Migo Berita - Banjarmasin - Nahdatul Ulama (NU) dukung IKN Nusantara, Edy Mulyadi dkk "Kapuhunan" Dayak Kalimantan!!! Kalimantan hingga INDONESIA selalu mengucapkan Syukur, akhirnya setelah PAPUA diperhatikan dan dibangun massif infrastrukturnya, sekarang Pulau Kalimantan pun menjadi Landasan Pembangunan INDONESIA berikutnya lewat IKN (Ibu Kota Negara) NUSANTARA. Dan NU pun menyambutnya dengan langsung berada disana. Apa buktinya ?? Baca hingga tuntas artikel yang telah kita kumpulkan agar tidak gagal paham, apalagi sampai GAGAL UCAP oleh Edy Mulyadi dkk..!!!
3x Indonesia melewati kesempatan emas.
👨🏻⚖️ UNGKAPAN PRESIDEN RI JOKO WIDODO YANG SANGAT MENCENGANGKAN
TUHAN TELAH BERI KITA 3X KESEMPATAN BESAR YAITU 3X REJEKI BESAR SEKALI TAPI KITA SIA SIAKAN
Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo,mengeluarkan ungkapan yang sangat mencengangkan yang menjadi fakta. Berikut ini isi ungkapannya tentang Negeri ini dianugerahi Tuhan Sumber daya Alam yg sangat luar biasa :
1. Kita booming minyak thn 70 an Negara dan rakyatnya nggak dapat apa2, malah lucunya Pertamina Hampir bangkrut..kemana tuh duitnya?
2. Tahun 80 an kita booming kayu sebab hutan Sumatera dan Kalimantan dibabat habis, kita juga nggak dapat apa2..pada kemana duitnya ? Kecuali lingkungan hancur dan Kalo hujan sedikit langsung banjir..
3. Tahun 2000 an kita booming lagi mineral batu bara dll, nggak juga dapat duitnya kecuali lingkungan hancur disemua daerah dan yang lebih gak masuk akal 95% exportir nya nggak punya NPWP, alias GA BAYAR PAJAK!
Sebetulnya Tuhan sudah kasih kita 3 x kesempatan /REJEKI besar tapi Kita nggak becus mengelola nya.
Sekarang zaman saya, kenapa saya sangat keras berantas illegal fishing, kapal2 ditenggelamkan?
Sebab zaman saya hanya tinggal kekayaan Laut …. HANYA ITU YG TERSISA, dan kita sudah menenggelamkan kapal2 illegal fishing di beberapa lokasi di Indonesia.
Efek nya begitu besar, kita jadi tahu Cold Storage di Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam dan RRC kosong alias tutup..
Soal subsidi bbm harus saya cabut sebab kita harus makan obat yang pahit untuk sembuhkan sakitnya yang sudah kronis hb dimanja selama 40 tahun lebih akibat subsidi bbm, dan ternyata kita nggak bisa bangun apa2.
1 thn setelah alihkan subsidi BBM, kita dapat RP 350 T, yg digunakan skrg untuk bangun jalan tol..U/ bangun jalan kereta api double track seluruh Indonesia hanya butuh Rp 650 T
Saya siap untuk tidak populer dan itu risiko yang harus diambil seorang pemimpin dan siap dimaki… Tapi hasilnya akan terasa saat ini dan kedepan demi kesejahteraan anak cucu kita di kemudian hari ...
🙏🙏🙏
Terkait Ibu Kota Negara, Gus Yahya: Nusantara Itu NU, Santri, Pemerintah, dan Rakyat
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama meminta izin untuk mendahului membangun kantor pusat di ibu kota negara Nusantara.
JAKARTA, KOMPAS — Sebelum pemerintah mengesahkan Undang-Undang tentang Ibu Kota Negara dalam lembaran negara, PB NU sudah lebih dulu mencanangkan kantor di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, yang akan menjadi pengganti DKI Jakarta. Selain kantor, PBNU juga akan membangun rumah sakit, perguruan tinggi, dan pesantren di ibu kota baru negara yang telah ditetapkan bernama Nusantara tersebut.
Pencanangan kantor PBNU digelar bersamaan dengan istigasah yang digelar di Pondok Pesantren Syaikhona Cholil, Balikpapan, Kaltim, Minggu (30/1/2022). Dalam acara yang juga dihadiri Gubernur Kaltim Isran Noor dan Pelaksana Tugas Bupati Penajam Paser Utara Muhammad Samsul Hadi itu, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf meminta izin mendahului untuk menempati ibu kota negara baru. ”PBNU memohon izin mendahului menempati ibu kota negara Nusantara,” kata pria yang dikenal dengan sebutan Gus Yahya tersebut.
Rancangan Undang-Undang tentang Ibu Kota Negara baru telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR pada 18 Januari. Draf UU itu pun sudah diserahkan kepada pemerintah untuk ditandatangani Presiden Joko Widodo dan diundangkan dalam lembaran negara.
PBNU memohon izin mendahului menempati ibu kota negara Nusantara.
Gus Yahya menceritakan, saat ada gagasan dari pemerintah untuk membangun ibu kota baru negara, banyak daerah mengajukan diri. Namun, pemerintah akhirnya menetapkan Kabupaten Penajam Paser Utara menjadi ibu kota negara yang diberi nama Nusantara.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa pernah menjelaskan bahwa terdapat 80 usulan nama untuk ibu kota baru negara, seperti Kertanegara, Cakrawalapura, dan Pertiwipura. Nusantara dipilih dengan alasan istilah itu sudah dikenal sejak dahulu dan menunjukkan kenusantaraan Indonesia.
Namun, bagi PBNU, Nusantara memiliki arti sendiri. ”Nusantara itu adalah NU, santri, pemerintah, dan rakyat,” ujar Yahya.
Kendati sudah mencanangkan pembangunan kantor baru di ibu kota negara Nusantara, sampai saat ini lokasi untuk membangun gedung PBNU belum ditetapkan. Yahya beralasan, penancangan dilakukan lebih dulu agar saat ibu kota negara resmi pindah ke Nusantara, PBNU sudah memiliki kantor di pusat pemerintahan.Dalam kesempatan itu, Yahya juga mengajak masyarakat dan Nahdliyin untuk berpikiran baik (khusnuzon) bahwa keadaan bangsa dan negara akan membaik di masa depan. Pembangunan ibu kota baru negara juga diharapkan menjadi tonggak sejarah yang mengembangkan kehidupan bangsa.
Sementara itu, Rais Syuriah Pengurus Wilayah NU Kalimantan Timur KH Ali Kholil menyampaikan bahwa Nahdliyin di Kaltim sangat berbahagia dengan rencana pemindahan ibu kota negara ke Penajam Paser Utara. Sebab, semua memahami bahwa pemindahan ibu kota negara merupakan wujud dari komitmen pemerintah bahwa pembangunan tidak Jawa sentris.
Masyarakat Kaltim berharap pembangunan ibu kota negara dapat pula membangun peradaban manusia. Apalagi, Presiden Joko Widodo menyebut bahwa tujuan pembangunan ibu kota baru negara adalah agar orang tidak bertumpuk di Jakarta dan pembangunan menyebar di seluruh Indonesia. ”Masyarakat Kaltim harus siap ketika ditantang oleh Presiden Jokowi untuk menyediakan lahan 50.000 hektar. Tantangan dijawab asalkan pembangunan infrastruktur jalan juga dibiayai oleh negara, bukan daerah,” kata Ali.
Wapres hadiri pelantikan
Selain penancanangan pembangunan kantor baru, PBNU juga akan menggelar pelantikan dan pengukuhan pengurus hasil Muktamar Ke-34 Lampung di Balikpapan pada Senin (31/1/2021). Wakil Presiden Ma’ruf Amin direncanakan hadir dalam pengukuhan PBNU masa khidmat 2022-2027.
Wapres Amin bertolak dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten, menuju Balikpapan pada Minggu pukul 14.00 WIB.
Sebelumnya, ketika diminta pandangan terkait kepengurusan NU masa khidmat 2022–2027, Staf Khusus Wapres Bidang Komunikasi dan Informasi Masduki Baidlowi menyebut bahwa Wapres Amin paham tentang alasan mengapa kepengurusan NU lebih gemuk dengan hampir 200 pengurus.
Hal ini terutama untuk mengakomodasi berbagai kepentingan, termasuk kepentingan rekonsiliatif. ”Itu, kan, artinya yang kemarin bertarung di muktamar itu supaya bisa menyatu saya kira gagasan Gus Yahya bagus karena supaya menjalin program tidak ada apa-apa lagi, dan walaupun sebenarnya muktamar kali ini adalah muktamar yang relatif smooth dan bagus secara demokratis,” kata Masduki.
Warna dari kepengurusan saat ini juga dinilai sangat bagus karena mengadopsi keluarga para pendiri NU. “Jadi mulai dari Tebu Ireng, Tambak Beras, Gus Dur, dan banyak ulama-ulama putra- putrinya itu adalah anak-anak muda yang cerdas dan bagus dan itu direkrut sebagai PBNU, sehingga dengan demikian representasi putra-putra para pendiri dan para ulama besar tergambar dari kepengurusan ini,” tambahnya.
Untuk pertama kalinya kepengurusan kali ini juga mengakomodasi kaum perempuan. “Karena itu memang cukup bisa diterima alasan yang dikemukakan Rois Aam maupun Gus Yahya itu saya kira sangat rasional dam dangat wajar kalau melibatkan perempuan di kepengurusan PBNU,” tuturnya.
Oleh karena itu, Wapres menilai bahwa wajar kalau kepengurusan kali ini lebih gemuk dibanding kepengurusan sebelumnya. “Ini jadi tren juga di semua ormas rata-rata seperti itu, karena untuk menghindari berbagai gesekan mendingan ini bersatu bergerak bersama-sama,” ujar Masduki.
Tidak kalah penting, saat ini adalah masa di mana NU menjelang usia 100 tahun. “Bahkan, akan masuk abad kedua sehingga kerjanya banyak, ada regional daerah, ada kerja nasional, dan kerja internasional, jadi tiga divisi ini saya kira butuh banyak orang maka itu saya kira cukup masuk akal,” tuturnya.
Soal keterlibatan beberapa politisi di NU, menurut Masduki, Wapres tidak mempermasalahkan. “Asalkan masing-masing bisa mentaati terhadap visi misi NU, saya kira enggak masalah karena visi misinya NU jelas, yang kedua program-program saya kira sangat jelas, dan yang ketiga bagaimana taat pada prinsip pada AD/ART terkait dengan rangkap jabatan, saya kira mereka sudah pengurus baru sudah punya ancang-ancang untuk mengatur itu,” tambahnya.
Ketika ditanya tentang kekhawatir jika NU bakal dikendalikan oleh parpol, Masduki menyebut bahwa Gus Yahya akan mampu mengendalikannya. ”Kalau soal dikendalikan atau tidak dikendalikan itu di luar pun bisa mengendalikan jadi apakah di luar atau di dalam pun itu sangat tergantung dari konsolidasi yang dilakukan oleh kepengurusan saat ini dan saya kira Gus Yahya adalah orang yang secara leadership bisa mengendalikan itu,” kata Masduki.Perempuan dan anak
Sekretaris Panitia Acara Ishfah Abidal Azis saat dihubungi, Minggu, menuturkan, acara pelantikan akan dihadiri oleh sekitar 500 undangan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Acara akan dimulai sekitar pukul 09.00 serta akan dihadiri Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
”Kami berfokus pada khusyu’ dan khikmatnya acara pelantikan, bukan ramainya. Krena situasi sedang seperti ini,” kata Ishfah.
Menurut Ishfah, acara akan diawali dengan doa bersama (istigsah), kemudian akan ada sambutan dari Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor sebagai tuan rumah acara. Selain itu, juga akan ada penandatanganan nota kesepahaman atau kerja sama antara PBNU dan kementerian.
Ishfah menerangkan, salah satu isu yang akan juga disoroti dalam pelantikan pengurus PBNU kali ini adalah persoalan perempuan dan anak. Menurut dia, PBNU mendukung gerakan perlindungan perempuan dan anak karena hal itu merupakan isu dan persoalan di masa depan. Apalagi, dalam kepengurusan kali ini, NU juga mengafirmasi keterwakilan perempuan dalam struktur kepengurusannya.
”PBNU memiliki konsep keluarga maslahat. Keluarga adalah agen perubahan yang dituntut untuk mencukupi kebutuhan pendidikan, ekonomi, dan proteksi pada aspek budaya. Keluarga sejahtera bukanlah keluarga yang kaya atau pintar, melainkan mampu melindungi anggota keluarga dari potensi ancaman,” ucap Ishfah.
Seperti diberitakan sebelumnya, untuk pertama kalinya, perempuan masuk dalam jajaran struktural Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU. Hadirnya perempuan ini merupakan kebutuhan organisasi dalam merespons situasi yang berkembang di tengah masyarakat saat ini.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf yang mengumumkan jajaran PBNU itu, Rabu (12/1/2022), di Jakarta, mengatakan, peran dan pemikiran perempuan kian diperlukan di PBNU. Tokoh ulama perempuan senior yang masuk jajaran pengurus, antara lain, Nyai Hajjah Nafisah Sahal Mahfudz, Nyai Hajjah Sinta Nuriyah, dan Nyai Hajjah Mahfudah Ali Ubeid. Ketiganya duduk di jajaran mustasyar (tokoh alim NU) bersama-sama dengan ulama lain, seperti KH Ma’ruf Amin, KH Mustofa Bisri, dan KH Said Aqil Siroj, (Kompas.id, 12 Januari 2022).
Sumber Utama : KOMPAS
*Dosen UNISKA yang terkesan Bela Edy Mulyadi dkk "Hina Kalimantan" bukan mewakili Anak Kalimantan dan DAYAK !!!
klik disini
*Masyarakat Kalimantan VS "Oknum Polisi & Oknum Politisi" klik disini
*Terbaru News (Habar Barita) Kalimantan Selatan !! klik disini
*Jangan salahkan PKS & Cina ??!!?? Apa salah PKS & Cina!!! Ada apa dengan Raffi Ahmad??!! , klik disini
Azam Khan si Penceletuk "Hanya Monyet", Bersiap 'Dikandangin' Polisi?
Duo haters ini sedang naik daun. Sayangnya daun yang dinaikinya daun busuk. Yang membuat keduanya terancam masuk bui. Serius!
Mungkin saat ini yang paling menyedot atensi publik adalah Edy Mulyadi. Betul, si Edy inilah yang viral lewat video terkait penolakan terhadap pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur (Kaltim). Sayangnya penolakan tersebut dilakukan Edy dengan alasan yang justru menyinggung masyarakat Kalimantan dan Kalimantan Timur. Rasis dan merendahkan.
Selain menyinggung warga Kalimantan, dari kejadian tersebut ternyata Edy sudah dilaporkan lebih dulu ke pihak kepolisian karena terkait ujaran kebencian kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Apes….
Untuk Azam Khan, ikut terseret karena diduga terlibat menimpali apa yang disampaikan Edy. Seperti diketahui, mantan caleg gagal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini sebelumnya mempertanyakan siapa yang akan mau pindah ke ibukota baru nanti di Kalimantan Timur, dicontohkannya termasuk si Azam Khan ini?
"Mana mau dia (Azam Khan) tinggal di Gunung Sahari pindah ke Kalimantan, Penajam sana, untuk beli rumah di sana ... Mana mau?" kata Edy Mulyadi dalam video viral itu.
"Hanya monyet," celetuk Azam Khan tiba-tiba, memotong omongan Edy Mulyadi yang kemudian disambut tawa mereka yang hadir dalam forum tersebut.
Zadists…..
Benar, itu sangat keterlaluan!
Tanpa bermaksud mengecilkan, ujaran kebencian terhadap Prabowo sebagai Menteri Pertahanan, sepertinya 'hanya' menyangkut masalah kenegaraan. Dalam ketatanegaraan, Menteri Pertahanan termasuk dalam triumvirat menteri, di mana bersama Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri, ketiganya menjadi pelaksana tugas kepresidenan apabila terjadi kekosongan jabatan Presiden dan Wakil Presiden.
Sementara untuk masalah duet Edy Mulyadi-Azam Khan ini, ada masalah besar yaitu Maslah kebangsaan dan kemanusiaan. Sebagai sebuah bangsa, masyarakat di Kalimantan Timur dalam sejarahnya sudah dikenal dalam menata dirinya menjadi kerajaan Hindu pertama dan tertua di Indonesia, yaitu sejak sekitar abad ke-4 Masehi.
Secara kemanusiaan juga terjadi penghinaan yang sedemikian rendahnya dengan menyebut bagi mereka yang bersedia pindah dan tinggal ke Kalimantan Timur. Terlalu….
Azam Khan, dengan celetukan "hanya monyet" itu, apakah menurut Anda siapapun nanti yang pindah ke Ibukota baru itu, baik ASN, TNI-POLRI, dan siapapun itu, mereka itu monyet? Azam Khan, apakah dengan celetukan "hanya monyet" itu, masyarakat yang sudah tinggal di Kalimantan Timur, mereka itu monyet?
Kelakuan Azam memang tidak mencerminkan latar belakangnya sebagai seorang yang faham, mendalami, dan yang sebelumnya dikenal sebagai praktisi hukum. Azam Khan sebelumnya diketahui adalah pengacara dari Imam Besar eks Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab (HRS), eks ormas FPI, dan pernah memberikan pendapatnya bahwa organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) tidak bisa dibubarkan.
Tapi kalau melihat bahwa dia pernah menjadi pengacara HRS dan eks FPI, ketika Azam Khan berkata merendahkan seperti itu, ya wajar-wajar saja. HRS saja dalam acara yang seharusnya berisi hal yang mengagungkan Nabi Muhammad SAW saja teriak-teriak dengan kata "Lo*te", juga sebelumnya penghinaan Sampurasun menjadi campur racun. Sementara FPI, dibanding dengan menyampaikan kebaikan dengan cara ngobrol-ngobrol cantik, ormas ini lebih greng dengan aksi pecah-pecahin kaca ataupun lempar-lempar batu.
Nah, jadi kalau melihat Azam Khan berbuat tidak sopan seperti itu, yang memang sudah habitatnya. Karena berasal dari kubangan yang sama, lingkungan pertemanan yang sama, dan mungkin saja grup wa yang sama, jadi wajar kalau yang keluar dari pola pikir dan pola mulut ya mirip-mirip. Ngawur dan menghina.
Kini Azam Khan seharusnya sudah bersiap. Celetukan dua kata itu bisa berakibat fatal pada statusnya ke depan menjadi seorang residivis. Azam Khan bisa terancam pidana akibat celetukannya itu.
Sebagai pengacara, kini dia harus bersiap untuk memberi nasihat dan pembelaan hukum terhadap dirinya sendiri. Dia bisa memulainya dengan langkah meminta maaf. Tapi dalam sebuah acara yang sekarang sudah almarhum, Indonesia Lawyer Club, Fadli Zon pernah berkata bahwa meminta maaf menandakan bersalah, dan bersalah harus mau bertanggung jawab secara hukum.
Siap?
Sumber Utama : https://seword.com/umum/azam-khan-si-penceletuk-hanya-monyet-bersiap-bdARhZUDXf
Makjleb!! Mau Cari Selamat Lewat Dewan Pers, Edy Mulyadi Malah Kena Skakmat PWI
Mungkin Edy Mulyadi tidak pernah menyangka pernyataannya mengenai Kalimantan 'tempat jin buang' anak dan 'Prabowo mengeong' berbuntut panjang.
Pertama, ia dikecam oleh masyarakat Kalimantan karena tersinggung oleh perkataannya tersebut.
Kedua, ia dikecam oleh kader Gerindra karena merendahkan Ketua Umum partai mereka.
Ketiga, ia dikecam oleh seluruh masyarakat Indonesia karena merasa Kalimantan itu adalah bagian dari wilayah Indonesia. Sehingga ketika dihina, itu sama saja dengan menghina Indonesia secara tidak langsung.
Dan keempat, ia mendadak tidak dianggap sebagai kader PKS. Padahal pada Pemilu 2019 lalu nyaleg lewat partai yang pernah dipimpin oleh Luthfi Hasan Ishaaq dan Tifatul Sembiring tersebut. Meskipun gagal lolos ke senayan.
Tidak hanya itu, karena omongannya yang gak sekolah tersebut juga Edy lalu dilaporkan ke polisi.
Kalau penulis baca beritanya, cukup banyak sih warga Kalimantan yang melaporkannya ke pihak berwajib.
Yang ini semakin meyakinkan bahwa pernyataannya tersebut memang mengandung unsur pidana.
Polisi juga sudah melayangkan surat pemanggilan kepada Edy pada Jumat (29/1) yang lalu. Tapi dia tidak datang.
Pertanda takut masuk penjara. Hehehe
Nah, sekarang yang ada dipikiran Edy adalah bagaimana caranya agar dia selamat dari jeratan hukum.
Trik yang dia pakai pun bermacam-macam. Diantaranya memanfaatkan posisinya sebagai wartawan.
Konon katanya si Edy ini wartawan media online FNN (Forum News Network). Yang setelah penulis telusuri, Dewan Pakar media ini terdiri dari Rocky Gerung, Margarito Kamis, Ahmad Yani, Syahganda Nainggolan, Natalius Pigai, dll.
Ini media apa tempat berkumpulnya orang-orang kalah dan terbuang? Hehehe
Lantas, bagaimana caranya Edy menyeret profesi wartawan tersebut di kasusnya?
Mencoba berlindung di balik UU Pers. Edy mengaku kalau dia menyampaikan pendapat soal Kalimantan 'tempat jin buang anak' dengan kapasitas sebagai wartawan. Sehingga Dewan Pers berhak melindunginya.
Melalui tim kuasa hukumnya, Edy juga mengancam polisi dengan mengatakan jika dirinya ditahan maka tim pengacaranya akan berkirim surat ke Dewan Pers (minta perlindungan hukum). Dan kalau tidak ditahan, batal berkirim surat ke lembaga yang berfungsi untuk melindungi kehidupan insan pers di Indonesia itu.
-o0o-
Tapi sungguh sayang, niatnya untuk memanfaatkan profesi wartawan supaya bebas dari jerat hukum tersebut sepertinya bakal sia-sia belaka.
Karena, bukannya mendapat dukungan moril dari wartawan lain, begitupun dari Dewan Pers, Edy Mulyadi malah kenak skakmat rame-rame oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Pertama, dari PWI Kota Depok. Mengungkapkan bahwa Edy Mulyadi itu tidak terdaftar sebagai wartawan di website Dewan Pers www.dewanpers.or.id.
Dulu pada 1995 konon katanya ia pernah menjadi anggota PWI. Namun karena status keanggotaannya tidak diperpanjang oleh Edy, maka statusnya sekarang sudah bukan wartawan lagi.
Jadi fiks. Ngomongnya saja sebagai wartawan senior tapi ternyata hanya wartawan abal-abal.
Kedua, PWI Kalsel melalui ketuanya Zainal Helmi mengatakan, tidak seharusnya Edy melibatkan profesi wartawan dalam kasusnya itu. Karena kalau dia memang wartawan senior pasti tahu bagaimana etika seorang wartawan dalam menyampaikan pernyataan.
Tanpa tedeng aling-aling, Helmi menegaskan bahwa memojokkan serta menghina suatu daerah jelas tidak mencerminkan wartawan yang sebenarnya. Untuk itu, ia mengungkapkan bahwa pernyataan Edy tersebut bukanlah suatu karya jurnalistik.
Cadas. Namun di manapun dia berada dan apapun profesinya kalau suka memojokkan serta menghina daerah lain, pasti akan mendapat musuh.
Karena, siapa sih yang mau dihina?
Ketiga, senada dengan PWI Kalsel, PWI Kaltim, lewat ketuanya Endro S Efendi mengatakan, pernyataan Edy Mulyadi soal 'jin buang anak' itu bukan merupakan produk jurnalistik.
"Itu konteks menyampaikan pendapat, opini. Bukan produk jurnalistik. Karena jelas menyudutkan satu pihak tanpa konfirmasi pihak lain. Bukan dalam konteks diskusi juga," ujar Endro
Hingga ia menyesalkan langkah Edy yang coba berlindung di balik UU Pers itu.
Dan menurut pengakuan Endro, banyak juga lho wartawan senior di Kaltim yang menyesalkan pernyataan Edy tersebut. Karena jelas, Indonesia ini terdiri dari beragam kelompok suku bangsa dan agama. Sehingga tidak boleh ada kelompok yang merasa lebih hebat dari kelompok lain.
-o0o-
Makjleb! Makanya jangan sok gerot (menghina Kalimantan). Mentang-mentang kumpulnya sama Kadrun.
Terakhir, rasakan sendiri akibatnya (congor lebih maju daripada otak).
Sumber Utama : https://seword.com/umum/makjleb-mau-cari-selamat-lewat-dewan-pers-edy-znTaw5y7X7
Banyak Petinggi Jakpro Mundur, Yakin Formula E Baik-Baik Saja?
Formula E, selain banyak masalah di luar, ternyata banyak juga masalah di internal. Dari luar, kita lihat proyek ini memiliki sejumlah kendala, sponsor belum ada, tender gagal, misterius karena tidak transparan, anggarannya jumbo, gubernur bungkam diikuti bawahannya.
Dari internal, ternyata sudah banyak yang mundur teratur.
Pada Agustus 2021, Direktur Utama PT Jakarta Propertindo Dwi Wahyu Daryoto dikabarkan mengundurkan diri. Tak diketahui secara pasti apa yang menyebabkan dia mundur.
Pada Oktober 2021, Project Director Sportainment JakPro, Muhammad Maulana, mengundurkan diri dari JakPro. Di JakPro, Maulana terlibat dalam penyelenggaraan Formula E Jakarta.
Selain itu, Direktur Pengembangan Bisnis Jakpro, Moh. Hanief Arie Setianto, yang menjabat sejak akhir 2018 yang lalu digantikan oleh Gunung Kartiko.
Komisaris Jakpro, Hadi Prabowo, diganti M. Hudori.
Yang terbaru adalah Direktur Keuangan PT Jakarta Propertindo (JakPro) Yuliantina Wangsawiguna mengundurkan diri dari jabatannya. Pengunduran diri Yuliantina dilakukan berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 13 Januari lalu.
Alasannya adalah soal kesehatan. Tapi lagi-lagi tidak dijelaskan dengan rinci masalah kesehatan seperti apa yang dimaksud.
Mungkin ada yang menganggap ini adalah hal biasa dalam sebuah perusahaan. Tapi kalau dalam waktu singkat, terjadi banyak pengunduran diri dan perubahan susunan direksi atau petinggi, publik pasti berpikir lain.
Kalau karyawan mundur dan diganti, ini hal yang biasa. Tapi kalau banyak petinggi yang mundur, ini beda lagi ceritanya. Menggantikan petinggi di sebuah perusahaan, sebenarnya tidak sesimpel ganti karyawan biasa. Kalau ada karyawan yang resign, tinggal rekrut lagi yang baru lewat lowongan pekerjaan baru. Banyak yang bakal antre.
Tapi mengganti petinggi tidak segampang beli kacang goreng. Saat seorang petinggi resign, pasti akan sedikit rumit karena posisi mereka terkait dengan keputusan strategis perusahaan. Kalau pun diganti dengan yang lain, pasti butuh waktu penyesuaian. Ini logika pertama.
Logika kedua, petinggi perusahaan pasti dapat gaji dan tunjangan yang wah. Biasanya, kalau dalam kondisi normal, berapa banyak orang yang mau resign dan melepaskan itu semua? Semua itu terjadi kalau ada kondisi luar biasa yang membuat mereka memilih resign.
Kondisi luar biasa ini kemungkinan besar ada kaitannya dengan Formula E.
Dan pemikiran ini membuahkan satu pertanyaan yang mungkin sulit terjawab. Ada apa dengan Formula E? Ada apa dengan Anies?
Atau apakah mereka mencium ada yang tak beres dengan Formula E sehingga memilih mundur ketimbang nantinya makin parah dan tak bisa mundur lagi?
Kalau dilihat secara awam, Formula E ini memang banyak masalah. Sudah dikuliti habis-habisan soal anggaran dan hal lainnya, ternyata proyek ini masih bisa bertahan dan dilanjutkan. Meski digempur dengan berbagai fakta menyakitkan dan bikin jengkel, Formula E seolah tidak begitu terganggu.
Bahkan PDIP dan PSI yang mau interpelasi pun tidak berkutik, karena fraksi lain memutuskan menolak setelah diundang makan malam yang menunya entah apa.
Jelas, Formula E ini sudah jadi anak emas Anies dan orang-orang di belakangnya. Terlalu sayang kalau dimatikan dan dibatalkan. Jadi, mau tak mau, harus dilindungi dan dilaksanakan apa pun kendalanya. Anies bahkan menerbitkan Instruksi Gubernur (Ingub) khusus terkait pelaksanaan Formula E.
Formula E memang pasti akan dilaksanakan. Soal sukses tidaknya, kita lihat saja nanti. Bisa jadi pelaksanaannya sukses, bisa saja jelek kayak sumur resapan yang dikerjakan asal-asalan.
Tapi tidak bisa dipungkiri kalau Formula ini adalah bukti betapa parahnya Anies. Membuang anggaran dalam jumlah yang tak semestinya. Di kota lain, biaya lebih murah sedangkan Jakarta yang baru pertama kali malah keluar anggaran lebih mahal.
Seandainya tidak ada Covid-19, Formula E sudah diadakan tahun 2020. Dan biayanya pasti akan lebih mahal lagi. Untung saja batal dilaksanakan dan ketahuan betapa banyak bobrok di dalamnya dan APBD tidak lagi dilibatkan.
Sebenarnya, ketika interpelasi dihadang, ini sudah jadi sinyal ada yang tak beres. Kalau tidak ada apa-apa, kenapa takut ditanya dan dikorek? Begitu juga saat tender gagal, mereka bungkam dan tak berani bicara karena takut dimarahi. Kacau bukan?
Bagaimana menurut Anda?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/banyak-petinggi-jakpro-mundur-yakin-formula-e-wdRL3POQI0
Duet Maut Ridwan Kamil dan Anies Bikin Geger
Pesta demokrasi akbar masyarakat Indonesia semakin dekat. Partai politik terus bersiap untuk berlomba mencari simpati masyarakat, agar perolehan suara di Pemilu nanti bisa naik secara signifikan.
PDIP, Partai Gerindra, PAN, PKB, Partai Demokrat dan partai lainnya terus bergerilya melakukan berbagai trik, manuver untuk merebut hati dan simpati masyarakat. Normal dan wajar adanya.
Para kandidat Capres yang sering masuk hasil survey teratas terus memantau situasi politik. PDIP makin mesra dengan Partai Gerindra sehingga wacana menduetkan Prabowo-Puan muncul ke permukaan. Poros baru katanya muncul yaitu Partai Golkar, PKS dan Partai Demokrat, tapi Capres-Cawapresnya siapa ya?
Terbaru terlihat kemesraan yang memikat yang tentunya menimbulkan spekulasi politik. Apakah mereka akan berduet maut di Pilpres 2024? Banyak pihak penasaran dan kepo bagaimana kelanjutan kemesraan dari dua insan manusia ini. Siapakah mereka?
DKI Jakarta merupakan daerah ibu kota negeri tercinta. Setidaknya sampai saat ini karena beberapa tahun lagi ibu kota negara akan pindah. Jakarta begitu istimewa karena sebagai daerah termaju. Saking majunya konon di Jakarta tidak ada desa. Makanya kata komika tidak relevan jika di Jakarta ada Dinas Perdesaan.
Penduduk Jakarta sangat banyak. Mereka potensi bagi pihak yang akan nyalon, baik jadi Gubernur Jakarta maupun jadi Capres dan Cawapres. Sekarang ini Jakarta berada di bawah kepemimpinan Anies Baswedan.
Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan penduduk terbesar di Indonesia. Tentu saja hal ini potensi besar lumbung suara bagi mereka yang akan mencalonkan jadi Capres dan Cawapres. Bisa dibayangkan jika Gubernur DKI Jakarta berduet maut dengan Gubernur Jawa Barat, pasangan yang kuat dan punya potensi besar menjegal kandidat kuat lainnya.
Anies Baswedan dan Ridwan Kamil (RK) terlihat 'mesra' tampil bareng dua kali dalam sehari. Ada sejumlah kode politis dari momen pertemuan kedua gubernur itu. Lalu, apa saja kode-kodenya?
Pertama, momen akrab antara Anies dan Ridwan Kamil itu bisa dilihat sebagai sinyal politis bahwa keduanya terbuka terhadap kemungkinan berduet pada Pemilu 2024. Menurut saya Anies dan Ridwan Kamil hendak memperlihatkan keduanya sedang mencari chemistry atau kecocokan hubungan politis.
Kode kedua, kedua gubernur itu sedang memberikan pesan kepada elite politik bahwa keduanya berhubungan baik meski berkompetisi di kancah perpolitikan. Hubungan akrab yang ditunjukkan Anies dan Ridwan Kamil menjadi sinyal baik untuk terus membuka jalinan komunikasi ke depannya.
Kode ketiga, yaitu untuk memberikan pesan ke partai politik bahwa keduanya terbuka melakukan komunikasi politik lebih lanjut. Anies dan Ridwan Kamil juga terlihat tengah membuka kemungkinan berkomunikasi dengan partai-partai agar mendapatkan tiket untuk maju pada 2024.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tampak semakin lekat. Momen keakraban keduanya tampak menjelang Pilpres 2024. Anies Baswedan dan Ridwan Kamil (RK) tampil bareng dua kali dalam sehari. Peristiwa itu terjadi di dua acara di Jakarta pada Sabtu kemarin.
Peristiwa pertama terjadi saat Anies dan RK menghadiri acara Zulhas Award di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Sabtu (29/1/2022) siang. Anies dan RK tampak duduk bersebelahan dalam acara itu.
Pertemuan kedua, malam harinya, Anies dan RK kembali tampil bersama. Keduanya menghadiri audiensi persiapan Youth 20 yang akan diselenggarakan tahun ini.
Acara digelar di Tugu Kunstkring Paleis, Menteng, Jakarta, Sabtu (29/1/2022) malam. DKI Jakarta dan Jawa Barat terpilih sebagai tuan rumah. Untuk itulah, Anies dan RK diundang dalam pertemuan itu.
Sebetulnya kalau jadi pasangan Anies-RK punya potensi luar biasa. Keduanya memimpin provinsi besar dan saling melengkapi. Ini kalau jadi pasangan di 2024 ini jadi pasangan yang patut diperhitungkan.
Masalah yang harus diselesaikan secepat mungkin Anies dan RK jika serius menuju Pilpres 2024 adalah kendaraan politik, terlebih keduanya belum bergabung di parpol. Namun, hal ini tidak akan sulit jika kinerja mereka beres, parpol akan berebut meminang.
Ibarat bunga, Anies dan RK memiliki madu berupa elektabilitas, yang sedang mencoba menarik lebah atau partai politik untuk membantunya menghasilkan penyerbukan atau pembuahan. Untuk itu, keduanya mencoba tampil menarik dan saling memuji untuk memunculkan kesan adanya chemistry politik dalam upaya penciptaan gerbong koalisi menuju Pilpres 2024.
Duet maut Anies dan RK bisa membuat geger Jakarta dan Jawa Barat. Termasuk para pembaca yang tercinta. wkwkwk.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/duet-maut-ridwan-kamil-dan-anies-bikin-geger-zTeqw8Nqhk
Pengalaman Dirawat Dengan Fasilitas BPJS Kelas 3
Tuhan begitu baik kepadaku sehingga memberikan tubuh yang sangat baik, sehat dan belum pernah mengalami sakit yang harus dirawat secara intensif di rumah sakit.
Kami punya beberapa asuransi kesehatan sebagai perlindungan ketika kami membutuhkan.
Awalnya ketika krisis tahun 98. Beberapa teman terpaksa kehilangan pekerjaan dan kemudian berupaya menjadi agen asuransi untuk menyambung kehidupan mereka.
Kami ikut mendukung beberapa teman sebagai sebuah solidaritas dan karenanya kami memiliki beberapa jenis asuransi termasuk asuransi pendidikan bagi anak anak yang saat itu masih di sekolah dasar.
Sebagai WNI dan bekerja, kami juga wajib memiliki BPJS Kesehatan.
Awalnya kami memiliki BPJS kelas 1 tetapi karena satu dan lain hal keanggotaan BPJS kami dirubah menjadi kelas 3.
Sejak kira-kira setahun yang lalu, dibagian belakang leher sebelah kiriku tumbuh benjolan. Seiring dengan waktu benjolan tersebut semakin membesar walaupun tidak cepat bertumbuh-besarnya.
Karena dirasa sudah agak mengganggu, istri dan anak kami mendesak untuk memeriksakan benjolan tersebut.
Akhirnya saya meniatkan diri untuk memenuhi permintaan keluarga.
Saya memutuskan untuk memakai fasilitas bpjs agar punya pengalaman bagaimana dilayani dengan fasilitas bpjs.
Saya akan memilih RS rujukan dimana saya tidak punya kenalan baik dokter ataupun manajemennya.
Pagi-pagi saya ke FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) yang ditunjuk. Jam 6 pagi istri mendrop saya di klinik pratama yang lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal kami.
Mengapa kami datang begitu pagi padahal pelayanan baru dimulai jam 8 pagi?
Kami sering lewat klinik tersebut dan sering melihat antrian panjang untuk berobat sehingga kami berinisiatif untuk datang pagi agar tidak terlalu lama mengantri.
Saya sudah menyiapkan beberapa fotocopy kartu BPJS dan KTP.
Saya datang sebagai pasien pertama dan tentunya mendapat antrian nomer satu. Hari itu klinik tersebut memang tidak begitu ramai.
Jam 7 pagi, saya dipanggil oleh petugas administrasi, untuk mengisi data diri saya di sebuah kartu yang sudah disiapkan karena status saya adalah pasien baru. Saya diminta menyerahkan selembar fotocopy kartu BPJS dan KTP.
Kira kira jam 8.15 (Dokternya terlambat), saya dipanggil masuk ruangan pemeriksaan dan hanya sekitar 30 detik sang dokter umum sudah memutuskan untuk merujuk ke RS rujukan yang saya pilih.
Saya memilih untuk dirujuk ke RS Siloam, Sepanjang Jaya, Bekasi, yang dekat dengan klinik tempat saya datang, juga dekat dengan tempat tinggal kami.
Setelah surat rujukan dibuat (perlu menunggu sekitar 30 menit) dengan berjalan kaki, saya menuju ke RS Siloam, Sepanjang Jaya, Bekasi .
Saya dirujuk ke bagian bedah di RS tersebut. Dari info di pintu masuk lobby RS Siloam saya sudah mendapatkan informasi keberadaan dokter bedah yang praktek saat itu.
Pelayanan di RS Siloam ini sangatlah baik dan efisien
Setelah mendaftar, saya diminta lapor ke suster didepan poliklinik tempat dokter bedah yang saya tuju berpraktek.
Tidak lebih dari satu menit menunggu, saya dipanggil masuk ke poliklinik bedah.
Benjolan saya diperiksa dan kemudian dokter menanyakan apakah saya siap bila dilakukan operasi pengangkatan segera. Saya katakan siap.
Dokter memanggil perawat asistennya untuk mengurus segala keperluan saya untuk menjalani operasi yang dijadwalkan dilakukan esok paginya.
Sebagaimana layaknya orang yang akan melakukan operasi, saya diperiksa laboratorium, Jantung dan dilakukan foto rontgen.
Saya bersyukur, di usia yang sudah mendekati lansia, saya masih diberikan kesehatan yang sangat baik yang ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan yang saya jalani.
Saya sudah tidak diperbolehkan meninggalkan RS. Setelah menjalani test swab antigen, saya dipersilahkan masuk ke salah satu ruang poliklinik yang kosong. Disitu saya sudah disiapkan makan siang yang sangat baik, sambil kamar untuk menginap saya dipersiapkan.
Setelah semua pemeriksaan selesai dan keluar hasilnya, saya diantar petugas ke ruang perawatan sesuai dengan kelas BPJS saya yaitu kelas 3.
Saya menempati ranjang no 1 dari 6 ranjang yang ada di ruangan tersebut Saat saya masuk, ruangan hanya terisi 2 pasien , yaitu saya di no 1 dan pak Sinaga di no 3.
Malam harinya ada 4 pasien lain yang masuk sehingga kapasitas ruangan terisi penuh.
Ruangan kamar kelas 3 pun ternyata cukup nyaman menurut saya. Ruangan berpendingin udara dengan satu kamar mandi diujung ruangan sebelah dalam.
Oya , ditempat administrasi sebelumnya saya diminta bayar denda keterlambatan pembayaran premi yg pernah terjadi 3 tahun sebelumnya . Dendanya sebesar Rp.112.000,-, yang harus dibayarkan ke BPJS kesehatan .
Jadi kalau kita mau dirawat inap dan pernah terjadi keterlambatan pembayaran premi maka BPJS akan mewajibkan kita untuk membayar denda atas keterlambatan tersebut.
Hari itu di kamar rawat inap, saya dikunjungi oleh Dokter spesialis penyakit dalam, yang melakukan wawancara dan pemeriksaan sebagai persiapan untuk operasi keesokan harinya.
Dokter yang piket menjaga ruangan juga berkali kali datang keruangan untuk memastikan kesiapan saya dalam menghadapi operasi besok harinya.
Setelah ngobrol agak lama dengan dr.Roy , salah satu dokter yang bertugas jaga di ruangan perawatan, baru saya tahu kalau ternyata beliau dan beberapa nakes disitu adalah pembaca seword, jadi lumayan jugalah, penulis Seword agak diberikan atensi lebih 😂😂😂.
Esoknya, jam 6 pagi saya sdh didatangi perawat yg mencek kondisi suhu badan, saturasi oksigen dan tekanan darah , serta memberikan sabun untuk mandi sebelum masuk ruang operasi.
Jam 9.45 saya dibawa keruang operasi...pindah dari ranjang ke meja operasi ...dibius ...dan bangun 2 jam kemudian , semuanya sdh selesai. Saya dibawa kembali ke ruang perawatan.
Esok paginya saya kembali dicek dan dinyatakan boleh pulang hari tersebut.
Bersyukur saya mengalami perawatan dengan fasilitas bpjs kls 3 yang menurut saya sangatlah layak dan bagus .
Ini membuktikan bahwa pemerintahan Pak Jokowi benar-benar memperhatikan pelayanan kesehatan kepada rakyatnya.
Jadi kalau ada yang masih nyinyir soal bpjs kesehatan yang dijalankan oleh Presiden Jokowi , kelaut saja deh . Anda nggak bisa melihat dengan jernih apa yang sudah dilakukan Pemerintahan untuk menolong rakyatnya.
Dari pasien lain dalam satu ruangan yang sempat berbincang dengan sayapun mereka sangat berterima kasih dengan program BPJS Kesehatan. Walaupun di kelas 3, makanan yang diberikan juga sangat baik. Masih lebih baik dari warteg langganan saya .
Dengan pengalaman probadi ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Presiden Jokowi, yang telah memberikan BPJS kesehatan sebagai sarana yang sangat berguna untuk rakyat Indonesia.
Terima kasih kepada semua teman yang sudah mendoakan. Teman-teman eks PT Bhinneka Usada Raya (BUR), teman sekolah SMP Masehi dan SMA Negeri Pekalongan, teman-teman dari Kav.Polri , Jakbar dll .
Demikianlah kura-kura.
Salam Seword, Roedy S Widodo.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/pengalaman-dirawat-dengan-fasilitas-bpjs-kelas-3-F8oGFC2Jfy
Mereka Yang Dipaksa Berpolitik
Belum usai awal tahun 2022 kita sudah disuguhi akrobat politik beraroma SARA. Arteria Dahlan dengan mendiskreditkan bahasa Sunda yang menjadi bola salju, didorong menggelinding cepat di jalur politik. Menyusul kemudian Edi Mulyadi dengan Kalimantan tempat jin buang anak yang beraroma merendahkan martabat kedaerahan.
Keduanya bergulir dengan kecepatan jari tangan mengetik, komen dan share di ranah medsos. Kegaduhan muncul bukan karena mendengar langsung tetapi bias dari komunikasi virtual lengkap dengan bonus caption yang diimbuhkan. Bagaimana respon Ridwan Kamil justru menjadi "highlight" memanaskan kalimat Arteria Dahlan. Juga ketersinggungan Syarief Abdullah Alkadrie anggota DPR dari dapil Kalbar 1, atas pernyataan emosional Edi Mulyadi.
Masyarakat adat Sunda dan Kalimantan "dipaksakan" untuk marah dengan pernyataan sosok sosok politikus di media. Harga diri mereka dibangunkan untuk dibela gegara arogansi celoteh yang sengaja diliput, ditayangkan dan disebarluaskan. Bukan sebuah kebetulan kalau kita mau mewaspadai kronologi benang merah kedua kasus bernuansa sektarian.
Sebuah pola pemecah belah sedang disusun masif. Propaganda media mengarah pada satu titik kerawanan ego sektoral, martabat kedaerahan yang merasa dilecehkan. Pro kontra di media menjadi santapan iklan untuk rasa keingintahuan publik dalam kemasan ujaran kebencian. Sebegitu naif-kah sampai Jawa Barat sebagai ibukota masyarakat Sunda lantas memutuskan punya capres sendiri tanpa partai asal Arteria Dahlan? Sejauh itukah sampai masyarakat Kalimantan sakit hati kemudian menolak wilayahnya dijadikan Ibukota negara? Masyarakat adat yang sudah mapan dengan ikatan kutural tiba-tiba jadi baper hanya persoalan viral kata kata.
Media seolah dikendalikan "invisible hand" untuk mengarahkan ke satu agenda politis. Tidak perlu repot untuk membenci sesuatu, cukup lihat satu pernyataan yang digoreng media dengan bumbu penyedap rasa marah. Seolah warisan leluhurnya sedang terancam punah hanya gegara satu orang. Proxy bergerak dengan pola obyektif namun tidak normatif. Peristiwa benar ada namun disampaikan dengan melibas norma aturan. Yang seharusnya meredam justru sengaja diobok-obok secara acak.
Kalau berbicara proxy seberapapun banyak tangan tetap dalam satu komando satu server. Mereka yang sedang mengambil ancang-ancang untuk pertempuran sistemik 2024. Mencuri start sambil mewaspadai di tikungan mana yang pantas untuk menyalip. Bulan Januari ini sudah memakan 2 daerah sebagai korban pergolakan kepentingan. Entah Februari dan seterusnya berapa daerah, suku atau entitas absurd lain menyusul. Mereka yang sedang diiris tipis tipis perbedaan agar tidak berkubang di satu kesepakatan besar tentang hidup bernegara.
Bara dalam sekam sudah dinyalakan di beberapa pos sektoral. Saat mereka menganggap sentimen agama sudah tidak efektif digarap, alternatifnya ada di sentimen kesukuan. Ketika issue pandemi tidak mempan menggoyang pemerintah, mereka berpaling ke kubangan lain bernama IKN. Saat ekonomi terlampau kuat untuk digerogoti, mereka beralih "ngerjain" kestabilan sosial dengan berbagai cara. Semakin banyak kekecawaan diciptakan, sebanyak itulah perpecahan diam diam terjadi.
Pepatah mulutmu harimaumu sudah berubah menjadi jaga mulutmu dari harimauku. Salah berkata kata siap siap dilumat mulut harimau peliharaanku. Kita yang dipaksa berpolitik tanpa sadar, membela kepentingan mereka melalui fanatisme sumbu pendek. Hobby marah marah mesti ditata sesopan mungkin jika tidak ingin jadi bumerang yang berbalik menimpa jidat sendiri. Ujaran kebencian menjadi pasal paling menakutkan saat berhadapan dengan segolongan strata yang tiba-tiba merasa ter-dzolimi.
Penyair WS Rendra dalam satu larik sajaknya sempat melukiskan situasi kepalsuan yang terjadi di sekitar : "Kita telah dikuasai satu mimpi untuk menjadi orang lain, kita telah menjadi asing di tanah leluhur sendiri"
Republik ini ada karena hasil menyatukan keberagaman yang bermimpi hidup harmoni di tanah leluhur sendiri. Persoalan perbedaan identitas yang sudah selesai sejak proklamasi, kini sedang dipertanyakan lagi. Itulah cara konyol memecah negeri ini, namun menjadi efektif ketika masyarakat lupa atau sengaja dibuat lupa sejarah.
Cara efektif menyuburkan intoleransi adalah dengan mengabarkan hal-hal buruk dengan cara santun. Sebaliknya cara melawan intoleransi yang paling susah dilakukan adalah mengabarkan hal-hal baik. Keduanya sedang berjuang berlomba sampai duluan masuk dalam fikiran.
Kembali ke syair WS Rendra, jangan sampai kita merasa asing di buku harian kita sendiri
Dahono Prasetyo
Sumber Utama : https://seword.com/politik/mereka-yang-dipaksa-berpolitik-jT0jgTVHpe
Fenomena Mereka yang Kaya Mendadak, tapi Hanya Sebelas Bulan Kok Mengaku Jadi Miskin?
Pemberitaan soal drastisnya perubahan nasib yang dialami sejumlah warga Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur, dari yang semula mendadak kaya tetapi dalam waktu singkat mereka malah jatuh miskin menarik untuk direnungkan.
Kita pasti masih ingat adanya pemberitaan soal warga desa setempat yang seperti tersiram grojokan duit, kabarnya hingga miliaran rupiah, ketika tanah mereka dibeli dengan konsep ganti-untung oleh Pertamina pada Februari 2021 silam.
Saat itu mereka mungkin merasa di awang-awang karena mendadak berlimpah uang, sehingga lantas seperti lepas kendali segera membel mobil dan kebutuhan mewah lainnya.
Siapa sangka kebahagiaan itu hanya sesaat dan kini kabarnya berganti menjadi penyesalan, karena praktis tidak sampai setahun mereka disebut jatuh miskin. Uang miliaran itu pun seperti terbang mengangkasa, tak peduli akan kepedihan nasib mereka yang kini nelangsa ... karena kesalahan sendiri!
Menurut lansiran pemberitaan Kompas.com, sebagian warga itu mengaku kini tak bisa berbuat apa-apa karena sumber penghasilan berupa tanah garapan yang dahulu setidaknya bisa menghidupi meski sederhana, kini tidak ada lagi karena sudah berpindah status kepemilikan.
Tentu penyesalan seperti biasa datang di belakang, karena kalau di depan namanya pendaftaran atau pembayaran DP. Namun, akan menjadi naif pula jika menimpakan masalah ini kepada pihak Pertamina, karena kesalahan kelola ada di pihak warga yang sudah dibeli tanahnya dengan harga bagus.
Menuntut perusahaan melakukan pendampingan, ya tidak fair juga karena urusan mereka sudah selesai ketika transaksi disepakati dengan harga tertentu, lalu Pertamina bisa segera membangun atau memanfaatkan tanah hasil pembelian itu.
Pengalaman terkena culture shock ini sebenarnya juga bukanlah fenomena baru, karena di banyak tempat sudah ada orang-orang yang mentalnya seakan tidak kuat ketika mendadak kaya, lalu dalam waktu singkat uang hasil judi, menang undian, atau hasil pembagian warisan seperti lenyap tanpa bekas!
Mereka tidak menyadari bahwa "kekuatan dalam diri seseorang" termasuk mentalitas, karakter, hikmat untuk mengelola, juga kehati-hatian dalam mencermati siapa saja yang lantas mendekat setelah mereka "kaya mendadak", menjadi faktor penting yang sebaiknya jangan diabaikan.
Apalagi untuk beralih profesi bukanlah perkara mudah, bahkan sekalipun sudah dilakukan pelatihan atau pendampingan kepada para warga yang kaya mendadak itu. Iya kalau mereka mau dengerin, wong sejak awal kalau misalnya diingatkan agar jangan langsung membelanjakan uang itu buat memenuhi hasrat atau keinginan memiliki barang mewah saja belum tentu 2 dari 10 orang akan mendengarkan dengan kesediaan menuruti.
Belum lagi kalau kita bicara kemungkinan terburuknya, akan ada orang-orang yang berpura-pura baik dengan menawarkan bantuan, tetapi sebenarnya hanya ingin menyedot uangnya. Belum lagi kedatangan "teman-teman lama" dengan berpura-pura baik, atau repotnya lagi mencari utangan dengan berkata:
"Halah sama teman sendiri juga, pelit amat lu. Duit segitu banyak mau dibawa mati? Pinjam dikitlah, nanti gue balikin kalau sudah ada duit!"
Nggak asing kan dengan kata-kata seperti itu, yang biasanya disampaikan dengan nada memelas dan muka seperti makhluk paling susah sedunia dan akherat, tapi giliran ditagih utangnya perangainya berubah kayak setan baru lepas dari borgolnya. Kadang yang ditagih malah lebih galak daripada yang menagih. Aneh juga ya?
Jadi siapa yang bisa disalahkan kalau ada peristiwa seperti dialami warga Tuban tadi? Mostly ya kesalahan mereka sendiri yang tidak segera berpikir mengenai cara melanjutkan hidup dengan uang yang mereka miliki. Kan bisa sebagian uang dimasukkan deposito, sebagian lagi dipakai buat beli tanah, yang bisa digarap sendiri atau disewakan kepada orang lain, atau kalau mau dipakai usaha dengan berkonsultasi lebih dahulu ke orang yang tepat.
Memang kalau cuma nyalahin Pertamina, atau kalau kasusnya soal ganti untung proyek jalan tol trus nyalahin pemerintah, ya nggak bisa begitu dong. Kan namanya transaksi, apa yang lantas dilakukan dengan uang itu sepenuhnya hak dan tanggung jawab si penerima uang?
Harusnya pada zaman serba canggih ini mereka belajar dari kesalahan dan penyesalan yang pernah dialami juga oleh mereka yang mendadak kaya, tapi dalam waktu singkat mendadak miskin lagi. Hanya, saya juga perlu ingatkan satu fakta penting, biasanya kalau sedang merasa kaya, biasanya nasihat model apa pun akan mentok sih ... kecuali kalau sudah kepentok masalah, baru menyesal. Betul kan?
Sumber Utama : https://seword.com/umum/fenomena-mereka-yang-kaya-mendadak-tapi-hanya-FR6bo8AZOQ
Pemakaian JIS untuk Kegiatan Keagamaan, Apakah Anies Ingin Memakai Politik Agama Lagi?
Berbicara soal Anies Baswedan, Gubernu DKI Jakarta pilihan 58 persen rakyat Jakarta pada Pilkada 2017 lalu, seperti tak ada habisnya. Bukan karena prestasi dan kehebatan kerjanya, melainkan lebih karena kontroversinya yang bisa kita temukan dengan mudahnya jika kita lakukan pencarian di mesin pencari Google.
Kabar terbaru adanya pernyataan Anies terkait penggunaan Jakarta International Stadium (JIS) untuk kegiatan keagamaan. Setahu saya, seharusnya memang kegiatan bersifat kerohanian tentu Jakarta tak kurang tempat yang bisa dipilih dan dipakai. Semua itu kembali pada niat awal alasan JIS dibangun, apakah hanya sebagai pusat kegiatan olah raga, atau pemakaian stadion itu nantinya bisa untuk keperluan lain, mulai dari kegiatan agama, konser musik, hingga acara politik.
Memang kita tahu bahwa di banyak tempat pemakaian stadion tak hanya untuk kepentingan olah raga saja. Stadion Old Trafford contohnya, saya pernah membaca beritanya bahwa stadion kebanggaan fans Manchester United tersebut juga diizinkan untuk dipakai acara konser musik, Stadion Gelora Bung Karno (GBK) adalah contoh lain, yang tak jarang dipakai untuk kegiatan selain sepak bola.
Selama konsepnya jelas, aturan main juga konsisten dan dijalankan dengan tegas, maka sebenarnya sah-sah saja kalau JIS nantinya bisa dipakai untuk kegiatan lain. Meski secara pribadi saya tidak setuju jika kegiatan selain olah raga diadakan di lapangan utama stadion sepak bola. Kalau misalnya ada kegiatan di parkiran atau sekitar stadion, silakan saja. Cuma pertanyaan simpelnya adalah ... memangnya Jakarta tidak punya tempat lain yang lebih cocok dipakai untuk kegiatan lain, sehingga tidak perlu menggunakan JIS, bahkan stadion GBK untuk kegiatan selain olah raga?
Masalah yang perlu direnungkan bersama adalah dengan rencana dipakainya JIS untuk kegiatan keagamaan, bisakah nanti Pemprov DKI Jakarta mengizinkan pemakaian stadion tersebut untuk kegiatan semua agama yang diakui secara resmi di Indonesia? Atau jangan-jangan … curiga sedikit boleh dong … kegiatan di JIS hanya diizinkan untuk agama tertentu saja?
Rencana penggunaan JIS untuk kegiatan kerohanian, bisakah kita duga bersama adalah bagian lain dari strategi penggunaan faktor agama untuk kepentingan politik Gubernur DKI Jakarta? Curiga sedikit boleh dong, karena sejak awal kampanye untuk memperebutkan kursi DKI-1 dan DKI-2, bukankah strategi ini yang digunakan, yang kita kenal bersama dengan politik ayat dan mayat itu?
Suatu tindakan yang rasanya masih sukar untuk disembuhkan, selama masyarakat Jakarta masih bisa dipengaruhi oleh hal-hal yang terkait dengan agama, yang ujung-ujungnya mengarah pada perkara politis, hingga pencitraan untuk menaikkan elektabilitas menuju Pilpres 2024. Meski kita bersama juga mengetahui bahwa sampai detik ini, belum jelas partai mana yang akan melirik Anies Baswedan sebagai Capres unggulan pada Pilpres 2024 nanti.
Maklum saja, selama dua puluh tahun terakhir, sosok yang lekat dengan jabatan elit partai menjadi sosok yang paling diutamakan, khususnya untuk bersaing menuju RI-1 yang akan segera ditinggalkan oleh Joko Widodo pada 2024 nanti. Sementara Anies Baswedan, partainya apa? Partai mana pula dari posisi lima besar pada Pileg 2019 yang siap melepas kans untuk menawarkan Ketua Umum masing-masing untuk menjadi Calon Presiden RI, lalu menyerahkan kans itu pada sosok yang memimpin provinsi seperti DKI Jakarta saja lebih banyak berita negatifnya?
Jadi, menarik untuk ditunggu apa yang terjadi selanjutnya. Ujian waktulah yang akan membuktikan sejauh mana penggunaan “politik agama” masih laku dijual sampai Oktober 2022 nanti, yang menjadi batas terakhir kesempatan Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Sebelumnya, waktu sudah membuktikan bahwa orang ini jelas menggunakan (juga membiarkan) strategi politik semacam ini selagi menguntungkan dirinya, termasuk sukses mendudukkan dia di kursi empuk DKI-1 pada 2017 silam.
By the way … gimana kabarnya undangan sepak bola dari klub-klub tenar di luar negeri, termasuk katanya Real Madrid, yang akan diajak bermain bal-balan di JIS, karena sampai akhir Januari 2022 ini tidak ada kabar lanjutan soal rencana itu? Jadi atau sekadar nge-prank sih, meski yang direncanakan hadir juga bukanlah tim utamanya, melainkan hanya tim remajanya. Hahahaha…!
Bagaimana menurut Anda soal rencana penggunaan JIS untuk agenda lain, terutama yang bersifat acara keagamaan? Semoga dugaan saya tidak terbukti, yang artinya kegiatan agama apa pun bisa terselenggara di JIS ini nantinya. Setuju?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/pemakaian-jis-untuk-kegiatan-keagamaan-apakah-66ylRlizxW
Dilematis Pembelajaran Tatap Muka “Merampas” Hak Bersuara
Pemberlakuan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen menjadi hadiah tahun baru Nadiem Makarim Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia. Sebulan sudah PTM berjalan “mendadak,” bahkan tanpa hembusan angin semilir sedikitpun ketika itu.
Jujur, sebagai salah satu orang tua murid, penulis terkejut. Bukan karena menolak PTM, tetapi rasanya tidak bijak jika PTM 100 persen ini dimulai segera ketika itu. Tanpa memperhitungkan dampak liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru). Kita tahu, umumnya setelah liburan akan diikuti lonjakan kasus Corona, yang entah sudah edisi keberapa. Terlebih pendatang baru Omicron sedang getol-getolnya memperkenalkan dirinya.
Teringat ketika penulis diminta pihak sekolah mengikuti rapat sosialisasi. Dikatakan SKB 4 Menteri menjadi dasar hukumnya. Kemudian kondisi ini akan dilihat dalam 2 bulan ke depan, yang disampaikan dengan begitu mulus. Intinya, secara keseluruhan terlihat semua mantap, dan percaya diri habis sekolah siap untuk mulai PTM 100 persen. Ehhhmm…seingat penulis ketika itu hanya kesiapan keberadaan PeduliLindungi saja yang masih dalam proses.
Beberapa poin penting yang penulis ingat adalah:
- Kondisi berlangsung melihat untuk 2 bulan ke depan
- Sekolah siap dengan sarana dan prasarana pembelajaran di masa pandemi
- Pemberlakuan prokes ketat
- Kantin ditutup, sehingga peserta didik diminta sudah sarapan, dan juga membawa bekal.
- Dilarang menghidupkan AC, dan seluruh jendela dibuka untuk sirkulasi
- Kegiatan belajar tidak boleh ada kontak fisik, artinya semua tugas paperless, dan menggunakan Google Classroom
- Jam istirahat, peserta didik diminta menikmati makan siangnya di kelas
- Pelajaran olah raga hanyalah teori, dan tidak melibatkan aktivitas fisik.
- Tidak ada kegiatan ekskul
Nah, kurang lebihnya begitulah sekilas sosialisasi percaya diri yang disampaikan dengan dasar hukum SKB 4 Menteri, yang konon telah melibatkan pakar Epidemiolog. Kondisi yang akhirnya memposisikan orang tua “kehilangan” hak bersuara, karena dikatakan wajib.
Miris, sebab penulis termasuk dari banyak orang tua yang berat hati mengizinkan anaknya kembali ke sekolah. Padahal seperti diketahui Omicron sedang giatnya menunjukkan eksistensinya. Tetapi, kondisi ini seolah terkalahkan dengan dalil “lost generation”.
Penulis hanya berpikir, bukankah seharusnya kesehatan menjadi hak dan prioritas utama. Sebagaimana hak untuk hidup. Bagaimana mau mengejar pendidikan, jika kesehatan dalam hal ini terancam.
Terbukti, satu demi satu sekolah mengalami kasus dan berakhir dengan penutupan/ karantina. Dimulai dari 5 hari hingga 14 hari tergantung kasus per sekolah. Total saat ini diketahui sudah 90 sekolah di Jakarta ditutup karena diketahui warga sekolahnya terindikasi positif.
Mirisnya, bukan hanya kurangnya kesadaran peserta didik. Bahkan ditemui kasus, tenaga pengajar “positip” tetapi masih berinteraksi di sekolah. Kenapa, sebab Omicron dengan segala tipu dayanya terlihat seperti flu biasa. Sikap menggampangkan, tetapi nyatanya menyimpan bom waktu kabar menganggetkan. Inilah yang tidak peka disadari atau kurang teredukasi.
Menurut penulis, tidak tepat mengatakan Omicron tidak mematikan. Mengatakan hanya penularannya saja yang cepat. Bayangkan jika “kecerobohan” ini menjadi mata rantai menularkan dengan cepat kepada anggota keluarga usia rentan, atau komorbid. Apakah ini bisa dibenarkan dan dianggap sebagai hal yang tidak perlu dikhawatirkan?
Sebulan kondisi PTM berjalan dengan segala cerita di dalamnya, beberapa diantaranya:
- Banyaknya peserta didik yang menggunakan angkutan umum berjenjang. Dimulai dari kendaraan umum dan dilanjutkan dengan kereta api. Sehingga terbayang, ngeri ngilunya kemungkinan terpapar dalam perjalanan.
- Kondisi duduk di kelas tidak memungkinkan berjarak
- Longgar/ kurangnya kesadaran menggunakan masker, baik peserta didik dan pengajar
- Tidak ada kesadaran tidak hadir jika dirinya sakit
- Pembiaran terhadap beberapa pelanggaran prokes
- Sulitnya membangun kesadaran minimal test antigen berkala, dikarenakan faktor ekonomi.
Inilah yang menjadi kekhawatiran umumnya orang tua murid. Terpikir sebelumnya bahwa sekolah akan melakukan antigen random berkala. Tetapi nyatanya hanya dilakukan jika diketahui ada kasus. Pertanyaannya, apakah harus menunggu kejadian, baru pencegahan?
Di luar mungkin ada orang tua yang mendukung atau memilih offline lebih baik. Tidak menyalahkan suara tersebut, tentu ada alasannya juga. Hanya saja saat ini “memaksakan” PTM 100 persen berjalan ditengah naiknya kasus sangatlah tidak tepat. Sebab, prioritas kesehatan dan keselamatan anak harusnya diatas segalanya.
Sehingga ada baiknya Mas Menteri mempertimbangkan system hybrid learning diberlakukan kembali. Serta diberikan kesempatan kepada orang tua menentukan terbaik untuk anaknya.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/dilematis-pembelajaran-tatap-muka-merampas-hak-jqEP66s5Nx
Tugas Literasi Digital Masih Besar, Kagetnya Reaksi Bule Terhadap Netizen Indonesia
Indonesia kalau urusan keaktifan bermedsos ria itu terkenal sangat aktif dan tidak kalah dengan negara maju. Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Amerika Serikat untuk urusan juta pengguna aktif bulanan TikTok pada tahun 2020. Tapi apakah dengan keaktifan di medsos itu literasi digital juga ikut meningkat? Ini yang jadi problem kan? Urusan pencerdasan dengan literasi digital menjadi PR besar saat ini. Bukan hanya tugas Mendikbud atau Kominfo atau tugas dari para pendidik atau dosen atau pengajar.
Indonesia sudah dikenal reputasinya sampai ke luar negeri. Justru keaktifan itu tak berbanding dengan kecerdasan baik secara kognitif maupun sosial dan emosi. Dengan HP yang terjangkau dan kuota yang ada pada akhirnya membuat sang pemegang akun merasa dirinya raja di media sosialnya. Akhirnya tanpa memperhatikan etika baik secara verbal maupun dalam berkomentar ria jadinya nyerocos tanpa filter di media sosial.
Ada sebuah video dari medsos, saya melihatnya di media sosial yaitu berasal dari pengakuan seorang bule bernama Damian Hoo . Bule ini kaget dan kagum dengan pengalamannya mengunjungi bandara Yogyakarta yang dibantu orang lokal. Jadi testimoninya sangat baik dan bahkan mempromosikan wisata Indonesia.
Responnya sangat rame dan bule ini mendapati kolom komentarnya malah mengejutkan. Jadi bule ini mendapati ada komentar newtizen yang mengatakan bahwa dalam dunia nyata memang orang Indonesia itu ramah tamah. Tapi kalau sudah bermedsos maka jangan ditanya. Yang terdisplay itu bisa berbalik dengan apa yang terlihat dalam keseharian.
"Di kolom komentar banyak respons seperti ini. Orang Indonesia baik di kehidupan nyata tapi mengerikan di media sosial. Aku kaget sangat terkejut, maka dari itu saya mencari tahu," katanya dari akun TikTok @hoointheworld, Minggu 30 Januari 2022.
Bule ini keheranan dan membuatnya bertanya-tanya, ada apa? Kok beda antara keseharian secara offline dengan yang di media sosial.Para turis alias warga mancanegara punya kesan positif padahal dalam menilai masyarakat Indonesia. Baik dan sangat ramah. Tapi belum tahu dia kalau sudah ada di akun dan panggung media sosial.
Sosok yang terlihat kalem, sopan, agamis, bisa menjadi berubah total.
Lalu bule ini akhirnya penasaran dan melakukan riset. Kaget pastinya dia mendapati fakta bahwa kenyataannya dari studi dari Microsoft, Indonesia itu menempati ranking yang memprihatinkan soal sopan santun di media sosial. Hasil survei Microsoft Study tahun lalu tentang kesopanan di media sosial, netizen +62 dicap paling tidak sopan di dunia. Netizen Indonesia juga berada di peringkat 29 dari 32 negara dengan kasus bully online.
Bully online kini menjadi budaya atau gaya saat ini. Menyedihkan padahal keaktifan netizen Indonesia di media sosial itu tercatat sangat tinggi tapi pada akhirnya respon yang seharusnya bijak menjadi reaksi liar yang ujungnya jarimu harimaumu itu keluar dengan gaya ngamuk dan memangsa sana-sini dengan bengis.
Beginilah akhirnya komentar si bule ini, beliau sih melihat soal mentalitas.
"Menurutku banyak orang Indonesia yang mentalitasnya kolot. Terjebak dalam pemikiran kalau mereka benar. Banyak orang dewasa di Indonesia tidak seterbuka generasi muda Indonesia. Hal itu membentuk panggung bagi mereka untuk bertengkar berkelompok melawan yang mereka tidak setujui," ungkapnya.
Bule ini menyorot soal gap mentalitas. Di satu sisi iya tapi di sisi lain ada juga generasi muda yang punya mentalitas kolot. Mentalitas berpikir yang picik dan sempit dan tidak mau terbuka dengan pandangan lain. Terkurung dalam cangkang alias seperti katak dalam tempurung, demikian peribahasa klasiknya.
Begitulah, ujaran kebencian dan hasutan alias provokasi itu berseliweran karena mentalitas yang merasa paling benar. Berbeda dengan pandangannya hanya dalam soal opini atau selera tapi langsung dijadikan harga mati dan dijadikan urusan surga dan neraka.
Mentalitas inilah yang membuat akhirnya medsos itu menjadi ajang untuk pelampiasan emosi semata. Ketika apa yang terlihat tak sesuai dengan pandangannya langsung ditarik ke ranah dan lapak surga dan neraka. Tanpa melihat konteks dan budaya serta nilai dan norma-norma yang ada.
Begitulah, tugas pencerdasan bangsa untuk literasi digital itu tak mudah. Gampangnya punya akses dan membuat akun tanpa dibarengi etika dan norma yang ada akhirnya menjadi lahan subur untuk menjadi buzzer hoaks dan follower propaganda kebohongan.
Moga ke depannya netizen Indonesia terus belajar menjadi bijak dan tidak berada dalam pusaran kebencian dan hoaks.
Sumber Utama : https://seword.com/sosbud/tugas-literasi-digital-masih-besar-kagetnya-0zdiR09afo
Setiap Ucapan Edy Mulyadi Berpotensi Dianggap Bermasalah
Sudah jatuh kecebur selokan pula. Sekujur tubuh belepotan air berlumpur dan bau. Seperti itulah gambarannya nasib si Edy Mulyadi saat ini. Dia yang pernah menjadi caleg PKS pada Pemilu 2019 lalu, tengah kesandung masalah berat. Ulahnya beberapa waktu lalu membuat seluruh bangsa Indonesia merasa tersakiti.
Masak iya, dia mengatakan Kalimantan itu tempat jin buang anak. Yang jadi pasar property di sana itu hanya genderuwo dan kuntilanak? "Lalu siapa yang mau tinggal di sana?" tanya Edy dengan nada tinggi. Lalu dijawab oknum yang duduk di sampingnya: "Hanya monyet!" Hah....?!
Benar-benar sangat merendahkan martabat masyarakat setempat. Dan bukan hanya mereka yang marah dan tersinggung, tetapi seluruh anak bangsa yang mencintai negeri ini dari Sabang sampai Merauke.
Polisi harus segera merespons pengaduan pihak-pihak yang tidak terima dengan ucapan-ucapan bodoh ini. Segera tangkap, proses dan adili. Sebab kalau dibiarkan, dia dan kelompoknya akan merasa jumawa, dan suatu saat nanti pasti akan kembali berulah. Jika sekarang Kalimantan yang dinista, maka pada lain waktu penghuni pulau lain, masyarakat lain akan dihina oleh mereka.
Sebab hal seperti ini sudah merupakan kebiasan dan perilaku kaum kadrun sejak dulu. Memaki dan menghina orang lain, bersumpah serapah, mengutuk mengafirkan siapa pun yang bukan bagian dari mereka. Itu semua terjadi karena dibiarkan oleh aparat dan pemerintah.
Contohnya pentolan para kadrun se-Indonesia yang di masa-masa jayanya seolah bebas-bebas saja berkata-kata. Pancasila dihina, proklamator diejek, umat beragama lain diolok-olok, dan salam khas budaya orang Sunda "sampurasun" diplesetkan dengan kata-kata yang sangat buruk konotasinya. Dan masih banyak lagi kasus sejenis, namun tidak pernah diendus oleh aparat hukum di negeri ini.
Maka ke depan bukan cuma Edy Mulyadi yang diproses hukum. Siapa pun yang melontarkan kata-kata yang nadanya memancing amarah orang lain, menghina pihak lain, harus dituntut pertanggungjawabannya. Tidak berarti semuanya harus diseret ke pengadilan, namun dikarantina beberapa minggu sambil diajari tatakrama.
Edy Mulyadi kini harus bersiap menghadapi pangaduan yang dilayangkan elemen-elemen masyarakat yang tidak bisa menerima ucapan-ucapannya yang sangat merendahkan harkat kemanusiaan itu.
Apalagi bukan hanya masyarakat Kalimantan yang meradang, tetapi juga simpatisan Prabowo Subianto selaku ketua umum Gerindra yang juga menjabat menteri pertahanan RI. Kata-kata Edy Mul yang nadanya sangat merendahkan martabat jenderal bintang tiga itu memang sungguh keterlaluan.
Padahal kalau cerdas sedikit aja, si Edy ini mestinya belajar dari kasus Bahar bin Smith yang pernah begitu ringan dan happy-happy saja mengolok-olok Jenderal Dudung Abdurrachman, kepala staf AD.
Untunglah polisi segera bertindak mengamankan penceramah agama berpenampilan millenia ini berdasarkan statemen-statemennya yang berpotensi menyesatkan opini publik. Sekarang dia kembali mendekam di sel, yang baru sebulan sebelumnya dia huni dalam waktu lama.
Diamankan di sel. Selain untuk mempertanggungjawabkan ulahnya yang sok-sokan itu, bisa juga berarti untuk menghindarkan dirinya dari potensi amukan oknum-oknum yang pasti tidak bisa tidur karena komandannya direndahkan sedemikian rupa bukan?
Dan Edy Mulyadi saat mengadakan konferensi pers soal ketidaksukaannya dengan IKN, mestinya bisa memilih kata dan ucapan yang pantas, terukur, dan tidak melanggar norma-norma. Sebab bukankah -- katanya -- beliau ini seorang wartawan yang pasti terlatih untuk menggunakan kata-kata dalam setiap tulisan -- dan mestinya juga lisan?
Maka demi melihat kualitasnya kini, kita pun penasaran untuk mengetahui nama media massa yang pernah memperkerjakannya. Apa nama majalah atau surat kabarnya? Atau apakah dirinya sudah menjadi "rusak" setelah bergabung dengan barisan kadrun?
Kalau merasa punya karir yang bagus, mestinya jangan masuk ke dunia kadrun. Risikonya kesandung dan terjerembap seperti nasibnya kini. Sesal kemudian tiada berguna. Edy Mulyadi kini ibarat sesuatu yang najis, yang ucapan-ucapannya menjadi masalah bagi banyak orang.
Setelah sejumlah elemen masyarakat Kalimantan, dan simpatisan Prabowo menyampaikan aspirasi kemarahannya, kini ada lagi sekelompok warga yang menyatakan rasa keberatan dan tersinggung ketika dalam channel maupun statemen, Edy Mulyadi menyebut-nyebut nama daerah: Purwokerto dan Banyumas.
Sejumlah orang yang mengatasnamakan Yayasan Tri Bakti Pratista Banyumas yang merupakan bagian dari Banyumas, mengecam keras pencatutan nama Banyumas dan Purwokerto di kanal milik Edy Mulyadi dalam kasus IKN ini.
Katanya, ucapan Edy Mulyadi itu bisa menimbulkan stigma buruk, seolah-olah masyarakat Banyumas dan Purwokerto, tidak mampu atau tidak bisa berkompetensi dalam hal pembangunan. Ucapan itu bisa menjadikan Purwokerto dan Banyumas adalah obyek yang negatif sebagi suatu daerah.
Tidak tanggung-tanggung. Perwakilan masyarakat yang memprotes Edy Mulyadi lewat channel Youtube itu, menyampaikan lima sikap: Pertama, mengutuk keras pernyataan Edy Mulyadi, yang terkait dengan Kalimantan maupun penyebutan nama Purwokerto dan Banyumas.
Kedua, mendukung masyarakat Kalimantan untuk menuntut Edy terkait ucapan-ucapannya yang dianggap menghina. Ketiga, mendukung penegakan hukum oleh Mabes Polri terhadap Edy Mulyadi.
Keempat meminta polri mengambil tindakan tegas atas penyebutan nama Purwokerto dan Banyumas dalam video tersebut, yang mereka anggap telah menghina atau merendahkan masyartakat Purwokerto dan Banyumas.
Dan yang terakhir, menuntut pihak keamanan negara mengambil langkah dan tindakan yang perlu dan segera tanpa menunggu fenomena no viral no justuice.
Kasihan sekali Edy Mulyadi. Ucapan apapun yang terlontar dari mulutnya terkait IKN ini, akan bisa berpotensi membuat pihak lain keberatan. Dan itu pas dengan bunyi perumpamaan: sudah jatuh kecebur got pula.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/setiap-ucapan-edy-mulyadi-berpotensi-dianggap-x0Bw33sX0c
Fenomena Bapak-Anak Beda Jalan Politik
Setiap orang mempunyai kehendak dan takdir yang berbeda. Walaupun kembar identik, satu keturunan belum tentu mempunyai nasib dan kehendak yang sama. Apalagi dalam karir politik, kemungkinan berbeda masih tetap ada.
Umpama berangkat melaksanakan shalat Jumat. Walaupun berangkatnya bersamaan, tetapi pengambilan tempat duduk bisa saja berbeda-beda. Satu orang ingin duduk di barisan depan, 1 orang di tengah, 1 orang di dekat tiang dan 1 lagi duduk paling belakang dekat sendal. Persis seperti nasib, begitulah belum tentu sama alias berbeda-beda.
Pilihan politik pun seperti itu. Kemungkinan sama memang ada bahkan sangat besar. Seperti Megawati merupakan Ketua Umum PDI Perjuangan, anaknya pun Puan Maharani mengikuti jadi elit partai PDIP dan sekarang jadi Ketua DPR.
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan dedengkot Partai Demokrat. Kedua anaknya yaitu Agus Harimurthi Yudhoyono (AHY) dan Edie Baskoro Yudhoyono mengikuti jejak sang ayah menjadi elit partai Demokrat.
Tetapi tidak semua anak mengikuti orang tuanya. Terkadang anak mempunyai pilihan sendiri, pandangan sendiri yang berbeda dengan orang tuanya. Anak mengikuti jejak orang tuanya menjadi politikus tak asing di Indonesia. Namun ada sejumlah anak yang memilih jalan berbeda dari bapaknya di dunia politik.
Kisah yang paling hangat ialah beda jalan politik antara anggota DPR RI dari Fraksi PKS Tifatul Sembiring dan anaknya, Fathan Sembiring. Fathan mengkritik ayahnya yang sempat ikut-ikutan bicara soal polemik 'jin buang anak' terkait Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur.
Sebelum Fathan dan Tifatul, anak-anak politikus senior Amien Rais sudah lebih dulu memilih jalan berbeda dengan bapaknya.
Fathan Sembiring disorot setelah mengkritik ayahnya sendiri, Tifatul Sembiring. Dia mengkritik Tifatul Sembiring yang sempat berbicara soal polemik 'jin buang anak' terkait pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dan kemudian mengklarifikasi pernyataannya.
Tifatul Sembiring sempat bicara soal pernyataan Edy Mulyadi yang menyebut lokasi IKN di Kalimantan diibaratkan tempat 'jin buang anak'. Menurut Tifatul, apa yang disampaikan Edy bukan sebuah penghinaan. Dia mengatakan kalimat 'jin buang anak' merupakan istilah yang berarti lokasi tersebut sangat jauh dan sepi.
"Saya lama di Jakarta dan bergaul dengan orang Jakarta dan Betawi. Jadi tempat jin buang anak saya tanya ke tokoh-tokoh Betawi, apa artinya tempat jin buang anak? Tempat sepi, jauh, seram, itu maknanya tiga itu, bukan tempat jorok," imbuhnya.
Komentar Tifatul itu kemudian dikritik anaknya. Fathan melontarkan kritik kepada bapaknya melalui status Facebook. Dalam unggahan status tersebut, dia meminta ayahnya diam dan tidak membuat keisengan-keisengan.
"Mingkem gitu Beh, mingkem..! Politik di Indonesia itu sudah tidak perlu keisengan-keisengan begini. What's the point?" tulis Fathan dalam statusnya, Kamis (27/1).
Lebih lanjut, dia mengatakan lontaran-lontaran seperti 'jin buang anak' memang tak jadi masalah di era generasi ayahnya. Namun, menurutnya, Tifatul lupa bahwa sekarang sudah berbeda zaman.
Selain dari PKS ada juga dari Partai Amanat Nasional dan Partai Ummat. Mumtaz Rais dan Amien Rais. Sosok lainnya ialah Mumtaz Rais, yang merupakan politikus PAN sekaligus putra dari pendiri Partai Ummat, Amien Rais. PAN diketahui menjadi kendaraan politik bagi putra dan putri Amien Rais menuju parlemen.
Selama bertahun-tahun, Amien Rais sebagai pendiri dan Ketua Umum PAN pertama memang selalu memegang posisi strategis di PAN. Amien bahkan kerap diamanahi jabatan Ketua Dewan Kehormatan PAN.
Perjalanan politik Amien Rais di PAN kemudian diikuti oleh anak-anaknya, Mumtaz Rais salah satunya. Mumtaz Rais tercatat pernah berkantor di Senayan pada periode 2009-2014. Kini, Mumtaz menjabat sebagai salah satu ketua DPP PAN. Sementara Amien Rais keluar dari PAN dan mendirikan Partai Ummat.
Sepintas mungkin aneh. Karena jika ada momen tertentu bukan tidak mungkin Bapak dan anak ini akan berhadapan langsung untuk berdebat akan masalah tertentu. Misalnya Amien Rais dari Partai Ummat dan Mumtaz Rais dari Partai Amanat Nasional (PAN).
Kita akan disuguhkan perdebatan sengit. Dimana seorang mumtaz berbicara cukup keras terhadap Bapaknya sendiri. Tapi sampai saat ini momen tersebut belum terjadi. Jika ada momen yang memungkin hal tersebut terjadi, saya kira banyak pihak yang berupaya mengagalkannya.
Misalnya Partai Ummat tidak akan diwakili Amien Rais jika diketahui lawan debatnya adalah Mumtaz Rais. Begitu juga sebaliknya.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/fenomena-bapak-anak-beda-jalan-politik-zqg3XIxCPk
Lagi ... Ancaman Soal Pipis Sembarangan yang Menakutkan, Kecuali Nggak Dibaca!
Masih ingat dengan peringatan bernada ancaman soal “pipis sembarangan” yang pernah saya ulas beberapa waktu lalu? Ternyata peringatan yang ditempel di sebuah tembok, yang berlokasi di dekat jalan raya tempat banyak orang berlalu-lalang itu tidak menjadi satu-satunya tulisan yang ada di sana. Belum lama ini saya menemukan ada tulisan lain, dengan peringatan serupa tetapi tidak kalah sadisnya, yakni terkait alat vital dari pelaku yang membuang air kecil sembarangan itu.
“Ada yang bengkak. Sudah terbukti. Jangan pipis sembarangan di tempat ini.”
Kira-kira begitu peringatan yang disampaikan. Cukup horor sih, tetapi bagi mereka yang tidak percaya takhayul semacam itu, mungkin hanya akan nyengir sesaat ketika membaca tulisan itu, lalu meneruskan aktivitas buang hajatnya di sana. Bagi mereka yang memilih untuk tidak membaca peringatan itu, juga pastinya tidak merasakan apa-apa … lha wong tidak membaca!
Cerita dari orang yang kerap lalu-lalang di sana, memang sebelum ada tulisan-tulisan peringatan dengan ancaman “bengkak” maupun “azab kubur” … cukup sering orang pipis sembarangan di lokasi itu. Baunya …. jangan ditanya! Pesingnya luar biasa dan tentunya sangat mengganggu siapa pun yang melintasi daerah itu, karena bau menyengat yang sudah tercium dari radius cukup jauh. Belum lagi bicara soal faktor kesehatan, dimana daerah yang kerap dipipisi semacam itu akan menjadi tidak sehat, bahkan bisa menimbulkan penyakit.
Namun, memang itulah kenyataan yang perlu diterima, meski dengan ironis dan prihatin, karena perilaku semacam ini biasanya ada di mana-mana. Jangankan di daerah tingkat kabupaten seperti letak peringatan soal pipis yang saya lihat tadi, wong di daerah yang ingin dijadikan kota yang modern dan kelas dunia oleh Anis Baswedan saja, perilaku katrok semacam itu juga ada kok!
Silakan saja Googling dengan menggunakan kata kunci yang tepat, nanti kan muncul gambar seperti yang saya pakai sebagai pelengkap tulisan ini. Ada juga sih komentar dari pembaca yang lantas membagikan gambar serupa ketika saya membahas soal “azab kubur” bagi mereka yang pipis sembarangan, yang konteksnya ketika sedang dilakukan aksi massa besar-besaran oleh barisan penolak Ahok di kawasan Monas.
Mungkin dalam pemandangan mereka, kumpulan pohon yang ada di sekitar lokasi aksi massa itu terlihat seperti WC Umum atau Toilet di ruangan terbuka yang bisa mereka pergunakan kapan saja, tanpa perlu membayar. Jangan sampai disuruh membayar atau membersihkan, karena bisa auto-ngamuk hingga bisa mencabut pepohonan itu sampai ke akar-akarnya. Hahahaha ….
Terkait soal peringatan bagi mereka yang gemar “meninggalkan jejak pesing” di mana-mana, kesimpulan saya pun masih sama … yakni adanya perilaku kemungkinan terpengaruh oleh “mabok agama”, karena merasa bahwa peringatan yang manusiawi tidak mampu menghentikan perilaku katrok dan merugikan itu, jadilah dipakai peringatan yang ada bau-bau akherat dan segala ancaman yang menyertai.
Saya sih cenderung tidak percaya kalau hanya karena pipis sembarangan, lantas ada akibat yang terjadi secara supranatural … karena sejauh ini hanya mendengar kisah-kisahnya lewat tulisan, misalnya terkait aktivitas pipis sembarangan di gunung atau daerah yang dianggap angker.
Biasanya diyakini bahwa penunggu dari daerah itu akan marah, lalu membuat perhitungan terhadap orang yang suka menebar aroma pesing sembarangan, tanpa melihat situasi dan lokasi dimana mereka melakukannya. Mungkin beneran pernah terjadi sih, tetapi karena belum pernah mendengar langsung dari melihat bukti “before and after”-nya, jadi belum bisa sepenuhnya percaya.
Hanya, kalau dimintai pendapat soal aktivitas menebar aroma pesing secara sembarangan tadi, dalam kondisi ideal dimana toilet umum masih dapat ditemukan, saya takkan pernah menyetujui kebiasaan buruk tersebut. Hanya memang ketika keadaan darurat, yang tak perlu saya jelaskan di sini, ya mungkin mau tidak mau … daripada nanti mengompol di celana tambah repot … maka karena terpaksa hal itu mungkin dapat dilakukan.
Meski tetap perlu memperhatikan situasi dan kondisi yang ada di lokasi, karena siapa pun tentu tidak mau berurusan dengan manusia atau sosok yang tak kasat mata, hanya karena aktivitas yang melegakan dan berlangsung dalam tempo singkat itu.
Eh, by the way coba sekali-kali dicek … mereka yang dulu pipis sembarangan di pepohonan sewaktu ada aksi tiga angka atas nama agama itu … apakah ada yang pernah bengkak anunya? Hahahaha …!
Sumber Utama : https://seword.com/umum/lagi-ancaman-soal-pipis-sembarangan-yang-5LXkJ18VJL
PBNU Bangun Kantor di Ibu Kota Baru Nusantara
Jakarta, Beritasatu.com - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan membangun kantor di wilayah Ibu Kota Baru Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur. Pencanangan kantor PBNU yang bertempat di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, dilaksanakan pada Minggu (30/1/2022). Pembangunan kantor baru ini merupakan bentuk komitmen PBNU mengiringi pembangunan IKN Nusantara.
Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya mengisahkan, kehidupan di Kabupaten Penajam Paser Utara sangat jauh berbeda dengan 17 tahun, saat ia pertama kali mendatangi wilayah ini.
“Kali pertama sejak 17 tahun lalu, saya datang lagi ke tempat ini.
Dalam keadaan yang jauh lebih membesarkan hati. Kala itu, masih
berlumpur. Itu tahun 2004. Ketika Pak Syamsul (Ketua PCNU Penajam Paser
Utara) rumahnya masih jelek. Sekarang sudah menjadi istana,” kata Gus
Yahya saat pencanangan kantor baru PBNU di IKN Penajam Paser Utara yang
ditayangkan di TV NU, Minggu (30/1/2022).
Dia mengatakan, sebentar lagi masyarakat di Sepaku dan Penajam Paser Utara akan menjadi warga ibu kota baru.
“Untuk itu, mumpung belum menjadi ibu kota yang padat. PBNU mendahului, mohon izin kepada Bapak Bupati untuk ikut menempati Ibu Kota Negara. Syukur-syukur kalau Pak Bupati menyiapkan tempatnya. Alhamdulillah, sudah ada pembicaraan dari kemarin dan Pak Bupati sudah siap akan memfasilitasi supaya begitu resmi Ibu Kota Negara Kota Nusantara, di situ segera ada gedung PBNU,” tuturnya.
Acara pencanangan kantor baru PBNU di IKN Nusantara ini dihadiri ratusan warga NU. Selain Gus Yahya dan Bupati Penajam Paser Utara (PPU) Hamdan Pongrewa, hadir juga Ketua PCNU PPU Muhammad Samsul Hadi, Sekjen PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ipul.
Sumber Utama : https://www.beritasatu.com/nasional/885123/pbnu-bangun-kantor-di-ibu-kota-baru-nusantara
PBNU Resmi Bikin Kantor di Ibu Kota Negara yang Baru, Gus Yahya: Mumpung Belum Padat
JAKARTA, KOMPAS.TV - Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) secara resmi akan membangun kantor PBNU di wilayah yang akan menjadi Ibu Kota Negara (IKN) yang baru. Tempatnya sendiri secara pasti belum diumumkan, namun tetap berada di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf secara resmi menandatangani piagam pencanangan Kantor PBNU tersebut pada hari ini, Minggu (30/1/2022).
Prosesi penandatanganan itu dilakukan di sela-sela acara istighatsah di Masjid Syaikhona Cholil Desa Sukaraja, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
"Mumpung belum jadi ibu kota yang padat, PBNU mohon izin untuk ikut menempati ibu kota negara (IKN)," kata Gus Yahya dalam rilis yang diterima KOMPAS TV.
Gus Yahya juga menjelaskan, PBNU sudah melakukan koordinasi dengan pemerintah setempat tentang pembangunan Gedung PBNU di wilayah yang akan menjadi IKN tersebut.
“Alhamdulillah sudah ada pembicaraan dari kemarin, Pak Bupati sudah menyiapkan (tempat) agar ketika nanti sudah resmi menjadi ibu kota negara (IKN), di situ akan berdiri Kantor PBNU,” tambahnya.
Selain kantor, PBNU juga akan membangun rumah sakit, perguruan tinggi serta pesantren di lokasi ibu kota baru yang akan bernama Nusantara itu.
Dalam acara penandatanganan piagam pencanangan Kantor PBNU itu, Gus Yahya didampingi oleh Plt Bupati Penajam Paser Utara Hamdam Pongrewa, Sekretaris Jenderal PBNU H Syaifullah Yusuf, Bendahara Umum PBNU H Mardani Maming, dan Ketua PCNU Penajam Paser Utara KH A Syamsul Hadi.
Gus Yahya memimpin doa di calon gedung baru PBNU di Penajam, Kalimantan Timur. (Sumber: PBNU)
Warga Penajam Bahagia
Sebelum acara penandatanganan piagam, Gus Yahya menyampaikan bahwa warga Penajam Paser Utara saat ini tengah berbahagia karena telah ditetapkan sebagai daerah ibu kota negara yang baru.
Ia mengatakan bahwa kehidupan masyarakat di Penajam Paser Utara, terutama di Kecamatan Sepaku sudah jauh lebih mudah daripada 17 tahun silam.
Gus Yahya pernah datang ke daerah tersebut dan merasa bahagia saat ini keadaannya sudah lebih baik, khususnya kehidupan warganya.
"Kehidupan yang lebih baik, mudah, nyaman, dikaruniakan oleh Allah kepada kira karena ada sebabnya. Jangan sampai kita hilangkan sebab ini supaya Allah tidak menghilangkan nikmat kita. Mari kita syukuri," ungkapnya.
Lantas, Gus Yahya mendoakan agar pembangunan kantor baru PBNU ini akan berjalan dengan lancar, dan warga setempat kian sejahtera.
“Banyak hal yang semua datang karena barokah Allah akan terus menjadi barokah yang tidak putus-putus untuk umat Islam, bangsa Indonesia, dan masa depan kemanusiaan yang lebih mulia," imbuhnya.
Sumber Utama : https://www.kompas.tv/article/256503/pbnu-resmi-bikin-kantor-di-ibu-kota-negara-yang-baru-gus-yahya-mumpung-belum-padat?page=2
Re-post by Migo Berita / Senin/31012022/13.55Wita/Bjm