Migo Berita - Banjarmasin - Kadrun itu Susah "Move On", Joget pun "SALAH". Intinya kebaikan apapun yang dilakukan pemerintah selalau SALAH dimata Para Pembenci Jokowi...hemmm.. agar tidak salah paham, baca hingga tuntas artikel yang telah kita kumpulkan.
Soal Ketidakhadiran SBY pada Upacara HUT RI di Istana Merdeka, Kira-Kira Kenapa Nih?
Ada pertanyaan menggelitik muncul ketika saya membaca salah satu komentar mengenai absennya Pak SBY pada upacara kenegaraan Detik-Detik Proklamasi pada 17 Agustuz 2022 lalu:
"Apakah sebelumnya Pak SBY tahu kalau akan ada lantunan lagu Ojo Dibandingke sehingga memutuskan lebih baik tidak hadir daripada hati beliau terusik?"
Tampaknya tidak ada indikasi ke arah sana. Beliau sebagai Presiden ke-6 yang pernah memimpin Indonesia selama 10 tahun, juga sebenarnya tidak wajib hadir (sebagai suatu keharusan), meski dari sisi pandangan politik akan sangat baik jika setiap mantan Presiden RI bisa menghadiri acara-acara penting seperti momen upacara 17 Agustusan kemarin itu.
Diketahui pula bahwa pada momen yang nyaris bersamaan, SBY sedang berada di luar negeri. Beritanya sih, beliau berada di Malaysia sejak 14 sampai 18 Agustus 2022 karena ada keperluan di sana, plus menonton laga volley persahabatan antara Lavani vs tim Malaysia.
Mungkin pula SBY hendak sekaligus mencari inspirasi supaya ketika pulang nanti bisa langsung melukis atau menciptakan lagu. Namun tenang saja, di sana kabarnya SBY juga tetap mengikuti upacara HUT RI di KBRI yang ada di Malaysia.
Meski begitu ada pula "tafsiran liar" bernada sindiran yang menduga kalau SBY agak ngambek dan perlu menenangkan diri karena ada tokoh penting yang barusan ditangkap Kejaksaan arena kasus dugaan korupsi, setelah sempat menjadi buron dan terendus berada di luar negeri. Manakah yang benar? Entahlah, namanya juga dugaan!
Akan tetapi, izinkan saya sedikit membayangkan seperti apa raut muka Pak SBY yang kemungkinan besar akan disorot kamera, lalu dibandingkan dengan ekspresi Prabowo dan Jokowi.
SBY sebagai mantan presiden yang sampai kini agaknya masih sukar menerima perbandingan dengan hasil yang cenderung memihak pada Jokowi, sedangkan Prabowo sebagai rival pertarungan pada dua edisi Pilpres terakhir bagi Jokowi, pakai joget-joget senang pula!
Bukan tak mungkin, kebaperan Peponya AHY dan Ibas itu akan kembali muncul, bahkan sampai level maksimal dan tak terkendalikan lagi. Siapa tahu, ye kaaan. Biasanya kan begitu, meski tak selalu begitu, karena kelihatannya belakangan beliau terlihat lebih tenang, mungkin karena sibuk melukis dan menyiapkan AHY untuk pesta demokrasi 2024 nanti, sekaligus menyelamatkan Partai Demokrat dari potensi tak bisa meloloskan kader partainya ke parlemen.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/soal-ketidakhadiran-sby-pada-upacara-hut-ri-di-pKJqL8Yqrh
Ojo Dibandingke daripada Sakit Hati: Karena di Hati (Kami) Ini Hanya Ada Pak Jokowi
Masih terngiang di telinga saya, juga terbayang ekspresi Farel Prayoga saat melantunkan bagian lirik lagu Ojo Dibandingke yang ini:
"Kuharap engkau mengerti, di hati ini hanya ada Pak Jokowi ...."
Respons spontan seisi Istana Merdeka yang hadir saat upacara Detik-Detik Proklamasi pun langsung riuh, atau kalau meminjam istilah sekarang: langsung petjah dan ambyar!
Meski begitu, ada pula orang-orang yang susah menerima "momen ambyar" itu sebagai salah satu bagian yang terbaik pada acara kenegaraan itu. Acara yang tak harus berjalan dengan monoton, serius sampai detik terakhir, apalagi dilarang joget dan ketawa-ketawa sampai petjah suasananya tadi. Siapa yang mengharuskan begitu?!?
Lagipula, trus kenapa kalau ada lirik yang diubah karena hajatan upacara kenegaraan itu memang dihadiri oleh Jokowi, lalu si Farel juga merasa bangga bisa menyanyi di hadapan RI-1?
Jangankan Farel, si pencipta lagunya (Abah Lala) saja dikabarkan juga bangganya luar biasa kok, sampai menangis karena saking terharunya? Lha siapa kalian, kok ada yang sewot?
Saya mau ketawa dulu merespons pikiran-pikiran sempit, kerdil, dan hati yang tak bahagia melihat adegan dangdutan kemarin:
"Hahahaha .... Hahahaha .... Wkwkwkwkw!"
Ya, memang pantas diketawain, kok. Ada orang melantunkan lagu, trus mengubah sedikit liriknya untuk menyenangkan hati Pak Jokowi, kok malah kesal. Wong di sana ada Pak Prabowo saja malah santai kok. Beliau bisa joget-joget asyik, meski kita tak tahu isi hati beliau sebenarnya, karena notabene Prabowo tak hanya sebagai rival utama Pilpres 2014 dan 2019, tapi juga dikalahkan oleh Jokowi.
