» » » » » » » OPINI tentang KEKUASAAN , Damailah NEGERIKU, KAMU, KITA dan KALIAN karena KITA sesungguhnya BERSAUDARA...!!!

OPINI tentang KEKUASAAN , Damailah NEGERIKU, KAMU, KITA dan KALIAN karena KITA sesungguhnya BERSAUDARA...!!!

Penulis By on Kamis, 20 Desember 2018 | 1 comment

Image result for BadingsanakImage result for BadingsanakImage result for BadingsanakImage result for Badingsanak 
MigoBerita-Banjarmasin-OPINI tentang KEKUASAAN , Damailah NEGERIKU, KAMU, KITA dan KALIAN karena KITA sesungguhnya BERSAUDARA, karena kalau Tidak Bersaudara sesama Agama, sesama Bangsa, sesama Suku atau Sesama Aliran, Minimal Kita Tahu bahwa Kita Sama Sesama MANUSIA, Jadi Janganlah Bertumpah-darah, Jangan Mau diajak berkelahi sesama Anak Bangsa, akan tetapi Berbuatlah Amal Baik dan Benar bagi siapapun, Tebarkanlah Cinta Kasih Bukan Menebarkan Kebencian, Tebarkanlah Info yang VALID bukan Hasil HOAX demi Diri Sendiri atau Golongannya yang merasa paling benar dan terbaik diantara sesama manusia.
Image result for BadingsanakImage result for Badingsanak
Sumber Pic : Google Image

Habis SandiwaraUno, Terbitlah SandiwaraYudhoyono

Ibu Ani dan para kader Demokrat katanya menangis melihat baliho partainya dirusak dan diturunkan. Menurut wartawan, Pak SBY sempat menahan tangis dan tak bisa melanjutkan penjelasannya saat ditanya apa yang sedang terjadi? Sehingga terjadi perusakan terhadap atribut Demokrat.
Yang cukup ajaib dari kejadian ini adalah pelaku perusakan langsung ditangkap oleh kader Demokrat sendiri. Malam-malam. Lengkap dengan video aksi perusakan. Hahaha lihatlah betapa sebuah aksi perusakan baliho bisa terjadi begitu terencana dengan baik. Ada perusak, ada penangkap, dan ada juga yang merekam.
Seorang perusak yang tertangkap kemudian diadili. Ditanyai dan diinterogasi dengan pertanyaan yang aneh. “Orang PDI nyuruh kau?” dan si pelaku hanya menjawab “iya bang.” Kenapa tidak ditanya siapa yang menyuruh? Kenapa malah langsung bertanya dengan konten menuduh PDI?
Melihat kejadian seperti ini, entah kenapa saya jadi teringat sandiwara uno di pasar. Yang disambut dengan tulisan “pulanglah uno.” Kemudian dengan cengengesan Uno menyapa pemasang tulisan tersebut. Tidak masalah dengan semua itu. Pilihan politik boleh berbeda, tapi tetap bersaudara, itu pesannya. Tapi di dalamnya ada tuduhan serius, bahwa pemasangan tulisan pengusiran terhadap uno itu dibayar.
Hampir saja kita percaya bahwa ada orang yang membayar tulisan “pulanglah uno” itu. Tapi alam berkata lain. Ada orang netral yang tak sengaja merekam kejadian sebelum uno sampai di kertas bertuliskan “pulanglah uno.” Seorang pengamanan melarang orang untuk melepas kertas tersebut dan menjaganya sampai uno tiba di lokasi. Haha
Cerita baliho Demokrat dirusak oleh suruhan PDIP adalah sebuah cerita yang terlalu sempurna. Seperti halnya sandiwara uno. Mirip seperti cerita FTV, pemulung perempuan cantik yang tinggal di kolong jembatan, tak sengaja ditabrak oleh mobil mewah anak konglomerat. Anda bisa tebak cerita selanjutnya si perempuan pemulung tidak mati dan tidak cidera. Tapi cerita jadi fokus pada kecantikannya yang membuat anak konglomerat jatuh cinta. Terlalu sempurna. Karena di kehidupan nyata hal ini mustahil terjadi.
Yang namanya pemulung tidak ada yang cantik dan bedakan. Tidak ada pula cerita orang ketabrak mobil, hasilnya cuma pingsan. Hahaa
Begitu juga dengan perusakan baliho. Ada banyak baliho dirusak. Dari berbagai partai. Tapi yang berhasil ditangkap, divideokan aksinya, hanya dari Demokrat. Kenapa tidak sekalian saja kalian bikin FTV juga? lumayan belum ada FTV cerita partai politik. Judulnya “Partaiku gagal move on.”
Tapi ya sudah. Akhirnya kita harus maklum jika sandiwara politik, main drama demi meraih simpati, pura-pura nangis agar dikasihani, adalah sebuah langkah politik yang logis. Karena suka tidak suka, masyarkat kita masih suka melihat drama, sekalipun tidak masuk akal. Buktinya film FTV yang menceritakan pemulung perempuan cantik dan sejenisnya masih terus tayang dan diproduksi. Penontonnya masih banyak. Iklan yang tertarik dengan film FTV juga masih ada.
Nampaknya SBY paham betul soal psikologi (sebagian) masyarakat Indonesia. Yang masih mau disuguhi drama. Yang masih dapat dibohongi oleh cerita fiktif. Karena jangankan masyarakat awam yang lugu, bahkan elite-elite partai dari Gerindra, PAN, PKS dan Demokrat pun percaya bahwa telah terjadi penganiayaan, pemukulan terhadap seorang nenek-nenek bernama Ratna Sarumpaet. Andai waktu itu intelijen berhasil dikelabuhi, CCTV tak terekam lama hingga lebih dari seminggu (seperti pada umumnya). Hanya butuh satu orang yang mau mengaku bahwa dia telah memukul Ratna Sarumpaet bersama 35 orang temannya, maka masyarakat Indonesia harus percaya bahwa itu fakta dan bukan sekedar drama politik.
Beruntung intelijen kita sangat detail dalam bekerja. Sehingga skenario Surampaet digagalkan oleh beragam catatan dan rekaman CCTV yang terpaksa dipublikasikan demi memenangkan opini publik, melawan pernyataan capres, cawapres dan seluruh pimpinan koalisi partai kampret.
Saya pikir, menjelang hari H pencoblosan, jelang April 2019, akan ada lagi drama politik yang menyerang pemerintahan Jokowi dengan narasi otoriter dan dzolim. Untuk itu, saya ingin sedikit memberi masukan begini: memang benar FTV masih laku di pasaran. Tapi ini tahun 2019. Sekalipun ada efek yang berhasil dimanfaatkan, saya yakin tak akan mampu mengulang drama pemilu 2009, dimana Demokrat berhasil mendapat kenaikan 300% suara. 
Habis SandiwaraUno, Terbitlah SandiwaraYudhoyono

Menolak Lupa! Inilah Kelakuan Jahat Orang-Orang Di Sekitar Prabowo

Hanya ada dua pilihan di Pilpres 2019 nanti. Jokowi-Ma’ruf Amin, atau Prabowo-Sandi. Saya tak pernah merasa sedang mendewakan Jokowi, sayapun tak pernah merasa sedang membenci Prabowo. Semua penilaian saya pada mereka berdua didasarkan pada rekam jejak, data dan kenyataan yang ada. Toh saya sama sekali tidak mengenal mereka berdua. Ini point penting yang harus kita garisbawahi bersama.
Patokan saya mudah. Saya hanya ingin negara ini dipimpin oleh pemimpin yang lebih baik. Baik Jokowi maupun Prabowo pasti punya kekurangan dan kelebihan. Tapi siapakah yang lebih baik di antara mereka berdua jelas ada.
Lewat pengamatan berdasarkan rekam jejak, data dan fakta yang ada, tak sulit bagi saya untuk mengetahui siapakah yang lebih baik di antara Jokowi dan Prabowo. Kenapa bisa demikian??? Jawabannya mudah. Dari pengamatan yang selama ini sudah saya lakukan dengan memakai akal sehat dan hati nurani bersih tanpa dendam dan kebencian, perbedaan yang muncul antara Jokowi dan Prabowo begitu nyata. Bagaikan langit dan bumi. Bagaikan surga dan neraka. Tak sulit jadinya untuk menjatuhkan pilihan.
Sudah ada banyak artikel yang saya tulis tentang sosok Jokowi dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Artikel kali ini akan saya khususkan untuk membahas sisi hitam Prabowo plus orang-orang di dekatnya. Orang-orang di ring 1 Prabowo, begitulah istilah sehari-harinya.
Jujur, saya jadi ngeri sendiri saat mempelajari dan menuliskan artikel ini. Saya akan memulainya dari sosok Prabowo, lanjut pada beberapa tokoh di seputar Prabowo.

Prabowo Subianto
Salah satu label yang disematkan pada Prabowo adalah pelaku kejahatan HAM. Untuk itu saya menolak lupa tentang tindakan penculikan dan penghilangan aktivis mahasiswa 98 serta kejahatan HAM di Timor Timur.
Sejumlah 34 dokumen rahasia Amerika Serikat mengungkap rentetan laporan pada masa prareformasi, salah satu isinya menyebutkankan bahwa Prabowo Subianto memerintahkan Kopassus untuk menghilangkan secara paksa sejumlah aktivis 98, serta adanya perpecahan di tubuh militer.
Dokumen yang berisi berbagai jenis laporan kejadian dari Agustus 1997 sampai Mei 1999 ini dirilis ke publik oleh lembaga Arsip Keamanan Nasional (NSA).
Sebagian isinya merupakan percakapan staf Kedutaan AS di Jakarta dengan pejabat-pejabat Indonesia, serta laporan para diplomat tentang situasi Indonesia saat itu. Ada juga telegram berisi percakapan antara Asisten Menteri Luar Negeri AS, Stanley Roth, dengan Komandan Kopassus, Mayor Jenderal Prabowo Subianto.
"Penghilangan itu diperintahkan Prabowo yang mengikuti perintah dari Presiden Soeharto." Demikianlah isi dokumen tersebut.
Saat kampanye Pilpres 2014, dalam debat capres pertama yang sempat menyinggung masalah ini, Prabowo menjawab bahwa dalam rangkaian peristiwa 98 yang terjadi, dia hanya menjalankan perintah atasan. Sebuah pengakuan terucap.
"Sebagai seorang prajurit, kami melakukan tugas kami sebaik-baiknya. Itu merupakan perintah atasan saya," kata Prabowo.
Sementara itu, Maret 2014, Prabowo pernah ditolak masuk Amerika, saat hendak menghadiri wisuda anak kandungnya sendiri. Amerika memasukkan Prabowo dalam daftar hitam karena menilai Prabowo punya latar belakang pelanggaran HAM.
Semoga para pembawa Seword bisa menarik benang merahnya. Mengerikan sekali kelakuan Prabowo di masa orde baru. Bisa kita bayangkan jika Prabowo terpilih jadi Presiden Indonesia. Kira-kira apa yang akan terjadi jika ada pihak-pihak yang mengkritik Prabowo dan jajarannya??? Mengkritik saja sudah sangat beresiko lenyap tak bisa melihat hari esok, apalagi jika ada yang mencaci maki, menghina, menghujat bahkan memfitnah Prabowo seperti yang sudah dialami oleh Jokowi selama ini.
Membayangkan saja saya ngeri sendiri. Prabowo pasti akan ngamuk dengan kalapnya. Pantesan anak-anak kecil pada histeris saat berdekatan dengan Prabowo. Dari hawanya saja udah serem begitu. Hiiiyyyy……

Tommy Soeharto
Kita tentunya masih bisa mengingat kasus pembunuhan Hakim Syafiuddin Kartasasmita yang memvonis Tommy bersalah dengan hukuman 18 bulan penjara plus denda Rp 30,6 miliar kepada Tommy Soeharto, dalam kasasi kasus tukar guling tanah milik Bulog dengan PT Goro Batara Sakti. Syafiuddin tewas dalam perjalanan menuju ke kantor. Ia dibunuh empat orang mengendarai dua Yamaha RX King yang melepaskan empat tembakan ke tubuh Hakim Agung tersebut.
Untuk kasus penembakan Syafiuddin, Tommy terbukti bersalah dengan ganjaran hukuman 15 tahun penjara. Namun setelah peninjauan kembali oleh MA, ditambah remisi, Tommy akhirnya hanya mendekam selama 4 tahun di penjara.
Betapa menakutkannya Indonesia jika Prabowo yang punya rekam jejak mengerikan, didukung Tommy Suharto yang sudah menyatakan akan mati-matian memenangkan Prabowo di Pilpres 2019 nanti. Tommy sebelas duabelas mengerikannya dengan Prabowo. Bisa kita bayangkan bagaimana aparat penegak hukum akan diteror ketika menjalankan tugasnya, bila bertentangan dengan kepentingan pribadi mereka dan golongannya. Main bunuh, main tembak seperti yang sudah mereka lakukan di masa lalu. Benar-benar mimpi buruk untuk Indonesia.

Zulkifli Hasan
Menteri Kehutanan di era SBY ini sekarang menjabat sebagai Ketua MPR RI sekaligus Ketua Umum PAN, partai yang sudah mendeklarasikan diri sebagai pihak oposisi, rival Jokowi di Pilpres 2019 yang sudah kita ketahui bersama bagaimana kelakuannya. Mereka bukan pihak oposisi yang baik, yang menginginkan kemajuan Indonesia. Mereka ingin menggulingkan Jokowi dengan segala cara. Itu fakta!!!
Greenomics Indonesia (sebuah LSM pemerhati lingkungan) membeberkan data pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan kepada sejumlah kelompok bisnis tertentu, banyak dilakukan oleh Zulkifli Hasan. ZulHaslah juara pemberi izin terbanyak.
"Lebih dari 2,2 juta hektar, atau lebih dari 91 persen, atau setara lebih dari 33 kali lipat luas DKI Jakarta, izin-izin perkebunan tersebut diberikan pada periode Presiden SBY. Sedangkan, izin-izin perkebunan yang diberikan pada era Presiden Joko Widodo, seluas lebih dari 200 ribu hektar, atau di bawah 9 persen," kata Vanda Mutia Dewi, Direktur Eksekutif Greenomic Indonesia.
Bandingkan perbedaannya. Studi tersebut memperlihatkan, ZulHas memecahkan rekor sebagai menteri yang paling banyak memberikan izin-izin perkebunan kepada para pelaku bisnis tertentu, dengan luas 1,64 juta hektare, atau hampir 25 kali lipat luas DKI Jakarta. Izin-izin perkebunan yang diterbitkan oleh ZulHas tersebut setara dengan hampir 70 persen dari total luas izin perkebunan yang telah diberikan kepada para pebisnis selama periode 2004-2017.
Angka tersebut belum termasuk luas areal perkebunan sawit yang 'diputihkan' dari stempel kawasan hutan oleh ZulHas.
Sementara itu dari pihak PAN sendiri, terutama Amien Rais, tampak jelas begitu membenci Jokowi dengan dendam kesumat yang membara, seakan-akan Jokowilah yang membawa Indonesia pada kehancuran.
Mbok ya ngaca toh Pak, kelakuan besanmu sendiri seperti apa terhadap bangsa dan negara ini. Bisa kita bayangkan bersama jika seandainya Prabowo yang jadi penguasa di negara ini. Hutan Indonesia akan kembali dijual pada mafia. Hutan-hutan akan gundul yang akan berdampak longsor dimana-mana serta banyak hewan menjadi langka bahkan punah.

Keluarga Cendana
Tak bisa dipungkiri, Keluarga Cendana sejak dulu terkenal dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). PT Citra Lamtoro Gung Persada milik Mbak Tutut adalah perusahaan sapu jagad. Hampir semua bidang usaha digarap perusahaan ini, mulai konstruksi, perdagangan, pertanian sampai kerajinan tangan. Danty Indriastuti Purnamasari, putri ketiga Tutut, juga dilibatkan menjadi salah satu pemegang saham di perusahaan tersebut.
Ada juga PT Humpuss kepunyaan Tommy yang memiliki banyak anak perusahaan. Ada Humpuss Land untuk urusan bisnis properti dan konstruksi, PT Humpuss Intermoda Transportasi untuk bisnis transportasi, PT Humpuss Karbometil Selulosa untuk pengeboran minyak dan gas, PT Humpuss Aromatik untuk produksi minyak tanah dan solar, PT Humpuss Pengolahan Minyak untuk kilang minyak, dan PT Humpuss Petragas untuk eksplorasi minyak. Harjojudanto, anak kedua Soeharto juga memiliki saham di PT Humpuss.
Sebagai catatan, PT Lamtoro Gung Persada dan Humpuss Grup yang berkantor di Gedung Granadi adalah aset Yayasan Supersemar yang sudah disita pengadilan.
Putri bungsu Soeharto, Siti Hutami Endang Adiningsih (Mbak Mamiek), mendirikan PT Manggala Kridha Yudha yang bergerak di bidang pertanian. Ia memiliki taman buah Mekar Sari seluas 3.000 hektare di Bogor serta beberapa perkebunan.
Fakta lainnya adalah masuknya nama Tommy dan Mamiek dalam Paradise Papers yang berisi daftar pengusaha yang diduga menyembunyikan kekayaan di negara surga pajak.
Mari kita bayangkan bersama jika orang-orang seperti ini yang kembali berkuasa di Indonesia. Tidak akan ada lagi kesempatan bagi pengusaha untuk berbisnis, karena semuanya sudah diambil keluarga dan trah Cendana bersama kroni-kroninya.
Jika kita mau peka, mari kita berbelas kasihan sedikit saja pada Jokowi yang sedang dan sudah berhadapan dengan makhluk-makhluk mengerikan seperti mereka. Tak maukah kita menyisihkan sedikit waktu kita untuk mendoakan Jokowi??? Tak maukah kita memberikan sedikit dukungan kita untuk mensupport Jokowi yang sedang berjuang memerangi KKN di negara ini???
Kemarin, saya sempat berbincang dengan seseorang yang dulunya sangat membenci Jokowi. Beliau sendiri yang mengatakan jika dia sangat membenci Jokowi. Tapi sekarang, saat dia melihat istri dan anak-anak Jokowi baik dan tidak macam-macam, beliau jadi cinta dan siap mendukung Jokowi. Hatiku berbunga-bunga serasa terbang ke sana ke mari.
Sebagai penutup, ada pertanyaan yang patut kita renungkan bersama. Relakah kita melihat Indonesia kembali lagi ke jaman orde baru, dengan potensi akan jadi lebih parah dari jaman orde baru??? Tegakah kita menyia-nyiakan pengorbanan para pejuang dan aktivis Indonesia yang sudah kehilangan nyawanya demi menyelamatkan Ibu Pertiwi??? Cuma orang egois dan berhati jahat yang tega melakukannya. #JokowiLagi
Sumber referensi:
Menolak Lupa! Inilah Kelakuan Jahat Orang-Orang Di Sekitar Prabowo

Sumber Opini : https://seword.com/politik/menolak-lupa-inilah-kelakuan-jahat-orangorang-di-sekitar-prabowo-GIlSlqJ-g

Irma Hajar Zon Soal Pantomim: Politisi Miskin Prestasi Memang Perlu Cari Panggung!

Akal sehat! Itulah yang mulai hilang dalam perpolitikan di tanah air saat ini, meskipun memang dalam politik selalu mengutamakan menang-kalah, tetapi akal sehat adalah milih kita sebagai rakyat. Biarkan mereka berlaku konyol, bukan berarti kita pun ikut konyol. Politik adalah urusan mencanangkan program dan menunjukkan prestasi, bukan saling sindir dan ejek seperti bocah SD.
Tapi kenyataannya, itulah yang diperagakan oleh oposisi sampai sekarang. Menjual isu-isu bohong dan membesar-besarkan sesuatu yang tidak ada, misalnya isu PKI dan kriminalisasi ulama. Kita yang berpikir waras, sudah pasti menyadari bahwa isu itu tidak ada buktinya sama sekali. Tetapi kenapa masih dijual, dan ternyata laku pula dibeli para pendukung oposisi? Karena satu hal saja, akal sehat yang mulai sakit.
Kita masih ingat bagaimana seorang TGB yang pernah menjadi pendukung Prabowo mengejutkan publik, dan membikin sakit hati pemilih muslim yang pro-Prabowo karena mereka mengajukan TGB sebagai capres, setelah menyatakan dukungannya kepada Jokowi. Alasannya pun cukup menusuk, yaitu akal sehat.
TGB, sebagai gubernur, melihat dan mengalami sendiri bagaimana menjadi seorang kepala daerah—dan ia termasuk yang berprestasi. Hanya pada masa Jokowi-lah pembangunan dilakukan secara merata, yang fokus pada infrastruktur, dan menunjukkan kepedulian kepada rakyat yang selama ini diabaikan, misalnya mereka yang tinggal di daerah timur.
Dalam berbisnis saja, kita paham bahwa yang paling penting adalah alat/media berbisnis itu sendiri, dalam hal ini, sama saja dengan infrastruktur. Bayangkan jika anda membuka perusahaan kue, tetapi mesin pembuat kue-nya cuma satu. Mobil pengantarnya tidak ada dan hanya mengandalkan sepeda. Bagaimana bisa perusahaan Anda maju pesat?
Untuk itu, tidak sedikit pebisnis yang berutang supaya bisa menambah dan meningkatkan kualitas alat produksi mereka, sehingga pemasukan bertambah. Apa yang dilakukan Jokowi dalam hal infrastruktur adalah hal yang wajar dan masuk akal. Karena itulah mudah masuk ke akal sehat kita. Termasuk TGB. Tetapi mereka yang gagal akalnya menyebut Jokowi akan mengahacurkan negara ini karena banyak berutang.
Seperti pengusaha tadi, kalau tidak punya uang, bagaimana bisa menambah alat/media bisnisnya? Mau ngepet? Maling? Lucu memang, kita semua paham sekali skema bisnis ini, tetapi sebagian orang rela dibutakan matanya dan akalnya hanya karena kebencian, sehingga mudah sekali diprovokasi.
Memang ketika lawan itu lemah, maka tidak mungkin mereka melawan dengan prestasi dan track record, karena itulah yang dijual adalah isu SARA dan hoax. Supaya lebih menarik, dibalutlah ia dengan drama dan seni murahan gaya Fadli Zon yang mengubah-ubah lirik lagu anak-anak. Wakil anggota DPR itu lho, tapi berpolitiknya dengan ngutak-atik lagu dan menulis lirik hoax?
Wajar jika Irma kembali “menampar” muka para seniman kesasar ini dengan kata-kata pedas. Kita tahu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon bersama sejumlah rekan politiknya, berdandan ala pantomim dalam video klip lagu 'Tangan Besi'. Karena itu, NasDem menyebut Fadli dkk berusaha terus 'mencari panggung'.
"Biasalah cuma cari panggung. Politisi yang tidak berprestasi memang harus cari panggung biar bisa terus jadi berita. Maklum miskin prestasi dan ide," kata Ketua DPP NasDem Irma Suryani Chaniago kepada wartawan, Kamis (20/12/2018).
Lagu 'Tangan Besi' itu bercerita tentang penguasa yang suka menindas dan mempersekusi. Fadli menjelaskan, makeup ala pantomim yang dipakainya itu merepresentasikan kesedihan rakyat yang menurutnya kerap diintimidasi dan diadu domba penguasa.
Irma menilai Fadli merupakan politikus yang tidak berkualitas. Ia mengungkit komentar Fadli soal penahanan Habib Bahar bin Smith karena kasus dugaan penganiayaan.
"Kalau politisi yang berkualitas pasti tahu beda mengkriminalisasi dan dikriminalisasi. Masak Bahar Smith yang dihukum karena pengaduan rakyat yang dikriminalisasi malah dilindungi dan memfitnah rakyat yang melaporkan dengan tuduhan mengkriminalisasi ulama. Kan politisi nggak cerdas itu namanya," sebut Irma.
Istilah “Tangan Besi” itu sendiri gagal logika. Di mananya yang tangan besi kalau isu PKI yang keji kepada Jokowi saja masih beredar luas dan digunakan oleh siapa pun yang tidak suka dengan Jokowi. Jika memang tangan besi, maka mereka yang menghina pemerintah akan hilang atau diculik dari tempatnya. Persis yang dilakukan Soeharto dan Prabowo pada masa Orba.
Di mana akal sehat, jika ia bersekutu dengan Prabowo dan keluarga Cendana yang jelas-jelas ada rekam jejak sebagai pemimpin yang otoriter, tetapi menuduh Jokowi sebagai “tangan besi”. Bahkan Jokowi pernah memaafkan orang yang menghinanya melalui gambar-gambar yang diedit dengan tidak pantas. Kalau tangan besi, apa mungkin hal itu terjadi?
#JokowiTerbaik
#JokowiLagi
Sumber:
Irma Hajar Zon Soal Pantomim: Politisi Miskin Prestasi Memang Perlu Cari Panggung!

Dari Lembar HP Sampai Tinju Meja, Demi Jadi Presiden

Tulisan salah satu mantan penasihat PA 212 Usamah Hisyam beredar viral di media sosial. Tulisan itu membongkar tabiat diktatornya Prabowo Subianto.
Tulisan dengan judul 'Prabowo Marah Meninju Meja, Para Ulama Terperangah' itu bercerita bahwa Prabowo meninju meja sampai lima kali dalam rapat forum Dewan Penasihat PA 212 untuk menentukan calon Presiden.
Saat itu diadakan rapat untuk memilih calon Presiden yang benar-benar kaffah sebagai muslim. Prabowo marah besar karena kadar keislamannya diragukan seolah-olah dia kurang kaffah sebagai muslim.
Prabowo tidak terima kalau orang lain yang benar-benar kaffah sebagai muslim didukung jadi calon Presiden. Prabowo pun ngamuk-ngamuk karena adanya kecurigaan dalam tim PA 212 itu terkait kadar keislamannya.
Ngamuknya Prabowo itu terjadi setelah selesai istrahat rapat pada pukul 19.30 WIB. Seluruh Penasihat PA 212 kembali ke ruang rapat.
Tak lama kemudian, Prabowo Subianto masuk ke ruang rapat, menyusul sejumlah Sekjen Partai seperti Ahmad Muzani (Gerindra), Eddy Soeparno (PAN), dan Afriansyah Ferry Noor (PBB).
Sesaat setelah Amien Rais memulai rapat, Amien Rais mempersilahkan Prabowo Subianto untuk berbicara apa yang akan dia perjuangkan jika didukung PA 212. Namun reaksi Prabowo justru di luar dugaan.
Prabowo bicara kencang dengan nada suara yang tinggi. Prabowo marah karena mereka kelihatannya yang meragukan kualitas keislamannya, ibadahnya, kemampuannya mengaji dan menjadi imam shalat.
Yang sangat mengejutkan, Prabowo berbicara dengan suara yang meninggi dan meninju keras meja rapat di depannya, sampai lima kali tinju.
Para ulama dan tokoh-tokoh lainnya yang hadir pada saat itu terperanjat dan terkaget-kaget. Suasana pun berubah menjadi tegang.
Akibat Prabowo ngamuk, pertemuan PA 212 saat itu akhirnya menjadi legitimasi bahwa PA 212 secara resmi merekomendasikan Prabowo Subianto menjadi capres.
Tidak ada musyawarah, tidak ada voting, dan Ijtima Ulama 1 itu berlangsung dengan nama tunggal Prabowo sebagai calon Presiden.
Orang seperti Prabowo ini kalau malaikat tolak setan tarik lalu benar-benar jadi Presiden RI, bisa sangat bahaya. Apapun kemauannya harus dituruti. Kalau tidak nurut, siap-siap saja kena gampar dan jadi sasaran amukannya.
Rapat Kabinet para Menteri pun akan menjadi momen yang sangat menakutkan bagi para Menterinya karena takut jadi sasaran amukannya Probaowo Subianto.
Pada pilpres 2009 juga dia pernah lempar HP ke para petinggi PPP hanya lantaran PPP menarik dukungan ke Gerindra. Di kalangan internal Partai Gerindra, sikap galak Prabowo jika jengkel atau marah juga hal biasa
Salah satu bentuk kemarahannya yang selama ini menjadi rahasia orang dalam Gerindra adalah kebiasaanya melempar handphone jika berang.
Handphone yang dipegangnya bisa dibanting di atas meja, bisa juga dilempar ke orang yang dimarahinya.
Prabowo Subianto pernah lempar HP ke para petinggi PPP saat mereka menarik dukungan terhadapnya pada Pemilu 2009 yang silam.
Saat itu para petinggi PPP yang menemuinya yaitu Suryadharma Ali, Suharso Monoarfa, Hasrul Azwar, dan Joko Purwanto menemuinya. Maksud kedatangan mereka untuk mengutarakan niat PPP yang akan menarik dukungan dari Gerindra.
Namun nasib sial menimpa mereka. Prabowo Subianto ngamuk, lalu mengambil HP-nya di atas meja. Sambil marah-marah, Prabowo lempar HP-nya itu ke mereka saat itu bisa mengelak dari lemparan HPnya Prabowo. Kalau tidak, benjutnya bisa sebesar bakpao.
Bukan hanya itu saja Prabowo juga pernah ngamuk dan marah besar saat parpol-parpol yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih yang mantap surantap itu akhirnya menyeberang mendukung Jokowi.
Mereka dengan legowo menerima Keputusan Mahkamah Konstitusi terkait sengketa Pilpres 2014, sekaligus mengukuhkan kemenangan Jokowi-JK. Tak ayal lagi, Prabowo pun bete tingkat dewa dan ngamuk-ngamuk.
"Kalian berkhianat? Dapat apa kalian dari Jokowi?" katanya dengan suara tinggi. Semua menyaksikan kemarahan Prabowo di lantai 26 Hotel Grand Hyatt Jakarta pada hari Kamis, tanggal 21 Agustus 2014 yang lalu.
Prabowo kemudian ngeloyor pergi meninggalkan ruangan sambil ngedumel dan kembali seraya tetap bersungut-sungut menolak keputusan Mahkamah Konstitusi. Suasana saat itu sangat tegang. Hal itu diakui Akbar Tandjung.
Saya juga melihat dengan mata kepala sendiri galaknya Prabowo saat deat capres paa pilpres 2014 yang lalu. Suaranya meledak-ledak, dikit-dikit curigaan dengan pertanyaan-pertanyaan dari kubu Jokowi-JK seolah-olah mau menjebaknya.
Dan yang lebih kentara lagi temperamen sumbu pendeknya yaitu melihatnya muring-muring dan mencak-mencak tidak karuan saat disinggung Jusuf Kalla soal penuntasan HAM di masa lalu.
Bagaimana mau memimpin negara ini kalau punya temperamen sumbu pendek begitu? Salah sedikit habislah para Menterinya. Salah sedikit dengan negara lain, bisa-bisa berujung perang. Yang modar ya kita-kita ini juga.
Tentu saja NKRI akan bubar jika dipimpin oleh kepala negara yang temperamennya sumbu pendek dan tukang mengamuk membabi buta.
Contoh nyatanya negara kita pernah hampir bubar dipimpin oleh kepala negara sumbu pendek, yaitu the smilling murder Presiden Soeharto itu. Sekali batuk saja sudah bikin para Menterinya gemetar dingin.
Makanya saya bilang jangan mimpi bagi kaum sumbu pendek bisa jadi Presiden NKRI, apalagi tukang lempar HP dan tukang tinju meja . Mana mau rakyat punya Presiden cepat ngamukan begitu. Amit-amit.
Dari Lembar HP Sampai Tinju Meja, Demi Jadi Presiden
Sumber Opini : https://seword.com/politik/dari-lembar-hp-sampai-tinju-meja-demi-jadi-presiden-jrBHMeZMu

Kena Lu!!! Mengacau, Eggi Sudjana Diusir Dari Mubes Pers

”Eggi Sudjana Pengacau! Eggi Sudjana Pengacau! Pengacau acara Eggi Sudjana, suruh keluar. Suruh kluar Eggi. Eggi Sudjana kluar! Kita independent di sini. Ini bukan panggung politik. Ini panggung kita pers.”
 Sumber Youtube : https://youtu.be/YzB-1XQ8FR4

Demikianlah seruan salah satu peserta Musyawarah Besar Pers Indonesia (Mubes Pers) di TMII, 18 Desember 2018, menanggapi orasi Eggi Sudjana yang memprovokasi dengan seruan ganti presiden.
Dalam video tersebut suasana terlihat gaduh tak kondusif. Acara kemudian bisa kondusif setelah Eggi dievakuasi dari tempat acara. Wartawan senior dan panitia dengan sigap mengondusifkan acara.
Tetapi Eggi membantah diusir dari acara tersebut. Dia mengaku menghentikan sendiri ceramanya dan meninggalkan tempat tersebut.
*"Nggak lah nggak diusir. Diusir kan kalau sayanya nggak mau pergi tapi dipaksa pergi itu namanya diusir kalau saya yang memberhentikan ceramah kemudian saya keluar bukan diusir namanya malah saya meninggalkan forum.”* (Eggy, Suara)
 Sumber Youtube : https://youtu.be/hOEYbYWT07I

