» » » » » » » » » Jangan Mau di Cuci Otak 212 : TERNYATA , Ormas Terlarang FPI dan HTI itu Nyata ada di KalSel

Jangan Mau di Cuci Otak 212 : TERNYATA , Ormas Terlarang FPI dan HTI itu Nyata ada di KalSel

Penulis By on Senin, 06 Desember 2021 | No comments

Migo Berita - Banjarmasin - Jangan Mau di Cuci Otak : TERNYATA , Ormas Terlarang FPI dan HTI itu Nyata ada di KalSel, walau sudah dibubarkan pemerintah, namun mereka ternyata masih ada dan terus beraktivitas dan berada disemua lini kehidupan di KalSel hingga Indonesia, saat ini masih terlihat seperti tiarap di KalSel, namun Hati-hati PEMILU serentak tahun 2024 adalah ajang pembuktian warga Kalimantan Selatan dan Indonesia kemana arah politik warga Indonesia khususnya warga Banua Banjar, apakah nanti ke arah politik Ormas Terlarang FPI dan HTI atau ke politik NKRI Harga Mati untuk Indonesia yang Berbeda-beda akan tetapi tetap satu jua INDONESIA. Artikel yang kita kumpulkan agar selalu dibaca hingga tuntas agar tidak gagal paham. Selamat Membaca...

Sahabat Ganjar Bergerak di Kalsel, Bertemu Habib dan Ziarahi Makam Ulama
Kamis, 18 November 2021 – 21:56 WIB

jpnn.com, BANJAR - Sahabat Ganjar menggelar kegiatan bertajuk Mempererat Tali Silaturahmi dengan para habaib dan kiai di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Acara itu digelar di Kota Banjar Baru, Kalimantan Selatan, Rabu (17/11).
Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan Sahabat Ganjar kepada ulama di provinsi berjuluk Seribu Sungai itu. Habib Abdullah Al Habsyi dan 12 habib se-Kalimantan, para kiai, serta segenap pengurus Sahabat Ganjar hadir pada acara Mempererat Tali Silaturahmi itu.
“Pertemuan ini sifatnya silaturahim saja. Alhamdulillah para Habaib memberikan restu dan doa," kata Ketua DPW Sahabat Ganjar Kalimantan Selatan Purwanto dalam keterangan persnya, Kamis (18/11).
Humas DPP Sahabat Ganjar, Indah Ch menyebut kegiatan silaturahmi ini diharapkan bisa terus dilaksanakan. Terutama demi mengetahui persoalan keumatan. “Insyaallah negara ini akan tetap adem ayem, tujuan menjadi lancar, tentram, dingin, dan sejuk," kata Indah.
Acara diisi dengan makan malam sekaligus doa bersama untuk mendoakan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, agar terrus menjadi seorang pemimpin yang amanah dan bisa membantu para rakyat Indonesia. Habib Abdullah berharap semua pemimpin bisa melaksanakan amanah. Dirinya secara pribadi mendukung Ganjar bisa terus memimpin.
“Kami berharap agar semua pemimpin dapat dengan sebenar benarnya memimpin kami," kata Habib Abdullah.

Sahabat Ganjar sehari berikutnya atau pada Kamis (18/11) melanjutkan kegiatan di Kalimantan Selatan dengan berziarah ke makam ulama besar. Kelompok pendukung Gubernur Jawa Tengah itu tampak berziarah ke malam KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari atau dikenal dengan nama Guru Sekumpul di Kabupaten Banjar. Ziarah dipimpin oleh KH Khayatul Makki dan didampingi oleh para gus, ulama, dan pengurus sukarelawan Sahabat Ganjar.
Acara ziarah diawali dengan melantunkan doa bagi almarhum, bangsa, dan negara Indonesia. (ast/jpnn)
Sahabat Ganjar Bergerak di Kalsel, Bertemu Habib dan Ziarahi Makam Ulama Sahabat Ganjar menggelar kegiatan bertajuk Mempererat Tali Silaturahmi dengan para habaib dan kiai di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Acara digelar di K Five Cafe Resto, Kota Banjar Baru, Kalimantan Selatan, Rabu (17/11). 
 Sahabat Ganjar Bergerak di Kalsel, Bertemu Habib dan Ziarahi Makam Ulama
Dokumentasi Sahabat Ganjar
Sahabat Ganjar menggelar kegiatan bertajuk Mempererat Tali Silaturahmi dengan para habaib dan kiai di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Acara digelar di K Five Cafe Resto, Kota Banjar Baru, Kalimantan Selatan, Rabu (17/11). Dokumentasi Sahabat Ganjar
Sumber Utama : https://www.jpnn.com/news/sahabat-ganjar-bergerak-di-kalsel-bertemu-habib-dan-ziarah-makam-ulama?page=2

 Sumber pic screenshoot google di sini
 
Ormas FPI (Front Pembela Islam) "Bermasalah" atau "Tidak", WARNING buat KALSEL
Info lengkap klik disini  

New Joker asal Indonesia, emang Ada ??!!??!! Trus ini kata-kata VIRAL Habib Kribo
Info lengkap klik disini
 
HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) dibubarkan Gema Pembebasan "Menentang" dengan Trik merasa dizalimi Pemerintah ??? bahkan pengikutnya RELA bikin web tandingan versi PENDUKUNG Jokowi dengan web PENENTANG Jokowi !!!! klik lengkapnya disini

Benarkah Gerakan Ormas Terlarang Hizbut Tahrir Indonesia ( HTI ) di KalSel 2019 semakin MENGGURITA..??!!??
klik lengkapnya disini

Ternyata Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sudah lama "mempengaruhi" Tokoh tokoh Banua Banjar
klik lengkapnya disini

Ternyata Walikota Banjarmasin Ibnu Sina turut hadir di video Kegiatan Hizbut Tahrir Indonesia di Banjarmasin,  apakah beliau HTI (Pengusung Ideologi Khilafah dan ANTI PANCASILA) kalau TIDAK segera diklarifikasi???!!! 
klik lengkapnya disini

FPI ingin "kuasai" Indonesia lewat Masjid dan Mantan Pentolan HTI Al Khaththath deklarasikan
Gerakan Indonesia Salat Subuh (GISS)...hemmmmm...!!!! (Semoga Islam tidak dijadikan mereka hanya cesing belaka  namun dihati punya niat yang lain.. yaitu Ganti NKRI dengan KHILAFAH)... Waspadalah...waspadalah.... waspadalah....!!!!!
Lengkapnya klik disini

Ketua FPI Kalsel
Habib Abdurrahman Bahasyim (lahir 27 April 1979) adalah seorang politisi Indonesia.
Ia duduk di kursi DPD-RI wakil dari Kalimantan Selatan dengan mengantongi 268.400 suara dalam
Pemilihan Umum Legislatif 2014. Ia juga merupakan ketua FPI Kalimantan Selatan.
Sumber : https://www.google.com/search?q=tokoh+fpi+di+kalsel+&client=firefox-b-e&biw=1360&bih=643&sxsrf=AOaemvJQeNU6MLVv9NMjXFit4FhZjxfxoQ%3A1638599090976&ei=sgmrYZj7OqycseMPh4a18Ac&ved=0ahUKEwiYnPylwcn0AhUsTmwGHQdDDX44ChDh1QMIDQ&uact=5&oq=tokoh+fpi+di+kalsel+&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAMyBAgjECc6BwgjELADECdKBAhBGAFQsyBYsyBgzSJoAnAAeACAAUaIAUaSAQExmAEAoAEByAEBwAEB&sclient=gws-wiz

Surat Terbuka untuk Media Online jejakrekam.com terkait tentang opini Wati Umi Diwanti yang seolah "MENDIKTE" Presiden Republik Indonesia yang SAH Info lengkap klik disini

Ternyata HTI yang "Dibubarkan" Pemerintah NKRI ada dan menggurita di Kalimantan Selatan ini buktinya !!!  Mereka "Mencuci Otak" Warga Banua Banjar ..!!! AYO Rapatkan Barisan Warga Banua Banjar, Usir mereka dari Indonesia ... NKRI Harga Mati.. !!!! Lengkapnya disini

Pergerakan Ideologi Wahabi Salafi Takfiri Kerajaan Arab Saudi , Sang Penebar Kebencian Sesama ummat Manusia
dan Ummat Islam di Kalimantan Selatan "Kuasai" Masjid, Mushola, Pesantren, Majelis Taklim dan
PASTI BENCI MAULID, HAUL, ZIARAH KUBUR dan TAWASSUL
dan selalu berlindung dengan AHLI SUNNAH, padahal Bukan SUNNI tapi WAHABI TAKFIRI ..
Waspadalah PANCASILA mau diganti dan NKRI akan di Syariahkan versi TAKFIRI !!!!
klik lengkapnya disini

Koq bisa, Koran sekelas B.Post dalam Tajuk Edisi Senin 17 April 2017 "Menggiring"
Opini Massa untuk "Salahkan" AHOK ??!!?? KAMI MUSLIM KAMI TETAP PILIH AHOK-DJAROT.. Salam DUA JARI !!!!
lengkapnya klik disini

Ideologi Wahabi (Salafi Takfiri Kerajaan Arab Saudi) dan Pemuja serta Pengikutnya sudah sampai
dan pasang pengaruh di Kalimantan Selatan lewat Masjid, Yayasan bahkan Radio dan TV
(Media Cetak, Media Elektronik hingga Media Online)... mereka menjelma sesuai konsep dan keinginan ideologi takfiri ckckckckc... waspadalah..!!!??!!!
lengkapnya klik disini

'HEBOH" Jejak Ideologi wahabi salafi takfiri kerajaan arab saudi
"Sang Penebar Kebencian sesama ummat manusia dan ummat islam" di Kalimantan Selatan
Lengkapnya klik disini

Mamah Dedeh, Bahchtiar Nasir, Amin Rais, Abu Jibril dan Yusuf Mansur hingga MUI adalah
"Corong" Wahabi salafi takfiri Sang "Penebar Kebencian" sesama ummat manusia dan ummat islam.. !!! That's RIGHT or NO ?!!!.. Up to You ...
lengkapnya klik disini

HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) dibubarkan Gema Pembebasan "Menentang" dengan Trik merasa dizalimi Pemerintah ??? bahkan pengikutnya RELA bikin web tandingan versi PENDUKUNG Jokowi dengan web PENENTANG Jokowi !!!!
klik lengkapnya disini

Jokowi Mencuci Mulut Kotor para Pembenci

Dalam waktu yang cukup berdekatan 2 lembaga survei merilis hasil survei mereka. Ada IPO (Indonesia Political Opinion) dan Indikator Politik Indonesia. Kedua lembaga survei melakukan penelitian dari bursa Capres 2024 sampai tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja presiden.

Dan saya lebih memilih menggunakan Indikator Politik Indonesia sebagai contoh daripada IPO. Indikator Politik salah satu lembaga survei yang terdaftar di KPU pada 2019. Satu diantara 40 lembaga survei yang terdaftar di KPU saat itu. Dan IPO belum, seperti namanya just "opinian".

Seperti yang sudah kita tahu, lembaga survei Indikator Politik Indonesia mengeluarkan hasil temuan terbarunya. Salah satu satu yang menjadi penelitiannya adalah tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden Joko Widodo.

"Kinerja presiden total ada sekitar 72% yang sangat puas atau cukup puas terhadap kinerja Presiden Jokowi," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam rilis surveinya yang digelar secara daring, Minggu (5/12/2021).

Burhan menyebut tingkat kepuasan Jokowi dalam survei kali ini mengalami peningkatan sangat tajam. Pada survei Juli 2021, tingkat kepuasan Jokowi berada pada 59%. Bahkan, kata dia, angka ini merupakan tingkat kepuasan Jokowi terendah selama 6 bulan terakhir.

"Dalam waktu 2-3 bulan naik 13%. Nah ini approval rating sekarang adalah kenaikan paling tinggi selama pandemi 2 tahun terakhir," kata Burhan melanjutkan.

Jika diperhatikan memang terlihat ada kenaikan yang cukup tajam. Ini menandakan kinerja presiden Jokowi beberapa bulan terakhir ini oleh masyarakat diapresiasi. Terutama pada sektor ekonomi dan penanganan pandemi (kesehatan).

Di masa yang terbilang sulit presiden Jokowi kembali dapat membuktikan kepada rakyat. Jadi kesaksian Prabowo yang mengatakan bahwa presiden Jokowi benar-benar bekerja untuk rakyat bukan sebatas pujian dikarenakan masuk kabinet.

Sementara prestasi Jokowi ini tidak mudah begitu saja didapat oleh para pemimpin dunia lainnya, saat menghadapi situasi yang sama di negaranya. Pandemi ini seolah merestart ulang setiap negara. Dan melihat kemampuan masing-masing pemimpin dunia seperti apa dalam menghadapi musuh yang tak nampak.

Dan seperti yang kita lihat banyak negara yang sampai hari ini masih berjibaku dengan Covid-19 juga sektor ekonominya masih terpuruk dan tak mudah untuk recovery.

Tingginya tingkat kepuasan masyarakat atas kinerja presiden Jokowi sampai 72% ini seperti mencuci bersih mulut-mulut kotor, yang selama ini disemburkan oleh lawan politiknya baik yang datang dari oposisi, pengamat dan pembenci Jokowi yang terpengaruh oleh narasi yang diproduksi setiap saat.

Para pengamat atau mungkin lebih tepatnya istilah saya "pengamat sesat" ini kerap mengeluarkan statement-statement bukan berdasar ilmiah, tapi karena ada faktor benci, lalu berharap dikutip media di sana sini dan menyenangkan para pengikutnya di sosial media dengan berbagai tujuan.

Bahkan diantara anggota G20, kondisi Indonesia jauh lebih baik. Negara kita berada di level 1 dan masih banyak negara yang di level 4. Sedang pertumbuhan ekonomi bahkan sempat terbaik ke-2 di bawah China.

Memang jika dipikir cukup menarik juga. Jika semburan itu berasal dari para politikus oposisi barangkali kita dapat memaklumi karena memang segala kritik mereka terkait dengan agenda politik dan itu dibutuhkan untuk menjaga agar penguasa dapat kita kontrol kinerjanya.

Tapi akan menjadi pertanyaan besar jika pernyataan negatif itu keluar dari para pengamat oposisi. Terkadang bukan kritikan tapi lebih banyak sikap nyinyir yang disebar. Tujuannya terbaca sangat jelas hanya ingin menjatuhkan kepercayaan publik. Selain memang untuk memenuhi konten-konten kanal YouTube.

Sangat banyak para pengamat oposisi yang setiap saat memproduksi hal negatif untuk menyerang pribadi Presiden Jokowi. Seolah tidak ada bosannya dan nama Jokowi itu tema yang sangat menarik untuk diangkat.

Ada beberapa kanal YouTube yang konsisten menyerang Jokowi antara lain Refly Harun, Rocky Gerung, Said Didu, Haekal Hassan, dan ratusan kanal-kanal yang dibuat oleh simpatisannya dan mengambil ceruk yang tidak menyukai Jokowi.

Tapi apapun itu faktanya tingkat kepuasan masuarakat atas kinerja Presiden Jokowi mencapai 72% disuatu kondisi yang tak mudah. Jadi biarkan saja mereka konsisten dengan jalurnya dan Presiden tetap bekerja untuk rakyatnya.

Untuk diketahui, Indikator Politik Indonesia melakukan survei tatap muka pada 2-6 November 2021. Penarikan sampel dilakukan dengan metode multistage random sampling dengan jumlah responden mencapai 2.020 orang. Survei ini memiliki margin of error kurang lebih 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%.

Demikian, salam

Jokowi Mencuci Mulut Kotor para Pembenci

Sumber Utama : https://seword.com/politik/jokowi-mencuci-mulut-kotor-para-pembenci-RJkAOtEfB0

Rendy Bukan Anak DPRD dan Novia Yang Depresi Karena Cinta

Putus cinta tak pernah menyenangkan. Kesedihannya bisa menjadi puncak penderitaan hidup seseorang. Saya yakin teman-teman pembaca juga pernah putus cinta dan sedih sekali untuk menerima kenyataan tersebut. Karena saya juga sama, pernah di posisi itu.

Tapi untungnya saya dan teman-teman semua mampu melewati periode berat tersebut. Yang akhirnya mengikhlaskan dan menemukan teman baru.

Cerita Novia Widyasari yang bunuh diri di makam ayahnya, adalah salah satu cerita cinta yang kandas di tengah jalan. Tentang hubungan yang tak direstui oleh orang tua lelaki, atau efek dari ribetnya mengurus syarat pernikahan bagi perwira.

Depresi dan stress berat karena putus cinta, atau hamil di luar nikah dan tidak direstui orang tua, adalah cerita yang begitu banyak terjadi di kalangan masyarakat kita.

Ga perlu jauh-jauh, tetangga saya pun ada yang seperti itu. Tak direstui dan sudah hamil di luar nikah. Tapi setelah bayi lahir, akhirnya kedua keluarga besar bisa bertemu dan menemukan jalan terbaik untuk ditapaki bersama.

Memang, tak semua happy ending. Ada juga yang tetap tak direstui sampai berpuluh tahun lamanya, atau bahkan selamanya, sampai orang tuanya meninggal dunia.

Lalu yang mati bunuh diri karena cinta? Juga ada. Di desa istri saya, ada perempuan yang mati gantung diri di rumahnya gara-gara tak dapat restu dari orang tuanya sendiri untuk menikah dengan pacarnya.

Di luar itu, ada juga. Februari 2021 lalu ada anak muda di Gorontalo gantung diri dan meniggal dunia gara-gara putus cinta dengan Janda.

November 2020 lalu, di Cepu, seorang anak muda berusia 18 tahun, gantung diri gara-gara alasan cintanya tak direstui orang tua.

20 Maret 2019, ada perempuan muda inisial Nur asal Sukabumi juga bunuh diri gara-gara hubungan cintanya tak direstui orang tua.

Itu baru beberapa berita yang bisa kita temukan dengan mudahnya. Kalau mau didata, jumlah orang bunuh diri gara-gara putus cinta, mungkin daftarnya akan begitu panjang.

Sampai di sini, apa yang berbeda dengan Novia Widyasari? Secara umum, sama saja. Hubungan cinta tak direstui oleh orang tua. Yang memberatkan adalah, Novia sudah hamil duluan. Selain itu status Rendy sebagai Polisi dijadikan alasan kemarahan bagi masyarakat yang selama ini memang banyak yang tak suka dengan Polisi.

Jadi kita bisa bayangkan. Bahkan yang ga hamil pun bisa bunuh diri. Lelaki pun bisa bunuh diri karena putus cinta.

Tapi kita sudah terlalu sibuk dengan cerita versi netizen yang terlanjur termehek-mehek. Sudah terlanjur percaya pada cerita bahwa Novia diberi pil tidur, diperkosa dan baru sadar setelah hamil 4 bulan.

Padahal dari rilis resmi Polri, sesuai dengan hasil investigasi. Rendy pacar korban ditangkap bukan karena melakukan pemerkosaan atau pemberian pil tidur pada pacarnya.

Polri mengungkapkan bahwa Rendy dan Novia berpacaran sejak tahun 2019 lalu. Alasan Polri menangkap Rendy dan memecatnya adalah karena Rendy diduga telah dua kali melakukan aborsi bersama-sama dengan Novia. Pasal aborsi inilah yang kini menjerat Rendy.

Dan yang namanya aborsi dua kali, ini menandakan hubungan ranjang sudah lebih dari sekali. Novia berada di hubungan yang buruk dan tetap bertahan. Entah karena sayang, atau karena tertekan.

Tapi minimal masalah ini dulu yang harus kita terima sebagai kenyataan. Setidaknya sampai sekarang. Sehingga cerita Novia diperkosa, oleh anak ketua DPRD Pasuruan itu harus kita timbun dalam-dalam sebagai sebuah cerita fiksi.

Karena faktanya, Rendy adalah anak dari tengkulak gabah. Bukan pejabat, apalagi anak ketua DPRD seperti yang beredar di banyak media.

Saya paham. Kita sudah terlanjur emosi dan marah. Karena cerita kematian akan selalu menyedihkan. Apalagi bumbu fiksinya sudah lebih dulu menyebar.

Tapi, kalau kita mau menyelesaikan suatu permasalahan dan mau belajar darinya, maka yang pertama harus dilakukan adalah menempatkan semua fakta lebih dulu, sebelum mengambil kesimpulan.

Jadi sekali lagi, Novia tidak diperkosa. Rendy bukan anak ketua DPRD. Keduanya memiliki hubungan yang buruk dan terus bertahan entah karena alasan apa.

Yang paling tahu sekarang adalah Rendy dan orang tuanya. Kenapa dia menolak menikahinya? Kenapa dia menyuruhnya aborsi sampai dua kali? Kenapa sebagai lelaki dia tak belajar dari kesalahan?

Sementara untuk orang tua Rendy, kenapa malah menolak pernikahan? Padahal calon menantu sudah hamil duluan?

Jika pertanyaan-pertanyaan ini dapat dijawab, mungkin kita akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas soal peristiwa ini.

Tapi kalaupun tidak, yang terpenting dari kejadian ini adalah support keluarga. Yang mau menerima dan mendukung apapun kondisinya. Itulah konsekuensi menjadi orang tua dan keluarga.

Penting bagi orang tua untuk tahu hubungan percintaan anaknya. Karena sekali lagi, data membuktikan, bahwa putus cinta bisa berakibat sangat fatal bila tidak didukung dan diberi bantuan moral.
Rendy Bukan Anak DPRD dan Novia Yang Depresi Karena Cinta

Sumber Utama : https://seword.com/umum/rendy-bukan-anak-dprd-dan-novia-yang-depresi-oP874XktcJ 

Masih Bisakah Tumbuh Kepercayaan Masyarakat Kepada Kepolisian Pasca Kasus Oknum RB?

Jika seandainya oknum polisi RB ini tidak terungkap kasusnya maka apa jadinya masa depan kepolisian ketika orang-orang seperti RB ini menjadi pemimpin elit di institusi yang slogannya pengayom masyarakat? Tentu ini sangat berbahaya, sebab dengan tindakan yang sangat tercela itu tidak menutup kemungkinan akan melakukan tindakan tercela lainnya dan tidak bertanggungjawab kecuali dipaksa, atau bisa saja menghalalkan segala cara dalam mencapai hasrat atau keinginannya.

Kepolisian memang tidak diisi oleh para malaikat, mereka juga adalah manusia, namun aturan negara juga sangat jelas, dan fungsi kepolisian sudah pasti adalah melindungi masyarakat, dan karena itulah tugas kepolisian memang berat yang bersinggungan langsung dengan masyarakat, karena begitu mulia dan beratnya tugas kepolisian ini maka tentu saja sangat dibutuhkan karakter-karakter yang sudah terlatih dan mumpuni, kepolisian sejatinya diisi oleh orang-orang yang berintegritas, bertanggungjawab, rela berkorban demi melayani masyarakat dan keadilan.

Namun apa jadinya, jika di kepolisian tidak banyak ditemukan orang-orang seperti yang disebutkan tadi? Apa jadinya jika aparat yang seharusnya berkorban melayani warga justru malah melakukan tindakan-tindakan tercela? Apa jadinya jika masyarakat memohon perlindungan ke kantor polisi namun ternyata mendapatkan kejahatan di kantor polisi? Kacau kan? Misalnya saja ada kejadian yang sangat mencoreng institusi kepolisian, yaitu oknum polisi memeras dan bahkan memperkosa istri tahanan, beritanya bisa dibaca di Republika tertanggal 15 November 2021. https://www.republika.co.id/berita/r2lkz6396/miris-oknum-polisi-peras-dan-perkosa-istri-tahanan

Sepertinya tidak sedikit oknum kepolisian yang telah melanggar dari profesinya, maka lagi-lagi apa jadinya jika ada lagi oknum dan oknum terus oknum-oknum lain hingga jumlahnya semakin banyak (oknum + oknum + oknum + oknum +.....), maka siapa lagi yang akan dipercaya menjaga keamanan lingkungan masyarakat?

Maka sepertinya memang harus ada sistem yang benar-benar menghalau oknum-oknum atau karakter-karakter bejat masuk dalam kepolisian, atau apakah kepolisian memang belum benar-benar bersih dari aroma masa lalu zaman orde baru? Alias masih kotor? Maka bagaimana harus membersihkannya? Sehingga kembali sangat dikagumi dan dipercaya masyarakat? Menjadi dicintai masyarakat?

Apa yang terjadi pada oknum RB ini sungguh sangat memalukan, tampaknya kepolisian saat ini menjadi sorotan, belum lagi soal sowan-sowan oknum kapolda dan kapolres ke ormas PP, yang akhirnya mendapat teguran keras dari Bapak Presiden Jokowi.

Apakah sudah sangat langka orang-orang yang begitu baik dan benar-benar masuk kepolisian demi mengabdi pada rakyat? Apakah motif dari orang-orang seperti RB dan yang lainnya itu motifnya masuk kepolisian karena ingin dihormati? Ingin berkuasa di masyarakat sehingga dengan mudah menindas masyarakat? Ingin tampak gagah dengan seragam coklat lalu pamer ke tetangganya? Jika semua motifnya cuma begitu, sungguh memprihatinkan.

Menjadi polisi yang sering berhadapan dengan berbagai kasus di lapangan memang berat dan resikonya sangat riskan. Misalnya mengamankan demo, resiko yang diterima anggota kepolisian tentu saja beragam dan bisa berbahaya, misalnya massa menyerang dengan sangat brutal, atau misalnya lagi menangani kasus dan memburu perampok yang terkenal sangat kejam, maka resiko nyawa melayang bisa saja sulit dihindari, maka polisi sejati dan mulia itu sesungguhnya adalah yang berani mempertaruhkan dirinya demi keadilan dan ketentraman masyarakat, maka jika gugur dalam tugas justru itulah mati syahid, yang bisa saja diganjar surga tanpa perhitungan kelak.

Itu dari kacamata agama, namun dari kacamata kemanusiaan, dasar menjadi polisi seharusnya adalah karena tidak ingin dizolimi dan menzolimi, artinya sebagai manusia maka jiwa kemanusiaannya berontak jika menyaksikan kezoliman atau tindak kejahatan, karena dirinya adalah manusia sama dengan manusia lainnya, atau aku adalah kau. Maka polisi sejati melihat orang lain adalah dirinya sendiri, karena itulah tidak akan rela jika ia menyaksikan kezoliman apalagi menzolimi.

Maka jika ada oknum kepolisian yang melakukan tindakan kejahatan atau kezoliman, maka apakah pantas dia disebut masih menyandang jiwa kemanusiaan? Apakah hasrat kemanusiannya lebih utama daripada hasrat kebinatangannya yang begitu buas? Kepolisian ini adalah institusi terhormat maka tidak layak bagi para binatang kotor yang begitu buas masuk ke dalamnya.

Sebagai rakyat jelata, tak tahu persis bagaimana cara kepolisian itu merekrut anggota, kalau dulu banyak tersebar kabar miring bahwa untuk bisa masuk polisi harus menyediakan sawah, kerbau, mobil dan lain-lainnya, entah ini benar atau tidak, tapi tampaknya sudah menjadi pembicaraan yang sudah sangat lama, sehingga orang-orang yang tidak punya modal yang cukup banyak, langsung keok, dan tidak akan pernah mendaftar kepolisian. Namun mungkin sekarang sudah berubah dan sudah sangat ketat cara perekrutannya. Tapi, kenapa orang seperti RB ini lolos masuk kepolisian? Padahal kan dia anggota yang masih dibilang baru karena masih muda, jadi bukan lagi generasi lama.

Namun ada hal menarik juga yang perlu menjadi sorotan, yaitu soal rilis Divisi Humas Polri di twitter dengan akun @DivHumas_Polri, akun yang sudah centang biru ini menulis rilis yang membuat netizen bereaksi, termasuk Sujiwo Tejo yang langsung mengkritisi cuitan itu sembari mention akun @ListyoSigitP agar anggotanya belajar lagi bahasa Indonesia yang benar beserta cara berlogika.

https://twitter.com/sudjiwotedjo/status/1467339768639864835?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1467339768639864835%7Ctwgr%5E%7Ctwcon%5Es1_c10&ref_url=https%3A%2F%2Ftwitframe.com%2Fshow%3Furl%3Dhttps%3A%2F%2Ftwitter.com%2Fsudjiwotedjo%2Fstatus%2F1467339768639864835 

 

sumber : https://twitter.com/sudjiwotedjo/status/1467339768639864835?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1467339768639864835%7Ctwgr%5E%7Ctwcon%5Es1_c10&ref_url=https%3A%2F%2Ftwitframe.com%2Fshow%3Furl%3Dhttps%3A%2F%2Ftwitter.com%2Fsudjiwotedjo%2Fstatus%2F1467339768639864835

Dari cuitan itu yang menjadi kalimat kunci bermasalah adalah “Resmi Berpacaran.” Sontak saja ada netizen yang agak nakal dan mengatakan kalau begitu harus ada dong “Resmi Nikung Pacar orang.” atau “Resmi bubaran” berarti ada dong surat resminya. Kemudian ada juga yang menulis "Kalo "Resmi Menikah" ada surat nikahnya. Kalo "Resmi Ditilang" ada surat tilang. Kalo "Resmi Berpacaran" ada surat apaan...? heuheuheuu,"

Jadi nampaknya memang kepolisian harus benar-benar berbenah, selalu berbenah, mulai mempondasikan diri dengan logika filsafat serta spiritual atau irfani, agar bisa sangat bermanfaat dalam menjalankan tugas-tugas yang mulia ini.
Masih Bisakah Tumbuh Kepercayaan Masyarakat Kepada Kepolisian Pasca Kasus Oknum RB?

Sumber Utama : https://seword.com/umum/masihkah-bisakah-tumbuh-kepercayaan-masyarakat-nddgLw51Vq

Konflik Berdarah Ethiopia dan Pelajaran Bagi Indonesia

November 2020, pemerintah Ethiopia melakukan operasi militer ke utara wilayah tersebut, ke sebuah region bernama Tigray. Kurang dari satu bulan, ibu kota Tigray yang bernama Mekelle, berhasil dikuasai pasukan Ethiopian National Defense Force (ENDF).

ENDF bertempur melawan pejuang Tigray yang bernama Tigrayan People’s Liberation Front (TPLF). Dalam pertempuran itu, tidak diketahui berapa ribu orang yang tewas. Tapi lebih dari 50.000 orang mengungsi, di antaranya menyeberang ke Sudan.

Pada pertengahan tahun 2021, TPLF secara mengejutkan mengambil alih ibu kota Mekelle. Dan secara bertahap, pasukan TPLF melancarkan pertempuran untuk merebut kota-kota yang dikuasai oleh ENDF.

Pertempuran meluas sampai wilayah tetangga Tigray, yakni wilayah Afar dan Amhara. Lebih banyak lagi orang yang tewas akibat konflik tersebut dan lebih banyak lagi orang-orang yang kehilangan tempat tinggal lalu terpaksa mengungsi.

Sampai saat ini, pertempuran berdarah terus terjadi. Baik TPLF maupun ENDF, sama-sama melancarkan serangan untuk menguasai beberapa kota di wilayah utara Ethiopia. Bahkan ENDF kini dipimpin langsung oleh Perdana Menteri Abiy Ahmed, kepala negara Ethiopia.

Ancaman kelaparan mengintai wilayah konflik itu, dan PBB telah berupaya untuk mendamaikan dua pihak utama yang terlibat. Tapi sampai saat ini, tanda-tanda perdamaian belum terlihat.

Hancurnya Kekaisaran dan Munculnya Etnis Penguasa

Ethiopia adalah negara besar di Tanduk Afrika. Di benua Afrika sendiri, Ethiopia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar kedua setelah Nigeria.

Negara itu, adalah negara yang memiliki sejarah agung sejak lama. Dan ketika era kolonialisme mencengkeram dunia, Ethiopia adalah salah satu negara kuat Afrika yang tidak merasakan neraka penjajahan Eropa.

Tapi sejak kaisar terakhir Haile Selassie digulingkan akhir tahun 1970-an, konflik berdarah perebutan kekuasaan terus terjadi di Ethiopia. Kekuatan kelompok pemberontak komunis berhasil mengusai negara tersebut sampai awal tahun 1990, yang diwarnai dengan beberapa pembantaian berdarah.

Tapi usai komunisme dihancurkan, Ethiopia diperintah oleh Tigrayan, etnis yang menguasai wilayah Tigray. Ini karena, sebagian besar pemimpin pejuang TPLF yang menumbangkan komunisme, adalah orang Tigrayan.

Sejak dipimpin Tigrayan, Ethiopia melaju menjadi negara yang kemajuannya pesat. Ethiopia mengalami pembangunan infrastruktur yang cepat, sampai menjadi negara utama yang berpengaruh di Tanduk Afrika di sektor ekonomi.

Hampir 30 tahun Ethiopia didominasi oleh para pejabat dari Tigrayan, negara itu kemudian memiliki pemimpin baru yakni Abiy Ahmed pada tahun 2018. Tapi konflik politik tingkat elit membuat Ethiopia kembali bergolak. Dan pada tahun 2020, TPLF yang Tigrayan. diperangi oleh Abiy Ahmed. Sampai saat ini, konflik masih belum berakhir.

Negara Multi-Etnis

Meski tidak bisa disamakan seperti Indonesia, tapi Ethiopia memiliki kemiripan. Negara itu terbentuk dari kumpulan beberapa etnis. Etnis terbesar adalah Oromo (34,5 %) dan Amhara (26,5%). Sedangkan Tigray yang menguasai Ethiopia selama hampir 30 tahun, hanya 6,1 % dari populasi.

Ada banyak etnis lain di Ethiopia, yakni Somali, Sidama, Gurage, Welayta, Hadiya, Afar dan sebagainya. Uniknya, etnis-etnis tersebut terkonsentrasi di wilayah tertentu, yang kemudian wilayah tersebut dinamai sesuai dengan etnisnya. Ini seperti region yang bernama Tigray, Amhara, Afar dan lain sebagainya.

Yohannes Gedamu, seorang pengamat Ethiopia dalam pendapatnya di Al Jazeera, menjelaskan bahwa kemajuan Ethiopia selama dikuasai Tigrayan bukan tanpa rapot merah. Tigrayan banyak mengambil wilayah Amhara dan mengusir penduduknya. Wilayah itu kemudian dimasukkan dalam wilayah administratif Tigray.

Diskriminasi juga dirasakan oleh etnis lainnya dan Tigray dikiritik telah meletakkan sistem nasionalisme rapuh yang didasarkan pada etnonasionalisme ketika mendominasi pemerintahan Ethiopia.

Ethiopia pada akhirnya terbentuk berdasarkan wilayah federal yang didasari oleh etnonasionalisme. Tapi federalisme yang membentuk Ethiopia ini, memiliki bara tersembunyi yang bisa membakar sewaktu-waktu. Politik identitas menguat dan bisa meledak menjadi pertempuran mematikan.

Apa yang Dapat Kita Pelajari?

Keputusan untuk membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), menurut saya adalah keputusan yang sangat bijaksana dan jenial dari para negarawan kita di masa dulu. Opsi untuk membentuk negara Indonesia berdasarkan federal, tidak berlanjut dan sampai saat ini kita masih memegang teguh bentuk NKRI.

Tapi kita sudah memiliki catatan sejarah yang kelabu tentang konsentrasi penguasa saat dipimpin oleh Presiden Soeharto. Dan keterpusatan kekuatan politik ekonomi hanya di Jakarta, telah menimbulkan kecemburuan wilayah, juga termasuk berdasarkan etnis.

Gerakan Aceh Merdeka, Organisasi Papua Merdeka atau Republik Maluku Selatan, adalah beberapa contohnya.

Pada tahun 2006 lalu, intelektual Daniel Dakhidae pernah mewanti-wanti akan ancaman etnonasionalisme. Ini karena keterbukaan informasi, yang membuat seluruh penduduk Indonesia saling bisa berkomunikasi langsung dengan adanya jaringan internet.

Tapi meskipun etnonasionalisme di Indonesia bisa jadi ancaman, kebijakan pemerintah yang adil dan merata akan tetap bisa membuat negara ini bersatu dan maju bersama. Penguatan infrastruktur di wilayah-wilayah terjauh untuk menopang percepatan laju ekonomi, bisa kita lihat pada pemerintahan kali ini.

Hanya saja, di lingkup politik, menguatnya politik identitas yang didasarkan dengan agama juga telah dirasakan jadi ancaman lain. Dan saat ini, ancaman tersebut semakin terasa. Kelompok-kelompok seperti inilah yang harus diwaspadai, dan selayaknya harus disuruh untuk kembali ke Sekolah Dasar, guna belajar PPKn.

Negeri ini dibangun tidak hanya dari lintas etnis yang berbeda, tapi dari lintas agama yang berbeda. NKRI yang dibentuk, terus berproses menuju demokrasi Pancasila, dan upaya mengimplementasikan nilai-nilainya secara adil.

Politik identitas yang menguat berdasarkan etnis atau agama, hanya akan menjadi batu sandungan. Politik identitas akan dapat memicu kekacauan kebersatuan, dan kelompok yang memegang model pikiran seperti itu, harus segera diberi khotbah pencerahan agar segera bertaubat.

Dan perlu ditekankan, salah satu hal yang membuat NKRI terus dapat bertahan adalah unsur bahasa nasional, yakni bahasa Indonesia. Ethiopia tidak memilikinya dan negara itu menggunakan bahasa resmi berdasarkan etnis, yakni Afar, Amharic, Oromo, Somali dan Tigrinya.

Saya kira, bahasa Indonesia ini adalah unsur penting yang membuat kita, dari Sabang sampai Merauke, tetap bisa bersatu. Sebab bahasa adalah jiwa bangsa.

Jadi, untuk saya yang goblok bahasa Inggris, memohon dengan penuh kerendahan bagi Kisanak semua yang pandai bahasa asing terutama bahasa Inggris, mbok kalian itu kalau di publik nggak usah sok-sokan keminggris.

Kadang bahkan saya sampai heran, bikin stasiun televisi namanya bahasa Inggris. Padahal beroperasinya di Indonesia, dan dapat duit juga karena ditonton oleh orang Indonesia. Kok nama stasiun Tvnya bahasa Inggris. Sebenarnya apa yang salah dengan bahasa Indonesia?

Sebelum Indonesia merdeka, bahasa Indonesia telah lahir lebih dulu sebagai pembuka persatuan yang diikrarkan! Rujukan lanjutan: https://www.bbc.com/news/world-africa-54964378 https://www.aljazeera.com/opinions/2021/5/10/what-ethiopia-needs-is-less-not-more-ethno-nationalism https://www.antaranews.com/berita/40061/daniel-dhakidae-indonesia-dalam-ancaman-etnonasionalisme

Konflik Berdarah Ethiopia dan Pelajaran Bagi Indonesia

Sumber Utama : https://seword.com/luar-negeri/konflik-berdarah-ethiopia-dan-pelajaran-bagi-QUVB5FPsGz

Ketika Ulama dan Habaib ke DPR

Penegakan hukum memang tidak boleh pandang bulu, karena jika itu terjadi tentu yang berbulu banyak yang menang. Wkwk. Hukum harus sama perlakuannya kepada siapa saja baik pejabat apa bukan, ulama apa bukan ulama, menteri atau bukan dan sebagainya. Hukum harus adil kepada semua orang.

Seperti sederhana, tapi faktanya tidak sesederhana itu. Kata adil pun berbeda-beda setiap orang. adil bagi si A belum tentu adil bagi yang lainnya begitu juga sebaliknya. Jadi ukuran adil ini harus menurut siapa? Menurut agama?

Agama pun harus ada yang menyampaikan, yaitu orang yang dianggap mengerti. Jika sudah menyangkut orang, kembali akan berlaku bahwa orang itu berbeda-beda. Orang yang dianggap mengerti agama itu banyak bukan satu orang. Sangat mungkin walaupun masalah sama tiap orang bisa menafsirkan berbeda.

Sekarang ini kasus hukum yang mendapat sorotan adalah kasus yang dialami oleh Habib Riziq Shihab (HRS) dan Munarman. Kedua sosok ini seolah tak lepas dari masalah hukum. Setelah beberapa tahun HRS ke luar negeri yaitu Mekkah, sekarang ketika sudah tiba di tanah air kembali terkena kasus hukum. Mungkin beberapa orang yang beranda mengatakan, “lebih baik HRS di luar negeri saja daripada di dalam negeri malah tersangkut masalah, kasihan”. Kira-kira begitu.

Sebenarnya masih banyak dari kedua orang ini yang terkena kasus hukum. Hal tersebut biasa-biasa saja, dalam arti jarang jadi sorotan. Walaupun menjadi sorotan hanya sebentar saja.

HRS dan Munarman berulang kali tersangkut hukum dan jadi sorotan karena mereka berkarakter seolah hobi cari masalah. Selain itu mereka mempunyai simpatisan, pengikut atau apalah namanya dalam jumlah banyak.

Para pengikut ini sering “merepotkan” aparat atau pemerintah. Seperti mengadakan demo yang melibatkan jumlah sangat besar dan sebagainya. Tentu saja hal ini merepotkan karena harus dikawal aparat dengan jumlah besar pula.

Beberapa waktu lalu seorang penceramah baru saja keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Gunung Sindur. Habib Bahar bin Smith keluar dari penjara setelah dikurung karena beberapa kasus hukum.

Baru saja keluar, Bahar langsung melontarkan kata-kata tajam dan membuat panas yang mendengar ketika ceramah disuatu tempat. Bahar mengancam akan menghabisi orang-orang yang mendiamkan, bersikap cuek pada HRS yang kini sedang dipenjara.

Kata-kata menghabisi ini sungguh berbahaya. Walaupun bisa saja mengelak dengan memainkan kata. Misalnya tidak mengakui bahwa maksud menghabisi disini adalah menghabisi nyawa manusia. Bisa saja Bahar mengaku bahwa maksud menghabisi adalah menghabisi karir atau yang lainnya yang penting bukan menghabisi nyawa.

Karena jika maksud menghabisi nyawa manusia Bahar bisa kembali terkena kasus hukum. Jika terkena kasus hukum lagi maka pengikutnya sangat mungkin menganggap pemerintah melakukan kriminalisasi ulama.

Nah, entah takut pada ancaman Bahar bin Smith atau memang kebetulan belaka, menurut berita terbaru sejumlah ulama datang ke DPR. Sejumlah ulama dan habaib yang tergabung dalam Ahli Sunnah Waljamaah melakukan rapat dengar pendapat umum bersama Komisi III DPR RI. Mereka meminta Komisi III mengawal kasus Habib Rizieq Shihab hingga Munarman.

Pertemuan ini dilaksanakan di gedung Nusantara II, ruang rapat Komisi III DPR, Jakarta, Senin (6/12/2021), pukul 09.00 WIB. Rapat dengar pendapat umum ini dipimpin langsung oleh Wakil Ketua Komisi III DPR, Pangeran Khairul Saleh.

Salah satu perwakilan Ahli Sunnah Waljamaah menjelaskan kedatangannya ke Komisi III DPR untuk menjelaskan kasus RS Ummi Bogor yang menjerat Habib Rizieq. Dia berharap anggota Komisi III DPR turut memperhatikan perlakuan yang disebut diskriminatif terhadap Habib Rizieq.

Mereka meminta Komisi III mengawal kasus Habib Rizieq Shihab hingga Munarman. Maksud mengawal disini entah apa. Apakah membebaskan atau hanya sekedar memonitor?

Jika mereka mengharapkan Komisi III bisa membebaskan HRS dan Munarman tentu saja salah alamat. Karena DPR tidak bisa melakukan intervensi hukum. DPR hanya bisa menanyakan dan mengawasi saja.

Langkah para Ulama dan Habaib ini tentu saja sangat boleh tidak melanggar hukum. Tapi saya kira lebih baik para Ulama dan Habaib lebih fokus untuk mendidik umat, memberikan tausiyah yang menyejukan agar tercipta perdamaian.

Jika ingin menyampaikan aspirasi harus sesuai dengan ketentuan jangan sampai malah menimbulkan keributan. Dalam sholat pun, ketika imam salah, bila jemaah akan menegur harus sesuai aturan. Tidak bisa langsung bicara, menepuk, menegur apalagi memukuli. Karena akan membatalkan shalat mereka.

Begitu saja.

Ketika Ulama dan Habaib ke DPR

Sumber Utama : https://seword.com/politik/ketika-ulama-dan-habaib-ke-dpr-Epy0qvVcs4

(Analisa) Sesama Kader Gerindra Tuduh Fadli Zon Terlibat Teroris, Densus Mana Densus??

Penulis memang kurang suka Gerindra, tapi penulis adalah pengamat Gerindra hingga saat ini. Mulai dari Muhammad Taufik mantan napi korupsi, Sanusi tersangka pencucian uang, Habiburokhman yang nyasar terus menyalahkan Ahok, dan banyak lagi.

Banyak kader yang konyol menang, tapi pemimpinnya bisa diangkat jadi menteri, itulah lucunya politik negara kita. Tapi kali ini kita akan bahas tiga (3) orang saja, antara lain : Fadli Zon, Ahmad Dhani dan Poyuono. Loh kok ada Ahmad Dhani dibahas? Nanti akan tahu maksud penulis ketika selesai baca artikel.

Ahmad Dhani pernah berkata kalau dia sengaja dipilih Fadli Zon untuk melakukan "babat alas" di Dapil Jatim. Secara Harfiah Babat artinya membersihkan/menumpas, Alas artinya hutan. Babat Alas biasa digunakan untuk istilah membuka usaha baru, atau membuka lahan baru dari 0. Lalu apa artinya secara politik?

Singkatnya penulis menangkap begini. Jatim kan terkenal dengan kandang NU dan PDIP, keduanya adalah barisan nasionalis. Kelompok Islam Moderat dan Nasionalis sudah kuat di sana. Nah kekuatan ini berusaha di "Babat Alas" oleh Fadli Zon melalui Ahmad Dhani, logisnya kalau yang lama dibabat, maka akan ada paham baru yang masuk. Paham apakah itu?

Awalnya penulis menduga paham komunis atau sosialis (penulis mendadak kadrun), karena Fadli Zon adalah penggemar Karl Max dan berkuliah di Rusia. Tapi semua itu berubah ketika Arief Poyuono yang sesama anggota partai Gerindra menuduh Fadli Zon teroris.

Kita akan analisa pernyataan Poyuono apakah logis atau tidak, tapi sebelumnya kita akan analisa sedikit soal ideologi.

Komunis ketika diperkenalkan oleh Sneevliet tidak diterima oleh masyarakat Indonesia, baru ketika diperkenalkan oleh Semaun, dan tokoh-tokoh muslim seperti Haji Misbach, Tan Malaka, Muso dan Aidit baru bisa mendapat banyak pengikut, karena dikombinasikan dengan dalil agama.

Fadli Zon tentu paham hal ini, maka beliau tidak mungkin memakai ideologi yang gagal ini. Tapi dia pasti belajar kalau penggunaan agama dalam politik, telah membuat komunis yang awalnya tidak laku, menjadi laku. Nah politik menggunakan agama ini, suka tidak suka, sudah lama dipakai oleh Fadli Zon bahkan Gerindra.

Lalu politik agama ini akan dicampur dengan apa kalau bukan dengan komunis? Kita tahu kalau Fadli Zon ini dekat dengan Soeharto dan mendambakan era otoriter seperti era Soeharto. Tapi model otoriter ini sudah banyak tumbang di banyak negara, Fadli Zon pasti paham ini. Maka perlu dicari apa ideologi otoriter yang menggunakan politik agama dalam penyebarannya? jreng, jreng, jreng, khilafah solusinya!!

Jadi inilah alasan Fadli Zon dekat dengan fans khilafah, harus penulis akui kalau dugaan penulis selama ini salah. Penulis mengira kalau Fadli hanya menjaga konstituen, tapi ternyata alasan sebenarnya adalah karena mereka sepaham dan sama-sama ingin berkuasa di Indonesia.

Nah dalam penyebaran saat ini, gerakan khilafah identik dengan aksi terorisme dengan dalil jihad bela agama. Ini bukan ajaran agama, tapi agama digunakan untuk kepentingan politik. Maka pernyataan Poyuono bahwa Fadli Zon terlibat teroris sangat masuk dengan analisa ideologi penulis sebelumnya. Tapi baiklah kita simak dan analisa dulu sebelum ambil kesimpulan.

"Tokoh politik yang usul Densus 88 dibubarkan pasti punya hubungan khusus dengan jaringan teroris dunia, tujuannya memperkuat jaringan teroris subur di Indonesia," kata Arief dalam keterangan kepada Republika.co.id, Selasa (12/10).

Komentar penulis : menurut penulis logis, itu sebabnya banyak teroris lapangan yang targetnya adalah kantor polisi. Selain gereja, kantor polisi adalah tempat yang sering jadi target aksi terorisme.

Densus adalah musuh teroris yang paling mereka takuti, oleh karena itu hanya bisa dilawan secara politik, yaitu via Fadli Zon dengan cara meminta pembubaran Densus.

"Sangat tidak masuk akal jika ada yang menginginkan Densus 88 dibubarkan, sebab di negara negara lainpun ada pasukan atau tim seperti Densus 88 atau Gultor 81 yang merupakan pasukan Kopasus antiteroris," ujar Arief.

Komentar penulis : juga logis dan sesuai fakta. Negara paling demokrasi sekalipun punya mekanisme untuk menjaga stabilitas negara tersebut yang kadang bertentangan dengan sebagian prinsip demokrasi. Contoh anti semit dilarang di Jerman, sekalipun melawan dalih kebebasan berpendapat yang dianut negara tersebut.

Densus adalah mekanisme negara untuk menjaga stabilitas. Densus memiliki hak untuk mendahului aksi terorisme dan melakukan penangkapan sebelum aksi terjadi. Ini yang kadang dimainkan politisi busuk dengan dalil Indonesia negara hukum, harus terjadi dulu bom meleduk baru boleh ditangkap. Tolol memang, tapi inilah celah sistem demokrasi.

"Nah jika ada tokoh politik atau pejabat negara yang menginginkan dan mengusulkan Densus 88 dibubarkan, maka BIN, Polri dan TNI untuk bisa mengawasi dan menyelidiki keterkaitan tokoh tokoh yang menginginkan Densus 88 dibubarkan. Sebab kemungkinan besar mereka bagian dari jaringan teroris dunia," kata Arief.

Komentar penulis : logis dan penulis setuju lagi, tapi tentunya Densus yang lebih paham dan berwenang untuk menyelidiki dan mengawasi. Karena itu Densus mana Densus? Harus diperhatikan ini analisa Arief Poyuono yang sesama kader Gerindra seperti Fadli Zon.

(Analisa) Sesama Kader Gerindra Tuduh Fadli Zon Terlibat Teroris, Densus Mana Densus??

Sumber Utama : https://seword.com/politik/analisa-sesama-kader-gerindra-tuduh-fadli-zon-szmHB4oiGv

Setelah JIS Anies Bangun 5 Lapangan, Cocok Nih Buat Jadi Ketua PSSI

Masa jabatan hampir habis, formula e belum jelas, tugu-tugu dibongkar semua, jalur sepeda raib, sumur resapan banyak yang di aspal lagi, DP 0% jauh dari target. Akhirnya satu-satunya harapan tersisa dan prestasi yang bisa dibanggakan Anies hanyalah stadion JIS.

Ya stadion yang dibangun melalui dana pemulihan ekonomi nasional tersebut adalah satu-satunya yang bisa dibanggakan Anies, itu juga pembebasan lahan dan masalah sengketanya dilakukan pemerintah pemprov DKI sebelumnya.

Satu lagi prestasi Anies adalah menyewa fotografer handal untuk memotret Jakarta khusus daerah yang memang sejak dulu sudah bagus, seperti Sudirman-Thamrin dan Rasuna Said. Hasil foto tersebut disebar oleh buzzer balaikota dan di klaim sebagai prestasi Anies seolah-olah daerah tersebut baru muncul secara ajaib saat Anies menjabat.

Tapi ini tidak bisa Anies banggakan karena akan ditertawai siapapun yang pernah melihat Jakarta. Sehingga Anies mengerahkan buzzer untuk menipu mereka-mereka yang tidak tahu, kalau yang ada di foto tersebut adalah wilayah yang sejak Sutiyoso memang sudah bagus.

Ya kadrun memang mudah dikibulin, kita maklum saja. Selain itu kadrun juga suka membanggakan hal-hal yang tidak jelas, tujuannya untuk mendukung Anies maju pada 2024 sebagai presiden.

Contohnya, Anies dibanggakan jago bahasa Inggris. Kalau memang jago bahasa Inggris lantas apa otomatis langsung bisa jadi presiden? Guru les bahasa Inggris dan penerjemah malah lebih jago bahasa Inggris.

Nah sekarang karena mumpung kadrun lagi berhasil dibodohi soal JIS, maka Anies memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membangun 5 lapangan lainnnya. Kadrun dan buzzer balaikota pun mulai mabuk kepayang, memuji Anies layak jadi presiden karena akan membangun 5 lapangan.

Kita yang waras sih ketawa saja. Jika Anies berhasil membuat lapangan bagaimana nasib proyek lain yang tidak jelas? Sumur resapan, naturalisasi sungai, DP 0%, Ok Ngoceh?

Bagaimana nasib proyek-proyek mubazir yang Anies lakukan? Getah getih, Gabion, Tugu Sepatu, Tugu Sepeda, Tugu Peti Mayat. Bagaimana nasib proyek alam mimpi seperti laboratorium covid yang kata Anies tahun lalu akan segera jadi?

Apakah cukup seorang presiden cuma membangun lapangan? Sedangkan proyek-proyek yang jadi andalan dan pernah dikoar-koarkan semuanya tidak jelas bahkan banyak yang gagal. Presiden tidak hanya membangun lapangan, kalau cuma bangun lapangan lebih baik Anies mencalonkan jadi ketua PSSI saja!!

Penulis tidak benci Anies, hanya mencoba realistis saja. Kalau jago bahasa Inggris ya jadilah dosen bahasa Inggris atau penerjemah. Kalau cuma bisa bangun lapangan, maka jadilah ketua PSSI.

Kalau cuma ngumpulin penghargaan, jadilah lembaga amal yang melakukan hibah ke banyak lembaga lainnya, dijamin banyak dapat penghargaan seperti Aher mantan gubernur Jabar dari PKS (300 penghargaan lebih).

Jokowi juga banyak penghargaan, bahkan masuk tokoh muslim berpengaruh di dunia, tapi penulis tidak pernah mengukur keberhasilan Jokowi dari penghargaan. Demikian dengan Risma, Ridwan Kamil dan Ganjar juga banyak dapat penghargaan, tapi pertanyaan utamanya adalah apakah rakyat merasakan manfaat dari piagam penghargaan tersebut?

Kalau kadrun sering bilang tidak makan jalan, maka penulis bilang rakyat tidak makan piagam. Jalan bisa dipakai sebagai jalur distribusi, nah piagam bisa dipakai sebagai apa selain untuk pajangan?

Pada akhirnya pembuatan lapangan tersebut dapat dipandang sebagai upaya Anies untuk membuat peninggalan yang akan dikenang rakyat Jakarta. Momennya memang pas di saat euforia kadrun akan stadion JIS.

Namun lapangan saja tidak cukup untuk bisa membuat Anies dikenang sebagai salah satu gubernur kebanggaan rakyat Jakarta. Masih banyak proyek-proyek yang belum terselesaikan, gagal, bahkan proyek bongkar pasang buang-buang anggaran.

Diantara proyek Anies yang berhasil, ada jauh lebih banyak proyek mangkrak dan gagal. Namun dari ke semua proyek tersebut, Anies dikenal sebagai gubernur yang jago menghabiskan anggaran dan kelebihan bayar.

Itulah yang akan diingat seluruh rakyat Jakarta sebagai legacy dari seorang Anies Baswedan dan meresap ke dalam sanubari masyarakat. Kendati demikian, pembuatan 5 lapangan ini tetap harus kita apresiasi. Dengan dukungan yang tepat tentunya, mari kita dukung Anies sebagai ketua PSSI.

Setelah JIS Anies Bangun 5 Lapangan, Cocok Nih Buat Jadi Ketua PSSI

Sumber Utama : https://seword.com/politik/setelah-jis-anies-bangun-5-lapangan-cocok-nih-HJgbTpcRfv

Kalau Fadli Zon Beneran Hengkang dari Gerindra, Akankah Ditampung Partai Ummat atau PKS?

Setelah sempat dikabarkan “menghilang” sekitar dua pekan setelah ditegur oleh Prabowo Subianto karena kritikan khasnya menyoal banjir di Sintang, sekitar semingguan lalu (27/11/2021) mendadak Fadli Zon muncul dengan keterangan singkat:

“Saya mengikuti Sidang Inter Parliamentary Union (IPU) ke-143 di Madrid,” kata Fadli seperti dilansir dari laman Detik.com.

Kabar menghilangnya Fadli Zon dari dunia persilatan, eh maksudnya dunia media sosial Twitter juga sempat riuh dengan berbagai dugaan yang muncul. Misalnya saja, Fadli Zon dianggap ngambek karena terlalu baper terkena teguran Prabowo.

Ada pula netizen yang menyangka Fadli Zon sudah tidak sejalan lagi dengan Prabowo. Kabar bahwa Fadli Zon akan hengkang dari Gerindra juga ikut meramaikan jagat media sosial, sebelum akhirnya politisi Gerindra itu muncul dengan berita tadi.

Apa itu IPU? Jadi, IPU ini adalah organisasi internasional yang mewadahi parlemen dari negara-negara yang berdaulat, yang didirikan pada 1889 dengan keanggotaan mencapai173 parlemen nasional dan 11 asosiasi organisasi keparlemenan.

Kenapa Fadli Zon yang berangkat ke Madrid menghadiri acara IPU, sebenarnya ya biasa saja alias taka da yang spesial, mengingat Fadli Zon tercatat sebagai Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI. Jabatan yang baru saya ketahui sekarang juga. Mungkin SEWORD-ers juga kan? Hehehe …

Semisal Fadli Zon hengkang dari Gerindra

Membaca-baca berita spekulasi netizen terkait nasib Fadli Zon ketika “menghilang” dari peredaran beberapa waktu lalu, saya sih sebenarnya berharap berita hengkangnya Fadli Zon dari Partai Gerindra menjadi kenyataan. Nggak ada alasan khusus sih, tapi seru saja kalau beneran Fadli Zon sampai pergi dari partai yang membesarkan namanya.

Cuma, mengingat rekam jejak kedekatan Fadli Zon dengan Gerindra, juga peran orang ini sebagai “pemain utama” dari Gerindra yang seolah bermain dua kaki di kancah politik nasional, rasanya kok harapan atau dugaan itu sangat sukar terjadi. Meski sebenarnya Fadli Zon ini lebih dikenal karena celotehan kontroversialnya daripada kinerjanya sebagai anggota dewan.

Salah satu prestasi fenomenalnya … apa lagi kalau bukan kegagalan dia membedakan muka Ratna Sarumpaet yang notabene hasil operasi plastik, tapi diyakini Fadli Zon akibat dipukuli orang yang tak dikenal sebagai upaya pembungkaman dari rezim yang berkuasa terhadap seorang Ratna Sarumpaet?

Sementara yang belum lama ini menjadi polemik adalah usulan Fadli Zon agar Densus 88 dibubarkan saja, karena dianggap kurang becus dalam bekerja. Komentarnya soal banjir Sintang yang disandingkannya dengan kebanggaan terhadap Presiden Jokowi terkait Sirkuit Mandalika, yang berujung teguran dari Prabowo Subianto, menjadi celotehan lain khas seorang Fadli Zon yang mengundang banyak suara kritikan balik kepadanya.


Bicara soal Fadli Zon ini memang seolah tak ada habisnya. Selama bertahun-tahun dia memang dikenal sebagai anggota parlemen di negara ini, tetapi catatan prestasi kerjanya jauh lebih sukar diperoleh daripada kumpulan cuitannya yang kalau ada yang mengumpulkan mungkin sudah menjadi beberapa buku dengan ketebalan yang cukup lumayan.

Sikap Partai Gerindra dan Prabowo Subianto sebagai Ketua Umum juga masih menjadi misteri, karena seolah-olah apa pun yang diperbuat atau dicuitkan oleh kader yang satu ini, seperti bebas dari teguran atau sanksi dari partai. Kondisi inilah yang lantas membuat publik meragukan teguran Prabowo Subianto belum lama ini, bahkan tak sedikit yang menganggapnya sebagai sandiwara belaka.

Namun, tak bisa dipungkiri bahwa sosok Fadli Zon terbilang unik dan tak tergantikan di kancah perpolitik nasional, terutama dari kubu Partai Gerindra. Hubungan Fadli Zon dengan Partai Gerindra pun seperti ungkapan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan.

Meski saya sendiri agak ragu apakah ada yang akan menampung Fadli Zon kalau sampai beneran keluar dari Partai Gerindra. Paling-paling yang bersedia menampung hanya Partai Ummat, tapi saya ragu apakah Fadli Zon mau merapat ke sana … karena partai itu seperti ungkapan mati segan hidup tak mau. Kalau hijrah ke Partai Keadilan Sejahtera mungkin lebih cocok, karena secara kekuatan partai tentu lebih kuat daripada Partai Ummat.

Atau … malah jangan-jangan malah jadi “gelandangan politik” karena tidak ada yang mau menampung gara-gara Fadli Zon dikenal kontroversial? Nggak tahu juga sih … dan nggak terlalu mau tahu juga! Hahaha…

Kalau Fadli Zon Beneran Hengkang dari Gerindra, Akankah Ditampung Partai Ummat atau PKS?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/kalau-fadli-zon-beneran-hengkang-dari-gerindra-wdgISnw9Om

Duh, Banyak Hidran Gak Berfungsi di Jakarta dan Petugas Damkar Terpaksa Pakai Air Selokan!

Selain masalah ketersediaan air bersih, saya baru tahu kalau di Jakarta juga terjadi masalah soal ketersediaan air yang akan dipakai untuk keperluan memadamkan kebakaran. Hal ini disebabkan oleh parahnya kondisi hidran di seantero Jakarta, yang menjadi pasokan air utama untuk pemadaman kebakaran, ternyata masih jauh dari memadai.

Data kondisi hidran di seluruh DKI Jakarta berdasarkan data Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta terkini, seperti dilansir dari laman Kompas.com, didapati hanya sekitar 421 hidran dari seharusnya 1.213 hidran (sekitar sepertiga saja), yang berfungsi sempurna: memiliki ketersediaan air, kopling untuk pemasangan selang, dan meteran.

Mirisnya, saya kaget juga membaca pengakuan dari Kepala Regu A Pos Damkar Pondok Kelapa Jakarta Timur Matsani, bahwa **hidran kota sudah tidak dilirik oleh petugas ketika menghadapi kebakaran, tapi beralih mengandalkan air dari sungai, selokan, dan empang karena lebih bisa diandalkan.

Kalau dirinci, sepertiga hidran yang masih "waras" tepatnya sebagai berikut:

(1) Jakarta Timur: 166 hidran (dari 378)

(2) Jakarta Pusat: 110 hidran (dari 288)

(3) Jakarta Selatan: 40 hidran (dari 213)

(4) Jakarta Barat: 11 hidran (dari 149)

(5) Jakarta Utara: 94 hidran (dari 185)

Sebagai informasi, kondisi hidran yang dinyatakan lengkap saja masih belum membawa ketenangan, karena debit dan tekanan air terkadang belum "memenuhi syarat" bagi petugas Damkar untuk bertempur melawan kobaran api.

Hal ini disebabkan debit air hidran kota yang keluar sangat kecil, karena air untuk hidran menjadi satu jaringan dengan air baku warga Jakarta, tapi pihak Dinas Gulkarmat DKI tak bisa berbuat banyak guna mengatasi masalah itu.

”Kami hanya sebagai pengguna dan penggunaannya tercatat dalam meteran. Kami bayar setiap bulan,” ujar Gatot selaku Kepala Seksi Operasi Sudin Gulkarmart.


Kasihan bener ya, kalau dipikir warga Jakarta ini. Kalau hujan kena siraman air gratis, bahkan rumahnya bisa dipakai berenang karena penanggulangan banjir yang terkesan sekenanya oleh Pemprov DKI Jakarta.

Yang begini, dulu DKI-1 pernah bilang kalau banjir, anak-anak malah senang karena bisa dapat semacam hiburan gratis.

Masalah ketersediaan air bersih buat warga Jakarta juga belum beres. Sosok yang dulu terlihat getol dan diyakini dapat membereskan masalah air bersih itu, kini sedang menikmati jabatan sebagai Menparekraf-nya Sandiaga Uno.

Nah, sekarang soal ketersediaan hidran yang layak juga terbatas, dengan risiko kalau ada kebakaran tidak bisa memanfaatkan hidran untuk memadamkan api dengan segera. Masih mending kalau di dekatnya ada selokan, empang, atau sungai ... lha kalau jauh? Masa' pemadaman ditunda atau apinya disuruh nungguin, jangan membakar dulu sebelum petugas Damkar siap?


Kita pun layak bertanya: "Apakah dengan semua kondisi hidran itu, baginda Anies Baswedan dan Ahmad Riza Patria tidak tahu? Tidak mau tahu? Pura-pura dalam perahu, kura-kura tidak tahu? Hahahaha...!

Atau, jangan-jangan sebentar lagi akan ada seruan untuk berdoa supaya kalaupun ada bencana kebakaran, maka sebaiknya lokasinya yang terdekat dengan hidran yang berfungsi dengan baik? Kalau kata orang Betawi: "Eh, busyet, sekate-kate lu!"

Kita pun perlu berdebar-debar menantikan akankah program pengadaan hidran-hindran baru, berdasarkan data kumpulan hidran rusak tadi akan menyerap sampai berapa miliar, kalau perlu triliun?


Jangan salah sangka, jauh di lubuk hati saya tidak pernah berharap ada satu rumahpun mengalami bencana kebakaran, yang tak jarang bisa meludeskan rumah beserta isinya.

Namun, saya juga tak menampik adanya fakta-fakta yang kerap terjadi bahwa kebakaran disebabkan oleh keteledoran si pemilik rumah. Kecuali yang diduga kuat dilakukan dengan sengaja karena alasan tertentu ya!

Akhirnya, sebelum kebakaran melanda dan menghabiskan banyak hal, tak ada salahnya kita sedikit berharap pihak-pihak terkait dapat membereskan persoalan hidran dan ketersediaan air untuk keperluan pemadaman api saat kebakaran melanda.

Daaan ... semoga nggak ada main tuding antara pimpinan yang satu dan yang lain ya, karena menemukan solusi cepat dari masalah hidran dan ketersediaan air ini jauh lebih penting. Kalaupun ada yang ingin menuding pihak tertentu, pengecualian kita berikan untuk DKI-1, yang boleh menuding DKI-1 supaya rame!

Duh, Banyak Hidran Gak Berfungsi di Jakarta dan Petugas Damkar Terpaksa Pakai Air Selokan!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/duh-banyak-hidran-gak-berfungsi-di-jakarta-dan-AxxkaFOaVI

#DudungDungu Trending di Twitter, Ini Ulah Siapa?

Tak salah bila Menteri Kominfo Johny Plate bikin gebrakan Literasi Digital di masa kepemimpinannya di Kominfo saat ini. Relevansi gebrakannya itu menurut saya tepat untuk menjawab tantangan yang ada pada bangsa kita terkini: Darurat Literasi.

Indonesia memang benar-benar darurat literasi. Tak cuma jelata biasa, pejabat publik atau bahkan kaum terpelajar bergelar mentereng sekalipun tak sedikit yang menunjukkan gejala darurat literasi. Parahnya, kedaruratan itu tak hanya menyangkut pemahaman komprehensif atas apa yang diucap, pun pula menyangkut kepekaan akan dampak sosial yang mungkin akan timbul dari yang diucapkan.

Terbaru, KSAD Jenderal Dudung yang kesandung. "Jangan terlalu dalam mempelajari ilmu agama!", demikian pesannya saat tampil memberi kultum pada kunjungannya ke Kodam XVII/Cendrawasih, beberapa hari lalu. Ucapan inilah yang memicu sekelompok netijen mendengungkan hastag #DudungDungu di twitter seperti yang kami tampilkan pada feature image pada tulisan ini. Bagi mereka, ucapan Dudung mendangkalkan ilmu akan agama.

Namun bagi saya, ucapannya tersebut lebih mengandung darurat literasi pada segi dampak. Saya amat sangat percaya bahwa integritas diri seorang Jenderal Dudung sangat tinggi maka tak mungkin menyesatkan anak buahnya sendiri.

Bahwa akibat dari integritas beliau yang sedemikian tinggi itu menyebabkan beliau sampai membuat pernyataan kontroversial saat tampil memberikan kultum di bumi Cendrawasih, itu hanyalah salah satu bukti betapa beliau cenderung lebih menginginkan anak buahnya profesional menjalankan tugas-tugas negara ketimbang memperdalam ilmu agama jika tanpa didampingi pembimbing yang mumpuni.

Nah, ucapan beliau tersebut apabila ditangkap secara dangkal tanpa melibatkan pertimbangan akan apa yang sudah dialami bangsa ini berkali-kali dalam hubungannya dengan teroris berjubah agama, memang akan menimbulkan kesan bahwa beliau seolah menyepelekan urusan keimanan dan ketaqwaan tiap personel yang dipimpinnya.

Penafsiran yang tidak komprehensif seperti itulah contoh nyata tentang kekitaan yang membelum dalam hal literasi. Kita rata-rata belum mampu memahami ucapan seseorang dengan mengaitkannya pada konteks yang tepat.

Terhadap ucapan Pak Dudung, harusnya menyertakan pemahaman bahwa ini adalah ucapan seorang komandan pada anak buah di lingkaran institusi yang diberi amanah untuk menjaga pertahanan dan keamanan negara: TNI. Lalu, karena konteksnya demikian, maka mesti pula dikaitkan dengan kejadian demi kejadian yang dialami bangsa ini akibat pendalaman agama yang menghasilkan terorisme dalam dua dasa warsa belakangan ini.

Penafsiran seperti itu tidaklah berarti bahwa pendalaman akan agama akan menghasilkan buah teror. Tidak seperti itu maknanya.

Maksudnya begini....

Jika saja, penafsiran kita diletakkan pada konteks ke-TNI-an, maka ucapan Jenderal Dudung justru menunjukkan sikap profesional seorang penjaga pertahanan dan keamanan negara. Sama sekali tak ada maksud dari beliau untuk menyepelekan urusan keimanan dan ketaqwaan.

Justru, yang terlihat bahwa demi menjaga pertahanan dan keamanan negara, masing-masing prajurit diinginkannya untuk tak sembarangan memperdalam ilmu agama agar tak terjebak dalam pemahaman yang sesat seperti yang mengilhami para pelaku teror bermotif agama selama ini. Dengan kata lain, pernyataan tersebut justru demi profesionalitas prajurit mengawal negeri.

Tiap prajurit diharapkan untuk mendingan memilih tidak memperdalam agama jika tak didampingi pembimbing yang mumpuni. Mumpuni di sini bukan tentang khatam Kitab Suci luar kepala, bukan pula tentang pandai memahami bahasa yang tersurat dalam ajaran agama yang dianut. Bukan itu!

Mumpuni di sini dalam konteks ke-TNI-an adalah tokoh agama yang mesti menjiwai dengan baik semangat bernegara Indonesia yang Pancasilais, ber-UUD '45, Bhineka Tunggal Ika. Tokoh-tokoh agama yang memiliki kualifikasi sedemikian itulah yang dituntut untuk dipilih jika ingin perdalam ilmu agama. Jika tidak, mendingan tidak perdalam agar tidak sesat dalam konteks keindonesiaan tadi.

Masalahnya di sini adalah Pak Dudung sendiri terjebak darurat literasi. Yang saya maksudkan adalah ketidakpekaan beliau akan komposisi warga negara ini.

Di negeri ini, harus kita akui mengenai keberadaan sekelompok kecil manusia dungu yang terlalu fanatis akan hal agama sampai lupa dia hidup di mana. Negeri tempat mereka hidup ini ditakdirkan beraneka ragam dalam banyak hal. Maka, menafsirkan ajaran agama secara kaku dapat dipastikan bakal menimbulkan gejolak sosial. Kenapa?

Agama yang berlaku resmi di Indonesia, semuanya impor dari luar. Sedangkan ajaran pada tiap-tiap agama tersebut sering bertitik tolak pada kondisi sosial budaya pada tempat di mana agama itu pertama kali didirikan. Jika tanpa penafsiran yang kontekstual dengan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia, dijamin ajaran agama hanya menghasilkan pertentangan di antara anak bangsa.

Menjadi Islam tak harus menjadi Arab. Menjadi Kristen tak harus menjadi Eropa, Hindu tak harus menjadi India, Budha dan Kong Hu Zu tak harus menjadi Tionghoa. Agama dalam jiwa kita masing-masing di Indonesia adalah nilai-nilai keyakinan yang terjebak dalam tubuh anak cucu Nusantara.

Agama kita bukanlah produk asli milik kita yang lahir dari rahim Nusantara, sesama kita di sini juga pun bahkan sudah berbhineka dalam segala selain agama. Klaim kebenaran sepihak dari salah satu agama sudah otomatis menimbulkan pertentangan.

Pada bangsa yang berkebhinekaan inilah TNI diberi tugas untuk mengawal keragamannya, menjaga kelestarian heterogentitasnya, merawat persatuan dan kesatuan warganya.

TNI, sebagai institusi pertahanan harus hadir menjadi penengah di antara kita. Lepas dari apapun agama yang dianut tiap personelnya, karena dipasrahi menjaga kita sebangsa maka urusan keagamaannya jangan sampai mendominasi tindakannya di lapangan. Untuk itu, butuh pendamping mumpuni soal keindonesiaan jika seseprajurit hendak perdalam ilmu agamanya.

Jenderal Dudung paham soal prinsip tugas dan tanggung jawab TNI tersebut. Hanya saja, beliau lupa kalau di luar TNI, ada kaum dungu tadi. Inilah letak darurat literasi yang dialami sang Jenderal.

Walhasil, ucapannya pun digoreng sampe garing sedemikian rupa oleh kaum tersebut guna menciptakan citra diri negatif Jenderal Dudung sendiri.

Namun, siapa persisnya kaum dungu yang ciptakan hastag #DudungDungu tersebut?

Hemat saya, mereka adalah barisan sakit hati yang imam jumbonya disakiti Dudung lewat penurunan baliho bergambar sang imam beberapa waktu lalu saat Dudung masih sebagai Pangkostrad TNI. Kelompok ini besar kemungkinan juga tengah atau malah (akan) ditunggangi BSH politik demi ciptakan instabilitas dalam negeri supaya pemerintah yang lagi berkuasa terlihat tak cakap kelola negara.

Apapun tujuan kelompok pendengung hastag tersebut, yang pasti di sini tak hanya kaum BSH itu yang alami darurat literasi, Jenderal Dudung yang tak peka akan komposisi warga negara ini juga sama tak punya literasi yang cukup. Seharusnya jika Pak Dudung peka, maka ucapannya akan diatur sedemikian rupa agar tak mudah diselewengkan oleh kaum dungu tadi yang demi petualangan hasratnya mencari posisi tega selewengkan makna ucapan Pak Dudung.

Literasi itu Sebenarnya Apa

Sedemikian itu bahasan kita dari tadi, literasi itu sebenarnya apa sampai-sampai baik komunikator (pengucap) dan komunikan (pendengar/penyimak/partner dalam berkomunikasi) sama-sama bisa terjebak dalam kekeliruan yang sama?

National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai “kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.” Definisi ini memaknai Literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi Literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu.

Bisa simak di sini lengkapnya: http://www.ldonline.org/glossary.

Sebetulnya masih banyak teori lain mengenai literasi. Namun dari NIL inilah yang menurut saya paling pas menggambarkan makna literasi pada masa kini.

Nah, karena topik kita ini tadi adalah sesuatu yang muncul dari unggahan di media sosial, maka kecakapan berliterasi patut kiranya dihubung-hubungkan pula dengan tugas dan tanggung jawab Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo).

Seketika, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa rupanya Kominfo telah berbuat sesuatu demi kecerdasan berdigital para warga bangsa ini. Bentuk tindakan Kominfo adalah apa yang tadi kusebutkan kontekstual di awal bahasan yakni gebrakan atau Program Literasi Digital.

Program ini gratis. Seperti tertera pada websitenya, Literasi Digital yang digelar Kominfo ini tak berbiaya alias gratis. Tinggal kita selaku warga sekarang, mau memanfaatkan fasilitas gratis ini atau tidak. Dimanfaatkan maka tentu akan meningkatkan kecakapan kita di bidang berdigital. Diabaikan maka kita akan tetap begini-begini saja, mudah terombang-ambingkan oleh ucapan seseorang pejabat negara, eh, dengan dungunya masih juga sok-sokan menafsirkan sekehendak hati ucapan seseorang.

Udah dungu, sok lagi.... Anda tak termasuk 'kan, Kisanak?

#DudungDungu Trending di Twitter, Ini Ulah Siapa?

Sumber Utama : https://seword.com/umum/dudungdungu-trending-di-twitter-ini-ulah-siapa-l1McxDBwOb

Masa' Jalanan Rusak di Daerah Kudu Diurusi RI-1 Sih, T'rus Pejabat Daerahnya Ngapain?

Berita dikirimnya satu truk penuh jeruk oleh warga di tanah Karo, tepatnya di daerah Liang Melas Datas, seraya menyampaikan keluhan soal kondisi jalan di desanya yang rusak parah menarik perhatian saya.

Suatu langkah yang cerdik mengingat selama ini Presiden Jokowi selalu tertarik dengan perkara infrastruktur yang dapat membuat ekonomi masyarakat menggeliat, asal diperhatikan betul. Kalau belum ada jalan, ya dibikin. Kalau jalannya rusak, ya diperbaiki dengan semaksimal mungkin, nggak hanya tambal-sulam dengan seadanya.

Kondisi terakhir inilah yang dikeluhkan warga, yang ditandai dengan pengiriman hasil bumi andalan warga desa setempat. Mereka mengakui sih ada perbaikan jalan, tapi seadanya saja sehingga tak butuh waktu lama akan rusak lagi.

Biasanya sih, kalau tambal-sulam begini jalan yang semula rusak, akan tambah parah kalau tidak dilakukan perbaikan maksimal dengan kualitas jalan yang baik. Kalau di jalanan Solo-Jogja (sebagian ruas jalan) kerap disebut proyek abadi, karena dianggap hanya menyerap anggaran tapi kondisi jalan yang diperbaiki tidak pernah benar-benar bagus.

Bagi warga Liang Melas Datas, keberadaan infrastruktur yang baik sangat diperlukan untuk mengangkut hasil bumi agar bisa dijual di pasar. Kalau jalannya rusak, akan berdampak pada mahalnya ongkos angkut (jika harus menyewa) dan jika menggunakan armada truk milik sendiri akan berimbas pada biaya tambahan untuk perbaikan yang tidak murah. Apa Bupati Karo mau menanggung biaya perbaikan truk?


Menariknya, berita pengaduan masalah jalan rusak itu ketika sampai ke telinga Wakil Bupati Karo, direspons dengan nada kecewa. Kabarnya Pemkab Karo sudah menganggarkan perbaikan untuk APBD 2022 nanti, jadi istilahnya sudah tinggal jalan ... hanya warga diharapkan perlu bersabar sampai waktunya tiba.

"Bah! Disuruh bersabar macam mana pula!" mungkin begitu reaksi masyarakat mendengar jawaban dari Wakil Bupati Karo soal laporan mereka ke Presiden RI.

Betul juga sih, seandainya respons begitu terdengar dari warga. Apalagi ini sudah musim hujan, dimana kondisi jalan yang rusak akan semakin parah. Mau menunggu sampai ada korban jiwa karena kendaraan rusak atau terguling saat dipakai menerjang jalanan yang rusak karena terpaksa? Ngawur itu, boy!

Akan tetapi, tindakan melaporkan masalah daerah ke Presiden, padahal seharusnya bisa ditangani oleh Bupati, Wali Kota, hingga Gubernur tentu jangan sampai menjadi kebiasaan. Masa' dana dari pemerintah pusatnya mau, tapi giliran kerja juga dibalikin ke pusat sampai jadi urusan Presiden Jokowi?

Saya yakin setelah beritanya viral, juga Wabup-nya sudah merespons, sebentar lagi langsung ada percepatan program perbaikan jalan yang dimaksud oleh para petani jeruk mewakili warga sekitarnya itu. Lihat saja, karena RI-1 pasti akan ikut memantau dan memastikan agar jalanan segera diperbaiki, lalu akan cek langsung ke lokasi kalau sudah muncul laporan bahwa perbaikan sudah selesai. Betul?


Alasan klasik dari Wakil Bupati Karo bagi saya juga tidak terasa aneh lagi. Udah biasa kan, pas berita di daerah jadi viral, trus pejabat daerahnya seperti kebakaran jenggot alias auto panik?

Kalau sudah panik biasanya akan muncul lima reaksi:

Pertama, segera menyelesaikan masalah karena takut dikomentari lebih pedas lagi oleh netizen.

Kedua, langsung bereaksi karena takut dimarahi pejabat yang lebih tinggi atau lebih berwenang dibandingkan dengan pejabat daerahnya.

Ketiga, tetap diam saja, cuek bebek, dan seperti pura-pura budeg karena merasa posisinya aman, tak bisa digoyang, dan mungkin ada beking yang kuat.

Keempat, mencari kambing hitam agar bisa dituding sebagai biang kerok sedangkan dia sendiri bisa lepas tangan atau lebih parahnya cuci tangan alias menolak bertanggung jawab.

Kelima, warganya disuruh bersabar, berdoa, dan menerima ujian hidup dengan tetap berharap pada janji manis dari pejabat daerah yang seharusnya berwenang untuk menuntaskan masalah ... kalau memang niat sih!


Yak, kita nantikan saja bagaimana lanjutan dari laporan warga Karo tadi. Saya kok yakin sebelum pergantian tahun atau selammbatnya pertengahan Januari 2022, jalanan di lokasi yang dimaksud oleh si pelapor pada Presiden Jokowi tadi akan menjadi bagus, dengan kualitas jauh lebih baik dibandingkan dengan perbaikan tambal-sulam sebelumnya.

Masa' Jalanan Rusak di Daerah Kudu Diurusi RI-1 Sih, T'rus Pejabat Daerahnya Ngapain?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/masa-jalanan-rusak-di-daerah-kudu-diurusi-ri-1-AX1s6euTVq

Membongkar Sosok Capres yang Berpotensi Didukung oleh Kelompok 212 Selain Anies

Pada Pilpres 2019 lalu, salah satu pasukan yang turut mengawal serta mendukung Prabowo adalah Presidium Alumni (PA) 212. Yang mana kelompok ini merupakan bekas pendemo Ahok dulu.

Dan kalau diperhatikan lagi secara seksama, isi dari PA 212 ini adalah Laskar FPI.

Lihat saja anggotanya. Ada Rizieq merupakan pendiri serta Big imam FPI.

Kemudian ada Novel Bamukmin. Ia sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris FPI DKI Jakarta. Tapi pada 2018 lalu dipecat karena sering memberikan pernyataan di media tanpa kordinasi terlebih dahulu ke pengurus FPI DKI yang lain.

Termasuk juga ada Slamet Ma'arif yang kini menjabat sebagai Ketua PA 212, merupakan mantan Jubir FPI.

Dan yang dilakukan oleh kelompok ini tidak melulu soal bela agama dan ulama lho. Tapi mereka juga pernah turut membela orang yang berduit. Kala itu konglomerat Hary Tanoe yang tersandung kasus hukum turut mereka bela.

Jadi jangan terlalu percaya dengan alumni Universitas Monaslimin. Karena bisa jadi bela agama dan ulama itu hanya kedok belaka. Tapi sejatinya mereka adalah penyedia jasa Timses, penyedia jasa demo dan pembela orang berduit.

Belum lagi Novel Bamukmin yang sudah gembar gembor mau jadi Cawapres pada Pilpres 2024 mendatang dan mengklaim didukung oleh 130 juta rakyat Indonesia. Semakin ketahuan-lah kalau kelompok ini sebenarnya murni gerakan politik yang dibungkus pakai agama.

Miris banget sebenarnya ketika ada kelompok tertentu yang memanfaatkan agama untuk tujuan melampiaskan nafsu kekuasaan.

Mudah-mudahan mereka segera sadar.

-o0o-

Nah, kalau Cawapresnya sudah ada (Novel Bamukmin), lantas siapa Capres yang berpeluang didukung oleh PA 212 pada Pilpres 2024 mendatang?

Berikut penulis coba analisa

Di urutan pertama tentu ada Anies Baswedan.

Pertanyaannya kenapa Anies?

Karena hubungan Laskar Kadrun dengan gubernur DKI tersebut seperti prangko dan amplop. Alias tidak terpisahkan.

PA 212 mendukung Anies di Pilkada DKI 2017 lalu. Sedangkan Wan Anies mendukung acara reunian PA 212. Terbukti Monas selalu ia sediakan untuk tempat reuni dilakukan.

Di samping itu, ia turut memeriahkan reuni tersebut. Saat reuni 2017, 2018 dan 2019 Anies selalu hadir.

Pada reuni 2020 dan 2021 ini saja ia tidak hadir lantaran ada Covid. Dan ia mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Lalu, siapa lagi yang berpotensi didukung oleh PA 212?

Gatot Nurmantyo.

Sebagaimana kita ketahui bahwa si Gatot ini juga ngebet mau jadi presiden. Bahkan sebelum Pilpres 2019 lalu digelar, nafsu berkuasanya sudah bergejolak.

Dan satu hal yang bisa dia lakukan untuk mendapat dukungan adalah mendekati kelompok 212.

Isu yang dimainkan oleh si Gatot ini dan PA 212 untuk menarik massa pun mirip, yakni PKI.

Selain itu, terlihat beberapa kali Gatot membela FPI, yang notabene juga bagian dari kelompok 212.

Selanjutnya, putra SBY, AHY juga berpeluang diusung oleh PA 212 dalam memperebutkan takhta RI-1.

Sebagaimana kita ketahui bahwa dukungan masyarakat kepada Partai Demokrat kian hari semakin surut. Terbukti di setiap Pemilu pasti perolehan suaranya berkurang.

Dan kegagalan AHY di Pilgub DKI 2017 juga menjadi bukti bahwa orang-orang tidak ingin lagi SBY dan kroninya berkuasa.

Sementara, meskipun pernah gagal nyalon gubernur, AHY tetap ngebet pengen jadi presiden. Yang hal ini tentu tidak lepas pengaruh bapaknya.

Supaya bisa terpilih jadi presiden tentu mau tidak mau harus mendapatkan dukungan yang besar dari pemilih. Dan kelompok 212 ini bisa dimanfaatkan oleh AHY sebagai basis masanya.

Menurut hemat penulis sih, asalkan tersedia nasi bungkus yang diikat pakek karet merah, Kadrun siap memberikan dukungan. Karena ideologi serta keberpihakan mereka juga gak jelas.

Ngomongnya saja bela agama dan save ulama, tapi Hary Tanoe saja mereka dukung kok.

Di samping itu, dulu juga sempat beredar kabar SBY turut mendanai aksi 212.

Terakhir, Capres yang berpeluang diusung oleh Kadrun adalah Rizal Ramli.

Si Rizal ini dari dulu kala sudah menunjukkan syahwat pengen berkuasa gede. Sejak Pilpres 2009 hingga 2024 ia tidak henti-hentinya menyatakan siap jadi presiden.

Lalu, kenapa ia berpotensi didukung oleh kelompok 212?

Karena memiliki banyak kesamaan.

Sama-sama doyan nyinyir, sama-sama berada di luar pemerintahan, sama-sama pernah menyebarkan hoax Oplas Ratna Sarumpaet dan sama-sama orang gagal.

PA 212 gagal jadi Timses (Prabowo), sedangkan Rizal gagal jadi menteri sehingga dipecat.

-o0o-

Kura-kura demikian beberapa orang yang berpotensi diusung oleh kelompok 212 pada Pilpres 2024 mendatang.

Dan prinsipnya sederhana sebenarnya. Siapapun Capres yang didukung oleh kelompok ini beserta PKS, kita pilih lawannya.

Membongkar Sosok Capres yang Berpotensi Didukung oleh Kelompok 212 Selain Anies

Sumber Utama : https://seword.com/umum/membongkar-sosok-capres-yang-berpotensi-didukung-3axcYfBVLK

Ngapain Mereka Adukan Kasus Rizieq-Munarman ke Komisi III DPR?

Sejumlah ulama dan habaib yang tergabung dalam Ahli Sunnah Waljamaah melakukan rapat dengar pendapat umum bersama Komisi III DPR RI.

Tujuannya adalah mendesak agar Komisi III mengawal kasus Habib Rizieq Shihab hingga Munarman.

Salah satu perwakilan berharap anggota Komisi III DPR turut memperhatikan perlakuan yang disebut diskriminatif terhadap Rizieq.

"Kedatangan kami datang ke tempat terhormat ini dengan harapan agar para wakil rakyat juga peka ikut merasakan bagaimana agar perlakuan-perlakuan diskriminatif dapat segera dihentikan. Labelisasi buruk terhadap umat Islam dan ajaran Islam seperti yang telah dialami Al-Habib Muhammad Rizieq Shihab, Al Habib Muhammad Hanif Alatas dan dr Andi Tatat dalam kasus RS UMMI, di mana ketiganya dinyatakan bersalah secara hukum hanya karena menjelaskan kesehatan Al-Habib Muhammad Habib Rizieq Shihab dengan ungkapan 'baik baik saja'," katanya.

Dia juga menyinggung soal penangkapan Munarman atas dugaan terorisme. Dia meminta Komisi III DPR juga memperhatikan persoalan terorisme.

"Kami para habaib dan forum ulama Sunnah Waljamaah ingin mendengarkan kata Komisi III DPR mengenai penangkapan yang terjadi pada Saudara Munarman dan penangkapan 3 ustadz baru-baru ini yang akhirnya merembet kepada munculnya beberapa pihak yang ingin membubarkan MUI, yang notabene MUI adalah wadah bagi seluruh umat Islam Indonesia," katanya.

Intinya ada 3 poin tuntutan dari mereka yang disampaikan kepada Komisi III.

Pertama, menolak keras dan melawan segala bentuk agenda Islam phobia yang memberi stigma dan labelisasi buruk bagi umat Islam ataupun agama yang ada di Indonesia pada umumnya yang menunggangi hukum dan aparat.

Kedua, menolak keras dan melawan penegakan hukum yang mempidanakan simbol, konsep, serta akhlak yang diajarkan dalam Islam dan agama-agama yang ada di Indonesia.

Ketiga, mengawal penegakan hukum agar transparan dan tidak diskriminatif serta terhindar dari agenda terselubung kaum Islam phobia yang berupaya memberikan stigma dan labelisasi buruk bagi umat Islam dan ajaran Islam, juga umat lain, dan ajaran-ajaran lain yang ada di Indonesia yang akhirnya akan membawa perpecahan pada anak bangsa dan mendiskreditkan suatu kebenaran yang dibawa oleh para kiai dan ulama di Indonesia pada umumnya.

Ini maksudnya bela Rizieq dan Munarman? Menurut saya, ini kacau sekali.

Untuk Rizieq, sudah jelas dia ini tukang bikin ulah. Baru-baru ini saja dia serukan doa yang tidak baik. Ketika sedang berada di atas angin, dia malah lantang mengucapkan sumpah serapah dengan kalimat sadis.

Intinya masalah yang dihadapi Rizieq saat ini akibat ulahnya sendiri. Siapa suruh baru pulang sudah berlagak arogan dan nantangin pemerintah. Siapa suruh kabur dan main petak umpet? Kalau dari awal gentleman hadapi kasusnya, tentu masalah tidak akan sebesar sekarang.

Yang begini kok masih dibela?

Terkait Munarman, ini juga sama. Bahkan kasusnya lebih parah, terkait dengan terorisme. Tentu saja ini lebih fatal dari kasus yang dihadapi Rizieq saat ini.

Lucu sekali memang, ketika sekelompok orang datang ke DPR dan meminta perhatian khusus kepada dua orang ini. Why?

Ini bukan kata saya lho ya. Saya sempat membaca beberapa komentar kocak. Mereka menyindir kemungkinan mereka ini adalah orang-orang yang dimaksud oleh Bahar Smith dalam video yang viral beberapa waktu lalu. Takut dikejar dan dicari oleh Bahar Smith. Bukan kata saya ya, tapi saya dapat dari komentar netizen.

Waktu sidang Pak Ahok, semua rame-rame mengancam agar tidak mengintervensi hukum. Sekarang mereka dengan enaknya meminta banyak tuntutan terkait Rizieq dan komplotannya. Tidak fair namanya ini.

Buat Komisi III, coba lakukan rapat dengar pendapat umum dengan rakyat. Pasti bakal lebih terkejut lagi dengan kekesalan mereka yang selama ini resah dengan kelakuan Rizieq dan kelompoknya yang selalu merasa di atas hukum dan pemerintah.

Komisi III harusnya netral saja, jangan mencampuri urusan dan kewenangan dari lembaga yudikatif. Silakan dengar pendapat mereka, tapi tak usah ikut campur. Mereka ini kurang lebih hanya pendukung Rizieq. Kalau bukan Rizieq yang dipenjara, belum tentu mereka mau capek-capek ke gedung DPR.

Bagaimana menurut Anda?

Ngapain Mereka Adukan Kasus Rizieq-Munarman ke Komisi III DPR?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/ngapain-mereka-adukan-kasus-rizieq-munarman-ke-uuzMRxd6Hn

Akhirnya Nyerah Juga, Novel Baswedan Terima Tawaran Jadi ASN Polri

Akhirnya drama mengenai mantan pegawai KPK yang tak lolos tes TWK akhirnya, bisa dikatakan sudah masuk ke babak akhir.

Sebelumnya, mereka yang tak lolos tes TWK, melakukan perlawanan sengit karena tidak menerima kenyataan tersebut. Drama demi drama terus bermunculan. Narasi-narasi tendensius terus dibesar-besarkan. Bahkan mereka meminta bantuan beberapa lembaga seperti Komnas HAM dan Ombudsman untuk memperuncing situasi. Inti dari semua ini adalah mereka tidak rela kenyamanan mereka selama ini terusik dan hancur.

Akan tetapi, hasil tes tetaplah harus ditindaklanjuti. Mereka yang tak lolos, akhirnya diberhentikan dengan hormat.

Kemudian muncul wacana dari Polri untuk merekrut mereka menjadi ASN Polri. Agak blunder karena mereka yang tak lolos tes dijadikan ASN. Kesannya ada perlakukan yang sedikit berbeda dibanding mereka yang tak lolos tes ASN dan selesai sampai di sana. Belum lagi ada narasi yang menyebut diangkatnya mereka sebagai ASN di Polri membuktikan bahwa tes TWK penuh kejanggalan dan masalah.

Baru-baru ini, 52 mantan Pegawai KPK menghadiri sosialisasi pengangkatan ASN Polri. Hasilnya Novel Baswedan menerima tawaran Kapolri untuk menjadi ASN di lingkungan Polri. Novel menyambut baik tawaran itu.

"Saya posisi menerima," kata Novel di gedung TNCC Mabes Polri.

Novel mengaku sulit untuk menolak tawaran menjadi ASN Polri setelah melihat dan mendengar penjelasan dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit.

Secara rinci, ada 44 mantan pegawai KPK yang menerima, dan 8 sisanya (ada yang nyebut 12) menolak dengan berbagai alasan.

Novel mengatakan dia akan menempati posisi di bidang pencegahan korupsi.

"Ya tentunya penjelasan itu telah disampaikan oleh Pak Kapolri sejak awal, Pak Kapolri juga mengatakan terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan masalah pencegahan ya, jadi saya kira karena fokusnya adalah terkait dengan upaya-upaya yang berhubungan dengan pencegahan dan Pak Kapolri telah menyampaikan," kata Novel.

"Dan saya kira hal-hal yang disampaikan Pak Kapolri memang masalah strategis dalam hal upaya pemberantasan korupsi dari terutama sektor pencegahan, hal terkait pencegahan," imbuhnya

Novel menyambut baik ajakan Kapolri untuk memberantas korupsi yang dimulai dari pencegahan. Novel menyebut saat ini fenomena korupsi di Indonesia tidak bisa dibilang menurun.

"Dan tentunya melihat fenomena korupsi yang tidak bisa kita bilang sebagai menurun atau kecil, kami memandang bahwa kontribusi untuk bisa melakukan upaya memberantas korupsi ini sekarang ini yang tersedia adalah ketika Kapolri mengajak atau menyediakan untuk kami bisa ikut untuk berbakti untuk kepentingan bangsa dalam rangka untuk memberantas korupsi hal pencegahan," katanya.

Nah, dengan begini semua masalah beres. Jangan ada lagi drama dan narasi tak benar. Yang menerima, sudah tidak perlu pusing soal urusan dapur. Yang menolak pun pasti sudah memikirkan matang-matang dan setidaknya sudah ditawari peluang. Mereka yang menolak, itu urusan mereka asalkan jangan bikin sensasi baru.

Untuk Novel dkk yang menerima tawaran jadi ASN, kadang lucu aja sih. Di awal-awal saat mengetahui dirinya dkk tak lolos tes, bisingnya minta ampun. Mereka terus mengklaim sebagai sosok berintegritas lah, ancaman terhadap pemberantasan korupsi lah, penyingkiran orang-orang hebat lah. Muncul desakan agar mereka dipekerjakan kembali, atau hasil tes TWK dibatalkan.

Bahkan, kalau saya tak salah, mereka sangat jual mahal. Tapi akhirnya banyak yang menyerah dan akhirnya menerima tawaran lain.

Saya tidak protes lagi soal ini karena ini adalah solusi dari pihak Polri meskipun saya rasa bukan yang terbaik.

Komentar dari netizen pun sangat pedas. Mereka menyebut, menyerah demi dapur tetap ngebul. Akhirnya ujung-ujungnya ketahuan mau jadi ASN. Karena kalau alasannya mau memberantas korupsi, bisa gabung ke lembaga anti korupsi lainnya, atau bikin lembaga baru. Malu-malu tapi mau.

Banyak yang berpikir, atas nama idealisme dan ucapannya selama ini, Novel bakal menolak menjadi ASN. Ternyata prediksi mereka meleset.

Yang penting, Novel dkk jangan bikin ulah lagi di Polri dan semoga Kapolri awasi betul kinerja mereka. Jangan sampai kecolongan. Meskipun kita tahu Novel dkk tidak akan bisa berulah sebebasnya lagi.

Bagaimana menurut Anda?

Akhirnya Nyerah Juga, Novel Baswedan Terima Tawaran Jadi ASN Polri

Sumber Utama :  https://seword.com/politik/akhirnya-nyerah-juga-novel-baswedan-terima-oMjgDV8xS6

Ibnu Sina Resmikan 212 Mart Pertama Di KalSel

Banjarmasin,-Walikota Banjarmasin, H Ibnu Sina meresmikan gerai 212 mart pertama di Kalimantan Selatan, Sabtu (3/1) di Banjarmasin. Gerai ini dibangun atas inisiatif alumni gerakan 212 yang kemudian membentuk koperasi Bauntung Batuah sebagai badan hukum minimarket ini.

Menurut Ibnu Sina, “selain mampu mengembangkan ekonomi umat, kehadiran gerai 212 mart bisa menjadi alternatif belanja yang halal bagi masyarakat Banjarmasin” katanya.

Lebih lanjut Ibnu menambahkan, dirinya berharap gerai ini mampu menampung produk lokal, “kita berharap minimarket ini bisa menampung produk-produk lokal, minimal 20 persen” tambah Ibnu.

Pemko telah memberikan izin untuk Koperasi Bauntung Batuah untuk mendirikan 10 gerai 212 di Banjarmasin. Meski demikian, Ibnu mengingatkan untuk tidak menggunakan kantong pelastik sebagai pembungkus belanjaan.

“Berdasarkan Perwali no 18 th 2016 tentang pelarangan kantong plastik, maka diingatkan untuk pembungkus belanjaan harus menggunakan bahan ramah lingkungan” katanya.

Sementara itu, pengelola 212 mart Bauntung Batuah, H M Ismail Iberahim mengatakan gerai Banjarmasin ini merupakan cabang ke-81 dari seluruh gerai yang ada di Indonesia.

“Disini kita menjual berbagai produk syariah dengan harga yang miring, dan tidak menjual produk yang dilarang agama seperti yang mengandung alkohol dan produk haram lainnya” katanya.

Selain dihadiri Walikota Banjarmasin, pembukaan gerai 212 mart ini juga dihadiri oleh ketua MUI Kalsel, KH Husin Nafarin. MC Kalsel/rmd

Sumber Utama : https://diskominfomc.kalselprov.go.id/2018/02/04/ibnu-sina-resmikan-212-mart-pertama-di-kalsel/


 Sumber pic di sini

212 Mart "Dibikin", "Dicari" hingga "Dicaci", akankah KALSEL kena imbasnya??!!
info lengkap klik disini

Re-post by MigoBerita / Selasa/07122021/13.38Wita/Bjm 

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya