Migo Berita - Banjarmasin - Bukan MENGHUJAT tetapi berdasarkan FAKTA : Partai "Rasa Ojek". Jangan salah sangka dulu, bukan Menghina profesi Ojek, cuman mungkin karena ada hubungannya dengan "Antar-Mengantar", maka sangat relevan istilah tersebut. Agar tidak gagal paham , bacalah hingga tuntas berbagai artikel yang telah kita kumpulkan...!!!
Lemahnya Kaderisasi Melahirkan Partai “ojek Politik”, Salah Satunya Partai Ini
Ojek merupakan jasa transportasi mengantarkan barang atau orang ke tempat tujuan dengan upah sekian. Seiring perkembangan jaman lahir ojek online yang sangat membantu kehidupan masyarakat sehari-hari.
Ternyata di musim politik ini lahir ojek politik. Diduga lahirnya partai yang berperan sebagai ojek politik karena kaderisasi yang lemah dan pelaksanaan Pemilu dan Pilkada serentak.
Pileg, Pilpres dan Pilkada 2024 nanti yang akan dilaksanakan secara serentak akan menunjukkan partai mana yang merupakan partai kader, partai populis, dan partai transaksional pragmatis.
Kelihatan mana yang menjadi partai “ojek politik” yang hanya menghantarkan calon non partai atau mendukung kader partai lain untuk maju kontestasi elektoral. Misalnya saja Partai Nasdem yang mengusung Anies Baswedan, ada hipotesis yang menyatakan hal tersebut akan ikut memberi pengaruh terhadap elektabilitas Partai Nasdem (coattail effect).
Namun pada saat yang sama, membuktikan jika Partai Nasdem gagal melakukan kaderisasi karena tidak mampu menghasilkan calon yang berasal dari kader internal Nasdem sendiri (tradisi meritokrasi).
Partai ojek politik mungkin pantas disematkan kepada Nasdem. Partai ini bisanya jadi penghantar saja, karena hanya bisa mengusung tokoh eksternal maju di Pilpres atau Pilkada.
Partai pimpinan Surya Paloh ini dinilai jadi partai yang belum berhasil melahirkan kader terbaik untuk maju di tingkat nasional. Seperti “Ojek” ketika seorang tokoh berhasil maju dan dihantarkan pada kursi orang nomor satu pada Pilpres atau Pilkada tentu ini tidak baik bagi partai itu sendiri. Belum lagi kalau ada deal-deal tertentu dengan calon-calon yang diusung nantinya.
Setelah diantarkan ke kursi Presiden atau kursi kepala daerah, lalu dapat kesepakatan tertentu. Setelah itu bisa aja pada periode berikutnya menggunakan partai ojek politik yang sama atau partai ojek politik lainnya tanpa harus jadi kader, tanpa harus mengakar di partai. Ini bahaya sekali bagi demokrasi.
Tiga tokoh yang muncul sebagai rekomendasi dari Partai Nasdem bakal calon presiden yang akan diusung dalam Pilpres 2024 mendatang yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Anies bukan kader partai manapun, dan Panglima TNI aktif Jenderal Andika Perkasa bukan kader Partai Nasdem serta Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kader partai PDIP, lalu kok kenapa bukan kader Nasdem yang diusung.
Apa guna partai kalau yang didukung non partai atau kader partai lain, itu mungkin makna partai ojek politik bagi Nasdem. Bukan tidak mungkin nantinya publik akan beranggapan buat apa masuk partai jika gampang jadi Capres atau kepala daerah tanpa harus jadi kader partai.
Asalkan bermodalkan elektoral, modal logistik semata dengan sangat percaya diri bisa jadi Capres dan diusung oleh partai yang tidak mempunyai Bacapres dari internal partai.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/lemahnya-kaderisasi-melahirkan-partai-ojek-GsgAAXcsS9
Politik Dagang Monyet Indra Kenz Dan Doni Salmanan
Bagi yang masih berkerut jidat memahami bisnis investasi MLM, Robot Trading, Forex, Kripto, Bitcoin yang memakan banyak korban masyarakat, barangkali bisa membaca analogi sederhana di bawah ini.
Dikisahkan pada sebuah desa yang tentram dan damai. Datanglah seorang pedagang dari luar desa menawarkan bisnis yang menarik. Dibuatlah sebuah Pengumuman: DIBELI DENGAN HARGA TINGGI, MONYET ANEKA JENIS. HARGA 300 RIBU/EKOR.
Desa itu kebetulan dekat dengan hutan, dimana hama monyet sering mengganggu kebun mereka. Alhasil warga menyambut antusias pengumuman itu. Minggu pertama warga berhasil menangkap 200an monyet. Pedagang itu membayar dengan tunai sesuai isi pengumuman. Pada minggu depannya hanya 100an monyet yang didapat, karena semua warga berburu sehingga monyet susah ditemukan. Pedagangpun menaikkan harga beli menjadi 750 ribu/ekor. Warga sibuk bersaing mendapatkan monyet yang jumlahnya makin langka.
Persaingan antar warga terjadi, bahkan sampai terjadi perkelahian gara gara berebut monyet yang berhasil ditemuinya. Pada minggu ke 5 pedagang menaikkan harga menjadi 2 juta/ekor. Dengan susah payah beberapa warga berhasil mendapat hanya 5 ekor monyet, tapi lumayanlah, harganya berbeda dibayar cash.
Hingga pada suatu hari Pedagang itu pamit pergi keluar kota untuk mengambil uang. Monyet yang terkumpul di kandang ditunggui seorang asistennya. Warga yang memanfaatkan kepergian sang Bos mendatangi kandang monyet, sekedar melihat hasil tangkapan mereka. Jumlahnya ratusan. Sang Assisten dengan kasak kusuk menawarkan bisnis baru.
"Mumpung bos lagi pergi, mau nggak kalian beli monyet ini lagi. Harganya 1 juta, saat Bos datang kalian jual lagi ke Bos 2 juta. Saya akan bilang kepada bos, bahwa monyetnya pada lepas keluar kandang waktu dia keluar kota” Secara matematis perhitungan dagang dengan sedikit kong kalikong amat sangat menguntungkan.
Wargapun berebut membeli lagi monyet di kandang dengan harga 1 juta. Tak sedikit yang harus merogoh uang simpanannya demi membeli monyet hasil tangkapan mereka sendiri itu. Sawah, motor dan hasil bumi dijual demi membeli monyet sebanyak banyaknya. Sang Asisten hanya memberi waktu 5 hari sebelum Bos datang. Begitulah akhirnya pada hari ke 5 ratusan monyet ludes dibeli warga.
Dan....keesokan harinya sang assisten raib entah kemana membawa sekarung uang. Bisa jadi sedang janjian bertemu membagi keuntungan dengan Sang Bos Pedagang di suatu tempat, dan yang pasti tak akan pernah datang ke desa itu lagi. Meninggalkan warga desa yang tertipu dengan sukses bersama monyet monyet yang bengong tak faham yang telah terjadi.
Begitulah Politik Dagang Monyet para cukong-cukong MLM, Ponzi, Robot Trading, Money Game, dan Bisnis Investasi. Indra Kenz, Doni Salmanan cuma sebatas Asisten yang memang diumpankan agar Si Bos Pedagang bisa bekerja lagi di lain tempat dan korban baru. Bagi yang masih berkerut jidat memahami bisnis investasi MLM, Robot Trading, Forex, Kripto, Bitcoin yang memakan banyak korban masyarakat, barangkali bisa membaca analogi sederhana di bawah ini.
Dikisahkan pada sebuah desa yang tentram dan damai. Datanglah seorang pedagang dari luar desa menawarkan bisnis yang menarik. Dibuatlah sebuah Pengumuman: DIBELI DENGAN HARGA TINGGI, MONYET ANEKA JENIS. HARGA 300 RIBU/EKOR.
Desa itu kebetulan dekat dengan hutan, dimana hama monyet sering mengganggu kebun mereka. Alhasil warga menyambut antusias pengumuman itu. Minggu pertama warga berhasil menangkap 200an monyet. Pedagang itu membayar dengan tunai sesuai isi pengumuman. Pada minggu depannya hanya 100an monyet yang didapat, karena semua warga berburu sehingga monyet susah ditemukan. Pedagangpun menaikkan harga beli menjadi 750 ribu/ekor. Warga sibuk bersaing mendapatkan monyet yang jumlahnya makin langka.
Persaingan antar warga terjadi, bahkan sampai terjadi perkelahian gara gara berebut monyet yang berhasil ditemuinya. Pada minggu ke 5 pedagang menaikkan harga menjadi 2 juta/ekor. Dengan susah payah beberapa warga berhasil mendapat hanya 5 ekor monyet, tapi lumayanlah, harganya berbeda dibayar cash.
Hingga pada suatu hari Pedagang itu pamit pergi keluar kota untuk mengambil uang. Monyet yang terkumpul di kandang ditunggui seorang asistennya. Warga yang memanfaatkan kepergian sang Bos mendatangi kandang monyet, sekedar melihat hasil tangkapan mereka. Jumlahnya ratusan. Sang Assisten dengan kasak kusuk menawarkan bisnis baru.
"Mumpung bos lagi pergi, mau nggak kalian beli monyet ini lagi. Harganya 1 juta, saat Bos datang kalian jual lagi ke Bos 2 juta. Saya akan bilang kepada bos, bahwa monyetnya pada lepas keluar kandang waktu dia keluar kota” Secara matematis perhitungan dagang dengan sedikit kong kalikong amat sangat menguntungkan.
Wargapun berebut membeli lagi monyet di kandang dengan harga 1 juta. Tak sedikit yang harus merogoh uang simpanannya demi membeli monyet hasil tangkapan mereka sendiri itu. Sawah, motor dan hasil bumi dijual demi membeli monyet sebanyak-banyaknya. Sang Asisten hanya memberi waktu 5 hari sebelum Bos datang. Begitulah akhirnya pada hari ke 5 ratusan monyet ludes dibeli warga.
Dan....keesokan harinya sang asisten raib entah kemana membawa sekarung uang. Bisa jadi sedang janjian bertemu membagi keuntungan dengan Sang Bos Pedagang di suatu tempat, dan yang pasti tak akan pernah datang ke desa itu lagi. Meninggalkan warga desa yang tertipu dengan sukses bersama monyet monyet yang bengong tak faham yang telah terjadi. Warga berusaha mengejar sang asisten yang sedang nongkrong di cafe sukses tercyduk tanpa perlawanan
Begitulah Politik Dagang Monyet para cukong-cukong MLM, Ponzi, Robot Trading, Money Game, dan Bisnis Investasi. Indra Kenz, Doni Salmanan cuma sebatas Asisten yang memang diumpankan agar Si Bos Pedagang bisa bekerja lagi di lain tempat dan korban baru. Begitulah adanya...
Sumber Utama : https://seword.com/politik/politik-dagang-monyet-indra-kenz-dan-doni-salmanan-DhUGY0gyOo
Hadir Di Paripurna, Anies Pamer Formula E, Kok Diam Soal Commitment Fee Tambahan?
Setelah sekian lama tidak hadir di rapat paripurna, akhirnya Anies hadir di rapat tersebut. Namanya sidang paripurna Hari Ulang Tahun (HUT) DKI Jakarta.
Anies sepertinya tidak bisa mangkir karena sebelumnya sudah pernah diprotes DPRD DKI karena suka bolos dan menyuruh wagub DKI yang mewakili. Mau tak mau harus hadir atau bakal diteriaki lebih keras.
Biasanya, Anies akan banyak bicara kalau topiknya sesuai dengan keuntungan politisnya. Kalau bicara soal penghargaan yang dia raih, dia pasti akan senang bukan kepalang.
Dalam rapat tersebut, Anies mengatakan bahwa acara balapan Formula E yang digelar beberapa waktu lalu berjalan dengan sukses dan membawa nama baik ibu kota ke seluruh penjuru dunia.
"Kita juga menyelenggarakan Jakarta E-Prix 2022 di Ancol yang alhamdulilah berlangsung dengan sukses dan membawa nama baik Jakarta ke seantero dunia," kata Anies di Ruang Rapat Paripurna DPRD DKI Jakarta.
Anies dengan bangga mengatakan bahwa Formula E merupakan salah satu rangkaian acara 'Jakarta Hajatan' tahun 2022 yang sangat membanggakan. Selain Formula E, Anies menyebut ada beberapa acara yang juga termasuk dalam rangkaian 'Jakarta Hajatan' baik yang sudah maupun yang akan dilaksanakan.
"Begitu juga dengan Jakarta Fair di Kemayoran, Jakarta Weekend Walking Cycling and Running, pameran kolaborasi dengan para kolaborator. Begitu juga nantinya ditutup dengan rangkaian peluncuran Jakarta International Stadium," kata dia.
"Jakarta di masa depan juga tetap menjadi pusat kebudayaan, pusat pendidikan, dan simpul pertemuan berbagai suku bangsa yang ada di indonesia dan dunia," katanya lagi.
Harusnya DPRD DKI menanyakan soal anggaran Formula E yang dianggap sangat fantastis dan bombastis. Bahkan ada tambahan commitment fee yang harus dibayarkan oleh Jakpro sebesar Rp 90 miliar. Suruh Anies pertanggung jawabkan dan paksa dia jelaskan
Sang wagub DKI entah tahu atau tidak tahu, mengaku tidak tahu dan meminta kita semua menanyakan pada Jakpro. Sedangkan Anies hanya tersenyum tapi tidak menjawab, mungkin dalam hati ketakutan dan berharap bisa kabur secepatnya lalu ngumpet di balik pohon besar.
Pemimpin macam apa yang tidak mau bicara atau komentar soal masalah yang muncul? Maunya yang enak-enak saja. Yang buruk-buruk, dia mau lepas tangan dan anggap tidak pernah ada, atau dia biarkan begitu saja, membiarkan takdir yang menangani. Ini namanya penakut atau pengecut.
Bahkan sekedar menjelaskan duduk perkara saja Anies tidak mau. Artinya, kalau dia bukan penakut maka bisa jadi masalah tersebut memang nyata sehingga dia tidak bisa menjelaskan. Cara paling mudah sekaligus memalukan adalah diam, senyum atau lari secepatnya.
Formula E yang dinarasikan sukses digembar-gemborkan untuk menutupi banyaknya kejanggalan yang menyeruak belakangan ini. Uang rakyat dihamburkan secara besar-besaran tanpa pikir panjang. Lucunya, uang tersebut seolah tidak boleh diperdebatkan, dipertanyakan apalagi dicurigai penggunaannya. Makanya PDIP dan PSI menggulirkan interpelasi tapi dimatikan secepatnya lewat jurus jamuan makan malam.
Kebanggaan akan kesuksesan penyelenggaraan Formula E sangat tidak sebanding dengan kerugian dalam beberapa hal misalnya anggaran yang fantastis serta dampak manfaat bagi warga menengah ke bawah.
Formula E tidak pernah ada dalam janji kampanyenya dulu. Artinya program ini muncul di tengah jalan, entah karena idenya atau ide orang di belakangnya. Mungkin karena sangat menguntungkan secara politik, maka dipaksakan.
Sedangkan program yang dia banggakan seperti Rumah DP nol rupiah, penanganan banjir, sumur resapan, OK OCE, naturalisasi sungai semuanya tak capai target bahkan ada yang tidak pernah dieksekusi sama sekali.
Intinya, terserah Anies deh mau dia lakukan apa. Dia seperti ingin mengatakan pada kita semua bahwa dia adalah gubernur dan dia mau apa ya terserah dia. Anies sampai saat ini aman-aman saja meskipun banyak kejanggalan dalam penggunaan anggaran. Licin seperti tak tersentuh kala melihat banyaknya kelebihan bayar yang terjadi.
Buat warga, tolong bersabar, ada sisa 6 bulan lagi sebelum orang ini lepas jabatannya dan tidak lagi menghantui kalian. Buat seluruh warga Indonesia, orang ini mau memimpin Indonesia. Silakan renungkan baik-baik.
Bagaimana menurut Anda?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/hadir-di-paripurna-anies-pamer-formula-e-kok-hRU5yWYCwd
Presiden Ingin Kita Semua Sadar, Indonesia Berjaga-jagalah!
Ibarat seorang tuan rumah yang tahu pada waktu mana di suatu malam maling akan datang, sudah pasti ia akan berjaga-jaga karena tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar maling. Demikian pula seluruh anggota keluarga itu, harus turut siap-sedia menjaga rumah dan seisinya.
Semakin lantang suara Presiden Jokowi menyuarakan keprihatinan krisis global pada pidato Rakernas PDIP setelah sebelumnya juga menyampaikan hal yang sama di dalam Sidang Paripurna Kabinet. Berjaga-jaga, Waspada, hati-hati merupakan 3 kata yang ditekankan oleh Jokowi. Sebagai Presiden, Jokowi mengaku bahwa segala data-data yang masuk kepada Indonesia, menunjukkan adanya potensi sejumlah 60 negara di mana 42 di antaranya sudah pasti akan memasuki keruntuhan ekonomi.
Di balik ketidakpastian global itu, rupanya Indonesia masih sangat beruntung. Kita semua tahu bahwa sebagaimana seringkali disampaikan, bahkan oleh Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, sudah 3 tahun Indonesia tidak mengimpor beras, bahkan malah mengekspor. Jadi, suplai bahan pangan aman.
Pangan memang kebutuhan paling mendasar. Republik Indonesia yang begitu beragam bahkan soal tradisi makanan pokok, sangat berpotensi untuk terus dibudidayakan. Tidak adanya ketergantungan pada satu bahan pokok saja, membuat Republik Indonesia menjadi lebih kuat ketika terjadi krisis pangan. Singkong, Jagung, Porang, Sorgum, Ubi, Sagu, dan banyak lagi pilihan makanan pokok yang sudah menjadi tradisi di berbagai daerah di Indonesia.
Selain itu, kondisi Indonesia dengan komoditas CPO, Nikel, dan Batubara yang sangat diinginkan dan dibutuhkan industri global menjadi pembuka mata bangsa, di mana kekuatan kita. Demikianlah kata Jokowi dalam pidatonya dalam Rakernas PDIP kemarin. Pengolahan bahan-bahan itu diminta oleh Presiden agar dilakukan efisiensi terutama dengan cara hilirisasi bahan-bahan itu di dalam negeri yang akan memberikan kemakmuran bagi masyarakat dalam negeri.
Sayangnya, titik lemah suatu bangsa ada dan terdapat persis di dalam titik terkuatnya itu sendiri. Apa yang akan terjadi jika masyarakat Indonesia tenang-tenang saja menikmati kondisi pangan saat ini yang terbilang cukup? Apakah kecukupan ini akan berlangsung lama?
Seperti dikutip Jokowi dalam pidatonya, bahwa ada tradisi kuat bangsa ini yang bisa dilakukan yakni semangat gotong royong - sebuah perjuangan saling membantu, dan membangun kekuatan serta kedaulatan bersama-sama.
Jikalau bangsa Indonesia sudah berhasil bergotong-royong mewujudkan kedaulatan pangan, sementara 60 negara lain mengalami kehancuran ekonomi, bagaimana nasib masyarakat di negara lain itu? Apa yang mereka cari dan lakukan ketika rakyatnya kelaparan, sementara di sini makanan berlimpah ruah? Ya! mereka akan berjuang mencari makan, bahkan jika perjuangan itu adalah nyawa taruhannya. Mereka akan mendatangi si sumber makanan dan disitulah naluri primitif manusia akan bekerja. Oke tidak perlu kita lanjutkan ilustrasi ini kita sudah tahu, potensi gangguan keamanan bermula dari sumber pangan ini. Yuk sekarang mari kita berpikir membuat aksi nyata saja.
Bagaimana sebetulnya arti berjaga-jaga seperti ujar Presiden Jokowi itu? Tenang. Cuma ada tiga hal kok. Pertama, amankan suplai. Seluruh lapisan masyarakat perlu sedari sekarang mengingat-ingat dan mencoba-coba kembali kemampuan bercocok-tanamnya, misalnya mulai menanam tanaman pangan di sisa-sisa lahan pekarangan, di polybag, atau mengorganisir pemuda bersama aparat desa menanam jagung di tepi kanan-kiri jalan desa, atau bahkan di lahan kas desa yang belum optimal penggarapannya.
Kedua, membiasakan diri tidak tergantung pada satu sumber makanan pokok. Kekhasan daerah sangat beragam meski masyarakat Indonesia memang secara umum mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Kebiasaan lama dalam mengonsumsi bahan pokok lain, perlu dihidupkan lagi karena memang dalam kurun cukup lama kebiasaan ini mulai tercerabut dari budaya masyarakat setempat. Ini bisa dimulai dengan mencoba satu hari dalam seminggu mengganti makanan pokok dengan singkong, nasi jagung, dan sebagainya sesuai tradisi masa lampau.
Ketiga, memasak makanan secara efisien. Efisien artinya tiadak ada keborosan yang sia-sia. Caranya mudah dan sangat sederhana, dengan tidak adanya sampah makanan. Semua bagian makanan dimanfaatkan sepenuh-penuhnya, bahkan tidak ada sisa makanan yang terbuang.
Selain ketiga hal itu, Pemerintah perlu memfasilitasi kelebihan pangan yang ada untuk dilakukan ekspor guna mengurangi potensi kedatangan “hama” sosial keamanan dari luar. Tetapi hal ini biar menjadi konsern pemerintah ya.
Bagi kita semua, seluruh lapisan masyarakat maupun pemerintah, ada hal penting yang perlu untuk mendasari semua langkah gotong royong kita ini. Berjaga-jagalah, memiliki spirit arti yang mendalam, bukan melulu sebuah cara manusia saja. Berjaga-jaga adalah saat kita semua memiliki rasa syukur atas situasi saat ini, memegang teguh harapan ke depan, dan lebih-lebih membangun sikap penguasaan diri yang sering kita sebut sebagai “awareness – kesiap-sadaran diri”
Mari kita berkarya dan berdoa bersama, supaya semakin mengalami “kesadaran” penuh dalam menyongsong masa depan dengan pengharapan yang baik. Semoga pula, keadaan saat ini memberikan kita kesempatan untuk belajar rendah hati, berempati, dan peduli. Ayo, seluruh masyarakat Indonesia, gotong-royong dan terus maju!
Sumber Utama : https://seword.com/sosbud/presiden-ingin-kita-semua-sadar-indonesia-berjaga-aAegtEVrc6
Bikin Ngakak! Cak Imin Dekati PKS, PKS Malah Lirik Prabowo untuk Diusung Jadi Capres
Ambisi Cak Imin untuk turut serta bertarung di Pilpres sepertinya belum surut. Meskipun sejak Pilpres 2009 silam tidak ada satupun partai yang tertarik untuk mengusungnya kecuali PKB.
Kala itu ia pernah merayu SBY untuk dijadikan Cawapres. Ditolak.
Kemudian di Pilpres 2019 Cak Imin mendeklarasikan Jokowi-Cak Imin (JOIN). Juga ditolak.
Kita tahu sendiri bahwa yang jadi Cawapres pilihan Jokowi dan koalisi Parpol pengusungnya kala itu adalah politisi senior Ma'ruf Amin.
Nah, menjelang Pilpres 2024 ini ia kembali bergerilya. Beberapa partai pun didekati oleh Cak Imin. Salah satunya adalah PKS.
Pertanyaannya, kenapa ia merapat ke PKS? Bukankah ideologi partai yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin itu bertentangan dengan PKB?
Jawabannya karena Cak Imin lagi tidak akur dengan ketua PBNU Gus Yahya.
Hal ini berawal dari pernyataan kakak kandung Gus Yaqut itu bahwa NU bukanlah alat politik PKB. Atau dengan kata lain Gus Yahya ingin menegaskan bahwa warga Nahdliyin bebas memilih partai apa saja sesuai dengan kata hati. Tidak harus memilih PKB.
Hal inilah yang kemudian membuat Cak Imin merajuk. Karena selama ini yang menjadi basis massa PKB itu adalah warga NU. Seperti warga Muhammadiyah yang menjadi basis massa PAN.
Tidak lagi mendapat dukungan total dari PBNU itulah yang kemudian membuat Cak Imin mencari dukungan lain yakni dari PKS untuk mewujudkan ambisinya menjadi Capres 2024.
Bagi Cak Imin mau berkoalisi dengan siapapun tidak masalah.
Bahkan kalau ada peluang berkoalisi dengan makhluk halus atau dedemit ia ladenin. Asalkan mimpinya jadi Capres 2024 terwujud.
Begitupun dengan Cawapresnya, ia tidak peduli. Mau Novel Bamukmin, Ratna Sarumpaet, Roy Suryo, Buni Yani, Fahira Idris, Farhat Abbas atau Sam Aliano gak masalah. Asalkan ada partai lain selain PKB yang mau mengusungnya sebagai Capres untuk menggenapi ambang batas presidential threshold 20 persen.
Nah, dalam rangkah menjalin kedekatan dengan partai dakwah itulah, Cak Imin kemudian hadir di acara Milad PKS pada 29 Mei 2020 lalu.
Tidak lupa pula ia memuji hajatan PKS itu.
"Sejak turun dari mobil tadi, saya menangkap nuansa baru di PKS, semangat baru dan gairah yang luar biasa untuk bersama-sama menata dan memperbaiki Indonesia di masa yang akan datang. Kalau istilah Pak Sekjen PKS acara ini Bergas," ujar Cak Imin dengan nada sedikit gombal.
Kemudian, PKB dan PKS juga sudah membentuk koalisi namanya 'Koalisi Semut Merah'.
Agak unik memang dan jarang terjadi, nama hewan dijadikan nama koalisi Parpol.
Semoga saja kedepannya gak muncul nama-nama koalisi unik lainnya. Seperti Koalisi Landak Mini, Koalisi Ikan Cupang, Koalisi Kunang-Kunang, Koalisi Ikan Arwana, Koalisi Ular Anaconda dan Koalisi Ikan Bidadari.
Hanya saja, bisa dibilang koalisi ini koalisi tanggung.
Kenapa tanggung?
Karena setelah perolehan suara PKS dan PKB digabung masih juga kurang untuk memenuhi persyaratan ambang batas 20 persen.
Artinya apa? Mau tidak mau harus mengajak partai lain lagi supaya bisa mengusung Cak Imin sebagai Capres.
Celakanya, sekarang yang bisa diajak gabung ke Koalisi Semut Merah hanya ada 1 partai lagi yakni Partai Demokrat.
Karena NasDem sudah bisa dipastikan tidak akan mengusung Cak Imin.
Partai yang terkenal dengan slogan 'Restorasi Indonesia' itu sudah punya Capres sendiri yakni Anies, Ganjar dan Andika Perkasa.
Sedangkan Gerindra dan PDIP tentu gak mau dong ngusung Cak Imin yang perolehan suara partainya lebih rendah dari kedua partai itu.
Sementara, Golkar, PAN dan PPP sudah membentuk koalisi sendiri yakni 'Koalisi Indonesia Bersatu'.
Yang ketiga partai ini juga sama sekali tidak menjunjukkan ketertarikannya untuk mengusung Cak Imin sebagai Capres.
Nah, mirisnya ternyata PKS juga tidak menginginkan Cak Imin jadi Capres ferguso.
Partai dakwah itu rupanya lebih melirik Prabowo untuk diusung berlaga lagi di Pilpres 2024 mendatang.
"Apalagi dengan Prabowo. Prabowo kita tahu udah punya jam terbang, pengalaman. Tinggal lanjutkan saja nggak ada hambatan," ujar Sekjen PKS Habib Aboe Bakar Alhabsy dengan nada seperti tanpa bersalah kepada Cak Imin.
Padahal bisa jadi pernyataannya tersebut membuat mantan Menteri Tenaga Kerja di era SBY itu menangis bombay plus sakit hati. Hahaha
Itulah resiko kalau terlalu nafsu berkuasa.
Bukannya cita-cita terwujud tapi malah gak dianggap oleh PKS.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/bikin-ngakak-cak-imin-dekati-pks-pks-malah-lirik-r2aEsG9qmf
Sejatinya Nasdem Sudah Memilih Anies
Penilaian pribadi saya, sederhana saja. Sadar atau tidak mereka telah menempatkan nama Anies paling depan, saat pengumuman 3 nama kandidat bakal calon presiden 2024.
Kata Ketumnya, semua nama tersebut, Anies - Andika - Ganjar, sama bobotnya dimata Nasdem. Hanya saja urutan secara abjadlah yang menentukan salah satunya disebut pertama kali atau sesudahnya.
Ah, masa iya?
Bukankah secara abjad And lebih dulu dari pada Ani? Terus kenapa justru Anies yang disebutkan lebih dulu? Bukankah seharusnya Andika?
Apalagi, penyebutan nama Anies langsung disambut gempita oleh mereka-mereka yang duduk paling depan di Raker partai itu.
Kalau bisa kita asumsikan bahwa orang-orang yang duduk di barisan terdepan adalah petinggi-petinggi partai, maka sebenarnya kekompakan sudah terjalin di posisi itu untuk satu nama, Anies.
Lalu, kita lihat pula kemudian bagaimana stasiun televisi yang berketerkaitan dengan Nasdem, semakin jelas memberikan porsi cukup besar atas berita-berita mengenai Jakarta. Dan, secara sembunyi atau terang-terangan, dapat saya rasakan sebagai satu bentuk promosi terhadap Anies.
Apakah saya terlalu berlebihan? Tidak juga.
Yang kita saksikan selama ini kader Nasdem begitu keras menentang banyak kebijakan Anies. Mulai dari masalah rumah DP 0 yang tidak kunjung ada titik terangnya, sampai dengan pagelaran Formula E yang justru lebih cenderung menghambur-hamburkan materi semata.
Tapi, belakangan, jangankan kadernya, stasiun televisinya pun sudah begitu lunak terhadap itu semua.
Bahkan terbaru, salah satu menteri dari Nasdem, entah kenapa seperti satu keharusan untuk menjelaskan baginya, katanya, Jakarta bukanlah negara dengan kualitas terburuk di dunia. Tapi berada di urutan ke-44.
Apa maksud dari perkataan seperti itu, kalau bukan untuk memberi ruang pemaafan bagi kualitas udara Jakarta?
Apa, jangan-jangan, peringkat ke-44 sekarang sudah bisa dianggap prestasi bagi Nasdem? Sama seperti Formula E yang tiketnya diborong oleh salah satu kader partai itu?
Terbaru juga, saat ada pertemuan antara Nasdem dan PKS, yang bagi hemat saya adalah satu-satunya partai yang banyak kadernya menjadi pendukung Anies yang "militan" selama ini, itu semakin meyakinkan saya bahwa sejatinya Nasdem sudah memilih Anies.
Tapi, mengapa harus mengikutkan nama Andika dan Ganjar.
Alasan utamanya tentu mereka yang paling tahu. Tapi, saya dapat merasakan, itulah bagian politik berkaki banyak.
Dengan jumlah kursi partai yang tidak memadai bagi Nasdem untuk mengajukan satu nama menurut selera mereka, mereka tetap harus tahu diri, seperti kata Ketumnya.
Bentuk ketahu-dirian itu bisa dengan mencoba melemparkan wacana 3 tokoh yang sebenarnya berada pada kutub politik yang sangat berbeda.
Seandainya politik Nasdem ini kita anggap sebagai teori himpunan matematika, maka Anies dan Ganjar adalah bagai himpunan bilangan yang terpisah.
Umpamanya Anies adalah bilangan ganjil, maka Ganjar adalah bilangan genap.
Sedangkan Andika bisa jadi mengiris sebagian himpunan Anies dan sebagian lagi himpunan Ganjar. Mungkin kita kategorikan dia sebagai bilangan prima. Ada angka genap di sana dan sebagian lainnya angka ganjil.
Nasdem berdiri pada 3 kaki. Tiga himpunan.
Mereka berharap, pada saatnya nanti mereka mengumumkan satu nama sebagai Capres, tentunya setelah mendapatkan dukungan koalisi partai lainnya, maka sedikit banyak dari himpunan-himpunan tadi bisa diserap.
Caranya? Tentu dengan memberikan propaganda-propaganda yang memang sudah mulai mereka lakukan, salah satunya dari stasiun televisi yang makin ke sini makin terasa seperti stasiun televisi lokal daerah saja.
Tidak berbeda jauh seperti stasiun lokal televisi Banten, atau Bandung, misalnya.
Coba saja bayangkan, ada kebijakan perubahan nama jalan di Jakarta, tapi pendapat publik yang diwawancarai, semua yang setuju-setuju saja.
Apa iya, mengubah nama yang sudah begitu melekat, misalnya Jalan Bambu Apus, tidak ada orang Jakarta yang keberatan?
Bukankan itu nama sudah merupakan satu bagian dari sejarah perkembangan sejarah Jakarta itu sendiri?
Terus, kalau benar Nasdem memang sudah memilih Anies, apakah kita harus takut?
Sebenarnya tidak juga. Ini hanya satu gambaran, bagaimana orang-orang politik bisa mengaburkan cara pandang politiknya hanya untuk kepentingan sesaat.
Ada yang berslogan, meneguhkan politik kebangsaan. Tapi saat bersamaan, dia memberi ruang kepada orang dan partai yang jelas jauh dari makna politik kebangsaan itu.
Mereka tidak ubahnya seperti orang yang ingin mendapatkan ikan kakap, tapi ia justru memancing di dalam aquarium yang isinya ikan cupang semata.
Dia tahu itu tapi dia tetap melakukannya.
Saya kira, ini hanyalah satu penilaian pribadi saya. Tidak ada yang perlu ditakutkan seandainya pun nanti penilaian ini benar menjadi nyata.
Indonesia sekarang sudah belajar banyak dari kejadian sosok-sosok, partai dan kelompok yang ingin merobek ikatan kebanggsaan selama ini.
Memang kita tidak ikut bersuara lantang sekarang ini, seperti partai-partai yang nyaring menggelar Raker-rakernya.
Tapi yakinkan diri kita, pada saatnya nanti dibutuhkan, kita dan silent majority lainnya akan bersatu padu "menghantam" kelompok dan pribadi-pribadi yang mencoba merobek kebangsaan negeri ini, dengan tidak memberikan ruang dan waktu kepada mereka.
Biarkan mereka bermimpi setinggi-tingginya. Pada saatnya nanti kita bangunkan mereka dari tidurnya, dan memperlihatkan bahwa NKRI tidak punya tempat untuk pihak yang bermain-main dengan politik kebangsaan.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/sejatinya-nasdem-sudah-memilih-anies-y1DxubarLM
Diledek Melulu, Demokrat Sekarang Tiga Besar Coy!
Dari survei Litbang Kompas yang diselenggarakan pada 26 Mei-4 Juni 2022 menunjukkan bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) masih partai dengan elektabilitas tertinggi dengan angka 22,6 persen. Di posisi kedua Partai Gerindra (12,5 persen), diikuti Partai Demokrat (11,6 persen), dan Partai Golkar (10,3) persen di urutan keempat.
Menarik.
Kalau PDIP di puncak, itu biasa. Wajar. Yang menarik adalah apa yang bisa dilihat dari posisi ketiga, partai Demokrat. Sebuah kejutan?
Agaknya begitu. Padahal tidak ada isu penting yang dihembuskannya. Tidak ada tindakan kadernya yang menarik perhatian. Ibas, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ya begitu-begitu saja.
Justru beberapa kali diberitakan adanya kader yang berpindah, keluar dari Partai Demokrat. Ada juga penolakan atas beberapa keputusan AHY di beberapa daerah.
Nah, bila begitu perlu ditelusuri kenapa Partai Demokrat berhasil menyodok ke posisi tiga besar, mengangkangi partai Golkar dan Nasdem? Ada apa dengan partai berlambang mercy merah putih itu? Kira-kira faktor apa saja yang membuat Demokrat bisa mencapai posisi tersebut?
Setidaknya ada dua.
Pertama, bisa jadi peningkatan elektabilitas Demokrat disebabkan karena diamnya Ibas. Ingat, diam itu emas.
Betul, Ibas yang tidak banyak berpernyataan, tidak main twit-twit serius, dan mungkin lebih lebih memilih untuk menjalani hiatus, menjadi salah satu faktor yang ikut mendorong naiknya pamor partai ini.
Tentu masih ingat cuitan "wahai rakyatku, bla… bla …," yang kemudian diketahui pada pileg 2014 dimulailah tren menurun yang dialami Partai Demokrat?
Kedua, hobi baru Pak SBY yaitu melukis. Seperti diketahui, sewaktu menjadi presiden Pak SBY dikenal sebagai satu-satunya presiden Indonesia yang rajin mengeluarkan album. Patut diduga bahwa mencipta lagu dan kemudian menyanyi adalah hobinya semata. Terbukti selepas menjabat, kegiatan mencipta lagu, menyanyi, dan merekam tidak lagi beliyo lakukan.
Begitu pensiun, Pak SBY diketahui lebih mendalami hobi melukis. Sudah banyak pameran yang dipamerkannya, terutama lewat media sosial. Terbaru adalah lukisan besar Grand Canyon.
Selain hobi melukis yang menarik, lokasi melukisnya pun juga patut diperhatikan. Baru-baru diketahui SBY melukis di pantai.
Apa hubungannya melukis dan elektabilitas Demokrat?
Begini, Demokrat tetap identik dengan SBY. Bisa jadi elektabilitas Demokrat saat ini peningkatannya didukung oleh mereka yang mengapresiasi hobi dan hasil melukis SBY. Fandom Pak SBY bertambah, fans lama dari menyanyi digabungkan dengan fans baru dari melukis.
Hmmm….
Sumber Utama : https://seword.com/humor/diledek-melulu-demokrat-sekarang-tiga-besar-coy-J9rhOz0HJ7
Kerennya Kominfo, Hasil Memang Tidak Mendustakan Usaha.
Startup Studio Indonesia (SSI) adalah sebuah program pemberdayaan perusahaan rintisan yang diinisiasi oleh Kominfo dengan tujuan untuk memberdayakan masyarakat umkm Indonesia.
Kita mungkin tidak perlu mempertanyakan, mengapa kok justru Kominfo yang melakukan. kemana tuh yang namanya Kementrian Koperasi dan UMKM?
Startup Studio Indonesia adalah program bimbingan dan pendampingan perusahaan rintisan pada tahap dini (early stage startup), termasuk juga bimbingan untuk mendapatkan pendanaan, yang diselenggarakan oleh Kominfo sejak tahun 2020.
Kominfo menggandeng para pelaku usaha rintisan yang telah berhasil dalam mengembangkan perusahaan rintisannya untuk berbagi dan melakukan pendampingan para pelaku usaha rintisan yang mengikuti Startup Studio Indonesia.
Dari setiap angkatan, sekitar 30-40 % nya berhasil mendapatkan pendanaan.
Tentunya ini adalah pencapaian yang baik karena investor yang memberikan pendanaan juga akan melihat profil, peluang serta manajemen dari para usaha rintisan tersebut sebelum menggelontorkan dananya.
Tercatat, total pendanaan yang tersalur ke startup alumni SSI Batch 1-3 hingga Mei 2022 mencapai Rp 332,1 miliar.
Salah satu alumni yang berkembang pesat setelah mengikuti SSI adalah Verihubs, alumni dari Batch 1.
Verihubs mengembangkan solusi Know Your Customer (KYC) berbasis teknologi artificial intelligence (AI) untuk proses onboarding pelanggan secara digital, serta solusi Know Your Employee yang dikenal juga sebagai Verika (Verifikasi Karyawan), digunakan untuk melakukan pre-screening kandidat karyawan.
"Semua produk digital ini membantu mengeliminasi kemungkinan kesalahan dan inefisiensi yang disebabkan proses manual,” ungkap Williem, CTO dan Co-Founder Verihubs dalam keterangan resminya.
Berkat inovasinya, Verihubs dinobatkan menjadi perusahaan dengan teknologi face recognition terbaik di Indonesia selama dua tahun berturut-turut, menurut National Institute of Standards and Technology (NIST).
Dari Batch 2, LingoTalk berhasil meraih 2 tahap pendanaan awal dari beberapa investor ternama, seperti Iterative Capital, Eduspaze by Spaze Ventures, dan Kistech Pte Ltd. setelah mengikuti program SSI.
salah satu alumni SSI Batch 3, Soulparking, terbukti berani keluar dari zona nyaman dengan menahbiskan model bisnis baru berupa sistem franchise dan Hardware-as-a-Service (HaaS).
Usaha rintisan yang mendigitalisasi sistem parkir ini, mencatatkan pertumbuhan pendapatan lebih dari 20 persen setiap bulan, serta menambah titik operasional sebesar 50 persen dengan berekspansi ke Bali - setelah sebelumnya berfokus di Jabodetabek dan Pulau Jawa.
"SSI adalah program terbaik untuk bisa mendulang pembelajaran dan pengalaman tentang membesarkan startup dari tahap awal," kata Andru Surya Wijaya, CBO dan Co-Founder SoulParking.
Selain ketiga usaha rintisan tersebut, ada banyak alumni SSI lain yang telah mempraktekkan ilmu selama pelatihan dan meraih pencapaian yang tak kalah mentereng.
Tentunya apa yang sudah dilakukan oleh Kominfo ini adalah suatu kerja nyata dengan hasil yang nyata juga.
Keberhasilan Kominfo dengan Startup Studio Indonesia ini tentunya akan menambah jumlah pengusaha Indonesia dan penambahan jumlah pengusaha ini juga akan memperkuat dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional selain membuka lowongan kerja serta menambah penghasilan negara melalui pajak yang dibayarkan.
Saat ini sedang dibuka pendaftaran Startup Studio Indonesia Batch 5 dengan kriteria sebagai berikut :
1.Sudah memiliki Minimum Viable Product (MVP) minimal 3-6 bulan terakhir.
2.Pendiri startup terlibat secara full time dalam operasional
3.Telah memiliki badan hukum PT
Usaha rintisan sedang berada pada tahap pendanaan bootstrap atau maksimal pendanaan Seri-A.
Usaha rintisan yang tertarik bisa mendaftarkan diri di situs resmi SSI (https://startupstudio.id/) paling lambat 1 Augustus 2022.
Bagi teman-teman yang tertarik dan memenuhi kriteria, ayo segera daftarkan.
Jangan lewatkan kesempatan baik yang dibuka oleh Kominfo dan sudah terbukti keberhasilannya ini.
Salut kepada Menkominfo Johnny Plate dan tim Kominfo.
Hasil memang tidak akan mendustakan usaha yang sudah dilakukan.
Bagaimana menurut teman teman?
Sumber Utama : https://seword.com/umum/kerennya-kominfo-hasil-memang-tidak-mendustakan-lTkSLmy0EX
Oh, Begini Toh Cerita Penilangan Pemotor di Sawah Itu ...
Netizen yang khususnya berada di wilayah Sukoharjo, Jawa Tengah mendadak riuh dengan pemberitaan adanya penilangan yang dialami oleh pengendara sepeda motor yang terlihat melintasi jalanan di areal persawahan.
Bisa ditebak narasi dan komentar yang lantas beredar, antara main berisi keheranan soal fasilitas tilang elektonik (ETLE) yang biasanya ada di jalanan utama, lha ini kok sampai area persawahan yang identik dengan jalanan pedesaan begini?
Ada juga yang berkomentar, kok sampai segitunya sih polisi menilang pengendara, dengan tambahan komentar yang sebaiknya tidak saya sertakan di sini, tapi mungkin SEWORD-ers sudah bisa menebak isi komentar yang kebanyakan menyindir kinerja aparat kepolisian lalu lintas itu.
Menjawab pertanyaan itu, muncullah penjelasan dari aparat Polda Jateng, seperti dijelaskan dalam pemberitaan laman CNN Indonesia berikut ini:
Jadi, si pemotor tadi rupanya ditilang ketika petugas menjalankan ETLE Mobile, yakni tilang elektronik yang menggunakan kamera ponsel, yang sudah diterapkan di wilayah Polda Jawa Tengah. Cara kerjanya yakni penindakan lewat alat itu dilakukan sembari anggota kepolisian berpatroli.
Soal tilang di area persawahan itu dijelaskan:
""Di Jawa Tengah banyak jalan antar kabupaten yang menghubungkan persawahan dan yang bersangkutan pergi ke kecamatan tetangga bukan ke sawah. Tentunya kami boleh saja petugas melakukan penindakan," kata petugas.
Oya, sekadar info bahwa sejak 13 samai 26 Juni 2022 sedang diadakan Operasi Patuh Jaya 2022 dengan delapan target sasaran: penggunaan knalpot bising, penggunaan rotator, aksi balap liar, melawan arus, menggunakan handphone saat mengemudi, menggunakan helm tidak SNI, tidak menggunakan sabuk pengaman, serta berboncengan lebih dari satu orang.
Kembali ke penilangan tadi ....
Sampai hari ini urusan penilangan memang masih menjadi polemik di masyarakat. Selama saya melaju sepeda motor sekitar 12 tahunan terakhir, salah satu penyebabnya justru inkonsistensi dari petugas dalam menindak pelanggaran di jalanan.
Saya kerap melihat pelanggaran terjadi tepat di depan petugas tapi dibiarkan saja. Saking hafalnya, saya bahkan bisa menunjuk titik tertentu di jalanan yang biasa saya lewati, dimana ada pelanggaran melawan arus setiap hari terjadi. Kalau ditanya, mungkin jawaban yang muncul akan sangat diplomatis, dengan merujuk pada aturan ini dan itu, petugas hanya menjalankan aturan, bla, bla, bla .... silakan bisa diteruskan sendiri.
Memang kesadaran masyarakat dalam tertib berlalu lintas saya kira masih sangat kurang. Akibatnya, ada aturan dibuat pun, akan dianggap sebagai alasan untuk diakali atau dilanggar, bukan buat ditaati.
Inilah yang saya kira masih menjadi PR besar buat Kapolri dan seluruh jajarannya, bagaimana mengedukasi masyarakat dan tidak terburu-buru menerapkan denda tilang selangit, dengan alasan
"Nanti akan tertib sendiri kalau dendanya besar!"
Selain masalah soal tilang-menilang, PR lain yang tampaknya lebih urgent dicarikan solusinya adalah pembayaran pajak STNK tanpa harus disertai KTP asli, balik nama yang kalau bisa sehari jadi, perpanjangan SIM online dengan syarat mudah, pembuatan SIM baru dengan ujian berkendara di jalan raya, hingga soal kelengkapan sepeda motor yang sesuai aturan dan memenuhi standar keselamatan.
Kalau tilang model ETLE sih, terlebih dengan ponsel petugas mungkin belum saatnya diterapkan untuk area jalan tertentu, apalagi kalau dendanya tinggi. Bagaimana menurut Anda?
Sumber Utama : https://seword.com/umum/oh-begini-toh-cerita-penilangan-pemotor-di-sawah-23b6JeOxSR
Mau Jadi Suriah? Karya Anies Di Skakmat Butet Kertaredjasa
Nah loh! Butet Kertaredjasa kritik Anies Baswedan soal revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM).
Saat mengunjungi TIM dirinya hanya termangu melihat ruang kosong yang jejak sejarahnya telah binasa. Seakan harus mulai lagi dari nol membangun pusat kesenian atau kebudayaan TIM.
"Jangan2 memang begitulah selera arsitektur modern: merevitalisasi adalah membinasakan dan meniadakan sejarah, meratakan tanah, dan bikin bangunan baru yang terasa congkak. Ironis banget ya: arsitektur kan sesungguhnya juga kerja kebudayaan?" tulisnya.
Lanjutnya, Seniman legendaris itu mengkritik status TIM dari sebelumnya sebagai institusi sosial berupa yayasan menjadi institusi bisnis dengan bentuk perseroan terbatas.
"Jelas sekali maksudnya: pendidikan dan kebudayaan bukan dimaknai sebagai investasi demi melahirkan manusia2 berkualitas. Demi masyarakat yang beradab. Tapi menjadikannya mata rantai industri untuk menangguk laba sebanyak2nya," jelasnya.
Sejumlah foto dan video diunggah di akun Instagram pribadinya ketika ia berkunjung ke TIM yang sudah berubah karena proyek revitalisasi. Sebagaimana dilansir dari laman Tempo.co dan pikiran -rakyat.com
Dalam opini saya setidaknya ada dua hal yang di sayangkan oleh seniman senior tersebut. Silahkan nanti diperdebatkan dikolom komentar.
Pertama, Butet menyayangkan revitalisasi bangunan TIM yang seolah-olah melupakan sejarah.
Sejak direvitalisasi ada sejumlah situs kebudayaan yang hilang seperti Teater Arena, Teater Tertutup, Teater Terbuka, Studio Huriah Adam, Wisma Seni, Gedung Pameran, dan Graha Bakti.
Di awal-awal revitalisasi TIM oleh Anies, memang sudah mengundang polemik karena tidak dilibatkannya seniman dalam proyek ini.
Proyek itu juga menelan dana fantastis sebanyak 1,8 Triliun.
Kedua, Yayasan TIM yang adalah wadah bagi seniman, sudah berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT).
Padahal inti dari seni itu ya murni seni, bukan semata-mata untuk mendapatkan keuntungan semata.
Bukan sisi komersial saja. Itu yang membedakan teater dan dunia hiburan mainstream.
Contohnya begini, dalam opini saya, misalnya saya ingin menjadi seorang seniman katakanlah pelukis atau penari, nah saya melakukan itu bukan semata-mata demi faktor uang semata.
Tapi kepuasan batin yang saya nikmati. Itulah seniman, kalaupun saya mendapatkan uang dari hal itu, itu sah-sah saja, tapi bukan itu tujuan utamanya.
Bukankah dengan menjadikan Yayasan TIM menjadi PT, ini berarti sudah menyimpang dari tujuan mulia tersebut? Sekali lagi ini debatable
Revitalisasi seolah-olah menghilangkan 'jiwa' dari semangat TIM yang dibangun pada 1968 oleh Gubernur Ali Sadikin tersebut.
TIM memang sudah menjadi bangunan megah dan modern, tapi apakah itu mempunyai 'jiwa' di dalamnya atau sekedar bangunan saja, mengingat Mall dan bangunan mewah sudah cukup banyak di Jakarta.
Yang menarik, Butet kemudian memberikan kritik keras, Menurutnya, Indonesia belum menjadi Suriah. Maka dari itu dalam merevitalisasi harus menghormati sejarah dan kebudayaan.
"Atau jangan2 ini memang selera penguasanya, gubernur DKI, yang tidak memiliki adab dan kemauan menghormati sejarah dan kebudayaannya. Ingat lho,…. Indonesia belum berubah jadi Suriah. Tapi arogansi dan keganasan “membinasakan” sudah memperlihatkan tanda2nya," tulis Butet melalui akun Instagram @masbutet, Selasa 21 Juni 2022.
Wah-wah seru ini..
Sumber Utama : https://seword.com/sosbud/mau-jadi-suriah-karya-anies-di-skakmat-butet-LTgC3syg4z
Muncul Video “Gorok” Kepala Boneka Ahok… Masih Berani Pilih Anies Bapak Politik Identitas?
Gelar bapak politik identitas di Indonesia dimiliki oleh Anies Baswedan. Kalau kita melihat kondisi Jakarta beberapa tahun ini Kita paham bahwa negara Indonesia sempat porak-poranda karena di DKI Jakarta 5 tahun belakangan ini.
Jakarta terlihat semakin mundur dan demokrasi mati di akibat politik identitas yang dibawa-bawa oleh Anies Baswedan dan partai-partai pendukungnya, Jakarta harus mundur puluhan tahun ke belakang.
Ngerinya, beredar video demo 212 yang begitu brutal. Beberapa tahun silam saat pendukung Anies Baswedan lagi gila-gilanya ingin Ahok mati, ada sebuah kegiatan dan tindakan ala-ala teroris yang dilakukan. Ada boneka Ahok yang diisi oleh cairan berwarna merah.
Kemudian secara simbolik, mereka menggunakan pisau untuk menggorok leher boneka yang ditempel wajah Ahok. Dan cairan merah seperti darah mengalir. Dan orang seperti ini akan berkuasa jika Anies menang. Bahaya… Sungguh mengerikan. Simak video ini…
Mental-mental inlander yang dibawakan oleh Anies Baswedan ternyata memberikan pengaruh buruk bagi rakyat Jakarta. Selama Anis berkuasa di kursi gubernur DKI Jakarta, tidak ada terobosan yang dikerjakan.
Jangankan terobosan, mempertahankan standar Basuki Tjahaja Purnama saja dia kelabakan dan seperti orang bodoh. Selama 5 tahun ini Jakarta mundur ke masa jahiliyah. Semua yang terlihat bagus dan terlihat baik itu hanyalah dinikmati oleh orang-orang besar yang memiliki pengaruh dan juga jabatan.
Di tengah-tengah pagelaran Formula E yang berhasil katanya, masih ada orang yang berak sembarangan dan mereka adalah warga DKI Jakarta. Banyak orang yang nggak bisa cebok di rumahnya sendiri.
Dan mereka adalah orang-orang yang juga mencoba untuk cebok kotoran dan residu sampah Pilkada DKI Jakarta. Tapi sayangnya mereka mencoba untuk mencebok kotoran-kotoran Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu, justru tangan mereka makin kotor karena mereka tidak punya landasan alias air bersih.
Semakin dicebok semakin kotor itu. Saya kira politik identitas harus dihentikan dengan cara menghentikan karir politik Anies Baswedan sesegera mungkin. Masih banyak orang-orang yang bisa ditunjuk sebagai calon presiden dan mereka bisa bersaing dengan sehat.
Calon presiden kita banyak sebetulnya yang masih waras dan punya otak untuk mengedepankan rakyat Indonesia.
Nama-nama yang bisa saya sebutkan adalah Ganjar Pranowo, Jenderal Dudung Abdurrahman, Panglima Andika Perkasa, Erick Thohir, dan banyak lainnya yang sebetulnya bisa bersaing dengan sehat tanpa harus pakai politik identitas seperti yang dikerjakan oleh Anies Baswedan, front pembela Islam, Hizbut tahrir Indonesia, dan orang-orang lainnya.
Nama Anies Baswedan maju karena memang suara mantan teroris dan HTI itu sangat tinggi dan sangat lantang. Saya agak khawatir dengan keadaan negara ini jika Anies Baswedan bisa jadi capres.
Dia itu tipe orang yang menghalalkan segala cara untuk menguasai dan menghancurkan negara ini. Kita harus pilih orang asli Indonesia baik dari pemikirannya maupun visinya. Kecil sekali kemungkinan presiden Joko Widodo melanjutkan masa jabatannya untuk periode namun penerus presiden Joko Widodo haruslah orang yang tidak terikat dengan politik identitas.
Kita sematkan Anies Baswedan menjadi orang yang merupakan bapak politik identitas alias bapak rasis Indonesia. Negara ini butuh ketentraman dan tidak boleh rusak karena ulah orang-orang macam dia dan partai-partai pendukungnya.
Mengerikan…
Sumber Utama : https://seword.com/politik/muncul-video-g0r0k-kepala-boneka-ahok-masih-iX43hCS9sV
Jika Prabowo Dukung Gibran Di Pilgub Jakarta, Orang Ini Akan Tersakiti
Gibran yang merupakan putra sulung dari Presiden Jokowi sepertinya terus mendapat dukungan sekaligus godaan politik. Potensi dari Gibran mungkin terangkat karena kesuksesan Presiden Jokowi dalam memimpin masyarakat sipil. Mulai dari Walikota Solo 2 periode, 2 tahun jadi Gubernur DKI Jakarta dan Insya Allah 2 periode Presiden RI.
Elektabilitas dan popularitas Gibran mulai diuji di Pemilihan Walikota Solo beberapa waktu lalu. Gibran menang dengan angka cukup jauh dari pesaingnya.
Setelah menjadi Walikota Solo Gibran seolah menjadi bunga indah yang harum di taman kota. Banyak kumbang yang datang bertandang untuk mendekat dengan maksud dan tujuan spesial.
Banyak pejabat negara, elit partai negeri ini yang datang bersilaturahmi dengan Gibran Rakabuming di Solo. Hal ini menandakan Gibran dilihat sebagai sosok yang potensial menjadi figur politik yang menggiurkan.
Terbaru pada saat pernikahan bibinya di Solo, Gibran spesial diundang oleh Prabowo untuk datang ke Hambalang belajar naik kuda. Undangan tersebut dipenuhi Gibran pada hari Sabtu lalu.
Di Hambalang Gibran mendapat wejangan keramat dari Prabowo Subianto. Gibran disarankan untuk ikut Pemilihan Gubernur, bisa Pilgub Jawa Tengah atau DKI Jakarta. Ternyata wejangan serupa datang dari Megawati Sukarnoputri.
Dua pesan keramat yang datang dari dua tokoh bangsa tentu saja sangat spesial dan layak diperhitungkan. Bukan hanya saran biasa, bisa saja dua tokoh bangsa ini akan mendukung secara politik. Karena Prabowo Subianto dan Megawati memiliki Partai besar yaitu Partai Gerindra dan PDI Perjuangan.
Jika benar Prabowo mendukung Gibran secara politik di Pilgub DKI Jakarta, maka Partai Gerindra harus mengorbankan kader terbaiknya di Jakarta yakni Ahmad Riza Patria. Riza sekarang ini menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Gubernur Anies Baswedan sejak tanggal 15 April 2020. Riza menggantikan Sandiaga Uno yang memutuskan maju di Pilpres 2019.
Saya kira Ahmad Riza Patria akan tersakiti jika partainya benar-benar memutuskan mendukung Gibran di Pilgub DKI Jakarta mendatang. Secara teori tentu saja Riza Patria lebih berhak karena sudah berpengalaman di Partai Gerindra. Tapi politik memang seperti itu harus sesuai perintah partai.
Kita tentu ingat bagaimana Partai Gerindra memecat M. Taufik anggota DPRD DKI Jakarta karena mendoakan Anies Jadi Presiden. Politik memang seperti itu terkadang terlihat kejam.
Popularitas dan elektabilitas Gibran memang menjanjikan. Sehingga membuat partai politik ingin dekat dengan Gibran.
Kita nantikan saja, apakah benar Prabowo akan nekad berkorban demi Gibran? Tunggu tanggal mainnya.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/jika-prabowo-dukung-gibran-di-pilgub-jakarta-hnhp9feq4E
Anies-jk-bachtiar Nasir Bakal Jadi Poros Khilafah 2024? Bahaya!
Kedekatan Anies Baswedan dengan kelompok-kelompok agamis radikal dan pengusung khilafah sudah jadi pengetahuan umum. Mereka ini lah yang berhasil mengantarkan Anies memenangkan Pilkada DKI Jakarta. Sehingga Pilkada DKI 2017 dicap sebagai yang terburuk dalam sejarah, karena dinodai isu SARA Sumber. Bahkan Anies tanpa malu-malu kembali menegaskan unsur SARA ini dengan menyebut kata “pribumi” dalam pidato perdananya sebagai Gubernur DKI Jakarta Sumber Sumber. Seakan menarik garis bahwa lawan politik yang dikalahkannya adalah bukan pribumi, bukan orang Indonesia. Ini politik identitas bukan?
Kedekatan Anies dengan kelompok-kelompok, yang gampangnya kita sebut saja dengan kadrun, diteruskan Anies dengan setia. Ketika Rizieq Shihab kabur ke Arab Saudi, Anies tetap setia menghadiri acara milad FPI. Bahkan ketika Rizieq kembali ke Indonesia, Anies termasuk orang pertama yang mengunjungi Rizieq di rumahnya di Petamburan.
Ketika pemerintah mengumumkan pembubaran FPI dan dinyatakan sebagai ormas terlarang, beberapa video diputar sebagai bukti. Bukti bahwa FPI mendukung ISIS. Dalam satu video dengan jelas Rizieq menyebut bahwa ISIS punya cita-cita yang mulia, yakni menegakkan Khilafah Islamiyah. Tidak ketinggalan Rizieq menyatakan tidak mau bermusuhan dengan ISIS. Sedangkan di video lain terlihat anggota FPI mendukung bai’at massal ISIS di Makassar Sumber.
Ini bukti yang tak terbantahkan ya. Mau jungkir balik gimana juga tidak akan bisa menghapuskan jejak digital super valid ini. Video ini sudah beredar di masa Pilkada DKI Jakarta 2017 Sumber. Masak Anies tidak tahu? Tetapi Anies sendiri memang tidak pernah memberikan sikap tegas terhadap radikalisme. Ketika semua orang ribut-ribut dengan upaya para pengusung khilafah, yang hendak mengganti dasar negara Pancasila, Anies hanya mingkem.
Kedekatan Anies dengan kelompok kadrun pengusung khilafah ini berusaha dibantah. Bahkan oleh seorang pengamat politik, Dedy Kurnia. Dedy menyebut bahwa tuduhan bahwa Anies dan pendukungnya adalah pro-khilafah dan politik identitas itu omong kosong. Bagaimana mungkin Anies dianggap pro-khilafah, sementara dia hasil didikan Barat, katanya Sumber. Mungkin pengamat ini lupa bahwa Anies sendiri yang nampak sekali masih saja memakai politik identitas. Misalnya, seperti memakai stadion JIS, kebanggaannya itu sebagai lokasi sholat Ied. Atau kehadirannya dalam milad FPI.
Pernyataan pengamat politik itu dirilis dalam berita tanggal 15 Mei 2022. Dan beberapa hari kemudian, tanggal 8 Juni 2022, sekelompok massa yang menamakan diri sebagai Majelis Sang Presiden mendeklarasikan Anies sebagai capres 2024. Mereka ini ternyata berisi eks HTI, eks FPI dan eks narapidana terorisme Sumber. Bahkan atribut bendera HTI sempat berkibar di acara itu, yang akhirnya diturunkan oleh panitia, katanya. Di media, foto atribut HTI itu terlihat jelas Sumber. Mau dibantah gimana? Lha wong pendukungnya jelas-jelas eks HTI.
Di sisi Anies selalu ada Jusuf Kalla, politisi senior yang juga sudah kita ketahui peran besarnya dalam pengusungan Anies di Pilkada DKI dulu. Nah, mereka berdua, tanpa berusaha mendukung pembelaan si pengamat politik tadi, dengan cueknya menghadiri acara Silaturahmi dan Musyawarah Nasional (munas) Jalinan Alumni Timur Tengah Indonesia (JATTI) pada Jumat tanggal 17 Juni lalu Sumber.
Sebentar, ada lagi lucunya. Lucunya, kehadiran Anies di acara ini hampir bertepatan dengan diumumkannya nama Anies oleh Ketum Nasdem, Surya Paloh. Sebagai bakal capres pilihan NasDem nomor urut satu Sumber. Sementara, 2 hari sebelumnya Surya Paloh bicara tentang kesatuan bangsa, serta menegaskan bahwa NasDem tidak mau terjebak politik identitas Sumber. Eeh Anies bersama JK malah ke acara silaturahmi JATTI yang disebut dihadiri oleh para ulama dan tokoh muslim.
Siapa tokoh publik yang ikut dalam acara JATTI ini, yang juga merupakan alumni dari Timur Tengah? Tidak lain adalah Ustad Abdul Somad (UAS), yang hadir secara virtual. UAS bicara dan memamerkan dukungan politik yang dia berikan pada beberapa kepala daerah Sumber. Sementara itu, menyambut kehadiran Anies, Ketua Dewan Pembina JATTI, memuji Anies yang katanya terus melambung tinggi Sumber.
Besoknya, hari Sabtu (18 Juni), Bachtiar Nasir terpilih menjadi Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) JATTI periode 2022 - 2025 Sumber. Bachtiar Nasir ini pernah menjabat sebagai Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI). Pada tahun 2019, dia ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan pencucian uang dengan tindak pidana asal pengalihan aset sebuah yayasan. Yayasan itu disebut menampung dana untuk aksi bela 411 dan 212. Pihak Kepolisian waktu itu mengungkap adanya indikasi pengiriman dana dari GNPF-MUI ke Turki. Dan menurut media asing di Suriah, dana itu terkait dengan ISIS Sumber. Kasus ini terakhir diberitakan di media pada akhir tahun 2020. Di mana status Bachtiar Nasir masih menjadi tersangka Sumber. Namun hingga kini belum ada update terbaru ya.
Yang ada dan sekarang beredar di media sosial adalah sebuah video yang berisi pidato Bachtiar Nasir. Dia menyebut bahwa pada tahun 2024 akan lahir pemimpin baru dan Khilafah Islamiyah akan berdiri. Bahkan Bachtiar mengutip laporan Menteri Pertahanan Amerika Serikat yang menyebut bahwa Khilafah Islamiyah akan berdiri pada 2025 Sumber.
Dalam kata sambutannya sesudah terpilih menjadi Ketua Umum JATTI, Bachtiar Nasir menyebut bahwa ke depannya, kerja JATTI semakin berat. Salah satu targetnya adalah ekspansi kepengurusan wilayah di seluruh Indonesia. Memang ini sebuah organisasi yang diklaim sebagai wadah alumni. Namun, kalau dicermati kemunculannya saat ini, ketika tahapan pemilu 2024 sudah dimulai, kita pun bisa menebak arahnya ke mana.
Dari segi Anies dan JK, jaringan organisasi ini bisa dipakai sebagai sarana kampanye. Apalagi menjelang habisnya masa jabatan Anies pada Oktober nanti. Sedangkan dari pihak organisasi yang diketuai oleh pengusung khilafah, maka bisa diduga dan ditakutkan bahwa organisasi ini menjadi jaringan para pengusung khilafah. Bukannya juga ada video bukti bahwa Somad juga mengusung khilafah? Sumber. Dan Ustad Abdul Somad menjadi salah satu aktivis JATTI.
Klop lah sudah kan. Wajar jika timbul dugaan munculnya poros baru yang terdiri dari Anies, JK dan Bachtiar Nasir pada tahun 2024. Poros yang bisa saja nanti didukung oleh partai politik. Yang memungkinkan Anies nyapres. Sudah jadi bakal capres NasDem kan? Apakah poros ini bakal menjadi poros pengusung khilafah? Ini yang kita takutkan dan harus diwaspadai. Kita serahkan pada aparat kepolisian untuk menindaklanjuti. Jangan sampai lengah!Sumber Utama : https://seword.com/politik/anies-jk-bachtiar-nasir-bakal-jadi-poros-khilafah-ipaDqE1DIJ
Gerbong Gerbong Politik
Jika kita menganalisa politik melalui bahasa simbol, maka kita akan bertemu banyak puzzle-puzzle. Tapi disitulah benang merah korelasi tidak pernah berbohong, meski sulit diungkapkan.
Foto di bawah ini menjadi moment multi diksi bagi masing-masing individu yang berjajar. Begitu pula multitafsir bagi yang melihatnya. Bagaimana JokPro menterjemahkan sebagai kesepakatan jabatan 3 periode. Kubu oposan memahami sebagai unjuk kekuatan, atau netijen menganggap Jokowi sedang "merangkul" mengajak berjalan bersama, bukan sendiri-sendiri lagi.
Megawati sebagai sosok yang dituakan dalam segi umur tentunya akan lebih dihormati kalimat-kalimatnya, reaksi mendengarnya, bahkan senyumnya. Si bungsu Cak Imin akan lebih banyak mendengar, sesekali menimpali dengan gaya ceplas-ceplosnya sebagai penegasan, bukan melempar gagasan baru.
Setidaknya arah biduk Republik ini akan kemana berada di tangan mereka. Semuanya bertujuan baik menurut versinya masing-masing, minimalnya tidak ada gagasan Indonesia menjadi Negara Syari'ah itu sudah lebih dari cukup.
Ini era dimana Ketua Partai Politik menyimpan agenda tersendiri untuk melanjutkan perjalanan Republik selanjutnya. Ibarat orkestra, masing-masing memegang alat musik berbeda yang menghasilkan suara tidak sama, namun berada di panggung yang sama. Jokowi sebagai dirigennya sebentar lagi akan menyerahkan tongkat kepada siapa, tergantung kesepakatan mereka yang hadir. Bukan kepada penonton apalagi pemain cadangan di belakang panggung.
Dalam penampakan moment keharmonisan, diplomasi meja makan ala Jokowi apakah masih efektif? Mari kita membayangkan pembicaraan yang terjadi di meja makan menjadi lebih simbolis pula. Bagi yang suka tahu atau tempe, vegetarian, suka pedas atau anti micin dipersilahkan tergantung kemampuan tubuhnya usia di atas 50. Tetapi apapun makanannya minumnya sama-sama air putih.
Normatifnya mereka berbicara hal-hal besar, bukan hanya tentang ulah menterinya Jokowi apalagi harga migor. Akan mempertahankan atau merubah konsep bangunan politik dan ekonomi pasca suksesi lebih banyak mendominasi pembicaraan. Jokowi sebagai "katarsisnya" sukses memaksa mereka berkompromi di depan meja makan.
Gerbong-gerbong politik yang hadir mustahil bergerak sendiri. Masing-masing gerbong bermuatan beda namun sama-sama butuh lokomotif yang memastikan masinisnya harus muncul dari salah satu gerbong yang ada.
Kesimpulan sederhananya mereka ingin berkata : Capres dan Cawapres 2024 sepakat harus berasal dari anggota penumpang di gerbong utama. Tidak boleh ada penumpang gelap yang tiba-tiba naik ke salah satu dari 7 gerbongnya.
Jadi pahamkan yang bukan berasal dari penghuni 7 gerbong tersebut tidak mungkin dapat tiket ikut audisi suksesi 2024. Catatan penting untuk AB, AHY, apalagi HRS Gitu aja sih...
Sumber Utama : https://seword.com/politik/gerbong-gerbong-politik-XJ0rEzhrJJ
Re-post by MigoBerita / Kamis/23062022/13.42Wita/Bjm