Eggi adalah undangan di acara tersebut dan diberi kesempatan untuk membuka acara sebagai kata sambutan. Eggi menyampaikan bahwa pers harus bekerja secara jujur, adil dan benar. Kemudian Eggi berbicara tentang kepemimpinan dan keinginan untuk perubahan. Saat berbicara itulah peserta kemudian mengatakan keberatannya terhadap ceramah Eggi.
Namun Eggi membela diri bahwa dia harus berbicara seperti itu karena memang sesuai dengan momentum perubahan yaitu Pemilu. Dia menyatakan keinginannya untuk ganti presiden. Dia merasa dirinya bebas mengatakan keinginan ganti presiden karena peserta juga punya hak untuk tidak ganti presiden. Tetapi dia merasa lebih baik berhenti dan keluar.
*"Apa momentumnya, momentumnya adalah pemilu. Nah pemilu itu 17 April 2019 kita atau saya berharap ganti presiden. Nah baru ngomong disitu langsung diteriakin begitu. Saya minta ganti presiden nah ada peserta yang nggak setuju. Sekarang pakai logika dong dia setuju dua periode kan boleh, kok saya minta ganti presiden nggak boleh. Tapi karena saya lebih merasa dewasa karena ini masih banyak yang datang, ya, saya berhentiin saya punya ceramah, saya jalan aja, saya keluar.”* (Eggi, Suara)
Mungkin Eggi tidak sadar dia di mana. Dia memang punya hak untuk mengatakan ganti presiden. Itu adalah konstitusionalnya sebagai warga negara. Tetapi dia juga harus menghargai orang lain di hadapannya. Di hadapannya adalah orang yang independen, pers. Mereka itu bukan keberatan dengan pilihan Eggi, melainkan mereka forum itu bukan panggung politik sebagaimana dimaksudkan Eggi.
Terserah Eggi menyatakan sikap politiknya tetapi harus tetap memperhatikan situasi, tempat dan kondisinya. Mubes Pers tersebut sudah jelas bukan panggung politik. Andaikan pun pihak Jokowi berorasi politik di forum tersebut pasti akan mendapat perlakuan yang sama. Pers harus dijauhkan dari kepentingan politik. Itulah keberatan mereka.
Namun sepertinya Eggi tidak paham itu. Mungkin dia kira semua panggung adalah panggung politik. Tidak heran kalau mimbar ceramah agama pun dijadikan panggung politik. Terlalu naif dan bodoh saya kira. Sejatinya sudah baik pers masih mengundang Eggi ke Mubes mereka mengingat Prabowo mengatakan mata wartawan ditaro’ di dengkul. Beberapa kali juga Prabowo marah kepada pers. Bahkan Prabowo menuduh pers sebagai bagian dari penghancur demokrasi. Tetapi dengan berbesar hati Mubes Pers masih mengundang Eggi yang sudah jelas-jelas politisi pendukung Prabowo bahkan bagian inti dari PBN Prabowo-Sandi.
Tetapi sebenarnya agak aneh Eggi begitu nekat berorasi ganti presiden di forum pers yang sudah jelas-jelas tidak berpihak dalam politik dan bukan forum politik. Andaikan misalnya di acara wawancara televisi yang sudah jelas-jelas disediakan untuk panggung politik, maka tidak salah kalau Eggi memanfaatkan kesempatan untuk orasi politik.
Ada kecurigaan saya, Eggi sengaja melakukan itu demi menarik perhatian untuk kepentingan popularitas. Karena tidak jarang kubu Prabowo memang bertingkah bodoh dan menjijikkan demi meningkatkan pemberitaan di media massa. Tempe setipis ATM, Rp100 ribu hanya dapat bawang dan cabai dan kepala pete adalah contoh-contoh kekonyolan yang dilakukan capresnya.
Hanya saja kalau itu memang ditujukan untuk meningkatkan popularitas dan demi pemberitaan, maka itu adalah strategi terbodoh yang pernah saya lihat. Sudah sangat jelas narasi yang terbangun adalah narasi negatif seperti Eggi pengacau, Eggi diusir, Eggi ditolak pers, yang semakin menambah daftar buruk kubu mereka sendiri.
Kalau bukan untuk kepentingan popularitas, ya berarti Eggi memang benar-benar bodoh saja. dia tidak tahu tempat di mana dia harus berbicara politik. Seolah-olah semua panggung adalah panggung politik. Ya sudah makan tuh pengusiran.
Kena Lu!!! Mengacau, Eggi Sudjana Diusir Dari Mubes Pers
Sumber Opini : https://seword.com/politik/kena-lu-mengacau-eggi-sudjana-diusir-dari-mubes-pers-_HMchRxmc

Ketika yang Lain Hanya Prihatin, Yusril Lakukan Hal Nyata Terkait Muslim di China.

Assalamualaikum.
Salam merdeka 100%
Foto artikel tersebut adalah foto salah seorang Guru Bantu Provinsi Riau saat kunjungan Prof Yusril ke Pekanbaru Riau beberapa hari lalu. Dalam artikel kali ini saya masih akan bercerita tentang sosok idola saya Prof. Yusril Ihza Mahendra. Ketika beberapa tokoh nasional mengutuk pelanggaran HAM yang dilakukan Pemerintah China atas muslim Uighur di Xinjiang, pengacara pagawai Honorer ini langsung tancap gas melakukan langkah nyata.
Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra menyurati Komisaris Tinggi PBB Urusan HAM (United Nations High Commission for Human Rigths) atau UNCHR di Jenewa, Swiss. Surat itu berisi permintaan kepada UNCHR untuk menyelidiki kasus dugaan pelanggaran HAM yang dilakukan Pemerintah China atas muslim Uighur di Xinjiang.
Hal itu dinyatakan Yusril Ihza Mahendra bersama Afriansyah Noor selaku Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Partai Bulan Bintang dalam sepucuk surat yang dikirimkan kepada Ketua OHCHR di Jenewa, Swiss, hari ini.
Surat dalam bahasa Inggris itu juga ditembuskan kepada Sekjen Organisasi Kerjasama Islam di Saudi Arabia dan Pemerintah RI di Jakarta.
Yusril mengatakan, Partai Bulan Bintang yang dipimpinnya mengutuk keras tindakan kekejaman yang dilakukan Pemerintah China yang memaksa Muslim Uighur untuk meninggalkan keyakinan agamanya dan beralih memeluk Atheisme.
Pemerintah China, menurut Yusril, wajib mematuhi Piagam PBB dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang menjamin kebebasan memeluk agama.
Ribuan Muslim Uighur kini dimasukkan kamp konsentrasi untuk diindoktrinasi faham athesime sesuai ajaran Komunis yang secara resmi dianut oleh negara itu.
Pemerintah China berdalih, kamp konsentrasi itu adalah tempat untuk melakukan “pendidikan” kepada warga negaranya yang menganut faham ekstrimisme dan separatisme. Umat Islam di Xinjiang dan suku Han yang beragama Islam, selama ini dianggap Pemerintah China sebagai kelompok ekstrimis.
Perlakuan Pemerintah China terhadap umat Islam, kata Yusril, sangat melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia. Karena itu Yusril minta OHCHR untuk segera mengirimkan tim penyelidik independen untuk mengungkapkan kepada dunia tentang adanya pelanggaran berat HAM yang dilakukan secara sistematik, terstruktur dan meluas di China. Dunia harus memberi sanksi atas pelanggaran HAM yang berat itu.
Selain meminta OHCHR, Yusril juga mendesak Oranisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk secara aktif memantau pelanggaran HAM atas umat Islam di China. Negara-negara OKI dapat mengambil langkah bersama untuk menghentikan pelanggaran HAM ini.
Yusril juga mendesak Pemerintah RI untuk mengambil inisiatif membahas pelanggaran HAM terhadap umat Islam di China ini. “Sebagai negara mayoritas Muslm terbesar di dunia, Pemerintah Indonesia dapat mengambil prakarsa mengajak negara-negara anggota OKI lainnya untuk melakukan pertemuan khusus membahas situasi di Xinjiang”.
Masih menurut Prof Yusril, Pemerintah RI secara mandiripun dapat mengambil langkah diplomatik mencegah Pemerintah China melakukan pemaksaan terhadap umat Islam di sana.
“Kepentingan China di negara kita juga cukup banyak. Karena itu, kita juga dapat memberi tekanan diplomatik kepada Pemerintah China untuk menghentikan pemaksaan terhadap umat Islam di China. Ini adalah persoalan kemanusiaan dan HAM, bukan ingin mencampuri urusan dalam negeri China”. Demikian dikemukakan Yusril kepada wartawan di Jakarta.
Kesimpulan dan Penutup.
Sebagai penduduk muslim terbesar dunia, sudah sepatutnya langkah-langkah nyata dilakukan sebagaimana apa yang dilakukan Prof. Yusril. Jika para pemangku kebijakan hanya mengutuk tanpa melakukan upaya nyata, saya yakin itu tidak akan merubah apapun di sana.
Prof. Yusril sudah melakukan upaya tersebut, seberapa besar pengaruhnya surat Prof. Yusril tersebut, saya meyakini sedikit banyak ada pengaruhnya karena beliau bukan saja tokoh hukum yang diandalkan di dalam negeri tetapi sudah cukup berbuat untuk hukum secara global.
Maka dari itu, sebagai aktivis kemanusian khususnya pegawai honorer maka tak berlebihan kalau saya ingin sekali mengatakan bahwa Yusril telah nyata
#BelaIslam
#BelaNKRI
#BelaRakyat
#BelaHonorer
Tak berlebihan saya katakan demikian, karena sepanjang saya mengenal beliau, Yusril pribadi yang baik, tak banyak bicara tapi kerja nyata.
Salam merdeka 100%
Yolis Syalala
Yolis Suhadi, SH
ketua Advokasi Hukum Front Pembela Honorer Indonesia (FPHI)
Ketika yang Lain Hanya Prihatin, Yusril Lakukan Hal Nyata Terkait Muslim di China.

Soal Gertak Tiongkok, Beda Jokowi, Beda Duterte

Kalau Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyikapi masalah Tiongkok yang merebut Laut Cina Selatan dari teritorial Filipina dengan emosi, mencak-mencak, dan maki-maki Tiongkok, maka Presiden kita pak Jokowi hanya pakai cara yang lebih halus namun sangat nyelekit.
Dengan cara simbolis Presiden Jokowi pernah bawa kapal perang ke Natuna karena Tiongkok mengklaim bahwa Natuna masuk dalam garis Laut Cina Selatan.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte adalah presiden yang emosian, bertemperamen tinggi, dan cepat tersulut amarah.
Presiden Duterte dulu langsung ngamuk dan ancam negara Tiongkok, ’talk or fight!’ (musyawarah atau perang!), akan tetapi pak Jokowi tanpa banyak cingcong langsung bawa kapal perang NKRI ke Natuna.
Duterte sering ngamuk dan melontarkan kata-kata kasar kepada Tiongkok, termasuk Amerika Serikat, jika ada sesuatu yang mengganjal dan tidak berkenan di hatinya.
Duterte dulu pernah berseteru dengan Presiden Amerika Serikat saat itu, Barrack Obama, lantaran Obama mengecam prilaku sadis Duterte yanq membantai mati ribuan bandar narkoba di Filipina.
Menurut Barrack Obama tindakan Duterte adalah pelanggaran HAM berat. Tak ayal lagi Obama pun dicaci maki habis-habisan sama Duterte dan bilang jangan ikut campur urusan negaranya.
Sehingga Barrack Obama pun langsung membatalkan kunjungan kenegaraannya ke Filipina. Ya itulah sekelumit darah tingginya Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Soal Laut Cina Selatan, Presiden Jokowi juga sempat panas hati saat Natuna diklaim masuk Laut China Selatan. Tapi Presiden Jokowi tidak langsung ngamuk-ngamuk dan mencak-mencak ke Tiongkok seperti Duterte.
Pak Jokowi pakai cara yang lebih halus tapi mematikan, yaitu dengan cara bawa langsung kapal perang dengan peralatan perang yang lengkap ke Natuna.
Dengan keberadaan Presiden Jokowi dan Kapal Perang NKRI di kepulauan Natuna, sampai sekarang tidak diganggu lagi sama Tiongkok, kecuali Filipina yang masih pusing tujuh keliling dirongrong terus sama Tiongkok tiada henti karena Presidennya emosian.
Saya ingat dulu saat debat capres pada Pilpres 2014 yang lalu, dalam satu sesi soal konflik Laut Cina Selatan yang disentil Prabowo, pak Jokowi mengatakan kalau sudah berurusan dengan kedaulatan bangsa, saya akan bikin rame.
Ucapan pak Jokowi tersebut membuat Prabowo saat itu langsung terdiam. Dipikirnya pak Jokowi tidak punya nyali. Dan itu dibuktikan sendiri oleh Presiden Jokowi.
Pada tahun 2016 yang lalu, pak Jokowi langsung bawa kapal perang ke Kepulauan Natuna lantaran Tiongkok mengklaim bahwa kepulauan Natuna masuk dalam garis Laut China Selatan.
"Tadi Mbak Yenny menyampaikan, waktu ada klaim Natuna itu masuk dari bagian, garisnya Laut China Selatan. Bener. Saya juga panas. Saya bawa kapal perang, saya ke Natuna," ujar pak Jokowi.
Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Jokowi saat menghadiri deklarasi ulama Madura untuk Jokowi-Ma'ruf Amin pada hari Rabu, tanggal 19 Desember 2018.
"Saya sampaikan bahwa Natuna adalah teritorial Indonesia di atas kapal perang, waktu itu. Karena penduduk di Kabupaten Natuna itu 169 ribu jiwa, itu adalah penduduk Indonesia”.
“Masa ada yang mau mengklaim-mengklaim? Kalau ada yang mau ngajak berantem, ya kita ramai-ramai. Iya, jelas itu wilayah kita," lanjut pak Jokowi.
Tidak ada cerita Natuna adalah bagian dari garisnya Laut Cina Selatan karena kepulauan Natuna adalah wilayah kedaulatan NKRI sejak jaman nenek moyang kita dulu.
Laut Cina Selatan selama ini selalu jadi rebutan oleh Tiongkok, negara Super Power di Asia itu. Tiongkok mengklaim secara sepihak bahwa Laut Cina Selatan adalah bagian dari kedaulatan Tiongkok.
Tiongkok berpedoman pada latar belakang sejarah Cina kuno dahulu kala tentang peta wilayah kedaulatan Cina.
Menurut Tiongkok, wilayah Laut Cina Selatan ditemukan oleh leluhur mereka, yaitu Dinasti Han pada abad ke-3 sebelum Masehi dan Dinasti Yuan pada abad ke-12 Masehi.
Pengakuan itu kemudian diperkuat lagi pada jaman Dinasti Ming dan Dinasti Qing pada abad ke 13 Masehi.
Namun pengakuan Tiongkok yang sepihak itu dipatahkan oleh keputusan pengadilan Arbitrase Internasional di Den Haag, Belanda.
Pengadilan Arbitrase Internasional memutuskan bahwa tidak ada bukti yang kuat bahwa secara historis Tiongkok pernah menguasi perairan tersebut beserta sumber alamnya.
Sekalipun Pengadilan Arbitrase Internasional sudah menolak mentah-mentah klaim Tiongkok, sampai saat ini Tiongkok terus berupaya ingin menguasai perairan Laut Cina selatan
Bagaimana Tiongkok tidak mati-matian ingin menguasai kawasan Laut Cina Selatan itu, selain letaknya yang sangat strategis sebagai jalur perdagangan dunia, Laut Cina Selatan juga menyimpan kekayaan alam yang sangat melimpah ruah.
Laut Cina Selatan adalah wilayah laut dengan rute tersibuk di dunia yang dikelilingi sepuluh negara, yaitu Tiongkok, Taiwan, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei Darussalam, dan Filipina.
Selain itu perairan Laut Cina Selatan juga mencakup Teluk Siam yang dibatasi oleh Vietnam, Kamboja, Thailand dan Malaysia, serta Teluk Tonkin yang dibatasi oleh Vietnam dan Tiongkok.
Perairan Laut Cina Selatan itu dilalui jalur pelayaran perdagangan dan jalur komunikasi internasional yang menghubungkan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Lebih dari separuh perdagangan dunia berlayar melewati jalur strategis itu setiap harinya dengan omzet yang mencapai US$ 5 triliun setiap tahunnya.
Kawasan Laut Cina Selatan memiliki cadangan minyak mentah dan gas alam sebesar 17,7 miliar ton. Bagaimana Tiongkok tidak tambah kaya raya kalau kawasan tersebut dieksplorasi secara besar-besaran.
Bukan hanya itu saja, kandungan gas alam di Laut Cina Selatan juga memiliki sumber kandungan hidrokarbon sebesar 70% gas alam dengan kapasitas 20 triliun kubik per tahun.
Ini yang bikin Tiongkok berupaya mati-matian untuk mencaplok perairan Laut Cina Selatan sebagai wilayah teritorial mereka.
Presiden Jokowi tentu saja bukan hanya sekadar gertak sambal belaka dan asal bikin rame jika harus berhadapan dengan Tiongkok.
Sekalipun Tiongkok adalah negara Super Power kedua di dunia, Presiden Jokowi tentunya telah memperhitungkan segala sesuatunya dengan cermat jika pada akhirnya mau tak mau harus mengusir Tiongkok dari wilayah kedaulatan NKRI.
NKRI Harga Mati.
#JokowiLagi
Soal Gertak Tiongkok, Beda Jokowi, Beda Duterte

Setingan Emak-Emak Bayaran, Kades Pendukung Sandi Akhirnya Dijebloskan Ke Lapas!

Kasus Kades Nono alias Suhartono semakin membuka mata masyarakat betapa cara-cara berpolitik yang dilakukan pasangan Capres- Cawapres Prabowo-Sandi memang penuh dengan drama dan sandiwara.
Kasus Kades Nono alias Suhartono yang merebak di media tersebut tersebut langsung menguatkan dugaan tentang eksistensi figuritas 'emak-emak' yang biasa menjadi ikon kampanye Sandi, tak lebih hanya sekedar emak-emak bayaran?
Seperti dilansir detikNews, Kepala Desa (Kades) Sampangagung, Kecamatan Kutorejo, Suhartono akhirnya dijebloskan ke Lapas Klas IIB Mojokerto. Kades yang akrab disapa Nono ini harus menjalani hukuman penjara selama 2 bulan dan denda Rp 6 juta setelah divonis bersalah melakukan tindak pidana Pemilu.
Suhartono tiba di kantor Kejaksaan Negeri Kabupaten Mojokerto sekitar pukul 12.00 WIB. Terpidana dijemput dari rumahnya secara persuasif oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU). Penjemputan Nono juga dibantu anggota Polres Mojokerto.
Hampir satu jam Nono diminta melengkapi administrasi dan pemeriksaan kesehatan di lantai dua kantor kejaksaan. Kades berpenampilan nyentrik ini lantas digelandang ke mobil tahanan untuk dikirim ke Lapas Klas IIB Mojokerto di Jalan Taman Siswa.
Suhartono harus menjalani hukuman penjara selama 2 bulan. Hal itu sesuai dengan vonis yang dibacakan majelis hakim Pengadilan Negeri Mojokerto pada Kamis (13/12). Selain hukuman penjara, Nono juga wajib membayar denda Rp 6 juta subsider 1 bulan kurungan.
Suhartono dinyatakan bersalah oleh Majelis Hakim PN Mojokerto karena terbukti melakukan tindak pidana Pemilu dengan mendukung Cawapres Sandiaga Uno. Rudy berharap perkara yang menjerat Nono menjadi pelajaran bagi Kades lainnya di Indonesia agar menjaga netralitas selama tahapan Pemilu 2019.
"Saya berharap ini menjadi pelajaran bagi seluruh Kades supaya bersikap netral," terangnya.
Yang menarik, selama 7 hari masa persidangan yang dilakukan Pengadilan Negeri Mojokerto, cukup banyak terungkap fakta-fakta yang membuat miris tentang cara-cara yang dilakukan Nono yang harusnya bersikap netral sebagai Kades namun justru terlibat aktif menyiapkan acara penyambutan Sandiaga serta aktif pula di acara penyambutan tersebut.
Acara penyambutan Sandiaga diawali dengan rapat di rumah Kades Suhartono pada hari Jumat (19/10) yang melibatkan terdakwa, istrinya beserta Ketua Karang Taruna Desa Sampangagung Sunardi dan sejumlah warga lainnya.
Pasca rapat, Sunardi yang merupakan Ketua Karang Taruna Desa Sampangagung langsung memesan spanduk dan banner bertuliskan ucapan selamat datang dan dukungan untuk Sandiaga keesokan harinya. Dan tak sekedar memesan spanduk serta banner, musik patrol dipesan pula demi lebih meramaikan acara penyambutan Sandiaga tersebut.
Selain bersikap tidak netral, Kades Suhartono yang berpenampilan agak nyentrik ini juga melakukan money politic karena mendikte mendikte istrinya untuk mengirim pesan di grup whatsapp PKK Desa Sampangagung dengan isi pesan berupa ajakan untuk hadir di acara penyambutan Sandiaga sekaligus janji akan memberi uang saku sebesar dua puluh ribu rupiah bagi setiap ibu-ibu yang hadir.
Puncaknya, sekitar 200 massa yang digalang Kades Suhartono menghadang rombongan Sandiaga di Jalan Raya Pacet, Desa Sampangagung Pada hari Minggu (21/12) sekitar pukul empat sore, karena memang pada saat tersebut Cawapres nomor urut 2 itu akan berkampanye di wisata air panas Padusan, Pacet, Mojokerto.
Kades Suhartono turut aktif pula dalam acara penyambutan Sandi tersebut. Dengan memakai kemeja putih bertuliskan Sapa Prabowo, Kades Suhartono lantas mendekati Sandi untuk berfoto sembari mengacungkan dua jari.
Kejadian seperti tersebut di atas tak pelak lagi semakin menimbulkan prasangka, apakah emak-emak yang selama ini terus menjadi ikon kampanye Sandi, sebenarnya tak lebih hanya sekedar emak-emak bayaran? Sebab untuk menghadirkan ‘emak-emak PKK’ Desa Sampangagung dan kawan-kawannya bahkan Kades Suhartono sampai mengaku telah menghabiskan dana yang tak kurang dari dua puluh juta rupiah, yang salah satunya tentu saja dibagikan kepada ‘emak-emak’ yang datang ke acara Sandi tersebut, dengan nominal yang berbeda untuk masing-masing ‘emak-emak’ tersebut mulai dari dua puluh ribu, lima puluh ribu hingga bahkan seratus ribu rupiah per-emak.
Apa iya Sandi udah segitunya? Bahkan hanya demi seolah-olah dirinya adalah idola emak-emak sampai hati melakukan sandiwara amat tak cantik yang jelas sekali skenario buatannya itu, hingga membuat sang Kades dijebloskan ke Lapas?
Sumber gambar dan sumber berita:
Setingan Emak-Emak Bayaran, Kades Pendukung Sandi Akhirnya Dijebloskan Ke Lapas!

Sindiran Tingkat Tinggi Mahfud MD kepada Prabowo

Prabowo bikin ulah lagi. Mengatakan Indonesia akan punah kalau mereka kalah. Dan saya tidak mengerti kenapa Prabowo sampai berucap demikian. Pada kenyataannya Indonesia baik-baik saja meski pun Prabowo telah kalah tiga kali pada pilpres. Pertama kali, Prabowo kalah dalam konvensi Golkar yang mencari capres pada tahun 2004 yang mana saat itu dimenangkan oleh Wiranto yang berpasangan dengan Salahuddin Wahid.
Yang kedua, Prabowo kalah dari SBY, ketika dirinya berpasangan dengan Megawati. Saat itu Prabowo menjadi cawapresnya Mega dan kalah dari SBY yang berpasangan dengan Budiono. Kekalahan yang kedua kalinya ini membuat Prabowo semakin penasaran. Kenapa dirinya tidak terpilih.
Hubungan baik antara Prabowo dengan Megawati pun mulai merenggang tatkala Megawati lebih memilih Jokowi daripada memberikan kesempatan kepada Prabowo. Dan Prabowo pun mulai mengungkit-ungkit perjanjian Batutulis. Namun Megawati bersama PDIP tetap bersikukuh mendukung Jokowi menjadi capres dari PDIP.
Kekesalan Prabowo kepada Megawati terus merembet kepada Jokowi. Jokowi dianggap tidak bisa berbalas budi. Karena telah diusung oleh Gerindra pada pilkada DKI berpasangan dengan Ahok. Dan sekarang justru menjadi rival Prabowo pada pilpres 2014.
Kekalahan ketiga diderita Prabowo ketika dirinya yang berpasangan dengan Hatta Radjasa kalah telak dari pasangan Jokowi-JK. Padahal Prabowo sudah habis-habisan mengeluarkan dana untuk mengiklankan dirinya di semua stasiun televisi swasta saat itu. Tetapi efeknya tidak sesuai dengan harapan Prabowo. Dirinya tetap kalah dari Jokowi.
Kekalahan yang ketiga ini tetap tidak menyurutkan ambisi Prabowo untuk menjadi RI1. Dan untuk kesekian kalinya Prabowo menjadi capres. Dan pilpres kali ini akan menjadi pilpres yang paling menegangkan bagi Prabowo. Bagaimana tidak, jika tidak terpilih lagi maka gelar capres abadi akan melekat kepada dirinya seumur hidup. Untuk itu, Prabowo menggunakan segala cara untuk memenangkan pilpres kali ini.
Meski pun Prabowo telah tiga kali kalah dalam pilpres. Dan sampai saat ini, Indonesia tidak punah-punah juga. Jadi, anggapan bahwa Indonesia akan punah jika Prabowo tidak terpilih itu hanya ancaman kosong dari Prabowo.
Jika pada tahun-tahun sebelumnya Prabowo gagal menggunakan hoaks untuk menjatuhkan Jokowi. Meski pun pada kali ini Prabowo tetap menggunakan hoaks untuk menyerang Jokowi, Prabowo kali ini juga menerapkan strategi yang digunakan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Trump yang semula tidak diunggulkan itu akhirnya dapat mengalahkan Hillary dalam pilpres Amerika Serikat. Gaya Trump yang mengancam pers. Dengan menakut-nakuti rakyat Amerika. Dan akhirnya memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat, membuat Prabowo mencoba melakukan strategi yang digunakan oleh Trump. Siapa tahu dengan menggunakan strategi menakut-nakuti rakyat Prabowo akan memenangkan pilpres kali ini. Itulah harapan dari Prabowo.
Negara Indonesia akan bubar pada tahun 2030. Jika Prabowo tidak terpilih Indonesia akan punah. Dan berbagai ancaman yang menakutkan selalu didengungkan oleh Prabowo. Seakan-akan tanpa Prabowo Indonesia tidak dapat berbuat apa-apa. Padahal kenyataannya Indonesia bertambah maju di bawah kendali Jokowi. Negara-negara lain yang ingin mempermainkan kedaulatan Indonesia justru tidak berkutik di bawah pimpinan Jokowi.
Saya tidak yakin, kalau di bawah kepemimpinan Prabowo Indonesia bisa semaju ini. Untuk Freeport saja Jokowi bisa ambil alih, Prabowo malah mengatakan Indonesia harus tunduk kepada kedaulatan Amerika. Ketika semua orang mengancam pemindahan kedutaan Australia untuk Israel ke Yerusalem, Prabowo malah mengatakan kita tidak bisa mengintervensi kedaulatan Australia. Piye tho?
Untuk masalah Indonesia yang akan punah kalau Prabowo tidak terpilih. Prof. Mahfud MD pun menyindir telak Prabowo dengan menganalogikannya dalam kasus Mourinho, pelatih MU yang dipecat karena MU kalah dari Liverpool.
‘Sy baru dengar berita itu, seharian sy ngajar di Undip. Sy akan cek dulu. Tp kalau Mou memang melanggar hukum sepakbola ya tak apa2 dicopot. Kabar sementara, dia dicopot krn bilang "kalau MU kalah lawan Liverpool maka MU akan punah". Ternyata MU kalah, maka dia yg dipunahkan. ‘
Telak sekali sindiran dari Mahfud MD ini. Mengibaratkan MU akan punah kalau kalah dari Liverpool seperti kata pelatih MU yang besar omong itu, begitu juga dengan Prabowo yang mengatakan Indonesia akan punah kalau Prabowo kalah dari Jokowi. Padahal sebenarnya bukan MU atau Indonesia yang akan punah, tetapi justru yang mengucapkan kalimat tersebut yang akan punah. Mourinho dipecat dari MU karena MU kalah dari Liverpool. Sedangkan Prabowo akan punah hilang dari perpolitikan Indonesia kalau kalah dari Jokowi.
Sindiran Tingkat Tinggi Mahfud MD kepada Prabowo
Sumber Opini : https://seword.com/politik/sindiran-tingkat-tinggi-mahfud-md-kepada-prabowo-OcsvGkKBz

Menag: Dari Habaib, Lahir Guru dan Mubaligh Indonesia

Islamindonesia.id – Menag: Dari Habaib, Lahir Guru dan Mubaligh Indonesia
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengapresiasi peran para sayyid dan habaib yang berasal dari Hadramaut, Yaman Selatan, dalam penyebaran Islam di Indonesia dimulai pada abad ke 17. Menurutnya, banyak guru dan muballigh Indonesia yang lahir dari hasil didikan mereka, sebagaimana dilansir dari website kemenag.
“Habib” (jamak: Habaib) yang yang secara tekstual berarti “kekasih” adalah gelar kehormatan yang ditujukan kepada para keturunan Nabi Muhammad SAW yang tinggal di daerah Lembah Hadhramaut, Yaman; Asia Tenggara; dan Pesisir Swahili, Afrika Timur. Lebih spesifik lagi, definisi “keturunan” ini mesti dari keturunan Husein, yakni putra Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra (putri Nabi Muhammad SAW).
Secara pemaknaan, Quraish Shihab memberikan penjelasan yang lebih detail mengenai Habib, “Habib itu orang yang mengasihi dan dikasihi. Jadi kalau ‘mengasihi’ dalam bahasa Arab itu artinya ‘muhib’. Kalau ‘yang dikasihi’ itu ‘mahbub’. Kalau ‘habib’, bisa berarti subjek bisa berarti objek. Jadi, ‘habib’ tidak boleh bertepuk sebelah tangan, hanya mau dicintai tapi tidak mencintai orang,” ujar Quraish Shihab, sebagaimana dilansir dari tirto.
Sejarah mencatat, keberadaan para Habib di Indonesia sudah berlangsung lama sejak sebelum kemerdekaan. Dilansir dari ganaislamika.com, para habib sudah datang ke Nusantara dari sejak abad ke-14. Kemudian perkembangan dakwah mereka mencapai puncaknya pada abad ke-15 hingga abad ke-17.
Menag mencontohkan kiprah Habib Ali bin Husin Alatas. Beliau dikenal sebagai, seorang guru yang tawadhu’ dan sederhana. Habib Ali berhasil melahirkan murid-murid yang menjadi ulama besar seperti KH Abdullah Sjafi’ie, pimpinan majelis taklim Ash Syafi’iyah, yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Universitas Islam As- Syafi’iyyah.
Murid lainnya adalah Kyai Haji Tohir Rohili, pimpinan majelis taklim At Tahiriyah, yang mendirikan Yayasan At Tahiriyyah. Termasuk juga KH Syafi’i Hadzami, dan puluhan ulama lainnya.
“Intinya, dari para Habaib inilah, lahir guru dan mubaligh di seluruh wilayah di Indonesia,” terang Menag saat memberikan sambutan pada Peringatan 90 Tahun berdirinya Rabithah Alawiyah di Jakarta, Minggu (16/12).
Baca juga:
Hadir dalam kesempatan ini,  Ketua Umum Rabithah Alawiyah Habib Zen Umar Smith beserta jajarannya, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, serta Gubernur DKI jakarta Anies Baswedan dan para habaib.
Umat Islam Indonesia juga mengenal Habib Ali bin Abdurrahman. Majelis Taklim Kwitang yang dibinanya bahkan dapat bertahan selama lebih dari satu abad, hingga sekarang.
Habib Ali, atau lebih dikenal dengan Habib Kwitang ini, tidak pernah mengajarkan ideologi kebencian, politik adu domba, iri, dengki, ghibah, fitnah, dan namimah. Menurut Menag,  Habib Ali mengembangkan tradisi kakek-kakeknya dari keluarga Ahlul Bait yang intinya menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, menghormati hak-hak setiap manusia tanpa membedakan manusia atas latar belakang status sosial mereka.
(ki-ka) Habib Muhammad bin Ali al-Habsyi, Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi, Habib Ali bin Husein al-Attas, dan Habib Hussein bin Muhammad Shihab dalam acara peringatan Maulid Nabi di kwitang tahun 1950. Photo: wikimedia
(ki-ka) Habib Muhammad bin Ali al-Habsyi, Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi, Habib Ali bin Husein al-Attas, dan Habib Hussein bin Muhammad Shihab dalam acara peringatan Maulid Nabi di kwitang tahun 1950. Photo: wikimedia

Ada juga Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi yang buku Mauludnya, Simtud Durar, dibaca setiap malam Jumat di banyak tempat di Indonesia. Begitu juga dengan Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad dengan wirid dan ratibnya yang terkenal luas.
“Habib Abdullah Alhadad juga menulis puluhan buku yang bahkan sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris yang bertema spiritual Islam,” jelas Menag.
“Saya kira tidak ada keraguan sedikit pun bahwa golongan keturunan Arab sebagai bagian dari bangsa Indonesia memiliki peran dan sumbangsih yang besar dalam membangun rumah kebangsaan Indonesia. Golongan keturunan Arab memiliki andil dalam pembentukan nasionalisme Indonesia modern dan melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kebudayaan, bahasa, dan tradisi muslim di Nusantara sebagian merupakan hasil akulturasi dengan kebudayan dan tradisi yang berasal dari golongan keturunan Arab,” tandasnya.
Menag, Dari Habaib, Lahir Guru dan Mubaligh Indonesia
PH/IslamIndonesia/Photo Fitur: Kemenag
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/berita/menag-dari-habaib-lahir-guru-dan-mubaligh-indonesia.htm

