» » » » » » » » APA Salah jadi Tukang Ojek... ??!!?? : Tampang Boyolali vs Sontoloyo (Video) #IndonesiaDamaiPEMILUMenggembirakanRakyat

APA Salah jadi Tukang Ojek... ??!!?? : Tampang Boyolali vs Sontoloyo (Video) #IndonesiaDamaiPEMILUMenggembirakanRakyat

Penulis By on Kamis, 22 November 2018 | No comments

ILC - Politic Year is Getting Hotter: Tampang Boyolali vs Sontoloyo "Tampang Boyolali" maupun kata "Sontoloyo" akhir-akhir ini tengah jadi perbincangan. Hal ini yang menjadi tema Indonesia Lawyers Club edisi 6 November 2018, "Tahun Politik Makin Panas: Tampang Boyolali vs Sontoloyo". Sontoloyo, merupakan pernyataan yang disampaikan Jokowi saat menghadiri pembagian sertifikat tanah di Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (23/10/2018). Sementara itu, bahasa "Tampang Boyolali" disampaikan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto. Pidatonya itu Prabowo sampaikan dalam acara peresmian Kantor Badan Pemenangan Prabowo-Sandi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (30/10/2018) kemarin.
Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=s3s1oQHlPGk

Saksikan Video Lengkapnya disini : https://www.youtube.com/watch?v=s3s1oQHlPGk

Tukang Ojek Online Tuntut Prabowo Minta Maaf

Prabowo blunder lagi. Mungkin karena memang nalurinya yang suka menghina orang, sehingga Prabowo tak kapok-kapok juga. Setelah menghina profesi wartawan yang katanya gajinya kecil, dan tidak pernah ngemall. Menghina masyarakat Boyolali yang katanya bertampang miskin dan tak pernah nginap di hotel bintang lima. Jangankan menginap kata Prabowo masuk ke hotel itu saja Masyarakat Boyolali diusir keluar.
Dan kali ini, Prabowo menghina profesi tukang ojek. Katanya apa tamat SMA kerjanya cuma jadi tukang ojek? Sebuah penghinaan yang sangat sadis dari Prabowo. Apakah menjadi tukang ojek itu sebuah profesi yang sangat hina? Sehingga pemuda tamatan SMA tak layak menjadi tukang ojek online?
"Saya sedih dengan realitas yang ada, seperti di meme yang ada di internet terkait jalan karier anak muda di Indonesia. Dari SD, SMP, SMA dan setelah lulus dia jadi ojek driver. Sedih, tapi itulah realitas," kata Prabowo, Rabu (21/11).
Asal Prabowo tahu saja. Operator ojek online di Indonesia Gojek dan Grab telah memberikan beratus-ratus ribu kepala keluarga memperoleh kesempatan kerja. Sebuah peluang kerja yang tidak sedikit dan menghidupi sekian banyak keluarga di Indonesia. Jadi, kenapa profesi tukang ojek dipermasalahkan oleh Prabowo?
Seorang driver ojek online kalau rajin setiap hari bisa membawa pulang uang sekitar Rp.250 ribu sampai Rp.300 ribu, bahkan ada yang lebih dari itu. Jika dalam satu bulan driver ojek online ngaspal selama 25 hari saja, maka pemasukannya sebulan akan mencapai angka Rp.6.250.000,-. Angka tersebut bukan sebuah angka yang kecil. Karena UMR DKI Jakarta saja hanya sekitar Rp.3,9 juta saja.
Jadi jangan meremehkan profesi ojek online. Selain penghasilannya lumayan daripada bekerja di kantoran dengan upah setara UMR DKI Jakarta. Juga sangat membantu masyarakat yang mobilisasinya sangat tinggi. Keberadaan ojek online ini sangat membantu seorang pekerja seperti saya yang sering terjebak macet di jalanan Jakarta. Dengan menggunakan ojek online, perjalanan saya akan lebih lancar daripada saya menggunakan kendaraan roda empat. Selain menghemat waktu juga menghemat biaya.
Sebuah profesi yang mulia ini justru dianggap hina oleh calon presiden nomor urut 2. Saya bisa maklum jika Prabowo merasa profesi tukang ojek ini sebuah profesi yang hina. Karena Prabowo belum pernah merasakan bagaimana hidup sebagai orang susah. Prabowo lahir dan besar dari keluarga yang berada. Dari kecil sampai SMA hidup dan bersekolah di luar negeri. Jadi patut diragukan Prabowo mengerti tentang masyarakat kecil.
Sebagai seorang yang hidupnya tak pernah susah, jadi tidak mengherankan kalau Prabowo menganggap tukang ojek itu sebuah profesi rendahan. Sebuah profesi yang tak layak untuk dikerjakan oleh seorang pemuda yang tamat SMA. Sungguh naif sekali pemikiran dari Prabowo ini. Tak punya empati sama sekali kepada kepala keluarga yang mencari nafkah menjadi tukang ojek untuk menghidupi keluarganya.
Merasa profesinya dilecehkan. Tukang ojek online menuntut Prabowo meminta maaf kepada seluruh tukang ojek yang telah dinistakannya itu.
"Bapak Prabowo yang terhormat, apakah salah dengan profesi yang kami jalani sebagai tukang ojek? Sehingga dibilang miris oleh Bapak," kata Igun Ketua Garda Indonesia. Garda Indonesia adalah singkatan dari Gabungan Aksi Roda Dua Indonesia.
"Bapak tidak perlu miriskan kami sebagai tukang ojek. Harusnya Bapak miriskan mereka yang suka maling uang rakyat, harusnya Bapak miriskan mereka yang sering melakukan pungli, harusnya Bapak miriskan mereka yang suka memeras rakyat, dan harusnya Bapak miriskan mereka yang berkedok wakil rakyat yang suka membohongi rakyat," tuturnya.
Igun pun meminta agar Prabowo meminta maaf kepada tukang ojek atas pernyataannya. "Saya meminta Prabowo Subianto secepatnya meminta maaf atas pernyataan yang sudah Bapak keluarkan. Dan perlu Bapak ketahui, Garda Indonesia siap turunkan massa besar," pungkas Igun yang organisasinya mewadahi ribuan tukang ojek online ini.
Apakah Prabowo akan menuruti tuntutan dari tukang ojek online ini? Kalau Prabowo tidak meminta maaf, maka Prabowo akan dianggap sebagai calon pemimpin yang tinggi hati. Tetapi jika Prabowo meminta maaf, maka kita bisa menganggap bahwa Prabowo tidak pernah belajar dari perbuatannya terdahulu.
Sering berbuat kesalahan, dan kemudian meminta maaf. Begitu terus. Seharusnya sebagai seorang calon pemimpin harus sadar bahwa semua perbuatannya itu berkenaan dengan rakyat. Rakyat kecil yang akan dibelanya. Tetapi kalau seorang calon pemimpin terus menerus menghina dan melecehkan rakyat kecil, apakah calon pemimpin itu bisa diandalkan?
Membuat kesalahan terus meminta maaf. Begitu terus. Itulah yang dilakukan oleh Prabowo. Tidak pernah sadar telah menyakiti hati rakyat kecil. Ini bukan seorang calon pemimpin yang baik.
Bukan begitu kura-kura?
#JokowiLagi 
Tukang Ojek Online Tuntut Prabowo Minta Maaf

Prabowo Menggali “Kuburan Politiknya” Makin Dalam

Politik itu ada yang mengatakan kejam. Karena lawan bisa jadi kawan dan kawan bisa jadi lawan. Dengan kata lain dengan lawan bisa saling jegal dan dengan teman pun bisa saling mengalahkan dan menjatuhkan.
Dalam berpolitik harus ekstra hati-hati baik itu perkataan maupun perbuatan. Karena dua elemen ini akan sangat berpengaruh terhadap kelanjutan dan kesuksesan karir politik. Apalagi dalam tahun politik ini hampir semua hal bisa diseret ke ranah politik, di goreng dan menjadi komoditas politik baik untuk menjatuhkan maupun menaikan elektabilitas.
Sehingga apabila ada elit politik yang berbicara asal jeplak tanpa data dan fakta yang tepat, bertindak sekehendak hatinya maka bersiap-siap seolah dia sedang menggali kuburan politik untuk dirinya sendiri.
Rupanya hal ini tidak dijadikan pegangan oleh Prabowo dan kubunya. Menjadi Capres dari oposisi seharusnya lebih berhati-hati dalam berbicara dan pandai memanfaatkan momen. Karena oposisi belum bekerja, belum bertindak untuk rakyat sehingga paling banter bisanya cuma menyalahkan program pemerintah. Belum bisa menyombongkan kinerjanya untuk rakyat.
Sebelumnya Prabowo terlibat masalah yang berpotensi menghancurkan elektabilitas dan citranya di mata masyarakat Indonesia. Karena dalam pidatonya di Boyolali, Prabowo seakan menghina orang Boyolali dengan pernyataan “tampang Boyolali”. Berbondong-bondong orang Boyolali protes keras terhadap pernyataan Prabowo.
Timses Prabowo pun berjuang keras untuk memberikan alasan yang masuk akal akibat dari pernyataan “tampang Boyolali” Prabowo. Tapi masyarakat seolah tidak mau tahu dan tidak mau dibohongi oleh silat lidah dari anak buah Prabowo. Tekanan terus dilakukan oleh publik terhadap Prabowo. Sehingga pada akhirnya Prabowo meminta maaf.
Walaupun Prabowo sudah minta maaf saya yakin, warga Boyolali khususnya dan masyarakat Indonesia sudah terlanjut mencap Prabowo yang mudah menghina orang, masyarakat tertentu. Ketika lisan melukai hati, kemana obat hendak dicari. Hati yang terluka dan tersakiti akan terus terasa sakit sampai waktu yang sangat lama.
Belum juga mereda “tampang Boyolali”, Prabowo seolah tidak kapok dan belajar dari peristiwa yang sudah terjadi. Prabowo kembali berulah dengan pidatonya yang ceplas-ceplos dan tanpa data. Seharusnya Prabowo harus disarankan oleh timsesnya untuk belajar menjaga lisan dan belajar berpidato. Jangan sampai pidato yang tadinya untuk meraih simpati masyarakat malah menyinggung merasaan masyarakat tertentu. Parah dan sangat patal.
Terbaru Prabowo kembali melakukan blunder patal. Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto mengaku sedih dengan beredarnya meme yang menggambarkan masa depan anak bangsa yang hanya menjadi tukang ojek setelah lulus sekolah. Menurut dia, gambaran itu adalah realitas yang terjadi saat ini.
"Saya sedih dengan realitas yang ada, seperti di meme yang ada di internet terkait jalan karier anak muda di Indonesia. Dari SD, SMP, SMA dan setelah lulus dia jadi ojek driver. Sedih tapi itulah realitas," kata Prabowo dalam acara Indonesia Economic Forum di Hotel Shangri-La, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Tentu saja pernyataan Prabowo tadi dianggap menghina profesi tukang ojek. Prabowo mungkun lupa bahwa tukang ojeg di Indonesia berjumlah sangat banyak apalagi sekarang ada ojol (ojek online). Jumlah tukang ojek meningkat drastis.
Perkataanya Prabowo akan menyinggung tukang ojek seluruh Indonesia baik tukang ojek online maupun konvensional. Karena profesi mereka telah berhasil menghidupi diri dan keluarganya. Ketika Prabowo menghina tukang ojek maka Prabowo akan kehilangan potensi suara untuk Pilpres 2019 nanti dengan jumlah sangat banyak.
Penulis yakin Prabowo akan dicoret dari hati para tukang ojeg. Karena profesi mereka telah dihina dan dianggap sebagai contoh profesi yang memiliki masa depan suram. Padahal tukang ojek sekarang telah berubah sesuai kemajuan teknologi. Penghasilan ojek terus meningkat dan tentunya bisa lebih mensejahterakan.
Prabowo rupanya tidak tahu atau pikun kalau tukang ojek bisa jadi sponsor utama Liga Sepakbola tertinggi di Indonesia. Sepertinya pola pikir Prabowo harus diperbaharui dan konsultasi ke mas Purnomo. Tukang ojek sudah modern dan bisa memiliki dana milyaran bahkan trilyunan sehingga bisa membantu proses perkembangan sepak bola tanah air.
Satu hal yang harus diketahui oleh Prabowo, tukang ojeg Indonesia go Internasional. Karena Gojek ciptaanya Nadhiem Makarim invasi ke negara-negara di Asia Tenggara. Bahkan menurut Jokowi negara-negara tetangga ketar ketir dengan invasi dari Gojek.
Kubu oposisi jangan menyalahkan tukang ojek apabila para tukang ojeg seluruh Indonesia berbondong-bondong membaktikan, menyumbangkan suaranya di Pilpres 2019 untuk Jokowi.
#JokowiLagi
Prabowo Menggali “Kuburan Politiknya” Makin Dalam

Anggap Tukang Ojek Menyedihkan, Bukti Prabowo Kuno dan Gaptek

Pernyataan Prabowo yang menyindir jenjang pendidikan dari SD, SMP, SMA lalu setelah lulus SMA jadi tukang ojek, adalah sebuah contoh sempurna bagaimana orang-orang tua seusianya (sisa-sisa rezim diktator Soeharto) dalam melihat aktifitas dan lingkungan anak-anak muda. Mereka orang-orang tua ini merasa lebih keren dari anak-anak muda sekarang. Mereka sama sekali tidak bisa memahami perubahan gaya hidup masyarakat. Masih kuno. Setidaknya ini terbukti dengan baju safari kantong 4 yang kerap dikenakan oleh Prabowo. Kuno sempurna, dari otak hingga pakaiannya.
Padahal jaman sudah berubah. Profesi tukang ojek jaman dulu memang tak terlalu menjanjikan. Susah mendapat pelanggan. Lebih sering nongkrong dan ngopi di pangkalan. Tapi sekarang, dengan kemudahan teknologi, pelanggan ada di mana-mana. Setiap menit ada permintaan. Bahkan tak jarang kalau kita lihat tukang ojek langsung buru-buru meninggalkan kita karena ingin menjemput pelanggan selanjutnya. Request pelanggan baru bahkan sering muncul sebelum kita sampai pada tujuan.
Profesi tukang ojek di jaman sekarang butuh kemandirian. Paham bagaimana membaca peta dan tujuan. Bisa mengantarkan ke jarak dan lokasi yang belum pernah dilalui sebelumnya. Harus bisa mengantarkan pelanggan ke manapun. Harus bisa masuk mall dan beli makanan sesuai pesanan. Jadi bukan sekedar mengantar orang, lalu di tengah jalan sibuk cari alamat.
Bagi orang jaman kuno seperti Prabowo pasti sulit menerima bahwa profesi tukang ojek jaman sekarang cukup menjanjikan. Jangankan disuruh mikir bagaimana caranya dan kenapa bisa? Lah wong mau ganti baju safari 4 kantong saja tidak bisa. Apalagi disuruh mikir yang ribet-ribet? Pasti nggak mampu tuh pikirannya. Punya hape malah dilempar, padahal hape kan bukan untuk dilempar. Hahaha
Ini sama seperti anak-anak muda yang usianya sedikit di atas saya. Antara 30-35 tahun. Kebanyakan dari mereka, terutamanya anak desa, pasti pernah dimarahi orang tuanya atau gurunya karena keseringan main game. Mungkin sampai sekarang masih ada orang tua atau guru yang memarahi anak-anaknya karena main game.
Lalu sekarang kita dihadapkan dengan kenyataan bahwa penghasilan gamer atau orang-orang yang main game, jauh lebih tinggi dari gaji seorang manager. Seorang gamer bisa mendapat ratusan juta rupiah perbulan hanya dengan main game. Mereka adalah anak-anak muda kreatif yang percaya dengan hobinya, dan memilih diam ketika dimarah-marahin orang tua atau gurunya karena kebanyakan main game.
Jika orang tua anak-anak gamers ini tahu bahwa anaknya akan mendapat uang ratusan juta dari kegiatan main gamenya, kira-kira apakah mereka akan masih mendorong anaknya untuk menjadi PNS? Saya pikir tidak.
Aktifitas main game yang dulu dianggap tidak ada manfaatnya, hanya buang-buang kuota, nyatanya bisa mendatangkan penghasilan luar biasa. Dan halal. Apa Prabowo pikir para pemain game juga menyedihkan? Dan masih menganggap tidak ada manfaatnya?
Atau contoh lain penulis Seword misalnya. Sebagian pembaca (usia tua) masih banyak beranggapan menjadi penulis itu hanya sampingan. Karena sekarang sudah terlalu banyak penulis. Menulis di portal online itu gratisan, tidak ada bayarannya. Kalaupun dibayar, maka mereka dibayar oleh politisi atau pengusaha yang punya kepentingan branding dan iklan. Maka jangan heran kalau dalam kolom komentar para penulis kerap ditanya, dibayar berapa kamu sama Jokowi? dibayar berapa sama Ahok? dan sebagainya.
Padahal menjadi penulis opini di Seword itu pendapatannya bisa setara UMR, atau malah dua kali lipatnya. Dan penting untuk saya katakan, sejak awal portal ini dibuat, kami tidak dibayar oleh tokoh-tokoh politik yang kami bela seperti Jokowi, Ahok, Ganjar, Risma, Emil dan kawan-kawan. Bahkan kami juga belum pernah bertemu mereka semua.
Lalu dari mana penulis Seword dibayar? Dari iklan. Dari setiap iklan yang diklik oleh pembaca atau user.
Di jaman digital seperti sekarang, ada banyak profesi baru bermunculan. Seperti pengelola akun sosial media tokoh publik misalnya, kerjaannya cuma main sosmed. Sebuah pekerjaan atau aktifitas yang mungkin hanya dianggap main hape terus. Sebagaian profesi lama juga didigitalkan, salah satunya adalah profesi tukang ojek.
Ada banyak karyawan perusahaan yang memilih mundur dan menjadi tukang ojek. Karena mereka bosan masuk kantor tiap hari. Bosan diatur dan dimarahi atasan. Gaji tukang ojek lebih tinggi. Pun bisa liburan kapan saja. Dan alasan-alasan lainnya.
Sehingga kalau orang-orang kuno model Prabowo menyebut profesi tukang ojek menyedihkan, itu pasti karena otaknya kurang update. Gaptek. Tidak paham perkembangan. Orang-orang jaman sekarang itu bekerja sesuai dengan hobi, mengedapankan kebebasan. Begitulah kura-kura. #JokowiLagi
Anggap Tukang Ojek Menyedihkan, Bukti Prabowo Kuno dan Gaptek

Prabowo Hina Tukang Ojek, Niat Nggak Sih jadi Capres?

Ada pribahasa yang berbunyi “Hanya kedelai eh keledai yang jatuh di lubang sama 2 kali”. Hal ini menggambarkan bahwa jangan sampai kita melakukan kesalahan yang sama persis sebanyak 2 kali apalagi lebih. Karena hal ini menjadi indikasi bahwa kita orang bodoh. Karena keledai simbol binatang yang bodoh manut saja tidak mempunyai alternatif lain.
Begitu juga dalam kehidupan. Dalam berperilaku, berbicara kita sering terpeleset, salah berbicara atau salah dalam bertindak. Tapi apabila kita melakukan kesalahan harus cepat direnungkan dan dipelajari. Sehingga di masa yang akan datang kita tidak melakukan kesalahan dalam masalah yang sama.
Rupanya hal ini tidak dijadikan pegangan oleh Prabowo dan kubunya. Menjadi Capres dari oposisi seharusnya lebih berhati-hati dalam berbicara dan pandai memanfaatkan momen. Karena oposisi belum bekerja, belum bertindak untuk rakyat sehingga paling banter bisanya cuma menyalahkan program pemerintah. Belum bisa menyombongkan kinerjanya untuk rakyat.
Sebelumnya Prabowo terlibat masalah yang berpotensi menghancurkan elektabilitas dan citranya di mata masyarakat Indonesia. Karena dalam pidatonya di Boyolali, Prabowo seakan menghina orang Boyolali dengan pernyataan “tampang Boyolali”. Berbondong-bondong orang Boyolali protes keras terhadap pernyataan Prabowo.
Timses Prabowo pun berjuang keras untuk memberikan alasan yang masuk akal akibat dari pernyataan “tampang Boyolali” Prabowo. Tapi masyarakat seolah tidak mau tahu dan tidak mau dibohongi oleh silat lidah dari anak buah Prabowo. Tekanan terus dilakukan oleh publik terhadap Prabowo. Sehingga pada akhirnya Prabowo meminta maaf.
Walaupun Prabowo sudah minta maaf saya yakin, warga Boyolali khususnya dan masyarakat Indonesia sudah terlanjut mencap Prabowo yang mudah menghina orang, masyarakat tertentu. Ketika lisan melukai hati, kemana obat hendak dicari. Hati yang terluka dan tersakiti akan terus terasa sakit sampai waktu yang sangat lama.
Belum juga mereda “tampang Boyolali”, Prabowo seolah tidak kapok dan belajar dari peristiwa yang sudah terjadi. Prabowo kembali berulah dengan pidatonya yang ceplas-ceplos dan tanpa data. Seharusnya Prabowo harus disarankan oleh timsesnya untuk belajar menjaga lisan dan belajar berpidato. Jangan sampai pidato yang tadinya untuk meraih simpati masyarakat malah menyinggung merasaan masyarakat tertentu. Parah dan sangat patal.
Sebelumnya saya tidak percaya ketika teman saja berujar tentang Prabowo dan Sandiaga Uno. Teman saya bilang sebenarnya Prabowo dan Sandiaga Uno asal-asal maju jadi Capres dan Cawapres. Mereka sudah tahu kalau kemungkinan menang pada Pilpres 2019 nanti sangat kecil. Mereka hanya ingin meraih suara untuk partainya, mereka mengincar suara untuk para Calegnya. Sehingga di parlemen bisa lebih berkuasa.
Tetapi ketika melihat tindak laku Prabowo-Sandiaga yang bukan berusaha meningkatkan elektabilitasnya, malah seolah sengaja dan berulang melakukan blunder yang notabener menghancurkan citranya sendiri. Mulai pernyataan Indonesia bubar tahun 2030, hoak Ratna Sarumpaet, jurus bangau Sandiaga Uno, tempe setipis ATM, sebesar tablet hingga tempat sachet. Bahkan terakhir perilaku Sandi yang watados melangkahi makam kiyai salah satu pendiri NU. Merupakan bukti sahih seolah Sandi melakukan “bunuh diri” politik tingkat dewa.
Eh sekarang Prabowo kembali melakukan blunder patal. Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto mengaku sedih dengan beredarnya meme yang menggambarkan masa depan anak bangsa yang hanya menjadi tukang ojek setelah lulus sekolah. Menurut dia, gambaran itu adalah realitas yang terjadi saat ini.
"Saya sedih dengan realitas yang ada, seperti di meme yang ada di internet terkait jalan karier anak muda di Indonesia. Dari SD, SMP, SMA dan setelah lulus dia jadi ojek driver. Sedih tapi itulah realitas," kata Prabowo dalam acara Indonesia Economic Forum di Hotel Shangri-La, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Tentu saja pernyataan Prabowo tadi dianggap menghina profesi tukang ojek. Mungkin Prabowo tidak pernah nonton Tukang Ojek Pengkolan (TOP). Tukang ojek juga bisa jadi artis terkenal seperti Tisna, Purnomo dan Ojak. Prabowo lupa tukang ojek bisa jadi sponsor utama Liga Sepakbola tertinggi di Indonesia. Wah kemana saja nih Pak Prabowo. Sepertinya pola pikir Prabowo harus diperbaharui dan konsultasi ke mas Purnomo.
Satu hal yang harus diketahui oleh Prabowo, tukang ojeg Indonesia go Internasional. Karena Gojek ciptaanya Nadhiem Makarim invasi ke negara-negara di Asia Tenggara. Bahkan menurut Jokowi negara-negara tetangga ketar ketir dengan invasi dari Gojek. Nah Prabowo mati kutu nih sama tukang ojeg.
Prabowo harus lebih banyak membaca, mendengar berbagai berita sehingga bisa mempunyai referensi yang relevan untuk melawan Jokowi. Kalau begini terus, nasib Prabowo-Sandi akan diketahui sebelum Pilpres terjadi.
#JokowiLagi
Prabowo Hina Tukang Ojek, Niat Nggak Sih jadi Capres?

Dibawah Kendali Tangan Dingin Jokowi, Hercules Tak Berkutik

Hercules Rosario Marshal tidak berkutik diapit petugas Kepolisian yang meringkusnya. Hercules yang katanya orang dekatnya Prabowo Subianto itu kini harus kembali ke rumah keduanya, yaitu rumah tahanan Polda Metro Jaya.
Ini bukan yang pertama kalinya bagi pria kurus tinggi asal Timor Leste itu berhadapan dengan aparat Kepolisian. Sudah sering, bahkan terlalu sering.
Sepak terjangnya di dunia premanisme ibukota bikin aparat keamanan pusing tujuh keliing mengurusi pria yang dijuluki punya nyawa ganda ini.
Siapa yang tidak kenal Hercules? Nama besarnya membuat pria yang tidak mengenyam dunia pendidikan itu menjadi sosok yang sangat terkenal di Indonesia.
Dengar namanya saja sudah bikin orang bergidik ngeri, apalagi kalau ketemu orangnya. Serem.
Matanya hanya satu, tangannya pun hanya satu. Tangannya yang buntung akibat dipotong Fretilin dulu disambung pakai tangan palsu. Mata kanannya yang juga dicungkil oleh pasukan pemberontak Fretilin di Timtim dulu kini dipasang mata palsu.
Dunia premanisme Jakarta sudah pasti akan keder kalau dengar namanya. Coba saja Anda mengaku keluarganya Hercules, atau adiknya, atau sepupunya, maka Anda akan disegani. Asal tidak ketahuan saja. Kalau ketahuan, ya sudah terima nasib saja menjadi almarhum.
Di negara manapun di belahan dunia ini pasti ada salah satu tokoh mafia yang terkenal dan disegani. Kalau di Amrik sana ada yang namanya Frank Costello yang dijuluki The Godfather, mafia sadis yang paling ditakuti di seantero negaranya Guns 'N Roses itu.
Kalau di Kolombia ada yang namanya Pablo Emilio Escobar Gaviria atau yang lebih dikenal dengan nama Pablo Escobar. Pria yang gemar menyiksa para musuh saingan bisnisnya sampai tewas itu paling ditakuti dan disegani di seantero Kolombia.
Kalau di negara kita Hercules Rosario Marshal adalah mafia rangking satu yang paling ditakuti dan disegani. Hercules adalah simbol dan ikon kekejaman di dunia kekerasan ibukota. Kekejamannya membuat orang bergidik ngeri.
Apalagi para pengusaha Indonesia keturunan Tionghoa akan gemetar ketakutan jika didatangi Hercules bersama puluhan anak buahnya yang berbadan tegap, berkulit gelap dengan tattoo disekujur tubuh mereka, dan berwajah sangar.
Anak buahnya Hercules ada ribuan. Rata-rata para pemuda dari Indonesia bagian Timur yang merantau mengadu nasib di Jakarta. Di ibukota negara rata-rata dari mereka menjadi pengangguran karena tidak punya ijasah, tidak punya keahlian.
Mereka-mereka inilah yang ditampung oleh Hercules, diberi pekerjaan jadi centeng tukang jaga tanah sengketa, jaga Diskotik dan dunia hiburan malam lainnya, jadi tukang tagih hutang, dan lain sebagainya.
Bagi mereka, Hercules adalah sosok bapak dan dewa penolong yang memberi mereka makan, pekerjaan, dan kehidupan yang layak di Jakarta.
Kerasnya kehidupan di ibukota negara merubah mereka menjadi sosok yang kejam, bengis, dan beringas. Apalagi kalau soal uang. Mereka pun menjadi pengikut setia Hercules. Mereka siap mengorbankan nyawa mereka bagi Hercules.
Tapi kini di era Jokowi, mereka tidak berkutik. Satu per satu diciduk aparat. Hercules pun juga semakin tak berdaya disikat terus oleh aparat keamanan anak buahnya Tito Karnavian.
Dibawah kendali komando Tito Karnavian, Hercules hanya mampu hela napas panjang dan melengos, tidak mampu berbuat apa apa.
Di eranya SBY, Hercules berjaya. Dia tidak segan-segan mengamuk membabi-buta jika ditangkap. Di penjara dia bikin keributan dengan memaki para aparat keamanan sesuka hatinya.
Rumah Sakit pun diserang dan diobrak abrik Hercules sampai rusak parah hanya karena persoalan sepele, kerabatnya tidak dilayani dengan semestinya.
Bagaikan film-film Hollywood, Hercules dan para anak buahnya baku tembak di jalan tol dengan musuh bebuyutannya John Kei yang kini sudah insaf dan bertobat melayani Tuhan Yesus.
Memeras dan menyiksa orang adalah aktifitas mereka saban hari. Bagi mereka penjara adalah rumah kedua mereka dan kuburan adalah rumah terakhir mereka.
Di era pemerintahan Jokowi, Hercules tidak bisa leluasa bergerak. Dia hanya mampu makan gigi. Sepak terjangnya di Jakarta diberangus tanpa ampun oleh anak buahnya Tito Karnavian.
Kali ini untuk yang kesekian kalinya Hercules tidak berkutik. Hercules dijerat dengan sangkaan pidana atas penyerangan dan penguasaan lahan di Kalideres, Jakarta Barat.
Hercules disikat Polisi karena menguasai lahan ruko milik PT Nila Alam di Kalideres, Jakarta Barat. Bersama puluhan anak buahnya Hercules melakukan penyerangan, kemudian mengambil alih kantor pemasaran.
Hercules lalu menguasai lahan secara tidak sah. Beberapa ruko pun dia sewakan dengan harga sesuka hatinya. Para pemilik ruko lainnya pun dimintai uang setiap bulannya oleh kelompok Hercules.
Dengan persenjataan yang lengkap, Hercules diringkus aparat di kediamannya, kompleks Kebon Jeruk Indah, Kembangan, Jakarta Barat, tanpa perlawanan yang berarti.
Hercules pun dijerat dengan pasal berlapis, yaitu pasal perusakan terhadap barang ataupun orang, pasal penyerangan, dan pasal tentang perbuatan yang tidak menyenangkan.
Sebelumnya Hercules dulu pernah ditangkap pada tanggal 8 Maret 2013 terkait kasus pemerasan di Kembangan, Jakarta barat. Kemudian pada tanggal 3 Agustus 2013, Hercules kembali disikat setelah keluar dari tahanan.
Hercules saat itu ditangkap tim pemburu preman Polres Jakarta Barat. Hercules juga pernah ditangkap karena kasus pencucian uang hasil pemerasan.
Digiring aparat, Hercules hanya bisa melengos. Dibawah kendali tangan dingin pria kurus dari Solo, Hercules kini tidak berkutik.
Kura-kura begitu.
#JokowiLagi
Dibawah Kendali Tangan Dingin Jokowi, Hercules Tak Berkutik

Gak Tahu Diri! 2008 Prabowo “Lempar” Halida Hatta Ke Danau Bau Gerindra

Ternyata Prabowo dari awal mendirikan partai Gerindra, suka nyatut nama orang –orang besar, termasuk Halida Hatta, anak dari Bung Hatta, pendiri NKRI ini. Kita melihat bagaimana dari awal, orang ini suka mencatut nama besar Bung Hatta, hanya untuk kepentingan pribadi.
Halida Hatta mengatakan dengan jelas, bahwa partai Gerindra mencatut namanya, tanpa persetujuannya. Bahkan ia mengatakan bahwa dirinya dilempar ke tengah-tengah danau, dan dia harus berenang sendiri. Terbukti, bahwa nama Bung Hatta hanya trend 5 tahun sekali bukan? Bagaimana kisahnya?


Ini mau ngomong jujur atau pakai bedak? Selama ini saya suka pakai bedak. 
Sumber Youtube : https://youtu.be/BPqliSVyIps
Waktu itu saya di approach bahwa ada partai yang akan berdiri. Partai orang muda dengan membawa cita-cita Bung Hatta, yaitu ekonomi kerakyatan.
Saya hanya mendengarkan, karena buat saya itu orang muda. Waktu itu saya umur sudah di atas 50, tahun 2007 akhir. Saya mengatakan, “wah bulan depan saya sudah 52 tahun”, itu bukan orang muda lagi.
Ah ya ngga. Ini partai yang mengangkat ekonomi kerakyatan Bung Hatta. Saya masih mengatakan, bagaimana mungkin? Selama ini kan ekonomi bung Hatta tidak pernah jadi mainstream.
Lalu dijawab “Yah, pokoknya kita harus mengangkat ekonomi kerakyatan, justru anak muda yang harus mengadakan pembaharuan.
3 Februari 2008, Prabowo mengundang Des Alwi dan Halida Hatta mengatakan akan mendirikan partai.
Saya masih ingat saya bilang “Politic is not my cup of tea”. Kemudian Prabowo mengatakan “Politic is not my cup of tea, neither”
Tetapi bagaimana? Ortu-ortu kita, termasuk kakeknya, yang bangun BPR, mengatakan nanti “Ortu kita yang mengawal republik, tapi kita yang hanya di pinggir, diam-diam saja.” Saya bilang “Oh iya ya. Bapak saya menjaga republik ini, bahkan dia mendirikan republik ini dan menjadi bapak bangsa, kita diam-diam saja.”
Tetapi saya tidak mengatakan apa-apa. Beberapa bulan kemudian, teman saya mengatakan “Eh Halida, ternyata Bowo bikin partai politik, mari kita datang untuk beri selamat”. Kemudian dia jemput saya ke kantor, lalu mengatakan selamatan.
Di sana tiba-tiba Prabowo mengatakan “Inilah waketum kita bidang kesejahteraan sosial!” Saya bilang “Oh tidak!”, lalu dibilang “Oh iya!” Lalu digirinlah saya ke meja depan, para fungsionaris partai.
Saya masih gak mengerti! Secara nature kami sebagai pendidik. Tidak jatuh ke politik praktis. Tapi saya bilang ini kita seperti dilempar ke tengah danau. What we have to do is to swim across. Secara teknis saya adalah batch pertama Gerindra.
Tapi terus terang, dalam keluarga, tidak disukai waktu terjun ke politik praktis. Kakak sulung saya jadi ketum PKPI. Jadi orang luar melihat seakan ada perpecahan di dalam keluarga Hatta. Tapi sebenarnya apa yang dilihat orang luar tidak tepat kalau mau mengatakan bahwa ada pertarungan poltiik di antara saudara kandung.
Tidak terjadi. Hanya situasinya yang membuat begitu. Saya kemudian mendapatkan jawaban itu beberapa tahun kemudian. Ketika Gerindra mengajukan jadi partai yang allegible ikut Pemilu.
Nama saya dimasukkan ke situ sebagai pengurus Gerindra. Berarti saya tidak tahu di awal. Saya tahunya di depan para perwakilan berbagai propinsi. Secara aklamasi terpilih, tapi sebenarnya tidak begitu.
Jadi saya dilemparkan ke tengah danau. Saya diajak berbicara mengenai pendirian partai (Gerindra), tapi tidak ada pembahasan bahwa saya jadi bagian tersebut! Setelah saya berbincang-bincang, tidak ada kesepakatan untuk join ke Gerindra! Saya sangat kaget.
Nama Bung Hatta hanya muncul ketika pemilu saja kan?? Jadi sepertinya memang gak pernah dihargai, seperti saya juga gak dihargai! Saya juga ada pengalaman dan pendidikan! Tapi di dalam parpol, saya tidak dilihat! Dan nggak boleh teralu bersuara. Maaf ya. Ini pengalaman pribadi.

Belajar dari Halida Hatta dan Gustika Jusuf Hatta, kta melihat bagaimana mereka ini benar-benar menjunjung tinggi nama besar sang ayah dan datuknya, Bung Hatta. Terima kasih untuk penjelasan detailnya, Bu Halida. Kami sudah semakin yakin, siapa yang harus kami pilih. Yang pasti bukan pencatut nama.
Begitulah pilih-pilih.
#JokowiLagi
Gak Tahu Diri! 2008 Prabowo “Lempar” Halida Hatta Ke Danau Bau Gerindra
Sumber Opini : https://seword.com/politik/gak-tahu-diri-2008-prabowo-lempar-halida-hatta-ke-danau-bau-gerindra-5ZhcG9lcS

Amien Rais Sebut Muhammadiyah Sontoloyo dan “Memaksa” Harus Memilih Capres yang Tidak Mengkriminalis...

Haedar Nashir yang merupakan Ketua PP Muhammadiyah, menegaskan kalau salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia itu bersikap netral dan tidak ikut berpolitik praktis. Haedar juga membebaskan anggota ormasnya untuk memilih pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin atau Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres mendatang. Haedar hanya menekankan pentingnya menjaga persatuan di tengah perbedaan politik dan tidak ingin adanya permusuhan serta kekerasan akibat perbedaan politik.
Mungkin kamu setuju dengan perkataan Haedar yang memang memiliki tujuan yang baik agar tidak terjadi perpecahan di ormas tersebut. Namun, selalu saja ada orang yang pastinya berbeda pendapat dan kontra dengan ucapan Haedar. Orang tersebut adalah Amien Rais yang merupakan Mantan Ketua Muhammadiyah dan saat ini merupakan penasihat umum untuk ormas tersebut.
Amien Rais mengatakan akan menjewer Haedar atas ucapannya yang keliru. Kok Haedar dikatakan keliru? Padahal pada tanwir Muhammadiyah yang diadakan tahun 2002 di Denpasar, Bali. Menegaskan kalau Muhammadiyah berbeda dengan partai politik. Bila mendukung salah satu pasangan capres-cawapres, lalu apa bedanya Muhammadiyah dengan tim sukses ataupun parpol pendukung calon presiden? Jadi, pada dasarnya sejak belasan tahun yang lalu Muhammadiyah menempatkan diri untuk netral. Masa Amien Rais yang merupakan mantan Ketua tidak mengetahui hal ini?
Selain ingin menjewer Haedar, Amien Rais malah mengatakan Muhammadiyah itu konyol dan sontoloyo.
"Oleh karena itu sangat keliru jika Muhammadiyah mengatakan politik tidak penting yang penting kita bisa salat, tidak diganggu puasanya, tarawih Ramadan lancar itu sudah cukup dan kekuasan biar diurus yang lain kita tidak perlu ikut-ikutan. Itu Muhammadiyah konyol, Muhammadiyah sontoloyo," kata Amien Rais saat hadir dalam peringatan Milad ke 106 Muhammadiyah yang diselenggarakan oleh PD Muhammadiyah Surabaya, di Islamic Center, Jalan Dukuh Kupang, Surabaya, Selasa (20/11/2018).
Amien Rais mengatakan Muhammadiyah yang bersikap netral sebagai sontoloyo dan bersikap konyol. Padahal sudah jelas seperti yang disebut tadi kalau Muhammadiyah itu adalah ormas dan bukan partai politik. Kalau mau Muhammadiyah mendukung penuh salah satu pasang capres maka tunggu dulu Muhammadiyah berganti sebutan dari ormas menjadi Partai Politik. Sekarang yang jadi masalahnya adalah, apakah mereka mau berubah menjadi Parpol?
Seperti biasa, Amien Rais juga selalu membawa-bawa nama Allah dalam perkataannya. Mengingat Muhammadiyah adalah ormas Islam, tentu saja Amien Rais akan mengungkit nama Allah agar anggota Muhammadiyah mau mendengar ucapannya dan berharap agar ormas tersebut jadi tidak netral. Amien Rais mengatakan kalau hidup politik seseorang akan dipersembahkan kepada Allah.
"Kan dikatakan kalau sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, hidupku ini maksudnya hidup politik ku ekonomi ku sosial ku hukum ku dan terakhir kematian ku aku persembahkan kepada Allah, Tuhan semesta alam," lanjut Amien Rais.
Anggota Muhammadiyah yang ikutan nyoblos pada saat Pilpres nanti dan yang dicoblosnya adalah pilihannya sendiri. Bukankah itu sudah cukup bagi seseorang untuk mempersembahkan hidup politiknya ke Allah? Saya rasa jika orang tersebut tidak golput maka itu sudah cukup lah ya.
Emangnya Allah pernah menyuruh semua anggota Muhammadiyah harus memilih salah satu capres yang akan bertarung di Pilpres Indonesia pada tahun 2019? Sepertinya sih tidak pernah atau saya yang kudet? Setahu saya hanya Amien Rais saja yang heboh kalau Muhammadiyah harus melakukan hal tersebut.
Amien Rais memiliki kriteria capres yang harus dipilih oleh anggota Muhammadiyah karena posisi presiden sangat menentukan di Indonesia.
“Pilpres hanya satu kursi dan menentukan, jadi kita tahu itu kabinet presidensial, presiden itu menentukan sekali, jadi untuk presiden harus jelas. Pilih yang tidak suka mengkriminalisasi ulama, yang tidak suka bohong janjinya, yang tidak segala macam lah, enggak usah menyebut nama.”
Kira-kira kamu tahu tidak, siapa capres yang tidak suka mengkriminalisasi ulama dan tidak suka bohong yang diharapkan Amien Rais harus dipilih oleh anggota Muhammadiyah?
Saya sih tidak tahu tepatnya, hanya saja yang saya tahu capres yang tidak mengkriminalisasi ulama itu adalah Jokowi. Alasannya karena Jokowi bahkan memilih Ma’ruf Amin sebagai calon wakil presidennya. Ma’ruf Amin sendiri adalah seorang ulama yang bahkan memiliki gelar kiai haji (K.H). Lebih hebatnya lagi, orang yang dipilih oleh Jokowi ini adalah seorang Ketua Majelis Ulama non-aktif.
Jika Jokowi tidak mengkriminalisasi ulama maka siapakah capres yang mengkriminalisasi ulama yang seharusnya tidak dipilih oleh rakyat Indonesia, khusunya anggota Muhammadiyah?
Bandingkan dengan Prabowo yang memiliki calon presiden Sandiaga Uno. Sandi sendiri merupakan Santri Post Islamisme yang diberi gelar oleh Sohibul Iman (Presiden PKS). Padahal Sandiaga Uno tidak pernah menimbah ilmu di pesantren. Hebatnya lagi, Sandiaga Uno juga sudah mendapat gelar sebagai ulama yang diberikan oleh Hidayat Nur Wahid.
Nah, menurutmu siapakah di antara Prabowo dan Jokowi yang mengkriminalisasi ulama? Saya sih tidak tahu karena Jokowi memiliki cawapres yang merupakan seorang ulama dan Prabowo juga memiliki cawapres yang merupakan “ulama”. Ya, walaupun Sandiaga Uno mendapat gelar tersebut dari seorang kader PKS.
Sayangnya Mbah Amien Rais tidak menyebut nama capres yang mengkriminalisasi dan tidak mengkriminalisasi ulama. Anggota Muhammadiyah mungkin jadi bingung dengan pernyataan Amien Rais. Jika diminta untuk tidak netral oleh Amien Rais, kia-kira siapa ya capres yang seharusnya dipilih oleh Muhammadiyah?
Daripada pusing memikirkan hal tersebut, lebih baik kita kembali ke pokok permasalahan saja lah ya dan saya mau bertanya. Menurutmu yang konyol dan sontoloyo itu sebenarnya anggota Muhammadiyah yang ingin tetap netral atau malah Amien Rais?
Sumber:
Sumber Gambar:
#Trending
Amien Rais Sebut Muhammadiyah Sontoloyo dan “Memaksa” Harus Memilih Capres yang Tidak Mengkriminalisasi Ulama

Ilmu Genderuwo Prabowo Manjur ke Anies, DKI Diramalkan Tenggelam 2025, Reklamasi Dibuka Lagi

Salut dengan Prabowo yang ternyata tidak pandang-pandang bulu untuk melakukan kampanye Genderuwo. Pasalnya dengan ilmu genderuwo ini, dimana awal tujuannya hanya untuk bisa menakuti-nakuti Jokowi bersama dengan para pendukungnya dan warga masyarakat yang lain, sekarang malah ingin menakut-nakuti anak buah sendiri.
Gende
Ketika perkiraan Prabowo yang menyebutkan di tahun 2025, air laut akan sampai dan menggenangi Jakarta, itu berarti akan terjadi sekitar tujuh tahun ke depannya. Kemudian juga jika seandainya prediksi itu sampai terjadi, maka tentu pertanyaan pertama yang akan ditanyakan, siapa pemimpin-nya? Kok bisa sampai terjadi hal yang demikian?
Apakah Bapak Prabowo mungkin lupa, yang memimpin DKI sekarang adalah anak buah Bapak sendiri? Orang yang Bapak usung ketika pilkada lalu dan akhirnya keluar sebagai pemenang. Kenapa memberikan prediksi-prediksi yang mengerikan tersebut, Pak?
Olehnya, Anies seakan tidak mau berkomentar banyak. Dimana seperti yang dilansir oleh Kompas.com (22/11/2018), beliau menyatakan hal tersebut sebab itu masih merupakan ramalan. Dan beliau masih tetap akan fokus kepada tugasnya yakni menyiapkan program yang sudah disiapkannya sebelumnya.
Adapun dasar dari Prabowo menyatakan hal tersebut, ketika beliau sebagai pembicara pada acara Indonesia Economic Forum 2018 di Hotel Shangrilla, Jakarta Pusat. Beliau mengakui informasi tersebut didapatkan berdasarkan laporan dari PBB, sehingga berani membuat ramalan yang demikian.
Dimana air laut di pantai utara Jakarta akan semakin meninggi di tahun 2025. Dan akan sampai di Hotel Kempimski, Hotel Grand Hyatt, dan Bundaran HI. Sebab sekarang saja, warga di Tanjung Priok sudah tinggal di tengah genangan itu. Air sudah masuk ke rumah mereka.
Wah, jika data yang disampaikan oleh Bapak Prabowo tersebut benar, yakni kondisi sekarang saja ada genangan dan air sudah masuk ke rumah warga di Tanjung Priok. Pertanyaannya, apakah Anies selama beliau memimpin telah melakukan pembiaran?
Sebab ketika sungai-sungai saja pada masa pemerintahan sebelumnya sudah tampak bersih, tumpukan sampah dan kebiasaan masyarakat sudah bisa berubah, tidak membuang sampah sembarangan, maka pada masa kepemimpinan Anies sekarang, sungai-sungai itu kembali menjadi kotor, bahkan hitam sehingga harus ditutupi oleh waring. Warga kembali bebas untuk membuang tumpukan sampahnya ke sungai-sungai yang ada? 

Proyek Reklamasi
Ketika melihat Anies betapa begitu bangganya karena sudah berhasil menutup dan membatalkan proyek reklamasi pada waktu lalu. Maka kini Anies sepertinya harus segera merevisi keputusannya tersebut. Belum habis dua bulan atas keputusannya itu, dimana seperti yang dilansir oleh BBC.com (27/9/2018), Anies mengumumkan secara resmi penutupan atau pembatalan atas 13 proyek reklamasi di Balai Kota Jakarta, sepertinya Pergub pembatalan proyek itu kemungkinan akan direvisi kembali.
Sebab bagaimana tidak untuk segera melakukan revisi atas pergub yang dibuatnya itu, pasalnya orang yang memprediksi DKI Jakarta akan tenggelam bukanlah orang yang biasa. Tidak tanggung-tanggung, yang menyatakan hal itu orang yang mengantarkannya sebagai orang nomor satu di DKI. Prabowo menyatakan bahwa di tahun 2025, DKI Jakarta oleh ramalan beliau, bahwa air laut akan segera sampai di Bundaran HI.
Melihat hal itu apakah Anies kemungkinan akan melakukan kebijakan-kebijakan yang sebelumnya sempat dibatalkannya, yakni proyek reklamasi. Dimana proyek itu merupakan bagian dari proyek NCICD (National Capital Integrated Coastal Development). Yakni tanggul raksasa di tengah-tengah laut yang bisa menghambat lajur air laut di DKI.
Yang tentunya di atas tanggul bisa dibangun banyak hal, baik perumahan dan sejenisnya yang lain. Dan olehnya pihak swasta tentu akan mau berinvestasi untuk melakukan pembangunan tanggul tersebut. Sebab ketika hanya mengandalkan modal APBD DKI tentu dananya tidak akan cukup.
Itu artinya Jokowi tidak harus begitu pusing lagi melihat tingkah laku dari Anies Baswedan, ketika akhirnya melakukan penutupan proyek reklamasi. Timing atau waktu yang pas bagi Jokowi. Tanpa mengeluarkan jurus gontok-gontokan, alias dengan pemaksaan dari pusat. Kini Jokowi menggunakan ilmu genderuwo Prabowo berhasil untuk takut-takuti Anies. Supaya dengan segera kembali mencabut peraturan yang sudah dikeluarkannya untuk membatalkan proyek reklamasi.
Kemudian selamat buat Pak Anies, buat keplin-plan-annya dahulu. Alih-alih ingin selalu tampak beda, tapi nyatanya lebih banyak tampak ngawurnya. 
Ilmu Genderuwo Prabowo Manjur ke Anies, DKI Diramalkan Tenggelam 2025, Reklamasi Dibuka Lagi

Wah! Dahnil S3 Dipanggil Polisi Terkait Dugaan Penyelewengan Dana PII

Waduh. Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya menyelidiki adanya kasus dugaan penyimpangan anggaran kegiatan kemah dan apel Pemuda Islam indonesia yang dilaksanakan oleh Kemenpora RI tahun 2017!
Diretur Kriminal Khusus Polda Metro aya Kombes Adi Deriyan mengatakan bahwa kasus itu telah diterima minggu lalu. Siapa yang melaporkan? Tidak disebutkan. Yang pasti ada yang melaporkan. Nah. Ini dia serunya. Semua masih dugaan.
Memang secara pasti, ada dugaan. Dugaan dan dugaan. Semua masih patut diduga. Makanya penulis harus menulis “semua patut diduga” agar terhindar dari segala fitnah.

"Betul, masih lidik (dugaan penyimpangan anggaran kegiatan kemah dan apel Pemuda Islam)," kata Dirkrimsus Polda Metro Jaya Kombes Adi Deriyan ketika dihubungi, Senin (19/11/2018).

Kerennya, si Dahnil S3 yang pernah dibantai oleh pegawai MRT dan Gustika Jusuf Hatta itu, dipanggil masih sebagai saksi. Mantab.
Acara apel Pemuda Islam pada tahun lalu, 16-17 Desember 2017, diselenggarakan di Pelataran Candi Prambanan, Jawa Tengah. Acara tersebut menggunakan anggaran Kemenpora RI, tentu pakai APBN loh.
Terkait dugaan penyelewengan dana Kegiatan Kemah dan Apel Pemuda Islam Indonesia, polisi memanggil Dahnil Anzar Simanjuntak, S3 Ekonomi yang menjadi tim pemenangan Prabowo Sandi.
Seperti yang sudah diberitakan bahwa acara tahun lalu itu, menggunakan APBN Kemenpora RI, yang ada di dalam lembaga kepresidenan. Menteri loh. Dahnil yang pada saat itu adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah, dipanggil.

Besok (23/11/2018) Ketua PP Pemuda Muhammadiyah (Dahnil Anzar) dan ketua panitia acara kemah pemuda (Ahmad Fanani) sudah ada panggilan
Kapasitasnya (Dahnil dan Fanani) sebagai saksi
ujar Kasubdit Tipikor Ditreskrimsus Polda Metro Jaya AKBP Bhakti Suhendarwa saat dikonfirmasi, Kamis (22/11/2018).

Ada apa gerangan si Dahnil juga ikut-ikutan dipanggil terkait dugaan penyelewengan dana apel Pemuda Islam Indonesia di tahun 2017 silam? Kita tahu bahwa Dahnil ini paling keras mengkritik mengenai kepolisian. Terkait buku merah Tito Karnavian, Dahnil sering mencuitkan itu di Twitternya.
Apakah karena Dahnil tahu bahwa ia akan dipanggil oleh kepolisian mengenai kasus penyelewengan dana apel PII itu? Atau bagaimana?
Apakah upaya kritik kepolisian mengenai buku merah Tito Karnavian, menjadi strategi Dahnil untuk melepaskan diri dari panggilan dugaan penyelewengan dana itu? Atau bagaimana? Semua masih patut diduga. Berikut analisisnya.
Beberapa kali kita melihat cara main dari kubu Prabowo Sandi ketika tertekan, adalah melakukan tindakan pengalihan. Dulu kasus hoax Ratna, tertutup dengan kasus bendera. Padahal kita tahu, bahwa kasus hoax Ratna ini adalah sebuah kasus yang mengancam kesatuan dan eprsatuan.
Hoax itu memecah belah. Hoax itu merusak. Hoax Ratna itu bisa jadi sebuah strategi dari kubu Prabowo, yakni Ratna Sarumpaet, sebagai strategi penggembosan kepercayaan publik terhadap pemerintah Jokowi. Ini adalah sebuah cara yang dilakukan oleh Ratna dulu sebagai tim pemenangan Prabowo.
Setelah polemik bendera berhenti, Sandiaga menginjak dan melangkahi kuburan pendiri NU dan pejuang NKRI. Lalu Sandiaga dibantai, disebut sebagai penista kuburan.
Sebutan yang pantas kan? Setelah itu, penista kuburan pun disematkan kepada dirinya. Lantas dirinya juga melakukan aksi pengalihan. Ia minta maaf sebentar, lalu berlagak berbicara ekonomi.
Apa hubungannya minta maaf karena menista kuburan, dengan ekonomi? Sandiaga ini maju dengan ekonomi nya yang dungu itu. Prinsip ekonomi yang dungu itu mengalihkan dirinya yang pernah menginjak kubur. Ini adalah strategi ala Amerika.
Tampang Boyolali pun juga ditutup oleh aksi lucu permintaan maaf Prabowo, dan ia mengalihkan juga dengan cara-cara lain. Ia kerap kali berbicara ekonomi. Prabowo kerap kali berbicara mengenai ekonomi lesu dan lain-lain.
Tapi sekali bodoh tetaplah bodoh. Prabowo yang sudah menghina tampang Boyolali, ia juga menghina pekerjaan supir ojek. Padahal supir ojek itu adalah sebuah pekerjaan yang mulia. Mau jadi apa bangsa ini kalau dipimpin oleh penghina orang kecil?
Dan lagi-lagi, sekarang polisi sudah mulai bergerak. Terlalu banyak celah yang bisa ditemukan di kubu Prabowo. Orang-orang di sana bermasalah. Ada Ratna, Nanik, Hanum, Amien, dan sekarang apakah akan disusul oleh Dahnil si S3 tukang tambal mulut bocor Prabowo?
Begitulah bocor-bocor.
#JokowiLagi
Wah! Dahnil S3 Dipanggil Polisi Terkait Dugaan Penyelewengan Dana PII
Sumber Opini : https://seword.com/politik/wah-dahnil-s3-dipanggil-polisi-terkait-dugaan-penyelewengan-dana-pii-CfJPEcb53

Koalisi Amburadul. “Ketegasan” Prabowo Dilecehkan Timsesnya Sendiri

Yang namanya kekompakan adalah hal terpenting dalam kerjasama suatu tim, sekecil apapun tim itu. Pemain olahraga di sektor ganda yang hanya terdiri dari dua orang saja bisa kocar kacir permainannya jika tak ada yang namanya kekompakan. Sebaliknya, walau hanya berdua, tapi jika kedua orang tersebut solid dan kompak, kemenangan sudah pasti menanti di depan mata.
Semakin banyak orang dalam suatu tim, semakin besar pula usaha yang dibutuhkan agar kekompakan tim tetap terjaga. Akan sangat mudah dan menyenangkan jika tanpa diminta, satu sama lain sudah bisa saling mengerti dan saling melengkapi. Semua sudah tahu posisi dan tugasnya masing-masing tanpa harus disuruh-suruh. Serasa mendapatkan soulmate alias belahan jiwa sekalipun terdiri dari banyak orang.
Sebaliknya, akan tragis jadinya jika dalam tim tidak ada kekompakan. Yang satu bilang A, yang satu bilang B. Kacaulah semuanya jalan sendiri-sendiri. Ujung-ujungnya jadi saling bertentangan tak bisa support satu sama lain.
Ketidakkompakan inilah yang sekarang terlihat di dalam Tim Pemenangan Prabowo-Sandi. Ngakak sendiri melihat kekonyolan demi kekonyolan yang terus mereka perbuat dari hari ke hari. Akibat ingin sok jago terlihat macho di depan rakyat, dalam hal ini para guru, tindakan timses Prabowo-Sandi justru mempermalukan tim mereka sendiri.
Kita pasti sudah tahu sama tahu siapa Mardani Ali Sera. Perkataan dan perbuatannya yang nyebelin sudah ada di mana-mana sejak dulu. Jejak digital merekam semuanya dengan sangat lengkap.
Baru-baru ini, jubir Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Mardani Ali Sera, mengusulkan kenaikan gaji guru hingga Rp 20 juta jika Prabowo-Sandi terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia.
"Karena itu angka Rp 20 juta itu sebagai efek kejut bahwa guru itu harus mendapat perhatian dan angka Rp 20 juta itu paling utamanya untuk guru profesional yang sudah lulus berbagai hal," kata Mardani, Rabu, 21 November 2018.
Woooowwwww……. Saya memang benar-benar terkejut. Inilah yang dinamakan janji semanis madu, mengingat saat ini gaji guru di Indonesia adalah sebesar Rp 4,8 juta. Naik 300% lebih booo…… Bikin ngiler ya. Mantap betul janji surganya. Tiba-tiba saya jadi teringat akan janji-janji manis yang ditebar Anies-Sandi di Pilgub DKI tahun lalu. Makmur pejabatnya, merana warganya. Upsssss……..
Sayangnya, para guru di Indonesia yang baru saja melayang tinggi diterbangkan angin surga yang dihembuskan Mardani dan didukung Sekjen PKS, Mustafa Kamal, tiba-tiba harus merelakan harapan mengantongi gaji 20 juta tiap bulan sirna begitu saja. Mimpi indah tak berlangsung lama rupanya.
Janji manis penuh percaya diri khas Mardani Ali Sera si jago ngablak justru dipertanyakan oleh Prabowo Subianto. Prabowo justru mempertanyakan sumber dana janji yang sudah dilontarkan Mardani.
"Kenaikan ini, kenaikan itu, uang dari mana gitu lo," kata Prabowo kepada wartawan di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu, 21 November 2018.
Mau ketawa tapi takut dosa. Tapi daripada menahan ketawa malah lebih dosa lagi. Akhirnya ya mari kita ngakak bersama. Setidaknya dosa kita tanggung bersama. Wakakakakaka…….
Sementara itu, tanggapan Sandi juga tak kalah lucu. Sandi tidak membantah, tapi tidak juga mengiyakan pernyataan Mardani Ali Sera terkait janji menaikkan gaji guru Rp 20 juta tersebut. Seperti biasa, Sandi sibuk ngomong muter-muter berkelit ini itu tak jelas rimbanya.
Sandiaga Uno banget khan ya kalau sudah begini. Ijinkan saya mencolek warga DKI untuk meminta tanggapan mereka soal kelakuan Sandi yang seperti ini. Jangan marah dong DKI. Kalian memang objek yang paling pas untuk dijadikan contoh dalam kasus ini.
Para pembaca Seword bisa menyaksikan semua kekonyolan yang dibuat koalisi oposisi dalam video di bawah ini. Pesan saya cuma satu, jangan sungkan jika ingin ketawa ngakak. Tertawa itu hak semua orang kok. Wekekekeke…..
Sumber Video : https://youtu.be/Z0LXfkqLhpM
Nyata sudah kesejahteraan guru hanya dibuat jadi komoditas pilpres tanpa perhitungan matang oleh kubu oposisi. Gaji 20 juta untuk para guru jika Prabowo-Sandi terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI ternyata hanyalah janji manis penuh kepalsuan.
Antara Prabowo, Sandi dan timsesnya tak ada kekompakan saat bicara tentang kesejahteraan guru. Jika sudah begini keadaannya, bagaimana pula mereka bisa kompak mengatur negara??? Mereka justru kompak saat bicara hoax Ratna Sarumpaet. Ckckckckck…… Hal ini jelas berpengaruh negatif pada seorang Prabowo yang katanya identik dengan wibawa dan ketegasan.
Disadari atau tidak. Diakui atau tidak, Prabowo sudah dilecehkan wibawa dan ketegasannya saat kecolongan tak bisa mengatur timsesnya sendiri seperti ini. Hari ini Mardani dan Mustafa yang ngablak seenaknya sendiri sampai harus dibantah oleh Prabowo. Entah besok siapa lagi yang akan berulah konyol seperti ini. Mari kita saksikan bersama “drama” selanjutnya yang akan dibuat koalisi amburadul yang tak kompak ini. #JokowiLagi
Sumber referensi:
https://news.detik.com/video/181121065/kata-sandi-soal-gaji-guru-rp-20-juta
Koalisi Amburadul. “Ketegasan” Prabowo Dilecehkan Timsesnya Sendiri

Sumber Opini : https://seword.com/politik/koalisi-amburadul-ketegasan-prabowo-dilecehkan-timsesnya-sendiri-kIWWNrMJs 

Re-Post by MigoBerita / Kamis/22112018/17.40Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya