Acara Mata Najwa Selalu Ditunggu, Saat Undang Anies dan Sandiaga Reaksi Netizen Sangat Mengejutkan
BANJARMASINPOST.CO.ID - Melalui akun Instagram presenter ternama Najwa Shihab mengumumkan akan mengundang Gubernur DKI Jakarta dan wakilnya, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno di acara Mata Najwa, Rabu (24/1/2018).Program ini mengundang Anies dan Sandi menjelang 100 hari kerja keduanya untuk Ibu Kota Jakarta.
"Jelang 100 hari @aniesbaswedan dan @sandiuno pimpin ibukota, bagaimana kini wajah Jakarta?
Demi menunaikan janji, beragam kebijakan ditunaikan Anies-Sandi di 100 hari, sambutan pro dan kontra mengiringi
Penataan PKL Tanah Abang hingga janji Rumah DP Nol Rupiah menjadi sorotan.
Menghadirkan kembali becak di jalanan ibukota, salah satu kebijakan yang dipertanyakan
Apa saja strategi yang dilakukan Anies-Sandi untuk memenuhi janji-janji kampanye?
Bagaimana Anies-Sandi menanggapi berbagai kritikan atas kebijakan yang diambil?" tulis @najwashihab pada postingan Selasa (23/1/2018).
Namun, terlihat dari kolom komentar ada beberapa netizen yang mengatakan tidak akan menonton.
Kebanyakan beralasan tidak ingin menonton acara yang biasanya ditunggu-tunggu ini karena bintang tamu yang diundang.
@cerdika4499: Saya selalu berusaha nonton acara mbak nana . Tapi kali ini saya berusaha menghindar supaya gak nonton. Malas mbak. Maaf ya.
@abdiwahyu_p: MALES NONTON.
@habibie.ae: Ah marai males nonton ndek bintang tamune cah 2 kwi (Ah jadi males nonton kalau bintang tamunya 2 orang itu).
@puji_prihatinningsih: Maless deh mb nonton.
@jeksonharyono_manik: Untuk yg satu ini maaf mbak nana aku gak nonton dlu..
@thomizayn: Kayaknya gak nonton mbak.. hmmm.
Beberapa netizen beralasan seperti berikut.
@wynangrny: Palingan juga ditanya kekanan jawabnya kekiri.
@jeffry.alex7789: Yg bikin geram nanti klu di tanya lain jawaban itu hobi gub dki malas tengok nanti yg ad dating aja hhhh.
@qhingqhing: Bisa sakit hati nntn dan dgr jawaban mrka mbak Nana @najwashihab.
Netizen lain juga mengajukan bintang tamu yang dikira lebih menarik.
@adrianpili: Apa tdk ada narsum lain? 100 hari tdk terlalu signifikan. Saya kira La Nyala M atau Brigjen Pol (Purn) Siswandi adalah narsum yg up to date untuk saat ini berkaitan dgn proses pilkada.
Namun juga ada netizen yang ingin nonton karena berharap ada pertanyaan tajam Najwa Shihab.
@utawimisbah: Mantab, wajib lihat kalo ini.
@margie_s: Antara pgn nntn krn mo liat mreka dihajar pertanyaan dashyat sma mba Nana (emoji) tp jg gk mau nntn krn males dgr jwbn gk jelas nan mencla-mencle.
@diannurmala6668: Cant wait melihat bapak2 ini dicekokin pertanyaan mba Nana. Semoga jawabnya to the point ya bapak2, jangan kesana kemari tanpa arah tujuan.
Mata Najwa
Inilah Reaksi Santai Anies Baswedan Ketika Dicecar Najwa Shihab di Mata Najwa Tentang Pimpin Jakarta
BANJARMASINPOST.CO.ID - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menanggapi dengan santai pertanyaan demi pertanyaan dari Host Acara Mata Najwa, yakni Najwa Shihab saat diundang menjadi bintang tamu program televisi tersebut, Rabu (24/1/2018) malam.Pada malam itu, Mata Najwa mengundanga Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dalam rangka 100 hari mereka bertugas.
Berbagai macam persoalan pun dibahas, pertanyana dan jawaban mengalir baik dari Najwa Shihab maupun Anies Baswedan.
Di antara persoalan yang dibahas adalah penutupan jalan di Pasar Tanah Abang dan becak yang diperbolehkan beroperasi lagi di Ibukota.
Anies dicecar sejumlah pertanyaan oleh Najwa atau akrab disapa Nana.
Di antaranya soal matang atau tidaknya kebijakan penutupan jalan Pasar Tanah Abang.
Sebelum wawancara di studio dilakukan, Anies dan Nana terlihat pergi ke jalan Pasar Tanah Abang yang ditutup.
Di sana, mereka bertemu beberapa pedagang yang mengungkapkan keluh kesahnya.
"Dalam waktu 30 menit, tiga orang protes, apa kebijakan tidak dipikirkan secara matang?" tanya wanita berambut sepundak itu pada Anies.
Mendapat pertanyaan menohok seperti itu, begini reaksi sang Gubernur.
"Ini kenyataan di lapangan. Itu justru feedback bahwa kita mencoba menyelesaikan masalah kemudian muncul reaksi. Disitulah kenapa kita perlu metode ilmiah kalau mendapatkan pendapat karena itu kita pakai survei untuk mereview agar sampel yang kita dengar sampel yang mewakili populasi," urai Anies dengan runtut.
Najwa kemudian bertanya soal rekomendasi Dirlantas Polda Metro Jaya, yang menyarankan agar kebijakan Anies menutup jalan Pasar Tanah Abang, ditarik kembali.
"Tentu kita akan mendengarkan semua pihak. Kita melakukan survei rutin, termasuk data tentang lalin," urai Anies.
"Mas Anies apa berarti waktu itu Polda tidak diajak bicara ya?" sahut Najwa.
"O diajak bicara, terlibat, bahkan gini," kata Anies yang langsung dipotong oleh Najwa.
"Tapi kemudian sarannya seperti ini, apa yang terjadi?"
"Saya tidak tahu apa yang terjadi. Saya jelaskan sedikit soal ini. Bahkan saat kita mau melaksanakan, kita undur pelaksanaannya," jelas Anies.
Pertanyaan kemudian diarahkan soal pungutan liar yang dialami oleh para pedagang.
Tim Mata Najwa menemukan fakta bahwa pedagang yang berjualan di trotoar Tanah Abang, ditarik pungli oleh oknum.
Sama seperti sebelumnya, Anies tetap tenang dan mencoba menjawab pertanyaan Najwa secara detail.
"Premanisme sangat mungkin, kita tidak berada di negeri yang sempurna yang bebas dari praktik premanisme, praktik pungli. Itu kenapa kita harus tata, kita beresi satu-satu," ungkap Anies.
"Pertama membereskan dulu soal trotoar, kosongkan trotoar. Dan itu ketika ada yang mengatakan macet, sebentar, kalau mau membandingkan, sekarang orang leluasa berjalan, PKL di tengah. Ditata termasuk soal penanggung jawab Satpol PP di sana. Satpol PP do Jakarta dilakukan rotasi," urainya.
Anies pun mengatakan akan menindak tegas bagi siapa saja pelaku pungli.
"Kalau sampai ada pemalakan, siapapun akan saya pecat," tandas pria 48 tahun itu.
Menurut Anies, solusi tersebut hanya akan berlaku di Pasar Tanah Abang.
Sedangkan pasar lain kemungkinan akan diterapkan kebijakan berbeda, karena adil bukan berarti sama.
Terkait dengan becak yang akan kembali beroperasi di Jakarta, Anies menjelaskan bahwa dirinya akan menggunakan strategi tertentu, agar tak menimbulkan kemacetan.
Misalnya dengan menempatkan becak di lokasi wisata.
Bila harus mengubah Peraturan Daerah (Perda), maka ia juga akan melakukannya.
"Kenapa becak harus diatur? Supaya mereka bisa melayani. Kalau tidak ada kebutuhan nggak ada becak," aku Anies.
"Kalau harus kita ubah ya kita ubah. Kalau tidak, tapi bisa diatur ya kita atur," tambahnya.
"Saya pendekatannya tidak saya paling tahu, solusi saya paling benar," tegas mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu sambil tersenyum. (*)
youtube
Anies dan Najwa Shihab saat berkunjung ke Pasar Tanah Abang, Jakarta.
Acara Mata Najwa Ungkap Beda Anies dari Sandi Jawab Kritikan, Sandi Terima Masukan Anies Protes
BANJARMASINPOST.CO.ID - Program Mata Najwa mengungkap perbedaan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dari Wakilnya Sandiaga Uno dalam menjawab kritikan.Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan-Sandiaga Uno diundang Najwa Shihab host program talkshow televisi Mata Najwa tayang Rabu (24/1/2018).
Undangan itu dalam rangka jelang 100 hari kinerja pemerintahan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Ada satu moment tampak wajah Anies berubah saat Najwa menampilkan tayangan video anggota DPRD DKI dari Fraksi PDI Perjuangan, Gembong Warsono.
Dalam cuplikan video, Gembong Warsono mengatakan, selama 100 hari pemerintahan Anies-Sandiaga tidak ada kemajuan. Kepemimpinan mereka hanya menengok ke belakang.
"Anies hanya membanding-bandingkan kebijakan dia dengan kebijakan Gubernur DKI terdahulu, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), ” katanya.
Menurut Gembong, kebijakan Pemprov DKI Jakarta tidak maju, melainkan hanya menengok ke belakang.
“Seharusnya, bagaimana Anies membangun Jakarta ke depan,” katanya.
Menanggapi itu, Sandiaga mengatakan, baiklah, itu sebagai masukan.
“Ya itu masukan lah buat kita. Kalau di ranah politik ga usah didebat lah. Kita sih fokusnya kerja aja. Kita fokus lapangan pekerjaan bagaimana. Bagaimana OK OCE bukan hanya sukses
di pelatihan pendampingan tapi bisa menciptakan lapangan kerja,” kata Sandi.
Namun sebaliknya, Anies tampak emosional. Dia mulai dengan suara meninggi, dan menyindir Najwa Shihab.
“Apalagi Mata Najwa hanya mengambil satu fraksi. Ya tentu aja, sudah seharusnya oposisi begitu. Masa opsisi bilang gubernur udah bener, gubernur udah bagus, salah toh,” katanya.
Menanggapi itu, Najwa Shihab menjawab, memang sengaja diambil yang ekstrem (Fraksi PDI Perjuangan) karena politisnya sampai sejauh akan melakukan hak interpelasi pemprov.
“Kalau yang diambil Gerindra partainya Mas Sandi bukan kritik namanya. Itu namanya...” kata Najwa.
“Pilih yang Netral,” kata Anies.
”Itu namanya kan masukan yang bersifat politis,” lanjut Najwa.
Anies lalu menjawabnya dengan kata bagus, lalu ditimpali langsung oleh Najwa.
“Bagus Pak Gembong kata Mas Anies,” kata Najwa.
Anies diam sesaat dan diminta pada Najwa agar kembali fokus pada yang didiskusikan, namun dilanjut Najwa setelah dengan jeda komersial.
youtube
Anis Baswedan dan Sandiaga Uno di program Mata Najwa, Rabu (24/1/2018).Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/01/25/mata-najwa-ungkap-beda-anies-dari-sandi-dalam-menjawab-kritikan-sandi-terima-masukan-anies-protes?page=allMaunya Sandiaga Uno Beri Pelatihan Genjot Becak yang Baik, Penarik Becak: Kami Mah Ikut Aja
BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menjanjikan pelatihan cara menggenjot becak yang baik bagi penarik becak di Jakarta.Sejumlah penarik becak memberikan tanggapan atas janji Sandiaga Uno itu.
Rata-rata penarik becak senang ada perhatian dari Wakil Gubernur Sandiaga Uno.
"Ya alhamdulillah lah kalau Pak Sandinya kasih perhatian begitu. Kami mah ikut aja," ujar Abe salah seorang penarik becak biasa mangkal di Jalan Bandengan Utara, Jakarta Utara, Jumat (26/1/2018).
Menurut Abe, dengan begitu artinya Sandi benar-benar memberikan perhatian kepada mereka.
"Yah biasanya kami juga narik becak ya biasa genjot. Kalau Pak Sandi bilang begitu, kami senang-senang saja," ujar Abe.
Penarik becak lainnya, Sueb juga senang dengan rencana Anies tersebut.
Namun, Sueb lebih menekankan terhadap pelatihan keselamatan saat menarik becak.
Sueb mengatakan, beberapa kali pernah masuk ke jalan protokol.
Dia harus bersaing dengan motor, mobil, dan truk. Tak jarang Sueb hampir terserempet kendaraan lain saat mengantarkan penumpangnya.
"Ya senang saya kalau Pak Sandi maunya begitu. Kadang banyak penumpang yang minta buru-buru. Kalau penumpang minta buru-buru, ya kami pasti buru-buru. Kadang harus hati-hati juga. Kalau pelatihan itu ya oke-oke aja," ujar Sueb.
Penarik becak lainnya, Darno juga menilai rencana Sandi tersebut merupakan bentuk perhatian terhadap penarik becak.
"Kami senang diperhatikan seperti itu," ujar Darno.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno akan membuat pelatihan untuk para penarik becak di Jakarta, salah satunya pelatihan standar pelayanan.
Rencana itu disampaikan setelah sebelumnya Pemprov DKI Jakarta mengizinkan becak beroperasi di Jakarta, tepatnya di jalan-jalan perkampungan.
"Mungkin salah satunya adalah (pelatihan) standar pelayanan, olahraga, bagaimana cara genjot yang bagus," kata Sandi di kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI, Kuningan Barat, Jakarta Selatan.
Tribun Jogja/ Angga Purnama
Ilustrasi penarik becak.
Menguak Rahasia Presenter ‘Ganas’ Najwa Shihab
SALAFYNEWS.COM, JAKARTA
– Najwa Shihab Kembali menunjukkan ‘taringnya’ untuk mengupas isu-isu
penting yang perlu diketahui publik. Salah satunya adalah episode 100
Hari Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menjabat sebagai Gubernur dan Wakil
Gubernur DKI Jakarta, Rabu (24/1/2018). Episode ini memang disiarkan
tepat pada 100 hari Anies dan Sandi menjabat.
Baca: Fredrich Bilang Video Pamer Kemewahan Editan, Ini Jawaban Pedas Najwa Shihab
Najwa mengulas berbagai persoalan dan
kebijakan Anies yang perlu diungkap ke hadapan publik. Mulai dari
kontroversi Tanah Abang, rumah DP nol rupiah, penataan becak, hingga
polemik reklamasi di Teluk Jakarta. Najwa lagi-lagi mencecar sejumlah
pertanyaan kritis kepada Anies.
NAJWA Shihab menatap Anies Baswedan
dalam talkshow berjudul Mata Najwa. Anies menerangkan apa saja yang
sudah dilakukannya dalam 100 hari kerja. Perbincangan itu menjadi
menarik sebab seorang kepala daerah diminta menjelaskan apa yang
dilakukannya kepada publik. Najwa cukup tangkas dalam mengejar Anies.
Seorang kepala daerah memang punya
otoritas, tapi itu tidak lantas membuatnya bebas melakukan apa pun.
Publik berhak untuk mempertanyakan, mendebat, sekaligus menguliti
seorang pejabat.
Sebagai jurnalis dan presenter, Najwa
telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Setiap kali usai mengajak
seorang tokoh masuk arena dan mencecarnya, Najwa akan menerima sanjungan
sekaligus makian di saat bersamaan. Namanya semenjulang para tokoh yang
setiap saat siap dicecarnya. Najwa menjadikan acara talkshow-nya
menjadi demikian berkelas dan ditunggu-tunggu.
Baca: Anies Ngaco Dalam Debat Pilkada di Mata Najwa
Tak mudah menjalankan peran seperti
Najwa. Anda boleh cantik setinggi langit, tapi ketika pikiran Anda
kosong, maka Anda akan jadi bulan-bulanan. Anda boleh hebat sedalam
samudera, tapi ketika Anda tidak percaya diri dan tak menguasai keadaan,
Anda akan tenggelam.
Seorang presenter hebat adalah
pengendali siaran, pengatur kemudi dan lalu lintas pembicaraan,
sekaligus piawai dalam mengulik banyak sisi seseorang sehingga tak kuasa
berkelit.
Saya membayangkan, betapa sulitnya
mencetak seseorang untuk mencapai level seperti Najwa. Biarpun banyak
akademi dan perguruan tinggi yang mengadakan kelas presenter tetap saja
sulit menemukan kombinasi maut berupa cantik dan cerdas sebagaimana yang
dimiliki Najwa. Saya yakin, figur seperti itu hanya lahir dari keluarga
yang menjadi lahan gembur demi menumbuhkan semua kecerdasan dan percaya
diri hingga menjulang tinggi.
Dalam buku Outliers, yang pertama kali
terbit tahun 1988, Malcolm Gladwell mengatakan bahwa kesuksesan tidak
berasal dari angka nol. Semua orang berutang pada orang tua dan dukungan
orang lain. Kesuksesan adalah apa yang sering disebut oleh para
sosiolog sebagai “keuntungan yang terakumulasi”. Tempat dan kapan
seseorang tumbuh besar memiliki pengaruh yang cukup besar.
Gladwell menolak anggapan tentang
keberhasilan yang semata-mata dipicu oleh kecerdasan. Menurutnya,
keberhasilan seseorang menggapai satu kesuksesan tidak bisa dilihat
hanya dari satu aspek saja, melainkan terdapat hal yang lebih rumit,
kompleks, dan hanya bisa dipahami dengan menelusuri kehidupan orang
tersebut.
Gambaran yang paling sederhana namun
gamblang dipaparkan Gladwell dalam cerita singkat mengenai pohon. Pohon
ek tertinggi di hutan menjadi yang tertinggi bukan semata-mata karena
dia paling gigih.
Baca: Video Mata Najwa Full, Menjaga Bhinneka
Dia menjadi yang tertinggi karena
“kebetulan” tidak ada pohon lain yang menghalangi sinar matahari
kepadanya, tanah di sekelilingnya dalam dan subur, tidak ada kelinci
yang mengunyah kulit kayunya sewaktu masih kecil, dan tidak ada tukang
kayu yang menebangnya sebelum dia tumbuh dewasa.
Bersetuju dengan Gladwell, Najwa Shihab
tumbuh di lingkungan yang menjadi lahan gembur bagi pengembangan
inteligensi dan kreativitasnya. Pertanyaan yang mencuat, bagaimanakah
pendidikan yang didapatnya dalam rumah? Apa yang diajarkan orangtuanya
hingga dirinya bisa mencapai posisi seperti sekarang? Apakah sisi-sisi
lain Najwa yang tak banyak diungkap? Apakah ada rahasia yang disimpan
Najwa?
***
DEMI menjawab pertanyaan itu, saya
membaca buku biografi berjudul Cahaya, Cinta, dan Canda M Quraish
Shihab. Saya penasaran sebab Quraish Shihab adalah ulama besar tanah air
yang merupakan ayah Najwa. Buku ini adalah kisah hidup, pengalaman,
serta perjalanan Prof Quraish Shihab, ulama kenamaan yang pernah
mengemban banyak jabatan prestisius, mulai dari Rektor IAIN Syarif
Hidayatullah hingga kursi Menteri Agama.
Saya menemukan banyak lembaran yang membahas bagaimana asal-usul dan bagaimana Najwa dididik dalam rumah.
Kakek Najwa, dalam hal ini ayah Quraish
Shihab, adalah Habib Abdurrahman Shihab, yang dahulu menjadi Rektor IAIN
Alauddin, Ujung Pandang. Nenek Najwa, dalam hal ini ibu Quraish Shihab,
dipanggil Puang Asma atau Puang Cemma adalah bangsawan Bugis, keturunan
pemimpin di Rappang, Sulawesi Selatan. Keluarga ini sejak lama dikenal
sebagai keluarga religius yang membimbing semua anaknya untuk mendalami
agama sejak dini.
Najwa adalah anak kedua dari tiga
bersaudara. Kakaknya Najeela, lulus dari Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia (UI) yang kini menekuni profesi sebagai pendidik.. Adiknya
adalah Nasywa, Nahla, dan Ahmad. Ahmad adalah satu-satunya laki-laki
saudara Najwa. Semuanya memilih karier yang berbeda dengan Quraish, sang
ayah. Quraish tak ingin memaksa anaknya untuk sepertinya.
Quraish Shihab memberi nama semua
anaknya dengan awalan N yang diambilnya dari huruf Nun dalam aksara
Arab. “Nun adalah huruf yang istimewa,” katanya. Nun adalah salah satu
huruf yang berdiri sendiri di awal surah Al Quran yakni Surah Al Qalam.
Pada awal surah itu, Nun dijadikan Allah sebagai sumpah bahwa Nabi
Muhammad berakhlak mulia, untuk menepis tuduhan penentangnya. Nun juga
mengandung makna positif seperti najah (sukses), nur (cahaya), atau
nashr (pertolongan).
Nama Najwa bermakna percakapan atau
bisikan. Makna majazi-nya adalah orang yang pandai bercakap, mudah
dimengerti, dan cerdas saat berbincang dengan siapa saja. Artinya, sejak
kecil Quraish telah mendoakan Najwa agar kelak menjadi seseorang yang
cakap berbicara.
Quraish dahulu tinggal di Makassar dan
berkarier hingga posisi rektor, hingga akhirnya pindah ke Jakarta demi
karier dan tanggung jawab yang lebih besar. Najwa lebih banyak
menghabiskan masa kecil dan remaja di Jakarta. Biarpun tak memaksa
anaknya untuk menekuni dunia ulama, Quraish mengajarkan agama pada
anaknya sejak dini.
Sejak kecil, Quraish Shihab mewajibkan
semua anaknya untuk berada di rumah saat salat Magrib. Mereka punya
tradisi untuk ikut salat jamaah. Selepas salat Magrib, mereka lalu
ramai-ramai membaca wirid atau ratib, kemudian mengaji. Rumah Quraish
selalu semarak dengan bacaan Al Quran setiap malam. Wirid yang harus
dibaca setiap malam adalah Ratib al-Haddad. Di pagi hari, semuanya
membaca Wirid Lathif.
Wirid yang indah itu disusun Imam Al
Habib Abdullah bin Alawi Al Haddad dari Hadramaut. Beliau adalah salah
satu ulama besar di abad 12 H. Beliau dilahirkan di salah sebuah kampung
di kota Tarim, Yaman pada malam ke-5 bulan Safar, tahun 1044 Hijrah.
Mereka yang membaca ratib ini diyakini akan selalu terjaga dari hal-hal
yang bisa menyesatkan.
Isi Ratib al-Haddad adalah potongan
surah Al Quran dan doa-doa yang diajarkan Rasulullah SAW. Di antaranya
adalah Surah Al Fatihah, Ayat Kursi, Surah Al Ikhlas, Surah Al Baqarah,
Surah Al Falaq dan An Nas. Sedangkan Wirid Lathif yang dibaca saat subuh
bertujuan untuk melenyapkan kesusahan, kesedihan, kegelisahan,
mempermudah rezeki serta memenuhi kebutuhan.
Sejak masih kecil, Najwa dan semua
anak-anak Quraish lainnya sudah menghafal doa-doa ini. Mereka sudah
paham bahwa berdoa sesudah Magrib adalah kewajiban bagi semuanya.
Biasanya, seusai berdoa, mereka akan berdiskusi membahas banyak hal.
Quraish akan menanyakan pendidikan anak-anaknya serta tugas-tugas
sekolah.
Di keluarga ini, pendidikan adalah nomor
satu. Quraish membebaskan anaknya untuk memilih bidang apapun yang
hendak dimasuki. Ia percaya bahwa dengan fundasi keagamaan yang kokoh,
anak-anaknya tidak akan tersesat.
Tak heran jika semua anak Quraish
menekuni beragam profesi. Ada yang menjadi psikolog, ada yang menjadi
jurnalis dan presenter televisi, ada yang jadi psikolog, dokter, hingga
menekuni bisnis di bidang IT. Biarpun semuanya menempuh profesi yang
berbeda, di malam hari, seusai salat Magrib, mereka akan menjadi bagian
dari salat berjamaah serta melafalkan doa-doa yang sama.
Najwa mendapat limpahan kasih sayang
dari ayahnya. Semasa kecil, Najwa diharuskan memakai kaca mata. Quraish
tak ingin anaknya kehilangan percaya diri. Najwa diajak ke optik besar
di Blok M, Jakarta. Quraish lalu meminta diberikan kaca mata yang paling
mahal. Bagi sang ayah, kepercayaan diri adalah hal yang sangat penting
agar anaknya mampu merespons semua tantangan hidup.
Sejak kecil, Najwa telah menunjukkan
prestasi. Dia lulus program American Field Service (AFS) di usia 16
tahun sehingga memiliki kesempatan tinggal bersama keluarga di Amerika
Serikat selama beberapa waktu. Ayahnya tak ragu-ragu melepasnya. Ayahnya
percaya bahwa Najwa sudah memiliki fundasi keagamaan yang kuat.
Dengan memberi kepercayaan kepada anak,
maka ia mengajari anak itu untuk bertanggungjawab pada apa pun
pilihannya. Demikian pula ketika anaknya memilih pasangan hidup. Ia
membebaskan mereka, tetapi memberi syarat yakni haruslah rajin
melaksanakan salat. Itu sudah cukup baginya.
Najwa mendapat dukungan luar biasa dari
ayahnya. Ayahnya menyediakan apa-pun yang dibutuhkannya. Ketika Najwa
dan semua anaknya menikah, Quraish selalu membuat buku khusus yang
isinya pesan kepada anaknya. Bahkan ketika Najwa telah berkarier dan
sukses dengan talkshow-nya, Quraish tak pernah alpa menyaksikan anaknya
saat siaran di televisi.
Ia bahagia karena Najwa meraih prestasi
atas dedikasi dan profesionalismenya. Di antara prestasi itu adalah
Young Global Leader Award 2011 dari World Economic Forum yang
berkedudukan di Jenewa.
Episode paling menyedihkan dalam
kehidupan Najwa sebagaimana dikisahkan Quraish adalah meninggalnya
Namiya, putri kedua Najwa. Anak itu lahir pada 15 Desember 2011. Bayi
itu lahir prematur dalam usia tujuh bulan. Saat itu, Najwa sedang
perawatan karena sakit. Najwa gembira karena bayi itu lahir dalam
keadaan sehat. Tangis bayi memenuhi rumah sakit. Quraish yang memilihkan
nama untuk bayi itu.
Keesokan harinya, Najwa sedih karena
bayi itu meninggal dunia. Quraish mengisahkan betapa sedihnya Najwa
ketika mendekap anaknya yang telah meninggal. Quraish menangis lalu
berbisik, “Sempurnanya Namiya.” Selama ini Quraish tak pernah menangis.
Hari itu ia menangis karena membayangkan betapa berat perasaan anaknya.
Pada Najwa, Quraish berbisik bahwa Namiya akan jadi tabungan akhirat
yang akan menyambutnya. Najwa harus ikhlas.
Jenazah bayi dibawa pulang. Najwa masih
harus dirawat. Pagi sebelum jenazah dikuburkan, Najwa menelepon ayahnya
lalu berbisik. “Saya belum menyanyikan doa untuk Namiya. Tolong nanti
sebelum dimakamkan, Namiya dinyanyikan doa seperti yang biasa Mama
nyanyikan,” kata Najwa terisak.
Batin Quraish terharu. Inilah cobaan
paling berat dalam kehidupannya. Tradisi di keluarga itu,, istri Quraish
akan mendendangkan doa bagi semua anak dan cucunya. Hari itu, doa
diucapkan dengan sesunggukan. “Ya arhama ar-rahiimin, Ya arhama
ar-rahimin, Ya arhamar rahimin farrij ala al muslimin.” Wahai Yang Maha
Kasih Sayang. Yang melebihi apa pun yang memiliki kasih sayang.
Karuniakan pertolongan-Mu untuk kaum Muslim.
***
DEMIKIANLAH sisi-sisi lain Najwa Shihab.
Seperti dikatakan Gladwell, di balik setiap kesuksesan anak, ada kerja
keras dan ikhtiar hebat lingkungan. Najwa tumbuh dalam lingkungan yang
selalu memotivasi, membesarkan, dan selalu berada di sisinya dalam
keadaan apapun. Semua kasih sayang itu adalah energi terbaik bagi
dirinya untuk selalu menggapai kesuksesan.
Jika belakangan ini banyak orang yang
tiba-tiba saja memvonis dan menuding Najwa dan anak-anak Quraish lainnya
tidak Islami, maka semuanya akan kembali pada diri masing-masing. Tak
bijak memvonis orang lain hanya karena satu kenyataan yang dilihat dari
sisi subyektif.
Tuduhan itu seyogyanya dikembalikan ke
dalam diri. Boleh jadi, yang dituduh itu jauh lebih menjaga diri dan
menjalankan berbagai amalan ketimbang yang menuduh. Boleh jadi, yang
difitnah itu jauh lebih mendekati Tuhan, ketimbang yang melemparkan
tuduhan. Boleh jadi, yang dituduhkan itu jauh lebih baik dari diri yang
menuduh.
Jika tuduhan itu berpangkal pada
perbedaan penafsiran, maka didialogkan dengan baik. Ayah Najwa adalah
figur yang selalu menerima kritikan dari siapa saja. Ia membuka diri
untuk berdiskusi.
Ia sangat menghargai siapapun yang bisa
memberikan kritik atas karya-karyanya. Beberapa kolega dekatnya sekarang
dahulu adalah para pengkritiknya. Melalui kritik, ilmu yang dimiliki
seseorang akan terus berkembang.
Pada akhirnya, manusia akan
mempertanggungjawabkan semua diri dan tindakannya di hadapan Tuhan. Jauh
lebih baik jika semua orang berlomba-lomba menjalankan ibadah dan
menyebar kebaikan, ketimbang saling menuduh. Semakin banyak kebaikan
yang disebar, semakin makmur bumi, semakin indah hubungan antar manusia,
dan ajaran agama semakin dibumikan. Semoga Najwa Shihab selalu
dilimpahi keberkahan dan kesuksesan. (SFA)
Sumber: Locita co dan berbagai mediaSumber Berita : http://www.salafynews.com/menguak-rahasia-presenter-ganas-najwa-shihab.html
Najwa Shihab Gemparkan Dunia Medsos
SALAFYNEWS.COM, JAKARTA
– Talk Show Najwa Shihab yang mendatangkan Gubernur DKI Jakarta dan
Wakilnya membawa gegap-gempita jagat medsos, Najwa dicaci-maki
sedemikian rupanya karena Anies-Sandi terpojok oleh
pertanyaan-pertanyaan mematikan sang presenter kondang putri Quraish
Shihab.
Baca: Menguak Rahasia Presenter ‘Ganas’ Najwa Shihab
Ada tulisan menarik oleh akun facebook Ramadhan Syukur dengan judul NAJWA, disitu Syukur menjelaskan bagaimana seharusnya seorang presenter, berikut tulisannya:
Gue pernah belasan tahun jadi reporter.
Bertanya, mencari informasi, dan mengolah informasi adalah kerjaan gue.
Tapi gak kebayang saat ini, kalo reporter bertanya dibilang bego.
Meluruskan pertanyaan agar kembali ke pokok persoalan, dibilang lancang.
Baca: Sindiran Pedas Ananda Sukarlan Kepada Anies di Kanisius
Mengingatkan jawaban yang salah,
dibilang kurang ajar. Dan reporter sekelas Najwa Shihab pun abis dibully
dan dicaci maki pendukung narasumber. “Dia itu mau nanya apa mau
ngetes? Dasar iblis.” Ini pertama kali gue denger reporter dimaki sadis
seperti itu.
Pemaki Najwa mungkin gak paham kalo
reporter bertanya ke narasumber, bukan seperti guru bertanya ke murid.
Guru bertanya untuk menguji apa si murid masih ingat dengan pelajaran
yang pernah diajarkan sebelumnya. Reporter bertanya untuk mendapatkan
informasi yang benar dari mereka yang ahli atau pada pemilik kebijakan,
agar publik jadi tahu dan mengerti.
Baca: Denny Siregar Bongkar Strategi Anies dan Kelompok Bumi Datar Telikung Prabowo
Misalnya, mau tahu sisik melik ibu kota
dari A sampai Z, ya tanya sama gubernurnya. Kalo pejabatnya baru kerja
selama 100 hari, ya tanyalah seputar mau dibawa ke mana ibu kota yang
dipimpinnya lima tahun ke depan. Dan si narasumber harus tahu, bukan
berlagak tahu, apalagi sok tahu, trus ngomongnya muter-muter gak jelas.
Khas jawaban pejabat yang biasanya gak jujur.
“Tapi Najwa ini kalo bertanya kesannya sok tahu dan sok pintar? Jangan bela-belain deh.”
Itu bukan kesan. Reporter memang harus
banyak tahu dan harus pintar. Makanya sebelum wawancara reporter bisa
jungkir balik mengumpulkan dan mempelajari berbagai data dan fakta
sebanyak-banyaknya dan selengkap-lengkapnya sebagai referensi untuk
dikonfimasi bila diperlukan. Bukan untuk menyerang apalagi buat bikin
malu.
Dosen gue yang sdh guru besar cerita
pernah gak mau melanjuntukan wawancara setelah tahu si pewawancara bukan
cuma gak mempersiapkan data apa-apa, tapi juga gak tahu apa-apa.
Jawaban semua pertanyaannya bisa dijawab sendiri lewat buku (sekarang
plus internet)
Menteri Soebroto (yang ahli perminyakan
dunia) di jaman Soeharto gak mau meladeni wartawan yang menurutnya cuma
sok tahu padahal gak ngerti persoalan. “Kamu belajar lagilah. Nanti kalo
sudah paham baru wawancara saya,” katanya sambil ngeloyor pergi.
Guru besar ilmu politik Miriam Budiardjo
cerita sama gue, setelah berkali-kali kecewa akhirnya dia gak mau lagi
diwawancarai media kalo bukan sama pemimpin redaksinya langsung. Apa dia
belagu? Bukan. Tapi karena reporter yang dikirim medianya sering yang
gak berkualitas. Cemen.
Buat para narasumber pinter, biasanya
gak mau wawancara kayak ujian esai. Gue bikin pertanyaan, elu tinggal
bikin jawaban. Kalo itu sih gak usah ketemu orangnya. Kirim aja
pertanyaan via email. Nanti akan dikirim balik jabawannya. Tapi kalo
ketemu langsung ya harus ada semacam dialog. Saling mengisi. Kayak orang
berdiskusi dengan sahabat. Harus jujur dan saling mau mengakui
ketidaktahuan. Wawancara jadi berkualitas.
“Ah, Najwa itu jelas gak berkualitas,
bahkan gak tahu diri. Masak orang lagi ngomong selalu dipotong
seenaknya? Belajar lagi tuh sama Karni Ilyas.” Maki seorang emak-emak
yang kayaknya cinta mati sama narasumber.
Denger ya, Mak. Di jaman media cetak
masih berjaya dan tivi cuman ada satu-satunya, pejabat bego dan gak bisa
menjelaskan kerjaannya, banyak Mak. Dia boleh ngomong sesuka-sukanya.
Nanti omongannya yang norak dan gak mutu tinggal diedit atau disunting.
Ada yang ditambah atau dibuang biar jadi bagus, enak dibaca, dan gampang
dimengerti pembaca. Malem naik cetak. Besok pagi terbit deh.
Pembaca yang gak kenal narasumber,
setelah baca laporan si reporter pasti mengira nih pejabat pinter amat
yak. Cuma si reporter yang tahu itu pejabat aslinya pekok. Ngomong
blentang blentong. Susunan kalimat kacau. Di tanya A eh semua abjad
disebutin, dan pada bagian akhir malah gak ada jawaban A.
Gimana kalo pejabat pekok kayak jaman
old begitu di jaman now ditampilkan di secara live? Inilah cikal bakal
malapetaka. Dia pasti akan terlihat sebagaimana adanya. Real.
Kebodohannya gak bisa diedit. Untuk menjaga durasi dan menyelamatkan
mukanya, jalan satu-satunya jawaban yang melenceng harus dipotong
kompas, diluruskan, diarahkan kembali ke substansi walau terpaksa lewat
arteri.
Penyelaan yang dibumbui senyum manis itu
bukan lancang atau kurang ajar, tapi bentuk editan langsung. Dan editan
itu memang akan jadi menyakitkan kalau narasumbernya ngeyel dan gak mau
mengakui kesalahan dan kekurangannya. Dan tontonan yang mestinya bisa
jadi hiburan pun berubah jadi pertarungan. Jadi kayak nonton beladiri
full contact. Tinggal nunggu siapa yang bakal terkapar KO.
Gue memang salah pernah bilang acara ini
bakal turun ratingnya kalo menampilkan si dia. Ternyata ratingnya
tinggi dan jadi trending topik. Sayang bukan rating atau trending yang
positif, tapi negatif. Negatif buat Najwa yang akhirnya habis dibully
dan dimaki-maki pendukung narasumbernya, tanpa ada yang membela.
Tapi ini pelajaran berharga buat Najwa.
Lain kali jangan pernah lagi menampilkan narasumber yang gak kredibel,
apalagi punya banyak pendukung atau follower fanatiknya yang gampang
singitan. Siapa pun dia, seberapa pun tinggi jabatannya. Gak ada
gunanya.
“Ini bukan acara Mata Najwa namanya,
tapi Mata Iblis.” Dan makian yang gue baca makin gila dan cacat nalar.
Iblis kembali dibawa-bawa.
Buat gue, kalo suatu saat ketemu iblis
bermata bagus dan indah kayak gitu. Gue bakal rela deh nyerahin diri gue
kayak Isabella Swan ketemu Edward Cullen dalam “Twilight”. Gigit leher
gue Najwa… ayo gigit. Happy weekend.. (SFA)