Analisis – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 1)

islamindonesia.id – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 1)
Ahmad Syafii Maarif pada 6 dan 13 November 2018 menulis artikel berseri yang diterbitkan oleh Republika. Artikel tersebut berjudul “Kiblat di Tangan Para Tiran”, yang isinya merupakan kecaman terhadap rezim Arab Saudi. Sebenarnya, cukup banyak penulis lainnya yang juga pernah menulis tentang keburukan rezim Saudi, namun lain halnya apabila Buya –sapaan akrab Ahmad Syafii Maarif—yang menuliskannya, bagaimanapun beliau adalah mantan Ketua Umum Muhammadiyah, salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia. Bahkan saat ini, di usia senjanya, Buya bagi Indonesia sudah dianggap sebagai Bapak Bangsa. Maka sebuah kritikan keras dari seorang Bapak Bangsa bagi rezim Saudi dampaknya akan sangat mengena terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.
Tulisan ini akan mengulas artikel Buya dengan tujuan agar pemikirannya dapat dielaborasi lebih dalam, dan dengan harapan  itu dapat tersampaikan secara lebih luas ke masyarakat Indonesia.
Dalam artikelnya, Buya membahas tiga aktor utama, yaitu (1) Rezim Saudi, (2) Ulama Wahhabi, dan (3) Amerika Serikat. Inti dari artikel yang disampaikan Buya, menurut penulis, adalah rasa prihatin beliau ketika dua kota tersuci umat Muslim dikuasai oleh Rezim Saudi yang zalim. Bahkan tidak segan-segan Buya menyebut Rezim Saudi sebagai “tiran”, yang diartikan sebagai “penguasa zalim, penindas, atau jahat,” atau “seseorang yang menggunakan kekuasaannya secara sewenang-wenang atau secara jahat.”
Tidak hanya sampai di sana, label negatif lainnya pun beliau sematkan kepada Rezim Saudi (meskipun beberapa beliau kutip dari penulis lainnya), seperti keji, biadab, palsu (berkedok kemuliaan), brutal, tidak dapat dipercaya, korup, anti-demokrasi, feodal, dan penghambat kemajuan. Kekhawatiran Buya terhadap dikuasainya Mekkah oleh rezim tiran beliau ungkapkan dalam sebuah pernyataan, “Ini masalah sangat besar karena menyangkut kelakuan penguasa dengan segala atribut mulia yang menempel pada dirinya. Umat Muslimin sedunia wajib memahami semuanya ini dengan sikap sangat awas, tidak boleh tiarap. Ini nasib kiblat mereka yang dikunjungi jutaan orang sepanjang waktu.”
Abdulaziz bin Saud, pendiri Arab Saudi. Foto: riyadhvision
Abdulaziz bin Saud, pendiri Arab Saudi. Foto: riyadhvision

Beliau juga membayangkan sikap Nabi Muhmmad SAW apabila masih hidup, “Saya tidak tahu bagaimana sikap Nabi Muhammad SAW menyaksikan perubahan yang dahsyat seperti ini pada saat agama akhir zaman ini semakin sunyi dari roh kenabian. Proses pembaratan besar-besaran begitu nyata sedang digulirkan dan digalakkan di sana (Mekkah dan Madinah). Saya khawatir hati penguasanya telah lama membeku dan membisu terhadap kebenaran, sedangkan ulamanya tidak paham peta.”

Penjaga Kota Suci Islam
Bagi kalangan awam, akan cukup untuk sulit untuk menghubungkan keterkaitan antara Keluarga Saudi, Ulama Wahhabi, dan Amerika Serikat (akan dibahas pada sambungan artikel ini). Pasalnya itu melibatkan sejarah yang amat panjang, dan mesti banyak membaca untuk dapat memahaminya. Jangankan untuk sampai ke sana, keluarga kerajaan Arab Saudi untuk dikatakan zalim saja niscaya banyak yang akan menolaknya, dan sampai tahap tertentu bahkan sampai berujung kepada kemarahan dan merasa terhina. Lebih jauh lagi, itu juga dapat disebut-sebut sebagai penghinaan terhadap agama Islam. Bagaimana mungkin penjaga dua kota suci Islam merupakan orang zalim? Bagi anggapan awam, mereka mestilah orang yang alim, saleh, taat agama, suci, dan sederet label kebaikan lainnya.
Tentunya kita semua masih ingat, bagaimana Raja Salman bin Abdulaziz beserta keluarganya disambut dengan gegap gempita ketika mengunjungi Indonesia pada 2017 lalu. Di Bogor, bahkan sekolah sampai diliburkan dan murid-muridnya dikerahkan untuk menyambut Salman sambil mengibar-ngibarkan bendera Arab Saudi dan Indonesia. Narasi di media sosial massif, “Indonesia diberkahi karena kedatangan Raja Salman.” Pada intinya, segala sesuatu yang datang dari Mekkah, dianggap sesuatu yang baik, sakral, dan suci, karena dari sanalah agama Islam lahir.
Rombongan siswa sekolah dasar di Bogor menyambut kedatangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saudi, 1 Maret 2017. Foto: Vento Saudale/ Beritasatu.com
Rombongan siswa sekolah dasar di Bogor menyambut kedatangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saudi, 1 Maret 2017. Foto: Vento Saudale/ Beritasatu.com

Padahal apabila kita mau sedikit menengok ke belakang, dari abad ke abad penjaga dua kota suci Islam selalu berganti. Dan belum tentu semuanya orang baik. Bahkan dalam catatan sejarah, perebutan kota Mekkah dan Madinah, seringkali diwarnai oleh peperangan dan pertumpahan darah di antara sesama Muslim. Berganti Dinasti Islam, maka berganti pula penjaga dua kota sucinya. Dan asal tahu, Dinasti Fatimiyah yang bermadzhab Syiah, ketika berkuasa juga pernah menguasai Mekkah dan menempatkan Amir-nya untuk mengelola dan menjaga kota Mekkah. Ya, Syiah yang di Indonesia seringkali dilabeli stereotip negatif semacam sesat, menyimpang, dan lain-lain.
Belum lagi apabila kita berbicara kontroversi pasukan Yazid dari Dinasti Umayyah yang membakar dan menghancurkan Ka’bah, para budak yang mendirikan Dinasti Mamluk dan menyandera khalifah Abassiyah, Selim dari Dinasti Ustmaniyah Turki yang menaklukan dan menjarah Mekkah, dan Husein bin Ali dari Dinasti Hasyimiyah yang bersekutu dengan Inggris untuk menyingkarkan khalifah Mehmed V. Sejarah penjaga kota suci Islam sangat panjang, dan seringkali diwarnai oleh situsasi politik Dinasti yang sedang berkuasa. Bani Saud, hanyalah salah satu dari sekian banyak dan kebetulan yang terakhir dari penjaga dua kota suci Islam, dan menurut Buya Syafii, mereka jelas-jelas bukan jenis penguasa yang baik, bahkan ucapan beliau lebih keras lagi, yakni zalim!
Buya Syafii Sebut Partai Islam di Indonesia Belum Lahirkan Negarawan
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/analisis/analisis-trilogi-saudi-wahhabi-amerika-di-mata-buya-syafii-maarif-bagian-1.htm

Analisis – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 2)

islamindonesia.id – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 2)
Pada artikel sebelumnya penulis telah menyebutkan bahwa ada tiga aktor utama yang diulas dalam artikel Buya Syafii, mereka adalah (1) Rezim Saudi, (2) Ulama Wahhabi, dan (3) Amerika Serikat. Artikel kali ini akan membahas bagaimana hubungan ketiga aktor tersebut.
Buya Syafii sangat menekankan (sampai dua kali beliau menyuruh) kepada para pembaca untuk membaca artikel dari Prof DR Abdullah Mohammad Sindi (warga Saudi kelahiran Mekkah, 1944) yang menurutnya telah memberikan kritik “yang sangat mendasar, tajam, dan argumentatif” terhadap Rezim Saudi. Artikel tersebut ditulis dalam bahasa Inggris dengan judul Britain, the Rise of Wahhabism and the House of Saud, dan isinya lumayan panjang!
Penulis akan berbaik hati kepada para pembaca dengan membuat rangkuman dari artikel tersebut dan tentunya dalam bahasa Indonesia. Ini penting, karena pemikiran Buya Syafii dalam artikelnya banyak dipengaruhi oleh tulisan yang dibuat oleh Prof DR Abdullah Mohammad Sindi tersebut. Perlu dicatat, ulasan penulis nanti sepenuhnya bersumber dari artikel yang ditulis oleh Sindi. Berikut ini adalah ulasannya:

Pengantar
Wahhabisme adalah sekte resmi dan paling dominan di Arab Saudi pada hari ini. Wahhabi dan Keluarga Saud saling bergantung satu sama lain dan keduanya tidak dapat bertahan hidup tanpa kehadiran salah satunya. Wahhabi mempromosikan keterbelakangan bagi warganya sendiri dengan menolak modernisasi. Selain itu, mereka juga mengharamkan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW ketika sekte Muslim manapun yang lainnnya justru melaksanakannya.

Kelahiran Wahhabisme
Wahhabi dilahirkan di Dir’iyyah (sekarang berada di dekat Riyadh, ibu kota Arab Saudi) dari pendirinya yang bernama Muhammad bin Abdul-Wahhab (1703-92) pada pertengahan abad ke-18. Muhammad bin Abdul-Wahhab (selanjutnya disebut Ibnu Abdul-Wahhab). Dia adalah seseorang yang dididik oleh intelijen Inggris untuk menghancurkan Islam dan Kesultanan Ustmaniyah (Ottoman) dari dalam.
Dalam catatan intelijen Inggris, Abdul-Wahhab digambarkan sebagai seseorang yang sangat tidak stabil, sangat kasar, secara moral bejat, penggugup, arogan, dan abai. Meski demikian Inggris tetap mendidiknya dengan ide-ide tentang pemurnian agama Islam.  Juga ditanamkan bahwa dia adalah manusia pilihan Nabi Muhammad yang diberi tugas sebagai penyelamat agama Islam.

Negara Saudi-Wahhabi pertama: 1744-1818
Di Najd, tempat kelahirannya, Ibnu Abdul-Wahhab mulai menyebarkan ajaran pemurnian agama versi Wahhabisme. Karena dianggap ekstrem, dia diusir dari sana. Dia kemudian pindah ke Dir’iyyah. Di sana intelijen Inggris berhasil membujuk penguasa lokal setempat yang tidak terlalu penting untuk mendukung “dakwah” Ibnu Abdul-Wahhab dengan iming-iming uang, dialah yang bernama Muhammad al-Saud.
Pada tahun 1744, keduanya mengikat komitmen aliansi politik, religius, dan hubungan pernikahan (dalam sumber lain disebutkan bahwa al-Saud dinikahkan dengan putri Ibnu Abdul-Wahhab). Dengan persatuan dalam ikatan kekeluargaan ini, yang mana masih bertahan sampai hari ini, Wahhabisme sebagai gerakan agama dan politik telah lahir.
Dengan dukungan dana dan persenjataan dari Inggris, aliansi Wahhabi-Saud mulai melancarkan gerakan teror di jazirah Arab dan Damaskus untuk mendirikan negara Saudi-Wahhabi pertama. Mereka membentuk pasukan untuk memerangi apa yang mereka sebut sebagai perilaku musyrik dan bid’ah.
Pada tahun 1801 mereka secara brutal menghancurkan dan merusak makam Husein bin Ali (cucu Rasul) di Karbala. Tanpa ampun mereka membunuh 4.000 warga Karbala, dan menjarah apapun yang dapat mereka ambil. Dikatakan mereka menggunakan 4.000 unta untuk mengangkut semua harta benda hasil jarahan karena saking banyaknya.
Pada tahun 1810, Wahhabi-Saud merampok, menjarah, dan membunuh penduduk jazirah Arab termasuk di kota Mekkah dan Madinah. Di Mekkah, mereka mengusir para peziarah. Di Madinah, mereka menyerang dan menodai Masjid Nabawi, membuka kompleks makam Nabi, dan menjarah benda-benda bersejarah dan permata yang bernilai sangat tinggi untuk dijual kembali.
Perilaku mereka menimbulkan kemarahan yang amat mendalam dari masyarakat Muslim pada waktu itu, hingga akhirnya Sultan Ottoman Mahmud II mengirimkan pasukannya untuk menumpas gerombolan Wahhabi-Saud. Imam mereka pada waktu itu, Imam Abdullah al-Saud, digelandang ke Istanbul dan dieksekusi di sana. Sementara itu pengikut Wahhabi-Saud lainnya dipenjarakan di Kairo.
Gerakan Wahhabi-Saud berhasil ditumpas waktu itu, namun mereka belum benar-benar punah. Ke depan, mereka masih akan bangkit kembali.
ahmad-syafii-maarif-_120506223112-870
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/analisis/analisis-trilogi-saudi-wahhabi-amerika-di-mata-buya-syafii-maarif-bagian-2.htm

Analisis – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 3)

islamindonesia.id – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 3)
Negara Saudi-Wahhabi kedua: 1843-1891
Meskipun gerakan kekerasan dan fanatik Wahhabisme telah ditumpas pada tahun 1818, mereka segera bangkit kembali atas bantuan Inggris. Keluarga Wahhabi-Saud yang tersisa kini melihat dengan cara baru, bahwa musuh mereka yang sesungguhnya adalah orang-orang Arab dan Muslim. Sementara itu Inggris, dan Barat pada umumnya, merupakan sahabat sejati.
Pada tahun 1820 Inggris menjajah Bahrain dan mulai berpikir untuk memperluas wilayahnya di area tersebut. Keluarga Wahhabi-Saud melihat ini sebagai peluang untuk mendapatkan pertolongan dan perlindungan dari Inggris.
Pada tahun 1843, Imam Wahhabi Faisal bin Turki al-Saud melarikan diri dari penahanan di Kairo dan kembali ke kampung halamannya di Najd. Di sana Imam Faisal mulai membuka komunikasi dengan Inggris. Proses komunikasi dengan Inggris membutuhkan waktu yang cukup panjang, hingga akhirnya pada tahun 1865 Inggris mengirim Kolonel Lewis Pelly, petugas resmi Inggris untuk urusan perjanjian, ke Riyadh untuk membicarakan kemungkinan perjanjian dengan keluarga Wahhabi-Saud. Untuk membuat Pelly terkesan, Imam Faisal mengatakan bahwa pada perang selanjutnya mereka akan membunuh siapapun tanpa pandang bulu.
Pada tahun 1866 keluarga Wahhabi-Saud menandatangi perjanjian persahabatan dengan Inggris, sebuah kekuatan kolonial yang pada waktu itu sangat dibenci Muslim karena penjajahan mereka di area itu. Sebagai timbal balik atas bantuan, uang, dan persenjataan dari Inggris, Wahhabi-Saud setuju untuk berkolaborasi dengan otoritas kolonial Inggris di area tersebut.
Karena sikap mereka yang mendukung kolonialisme, keluarga Wahhabi-Saud menjadi dibenci. Orang-orang Arab dan Muslim baik di dalam maupun di luar wilayah jazirah Arab marah besar kepada mereka. Di antara mereka adalah klan al-Rashid dari Hail, Arab Tengah, yang pada tahun 1891, dengan bantuan Ottoman, memutuskan untuk menyerang dan menumpas keluarga Wahhabi-Saud di Riyadh. Bagaimanapun, beberapa di antara mereka berhasil melarikan diri, di antaranya adalah Imam Abdurrahman al-Saud dan anak lelakinya yang masih remaja, Abdulaziz. Keduanya meminta pertolongan dan perlindungan kepada Inggris di Kuwait.

Negara Saudi-Wahhabi ketiga: 1902-?
Di Kuwait, Imam Abdurahman dan putranya, Abdulaziz, menghabiskan waktunya untuk mengemis dan memohon kepada tuan mereka, Inggris, untuk diberikan uang, persenjataan, dan bantuan untuk merebut kembali Riyadh. Pada akhir tahun 1800-an, Abdurrahman yang sudah menua menyerahkan kepemimpinannya kepada Abdulaziz. Dengan demikian Abdulaziz menjadi Imam Wahhabi yang baru.
Karena strategi Inggris di Jazirah Arab pada awal abad ke-20 adalah sesegera mungkin menghancurkan kekuatan Ottoman dan sekutunya klan al-Rashid di Najd, mereka memutuskan untuk mendukung Imam Abdulaziz. Didukung oleh Inggris, pada tahun 1902 Abdulaziz berhasil merebut kembali Riyadh. Salah satu tindakan biadab yang dilakukan Abdulaziz setelah mengalahkan klan al-Rashid adalah mengusung kepala mereka di atas tombak dan menempatkannya di tengah kota, guna meneror warga setempat. Dia dan pendukung fanatik Wahhabinya juga membakar lebih dari 1.200 orang sampai mati.
Dikenal dengan sebutan Ibnu Saud oleh Barat, Imam Abdulaziz sangat disukai oleh tuannya, Inggris. Banyak pejabat dan utusan Inggris di wilayah Teluk Arab sering bertemu dan berinteraksi dengannya, dan dengan murah hati mendukungnya dengan uang, senjata, dan konsultan. Imam Abdulaziz secara bertahap mampu menaklukkan sebagian besar Jazirah Arab dengan cara yang kejam di bawah panji-panji Wahhabisme untuk menciptakan Negara Wahhabi-Saudi ketiga, yang saat ini dikenal sebagai Arab Saudi.
Imam Wahhabi Abdulaziz, atau oleh dunia Barat dikenal dengan sebutan Ibnu Saud pada tahun 1911. Foto: riyadhvision
Imam Wahhabi Abdulaziz, atau oleh dunia Barat dikenal dengan sebutan Ibnu Saud pada tahun 1911. Foto: riyadhvision

Dalam mendirikan Arab Saudi, Imam Abdulaziz dan “Tentara Allah” Wahhabi-nya melakukan pembantaian yang mengerikan, terutama di tempat suci Islam Hijaz, yang mana mereka secara brutal mengusir Keluarga Syarif yang terhormat, mereka adalah anak keturunan Nabi Muhammad SAW. Di Turabah pada Mei 1919 mereka melancarkan serangan mendadak di tengah malam kepada tentara Hijazi dan dengan kejam membantai lebih dari 6.000 orang.
Sekali lagi, pada bulan Agustus 1924, kaum fanatik Saudi-Wahabi secara biadab masuk ke rumah penduduk di kota Taif, Hijazi, mengancam mereka, dan mencuri uang mereka dengan todongan senjata. Mereka memenggal anak-anak lelaki dan lelaki tua, dan merasa terhibur oleh jeritan dan tangisan kengerian dari para wanitanya. Banyak wanita Taif lari terbirit-birit bersembunyi di dalam sumur air untuk menghindari pemerkosaan dan pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang Saudi-Wahabi yang biadab.
Kelompok primitif ini juga membunuh banyak Imam ketika mereka shalat di masjid-masjid; membakar sebagian besar bangunan di Taif hingga rata; tanpa pandang bulu membantai kebanyakan pria yang mereka temukan di jalan; dan mencuri sebanyak mungkin yang bisa diangkut. Lebih dari 400 orang yang tidak bersalah dengan cepat dibantai di Taif.
buya-syafii-maarif
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/analisis/analisis-trilogi-saudi-wahhabi-amerika-di-mata-buya-syafii-maarif-bagian-3.htm

Analisis – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 4)

islamindonesia.id – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 4)
Penaklukan Dua Kota Suci
Ketika pasukan Saudi-Wahhabi memasuki kota tersuci Islam, penduduk Mekkah yang ketakutan bersembunyi di rumah mereka, jalanan benar-benar sepi, pintu dan jendela rumah ditutup rapat-rapat. Saudi-Wahhabi secara brutal menerobos masuk ke rumah-rumah di Mekkah dan menghancurkan semua alat musik dan rekaman, gramofon, radio, rokok, pipa tembakau, gambar-gambar, dan cermin – oleh mereka pada waktu itu dianggap sebagai buatan Iblis.
Gerombolan primitif itu kemudian menggunakan rangka kayu dan pintu rumah penduduk Mekkah sebagai bahan bakar untuk memasak. Mereka juga mencambuk penduduk Mekkah yang mengenakan pakaian Barat, emas, parfum, atau sutera. Mereka juga merusak banyak kuburan, dan menghancurkan banyak pemakaman yang indah, merusak ornamen-ornamen masjid, dan kompleks suci yang telah berdiri selama berabad-abad yang mencerminkan masa lalu Islam yang mulia dan sejarah besar kota suci.
Selain itu, para penyerbu barbar itu secara biadab menghancurkan jejak-jejak peninggalan bersejarah Nabi Muhammad. Bangunan-bangunan bersejarah peninggalan Nabi dan para pengikutnya dihancurkan dengan alasan “agar tidak dijadikan tempat suci dan disembah.”
Kota suci Mekkah pada tahun 1887. Photo: Al Sayyid Abd al Ghaffar / Library of Congress
Kota suci Mekkah pada tahun 1887. Photo: Al Sayyid Abd al Ghaffar / Library of Congress

Setelah Mekkah, pasukan Wahhabi Imam Abdulaziz dengan kejam membombardir kota suci kedua, yaitu Madinah. Untuk menciptakan kengerian bagi seluruh Muslim di dunia, mereka bahkan membom dan menembaki makam Nabi Muhammad, membuatnya sangat rusak.
Pasukan fanatik Saudi-Wahhabi kemudian selama sepanjang tahun mengepung dan melumpuhkan kota pelabuhan Jeddah, mengakibatkan bencana kelaparan bagi penduduknya. Akibatnya, air minum praktis mustahil ditemukan dan penduduk miskin di Jeddah menghabiskan hari-hari mereka mencari makanan di tempat sampah. Banyak dari mereka bahkan mengambil dan memakan jagung yang tidak tercerna yang ditemukan di dalam kotoran unta. Setelah membombardir sebagian kota, para pejuang Saudi-Wahhabi akhirnya memasuki Jeddah dan segera menghancurkan saluran telepon, stasiun radio, dan tanda-tanda kehidupan modern lainnya, yang oleh mereka (pada waktu itu) dianggap tidak religius dan merupakan buatan Iblis.
Dalam rentang waktu selama 30 tahun mendirikan Arab Saudi (1902-1932), kaum fanatik Saudi-Wahhabi secara brutal telah membunuh dan melukai lebih dari 400.000 dari 4 juta orang Arab di seluruh Jazirah Arab; dan melakukan eksekusi kepada lebih dari 40.000 orang dan amputasi kepada lebih dari 350.000 orang di hadapan publik. Selain itu, teror Saudi-Wahhabi juga memaksa lebih dari satu juta penduduk Jazirah Arab melarikan diri untuk menyelamatkan hidup mereka ke bagian lain dunia Arab, dan tidak pernah kembali.
Tidak seperti masa sebelumnya ketika pasukan Dinasti Ustmaniyah (Ottoman) menumpas gerombolan ini, kali ini wilayah Arab dan Dunia Muslim sedang berada di bawah penjajahan kolonial Barat, sehingga gerombolan fanatik Saudi-Wahhabi dapat lolos dari segala hukuman. Mereka juga mendapatkan perlindungan dan keamanan di bawah kekuatan besar Inggris.
Setelah mendirikan Negara Wahhabi buatan Inggris, Imam Abdulaziz menjadi seorang diktator brutal yang mengendalikan segalanya secara pribadi. Dia menghancurkan kebebasan pers, partai politik, konstitusi, dan semua aparatur pemerintahan di Hijaz. Imam Wahhabi ini kemudian tanpa malu-malu menamai seluruh negeri dengan nama keluarganya sendiri, menyebutnya sebagai Kerajaan Arab “Saudi.”
Selain diktator, Raja Abdulaziz dikenal sebagai seseorang yang gila seks. Selain gundik-gundiknya yang tak terhitung jumlahnya, Imam Wahhabi yang “saleh” ini menikahi sampai sekitar 300 perempuan; bahkan beberapa dari mereka hanya dinikahi dalam satu malam. Sementara itu putra-putranya diperkirakan ada sampai sekitar 125 orang, dan untuk anak perempuannya, tidak ada yang tahu pasti berapa jumlahnya.
Selain itu, Imam Abdulaziz juga mendorong praktik perbudakan, dia memiliki ratusan budak yang diperkerjakan untuk dirinya dan keluarganya. Namun, untuk menghindari tekanan internasional, Wahhabisme dan Keluarga Saud akhirnya dipaksa untuk menghapuskan perbudakan pada tahun 1962. Hal memalukan lainnya yang datang dari Wahhabisme adalah ketika tahun 1969, sheikh terkemuka Wahhabi, Abdulaziz bin Baz, dengan tegas menyatakan bahwa Bumi itu datar, statis , dan Matahari berputar mengelilinginya.
krjogja
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/analisis/analisis-trilogi-saudi-wahhabi-amerika-di-mata-buya-syafii-maarif-bagian-4.htm

Analisis – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 5)

islamindonesia.id – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 5)
Pada artikel ke-5 ini, penulis masih akan melanjutkan pemaparan artikel yang dibuat oleh Dr. Abdullah Mohammad Sindi, seorang pakar politik dan hubungan internasional kelahiran Mekkah yang menurut Buya Syafii isinya sangat mendasar, tajam, dan argumentatif, dan oleh beliau disarankan dan ditekankan untuk dibaca agar kita dapat lebih memahami tentang Arab Saudi.

Arab Saudi pasca Imam Abdulaziz bin Saud
Setelah kematian Imam/Raja Abdulaziz pada tahun 1953, semua putra yang menggantikannya (Saud, Faisal, Khalid, dan Fahad) juga sama-sama menjadi diktator brutal. Mereka juga meneruskan ketergantungannya yang sangat besar kepada musuh-musuh Islam dan Arab, yakni Barat, untuk perlindungan. Dan sejak Amerika Serikat (AS) menggantikan Inggris – dalam Perang Dunia II – sebagai kekuatan yang dominan di dunia Arab, Keluarga Wahhabi-Saud tanpa malu-malu menyerahkan Arab Saudi (tanah suci Islam) kepada musuh-musuh Islam dan membuatnya menjadi koloni virtual Amerika.
Tidak seperti ayah mereka, putra-putra Abdulaziz melepaskan gelar “Imam,” dan mereka lebih suka disebut sebagai “Raja” saja. Tapi pada akhir tahun 1986, Raja Arab Saudi saat ini (artikel ini ditulis oleh Dr. Abdullah Mohammad Sindi pada Januari 2004 – pen), Fahad (seorang playboy manja di masa mudanya), melepaskan baik gelar “Imam” maupun “Raja.” Dia lebih suka mengambil gelar sebagai “penjaga dua tempat tersuci” Mekkah dan Madinah, sebuah gelar yang pada awalnya digunakan oleh Sultan Dinasti Ustmaniyah, Selim I (berkuasa pada 1512-1520).
Setelah Arab Saudi menikmati kekayaan yang sangat besar dari hasil penjualan minyak, dalam beberapa dekade terakhir Wahhabisme tidak hanya berhasil membungkam sebagian besar kritik, tetapi juga secara dramatis mereka berhasil meningkatkan citranya di seluruh dunia Muslim. Oleh karena itu, Wahhabisme kini menampilkan dirinya sebagai penggagas “gerakan reformis” yang ingin “memurnikan” kembali ajaran Islam. Bahkan, nama “Wahhabisme” sendiri dengan sengaja telah mereka tenggelamkan, dan menggantinya dengan nama-nama baru yang lebih dapat diterima seperti “Gerakan Salafi” (ajaran para pendahulu) dan “Muwahhedoon” (unitarian).
Selain itu, pendiri Wahhabi, Mohammad bin Abdul-Wahhab, dicitrakan sebagai “orang besar” yang memiliki karakter dan pengetahuan yang luar biasa, yang seorang diri telah “menyelamatkan” Islam dari “takhayul.” Dengan demikian, didukung petro-dolar, Wahhabisme dalam beberapa waktu terakhir mulai merayap keluar dari Arab Saudi ke wilayah Arab dan Muslim di sekitarnya dalam upaya sia-sia untuk menghapus stigma sebagai tren minoritas dalam Islam.
Sementara itu, Keluarga Saudi-Wahhabi gagal total dalam membela Masjid Al-Aqsa di Yerusalem dan Palestina dari pendudukan ilegal dan brutal Israel. Mereka juga secara terbuka telah melakukan pengkhianatan yang memalukan karena telah bekerjasama dengan musuh Islam dan Arab, bukan hanya karena telah menjajah tanah mereka di Afghanistan dan Irak, tetapi juga dengan mengizinkan musuh untuk menduduki tanah suci itu sendiri (pada saat Perang Teluk tahun 1990-1991, atas undangan Arab Saudi, AS menempatkan pangkalan militernya di sana-pen. Lebih lengkap tentang lokasi-lokasi pangkalan militer AS di Arab Saudi silakan lihat tautan ini: https://militarybases.com/overseas/saudi-arabia/), yang mana membuat semua upaya mereka untuk meningkatkan citra Wahhabisme menjadi tidak berharga dan sia-sia.
King Fahd Air Base, pangkalan militer Angkatan Udara AS di Dammam, Arab Saudi. Photo: militarybases.com
King Fahd Air Base, pangkalan militer Angkatan Udara AS di Dammam, Arab Saudi. Photo: militarybases.com

Bertentangan dengan propaganda media Amerika saat ini setelah serangan teroris 11 September 2001, AS malahan masih sangat mendukung Keluarga Wahhabi-Saud. Bahkan, Wahhabisme telah menuruti perintah Amerika dengan mengubah kurikulum Islam di Saudi dan mengubah makna Jihad (menjadi “perang suci”) untuk membuat senang Washington. Kenyataannya, Keluarga Saud dan para pemimpin Wahhabi sama dibencinya oleh sebagian besar Muslim sebagaimana AS itu sendiri. Serangan teroris oleh fundamentalis Muslim Saudi (beberapa di antaranya terhubung dengan al-Qaeda dan Osama Bin Laden) di dalam Arab Saudi yang bertujuan untuk mendestabilisasi Wahhabi-Saud telah benar-benar meningkat dalam 10 tahun terakhir.
Faktanya, musuh-musuh Islam dan Arab, yaitu Israel dan AS, takut dan membenci Syiah (Iran dan Hizbullah) lebih dari sekte manapun dalam Islam yang lainnya, yang mana oleh sebagian besar umat Islam dianggap sebagai suatu kehormatan bagi Syiah, tidak seperti Wahhabisme yang secara memalukan telah gagal untuk memperolehnya (kehormatan).
buya-syafii-maarif 5
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/analisis/analisis-trilogi-saudi-wahhabi-amerika-di-mata-buya-syafii-maarif-bagian-5.htm

Analisis – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 6)

islamindonesia.id – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 6)
Hadits Nabi
Dua keluarga penguasa Saudi (Keluarga Saud dalam hal politik dan Keluarga Wahhabi dalam hal agama) berasal dari wilayah Najd, Arab Tengah. Mereka sangat dibenci oleh jutaan Muslim baik di dalam maupun di luar Arab Saudi, terutama di wilayah Hijaz, di mana banyak penduduknya yang secara rahasia terus merayakan Maulid Nabi Muhammad meskipun dilarang oleh Wahhabisme. Dalam sebuah Hadits terkenal, Nabi Muhammad berkata:
Ibnu Umar berkata, “Nabi berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Terhadap Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Dan Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.’ Maka, aku mengira beliau bersabda pada kali yang ketiga, ‘Di sana terdapat kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula munculnya tanduk setan’.” (Mohammad Muhsin Khan, Sahih al-Bukhari: Arabic-English [al-Medinah al-Munauwara: Islamic University-Dar al-Fikr, n.d.], Vol. 9, p.166.)
Banyak Muslim di seluruh dunia yang benar-benar percaya bahwa “tanduk Setan” yang dimaksud oleh Nabi Muhammad pada hadits di atas tiada lain adalah dua keluarga durjana, yaitu Keluarga Saud dan Wahhabi yang reaksioner.
Juga, dalam Hadits Nabi Muhammad terkenal yang lainnya, dikatakan bahwa salah satu tanda yang mendekati akhir dunia adalah:
“Dan engkau menyaksikan orang yang tidak memakai sandal, telanjang lagi miskin yang menggembalakan domba, berlomba-lomba membuat bangunan yang tinggi.” (Sahih Muslim. Translation by Abdul Hamid Siddiqi, Vol. 1, [Lahore: Sheik Mohammad Ashraf, 1976], p. 2.)
Sekali lagi, banyak Muslim yang percaya bahwa dalam hadits kedua ini, Nabi Muhammad mengacu kepada Wahhabi-Saud. Faktanya, hanya beberapa dekade yang lalu sebelum minyak ditemukan di Arab Saudi, kedua keluarga ini memang miskin, bertelanjang kaki, dan menggembalakan kambing. Mereka tinggal di desa-desa dan oasis padang pasir Arab di bawah tenda-tenda yang terbuat dari kulit domba. Sekarang mereka telah memiliki beberapa gedung pencakar langit termegah di dunia Muslim dan menguasai kekayaan Arab Saudi yang sangat besar.

Kesimpulan
Dilihat dari catatan sejarah, sangatlah jelas, bahwa tanpa bantuan Inggris, baik Wahhabisme maupun Keluarga Saud tidak akan pernah ada. Wahhabisme adalah gerakan fundamentalisme dalam Islam yang dihembuskan oleh Inggris. Melalui pembelaannya terhadap Keluarga Saud, Amerika Serikat (AS) juga mendukung Wahhabisme secara langsung dan tidak langsung, terlepas dari serangan teroris pada 11 September 2001.
Wahhabisme berarti kekerasan, sayap kanan, ultrakonservatif, kaku, ekstremis, reaksioner, seksis, dan intoleran. Catatan sejarahnya yang berdarah-darah telah didokumentasikan dengan baik dan tidak dapat dihapus atau diabaikan oleh siapa pun. Semua perubahan tampilan Wahhabisme baru-baru ini untuk memperbaiki citranya tidak akan pernah dapat menipu orang-orang Arab dan Muslim yang berpendidikan.
Meskipun dalam beberapa tahun terakhir beberapa pemimpin Wahhabi telah mencoba “menjauhkan” diri mereka dari kebrutalan Keluarga Saud dan kebijakan-kebijakannya yang tidak Islami, dalam upaya sia-sia untuk menyelamatkan citra Wahhabisme dari kemerosotan lebih lanjut, namun sebagian besar pemimpin Wahhabi masih tetap teguh 100 % mendukung Keluarga Saud. Kenyataannya, sebagian besar pemimpin Wahhabi secara terbuka mendukung dan membela semua kebijakan domestik dan luar negeri  Keluarga Saud yang tidak populer, termasuk mengizinkan AS untuk menduduki tanah Islam dan Arab, serta untuk menghancurkan orang-orang Arab dan Muslim di Afghanistan dan Irak.
Sungguh, dua keluarga ini (Wahhabi dan Saud) tidak terpisahkan karena mereka terikat oleh garis keturunan dan pernikahan dari sejak tahun 1744. Aliansi dinamis mereka jelas diwujudkan hari ini dalam komposisi kelas penguasa Arab Saudi. Kenyataannya, persatuan di antara mereka lebih kuat dibandingkan persatuan lama antara Gereja dan Negara pada Abad Pertengahan di Eropa.
Ikatan yang erat Wahhabisme dengan dan dukungan dari Dinasti Saud, yang secara luas telah diakui menjadi salah satu kelas penguasa di dunia yang paling brutal, korup, anti-demokrasi, dan feodal, menjadikan akuannya sebagai ‘mewakili bentuk Islam yang terbaik.’ Ini telah jadi sasaran cemooh dan ejekan Muslim. Sekarang banyak orang Arab yang terdidik dan kaum Muslimin merasa bahwa Wahhabisme memberikan Islam sebuah nama yang buruk, menggambarkan sebuah belenggu reaksioner yang menghalangi orang Arab dan Muslim untuk maju. Sungguh, di kalangan sarjana-sarjana Sunni selama 250 tahun yang silam, baik yang konservatif maupun yang liberal, di seluruh dunia Muslim yang membentang dari Maroko sampai ke Indonesia, sebagaimana juga golongan Syi’ah dan Sufi, telah menolak Wahhabisme sejak kelahirannya sebagai suatu perubahan bentuk Islam yang mengerikan (khusus untuk alinea terakhir ini diterjemahkan langsung oleh Buya Syafii-pen).
buya-syafii
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/analisis/analisis-trilogi-saudi-wahhabi-amerika-di-mata-buya-syafii-maarif-bagian-6.htm

Pilpres, Ujaran Kebencian, dan Psikologi Politik Kita

Oleh: Nurrochman*
“Pengkhianat bangsa, pengkhianat negara, pengkhianat rakyat, kamu Jokowi. Kamu kalau ketemu Jokowi, kalau kamu ketemu Jokowi, kamu buka celananya itu, jangan-jangan haid Jokowi itu. Kayaknya banci itu”.
Kalimat itu meluncur dari seorang penceramah agama bernama Sayyid Bahar bin Ali bin Alawi bin Abdur Rahman bin Sumayt atau lebih populer sebagai Habib Bahar bin Smith. Seperti kita ketahui, di lingkungan masyarakat Arab-Indonesia, habib adalah gelar bagi keturunan Nabi Muhammad SAW.
Ironisnya, kalimat bernada hujatan itu justru muncul pada momen peringatan Maulid Nabi yang diadakan di daerah Batu Ceper, Tangerang, Banten. Atas ceramahnya yang vulgar tersebut, Habib Bahar dipolisikan oleh sejumlah elemen masyarakat atas tuduhan menyebarkan ujaran kebencian.
Ihwal ujaran kebencian dalam perpolitikan kita, hal itu tentu bukan fenomena baru. Maraknya ujaran kebencian di panggung politik dapat dilacak ke belakang, yakni pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014. Pilpres yang hanya diikuti dua pasang kandidat membuat persaingan dipenuhi berbagai manuver dan intrik politik. Arena kampanye lebih banyak disesaki oleh agitasi dan opini yang menjurus pada kampanye hitam (black campaign), ketimbang pertarungan wacana dan ideologi.
Kondisi serupa, bahkan lebih parah, terjadi pada momen Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2017 lalu. Pertarungan politik berbalut sentimen identitas yang berkelindan dengan arus konservatisme-populisme Islam mencatatkan Pilkada DKI sebagai pilkada paling brutal dalam sejarah demokrasi Indonesia pascareformasi.
Belakangan, tampak betul ada upaya untuk menjadikan Pilpres 2019 seperti Pilkada DKI. Hal ini dapat dilihat dari pola-pola masif dalam mereduplikasi strategi politik yang terbilang berhasil diterapkan pada Pilkada DKI, yang dengan menyerang lawan politik melalui serangkaian kampanye hitam, mulai dari berita palsu, fitnah, hingga yang paling lazim: ujaran kebencian.

Tren Global
Dilihat dalam lanskap politik global, model kampanye yang mengeksploitasi ujaran kebencian tampaknya tengah menjadi semacam tren. Kita tentu ingat kemenangan Donald Trump di Pilpres Amerika Serikat yang disokong oleh model kampanye bernuansa seksisme dan rasialisme.
Corak kampanye yang mengumbar retorika kebencian pada kalangan minoritas itu pula yang mengantarkan Jair Bolsorano sebagai pemenang dalam Pilpres Brazil pada Oktober 2018 lalu. Kemenangan Bolsorano menjadi perhatian dunia lantaran model kampanyenya yang mengumbar sentimen rasialisme dan misoginisme. Sejumlah media internasional bahkan menjulukinya sebagai Donald Trump-nya Brazil.
Fareed Zakaria, pengamat politik asal Amerika Serikat dalam sebuah kolomnya menyebut bahwa indeks demokrasi global mengalami perlambatan akibat masifnya gelombang populisme yang dimotori kelompok konservatif-kanan. Di Amerika Serikat, Eropa, dan kawasan lainnya populisme-konservatisme itu terepresentasikan jelas dalam maraknya eksploitasi ujaran kebencian dalam kontestasi politik.
Ujaran kebencian (hate speech) secara sederhana dapat dipahami sebagai sebuah tindakan menghasut orang lain untuk membenci pihak tertentu dengan mengeksploitasi sentimen identitas, baik agama, warna kulit, jenis kelamin, orientasi seksual, ideologi politik, dan variabel sejenisnya. Dalam ajang kontestasi politik, ujaran kebencian kerap dipakai pihak tertentu untuk menjatuhkan lawan politik sekaligus menarik simpati publik.
Eric Heinze dalam bukunya Hate Speech and Democratic Citizenship (2016) menyebut bahwa maraknya ujaran kebencian dalam kontestasi politik di sejumlah negara dalam satu dekade belakangan ini dilatari oleh setidaknya dua faktor.
Pertama, masih dominannya sikap prasangka buruk satu kelompok masyarakat terhadap kelompok lainnya. Prasangka buruk biasanya berawal dari kebiasaan masyarakat yang gemar mengidentifikasi suatu kelompok dengan pelabelan (stereotype) tertentu. Pelabelan negatif pada kelompok tertentu seringkali menjadi awal lahirnya ujaran kebencian yang menyasar kelompok tersebut.
Prasangka buruk yang telah menjadi semacam endemik di tengah masyarakat inilah yang kerap dimainkan oleh elite politik untuk mendulang simpati publik. Di Amerika Serikat misal, isu islamophobia dan sentimen anti-imigran yang menggejala di tengah masyarakat dikomodifikasi menjadi retorika politik oleh Trump yang merupakan kandidat dari Partai Republikan, partai yang dikenal berkarakter konservatif.
Faktor kedua adalah adanya sikap inferior lantaran merasa tersisih atau terpinggirkan dari perebutan ruang sosial. Inferioritas inilah yang tidak jarang mengerucut pada sikap merasa terancam atas eksistensi kelompok yang mendominasi ruang sosial. Dalam konteks ini, ujaran kebencian lebih merupakan bentuk dari strategi untuk mendelegitimasi kelompok yang tengah dominan di ruang sosial.
Kondisi yang demikian itu kerap terjadi dalam konteks perebutan kekuasaan politik. Pihak-pihak yang kalah dalam pertarungan politik kerap menjadikan ujaran kebencian sebagai senjata untuk melemahkan dominasi rezim yang tengah berkuasa. Biasanya, praktik ujaran kebencian itu diklaim sebagai bentuk kritisisme dan kebebasan berpendapat yang dijamin dalam sistem demokrasi.

Penegakan Hukum
Analisa Heinze tersebut relevan untuk membaca fenomena maraknya ujaran kebencian yang mewarnai panggung politik kita beberapa tahun terakhir ini. Secara sosiologis, harus diakui bahwa masyarakat Indonesia memiliki riwayat kelam ihwal sentimen perbedaan identitas, baik itu terkait SARA maupun ideologi politik. Peristiwa pembantaian anggota PKI dan simpatisannya di kurun waktu 1965-1966 serta konflik sosial yang meledak di awal era Reformasi 1998 telah menjadi semacam memori kolektif bangsa Indonesia yang sukar dihilangkan.
Bayang-bayang memori kolektif itu membuat kita hidup dalam suasana saling curiga yang rentan akan provokasi. Kondisi psikologis itulah yang belakangan ini dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk mendelegitimasi pemerintahan yang sah. Alih-alih membangun narasi politik alternatif untuk menandingi dominasi penguasa, mereka justru mengeksploitasi sentimen SARA untuk membangun ketidakpercayaan publik pada pemerintah.
Ceramah keagamaan berbalut politik kebencian seperti dilakukan Habib Bahar itu tentu berbahaya bagi kondisi psikologi politik kita. Dalam perspektif psikologi politik, setiap tindakan politik umumnya dilatari oleh karakter individu berikut situasi sosial yang melingkupinya. Ini artinya, setiap ucap dan laku para elite potensial untuk membentuk perilaku politik publik.
Ujaran kebencian dalam berbagai bentuknya merupakan bagian dari kekerasan verbal yang memiliki daya rusak yang tidak kalah masifnya dengan kekerasan fisik. Bukan tidak mungkin, masifnya ujaran kebencian itu akan mempengaruhi alam bawah sadar publik untuk bersikap intoleran-destruktif yang potensial menyulut konflik sosial.
Penegakan hukum untuk kasus ini mutlak harus dilakukan. Pernyataan Habib Bahar yang menolak meminta maaf dan lebih memilih “membusuk di penjara” kian mengkonfirmasi sikap arogannya. Apa yang dilakukannya tidak hanya merendahkan Jokowi sebagai pribadi. Lebih dari itu, ia telah menghina presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus simbol negara. Penegakan hukum bagi pelaku ujaran kebencian juga penting bagi pendidikan publik. Masyarakat harus diberi penyadaran bahwa ada garis pembeda yang jelas antara mengkritik dan menghujat. (LiputanIslam.com)
*mahasiswa S3 UIN Sunan Kalijaga, disalin dari Detik, 17 Desember 2018.

Sumber Berita : http://liputanislam.com/opini/pilpres-ujaran-kebencian-dan-psikologi-politik-kita/

Jika Kalah Indonesia Akan Punah, Wiranto Tantang Prabowo Taruhan

JAKARTA – Pidato Prabowo Subianto yang Prediksi Indonesia Punah Jika Prabowo-Sandiaga Uno Kalah di Pilpres 2019 membuat publik terhenyak.
Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Capres di Pilpres 2019 Prabowo Subianto mengungkapkan kalimat kontroversial. Dia menilai Indonesia akan punah jika pihaknya tidak dapat memenangkan Pemilu 2019. Sebab, para elite saat ini ia nilai telah gagal dalam menjalankan amanah rakyat.
Prabowo mengatakan, selama puluhan tahun para elite telah membawa Indonesia ke arah yang keliru. Oleh sebab itu, tidak heran jika Indonesia tumbuh sebagai negara yang lemah jelang Pilpres 2019.
Menkopolhukam Wiranto melalui akun Twitter-nya menanggapi pernyataan nyeleneh Prabowo. Wiranto mengatakan, “bagi saya itu sama saja dengan ancaman serius. Karena belum ada dalam sejarah modern dalam pemilihan umum yang demokratis, seorang tokoh kalah lantas negara itu bubar atau punah.” 

Lebih lanjut ia mengatakan, negara akan punah tak mungkin tiba-tiba, mesti ada gejalanya, indikasinya atau ada peningkatan eskalasi sangat serius yang mengancam eksistensi negara itu. Sebagai Menko Polhukam, saya menjamin Indonesia saat ini baik-baik saja, semua event penting nasional dapat dikawal dengan baik.
Bahkan oleh Survei Internasional, Indonesia dinobatkan sebagai negara teraman ke-9 di seluruh dunia (Sumber : Gallup Global Law and Order 2018) dan negara tujuan investasi yang paling menjanjikan No.2, setelah Philipina (Sumber : US News, 2018).
Indonesia juga dianggap sebagai negara yang kepercayaan rakyat terhadap pemerintahnya diurutan pertama (Sumber : Gallup World Poll Tahun 2017). Oleh karenanya saya harap masyarakat tidak perlu khawatir terhadap pernyataan tersebut.
Bahkan berseloroh di dpn wartawan tadi saya berani ajak taruhan bila Prabowo kalah dan Indonesia tetap utuh, maka rumah hambalang diserahkan kpd saya. Sebaliknya bila Indonesia punah maka rumah saya di bambu apus diserahkan ke Prabowo. Karena bila semua punah, buat apalagi rumah? [Sfa] 

Jokowi: RUU Pesantren Bukti Keberpihakan Pemerintah pada Pendidikan Islam

JOMBANG – Presiden RI H Joko Widodo menyebutkan, Rancangan Undang Undang (RUU) Pesantren merupakan bentuk perhatian pemerintah kepada lembaga pendidikan bersama pesantren. Karena sebagai lembaga pendidikan berbasis Islam harus terus diperhatikan.
“Tadi pagi saya dapat laporan dari menteri agama tentang RUU Pesantren agar segera terwujud. Akhir bulan ini akan segera diajukan ke DPR lagi. Ini bukti perhatian pemerintah pada pesantren yang ada di tanah air ini,” kata Jokowi saat hadir di Pesantren Bahrul Ulum, Jombang, Jawa Timur, Selasa (18/12).
Menurut Jokowi, bila rancangan undang-undang itu disetujui, maka pesantren lebih mudah dapat bantuan dari pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten. Selain itu, lembaga pendidikan yang ada di bawah pesantren juga diakui pemerintah dan santrinya bisa melanjutkan ke lembaga lain.
“Ada sekitar 28 ribuan pesantren, yang paling penting segera disahkan, sehingga APBN dan APBD bisa membantu pesantren. Dan ada pengakuan sistem pendidikan yang ada di pesantren secara konstitusi,” tambah Jokowi.
Hal-hal pokok yang diatur dan perlu masukan untuk disempurnakan dalam RUU kepesantrenan secara garis besar berkaitan dengan tiga hal. Pertama, penormaan terkait pengembangan tiga peran pesantren. Tiga peran pesantren ini di antaranya sebagai lembaga pendidikan, lembaga penyiaran agama atau dakwah, dan lembaga pemberdayaan masyarakat.
“Kedua, pengaturan mengenai pendirian pesantren yang sifatnya fleksibel dan tidak dibatasi pengakuannya hanya sebatas legal formal semata, ini karena ada lebih dari 28 ribu pesantren yang sebagian besar berbentuk salafiyah atau tradisional,” ungkapnya.
Hal terakhir yang menjadi pokok RUU adalah pengalokasian dana kepada pesantren. Pemerintah pusat dan daerah sesuai kewenangannya berkewajiban mengalokasikan pendanaan dalam penyelenggaraan pesantren dan pendidikan keagamaan.
“Para ulama dan santri punya sumbangsih yang sanngat besar dalam berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan ini, sehingga kita bisa seperti hari ini karena perjuangan pendahulu kita,” pungkasnya. [Sfa] 

Bahar bin Smith Diduga Berniat Kabur dengan Inisial Rizal

BOGOR – Polisi menetapkan Bahar bin Smith sebagai tersangka dugaan penganiayaan di Bogor, Jawa Barat. Bahar juga sudah ditahan setelah menjalani pemeriksaan, Selasa (18/12) siang.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo mengatakan terkait kasus ini, polisi sebelumnya mendapat informasi bahwa Bahar akan melarikan diri.
“Adanya informasi tersangka BS akan melarikan diri dan adanya perintah dari pimpinan tertingginya untuk diamankan,” ujar Dedi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (19/12).
Dedi melanjutkan, dari informasi tim di lapangan, Bahar juga sudah tidak menggunakan ponselnya. Bahar pun sudah menggunakan nama inisial dalam aktivitasnya.
“Informasi yang didapat tim, yang bersangkutan sudah tidak menggunakan alat komunikasi dan memakai nama inisial Rizal,” kata Dedi.
Atas informasi itu, lanjut Dedi, kepolisian dalam hal ini Polda Jawa Barat memiliki dua opsi, yakni penangkapan paksa atau pemanggilan pemeriksaan.
“Bila dalam upaya paksa tidak mungkin dilakukan, maka dapat dilakukan penegakan hukum biasa berupa pemanggilan tersangka kepada BS,” ucapnya.
Diketahui Polda Jawa Barat, Selasa (18/12) memanggil Bahar atas status tersangka dugaan penganiayaan. Selain Bahar, polisi juga menetapkan lima orang suruhan sebagai tersangka.
Usai pemeriksaan, Bahar tidak pulang ke rumah. Bahar langsung ditahan di rumah tahanan Mapolda Jabar. Sementara dua dari lima orang suruhannya, yakni AG dan BA ditahan di Mapolres Bogor. Sedangkan HA, HDI, dan SG belum ditahan.
Dugaan penganiayaan yang menjerat Bahar bin Smith terjadi di Pesantren Tajul Alawiyyin di Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Sabtu (1/12).
Kasus ini dilaporkan ke Polres Kabupaten Bogor dan tercatat dalam nomor laporan polisi LP/B/1125/XI/I/2018/JBR/Res. Bgr tertanggal 5 Desember 2018.
Dua orang berinisial MHU (17) dan ABJ (18) dikabarkan menjadi korban dalam dugaan penganiayaan ini. Keduanya diduga dianiaya lima orang suruhan Bahar.
Atas perbuatan tersebut Bahar cs dijerat dengan Pasal 170 KUHP dan atau Pasal 351 KUHP dan atau Pasal 333 KUHP dan atau Pasal 80 UU 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2002. [Sfa] 

Ma’ruf Amin: NU Harus Habis-habisan Menangkan Jokowi

SUKABUMI – Cawapres KH Ma’ruf Amin menyatakan PBNU tidak pernah meminta dan mengancam Joko Widodo dalam memilih cawapresnya di Pilpres 2019. PBNU disebut hanya menawarkan kadernya untuk menjadi cawapres mendampingi Jokowi.
Ma’ruf awalnya bercerita dirinya tidak pernah berpikir atau menyangka untuk diajak Jokowi menjadi cawapresnya. Namun dirinya langsung diumumkan sebagai pendamping capres Jokowi.
“PBNU sebenernya juga tidak pernah meminta apalagi mengancam, bahwa ada bilang PBNU ngancem pak Jokowi, tidak pernah ada,” ujar Ma’ruf Amin dalam sambutan acara sambung hati di Pondok Pesantren Al Masthuriyah, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (19/12/2018).
Acara ini dihadiri para ulama dan santri Nahdlatul Ulama (NU) serta sejumlah tokoh masyarakat. Peserta acara yang hadir dari Kota Sukabumi serta Kabupaten Cianjur.
Menurut Ma’ruf, saat itu PBNU menawarkan salah satu kadernya untuk menjadi cawapres. Seperti kader NU yakni Ketum PBNU Said Aqil Siradj, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketum PPP M Romahurmuziy, kalangan profesional Mahfud MD serta dirinya selaku Rais Aam PBNU.
Ma’ruf Amin dalam acara sambung hati di Pondok Pesantren Al Masthuriyah, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (19/12/2018).Ma’ruf Amin dalam acara sambung hati di Pondok Pesantren Al Masthuriyah, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (19/12/2018). Foto: Faiq Hidayat-detikcom
“Memang PBNU menawarkan, kalau Pak Jokowi mau mengambil salah satu kader NU untuk menjadi cawapres siapa pun orangnya NU akan habis-habisan menangkan, itu janji PBNU,” kata dia.
Ketum MUI nonaktif itu juga mengaku menerima tawaran Jokowi atas saran para ulama. Karenanya PBNU harus bisa memenangkan Jokowi-Ma’ruf Amin di Pilpres 2019.
“Para ulama senior meminta saya menerima tawaran itu, dengan bismillah, atas dorongan PBNU dan para ulama saya menerima tawaran itu. Konsekuensinya PBNU harus habis-habisan, NU harus habis-habisan memenangkan Pak Jokowi bersama saya,” paparnya.
“Sanggup atau tidak?” tanya Ma’ruf kepada peserta acara.
“Sanggup,” jawab peserta.
“Siap apa tidak?” timpal Ma’ruf kembali.
“Siap,” kata peserta acara. [Sfa]
Sumber: Detik.

Sumber Berita : https://www.salafynews.com/2018/12/19/maruf-amin-nu-harus-habis-habisan-menangkan-jokowi/

Viral Nisan Salib Dipotong di Yogya, Ini Kronologinya

YOGYAKARTA – Viral di medsos terkait pemotongan nisan salib di Yogyakarta, berikut kronologinya. Sebuah makam dari jenazah umat Katolik, Albertus Slamet Sugiardi, di pemakaman Jambon RT 53 RW 13 Kelurahan Purbayan, Kotagede Yogyakarta menjadi sorotan. Sebab, nisan berbentuk tanda salib yang menancap di pusara Slamet -seperti pusara umat Katolik umumnya- yang dikuburkan pada 17 Desember 2018 itu dalam kondisi terpotong bagian atasnya sehingga hanya membentuk seperti huruf ‘T’.
Baca: Buya Syafii: Teror Sedekah Laut Pengaruh Ajaran Wahabi
Tokoh masyarakat Purbayan Kotagede yang mengetahui kronologi pemotongan tanda salib makam warga Katolik itu, Bedjo Mulyono menuturkan di komplek pemakaman itu seluruhnya memang makam warga muslim. “Awalnya saat jenazah pak Slamet mau dikuburkan di situ, oleh warga diperbolehkan meski beliau bukan non muslim, dengan catatan makamnya dipinggirkan,” kata Bedjo saat ditemui Tempo di kampungnya, Selasa, 18 Desember 2018.
Selain makam dipinggirkan, warga meminta tidak ada simbol-simbol Nasrani terpasang di pusara Slamet. “Karena komplek pemakaman itu mau dibuat warga jadi makam muslim,” ujarnya.
Namun, kata Bedjo, karena dari pihak keluarga Slamet sudah terlanjur membawa simbol tanda salib untuk ditancapkan ke pusara itu. Akhirnya oleh warga dan pelayat tanda salib itu dipotong dengan cara digergaji. “Pemotongan salib itu atas kesepakatan warga dengan keluarga almarhum,” ujar Bedjo yang juga mantan Ketua RW 13 itu.
Baca: Presiden Jokowi: Tidak Ada Tempat bagi Mereka yang Tidak Mau Bertoleransi di Indonesia
Bedjo mengatakan kesepakatan untuk menggergaji tanda salib itu awalnya tak tertulis. Namun karena peristiwa pemotongan salib itu viral, kata dia, kemudian dari pihak keluarga yang diwakili istri almarhum Slamet, yakni Maria Sutris Winarni baru pada hari ini membuat surat pernyataan tertulis yang menyatakan bahwa pihak keluarga besar Slamet telah ikhlas untuk menghilangkan simbol Kristiani atas saran pengurus makam, tokoh masyarkat dan pengurus kampung.
Surat pernyataan bermaterai itu ditandatangi oleh istri almarhum Slamet, Bedjo Mulyono selaku tokoh masyarakat kampung, Ketua RT 53 Sholeh Wibowo, dan Ketua RW 13 Slamet Riyadi.
Baca: Radikalisme, Terorisme dan Wahabisme Musuh “BARU” Umat Manusia
Bedjo berdalih pihaknya sadar jika konstitusi menjamin kebebasan warga untuk melaksanakan agama dan kepercayaannya masing-masing. “Tapi kalau warga kampung tidak mendukung bagaimana? Daripada memicu konfllik,” ujarnya.
Menurut Bedjo, di RW 13 ada 150 kepala keluarga. Adapun keluarga yang memeluk agama Nasrani ada tiga kepala keluarga, termasuk keluarga Slamet. (ARN)
Nisan Salib dipotong di Yogya Nisan Salib dipotong di Yogya

Sebagian Pembunuh Khashoggi adalah Duta Rahasia Putra Mahkota Saudi untuk Israel

RIYADH – Sebuah laporan mengungkap bahwa seorang pejabat tinggi intelijen Saudi, yang dipecat atas pembunuhan Jamal Khashoggi, telah melakukan perjalanan diam-diam ke Israel sebagai utusan Putra Mahkota bin Salman terkait pembelian alat mata-mata Israel yang dikatakan telah membantu kerajaan melacak para pembangkang mereka di luar negeri.
Baca: Warbler Saudi: Raja Salman Ampuni Pembunuh Khashoggi
Menurut sumber informasi yang dikutip Wall Street Journal pada hari Selasa (18/12) kemarin, Mayor Jenderal Ahmed al-Assiri, mantan wakil kepala intelijen Saudi, telah mengunjungi Israel pada sejumlah kesempatan untuk membahas pembelian Pegasus, perangkat lunak yang sangat rumit yang digunakan untuk peretasan dan spionase.
Assiri, ajudan putra mahkota, dipecat pada bulan Oktober atas tuduhan berperan dalam pembunuhan yang mengerikan terhadap jurnalis Khashoggi, yang oleh masyarakat global diyakini merupakan perintah langsung dari bin Salman, yang dikenal sebagai MbS itu.
Baca: Pembunuhan Khashoggi Hancurkan Proyek ‘Neom’ Putra Mahkota Saudi
Laporan itu juga mengungkap bahwa salah satu pembantu terdekat bin Salman yang lain, Saud al-Qahtani, yang juga dipecat atas kasus yang sama, telah menjadi bagian dari hubungan rahasia Saudi terhadap Israel.
Baca: CIA Miliki Bukti Belasan Pesan Bin Salman ke Ketua Tim Pembunuh Khashoggi
Sumber-sumber itu mengatakan kepada WSJ bahwa Qahtani, penasihat media pangeran mahkota, bekerja untuk melunakkan citra Israel di media Saudi. Ia juga terlibat dalam pembelian teknologi spyware dari perusahaan Israel di Riyadh. (ARN)
Assiri Assiri

Yenny Wahid: Jokowi Itu Pemberani

MADURA – Menggunakan andong, Jokowi bersama Bupati Bangkalan Abdul Latif Amin Imron dan Putri Gus Dur, Yenny Wahid menuju Gedung Serbaguna Ratu Eboh, Kabupaten Bangkalan, Rabu 19 Desember 2018.
Sepanjang jalan Jokowi dielu-elukan warga dan santri yang menyambutnya. Yenny Wahid ketika memberikan sambutan menggambarkan bahwa Jokowi adalah seorang pemberani.
Baca: #KamiTidakTakut, Jokowi Presiden ‘GILA’ dan Pemberani
“Pak Jokowi kelihatannya kurus. Tapi beliau betul-betul orang kuat. Bukan dari badan tapi dari mentalnya. Tapi beliau banyak difitnah. Beliau dibilang antek asing, antek aseng. Bayangkan. Ada seorang laki-laki kurus menaiki kapal perang, kapal itu mengarungi Natuna. Apa yang dilakukan laki-laki itu? Dia mengambil air wudhu di Samudera yang luas. Maknanya apa? Tekad dari pemimpin Indonesia untuk menegakkan teritorial bangsa kita,” kata Yenny.
Yenny menegaskan kalau Jokowi adalah seorang yang kuat.
Baca: Pengamat: Kesetian Indonesia dan Jokowi ke Palestina
“Persoalannya di Laut China Selatan. Namanya perairan Natuna itu bisa menjadi sengketa. Lalu negara lain mengirim lawyer untuk di pengadilan internasional. Tapi laki-laki kurus ini, dia bermaklumat bahwa Indonesia itu negara berdaulat. Dia mengairi kepulauan Natuna. Apa ini yang dibilang dikuasi asing dan aseng? Dia tidak. Dia berani menantang asing dan aseng. Dia berani menenggelamkan kapal-kapal. Ini orang yang sangat kuat,” ujar Yenny. (ARN)
Jokowi naik andong Jokowi naik andong

Yusuf Muhammad “Semprot’ Fadli Zon “Jangan Ulamakan Para Kriminal”

SURABAYA – Tampak kekesalan ditunjukkan oleh pegiat medsos Yusuf Muhammad dalam sebuah tulisannya di akun fanpage Facebooknya soal cuitan Fadli Zon yang melakukan tuduhan tak jelas terkait penahanan Bahar Smith. Yusuf menyatkakan bahwa penahanan Bahar bin Smith dianggap oleh Fadli Zon sebagai kriminalisasi ulama. Menurut saya itu bukan kriminalisasi tapi murni penegakan hukum.
Baca: Makjleb, Jawaban Jokowi Soal Kriminalisasi Ulama
Bukankah undang-undang mengatakan semua warga negara sama di mata hukum?
Jadi, meskipun kamu menyandang gelar ulama, direktur, ustadz, atau habib, namun jika kamu berbuat kriminal maka urusannya tetap dengan penegak hukum. Masa sekelas wakil ketua DPR-RI gak paham bedanya kriminalisasi dengan penegakan hukum?.
Baca: Muhammad Zazuli: Kenapa Jokowi dan Ahok Dibenci Kelompok Radikal?
Sudahlah, sebaiknya cukup, jangan lagi bohongi publik dengan opini sesat Anda yang mengatakan ulama dikriminalisasi. Sudah cukup! Jangan lagi ulamakan para kriminal. (ARN)
Jangan Ulamakan Para Kriminal Yusuf Muhammad

Makjleb, Jawaban Jokowi Soal Kriminalisasi Ulama

JAKARTA – Nampak kekesalan ditunjukkan oleh Presiden Jokowi saat ceramah di depan ulama Se-Madura terkait dirinya dituduh telah melakukan kriminalisasi kepada ulama.
Menurut Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta, oknum ulama yang berkasus hukum jangan diartikan sebagai langkah krimanisasi ulama oleh pemerintah.
Baca: Eko Kuntadhi: Lawan Politik Serang Jokowi dari Segala Penjuru
“Ini jangan sampai karena ada kasus hukum terus yang disampaikan adalah kriminalisasi ulama,” kata Joko Widodo saat berpidato dalam acara Deklarasi Akbar Ulama Madura Bangkalan, Rabu, yang digelar di Gedung Serba Guna Rato Ebuh, Bangkalan, Jatim, Rabu (19/12/2018).
Ia pun mencontohkan ketika ada kasus pemukulan maka hal itu urusannya akan diserahkan kepada aparat kepolisian. Jokowi sendiri menegaskan tidak akan melakukan intervensi terhadap proses hukum yang berjalan.
“Misalnya mohon maaf, kalau ada yang memukuli orang, urusannya dengan polisi bukan dengan saya. Ya mesti seperti itu. Masa mukuli sampai berdarah-darah. Saya sih enggak ngerti. Mesti polisi bertindak kalau ada kasus hukum seperti itu. Kalau enggak ada kasus lalu dibawa ke hukum, ngomong saya. Kalau ada kasus hukum, ya saya sulit,” tuturnya dilansir Antara.
Baca: Kriminalisasi Ulama, Jurus Fitnah yang Kerap Dipakai Kaum Radikal
Beberapa akun twitter juga mengupload video dan cuitan terkait hal tersebut:


Capres Abadi @P3nj3l4j4h:
Tegas dan Jelas!
Ini pernyataan Presiden @jokowi terkait tudingan kriminalisasi ulama.
Pelanggaran Hukumnya jelas. Polri @DivHumas_Polri @bareskrim2018 maju terus, bekerja professional.
Aksi Pemukulan oleh BS adlh perbuatan yg sangat keji.😠
Bravo Polda Jabar. Top Polri👍
Akun twitter Rizma Widiono @RizmaWidiono “Presiden @jokowi : Jgn sampai krn ada kasus hukum, terus yg disampaikan adalah kriminalisasi ulama. Jgn seperti itu. Misalnya mohon maaf, ada yg dibilang ulama memukuli. Kalau sdh memukuli orang urusannya dgn polisi, bukan urusannya dgn saya.
Hellow Oposisi
#01JokowiLagi”.

Mantan Gubernur DKI itu menambahkan, pesta demokrasi dan perbedaan pilihan memang kerap kali menjadi penyebab terjadinya gesekan dan beda pandangan. Oleh karena itu, ia berpesan agar perbedaan pilihan politik tidak kemudian memicu perpecahan.
Baca: Isu Kriminalisasi Ulama Upaya Adu Domba Alumni 212 untuk Kacaukan NKRI
“Marilah kita jaga persatuan kita, kita jaga ukhuwah islamiyah kita, wathoniyah kita. Sudah sunatullah kepada Bangsa Indonesia. Jangan sampai ini biasanya ada sedikit gesekan,” ujarnya. (ARN)
Jokowi di MADURA

Re-Post by MigoBerita / Kamis/20122018/18.37Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya