Migo Berita - Banjarmasin - Ustadz Abdul Somad sang "Ustadz Kontroversial" kembali diundang Kepala Daerah di KalSel WARNING!! Politik Identitas Bermain, Benarkah??!! Agar tidak gagal paham, baca tuntas berbagai artikel yang telah kita kumpulkan.
Ustaz Abdul Somad Diminta Ditangkap, Tagar #TangkapAbdulSomad Mencuat Hingga Kapolri Listyo Ikut Teseret
GALAMEDIA - Jagat media sosial khususnya Twitter belakangan ini tengah dihebohkan dengan cuitan pegiat media sosial, Ferdinand Hutahaean.
Buntut dari cuitannya, Ferdinand akhirnya resmi ditahan di Mabes Polri usai ditetapkan sebagai tersangka kasus ujaran kebencian bernuansa SARA.
Seiring dengan kabar tersebut, nama Ustadz Abdul Somad ikut menjadi perbincangan publik hingga trending tagar #TangkapAbdulSomad di media sosial Twitter.
Berdasarkan pantauan Galamedia sebanyak 18.900 cuitan mengenai Abdul Somad dituliskan warganet.Banyak yang meminta agar Polisi juga mengusut UAS mengenai beberapa ceramahnya yang dianggap melecehkan agama lain.
"Para pengasong khilaf*ck sudah mulai bergerak laporkan @_ekokuntadhi, giliran yg pro nkri laporkan perusak bangsa& Bukti udah bertebaran dan meyakinkan, tapi kenapa Polri tidak bertindak seperti kpd Ferdinand #TangkapAbdulSomad," komentar @abdrossid.
"Bukti udah bertebaran dan meyakinkan, tapi kenapa Polri tidak bertindak seperti kpd Ferdinand, ayo sob bantu naikkan tagar agar Kepolisian punya keberanian," komentar @firzahusainlnc
"Pak @ListyoSigitP yg sy hormati mohon keadilannya utk memproses laporan terhadap para "tokoh" yg sudah menyebarkan hoax dan menista agama lain. Jangan melihat dia siapa mau dia pemuka agama kalo salah tetap salah !!!," komentar @Nirfi_55
"Percuma mau bikin #TangkapAbdulSomad #TangkapAbdulSomad sampe jempol kapalan krn ga akan diliat sama si baju coklat," komentar @sabar_mbok.***
Klik juga "Ustadz" Abdul Somad di BELA simpatisan Ormas Terlarang HTI (Hizbut Tahrir Indonesia)
Juga Klik Kontroversi Ustadz Abdul Somad
Klik juga https://mc.banjarmasinkota.go.id/search?q=ustadz%20abdul%20somad
Pemkab Tapin Gelar Tabliq Akbar Datangkan Ustad Abdul Somad
Rantau, KP – Pemerintah Kabupaten Tapin akan menggelar Tabliq Akbar bersama Ustad Abdul Somad yang akan dilaksanakan pada 5 September 2022 mendatang.
Hal itu di sampaikan Bupati Tapin HM Arifin Arpan usai menggelar shalat magrib dan hajat berjamaah bersama bersama Muspida Tapin, Pimpinan Satuan Organisasi Perangkat Daerah (SOPD) Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tapin dan Tokoh Agama dan Masyarakat Tapin . bertempat Rumah Jabatan Bupati Tapin, baru tadi.
Dihadapan para Jemaah Bupati menyampaikan, Pemerintah Kabupaten Tapin akan menggelar Tabliq Akbar bersama Ustad Abdul Somad pada tanggal 5 September 2022 dalam rangkaian memerahkan Hari Jadi Kabupaten Tapin Tahun 2022.
“Insha Allah Ustad Abdul Somad akan datang ke Tapin untuk mengisi tuasiah keagamaan dalam memeriahkan HUT Kabupaten Tapin ke 57 tahun 2022,“ ungkap Bupati Tapin.
Memang tabliq akbar sudah menjadi agenda rutin setiap tahun dalam memeriahkan ulang tahun Kabupaten Tapin, pada tahun 2021 lalu, pemerintah daerah sudah mendatangkan Ustad Abdul Somad dan pada waktu itu kita langsung meminta jadwal kepada beliau untuk bisa datang lagi untuk berceramah pada Hari Jadi Kabupaten Tapin Tahun 2022.
Kebetulan jadwal beliau Ustad Abdul Somad bisa datang memenuhi undangan kita pada bulan September 2022 dan tidak bisa pada Hari Ulang Tahun Kabupaten Tapin.
“Jadi kita minta, beliau bisa datang pada tanggal 5 September 2022 pada siang hari dengan mengambil tempat di Halaman Kantor Bupati Tapin Jl Datu Nuraya Kec Tapin Utara atau Kawasan rantau Baru,“ ujarnya.
Dengan tabliq akbar ini diharapkan semua jajaran Pemeirntah Kab Tapin dan warga masyarakat juga pelajar bisa datang hadir bersama-sama mendengarkan ceramah agama yang dibawakan beliau.
Karena ini pandemic covid sudah mulai melandai, diharapkan kepada semua yang datang yang hadir mendengarakan tausiah agar tetap sama-sama menjalankan protocol kesehatan.
Mohon doanya saja, pada bulan September mendatang, Ustad Abdul Somad bisa datang lagi ke tempat kita untuk memberikan tausiah keagamaan tanpa ada kendala. (abd/K-6)
Sumber Utama : https://kalimantanpost.com/2022/08/pemkab-tapin-gelar-tabliq-akbar-datangkan-ustad-abdul-somad/
Tabligh Akbar Dalam Rangka Memperingati Hari Jadi Kota Banjarmasin Yang Ke-496
Dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Banjarmasin yang Ke-496, Kota Banjarmasin mendapat kunjungan dari Ust. H. Abdul Somad, Lc. MA, dalam kegiatan Tabligh Akbar.Tabligh Akbar Bersama Ustadz Abdul Somad di Masjid Agung Al Munawwarah Banjarbaru, Catat Tanggalnya
WARTABANJAR.COM – Pemko Banjarbaru mengadakan tabligh akbar bersama Ustadz Abdul Somad pada 1 September 2022.
Tabligh akbar akan digelar di Masjid Agung Al Munawwarah Jalan Trikora No.9, Kemuning, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kota Banjarbaru.
Seluruh warga diundang menghadiri tabligh akbar yang dimulai pukul 16.00 WITA atau waktu setelah salat Ashar.
Ustadz Somad juga, dijadwalkan memberi tausyiah bertajuk Tabligh Akbar di Masjid Ar-Raudah pada Kamis 1 September 2022 malam.
Selain di Kota Banjarmasin, ternyata Ustadz Somad akan mengunjungi sejumlah kabupaten di antaranya Balangan.
Dikutip dari laman Instagram @habarbalangan, pada 3 September hari Sabtu pukul 10.00 hingga 11.30 Wita, Ustadz Somad dijadwalkan tablik akbar di Masjid Al Akbar Balangan
Sebelum tausyiah di Masjid Al Akbar, UAS akan disambuta Bupati Balangan sekitar pukul 09.30 hingga 10.00.
Setelah di Balangan, diinformasikan bahwa UAS akan melakukan perjalanan dari Paringin, ibu kota Kabupaten Balangan menuju Pamangkih, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. (aqu)
Sumber Utama : https://wartabanjar.com/2022/08/26/tabligh-akbar-bersama-ustadz-abdul-somad-di-masjid-agung-al-munawwarah-banjarbaru-catat-tanggalnya/
HUT Banjarmasin ke-496, UAS Bakal Hadir di Masjid Ar Raudhah Sungai Andai
BANJARMASIN (TABIRkota) – Pendakwah Ustadz Abdul Somad Batubara dijadwalkan mengisi Tabligh Akbar di Masjid Ar Raudhah, Sungai Andai, Banjarmasin, Kamis (1/9/2022).
Kehadiran da’i yang akrab disapa UAS itu merupakan bagian dari rangkaian peringatan HUT Kota Banjarmasin ke-496.
Demikian rilis yang disampaikan Pemerintah Kota Banjarmasin melalui akun media sosial resminya, hari ini.
UAS adalah pendakwah berdarah Batak dan Melayu kelahiran Asahan, Sumatera Utara, 18 Mei 1977.
UAS, yang merupakan alumni Universitas Al Azhar, Mesir dan Institut Darul Hadits Al Hasaniyya, Maroko, akan mengisi tausiyah di Masjid Ar Raudhah selepas shalat Isya.
Jamaah yang ingin menghadiri Tabligh Akbar tersebut sebaiknya datang lebih awal, agar tak kehabisan tempat duduk.(sah)
Sumber Utama : https://www.tabirkota.com/2022/08/25/hut-banjarmasin-ke-496-uas-bakal-hadir-di-masjid-ar-raudhah-sungai-andai/
Pendukung PKS Teriak Anies Presiden! Menjelang 2024 Kaum Halu Mulai Muncul.
Ada yang menarik ketika Anies Baswedan menghadiri salah satu acara PKS beberapa hari lalu (21/8/2022).
Anies yang hadir ke acara tersebut mengenakan kaos putih oranye bergambar ketua majelis syuro PKS, langsung diteriaki, Presiden! Presiden! oleh para pendukung PKS.
Senyum sumringah pun langsung terpancar dari wajah AB, bayangkan jika anda yang diteriaki Pleciden! Pleciden! Saya yakin pasti anda akan langsung terbang ke langit ke tujuh, Kebahagiaan juga tampak dari para pendukung PKS yang bertemu idolanya tersebut.
Tentu sah-sah saja jika seseorang meneriaki orang lain pleciden, itu tidak dilarang hukum. Namun jika mau dipikirkan secara akal sehat, ini masih 2022, kemudian masih ada 2023 dan baru di 2024 ada Pilpres. Belanda masih jauh bung!
Presiden Indonesia yang sah masih ada, bukankah ini sebuah bentuk halu yang berlebihan. Bukankah ini mencerminkan kegilaan semata.
Yang diteriaki juga kelihatannya menikmati hal itu. Awas 2024 bakal banyak yang masuk Rumah Sehat Jiwa nanti. Karena halu berlebihan.
Disaat masih ada pemerintahan yang sah yang dikepalai oleh seorang Presiden lalu menyebut orang lain sebagai Presiden sekali lagi sah-sah saja. Namun bukankah ada norma-norma kepatutan, sopan santun, budaya timur dan lain lain.
Atau bukankah baik para pendukung ataupun tokoh yang disebut pleciden hendaknya jangan merasa diri teralu geer dan hendaknya merasa malu dan mengingatkan pendukungnya.
Dalam acara tersebut Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mendoakan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi partai yang terdepan di Pemilu 2024 mendatang.
Sekali lagi harapan setinggi-tingginya sah-sah saja. Raihlah cita-citamu setinggi langit, begitu kata pepatah.
Sebagai kontras, bandingkan dengan Erick Thohir ketika menghadiri suatu acara beberapa waktu lalu juga diteriaki Presiden, Erick mengatakan "Saya rasa hari ini saya masih membantu presiden. Jadi kita fokus pada kerjaan yang ada," kata Erick Thohir.
Penulis bukan pendukung Erick Thohir, namun hanya sekedar mengontraskan dengan contoh yang sama, dan bagaimana respon orang tersebut.
Bisa jadi bagi seorang pengusaha multimilyuner seperti Erick Thohir, seandainya ini merupakan masa jabatannya terakhir sebagai menteri pun tidak masalah. Setelah itu masih ada perusahaan yang harus ia urus. Jadi tidak ada ambisi sama sekali.
Sifat orang memang beda-beda ada yang merasa diri layak jadi Presiden namun ada yang merasa diri tidak layak untuk jabatan itu. Sekali lagi setiap orang bebas buat menilai dirinya.
Sekali lagi AB kelihatannya sangat menikmati betul puja-puji yang diberikan, namun ingat, sesuatu yang tidak sesuai harapan atau tidak sesuai ekspektasi pada akhirnya bisa membuat kecewa. Kecewa orangnya, kecewa juga pendukungnya.
Sebaiknya para pendukung AB dan AB mulai mawas diri, ingat Indonesia masih mempunyai kepala negara yang sah. Hormati hal itu. Meneriaki seseorang Pleciden mencerminkan sikapnya terhadap pemerintahan saat ini.
Jika tidak suka dengan pemerintahan saat ini silahkan, tapi ingat adab. Apakah pantas dan sesuai tata krama seperti itu selama masih ada kepala negara yang sah. Sekali lagi ini debateble dan sah-sah saja itu dilakukan. Mimpi boleh halu jangan. Walau berhalusinasi merupakan hak setiap warga negara.
Ingat Rumah Sehat Jiwa menanti 2024.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/pendukung-pks-teriaki-anies-presiden-menjelang-FgzDbgT8vH
Anies Baswedan Bisa Membuat Gondangdia dan KIB Rusuh
Tensi politik mulai menghangat seiring dinamika politik yang terjadi menjelang pemilu 2024. Partai politik sudah melakukan berbagai manuver untuk memenuhi kepentingan politiknya. Melakukan safari politik, membentuk koalisi dan menentukan siapa Capres dan Cawapresnya.
Tiga besar tokoh langganan kandidat Capres adalah Prabowo Subianto sekaligus Ketua Umum partai Gerindra, Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah sekaligus kader PDI Perjuangan dan Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta yang akan selesai masa tugasnya Oktober 2022 yang akan datang.
Poros politik telah terbentuk yakni poros PDI Perjuangan, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang beranggota Partai Gerindra dan PKB, poros PDI Perjuangan dan poros Gondangdia yang terdiri dari Partai Nasdem, Partai Demokrat dan PKS.
Masing-masing sedang mencari, berhitung untuk menentukan Capres dan Cawapresnya. Komposisi poros ini bisa saja tetap tapi juga bisa berubah sesuai kepentingan politik. Misalnya poros KIB bisa saja berantakan ketika berseteru dengan poros Gondangdia.
Poros Gondangdia memang belum resmi deklarasi, tetapi kedekatan mereka seolah ingin meyakinkan pubik jika mereka serius berkoalisi. Jika terwujud, poros Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan PKS diprediksi akan mengusung Anies Baswedan pada Pilpres 2024. Hanya tinggal menunggu momentum untuk melakukan deklarasi.
Nasdem sendiri telah menyatakan hasrat untuk mengusung Anies Baswedan pada 2024. Terbukti pada Rakernas lalu Nasdem memasuki Anies sebagai kandidat Capres selain Ganjar Pranowo dan Jenderal Andika Prakasa.
Mungkin poros Gondangdia ini akan resmi deklarasi dan mengusung Anies sebagai capres pada akhir tahun 2022. Sinyal tersebut sebenarnya sudah dihembuskan oleh petinggi partai tersebut.
Sempat terdengar isu jika KIB juga menginginkan Anies sebagai Capres, hal ini akan menguntungkan bagi Nasdem, Demokrat, dan PKS. Sangat mungkin terbentuk koalisi besar untuk mengusung Anies.
Kalau ini terjadi, tentunya peluang menang sudah di depan mata. Tetapi syaratnya poros Gondangdia dan KIB harus sepakat saling meyakinkan bahwa koalisi yang akan mereka bentuk kemungkinan besar sukses di Pilpres nanti.
Tapi ada satu ganjalan yang harus dilewati jika KIB dan Gondangdia akan bersatu. Yaitu keinginan Partai Golkar yang akan mengusung Ketua Umum mereka Airlangga Hartarto sebagai Capres. Hal ini sudah dituangkan dalam hasil Rakernas Golkar beberapa waktu yang lalu.
Anggota KIB lainnya seperti PAN dan PPP serta poros Gondangdia harus bisa merayu Golkar agar mau luluh dan merelakan Anies Baswedan jadi Capres. Mungkin solusinya menjadikan Airlangga jadi Cawapres.
Jika Airlangga jadi Cawapres ada halangan lain yang muncul yaitu dari Partai Demokrat. Demokrat tentu saja menginginkan Ketum mereka yakni AHY jadi Cawapres siapapun Capresnya.
Jika KIB dan Gondangdia ingin bersatu, maka harus bisa memusyawarhkan hal-hal yang jadi hambatan seperti ego partai yang kadernya ingin jadi Cawapres.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/anies-baswedan-bisa-membuat-gondangdia-dan-kib-1VU1GeLX4G
Pertanyaan Untuk Pengacara Kamaruddin Simanjuntak (Mustahil Bisa Jawab Dia...)
Kasus pembunuhan Brigadir J tak bisa dipungkiri adalah kasus yang bisa diibaratkan sebagai durian runtuh bagi Kamaruddin Simanjuntak. Tak hanya Kamaruddin Simanjuntak, beberapa nama pengacara yang melibatkan diri dalam kasus transnasional ini pun mendapatkan keuntungan dalam bentuk yang berbeda dari kasus mengerikan ini. Nama-nama pengacara yang sebelumnya tak pernah terdengar, begitu tersangkut pada kasus pembunuhan Brigadir J yang melibatkan deretan panjang nama pejabat Polri, sekarang menjadi terdengar walaupun tak se-spektakuler Kamaruddin Simanjuntak.
Saya harus akui bahwa dalam upaya membela kepentingan kliennya, keluarga Brigadir J, sejak dari awal Kamaruddin Simanjuntak sudah ngegas, detail dan tak ragu-ragu dalam melemparkan isu-isu yang mampu membuat semua orang tercengang. Pada awalnya saya berpikir "Cerdas nih pengacara!", tapi semakin hari aksi Kamaruddin Simanjukan semakin terlihat seperti pengacara yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk menaikan level langit dia di atas level langit Hotman Paris. Ingat kan peribahasa "Di atas langit ada Hotman Paris"?
Banyak hal diungkapkan Kamaruddin yang pada akhirnya membuat penyelidikan pembunuhan Brigadir J menjadi awut-awutan, tidak konstruktif dan tidak fokus. Polri diserang sedemikian rupa dengan 1001 kejadian dan informasi baru yang kadang tidak relevan dengan kejadian diselorohkan oleh Kamaruddin Simanjuntak. Yang menurut saya adalah sebuah langkah yang salah yang membuat Kamaruddin kehilangan buruan yang sesungguhnya.
Upaya Kamaruddin Simanjuntak untuk bisa dikenal dan dipandang sebagai pengacara papan atas ketika dirinya terlibat pada kasus-kasus besar sebelumnya, sebut saja di kasus E-KTP dan kasus korupsi Wisma Atlet Hambalang yang membuatnya sesumbar mengatakan bahwa dirinya telah membuat Presiden SBY bersujud menyembah dirinya. Walaupun saya bukan pendukung SBY, tetap saja geli mendengar pernyataan seperti itu. Kesesumbaran Kamaruddin Simanjuntak tak hanya terkait perkara-perkara yang pernah dia tangani, tetapi juga terkait masalah pribadinya. Satu saat Kamaruddin mengatakan bahwa istri dan anaknya sempat "dibakar hidup-hidup" oleh orang yang tidak dikenal saat dirinya menjadi pengacara Rahmawati Soekarno Putri. Kamaruddin seakan memanfaatkan kejadian yang menimpa istri dan anaknya menjadi alasan atau motivasi mengapa dirinya menjadi pengacara yang berani. Atas kejadian yang menimpa anak dan istrinya tersebut, bagi saya adalah gambaran seorang yang berani tanpa memperhitungkan keselamatan anak dan istrinya walaupun tidak sampai meninggal. Kamaruddin tidak mampu menjaga keselamatan keluarganya di atas ambisi dirinya untuk menjadi seorang pengacara terkenal.
Sesumbar terakhir dan masih segar adalah pernyataan Kamaruddin yang mengatakan bahwa hukum paling rusak di era Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pernyataan ini langsung memperlihatkan pada kita semua tak hanya kamaruddin yang lupa bahwa tanpa campur tangan Presiden Jokowi, kasus Brigadir J akan berjalan di tempat, tetapi juga memperlihatkan betapa Kamaruddin adalah seorang yang kufur nikmat. Kamaruddin boleh saja lulus S1 hukum dengan predikat Cum Laude tapi melupakan sejarah penegakan hukum Indonesia di era Soeharto, langsung mengebiri status Cum Laude yang pernah diraihnya.
Alih-alih mensyuruki bahwa peran dan sosok Kamaruddin Simanjuntak menjadi begitu terlihat karena kasus pembunuhan Brigadir J menjadi perhatian Presiden Jokowi, apa yang dilakukan Kamaruddin malah menyerang dan menyalahkan Presiden Jokowi.
Mungkin orang berpikir Kamaruddin Simanjuntak adalah seorang Pengacara kawakan karena keberanian yang dia perlihatkan. Namun jika dilihat dari profilenya, Kamaruddin baru lulus dari S1 Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia Jakarta pada tahun 2000 di usia 26 tahun. Jadi getirnya nasib para pengacara dan praktisi hukum di era Soeharto tidak pernah Kamaruddin rasakan. Bahkan sepertinya Kamaruddin menolak untuk membaca dan mengetahui sejarah perjalanan penegakan hukum di era Soeharto, yang kemudian membuat dia begitu ke-PEDE-an mengatakan bahwa hukum paling rusak di era Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Saya selalu mengatakan bahwa seberapa bagusnya prestasi seseorang dalam bekerja, ketika orang itu memiliki attituda dan etika yang nol besar, maka seluruh prestasi yang dimilikinya akan menjadi nol besar juga. Kita bisa bekerja dan mempekerjakan orang yang kurang pandai tapi beretika dan berattitude baik. Dan sebaliknya, banyak orang pintar dipecat karena tak memiliki attitude dan etika terhadap perusahaan, atasan dan marwah dari pekerjaan. Dan seperti itu pula yang sekarang sedang kita lihat pada diri Kamaruddin Simanjuntak.
Ferdinan Hutahaean mengatakan, "Makin kehilangan simpati..!! Melebar kemana-mana, kesan arogan karena publik berempati kepada Brigadir J".
Sebagai Pengacara pihak korban, sedianya Kamarudin tetap fokus pada upaya pengungkapan kasus. Jangan melebar kemana-mana karena bukan hal yang mustahil jika di satu titik ada satu kejadian yang justru bisa merugikan pihak korban. Kamaruddin Simanjuntak seakan memaksakan untuk bisa terlihat sebagai orang yang telah membongkar perkara besar, sehingga di masa depan dia bisa sesumbar mengatakan dirinya telah membuat Presiden Jokowi bersujud menyembah dirinya, seperti halnya dia sesumbar mengatakan telah membuat Presiden SBY bersujud menyembah dirinya.
Kamaruddin Simanjuntak mampu mengatakan bahwa hukum paling rusak di era Presiden JokoWi. Pertanyaan saya "Di jaman siapa atau di jaman presiden yang mana penegakan hukum di Indonesia lebih baik dari di era Presiden Jokowi?". Dan pernyataan Kamarudin menghakimi kualitas hukum, dia katakan dalam bentuk umum, bukan kasus per kasus. Ada pembaca yang bisa membantu Kamarudin untuk menjawab pertanyaan saya?
Sumber Utama : https://seword.com/umum/pertanyaan-untuk-pengacara-kamaruddin-simanjuntak-qG6sJzsfw2
Ferdy Sambo Out, Jangan Lagi Ada yang Lainnya
Benar saja judul artikel terdahulu yang dipublish tanggal 7 Agustus 2022 “Akhirnya Seorang Brigadir Tentukan Nasib Sang Jendral”, terbukti tepat . Melalui sidang kode etik terhadap Irjen Ferdy Sambo, bukan hanya peristiwa pemecatannya yang mungkin sulit dilupakan Ferdy, melainkan nuansa psikologi sidang itu juga sungguh tak berpihak kepadanya.
Bayangkan, tidak satupun di antara 5 jendral yang mengambil keputusan pemecatan, yang tidak bersepakat. Sebagaimana disampaikan Kadiv Humas Polri, Irjen Deddy Prasetyo, keputusan diambil secara kolektif kolegial, yang diartikan sebagai tidak ada perbedaan pendapat diantara pengambil keputusan.
Ada ungkapan lama yang menggambarkan seorang dengan keberuntungan luar biasa, namun di akhir cerita dia pun terjerembab ke dalam lubang yang tak selayaknya mengubur asanya. “
“Ketika bintang melesat secepat kilat, bisa secepat itu pula ketika dia jatuh..” pepatah ini akan terasa mengandung hikmah sangat dalam jika kita kenakan pada sosok yang menaiki puncak kejayaannya dengan cepat Namun ketika mengkhianati makna kejayaan itu dia pun bisa jatuh dengan kecepatan yang sama.
Pengalaman batin sang jendral akan tampak kontras jika kita bayangkan kelegaan keluarga korban. Waktu jugalah yang akhirnya menasbihkan kebenaran berada di atas segalanya. Gambaran spiritual juga akan mewarnai drama perjalanan kasus terbunuhnya Brigadir Yoshua. Demikianlah barangkali buah yang berhasil dipetik oleh seorang yang diilustrasikan keluarganya tak memiliki catatan negatif selama hidupnya.
Sungguh menyedihkan karena takdir mengharuskan dia dijemput maut, ketika hanya tinggal menunggu sejenak untuk menggapai cita-citanya, mengenakan toga wisuda dengan indeks prestasi terpuji. Kekasihnya pun turut terjebak dalam suasana duka, sama halnya dengan kedua orangtua sederhana sang bhayangkara sejati.
Ketika menyadari ketakberdayaannya, seorang digdaya yang dianggap superior pun akan serapuh daun kering, yang hanya perlu tiupan angin sepoi untuk membawanya ke kubangan sampah. Demikianlah seloka yang bisa menggambarkan ketakberdayaan Ferdy Sambo.
Benteng terakhir yang mampu menopangnya agar tetap tegar menghadapi segala bentuk tantangan, hanyalah penyerahan diri secara total kepada sang Maha Pencipta. Hanya dengan cara demikian moral dan psikisnya akan termotivasi untuk bertahan.
Terlepas apakah pembunuhan dirinya turut disebabkan oleh perilakunya kepada sang jendral beserta keluarga, sebagaimana secara normative kita memperlakukan seseorang yang sudah tiada, haruslah dia mendapatkan hak-hak terakhirnya, yakni pemulasaraan secara terhormat. Oleh karenanya cukup logis jika keluarga Joshua berjuang untuk keperluan itu, dan beruntunglah karena akhirnya Joshua dimakamkan sesuai prosedur kedinasan.
Satu lagi indikasi bahwa Tuhan selalu berada di pihak yang benar,Dia dengan kemahaperkasaanNya membuat keluarga korban lega, masyarakat mendukung penegakan hukum. Bahkan secara politik wakil-wakil rakyat menaruh harapan kepada Polri dan pemerintah, untuk melakukan langkah konkrit demi menyelamatkan citranya.
Hikmah yang sangat berharga yang akan terasa selalu hangat di benak kita, bahwa kesalahan sekecil apapun selalu ada konsekwensinya, maka waspadalah terus, serta perhatikanlah langkah kita di depan. Bukankah kenangan yang ditorehkan panutannya aparat polisi, Jendral Hoegeng tak jauh dari karakter seperti itu? Sungguh malang bagi mereka yang perilakunya tak kompatibel dengan panutan mereka sendiri.
Cermati kisah beliau bersama sang putera yang menjumpainya di kantor hanya untuk memohon persetujuan dari ayahnya agar menorehkan tanda tangan dalam pernyataan Orang tua, karena dia mengikuti seleksi di Akademi Angkatan Laut. Sang putra gagal mendapatkan tanda tangan ayahnya, meskipun lisan sang Jendral merestui putranya ikut seleksi itu.
Dari kisah yang sangat sederhana ini kita bisa memetic pelajaran, betapa besar dampaknya jika kita kurang hati-hati dan waspada. Seandainya Jendral Hoegeng saat itu membubuhkan tanda tangan sesuai permintaan putranya, maka hampir pasti panitia seleksi akan melihatnya sebagai faktor yang melebihi dari sekedar persetujuan orangtua.
Sungguh kontras dengan mereka yang sikapnya tak seperti jendral Hoegeng, bahkan mereka yang pangkatnya tak setinggi itu, telah sedemikian sok berkuasanya sehingga nyawa manusia pun dianggap tak lebih berharga dari uang dan jabatan.
Barangkali penting juga institusi seperti Polri menempatkan sosok-sosok terpujinya di masa lalu, sebagai salah satu materi kurikulum di kelas pembinaan calon pimpinan. Mudah-mudahan pelajaran dari terbunuhnya Joshua menjadikan Polri lebih matang dan dewasa.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/ferdy-sambo-out-jangan-lagi-ada-yang-lainnya-AdxMSCfDUf
Jika Prabowo Berseberangan dengan Kadrun di 2024?
Berita bahwa Prabowo nyapres lagi pada 2024, terdengar agak ngeri-ngeri sedap. Ngeri mengingat track record doi yang kurang elok. Pilpres 2014 dan 2019 kelompoknya terkesan menghalalkan segala cara. Isu PKI masif dituduhkan ke pihak lawan. Gerombolan penjual agama yang bertujuan merusak NKRI pun dirangkul mesra.
Untunglah mereka tidak menang kala itu, sehingga selamatlah negeri ini dari kemungkinan buruk. Sebab ada analisis bahwa gerombolan agama itu akan menuntut jasa sebab berhasil menghantarkan Prabowo ke singgasana.
Yang dituntut mereka pasti bukan kursi menteri sebanyak-banyaknya, seperti Surya Paloh dulu konon sempat meminta 10 kursi kabinet setelah Jokowi menang untuk periode kedua. Tidak, para kadrun tidak membutuhkan sekadar kursi menteri, tetapi mengubah dasar negara menjadi berbasis agama.
Maka kalahnya Prabowo untuk kedua kalinya itu, membawa berkah bagi bangsa. Dan publik berharap dia berhenti mengejar ambisi yang sudah kadaluwarsa itu. Betapa tidak, usia sudah tidak ideal lagi untuk memimpin sebuah dunia yang sudah berbeda jauh dibanding era di generasinya. Tapi itulah politik. Kalau ada niat dan peluang, mengapa tidak?
Dalam politik dikenal istilah 3M: money, media, momentum. Dan Prabowo tentunya masih memiliki semua itu. Momentumnya masih ada sebab dalam survei dia selalu menempati urutan teratas sebagai capres. Bodoh, kalau tidak memanfaatkannya selagi niat masih menggebu untuk menorehkan namanya dalam sejarah bangsa ini.
Tapi tahun 2024 Prabowo pastinya akan tampil beda. Isu PKI tidak lagi akan dijual. Selain tidak bakal laku, tentunya tidak ada lagi rival yang wajahnya mirip PKI. Seperti foto lawas yang dulu sempat viral, ada seseorang yang mirip Jokowi berdiri di podium saat HUT PKI pada tahun 50-an. Jokowi saja mungkin belum lahir pada saat itu. Tetapi kadrun memanfaatkan foto itu untuk menipu publik, memfitnah Jokowi sebagai sosok yang ada dalam foto itu.
Tahun 2024 Prabowo kemungkinan besar akan berseberangan dengan kadrun. Itu bisa terjadi apabila kadrun memiliki jagoan yang ideal dari segi kepentingan agama. Demi mendapatkan hasil maksimal, bukan tidak mungkin para kadrun nanti malah balik menuding bahwa Prabowo-lah yang sebenarnya PKI(?) Itulah kadrun dengan segala tabiat yang aneh plus sinting.
Maka jika Prabowo masih “nekat” maju pada 2024, dan menjadi rival kaum kadrun, tentu akan sangat menarik menyaksikan tingkah polah para kadrun nanti. Jika sepuluh tahun sebelumnya kedua belah pihak saling bersinergi dengan sangat mesra, maka pada 2024 mereka menjadi musuh bebuyutan.
Dihadapkan pada situasi semacam ini, Prabowo diperkirakan akan serba salah dan serba susah. Misalnya, wacana untuk menguji kefasihan membaca ayat-ayat suci pasti akan digulirkan lagi dengan lebih serius. Siapa kira-kira yang akan mencetuskan ide ini nanti? Pastilah kaum kadrun.
Pada musim kampanye pilpres tahun 2019, ide ini sempat menguat. Institusi di sebuah daerah yang nuansa agamanya sangat kuat, diberitakan sudah siap dengan segala fasilitas yang diperlukan mengetes kefasihan membaca ayat-ayat suci ini.
Tes semacam ini, pastinya tidak jadi masalah buat pasangan Jokowi – Ma’ruf. Maka keduanya langsung setuju soal tes tersebut. Tidak bakal kesulitan, sebab Jokowi dikenal taat beragama sejak kanak-kanak. Ma’ruf Amin ulama besar, bahkan ketua MUI saat itu. Jika dibandingkan dengan Prabowo – Sandiaga soal pemahaman agama pada waktu itu, terasa begitu jauh jaraknya. Bagaikan langit dan bumi.
Maka tidak heran jika para pendukung Prabowo – Sandiaga ketika itu sangat gigih menolak wacana tersebut. Tentu saja dengan dalih dan argumen yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Soal yang satu ini, kadrun adalah ahlinya. Sekarang tempe, besok tahu.
Meski demikian, pasangan Prabowo – Sandi malah meraih suara yang jumlahnya sangat signifikan di daerah-daerah yang notabene adalah basis kuat masyarakat fanatik agama. Padahal jika mengikuti logika, Jokowi – Ma’ruf lah yang mestinya menang telak di sana. Tetapi itulah salah satu keanehan dunia kadrun yang tak terselami oleh logika bumi.
Salah satu momen tentang Prabowo yang sangat membekas pada masa 2019 itu adalah ketika dua penceramah agama kondang, silih berganti mendatangi Prabowo di kediamannya. Peristiwa itu hanya beberapa hari sebelum hari “H” Pilpres 2019.
Salah seorang dari penceramah kondang itu menyampaikan pesan kepada Prabowo: "Jika bapak ditetapkan jadi dan baik. Membuat maslahat yang baik sebagai bagian dari ibadah maka saya akan jadi orang pertama bersaksi di hadapan Allah di hari kiamat. Saya akan gandeng tangan bapak ke surga”.
Sementara, penceramah kondang satunya, yang lebih dahulu mendatangi capres Prabowo di tempat yang sama, juga meletakkan tangan kanannya ke bagian dada (posisi jantung) Prabowo, seraya berzikir. "Kalau Bapak (Prabowo) adil, seluruh negeri ini akan mendapatkan keadilan," kata sang penceramah, yang direspons Prabowo dengan mimik wajah haru dan pasrah.
Itulah sekilas gambaran tahun 2019 tentang mesranya hubungan antara Prabowo dengan kelompok-kelompok yang diduga memainkan agama demi kepentingan politik. Namun sayang, hubungan itu memudar karena mereka kalah telak dalam pilpres.
Belakangan, hubungan itu malah jadi putus total karena Prabowo malah bergabung dengan pemerintahan Jokowi, menjadi menteri pertahanan.
Hingga kini belum terlihat apakah hubungan yang putus itu akan kembali nyambung pada 2024? Sebab dalam politik, apapun bisa terjadi, sesuai kepentingan dan kebutuhan.
Yang harus diantisipasi Prabowo sejak saat ini adalah serangan para kadrun apabila keduanya berseberangan. Tak ada lagi itu kunjungan dan doa restu para penceramah kondang. Bahkan tes soal kemahiran soal agama akan menjadi salah satu syarat. Ngeri!
Sumber Utama : https://seword.com/politik/jika-prabowo-berseberangan-dengan-kadrun-di-2024-SQzBl3UtVG
Abu Bakar Baasyir Harusnya Mencabut Ceramah-ceramah Soal Khilafah
Abu Bakar Baasyir (ABB) disebut-sebut sudah menerima Pancasila. Tapi memang tidak sederhana sehingga kita langsung menyambutnya dengan gembira. Pun tidak bijak kalau mencibir atau mencurigainya sebagai muslihat.
Maka ketika mendengar kabar ini, penulis masih bersikap menunggu dulu bagaimana pendapat orang-orang? Dan tak lama berselang mulai tayang konten-konten di medsos tentang orang-orang yang meragukan sikap ABB tersebut.
Berita bahwa ABB telah menerima Pancasila, dipadu dengan foto atau video saat beliau mengikuti upacara bendera merah putih berkenaan HUT RI ke-77. Dan upacara itu diadakan di pondok pesantrennya, Al Mukmin Ngruki. Beliau tampak duduk didampingi Menko PMK Muhadjir Effendi.
ABB memang tidak ikut berdiri sebagai layaknya peserta upacara saat bendera dinaikkan sambil menyanyikan lagu kebangsaan. Beliau juga tidak ikut melakukan penghormatan pada bendera merah putih.
Point-point itulah yang antara lain dijadikan kesimpulan oleh mereka untuk meragukan atau menyangsikan tentang perubahan sikap ABB yang sangat fundamental itu.
Sebagaimana kita ketahui, ABB sudah menjadi sosok yang anti-Pancasila, anti-NKRI, anti-demokrasi sejak zaman Soeharto. Tetapi tangan besi Soeharto membuatnya hengkang ke luar negeri, dan kembali lagi ke sini setelah rezim Orde Baru tumbang.
Di era SBY dia dipenjara atas tuduhan otak teror. Belum lama ini dia dibebaskan atas dasar kemanusiaan, sebab usianya sangat sepuh. Meski konon, dia menolak menandatangani pengakuan atas Pancasila sebagai syarat pembebasan itu.
Namun di bulan kemerdekaan RI yang ke-77 ini, beliau justru disebut-sebut telah menerima Pancasila sebagai dasar negara. Adapun soal beliau tidak ikut berdiri, hormat bendera merah putih, tentu bukanlah sesuatu yang prinsip, mengingat usia dan kondisi.
Orang sesepuh itu pasti sudah tidak kuat lama berdiri. Soal lagu kebangsaaan pun pastinya tidak hapal, wong puluhan tahun tidak pernah menyanyikan atau mendengarnya. Bandingkan dengan Roy Suryo yang minimal sekali seminggu mendengar dan menyanyikannya, ehhh,... tidak hapal juga bukan?
Namun jika ABB yang kini berusia 84 tahun ini benar-benar telah menerima Pancasila, maka konsekuensinya tentu harus pula mengakui dan menghormati NKRI yang diproklamirkan bersesuaian dengan tanggal/bulan kelahirannya, 17 Agustus 1938 – atau tepat 7 tahun sebelum Bung Karno memproklamirkan kemerdekaan RI.
Ada pula channel yang begitu tegas mengatakan sama sekali tidak percaya ABB telah berubah. Hal itu didasari rekam jejak ABB yang sejak dulu terkesan “hanya hidup untuk memperjuangkan” negara syariah, dan memerangi demokrasi dan perangkat-perangkatnya. Alasannya, bahwa hidup bernegara harus diatur oleh hukum agama, bukan hukum buatan manusia.
Dalam upaya itulah dia dan kelompoknya melakukan aksi teror untuk menumbangkan NKRI, mengambil alih pemerintahan dan menjadikan UU agama sebagai dasar negara. Sebab dia menganggap negara ini, dan negara mana pun yang menerapkan demokrasi, adalah thogut.
Dalam sebuah video ceramah di depan alumni pesantrennya – yang entah kapan kejadiannya – ABB antara lain mengatakan bahwa thogut adalah yang selalu melampaui batas, menolak hukum Islam. Semua pemerintah yang tidak mengatur negara dengan hukum Islam itu thogut. Termasuk pemerintah Indonesia ini thogut.
Dia juga mengajak pegawai negeri yang mendengar ceramahnya itu mengerti. “Nggak ada gunanya kalau tujuannya tidak mengubah Indonesia menjadi negara yang diatur dengan hukum Islam. Meskipun mati semua nggak apa-apa. Pemerintah yang melarang hukum Islam itu penjajah,” kata ABB.
Dalam pidatonya itu, ABB mengajak semua alumni Al Mukmin untuk berjuang mati-matian menegakkan Islam supaya “kita bisa mengamalkan Islam secara berjamaah. Itulah arah-arah perjuangan kita mengamalkan Islam secara berjamaah dalam bentuk khilafah, jadi daulah dalam khilafah,” katanya.
ABB juga memohon para alumni untuk menerangkan kepada masyarakat. Kalau perlu kepala polisi juga terangkan untuk menegakkan Islam yang sebenarnya. Islam harus berkuasa tidak boleh dikuasai. “Bagi kami, negara kami Indonesia harus diatur dengan hukum Islam dan itu harga mati,” kata ABB dalam ceramahnya itu.
Sekali lagi, kita tidak tahu kapan ceramah itu. Apakah jauh sebelum beliau masuk penjara dalam waktu yang cukup lama. Dia sendiri baru bebas murni dari LP Gunung Sindur pada awal Januari 2021 lalu. Tentu saat itu mustahil mengadakan acara yang dihadiri banyak orang di tengah pandemi.
Maka kemungkinan, itu acara yang sudah lama sekali. Namun sekalipun demikian, ucapan-ucapannya, ajakannya tentang khilafah, sudah tidak relevan lagi dengan siatuasi sekarang. Pemerintah kita sudah membubarkan dan melarang organisasi-organisasi berbasis khilafah, meski tetap mingkem jika ada yang mengasong sistem ini.
Di banyak negara dunia sistem ini juga diharamkan, bahkan pemerintah Arab Saudi diberitakan akan menghukum pancung penceramah tentang khilafah. Maka ABB yang sekarang menerima dan mengakui Pancasila, tidak perlu lagi menganjurkan, apalagi memperjuangkan khilafah bukan?
Bahwa dia ikut acara HUT RI ke-77, tentu suatu tanda bagus. Soal beliau tidak ikut berdiri, tidak bernyanyi lagu kebangsaan, tidak hormat bendera, dll., itu hanya soal remeh-temeh. Soal faktor usia. Beliau juga perlu menyesuaikan diri soal hormat bendera, menyanyikan lagu kebangsaan, dll.
Namun kita akan yakin tentang kesungguhan itu apabila ABB mengkaunter semua ceramah dan pidato yang pernah dia lontarkan tentang khilafah. Dia misalnya harus tegas “meralat” dan “mencabut” semua isi pidato dan ceramahnya di masa lalu itu, dan tegas mengajak semua pengikutnya setia pada NKRI yang ber-Pancasila, UUD 1945, dan bhinneka.
Dengan demikian, mungkin kita akan bisa menerima bahwa ABB telah berubah, bukan seperti yang dulu lagi.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/abu-bakar-baasyir-harusnya-mencabut-ceramah-22miBBTTdq
Gak Guna, Komisi E DPRD DKI Cuma Panggil Dinkes DKI Soal Nama RSUD
Anies mengubah istilah RSUD atau penjenamaan menjadi Rumah Sehat untuk Jakarta entah karena alasan apa. Alasan yang dia sebut beberapa waktu lalu sama sekali tidak nyambung. Dia berpikir, dengan kekuatan cinta, eh kekuatan kata-kata, maka bisa terjadi perubahan atau transformasi secara mendadak.
Komisi E DPRD DKI Jakarta ternyata berencana memanggil Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta terkait penjenamaan tersebut.
Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Ima Mahdiah mengatakan, pemanggilan Dinkes DKI seharusnya berlangsung pada Selasa kemarin, tapi karena ada rapat paripurna, pemanggilan tersebut diundur.
Menurut dia, pemanggilan itu adalah untuk menanyakan maksud dan tujuan penjenamaan rumah sehat untuk Jakarta. Sebab, penjenamaan tersebut tak memiliki urgensi. "Perubahan nama itu kan sebetulnya kan tidak terlalu urgent, dibuat seakan-akan seperti pekerjaan," kata Ima.
Dengan Komisi E DPRD DKI berencana memanggil Dinkes DKI pada Senin atau Selasa depan.
Aneh, kenapa Komisi E memanggil Dinkes DKI? Biang kerok dari semua ini adalah Anies yang dengan seenak jidat mengganti nama RSUD jadi istilah lain. Harusnya Anies yang dipanggil, meski kita harus mengakui Anies pasti tidak akan hadir. Anies biasanya akan menyuruh wakilnya atau siapa pun untuk menjadi tumbal.
Memang sungguh sial bagi mereka yang menjadi korban atas ketidakbecusan Anies dalam bekerja. Anies yang bikin ulah, yang lain pun kena getah. Anies yang terima penghargaan jika berhasil, tapi bawahannya yang dapat sampah jika terjadi masalah atau kontroversi.
Memang kalau dipikir-pikir, tidak ada urgensinya mengubah branding RSUD. Hanya sekadar pengubahan nama yang tidak membawa efek apa pun kecuali perusahaan super besar seperti Facebook yang ganti nama menjadi Meta.
Belum lama ini Wali Kota Depok juga sepertinya ketagihan merilis lagu, yang sama sekali tidak akan membawa dampak apa-apa terhadap kemajuan sebuah wilayah. Dua orang ini ternyata sangat serasi apabila diduetkan. Yang satu menjual kata-kata manis. Yang satu lagi membuat lagu soundtrack pelengkap sehingga kata-kata yang keluar dari mulut Anies lebih terasa dampaknya.
Bagi Anies branding RSUD ini such a big deal. Ini dianggap sebagai prestasi maha dahsyat. Biasanya ini digunakan untuk membuai atau mengibuli masyarakat yang gampang dikibuli. Atau ini adalah bentuk penampakan bahwa dirinya sudah bekerja meskipun cuma ganti nama. Artinya Anies malas atau tidak becus bekerja. Kapasitas otaknya tidak cukup besar untuk melakukan pekerjaan besar. Hanya kemampuan mulutnya yang terbilang besar untuk membuat janji super manis dan seindah surga.
Ubah nama jalan, apa tujuannya? Apa manfaatnya yang bisa dirasakan masyarakat? Itu tidak bikin mereka makin bahagia, tak bikin mereka kenyang, tak bikin mereka makin sejahtera. Yang ada malah makin repot karena harus mengurus perubahan data administrasi.
Pulau reklamasi juga pernah diubah nama pantainya menjadi Pantai Kita, Pantai Maju dan Pantai Bersama.
Semua itu dilakukan karena Anies seolah gabut tak tahu mau melakukan apa. Ketimbang nanti dikritik karena tidak kerja, minimal kerjain hal receh dan tak penting. Yang penting kelihatan kerja. Pendukungnya mudah dibohongi dengan prestasi kecil. Mereka anggap itu prestasi besar.
Kepada Komisi E DPRD DKI, kalau memang serius, undang Anies datang. Atau lakukan apa pun agar Anies bisa dimintai keterangan. Jangan biarkan dia lari dan sembunyi di ujung langit. Dan yang paling penting adalah jangan sampai tergoda dengan undangan makan malam dari Anies meskipun ada menu lobster bakar atau makanan mewah lainnya. Kalau sampai ikut makan malam, niat bakal berubah 180 derajat.
Kalau tidak percaya, tanya saja pada fraksi parpol yang pernah diajak makan malam untuk bicara soal Formula E. Usai makan malam dengan kenyang, interpelasi pun ditolak.
Tinggal kita lihat saja apakah DPRD DKI berhasil atau tidak soal ini. Kalau menurut saya, biarkan saja Anies mau berbuat sesukanya. Bulan Oktober nanti, dia sudah lengser. Semoga Pj gubernur penggantinya bisa membereskan carut-marut yang dibuat Anies dan membalikkannya seperti semula.
Bagaimana menurut Anda?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/gak-guna-komisi-e-dprd-dki-cuma-panggil-dinkes-mR5ZUFwgem
Kunjungan Jokowi ke China, Korsel dan Jepang Ternyata Bawa Pulang Investasi Rp 185 Trilyun
Masing ingatkah anda dengan kunjungan Jokowi ke tiga negara Asia Timur beberapa waktu lalu?
Bukan kaleng-kaleng, kunjungan tersebut ternyata menghasilkan sejumlah persetujuan yang mendatangkan investasi senilai 185 trilyun Rupiah. Bahkan jumlahnya berpotensi meningkat.
Biasanya jika orang jalan-jalan ke luar negeri habiskan uang, ini malah balik mendatangkan cuan.
Jangan dibandingkan juga dengan proyek Formula E yang katanya untung malah buntung milyaran Rupiah.
Mari kita teliti satu persatu, misalnya dari kunjungan Jokowi ke Jepang, Jokowi berhasil membawa pulang dana investasi senilai 5,7 miliar US Dollar atau setara 85 trilyun Rupiah, dari sejumlah perusahan seperti Toyota, Sojits, Mitsubishi, Denso, Inpex dan Sharp.
Sedangkan kunjungan Jokowi ke Korsel menghasilkan dana investasi 6,72 milyar US Dollar atau setara 100,6 trilyun Rupiah, dari 10 perusahaan ternama Korea Selatan.
Bagaimana dengan kunjungan Jokowi ke China? Kunjungan itu menghasilkan sejumlah persetujuan yang walapun tidak disebutkan berapa total nilai investasi dan perdagangan yang disepakati.
Namun, China menyampaikan komitmennya untuk meningkatkan impor 1 juta ton minyak sawit mentah dari Indonesia.
Benar-benar luar biasa, ini membuktikan bahwa Jokowi memang benar-benar adalah seorang entrepeneur atau pengusaha top. Bukan sekedar politikus biasa.
Mengapa kunjungan Jokowi bisa efektif? Ingat backround Jokowi, alasan keberhasilan Jokowi adalah karena memang latar belakangnya sebagai seorang pengusaha kayu yang sukses merintis dari bawah.
Backround inilah yang membuat Jokowi berhasil melakukan lobi-lobi ke sejumlah perusahaan top tadi.
Nilai investasi fantastis ini bukan hanya dinikmati oleh rakyat Indonesia saat ini, tapi hingga bertahun-tahun mendatang.
Sudah sepatutnya Presiden selanjutnya berterima kasih kepada Jokowi.
Bukan omong kosong juga beberapa waktu lalu Prabowo dalam pertemuan dengan para kader Gerindra memuji Jokowi setinggi langit. Prabowo mengakui bahwa Jokowi adalah seorang pekerja keras dan mempunyai kinerja yang baik.
Filsuf Tsun zu mengatakan "jika musuhmu mengakuimu, berarti anda adalah seorang yang luar biasa".
Jika ada yang beralasan mengapa kok kunjungan Jokowi ke 3 negara top Asia Timur itu tidak bisa terasa hasilnya.
Ingat Jokowi memimpin Indonesia dibawah tekanan krisis keuangan global yang dialami bukan hanya Indonesia tetapi seluruh dunia, lihatlah resesi di negara kuat Amerika.
Juga perhatikan bagaimana sejumlah negara pontang-panting bahkan Sri Langka sampai gulung tikar.
Bahkan negara junjungan kadrun yaitu Turki yang dipimpin Erdogan mengalami inflasi tertinggi dalam 20 tahun terakhir.
Ingat juga perang Rusia-Ukraina yang menambah parah kirisis global, membuat harga gandum meroket, ingat bahan baku mi instant adalah gandum yang diolah menjadi tepung.
Ingat juga wabah Covid-19 yang memukul perekonomian global termasuk Indonesia.
Jangan lupakan juga, Jokowi mewarisi bobroknya manajemen keuangan dari 10 tahun era SBY. Sudah sepantasnya yang mengatakan 'saya prihatin' adalah Jokowi.
Bayangkan, ribuan trilyun utang luar negeri dari pemerintahan sebelumnya menjadi beban pemerintah Jokowi, sehingga harus terpaksa memutar otak dengan mencari pinjaman agar ekonomi terus berjalan.
Sialnya cara ini malah disalahartikan oleh pihak lawan Jokowi untuk menyerang Jokowi pada periode pertamanya dan digunakan sebagai senjata pada pemilu 2019.
Untuk menjelaskan bagi yang tidak paham mengapa perlu berutang agar roda perekonomian tetap terjaga silahkan belajar ilmu ekonomi dulu. Nanti kepanjangan bahasnya.
Toh waktu membuktikan, akhirnya narasi itu terbukti salah dengan dibayarkannya sejumlah utang pada periode kedua Jokowi beberapa waktu lalu.
Kembali ke topik awal, apakah memang kesuksesan Jokowi memang tidak terasa? Coba rasakan betapa stabilnya harga beras karena keberhasilan swasembada pangan. Indonesia tidak impor beras sama sekali selama 3 tahun terakhir.
Ingat pula harga bahan bakar yang masih terus disubsidi oleh pemerintah. Yang artinya jika anda beli bensin saat ini, sebagian dari bensin itu sudah dibayar oleh pemerintah.
Kalaupun nanti naik, coba sekali-kali main ke sejumlah negara dan lihat harga bahan bakar disana, harga bahan bakar di Indonesia merupakan salah satu yang termurah di dunia.
Jadi seandainya memang Jokowi memerintah dan mewarisi pemerintahan yang baik dari pemerintahan sebelumnya, kemudian tidak ada sejumlah krisis yang terjadi, sudah bisa dipastikan Indonesia sudah menjadi macan Asia. Sekarangpun Indonesia sedang bergerak menuju kesana.
Ditengah-tengah krisis yang luar biasa ini, sejumlah proyek berhasil dituntaskan dan tidak ada yang mangkrak. Tinggal satu cita-cita yang belum terlaksana, Ibu kota negara baru.
Oleh karena itu perlu matang-matang dipilih penerus yang mampu meneruskan kebijakan-kebijakan saat ini. Momentum seperti ini jangan disia-siakan.
Siapakah yang memang layak menjadi penerus Jokowi, apakah Ganjarkah? Erick Tohirkah? Prabowo? Puankah? atau Anies Baswedan? Kalau kata Farel, ojo dibandingke yo pasti kalah.
Namun dari sini kita bisa melihat bahwa pemimpin yang survive melewati sejumlah krisis, apalagi krisis ekonomi bukan hanya sekedar politisi biasa, ia haruslah seseorang yang memahami seluk beluk ekonomi.
Sumber Utama : https://seword.com/ekonomi/kunjungan-jokowi-ke-china-korsel-dan-jepang-NAfogcVBHK
Wawancarai Jokowi di Istana, Karni Ilyas Malah Kayak Tim Sepak Bola yang Kalah Telak
Melihat tayangan wawancara Karni Ilyas dengan Presiden Joko Widodo bagi saya ibarat penonton pertandingan sepak bola yang berakhir dengan cara yang tidak diharapkan oleh kesebelasan tamu. Bang Karni Ilyas, yang entah mengapa mendadak punya ide untuk melakukan wawancara dengan Presiden Jokowi mendatangi markas Jokowi (Istana Negara), setelah ngobrol sana-sini, lantas terlihat seperti kesebelasan sepak bola yang bertanding trus pulang dengan kepala tertunduk karena kalah telak!
Belum lagi kalau lihat ekspresi dari Bang Karni selama wawancara dilakukan. Bagi saya ekspresi Bang Karni seperti ada sesuatu yang mengganggu di dalam batinnya. Lihat saja pandangan mata Bang Karni atau ekspresi mukanya selama wawancara dilakukan. Seperti tidak pede dan terkesan ada sesuatu yang tidak beres dalam hatinya.
Mungkin itu ada kaitannya dengan program acara di TV One yang selama ini Bang Karni lakukan. Acara yang kabarnya sudah tutup itu seperti kita tahu, selama ini semacam mencari solusi atas permasalahan publik tetapi dari narasumber yang diundang, juga dari cara membawakan acara justru terkesan cenderung memojokkan pemerintah. Sama sekali tidak ada solusi yang dihasilkan dari acara itu, sehingga saya pun malas menontonnya.
Nah, sekilas kalau saya lihat wawancara Jokowi dan Karni, kenapa saya bilang Pak Jokowi menang telak, ya karena kualitas jawaban-jawaban yang diberikan oleh Pak Jokowi sangatlah brilian!
Lihat saja, berbagai pertanyaan yang sepertinya ingin menjebak, memanaskan situasi, atau berpotensi menjadi bola liar ternyata berhasil dijawab oleh Pak Jokowi dengan lugas, santai, bahkan beberapa kali seperti membuat Bang Karni kayak kena skakmat.
Mulai dari pertanyaan terkait kasus Sambo, pemindahan Ibu Kota di IKN Nusantara, sampai yang paling saya suka perkara kebebasan berpendapat karena ada pertanyaan bernada tuduhan mengenai usulan atau wacana tiga periode, semua mampu dijawab oleh Pak Jokowi dengan sangat baik.
Isu atau wacana yang katanya diusung oleh para relawan dari Pak Jokowi itu bahkan dengan santai dijawab bahwa kebebasan berpendapat sebenarnya sudah termasuk kebablasan, hingga Bang Karni diminta santai karena semua itu baru sebatas wacana.
Masa' kalau mereka boleh minta Presiden mundur, ganti Presiden, dan lain sebagainya, malah tidak boleh ada wacana tiga periode? Asalkan tidak anarkis ya masih boleh, katanya demokrasi. Begitu kira-kira jawaban Pak Jokowi, yang semakin membuat Bang Karni salah tingkah. Mungkin ini pertanyaan titipan, tapi mengatasnamakan publik atau masyarakat, ya ambyar toh, Bang Karni. Hahaha...!
Topik yang seru lainnya ketika Pak Jokowi ditanya perihal Gibran dan Bobby, anak dan menantunya yang kini menjadi Wali Kota, Pak Jokowi lagi-lagi dengan santai menjawab bahwa mereka sudah dewasa, ya biarkan saja menjalani proses sesuai pilihan mereka, tidak usah terlalu diatur-atur oleh sang ayah. Wah, kok terdemgar menohok klan Cikeas ini, yah? Wkwkwkwk!
Sudah ah, sekian dulu. Semoga setelah wawancara itu Bang Karni bisa tidur, tidak kepikiran terus, dan yang lebih penting lagi beliau tetap sehat setelah beberapa kali shock menerima jawaban-jawaban dari Pak Jokowi selama proses wawancara. Tapi, kalau mau rehat sejedag ya boleh juga, karena sebagai sosok senior Bang Karni di hadapan Pak Jokowi malah terlihat kayak wartawan kemarin sore. Mungkin sudah lelah!
Sumber Utama : https://seword.com/politik/wawancarai-jokowi-di-istana-karni-ilyas-malah-sJzQIZJvJX
Menakar Empati Gubernur Jambi H Al Haris Soal Kasus Pembunuhan Yosua Hutabarat
Catatan Pinggir Kasus Pembunuhan Brigpol Yosua Hutabarat
Jambi- Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungaibahar, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi jadi pusat perhatian publik dan warganet sejak Sabtu 9 Juli 2022 lalu hingga Agustus 2022 ini. Daerah perkebunan ini jadi sorotan media karena tempat dimakamkannya Brigpol Nofriansyah Yosua Hutabarat sejak dibunuh di Rumah Dinas Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo, Jumat 8 Juli 2022 lalu.
Kejanggalan meninggalnya Brigpol Yosua Hutabarat yang penuh luka tembak dan luka lainnya jadi viral berkat keberanian Bibi Almarhum melakukan siaran lanmgsung lewat akun facebook, serta menunjukkan kondisi jasat Yosua setelah diterima keluarga Sabtu 9 Juli 2022.
Tangisan histeris kedua orang tua Almarhum Yosua, Samuel Hutabarat dan Ibundanya Rosti Simanjuntak terus menggema hingga 20 jam lamanya. Ibunda Rosti Simanjuntak sangat terpukul atas kejadian yang menimpa anak Yosua.
Berita kejanggalan Brigpol Yosua Hutabarat jadi perhatian Nasional, bahkan hingga Presiden Republik Indonesia H Ir Joko Widodo. Penasehat Hukum (PH) keluarga Kamaruddin Simanjuntak dan Tim berhasil merontokkan alibi sang aktor Ferdy Sambo dan membongkar pelaku pembunuhan itu.
Setidaknya sudah lima tersangka dalam kasus pembunuhan berencana Brigpol Yosua, yakni Ferdy Sambo, Putri C (istri Sambo), R Ebenezer, Ricky Rizal dan Kuat Maaruf. Bahkan Ferdy Sambo, Kamis (25/8/2022) sudah menjalani sidang etik dan terancam dipecat secara tidak hormat sebagai anggota Polri.
Sejak bergulirnya kasus pembunuhan Brigpol Yosua yang menjadi perhatian secara nasional, justru luput dari rasa empati Gubernur Jambi H Al Haris, Penjabat Bupati Muarojambi Bachyuni Deliansyah, Anggota DPRD Provinsi Jambi dapil Muarojambi H Ivan Wirata.
Betapa tidak, Gubernur Jambi H Al Haris tidak menunjukkan rasa empatinya kepada orang tua almarhum Brigpol Yosua, khususnya Ibunda Yosua, Rosti Simanjuntak, yang merupakan seorang tenaga pendidikan SD 74 Desa Suka Makmur, Sungai Bahar, Kabupaten Muarojambi.
Gubernur Jambi H Al Haris tidak menunjukkan rasa empatinya kepada pihak keluarga, yang merupakan penduduk asli Muarojambi itu. Gubernur Jambi tidak memiliki waktu sedikitpun mengunjungi rumah keluarga Samuel Hutabarat/Rosti Simanjuntak.
Hal serupa juga disematkan kepada Penjabat Bupati Muarojambi Bachyuni Deliansyah yang mulai menjabat sejak 22 Mei 2022 lalu, tidak menunjukkan rasa empati kepada orang tua almarhum Yosua. Sebagai kepala daerah Kabupaten Muarojambi, Bachyuni Deliansyah pun tak terbesit mengunjungi keluarga korban, meski tempat tinggal Samuel Hutabarat/ Rosti Simanjuntak sudah jadi sorotan nasional.
Juga H Ivan Wirata, yang sudah terkenal dengan “raja blusukan” di dapil Muarojambi sejak 3 tahun belakangan ini pun, tak ada memberikan waktu untuk memberikan dukungan moral kepada orang Tua Yosua Hutabarat.
H Ivan Wirata yang sudah menayangkan konten blusukannya di Muarojambi di Channel YouTubenya, justru luput dalam mengunjungi keluarga almarhum Brigpol Yosua untuk memberikan dukungan moral. Baik Gubernur Jambi, H Al Haris, Bachyuni Deliansyah dan H Ivan Wirata, tiga tokoh ini belum menunjukkan rasa empatinya kepada keluarga Samuel Hutabarat/ Rosti Simanjuntak sejak meninggalnya Yosua Jumat 8 Juli 2022 lalu.
Namun lain halnya dengan Kapolda Jambi Irjen Pol Rachmad Wibowo. Kapolda Jambi menemui keluarga Brigadir Polisi Nofriansyah Yosua Hutabarat di SD 74 Desa Suka Makmur, Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, Rabu (13/7/2022).
Kemudian Kapolda Jambi Irjen Pol Albertus Rachmad Wibowo pada Jumat (15/7/2022) siang lalu kembali mengunjungi kediaman orang tua mendiang Brigpol Nopriansyah Yosua Hutabarat. Pada kesempatan ini Kapolda Jambi didampingi Ketua Bhayangkari Daerah Jambi, Evi Rachmad Wibowo. Kapolda Jambi dan Rachmad Wibowo berbincang-bincang dengan ibunda Brigadir Yosua, Rosni Simanjuntak. Setelah berkunjung ke rumah duka, Kapolda Jambi juga langsung menuju makam Brigadir Polisi Nofriansyah Yosua Hutabarat dan memanjatkan Doa.
Kembali Mengajar
Paska trauma dan jatuh sakit atas kepergian anaknya Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat, dalam kasus pembunuhan di rumah dinas mantan Kadiv Propam, Irjen Ferdy Sambo, Rosti Simanjuntak, kembali beraktivitas sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) guru, yang mengajar di Sekolah Dasar Negeri 74 Sungai Bahar, Kabupaten Muarojambi.
Rosti Simanjuntak pertama kalinya masuk kerja setelah satu pekan izin dengan pihak sekolah karena sempat dilarikan ke rumah sakit untuk pemeriksaan kesehatan.
Dan pertama kali juga setelah satu bulan lebih kepergian anaknya Brigadir Yosua meninggal, Rosti Simanjuntak kembali beraktivitas sebagai guru. Kepala Sekolah SD Negeri 74 Suka Makmur, Muntar Simatupang membenarkan ibunda Brigadir Yosua telah kembali beraktivitas.
Keluarga Samuel Hutabarat/Rosti Simanjuntak
Penulis juga mengulik sedikit profile keluarga Samuel Hutabarat/ Rosti Simanjuntak. Samuel Hutabarat remaja memutuskan mempersunting Rosti Simanjuntak sebagai pasangan hidup.
Sekian lama membina bahtera rumah tangga, kedua pasangan ini akhirnya memiliki empat anak. Dua perempuan dan dua laki-laki. Anak pertama bernama Yuni Hutabarat, kedua Nofriansyah Yosua, ketiga Devi Hutabarat dan keempat Bripda Mahareza Putra Hutabarat.
Samuel Hutabarat lahir di tahun 1965, di Padangsidimpuan, Sumatera Utara. Di tahun 1997, Samuel Hutabarat memutuskan menetap di Kecamatan Bahar, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi mengikuti istrinya Rosti Simanjuntak yang bertugas selaku Guru SD 74 Desa Suka Makmur, Muarojambi.
Samuel Hutabarat pernah bekerja kantoran. Namun itu tidak berselang lama. Dia akhirnya memutuskan banting setir menjadi petani sawit. Sehari-hari, Samuel Hutabarat bekerja sebagai seorang petani sawit. Pekerjaan yang tekun dia geluti ini untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga dengan empat anak. Bahkan dari hasil bertani, Samuel Hutabarat sukses menyekolahkan anaknya.
Sementara Itu, Rosti Simanjuntak lahir di Kecamatan Balige, Tapanuli Utara, pada tahun 1968. Sudah 20 tahun Rosti Simanjuntak mendedikasikan hidupnya sebagai pengajar (guru SD). Dia tercatat sebagai guru di SD 74 Suka Makmur, Sungai Bahar di Unit I, Muarojambi.
Rosti Simanjuntak menjadi guru di SD 74 (PNS) mengajar pada tahun 2003, dan terdahulunya di unit delapan dan pindah di sini SD 74 Suka Makmur itu di tahun 2003.
Di mata keluarga, Nofriansyah Yosua Hutabarat adalah sosok yang dikenal oleh keluarga orang paling ramah dan lembut. Yosua lahir di Kelurahan Tanjung Pinang, Kota Jambi, pada 20 November 1994. Yosua Hutabarat dibesarkan di Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muarojambi. Dia menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 74 Muarojambi, SMP Negeri 12 Muarojambi dan SMA Negeri 4 Muarojambi. Setelah lulus sekolah, dia mengikuti tes polisi di SPN Polda Jambi tahun 2012, hingga menjadi anggota Korps Brigade Mobil (Brimob).
Yosua Hutabarat, mulai berkarir sebagai polisi, khususnya di Korps Brimob sejak 2012. Dia mengikuti pelatihan di Pusat Pendidikan Brimob Watukosek, Pasuruan, Jawa Timur, selama 7 bulan.
Kemudian Yosua Hutabarat ditugaskan di Mako Brimob Batalyon B Pelopor di Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi pada tahun 2013, yang terhitung rawan. Karena Yosua dipercaya sebagai penembak jitu atau sniper. Dia juga pernah dikirim ke Papua.
Usai bertugas di Mako Brimob Polda Jambi, Yosua Hutabarat kemudian bertugas pada Provos pada tahun 2016. Kurang lebih tiga tahun Yosua Hutabarat bertugas di sana. Pada tahun 2019 akhir, Brigadir Yosua Hutabarat ditarik Mabes Polri untuk menjadi ajudan Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo. Sementara Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat seharusnya akan mengikuti wisuda sebagai sarjana Ilmu Hukum di Universitas Terbuka (UT) Jambi, di Jakarta pada Selasa (23/8/2022). Dia menempuh kuliahnya hingga 7 tahun di UT Jambi karena sering pindah tugas (BKO).
Namun impian Brigpol Yosua Hutabarat mengenakan toga ini pupus, usai ia menjadi korban pembunuhan di rumah dinas mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri Irjen Ferdy Sambo pada Jumat (8/7/2022) lalu.
Korban Pembunuhan Sang Jenderal
Seperti diberitakan sebelumnya Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat meninggal tak wajar (korban pembunuhan) di Rumah Dinas Kadiv Propam Polri, Irjen Pol Ferdy Sambo pada Jumat 8 Juli 2022 pukul 17.00 WIB. Jenazah Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat telah dikebumikan di Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Muarojambi, Provinsi Jambi, Senin (11/7/2022).
Kemudian pengangkatan jenazah atau ekshumasi Brigpol Nopryansah Yosua Hutabarat di Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Muarojambi, Provinsi Jambi, telah dilakukan Rabu (27/7/2022) pagi guna penyidikan kasus pembunuhan berencana.
Sebelum proses ekshumasi, dilakukan doa bersama yang dihadiri seluruh keluarga Samuel Hutabarat/Rosti Simanjuntak, Bripda Reza Hutabarat (adik almarhum), tim kuasa hukum keluarga Kamaruddin Simanjuntak, Nelson Simanjuntak, Martin Lukas Simanjuntak, Jhonson Panjaitan, Mansur Febrian, dan keluarga besar PBB Jambi serta pihak kepolisian yang hadir.
Usai proses ekshumasi dilanjutkan autopsi ulang jenazah Brigadir Yoshua di RSUD Sungai Bahar, Muarojambi, Provinsi Jambi, Rabu (27/7/2022) hingga Pukul 13.00 WIB. Autopsi ulang melibatkan sejumlah dokter forensik dari berbagai rumah sakit dan universitas yang dipimpin oleh Kepala Departemen Forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Ade Firmansyah Sugiharto.
Kejanggalan meninggalnya Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat telah menyita perhatian publik sejak Senin (11/7/2022) hingga Kamis 25 Agustus 2022, baik di media massa maupun sosial media. “Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu,” (1. Yohanes 16:22). Tegarlah kembali Inang Rosti Simanjuntak. Anak-anak didikmu menunggumu di Sekolah. (Rosenman Manihuruk)
Sumber Utama : https://seword.com/umum/menakar-empati-gubernur-jambi-h-al-haris-soal-YRhHFCogCo
Masih Adakah Yang Percaya Ucapan Somad Soal Rizieq?
Beberapa hari terakhir, Abdul Somad lagi rajin bertemu beberapa orang. Diberitakan lagi, hehehe. Mulai Ketua Dewan Syuro PKS, Salim Segaf Al Jufri, Gubernur DKI yang sebentar lagi lengser Anies Baswedan, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo hingga bertemu mantan Napi, Rizieq Shihab. Eh masih napi sih, kan belum bebas murni.
Kok yang ditemui Abdul Somad tampaknya orang-orang itu ya, yang nggak terlalu penting-penting amat, tapi suka berisik di beberapa pemberitaan nasional. Terutama Gatot Nurmantyo, yang sering tiba-tiba muncul sambil membawa isu kebangkitan PKI dan kemunculannya dijadikan pertanda akan datangnya bulan September oleh netizen +62.
Yang menarik bagi saya, adalah pertemuan dia orang yang katanya pendakwah kondang, yakni Abdul Somad dengan Rizieq Shihab di Petamburan. Dalam pertemuan itu, Abdul Somad menyatakan keheranannya banyak umat yang membenci Rizieq Shihab. Sama saya juga heran, kok bisa Somad heran dengan hal ini? Kayak baru kenal Rizieq setahun dia tahun aja antum Mad?
Banyaknya rakyat Indonesia yang tidak suka dengan Rizieq, tak lepas dari perangainya sendiri. Adab dan ahklak Rizieq dinilai tak mencerminkan seseorang yang belajar agama. Apalagi ngaku keturunan Rasululullah, waah jauh banget. Bagaikan langit dan dasar sumur resapan. Caci maki dan hinaan serta kata-kata kotor yang seringkali meluncur mulus dari mulut Rizieq, membuatnya sebagai public enemy, sehingga banyak dibenci oleh masyarakat.
Statemen berikutnya, lebih tepatnya pertanyaan dari Abdul Somad. Memang negara sudah dirugikan berapa Milyar oleh Rizieq sehingga harus dipenjara? Ingat Somad, ini bukan cuma urusan uang. Kalau cuma sekedar uang, rakyat Indonesia sudah makmur. Buktinya duit sumbangan buat beli kapal selam yang sampai sekarang entah kemana, nggak ada tuh yang ribut suruh balikin. Saking ikhlasnya masyarakat Indonesia meskipun uang donasi mereka sampai saat ini belum berwujud sebuah kapal selam. Apakah mereka merasa rugi? Nggak, karena penyumbang itu merasa telah menyumbang kepada orang yang membutuhkan. Ya, orang yang nggak punya dan berhak mendapatkannya.
Jadi bukan masalah uang ya Somad, ini masalah moral. Seorang yang ngakunya penceramah, disanjung-sanjung, dijadikan Imam Jumbo, katanya cucu Rasulullah, tapi malah berbohong yang berpotensi membahayakan nyawa orang lain. Itulah kenapa Rizieq dipenjara, bukan soal materi yang melulu ada di pikiranmu Mad. Masalah nyawa yang bisa saja hilang kalau tertular covid yang diakibatkan terlalu dekat dengan seseorang yang menyembunyikan statusnya, dengan bilang dia baik-baik saja. Dan herannya, Rizieq ini nggak pernah merasa bersalah dengan kelakuannya. Merasa selalu benar dan selalu merasa dizolimi. Dasar orang aneh.
Nah yang lebih konyol lagi, pernyataan Abdul Somad yang sok jadi orang yang paling kenal dengan Tuhan. Ia mengklaim bahwa azab Allah belum turun ke Indonesia karena masih ada Rizieq Shihab. Lha memangnya Rizieq siapa? Kok bisa anti azab? Bukannya azab Allah sudah turun duluan menerpa Rizieq Shihab, organisasinya dan kacung-kacungnya?
Rizieq sudah dihinakan oleh Allah, aib-aibnya dibuka, kebohongannya terbongkar sampai harus masuk penjara karena kebohongannya yang berpotensi membahayakan nyawa orang lain pada waktu itu. Organisasinya yang bernama FPI juga dibubarkan oleh pemerintah serta anak buahnya yang dijadikan tameng dengan main laskar-laskaran itu juga telah sukses dikirim ke surga oleh anggota polisi yang terbukti tak bersalah. Eh ke surga atau neraka ya? Entahlah. Yang jelas sampai sekarang mereka masih difitnah sebagai syuhada, oleh gerombolannya sendiri.
Sekarang para jamaah Rizieq Shihab juga seperti luntang lantung nggak jelas. Mereka tak punya lagi sosok yang mereka agung-agungkan sebagai Imam Jumbo. Nggak ada lagi orderan demo berbayar nasi bungkus lauk lengkuas. Nggak ada lagi teriak-teriak di jalan, nggak ada lagi koar-koar menghina pemerintah. Rizieq sekarang takut, kepleset sedikit saja, kelar hidupnya. Masuk bui lagi. Jadi Rizieq itu bukan siapa-siapa. Indonesia juga aman-aman saja, nggak akan kena azab Allah. Bukan karena Rizieq Shihab. Karena Indonesia dipimpin oleh seorang yang jujur, pekerja keras dan amanah. Ya, Presiden Jokowi.
Setuju?
Sumber Utama : https://seword.com/umum/masih-adakah-yang-percaya-ucapan-somad-soal-rizieq-AvjWRuulGq
Ternyata Pesona Rizieq Shihab Dilibas Oleh UAS
Hari ini saya benar-benar terkejut dengan hasil dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang merilis pengaruh ulama di Indonesia. Ada 5 orang ulama yang rilis oleh LSI. Mereka adalah UAS, Arifin Ilham, Yusuf Mansur dan Rizieq Shihab. Hal yang membuat saya kaget adalah Rizieq sudah tidak berpengaruh lagi.
Adakah alasan saya mengucapkan hal itu? Sangat ada, berdasarkan hasil yang dikeluarkan oleh LSI, posisi UAS lebih tinggi dibandingkan Rizieq Shihab. Dengan catatan ini, saya melihat Rizieq Shihab sudah tidak memiliki kekuatan di pengikutnya.
Kemunculkan lima tokoh di survei berdasarkan kriteria kami, yait dikenal di atas 40 persen, disukai di atas 50 persen, dan terakhir didengar imbauannya di atas 15 persen. Survei tersebut sangat mengejutkan saya dari kalangan rakyat jelata. Ditambah hal yang paling mengejutkan adalah posisi UAS dan Rizieq ini dinilai juga berdasarkan identitas keilmuannya yang dijadikan panutan bagi publik. Sehingga menjadi referensi publik dalam memilih sesuatu.
Sederhananya, masyarakat lebih mengakui UAS ketimbang Rizieq. Padahal, UAS adalah penceramah yang baru di Indonesia. Namun, saya juga sedikit faham dengan kenapa masyarakat berpaling ke UAS. Renteran kejadian Rizieq di Indonesia dan Arab membuat masyarakat berpaling. Tercatat, di Indonesia Rizieq tersangkut kasus 8 kasus. Belum lagi, baru-baru ini Rizieq terkena kasus di Arab Saudi.
Hal yang paling penting kepergian Rizieq ke Arab Saudi ini untuk menghindari kriminalisasi dan ancaman. Hal itu Rizieq ucapkan dalam sebuah rekaman video. Bagi saya ini adalah hal yang sangat ganjil. jJika alasan kepergiannya benar seperti itu, mengapa ia dan keluarganya beberapa kali berencana pulang?
Selanjutnya, Rizieq seringkali gagal pulang ke Indonesi. Bagi saya sesungguhnya ini menandakan bahwa kekuatan politik Rizieq Shihab, dengan klaim memiliki jutaan pengikut, belum mampu melahirkan tekanan kepada pemerintah untuk membatalkan kriminalisasi atas dirinya dan membiarkan ia pulang dengan aman. Kita bisa melihat bagaimana kekuatan politik yang ada di barisan tersebut.
Lebih jauh, kasusnya di Arab Saudi membuat kita semakin membuka mata jika omongan Rizieq hanya sebuah bualan semata. Katanya, Rizieq adalah tamu agung dari Raja Saman, nyatanya Rizieq di sana hidup di sebuah rumah kecil. Begitu juga penangkapan Rizieq membuktikan bahwa Rizieq tidak memiliki kekuatan apapun di Arab Saudi.
Dia malah berkoar-koar tentang pemerintahan Indonesia yang tidak peduli terhadapnya. Nyatanya, Kementerian Luar Negeri sangat melindungi di Arab Saudi. Dengan sikap-sikap membuktikan di mana kebodohan Rizieq sebenarnya. Pantas saja, kebodohan tersebut semakin membongkar bagaimana sifat Rizieq sebenarnya.
Lebih jauh, kita perlu menakar ke masa lalu pada saat pemilihan Capres dan Cawapres. Pada akhirnya, forum yang mengataskan ulama lebih memilih UAS ketimbang Rizieq. Ini adalah yang sangat sederhana di mana kekuatan Rizieq sudah tidak akui lagi. Meski pimpinan FPI itu merupakan sosok sentral dalam gerakan 212, jaringan alumni gerakan tersebut sudah terpecah menjadi tiga.
Bahkan, sosok penting lainnya, Maruf Amin, diangkat menjadi calon wakil presiden Joko Widodo - yang bersebrangan dengan Rizieq Shihab. Bagaimanapun Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Kuskridho Ambardi meyakini Rizieq Shihab dapat membawa suara jaringan 212 dalam Pilpres 2019 mendatang. Tapi seberapa banyak suara yang dapat dibawa oleh figur kontroversial ini?
Pertama yang harus kita ambil kelompok tersebut adalah mereka yang bertumpu serta simpati pada FPI dan Habib Rizieq. Misalkan mereka berjumlah 10% dari total pemilih di Indonesia ini. kita prediksi sejumlah 18 juta. Nmun, belum tentu mereka semua akan mengikuti komando Habib Rizieq. Katakanlah hitungan menengah lima juta suara yang dibawanya.
Lima juta suara itu yang bisa diharapkan untuk bisa menambah dukungan terhadap Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Iima juta memang besar, tapi tak signifikan jika dibandingkan dengan 187 juta pemilih pada Pilpres 2019 sesuai data KPU.
Untuk itu, rencana mengusung isu agama sebagai skema pemenangan pada Pilpres 2019, menjadi mentah dan mesti diubah. Sejumlah elite partai koalisi pengusung Prabowo – Sandi sudah mengisyaratkan bahwa persoalan ekonomi sekarang menjadi titik lemah pihak lawan yang akan diincar untuk dihajar, terutama masalah merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Akan tetapi, hal itu kembali gagal disuarakan dengan adanya survei dari luar negeri terkait perekonomian Indonesia.
#JokowiLagi
Putri Diani 1.7k . Nov 14, 2018
Sumber Utama : https://seword.com/umum/ternyata-pesona-rizieq-shihab-dilibas-oleh-uas-dvG70oX1h
Kenapa hanya Kader PKS yang Teriak "Anies Presiden"?
Iya, sejauh ini kenapa tidak dari partai-partai politik yang lain? Misalnya Gerindra. Bukankah bersama PKS, keduanya adalah pengusung utama Anies Baswedan di Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu?
Atau NasDem, yang kabarnya banyak kader juga yang bersimpati pada Anies Baswedan menuju 2024 nanti? Belakangan setelah didekati Puan Maharani dari PDIP, NasDem malah berkode untuk mengubah rekomendasi yang ada nama Anies Baswedan di situ.
Lalu kenapa PKS seolah ngebet dengan Anies Baswedan? Apakah yang menjadi penyebabnya?
Bagaimanapun PKS sebagai partai yang menempatkan dirinya sebagai oposisi memerlukan sosok ikon demi bisa menjalankan fungsinya tadi. Sosok yang diharapkan bisa menandingi pemerintahan saat ini.
Tapi Presiden Jokowi tentu terlalu besar. Bahkan bila diperhadapkan dengan Anies, Gubernur DKI Jakarta ini jelas tidak ada apa-apanya.
Tapi mau bagaimana lagi, IB HRS sudah tiarap. Sementara Gatot Nurmantyo, munculnya hanya musiman yaitu di bulan September saat musim PKI-PKI-an.
Berharap dari internal partainya apalagi? Zonk. Masa iya PKS harus berharap dari Mardani Ali Sera demi bisa menandingi persona Pak Jokowi? Bakalan double-zonk!!
Memang harus diakui bahwa ketika menjalankan fungsinya sebagai oposisi, PKS miskin kader yang bisa dimunculkan sebagai figur pahlawannya. Mantan Gubernur Jawa Barat dua kali masih terlalu kecil, apalagi yang dari Sumbar sebagai kantong suara PKS?
Untuk sementara Anies Baswedan memang bisa menjadi jawaban. Kemampuan berkata-katanya memang menjadi senjata andalannya. Tidak ada yang lain. Anies Baswedan memang pas bagi mereka yang lebih mengedepankan pencitraan. Sempurna…
Kemudian Anies seakan mewarisi jalur kesuksesan Pak Jokowi menuju RI-1. Betul, sama-sama menjadi DKI-1 tentu memantapkan PKS dalam meneriakkan nama Anies Baswedan. Terlebih secara hasil survei capres, perolehan Anies juga tidak jelek-jelek amat.
Yang berikutnya, yang memantapkan suara kader PKS ke Anies adalah adanya kesamaan isu yang biasa mereka mainkan. Keduanya sering menggunakan bahasa-bahasa keagamaan terutama Islam dalam menjalankan kegiatan politiknya. Hasil kenyataannya???? Ya silakan nilai sendiri!
Kemudian, bersama PKS Anies berasa di rumah sendiri bersama keluarga besarnya. Betul, Anies begitu menikmati suasana kebersamaan bersama PKS terutama ketika para kader partai tersebut secara bersamaan meneriakkan namanya disusul dengan kata 'presiden' di belakangnya.
Akhirnya apakah kemesraan antara PKS dan Anies Baswedan itu akan langgeng menuju 2024 dan selanjutnya? Atau keadaan tersebut hanya menjadi bumbu penggembira yang selintas saja? Entahlah…
Yang jelas, melihat perkembangan terkini, harapan kolaborasi Anies dan PKS tersebut semakin berat. Ketika NasDem sudah mulai digoda PDIP, pun pastinya akan berlanjut ke partai-partai politik lainnya, Anies Baswedan dan PKS harus bersiap-siap untuk mengelus dada.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/kenapa-hanya-kader-pks-yang-teriak-anies-presiden-u5Q3NSZhTu
Ngerinya Bapak Politik Identitas! Act Dan Anies Ternyata Dekat!
Tipu-tipu berkedok agama itu banyak. Mau di agama manapun ada. Robot Trading masuk gereja dan di endorse sama pendeta juga ada. Terus kasus First Travel yang memberikan travel umroh juga sama. Habis gitu sudah selesai? Belom!
Setelah Mansur yang heboh dengan “Dari mana duitnya?!?!” dijerat dengan berlapis-lapis kasus, sekarang kita mulai lagi ke acara berikutnya. Kita lanjut ke ACT alias aksi cepat tanggap yang dibongkar habis dan membuka lubang besar dengan informasi gaji yang begitu komplit bagi para jajaran direkturnya.
Gaji jabatan presiden diketahui sampai 250 juta sebulan dengan bonus mobil-mobil mewah. Padahal kita tahu bahwa aksi cepat tanggap ini adalah sebuah lembaga nirlaba alias tidak memiliki laba dan tujuannya untuk membantu orang-orang dan ini adalah berbasis agama.
Saya nggak mau sebut agamanya apa nanti kalau disebut bisa bernasib sama seperti holywings. Karena masih ada saja kaum sensi yang isinya orang-orang sensitif dalam beragama.
Buat saya hal yang menggelikan adalah bagaimana cara menggunakan dan mengeksploitasi agama dan perasaan untuk meraup keuntungan diri sendiri. Aksi cepat tanggap adalah sebuah organisasi yang sebetulnya wajarnya memberikan bantuan tanpa harus memikirkan direksi-direksi dan jajaran pemimpinnya dengan begitu lebay.
Gaji presiden direktur begitu berlebihan sampai seperempat miliar dalam waktu 1 bulan dengan fasilitas mewah. Tentunya uang itu adalah dari masyarakat yang memberikan penggalangan dana. Kasus dari Yusuf juga sama bahwa banyak sekali orang-orang yang merasa dirugikan dan ternyata pelanggaran hukum sudah pernah diberikan.
Setelah penggalangan dana dari aksi cepat tanggap saya menunggu adanya orang yang membongkar penggalangan dana yang dilakukan oleh Abdul Somad untuk membeli kapal selam saat kejadian kapal nanggala tenggelam.
Karena kita tahu bahwa pembodohan-pembodohan yang berkedok agama ini gampang banget dilakukan di Indonesia. Banyak sekali orang-orang yang tertipu dan mau saja dibodoh-bodohi secara sukarela.
Semoga saja polisi boleh meneliti dan mencari tahu seluk beluk dari penggalangan dana berkedok agama ini. Semoga saja novel Baswedan bisa ikut-ikutan dalam memberangus hal ini.
Tapi lucunya saat kedok aksi cepat tanggap dibongkar oleh media, ada berita Novel mengatakan bahwa dia sempat dikasih tahu oleh Firli untuk tidak terlalu ngegas soal Edhie Prabowo.
Apakah Novel sedang menutupi dan mem-backing dan juga membela untuk kasus aksi cepat tanggap ini tertutup segera?
Semoga saja enggak begitu ya tapi kok kayaknya waktunya berdekatan banget antara pembongkaran kedok gaji gila-gilaan dari direksi aksi cepat tanggap dengan kalimat Novel soal Firli Bahuri. Atau jangan-jangan mau menutupi keberadaan dan kedekatan antara Anies dan ACT?
Rekam jejak begitu ramai muncul memperlihatkan kedekatan antara kedua entitas ini. Bapak Politik Identitas Anies Baswedan dan ACT. Bagaimana jadinya? Siapa yang membiayai siapa? Semoga saja cuman dekat, tapi nggak saling "donate".
Negara Indonesia sudah banyak korban penipuan-penipuan macam ini. Semoga saja aksi cepat tanggap bisa memberikan klarifikasi yang benar dan cerdas soal gaji besar gila-gilaan itu. Jangan-jangan kalau nggak ada kejadian luar biasa, dana-dana yang dihimpun habis untuk bayar para pejabatnya?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/ngerinya-bapak-politik-identitas-act-dan-anies-j2ECfz853J
Abdul Somad, Anies Baswedan Dan Politik Identitas
Abdul Somad kembali unjuk gigi. Dia mengatakan bahwa dia tidak berpolitik tetapi dukungannya menghasilkan kursi walikota dan bupati. Hal itu disampaikan dalam sambutan virtualnya dalam forum silahturahmi Jalinan Alumni Timur Tengah Indonesia (JATTI), Jumat 17 Juni 2022.
“Pembahasan yang kedua tentang politik. Jadi beberapa sahabat kurang setuju bahwa saya, saya tidak berpolitik sampai hari ini, tapi pendapat-pendapat saya men-support orang-orang politik sehingga dia duduk menjadi walikota, beberapa tempat saya men-support menjadi gubernur,” ungkapnya melalu tayangan video seperti dilansir detik.com.
Saya kaget dan spontan teringat gagalnya dukungan Abdul Somad kepada Prabowo pada Pilpres 2019. Saat itu, Abdul Somad mengaku bermimpi Prabowo-lah yang akan membawa Indonesia kepada kemajuan. Untuk menafsirkan mimpi itu, Abdul Somad mengaku bertanya kepada banyak ulama agar tidak tertipu. Hasilnya adalah beberapa ulama juga menyebut nama Prabowo sebagai orang pilihan.
Hasil Pilpres 2019 sudah kita ketahui bersama yaitu Prabowo kalah dari Presiden Joko Widodo. Dukungan Abdul Somad tidak membuahkan hasil khan? Baiklah kita lihat fakta-fakta lain soal dukungan politik Abdul Somad.
Pada tahun 2020, Abdul Somad banyak berkiprah mendukung pasangan calon (paslon) pemimpin daerah. Selain mendukung salah satu paslon di kota Medan, dia juga mendukung paslon di Riau yakni di Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Indragiri Hulu. Hasilnya? Semua yang didukung Abdul Somad kalah dari kompetitornya. Hehehe
Di kota Medan, pasangan Akhyar Nasution dan Salman Alfarisi kalah dari pasangan Bobby Nasution dan Aulia Rachman. Di Kabupaten Rokan Hulu, pasangan Hafit Syukri-Erizal kalah dari pasangan H. Sukiman–H. Indra Gunawan. Di Kabupaten Pelalawan, pasangan Adi Sukemi-M. Rais kalah dari pasangan Zukri Misran-Nasarudin. Di Kabupaten Indragiri Hulu, Rizal Zamzami-Yoghi Susilo kalah dari pasangan Rezita Meylani Yopi-Junaidi Rachmat.
Dimanakah pasangan yang menang karena dukungan Abdul Somad? Di mimpinya kah? Tapi bisa saja ada paslon yang menang karena dukungan Abdul Somad. Mungkin karena dia rendah hati, jadi kemenangan karena dukungannya itu tidak diberitakan. Kalau memang begitu, kenapa sekarang disebut-sebut ya? Entahlah.
Diandaikan saja bahwa memang ada kepala daerah yang menang karena dukungan Abdul Somad. Tapi itu juga tidak menutup kenyataan bahwa dukungannya juga tidak selalu berhasil. Kenapa ini tidak disebut? Mungkin karena ada Anies Baswedan dan Jusuf Kalla disitu sehingga Abdul Somad lalu promosi. Siapa tahu dapat tawaran jadi juru kampanye walaupun Abdul Somad merasa tidak pernah berpolitik. Bisa diperdebatkan sih pernyatannya ini tetapi biarlah dia merasa begitu.
Sejujurnya saya merasa senang ketika mendapati fakta bahwa banyak paslon yang didukung Abdul Somad kalah. Mengapa? Karena alasan dukungannya sangat sarat dengan politik identitas.
“Tidak sekedar SDM, tetapi agamis. Kita tahu Melayu tidak bisa dipisahkan dari Islam. Kabupaten Pelalawan diambil dari nama kerajaan Melayu Islam. Mudah-mudahan apa yang saya lakukan ini untuk mencari kebaikan masyarakat Pelalawan dan keridoan Allah SWT,” ujar Abdul Somad saat memberikan dukungan kepada paslon di Kabupaten Pelalawan seperti dikutip dari detik.com
Pernyataan itu sangat kental dengan politik identitas. Yang dipilih Abdul Somad seolah-olah menjadi yang direstui oleh Tuhan. Yang ditonjolkan bukan lagi kemampuan mengelola daerah tetapi kehidupan religiusnya. Ini tidak sehat jika masih dibawa sampai tahun 2024.
Selain itu, dalam sambutannya dalam forum JATTI, Abdul Somad juga menyatakan bahwa dukungannya tidak serta merta diberikan dengan cuma-cuma. Ada kontrak politik yang dijanjikan oleh sang calon kepala daerah, salah satunya pembangunan rumah Qur’an jika nantinya terpilih.
Ini khan transaksi politik yang seharusnya dihindari tetapi justru dibanggakan oleh Abdul Somad. Memang kontrak politik seringkali tidak dapat dihindari tetapi bukan berarti harus dinyatakan dengan terang-terangan juga khan? Transaksinya juga terkesan mengarah kepada identitas agama. Apakah hal seperti itu harus dibanggakan? Saya kok tidak merasa demikian.
Abdul Somad memang pintar mencari panggung. Saat Anies Baswedan hadir, dia bicara tentang politik identitas dan transaksi politik. Nama Anies Baswedan memang lekat dengan kedua hal tersebut. Jalannya menjadi gubernur penuh dengan politik identitas. Saat sudah berkuasa pun, dia bagi-bagi jatah untuk para pendukungnya. Bapak politik identitas bertemu dengan penceramah agama penyebar politik identitas. Klop banget khan?
Saya sih tidak mau kedua orang ini ada dalam peta perpolitikan tahun 2024. Kalau bisa nama mereka tenggelam sebelum tahun 2024. Faktanya, Anies malah dijadikan bakal capres oleh sebuah partai yang katanya tidak ingin ada politik identitas. Abdul Somad sendiri juga bebas ceramah dimana-mana bahkan saat ditolak pun, polisi melakukan mediasi. Tampaknya Abdul Somad dan Anies Baswedan memang masih menjadi magnet kuat dalam perpolitikan. Tidak menyenangkan memang tetapi fakta hari ini berkata demikian.
Yah, politik itu dinamis. Keadaan bisa cepat berubah sesuai keadaan. Kalaupun ada nama Anies sebagai capres dan didukung Abdul Somad di tahun 2024, maka pilih saja paslon lainnya. Minus Malum. Salam sehat sedulur semuanya.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/abdul-somad-anies-baswedan-dan-politik-identitas-QEbKkIpII7
WASPADA! Pertemuan Anies dan Somad Tanda Mesin Politik Identitas Sudah Nyala
Mesin politik identitas sudah dinyalakan, Anies Baswedan dan Abdul Somad bertemu di suatu tempat untuk ngumpul-ngumpul bahas hal-hal yang kita tidak pernah bayangkan sebelumnya.
Kita mengetahui dengan pasti bahwa politik identitas dikerjakan oleh Anies Baswedan dengan cara melakukan penggiringan opini kepada Ahok waktu tahun 2016 silam. Saat itu Anies Baswedan menggunakan Rizieq Shihab untuk menghancurkan karakter dari Ahok.
Dan pada akhirnya mereka berhasil membuat Ahok dikalahkan hanya karena beda agama dan melalui isu-isu yang begitu kental dengan nuansa rasis dan berbau-bau agama. Rasisme dan politik identitas sangat melekat di tubuh Anies Baswedan baik dari pikirannya sampai dengan hidupnya secara integratif.
Tidak pernah dibayangkan sebelum-sebelumnya bahwa seseorang bisa menang hanya karena agamanya sama dan ancaman menolak untuk menshalatkan jenazah pendukung Ahok pada saat itu.
Ahok menjadi bulan-bulanan Dan dia bahkan sampai harus dijadikan tersangka atas kasus penodaan agama yang sebetulnya bukan menjadi niat daripada Basuki Tjahaja purnama.
Ahok dijadikan manusia jerami yang karakternya dihancurkan sampai dia pun menangis bergetar di dalam persidangan yang menghadirkan ulama yang cukup dikagumi saat itu yakni oleh Ma'ruf Amin.
Dia mengatakan bahwa satu persatu orang yang menzalimi dirinya akan dipermalukan dengan nada yang bergetar dan meninggi. Puncak kekecewaan Ahok terlihat karena Anies Baswedan dengan aktif menggunakan mesin politiknya di tahun 2016 yang begitu kental dengan nuansa suku agama ras dan antargolongan.
Padahal Indonesia itu dibentuk dari bermacam-macam suku agama ras dan antar golongan bukan hanya satu agama. Prinsip ketuhanan yang maha esa di ejawantahkan di banyak agama bukan hanya agamanya Anies Baswedan yang ternyata hanya menjadi alat politiknya saja.
Seharusnya agama dihidupi dan diimani secara personal sekaligus komunal secara eksklusif. Kepemimpinan sebuah negara apalagi negara demokrasi tidak boleh diikat dan dipersepsikan hanya lewat satu agama saja.
Namun apa yang dikerjakan Anies Baswedan sangatlah tidak terhormat yakni menghancurkan kredibilitas dari Basuki Tjahaja purnama yang pada saat itu menggaet hampir 90% kepuasan rakyat Jakarta. Namun harga diri Rizieq Shihab saat ini sudah dipermalukan oleh Tuhan dan seperti yang Ahok katakan ya dipenjara dan mendapatkan karmanya sendiri.
Satu persatu akan dipermalukan oleh Tuhan dan itu sudah menjadi hal yang bukan rahasia umum lagi. Secara terang benderang kalimat Ahok ini dinyatakan ke hampir seluruh masyarakat yang membenci orang ini. Bahkan sampai sekarang karma itu masih terus mengalir deras kepada orang-orang yang menzalimi Ahok.
Artinya kalimat Ahok ini bukan kalimat yang sembarangan dong. Tidak kapok melihat satu persatu pendukung Anies Baswedan dipermalukan, Anies Baswedan masih saja menggunakan politik identitas untuk melakukan aksi-aksi dan juga membenarkan tindakan-tindakannya yang merusak tatanan negara ini.
Kita tahu dia barusan bertemu dengan Abdul Somad dan saya nggak tahu apa yang mereka katakan. Tapi bisa disimpulkan bahwa mereka itu sedang berpolitik bukan beragama. Bisa saja mereka berdalih sedang berkumpul-kumpul ria bersama untuk melakukan silaturahmi yang mempererat hubungan persaudaraan mereka.
Akan tetapi melihat dari perangai dan tindak-tanduk Anies Baswedan selama ini, saya curiga mereka sedang bersekongkol. Bersekongkol untuk melakukan tindakan yang tidak terhormat khususnya di dalam politik mungkin kan? Kita melihat kepercayaan publik terhadap Anies Baswedan turun drastis dan elektabilitasnya menjadi stagnan cenderung turun seperti harga saham sampah.
Orang kalau baik pasti akan mendapatkan nilai yang baik juga. Akan tetapi Anies Baswedan adalah orang yang menggunakan isu-isu identitas untuk melegalkan tindakannya yang nggak jelas dan rekam jejaknya yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Buruknya rekam jejak Anies Baswedan tentu harus ditutupi dan dipoles dengan sebaik-baiknya lewat politik identitas. Namun saya cukup yakin bahwa rakyat Indonesia sudah cerdas melihat kehancuran DKI Jakarta dibawa kepemimpinan orang ini.
Abdul Somad yang katanya pernah menceritakan ada orang yang bermimpi lima kali melihat presiden Prabowo, pun sudah menjadi rekam jekal buruk. Artinya mimpinya Abdul Somad atau temannya Abdul Somad siapapun itu tidaklah menjadi valid.
Mimpi 5 kali dibayar dengan kegagalan dan kehancuran elektabilitas Prabowo sebanyak 3 kali. Gerindra itu memang ditakdirkan untuk kalah mau didoain sekenceng apapun oleh Abdul Somad.
Dia yang pernah dibuang dari Singapura juga merupakan rekam jejak buruk yang menjadi noktah atau duri dalam daging di tubuh pendukung Anies Baswedan. Hentikanlah politik identitas ini dan kita harus usir mereka dari NKRI jika politik identitas itu dimainkan lagi.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/waspada-pertemuan-anies-dan-somad-tanda-mesin-lnCmD1zjgk
Modal Anies Hanya Politik Identitas, Selain Itu Kosong!
Kemarin kita menyaksikan sebuah manuver kata-kata yang disajikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Yang menjadi topik utama pembicaraan sebenarnya adalah soal patung bambu seharga Rp 550 juta di Bundaran HI. Masalahnya tidak sampai setahun, patung bambu itu sudah rusak dan sudah dibongkar oleh Pemprov DKI Jakarta. Sangat kontras dengan harganya yang ratusan juta rupiah itu. Banyak pihak menyebutnya mubazir, sebuah kelakuan jelek yang harusnya dijauhi. Apalagi oleh seorang pemimpin wilayah. Lalu apa kata Anies? “Kalau saya memilih besi, maka itu impor dari Tiongkok mungkin besinya. Uangnya justru tidak ke rakyat kecil… Kalau yang lain menggunakan besi belum tentu produksi itu produksi dalam negeri,” itu sebagian jawaban Anies atas kritik yang dilontarkan terhadap uang Rp 550 juta yang jadi sampah hanya dalam waktu 11 bulan Sumber. Membaca jawaban Anies ini, memang kelihatan sangat tidak relevan, bahkan terkesan bloon. Buat kita yang waras ini. Bukannya Tiongkok itu negara tirai bambu? Bukannya ada Krakatau Steel dan beberapa produsen besi lokal? Bukannya di tempat lain bambu bisa jadi rumah atau restoran yang tahan bertahun-tahun kena hujan dan panas? Bukannya masih ada batu yang bisa dijadikan karya seni? Kenapa Anies sengaja memasukkan “Tiongkok” ke dalam kata-katanya? Jawaban Anies ini hanya bisa dipahami jika ditinjau dari sudut politik. Kita tahu bahwa tujuan utama Anies, ambisi utama Anies, sejak dulu, adalah menjadi Presiden/Wakil Presiden. Ini sudah dijalaninya ketika mengikuti konvensi calon presiden dari Partai Demokrat di tahun 2013. Dan tentu lah, mengikuti jejak Jokowi, jabatan Gubernur DKI Jakarta bagi Anies bisa menjadi batu loncatan yang terbaik. Nama Anies banyak disebut dalam survei eletabilitas sebelum Pilpres 2019. Namun, Sandiaga lah yang diambil oleh Prabowo buat ikut nyapres. Anies ditinggal sendiri di DKI Jakarta. Tentu Anies tidak mau berdiam diri saja. Sejak awal menjabat jadi gubernur, dia memang selalu berusaha mendongkrak namanya, agar disejajarkan dengan seorang presiden. Sering ke luar negeri, seakan jadi orang yang sangat penting. Padahal kalau dia presentasikan soal Jakarta, misalnya tentang Smart City, maka yang dia bawakan adalah hasil karya para gubernur sebelum dia, Jokowi, Ahok dan Djarot. Tapi tanpa malu, Anies berlaku seolah semuanya adalah hasil karyanya sendiri. Yang memang pada akhirnya dia pakai buat meninggikan daya saingnya buat Pilpres 2024. Para pemujanya pun terbuai dan menyebutnya sebagai gubernur rasa presiden. Walaupun sudah sering sekali gerak gerik Anies yang menggelikan dibongkar oleh para netizen waras. Contohnya ketika katanya dia bertemu dan sholat jumat bersama Presiden Turki Erdogan. Ternyata dia ketahuan mengejar Erdogan bagai rakyat biasa. Wkwkwk…. Untuk mewujudkan ambisi pribadinya, Anies butuh modal. Memang Anies ini berbeda dengan orang-orang lain. Jika seorang Jokowi dipercaya jadi calon gubernur maupun calon presiden karena kualitas dan kemampuannya. Maka Anies tidak bisa seperti itu. Masa kerjanya di DKI Jakarta sudah membuktikan, bagaimana ceteknya kualitas dan kemampuan Anies sebagai seorang pemimpin daerah. Mana janjinya menyediakan rumah murah buat masyarakat berpenghasilan rendah? Mana hasil naturalisasi buat mengatasi banjir? Mana janjinya menghentikan reklamasi, sementara masih mengeluarkan IMB? Apakah trotoar Jakarta sekarang sudah bersih dari PKL dan parkir liar? Apakah Tanah Abang sudah bersih dan teratur? Apakah sungai dan kali di Jakarta sudah bersih dari sampah? Kenapa pemukiman liar marak lagi? Mana solusi Anies buat daerah Tambora yang padat luar biasa? Jadi modal Anies apa? Dia tidak sekaya Sandiaga. Untuk urusan dana, dia masih perlu bantuan pihak lain. Akhirnya Anies tidak punya pilihan lain, kecuali memainkan politik identitas. Dari awal jadi gubernur sudah dia mainkan, dengan menyebut kata “pribumi” dalam pidato pertamanya. Dia juga rajin ikut segala kegiatan 212 dan yang menyangkut Palestina. Dia menerima para Imam Palestina yang menjadi imam salat tarawih di berbagai masjid di Indonesia. Anies juga tetap memelihara ke-Arab-annya. Ingat ketika Anies menyebut tentang Partai Arab Indonesia yang pada tahun 1934 menyatakan tanah air Indonesia. Dia seakan menafikan momen-momen sejarah gerakan nasionalis seperti Sumpah Pemuda yang sudah terjadi sebelumnya. Sebuah artikel di tirto.id menjelaskan kesalahan Anies ini dengan komprehensif Sumber. Oleh sebab itu, wajar saja ketika dia membelokkan soal biaya patung bambu yang dikritik menjadi soal Tiongkok. Memang nggak ada hubungannya dan tidak menjawab kritik. Tapi itu lah satu-satumya modal bagi Anies untuk bertahan sebagai sosok yang dipuja sebagai calon presiden masa datang. Karena selain itu, dia tidak punya modal lain. Kualitas dan kemampuannya sama sekali tidak ada buktinya. Kalau sekedar tidak meneruskan izin operasi Alexis maupun memasang segel di bangunan di Pulau Reklamasi, camat pun bisa. Betul? Modal Anies hanya memelihara politik identitas berdasarkan suku, ras dan agama. Namun, harap diingat! Politik identitas ini sudah rontok dengan kemenangan Jokowi dalam Pilpres 2019. Prabowo sudah gagal memakainya. Tentu Anies tidak gampang menyerah. Jadi ke depannya, kita masih akan menyaksikan kata-kata semacam Tiongkok, pribumi, arab, sunatullah dan palestina dipakai Anies.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/modal-anies-hanya-politik-identitas-selain-itu-kosong-jn4syisll0
Jokowi Singgung Politik Identitas, Siapa Yang Tersinggung Nih?
Dalam sidang tahunan MPR 2022 pada Selasa lalu, Jokowi memberikan sebuah pidato yang menyinggung soal politik identitas dan politisasi agama.
Jokowi mengingatkan agar jangan sampai ada lagi politik identitas dan agama pada Pemilu 2024.
"Adapun tahapan Pemilu yang sedang dipersiapkan oleh KPU harus kita dukung sepenuhnya. Saya ingatkan, jangan ada lagi politik identitas. Jangan ada lagi politisasi agama," tegas Jokowi.
Selain itu, Jokowi mengingatkan agar tidak ada lagi polarisasi sosial dalam kontestasi politik.
"Demokrasi kita harus semakin dewasa. Konsolidasi nasional harus diperkuat. Terima kasih kepada ulama, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh kebudayaan, yang berkontribusi besar memperkokoh fondasi kebangsaan, serta merawat persatuan dan kesatuan nasional," kata dia.
Jokowi kemudian berharap semua lembaga negara mendukung terjaganya demokrasi dan mendukung upaya-upaya pengokohan ideologi Pancasila. "Saya juga mengharapkan dukungan dari semua lembaga negara untuk menjaga dan membangun demokrasi di negeri tercinta ini, untuk memperkokoh ideologi bangsa," kata Jokowi.
Kalau kita menyebut soal politik identitas dan politisasi agama, kita tidak usah mengaku tidak tahu. Tak usah pura-pura tak paham. Kalau ditanya, netizen akan serentak mengingat satu nama. Salah satu orang yang sangat munafik. Sebut saja Wan Ambruk.
Namanya sudah terlanjur melekat karena peristiwa menjijikkan saat Pilkada 2017 lalu. Ayat dan mayat dijual demi memuluskan kemenangan. Kelompok intoleran mengintimidasi lewat spanduk yang bertebaran di rumah ibadah dan perumahan warga. Ancaman tidak salatkan pendukung penista agama, tidak memberikan daging kurban dan tidak menghadiri undangan yang diberikan oleh pendukung pemimpin kafir dll.
Jokowi sebagai kepala negara tentu sudah paham akan fenomena ini. Kerusuhan aksi 411 adalah saksinya. Aksi 212 adalah bukti penguatnya.
Sayangnya, Jokowi tidak bisa frontal dan keras mengecam ini karena posisinya sebagai kepala negara. Kalau tidak, pasti ada yang sangat tersinggung sampai wajahnya merengut bagai panci gosong.
Salah satu ciri orang yang melekat pada politisasi agama dan politik identitas (baik secara langsung atau tidak langsung) adalah program utama banyak yang ambyar. Dia tidak ada program yang bagus, makanya untuk menutupi itu digunakanlah berbagai cara. Pendukungnya bahkan gunakan cara-cara keji untuk menghabisi lawannya. Tak bisa pakai jalan lurus, terpaksa pakai jalan lain, yang penting menang.
Lihatlah sekarang, program unggulannya ambyar semua. Banyak yang tak capai target. Bahkan ada yang tidak dimulai sama sekali. Tidak mau menggusur, tapi ternyata menggusur juga, pakai pergub orang lain pula. Naturalisasi sungai, tapi tak jelas nasibnya. Rumah murah, tapi cuma sedikit jumlahnya. Nama jalan dan rumah sakit diganti seenak jidat demi kepentingannya sendiri.
Jokowi sudah ingatkan itu. Artinya Jokowi sedang berusaha mengingatkan atau mungkin menyentil sebagian yang memang suka menggunakan politik identitas untuk meraih kekuasaan.
Harusnya Jokowi sedikit lebih frontal dengan memberikan contoh. Misalnya dengan tegas mengatakan jangan sampai ada lagi spanduk larangan mensalatkan jenazah atau jenazah disuruh mandi dan kuburkan diri sendiri. Saya yakin ini lebih berdampak dahsyat bagai bom atom bagi Wan Ambruk. Orang ini memang perlu diberikan hentakan keras baru bisa terguncang. Kalau tidak, orang ini keras kepala dan arogan.
Dengan pernyataan dari Jokowi tadi, kira-kira dia bakal sadar tidak ya? Atau jangan-jangan pura-pura tak dengar sambil bersiul memandangi langit menembus galaksi bimasakti. Dalam hati mungkin dia sedang merengut karena merasa disindir dan ditelanjangi wibawanya. Yaelah, sejak kapan orang ini punya wibawa. Dari awal saja sudah menggelikan dan tak punya wibawa sama sekali.
Di balik wajah penuh kesantunan, tersimpan sikap munafik yang sangat keterlaluan. Di balik senyumnya, banyak warga yang kena tipu oleh janji surga. Senyum dan santun yang menjelang masa akhir jabatan, semakin hilang digantikan oleh sebuah kenyataan pahit yang bikin banyak orang gigit jari. Warga merasakan pahitnya permen karet yang awalnya terasa sangat manis.
Sosok berlagak pahlawan yang ditampilkan saat kampanye ternyata tak lebih dari seorang pembual ulung yang pintar memainkan kata-kata untuk menutupi keburukannya.
Bagaimana menurut Anda?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/jokowi-singgung-politik-identitas-siapa-yang-taQBpzw79Q
Re-post by Migo Berita / Sabtu/27082022/11.46Wita/Bjm
Selengkapnya: https://www.hallobanua.com/2022/08/ayo-hadiri-tablik-akbar-bersama-uas-di.html