Migo Berita - Banjarmasin - Ibnu Sina Patahkan Mitos Walikota, Sedangkan Paman Birin masih "Tanda Tanya". Bagaimana tidak, ketika petahana Walikota Banjarmasin "Dicerai" sama PKS partai pengusungnya dulu diperiode pertama dan mengusung Rivalnya ANANDAMU, akhirnya Mitos bahwa tidak akan mungkin seorang walikota di Banjarmasin akan menjabat dua kali, akhirnya terpatahkan. Mitos terpatahkan dengan hasil akhir Menangnya Pasangan IBNU SINA-ARIFIN menjadi Walikota dan Wakil Walikota Banjarmasin hingga tahun2024 nanti. Sedangkan petahan Gubernur Paman Birin masih harus berjibaku dengan rival beratnya yaitu DENNY & DEFRY dan tentunya penasehat hukumnya Bambang Wijayanto yang merupakan penasehat hukumnya Gubernur DKI Jakarta di TGUPP nya dan juga merupakan penasehat hukum di Kubu Prabowo-Sandi. Akankah Paman Birin menang dengan "Mudah" atau malah akan berhadapan dengan "SUSAH", untuk penjelasan atau artikel lebih rinci bisa klik di SIAPA MENANG : Paman Birin VS Deny Indrayana + Bambang Wijayanto
Diguyur Hujan Deras, Sejumlah Kawasan di Banjarmasin Calap Lagi
SEJUMLAH kawasan di Kota Banjarmasin kembali calap
usai diguyur hujan deras, pada Sabtu (29/5/2021). Jika tidak ditangani
dengan baik, warga khawatir fenomena ini berujung pada banjir besar
seperti yang terjadi awal tahun 2021 tadi.
PANTAUANjejakrekam.com,
Sabtu (29/5/2021) siang, misalnya, air mulai merembes di wilayah Jalan
Simpang Anem, Kuin Selatan Kecamatan Banjarmasin Barat serta di
pemukiman Kompleks Batu Benawa 3, Teluk Dalam, Banjarmasin Tengah.
Ketinggian air pun rata-rata mencapai mata kaki orang dewasa.
Informasi yang didapati media ini dari warga setempat, kondisi ini
baru terjadi hari ini. Tepatnya sejak pagi menjelang siang tadi.
Warga di Jalan Simpang Anem tersebut mengakui bahwa pemukiman
tempatnya tinggal memang menjadi langganan banjir. Apabila terjadi hujan
cukup deras.
Terlebih, menurutnya di kawasan tersebut cukup berdekatan dengan
Sungai Kuin. Sehingga ketinggian air tergantung dari debit sungai.
“Tapi alhamdulillah serapan airnya cepat, jadi calap nya juga cepat surut,” ungkapnya.
Hani pun tak menampik kekhawatirannya, akan banjir dengan ketinggian maksimal seperti yang terjadi pada awal tahun tadi.
Sementara itu, media mencoba menghubungi Kepala Bidang Sungai Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Banjarmasin, Hizbul Wathony untuk
diminta keterangan.
Sayangnya, hingga kini belum ada tanggapan dari yang bersangkutan.
Sebelumnya, Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR)
Banjarmasin, Doyo Pudjadi, mengaku sudah melakukan berbagai antisipasi
terkait ancaman banjir susulan.
“Kita sudah mengerahkan pasukan turbo untuk melakukan pengerukan
sungai-sungai, dan ini tujuannya adalah agar sungai pun bisa menampung
debit air lebih besar,” ujarnya.
Senada, Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Banjarmasin, Edy Wibowo juga mengaku telah melakukan berbagai persiapan
akan ancaman banjir.
“Seperti biasa, kita melakukan pemantauan, memetakan daerah rawan
banjir. Mengingatkan ke masyarakat agar tetap waspada,” ujarnya.
Bawa-bawa Nama Abah Guru Sekumpul, Badai Penolakan Berhembus Kencang di Martapura
SEPULUH hari menjelang Pemungutan Suara Ulang (PSU), badai penolakan
berhembus kencang di Martapura. Para ulama, habaib, guru, dan bahkan
masyarakat secara serentak menyatakan keberatan atas maneuver politik
membawa-bawa nama Abah Guru Sekumpul untuk membenarkan tudingan bahwa
70% warga Banjar pelaku politik uang.
“SAYA sangat-sangat kecewa dan keberatan dengan
sikap yang merendahkan masyarakat Kabupaten Banjar dan khususnya
Martapura sebagai Kota Serambi Mekah. Dengan ini saya menyatakan bakal
menjaga kehormatan para habaib dan ulama kami, karena mereka panutan
kami. Serta akan menjaga Martapura dari sikap-sikap orang-orang yang
tidak bertanggungjawab dan memanfaatkan keadaan seperti ini,” tegas
Habib Muhammad bin Hasan Bahasyim, di Martapura, Minggu (30/5/2021).
Hal senada disampaikan Habib Umar bin Hasan Bahasyim. “Kami sebagai
warga Martapura Kabupaten Banjar keberatan dengan yang menyebarkan
stiker bertulis ambil uangnya jangan pilih orangnya. Karena stiker itu
berarti anjuran kepada masyarakat agar tidak memilih. Menurut saya,
masyarakat Banjar justru jangan sampai golput. Kita justru harus memilih
dan tetap pergunakan hak suara dengan ikut mencoblos,” himbau Habib
Umar.
Bahkan Habib Umar secara pribadi menyatakan justru semakin tertantang
untuk memenangkan Paman Birin gara-gara tudingan bahwa 70% masyarakat
Banjar pelaku politik uang. “Kami warga Banjar, khususnya Martapura,
bakal memilih Paman Birin bukan karena duitnya. Kita Insya Allah memilih
calon terbaik untuk kemajuan Kalsel,” tandas Habib Umar.
Guru Ahmad dari Kecamatan Mataraman Kabupaten Banjar pun demikian.
“Ulun Guru Ahmad sebagai warga Kecamatan Mataraman dan ulun murid Abah
Guru Sekumpul, sangat keberatan dan tidak terima atas pernyataan yang
mengatakan bahwa masyarakat Kabupaten Banjar 70% menjual suara atau
pelaku money politics. Kami bakal tetap memilih Paman Birin meski tanpa
uang. Mudah-mudahan dengan berkat Abah Guru Sekumpul, Paman Birin
menang,” doa Guru Ahmad.
Sedang dari Mataraman juga disampaikan Haji Ahmad Sadzali. “Ulun Haji
Ahmad Sadzali dan masyarakat Mataraman selaku murid Abah Guru Sekumpul,
sangat keberatan dan tidak terima dengan pernyataan yang mengatakan 70%
masyarakat Banjar menjual suara atau pelaku money politics dalam
pemilihan Gubernur Kalsel. Untuk itu kami Insya Allah justru akan
mendukung Paman Birin tanpa politik uang atau money politics,” tegas
Haji Ahmad Sadzali.
Pernyataan keberataan juga muncul dari Kecamatan Astambul. “Ulun atas
nama Guru Haji Udin bin Haji Muhammad Yusuf, warga Astambul yang juga
murid Abah Guru Sekumpul, keberatan atas perkataan bahwa 70% masyarakat
Banjar penjual suara. Kami justru akan memilih Paman Birin tanpa uang!”
kata Guru Haji Udin.
Pernyataan ramai-ramai dari masyarakat menentang pun beredar viral di
medsos. “Kami sebagai warga Kabupaten Banjar, para muhibin, habaib dan
ulama sangat kecewa dengan pernyataan atas tudingan 70% warga Banjar
memilih karena uang. Itu sangat tidak benar! Tidak akan mengurangi niat
dan hati nurani kami untuk memilih Paman Birin,” begitu pernyataan
sikap masyarakat tersebut.
Bahkan maneuver membawa-bawa nama Abah Guru Sekumpul dinilai telah
merusak nama baik ulama kharismatik yang karomahnya sangat dihormati
masyarakat Banjar dan bahkan Kalsel tersebut. “Kami masyarakat Martapura
sangat-sangat keberatan atas pernyatan yang membawa nama-nama Abah Guru
Sekumpul untuk menuding politik uang. Sebab itulah kami tidak terima
dengan tudingan bahwa 70% warga Martapura pelaku politik uang.
Pernyataan itu merusak nama baik masyarakat Martapura, khususnya nama
baik Guru Besar Martapura yang sangat kami hormati. Sekali lagi kami
memilih bukan karena uang!,” tegas masyarakat Martapura itu.
Versi Survei Unggul 59,9 Persen Unggul di PSU Dinilai Bisa Jadi Bumerang bagi BirinMu
PENELITI senior Jaringan Suara Indonesia (JSI), Dirham Zain
meminta agar tim pemenangan calon Gubernur-Wakil Gubernur Kalimantan
Selatan Sahbirin Noor-Muhidin tidak perlu terlena dengan hasil survei
yang menyatakan prediksi kemenangan pada pemungutan suara ulang (PSU) nanti.
MANTAN Staf Ahli Gubernur Kalsel era Sjachriel
Darham ini menegaskan hasil survei dari lembaga riset Charta Politika
yang dipubliksikan Ketua Tim Pemenangan paslon nomor urut 01 Sahbirin
Noor-Muhidin (BirinMu), Rifqinizamy Karsayuda, patut dicermati.
Kenapa? Menurut Dirham, karena wilayah PSU memang merupakan basis
massa pendukung BirinMu namun dianulir Mahkamah Konstitusi (MK),
sehingga terjadi pengurangan suara dan akhirnya sementara dimenangkan
kubu penantangnya, Denny Indrayana-Difriadi Darjat (H2D) dengan selisih
lebih dari 22 ribu suara.
“Berdasar keterangan dari Rifqinizamy Karsayuda dari wilayah PSU di 7
kecamatan, menempatkan BirinMu unggul dengan 59,9 persen, sementara
rival politiknya Denny Indrayana- Difriadi Darjat (H2D) 22, 1 persen.
Sedangkan, sisanya 18 persen menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab
(rahasia). Bagi saya, hasil survei itu benar dan dapat dipercaya,” ucap
Dirham Zain kepada jejakrekam.com, Minggu (30/5/2021).
Alasannya sederhana, papar Dirham, karena wilayah yang disurvei
merupakan basis pendukung Sahbirin-Muhidin. Hanya saja, persentase
tingkat keterpilihan (electability) belum terkoreksi dengan stok suara
yang dimiliki oleh lawan politiknya, H2D dengan 22.286 suara pasca
putusan MK.
“Jika kemudian, ternyata terjadi penambahan suara pada paslon 02
(H2D), maka secara otomatis akan berimbas terhadap penurunan
elektabilitas dalam persentase tertentu bagi paslon 01 (BirinMu),”
ungkap Dirham.
Menurut dia, yang perlu dianalisis adalah mengenai pemilih yang tidak tahu/ tidak menjawab sekitar 18 persen itu kemana arahnya.
“Apakah ke paslon nomor 01 (BirinMu) atau malah ke 02 (H2D)? Berdasar
kajian empiris yang sering kami lakukan di JSI, justru swing voters
atau pemilih yang tidak menjawab dalam survei tersebut lebih dominan ke
paslon penantang,” papar Dirham.
Ia mengakui survei merupakan pendekatan modern dalam politik,
termasuk pilkada guna memotret persepsi dan dukungan pemilih. Tapi,
beber Dirham, problemanya adalah apakah hasil survei akan berbanding
lurus dengan hasil pilkada? “Maka jawabannya adalah belum tentu,” cetus
Dirham lagi.
Masih menurut dia, publikasi hasil survei yang dilakoni tim
pemenangan kubu petahana apakah bisa memengaruhi pemilih, maka
jawabannya bisa iya.
“Bisa berdampak positif dan bisa pula negatif. Kalau positif, berarti
tidak masalah karena memang itu yang diharapkan. Tetapi yang perlu
dikaji itu implikasi negatifnya, dan bukan tidak mungkin kubu rival
politik akan memanfaatkan hasil survei tersebut dengan strategi politik
counter attack (serangan balik). Hal ini akan justru menjadi bumerang
bagi paslon 01. Kemudian pengaruh negatif lainnya, karena alasan merasa
menang dalam survei, lantas sebagian pemilih Sahbirin-Muhidin tidak
datang ke TPS di hari pemungutan suara, ini jelas celaka!” urai Dirham.
Untuk itu, Dirham menegaskan data survei itu bukan sekadar dibaca,
sejatinya perlu dianalisis dan diterjemahkan dalam sebuah strategi
pemenangan.
“Seharusnya, hal ini perlu dilakoni tim pemenangan Sahbirin-Muhidin
adalah pada kisaran berapa persen suara yang harus diraih di wilayah PSU
agar bisa mengunci kemenangan, dan secara simultan lebih kreatif
menepis isu yang dimainkan oleh kubu rival politiknya,” kata Dirham.
Ia membaca ada tiga isu yang dikemas kubu lawan incumbent adalah soal
kepemimpinan yang tidak kredibel, kecurangan petahana dalam pilkada,
dan dugaan kebohongan.
“Tiga isu politik ini perlu ditepis oleh tim atau relawan paslon 01.
Jadi, kesimpulannya, elektabilitas incumbent 59,9 persen dalam survei
tersebut belum aman,” tegas Dirham.
Bagi dia, mengenai siapa yang akan terpilih menjadi Gubemur dan Wakil
Gubernur Kalsel sangat tergantung pada kecerdikan strategi politik,
tingkat partisipasi dan kehadiran pemilih di hari pemungutan suara ulang
(PSU) pada Rabu 9 Juni 2021 nanti.
Denny Indrayana Buka Suara Tanggapi Tudingan Pendiskreditan Ulama
CALON Gubernur Kalimantan Selatan, Denny Indrayana, buka
suara soal beragam unggahan di medsos yang memosisikan dirinya seakan
melakukan pendiskreditan ulama dan masyarakat Kalimantan Selatan ketika
memberi paparan tentang fenomena politik uang.
DALAM keterangan terbaru yang diterima jejakrekam.com,
pada Minggu (30/5/2021), Denny menyatakan bahwa ia menyayangkan isu-isu
tersebut. Ia bilang, unggahan yang beredar merupakan pelintiran dari
pernyataan dirinya.
“H2D menyayangkan dengan telah beredarnya berbagai pelintiran
pernyataan-pernyataan Haji Denny anti politik uang yang dibuat
seakan-seakan mendiskreditkan ulama dan masyarakat Kalsel,” kata dia.
Denny bilang, H2D konsisten sejak awal melakukan langkah-langkah
strategis untuk mengurangi praktik politik “betetapalan” atau politik
“besesogokan” dalam Pemilihan Gubernur Kalimantan Selatan.
Pengutipan hasil survey dan sejenisnya itu, kata Denny, hanya untuk
menunjukan bahwa ada praktik politik uang yang masih terjadi dan sebagai
umat beragama kita harus konsisten untuk melawannya.
“H2D juga tentu memberikan apresiasi kepada masyarakat Kalimantan
Selatan yang pada tanggal 9 Desember telah memberikan suara yang
signifikan kepada kami sehingga kemudian memiliki peluang untuk
memenangkan Pilgub Kalsel,” ujarnya.
Di satu sisi, Denny menegaskan sosialisasi prinsip anti politik
justru adalah ikhtiar untuk melaksanakan ajaran-ajaran yang telah
digariskan oleh para guru dan habaib yang dengan tegas sering memberikan
pesan untuk tidak melakukan politik “betetapalan” atau politik
“besesogokan” dalam memilih kepala daerah.
Tanpa Dihadiri AnandaMu, Ibnu Sina-Arifin Ditetapkan Walikota dan Wakil Walikota Banjarmasin Terpilih
DENGAN mengumbar senyum, Ibnu Sina bersama Arifin Noor pun
menerima keputusan KPU Kota Banjarmasin sebagai Walikota-Wakil Walikota
Banjarmasin terpilih periode 2021-2025.
RENTETAN panjang memang harus dilewati sang
incumbent untuk kembali menakhodai Balai Kota di periode kedua. Saat
periode pertama bersama sahabatnya di DPRD Kalsel, Hermansyah dari
Fraksi PDIP. Kini, Ibnu Sina di periode kedua didampingi bekas anak
buahnya, mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR)
Kota Banjarmasin.
Dalam rapat pleno penetapan Walikota-Wakil Walikota Banjarmasin
terpilih digelar secara terbuka di Ballroom Hotel G’Sign,Minggu
(30/5/2021) malam. Tampak kompak. Mengenakan kostum khas putih bergaris
sasirangan, Ibnu Sina-Arifin merupakan satu-satunya paslon yang hadir di
acara pleno penetapan ini.
Sedangkan, rivalnya, Hj Ananda-Mushaffa Zakir (AnandaMu) yang dua
kali menggugat hasil kemenangan Ibnu Sina-Ariffin Noor di Pilwali
Banjarmasin, tak hadir. Sedangkan, dua paslon lainnya, Abdul Haris
Makkie-Ilham Noor dan Khairul Saleh-Habib Ali Alhabsyi juga absen.
Namun, tanpa kehadiran paslon lain, ditegaskan Ketua KPU Kota
Banjarmasin Rahmiyati Wahdah, hal tersebut tak menjadi masalah. Meski
tidak ada konfirmasi dari yang bersangkutan. “Yang pasti kita sebagai
penyelenggara sudah mengundang semua paslon,” ucap Rahmiyati.
Dengan adanya rapat pleno penetapan Walikota-Wakil Walikota
Banjarmasin, Rahmi bilang tugas KPU telah usai dalam pilkada serentak
2020, meski dua kali harus menghadapi gugatan di Mahkamah Konstitusi
(MK) dari pihak AnandaMu.
Selanjutnya, agenda pelantikan bakal diputuskan oleh DPRD Kota
Banjarmasin, sebagai lembaga berwenang. “Usulan pelantikan kami serahkan
malam ini juga, jadi selanjutnya tinggal DPRD Banjarmasin yang
menentukan,” ujar Rahmiyati.
Sementara itu, Ibnu Sina mengaku bersyukur usai ditetapkan sebagai
Walikota Banjarmasin terpilih setelah melewati sederet drama dan konflik
yang sangat panjang. Menurutnya, saat ini kontestasi di Pilwali
Banjarmasin telah usai, tak ada lagi paslon 01, 02, 03 atau 04. Meski
ketika rapat pleno penetapan tadi, tak ada satupun paslon lain yang
hadir.
“Kami berharap di sini tadi bisa bertemu semuanya. Tapi partai-partai
pengusung kan hadir juga ya tadi. Jadi ini menurut kami sudah cukup
kebersamaan kita tetap ada,” ucapnya
Mantap Memang Ustad Satu Ini, Prabowo di Doakan, kalah, Akhyar di Doakan, kalah.
Pekanbaru, Gatra.com - Ustad Abdul Somad (UAS) menanggapi santai hasil
pilkada di Riau 2020, yang menyuguhkan kekalahan calon kepala daerah
yang didukungnya versi hitung cepat.
Bukan menyorot kekalahan dari pasangan calon yang diusungnya, ulama
kawakan itu mengaku sudah menang sejak awal. Menurut Ustad Somad ada
beberapa hal yang membuatnya merasa menang, bahkan sebelum tahapan
pencoblosan.
"Saya sudah menang sebelum pencoblosan. Karena saya menang melawan godaan uang, mobil dan jabatan. Saya juga merasa menang
lantaran tidak bersikap diam dan mencari selamat," urainya melalui pesan tertulis, Kamis (10/12).
Selain karena faktor-faktor diatas, UAS mengaku kemenangannya juga
dilatari keberaniannya lantaran mengacuhkan saran-saran dari Jakarta.
"Saya sudah menang sebelum pencoblosan, sebab saya menang melawan pesan-pesan dari Jakarta: UAS jangan berpihak," jelasnya.
Menurut UAS, Allah hanya menilai perjuangan bukan hasilnya. Oleh sebab
itu dia tidak ambil pusing dengan perundungan yang menerpanya di media
sosial.
"Dibully, dihina dan dicaci maki di media sosial itu menyadarkan diri
saya bahwa saya bukan siapa-siapa. Jika terus dimuliakan, disanjung
lama-lama saya bisa jadi Fir'aun, " tegasnya.
Seperti ramai diberitakan sebelumnya, UAS menyuarakan dukunganya untuk
sejumlah cakada di Riau. Dari empat dukungan yang diberikan, hanya satu
peluang menang yang lebih besar, Paisal-Amris di pilkada kota Dumai.
Terpisah, pengamat politik dari Universitas Riau, Tito Handoko,
mengatakan hasil pilkada serentak 2020 di Provinsi Riau akan
mempengaruhi persepsi publik terhadap Ustad Abdul Somad (UAS).
Tito menilai ada resiko yang mengintai reputasi UAS, seiring berakhirnya
ajang pilkada 2020. Resiko tersebut menurutnya berkaitan dengan sejauh
mana efek politik yang berhasil digerakan UAS, untuk pasangan yang
didukung nya.
"Kalau pasangan yang didukung UAS kalah, tentu juga akan berdampak pada
UAS itu sendiri. Bagaimana pun hasil perolehan paslon tersebut, sedikit
banyaknya merefleksikan pengaruh UAS," ungkapnya kepada Gatra.com
melalui sambungan seluler, Rabu (9/12).
Migo Berita - Banjarmasin - Rizieq BEBAS : Kasus yang menanti disidangkan !!! Dipastikan Rizieq bebas bulan Juli atau Agustus 2021, namun apakah ada kasus lain yang akan menantinya, sehingga beliau tidak bisa "membantu" Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta saat ini) untuk maju menjadi salah satu kontestan PILPRES 2024... hemm..siapa yang tahu??!! Untuk menambah ilmu pengetahuan Anda, silahkan membaca berbagai artikel yang kita kumpulkan kali ini, baca hingga akhir agar tidak gagal paham.
Divonis Denda Rp 20 Juta Rizieq Shihab Bebas 1 Juli 2021? Begini Kata Tim Kuasa Hukum
BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA - Muhammad Rizieq Shihab
telah dinyatakan bersalah dan divonis hukuman denda Rp 20 juta subsider
5 bulan penjara oleh Majelis Hakim pengadilan Negeri Jakarta Timur.
Putusan itu dibacakan dalam sidang vonis kasus kerumunan di Megamendung dengan terdakwa Rizieq Shihab, Kamis (27/5/2021).
Sedangkan untuk kasus kerumuman di Petamburan, Rizieq Shihab divonis 8 bulan kurungan penjara.
Menanggapi putusan itu, anggota kuasa hukum Muhammad Rizieq Shihab (MRS), Aziz Yanuar mengatakan kliennya akan keluar dari rumah tahanan alias bebas pada Juli 2021 mendatang.
Menurut Aziz jika berlandaskan pada vonis majelis hakim atas kasus
kerumunan di Petamburan Jakarta Pusat dan Megamendung Kabupaten Bogor
maka Rizieq Shihab akan keluar dari tahanan pada 1 Juli 2021.
Hal itu berkaca dari vonis hakim, di mana dalam perkara Petamburan, Rizieq Shihab divonis delapan bulan kurungan penjara.
Sementara dalam perkara kerumunan
Megamendung, kliennya itu hanya dikenai denda Rp20 juta, namun jika tak
membayar denda tersebut maka Rizieq akan dikurung selama lima bulan.
"InsyaAllah (bebas) Juli (tahun ini) ya," kata Aziz kepada awak media
usai sidang vonis perkara kerumunan Petamburan dan Megamendung, di
Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur, Kamis (27/5/2021).
Perhitungan tersebut kata Aziz mengacu pada vonis hakim untuk perkara Petamburan yang di mana kliennya hanya divonis 8 bulan.
Dalam hal ini, hakim meyakini Rizieq telah melanggar dakwaan ketiga
yakni pasal 93 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018
tentang Kekarantinaan Kesehatan juncto Pasal 55 Ayat 1 ke (1) KUHP.
Sedangkan untuk dakwaan jaksa yang pertama, kedua, keempat dan kelima tidak terpenuhi.
Dengan begitu, Hakim Suparman Nyompa menjatuhkan hukuman pidana atas Rizieq Shihab dan lima petinggi FPI tersebut masing-masing 8 bulan penjara, dikurangi masa tahanan sementara.
"Menjatuhkan pidana atas terdakwa dengan pidana penjara masing-masing
8 bulan, sebelumnya dikurangi masa tahanan," kata Suparman seraya
memutuskan sidang.
Diketahui hingga saat ini Habib Rizieq Shihab bersama lima mantan petinggi FPI telah menjalani masa tahanan sejak ditetapkan sebagai tersangka pada Desember 2020.
Jika dihitung, maka kemungkinan para terdakwa akan dibebaskan dari masa tahanan pada Juli 2021.
Hukuman ini lebih ringan dibandingkan tuntutan jaksa yang menuntut
eks Imam Besar Front Pembela Islam itu selama dua tahun penjara.
Dikatakan akan bebas Juli 2021, namun hal tersebut belum dapat dipastikan.
Mengingat masih ada satu perkara lagi yang teregister dengan nomor
225/Pid.B/2021/PN.Jkt.Tim yakni perkara hasil swab tes palsu di Rumah
Sakit UMMI yang tahap persidangannya baru sampai pemeriksaan terdakwa.
Sementara untuk perkara Megamendung, Rizieq dianggap telah melanggar
Pasal 93 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang
Kekarantinaan Kesehatan seperti pada dakwaan pertama jaksa penuntut
umum.
Dengan begitu, Majelis Hakim PN Jakarta Timur memutuskan Habib Rizieq Shihab dijatuhi hukuman denda Rp 20 juta subsider 5 bulan.
"Menjatuhkan pidana dengan pidana denda sebesar Rp 20 juta apabila
tidak dibayar maka diganti dengan hukuman penjara 5 bulan," kata Majelis
Hakim Suparman seraya memutuskan vonis.
Oleh karena itu, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur menjatuhkan hukuman berupa denda Rp 20 juta kepada Rizieq Shihab, Kamis (27/5/2021).
"Menyatakan terdakwa (Rizieq Shihab) terbukti secara sah dan
meyakinkan tidak mematuhi aturan kekarantinaan kesehatan," ujar Ketua
Majelis Hakim Suparman Nyompa.
"Menjatuhkan pidana dengan pidana denda sebesar Rp 20 juta, apabila
tidak dibayar maka diganti dengan hukuman penjara 5 bulan," tambah
Suparman.
Vonis ini pun lebih ringan dibanding tuntutan jaksa yang menuntut eks Rizieq Shihab dengan pidana penjara selama 10 bulan dan denda Rp 50 juta subsider 3 bulan penjara.
Diketahui, kasus ini bermula saat Rizieq Shihab menghadiri kegiatan di Pondok Pesantren Alam Agrikultural Markaz Syariah di Megamendung, Jumat (13/11/2020).
Kegiatan itu dihadiri ribuan orang sehingga menyebabkan kerumunan di tengah pandemi Covid-19.
Inilah perjalanan kasus Rizieq Shihab
terkait kerumunan di Megamendung hingga berakhir vonis denda Rp 20 juta
sebagaimana dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber:
1. Hadiri Acara di Pesantren
Kasus kerumunan massa di Megamendung terjadi tiga hari setelah Rizieq Shihab pulang ke Indonesia dari Arab Saudi pada Selasa, 10 November 2020.
Saat itu, Rizieq Shihab hadir dalam rangka peletakan batu pertama pembangunan Pondok Pesantren Alam Agrikultural Markaz miliknya di Kampung Babakan.
Acara tersebut pun berlangsung lebih dari tiga jam dan terjadi kerumunan massa.
Para santri yang antusias menyambut kedatangan Rizieq. Bahkan sebagian massa ada yang tak mengenakan masker.
Setelah kasus kerumunan di Megamendung, Ketua Satgas Covid-19 saat
itu, Doni Monardo melaporkan adanya dampak dari kerumunan terkait
kehadiran Rizieq Shihab.
Data Jumat, 20 November 2020, berdasarkan hasil swab antigen untuk
klaster Megamendung, Kabupaten Bogor telah diperiksa 559 orang.
Doni mengatakan, ada 20 orang yang positif di klaster tersebut.
2. Kapolda dan Kapolres Bogor Dicopot
Imbas dari kasus kerumunan massa di Megamendung ternyata berdampak pada sejumlah pejabat.
Dua di antaranya adalah Kapolda Jawa Barat saat itu, Irjen Rudy Sufahriadi dan Kapolres Bogor, AKBP Roland Ronaldy.
Keduanya pun dimutasi secara bersamaan pada Senin (16/11/2020).
Rudy Sufahriadi dicopot dari jabatannya karena dinilai lalai dalam menegakkan protokol kesehatan.
Rudy dimutasi menjadi Widyaiswara Tingkat I Sespim Lemdiklat Polri.
Sementara Roland diangkat sebagai Wadir Reskrimsus Polda Jabar.
Polri memang tidak merinci penyebab pencopotan para perwira ini.
Namun, diduga karena kerumunan massa yang timbul dari acara di Jawa Barat.
3. Polisi Panggil Bupati Bogor hingga Gubernur Jawa Barat
Setelah kasus kerumunan di Megamendung dinaikkan dari penyelidikan
menjadi penyidikan, Polda Jawa Barat memanggil sejumlah orang.
Termasuk para kepala daerah, yaitu Bupati Bogor Ade Yasin hingga Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Saat dipanggil pada Selasa (15/12/2020), Bupati Bogor Ade Yasin mengaku tak mengetahui adanya acara yang dihadiri oleh Rizieq Shihab di wilayahnya.
Sebab, penyelenggara tak mengajukan izin pada Pemerintah Kabupaten Bogor.
"Pada saat itu tidak ada pemberitahuan, jadi kami juga tidak bisa
memberikan izin, apapun surat yang secara resmi kita balas itu tidak
ada."
"Yang kami tahu ada kepulangan (Rizieq Shihab) saja," kata dia, dikutip dari Kompas.com.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang diperiksa pada Rabu (16/12/2020) menjelaskan kronologi acara yang dihadiri Rizieq Shihab.
Kegiatan yang diikuti oleh para simpatisan Rizieq Shihab ini memang tidak mendapat izin.
Bupati dan Pemerintah Kabupaten Bogor, katanya, sudah melakukan hal
yang benar, yaitu tidak memberikan izin penyelenggaraan acara tersebut.
Bahkan aparat melalui Kodim sudah melobi penyelenggara pada malam
harinya untuk mengimbau, agar acara dibatasi, sehingga sesuai protokol
kesehatan.
"Jadi kerja-kerja edukasi persuasif itu sudah dilakukan, tapi
keesokan harinya, karena suasana terjadi euforia-euforia seperti halnya
demonstrasi yang kadang-kadang jumlah besar itu terjadi."
"Ada dua pilihan dalam menegakkannya, yaitu secara represif atau
melakukan pendekatan humanis dengan mengawal memantau," kata pria yang
akrab disapa Emil ini.
Kondisi di lapangan itulah, katanya, dengan kondisi massa yang sudah
begitu besar, maka kepolisian dan aparat mengambil keputusan humanis,
yaitu mengimbau sambil mengawal massa.
Kasus yang semula ditangani oleh Polda Jawa Barat itu akhirnya dilimpahkan ke Bareskrim Polri.
Setelah dilakukan sejumlah pemeriksaan, Polri menetapkan Rizieq Shihab sebagai tersangka dalam kasus kerumunan di Megamendung.
"Sudah keluar tersangka (kerumunan) Megamendung. RS tersangkanya,
Rizieq," kata Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri, Brigjen Andi
Rian Djajadi di Kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Rabu (23/12/2020).
Dalam kasus ini, Rizieq diduga melanggar Pasal 14 ayat (1) dan ayat
(2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular,
Pasal 93 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan, dan Pasal 216 KUHP.
Menurut Andi, saat ini Rizieq masih sebagai tersangka tunggal dalam kasus tersebut.
Berbeda dengan kasus kerumunan di Petamburan, kegiatan di Megamendung tidak ada kepanitiaan.
"Dia tidak ada kepanitiaan, panitianya nggak ada kalau Megamendung," kata Andi dikutip dari Tribunnews.com.
Penetapan status tersangka dilakukan setelah Rizieq Shihab menjadi tahanan di rumah tahanan Ditres Narkoba Polda Metro Jaya, terhitung sejak Sabtu (12/12/2021).
Kemudian, Rizieq Shihab menjalani sidang perdana kasus kerumunan di Pengadilan Negeri Jakarta Timur mulai Selasa (16/3/2021).
5. Divonis Denda Rp 20 Juta
Setelah menjalani serangkaian proses persidangan, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur pun menjatuhkan vonis kepada Rizieq Shihab.
Rizieq dianggap telah melanggar Keputusan Bupati Nomor 443
1479/Kpts/Per-UU/2020 tanggal 27 Oktober 2020 tentang Perpanjangan
Kelima Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar Pra Adaptasi
Kebiasaan Baru Menuju Masyarakat Sehat, Aman dan Produktif.
Dengan begitu, Majelis Hakim PN Jakarta Timur memutuskan Habib Rizieq Shihab dijatuhi hukuman denda Rp20 juta subsider 5 bulan.
"Menjatuhkan pidana dengan pidana denda sebesar Rp20 juta apabila
tidak dibayar maka diganti dengan hukuman penjara 5 bulan," kata Majelis
Hakim Suparman seraya memutuskan vonis.
Dalam putusannya, Hakim membacakan beberapa hal yang memberatkan dan meringankan Rizieq Shihab atas perkara ini sebagai terdakwa.
Menurut Hakim, hal yang memberatkan Rizieq Shihab karena yang bersangkutan tidak mendukung pemerintah dalam mencegah penyebaran Covid-19 terlebih di Kabupaten Bogor.
"Hakim memaparkan hal-hal yang memberatkan Rizieq Shihab adalah
tindakannya tidak mendukung pemerintah dalam mencegah Covid-19," kata
Hakim Suparman.
Sedangkan untuk hal-hal yang meringankan bekas Imam Besar FPI itu
yakni karena yang bersangkutan kata hakim telah menepati janji untuk
mencegah simpatisannya datang saat sidang.
Sehingga kata Hakim, sidang dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan dan kericuhan di lingkungan pengadilan.
"Hal-hal yang meringankan adalah Rizieq menepati janjinya mencegah
simpatisan tidak datang saat pemeriksaan sehingga sidang berjalan
lancar," ucapnya.
Selain itu, Rizieq juga dianggap sebagai tokoh agama yang dikagumi
sehingga diharapkan dapat memberikan edukasi kepada umat ke depannya.
"Untuk patuh pada peraturan pemerintah demi kemaslahatan masyarakat," kata Suparman.
Setelah menjatuhkan vonis, lantas Hakim Suparman menanyakan kesediaan Rizieq Shihab untuk melakukan banding atau menerima putusan tersebut.
Menanggapi pertanyaan hakim, Rizieq Shihab menyatakan pikir-pikir.
Saya
sudah memprediksi Rizieq akan divonis ringan. Karena kasus hukumnya
hanya soal kerumunan dan swab tes. Bukan kasus berat. Tapi saya ga
menyangka akan sangat jauh lebih ringan dari tuntutan.
Dua
kasus hukum yang melanda Rizieq hanya divonis 8 bulan penjara dan denda
20 juta rupiah subsider 5 bulan penjara. Sederhananya, Rizieq hanya akan
menjalani 8 bulan penjara, karena denda 20 itu sudah pasti bisa dia
bayarkan. Cukup open donasi tertutup bisa langsung terkumpul 20 juta.
Bagi
saya ini tidak sebanding dengan drama-drama yang sudah terjadi semasa
persidangan. Mulai dari pakai syal palestina, nangis-nangis, marah-marah
ngancam hakim, sampai shalat di ruang sidang. Dramanya banyak banget.
Sementara hukumannya cuma 8 bulan. Itu artinya kalau dipotong masa
tahanan, Rizieq akan bebas sekitar bulan Agustus depan. Cuma dua bulan
lagi. Gila!
Denda
20 juta rupiah itu juga tidak sebanding dengan pengamanan semasa
persidangan. Tapi ya mau gimana lagi, memang ini kasus ringan. Hanya
soal kerumunan dan tes swab.
Tapi
ada satu kasus lagi yang menurut saya layak untuk ditunggu
kelanjutannya. Yakni kasus hukum yang dialami oleh Munarman. Kasus
terorisme yang melibatkan anggota FPI di berbagai daerah itu jelas kasus
besar. Ancaman hukumannya pasti lebih dari 5 tahun atau bahkan hukuman
mati.
Pertanyaannya,
apakah Rizieq sebagai ketua FPI terlibat dalam kasus terorisme yang
melibatkan anak buahnya? jika sampai ada bukti keterlibatan Rizieq, maka
jelas ancaman hukumannya tak akan hitungan bulan.
Tapi
bagaimana kalau tidak terlibat? Itu jelas lebih menarik lagi. Karena itu
justru membenarkan bahwa Rizieq ini hanya bonekanya Munarman. Yang tak
tahu apa-apa soal FPI dan jaringannya, tak tahu soal logistiknya, hanya
bisa orasi dan memimpin demo. Ibaratnya kayak AHY lah. Tiba-tiba jadi
ketum. Tapi di bawah, yang mengkoordinasi itu ada peran SBY. Cuma
bedanya, AHY juga ga bisa orasi. hahaha
Jadi
misal Rizieq nantinya tidak terlibat, itu artinya dia akan kembali ke
tengah-tengah kita dan mungkin akan melancarkan provokasinya lagi.
Mungkin Rizieq memang utusan Tuhan untuk mengetes dan menguji kesabaran
kita sebagai hamba.
Cuma
pada intinya Rizieq sudah dinyatakan bersalah dan divonis hukuman. Itu
saja sudah cukup untuk membuat Rizieq menyandang status sebagai
narapidana di 3 Presiden berbeda. Konsisten dan istiqomah sekali. Maka
kalau nanti 2024 ada pergantian Presiden, terbuka kemungkinan Rizieq
akan masuk penjara lagi.
Dari
kasus ini mestinya negara ini sadar, pemerintah dan aparat sadar, bahwa
Rizieq itu juga hanya manusia biasa yang sangat lemah. Terbukti ketika
ditangkap, ditahan dan dipenjara, tidak ada pergolakan berarti. Tidak
ada demo, tidak ada kerusuhan. Biasa saja.
Maka
ke depan, ini penting untuk dijadikan pelajaran, misal Rizieq
macam-macam lagi, bikin ulah lagi, mestinya kita tidak segan-segan
menangkapnya lagi. Bukankah tidak susah nangkap Rizieq? tinggal tangkap
aja kan.
Dan
ini juga semakin meyakinkan kita bahwa pembubaran FPI, yang semula
sempat ragu-ragu, bahkan mundur bertahun-tahun, padahal aslinya
bersamaan dengan pembubaran FPI, itu juga ternyata bukan hal yang luar
biasa. Setelah FPI dibubarkan, ya tidak ada apa-apa. Prediksi gejolak
dan demo yang disampaikan oleh beberapa pihak rupanya tidak terbukti di
lapangan.
Semoga
dengan pelajaran penting ini, Indonesia bisa lebih tegas terhadap
kelompok radikal. Semoga Rizieq menyusul orang-orang yang sebelumnya
sudah pernah ditahan, yang setelah keluar jadi lebih hati-hati atau
tidak menarik lagi.
Jadi
mari kita nikmati sampai 2 bulan ke depan atau bulan Agustus. Kita akan
istirahat dari drama-drama Rizieq. Berharap nanti di bulan Agustus tidak
ada drama lanjutan.
Tapi
misal Rizieq nantinya masih tetap seperti biasa, kembali menebar
propaganda, mungkin memang itulah konsekuensi negara yang punya partai
dengan ideologi berbasis ihwanul muslimin. Orang-orang seperti Rizieq
akan selalu dimanfaatkan untuk menarik suara, demi sebuah hasil
kemenangan di pemilu.
Ya
sama lah seperti penyanyi dangdut yang ada di semua kampanye. Tugasnya
memang menarik kerumunan. Bedanya, kalau penyanyi dangdut enak dilihat,
sementara Rizieq, ya begitulah kura-kura.
Terbongkar! Taqy Malik Sumbang Donasi Palestina kepada NGO Pro Teroris Suriah
Jakarta, ARRAHMAHNEWS.COM– Pegiat
medsos Eko Kuntadhi mengungkap donasi untuk Palestina yang digalang
oleh Taqy Malik sebagian uangnya disumbangkan kepada salah satu NGO
Sahabat Al-Aqsha yang jelas-jelas pro pemberontak atau lebih jelasnya
teroris Suriah lewat kitabisa.com.
Kita bisa lacak siapa Sahabat Al-Aqsha
ini. Lihat saja kecenderungannya dalam konflik Suriah. Ia berdiri
mendukung pemberontak memerangi pemerintah yang sah
Menurut Eko, sebetulnya ini yang saya
khawatirkan dalam gerakan bela Palestina. Itu itu dijadikan bahan
mengumpulkan donasi, yang akhinya disalurkan secara salah.
Saya sendiri sampai sekarang kukuh
mendukung pembebasan Palestina dari agresi zionis Israel. Pandangan saya
soal Palestina sama seperti pemerintah Indonesia sejak zaman Soekarno.
Tapi seringkali gerakan save Palestina disalahgunakan. Malah dimanfaatkan untuk mendukung gerakan yang bersimpati pada teroris.
Ini hanya satu contoh. Taqy Malik
berpromosi mengumpulkan donasi untuk Palestina. Terkumpul uang Rp5
miliar. Dari uang itu, Rp1 miliar diserahkan pada PMI. PMI nanti akan
menyalurkan secara resmi.
Sampai disini masih ok.
Tapi ada dana Rp500 juta diserahkan kepada sahabat Al-Aqsha.
Kita bisa lacak siapa Sahabat Al-Aqsha
ini. Yang paling mudah lihat saja kecenderungannya dalam konflik Suriah.
Sahabat Al-Aqsha berdiri mendukung pemberontak memerangi pemerintah
yang sah.
Begini. Presiden Suriah Bashar Assad
adalah salah satu kelapa negara di dunia yang sangat keras menentang
Israel. Pembelaannya pada Palestina sangat terus terang. Bersama Iran,
Lebanon dan Jordania.
Dan Assad untuk Palestina tidak terkira.
Bahkan banyak pemimpin Palestina berkantor di Damaskus. Difasilitasi
dan dibiayai oleh Assad.
Karena pembelaannya itulah Bashar Assad
dimusuhi AS dan Israel. Plus isu pipa gas yang akan dibangun melintasi
Suriah, yang dianggap merugikan kepentingan negara-negara Barat dan AS.
Karena perpaduan kondisi itulah mereka sangat antusias mendongkel Assad.
Tapi mendongkel Assad gak mudah. Dalam
Pemilu Assad menang. Dipilih oleh rakyatnya dengan suara 75%. Bahkan
Pemilu yang baru saja digelar, 90% lebih rakyat Suriah masih
menginginkan Assad jadi Presiden.
Sekitar 2012 dimulailah petualangan itu.
Sapuan Arab Spring ingin dibesarkan di Suriah. Bermula dari protes
kecil yang biasa terjadi di sebuah negara, tetiba di Suriah terjadi
kerusuhan besar.
Ribuan orang dari luar Suriah masuk
negeri itu. Membawa senjata. Mau menguasai negeri yang tadinya makmur.
Di dunia dibangun narasi bahwa yang terjadi di Suriah adalah konflik
Sunni-Syiah. Maksudnya Assad distempel Syiah. Dan yang menentangnya
adalah Sunni.
Padahal Assad adalah penganut Islam Sunni. Dan dia memerangi orang yang mau merebut negerinya secara serampangan.
Narasi konflik Suni-Syiah itu memang
khas gerombolan garis keras. Mereka selalu mencari celah untuk
memprovokasi perpecahan. Sekaligus sebagai promo mengundang para jihadis
dari seluruh dunia.
Ratusan ribu orang masuk ke Suriah.
Ngakunya mau jihad. Sebagian dari Indonesia. Bergabung dengan ISIS,
Alqaedah, Jahat Nusra, atau gerombolan teroris lainnya.
Ketika gerombolan teroris itu terluka,
rumah sakit Israel gercep menampungnya. Mengobati para teroris untuk
kembali berperang di Suriah. Jika Suriah hancur, rezim zionis Israel
senang. Salah satu musuh besarnya bisa diruntuhkan.
Jangan heran jika PM Netanyahu sendiri
sempat membesuk langsung para teroris itu. Menyemangatinya. Untuk
kembali berperang. Merampas tanah di Suriah. Menjadikannya negeri gurun
tanpa peradaban.
Gak usah kaget jika para teroris itu gak
pernah bermusuhan dengan Israel. Mereka hanya mengobrak-abrik negeri
yang memusuhi zionis. Libya juga hancur oleh kebuasan mereka.
Jadi memusuhi pemerintah Suriah sebetulnya adalah cara yang terang membela kekuatan zionis.
Nah, ketika sebagian dana bela Palestina
disalurkan kepada Sahabat Al-Aqsha yang jelas bersimpati pada para
teroris di Suriah. Kita tentu heran.
Bagaimana orang Indonesia mengumpulkan
dana untuk rakyat Palestina, tapi justru sebagian dana tersebut
disumbangkan kepada kekuatan yang terang-terangan satu kubu dengan
kepentingan Israel. Disumbangkan pada gerombolan yang bersimpati pada
perusak negera yang secara terus menerus menentang agresi Israel.
Menghancurkan Suriah. Sama saja dengan
menambah kekuatan zionis. Membela teroris di Suriah, sikapnya sama
dengan PM Netanyahu. Yang sangat serius mendukung ISIS dan Alqaedah di
Suriah.
Jadi, Rp500 juta sumbangan rakyat
Indonesia. Justru diserahkan untuk membantu mereka yang bersekutu dengan
kepentigan zionis. Kan miris!
Sebetulnya mereka gak benar-benar
membela Palestina. Mereka hanya menggunakan isu Palestina untuk
mengasong sumbangan buat kelompoknya sendiri. Kelompok yang gerakannya
senada dengan zionis.
Kasian banget rakyat kita.
Ketidaktahuannya tentang geopolitik justru dimanfaatkan. Kasian rakyat
Palestina. Namanya hanya dijual saja.
“Kadang ya, mas. Orang yang terbiasa
hidup dalam gelap, matanya akan sakit ketika melihat sinar matahari, ”
Abu Kumkum seolah berfilsafat. Sok, tahu lu Kum!. (ARN)
Kasus-Kasus yang Melibatkan Nama Rizieq Shihab tirto.id - Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat akhirnya menetapkan Muhammad Rizieq Shihab sebagai tersangka dalam kasus dugaan penodaan terhadap dasar negara Pancasila dan pencemaran nama baik Presiden RI Pertama, Sukarno. Peningkatan status hukum tersebut diumumkan setelah Polda Jawa Barat menggelar perkara, pada Senin (30/1/2017). Dari gelar perkara itu, penyidik menyimpulkan kasus yang menjerat Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) itu sudah memenuhi unsur pidana dan menaikkan statusnya sebagai tersangka. Kasus ini bermula saat Sukmawati Soekarnoputri, putri dari Sukarno melaporkan Rizieq ke Mabes Polri, pada 27 Oktober 2016 (belakangan kasus ini dilimpahkan ke Polda Jawa Barat). Saat itu, adik dari Megawati ini menduga bahwa Rizieq telah melecehkan Pancasila dalam ceramahnya yang beredar di YouTube. Ia juga menuding Rizieq telah menghina kehormatan dan martabat proklamator Indonesia, Sukarno. Atas dasar itu, Sukmawati akhirnya melaporkan Rizieq atas pelanggaran tindak pidana penodaan terhadap lambang dan dasar negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154a KUHP dan atau Pasal 310 KUHP dan atau Pasal 57a jo Pasal 68 UU no 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Namun, Ketua Bantuan Hukum FPI Jawa Barat, Kiagus Muhammad Choiri menilai kalau penetapan Rizieq sebagai tersangka dalam kasus dugaan penodaan Pancasila sebagai sesuatu yang mengada-ngada. Pihaknya akan menempuh jalur praperadilan terkait kasus yang menjerat kliennya tersebut. “Kami akan mengambil langkah untuk mempraperadilankan masalah ini. Tapi kami akan menunggu surat penetapan tersangka dari Polda Jabar dulu. Lalu menunggu pemanggilan pertama setelah jadi tersangka ini,” ujarnya, pada Selasa (31/1/2017). Menurut Kiagus, ada beberapa alasan kenapa pihaknya akan menempuh langkah praperadilan ini. Salah satunya adalah pelapor (Sukmawati) sebagai saksi hanya melihat potongan gambarnya, sementara dirinya tidak berada di lokasi. Hal ini dinilai lemah untuk dijadikan kekuatan hukum yang mengikat. Ia juga menilai penetapan kliennya tersebut telah menyalahi prosedur. Misalnya, kabar mengenai kliennya sebagai tersangka sudah didengarnya dari minggu lalu. Namun, hingga kini [31 Januari] pihaknya belum mengantongi surat resmi penetapan status tersangka Rizieq. Perkara Lain yang Melibatkan Nama Rizieq Kasus hukum yang menyeret nama Rizieq bukan hanya dugaan penodaan Pancasila yang ditangani Polda Jawa Barat. Penelusuran Tirto, sejak November 2015 hingga 31 Januari 2017 setidaknya terdapat beberapa kasus lain yang menyeret nama pimpinan FPI tersebut, di antaranya: 1. Penghinaan dan pelecehan terhadap budaya Sunda karena telah memplesetkan salam Sunda “sampurasun” yang dilaporkan oleh Aliansi Masyarakat Sunda Menggugat - Angkatan Muda Siliwangi Jawa Barat pada 24 November 2015 (terlapor). 2. Dugaan menghina agama Kristen dalam ceramah di Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur yang dilaporkan Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) dan Student Peace Institute (SPI) ke Polda Metro Jaya pada 27 Desember 2016 (terlapor). 3. Dugaan penodaan agama yang dilaporkan Forum Mahasiswa Pemuda Lintas Agama (Rumah Pelita) ke Polda Metro Jaya pada 30 Desember 2016 (terlapor). 4. Tudingan menyebut ada gambar palu arit di lembaran mata uang kertas baru yang dilaporkan Jaringan Intelektual Muda Anti Fitnah (JIMAF) ke Polda Metro Jaya pada 8 Januari 2017 (terlapor). 5. Ceramah tentang gambar palu arit dalam uang baru yang diunggah ke Youtube yang dilaporkan Firmansyah ke Polda Metro Jaya pada 10 Januari 2017 (terlapor). 6. Sangkaan penguasaan tanah ilegal di daerah Megamendung, Cisarua, Bogor yang dilaporkan oleh warga yang berinisial “E” ke Bareskrim Polri pada 19 Januari 2016 (terlapor). 7. Dugaan penodaan Pancasila yang dilaporkan oleh Sukmawati Soekarnoputri pada 27 Oktober 2016 (tersangka pada 30 Januari 2017)
Dari sekian banyak kasus yang menjerat Rizieq, baru satu kasus yang statusnya sebagai tersangka, yaitu penodaan terhadap simbol negara, Pancasila yang diproses Polda Jawa Barat. Namun, tidak mustahil jika kasus-kasus lain juga statusnya akan naik karena pihak kepolisian masih memprosesnya. Misalnya dalam kasus penghinaan terhadap budaya Sunda. Pada 24 November 2015, Aliansi Masyarakat Sunda Menggugat yang diinisiasi oleh Angkatan Muda Siliwangi (AMS) Jawa Barat melaporkan Rizieq ke Polda Jawa Barat atas tuduhan penghinaan dan pelecehan terhadap budaya sunda karena telah memplesetkan salam sunda “sampurasun” menjadi “campur racun.” Kasus yang menjerat pria kelahiran Jakarta, 24 Agustus 1965 memang sempat dihentikan oleh Polda Jawa Barat. Namun, belakang kasus ini kembali dilaporkan oleh gabungan dari berbagai elemen masyarakat yang meminta agar kasus tersebut kembali diusut. “..... mereka mengadakan audiensi ke Polda Jawa Barat untuk melaporkan kembali 'campur racun' itu karena bagi masyarakat Sunda, itu menyakitkan,” kata Kapolda Jawa Barat, Inspektur Jenderal Anton Charliyan, di PTIK Jakarta, Rabu (25/1/2017). Selain itu, lanjut Anton, ada pula laporan kasus tanah yang diduga melibatkan Rizieq. Akan tetapi, pihak kepolisian masih menyelidikinya. Menurut Anton kasus tersebut berupa dugaan penyerobotan dan pemilikan tanah negara tanpa hak. Tanah itu adalah tanah Perhutani dengan alamat di Megamendung, Cisarua, Bogor. Dalam dugaan kasus ini, status Rizieq adalah sebagai terlapor. Sementara dalam dugaan kasus penghinaan rectoverso di lembaran uang baru dari Bank Indonesia, yang disebutnya mirip logo palu arit, Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Reskrimsus) Polda Metro Jaya sudah memeriksa Rizieq sebagai saksi pada 23 Januari lalu. Kasus ini berawal dari laporan Firmansyah dan diterima oleh Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Metro Jaya pada 10 Januari 2017. Rizieq dilaporkan terkait ceramah tentang gambar palu arit dalam uang baru yang diunggah ke Youtube. Lalu, bagaimana jika Rizieq ditersangkakan dalam banyak kasus? Ahli hukum pidana dari Universitas Islam Indonesia (UII) Mahrus Ali menyebutkan dalam KUHP dikenal istilah gabungan tindak pidana. Ada beberapa kategori penggabungan tindak pidana. Kategori pertama, jika seseorang melakukan satu perbuatan, tapi ternyata yang dilanggar dua aturan, maka Pasal 63 KUHP dapat diberlakukan. Dalam konteks ini, jika satu perbuatan masuk dalam kategori lebih dari satu aturan pidana, maka yang dikenakan hanya salah satu di antara aturan-aturan tersebut, yakni yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat. “Dalam hal ini, kejahatannya satu, tapi yang dilanggar dua,” ujarnya kepada wartawan Tirto. Dakwaan macam ini jenisnya concursus idealis. Namun, dalam kasus Rizieq, Mahrus berpendapat penggunaan Pasal 65 KUHP lebih tepat, karena ada beberapa perbuatan yang dilaporkan oleh pihak yang berbeda-beda pula. Jika digabungkan, dakwaannya termasuk kategori yang kedua, yakni concursus realis. Gabungan tindak pidana ini diartikan sebagai tindak pidana yang dilakukan dalam waktu yang berbeda dan hanya dilakukan oleh hanya satu orang. Jika Rizieq menjadi tersangka dalam beberapa kasus, berkas dakwaannya dapat dijadikan satu dan surat dakwaannya kumulatif. Dalam surat dakwaan kumulatif ini, ia bisa didakwa beberapa tindak pidana sekaligus, dan semua dakwaan itu harus dibuktikan satu demi satu. Dakwaan yang tidak terbukti harus dinyatakan secara tegas dan dituntut pembebasan dari dakwaan tersebut. Penggabungan dakwaan seperti dilontarkan Mahrus cukup beralasan, mengingat ada aturan hukuman maksimal dalam sistem pidana. Berapapun kejahatan yang dilakukan seseorang, asalkan tidak dituntut hukuman mati atau seumur hidup, maksimal hukuman penjaranya hanya 20 tahun. Sebagai gambaran, Mahrus memberikan ilustrasi seperti ini: si A menjadi terdakwa dalam delapan kasus. Dari delapan kasus, baru tiga kasus yang disidangkan dengan pidana 18 tahun penjara. Artinya, masih ada lima kasus lagi yang belum disidangkan. Ketika lima kasus sisanya disidangkan, maka hukumannya tidak boleh lebih dari dua tahun, karena aturan hukuman maksimal pidana hanya 20 tahun penjara. Dengan pertimbangan tersebut, jika status Rizieq dalam kasus-kasus itu menjadi tersangka, Mahrus menyarankan agar berkas dakwaannya dijadikan satu. Tentu saja, semua keputusan pada akhirnya tetap berada di tangan penegak hukum.
75 Kadrun KPK Gagal Tes, Anies Terancam Ditangkap, PGI Ikut Campur
Gubernur
DKI yang dimenangkan oleh kelompok radikal, saat ini mulai keringat
dingin karena Novel Baswedan di KPK yang selama ini diduga menjadi
pelindungnya, dipecat dan diancam tidak bisa masuk lagi ke KPK untuk
melancarkan Anies jadi presiden di tahun 2024 untuk mendirikan negara
lain.
Kita
tahu bahwa apa yang menjadi prosedur tes wawasan kebangsaan sudah
menjadi barang wajib sebagai syarat peralihan status dari pegawai biasa
menjadi aparatur sipil negara alias ASN. Ini urusan birokrasi. Tapi
kenapa mendadak PGI ikut-ikutan? PGI kan persekutuan gereja Indonesia,
apa hubungannya dengan TWK?
Kelihatannya
PGI ini sudah mulai mendapatkan kesan dari rakyat Indonesia khususnya
orang-orang Kristen yang nasionalis, merupakan persekutuan dan
perkumpulan yang sudah mulai offside. Offside karena apa? Karena
mencampurkan urusan politik dengan urusan agama.
PGI
ini adalah seperti MUI versi Kristen. Menaungi gereja-gereja di
Indonesia. Untuk apa? Nggak tahu. Saya juga nggak tahu kenapa harus ada
PGI ini. Tapi yang pasti, beberapa gereja tidak mau masuk ke PGI dan
tidak menjadi anggota PGI. Jadi kalau nggak masuk PGI, ya tetap bisa
masuk surga kok.
Nggak
kayak Anies, kalau mau masuk surga, harus lewat Anies satu-satunya
pemegang kunci surga. Kita sama-sama setuju bahwa sebagai orang Kristen,
gereja nggak harus masuk ke PGI. Karena katanya aturan-aturannya banyak
dan mengunci. Ormas kecil ini mendadak menjadi viral lantaran ikut
kepo.
Kepo
dalam hal mengurusi Tes Wawasan Kebangsaan. Saya tahu dari 75 kadrun itu
ada beberapa orang Kristen yang juga nggak lulus. Tapi apakah respons
PGI? Bukannya mendukung langkah-langkah pasti pemerintah dalam
memberantas radikalisme, malah sebut prihatin.
Ketika
PGI mengatakan bahwa mereka prihatin soal gagalnya 75 kadrun di KPK ini
dalam tes wawasan kebangsaan, saya lebih prihatin. Saya lebih prihatin,
mereka offside, melampaui apa yang menjadi visi dan misi PGI pada
awalnya, yakni menjamin kemerdekaan beribadah.
Kalau
mau berkontribusi bagi bangsa dan negara ini, PGI malah seharusnya
mendukung pemberantasan radikalisme yang merupakan bibit dari terorisme
dan pergantian negara. Harusnya PGI sadar kalau Novel CS tetap ada,
kasus Anies pasti tetap tenggelam. Ada apa dengan PGI?'
Kita
sangat prihatin dengan upaya-upaya pelemahan KPK yang terjadi selama
ini, terutama yang memuncak dengan pelabelan intoleran dan radikalisme
atas 75 pegawai KPK melalui mekanisme tes wawasan kebangsaan belakangan
ini...
Dengan
disingkirkannya mereka yang selama ini memiliki kinerja baik serta
memiliki integritas kuat dengan alasan tidak lulus TWK, dikhawatirkan
akan membuat para penyidik berpikir ulang untuk melaksanakan tugasnya
dengan profesional seturut dengan kode etik KPK di masa depan karena
khawatir mereka di-TWK-kan dengan label radikal...
kata Ketua Umum PGI, Pendeta Gomar Gultom, dalam keterangan tertulis, Jumat (28/5/2021).
Dari
statement ketua PGI, kelihatannya Gomar Gultom nggak ngerti alasan utama
mereka dipecat. Mereka dipecat bukan karena Taliban dan Radikal. Mereka
dipecat karena di dalam tes itu, mereka ada yang setuju seks bebas,
kumpul kebo dan dukung radikalisme. Jadi bukan hanya radikal.
Lebih
nggak jelas lagi, Gomar Gultom minta Presiden turun tangan. Lah?
Urusanya dia apa Pak? Sudah lah Pak Gomar Gultom, sebagai ketua PGI,
seharusnya Anda itu mengutuk kejadian-kejadian yang punya hubungan erat
dengan tujuan PGI berdiri. PGI berdiri untuk apa sih? Keamanan Anies?
Nggak kan?
Kalau
saya lihat, visi dan misi PGI ini jelas kok, nggak ada hubungan sama
KPK. Apa itu visi dan misi PGI? Visinya menjadi Gereja yang
merefleksikan kebaikan Allah di tengah-tengah masyarakat majemuk
Indonesia.
Sedangkan misinya dibagi menjadi beberapa. Saya copy paste saja.
Pertama,
Gereja-gereja di Indonesia makin menguatkan persekutuan di antara
gereja-gereja di Indonesia sebagai basis bagi pelayanan dan kesaksian
makin lebih terbuka kepada lingkungan yang di dalamnya mereka hidup.
Kedua, menggiatkan pelayanan yang komprehensif di tengah-tengah masyarakat Indonesia sebagai wujud pemberitaan Kabar Baik.
Ketiga,
Ikut mewujudkan masyarakat majemuk Indonesia yang berkeadaban dengan
memelopori berbagai upaya terciptanya hubungan-hubungan yang baik dengan
komponen-komponen masyarakat; memberikan sumbangan berharga bagi
terjadinya proses demokratisasi yang substansial di dalam Negara
Indonesia.
Kalau
mau dilihat yang agak nyambung hanya yang ketiga, tapi kan untuk
menghadirkan demokrasi, bukan membela mereka yang setuju radikalisme,
kumpul kebo dan seks bebas?
Bagaimana Prediksi Pertumbuhan Ekonomi di Kuartal II?
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia masih negatif pada kuartal I-2021. Badan Pusat
Statistik (BPS) mencatat, perekonomian di tiga bulan pertama tahun ini
minus 0,74% yoy. Namun, Bank Indonesia (BI) meyakini pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada Kuartal II-2021 bisa tumbuh melesat hingga kisaran 7%.
Apa pemicunya?
Deputi
Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo menjelaskan, salah satu
pemicu yang membuat perekonomian Indonesia pada kuartal II-2021 tumbuh
tinggi, adalah beberapa sektor ekonomi yang sudah mulai pulih. Tiga
sektor utama yang mulai pulih dan mengalami peningkatan, kata Dody
diantaranya adalah sektor industri pengolahan, perdagangan, dan
konstruksi.
Kinerja
manufaktur terus menunjukkan perbaikan, bahkan pada April 2021,
mencapai level tertinggi yakni 54,6. Geliat manufaktur disumbang oleh
industri makanan, minuman, kimia, farmasi, dan industri logam. Dari sisi
perdagangan, mulai menuju ke arah perbaikan, didorong tumbuhnya kinerja
ekspor yang bersumber dari permintaan luar negeri dan kenaikan harga
komoditas.
Permintaan
yang mulai meningkat mencerminkan pemulihan konsumsi masyarakat. Namun
Bank Indonesia akan terus memantau berbagai perkembangan secara bulan ke
bulan Kemudian pemicu lain dalam pemulihan ekonomi yakni sektor
konstruksi. Dari catatan BI, sektor ini sudah mulai bergerak lebih baik
dibandingkan tahun 2020 yang sempat tertahan akibat pandemi Covid-19.
Dengan berbagai indikator pemulihan, maka Bank Indonesia memproyeksikan
pertumbuhan ekonomi Indonesia keseluruhan tahun di kisaran 4,1% hingga
5,1%.
Selain
BI, Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani selalu memiliki ide
cemerlang untuk Indonesia jatuh dalam lubang resesi selama pandemic.
Fokus pemerintah pada tahun 2021, Sri Mulyani, akan meningkatkan hasil
yang baik pada tahun 2020 dan mempercepat pemulihan baik dari segi
pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, dan tentunya mobilitas
masyarakat yang tetap patuh protokol kesehatan. Investasi juga perlahan
pulih terutama di sisi ekspor dan impor yang juga menunjukkan pemulihan
yang sangat kuat.
Hal
lainnya menurutnya sektor pertanian menjadi kunci pemulihan ekonomi
nasional yang sempat terperosok akibat pandemi Covid-19 berkepanjangan.
Pertanian juga dinilai sumber utama PDB serta sumber ekonomi keluarga
karena mampu membuka lapangan kerja secara luas.
Bahkan
sektor pertanian meningkat sampai 3-4 persen, dan tetap positif di
tengah pandemi Covid-19 berkepanjangan. sejauh ini sektor pertanian
Indonesia mampu mendorong ketahanan dan kedaulatan pangan secara cepat
serta mampu menyiapkan ketersediaan pangan dalam menghadapi kemungkinan
adanya ancaman krisis pangan global.
Sri
Mulyani menjelaskan jika selama ini pertumbuhan ekonomi sangat baik
terutama dalam pengelolaan di sisi makro dan hasilnya pada pertumbuhan
dan terutama juga dalam pengelolaan dan pengendalian Covid-19. Pada
tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 2,07 %, masih relatif
lebih baik jika dibandingkan dengan negara anggota ASEAN serta
negara-negara G20 lainnya. Sementara defisit fiskal sebesar 6,09% dari
PDB juga masih lebih baik jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN
serta negara G20.
Di
sisi lain, sampai saat ini dengan respon pemerintah sejak tahun lalu
terutama melalui kebijakan fiskal. Sejumlah paket program pemulihan dan
mengatasi masalah Covid-19 Indonesia memiliki hasil yang relatif baik.
Kita masih ingat, pada tahun 2020 lalu sejumlah program kebijakan
ekonomi kepada masyarakat terus pemerintah berikan.
Stimulus
pertama, pemerintah memberikan bantuan dengan mengurangi beban listrik
bagi dunia usaha, yakni industri bisnis dan sosial. Pemerintah akan
meminta PLN menghilangkan biaya minimum tagihan listrik kepada industri
tersebut, seperti hotel dan restoran. Sehingga para pelaku usaha ini
hanya membayar tagihan listrik sesuai pemakaian. Untuk ini pemerintah
menyiapkan anggaran Rp 3 triliun sebagai kompensasi kepada PLN.
Kedua,
Sri Mulyani juga akan menurunkan kembali cicilan Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 25 atau korporasi, dari yang selama ini telah diberikan
diskon 30 persen menjadi 50 persen. Ketiga, bantuan program keluarga
harapan (PKH) dalam bentuk beras sebanyak 15 kg untuk 10 juta
masyarakat. Anggaran yang disiapkan pemerintah ini sebesar Rp 4,6
triliun.
Keempat,
pemerintah akan memberikan bantuan tunai Rp 500.000 bagi penerima kartu
sembako di luar PKH diberikan sekitar 10 juta masyarakat dengan total
anggaran Rp 5 triliun. Kelima, bansos produktif bagi 12 juta UMKM yang
masing-masing mendapatkan Rp 2,4 juta. Keenam, pemerintah akan
memberikan bantuan berupa tambahan gaji kepada pegawai swasta yang gaji
atau upahnya di bawah Rp 5 juta per bulan. Ini akan diberikan kepada 13
juta pegawai, dengan total anggaran Rp 31,2 triliun.
Migo Berita - Banjarmasin - PRO KONTRA Palestina Vs Zionis Israel . Banyak masyarakat Indonesia yang masih kurang memahami, apa yang menyebabkan Zionis Israel koq bisa menjajah Negara Palestina yang sudah lama menjadi tanah air mereka. Untuk memahami ini, ada baiknya yang PRO dan KONTRA secara jernih membaca artikel-artikel yang kita suguhkan hingga tuntas, sehingga tidak gagal paham. (Foto by Google Image)
PEMETAAN PENDUKUNG PALESTINA VS PENDUKUNG ISRAEL DI INDONESIA
(Ini pemetaan berdasarkan afiliasi agama ya)
PENDUKUNG PALESTINA:
1. Pendukung dari kalangan Muslim
“radikalis” (mereka ini yang suka demo dengan bawa-bawa bendera hitam
yang mereka klaim bendera “tauhid”). Mereka ini mengaku membela
Palestina didasarkan agama dan sering pakai ayat untuk mendukung narasi
mereka.
Tapi, mereka ini sebenarnya kaum gagal
paham geopolitik Timteng. Mereka mengaku mendukung Palestina, tapi
mendukung “jihad” di Suriah, padahal pemerintah Suriah adalah salah satu
pendukung perjuangan bersenjata bangsa Palestina yang terjajah.
Kaum radikalis ini tidak sadar bahwa
mereka sedang membantu Zionis. Kebencian kepada kaum Syiah [pemerintah
Suriah dituduh Syiah] membuat mereka semakin teradikalisasi, lalu
pro-terorisme (tapi mereka sebut “jihad”).
2. Pendukung dari kalangan Muslim humanis
dan moderat. Misalnya, Presiden Jokowi dan Ibu Menlu Retno, sangat jelas
berpihak pada Palestina. Mana mungkin mereka disebut “Muslim radikalis”
kan? Kelompok ini membela Palestina dikarenakan nilai dasar bangsa
Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945: menentang penjajahan
di muka bumi. Sebagian kelompok-2 ini juga melakukan aksi-aksi demo
pro-Palestina, tapi jelas tidak bergabung dengan kelompok-1.
3. Pendukung dari kalangan non-Muslim,
antara lain umat Kristiani. Ini perlu dipahami para netizen. Umat
Kristiani yang benar-benar mempelajari Kitab Suci, pasti membela
Palestina karena mereka paham bahwa ayat-ayat Kitab Suci yang sering
dipakai kelompok Kristen pro-Israel adalah ayat-ayat yang ditafsirkan
salah kaprah. Mereka paham fakta di lapangan bahwa umat Kristiani di
Palestina pun menjadi korban kejahatan Israel, biarawan/ti dipersekusi,
dan ada gereja yang dibakar/diserang. [1]
PENDUKUNG ISRAEL:
1. Pendukung dengan motif ekonomi dan politik. Mereka memanfaatkan
isu Palestina-Israel untuk kepentingan mereka sendiri, tidak didasari
agama. Misalnya, kalau hubungan diplomatik Indonesia-Israel dibuka,
mereka bisa lebih leluasa berbisnis. Mereka ini ada yang Muslim, ada
yang non-Muslim
2. Pendukung dari kalangan Kristen radikal. Banyak di antara mereka
membawa-bawa ayat Kitab Suci untuk membela Israel. Umumnya mereka adalah
kalangan Kristen Evangelis yang berjejaring dengan Amerika Serikat.
Robert Gilpin (seorang profesor Hubungan Internasional) menulis:
kebijakan luar negeri AS dipengaruhi oleh 3 kelompok, yaitu
ultranasionalis, neokonservatif, dan Kristen Evangelis. Neokon dan
Kristen Evangelis-lah yang membuat kebijakan luar negeri AS selalu
pro-Israel; AS melakukan perang-perang di Timur Tengah demi Israel.
Kelompok Kristen Evangelis, kata Gilpin, melakukan “tafsir
fundamentalis” atas Kitab Suci sebagai landasan dukungan pada Israel.
Apa itu “tafsir fundamentalis”? Yaitu, suka mencomot ayat secara
harfiah (tidak dipahami dulu konteksnya, dll). Ini persis sama seperti
para radikalis di kalangan Muslim: ada kata “bunuh” di Al Quran,
langsung dipakai, tidak peduli pada penjelasan dari para ulama terkemuka
mengenai maknanya, asbabun-nuzul, konteks, dll.
Nah, bila kaum radikal Muslim melakukan terorisme (“jihad” versi
mereka) dengan berlandaskan ayat-ayat Quran yang ditafsirkan secara
salah; kelompok radikal Kristen pun membela terorisme yang dilakukan
rezim Zionis terhadap bangsa Palestina dengan ayat-ayat Kitab Suci yang
ditafsirkan semaunya.
[Soal penafsiran Kitab Suci secara salah ini, sudah dikemukakan oleh pendukung Palestina kelompok-3]
3. Orang awam yang termakan narasi kelompok pro-Israel 1 & 2.
Literasi yang rendah membuat mereka iya-iya saja saat dicekoki narasi:
“yang pro-Palestina itu berarti pro-radikalis, lihat saja itu yang
demo-demo di jalan, bawa bendera HTI kan?” atau “Hamas itu kan IM, sama
dengan kelompok “jihad” di Suriah!” atau “Orang-orang pro-Palestina itu
cuma mau cari donasi aja, nanti donasinya diserahkan ke teroris!”
Harapan saya, semoga kelompok awam ini semakin paham situasinya.
Minimalnya, pahami peta dukungan pada Palestina, lihat ada kelompok
pro-Palestina 2 dan 3. Yang bela Palestina bukan cuma yang kelompok-1,
lho. Jangan gebyah uyah. Syukur-syukur, bisa paham bahwa yang terjadi di
Palestina itu adalah penjajahan (settler colonialism).
Video: Roger Waters dan Pink Floyd menyanyikan lagu mendukung
Palestina. Mereka ini musisi Amerika Serikat dan jelas bukan
radikalis/pro-teroris. Mereka mendukung perjuangan Palestina karena
mampu melihat bahwa bangsa Palestina jelas-jelas dalam keadaan
tertindas.
—
[1] follow FB Felix Irianto Winardi (alumni Seminari Kentungan) atau
Fransiscus Xaverius Arianto Nugroho, atau baca penjelasan Pastor Kopong:
https://cutt.ly/pb5YrJI
Membela Palestina itu bukan berarti kita
GANTI BENDERA ya! Aneh banget kalau ada yang menggeser opini seperti
ini. Seolah kalau kita bela Palestina, bendera kita ganti jadi bendera
Palestina.
Bendera orang Indonesia ya jelas tetap
merah putih. Kebijakan luar negeri kita juga jelas, pro Palestina. Masak
Presiden Jokowi dibilang ganti bendera?
Bu Menlu Retno pernah bilang, “Palestina
Ada di Jantung Politik Luar Negeri Indonesia.” Pak Jokowi pernah bilang,
“Palestina ada di setiap helaan nafas diplomasi Indonesia.”
Begitu sulitkah memahami bahwa bahwa
pembelaan kepada Palestina adalah amanah dari Bapak Bangsa kita, Bung
Karno; amanah UUD 45, “bahwa penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan..?”
Begitu mudahnya sebagian netizen termakan
propaganda yang ingin menggeser opini kemana-mana, termasuk ke urusan
bendera. Tujuan penggeseran opini ini (sadar atau tidak) adalah
melemahkan pembelaan kepada Palestina, sekaligus menggoyang kebijakan
luar negeri RI.
Kalau tidak sanggup mikir yang berat, tidakkah tersisa sedikit saja hati nurani?
Banyak yang tidak paham bahwa pembelaan kepada Palestina sebenarnya terkait dengan pembelaan pada bangsa kita sendiri.
Misalnya, pihak-pihak “moderat” yang
consern pada terorisme, apakah Anda tahu bahwa “jihad” Suriah sangat
erat kaitannya dengan Israel?
Militer Israel mengakui sendiri bahwa
mereka menyuplai dana dan senjata pada para “jihadis” Suriah. Saat
“jihadis” Suriah terluka di perbatasan, dibawa ke rumah sakit di Israel.
Bahkan dijenguk oleh Netanyahu. Tokoh-tokoh politik AS sendiri juga
sudah mengecam bantuan dana dan senjata yang diberikan pemerintah AS
kepada “jihadis”.
Mengapa
AS dan Israel yang mengaku ‘pro demokrasi’ itu malah mendukung para
teroris/”jihadis”? Lalu AS bahkan membunuh Jenderal Soleimani yang
sukses memimpin perang mengalahkan ISIS?
Jawabannya: karena Assad adalah pembela Palestina di garis depan;
artinya, dia adalah salah satu musuh terbesar Israel. Selain itu, ada
bisnis raksasa gas alam yang membuat AS dkk perlu mengontrol Suriah
(baca buku saya “Prahara Suriah”, download gratis di google).
Itulah sebabnya, ISIS (serta kelompok “jihadis”/teroris lain) tidak
pernah menyerang Israel. Bahkan Menteri Perang Israel, Moshe Ya’alon
menyatakan, “Di Suriah, jika pilihannya antara Iran dan ISIS, saya
memilih ISIS.” [1]
Kalau kalian consern pada terorisme di Indonesia, pahami benang merahnya dengan situasi Timur Tengah.
Kalau kalian consern pada masalah ekonomi dan memahami soal imperialisme ekonomi, ini juga ada kaitannya dengan Israel.
John Perkins, dalam bukunya Confessions of an Economic Hit Man
menceritakan bahwa modus operandi lembaga-lembaga keuangan AS dalam
mengeruk uang bangsa Indonesia (dan negara berkembang/miskin lain)
adalah dengan memberikan hutang raksasa kepada negara-negara berkembang.
Tulis Perkins, “Salah satu kondisi pinjaman itu –katakanlah US $
1milyar untuk negara seperti Indonesia atau Ekuador—negara ini kemudian
harus memberikan 90% dari uang pinjaman itu kepada satu atau beberapa
perusahaan AS untuk membangun infrastruktur—misalnya Halliburton atau
Bechtel. Ini adalah perusahaan yang besar. Perusahaan-perusahaan ini
kemudian akan membangun sistem listrik atau pelabuhan atau jalan tol,
dan pada dasarnya proyek seperti ini hanya melayani sejumlah kecil
keluarga-keluarga terkaya di negara-negara itu. Rakyat miskin di
negara-negara itu akan terbentur pada hutang yang luar biasa besar, yang
tidak mungkin mereka bayar.”
Lalu siapakah pemilik Halliburton atau Bechtel yang disebut Perkins?
Siapa pemilik saham Big Oil yang menguasai ladang-ladang minyak di
Indonesia? Mana saja perusahaan transnasional yang mengeruk uang
sangat-sangat banyak di Indonesia dan seluruh dunia (sebagian dengan
cara-cara kotor)? Misalnya, perusahaan multinasional air minum yang
jualan air alami, sementara rakyat di sekitar pabriknya malah
kekeringan.
Silakan cek, dan Anda akan menemukan nama-nama keluarga/dinasti
Yahudi pro-Israel atau Kristen Evangelis yang sangat kaya. Merekalah
tulang punggung ekonomi Israel. [Catat: yang dipersoalkan bukan
Yahudi-nya atau Kristen-nya, melainkan dukungan mereka pada rezim yang
melakukan kejahatan kemanusian di Palestina].
Sumbangan dana raksasa dari mereka, serta dukungan politik-militer
AS, yang membuat rezim Zionis Israel bertahan hingga hari ini, terus
melanjutkan kejahatannya di Palestina, serta tak pernah bisa diajak
bernegosiasi secara adil demi kehidupan damai di Palestina.
Gilad Atzmon pernah menulis tentang “blood money”-nya Israel dan ia
menyimpulkan, “Kita semua adalah Palestina, karena kita menghadapi musuh
yang sama”. [2]
Beberapa kali saya mendapat pertanyaan,
yang kurang lebih berbunyi, “Bukankah memang Palestina itu zaman dahulu
kala memang tanah milik kaum Yahudi? Karena itu, mereka memang berhak
untuk kembali ke Palestina dan mengambil lagi tanah mereka.”
Jawaban dari pertanyaan ini sebenarnya
sangat simple. Misalnya, bukankah bangsa yg lebih dulu hidup di
Indonesia orang2 Yunan (Cina Selatan)? Apakah boleh mereka kini datang
ke Indonesia dan mengklaim lagi tanah yang dulu pernah dihuni
nenek-buyut-moyang mereka?
Tapi, tak ada salahnya kita membaca
sejarah, untuk mengetahui apakah benar orang2 Yahudi zaman dahulu pernah
hidup di Palestina dan kemudian terusir?
Tulisan Harun Yahya di bawah ini adalah tulisan yg menurut saya paling bagus; apalagi memakai dalil2 Al Quran. Saya copy dari sini.
***********
…semua tanah Palestina, khususnya
Yerusalem, adalah suci untuk orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Muslim.
Alasannya adalah karena sebagian besar nabi-nabi Allah yang diutus untuk
memperingatkan manusia menghabiskan sebagian atau seluruh kehidupannya
di tanah ini.
Menurut studi sejarah yang didasarkan atas
penggalian arkeologi dan lembaran-lembaran kitab suci, Nabi Ibrahim,
putranya, dan sejumlah kecil manusia yang mengikutinya pertama kali
pindah ke Palestina, yang dikenal kemudian sebagai Kanaan, pada abad
kesembilan belas sebelum Masehi. Tafsir Al-Qur’an menunjukkan bahwa
Ibrahim (Abraham) AS, diperkirakan tinggal di daerah Palestina yang
dikenal saat ini sebagai Al-Khalil (Hebron), tinggal di sana bersama
Nabi Luth (Lot). Al-Qur’an menyebutkan perpindahan ini sebagai berikut:
Kami berfirman: “Hai api menjadi
dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”, mereka hendak
berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu
orang-orang yang paling merugi. Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke
sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.
(Qur’an, 21:69-71)
Daerah ini, yang digambarkan sebagai
“tanah yang telah Kami berkati,” diterangkan dalam berbagai keterangan
Al-Qur’an yang mengacu kepada tanah Palestina.
Sebelum [kedatangan] Ibrahim AS, bangsa
Kanaan ([penghuni asli tanah] Palestina) tadinya adalah penyembah
berhala. Ibrahim meyakinkan mereka untuk meninggalkan kekafirannya dan
mengakui satu Tuhan. Menurut sumber-sumber sejarah, beliau mendirikan
rumah untuk istrinya Hajar dan putranya Isma’il (Ishmael) di Mekah dan
sekitarnya, sementara istrinya yang lain Sarah, dan putra keduanya Ishaq
(Isaac) tetap di Kanaan. Seperti itu pulalah, Al-Qur’an menyebutkan
bahwa Nabi Ibrahim mendirikan rumah untuk beberapa putranya di sekitar
Baitul Haram, yang menurut penjelasan Al-Qur’an bertempat di lembah
Mekah.
Ya
Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku
di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau
(Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar
mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan,
mudah-mudahan mereka bersyukur. (Qur’an, 14:37)
Akan tetapi, putra Ishaq, [yaitu] Ya’kub (Jacob) pindah ke Mesir
selama putranya Yusuf (Joseph) diberi tugas kenegaraan. (Putra-putra
Ya’kub juga dikenang sebagai “Bani Israil.”) Setelah dibebaskannya Yusuf
dari penjara dan penunjukan dirinya sebagai kepala bendahara Mesir,
Bani Israel hidup dengan damai dan aman di Mesir.
Suatu kali, keadaan mereka berubah setelah berlalunya waktu, dan
Firaun memperlakukan mereka dengan kekejaman yang dahsyat. Allah
menjadikan Musa (Moses) nabi-Nya selama masa itu, dan memerintahkannya
untuk membawa mereka keluar dari Mesir. Ia pergi menemui Firaun,
memintanya untuk meninggalkan keyakinan kafirnya dan menyerahkan diri
kepada Allah, dan membebaskan Bani Israil yang disebut juga orang-orang
Israel. Namun Firaun seorang tiran yang kejam dan bengis. Ia memperbudak
Bani Israil, mempekerjakan mereka hingga hampir mati, dan kemudian
memerintahkan dibunuhnya anak-anak lelaki. Meneruskan kekejamannya, ia
memberi tanggapan penuh kebencian kepada Musa. Untuk mencegah
pengikut-pengikutnya, yang sebenarnya adalah tukang-tukang sihirnya dari
mempercayai Musa, ia mengancam memenggal tangan dan kakinya secara
bersilangan.
Musa AS dan kaumnya [kemudian lari] meninggalkan Mesir [dikejar-kejar
Firaun dan pasukannya], dengan pertolongan mukjizat Allah, sekitar
tahun 1250 SM. Mereka tinggal di Semenanjung Sinai dan timur Kanaan.
Dalam Al-Qur’an, Musa memerintahkan Bani Israil untuk memasuki Kanaan:
Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan
Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada
musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. (Qur’an, 5:21)
Setelah Musa AS, bangsa Israel tetap berdiam di Kanaan (Palestina).
Menurut ahli sejarah, Daud (David) menjadi raja Israel dan membangun
sebuah kerajaan berpengaruh. Selama pemerintahan putranya Sulaiman
(Solomon), batas-batas Israel diperluas dari Sungai Nil di selatan
hingga sungai Eufrat di negara Siria sekarang di utara. Ini adalah
sebuah masa gemilang bagi kerajaan Israel dalam banyak bidang, terutama
arsitektur. Di Yerusalem, Sulaiman membangun sebuah istana dan biara
yang luar biasa. Setelah wafatnya, Allah mengutus banyak lagi nabi
kepada Bani Israil meskipun dalam banyak hal mereka tidak mendengarkan
mereka dan mengkhianati Allah.
Karena kemerosotan akhlaknya, kerajaan Israel mulai memudar dan
ditempati oleh berbagai orang-orang penyembah berhala, dan bangsa
Israel, yang juga dikenal sebagai Yahudi pada saat itu, diperbudak
kembali. Ketika Palestina dikuasai oleh Kerajaaan Romawi, Nabi ‘Isa
(Jesus) AS datang dan sekali lagi mengajak Bani Israel untuk
meninggalkan kesombongannya, takhayulnya, dan pengkhianatannya, dan
hidup menurut agama Allah. Sangat sedikit orang Yahudi yang meyakininya;
sebagian besar Bani Israel mengingkarinya. Dan, seperti disebutkan
Al-Qur’an, mereka itu yang: “telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani
Israil dengan lisan Daud dan ‘Isa putera Maryam. Yang demikian itu,
disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (Al-Qur’an, 5:78).
Setelah berlalunya waktu, Allah mempertemukan orang-orang Yahudi
dengan bangsa Romawi, yang mengusir mereka semua keluar dari Palestina.
Tujuan penjelasan yang panjang lebar ini adalah untuk menunjukkan
bahwa pendapat dasar Zionis bahwa “Palestina adalah tanah Allah yang
dijanjikan untuk orang-orang Yahudi” tidaklah benar. Pokok permasalahan
ini akan dibahas secara lebih rinci dalam bab tentang Zionisme.
Zionisme menerjemahkan pandangan tentang “orang-orang terpilih” dan
“tanah terjanji” dari sudut pandang kebangsaannya. Menurut pernyataan
ini, setiap orang yang berasal dari Yahudi itu “terpilih” dan memiliki
“tanah terjanji.” Padahal, ras tidak ada nilainya dalam pandangan Allah,
karena yang penting adalah ketakwaan dan keimanan seseorang. Dalam
pandangan Allah, orang-orang terpilih adalah orang-orang yang tetap
mengikuti agama Ibrahim, tanpa memandang rasnya.
Al-Qur’an juga menekankan kenyataan ini. Allah menyatakan bahwa
warisan Ibrahim bukanlah orang-orang Yahudi yang bangga sebagai
“anak-anak Ibrahim,” melainkan orang-orang Islam yang hidup menurut
agama ini:
Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang
yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang
beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang
yang beriman. (Qur’an, 3:68)
****************
Komentar Dina:
Saat nabi Ibrahim datang ke Kanaan, sudah ada penduduk aslinya (oleh
Harun Yahya disebut sebagai bangsa Kana’an–di buku Middle East-nya
Bernard Lewis disebut suku Philistine). Artinya, bukan orang2 Yahudi yg
pertama menempati kawasan itu. (Note: Nabi Ibrahim ber- ras Yahudi, atas
dasar itulah orang-orang Yahudi mengklaim diri sebagai keturunan dan
pengikut Ibrahim; padahal seperti tertulis di QS 2:125-134, agama Nabi
Ibrahim bukanlah agama Yahudi, melainkan Islam; artinya tak ada hubungan
antara ras dan agama).
Dalam tulisan sebelumnya,
saya meng-copas sejarah Palestina yang ditulis oleh Harun Yahya.
Mungkin bermanfaat buat mereka yang ingin tahu, sebenarnya dulu itu,
milik siapakah Palestina?
Namun,
saya berpendapat, meneliti kasus Palestina-Israel harus ditarik sejak
era Imperium Utsmani. Saat itu, bangsa Palestina memiliki wakil di
parlemen Utsmani, yang menunjukkan bahwa memang ada entitas yang mendiami wilayah Palestina dan mereka telah memiliki tatanan social politik yang relative maju pada zamannya.[1]
Pada tahun 1914: Perang Dunia I dimulai dan pada bulan November tahun yang sama, Menlu Inggris,Balfour,
mengeluarkan deklarasi Balfour yang berisi dukungan Inggris bagi
terbentuknya negara bagi kaum Yahudi di Palestina. PD I berakhir tahun
1918 dengan runtuhnya Imperium Utsmani. Seiring dengan itu, gelombang
imigran Yahudi berdatangan ke Palestina secara bertahap, sehingga pada
thn 1921 populasi Yahudi di Palestina meningkat jadi 12% dengan kepemilikan tanah 3% (dari luas total tanah). [2]
Pada bulan Januari-Juni 1919, para pemenang perang melakukan konferensi untuk bagi-bagi wilayah, tapi disebut dengan “Konferensi
Damai” di Paris digelar. Dalam konferensi inilah disepakati bahwa nama
“Palestina” digunakan untuk wilayah tertentu yang sudah ditetapkan,
yaitu wilayah yang hari ini terdiri dari Israel, Palestina, dan
Yordania. Yordania diputuskan untuk menjadi negara tersendiri pada tahun 1946.
Sejak
itu pula, proses pendirian negara khusus Yahudi di atas tanah Palestina
dimulai. Pembebasan tanah (melalui pembelian atau pemaksaan pembelian),
pengusiran, pembunuhan dilakukan oleh organisasi-organisasi Yahudi
Zionis.
Pada 29 November 1947 PBBmengeluarkanResolusi
181 berisi rencana pembagian wilayah Palestina (UN Partition Plan),
yang mengalokasikan 56.5% wilayah Palestina untuk pendirian negara
Yahudi, 43% untuk negara Arab, dan Jerusalem menjadi wilayah
internasional. Tapi kelak, pada tahun 1967 –setelah terjadinya Perang 6
Hari Arab-Israel—Israel menduduki Sinai, Golan, dan seluruh wilayah
Palestina.
Untuk
menaklukkan kawasan-kawasan yang oleh Resolusi 181 dijadikan ‘jatah’
wilayah untuk Israel (faktanya, di kawasan didiami oleh orang-orang
Palestina, orang-orang Zionis melancarkan operasi militer (disebut Plan Dalet) dengan dipimpin Ben Gurion. Operasi-operasi ini dapat dilaksanakan dalam bentuk berikut ini: menghancurkan
desa-desa (dengan membakar, meledakkan, dan menanam ranjau di
reruntuhan desa itu)… atau menyisir kawasan pegunungan dan melakukan
operasi pengontrolan dengan mengikuti petunjuk ini: mengepung desa-desa
dan melakukan pencarian di dalam desa-desa itu. Bila ada perlawanan,
kekuatan bersenjata harus dilenyapkan dan penduduk desa diusir hingga
keluar dari perbatasan negara.
Tahap pertama operasi (1947-1948), pasukan Zionis mengusir 780.000 warga Palestina dari tanah mereka, tahap kedua 452.780 warga diusir, selanjutnya, 347.220 lagi diusir, dan tahap ketiga (1954) 800.000
warga Palestina diusir. Selain pengusiran, dalam operasi Plan Dalet
itu, ratusan desa dan jutaan hektar ladang dihancurkan, pembantaian
massal dilakukan di desa2 yang penduduknya menolak angkat kaki (salah
satu yang paling tragis: pembantaian massal di desa Deir Yassin). Mereka
yang lari mengungsi, hidup di tenda-tenda pengungsian di luar kawasan
‘jatah’ Israel, dan sampai kini, mereka terus hidup di sana, atau
mengungsi lagi ke tempat-tempat lain (termasuk ke luar negeri). Total
jumlah pengungsi Palestina hari ini sudah mencapai lebih dari 5 juta orang!
Tahun 1948, negara Israel diproklamasikan.
Dengan
melihat sejarah pendirian Israel, siapa yang masih bisa mengatakan bahwa
Israel adalah negara yang legal dan mereka memang berhak memiliki
Palestina?
Lalu, apa
solusinya? Bagaimana nasib orang-orang Yahudi Zionis yang sudah
beranak-cucu di Israel? Lalu, apa yang harus dilakukan dengan 5 juta
pengungsi Palestina itu? Bila mereka dikembalikan ke tanah mereka,
bukankah di sana sudah bercokol orang2 Yahudi Zionis? Apa mereka harus
diusir? Di mana jalan keluar?
Jawaban lengkapnya, silahkan dibaca di buku Ahmadinejad on Palestine… (penulis: Dina Y Sulaeman, penerbit: Pustaka IIMaN)
Maaf, bukannya mau jualan… tapi tak mungkin kan, semua isi buku saya tulis di sini? Bisa diamuk ama penerbitnya deh
[1] Dina Y. Sulaeman, Ahmadinejad on Palestine, penerbit: Pustaka IIMaN
[2] Kronologis yg lebih detil bisa dibaca di buku Ahmadinejad on Palestine
Ada akun pendukung Zionis di Indonesia;
dia orang Indonesia asli tapi fanatik membabi-buta membela Israel,
membuat video ngawur membantah pernyataan saya. Istilah untuk orang
macam ini adalah ZSM (Zionis Sawo Matang).
Saya akan jawab satu-satu ya. Pertama, si
ZSM koplak ini bilang, “Siapa bilang Palestina belum merdeka, kan
Palestina punya Presiden?”
Argumen seperti ini adalah cara ZSM
mengelabui orang-orang awam Indonesia dengan tujuan agar semakin banyak
orang Indonesia yang pro-Israel, kalau perlu, buka hubungan diplomatik
dengan Israel.
Jawaban saya begini :
(1) Status Palestina adalah “non-member
observer state” di PBB (negara-pengamat-non-anggota). ARTINYA: status
Palestina BEDA dengan negara “normal”. DI PBB, Palestina tidak punya hak
suara.
(2) Proses yang terjadi: bangsa Palestina
tahun 1988 (waktu itu diwakili PLO) mendeklarasikan “kemerdekaan
Palestina”, sebagai upaya diplomatik, diharapkan dengan cara ini, bangsa
Palestina bisa masuk ke forum-forum internasional untuk memperjuangkan
nasib mereka, bisa menjalin kerjasama dengan lebih intens dengan
negara-negara lain, dengan tujuan agar negara-negara sedunia mau
mendukung perjuangan mereka.
(3) Seiring waktu, semakin banyak negara
yang mau mengakui Palestina, tapi memang kondisinya masih terjajah,
pemerintahannya juga belum berdaulat, batas-batas wilayahnya masih belum
diakui oleh Israel. ARTINYA, syarat berdirinya negara masih belum
terpenuhi. Tapi secara diplomatik, perjuangan di PBB (termasuk Indonesia
yang sangat gigih selama ini), ada peningkatan status, yaitu
“non-member observer state” dan dalam dokumen-dokumen PBB, istilah yang
dipakai sejak 2012 adalah “State of Palestine”.
Di
antara negara yg belum mengakui “negara Palestina” adalah AS, dan
Israel. JADI WAHAI ZSM, negara junjungan kalian (Israel) saja tidak
mengakui “negara Palestina”, mengapa kalian ngotot memaksakan narasi
menipu rakyat Indonesia bahwa “Palestina sudah merdeka”??
Di video ini, https://www.facebook.com/DinaY.Sulaeman/videos/4054507291262747
terlihat seperti apa kehidupan sehari-hari di Palestina. Lihat betapa
cara berpakaian mereka sama seperti kaum muda di Indonesia; ada yang
berjilbab, ada yang tidak; pakai celana jeans dan T-Shirt. Anak-anak
muda itu sungguh sama seperti anak-anak muda di berbagai belahan dunia.
Mereka punya mimpi, punya keinginan untuk hidup tenteram.
Tapi, sewaktu-waktu rumah mereka bisa dirampas oleh orang
Yahudi-Zionis gila tak bernurani, yang ujug-ujug datang dari
negeri-negeri lain. (Perhatikan perkataan para Yahudi-Zion di video ini
untuk melihat kegilaan mereka).
Sewaktu-waktu warga Palestina bisa diusir semena-mena dari rumah
mereka, oleh para Yahudi-Zionis ini, dibantu oleh tentara Israel.
Warga Palestina ini tidak bisa melawan, tidak ada yang membela
mereka. Mau lapor siapa? Itulah buktinya bahwa “pemerintah” atau
“Presiden” Palestina sesungguhnya memang belum punya kekuasaan, belum
berdaulat. JADI: PALESTINA BELUM MERDEKA.
[Lokasi di video: kawasan Sheikh Jarrah, Jerusalem timur]
Jawaban bagian ke-2 saya gabung aja sekalian dalam podcast Serial Kajian Timur Tengah.
Buat yang ketinggalan berita.. jadi
ceritanya gini, ada akun yayasan pendukung Zionis di Indonesia; mereka
orang Indonesia asli tapi fanatik membabi-buta membela Israel, membuat
video ngawur membantah pernyataan saya. Istilah untuk orang macam ini
adalah ZSM (Zionis Sawo Matang).
Isinya propaganda dengan berbagai narasi
yang menyesatkan. Misalnya, “Palestina itu udah merdeka kok, buktinya
punya Presiden, ngapain dibela-bela mulu?” atau “Milisi Palestina,
Hamas, itu kan teroris?! Berarti kalian bela teroris dong?”
Di Serial Kajian Timur Tengah #5 ini, saya
berikan jawaban terhadap beberapa propaganda menyesatkan dari kelompok
Zionis-Indonesia itu.
Podcast ini dibuat dalam rangka Al Quds
International Day yang diperingati setiap hari Jumat terakhir di bulan
Ramaadhan. Video saya upload tanggal 7 Mei 2021 / 25 Ramadhan 1442 H,
hari Jumat.
Para ZSM akhir-akhir ini memviralkan
tulisan seseorang yang berjudul “Yerusalem Menurut Pandangan Seorang
Ilmuwan Islam dari Indonesia”. Nama orang yang konon ilmuwan ini adalah
Arifin Yahya, saya tak kenal.
Saya menulis tanggapan atas permintaan seorang saudara saya. Tanggapan singkat saja.
Begini, ada banyak versi sejarah, mengapa
ketika ada 1 versi saja yang dikemukakan, itupun via WA, entah bagaimana
validitasnya, langsung diterima mentah-mentah? Bukankah ada versi lain
(dan ini diterima luas di kalangan Muslim, Kristiani, dan Yahudi) bahwa
Israel adalah gelar untuk Nabi Ya’kub (bermakna “hamba Allah”). Bukankah
salah satu anak Nabi Yakub (yang juga terlibat dalam “penenggelaman”
Nabi Yusuf ke sumur) namanya Yahuda, yang kemudian, nama agama Yahudi
dinisbahkan kepada Yahuda?
Saat Nabi Yakub dan keluarganya pindah
dari Faddan Aram (Irak) ke Kan’an (Palestina saat ini) di wilayah itu
sudah ada penduduknya. Jadi, Bani Israel (yang bermakna keturunan
Ya’kub) bukan “pribumi” dong (kalau mau pake logika pribumi-pribumian).
Lalu, si “Ilmuwan Islam” itu bilang bahwa
perang Salib dipicu oleh didirikannya Masjidil Aqsa pada tahun 705 M.
Ini jelas koplak sekoplak-koplaknya. Perang Salib kan pertama kali
meletus tahun 1096? Pemicunya adalah perilaku tentara Seljuk yang bikin
sakit hati kaum Kristiani. Seljuk merebut beberapa kawasan milik
Kekaisaran Byzantium, termasuk wilayah strategis Anatolia.
Seljuk juga merebut Palestina dari
kekuasaan Dinasti Fathimiah (jadi ini perang antara 2 kelompok Muslim),
lalu mereka memberlakukan kebijakan ketat di Yerusalem, misalnya, hanya
orang dengan usia tertentu yang boleh ziarah ke Yerusalem dan dilakukan
pemungutan uang yang cukup besar dari peziarah. Dan yang suka ziarah ke
Yerusalem, di antaranya umat Kristiani, jadi mereka dirugikan atas
aturan ini.
[Seljuk adalah pemerintahan Muslim yang berkuasa secara de facto atas Khilafah Abbasiah pada era itu].
Perilaku Seljuk ini memunculkan resistensi
dari kaum Kristiani, dan akhirnya Paus Urbanus II memobilisasi kekuatan
Kristiani utk merebut Yerusalem.
Catat: artinya Perang Salib ini Kristiani vs Islam (ga nyambung jika diseret ke isu Palestina-Israel)
**
Tentu akan muncul bantahan atas yang saya tulis ini. Artinya: ADA PERBEDAAN PENDAPAT DI ANTARA SEJARAWAN, ya kan?
Nah, ketika ada perdebatan versi sejarah, apa yang harus dilakukan? Tentu saja diskusi, debat, dialog, kajian akademis, dst.
Tapi apa yang dilakukan Yahudi Zionis di atas perbedaan versi sejarah
ini? Kaum Zionis MEMBUNUH, MERAMPAS TANAH, MENJAJAH Palestina, atas
klaim sejarah versi mereka sendiri. Mereka mengabaikan sejarah versi
sejarawan lain, termasuk sejarawan Yahudi sendiri.
Selain itu, menghukumi (melakukan tindakan hukum) atas sesuatu di
ZAMAN NOW dengan dasar sejarah yang terjadi sebelumnya, adalah cara
pikir yang KACAU/Falasi. Apa Anda mau menerima logika dosa turunan?
Karena konon yang nulis ilmuwan Muslim, saya tanya, apa dia pernah
baca Quran ya? Di QS 2:141 Allah berfirman: “Itu adalah umat yang telah
lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan;
dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah
mereka kerjakan.”
Seandainya dulu benar Jalut adalah orang Palestina yang jahat ke umat
Yahudi, apakah orang-orang Arab Palestina yang hidup saat ini yang
harus menanggung dosanya dan boleh dibantai oleh Yahudi-Israel? Lalu,
bagaimana dengan catatan sejarah tentang kejahatan umat Yahudi zaman
dulu? Sudah tahu kan, yang membunuh Isa Al Masih (Yesus) adalah orang
Yahudi?
Logika falasi yang sama: penjajah Belanda dulu jahat sama orang
Indonesia, apa dibenarkan bila di zaman NOW, kita serbu Belanda dan kita
bunuh-bunuhin orang Belanda?
CARA Berpikir yang benar: LIHAT ZAMAN NOW, apa yang terjadi? Fakta
riilnya, telah terjadi migrasi besar-besaran orang Yahudi dari Eropa ke
Palestina pasca PD I, dengan dibiayai para pengusaha kaya Yahudi zaman
old, dan dilindungi secara militer oleh Inggris yang saat itu menjajah
Palestina. Lalu tahun 1947 dengan secara sepihak PBB membagi dua wilayah
Palestina, 56% diberikan kepada Yahudi pendatang itu untuk didirikan
negara Israel.
Lalu yang terjadi adalah pengusiran dan pembunuhan, (bahkan sejarawan
Israel sendiri, Ilan Pappe, menyebutnya ethnic cleansing) terhadap
warga yang menempati wilayah yang 56%. Kejahatan Yahudi-Israel masih
terus berlanjut sampai NOW, perampasan tanah dan pembunuhan terus mereka
lakukan.
Mudah-mudahan bisa dipahami ya. Pesan saya, jangan mudah goyah baca
tulisan ZSM yang memang ahli mengacau pikiran orang dengan teknik
framing dan menghilangkan (bahkan memalsukan) sebagian data.
—
Foto: Muslim dan Kristiani Palestina dalam perayaan Natal di Ramalah, 2015 (sumber: thearabweekly.com)
ZSM (istilah untuk orang Indonesia pembela
Israel) punya satu hobi khusus: playing victim, memposisikan kaum
Yahudi sebagai korban. Kecaman terhadap Israel dia samakan dengan
‘kebencian kepada Yahudi’. Seorang tokoh ZSM keliling ke seluruh
Indonesia bikin acara nobar film bertema toleransi pada Yahudi.
Toleransi antarumat beragama itu bagus, sangat bagus. Jangan lupa bahwa
Rasulullah Muhammad bahkan sudah mengajarkannya ribuan tahun yang lalu:
beliau menyuapi seorang Yahudi buta yang setiap hari mencaci-makinya.
Tapi, bila toleransi dipromosikan oleh
seorang PEMBELA Israel, alarm kritis kita harus disetel. Karena, inilah
falasi (kesalahan logika) yang sedang ditularkan oleh para ZSM: toleran
pada Yahudi = toleran pada Israel.
Adakah manusia berhati nurani yang menolerir penjajahan dan penindasan?
Coba saja ditanyakan pada ZSM ini: mengapa
Israel merampas tanah-rumah warga Palestina, bahkan sampai hari ini,
perampasan terus berlanjut?
Jawabnya: *?*8&#$ [saking ruwet jawabannya, melantur ke sana-sini, bawa Alkitab, bahkan bawa Nabi Musa]
Ada ZSM yang mempertanyakan, mengapa Israel selalu disalahkan dalam berbagai konflik di Timteng?
Mungkin dia perlu membaca jurnal-jurnal
ilmiah, yang ditulis oleh orang AS sendiri, atau dokumen CIA yang sudah
declassified, bahwa segala perang yang dilakukan AS di Timteng adalah
DEMI MENJAGA KEPENTINGAN ISRAEL.
Doktrin kebijakan luar negeri AS adalah:
kepentingan nasional AS SAMA DENGAN kepentingan nasional Israel. Kalimat
ini selalu diulang-ulang setiap kandidat presiden AS saat berpidato di
depan organisasi-organisasi lobby Yahudi.
Jadi, ini bukan teori konspirasi ya. Ini bahasan yang sangat akademis dan ilmiah.
Penstudi HI pasti kenal dengan nama Robert
Gilpin. Silahkan download artikel jurnalnya yang dimuat di jurnal
bergengsi, International Relations. Judulnya: “War is Too Important to
Be Left to Ideological Amateurs” [perang terlalu penting untuk dibiarkan
ada di tangan amatir ideologis].
Gilpin
menulis, keputusan pemerintah AS untuk mengobarkan Perang Irak adalah
karena dorongan dari 3 kelompok: ultra-nationalis, neo-konservatif, dan
Kristen-Evangelis.
Kelompok pertama, motivasinya adalah demi minyak dan
dominasi global AS; kelompok kedua motivasinya adalah: restrukturisasi
radikal atas relasi geopolitik di kawasan dengan tujuan untuk
menciptakan KEAMANAN JANGKA PANJANG BAGI ISRAEL.
Terkait kelompok ketiga, baru-baru ini ada anggota Komnas HAM yang
terang-terangan menulis bahwa bintang Daud (simbol bendera Israel)
adalah ‘simbol tauhid umat Kristen’.
Nah terkait ajaran Kristiani, coba dibaca-baca tulisan di Fanpage
Felix Irianto Winardi (beliau alumni Seminari, jadi sangat paham soal
Alkitab). Beliau menjelaskan bahwa memang ada ‘mazhab’ dalam umat
Kristiani yang menyalahgunakan ayat-ayat Alkitab untuk menjustifikasi
Israel.
Jadi, perlu digarisbawahi: kita tidak boleh menyamaratakan seluruh
umat Kristiani sebagai pendukung Israel. Kita pun perlu mengakui bahwa
banyak juga orang Yahudi yang anti-Israel (saya pernah menulis beberapa
kali tentang orang-orang Yahudi, tinggal di Israel, tapi justru berjuang
membela Palestina).
Nah, balik ke tulisan Gilpin; antara lain dia menulis, “Sementara
itu, kelompok neo-konservatif, baik yang berada di dalam pemerintahan
atau individu di luar, seperti Paul Wolfowitz, Richard Perle, dan Daniel
Pipes, sangat mementingkan keamanan Israel. Mereka meyakini bahwa
menghilangkan ‘ancaman Irak’ terkait dengan keamanan bagi Israel
(Gilpin, 2005: 15).
Dua profesor HI, Mearsheimer dan Walt, pernah menulis paper “The
Israel Lobby and U.S. Foreign Policy” yang juga menyebutkan hal senada:
kelompok lobby Yahudi Zionis AS telah berhasil menggeser arah kebijakan
luar negeri AS; bukan lagi demi kepentingan warga AS tapi demi
kepentingan Israel. Jadi, AS perang di sana-sini adalah demi Israel.
Nah, dari keterangan singkat ini, semoga jelas ya, bagaimana keterkaitan AS-Israel dan berbagai konflik di Timteng?
Oiya, setiap Jumat terakhir di bulan Ramadhan, setiap tahun, ada aksi
demo digelar di seluruh dunia: demo membela Palestina (Demo Yaumul
Quds). Di Indonesia, dilaksanakan tanggal 8 Juni 2018 jam 14, di depan
Kedubes AS.
Mengapa Kedubes AS yang didemo? Sudah tahu sekarang jawabannya, ya?
Lalu mengapa sih kita harus bela Palestina? Pertama, karena ini
amanah UUD kita dan ini kebijakan luar negeri Indonesia. (Jadi, ZSM yang
memprotes kebijakan luar negeri Indonesia, bahkan menyebut pernyataan
Menlu yang mengecam tindakan brutal Israel sebagai bentuk dukungan pada
teroris, perlu dipertanyakan, dia lebih setia pada Indonesiakah, atau
pada Israel?)
Kedua, karena “Palestina adalah kita” (baca penjelasannya besok ya, di fanpage ini).
Master Deddy Corbuzier itu orang sangat
cerdas dan berkarakter kuat, makanya bisa sampai di posisinya hari ini.
Beliau sama sekali bukan youtuber alay. Bintang tamu yang beliau pilih
pastilah sudah diteliti dulu rekam jejaknya.
Jadi lucu banget kalau para pengepul dan
fansnya histeris banget di kolom komen, menyebut “salah undang narsum”.
Bahkan sekarang video diskusi saya dan Master Deddy di IG sudah dihapus
(oleh pihak IG, tentu karena banyak yang report). Gaes, kalian itu
benar-benar meremehkan profesionalitas Master Deddy dan timnya.
Bahkan ada emak-emak histeris yang menulis
surat untuk Master Deddy, membantah saya dengan cara sangat rendah dan
murahan. Sama sekali tidak ada argumen intelektual. Dan saat dicek rekam
jejak emak-emak histeris ini, ternyata dia punya lembaga pengepul
donasi. Oalaa.. pantesan histeris.
Lihat screen shot iklan lembaga donasi si
emak ini di komen dan mari kita analisis dengan cara intelek. Bukan
dengan cara histeris dan main fitnah.
Disebutkan di iklan donasi itu: “ada 10 sekolah yang ditarget (dibom/diserang) oleh rezim Bashar Assad setiap hari.”
Saya kasih tahu ya, di PBB itu ada skema
“humanitarian intervention.” Kalau ada bukti otentik terbukti kejahatan
kemanusiaan di Suriah, Dewan Keamanan PBB bisa memberi mandat kepada
NATO untuk menyerbu.
Mungkin ada yang bilang: ya kan PBB juga
tebang pilih? Nah, yang ngerti geopol, pasti ngerti kalau sejak puluhan
tahun yll, AS sudah gemes banget ingin menggulingkan Assad. Dulu, AS
membacking pemberontakan Ikhwanul Muslimin di era Hafez Assad. Sekarang,
di era Bashar Assad, AS juga mendukung operasi penggulingan rezim yang
dilakukan “pemberontak moderat” (ini istilah yang dipakai media Barat
untuk FSA, Jaish Al Islam, HTS, dll itu). Para pengepul menyebut mereka
“mujahidin”.
Jadi,
kalau benar ada bukti valid, AS akan terdepan menggalang Sidang DK,
memaksakan agar ada humanitarian intervention. Tapi selama ini ga bisa,
bukti yang disodorkan selalu saja ketahuan “bermasalah”, dengan gampang
diveto oleh China dan Rusia.
Kalau bukti sudah sangat otentik, China dan Rusia juga ga mau
mengorbankan national interest mereka. [kalimat ini berbasis teori,
tidak asal ditulis; sepertinya sulit dipahami oleh mereka yang cuma bisa
histeris “syiah-syiah”].
Satelit AS itu bisa memantau semua pergerakan di Suriah. Kalau benar
Assad tiap hari membombardir 10 sekolah, AS akan terdepan mengabarkan
pada dunia. Rusia juga punya satelit semacam itu. Makanya, setelah Rusia
setuju membantu Suriah pada 2015, dengan segera Rusia bisa mengeluarkan
foto satelit, merekam pergerakan truk-truk minyak yang dicolong ISIS,
masuk ke Turki.
(Pertanyaannya: AS pasti juga punya foto satelit yang sama, mengapa
tidak dirilis? Bukankah AS mengaku datang ke Suriah melawan ISIS? Mereka
yang paham geopol Timteng pasti sudah tahu jawabannya apa.)
Selama ini, saking sulitnya mendapatkan bukti “kejahatan” pemerintah
Suriah, yang bisa jadi syarat untuk keluarnya mandat PBB ke NATO, Barat
pun membikin-bikin bukti.
Misalnya, lewat Amnesty Internasional. Sejak awal konflik, yaitu
sejak awal munculnya demo-demo massa di Daraa, AI dengan cepat merilis
laporan berjudul “Deadly detention: Deaths in custody amid popular
protest in Syria”.
Laporan itu dirilis Agustus 2011, padahal demo pertama di Daraa
terjadi Maret 2011. Artinya dalam waktu 5 bulan, AI sudah membuat
laporan dengan kesimpulan: pemerintah Suriah melakukan kejahatan
kemanusiaan (crimes against humanity) dan menyerukan dunia internasional
mengambil tindakan menghukum pemerintah Suriah.
Namun pertanyaannya, bagaimana mungkin hanya dalam lima bulan, AI
bisa membuat laporan itu? Bila pemerintah Suriah dituduh melakukan
‘serangan secara luas dan sistematis’, artinya, kawasan yang harus
diteliti juga sangat luas dan menggunakan metode penelitian yang benar,
antara lain melewati prosedur desain penelitian, persiapan, pelaksanaan
penelitian, pengolahan data, interpretasi data, penulisan, dan
pengecekan keakuratan penulisan.
Kenyataannya, sebagaimana dicantumkan dalam “aksi cepat lapor” itu,
peneliti AI melakukan wawancara kepada orang-orang Suriah yang sudah
mengungsi ke Lebanon dan Turki, dan berkomunikasi dengan email dan
telepon dengan warga di Suriah, yang disebut sebagai “keluarga korban,
aktivis HAM, dokter, dan tahanan yang baru dibebaskan”. Narasumber
lainnya adalah aktivis HAM yang tinggal di luar Suriah.
Lebih parah lagi, di halaman 5, AI mengaku sendiri kok, “Amnesty
International has not been able to conduct first-hand research on the
ground in Syria during 2011” [AI tidak bisa melakukan penelitian
langsung lapangan di Suriah selama 2011]. Artinya: TIDAK ADA SUMBER
PRIMER.
Orang yang paham penelitian, pasti paham apa maksud tidak ada sumber
primer, tidak ada corroboration, dan tidak ada cross-checking. Untungnya
di PBB banyak orang pintar, jadi mereka punya kapabilitas untuk
meneliti sebuah laporan.
Ok segini dulu. Saya cuma mau kasih lihat, gini lho cara intelek membantah orang.
Pesan saya: monggo kalian menggalang donasi, tapi JANGAN BOHONG demi
mengumbar kemarahan publik (supaya mau merogoh kocek). Karena, dampaknya
ngefek banget, banyak orang yang jadi teradikalisasi karena info
bohong, lalu lama-lama sangat mungkin jadi teroris. Kalau kalian benar
cinta kemanusiaan, carilah donasi dengan cara manusiawi juga.
——–
Note: Master Deddy TIDAK berkomentar apapun ke saya soal surat si
emak ini. Jadi yang saya tulis ini murni pendapat pribadi, tidak ada
koordinasi dengan Master Deddy.
Yuk ikuti ajakan Master Deddy di podcast terbarunya, agar kita semua
berani bicara melawan orang-orang yang menyebar kebencian, yang suka
mengkafir-kafirkan, demi menjaga keutuhan bangsa ini.
Ketika ZSM Sewot Saat Video Kebrutalan Tentara Israel Diupload
Sekarang ini era medsos dan smartphone.
Semua kejadian di Palestina (baik itu Jerusalem, Gaza, maupun Tepi
Barat), sangat mudah kita akses, kalau mau. Orang-orang di sana langsung
merekam apapun kejadian yang mereka alami, lalu upload di medsos. Al
Aqsa sudah memanas beberapa pekan terakhir ini. Tentara Israel di
Jerusalem timur menggila, menyerang orang-orang Palestina di sana. Bisa
Anda ikuti update hariannya di beberapa fanpage Palestina, misalnya Eye On Palestine atau Quds News Network.
Orang-orang yang mengikuti setiap hari,
tidak “kaget” lagi lihat video-video kebrutalan tentara Israel. Saya
memang belum pernah posting videonya di fanpage. Soalnya, waktu saya
terbatas, banyak yang harus ditulis. Tidak semua hal sempat saya tulis.
Lucunya, ketika hari ini saya share salah
satu videonya, kok banyak yang “kepanasan” dan protes. Ada yang bilang
“kok share video aja ga pake penjelasan?” Padahal sudah ada
penjelasannya: kejadian tadi malam, orang sedang sholat tarawih diserang
sama tentara Israel. Kalau mau juga bisa google, sudah masuk media.
Atau ada yang nanya-nanya untuk mencoba “menjustifikasi” kejadian itu.
Saya pikir, ini menunjukkan bahwa sesungguhnya mereka malu juga lihat
negara junjungannya ketahuan berbuat brutal lalu mau cari-cari kesalahan
korban (blaming the victim).
Lagi pula, siapa kalian, nyuruh saya bikin
analisis panjang lebar setiap upload? Saya nulis bertahun-tahun soal
Palestina pun kalian ga mau baca kan? (Kalian = ZSM).
Yang dimaksud “tindakan tidak manusiawi” antara lain
adalah penangkapan sewenang-wenang dan pemenjaraan ilegal, membagi
populasi menurut garis ras dengan membuat lokasi terpisah untuk ras
tertentu, pemindahan paksa, perampasan tanah, menolak hak untuk “pergi
dan kembali ke negara mereka”, dan menolak hak kewarganegaraan atas ras
tertentu.
Semua tindakan itu, bahkan lebih dari itu, telah dilakukan oleh Israel
sejak masa berdirinya rezim ini di tahun 1948. Pada tahun 1947, PBB
merilis resolusi 181 yang membagi dua wilayah Palestina: 45% untuk
didirikan negara Arab-Palestina dan 55% untuk didirikan negara
Yahudi-Zionis. Sejak saat itu pun, bangsa Palestina telah mengalami
pengusiran, perampasan tanah dan rumah, dan bahkan pembantaian massal.
Sebagian warga Arab-Palestina masih bertahan di wilayah 55% yang menjadi “jatah” Yahudi-Zionis dan menjadi warga negara Israel. Data tahun 2020, ada 1,9 juta warga Arab-Palestina yang menjadi warga negara Israel.
Mereka
menjadi warga “kelas dua” dan mengalami berbagai diskriminasi yang
masuk kategori ‘apartheid’. Antara lain, banyak dari mereka mengalami
penggusuran semena-mena oleh pemerintah Israel. Warga Arab tidak bisa bebas memilih tempat tinggal dan terpaksa tinggal di permukiman khusus Arab.
Di rumah sakit, sekolah, dan fasilitas publik, mereka
juga mengalami diskriminasi. Orang Arab mendapatkan pelayanan kesehatan
yang minim, berbeda dengan pelayanan yang diterima warga Yahudi.
Kesempatan kerja pun sangat minim.
Tak heran bila
tingkat kemiskinan di kalangan warga Arab sangat tinggi. Bahkan, untuk
menikah pun, mereka tidak ada kebebasan. Mereka dilarang menikah dengan
sesama Palestina yang menjadi warga Tepi Barat atau Gaza; juga tidak
bisa menikah dengan warga negara “musuh Israel” seperti Suriah, Iran, Irak, Lebanon.
Sementara
itu, sebagian warga Arab-Palestina yang terusir dari wilayah 55%
tersebut, menjadi pengungsi di Tepi Barat, Gaza, atau di kamp-kamp
pengungsian di negara-negara sekitar (Yordania, Suriah, dan Lebanon).
Mulai tahun 1967, Israel menduduki Tepi Barat, sehingga kawasan itu disebut sebagai “Palestina yang diduduki” (occupied Palestine).
Pasca
Perundingan Oslo 1993 dan 1995, 18% wilayah Tepi Barat diserahkan
pengelolaannya kepada Otoritas Palestina, namun sisanya, militer Israel masih berkuasa. Israel
juga terus mendatangkan orang-orang Yahudi dari berbagai penjuru dunia
ke Tepi Barat dan membangun permukiman khusus Yahudi di sana.
Di kawasan ini, Israel juga memberlakukan sistem apartheid. Warga Yahudi-Israel
dibiarkan (bahkan dilindungi oleh tentara) untuk merampas tanah dan
rumah milik warga Palestina. Di atas tanah rampasan itu, didirikan
permukiman khusus Yahudi. Jalanan, fasilitas air, listrik, dan berbagai
infrastruktur lainnya dibangun khusus untuk warga Yahudi, yang tidak
boleh digunakan oleh warga Palestina. Di Tepi Barat, tentara Israel juga melakukan penangkapan semena-mena, menahan tanpa proses pengadilan, dan menembaki warga Palestina.
Semua itu sebenarnya sudah diketahui dan dikemukakan oleh para pengamat
Timur Tengah, komisi PBB, aktivis kemanusiaan, bahkan diplomat.
Pemerintah Indonesia juga secara tegas, berkali-kali, mengecam
pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat karena mengorbankan hak-hak
bangsa Palestina.
Meskipun baru kini, di bulan April 2021, Human Right Watch merilis
laporannya yang mengkonfirmasi adanya apartheid dan persekusi
(penganiayaan) yang dilakukan oleh Israel, laporan perlu ditanggapi dengan serius.
Laporan Human Right Watch ini seharusnya dijadikan momentum oleh
komunitas internasional, termasuk Indonesia, untuk memberikan tekanan
yang jauh lebih serius kepada Israel, sebagaimana dulu komunitas internasional kompak memberikan tekanan kepada rezim apartheidAfrika Selatan, sampai akhirnya rezim tersebut tumbang.***
PBB Dinilai Mandul Sikapi Konflik Israel-Palestina
FIXINDONESIA.COM - Pengamat
sekaligus Dosen Prodi Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran
Dina Yulianti mengatakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dinilai mandul dalam menyikapi konflik antara Israel dan Palestina.
"Dewan Keamanan
seolah mandul. Bahkan untuk mengadakan sidang saja sangat bergantung
pada kemauan Amerika Serikat (AS)," ujar Dina saat dihubungi
FIXINDONESIA.COM, Rabu 19 Mei 2021.
Menurutnya, Dewan Keamanan PBB sebenarnya memiliki kekuatan untuk bertindak.
"Kalau kita lihat apa yang terjadi di Libya, hanya
1-2 bulan setelah sekelompok masyarakat Libya mengaku mengalami
pembantaian massal oleh Qaddafi, Dewan Keamanan PBB memberikan mandat kepada NATO untuk mengambil tindakan. Segera NATO menyerbu Libya dan Qaddafi tumbang," tuturnya.
Akan tetapi, lanjut Dina, keberpihakan AS terhadap Israel menjadi penyebab PBB belum mengambil tindakan.
"AS tidak mau sidang, ya tidak bisa dilakukan sidangnya," katanya.
Dina juga menjelaskan, bahwa sampai saat ini Dewan Keamanan PBB belum mengeluarkan pernyataan kecaman apapun terkait kekerasan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina itu.
"Sampai sekarang belum ada sekadar pernyataan kecaman pun dari Dewan Keamanan," imbuhnya.
Seperti diketahui, konflik terbaru Israel
dan Palestina ini berawal dari pengusiran warga Palestina di Sheikh
Jarrah, Jerusalem timur, tidak jauh dari Masjid Al Aqsa yang dilakukan
oleh Israel.
Namun kali ini, warga Palestine kompak melawan dengan melakukan
aksi-aksi demo dan menggalang dukungan dari publik internasional melalui
media sosial.
Sebaliknya, Israel menghadapi aksi-aksi demo ini dengan sangat represif, melakukan penangkapan-penangkapan masif kepada warga Palestina yang berdemo, bahkan juga dengan melakukan penyerbuan ke masjid Al Aqsa di bulan Ramadhan.***
Profesor Gaza University Ungkap Awal Mula Konflik Terbaru Israel-Palestina
FIXINDONESIA.COM - Profesor dari
Center of Sustainable Development Gaza University, Dr. Wesam Al Madhoun
mengungkap awal mula konflik terbaru yang terjadi antara Israel dan Palestina dalam webinar internasional yang dilaksanakan pada Kamis 20 Mei 2021.
Dalam
webinar yang diikuti oleh 100 peserta di tiga negara yakni Indonesia,
Malaysia, dan Bruneri Darussalam, Wesam mengatakan, konflik terbaru Israel-Palestina berawal dari datangnya penduduk Yahudi yang dikawal oleh Polisi di Sheikh Jarrah dan mengusir 28 keluarga Palestina yang telah menetap lama di sana.
Selain itu, dosen Gaza University itu juga mengungkap bahwa terdapat beberapa bukti yang menunjukkan Israel telah meracuni air dan tanah di Palestina menggunakan larutan kimia.
Akibatnya, kata Wesam, hal tersebut menimbulkan masalah kesehatan, khususnya bagi para wanita dan anak-anak.
Menanggapi masalah-masalah tersebut, kelompok perlawanan Palestina meluncurkan serangan roket menuju wilayah Israel.
Kemudian, dibalas kembali dengan serangan udara Israel kepada penduduk sipil dan merusak infrastruktur yang ada di Palestina.
Dalam kesempatan yang sama, Peneliti dari Center for Peace, Conflict
& Democracy (CPCD) Universitas Hassanudin, Agussalim Burhanuddin
mengutuk keras aksi serangan Israel yang dilakukan terhadap Palestina.
"Diplomat Indonesia dan malaysia berusaha keras mempengaruhi negara
anggota Dewan Keamanan PBB utk mengeluarkan resolusi menghentikan
serangan militer Israel, namun rancangan resolusi terebut kemudian diveto oleh Amerika Serikat," tuturnya.***(Ukhwani Ramdhani/FIXMAKASSAR.COM)
Senjatai Hamas, Pemerintah Iran Sebut Gencatan Senjata Bentuk Kemenangan Bersejarah
FIXINDONESIA.COM -Iran mengatakan bahwa Palestina telah memenangkan "kemenangan bersejarah" atas Israel, setelah konflik Gaza selama 11 hari menunjukkan kekuatan persenjataan Palestina.
Iran, yang tidak mengakui Israel, mendukung dan mempersenjatai militan Islam Hamas. Sementara itu, Otoritas Palestina Presiden Mahmoud Abbas mengontrol daerah-daerah berpenduduk Palestina di Tepi Barat yang diduduki.
Seperti diketahui, Hamas dan kelompok Jihad Islam menembakkan ratusan roket ke Israel sebelum gencatan senjata hari Jumat 21 Mei kemarin. Tembakan ini menewaskan belasan warga sipil.
"Selamat kepada saudara perempuan & saudara
Palestina kami atas kemenangan bersejarah. Perlawanan Anda memaksa
penyerang mundur," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh tweeted.
Pengawal Revolusi Iran mengatakan dalam sebuah pernyataan, berikut ini:
"Intifada
(pemberontakan Palestina) telah berubah dari menggunakan batu menjadi
rudal yang kuat dan tepat. Dan di masa depan Zionis (Israel) dapat berharap untuk menanggung pukulan mematikan dari dalam wilayah pendudukan. "
Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mengatakan setahun yang lalu
bahwa Teheran telah mengubah keseimbangan kekuatan militer antara Israel dan Palestina.
Iran pada hari Jumat menampilkan drone tempur buatan Iran yang dikatakan memiliki jangkauan 2.000 km (1.250 mil), menamakannya "Gaza" untuk menghormati perjuangan Palestina melawan Israel.***
Sepakati Gencatan Senjata, Tapi Pihak HAMAS Ungkap Hal Ini
FIXINDONESIA.COM - Seorang pejabat Hamas mengatakan bahwa Israel harus mengakhiri pelanggarannya di Yerusalem dan mengatasi kerusakan akibat pemboman Gaza menyusul gencatan senjata yang dimulai pada hari ini Jumat, 21 Mei 201.
Bahkan HAMAS memperingatkan Israel bahwa mereka masih "memegang pelatuk".
"Memang benar pertempuran berakhir hari ini tetapi (Perdana Menteri Israel
Benjamin) Netanyahu dan seluruh dunia harus tahu bahwa tangan kami
berada di pemicunya dan kami akan terus mengembangkan kemampuan
perlawanan ini," kata anggota biro politik HAMAS Ezzat El-Reshiq.
Dia mengatakan bahwa pihaknya menuntut untuk melindungi masjid Al-Aqsa di Yerusalem dan mengakhiri penggusuran beberapa warga Palestina dari rumah mereka di Yerusalem Timur.
Pemboman
udara di Gaza yang berpenduduk padat ini telah menewaskan 232 warga
Palestina dan serangan roket telah menewaskan 12 orang di Israel selama konflik 11 hari itu.
"Apa yang terjadi setelah pertempuran 'Pedang Yerusalem' tidak seperti yang terjadi sebelumnya karena rakyat Palestina
mendukung perlawanan dan tahu bahwa perlawanan itulah yang akan
membebaskan tanah mereka dan melindungi tempat-tempat suci mereka," kata
Reshiq.
Diberitakan sebelumnya, Hamas mulai menembakkan roket pada 10 Mei 2021 sebagai pembalasan atas apa yang disebut pelanggaran hak Israel terhadap warga Palestina di Yerusalem termasuk selama konfrontasi polisi di masjid Al-Aqsa selama bulan suci Ramadhan.
Hamas, yang memerintah Gaza, dianggap sebagai kelompok teroris di Barat dan oleh Israel, yang menolak untuk mengakuinya.***
Terungkap! Negara Ini yang Berjasa dalam Genjatan Senjata Israel-Palestina
FIXINDONESIA.COM -Israel dan Palestina menyetujui gencatan senjata yang dimulai hari ini, Jumat 21 Mei 2021. Kesepakatan itu dimediasi oleh pihak Mesir.
Kendati kedua belah pihak sudah menyetujui gencatan senjata, Hamas memperingatkan Israel bahwa pihaknya masih memiliki "tangan di pelatuk " dan menuntut Israel mengakhiri kekerasan di Yerusalem dan mengatasi kerusakan di Jalur Gaza setelah pertempuran terburuk dalam beberapa tahun.
Warga Palestina, banyak dari mereka telah menghabiskan 11 hari dalam ketakutan lantaran Israel melakukan serangan di jalan-jalan Gaza.
Mobil-mobil yang mengemudi di sekitar Sheikh Jarrah Yerusalem Timur saat fajar mengibarkan bendera Palestina dan membunyikan klakson, menggemakan adegan perayaan di Gaza.
Dalam
hitungan mundur untuk gencatan senjata pukul 2 pagi (2300 GMT Kamis,
Kamis 20 Mei 2021), serangan roket Palestina terus berlanjut dan Israel melakukan setidaknya satu serangan udara.
Masing-masing pihak mengatakan siap membalas setiap pelanggaran gencatan senjata oleh pihak lain. Kairo mengatakan akan mengirim dua delegasi untuk memantau gencatan senjata.
Seperti diketahui, kekerasan meletus pada 10 Mei 2021. Hal itu dipicu oleh kemarahan warga Palestina
atas apa yang mereka lihat sebagai pembatasan hak-hak mereka di
Yerusalem, termasuk selama konfrontasi polisi dengan pengunjuk rasa di
masjid Al-Aqsa selama bulan puasa Ramadhan.Seperti diketahui, kekerasan meletus pada 10 Mei 2021. Hal itu dipicu oleh kemarahan warga Palestina
atas apa yang mereka lihat sebagai pembatasan hak-hak mereka di
Yerusalem, termasuk selama konfrontasi polisi dengan pengunjuk rasa di
masjid Al-Aqsa selama bulan puasa Ramadhan.
Pertempuran itu membuat banyak warga Palestina
di Gaza tidak bisa menandai festival Idul Fitri pada akhir Ramadan.
Pada hari Jumat, di seluruh Gaza, makan Idul Fitri yang ditunda diadakan
sebagai gantinya.
Sementara di pihak Israel, stasiun radio yang membawa berita dan komentar sepanjang waktu beralih kembali ke musik pop dan lagu daerah.***
Dalam sebuah diskusi publik di Bandung
tentang Palestina (14/12), ada yang bertanya, “Apa kemungkinan akan
terjadi selanjutnya? Apakah akan ada perang?”
Waktu itu, Trump baru saja mengumumkan
pengakuan AS atas Jerusalem sebagai ibu kota Israel dan kecaman dari
masyarakat dunia sangat kuat, termasuk dari Presiden Indonesia, Joko
Widodo.
Jawaban saya, kurang lebih, “Para pejuang
Palestina di Gaza sudah menyatakan siap berperang; Iran dan Hizbullah
sudah menyatakan siap sepenuhnya mendukung. Tapi apakah akan terjadi
perang? Prediksi saya, TIDAK. Israel SANGAT TAKUT berperang all out
seperti itu. Anda pernah lihat kan, di medsos sering tersebar foto-foto
tentara Israel yang sedang menangis? Saya perkirakan akan ada upaya
diplomatik tertentu, untuk menganulir masalah ini, entah apa, tapi yang
jelas, perang tidak akan terjadi dalam waktu dekat.”
[Intermezzo sebentar. Dalam Sidang Umum
PBB, hanya 8 negara (termasuk Israel) yang setuju dengan langkah Trump.
Ada 8 negara + 1 AS, jadi total 9 negara yang berada di kubu AS.
Lucunya, banyak ZSM menyebar tulisan: ada 10 negara yang mendukung, dan
itu konon sesuai dengan ayat Alkitab yang menyebutkan bahwa pendukung
Israel hanya 10 orang. Ternyata ZSM yang terlihat (sok) intelek itu hobi
cocoklogi ayat juga yah, apesnya, salah data pulak.]
Ternyata perkiraan saya benar. Ada SESUATU
yang terjadi, yang dalam sekejap mengalihkan perhatian dunia dari
Palestina. Apa itu? Kerusuhan di Iran. Jleb. Langsung pemberitaan media
dunia memblow up kejadian ini secara masif.
Para ZSM pun yang biasanya setia pada
Israel, mendadak jadi ‘Persian Spring expert’ semua. Ajib kan, kok bisa
orang-orang rasis kelas dewa (menganggap Israel berhak membunuh dan
mengusir orang Palestina, demi ‘tanah yang dijanjikan Tuhan’ untuk kaum
Yahudi) tiba-tiba cinta rakyat Iran (yang mayoritas muslim Syiah) dan
giat menyuarakan ‘aspirasi’ mereka. Eh, ada yang bawa-bawa Alkitab juga
lho, untuk menjustifikasi keanehan ini.
[Selingan : daripada ‘ngaji’ sama ZSM,
lebih baik follow Fanpage-nya Pak Felix Irianto Winardi, beliau ini
alumni Seminari, aktif memberikan klarifikasi atas ayat-ayat Alkitab
yang sering dimanipulasi oleh ZSM].
Terus-terang,
demo rusuh di Iran itu benar-benar bad timing. Pemilihan waktunya buruk
sekali. Kok nekad bikin demo hanya 2 hari sebelum demo besar-besaran
pro-pemerintahan Islam [Islamic Establishment, istilah media Iran],
yaitu Demo 9 Dey?
Aksi Demo 9 Dey (30 Desember) adalah demo mengenang keberhasilan
pemerintah Iran menggagalkan agenda penggulingan “rezim” tahun 2009
(yang di-back up CIA). Justru kerusuhan tanggal 28-29 Des malah
membangkitkan nasionalisme dan sentimen anti-asing rakyat Iran, sehingga
yang datang dalam Demo 9 Dey ini pun jauh lebih membludak dari
tahun-tahun sebelumnya. Hanya sepekan, aksi para perusuh pun dinyatakan
gagal total oleh Komandan Garda Revolusi Iran.
Bad-timing inilah indikasi kuat bahwa memang eksekusi aksi
ini terburu-buru, karena kondisi Israel semakin kritis (perang all out
di ambang mata, sementara dukungan negara-negara dunia kepada AS-Israel
turun ke titik terendah).
Perlu diketahui, sebagian besar rakyat Iran itu ya, termasuk
emak-emaknya, sangat sadar geopolitik. Jadi ketika ada demo yang
anarkhis, bahkan ada provokator merobek dan membakar bendera, menembaki
warga sipil, melempar bom molotov, mereka langsung paham, ada pihak luar
lagi yang sedang mengacau. Jadilah mereka turun ke jalan besar-besaran,
menunjukkan dukungan kepada pemerintahan Islam, tgl 30 Des 2017 dan,
3,4,5 Jan 2018. Lihat penjelasan dan video yang saya posting kemarin.
Di judul saya juga cantumkan “Yaman”. Kenapa? Ya karena Yaman adalah
‘medan perang yang terlupakan’, selalu ada saja yang mengalihkan
perhatian dunia dari penderitaan mereka. Umat Muslim (terutama yang
pro-Saudi) pun enggan bersuara, karena penjahat di konflik Yaman adalah
Arab Saudi.
Sudah 3 tahun, Yaman dibombardir hampir setiap hari oleh Saudi. Saudi
bahkan memblokade Yaman sehingga bantuan makanan dan obat-obatan tidak
bisa masuk. Menurut UNICEF, saat ini ada 400.000 anak-anak Yaman yang
mengalami malnutrisi sangat akut (severe acut malnutrition). Belum lagi
kalau bicara angka lainnya: kematian, kolera, putus sekolah, dll.
AS yang biasanya suka prihatin kalau ada ‘pemimpin yang melakukan
kejahatan kemanusiaan’ dan selalu merasa berkewajiban menggulingkannya,
kali ini malah berdampingan dengan Saudi untuk menghancurkan Yaman (dan
catat: Israel juga membantu Saudi dalam menyerang Yaman).
Jadi, bila benar Anda peduli kemanusiaan, biarkan sajalah orang Iran dengan dinamika politik internalnya.
Sungguh aneh kalian demikian peduli pada nasib orang Iran (yang
sebenarnya baik-baik saja), tapi abai pada nasib bangsa Palestina dan
Yaman.
—
anak-anak TK di Persepolis, Shiraz, Iran, Nov 2017 (foto kolpri)
Diskusi di Kafe Kaka (Geostrategy Study Club) Bandung
HTI sejak awal perang Suriah adalah salah satu pihak (di samping
Ikhwanul Muslimin dan ormas-ormas radikal) yang berdiri paling depan
dalam menyebarkan hoax soal Suriah: “rezim Syiah membantai Sunni.”
Mereka menyebarluaskan foto-foto palsu dan hoax, saat dikasih tahu
bahwa foto itu hoax, ada yang jawab begini “Saudara dibunuh kok ga
marah? Foto keliru aja diributin. Bashar al Kalb [kalb=anjing] dibantu
anjing pudel syiah bersama temannya yahudi dan orang musyrik dan kafir
membantai saudara saya di suriah adalah FAKTA.”
Mengapa mereka mendukung “jihad” di Suriah? Karena ingin mendirikan “khilafah” di Suriah.
Akibat propaganda (berbasis info hoax) mereka, semakin banyak orang
yang teradikalisasi, dan bahkan ada yang gabung dengan milisi teror.
HTI sudah dibubarkan organisasinya. Tapi karena ideologinya tidak
diidentifikasi dan tidak ada aturan yang melarangnya, jadi mereka tetap
menyebarluaskan ideologinya dengan bebas.
Di video ini dijelaskan ideologinya seperti apa. Konten-konten seperti ini perlu diperbanyak dan didukung.
***
Never forget, never forgive (soalnya, mereka juga ga minta maaf kok)
Dalam episode ke-4 ini saya akan menunjukkan cara memverifikasi data.
Ketika di media atau medsos, beredar info-info hoax seputar “Assad
membantai rakyatnya sendiri” dll, bagaimana cara memverifikasinya?
Di video ini ada satu caranya, yaitu mewawancarai pihak yang berbeda.
Yang bilang bahwa “Assad membantai rakyatnya sendiri” biasanya sumber
infonya dari milisi teror/kubu pro-pemberontak. Nah, kita perlu cek ke
pihak lain yang lebih netral, misalnya, mahasiswa Indonesia di Suriah,
KBRI, jurnalis independen, dll.
Selain itu, kita perlu mempelajari dokumen resmi, misal data Human Development Index, dll. Ini disebut “triangulasi data”
Kali ini, saya mewawancarai Lion Fikyanto, mahasiswa Indonesia di
Suriah. Mohon maaf di sebagian video, suaranya agak bergema, ada
kesalahan teknis. Kecilin aja volumenya ya.
Videonya cukup panjang, ini topik-topik utamanya:
02:20 awal mula Lion bisa kuliah di Suriah
11:11 kisah gugurnya Syekh Al Afyouni dan pemakaman beliau
14:57 salju di Suriah
16:37 aktivitas kaum muda Suriah, keragaman cara berpakaian mereka
20:36 wisata ke makam anaknya Nabi Adam (Habil)
23:20 Lion mengalami langsung serangan-serangan bom dari para teroris yang mengepung Damaskus
32:18 kisah pembebasan Ghouta
37:16 tentang umat Kristiani di Suriah
39:05 Ramadhan di Suriah
40:58 bagaimana kondisi di bawah sistem sosialis-demokratis (banyak subsidi negara)
43:27 murahnya biaya hidup mahasiswa, peluang beasiswa ke Suriah
Munarman dibela oleh beberapa orang dengan
alasan:-kan ga melakukan aksi terorisme?-itu kan kejadian tahun 2015,
kenapa baru sekarang ditangkap?
Beberapa fakta yang diabaikan orang-orang
itu:1. Foto/video baiat ISIS di Makassar tahun 2015 (yang ada
Munarman-nya), tentu tidak bisa dilepaskan dari rentetan
kejadian-kejadian sebelumnya. Aksi baiat terhadap ISIS di Indonesia
mulai ramai dilakukan pada tahun 2014. Bahkan, Maret 2014 ada aksi baiat
pada ISIS di Bundaran HI. Gila aja, baiat pada “negara” di luar sana,
dilakukan di ibu kota negara, tapi pemerintah tidak melakukan apapun.
[1]
Maret 2014, siapa presidennya?Presidennya saat itu adalah SBY. (Jokowi dilantik Oktober 2014).
Jangan
lupa, pada 2013 SBY pernah menyarankan agar Assad mundur saja. Ini
disampaikan SBY saat bertemu “ulama” Suriah yang pro-jihadis, Syekh
Muhammad Ali Ash-Shobuni.
Ash-Shobuni meninggal Maret 2021, dan media-media Indonesia serempak
memuji-mujinya, termasuk Republika, menulis “Syekh Ali Al-Shabuni Wafat,
Sosok Alim Penentang Assad.”
Di berita itu bahkan dikutip kata-kata Shabuni, “Para ulama umat
berpendapat perlunya melawan Musaylamah si pembohong (al-kadzab), yang
bernama Bashar al-Assad setelah tiraninya melakukan pembunuhan manusia.”
Gila, Perang Suriah sudah berlangsung sejak 2012, kebohongan sudah
sangat banyak terungkap. Bukankah Dubes Indonesia untuk Suriah,
ulama-ulama Suriah yang berdatangan ke Indonesia, sudah kasih
klarifikasi bahwa tuduhan seperti itu bohong? Mengapa di bulan Maret
2021, Republika masih menyebarluaskan berita bohong ini (meski seolah
hanya “mengutip”)? [2]
Ok balik lagi ke Munarman.
Di video ini [3] ada penjelasan bagus yang menjawab para “pembela” Munarman. Beberapa poin utamanya:
1. Narsum Husin Alwi: Kalau benar Munarman bukan datang untuk baiat,
tapi ikut hadir aja, seharusnya dia MELAPORKAN kepada pemerintah bahwa
dia tahu/kenal dengan kelompok masyarakat yang pernah berbaiat pada
ISIS. Bukankah Munarman ini SH dan tahu hukum? Masa dia tahu persis ada
teroris, lalu diam saja? Selain itu, bukankah pimpinan dia (HRS) pun
pernah menyebut bahwa “ISIS adalah saudara kita” (ada videonya).
2. Narsum Soleman Ponto (mantan Kabais TNI):
-Penegak hukum mengambil tindakan berdasarkan banyak bukti, bukan foto belaka, tapi juga data aliran dana, dll.
-Kalau ada baiat, pasti ada aliran dana. PPATK sebelumnya sudah
memblokir rekening Munarman. Data soal aliran dana ini sangat penting.
-Peran/bantuan masyarakat itu penting dalam memberantas terorisme,
antara lain dengan memberikan informasi dan mengumpulkan jejak digital.
Pengumpulan data dalam dunia intelijen tidak ada batas waktu, disebut
“anteseden”, data lama tetap bisa dipakai.
Tambahan dari saya: dukungan pada ISIS, mau baiat terang-terangan
atau diam-diam dalam hati, itu terkait dengan IDEOLOGI. Yang namanya
ideologi, tidak kenal batas waktu. Tidak bisa karena foto baiat ISIS itu
tahun 2015, lalu dibela dengan: “Ya kan itu dulu…!”
Terorisme itu terkait dengan ideologi, terkait dengan upaya-upaya
panjang bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun; propaganda, pendoktrinan,
dst. Makanya yang dijerat dalam UU terorisme bukan cuma yang bawa bom,
tapi para pendukungnya juga kena.
Terakhir, balik ke SBY: kalau SBY mendiamkan baiat ISIS Maret tahun
2014, lalu bahkan tahun 2013 menyuruh Assad mundur, menerima ulama
pro-“jihadis” di istana… apa SBY bisa disebut pro-“jihadis”?
Perlu diingat: proyek penggulingan Assad ini sebenarnya adalah proyek
AS dan Israel. Tapi, yang bergerak di lapangan memang kelompok
radikal/teroris (mereka menyebut diri “jihad”). Sadar atau tidak sadar,
para “jihadis” ini memang “dimanfaatkan.”
Kalau gitu, yang salah siapa? Ya dua-duanya: dalang dan pelaku.
Makanya sering saya bilang: kontra narasi radikalisme/terorisme itu
perlu di 2 level: penyadaran publik soal geopolitik dan soal ideologi
radikal itu sendiri.
SBY pernah bilang, “Saya mencintai AS… saya menganggapnya sebagai negara kedua saya.” [4]
Jadi, ya simpulkan aja sendiri. Ga susah kok.
Masih panjang sih yang ingin saya bahas, nanti aja, di Youtube Serial Kajian Timur Tengah
Setelah ISIS dan kelompok-kelompok teroris
lain di Suriah berhasil dikalahkan (tapi milisi teroris masih bercokol
di Provinsi Idlib, dilindungi oleh militer Turki), Israel memulai
serangan-serangan bom ke Damaskus.
Sebelumnya, sudah ada ratusan serangan bom
ke Suriah oleh Israel. Sebagian besar berhasil dihalangi oleh sistem
anti-misil Suriah. tapi ada juga yang lolos, Bulan Januari 2021
misalnya, serangan bom Israel menewaskan 57 orang.
Tapi, serangan bom kemarin menjadi heboh
karena Suriah mampu “membalas.” Ini saya copas-terjemah tulisan menarik
Tom Duggan, jurnalis Inggris yang tinggal di Suriah:
**
Serangan ke Damaskus telah menunjukkan
kegagalan total perlindungan “kubah besi” Israel, yang telah membuat AS
dan Israel mengeluarkan uang miliaran Dollar untuk membangunnya.
Sebuah misil desain tahun 1960 model 5V21
dari sistem pertahanan udara era Perang Dingin S-200 telah ditembakkan
oleh Pasukan Pertahanan Udara Suriah terhadap pesawat tempur Israeli
yang mendekat untuk melakukan pengeboman di pinggiran Damascus, pada
pukul 1.30 dini hari, 22 April.
Rudal yang diluncurkan Suriah gagal
mencapai target yang dituju, tetapi terus melesat sampai masuk sejauh
250 km wilayah Israel dan meledak 40 km dari reaktor nuklir Dimona.
Itu menunjukkan satu hal: Israel
sebenarnya rentan terhadap serangan pembalasan, mitos perlindungan
“kubah besi” terbukti omong kosong.
Saya pikir, kejadian ini dibalas dengan aksi pengeboman lebih banyak lagi dari Israel.
Saya
melihat video pemukim Zionis berlarian dan panik untuk berlindung saat
ada serangan itu. Sekarang mereka menceritakan bagaimana rasanya misil
jatuh dari langit, sesuatu yang sudah biasa dialami orang Suriah selama
ini [akibat bom Israel dan bom dari milisi teror].
**
Foto:
Dokumen CIA tahun 1983: CIA merekomendasikan agar Pemerintah AS
meningkatkan tekanan kepada Assad dengan merancang diam-diam serangan
militer di perbatasan Irak, Israel, dan Turki. Artinya, Suriah ini
memang musuh bebuyutan AS (dan Israel) dari dulu.
Jadi, yang masih membahas Suriah dari isu mazhab, apalagi tertipu
merogoh kocek demi membantu kelompok-kelompok “jihad”, emang benar-benar
belum paham geopolitik.
Repost: Israel Kalah di Suriah [dimuat di blognya Atzmon]
Pagi ini saya mendapat kejutan. Tulisan saya yang berjudul Gilad Atzmon: Israel Kalah di Suriah ternyata dimuat di blognya Gilad Atzmon.
Tentu saja, yang dimuat adalah versi bahasa Inggrisnya, hasil
terjemahan tim Global Future Institute (GFI) dan sudah dimuat di web The Global Review. Terimakasih GFI
Seneng? Iya dong, banget
Atzmon adalah salah satu penulis favorit saya. Bukunya, the Wandering
Who, membongkar ideologi dan filosofi Yahudi dan Zionisme hingga ke
akarnya. Tak pelak, dia pun dibenci oleh para Zionis, meski di saat yang
sama, mampu mencerahkan banyak orang Yahudi. Yang aneh, bahkan sebagian
aktivis Palestina pun memrotes buku itu, antara lain Ali Abunimah.
Mereka telah membuat petisi menuduh Gilad sebagai rasis. Buku itu
seolah menjadi ‘pembeda’ bagi mereka yang mengaku aktivis pembela
Palestina. Ada mereka yang benar-benar menginginkan kemerdekaan
Palestina, dan mereka ini mendukung buku Atzmon. Tapi ada banyak juga
yang sebenarnya hanya ingin kekuasaan dan uang melalui aktivitasnya itu.
Kehadiran buku ini juga membongkar kedok sebagian kelompok perdamaian
Yahudi, karena sebagian kelompok Yahudi yang mengklaim diri
antipenjajahan di Palestina, justru menolak isi buku ini. Di sini
terlihat bahwa mereka sebenarnya hanya ingin melakukan pencitraan saja,
tapi tidak benar-benar menginginkan tegaknya keadilan di Palestina.
Buku ini banyak memakai konsep filsafat
untuk membongkar identitas politik orang-orang Yahudi. Saya berhasil
memahami bukunya Atzmon setelah sebelumnya ikut kajian filsafat di
Studia Humanika, masjid Salman ITB. Jadi, saya musti berterimakasih pada
Studia Humanika nih. Tentu saja, terimakasih buat teman saya mbak
Mamiek Syamil yang bersedia saya titipin bukunya Atzmon dari Amerika
(saat beliau pulang ke Indonesia). Dan mungkin, saya juga musti
berterimakasih pada M. Anis yang dulu pertama kali mengenalkan nama
Gilad Atzmon di facebook.
And last but not least, thank you Mr Atzmon, you really made my day
Ini saya copas ulang tulisan saya tersebut:
Di blognya, Atzmon aktif mengkritik sepak
terjang Israel dengan sudut pandang yang unik, sudut pandang seorang
Yahudi yang benar-benar memahami esensi Israel dan keyahudian. Tulisan
terbaru di blog Atzmon
adalah tentang sepak terjang Israel di Suriah dan menurut saya menarik
dicermati. Saya akan terjemahkan sebagiannya, berikut ini.
Pada minggu terakhir ini kita menyaksikan
betapa Inggris dan Prancis dengan putus asa berupaya mendorong
dilakukannya intervensi militer di Suriah. Sudah menjadi rahasia umum,
baik pemerintah Inggris maupun Prancis sesungguhnya didominasi oleh
kelompok lobby pro-Israel. Di Inggris, kelompok
lobby itu adalah organisasi ultra Zionis, CFI (Conservatif Friend of
Israel). Tampaknya 80% anggota parlemen konservatif Inggris adalah
anggota dari organisasi ini. Di Prancis situasinya bahkan lebih dahsyat,
sistem politik negara itu seluruhnya dibajak oleh CRIF (Conseil
Représentatif des Institutions juives de France).
Jika ada yang masih belum paham mengapa lobby Yahudi mendorong intervensi militer langsung di Suriah, Debka, kanal berita Israel,
telah memberikan jawabannya. Tampaknya, tentara Suriah telah
memenangkan semua lini pertempuran [melawan pemberontak]. Kalkulasi
militer dan geopolitik Israel telah terbukti salah.
Menurut Debka, “Pertempuran Damaskus sudah berakhir. Tentara Suriah telah kembali menguasai kota dengan
kemenangan heroik. Para pemberontak, sebagian besar tentara bayaran,
telah kalah dalam pertempuran mereka dan tidak dapat melakukan aksi
lebih banyak dari sekedar serangan sporadis. Mereka tidak bisa lagi
melancarkan serangan, atau menimbulkan ancaman ke pusat kota, bandara, atau pangkalan militer udara Suriah
di dekatnya. Pesawat Rusia dan Iran yang terus-menerus membawa suplai
baru untuk menjaga agar tentara Suriah terus bisa bertempur, kini telah
bisa kembali mendarat di bandara Damaskus yang sebelumnya selama
berbulan-bulan disandera pemberontak. “
…
Debka menyatakan bahwa perwira senior IDF (Israel Defense Force)
mengkritik menteri pertahanan Israel (Moshe Ya’alon) yang “menyesatkan”
Knesset beberapa hari lalu, dengan memperkirakan bahwa “Bashar Assad
hanya mengendalikan 40% dari wilayah Suriah.” Debka menyebut bahwa
Menhan Israel telah mendasarkan diri pada informasi intelijen yang salah dan
hal ini membuat angkatan bersenjata Israel telah bertindak atas dasar
data yang tidak akurat. Debka juga menekankan, kalkulasi yang keliru
telah mengarahkan pada pengambilan keputusan yang salah.
Debka jelas cukup berani untuk mengakui bahwa miskalkulasi militer
Israel mungkin akan mendatangkan bencana dahsyat [bagi Israel]. Debka
menulis, “Pengeboman besar-besaran Israel terhadap gudang senjata dari
Iran untuk Hizbullahyang disimpan dekat Damaskus,
ternyata terbukti malah mendatangkan bahaya. Aksi ini justru memberi
Bashar Assad kekuatan, bukannya melemahkan tekadnya. “
…
Debka juga menyimpulkan, Israel kini menghadapi realitas yang baru. Israel kini berhadapan langsung dengan pasukan Hizbullah yang mengalir dari Libanon menuju dataran tinggi Golan dan perbatasan dengan Suriah.
Yang
menarik, Atzmon menutup tulisannya dengan mengkritik media Barat.
Menurutnya, adalah menyedihkan, justru Debka (media Israel) yang memberi
jawaban mengapa Inggris dan Prancis sedemikian berkeras untuk melakukan
intervensi militer di Suriah. Mengapa bukan media Barat sendiri? Jelas,
keberpihakan pemerintah Inggris dan Prancis terhadap Israel justru
merugikan rakyat di kedua negara itu sendiri; sumber dana yang besar
dihamburkan untuk perang demi Israel, bukan untuk kesejahteraan rakyat.
Setidaknya, menurut Atzmon, media Israel saja berani mengkritik
pemimpinnya sendiri. Sementara, media massa Barat malah bertindak
sebaliknya.
Kritikan Atzmon ini cocok juga disampaikan kepada (sebagian) media
Islam yang justru menjadi corong Zionis. Ketika media Israel sendiri
sudah buka-bukaan menyatakan bahwa Israel memang terlibat dalam perang
Suriah dan memiliki kepentingan besar dalam upaya penjatuhan Assad,
mengapa (sebagian) media Islam tetap bersikeras bahwa konflik Suriah
adalah pemberontakan kaum Sunni terhadap sebuah rezim yang dituduh sesat
dan kafir?
“Kalau pemerintah zolim, tentara jahat, polisi jahat,
main tangkap, main tembak, rakyat hartanya dijarah, tanahnya dirampas,
syariat Islam disingkirkan, kita besok perlu ISIS atau tidak?!” suara
Sang Pengkhotbah menggelegar.
“Perluuu…!!” teriak jamaahnya.
“Takbiiir…!” pekik Sang Pengkhotbah.
Potongan dialog itu sontak terngiang di
telinga, saat membaca tulisan Denny J.A. berjudul “NKRI Bersyariah atau
Ruang Publik yang Manusiawi?” Pasalnya, Sang Pengkhotbah adalah Habib
Rizieq Shihab (HRS), pengusung ide NKRI Bersyariah.
Denny dalam tulisannya mengkritisi ide ini
dengan menantang HRS untuk menetapkan dulu apa indeks ‘bersyariah’ itu
dan kemudian indeks tersebut diuji dalam skala global untuk mencari
negara mana yang masuk kategori ‘bersyariah’ yang bisa dijadikan
rujukan.
Denny mengutip hasil penelitian Yayasan
Islamicity Indeks yang menemukan bahwa 10 negara yang paling tinggi
“indeks Islami”-nya (antara lain: pemerintahan yang bersih, pemerataan
kemakmuran, dan penghormatan pada HAM) justru bukan negara-negara yang
penduduknya mayoritas Muslim.
Sebelum melangkah jauh ke indeksasi yang
membutuhkan kemampuan berpikir metodologis yang tinggi, dalam tulisan
ini saya akan menunjukkan adanya tiga watak dasar para pengusung NKRI
Bersyariah, yaitu takfirisme, ekstrimisme, dan kegagalan dalam berpikir
metodologis, yang ketiganya menjadi penghalang terbesar dalam mewujudkan
sebuah pemerintahan yang mampu menyediakan ruang publik yang manusiawi
berlandaskan nilai-nilai Islam
Mengglorifikasi ISIS, Tetapi Mengusulkan NKRI Bersyariah?
HRS dalam dua ceramahnya (diupload di youtube tahun 2014 dan 2015)
menjustifikasi kehadiran ISIS dengan kalimat ini, “Mengapa ISIS muncul?
Karena ketidakadilan yang sudah kelewat batas di Irak!” atau “Di Irak
banyak kezaliman, muncul ISIS, wajar tidak?!” (dan dijawab beramai-ramai
oleh hadirin: ‘wajaar..!’).[1]
Dia menjustifikasi aksi-aksi brutal yang dilakukan ISIS (pemenggalan,
pembunuhan) dengan mengatakan bahwa yang dipenggal ISIS adalah
orang-orang jahat (polisi, tentara) yang dulu membunuhi ayah-ayah para
milisi ISIS. Dengan justifikasi ini pula dia memperingatkan pemerintah
Indonesia agar tidak melakukan kezaliman seperti di Irak.
“Makanya saya kasih tahu, pemerintah dan polisi, hati-hati! Di
Irak, karena polisi melakukan kezaliman kepada rakyat, begitu rakyat
melakukan pembalasan, tentara dan polisi mereka sembelih di tengah
jalan. …Saya ingatkan, kalau pemerintah Indonesia coba-coba zolim,
tentara dan polisi coba-coba jahat kepada umat Islam, bisa jadi besok
tentara dan polisi yang disembelih di tengah jalan!”
HRS mengglorifikasi ISIS dengan mengatakan, “Cita-cita mulianya
(ISIS) menegakkan syariah Islam, hal yang baik; cita-cita mulianya untuk
menegakkan khilafah, hal yang baik; cita-cita mulianya melawan
kezholiman Amerika dan sekutunya hal yang baik…”
Dari kalimat ini, terlihat jelas bahwa HRS mendapatkan informasi atau
data yang sangat salah tentang ISIS. Yang dibantai ISIS bukan sebatas
tentara AS, para polisi atau tentara Irak (yang menurut HRS ‘pemerkosa’,
‘pembunuh’) melainkan juga warga sipil, termasuk perempuan dan
anak-anak Yazidi, Druze, Kurdi, dan Syiah (baik di Irak, maupun Suriah).
Mereka semua adalah orang-orang yang dianggap kafir oleh ISIS. Bahkan,
yang dibunuh ISIS jauh lebih banyak warga sipil daripada tentara AS.
Total tentara AS yang terbunuh di Irak periode 2011-2018 (karena
berbagai sebab, bukan hanya oleh ISIS) adalah 110. Sementara,
pembantaian ISIS yang dilakukan di satu kota saja, Sinjar, selama 10
hari di bulan Agustus 2014 mencapai 5.000 orang. Selama sepuluh hari
itu, lebih dari 40.000 warga sipil (yang beragama Yazidi) melarikan diri
dari serbuan ISIS, lalu diblokade di pegunungan Sinjar, kelaparan dan
kehausan. Ratusan perempuan Yazidi diculik dan dijadikan budak seks.
Kejadian ini sudah diverifikasi berbagai lembaga di bawah naungan PBB.
Selanjutnya, mari kita simak defisini NKRI Bersyariah yang
dikemukakan HRS dalam video yang ditayangkan pada acara demo Reuni
Alumni 212 tahun 2017. [2] Saya meringkasnya dalam 11 poin berikut ini:
Beragama, bukan atheis atau komunis; berketuhanan yang Maha Esa, tunduk kepada hukum Allah SWT.
Mengimplementasikan kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
Menolak neolib sosialis maupun neolib kapitalis untuk mewujudkan keadilan sosial.
Menjamin semua umat beragama untuk menjalankan ibadah dan syariat agamanya masing-masing
Melindungi rakyat dari segala maksiat, menghadirkan pejabat yang amanah dan tidak khianat.
Melindungi umat Islam agar segala yang dikonsumsinya adalah produk halal.
Menghormati dan mencintai para ulama dan santri, bukan mengkriminalisasi atau menterorisasi mereka.
Menjadikan pribumi sebagai tuan di negeri sendiri.
Menghargai dan melindungi madrasah dan pesantren, bukan memarjinalkan dan mencurigainya
Didasarkan pada Pancasila dan UUD 18 Agustus 1945 asli yang dijiwai Piagam Jakarta 1945.
Secara umum, dari 11 poin ini, bisa kita simpulkan bahwa NKRI
Bersyariah berbeda dengan khilafah yang diperjuangkan ISIS (yang setelah
melebarkan ‘jihad’-nya ke seluruh dunia berganti nama dengan Islamic
State – tanpa kata ‘Iraq’ dan ‘Syria’) atau Hizbut Tahrir. NKRI
Bersyariah usulan HRS fokus pada perbaikan tatanan Indonesia dan
mengusung nasionalisme. Faksi-faksi lain dalam kubu 212 pun sangat
mungkin tidak setuju sepenuhnya pada ide NKRI Bersyariah. Namun, mereka
semua diikat oleh satu keinginan yang sama untuk menjadikan syariah
Islam sebagai rujukan utama bernegara.
Lalu, masalahnya di mana? Dari sisi ide, apa yang disampaikan oleh
para pengusung NKRI Bersyariah itu sangat bisa didialogkan, sebagaimana
usulan konsep-konsep bernegara yang diusulkan para pemikir lainnya.
Apalagi, secara eksplisit, usulan konsep ini tetap mendasarkan diri pada
Pancasila dan UUD 1945, dan hampir semua poin yang disampaikan HRS pun
bersesuaian dengan dasar negara kita. Namun, masalahnya ada pada tiga
watak dasar para pengusung ide pemerintahan syariah ini.
Tiga Watak Dasar Para Pengusung Pemerintahan Syariah di Indonesia
Jika kepada para pengusung sistem pemerintahan syariah diajukan
tantangan untuk membuat indeksasi atau parameter nilai-nilai Islam,
masih terbuka peluang untuk menurunkan kesebelas prinsip NKRI Bersyariah
itu ke dalam berbagai indeks yang rasional. Hanya saja, peluang itu
menjadi tertutup jika mereka gagal menyingkirkan tiga watak dasar yang
selama ini menjadi karakteristik mereka. Ketiga watak itu adalah
takfirisme, ekstrimisme, dan kegagalan berpikir metodologis.
1. Takfirisme
Watak dasar yang pertama adalah takfirisme, yaitu sebuah prinsip
untuk mempersempit domain keimanan dan keislaman hanya kepada jenis
perilaku beragama tertentu, yang sesuai dengan pendapat sebuah kelompok.
Berbeda, termasuk dalam hal perbedaan bentuk pemerintahan dan cara
berjuang menegakkan pemerintahan, artinya kafir. Dan kekafiran harus
dilenyapkan.
Inilah yang bisa kita saksikan pada kelompok pengusung khilafah, NKRI
bersyariah, atau konsep sejenis lainnya. Kita lihat bahwa mereka
terdiri dari berbagai faksi dengan tafsir sendiri-sendiri soal
pemerintahan. Meskipun saat ini mereka berada satu kubu mengusung ‘Aksi
Bela Islam’ dengan mengibarkan bendera-bendera hitam (dan diklaim
sebagai bendera tauhid), mereka tidaklah satu pemikiran.
Hizbut Tahrir jelas menginginkan sistem khilafah, pemerintahan dunia
di bawah satu khalifah Islam. HTI menolak demokrasi dan pemilu,
sementara PKS yang berbasis ideologi Ikhwanul Muslimin terlibat dalam
politik kekuasaan di negara ini melalui praktik-praktik demokrasi.
Baik HTI maupun PKS secara terbuka menolak ISIS. Pasalnya, ‘jihadis’
jagoan mereka memang bukan ISIS, melainkan Free Syrian Army, Jaish Al
Islam, Ahrar al Syam, dan Al Nusra. Sebaliknya, FPI dan sebagian ormas
lainnya menganggap ISIS sebagai ‘mujahidin’ yang bercita-cita mulia:
menegakkan khilafah di Suriah dan Irak.
Di Suriah dan Irak sendiri, kita lihat bahwa antara ISIS, Jabhah
Al-Nusra, dan FSA saling mengkafirkan. Padahal, mereka belum lagi
berhasil mendirikan pemerintahan. Atau, kalau mau ditarik ke belakang,
kita tentu masih ingat, bagaimana Afghanistan di bawah pemerintahan
Taleban telah menjadi ajang saling membunuh di antara para faksi yang
sebelumnya bersama-sama berjuang di bawah panji ‘mujahidin’.
Dari sisi ini, watak takfiri menciptakan paradoks ketika digandengkan
dengan proposal NKRI Bersyariah. Di satu sisi, mereka menyatakan ingin
menjaga kesatuan di antara seluruh komponen anak bangsa. Tapi di sisi
lain, mereka dengan mudahnya menjatuhkan vonis kafir dan musuh kepada
siapa saja yang berbeda.
2.Ekstrimisme
Ketika watak takfirisme ini bergandengan dengan ekstrimisme, kita
hanya tinggal menunggu waktu terjadinya konflik dan prahara. Takfirisme
bisa jadi hanya ada dalam pikiran dan sekadar muncul dalam bentuk ujaran
(hate speech). Ekstrimisme (sering juga diistilahkan:
radikalisme) akan mendorong apa yang ada dalam pikiran dan ujaran itu
diimplementasikan dalam perilaku non-verbal.
Kita lihat kembali apa yang terjadi dengan Suriah. Perang Suriah
sudah berlangsung sejak 2012 ketika milisi-milisi ‘jihad’ yang
berafiliasi dengan Al Qaida dan milisi yang berafiliasi dengan Ikhwanul
Muslimin angkat senjata untuk menggulingkan pemerintahan Bashar Assad.
Pada 20 November 2012, milisi ‘jihad’ yang berafiliasi dengan Al Qaida
secara terbuka mendeklarasikan perjuangan mendirikan khilafah di Suriah.
Lalu pada April 2013, Abu Bakar Al Baghdadi memperluas wilayah
‘jihad’-nya dari Irak ke Suriah dengan membentuk ISIS (Islamic State of
Iraq and Syria).
Ada empat faksi besar yang terlibat dalam operasi pengguling rezim
Suriah sejak 2017: Al Qaida, Hizbut Tahrir (mendukung milisi-milisi
afiliasi Al Qaida), dan Ikhwanul Muslimin, dan ISIS. Empat organisasi
transnasional ini memiliki cabang di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Elit dan simpatisannya sangat aktif membawa isu Suriah ke Indonesia
awalnya dengan dua tujuan: rekrutmen jihadis dan mobilisasi dana.
Dalam upaya mereka membuat rakyat Indonesia bersimpati kepada isu
Suriah, agar mau menyumbang dana dan mau pergi berjihad ke Suriah, yang
mereka lakukan adalah menyebarkan narasi penuh kebencian (hate speech)
didukung dengan foto dan video yang kemudian terbukti hoax) mengenai
“Syiah membantai Sunni di Suriah”. Narasi palsu ini terus-menerus
disebarluaskan, bahkan hingga hari ini, meskipun berbagai klarifikasi
sudah diberikan, termasuk oleh Dubes Indonesia di Suriah, Djoko
Harjanto dan para ulama Sunni Suriah yang diundang ke Indonesia (antara
lain, Dr. Syekh Sawwaf yang pernah diwawancarai Kompas TV).
Rasa marah dan benci sangat efektif dalam memobilisasi dana dan
petempur. Namun akibatnya, secara alamiah, kebencian itu pun membakar ke
segala penjuru, bagaikan api. Dampaknya sudah sangat terasa di atmosfir
Indonesia: kebencian meruyak ke segala arah; melebar ke semua isu.
Fasisme atas nama agama dengan cara mengusung kebencian semakin
merajalela. Secara alamiah pula, terjadi ‘modelling’ atau peniruan
perilaku di tengah publik.
Ketika yang ditampilkan sebagai ‘pahlawan’ oleh suporter jihadis di
Indonesia adalah orang-orang yang terang-terangan di depan kamera
memenggal, menggantung, atau menembak sambil bertakbir, publik di
Indonesia pun terbiasa dengan perilaku itu. Narasi pembunuhan dan
kekerasan terhadap pihak yang berseberangan (baik agama, maupun
preferensi politik) pun menjadi ‘biasa’ di negeri ini, bahkan
dinyanyikan oleh anak-anak kecil.
Narasi “saya ingatkan, kalau pemerintah Indonesia coba-coba
zolim, tentara dan polisi coba-coba jahat kepada umat Islam, bisa jadi
besok tentara dan polisi yang disembelih di tengah jalan!” perlu
dilihat dalam konteks besar ini: konflik Timur Tengah yang dibawa ke
Indonesia, hoax diproduksi secara masif penuh narasi kebencian demi
rekrutmen petempur dan mobilisasi dana, yang lama kelamaan diadaptasi
menjadi semacam rule of conduct dalam perebutan kekuasaan domestik.
Berkaca dari apa yang terjadi di Suriah dan Irak, jika kelompok
pengusung NKRI Bersyariah gagal memfilter watak ekstrimisme atau
radikalisme, proposal yang mereka usung malah berpotensi besar untuk
menciptakan disintegrasi bangsa. Kembali, hal ini menciptakan paradoks
dengan idealitas Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Kegagalan Berpikir Metodologis
Secara umum, ada tiga langkah mendasar dalam berpikir metodologis,
yaitu kemampuan memverifikasi data, melakukan analisis, dan memberikan
rekomendasi solusi implementatif berdasarkan analisis tersebut.
Sayangnya, rekam jejak para pengusung NKRI Bersyariah menunjukkan
kegagalan sejak di tahap pertama. Ketidakmampuan mendeteksi apa dan
bagaimana ISIS menunjukkan mereka tak lebih dari korban propaganda ISIS.
Menurut penelitian Fernandez (2015), pada tahun itu,
kelompok-kelompok jihad berhasil merekrut lebih dari 20.000 petempur
asing dan sebagian besarnya bergabung dengan ISIS. Sebab utama
‘keberhasilan’ ini adalah propaganda di internet. Bentuk propaganda
‘jihad’ itu di satu sisi berupaya membangun citra heroik: para ‘musuh
Islam’ diberi balasan setimpal, dibantai di jalanan; konvoi petempur
dengan senjata-senjata canggih dan bendera hitam berlafaz nama Allah dan
Muhammad SAW; dan berbagai aksi pengeboman melawan ‘musuh Islam’. Video
dan info semacam ini sangat ‘nyambung’ dengan anak-anak muda yang
dibesarkan dengan kebencian kepada ‘kaum kuffar’, yang dicekoki berita hoax bahwa ‘rezim Syiah di Irak dan Suriah membantai saudara-saudara Sunni kita’.
Di saat yang sama, ada pula propaganda yang bernuansa feminin:
menceritakan kesejahteraan hidup di bawah naungan ‘pemerintahan Islam’.
Royal United Services Institute for Defence and Security Studies (RUSI)
dalam penelitiannya menemukan bahwa di antara penyebab perginya banyak
perempuan ke wilayah ‘pemerintahan’ ISIS di Suriah adalah keberhasilan
ISIS menjual citra bahwa Islam benar-benar ditegakkan di wilayah mereka,
serta citra romantisme jihad. Nurshadrina, remaja berusia 17 tahun asal
Batam yang bersama keluarga besarnya (keluarga Dwi Joko, 17 orang)
berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS, adalah di antara mereka
yang menjadi korban propaganda jenis kedua ini. Ia mengakui kondisi di
Raqqa “Jauh banget mereka dari apa yang mereka katakan, apa yang mereka
share di dunia internet itu.” [3]
Kegagalan memverifikasi akan memunculkan analisis yang salah (dan
seringkali, tanpa didukung kemampuan analisis yang berbasis teoritis,
lebih sering hanya berupa ‘cocokologi’), dan selanjutnya melahirkan
tawaran solusi yang salah kaprah. Itulah sebabnya sampai muncul
analisis, “Kalau pemerintah adil, tentara bagus, polisi bagus, syariat
Islam tidak dimusuhi, aliran sesat dibubarkan, kemungkaran dilarang,
Indonesia tidak perlu ISIS.” ISIS diletakkan dalam rangkaian falasi
logika pro causa non causa, kesalahan menentukan sebab-akibat. ISIS dijadikan solusi dalam logika fasisme: bila Anda tidak mau dibantai di jalanan, turuti kata-kata kami.
Kesalahan metodologis ini juga terlihat ketika kubu pengusung syariah
menyikapi berbagai isu global lainnya, misalnya isu ekspansi ekonomi
China di dunia (memunculkan paranoid terhadap segala hal berbau China,
dan berujung pada tawaran solusi ‘pribumisasi’ yang didasarkan pada
paradigma bahwa etnis China yang sejak nenek-moyangnya sudah hidup di
Indonesia pun tetaplah bukan pribumi); isu pembantaian etnis Rohingya
(memunculkan kebencian kepada kaum Buddha, seruan jihad melawan kaum
‘kafir’ Buddha, menekan pemerintah untuk menampung semua pengungsi
Rohingya); isu Uyghur; isu ekspansi ‘komunis Rusia’; atau isu ‘ekspor
revolusi Syiah Iran’.
Penutup
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tiga watak dasar para
pengusung NKRI Bersyariah atau konsep-konsep sejenis di Indonesia malah
berpotensi memorak-porandakan negara kesatuan Republik Indonesia. NKRI
Bersyariah malah menjadi tribal nationalism (meminjam istilah Lim, 2017); nasionalisme
yang hanya untuk ‘kami’, bukan untuk ‘kalian’ (yang sesat, kafir, dan
‘asing’). Terlebih lagi, afiliasi faksi-faksi pengusung syariah di
Indonesia dengan ormas-ormas transnasional (Hizbut Tahrir, Ikhwanul
Muslimin, Al Qaida, dan ISIS) membuat segala langkah mereka selalu
merujuk pada kepentingan jaringan mereka dalam politik global, bukan
pada kepentingan bangsa Indonesia. Karena itulah menguji konsep NKRI
Bersyariah dalam politik global sangat penting dilakukan.
*Dina Y. Sulaeman adalah seorang doktor Hubungan Internasional
lulusan Universitas Padjadjaran. Selain beraktivitas sebagai dosen, ia
juga aktif menulis artikel analisis geopolitik Timur Tengah, serta
mengelola Jurnal ICMES (the Journal of Middle East Studies). Ia pernah
tinggal di Timur Tengah dan berkarir sebagai jurnalis di Islamic
Republic of Iran Broadcasting (IRIB). Dua buku yang pernah ditulisnya
mengenai konflik Suriah berjudul ‘Prahara Suriah’ dan ‘Salju di Aleppo’.
Ia juga aktif menggunakan Facebook untuk menyebarluaskan pemikirannya
mengenai geopolitik Timur Tengah dan perlawanan terhadap intoleransi
& terorisme: https://www.facebook.com/DinaY.Sulaeman.
Benarkah Yahudi itu Beda Dengan Zionis?
Selama ini, dalam tulisan-tulisan saya, saya jawab ‘ya’. Buktinya, ada
orang-orang Yahudi yang menolak Israel dan Zionisme, misalnya para Rabi
Yahudi yang tergabung dalam Neturei Karta.
Tapi, sejak saya baca buku Gilad Atzmon (The Wandering Who),
berteman dengannya di facebook dan mengikuti blognya, saya mendapatkan
pemahaman yang lain. Inti pemikiran Atzmon adalah: konflik di Palestina
justru sebenarnya berakar dari ideologi rasisme Yahudi. Mengapa
perdamaian sulit sekali tercapai hingga kini? Karena memang world-view-nya
orang Yahudi yang merasa lebih mulia dari ras lain (apapun itu, tidak
hanya Arab), sehingga menyulitkan negosiasi dan rekonsiliasi.
Pemikiran Atzmon ini mendapat penentangan
dari sesama Yahudi (mereka berkeras, harusnya sebut yang salah itu
‘Zionis’, tidak ada kaitan dengan ‘keyahudian’), dan bahkan dari
sebagian aktivis Palestina sendiri, misalnya Ali Abunimah. Abunimah
mengecam Atzmon karena menggunakan the J-word (blak-blakan
menyebut ‘Yahudi’, ini dianggap ‘tidak sopan’ karena ‘akan menyinggung
saudara-saudara kita kaum Yahudi’). Abunimah bahkan menggalang petisi
untuk ‘mengingkari’ (disavow) Atzmon. Tapi, banyak juga
akademisi dan aktivis pro-Palestina (baik itu Yahudi, Arab, maupun
orang-orang Barat) yang menyetujui pemikirannya. Professor Marc Elis,
seorang teologis Yahudi, bahkan menyebut Atzmon sebagai ‘nabi baru’
karena memberikan pencerahan kepada orang Yahudi.
Buku Atzmon sendiri sangat filosofis, tapi
relatif mudah dicerna (terutama kalau setidaknya Anda pernah belajar
sedikit filsafat); hanya saja, saya kesulitan mengungkapkan kembali
dalam bahasa Indonesia. Tapi ini ada wawancara Atzmon dengan Alimuddin
Usmani, yang relatif lebih mudah saya terjemahkan, yang bisa merangkum
apa sebenarnya yang dipikirkan Atzmon:
Alimuddin Usmani: Setelah
Operasi “Cast lead” pada tahun 2009 dan “Pillar of Defence” pada tahun
2012, tentara Israel kembali meluncurkan operasi “Protective Edge” pada
bulan Juli 2014 terhadap Gaza. Apa tujuan dari operasi militer skala
besar ini berulang?
Gilad Atzmon: Sangat penting untuk dicatat bahwa Israel belum pernah
memenangkan satu pertempuran militer pun sejak tahun 1973. Benar,
mereka telah membunuh banyak orang Arab, tetapi tidak berhasil mencapai
salah satu tujuan militernya..
Dominasi militer Israel telah ditopang oleh kekuatan pencegahan
(deterrence). Melalui perang ini, mereka ingin memaksa orang Arab untuk
menghindari konflik dengan mengancam bahwa mereka (warga Arab) bisa
kehilangan segalanya. Minggu ini, telah terbukti bahwa trik ini tidak
akan bekerja lagi. Perlawanan Palestina telah bangkit kembali. Israel
tidak dapat memecahkan masalahnya dengan cara militer. Situasi ini
menimbulkan keputusasaan Israel. Mereka mulai menyadari bahwa mereka
terjebak dalam kebuntuan politik, ideologi dan budaya. Israel tidak
dapat menciptakan resolusi [penyelesaian konflik]. Tidak ada prospek masa depan bagi Negara Yahudi.
Selanjutnya, kebohongan terang-terangan Yahudi ‘kiri’ [istilah untuk
Yahudi berhaluan Marxist] yang menyatakan bahwa [sumber] masalah adalah
‘pendudukan/penjajahan’ telah terungkap minggu ini. Kita menyaksikan
warga Arab Israel [orang Arab yang jadi warga Israel] dikejar-kejar oleh
orang-orang Yahudi. Seperti kita ketahui, kelompok sayap kanan telah
menyeru agar dilakukan pengusiran massal terhadap semua orang Arab dari
wilayah Israel; dan seruan ini semakin populer dalam Israel. Seruan brutal ini benar-benar konsisten dengan budaya dan ideologi supremasi Yahudi.
Semua Yahudi, baik itu Zionis dan anti-Zionis, senang untuk
beraktivitas di tengah lingkungan khusus Yahudi. Tapi bisakah Israel
melepaskan diri dari Palestina? Inilah yang dijanjikan oleh pihak sayap
kanan dalam koalisi [pemerintahan Israel].
Kembali ke pertanyaan Anda; karena militer tidak dapat memberikan
jawaban dan politisi tidak dapat menghasilkan jalan keluar, militer
digunakan sebagai brigade pemadam kebakaran. Ini memberikan kemenangan
jangka pendek. IDF hanya mengulur waktu, tidak bisa meraih kemenangan
karena tujuan militer mereka pun bahkan tidak dapat diartikulasikan. IDF
menghujani Gaza dengan rudal, membunuh apa pun yang diduga berbahaya
(termasuk anak-anak, orang tua dan wanita). Tapi seiring berjalannya
waktu, opsi militer menyusut dan sampai batas tertentu, tidak bisa
dipakai lagi.
Teoritisi militer Jerman, Carl von Clausewitz mengatakan pada abad
ke-19 bahwa “perang adalah kelanjutan politik dengan cara lain.” Dalam
kasus Israel, apa yang kita lihat malah kebalikan dari ide Clausewitz:
politik Israel adalah kelanjutan dari kebutuhan Yahudi untuk berkonflik.
Alimuddin Usmani: Penulis koran Haaretz, Gideon Levy,
menulis bahwa Israel tidak menginginkan perdamaian dan bahwa
‘rejeksionisme’ (penolakan) tertanam dalam keyakinan yang paling primer
orang Israel. Pada tingkat terdalam [di benak mereka] terdapat konsep
bahwa tanah ini diperuntukkan untuk orang-orang Yahudi saja. Apa
pendapat Anda tentang ini?
Gilad Atzmon: Saya senang melihat bahwa
semakin banyak orang, termasuk lawan bebuyutan saya sekarang setuju
dengan saya, bahwa ada sesuatu yang sangat mengganggu dalam budaya dan
identitas politik Yahudi. Haaretz menulis sebuah editorial beberapa hari lalu yang menyatakan bahwa “Israel harus menjalani revolusi budaya”.
Lawan paling keras saya orang Palestina, Ali Abunimah, yang baru-baru
ini mengecam saya untuk berfokus pada budaya Yahudi, tampaknya juga
telah mengadopsi filosofi saya. Dia sekarang menunjuk rasisme mengerikan
yang melekat dalam budaya dan politik Yahudi.
Dan sekarang, setelah memuji diri sendiri, saya menjawab pertanyaan
Anda. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘Shalom’ tidak berarti perdamaian,
harmoni, atau rekonsiliasi. Namun artinya ‘keamanan bagi orang-orang
Yahudi’. Dengan kata lain, Israel tidak memiliki kata yang tepat untuk
‘damai’ atau ‘rekonsiliasi’. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa
Israel bukanlah mitra dalam perdamaian. Israel bahkan tidak dapat
merenungkan konsep ‘damai’ itu.
Setelah kita sadar akan kondisi pasca-politik di mana kita hidup,
filsafat dan pemikiran esensialis adalah alat analisis penting untuk
memahami lanskap manusia di sekitar kita. Dan sekarang, silakan tanyakan
pada diri sendiri, [wahai] Anda yang telah menjadi musuh bebuyutan dari
pemikiran esensialis dan filosofis dalam akademisi dan politik. Hal
ini, jelas, Yahudi ‘kiri’ lah yang berusaha begitu keras untuk mencegah
kita dari berpikir tentang Yahudi dalam terminologi kategoris.
[selanjutnya, bisa dibaca wawancara selengkapnya di sini]
Penjelasan dari saya:
Jadi, selama ini yang jargon yang dipakai oleh orang-orang Yahudi
‘pro-perdamaian’ adalah: “Sumber masalah adalah pada Zionisme, pada
penjajahan Israel di Palestina. Yahudi itu sebenarnya baik kok, yang
salah itu mereka yang menjajah di Palestina.”
Nah, Atzmon menggugat pendapat seperti ini. Menurutnya (yang secara
panjang lebar diargumentasikan dalam bukunya), justru ideologi
anti-Gentile (anti-non-Yahudi) yang tertanam kuat dalam diri orang
Yahudi dimanapun berada yang menjadi sumber masalah. Karena itu,
perjuangan Atzmon ada di titik ini. Dia menulis buku, blog, diwawancarai
media, keliling berbagai negara, untuk menggugah kesadaran orang-orang
Yahudi, bahwa mereka memiliki kesalahan ideologis yang sangat inheren.
Perdamaian di Palestina tidak akan terjadi jika cara berpikir
anti-Gentile orang Yahudi ini belum hilang.
Seperti dikatakan Atzmon dalam kesempatan lain:
[Saya] men-decoding budaya Yahudi dan mendekonstruksi kekuatan (power)
Yahudi. Berdasarkan hal itu, saya berupaya memahami apa yang
menyebabkan Yahudi-Israel tidak bisa menerima –bahkan sekedar
mempertimbangkan- kemungkinan bahwa negara mereka [dapat] menjadi negara
untuk [semua] warganya [termasuk Arab]. Saya ingin memahami, misalnya,
mengapa Yahudi di Barat adalah yang terdepan memperjuangkan kebijakan
pro-imigran, tetapi negara Yahudi mereka [Israel] justru yang memiliki
aparat anti-imigran yang paling ganas. Pertanyaan ini sangat krusial.
Tidak seperti blogger Palestina, Ali Abunimah yang meyakini bahwa
memahami budaya tidak relevan dengan realitas dan proses politik, saya
percaya bahwa memahami budaya adalah kunci terpenting untuk memahami,
adakah kemungkinan untuk hidup berdampingan di wilayah itu [Palestina].
Selain itu, Atzmon juga mengkritisi sebagian aktivis Palestina yang
justru terkooptasi dalam kekuatan Yahudi. Adalah realitas mengejutkan,
sebagian besar LSM Palestina justru dibiayai Open Society (milik George
Soros). LSM-LSM ini justru berperan ‘membelokkan’ arah perjuangan
pembebasan Palestina. Selengkapnya bisa dibaca di sini.
Open Society Soros berperan dalam menyebarluaskan ide-ide LGBT
(lesbian, gay, biseksual, transgender) dengan tujuan ‘mengalahkan’ kaum
muslimin melalui cara-cara marjinalisasi politik dan identitas politik
(baca tulisan Atzmon di sini).
Semoga catatan singkat ini bisa memberi manfaat untuk penstudi HI, Kajian Timteng, dan pemerhati masalah Palestina.
Pertanyaan ini sering muncul di dalam
berbagai diskusi di dunia maya, “Kalau Iran betul-betul anti-Israel,
mengapa Iran sampai sekarang tidak jua menyerang Israel?” Pertanyaan ini
konteksnya adalah menuduh Iran omdo (omong doang), bahkan
ada yang lebih parah lagi, menggunakan teori konspirasi, “Ini bukti
bahwa ada kerjasama di balik layar antara Iran dan Israel.”
Bila memakai kalkulasi hard power, harus diakui bahwa sebenarnya kekuatan Iran masih jauh di bawah AS. Apalagi, doktrin militer Iran adalah defensive
(bertahan, tidak bertujuan menginvasi negara lain). Iran hanya
menganggarkan 1,8% dari pendapatan kotor nasional (GDP)-nya untuk
militer (atau sebesar 7 M dollar). Sebaliknya, AS adalah negara dengan
anggaran militer terbesar di dunia, yaitu 4,7% dari GDP atau sebesar
687 M dollar. Bahkan, AS telah membangun pangkalan-pangkalan militer di
berbagai wilayah di sekitar Iran. AS adalah pelindung penuh Israel dan
penyuplai utama dana dan senjata untuk militer Israel. Bujet militer
Israel sendiri, pertahunnya mencapai 15 M Dollar (dua kali lipat Iran).
Sebelum menjawab ‘mengapa Iran tidak
langsung menyerang Israel’?, mari kita jawab dulu pertanyaan sebaliknya,
mengapa AS dan Israel tidak jua menyerang Iran? AS sebenarnya tidak
berkepentingan menyerang Iran. Tetapi, Israel berkali-kali meminta AS
untuk menyerang Iran dengan alasan “Iran memiliki nuklir yang mengancam
keselamatan Israel.” Ketika rezim Obama enggan menuruti permintaan
Israel, Israel bahkan mengancam akan menyerang Iran sendirian, tanpa
bantuan AS. Untuk menelaah prospek perang AS+Israel melawan Iran,
Anthony Cordesman dari Center for Strategic and International Studies
merilis hasil penelitiannya pada bulan Juni 2012. CSIS melakukan
kalkulasi bila AS dan Israel menyerang Iran, antara lain menghitung
berapa banyak pesawat pengebom yang dibutuhkan, berapa banyak bom yang
harus dibawa, apa kemungkinan serangan balasan dari Iran, dan bagaimana
cara menghadapinya.
Salah satu kesimpulan yang diambil
Cordesman adalah, profil militer Israel tidak akan mampu melakukan
serangan tersebut. Untuk menyerang Iran, Israel harus mengerahkan
seperempat pasukan udaranya dan semua pesawat tempurnya, sehingga tidak
ada pesawat cadangan untuk berjaga-jaga. Pesawat-pesawat tempur itu
harus melewati perbatasan Syria-Turki sebelum terbang di atas udara Irak
and Iran. Dan wilayah-wilayah tersebut, sangat rawan bagi Israel.
Menurut Cordesman, “Berdasarkan jumlah pesawat yang diperlukan, proses
pengisian bahan bakar yang harus dilakukan sepanjang perjalanan menuju
Iran, serta usaha mencapai target gempuran tanpa terdeteksi sangatlah
beresiko tinggi dan kecil kemungkinan keseluruhan operasi militer
tersebut akan berhasil.”
Dan
bahkan jika pesawat tempur Israel berhasil mengebom reaktor nuklir
Iran, pembalasan yang dilakukan Iran akan membawa dampak yang sangat
buruk bagi kawasan Timur Tengah. Cordesman menulis, “Anda tidak akan
ingin tahu seperti apa jadinya Timur Tengah sehari setelah Israel
berupaya menyerang Iran.”
Karena itu, bila Israel berkeras ingin menyerang Iran, Israel harus
menggandeng AS. Tapi, bila AS menyetujui permintaan Israel ini, AS harus
mengerahkan ratusan pesawat dan kapal tempur. Serangan awal saja sudah
membutuhkan alokasi kekuatan yang sangat besar, termasuk pengebom utama,
upaya penghancuran system pertahanan udara lawan, pesawat-pesawat
pendamping untuk melindungi pesawat pengebom, peralatan perang
elektronik, patrol udara untuk menahan serangan balasan dari Iran, dll.
Pada saat yang sama, AS harus menghalangi Iran agar tidak melakukan aksi
apapun di Selat Hormuz. Bila Iran sampai berhasil memblokir Selat
Hormuz, suplai minyak dan gas dunia akan terhambat dan efeknya akan
sangat buruk bagi perekonomian dunia. Dan ini bukan pekerjaan mudah.
Iran selama ini justru sangat memperkuat kemampuan militernya demi
mengontrol Selat Hormuz bila terjadi perang. Meskipun, AS juga sudah
mempersiapkan banyak hal untuk menjaga agar Hormuz tetap terbuka, antara
lain dengan menempatkan berbagai perlengkapan militer di Bahrain, Saudi
Arabia, Qatar, Kuwait, dan UAE. Namun inipun mengandung ancaman lain.
Iran berkali-kali mengancam, bila wilayahnya diserang, Iran akan
melakukan serangan balasan ke semua negara Arab yang di dalamnya ada
pangkalan militer AS. Belum lagi, Rusia dan China diperkirakan akan ikut
campur demi mengamankan kepentingan mereka sendiri di Timteng. Tak
heran bila banyak analis mengungkapkan ramalan bahwa Perang Dunia III
akan meletus bila AS sampai menyerang Iran.
Lihatlah situasinya: bila Israel dan AS menyerang Iran, artinya
mereka keluar dari wilayah mereka sendiri dan harus bersusah-payah
mengusung semua perlengkapan militernya. Lalu, urusan tidak selesai
hanya dengan menjatuhkan bom ke situs nuklir Iran. Serangan balik dari
Iran, dan posisi geostrategis Iran, sangat memberikan potensi kekalahan
bagi AS dan Israel. Karena itulah, Menhan Leon Panetta sampai berkata,
“Sangat jelas bahwa bila AS melakukan serangan itu, kita akan
mendapatkan akibat buruk yang sangat besar.”
Sekarang mari kita balik: bagaimana seandainya Iran menyerang Israel?
Minimalnya, ada dua versi jawaban yang bisa diberikan sementara ini.
Berdasarkan kalkulasi hard power. Ingat lagi profil militer
Iran. Bisa dibayangkan, berapa banyak senjata yang dimiliki Iran dengan
dana 7 M Dollar pertahun, dibandingkan dengan banyaknya senjata yang
dimiliki AS dengan dana 687 M Dollar pertahun. Bandingkan lagi dengan
kondisi ‘seandainya Israel menyerang Iran’ seperti yang sudah dianalisis
Cordesman di atas. Kesimpulan yang bisa diambil adalah saat ini,
profil militer Iran memang belum mampu menyerang Israel secara langsung,
begitu juga sebaliknya, Israel juga belum mampu menyerang Iran secara
langsung. Sementara, AS punya hitung-hitungan lain di luar sekedar
menyerang Iran. AS akan menghadapi kehancuran ekonomi yang sangat parah
bila sampai mengobarkan perang terhadap Iran.
Artinya, kedua pihak saat ini masih dalam posisi sama-sama bertahan.
Itulah sebabnya, retorika Iran selama ini memang selalu defensif: Iran
tidak mengancam akan menyerang, melainkan ‘akan membalas bila ada yang
berani menyerang’. Seandainya Iran dalam posisi diserang dan membela
diri dari dalam negeri (bukan dalam posisi menyerang dan mengirimkan
pasukan ke luar wilayahnya) Iran sangat mungkin bertahan dan meraih
kemenangan, karena memiliki keunggulan geostrategis. Hanya dengan
memblokir Selat Hormuz, seluruh dunia akan merasakan dampak buruk perang
dan bahkan AS akan bangkrut sehingga tak akan mampu melanjutkan perang.
Sebaliknya, untuk bisa maju perang (=secara ofensif mengirimkan
senjata dan pasukan ke luar wilayahnya), Iran tidak mungkin maju
sendirian. Bila negara-negara Arab, terutama yang berbatasan darat
dengan Palestina, belum siap berjuang, tentu sangat konyol bila Iran
harus mengirim pasukan ke Palestina yang jauhnya 1500 km dari Teheran.
Berapa banyak pasukan, pesawat tempur, dan rudal yang mampu dikirim oleh
Iran yang hanya punya anggaran 7 M Dollar pertahun? Bila Mesir saja
yang pemerintahannya dikuasai Ikhwanul Muslimin (artinya, seideologi
dengan Hamas) masih menutup pintu perbatasannya dengan Gaza; masih
menolak untuk terjun langsung ke medan pertempuran membela saudara se-harakah mereka, mengapa Iran yang di-ojok-ojok
untuk mengirim pasukan perang? Karena itu, dari sisi ini, hanya satu
kata untuk menilai pertanyaan ‘mengapa Iran tidak langsung menyerang
Israel?’ : naif.
2. Berdasarkan kalkulasi soft power. Sangat mungkin, di atas
kertas, profil militer Iran memang seperti yang diungkapkan di atas.
Tapi, bila diingat lagi percepatan kemajuan teknologi militer yang
dicapai Iran dan statemen beberapa petinggi militer Iran yang
menyebutkan bahwa kemampuan Iran ‘jauh lebih besar dari apa yang
terlihat’, ada aspek lain yang perlu dipertimbangkan. Iran adalah negara
yang berbasis teologi mazhab Syiah dan meyakini adanya aspek transenden
dalam setiap keputusan yang diambil oleh pemimpin spiritual mereka (rahbar). Militer Iran pun berada di bawah wewenang rahbar,
yang sekarang dijabat Ayatullah Khamenei. Iran meyakini bahwa Ayatullah
Khamanei memiliki kemampuan transenden sehingga mengetahui kapan saat
yang tepat untuk maju perang. Orang lain boleh tidak percaya, tetapi ini
adalah urusan rakyat Iran sendiri.
Di sini, pertanyaan mengapa Iran belum juga menyerang Israel secara
langsung (seandainya memang kemampuan militernya sebenarnya sudah
mencukupi) akan mendapat jawaban sederhana saja: karena belum diizinkan
oleh sang Rahbar. Lalu, mengapa Rahbar belum memberi izin? Silahkan
dipikirkan sendiri, dengan mengaitkannya pada hal-hal yang bersifat
ideologis dan relijius; dan hal ini di luar kapasitas saya untuk
menjelaskan.
Intinya, perjuangan melawan Israel bukanlah perjuangan Iran saja. Ini
seharusnya menjadi perjuangan bersama semua negara-negara muslim. Dan
inilah yang terus diupayakan para pemimpin dan ulama Iran melalui
berbagai statemen dan orasinya: membangkitkan kesadaran dan semangat
juang kaum muslimin sedunia; sambil terus berupaya memperkuat profil
militernya. Ini bukanlah omdo (omong doang), tapi upaya yang memang harus dilakukan sebelum mencapai kemenangan.
Akan tiba suatu masa ketika kaum muslimin sedunia bangkit bersatu dan
bersama-sama merebut kembali Al Quds dari tangan para penjajah. Inilah
janji Allah dalam QS 17:4-5, “Dan telah kami tetapkan terhadap Bani
Israel di dalam Alkitab: sesungguhnya kalian akan membuat kerusakan di
muka bumi ini dua kali dan kalian akan menyombongkan diri dengan
kesombongan yang besar. Dan maka ketika telah tiba apa yang dijanjikan
itu, akan kami bangkitkan para hamba yang perkasa dan memiliki kekuatan
besar untuk mengalahkan kalian. Para hamba itu akan mencari kalian
sampai ke tempat persembunyian kalian dan janji [Allah] itu pasti
terjadi.”
update:
analisis yang lebih sederhana, tapi sangat mantap, bisa baca di sini.
update:
karena ada beberapa komentator yang nanyain sumber tulisan (pdhl,
tinggal googling aja tho, cari kata kunci cordesman+csis+iran+israel),
ini sy kasih linknya, silahkan download sendiri:
(1) Lagi rame kasus anggota ISIS
ditangkapin ya? Tentu kita berterima kasih kepada Densus yang menjaga
NKRI dengan bertindak tegas pada anggota kelompok teroris.
Namun, kita perlu ingat: sekarang adalah
tahun 2021. Padahal, ISIS terang-terangan mendeklarasikan diri pada 16
Maret 2014 di BUNDARAN HI! Bundaran HI itu berada di Jakarta ya, IBU
KOTA NEGARA! Kemana publik, media, MUI, pemerintah waktu itu?
Saya copas bagian awal liputan mengenai acara deklarasi tsb.
***
Pagi itu (16 Maret 2014), Bundaran HI
tampak tampak ramai oleh warga Jakarta yang berolah raga. Seperti biasa,
di hari Ahad, jalan Sudirman sampai HI memang steril kendaraan
terkecuali hanya Busway Trans Jakarta, sehingga masyarakat lebih nyaman
berolahraga.
Namun kenyamanan pagi itu juga
‘diramaikan’ oleh acara bertajuk “Tabligh Akbar:Menyongsong Kehadiran
Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah; Support & Solidarity for ISIS.”
Sekedar informasi, ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) adalah salah
satu dari sekian banyak kelompok militan yang menyerbu dan
mengobrak-abrik Suriah dengan alasan jihad. ISIS ingin menggulingkan
rezim Assad karena ingin mendirikan khilafah di Suriah dan Irak.
Beberapa laki-laki bercelana cingkrang,
berjenggot, dan berpakaian serba hitam terlihat berkumpul di dekat
bundaran, membentangkan bendera-bendera al-Qaeda dan berbagai macam
atribut dan spanduk dukungan kepada ISIS. Sempat terjadi adu mulut
antara mereka dengan seorang polisi yang bertugas menjaga kelancaran
lalu lintas, sebab keberadaan pasukan berbaju hitam itu sempat
memacetkan jalur Busway dan menyedot perhatian warga yang sedang berolah
raga.
…
Tepat 09.30 WIB, orasi pun dimulai. Teriakan takbir bergema bersama
kepalan-kepalan tangan yang diacungkan ke udara mengiringi orasi.
Orasi dipimpin oleh Koordinator Gerakan Khilafah Wilayah Jakarta.
Orator pertama adalah Ustad Fachri dari Pamulang yang mengajak semua
ikhwan untuk merapatkan barisan dalam rangka menyambut berdirinya
Khilafah di Bumi Syam (Suriah) dan Irak, dan sebentar lagi akan memasuki
Lebanon dan menyeberang ke Asia Tenggara. Ustad Fachri juga menyeru
bangsa Indonesia agar kembali pada Hukum Allah. Ustad Fachri juga secara
tegas menyampaikan rencana untuk menegakkan Daulah Islamiyah di bumi
Indonesia dengan berbagai cara.
…
[lanjutannya baca saja di websitenya langsung]
**
Yang bikin ngeri adalah baris akhir dari liputan ini. “Siang semakin
menjelang. Acara pun usai. Seorang warga yang sedang bersepeda di
bundaran HI mengacungkan jempolnya ke bawah, ke arah kerumunan pro-ISIS
itu. Seseorang dari mereka membalas, “Mati, lu!” Itulah ideologi mereka:
bila kita tidak sepakat dengan mereka, kita layak mati. Ideologi
takfirisme, yang menyusup ke dalam berbagai nama, berbagai merk. ***
Kini di tahun 2021, kesadaran publik soal bahaya ISIS semakin meluas.
Pemerintah juga semakin berani untuk tegas. PR besar kita semua adalah
melawannya di tataran ideologi dan narasi. Organisasi dibubarkan,
anggota ditangkap, tidak membuat ideologi mati. Karena ideologinya tidak
diidentifikasi dengan jelas, banyak yang tidak paham/sadar bahwa mereka
sedang dicekoki oleh ideologi yang sama (tapi berbeda merk). Apalagi
para ustad-nya sangat lihai bermain narasi dan dengan dukungan dana
besar, mampu mengisi ruang-ruang publik dengan ceramah-ceramah yang
seolah baik.
Tahun 2014, Mosul, sebuah kota terbesar
kedua di Irak, jatuh ke tangan ISIS. Kejatuhan Baghdad (ibu kota Irak)
sudah di depan mata. Tentara Irak tidak sanggup menghadapinya sendirian.
Tentara AS bercokol di Irak, tapi tidak banyak membantu. Ulama Irak,
Ayatullah Sistani, mengeluarkan fatwa jihad melawan ISIS. Warga Irak,
dari berbagai agama, bangkit, bergabung dengan pasukan relawan, melawan
ISIS. Tahun 2017, Mosul kembali direbut,
Dalam video ini bisa dicatat dua poin penting:
(1) Warga Mosul (etnis Arab) adalah
masyarakat yang plural, Muslim, Kristen, dan Yazidi hidup berdampingan
damai. ISIS datang memorakporandakan kota mereka. Kini setelah ISIS
berhasil diusir, mereka bergandengan tangan untuk membangun kembali
kota. Dengan dikoordinasi oleh UNESCO, warga Muslim membantu pembangunan
kembali gereja dan warga Kristen membantu membangun kembali masjid.
Jadi, ISIS tidak sama dengan ideologi
Arab, sehingga salah kaprah bila ada netizen Indonesia menghina-hina
etnis Arab di Indonesia saat bicara soal ISIS. Ideologi ISIS adalah
ideologi takfirisme. Mereka menafsirkan ajaran Islam dengan salah
kaprah. Melawannya harus dengan kontranarasi yang benar; bukan dengan
menghina-hina salah satu etnis atau agama di negeri ini.
(2)
Jangan menunggu kota-kota Indonesia sehancur Mosul (atau kota-kota lain
di Irak dan Suriah yang dihancurkan ISIS). Ideologi takfirisme yang
membuat manusia bisa sedemikian keji dan bergabung dengan ISIS harus
dilawan dalam sebuah program yang integratif, tidak setengah-setengah.
Seperti apa program yang integratif itu?
Begini, ada yang komen “ISIS buatan AS”. Memang banyak indikasi dan
bukti mengenai dukungan AS pada ISIS. Data menunjukkan adanya aliran
senjata dari AS ke ISIS, meski AS ngeles, “kami maunya ngirim ke
‘pemberontak moderat’, tapi entah mengapa jatuh ke tangan ISIS.”
Di medan tempur, saat pasukan Suriah hampir menang lawan ISIS,
jet-jet tempur AS membombardir mereka, alsan AS: “salah tembak”. Lalu,
yang paling keji, pada 3 Januari 2020, AS membunuh Jenderal Qassem
Soleimani yang memimpin pasukan relawan Irak dalam membebaskan kota
Mosul (dan kota-kota lain) dari cengkeraman ISIS.
Kasus lain, sampai sekarang, Facebook selalu memblokir postingan
tentang Jend QS (saya juga kena, beberapa hr yll). AS dan Facebook yang
“Barat” itu kok ambigu, di satu sisi sok-sok antiteroris, di saat yang
sama malah membunuh (memblokir) pihak-pihak yang melawan
radikalisme/terorisme.
Tapi, apakah ISIS buatan AS? Menurut saya: yang dilakukan AS adalah
MEMANFAATKAN elemen-elemen lokal yang memang berpotensi untuk dimainkan.
Kalau di Timteng, ada kelompok-kelompok garis keras (berideologi
takfiri) yang bisa dimanfaatkan AS untuk menggulingkan rezim yang
“mbalelo”. Di negara-negara lain, misalnya di Eropa Timur atau Asia
Tenggara (termasuk Indonesia), AS membiayai LSM-LSM yang selalu bikin
gaduh dengan alasan “demokrasi”.
Jadi, ada dua elemen yang terlibat dalam kasus terorisme global:
(1) negara adidaya (Amerika dkk, termasuk jejaring media global yang
sering menyebarkan disinformasi soal Suriah sehingga memprovokasi
orang-orang yang sudah teradikalisasi untuk gabung dengan ISIS), dan
(2) para anggota ISIS dan kelompok serupa dalam berbagai merk (orang lokal, Muslim).
Oleh karena itu perlawanan perlu dilakukan terhadap kedua elemen ini.
Dalam upaya deradikalisasi, penting untuk memasukkan kajian geopolitik
global, bukan hanya fokus di pemahaman relijius yang salah kaprah.
Media-media mainstream Indonesia yang selama Perang Suriah juga
menyebarkan misinformasi, juga pihak yang sangat bertanggung jawab atas
semakin meningkatkan radikalisme/terorisme. Saya himbau para wartawan,
belajarlah geopolitik dengan baik, jangan asal copas terjemah berita
dari jejaring media AS/Inggris. Baca ISIS hari ini adalah bagian dari
dosa Anda juga karena menyampaikan disinformasi soal Suriah.
Ini yang saya maksud program deradikalisasi yang integratif:
menyentuh akar masalah, global maupun lokal, serta dilakukan di berbagai
lini, mulai dari pelajaran sekolah (dan lembaga pendidikan lain),
ceramah, dan acara-acara tivi, serta materi pemberitaan, dll.
***
Problem di Indonesia memang bukan cuma radikalisme. Tapi, pembangunan
dan perbaikan di bidang-bidang lain, akan sia-sia saja jika pada
akhirnya kota-kota dihacurkan seperti di video ini. Pemerintah kita
menghadapi sedemikian banyak persoalan, ekonomi, kesehatan, terorisme,
dan digempur “kaum serigala” yang maunya cuma main proyek. Sangat patut
kita syukuri, pemerintah kita tetap mampu berdiri tegak menghadapi semua
kesulitan ini. Di luar sana, ada pemerintahan-pemerintahan yang
dikudeta; atau gagal, tidak mampu berbuat apa-apa lagi.
Saya miris membaca berbagai komen yang
merendahkan Islam, ketika ada yang membahas terorisme di medsos. Bahkan
postingan donasi untuk NTT saja ditunggangi untuk melancarkan hate
speech pada umat Muslim.
Benar bahwa berbagai aksi teror di
berbagai tempat, terutama sejak perang Suriah, dilakukan atas nama
Islam. Di Suriah ada ratusan milisi teror yang mengaku Muslim, antara
lain ISIS. Saya pun sudah menulis sangat banyak tulisan membongkar
perilaku para teroris ini, juga 2 buku tentang Suriah.
Tapi yang sering (sengaja) dilupakan oleh
mereka yang menghina-hina umat Islam, adalah: siapakah korban terbanyak
terorisme itu dan siapa yang paling berdarah-darah dalam perang melawan
teror di Irak dan Suriah? Jelas kaum Muslim sendiri. Rakyat Irak dan
Suriah bahu-membahu bersama militer mereka dalam perang-perang melawan
ISIS (dan kelompok teror lain).
Ironisnya, Amerika Serikat, dengan alasan
melawan teroris, setiap tahun menjatuhkan bom-bom secara masif ke
negeri-negeri Muslim. Data dari CFR, tahun 2016 saja, AS menjatuhkan
26.171 bom di Suriah, Irak, Afghanistan, Libya, Yaman, Somalia dan
Pakistan.
Artinya, rata-rata 3 bom setiap jam
dijatuhkan AS di negeri-negeri mayoritas Muslim. ARTINYA: korban
terbesar terorisme adalah kaum Muslim dan dalam tubuh kaum Muslim
sendiri jelas ADA PERLAWANAN terhadap para teroris, bahkan perlawanan
yang riil, dengan mempertaruhkan nyawa.
Desa/kota di Irak dan Suriah yang
dilindungi/dibebaskan oleh milisi-milisi sukarelawan anti-ISIS bukan
cuma yang dihuni oleh Muslim, tetapi juga yang berpopulasi Kristen.
Sekarang, apa sih DEFINISI terorisme?
Majelis Umum PBB dalam Resolusi 49/60 tahun 1994 mendeskripsikan terorisme sebagai berikut (saya terjemahkan dari B. Inggris):”
Tindak kriminal, yang dimaksudkan atau diperhitungkan untuk
memprovokasi keadaan teror (ketakutan) di masyarakat umum, yang
dilakukan oleh orang atau sekelompok orang tertentu untuk tujuan
politik, dengan pertimbangan apapun tidak dapat dibenarkan, baik itu
politik, filosofis, ideologis, rasisme, etnis, agama atau hal-hal lain
yang mungkin digunakan untuk membenarkannya.”
Perhatikan bahwa menurut PBB, tindak terorisme bisa berasal dari
banyak hal: politik, filosofis, ideologis, rasisme, etnis, agama, dll.
Dalam definisi ini, hanya disebut “agama”, tidak merujuk pada Islam
(saja). Karena faktanya, di dunia ini terjadi kasus-kasus teror yang
dilandasi oleh kebencian agama, yang dilakukan di luar umat Muslim.
Misalnya, tahun 1994 Baruch Goldstein, seorang Yahudi ekstrim
menembaki jamaah masjid Ibrahim di Hebron yang sedang sholat Subuh dan
menewaskan 29 orang. Israel menyebut Goldstein pelaku tunggal, tapi
saksi mata menyebut dia bersama sejumlah orang lain.
[Meski tidak ada media Barat yang menyebut Goldstein teroris, tapi
ingat lagi definisinya “tindakan kriminal… memprovokasi keadaan teror
(ketakutan) di masyarakat umum..dilandasi agama…”]
Jadi, kalau benar Anda mau bersama-sama melawan radikalisme dan
menjaga keutuhan negeri ini, hilangkan dulu kebiasaan hate speech pada
pihak lain. Akar radikalisme adalah kebencian, intoleran pada pihak yang
berbeda. Mari mulai dari diri sendiri. Berlagak sedang melawan
terorisme dengan menghina-hina umat lain di medsos adalah sikap yang
salah kaprah.
Saya sih curiganya, mereka itu memang “buzzer” dari pihak tertentu
yang ingin Indonesia terus kisruh. Kita yang waras perlu mewaspadai
akun-akun seperti ini.
Dalam
sebuah forum yang bikin saya geregetan itu, si pembicara ‘lawan’ saya
(orang ANNAS, doktor lho, ckckck) mengatakan begini, “Kalau benar Iran melawan Israel, mengapa tidak ada satu peluru pun dikirim Iran ke Israel?”
Pertanyaan yang buta geopolitik ini
sebenarnya dapat dengan mudah dijawab, namun moderator langsung menutup
acara tanpa memberikan kesempatan kepada saya untuk menanggapi.
Orang itu mungkin pura-pura lupa bahwa
Iran selama ini mengirimkan bantuan senjata dan dana ke Hamas dan para
pejuang Palestina. Selain itu, bila negara-negara Arab, terutama yang
berbatasan darat dengan Palestina, tidak mau mengirim senjata ke
Palestina, apalagi berperang langsung melawan Israel, tentu sangat
konyol bila Iran harus mengirim pasukan ke Palestina yang jauhnya 1500
km dari Teheran. Belum sampai ke Palestina, pesawat Iran tentu sudah
ditembak jatuh oleh negara-negara Arab sekutu Israel. Atau, oleh tentara
AS yang bercokol di pangkalan militernya di Saudi, Qatar, Bahrain, UAE,
Turki, dan Mesir.
Belum lagi masalah dana. Saudi yang kaya
raya aja sekarang kocar-kacir ekonominya gegara menyerang Yaman dan
mendanai mujahidin asing menyerang Suriah (IMF memprediksi, dalam 5 thn
ke depan Saudi akan kehabisan uang). Trus, Iran yang GDP-nya bahkan
lebih rendah dari Indonesia, dan bujet militernya hanya 7 M USD pertahun
(doktrin militernya pun defensif), elu suruh perang head to head
melawan Israel yang bujet militernya 15 M USD pertahun dan didukung
semua negara Arab (kecuali Suriah-Lebanon) + AS-Prancis-Inggris.
Memangnya perang itu kalkulasinya pake dengkul ya, bukan pake otak?!
Mungkin benar kata orang bijak, kebodohan memang tak ada batasnya.
–dialog berikut ini aslinya saya dapat dari WA lalu saya adaptasi:
ANDA SEHAT?
A: Iran itu sekutu Zionis!
B: Apakah Anda temukan kedubes/konsulat Israel di Iran?
A: Tidak
B: Apakah ada konsulat Saudi di Israel?
A: Sudah ada rencana dan tandatangan MoU untuk itu.
B: Apakah ada pangkalan militer Amerika di Iran?
A: Tidak
B: Apakah ada pangkalan militer AS di Saudi?
A: Ada
B: Arab Saudi dibantu Israel dan Amerika menyerang Yaman. Sementara Iran
membantu tentara Yaman membela tanah airnya. Arab-AS menyuplai senjata
dan dana pada mujahidin untuk menghancurkan Suriah, sedang rumah sakit
Israel merawat para mujahidin yang terluka biar bisa perang lagi.
Sementara, Iran membantu tentara Suriah mempertahankan tanah airnya.
Jadi, siapa yang bekerjasama dengan Zionis?”
A: Iran
B: ANDA SEHAT???
Dalam studi Hubungan Internasional, power, atau kekuatan negara-negara biasanya didefinisikan dalam dua kategori, hard power dan soft power. Hard power
secara singkat bisa dimaknai sebagai kekuatan material, semisal
senjata, jumlah pasukan, dan uang yang dimiliki sebuah negara. Umumnya
pemikir Barat (atau pemikir Timur yang westernized) lebih memfokuskan pembahasan pada hitung-hitungan hard power
ini. Contohnya saja, seberapa mungkin Indonesia bisa menang melawan
Malaysia jika terjadi perang? Yang dikedepankan biasanya adalah
kalkulasi seberapa banyak senjata, kapal perang, kapal selam, dan jumlah
pasukan yang dimiliki kedua negara.
Begitu juga, di saat AS dan Israel
berkali-kali melontarkan ancaman serangan kepada Iran, yang banyak
dihitung oleh analis Barat adalah berapa banyak pasukan AS yang kini
sudah dipindahkan ke pangkalan-pangkalan militer AS di kawasan sekitar
Teluk Persia; seberapa banyak rudal yang dimililiki Iran, seberapa jauh
jarak jelajahnya, dst.
Bila memakai kalkulasi hard power, harus diakui bahwa sebenarnya kekuatan Iran masih jauh di bawah AS. Apalagi, doktrin militer Iran adalah defensive
(bertahan, tidak bertujuan menginvasi Negara lain). Iran hanya
menganggarkan 1,8% dari pendapatan kotor nasional (GDP)-nya untuk
militer (atau sebesar 7 M dollar). Sebaliknya, AS adalah negara dengan
anggaran militer terbesar di dunia, yaitu 4,7% dari GDP atau sebesar
687 M dollar. Bahkan, AS telah membangun pangkalan-pangkalan militer di
berbagai penjuru dunia yang mengepung Iran. Bisa diperhatikan di gambar
ini. Daerah berwarna ungu adalah kawasan di mana ada pangkalan militer
AS.
Tapi, dalam kasus Iran, memperhatikan kalkulasi hard power saja tidak cukup. Sebabnya adalah karena kunci kekuatan Iran justru di soft power-nya.
Dan ini sepertinya diabaikan oleh banyak analis Barat, mungkin
sengaja, atau mungkin juga ketidaktahuan. Dalam papernya di The Iranian Journal of International Affairs, Manouchehr
Mohammadi (Professor Hubungan Internasional dari Tehran University)
menyebutkan bahwa kemampuan Republik Islam Iran untuk bertahan hingga
hari ini adalah bergantung pada faktor-faktor yang sangat langka
ditemukan dalam masyarakat Barat yang materialistis, yaitu faktor-faktor
spiritual. Tentu saja, faktor hard power tetap diperhatikan oleh Republik Islam Iran, namun basisnya adalah soft power.
Apa itu soft power? Secara ringkas bisa dikatakan bahwa subtansi soft power adalah sikap persuasif dan kemampuan meyakinkan pihak lain; sementara hard power menggunakan kekerasan dan pemaksaan dalam upayanya menundukkan pihak lawan. Karena itulah, menurut Mohammadi, dalam soft power,
mentalitas menjadi kekuatan utama dan investasi terbesar yang dibangun
Iran adalah membangun mental ini, bukan membangun kekuatan militer.
Pemerintah Iran berusaha untuk menumbuhkan nilai-nilai bersama, antara
lain nilai tentang kesediaan untuk berkorban dan bekerja sama dalam
mencapai kepentingan nasional.
Mohammadi mengidentifikasi ada 10 sumber kekuatan soft power Iran,tiga diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Rahmat Tuhan.
Faktor Tuhan memang jarang disebut-sebut dalam analisis politik.
Tapi, kenyataannya, memang inilah yang diyakini oleh rakyat Iran, dan
inilah sumber kekuatan mereka. Menurut Mohammadi, bangsa Iran percaya
bahwa orang yang berjuang melawan penentang Tuhan, pastilah dibantu oleh
Tuhan. Dengan kalimat yang indah, Mohammadi mendefinisikan keyakinan
ini sebagai berikut, “Kenyataannya, mereka [yang berjuang di jalan
Allah] bagaikan tetesan air yang bergabung dengan lautan luas, lalu
menghilang dan menyatu dalam lautan, kemudian menjelma menjadi kekuatan
yang tak terbatas.”
Keyakinan ini semakin kuat setelah bangsa Iran pasca Revolusi
terbukti berkali-kali meraih kemenangan dalam melawan berbagai serangan
dari pihak musuh, mulai dari invasi Irak (yang didukung penuh oleh AS,
Eropa, Arab, dan Soviet), hingga berbagai aksi terorisme (pengeboman
pusat-pusat ziarah, pemerintahan, dan aparat negara). Salah satu
kejadian yang dicatat dalam sejarah Iran adalah kegagalan operasi
rahasia Angkatan Udara AS untuk memasuki Teheran. Pada tahun 1980,
Presiden AS Jimmy Carter mengirimkan delapan helicopter dalam Operasi
Eagle Claw. Misinya adalah menyelamatkan 52 warga AS yang disandera para
mahasiswa Iran di Teheran. Operasi itu gagal ‘hanya’ karena angin topan
menyerbu kawasan Tabas, gurun tempat helikopter itu ‘bersembunyi’
sebelum meluncur ke Teheran. Angin topan dan pasir membuat helikopter
itu saling bertabrakan dan rusak parah. Mengomentari kejadian ini, Imam
Khomeini mengatakan, “Pasir dan angin adalah ‘pasukan’ Allah dalam
operasi ini.”
2. Kepemimpinan dan Otoritas
Peran kepemimpinan dan komando adalah faktor yang sangat penting
dalam situasi konflik, baik itu militer, politik, atau budaya.
Pemimpin-lah yang menjadi penunjuk arah dalam setiap gerakan perjuangan.
Dialah yang menyusun rencana dan strategi untuk berhadapan dengan
musuh. Menurut Mohammadi, hubungan yang erat dan solid antara pemimpin
dengan rakyatnya adalah sumber power yang sangat penting. Di Iran,
karena yang menjadi pemimpin adalah ulama yang memiliki kredibilitas
tinggi, kepatuhan kepada pemimpin bahkan dianggap sebagai sebuah gerakan
relijius, dan inilah yang menjadi sumber utama kekuatan soft power Iran. Dalam kalimat Mohammadi, “[it] is a source of power per se, that assures the friends and frightens the foes.”
3. Mengubah Ancaman Menjadi Kesempatan
Revolusi Islam Iran telah menggulingkan Shah Pahlevi yang didukung
penuh oleh Barat. Pra-revolusi Islam, Barat sangat mendominasi Iran,
baik dari sisi ekonomi, politik, maupun budaya. Kepentingan Barat di
Iran terancam oleh naiknya seorang ulama yang menyuarakan independensi
dan sikap anti kapitalisme-liberalisme, yaitu Imam Khomeini. Karena
itulah, Barat dengan berbagai cara berusaha menggulingkan pemerintahan
Islam, antara lain dengan memback-up Saddam Husein untuk memerangi Iran.
Saddam yang sesumbar bisa menduduki Teheran hanya dalam sepekan,
ternyata setelah berperang selama 8 tahun tetap tidak mampu mengalahkan
Iran. AS dan Eropa kemudian menerapkan berbagai sanksi dan embargo;
berusaha meminggirkan Iran dalam pergaulan internasional,
mempropagandakan citra buruk terhadap pemerintahan Islam, dll.
Karena didasari oleh dua faktor sebelumnya (keyakinan pada rahmat
Tuhan dan faktor kepemimpinan relijius), bangsa Iran mampu bertahan
hidup dalam situasi yang sulit dan berjuang untuk mengubah tekanan dan
ancaman ini menjadi kesempatan untuk maju dan berdikari. Contoh
mutakhirnya adalah, ketika akhir-akhir ini semakin marak pembunuhan
terhadap pakar nuklir Iran yang didalangi oleh agen-agen rahasia asing;
jumlah pendaftar kuliah di jurusan teknik nuklir justru semakin
meningkat. Inilah jenis mental yang berhasil dibangun oleh pemerintah
Iran selama 34 tahun terakhir: semakin ditekan, semakin kuat semangat
perjuangan mereka.
Dalam pidato terbarunya di Teheran, pemimpin tertinggi Iran,
Ayatullah Khamenei, menyinggung masalah ini. Beliau mengatakan, “Ketika
kita diembargo, kemampuan kita justru semakin meningkat, potensi kita
justru semakin terasah, kita tumbuh dari dalam. Jika kita tidak
diembargo senjata, hari ini kita tidak akan mencapai kemajuan yang
mengagumkan. Jika kita tidak diembargo dalam pengembangan nuklir
–padahal reaktor nuklir Bushehr itu mereka [Barat] yang
membangunnya—hari ini kita tidak memiliki kemampuan dalam pengayaan
uranium,. Jika mereka tidak menutup pintu-pintu ilmu dari kita, hari ini
kita tidak akan mampu menciptakan stem cell, menguasai ilmu
antariksa dan mengirim satelit ke angkasa luar. Karena itu, semakin
mereka mengembargo kita, semakin besar kita mampu menggali kemampuan dan
potensi kita sendiri. Dan semakin hari, potensi kita itu akan semaki
mekar berkembang. Karena itulah, embargo sesungguhnya bermanfaat bagi
kita.”
Belajar dari Iran, kita perlu mengajukan pertanyaan, bagaimana dengan
Indonesia hari ini? Faktor kepemimpinan yang lemah dan lebih
mendahulukan membeli pesawat produk luar negeri jelas faktor yang sangat
melemahkan soft power Indonesia. Namun sebagai bangsa, kita
masih memiliki kekuatan untuk membangun dari dalam, dimulai dari diri
sendiri, yaitu membangun kekuatan dan keyakinan spiritual; membangun
etos perjuangan berbasis relijiusitas.
*penulis adalah alumnus magister Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran