yang ditujukan untuk menghormati batu itu berdiri.
Dan sejak saat itu lah tempat tersebut mulai sering di ziarahi bagi para pecinta cucu Nabi (Imam Husein عليه سلّم).
Tempat itu dikenal sekarang sebagai “Masjid Al-Nuqtah” atau kurang lebih artinya “Masjid Tempat Darah Tercurah”.
Pada tahun 1333 H ketika para penguasa Ottoman (Khilafah Utsmaniyyah) menguasai kawasan ini, mereka melarang orang-orang yang hendak berziarah ke tempat ini dan mereka malah menggunakan tempat ini untuk menyimpan amunisi serta senjata selama masa perang.
Akhirnya pada suatu masa, Kekhalifahan Ottoman mengalami kemunduran dan lemah dalam segala bidang, pada saat itulah tentara sekutu bermaksud untuk menyerang kota Aleppo. Timbullah kekacauan di mana-mana pada waktu itu (20 Muharam 1337 H).
Masjid yang dipenuhi oleh amunisi senjata dan mesiu ini tiba-tiba meledak.
Bangunan nan indah ini hancur porak-poranda dan kepingannya berserakan di mana-mana.
Keajaiban terjadi, batu berdarah itu tetap berada di tempatnya dan beberapa batu yang besar berkumpul di sekelilingnya, seolah-olah ingin melindungi batu tersebut.
Sungguh itu merupakan suatu tanda kebesaran Illahi. Kemudian beberapa orang ulama mengambil batu itu dan membawanya ke Masjid Zakaria yang ada di kota itu.
Setelah dipindah batu tersebut menunjukkan beberapa keanehan. Yaitu
seringkali bergerak-gerak sehingga membuat ketakutan para alim ulama dan
santrinya.
Hingga akhirnya mereka memutusakan untuk menempatkan batu itu di atas
punggung seekor kuda dan kemudian membiarkan kuda itu membawanya kemana
ia suka.
Kuda itu membawa batu suci tersebut ke tengah-tengah kota Aleppo
menuju tempat dimana batu itu dulu ditempatkan, yaitu di Masjid
Al-Nuqtah yang ketika itu masih dalam keadaan porak-poranda.
Karena tempat itu rusak, kuda itu (seolah-olah memiliki kehendak
sendiri) membawa batu itu ke tempat pemakaman bayi Imam Husein yang
bernama Muhsin. Kemudian batu itu akhirnya disimpan di sisi makam
tersebut.
Tempat suci itu tetap dalam keadaan hancur selama masa-masa sulit setelah peperangan berlangsung hingga tahun 1379 H.
Pada tahun itu ada sebuah organisasi bernama Jafari Islamic Rebuilding Society yang berencana untuk membangun kembali masjid itu sesuai dengan bentuk aslinya dulu.
Dengan rahmat dan kebesaran Allah, serta keinginan kuat dari berbagai orang yang bersedia menyumbangkan harta dan tenaganya serta bantuan moril dan materil dari para alim ulama, akhirnya mereka bisa membangun kembali Masjid itu dengan sebagaimana bentuknya yang lama. Anehnya mereka tetap bisa menggunakan batu-batuan yang dulunya digunakan untuk membuat Masjid bersejarah itu.
Dengan batuan yang sama (yang dulu berserakan setelah ledakan) mereka berhasil membangun Masjid itu seperti sedia kala, seperti yang bisa kita lihat sekarang ini.
*Arif Rahman Hakim, santri, penulis dan wirausahawan at Afika Dewi Fashion. Santri mbeling di ponpes Miftahul Ulum Batang, Pengurus PWCINU dan LAZIZNU Okinawa – Jepang
Sumber Utama : https://kopiepahit.wordpress.com/2019/09/12/kisah-kepala-sayyidina-husein-yang-dirawat-pendeta-nasrani-dan-batu-berdarah/
Telak! Penangkapan Azis Syamsudin oleh Ketua KPK Membungkam Cocot Novel Dkk!
Perseteruan pegawai KPK yang tak lolos tes TWK semakin memanas. Setelah tekanan mereka ke Firli Bahuri mental, kini geng Novel cs mengangkat Febri Diansyah sebagai jubir di kantor darurat mereka. Kritikan pedas ke Jokowi dampak terdepakanya Novel dari BEM SI, KAMI dan PKS bisa jadi senjata terakhir mereka. Meski begitu nyali Firli tak surut sedikitpun. Ia semakin garang mengusut kasus korupsi sepupu Novel di Ibukota. Kerennya lagi, Firli juga tak segan menyeret politisi yang telah berjasa mengangkatnya dulu.
Penetapan Azis Syamsudin sebagai tersangka membuktikan integritas seorang Firli Bahuri yang tak perlu diragukan lagi. Ocehan geng Novel dan cecunguknya yang menyebut Firli melakukan kriminalisasi pegawainya telak terbantahkan. Mungkin dia akan dikenang sebagai ketua KPK yang mewarisi keberanian pasca Antasari Azhar. Bedanya Firli hidup di era Jokowi di mana keberaniannya melibas dedemit negara tanpa ada gangguan kepadanya. Coba jika ia hidup di era mantan, bisa-bisa kena kriminalisasi.
Sebelumnya diberitakan bahwa Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin resmi menjadi tersangka KPK dalam kasus dugaan suap penanganan perkara di Kabupaten Lampung Tengah. Elite Partai golkar tersebut dijemput paksa dari rumahnya pada Jumat, 24 September 2021 malam.
Azis langsung ditahan selama 20 hari ke depan di Rutan Polres Jakarta Selatan. Menurut Firli, pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap 20 saksi dalam perkara rasuah Azis Syamsuddin. Kemudian dikuatkan dengan alat bukti lainnya.
Ia selanjutnya membeberkan konstruksi kasus rasuah politikus Golkar tersebut. Bermula pada sekitar Agustus 2020, Azis Syamsuddin menghubungi Stepanus Robin Pattuju (SRP) dan meminta tolong untuk mengurus kasus yang melibatkannya, juga Aliza Gunado (AG), yang tengah dilakukan penyelidikannya oleh KPK.
Menurut Filri, Maskur Husain kemudian menyampaikan kepada Azis Syamsuddin dan Aliza Gunado untuk masing-masing menyiapkan uang sejumlah Rp 2 miliar. Stepanus Robin Pattuju juga menyampaikan langsung kepada Azis Syamsuddin terkait permintaan sejumlah uang dimaksud dan kemudian disetujui oleh Azis.
Firli mengatakan, untuk teknis pemberian uang dari Azis Syamsuddin dilakukan melalui transfer rekening bank dengan menggunakan rekening bank milik Maskur Husain. Selanjutnya, Stepanus Robin Pattuju menyerahkan nomor rekening bank dimaksud kepada Azis Syamsuddin.
Ia menegaskan, KPK tidak pernah pandang bulu dalam menjerat siapa pun yang terlibat rasuah. Dia berharap, penangkapan terhadap Azis Syamsuddin dapat menjadi peringatan kepada semua pihak.
Di bulan September ini menjadi momen saling mengesahkan antara Firli Bahuri dan Azis Syamsuddin. Namun bedanya, Firli menyampaikan kabar tak baik bagi Azis, sedangkan Wakil Ketua DPR itu mengumumkan kabar gembira untuk Firli.
Sebagaimana diketahui, pada Sabtu 25 September 2021, Ketua KPK Firli Bahuri mengumumkan Azis Syamsuddin sebagai tersangka kasus suap. Sementara pada Jumat 13 September 2019 lalu, Azis yang kala itu menjadi Ketua Komisi III juga merilis kabar bahwa Firli Bahuri terpilih menjadi KPK periode 2019-2023.
Penetapan tersangka oleh ketua KPK ini menjadi titik balik kekuatan KPK sesungguhnya. Lembaga anti rasuah yang sebelumnya dinilai selalu tebang pilih dalam menangani kasus, hanya mengandalkan OTT receh dan bermain pencitraan lewat media kini berubah drastis di tangan Firli. Sikap tegasnya sukses membuat nyali gembong Novel yang bertahun-tahun menguasai KPK jadi ciut nyali. Termasuk sepupunya yang kini ketar-ketir kalau-kalau akan menyusul jadi tersangka.
Kalau orang yang dulu berjasa mengangkatnya saja disikat kalau korupsi apalagi orang semacam Anies yang tak berhubungan sama sekali. Justru keberadaan Novel dkk yang dipuja SJW yang membuat aksi bersih-bersih ketua KPK terhambat. Gerombolan penyidik semacam Novel dkk yang sebenarnya membuat kinerja KPK mandul. Berisik soal bansos, tapi mingkem soal korupsi lahan di DKI.
Akhirnya masa kejayaan Novel dkk sirna sudah. Firli yang dulu ditolak, kini berbalik menolak ia berada di KPK. Firli adalah tipe petarung sejati yang tak akan mundur digertak walau sejengkal. Jangankan demo para bocil yang kemarin mengultimatum presiden, wakil rakyat saja ia libas.
Harusnya Novel sadar kalau perbuatan kotornya di KPK kini menemui titik ujung. Karena hidup ibarat roda berputar. Ada saatnya kebaikan menggantikan semua kejahatan yang telah dilakukan. KPK harus berdiri tegak sebagai lembaga anti korupsi sejati. KPK harus berdiri tangguh di atas kepentingan rakyat, bukan kepentingan segelintir golongan.
Di saat negara ini terus mendapat apresiasi luar biasa dari luar negeri, harusnya tak menyisahkan apresiasi pada KPK. Tentunya Firli adalah yang sosok yang bisa mewujudkan itu semua. Pelan-oelan kita tunggu aksinya membenahi marwah KPK setelah sukses menyingkirkan para begundalnya. Kemarin Axis Syamsudin diberi rompi orange. Besok bisa jadi orang kesayangan Novel juga ikut memakainya.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/telak-penangkapan-azis-syamsudin-oleh-ketua-kpk-ig049y8l9u
Re-post by MigoBerita / Selasa/28092021/12.19Wita/Bjm