Mungkin Prabowo berpikir sejak masuk dalam pemerintahan sebagai Menhan dan melihat kinerja Pak Jokowi, semakin banyak fakta yang sukar dibantah bahwa memang Jokowi cocok sebagai Presiden RI saat ini, jadi ojo dibandingke sama yang lain, termasuk dirinya sendiri. Betul? Why not?
Makanya kemari Prabowo juga asyik saja tuh ikutan joget bareng tanpa ada rasa canggung. Dilihat dari ekspresi mukanya, juga terpancar kok bahwa ekspresi itu nggak dibuat-buat atau sekadar ingin buat orang lain senang tapi hati berkata lain.
Jadi, akui sajalah bahwa minimal sampai 2024 nanti Jokowi memang adalah sosok yang tepat untuk memimpin negeri ini, yang dalam dua tahunan terakhir dihantam oleh berbagai dampak dari Covid-19 tapi kita masih bisa bertahan.
Jangan ada lagi teriakan "Ganti Presiden!" atau menyuruh Jokowi mundur, karena dua tahun lagi pasti berhenti kok, setelah jabatan beliau usai. Cuma, saat ini sekali lagi akui saja kalau hanya ada Pak Jokowi yang semoga dapat terus amanah memimpin negeri kita sampai masa pemerintahan beliau selesai, lalu dilanjutkan oleh Presiden RI berikutnya.
Tolong jangan dibandingkan sama deretan Presiden sebelumnya, karena sejak era Soekarno berakhir, sampai hari ini rasanya belum ada yang sebaik Jokowi dalam memimpin negeri sebagai RI-1. Nanti kalau nekat mbandingke trus hatinya kena iritasi atau virus dengki, saya nggak mau tanggung jawab, lho ya!
Sumber Utama : https://seword.com/politik/ojo-dibandingke-daripada-sakit-hati-karena-di-x3E5QGg7fw
Generasi "Alpha" Indonesia Bersiap Semarakkan Pergaulan Dunia
Boleh saja kita bangga dengan segala atribut prestasi atau kebesaran generasi yang sedang ada di panggung yang memabukkan itu, namun kali ini kekaguman kita tertuju kepada seorang anak dari generasi Alpha yang masih belum terpoles gaya artificial dan benar-benar murni bermukim di sudut wilayah tanah air.
Farel Prayoga nama bocah yang jadi magnet kebangsaan ini, mewarnai momentum bersejarah kita bersama, yakni di peringatan Proklamasi kemerdekaan RI ke 77, bersama Presiden dan tamu undangan, menghipnotis siapapun yang menyaksikannya karena suara merdunya demikian khas ketika menyelinap masuk ke telinga.
Ada rasa takjub yang tiba-tiba hadir mengiringi suasana meriah di halaman upacara kenegaraan, karena kepercayaan diri si penyanyi cilik sudah sedemikian tingginya. Boleh jadi hal luar biasa yang dia miliki ini berkat kegigihan orang-orang yang mendidiknya selama ini.
Orangtua mana yang tidak akan bangga ketika penerus eksistensi mereka tampak sudah siap mengarungi terjalnya perjuangan dalam makna sesuai kapasitas dia yang masih berstatus pelajar.
Farel Prayoga barangkali menjadi symbol bagi generasinya yang harus mendapatkan porsi tersendiri dalam berkiprah bagi kebesaran bangsanya. Sebagaimana selama ini kita memaknai sebuah symbol, anak-anak generasi alpha harus selalu membekali diri dengan nyali seperti telah ditunjukkan bocah seperti Farel.
Hal yang luar biasa yang penting diteladani anak seusianya, Farel berasal dari trah kelompok masyarakat biasa yang justru tak tampak jauh bila disandingkan dengan anak berbakat dari kelompok masyarakat lebih mampu, putri pasangan Anang dan Ashanti misalnya, yang sudah lebih awal dikenal secara luas.
Baik Farel maupun Arsy Hermansyah yang sudah berkiprah sebagai artis cilik, seperti menyiratkan kekhasan generasi mereka, tak gentar berada di tengah situasi asing, penuh percaya diri dan tak kalah pentingnya tetap mampu bersikap santun namun elegan. Keberadaan seperti itu akan mendekati sempurna jika telah utuh sebagai referensi untuk seluruh pemikul masa depan Indonesia.
Meskipun kita tidak boleh menafikkan keberadaan leluhur mereka, yang secara emosional memang tak mungkin terjalin, toh rentang zamannya berbeda jauh, namun inspirasi pendahulu itu tetap actual bagi generasi berikutnya dalam kapasitas yang berbeda pula.
Dunia yang tak sejenak pun berhenti berputar, sebagaimana alam ini melingkupi seluruh sendi kehidupan dengan variasi tantangan berganti dari satu ke generasi lainnya. Namun kita sebagai anak-anak bangsa wajib mewariskan kepada mereka, nilai-nilai yang tak boleh berubah, karena Indonesia memiliki ruh kebanggaan tersendiri, yang tak ada bandingannya.
Farel dan saudara se generasinya memiliki romantika sendiri, demikian juga dengangenerasi seniornya. Justru karena perbedaan itulah maka generasi orangtua mereka harus memberi, atau lebih tepatnya menyediakan lingkungan yang mampu mengoptimalkan tumbuh kembang mereka, baik fisik maupun spiritualnya.
Dalam tataran praktis, ada yang perlu kita highlight untuk memungkinkan generasi alpha dan bahkan para penerus mereka. Pengalaman masa lalu yang barangkali harus menjadi pengingat, khususnya yang ada kaitannya dengan kekurangan dalam kompatibilitas pada nilai-nilai luhur bangsa, harus diminimalisir sedini mungkin.
Katakanlah masa kelam pendahulu kita biarlah sejarah yang mencatat namun sebisa mungkin tidak perlu menjadi replica kehidupan bagi para penerus kita. Bahwa nuansa kerawanan dalam pola interaksi sosial, hubungan mayoritas dengan minoritas beserta ekses-ekses di sekitarnya, harus menjadi acuan sehingga kebhinekaan kita yang memang menjadi anugrah dari Yang Maha Pencipta, tidak terganggu karena kita telah memiliki penawar ampuh.
Kalaupun para konseptor pedagogik yang menjadi kelompok paling dekat dengan generasi Farel, melewatkan nilai-nilai kebangsaan yang mengakomodasi kebhinekaan kita, mereka harus menyadari konsekwensinya. Lunturnya toleransi, tepo seliro atau tenggang rasa antar sesama anak bangsa, mutlak harus diwaspadai, karena sangat berdampak buruk terhadap eksistensi bangsa ini.
Konsep-konsep kenegaraan yang telah diformalkan memang patut diapresiasi oleh kita sebagai pendahulu generasi Z dan seterusnya, namun yang lebih penting lagi, bagaimana konsep formal itu dijadikan sesuatu yang membumi, dan idealnya menjadi nilai-nilai baku bagi setiap generasi yang silih berganti.
Barangkali diperlukan evolusi untuk menuju kesadaran yang berkarakter khas Indonesia secara sempurna, oleh karenanya para pemegang otoritas dalam pembinaan wawasan kebangsaan, harus juga mengaktualkan konsep-konsep itu untuk mengakomodasi kebutuhan zamannya.
Kata kuncinya tentu harus kita cermati betul, yakni selalu mengaktualkan nilai-nilai luhur, meminimalkan potensi konflik sosial serta konsistensi dalam pembinaan mental ideologi Pancasila. Semoga terus lahir potensi segar dari generasi Farel demi kejayaan Indonesia.
Sumber Utama : https://seword.com/motivasi/generasi-alpha-indonesia-bersiap-semarakkan-RlqhrzhKF5
Hei, Lebih Baik Mana Ada Anak Kecil Nyanyi Lagu Cinta atau Yel-Yel Teriak Bunuh Orang?
Ada seorang dokter wanita yang tampaknya fans die-hard Balai Kota DKI Jakarta, merasa tak bahagia dengan aksi momen ambyar saat upacara HUT RI di Istana Merdeka pada Rabu, 17 Agustus 2022 lalu. Dokter yang beberapa waktu lalu diduga mengucapkan perbandingan sangat rasial karena menyinggung kesukuan dalam kasus terbunuhnya polisi yang notabene bersuku Batak itu, kini menyoroti soal Farel Prayoga yang dibiarkan menyanyikan lagu cinta, padahal masih kecil.
Eh, bu dokter ... mana yang lebih baik: anak-anak menyanyikan lagu cinta, dengan alasan tertentu, dibandingkan meneriakkan yel-yel sambil demo untuk menghabisi nyawa saudara sebangsanya?
Jangan bilang kondisi yang terakhir nggak pernah terjadi ya, karena semuanya terekam jelas sejarah digitalnya, bahkan ada di ingatan banyak orang. Kenapa waktu itu Anda terkesan diam saja? Apakah karena menguntungkan junjungan politik Anda, yang sampai kini juga belum nggenah kerjanya sebagai orang nomor satu di Balai Kota DKI Jakarta?
Saya heran sama dokter yang satu ini. Tanpa bermaksud memandang sebelah mata profesi mulia ini, kenapa bu dokter berinisial T ini kok lain daripada yang lain ya? Mbok ya diobati dulu sakit hati dan kedengkianmu pada Jokowi dan pemerintahan saat ini, wong lihat orang bahagia dan joget sejenak saja kok sewot!
Cuma, kalau kita memikirkan orang-orang yang masih susah move on dari kekalahan jagoannya di Pilpres 2019, plus kehilangan cara buat membela pilihan hasil Pilgub 2017 silam karena memang lebih pantas dikritik habis karena nggak bisa kerja, memang sukar buat dilogika kok ya.
Lihat Jokowi kerja, blusukan ke mana-mana, eh nggak terima. Lihat infrastruktur dibangun cukup masif dan menyambungkan ribuan kilometer jalan, eh malah dibilang: "Kami nggak makan infratsruktur." Padahal, orang yang ngomong gitu, kayaknya lewat situ juga. Hahahaha...!
Eh, giliran Jokowi dan seisi Istana Merdeka digoyang oleh lantunan lagu asyik, kini juga sewot, dengan segala macam penilaian yang sangat ora mutu dan terkesan hanya melampiaskan kekesalan dan kedengkian dalam hatinya. Ambyar!
Lucu ya, mikirin orang-orang kayak dokter T ini, tapi ya biarkan saja. Nanti kalau kelewat batas kan tanpa sadar akan berbuat sesuatu yang berpotensi melanggar hukum dan kena masalah juga, seperti dialami Roy Suryo.
Semoga dokter T bisa mendiagnosis dirinya lebih dulu ya, sebelum melanjutkan penilaian dan komentar nyinyir buat Jokowi dan pemerintahan saat ini. Semoga lekas sembuh, dok!
Sumber Utama : https://seword.com/politik/hei-lebih-baik-mana-ada-anak-kecil-nyanyi-lagu-Okv78s4OJ5
Rara Pawang Hujan Memang Cerdas, Mendaftar sebagai Undangan 17-an di Istana, Tapi….?
Di ‘panggung depan’ upacara 17-an di Istana Negara berlangsung penuh suasana sakral. Setelah upacara resmi selesai terdapat satu momen unik. Seorang bocah , Farel Prayoga 12 tahun asal Banyuwangi Jawa Timur didapuk mengisi acara.
Farel tampil membawakan lagu berjudul ‘Ojo Dibandingke’. Tanpa terlihat grogi sedikitpun, Farel bernyanyi dan membuat para menteri ikut bergoyang.
Berdiri di sebelah Farel ada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri BUMN Erick Thohir, Menkeu Sri Mulyani dan beberapa menteri lain terlihat bergoyang mengikuti irama musik.
Kapolri Listyo Sigit Prabowo yang hadir dalam acara tersebut juga terlihat menggerakkan badannya mengikuti irama musik sembari duduk di tempat peserta upacara.
Tapi, di ‘panggung belakang’ CNN Indonesia mengabarkan, terlihat ada Raden Roro Istiati Wulandari alias Rara pawang hujan mengaku turut hadir dalam Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (17/8).
Rara mengaku kehadirannya ke Istana Merdeka tak sekadar menjadi tamu undangan. Ia menyatakan dirinya ikut berperan membuat Istana Merdeka tak dibasahi hujan saat momen upacara tersebut.
Tapi saat dikonfirmasi, Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono mengatakan bahwa pihak Istana tidak mengundang Rara secara khusus untuk menjadi pawang hujan. Rara mendaftar sebagai undangan lewat on-line.
Dalam Instagram@rara_cahayataroindigo, terlihat Rara berfoto di depan gerbang istana berkebaya merah sambil membawa singing bowl, alat untuk meditasi andalannya.
Dalam cuitannya Rara mengaku 'menyapu' awan butuh mental yang kuat dan energi yang bahagia serta ketulusan cinta yang besar. Terlebih saat itu petir sempat menggelegar sebanyak tiga kali. Ia mengatakan dirinya tak ciut menghadapi gelegar petir itu dengan mengingat seluruh wajah orang yang dicintainya.
"Untungnya aku terus memecut diri mengingat semua wajah kesayangan mulai dari orang tua, anak, keluarga, para pemimpin Indonesia, terutama Bapak Jokowi, Ibu Iriana, Abah KH Ma'ruf Amin dan Ibu, rekan-rekan Paspampres, para menteri," tulis Rara.
Rara mengaku berani memawangi dan rela jalan mengikuti gerak awan dengan tanpa alas kaki. Hal ini agar grounding energy meditatif secara sadar mengalirkan energi kundalini dari cakra dasar ke cakra mahkota.
"Aku terus membunyikan singing bowl menggetarkan suara dari darat ke udara, komunikasi telepati dengan awan. Ternyata terkabul mewujud," ujar Rara.
Kita menengok ke belakang. Rara memang pandai memanfaatkan momentum. Seperti ketika di MotoGP Mandalika. Pakar Manajemen dan Guru Besar Ekonomi UI, Profesor Rhenald Kasali menilai, aksi pawang hujan di MotoGP Indonesia merupakan satu trik marketing yang cerdas. Buktinya aksi Rara ditiru oleh Fabio Quartararo. Ini merupakan satu trik marketing yang cerdas. Aksi pawang hujan Rara Istiati Wulandari itu terbukti menjadi bahan perbincangan di seluruh dunia.
Founder rumah perubahan ini menilai pawang hujan merupakan salah satu budaya Indonesia yang 'dijual' untuk menarik perhatian masyarakat di seluruh dunia. Dengan begitu diharapkan turis asing yang datang ke Indonesia lebih banyak baik untuk tujuan wisata ataupun menonton MotoGP di Pertamina Mandalika International Street Circuit.
Aksi cerdas Rara si pawang hujan yang banyak dimusryik-musryikkan saat perhelatan MotoGP Mandalika, tapi tidak bagi KH Ahmad Muwafiq. Pria yang juga akrab dipanggil Gus Muwafiq itu menyebutkan jika aksi yang dilakukan Mbak Rara adalah ilmu yang disebut spiritual bukan sesuatu yang bisa diigolongkan sebagai hal musryik.
Dia bahkan menyamakan apa yang dilakukannya seperti pawang yang bisa menjinakkan hewan-hewan buas. ”Bahwa manusia memiliki usaha. Misalnya berlindung dari harimau, manusia membuat senapan. Berlindung dari gempa membuat fondasi, berlindung dari hujan ya membuat ilmu pawang,” ujarnya.
Dia pun menyebut jika memang untuk mengendalikan hujan ada ilmunya. Tidak seharusnya semua hal, sebutnya, bisa dikatakan musryik apalagi sesuatu yang ada ilmunya.
“Untuk anti hujan ya butuh ilmu anti hujan dong. Kalau semuanya tiba-tiba dikatakan musyrik, menanam padi untuk survive (bertahan hidup) adalah musyrik juga. Karena lebih percaya pada padi daripada Allah,” ujarnya.
Dia pun mengaku tak mempermasalahkan jika ada yang menganggap aksi Rara itu musryik.
“Ya nggak apa-apa udah. Kalau dia bilang musyrik, suruh dia datang dan suruh berdoa, hujan enggak itu. Suruh dia berdoa di situ. Kalau masih hujan, berarti doanya tidak manjur. Gitu aja,” terangnya.
Hampir senada dengan Gus Muwafiq, Gus Miftah yang suka masuk-masuk di tempat hiburan malam untuk berdakwah itu menyebutkan, aksi Rara berjalan di Sirkuit Mandalika dengan membawa peralatan penangkal hujan bahkan nyatanya ditiru pebalap MotoGP Fabio Quartararo.
Setelah gelaran itu selesai, pro kontra mewarnai kegiatan pawang hujan yang membuat heboh seluruh dunia itu.
Banyak di antara warganet yang membuat guyonan memberikan komentar bernada negatif dengan apa yang disebut Rara sebagai kearifan lokal itu.
Aksi Rara dianggap Gus Miftah sebagai kegiatan yang bisa mengenalkan kearifan lokal di mata dunia.
"Saya melihat dari kacamata itu, justru ini ajang yang bagus untuk mengenalkan kearifan lokal bangsa Indonesia di mata dunia, dan nyatanya situs MotoGP sendiri mengapresiasi.
Nah kenapa kita tidak melihat dari sudut pandang itu," tambah Gus Miftah.
Nah, sekarang. Sepenggal kata Momentum. Itulah yang dimanfaatkan Rara si pawang hujan.
Datang ke Istana Negara mengikuti upacara 17-an sebagai undangan. Tapi ia membawa pula singing bowl andalannya. Dan kemudian mengunggah di instragramnya.
Ia memanfaatkan medsos dan menempatkan dirinya sebagai citizen journalism.
Rara meski tidak sadar, dia telah berperan aktif seakan sebagai wartawan beneran. Sebagai insan ‘wartawan tanpa lembaga pers’ Rara dan juga banyak yang lain bebas mau menulis apa saja yang mereka mau, tanpa takut dibreidel.
Rara keren dan menurut Prof Kasali, dia memang marketing yang cerdas. Orang istana pun sampai bingung.
Dia datang ke acara 17-an mendaftar sebagai undangan, tapi membawa perangkat andalannya, singing bowl. Itulah Raden Roro Istiati Wulandari alias Rara pawang hujan.
Selalu keren dan cerdas.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/rara-pawang-hujan-memang-cerdas-mendaftar-sebagai-U3WZ1qFF4m
Kok Ga Kaget Ya? Santri Sodomi Sesama Santri Di Pesantren Lampung Timur
Hidup ini memang penuh ironi, Sumatera Barat yang adalah provinsi islami, malah juara no. 1 terbanyak LGBT. Padahal motonya adalah "adat berdasarkan kitab suci", dimana dalam kitab suci LGBT adalah perbuatan yang dilaknat Tuhan.
Lalu ada lagi ironi di pondok pesantren, dimana siswa pria dipisahkan dengan siswa wanita, sementara guru pria bisa bebas bertemu siswa wanita. Apa tidak sebaiknya jika murid wanita dididik oleh pengajar wanita?
Memang terkadang kita tidak berani mengkritik hal yang sudah lama berlangsung, karena sudah dianggap budaya. Sama juga dengan budaya mengajar di pesantren? Karena sudah berlangsung lama, kita cenderung berfikir bahwa sistem di pesantren sudah sempurna.
Bahkan ketika terjadi maraknya kasus pencabulan, UAS dan beberapa ustad malah gencar promosi pendidikan di pesantren dan tidak berani menyentuh permasalahan tersebut. Ironi memang, sistem pendidikan yang dipromosikan sebagai "kecap" no.1, justru sedang guncang dengan berbagai kasus.
Sekelas Ganjar Pranowo saja, bukannya membangun pusat pendidikan modern, malah berniat menyiapkan pendidikan pesantren lewat Perda Baru.
Karena tidak ada upaya peninjauan apalagi perbaikan, maka penulis tidak kaget ketika membaca kasus santri sodomi santri yang akan kita bahas kali ini. Kenapa ini bisa terjadi?
Untuk membahasnya maka penulis akan keluar dari bahasan pesantren dulu, biar lebih bebas dan menjadi pembahasan global.
Dunia dan alam semesta ini berjalan dalam kesimbangan, begitu juga manusia yang merupakan bagian dari alam semesta. Contohnya soal kekebalan tubuh, manusia yang terlalu higienis maka kekebalan tubuhnya akan lebih rendah dari manusia yang sedikit "jorok".
Keluarga penulis yang sangat higienis justru adalah keluarga yang mayoritas terkena covid. Untuk hal ini silakan googling dengan kata kunci "dampak terlalu higienis" dan sebagainya. Maka pembaca akan menemukan banyak pembahasan mengenai hal ini.
Bukan berarti penulis menganjurkan untuk hidup jorok ya? Karena kalau terlalu higienis saja bisa mudah sakit, apalagi kalau kita terlalu jorok. Intinya di sini adalah keseimbangan, dalam hidup ini segala sesuatu yang berlebihan tidak baik!!
Demikian juga dengan siswa pria yang dilarang keras bertemu dengan wanita. Para pria ini akan sangat rendah dalam hal kekebalan terhadap wanita. Apalagi sekali melihat wanita malah wanita bercadar, maka akan semakin rendah kekebalannya terhadap wanita.
Memang normal kalau pria birahi ketika melihat wanita cantik, paha sexy dan wajah mulus. Tapi birahi ini cenderung bisa dikendalikan oleh pria yang sudah terbiasa melihat hal-hal tersebut, dan sebaliknya akan susah dikendalikan oleh pria yang sepanjang hidup melihat wanita seperti "dibungkus lontong".
Masalah terjadi karena sex itu adalah kebutuhan dasar manusia. Lalu bagaimana ketika yang dilihat sepanjang hari sesama pria dan pada saat itu hasrat sex tidak tertahankan? Ya kejadian seperti pada judul artikel ini yang mungkin terjadi.
Jadi pemisahan ketat antara pria dan wanita selama proses pendidikan ini rawan akan dua hal. Pertama adalah pria yang kesulitan menahan birahi terhadap wanita, kedua adalah pria yang melampiaskan birahinya kepada sesama pria.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/kok-ga-kaget-ya-santri-sodomi-sesama-santri-di-wYwwTtRWFP
Jokowi Pidato Kenegaraan, SBY Pun Tak Mau Kalah
Ada yang menarik antara Jokowi dan SBY. Jokowi pada Selasa lalu menghadiri sidang tahunan MPR sekaligus menyampaikan pidato kenegaraan.
Ada beberapa poin penting yang Jokowi sampaikan dalam pidato tersebut.
Yang pertama adalah, lembaga negara telah berhasil mengungkap 3 kasus korupsi dengan nilai hingga triliyunan rupiah, yaitu korupsi Jiwasraya, Garuda, dan juga ASABRI.
"Korupsi besar di Jiwasraya, ASABRI, dan Garuda berhasil dibongkar dan pembenahan total telah dimulai" kata Jokowi.
Yang kedua adalah, pandemi Covid-19 yang sudah mereda sekarang ternyata belum menjamin kebangkitan ekonomi global, termasuk ekonomi nasional. Ini dikarenakan ada perang antara Ukraina dan Rusia yang menambah krisis yang terjadi, mengingat kedua negara ini memiliki hubungan ekspor impor dengan berbagai negara sehingga membuat banyaknya hambatan terjadi. Semua negara di seluruh dunia sedang menghadapi tantangan yang teramat berat, bahkan ada yang mulai mendekati jurang resesi.
Dan yang paling penting adalah, persaingan politik pada pemilu 2024. Jokowi mengingatkan soal politik identitas yang lekat dengan persaingan politik demi kemenangan suatu kelompok.
"Saya ingatkan, jangan ada lagi politik identitas. Jangan ada lagi politisasi agama. Jangan ada lagi polarisasi sosial" kata Jokowi.
Untuk topik politik identitas, sudah saya jelaskan di artikel sebelumnya.
Lalu, apa kaitannya dengan SBY?
SBY pada saat yang sama, juga direncanakan memberikan pidato di Universitas Malaya, Malaysia. Selain itu, SBY juga menyaksikan pertandingan persahabatan tim voli Lavani di negeri jiran tersebut.
Bogor Lavani adalah tim voli milik SBY. Tim ini disebut-sebut merupakan tanda cinta SBY untuk Ani Yudhoyono yang meninggal beberapa tahun lalu. SBY sudah berada di Malaysia dari tanggal 14 Agustus dan direncanakan pulang pada tanggal 18 Agustus 2022 hari ini.
Dengan demikian, SBY dipastikan tidak hadir dalam pidato kenegaraan Presiden Jokowi dalam sidang tahunan MPR dan penyampaian nota keuangan RAPBN 2023.
Dia bersama sejumlah elite Partai Demokrat berada di Malaysia untuk memberikan pidato di Universitas Kebangsaan Malaysia. "Otw Malaysia 14 -18 Agustus, menghadiri pidato SBY di depan civitas Universitas Kebangsaan Malaysia dan Sultan Selangor," seperti yang dikatakan Andi Arief dalam akun Twitter-nya.
Sebenarnya kalau bicara tentang SBY, tak ada yang lebih baik selain dibahas oleh Mas Alif secara dia itu pakar mantan. Tapi saya juga mau ikutan.
Beberapa hari lalu ada seorang netizen yang membagikan sebuah potongan video berisi pernyataan dari SBY. Dalam video itu, SBY mengingatkan Jokowi bahwa kritik masyarakat sangat baik untuk menjaga stabilitas negara.
Tak hanya itu, SBY juga mengingatkan agar pemerintahan Jokowi tak bersikap arogan saat mendapat kritikan dari publik dan tidak membungkam rakyat yang mau menyampaikan pandangannya.
"Tetapi saya dulu negara tidak jatuh meskipun dikritik habis-habisan, cuma yang dulu mengkritik saya sekarang banyak diam,” kata SBY.
Sekarang SBY diketahui juga akan menyampaikan pidato di sebuah universitas di Malaysia, apakah tidak mau kalah dengan pidato kenegaraan Jokowi?
Begini ya, beberapa waktu lalu, saat demam Pengabdi Setan 2 melanda negeri ini, terselip sebuah informasi di mana rusun yang menjadi lokasi syuting film tersebut ternyata mangkrak di era SBY. Meski katanya tidak menggunakan APBN, tetap saja itu terjadi di era SBY dan publik semakin yakin bahwa era SBY banyak sekali proyek mangkrak. Apalagi kalau sudah bicara soal Hambalang. Sulit untuk melupakannya.
Kalau SBY masih punya niat untuk membandingkan dirinya dengan Jokowi, apalagi dalam rangka ingin mengorbitkan AHY sebagai calon pemimpin masa depan, lebih baik urungkan saja niat ini. Bikin malu. Harusnya suruh AHY saja yang berikan pidato di Malaysia.
Mau dibilang ekonomi era SBY meroket sampai 6 persen, itu tidak berpengaruh apa-apa. Publik lebih teringat dengan mangkrak dan autopilot. Di era SBY dulu, pembangunan infrastruktur kurang diutamakan, sehingga saat ini daya saing negara agak tertinggal dengan negara tetangga. Kerjanya cuma prihatin dan sedih.
Banyak kasus mega korupsi terungkap di era Jokowi meskipun kita tahu kasus itu sebagian terjadi di era siapa.
Bagaimana menurut Anda?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/jokowi-pidato-kenegaraan-sby-pun-tak-mau-kalah-XwvCPRQLTL
Akal Bulus Anies Hancurkan NKRI Lewat Penggratisan PBB
Di dalam merayakan kemerdekaan ke-77 Republik Indonesia, Presiden Joko Widodo berhasil mempersatukan perbedaan lewat dangdut di istana. Di hari yang sama, Anies Baswedan yang adalah sosok intoleran yang paling sering membodoh-bodohi rakyat Jakarta, sekali lagi merusak persatuan dan kesatuan masyarakat.
Jakarta diporakporandakan dengan luar biasa dan tidak ada yang tersisa dari kejayaan Basuki Tjahaja Purnama. Saya katakan bahwa dia menghancurkan NKRI, bukan tanpa alasan. Bagaimana penggratisan PBB bisa membuat NKRI hancur? Karena kalimat busuknya yang berbisa itu.
Anies Baswedan mengatakan bahwa tagihan tingginya pajak tanah adalah cara halus pemerintah untuk mengusir warga miskin. Kalimat busuk ini sangatlah berbisa. Karena dia sedang ingin menghancurkan citra Joko Widodo yang adalah presiden Republik Indonesia yang dipilih rakyat.
Pemerintah yang selalu mengatakan keadilan sosial dalam upacaranya, memiliki aturan tentang pajak tanah dan bangunan yang bisa diartikan kami meningkatkan pendapatan asli daerah dengan meningkatkan PBB.
Pada saat yang sama itu adalah kalimat sopan dari mengatakan kami akan mengosongkan Jakarta dari penduduk yang tak mampu bayar pajak.
Kalimat di atas adalah kalimat culas yang dikeluarkan oleh Anies Baswedan yang adalah gubernur terpilih kaum radikal yang juga merupakan maskot teroris di Indonesia. Dia ini culas dan kelihatannya kalimat ini ingin menuding Presiden dan para pengambil pajak.
Padahal kalau mau dikata, dia sendirilah yang mengubah kebijakan Ahok saat menjadi DKI 1 yang menggratiskan PBB bagi rumah dengan nominal dibawah sekian miliar. PBB juga dibayarkan rakyat ke pemerintah daerah, lewat kebijakan otonomi daerah.
Apakah Anies selama ini tidak tahu bahwa kebijakan penggratisan PBB di era Ahok, dia sendiri yang ubah jadi berbayar? Apakah selama ini Anies pula ingatan sejak kepalanya mungkin kebentur sesuatu? Dia sendiri yang mengubahnya. PBB selama era Ahok digratiskan. Apalagi khusus warga miskin, Ahok memang jagonya pemerhati.
Akan tetapi, Anies Baswedan sepertinya sengaja memberikan sebuah narasi busuk soal Presiden Joko Widodo dan kementerian ATR alias agraria dan tata ruang yang dikenal sebagai bahan pertanahan nasional. Kelihatannya Anies ingin menghancurkan politisi-politisi yang nasionalis dan yang memperjuangkan hak rakyat.
Upaya pecundang ini sangatlah culas. Saya kira, dia ini adalah sosok yang bisa membuat negara ini hancur lebur berkeping-keping. Semoga saja dengan artikel ini, para pembaca bisa dibuat lebih cerdas dan tidak tertipu dengan muslihat syirik dari gubernur DKI Jakarta.
Di akhir-akhir masa jabatannya, orang ini menjadi semakin culas dan kelihatannya sangat dendam dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ahok menggratiskan, dia yang bikin jadi bayar. Kemudian setelah itu, buzzer Tatak pun asyik meng-onta buta mengangkat Anies setinggi langit. Jangan terlalu tinggi, nanti kalau jatuh, mejret.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/akal-bulus-anies-hancurkan-nkri-lewat-penggratisan-676oNvokqG
Benarkah Insiden Bendera di Solo Terjadi Gara-Gara Gibran Lepas Masker Anggota Paspampres?
Saya dengar ada yang mengaitkan insiden saat Upacara Peringatan HUT RI ke-77 di Solo dengan semacam balasan alam semesta atas perlakuan Gibran yang bagi sebagian orang dianggap kurang pantas (kurang sopan) saat Gibran melepas masker dari muka Paspampres, pelaku pemukulan di Solo kepada warga yang berprofesi sebagai sopir truk.
Gibran pun sebenarnya sudah memberi jawaban tegas, dengan menegaskan bahwa oknum Paspampres itu sudah memukuli warganya, jadi sebenarnya jangan terlalu dipermasalahkan soal cara melepas masker itu.
Akan tetapi, mengaitkan insiden saat upacara dengan adegan melepas masker itu jelas mengada-ada atau bisa dibilang hanya mengandalkan ilmu cocoklogi, karena keduanya sangat tidak berkaitan. Kalau dibilang karma, lha karmanya karena apa? Siapa yang kena karma? Apakah petugas Paskibra atau Gibran? Kalau Gibran, masa' karena kesalahan Wali Kotanya, maka segenap anggota Paskibra jadi kena dampaknya juga? Mengada-ada sekali, kan!
Okelah kalau memang dianggap kena karma, trus bagaimana dengan pelaku yang sudah jelas melakukan tindak kekerasan kepada warga Solo tadi? Kalau dipikir lebih pantas mana dianggap menuai akibat dari perbuatannya?
Susah memang menilai satu.peristiwa pada era media sosial sekarang ini. Peristiwa yang satu bisa memunculkan banyak pendapat karena ada banyak sudut pandang. Kebenaran atas suatu peristiwa sekalipun, terkadang kini susah diyakini dan diterima karena ada pihak lain yang bermaksud mengaburkan kebenaran itu, terkadang dengan menggunakan kekuatan netizen atau khalayak.
Sudahlah. Kenapa sih tidak bisa menilai insiden gagalnya bendera berkibar saat peringatan HUT RI ke-77 sebagai insiden biasa, yang bisa saja dialami oleh petugas pengibar bendera? Justru yang menarik itu melihat respons dari petugas yang terlibat dan Gibran sebagai Inspektur Upacara sekaligus Wali Kota Surakarta.
Dalam hal ini, tindakan Gibran sudah tepat. Silakan bagi yang melewatkan, bisa membaca tulisan sebelumnya mengenai insiden bendera itu:
https://seword.com/politik/angkat-jempol-buat-reaksi-gibran-saat-momen-gagal-Bmzj0znlfR
Nah, bagi pihak yang masih meyakini kalau ada kaitan antara tindakan Gibran kepada anggota Paspampres dengan insiden pengibaran bendera itu, yaaa terserah situ. Kelak waktu juga yang akan membuktikan kok apakah dengan membela warganya yang dipukuli akan membuat penilaian masyarakat kepada Gibran akan semakin baik atau malah menurun pasca kejadian itu.
Menurut saya kok penilaian malah cenderung positif ya, karena jarang sekali sorotan media tertuju pada momen yang tepat, ketika ada seorang pemimpin daerah berani membela warganya, lalu tetap teguh pada pendirian itu, plus menunjukkan empati, dukungan, serta dorongan motivasi dalam satu momen lewat insiden pemukulan, adegan lepas masker, dan gagalnya Sang Merah Putih berkibar saat upacara. Bagaimana menurut Anda.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/benarkah-insiden-bendera-di-solo-terjadi-gara-gara-ftCHKhInnC
Klik ISTANA NEGARA 17an "Ojo dibandingke" VIRAL
Klik Jangan BACA !!!
KLIK di Amien Rais bilang "Gangguan Kejiwaan", ternyata Anaknya "Gangguan Jiwa", benarkah ??!!
Klik Kenapa Pilih Ganjar ?!!!?
Klik Masih tentang ACT dan PKS, MANULIFE hingga BUMN serta Dana CSR
Klik juga ACT & PKS, Ustadz Bechi dan Gubernur Rasa Presiden !!!
Klik juga Mahasiswa "Bela Rakyat" atau "Bela Cukong yang membacking Mahasiswa" ..??!!!
Klik ACT (Aksi Cepat Tanggap) "TERBONGKAR" , VIRAL #JanganPercayaACT
Klik juga VIRAL : Gabung PKS "HARAM" bagi GP Ansor !!!
Klik Super Hero Indonesia "Damaikan Dunia" !!!
Klik LITERASI , apa sih artinya ??
Klik Indonesia & Ukraina : Pertemuan tete-a-tete atau empat mata
Silahkan klik Warga KalSel di "Waluhi OLIGARKI Daerah" atau Oligarki Pusat ?!!!
Klik Jejak Anies dan Intoleransi yang BERBAHAYA untuk Indonesia
Klik juga : Dunia HEBOH ... !!!
Silahkan klik Benturkan Agama !!! buat Cebong dan Kampret Berkelahi dan KADRUN Berjaya !!!
Klik RIBUT
klik juga "VIRAL" Film Lady Of Heaven dan VERSI LONDON (Syi'ah London, Sunni AS, HTI London Dll)
KELEBIHAN Bayar ?? VS Korupsi ... !!!
Klik juga Saatnya Pakai Akal SEHAT, Bukan Pake Kata DUNGU !!!!!!
Klik juga 2024 saatnya seluruh warga Banua Banjar KalSel turun memberikan suara !!!
Klik juga Politisisasi Agama menghasilkan HOAX yang Terpercaya !!!
Warga Banua Banjar 2024 pengen yang Baru di parlemen KalSel !!!!
Foto-foto BEM SI (Badan Executive Mahasiswa Seluruh Indonesia) dan simpatisannya ??!!??
DAYAK VIRAL : #MaafBolehSajaProsesHukumTetapBerjalan !!!!!
Benang Merah DEMO di KalSel !!!
Silahkan klik ini juga : "Operasi
Doktrin Terorisme ukhti FPI" : Muhammad Uhaib As’ad Ketua KAMI Kal-Sel
sebut Rezim Sekarang "Tidak Berbeda" dengan Rezim ORBA ?!!!
Sebagai pelengkap klik ini juga ya : Fraksi PKS & Demokrat "Jangan Buang Badan" - DEMO : Muhammad Uhaib As’ad , Ahdiat Zairullah hingga Rocky Gerung
Info tambahan Klik juga Ade Armando Doa Kebaikan Untukmu : Cuci Otak "Anak Muda" akhirnya apapun SALAH tanpa AKHLAK
yang ini klik Saatnya PERCAYA TUHAN dan Jokowi !!! Demo 11 April 2022, MAHASISWA atau MAHASEWA ??!!!
klik juga ini Demo 11 APRIL : Ustadz Ormas Terlarang HTI di "SANJUNG" di KalSel, ini buktinya !!! Benarkah kader Ormas Terlarang HTI !!!
klik juga ini #JanganMaudiWALUHi
juga ini Foto-foto BEM SI (Badan Executive Mahasiswa Seluruh Indonesia) dan simpatisannya ??!!??
yang ini juga klik #JokowiSelaluSALAH
Jangan lupa klik ini juga Mengenal Wakil Rakyat KALSEL dan Kota Banjarmasin 2019-2024
serta klik ini 2024 : Saatnya Partai baru SUKSES di KalSel hingga Indonesia !!!
https://gusdurian.net/pernyataan-sikap-jaringan-gusdurian-mengutuk-segala-bentuk-kekerasan/
Klik juga videonya dilink dibawah ini :
BONGKAR OTAK DALANG AKSI 11 APRIL
Di bantu share agar masyarakat tidak ikut ikutan🙏🙏 Salam Indonesia Damai
Re-post by MigoBerita / Jum'at/19082022/10.46Wita/Bjm