MigoBerita-Banjarmasin-OPINI tentang KEKUASAAN , Damailah NEGERIKU, KAMU, KITA dan KALIAN karena KITA sesungguhnya BERSAUDARA, karena kalau Tidak Bersaudara sesama Agama, sesama Bangsa, sesama Suku atau Sesama Aliran, Minimal Kita Tahu bahwa Kita Sama Sesama MANUSIA, Jadi Janganlah Bertumpah-darah, Jangan Mau diajak berkelahi sesama Anak Bangsa, akan tetapi Berbuatlah Amal Baik dan Benar bagi siapapun, Tebarkanlah Cinta Kasih Bukan Menebarkan Kebencian, Tebarkanlah Info yang VALID bukan Hasil HOAX demi Diri Sendiri atau Golongannya yang merasa paling benar dan terbaik diantara sesama manusia.
Sumber Pic : Google Image
Habis SandiwaraUno, Terbitlah SandiwaraYudhoyono
Ibu Ani dan para
kader Demokrat katanya menangis melihat baliho partainya dirusak dan
diturunkan. Menurut wartawan, Pak SBY sempat menahan tangis dan tak bisa
melanjutkan penjelasannya saat ditanya apa yang sedang terjadi?
Sehingga terjadi perusakan terhadap atribut Demokrat.
Yang
cukup ajaib dari kejadian ini adalah pelaku perusakan langsung
ditangkap oleh kader Demokrat sendiri. Malam-malam. Lengkap dengan video
aksi perusakan. Hahaha lihatlah betapa sebuah aksi perusakan baliho
bisa terjadi begitu terencana dengan baik. Ada perusak, ada penangkap,
dan ada juga yang merekam.
Seorang perusak yang
tertangkap kemudian diadili. Ditanyai dan diinterogasi dengan
pertanyaan yang aneh. “Orang PDI nyuruh kau?” dan si pelaku hanya
menjawab “iya bang.” Kenapa tidak ditanya siapa yang menyuruh? Kenapa
malah langsung bertanya dengan konten menuduh PDI?
Melihat
kejadian seperti ini, entah kenapa saya jadi teringat sandiwara uno di
pasar. Yang disambut dengan tulisan “pulanglah uno.” Kemudian dengan
cengengesan Uno menyapa pemasang tulisan tersebut. Tidak masalah dengan
semua itu. Pilihan politik boleh berbeda, tapi tetap bersaudara, itu
pesannya. Tapi di dalamnya ada tuduhan serius, bahwa pemasangan tulisan
pengusiran terhadap uno itu dibayar.
Hampir saja
kita percaya bahwa ada orang yang membayar tulisan “pulanglah uno” itu.
Tapi alam berkata lain. Ada orang netral yang tak sengaja merekam
kejadian sebelum uno sampai di kertas bertuliskan “pulanglah uno.”
Seorang pengamanan melarang orang untuk melepas kertas tersebut dan
menjaganya sampai uno tiba di lokasi. Haha
Cerita
baliho Demokrat dirusak oleh suruhan PDIP adalah sebuah cerita yang
terlalu sempurna. Seperti halnya sandiwara uno. Mirip seperti cerita
FTV, pemulung perempuan cantik yang tinggal di kolong jembatan, tak
sengaja ditabrak oleh mobil mewah anak konglomerat. Anda bisa tebak
cerita selanjutnya si perempuan pemulung tidak mati dan tidak cidera.
Tapi cerita jadi fokus pada kecantikannya yang membuat anak konglomerat
jatuh cinta. Terlalu sempurna. Karena di kehidupan nyata hal ini
mustahil terjadi.
Yang
namanya pemulung tidak ada yang cantik dan bedakan. Tidak ada pula
cerita orang ketabrak mobil, hasilnya cuma pingsan. Hahaa
Begitu
juga dengan perusakan baliho. Ada banyak baliho dirusak. Dari berbagai
partai. Tapi yang berhasil ditangkap, divideokan aksinya, hanya dari
Demokrat. Kenapa tidak sekalian saja kalian bikin FTV juga? lumayan
belum ada FTV cerita partai politik. Judulnya “Partaiku gagal move on.”
Tapi
ya sudah. Akhirnya kita harus maklum jika sandiwara politik, main drama
demi meraih simpati, pura-pura nangis agar dikasihani, adalah sebuah
langkah politik yang logis. Karena suka tidak suka, masyarkat kita masih
suka melihat drama, sekalipun tidak masuk akal. Buktinya film FTV yang
menceritakan pemulung perempuan cantik dan sejenisnya masih terus tayang
dan diproduksi. Penontonnya masih banyak. Iklan yang tertarik dengan
film FTV juga masih ada.
Nampaknya SBY paham
betul soal psikologi (sebagian) masyarakat Indonesia. Yang masih mau
disuguhi drama. Yang masih dapat dibohongi oleh cerita fiktif. Karena
jangankan masyarakat awam yang lugu, bahkan elite-elite partai dari
Gerindra, PAN, PKS dan Demokrat pun percaya bahwa telah terjadi
penganiayaan, pemukulan terhadap seorang nenek-nenek bernama Ratna
Sarumpaet. Andai waktu itu intelijen berhasil dikelabuhi, CCTV tak
terekam lama hingga lebih dari seminggu (seperti pada umumnya). Hanya
butuh satu orang yang mau mengaku bahwa dia telah memukul Ratna
Sarumpaet bersama 35 orang temannya, maka masyarakat Indonesia harus
percaya bahwa itu fakta dan bukan sekedar drama politik.
Beruntung
intelijen kita sangat detail dalam bekerja. Sehingga skenario Surampaet
digagalkan oleh beragam catatan dan rekaman CCTV yang terpaksa
dipublikasikan demi memenangkan opini publik, melawan pernyataan capres,
cawapres dan seluruh pimpinan koalisi partai kampret.
Saya
pikir, menjelang hari H pencoblosan, jelang April 2019, akan ada lagi
drama politik yang menyerang pemerintahan Jokowi dengan narasi otoriter
dan dzolim. Untuk itu, saya ingin sedikit memberi masukan begini: memang
benar FTV masih laku di pasaran. Tapi ini tahun 2019. Sekalipun ada
efek yang berhasil dimanfaatkan, saya yakin tak akan mampu mengulang
drama pemilu 2009, dimana Demokrat berhasil mendapat kenaikan 300%
suara.
Menolak Lupa! Inilah Kelakuan Jahat Orang-Orang Di Sekitar Prabowo
Hanya ada dua
pilihan di Pilpres 2019 nanti. Jokowi-Ma’ruf Amin, atau Prabowo-Sandi.
Saya tak pernah merasa sedang mendewakan Jokowi, sayapun tak pernah
merasa sedang membenci Prabowo. Semua penilaian saya pada mereka berdua
didasarkan pada rekam jejak, data dan kenyataan yang ada. Toh saya sama
sekali tidak mengenal mereka berdua. Ini point penting yang harus kita
garisbawahi bersama.
Patokan saya mudah. Saya
hanya ingin negara ini dipimpin oleh pemimpin yang lebih baik. Baik
Jokowi maupun Prabowo pasti punya kekurangan dan kelebihan. Tapi
siapakah yang lebih baik di antara mereka berdua jelas ada.
Lewat
pengamatan berdasarkan rekam jejak, data dan fakta yang ada, tak sulit
bagi saya untuk mengetahui siapakah yang lebih baik di antara Jokowi dan
Prabowo. Kenapa bisa demikian??? Jawabannya mudah. Dari pengamatan yang
selama ini sudah saya lakukan dengan memakai akal sehat dan hati nurani
bersih tanpa dendam dan kebencian, perbedaan yang muncul antara Jokowi
dan Prabowo begitu nyata. Bagaikan langit dan bumi. Bagaikan surga dan
neraka. Tak sulit jadinya untuk menjatuhkan pilihan.
Sudah
ada banyak artikel yang saya tulis tentang sosok Jokowi dengan segala
kekurangan dan kelebihannya. Artikel kali ini akan saya khususkan untuk
membahas sisi hitam Prabowo plus orang-orang di dekatnya. Orang-orang di
ring 1 Prabowo, begitulah istilah sehari-harinya.
Jujur,
saya jadi ngeri sendiri saat mempelajari dan menuliskan artikel ini.
Saya akan memulainya dari sosok Prabowo, lanjut pada beberapa tokoh di
seputar Prabowo.
Prabowo Subianto
Salah
satu label yang disematkan pada Prabowo adalah pelaku kejahatan HAM.
Untuk itu saya menolak lupa tentang tindakan penculikan dan penghilangan
aktivis mahasiswa 98 serta kejahatan HAM di Timor Timur.
Sejumlah
34 dokumen rahasia Amerika Serikat mengungkap rentetan laporan pada
masa prareformasi, salah satu isinya menyebutkankan bahwa Prabowo
Subianto memerintahkan Kopassus untuk menghilangkan secara paksa
sejumlah aktivis 98, serta adanya perpecahan di tubuh militer.
Dokumen
yang berisi berbagai jenis laporan kejadian dari Agustus 1997 sampai
Mei 1999 ini dirilis ke publik oleh lembaga Arsip Keamanan Nasional
(NSA).
Sebagian isinya merupakan percakapan staf
Kedutaan AS di Jakarta dengan pejabat-pejabat Indonesia, serta laporan
para diplomat tentang situasi Indonesia saat itu. Ada juga telegram
berisi percakapan antara Asisten Menteri Luar Negeri AS, Stanley Roth,
dengan Komandan Kopassus, Mayor Jenderal Prabowo Subianto.
"Penghilangan itu diperintahkan Prabowo yang mengikuti perintah dari Presiden Soeharto." Demikianlah isi dokumen tersebut.
Saat
kampanye Pilpres 2014, dalam debat capres pertama yang sempat
menyinggung masalah ini, Prabowo menjawab bahwa dalam rangkaian
peristiwa 98 yang terjadi, dia hanya menjalankan perintah atasan. Sebuah
pengakuan terucap.
"Sebagai seorang prajurit, kami melakukan tugas kami sebaik-baiknya. Itu merupakan perintah atasan saya," kata Prabowo.
Sementara
itu, Maret 2014, Prabowo pernah ditolak masuk Amerika, saat hendak
menghadiri wisuda anak kandungnya sendiri. Amerika memasukkan Prabowo
dalam daftar hitam karena menilai Prabowo punya latar belakang
pelanggaran HAM.
Semoga para pembawa Seword bisa
menarik benang merahnya. Mengerikan sekali kelakuan Prabowo di masa
orde baru. Bisa kita bayangkan jika Prabowo terpilih jadi Presiden
Indonesia. Kira-kira apa yang akan terjadi jika ada pihak-pihak yang
mengkritik Prabowo dan jajarannya??? Mengkritik saja sudah sangat
beresiko lenyap tak bisa melihat hari esok, apalagi jika ada yang
mencaci maki, menghina, menghujat bahkan memfitnah Prabowo seperti yang
sudah dialami oleh Jokowi selama ini.
Membayangkan
saja saya ngeri sendiri. Prabowo pasti akan ngamuk dengan kalapnya.
Pantesan anak-anak kecil pada histeris saat berdekatan dengan Prabowo.
Dari hawanya saja udah serem begitu. Hiiiyyyy……
Tommy Soeharto
Kita
tentunya masih bisa mengingat kasus pembunuhan Hakim Syafiuddin
Kartasasmita yang memvonis Tommy bersalah dengan hukuman 18 bulan
penjara plus denda Rp 30,6 miliar kepada Tommy Soeharto, dalam kasasi
kasus tukar guling tanah milik Bulog dengan PT Goro Batara Sakti.
Syafiuddin tewas dalam perjalanan menuju ke kantor. Ia dibunuh empat
orang mengendarai dua Yamaha RX King yang melepaskan empat tembakan ke
tubuh Hakim Agung tersebut.
Untuk kasus
penembakan Syafiuddin, Tommy terbukti bersalah dengan ganjaran hukuman
15 tahun penjara. Namun setelah peninjauan kembali oleh MA, ditambah
remisi, Tommy akhirnya hanya mendekam selama 4 tahun di penjara.
Betapa
menakutkannya Indonesia jika Prabowo yang punya rekam jejak mengerikan,
didukung Tommy Suharto yang sudah menyatakan akan mati-matian
memenangkan Prabowo di Pilpres 2019 nanti. Tommy sebelas duabelas
mengerikannya dengan Prabowo. Bisa kita bayangkan bagaimana aparat
penegak hukum akan diteror ketika menjalankan tugasnya, bila
bertentangan dengan kepentingan pribadi mereka dan golongannya. Main
bunuh, main tembak seperti yang sudah mereka lakukan di masa lalu.
Benar-benar mimpi buruk untuk Indonesia.
Zulkifli Hasan
Menteri
Kehutanan di era SBY ini sekarang menjabat sebagai Ketua MPR RI
sekaligus Ketua Umum PAN, partai yang sudah mendeklarasikan diri sebagai
pihak oposisi, rival Jokowi di Pilpres 2019 yang sudah kita ketahui
bersama bagaimana kelakuannya. Mereka bukan pihak oposisi yang baik,
yang menginginkan kemajuan Indonesia. Mereka ingin menggulingkan Jokowi
dengan segala cara. Itu fakta!!!
Greenomics
Indonesia (sebuah LSM pemerhati lingkungan) membeberkan data pelepasan
kawasan hutan untuk perkebunan kepada sejumlah kelompok bisnis tertentu,
banyak dilakukan oleh Zulkifli Hasan. ZulHaslah juara pemberi izin
terbanyak.
"Lebih
dari 2,2 juta hektar, atau lebih dari 91 persen, atau setara lebih dari
33 kali lipat luas DKI Jakarta, izin-izin perkebunan tersebut diberikan
pada periode Presiden SBY. Sedangkan, izin-izin perkebunan yang
diberikan pada era Presiden Joko Widodo, seluas lebih dari 200 ribu
hektar, atau di bawah 9 persen," kata Vanda Mutia Dewi, Direktur
Eksekutif Greenomic Indonesia.
Bandingkan
perbedaannya. Studi tersebut memperlihatkan, ZulHas memecahkan rekor
sebagai menteri yang paling banyak memberikan izin-izin perkebunan
kepada para pelaku bisnis tertentu, dengan luas 1,64 juta hektare, atau
hampir 25 kali lipat luas DKI Jakarta. Izin-izin perkebunan yang
diterbitkan oleh ZulHas tersebut setara dengan hampir 70 persen dari
total luas izin perkebunan yang telah diberikan kepada para pebisnis
selama periode 2004-2017.
Angka tersebut belum termasuk luas areal perkebunan sawit yang 'diputihkan' dari stempel kawasan hutan oleh ZulHas.
Sementara
itu dari pihak PAN sendiri, terutama Amien Rais, tampak jelas begitu
membenci Jokowi dengan dendam kesumat yang membara, seakan-akan
Jokowilah yang membawa Indonesia pada kehancuran.
Mbok
ya ngaca toh Pak, kelakuan besanmu sendiri seperti apa terhadap bangsa
dan negara ini. Bisa kita bayangkan bersama jika seandainya Prabowo yang
jadi penguasa di negara ini. Hutan Indonesia akan kembali dijual pada
mafia. Hutan-hutan akan gundul yang akan berdampak longsor dimana-mana
serta banyak hewan menjadi langka bahkan punah.
Keluarga Cendana
Tak
bisa dipungkiri, Keluarga Cendana sejak dulu terkenal dengan KKN
(Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). PT Citra Lamtoro Gung Persada milik
Mbak Tutut adalah perusahaan sapu jagad. Hampir semua bidang usaha
digarap perusahaan ini, mulai konstruksi, perdagangan, pertanian sampai
kerajinan tangan. Danty Indriastuti Purnamasari, putri ketiga Tutut,
juga dilibatkan menjadi salah satu pemegang saham di perusahaan
tersebut.
Ada juga PT Humpuss kepunyaan Tommy
yang memiliki banyak anak perusahaan. Ada Humpuss Land untuk urusan
bisnis properti dan konstruksi, PT Humpuss Intermoda Transportasi untuk
bisnis transportasi, PT Humpuss Karbometil Selulosa untuk pengeboran
minyak dan gas, PT Humpuss Aromatik untuk produksi minyak tanah dan
solar, PT Humpuss Pengolahan Minyak untuk kilang minyak, dan PT Humpuss
Petragas untuk eksplorasi minyak. Harjojudanto, anak kedua Soeharto juga
memiliki saham di PT Humpuss.
Sebagai catatan,
PT Lamtoro Gung Persada dan Humpuss Grup yang berkantor di Gedung
Granadi adalah aset Yayasan Supersemar yang sudah disita pengadilan.
Putri
bungsu Soeharto, Siti Hutami Endang Adiningsih (Mbak Mamiek),
mendirikan PT Manggala Kridha Yudha yang bergerak di bidang pertanian.
Ia memiliki taman buah Mekar Sari seluas 3.000 hektare di Bogor serta
beberapa perkebunan.
Fakta lainnya adalah
masuknya nama Tommy dan Mamiek dalam Paradise Papers yang berisi daftar
pengusaha yang diduga menyembunyikan kekayaan di negara surga pajak.
Mari
kita bayangkan bersama jika orang-orang seperti ini yang kembali
berkuasa di Indonesia. Tidak akan ada lagi kesempatan bagi pengusaha
untuk berbisnis, karena semuanya sudah diambil keluarga dan trah Cendana
bersama kroni-kroninya.
Jika kita mau peka,
mari kita berbelas kasihan sedikit saja pada Jokowi yang sedang dan
sudah berhadapan dengan makhluk-makhluk mengerikan seperti mereka. Tak
maukah kita menyisihkan sedikit waktu kita untuk mendoakan Jokowi??? Tak
maukah kita memberikan sedikit dukungan kita untuk mensupport Jokowi
yang sedang berjuang memerangi KKN di negara ini???
Kemarin,
saya sempat berbincang dengan seseorang yang dulunya sangat membenci
Jokowi. Beliau sendiri yang mengatakan jika dia sangat membenci Jokowi.
Tapi sekarang, saat dia melihat istri dan anak-anak Jokowi baik dan
tidak macam-macam, beliau jadi cinta dan siap mendukung Jokowi. Hatiku
berbunga-bunga serasa terbang ke sana ke mari.
Sebagai
penutup, ada pertanyaan yang patut kita renungkan bersama. Relakah kita
melihat Indonesia kembali lagi ke jaman orde baru, dengan potensi akan
jadi lebih parah dari jaman orde baru??? Tegakah kita menyia-nyiakan
pengorbanan para pejuang dan aktivis Indonesia yang sudah kehilangan
nyawanya demi menyelamatkan Ibu Pertiwi??? Cuma orang egois dan berhati
jahat yang tega melakukannya. #JokowiLagi
Sumber referensi:
Sumber Opini : https://seword.com/politik/menolak-lupa-inilah-kelakuan-jahat-orangorang-di-sekitar-prabowo-GIlSlqJ-g
Irma Hajar Zon Soal Pantomim: Politisi Miskin Prestasi Memang Perlu Cari Panggung!
Akal sehat! Itulah
yang mulai hilang dalam perpolitikan di tanah air saat ini, meskipun
memang dalam politik selalu mengutamakan menang-kalah, tetapi akal sehat
adalah milih kita sebagai rakyat. Biarkan mereka berlaku konyol, bukan
berarti kita pun ikut konyol. Politik adalah urusan mencanangkan program
dan menunjukkan prestasi, bukan saling sindir dan ejek seperti bocah
SD.
Tapi kenyataannya, itulah yang diperagakan
oleh oposisi sampai sekarang. Menjual isu-isu bohong dan
membesar-besarkan sesuatu yang tidak ada, misalnya isu PKI dan
kriminalisasi ulama. Kita yang berpikir waras, sudah pasti menyadari
bahwa isu itu tidak ada buktinya sama sekali. Tetapi kenapa masih
dijual, dan ternyata laku pula dibeli para pendukung oposisi? Karena
satu hal saja, akal sehat yang mulai sakit.
Kita
masih ingat bagaimana seorang TGB yang pernah menjadi pendukung Prabowo
mengejutkan publik, dan membikin sakit hati pemilih muslim yang
pro-Prabowo karena mereka mengajukan TGB sebagai capres, setelah
menyatakan dukungannya kepada Jokowi. Alasannya pun cukup menusuk, yaitu
akal sehat.
TGB, sebagai gubernur, melihat dan
mengalami sendiri bagaimana menjadi seorang kepala daerah—dan ia
termasuk yang berprestasi. Hanya pada masa Jokowi-lah pembangunan
dilakukan secara merata, yang fokus pada infrastruktur, dan menunjukkan
kepedulian kepada rakyat yang selama ini diabaikan, misalnya mereka yang
tinggal di daerah timur.
Dalam berbisnis saja,
kita paham bahwa yang paling penting adalah alat/media berbisnis itu
sendiri, dalam hal ini, sama saja dengan infrastruktur. Bayangkan jika
anda membuka perusahaan kue, tetapi mesin pembuat kue-nya cuma satu.
Mobil pengantarnya tidak ada dan hanya mengandalkan sepeda. Bagaimana
bisa perusahaan Anda maju pesat?
Untuk itu,
tidak sedikit pebisnis yang berutang supaya bisa menambah dan
meningkatkan kualitas alat produksi mereka, sehingga pemasukan
bertambah. Apa yang dilakukan Jokowi dalam hal infrastruktur adalah hal
yang wajar dan masuk akal. Karena itulah mudah masuk ke akal sehat kita.
Termasuk TGB. Tetapi mereka yang gagal akalnya menyebut Jokowi akan
mengahacurkan negara ini karena banyak berutang.
Seperti
pengusaha tadi, kalau tidak punya uang, bagaimana bisa menambah
alat/media bisnisnya? Mau ngepet? Maling? Lucu memang, kita semua paham
sekali skema bisnis ini, tetapi sebagian orang rela dibutakan matanya
dan akalnya hanya karena kebencian, sehingga mudah sekali diprovokasi.
Memang ketika lawan itu lemah, maka tidak mungkin mereka melawan dengan prestasi dan track record,
karena itulah yang dijual adalah isu SARA dan hoax. Supaya lebih
menarik, dibalutlah ia dengan drama dan seni murahan gaya Fadli Zon yang
mengubah-ubah lirik lagu anak-anak. Wakil anggota DPR itu lho, tapi
berpolitiknya dengan ngutak-atik lagu dan menulis lirik hoax?
Wajar
jika Irma kembali “menampar” muka para seniman kesasar ini dengan
kata-kata pedas. Kita tahu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon
bersama sejumlah rekan politiknya, berdandan ala pantomim dalam video
klip lagu 'Tangan Besi'. Karena itu, NasDem menyebut Fadli dkk berusaha
terus 'mencari panggung'.
"Biasalah
cuma cari panggung. Politisi yang tidak berprestasi memang harus cari
panggung biar bisa terus jadi berita. Maklum miskin prestasi dan ide,"
kata Ketua DPP NasDem Irma Suryani Chaniago kepada wartawan, Kamis
(20/12/2018).
Lagu 'Tangan Besi' itu bercerita
tentang penguasa yang suka menindas dan mempersekusi. Fadli menjelaskan,
makeup ala pantomim yang dipakainya itu merepresentasikan kesedihan
rakyat yang menurutnya kerap diintimidasi dan diadu domba penguasa.
Irma
menilai Fadli merupakan politikus yang tidak berkualitas. Ia mengungkit
komentar Fadli soal penahanan Habib Bahar bin Smith karena kasus dugaan
penganiayaan.
"Kalau politisi yang berkualitas
pasti tahu beda mengkriminalisasi dan dikriminalisasi. Masak Bahar Smith
yang dihukum karena pengaduan rakyat yang dikriminalisasi malah
dilindungi dan memfitnah rakyat yang melaporkan dengan tuduhan
mengkriminalisasi ulama. Kan politisi nggak cerdas itu namanya," sebut
Irma.
Istilah “Tangan Besi” itu sendiri gagal
logika. Di mananya yang tangan besi kalau isu PKI yang keji kepada
Jokowi saja masih beredar luas dan digunakan oleh siapa pun yang tidak
suka dengan Jokowi. Jika memang tangan besi, maka mereka yang menghina
pemerintah akan hilang atau diculik dari tempatnya. Persis yang
dilakukan Soeharto dan Prabowo pada masa Orba.
Di
mana akal sehat, jika ia bersekutu dengan Prabowo dan keluarga Cendana
yang jelas-jelas ada rekam jejak sebagai pemimpin yang otoriter, tetapi
menuduh Jokowi sebagai “tangan besi”. Bahkan Jokowi pernah memaafkan
orang yang menghinanya melalui gambar-gambar yang diedit dengan tidak
pantas. Kalau tangan besi, apa mungkin hal itu terjadi?
#JokowiTerbaik
#JokowiLagi
Sumber:
Sumber Opini : https://seword.com/politik/irma-hajar-zon-soal-pantomim-politisi-miskin-prestasi-memang-perlu-cari-panggung-FWvgA0JS-
Dari Lembar HP Sampai Tinju Meja, Demi Jadi Presiden
Tulisan salah satu
mantan penasihat PA 212 Usamah Hisyam beredar viral di media sosial.
Tulisan itu membongkar tabiat diktatornya Prabowo Subianto.
Tulisan dengan judul 'Prabowo Marah Meninju Meja, Para Ulama Terperangah'
itu bercerita bahwa Prabowo meninju meja sampai lima kali dalam rapat
forum Dewan Penasihat PA 212 untuk menentukan calon Presiden.
Saat itu diadakan rapat untuk memilih calon Presiden yang benar-benar kaffah sebagai muslim. Prabowo marah besar karena kadar keislamannya diragukan seolah-olah dia kurang kaffah sebagai muslim.
Prabowo tidak terima kalau orang lain yang benar-benar kaffah
sebagai muslim didukung jadi calon Presiden. Prabowo pun ngamuk-ngamuk
karena adanya kecurigaan dalam tim PA 212 itu terkait kadar
keislamannya.
Ngamuknya Prabowo itu terjadi
setelah selesai istrahat rapat pada pukul 19.30 WIB. Seluruh Penasihat
PA 212 kembali ke ruang rapat.
Tak lama
kemudian, Prabowo Subianto masuk ke ruang rapat, menyusul sejumlah
Sekjen Partai seperti Ahmad Muzani (Gerindra), Eddy Soeparno (PAN), dan
Afriansyah Ferry Noor (PBB).
Sesaat setelah
Amien Rais memulai rapat, Amien Rais mempersilahkan Prabowo Subianto
untuk berbicara apa yang akan dia perjuangkan jika didukung PA 212.
Namun reaksi Prabowo justru di luar dugaan.
Prabowo
bicara kencang dengan nada suara yang tinggi. Prabowo marah karena
mereka kelihatannya yang meragukan kualitas keislamannya, ibadahnya,
kemampuannya mengaji dan menjadi imam shalat.
Yang
sangat mengejutkan, Prabowo berbicara dengan suara yang meninggi dan
meninju keras meja rapat di depannya, sampai lima kali tinju.
Para ulama dan tokoh-tokoh lainnya yang hadir pada saat itu terperanjat dan terkaget-kaget. Suasana pun berubah menjadi tegang.
Akibat
Prabowo ngamuk, pertemuan PA 212 saat itu akhirnya menjadi legitimasi
bahwa PA 212 secara resmi merekomendasikan Prabowo Subianto menjadi
capres.
Tidak ada musyawarah, tidak ada voting, dan Ijtima Ulama 1 itu berlangsung dengan nama tunggal Prabowo sebagai calon Presiden.
Orang
seperti Prabowo ini kalau malaikat tolak setan tarik lalu benar-benar
jadi Presiden RI, bisa sangat bahaya. Apapun kemauannya harus dituruti.
Kalau tidak nurut, siap-siap saja kena gampar dan jadi sasaran
amukannya.
Rapat Kabinet para Menteri pun akan
menjadi momen yang sangat menakutkan bagi para Menterinya karena takut
jadi sasaran amukannya Probaowo Subianto.
Pada
pilpres 2009 juga dia pernah lempar HP ke para petinggi PPP hanya
lantaran PPP menarik dukungan ke Gerindra. Di kalangan internal Partai
Gerindra, sikap galak Prabowo jika jengkel atau marah juga hal biasa
Salah satu bentuk kemarahannya yang selama ini menjadi rahasia orang
dalam Gerindra adalah kebiasaanya melempar handphone jika berang.
Handphone yang dipegangnya bisa dibanting di atas meja, bisa juga dilempar ke orang yang dimarahinya.
Prabowo Subianto pernah lempar HP ke para petinggi PPP saat mereka menarik dukungan terhadapnya pada Pemilu 2009 yang silam.
Saat
itu para petinggi PPP yang menemuinya yaitu Suryadharma Ali, Suharso
Monoarfa, Hasrul Azwar, dan Joko Purwanto menemuinya. Maksud kedatangan
mereka untuk mengutarakan niat PPP yang akan menarik dukungan dari
Gerindra.
Namun nasib sial menimpa mereka.
Prabowo Subianto ngamuk, lalu mengambil HP-nya di atas meja. Sambil
marah-marah, Prabowo lempar HP-nya itu ke mereka saat itu bisa mengelak
dari lemparan HPnya Prabowo. Kalau tidak, benjutnya bisa sebesar bakpao.
Bukan
hanya itu saja Prabowo juga pernah ngamuk dan marah besar saat
parpol-parpol yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih yang mantap
surantap itu akhirnya menyeberang mendukung Jokowi.
Mereka
dengan legowo menerima Keputusan Mahkamah Konstitusi terkait sengketa
Pilpres 2014, sekaligus mengukuhkan kemenangan Jokowi-JK. Tak ayal lagi,
Prabowo pun bete tingkat dewa dan ngamuk-ngamuk.
"Kalian
berkhianat? Dapat apa kalian dari Jokowi?" katanya dengan suara tinggi.
Semua menyaksikan kemarahan Prabowo di lantai 26 Hotel Grand Hyatt
Jakarta pada hari Kamis, tanggal 21 Agustus 2014 yang lalu.
Prabowo
kemudian ngeloyor pergi meninggalkan ruangan sambil ngedumel dan
kembali seraya tetap bersungut-sungut menolak keputusan Mahkamah
Konstitusi. Suasana saat itu sangat tegang. Hal itu diakui Akbar
Tandjung.
Saya juga melihat dengan mata kepala
sendiri galaknya Prabowo saat deat capres paa pilpres 2014 yang lalu.
Suaranya meledak-ledak, dikit-dikit curigaan dengan
pertanyaan-pertanyaan dari kubu Jokowi-JK seolah-olah mau menjebaknya.
Dan
yang lebih kentara lagi temperamen sumbu pendeknya yaitu melihatnya
muring-muring dan mencak-mencak tidak karuan saat disinggung Jusuf Kalla
soal penuntasan HAM di masa lalu.
Bagaimana mau
memimpin negara ini kalau punya temperamen sumbu pendek begitu? Salah
sedikit habislah para Menterinya. Salah sedikit dengan negara lain,
bisa-bisa berujung perang. Yang modar ya kita-kita ini juga.
Tentu saja NKRI akan bubar jika dipimpin oleh kepala negara yang temperamennya sumbu pendek dan tukang mengamuk membabi buta.
Contoh
nyatanya negara kita pernah hampir bubar dipimpin oleh kepala negara
sumbu pendek, yaitu the smilling murder Presiden Soeharto itu. Sekali
batuk saja sudah bikin para Menterinya gemetar dingin.
Makanya
saya bilang jangan mimpi bagi kaum sumbu pendek bisa jadi Presiden
NKRI, apalagi tukang lempar HP dan tukang tinju meja . Mana mau rakyat
punya Presiden cepat ngamukan begitu. Amit-amit.Sumber Opini : https://seword.com/politik/dari-lembar-hp-sampai-tinju-meja-demi-jadi-presiden-jrBHMeZMu
Kena Lu!!! Mengacau, Eggi Sudjana Diusir Dari Mubes Pers
”Eggi Sudjana Pengacau! Eggi Sudjana Pengacau! Pengacau acara Eggi
Sudjana, suruh keluar. Suruh kluar Eggi. Eggi Sudjana kluar! Kita
independent di sini. Ini bukan panggung politik. Ini panggung kita
pers.”
Sumber Youtube : https://youtu.be/YzB-1XQ8FR4
Demikianlah seruan salah satu peserta Musyawarah
Besar Pers Indonesia (Mubes Pers) di TMII, 18 Desember 2018, menanggapi
orasi Eggi Sudjana yang memprovokasi dengan seruan ganti presiden.
Dalam
video tersebut suasana terlihat gaduh tak kondusif. Acara kemudian bisa
kondusif setelah Eggi dievakuasi dari tempat acara. Wartawan senior dan
panitia dengan sigap mengondusifkan acara.
Tetapi Eggi membantah diusir dari acara tersebut. Dia mengaku menghentikan sendiri ceramanya dan meninggalkan tempat tersebut.
*"Nggak
lah nggak diusir. Diusir kan kalau sayanya nggak mau pergi tapi dipaksa
pergi itu namanya diusir kalau saya yang memberhentikan ceramah
kemudian saya keluar bukan diusir namanya malah saya meninggalkan
forum.”* (Eggy, Suara)
Sumber Youtube : https://youtu.be/hOEYbYWT07I
Eggi adalah undangan
di acara tersebut dan diberi kesempatan untuk membuka acara sebagai
kata sambutan. Eggi menyampaikan bahwa pers harus bekerja secara jujur,
adil dan benar. Kemudian Eggi berbicara tentang kepemimpinan dan
keinginan untuk perubahan. Saat berbicara itulah peserta kemudian
mengatakan keberatannya terhadap ceramah Eggi.
Namun
Eggi membela diri bahwa dia harus berbicara seperti itu karena memang
sesuai dengan momentum perubahan yaitu Pemilu. Dia menyatakan
keinginannya untuk ganti presiden. Dia merasa dirinya bebas mengatakan
keinginan ganti presiden karena peserta juga punya hak untuk tidak ganti
presiden. Tetapi dia merasa lebih baik berhenti dan keluar.
*"Apa
momentumnya, momentumnya adalah pemilu. Nah pemilu itu 17 April 2019
kita atau saya berharap ganti presiden. Nah baru ngomong disitu langsung
diteriakin begitu. Saya minta ganti presiden nah ada peserta yang nggak
setuju. Sekarang pakai logika dong dia setuju dua periode kan boleh,
kok saya minta ganti presiden nggak boleh. Tapi karena saya lebih merasa
dewasa karena ini masih banyak yang datang, ya, saya berhentiin saya
punya ceramah, saya jalan aja, saya keluar.”* (Eggi, Suara)
Mungkin
Eggi tidak sadar dia di mana. Dia memang punya hak untuk mengatakan
ganti presiden. Itu adalah konstitusionalnya sebagai warga negara.
Tetapi dia juga harus menghargai orang lain di hadapannya. Di hadapannya
adalah orang yang independen, pers. Mereka itu bukan keberatan dengan
pilihan Eggi, melainkan mereka forum itu bukan panggung politik
sebagaimana dimaksudkan Eggi.
Terserah Eggi
menyatakan sikap politiknya tetapi harus tetap memperhatikan situasi,
tempat dan kondisinya. Mubes Pers tersebut sudah jelas bukan panggung
politik. Andaikan pun pihak Jokowi berorasi politik di forum tersebut
pasti akan mendapat perlakuan yang sama. Pers harus dijauhkan dari
kepentingan politik. Itulah keberatan mereka.
Namun
sepertinya Eggi tidak paham itu. Mungkin dia kira semua panggung adalah
panggung politik. Tidak heran kalau mimbar ceramah agama pun dijadikan
panggung politik. Terlalu naif dan bodoh saya kira. Sejatinya sudah baik
pers masih mengundang Eggi ke Mubes mereka mengingat Prabowo mengatakan
mata wartawan ditaro’ di dengkul. Beberapa kali juga Prabowo marah
kepada pers. Bahkan Prabowo menuduh pers sebagai bagian dari penghancur
demokrasi. Tetapi dengan berbesar hati Mubes Pers masih mengundang Eggi
yang sudah jelas-jelas politisi pendukung Prabowo bahkan bagian inti
dari PBN Prabowo-Sandi.
Tetapi sebenarnya agak
aneh Eggi begitu nekat berorasi ganti presiden di forum pers yang sudah
jelas-jelas tidak berpihak dalam politik dan bukan forum politik.
Andaikan misalnya di acara wawancara televisi yang sudah jelas-jelas
disediakan untuk panggung politik, maka tidak salah kalau Eggi
memanfaatkan kesempatan untuk orasi politik.
Ada
kecurigaan saya, Eggi sengaja melakukan itu demi menarik perhatian
untuk kepentingan popularitas. Karena tidak jarang kubu Prabowo memang
bertingkah bodoh dan menjijikkan demi meningkatkan pemberitaan di media
massa. Tempe setipis ATM, Rp100 ribu hanya dapat bawang dan cabai dan
kepala pete adalah contoh-contoh kekonyolan yang dilakukan capresnya.
Hanya
saja kalau itu memang ditujukan untuk meningkatkan popularitas dan demi
pemberitaan, maka itu adalah strategi terbodoh yang pernah saya lihat.
Sudah sangat jelas narasi yang terbangun adalah narasi negatif seperti
Eggi pengacau, Eggi diusir, Eggi ditolak pers, yang semakin menambah
daftar buruk kubu mereka sendiri.
Kalau bukan
untuk kepentingan popularitas, ya berarti Eggi memang benar-benar bodoh
saja. dia tidak tahu tempat di mana dia harus berbicara politik.
Seolah-olah semua panggung adalah panggung politik. Ya sudah makan tuh
pengusiran.Sumber Opini : https://seword.com/politik/kena-lu-mengacau-eggi-sudjana-diusir-dari-mubes-pers-_HMchRxmc
Ketika yang Lain Hanya Prihatin, Yusril Lakukan Hal Nyata Terkait Muslim di China.
Assalamualaikum.
Salam merdeka 100%
Foto
artikel tersebut adalah foto salah seorang Guru Bantu Provinsi Riau
saat kunjungan Prof Yusril ke Pekanbaru Riau beberapa hari lalu. Dalam
artikel kali ini saya masih akan bercerita tentang sosok idola saya
Prof. Yusril Ihza Mahendra. Ketika beberapa tokoh nasional mengutuk
pelanggaran HAM yang dilakukan Pemerintah China atas muslim Uighur di
Xinjiang, pengacara pagawai Honorer ini langsung tancap gas melakukan
langkah nyata.
Ketua Umum Partai Bulan Bintang
(PBB) Yusril Ihza Mahendra menyurati Komisaris Tinggi PBB Urusan HAM
(United Nations High Commission for Human Rigths) atau UNCHR di Jenewa,
Swiss. Surat itu berisi permintaan kepada UNCHR untuk menyelidiki kasus
dugaan pelanggaran HAM yang dilakukan Pemerintah China atas muslim
Uighur di Xinjiang.
Hal itu dinyatakan Yusril
Ihza Mahendra bersama Afriansyah Noor selaku Ketua Umum dan Sekretaris
Jenderal Partai Bulan Bintang dalam sepucuk surat yang dikirimkan kepada
Ketua OHCHR di Jenewa, Swiss, hari ini.
Surat
dalam bahasa Inggris itu juga ditembuskan kepada Sekjen Organisasi
Kerjasama Islam di Saudi Arabia dan Pemerintah RI di Jakarta.
Yusril
mengatakan, Partai Bulan Bintang yang dipimpinnya mengutuk keras
tindakan kekejaman yang dilakukan Pemerintah China yang memaksa Muslim
Uighur untuk meninggalkan keyakinan agamanya dan beralih memeluk
Atheisme.
Pemerintah China, menurut Yusril,
wajib mematuhi Piagam PBB dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang
menjamin kebebasan memeluk agama.
Ribuan
Muslim Uighur kini dimasukkan kamp konsentrasi untuk diindoktrinasi
faham athesime sesuai ajaran Komunis yang secara resmi dianut oleh
negara itu.
Pemerintah China berdalih, kamp
konsentrasi itu adalah tempat untuk melakukan “pendidikan” kepada warga
negaranya yang menganut faham ekstrimisme dan separatisme. Umat Islam di
Xinjiang dan suku Han yang beragama Islam, selama ini dianggap
Pemerintah China sebagai kelompok ekstrimis.
Perlakuan
Pemerintah China terhadap umat Islam, kata Yusril, sangat melukai
perasaan umat Islam di seluruh dunia. Karena itu Yusril minta OHCHR
untuk segera mengirimkan tim penyelidik independen untuk mengungkapkan
kepada dunia tentang adanya pelanggaran berat HAM yang dilakukan secara
sistematik, terstruktur dan meluas di China. Dunia harus memberi sanksi
atas pelanggaran HAM yang berat itu.
Selain
meminta OHCHR, Yusril juga mendesak Oranisasi Kerjasama Islam (OKI)
untuk secara aktif memantau pelanggaran HAM atas umat Islam di China.
Negara-negara OKI dapat mengambil langkah bersama untuk menghentikan
pelanggaran HAM ini.
Yusril juga mendesak
Pemerintah RI untuk mengambil inisiatif membahas pelanggaran HAM
terhadap umat Islam di China ini. “Sebagai negara mayoritas Muslm
terbesar di dunia, Pemerintah Indonesia dapat mengambil prakarsa
mengajak negara-negara anggota OKI lainnya untuk melakukan pertemuan
khusus membahas situasi di Xinjiang”.
Masih
menurut Prof Yusril, Pemerintah RI secara mandiripun dapat mengambil
langkah diplomatik mencegah Pemerintah China melakukan pemaksaan
terhadap umat Islam di sana.
“Kepentingan
China di negara kita juga cukup banyak. Karena itu, kita juga dapat
memberi tekanan diplomatik kepada Pemerintah China untuk menghentikan
pemaksaan terhadap umat Islam di China. Ini adalah persoalan kemanusiaan
dan HAM, bukan ingin mencampuri urusan dalam negeri China”. Demikian
dikemukakan Yusril kepada wartawan di Jakarta.
Kesimpulan dan Penutup.
Sebagai
penduduk muslim terbesar dunia, sudah sepatutnya langkah-langkah nyata
dilakukan sebagaimana apa yang dilakukan Prof. Yusril. Jika para
pemangku kebijakan hanya mengutuk tanpa melakukan upaya nyata, saya
yakin itu tidak akan merubah apapun di sana.
Prof.
Yusril sudah melakukan upaya tersebut, seberapa besar pengaruhnya surat
Prof. Yusril tersebut, saya meyakini sedikit banyak ada pengaruhnya
karena beliau bukan saja tokoh hukum yang diandalkan di dalam negeri
tetapi sudah cukup berbuat untuk hukum secara global.
Maka
dari itu, sebagai aktivis kemanusian khususnya pegawai honorer maka tak
berlebihan kalau saya ingin sekali mengatakan bahwa Yusril telah nyata
#BelaIslam
#BelaNKRI
#BelaRakyat
#BelaHonorer
Tak
berlebihan saya katakan demikian, karena sepanjang saya mengenal
beliau, Yusril pribadi yang baik, tak banyak bicara tapi kerja nyata.
Salam merdeka 100%
Yolis Syalala
Yolis Suhadi, SH
ketua Advokasi Hukum Front Pembela Honorer Indonesia (FPHI)
Sumber Opini : https://seword.com/umum/ketika-yang-lain-hanya-prihatin-yusril-lakukan-hal-nyata-terkait-muslim-di-china-ONQ7Ddte2
Soal Gertak Tiongkok, Beda Jokowi, Beda Duterte
Kalau Presiden
Filipina Rodrigo Duterte menyikapi masalah Tiongkok yang merebut Laut
Cina Selatan dari teritorial Filipina dengan emosi, mencak-mencak, dan
maki-maki Tiongkok, maka Presiden kita pak Jokowi hanya pakai cara yang
lebih halus namun sangat nyelekit.
Dengan cara
simbolis Presiden Jokowi pernah bawa kapal perang ke Natuna karena
Tiongkok mengklaim bahwa Natuna masuk dalam garis Laut Cina Selatan.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte adalah presiden yang emosian, bertemperamen tinggi, dan cepat tersulut amarah.
Presiden Duterte dulu langsung ngamuk dan ancam negara Tiongkok, ’talk or fight!’ (musyawarah atau perang!), akan tetapi pak Jokowi tanpa banyak cingcong langsung bawa kapal perang NKRI ke Natuna.
Duterte
sering ngamuk dan melontarkan kata-kata kasar kepada Tiongkok, termasuk
Amerika Serikat, jika ada sesuatu yang mengganjal dan tidak berkenan di
hatinya.
Duterte dulu pernah berseteru dengan
Presiden Amerika Serikat saat itu, Barrack Obama, lantaran Obama
mengecam prilaku sadis Duterte yanq membantai mati ribuan bandar narkoba
di Filipina.
Menurut Barrack Obama tindakan
Duterte adalah pelanggaran HAM berat. Tak ayal lagi Obama pun dicaci
maki habis-habisan sama Duterte dan bilang jangan ikut campur urusan
negaranya.
Sehingga Barrack Obama pun langsung
membatalkan kunjungan kenegaraannya ke Filipina. Ya itulah sekelumit
darah tingginya Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Soal
Laut Cina Selatan, Presiden Jokowi juga sempat panas hati saat Natuna
diklaim masuk Laut China Selatan. Tapi Presiden Jokowi tidak langsung
ngamuk-ngamuk dan mencak-mencak ke Tiongkok seperti Duterte.
Pak
Jokowi pakai cara yang lebih halus tapi mematikan, yaitu dengan cara
bawa langsung kapal perang dengan peralatan perang yang lengkap ke
Natuna.
Dengan keberadaan Presiden Jokowi dan
Kapal Perang NKRI di kepulauan Natuna, sampai sekarang tidak diganggu
lagi sama Tiongkok, kecuali Filipina yang masih pusing tujuh keliling
dirongrong terus sama Tiongkok tiada henti karena Presidennya emosian.
Saya
ingat dulu saat debat capres pada Pilpres 2014 yang lalu, dalam satu
sesi soal konflik Laut Cina Selatan yang disentil Prabowo, pak Jokowi
mengatakan kalau sudah berurusan dengan kedaulatan bangsa, saya akan
bikin rame.
Ucapan pak Jokowi tersebut membuat
Prabowo saat itu langsung terdiam. Dipikirnya pak Jokowi tidak punya
nyali. Dan itu dibuktikan sendiri oleh Presiden Jokowi.
Pada
tahun 2016 yang lalu, pak Jokowi langsung bawa kapal perang ke
Kepulauan Natuna lantaran Tiongkok mengklaim bahwa kepulauan Natuna
masuk dalam garis Laut China Selatan.
"Tadi Mbak
Yenny menyampaikan, waktu ada klaim Natuna itu masuk dari bagian,
garisnya Laut China Selatan. Bener. Saya juga panas. Saya bawa kapal
perang, saya ke Natuna," ujar pak Jokowi.
Pernyataan
tersebut disampaikan Presiden Jokowi saat menghadiri deklarasi ulama
Madura untuk Jokowi-Ma'ruf Amin pada hari Rabu, tanggal 19 Desember
2018.
"Saya sampaikan bahwa Natuna adalah
teritorial Indonesia di atas kapal perang, waktu itu. Karena penduduk di
Kabupaten Natuna itu 169 ribu jiwa, itu adalah penduduk Indonesia”.
“Masa
ada yang mau mengklaim-mengklaim? Kalau ada yang mau ngajak berantem,
ya kita ramai-ramai. Iya, jelas itu wilayah kita," lanjut pak Jokowi.
Tidak
ada cerita Natuna adalah bagian dari garisnya Laut Cina Selatan karena
kepulauan Natuna adalah wilayah kedaulatan NKRI sejak jaman nenek moyang
kita dulu.
Laut
Cina Selatan selama ini selalu jadi rebutan oleh Tiongkok, negara Super
Power di Asia itu. Tiongkok mengklaim secara sepihak bahwa Laut Cina
Selatan adalah bagian dari kedaulatan Tiongkok.
Tiongkok berpedoman pada latar belakang sejarah Cina kuno dahulu kala tentang peta wilayah kedaulatan Cina.
Menurut
Tiongkok, wilayah Laut Cina Selatan ditemukan oleh leluhur mereka,
yaitu Dinasti Han pada abad ke-3 sebelum Masehi dan Dinasti Yuan pada
abad ke-12 Masehi.
Pengakuan itu kemudian diperkuat lagi pada jaman Dinasti Ming dan Dinasti Qing pada abad ke 13 Masehi.
Namun pengakuan Tiongkok yang sepihak itu dipatahkan oleh keputusan pengadilan Arbitrase Internasional di Den Haag, Belanda.
Pengadilan
Arbitrase Internasional memutuskan bahwa tidak ada bukti yang kuat
bahwa secara historis Tiongkok pernah menguasi perairan tersebut beserta
sumber alamnya.
Sekalipun Pengadilan Arbitrase
Internasional sudah menolak mentah-mentah klaim Tiongkok, sampai saat
ini Tiongkok terus berupaya ingin menguasai perairan Laut Cina selatan
Bagaimana
Tiongkok tidak mati-matian ingin menguasai kawasan Laut Cina Selatan
itu, selain letaknya yang sangat strategis sebagai jalur perdagangan
dunia, Laut Cina Selatan juga menyimpan kekayaan alam yang sangat
melimpah ruah.
Laut Cina Selatan adalah wilayah
laut dengan rute tersibuk di dunia yang dikelilingi sepuluh negara,
yaitu Tiongkok, Taiwan, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura,
Indonesia, Brunei Darussalam, dan Filipina.
Selain
itu perairan Laut Cina Selatan juga mencakup Teluk Siam yang dibatasi
oleh Vietnam, Kamboja, Thailand dan Malaysia, serta Teluk Tonkin yang
dibatasi oleh Vietnam dan Tiongkok.
Perairan
Laut Cina Selatan itu dilalui jalur pelayaran perdagangan dan jalur
komunikasi internasional yang menghubungkan Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik.
Lebih dari separuh perdagangan dunia
berlayar melewati jalur strategis itu setiap harinya dengan omzet yang
mencapai US$ 5 triliun setiap tahunnya.
Kawasan
Laut Cina Selatan memiliki cadangan minyak mentah dan gas alam sebesar
17,7 miliar ton. Bagaimana Tiongkok tidak tambah kaya raya kalau kawasan
tersebut dieksplorasi secara besar-besaran.
Bukan
hanya itu saja, kandungan gas alam di Laut Cina Selatan juga memiliki
sumber kandungan hidrokarbon sebesar 70% gas alam dengan kapasitas 20
triliun kubik per tahun.
Ini yang bikin Tiongkok berupaya mati-matian untuk mencaplok perairan Laut Cina Selatan sebagai wilayah teritorial mereka.
Presiden Jokowi tentu saja bukan hanya sekadar gertak sambal belaka dan asal bikin rame jika harus berhadapan dengan Tiongkok.
Sekalipun
Tiongkok adalah negara Super Power kedua di dunia, Presiden Jokowi
tentunya telah memperhitungkan segala sesuatunya dengan cermat jika pada
akhirnya mau tak mau harus mengusir Tiongkok dari wilayah kedaulatan
NKRI.
NKRI Harga Mati.
#JokowiLagi
Setingan Emak-Emak Bayaran, Kades Pendukung Sandi Akhirnya Dijebloskan Ke Lapas!
Kasus Kades Nono
alias Suhartono semakin membuka mata masyarakat betapa cara-cara
berpolitik yang dilakukan pasangan Capres- Cawapres Prabowo-Sandi memang
penuh dengan drama dan sandiwara.
Kasus Kades
Nono alias Suhartono yang merebak di media tersebut tersebut langsung
menguatkan dugaan tentang eksistensi figuritas 'emak-emak' yang biasa
menjadi ikon kampanye Sandi, tak lebih hanya sekedar emak-emak bayaran?
Seperti dilansir
detikNews, Kepala Desa (Kades) Sampangagung, Kecamatan Kutorejo,
Suhartono akhirnya dijebloskan ke Lapas Klas IIB Mojokerto. Kades yang
akrab disapa Nono ini harus menjalani hukuman penjara selama 2 bulan dan
denda Rp 6 juta setelah divonis bersalah melakukan tindak pidana
Pemilu.
Suhartono tiba di kantor Kejaksaan
Negeri Kabupaten Mojokerto sekitar pukul 12.00 WIB. Terpidana dijemput
dari rumahnya secara persuasif oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU).
Penjemputan Nono juga dibantu anggota Polres Mojokerto.
Hampir
satu jam Nono diminta melengkapi administrasi dan pemeriksaan kesehatan
di lantai dua kantor kejaksaan. Kades berpenampilan nyentrik ini lantas
digelandang ke mobil tahanan untuk dikirim ke Lapas Klas IIB Mojokerto
di Jalan Taman Siswa.
Suhartono harus menjalani
hukuman penjara selama 2 bulan. Hal itu sesuai dengan vonis yang
dibacakan majelis hakim Pengadilan Negeri Mojokerto pada Kamis (13/12).
Selain hukuman penjara, Nono juga wajib membayar denda Rp 6 juta
subsider 1 bulan kurungan.
Suhartono dinyatakan
bersalah oleh Majelis Hakim PN Mojokerto karena terbukti melakukan
tindak pidana Pemilu dengan mendukung Cawapres Sandiaga Uno. Rudy
berharap perkara yang menjerat Nono menjadi pelajaran bagi Kades lainnya
di Indonesia agar menjaga netralitas selama tahapan Pemilu 2019.
"Saya berharap ini menjadi pelajaran bagi seluruh Kades supaya bersikap netral," terangnya.
Yang
menarik, selama 7 hari masa persidangan yang dilakukan Pengadilan
Negeri Mojokerto, cukup banyak terungkap fakta-fakta yang membuat miris
tentang cara-cara yang dilakukan Nono yang harusnya bersikap netral
sebagai Kades namun justru terlibat aktif menyiapkan acara penyambutan
Sandiaga serta aktif pula di acara penyambutan tersebut.
Acara
penyambutan Sandiaga diawali dengan rapat di rumah Kades Suhartono pada
hari Jumat (19/10) yang melibatkan terdakwa, istrinya beserta Ketua
Karang Taruna Desa Sampangagung Sunardi dan sejumlah warga lainnya.
Pasca
rapat, Sunardi yang merupakan Ketua Karang Taruna Desa Sampangagung
langsung memesan spanduk dan banner bertuliskan ucapan selamat datang
dan dukungan untuk Sandiaga keesokan harinya. Dan tak sekedar memesan
spanduk serta banner, musik patrol dipesan pula demi lebih meramaikan
acara penyambutan Sandiaga tersebut.
Selain
bersikap tidak netral, Kades Suhartono yang berpenampilan agak nyentrik
ini juga melakukan money politic karena mendikte mendikte istrinya
untuk mengirim pesan di grup whatsapp PKK Desa Sampangagung dengan isi
pesan berupa ajakan untuk hadir di acara penyambutan Sandiaga sekaligus
janji akan memberi uang saku sebesar dua puluh ribu rupiah bagi setiap
ibu-ibu yang hadir.
Puncaknya, sekitar 200 massa
yang digalang Kades Suhartono menghadang rombongan Sandiaga di Jalan
Raya Pacet, Desa Sampangagung Pada hari Minggu (21/12) sekitar pukul
empat sore, karena memang pada saat tersebut Cawapres nomor urut 2 itu
akan berkampanye di wisata air panas Padusan, Pacet, Mojokerto.
Kades
Suhartono turut aktif pula dalam acara penyambutan Sandi tersebut.
Dengan memakai kemeja putih bertuliskan Sapa Prabowo, Kades Suhartono
lantas mendekati Sandi untuk berfoto sembari mengacungkan dua jari.
Kejadian
seperti tersebut di atas tak pelak lagi semakin menimbulkan prasangka,
apakah emak-emak yang selama ini terus menjadi ikon kampanye Sandi,
sebenarnya tak lebih hanya sekedar emak-emak bayaran? Sebab untuk
menghadirkan ‘emak-emak PKK’ Desa Sampangagung dan kawan-kawannya bahkan
Kades Suhartono sampai mengaku telah menghabiskan dana yang tak kurang
dari dua puluh juta rupiah, yang salah satunya tentu saja dibagikan
kepada ‘emak-emak’ yang datang ke acara Sandi tersebut, dengan nominal
yang berbeda untuk masing-masing ‘emak-emak’ tersebut mulai dari dua
puluh ribu, lima puluh ribu hingga bahkan seratus ribu rupiah per-emak.
Apa
iya Sandi udah segitunya? Bahkan hanya demi seolah-olah dirinya adalah
idola emak-emak sampai hati melakukan sandiwara amat tak cantik yang
jelas sekali skenario buatannya itu, hingga membuat sang Kades
dijebloskan ke Lapas?
Sumber gambar dan sumber berita:
Sumber Opini : https://seword.com/politik/setingan-emakemak-bayaran-kades-pendukung-sandi-akhirnya-dijebloskan-ke-lapas-nAR_Qdi8D
Sindiran Tingkat Tinggi Mahfud MD kepada Prabowo
Prabowo bikin ulah
lagi. Mengatakan Indonesia akan punah kalau mereka kalah. Dan saya tidak
mengerti kenapa Prabowo sampai berucap demikian. Pada kenyataannya
Indonesia baik-baik saja meski pun Prabowo telah kalah tiga kali pada
pilpres. Pertama kali, Prabowo kalah dalam konvensi Golkar yang mencari
capres pada tahun 2004 yang mana saat itu dimenangkan oleh Wiranto yang
berpasangan dengan Salahuddin Wahid.
Yang kedua,
Prabowo kalah dari SBY, ketika dirinya berpasangan dengan Megawati.
Saat itu Prabowo menjadi cawapresnya Mega dan kalah dari SBY yang
berpasangan dengan Budiono. Kekalahan yang kedua kalinya ini membuat
Prabowo semakin penasaran. Kenapa dirinya tidak terpilih.
Hubungan
baik antara Prabowo dengan Megawati pun mulai merenggang tatkala
Megawati lebih memilih Jokowi daripada memberikan kesempatan kepada
Prabowo. Dan Prabowo pun mulai mengungkit-ungkit perjanjian Batutulis.
Namun Megawati bersama PDIP tetap bersikukuh mendukung Jokowi menjadi
capres dari PDIP.
Kekesalan Prabowo kepada
Megawati terus merembet kepada Jokowi. Jokowi dianggap tidak bisa
berbalas budi. Karena telah diusung oleh Gerindra pada pilkada DKI
berpasangan dengan Ahok. Dan sekarang justru menjadi rival Prabowo pada
pilpres 2014.
Kekalahan ketiga diderita Prabowo
ketika dirinya yang berpasangan dengan Hatta Radjasa kalah telak dari
pasangan Jokowi-JK. Padahal Prabowo sudah habis-habisan mengeluarkan
dana untuk mengiklankan dirinya di semua stasiun televisi swasta saat
itu. Tetapi efeknya tidak sesuai dengan harapan Prabowo. Dirinya tetap
kalah dari Jokowi.
Kekalahan yang ketiga ini
tetap tidak menyurutkan ambisi Prabowo untuk menjadi RI1. Dan untuk
kesekian kalinya Prabowo menjadi capres. Dan pilpres kali ini akan
menjadi pilpres yang paling menegangkan bagi Prabowo. Bagaimana tidak,
jika tidak terpilih lagi maka gelar capres abadi akan melekat kepada
dirinya seumur hidup. Untuk itu, Prabowo menggunakan segala cara untuk
memenangkan pilpres kali ini.
Meski pun Prabowo
telah tiga kali kalah dalam pilpres. Dan sampai saat ini, Indonesia
tidak punah-punah juga. Jadi, anggapan bahwa Indonesia akan punah jika
Prabowo tidak terpilih itu hanya ancaman kosong dari Prabowo.
Jika
pada tahun-tahun sebelumnya Prabowo gagal menggunakan hoaks untuk
menjatuhkan Jokowi. Meski pun pada kali ini Prabowo tetap menggunakan
hoaks untuk menyerang Jokowi, Prabowo kali ini juga menerapkan strategi
yang digunakan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Trump
yang semula tidak diunggulkan itu akhirnya dapat mengalahkan Hillary
dalam pilpres Amerika Serikat. Gaya Trump yang mengancam pers. Dengan
menakut-nakuti rakyat Amerika. Dan akhirnya memenangkan pemilihan
presiden Amerika Serikat, membuat Prabowo mencoba melakukan strategi
yang digunakan oleh Trump. Siapa tahu dengan menggunakan strategi
menakut-nakuti rakyat Prabowo akan memenangkan pilpres kali ini. Itulah
harapan dari Prabowo.
Negara Indonesia akan
bubar pada tahun 2030. Jika Prabowo tidak terpilih Indonesia akan punah.
Dan berbagai ancaman yang menakutkan selalu didengungkan oleh Prabowo.
Seakan-akan tanpa Prabowo Indonesia tidak dapat berbuat apa-apa. Padahal
kenyataannya Indonesia bertambah maju di bawah kendali Jokowi.
Negara-negara lain yang ingin mempermainkan kedaulatan Indonesia justru
tidak berkutik di bawah pimpinan Jokowi.
Saya
tidak yakin, kalau di bawah kepemimpinan Prabowo Indonesia bisa semaju
ini. Untuk Freeport saja Jokowi bisa ambil alih, Prabowo malah
mengatakan Indonesia harus tunduk kepada kedaulatan Amerika. Ketika
semua orang mengancam pemindahan kedutaan Australia untuk Israel ke
Yerusalem, Prabowo malah mengatakan kita tidak bisa mengintervensi
kedaulatan Australia. Piye tho?
Untuk masalah
Indonesia yang akan punah kalau Prabowo tidak terpilih. Prof. Mahfud MD
pun menyindir telak Prabowo dengan menganalogikannya dalam kasus
Mourinho, pelatih MU yang dipecat karena MU kalah dari Liverpool.
‘Sy
baru dengar berita itu, seharian sy ngajar di Undip. Sy akan cek dulu.
Tp kalau Mou memang melanggar hukum sepakbola ya tak apa2 dicopot. Kabar
sementara, dia dicopot krn bilang "kalau MU kalah lawan Liverpool maka
MU akan punah". Ternyata MU kalah, maka dia yg dipunahkan. ‘
Telak
sekali sindiran dari Mahfud MD ini. Mengibaratkan MU akan punah kalau
kalah dari Liverpool seperti kata pelatih MU yang besar omong itu,
begitu juga dengan Prabowo yang mengatakan Indonesia akan punah kalau
Prabowo kalah dari Jokowi. Padahal sebenarnya bukan MU atau Indonesia
yang akan punah, tetapi justru yang mengucapkan kalimat tersebut yang
akan punah. Mourinho dipecat dari MU karena MU kalah dari Liverpool.
Sedangkan Prabowo akan punah hilang dari perpolitikan Indonesia kalau
kalah dari Jokowi.Sumber Opini : https://seword.com/politik/sindiran-tingkat-tinggi-mahfud-md-kepada-prabowo-OcsvGkKBz
Menag: Dari Habaib, Lahir Guru dan Mubaligh Indonesia
Islamindonesia.id – Menag: Dari Habaib, Lahir Guru dan Mubaligh Indonesia
Menteri
Agama Lukman Hakim Saifuddin mengapresiasi peran para sayyid dan habaib
yang berasal dari Hadramaut, Yaman Selatan, dalam penyebaran Islam di
Indonesia dimulai pada abad ke 17. Menurutnya, banyak guru dan muballigh
Indonesia yang lahir dari hasil didikan mereka, sebagaimana dilansir
dari website kemenag.“Habib” (jamak: Habaib) yang yang secara tekstual berarti “kekasih” adalah gelar kehormatan yang ditujukan kepada para keturunan Nabi Muhammad SAW yang tinggal di daerah Lembah Hadhramaut, Yaman; Asia Tenggara; dan Pesisir Swahili, Afrika Timur. Lebih spesifik lagi, definisi “keturunan” ini mesti dari keturunan Husein, yakni putra Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra (putri Nabi Muhammad SAW).
Secara pemaknaan, Quraish Shihab memberikan penjelasan yang lebih detail mengenai Habib, “Habib itu orang yang mengasihi dan dikasihi. Jadi kalau ‘mengasihi’ dalam bahasa Arab itu artinya ‘muhib’. Kalau ‘yang dikasihi’ itu ‘mahbub’. Kalau ‘habib’, bisa berarti subjek bisa berarti objek. Jadi, ‘habib’ tidak boleh bertepuk sebelah tangan, hanya mau dicintai tapi tidak mencintai orang,” ujar Quraish Shihab, sebagaimana dilansir dari tirto.
Sejarah mencatat, keberadaan para Habib di Indonesia sudah berlangsung lama sejak sebelum kemerdekaan. Dilansir dari ganaislamika.com, para habib sudah datang ke Nusantara dari sejak abad ke-14. Kemudian perkembangan dakwah mereka mencapai puncaknya pada abad ke-15 hingga abad ke-17.
Menag mencontohkan kiprah Habib Ali bin Husin Alatas. Beliau dikenal sebagai, seorang guru yang tawadhu’ dan sederhana. Habib Ali berhasil melahirkan murid-murid yang menjadi ulama besar seperti KH Abdullah Sjafi’ie, pimpinan majelis taklim Ash Syafi’iyah, yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Universitas Islam As- Syafi’iyyah.
Murid lainnya adalah Kyai Haji Tohir Rohili, pimpinan majelis taklim At Tahiriyah, yang mendirikan Yayasan At Tahiriyyah. Termasuk juga KH Syafi’i Hadzami, dan puluhan ulama lainnya.
“Intinya, dari para Habaib inilah, lahir guru dan mubaligh di seluruh wilayah di Indonesia,” terang Menag saat memberikan sambutan pada Peringatan 90 Tahun berdirinya Rabithah Alawiyah di Jakarta, Minggu (16/12).
Baca juga:
Hadir dalam kesempatan ini, Ketua Umum Rabithah Alawiyah Habib Zen Umar Smith beserta jajarannya, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, serta Gubernur DKI jakarta Anies Baswedan dan para habaib.
Umat Islam Indonesia juga mengenal Habib Ali bin Abdurrahman. Majelis Taklim Kwitang yang dibinanya bahkan dapat bertahan selama lebih dari satu abad, hingga sekarang.
Habib Ali, atau lebih dikenal dengan Habib Kwitang ini, tidak pernah mengajarkan ideologi kebencian, politik adu domba, iri, dengki, ghibah, fitnah, dan namimah. Menurut Menag, Habib Ali mengembangkan tradisi kakek-kakeknya dari keluarga Ahlul Bait yang intinya menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, menghormati hak-hak setiap manusia tanpa membedakan manusia atas latar belakang status sosial mereka.
Ada juga Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi yang buku Mauludnya, Simtud Durar, dibaca setiap malam Jumat di banyak tempat di Indonesia. Begitu juga dengan Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad dengan wirid dan ratibnya yang terkenal luas.
“Habib Abdullah Alhadad juga menulis puluhan buku yang bahkan sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris yang bertema spiritual Islam,” jelas Menag.
“Saya kira tidak ada keraguan sedikit pun bahwa golongan keturunan Arab sebagai bagian dari bangsa Indonesia memiliki peran dan sumbangsih yang besar dalam membangun rumah kebangsaan Indonesia. Golongan keturunan Arab memiliki andil dalam pembentukan nasionalisme Indonesia modern dan melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kebudayaan, bahasa, dan tradisi muslim di Nusantara sebagian merupakan hasil akulturasi dengan kebudayan dan tradisi yang berasal dari golongan keturunan Arab,” tandasnya.
PH/IslamIndonesia/Photo Fitur: Kemenag
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/berita/menag-dari-habaib-lahir-guru-dan-mubaligh-indonesia.htm
Analisis – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 1)
islamindonesia.id – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 1)Ahmad Syafii Maarif pada 6 dan 13 November 2018 menulis artikel berseri yang diterbitkan oleh Republika. Artikel tersebut berjudul “Kiblat di Tangan Para Tiran”, yang isinya merupakan kecaman terhadap rezim Arab Saudi. Sebenarnya, cukup banyak penulis lainnya yang juga pernah menulis tentang keburukan rezim Saudi, namun lain halnya apabila Buya –sapaan akrab Ahmad Syafii Maarif—yang menuliskannya, bagaimanapun beliau adalah mantan Ketua Umum Muhammadiyah, salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia. Bahkan saat ini, di usia senjanya, Buya bagi Indonesia sudah dianggap sebagai Bapak Bangsa. Maka sebuah kritikan keras dari seorang Bapak Bangsa bagi rezim Saudi dampaknya akan sangat mengena terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.
Tulisan ini akan mengulas artikel Buya dengan tujuan agar pemikirannya dapat dielaborasi lebih dalam, dan dengan harapan itu dapat tersampaikan secara lebih luas ke masyarakat Indonesia.
Dalam artikelnya, Buya membahas tiga aktor utama, yaitu (1) Rezim Saudi, (2) Ulama Wahhabi, dan (3) Amerika Serikat. Inti dari artikel yang disampaikan Buya, menurut penulis, adalah rasa prihatin beliau ketika dua kota tersuci umat Muslim dikuasai oleh Rezim Saudi yang zalim. Bahkan tidak segan-segan Buya menyebut Rezim Saudi sebagai “tiran”, yang diartikan sebagai “penguasa zalim, penindas, atau jahat,” atau “seseorang yang menggunakan kekuasaannya secara sewenang-wenang atau secara jahat.”
Tidak hanya sampai di sana, label negatif lainnya pun beliau sematkan kepada Rezim Saudi (meskipun beberapa beliau kutip dari penulis lainnya), seperti keji, biadab, palsu (berkedok kemuliaan), brutal, tidak dapat dipercaya, korup, anti-demokrasi, feodal, dan penghambat kemajuan. Kekhawatiran Buya terhadap dikuasainya Mekkah oleh rezim tiran beliau ungkapkan dalam sebuah pernyataan, “Ini masalah sangat besar karena menyangkut kelakuan penguasa dengan segala atribut mulia yang menempel pada dirinya. Umat Muslimin sedunia wajib memahami semuanya ini dengan sikap sangat awas, tidak boleh tiarap. Ini nasib kiblat mereka yang dikunjungi jutaan orang sepanjang waktu.”
Beliau juga membayangkan sikap Nabi Muhmmad SAW apabila masih hidup, “Saya tidak tahu bagaimana sikap Nabi Muhammad SAW menyaksikan perubahan yang dahsyat seperti ini pada saat agama akhir zaman ini semakin sunyi dari roh kenabian. Proses pembaratan besar-besaran begitu nyata sedang digulirkan dan digalakkan di sana (Mekkah dan Madinah). Saya khawatir hati penguasanya telah lama membeku dan membisu terhadap kebenaran, sedangkan ulamanya tidak paham peta.”
Penjaga Kota Suci Islam
Bagi kalangan awam, akan cukup untuk sulit untuk menghubungkan keterkaitan antara Keluarga Saudi, Ulama Wahhabi, dan Amerika Serikat (akan dibahas pada sambungan artikel ini). Pasalnya itu melibatkan sejarah yang amat panjang, dan mesti banyak membaca untuk dapat memahaminya. Jangankan untuk sampai ke sana, keluarga kerajaan Arab Saudi untuk dikatakan zalim saja niscaya banyak yang akan menolaknya, dan sampai tahap tertentu bahkan sampai berujung kepada kemarahan dan merasa terhina. Lebih jauh lagi, itu juga dapat disebut-sebut sebagai penghinaan terhadap agama Islam. Bagaimana mungkin penjaga dua kota suci Islam merupakan orang zalim? Bagi anggapan awam, mereka mestilah orang yang alim, saleh, taat agama, suci, dan sederet label kebaikan lainnya.
Tentunya kita semua masih ingat, bagaimana Raja Salman bin Abdulaziz beserta keluarganya disambut dengan gegap gempita ketika mengunjungi Indonesia pada 2017 lalu. Di Bogor, bahkan sekolah sampai diliburkan dan murid-muridnya dikerahkan untuk menyambut Salman sambil mengibar-ngibarkan bendera Arab Saudi dan Indonesia. Narasi di media sosial massif, “Indonesia diberkahi karena kedatangan Raja Salman.” Pada intinya, segala sesuatu yang datang dari Mekkah, dianggap sesuatu yang baik, sakral, dan suci, karena dari sanalah agama Islam lahir.
Padahal apabila kita mau sedikit menengok ke belakang, dari abad ke abad penjaga dua kota suci Islam selalu berganti. Dan belum tentu semuanya orang baik. Bahkan dalam catatan sejarah, perebutan kota Mekkah dan Madinah, seringkali diwarnai oleh peperangan dan pertumpahan darah di antara sesama Muslim. Berganti Dinasti Islam, maka berganti pula penjaga dua kota sucinya. Dan asal tahu, Dinasti Fatimiyah yang bermadzhab Syiah, ketika berkuasa juga pernah menguasai Mekkah dan menempatkan Amir-nya untuk mengelola dan menjaga kota Mekkah. Ya, Syiah yang di Indonesia seringkali dilabeli stereotip negatif semacam sesat, menyimpang, dan lain-lain.
Belum lagi apabila kita berbicara kontroversi pasukan Yazid dari Dinasti Umayyah yang membakar dan menghancurkan Ka’bah, para budak yang mendirikan Dinasti Mamluk dan menyandera khalifah Abassiyah, Selim dari Dinasti Ustmaniyah Turki yang menaklukan dan menjarah Mekkah, dan Husein bin Ali dari Dinasti Hasyimiyah yang bersekutu dengan Inggris untuk menyingkarkan khalifah Mehmed V. Sejarah penjaga kota suci Islam sangat panjang, dan seringkali diwarnai oleh situsasi politik Dinasti yang sedang berkuasa. Bani Saud, hanyalah salah satu dari sekian banyak dan kebetulan yang terakhir dari penjaga dua kota suci Islam, dan menurut Buya Syafii, mereka jelas-jelas bukan jenis penguasa yang baik, bahkan ucapan beliau lebih keras lagi, yakni zalim!
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/analisis/analisis-trilogi-saudi-wahhabi-amerika-di-mata-buya-syafii-maarif-bagian-1.htm
Analisis – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 2)
islamindonesia.id – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 2)Pada artikel sebelumnya penulis telah menyebutkan bahwa ada tiga aktor utama yang diulas dalam artikel Buya Syafii, mereka adalah (1) Rezim Saudi, (2) Ulama Wahhabi, dan (3) Amerika Serikat. Artikel kali ini akan membahas bagaimana hubungan ketiga aktor tersebut.
Buya Syafii sangat menekankan (sampai dua kali beliau menyuruh) kepada para pembaca untuk membaca artikel dari Prof DR Abdullah Mohammad Sindi (warga Saudi kelahiran Mekkah, 1944) yang menurutnya telah memberikan kritik “yang sangat mendasar, tajam, dan argumentatif” terhadap Rezim Saudi. Artikel tersebut ditulis dalam bahasa Inggris dengan judul Britain, the Rise of Wahhabism and the House of Saud, dan isinya lumayan panjang!
Penulis akan berbaik hati kepada para pembaca dengan membuat rangkuman dari artikel tersebut dan tentunya dalam bahasa Indonesia. Ini penting, karena pemikiran Buya Syafii dalam artikelnya banyak dipengaruhi oleh tulisan yang dibuat oleh Prof DR Abdullah Mohammad Sindi tersebut. Perlu dicatat, ulasan penulis nanti sepenuhnya bersumber dari artikel yang ditulis oleh Sindi. Berikut ini adalah ulasannya:
Pengantar
Wahhabisme adalah sekte resmi dan paling dominan di Arab Saudi pada hari ini. Wahhabi dan Keluarga Saud saling bergantung satu sama lain dan keduanya tidak dapat bertahan hidup tanpa kehadiran salah satunya. Wahhabi mempromosikan keterbelakangan bagi warganya sendiri dengan menolak modernisasi. Selain itu, mereka juga mengharamkan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW ketika sekte Muslim manapun yang lainnnya justru melaksanakannya.
Kelahiran Wahhabisme
Wahhabi dilahirkan di Dir’iyyah (sekarang berada di dekat Riyadh, ibu kota Arab Saudi) dari pendirinya yang bernama Muhammad bin Abdul-Wahhab (1703-92) pada pertengahan abad ke-18. Muhammad bin Abdul-Wahhab (selanjutnya disebut Ibnu Abdul-Wahhab). Dia adalah seseorang yang dididik oleh intelijen Inggris untuk menghancurkan Islam dan Kesultanan Ustmaniyah (Ottoman) dari dalam.
Dalam catatan intelijen Inggris, Abdul-Wahhab digambarkan sebagai seseorang yang sangat tidak stabil, sangat kasar, secara moral bejat, penggugup, arogan, dan abai. Meski demikian Inggris tetap mendidiknya dengan ide-ide tentang pemurnian agama Islam. Juga ditanamkan bahwa dia adalah manusia pilihan Nabi Muhammad yang diberi tugas sebagai penyelamat agama Islam.
Negara Saudi-Wahhabi pertama: 1744-1818
Di Najd, tempat kelahirannya, Ibnu Abdul-Wahhab mulai menyebarkan ajaran pemurnian agama versi Wahhabisme. Karena dianggap ekstrem, dia diusir dari sana. Dia kemudian pindah ke Dir’iyyah. Di sana intelijen Inggris berhasil membujuk penguasa lokal setempat yang tidak terlalu penting untuk mendukung “dakwah” Ibnu Abdul-Wahhab dengan iming-iming uang, dialah yang bernama Muhammad al-Saud.
Pada tahun 1744, keduanya mengikat komitmen aliansi politik, religius, dan hubungan pernikahan (dalam sumber lain disebutkan bahwa al-Saud dinikahkan dengan putri Ibnu Abdul-Wahhab). Dengan persatuan dalam ikatan kekeluargaan ini, yang mana masih bertahan sampai hari ini, Wahhabisme sebagai gerakan agama dan politik telah lahir.
Dengan dukungan dana dan persenjataan dari Inggris, aliansi Wahhabi-Saud mulai melancarkan gerakan teror di jazirah Arab dan Damaskus untuk mendirikan negara Saudi-Wahhabi pertama. Mereka membentuk pasukan untuk memerangi apa yang mereka sebut sebagai perilaku musyrik dan bid’ah.
Pada tahun 1801 mereka secara brutal menghancurkan dan merusak makam Husein bin Ali (cucu Rasul) di Karbala. Tanpa ampun mereka membunuh 4.000 warga Karbala, dan menjarah apapun yang dapat mereka ambil. Dikatakan mereka menggunakan 4.000 unta untuk mengangkut semua harta benda hasil jarahan karena saking banyaknya.
Pada tahun 1810, Wahhabi-Saud merampok, menjarah, dan membunuh penduduk jazirah Arab termasuk di kota Mekkah dan Madinah. Di Mekkah, mereka mengusir para peziarah. Di Madinah, mereka menyerang dan menodai Masjid Nabawi, membuka kompleks makam Nabi, dan menjarah benda-benda bersejarah dan permata yang bernilai sangat tinggi untuk dijual kembali.
Perilaku mereka menimbulkan kemarahan yang amat mendalam dari masyarakat Muslim pada waktu itu, hingga akhirnya Sultan Ottoman Mahmud II mengirimkan pasukannya untuk menumpas gerombolan Wahhabi-Saud. Imam mereka pada waktu itu, Imam Abdullah al-Saud, digelandang ke Istanbul dan dieksekusi di sana. Sementara itu pengikut Wahhabi-Saud lainnya dipenjarakan di Kairo.
Gerakan Wahhabi-Saud berhasil ditumpas waktu itu, namun mereka belum benar-benar punah. Ke depan, mereka masih akan bangkit kembali.
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/analisis/analisis-trilogi-saudi-wahhabi-amerika-di-mata-buya-syafii-maarif-bagian-2.htm
Analisis – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 3)
islamindonesia.id – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 3)Negara Saudi-Wahhabi kedua: 1843-1891
Meskipun gerakan kekerasan dan fanatik Wahhabisme telah ditumpas pada tahun 1818, mereka segera bangkit kembali atas bantuan Inggris. Keluarga Wahhabi-Saud yang tersisa kini melihat dengan cara baru, bahwa musuh mereka yang sesungguhnya adalah orang-orang Arab dan Muslim. Sementara itu Inggris, dan Barat pada umumnya, merupakan sahabat sejati.
Pada tahun 1820 Inggris menjajah Bahrain dan mulai berpikir untuk memperluas wilayahnya di area tersebut. Keluarga Wahhabi-Saud melihat ini sebagai peluang untuk mendapatkan pertolongan dan perlindungan dari Inggris.
Pada tahun 1843, Imam Wahhabi Faisal bin Turki al-Saud melarikan diri dari penahanan di Kairo dan kembali ke kampung halamannya di Najd. Di sana Imam Faisal mulai membuka komunikasi dengan Inggris. Proses komunikasi dengan Inggris membutuhkan waktu yang cukup panjang, hingga akhirnya pada tahun 1865 Inggris mengirim Kolonel Lewis Pelly, petugas resmi Inggris untuk urusan perjanjian, ke Riyadh untuk membicarakan kemungkinan perjanjian dengan keluarga Wahhabi-Saud. Untuk membuat Pelly terkesan, Imam Faisal mengatakan bahwa pada perang selanjutnya mereka akan membunuh siapapun tanpa pandang bulu.
Pada tahun 1866 keluarga Wahhabi-Saud menandatangi perjanjian persahabatan dengan Inggris, sebuah kekuatan kolonial yang pada waktu itu sangat dibenci Muslim karena penjajahan mereka di area itu. Sebagai timbal balik atas bantuan, uang, dan persenjataan dari Inggris, Wahhabi-Saud setuju untuk berkolaborasi dengan otoritas kolonial Inggris di area tersebut.
Karena sikap mereka yang mendukung kolonialisme, keluarga Wahhabi-Saud menjadi dibenci. Orang-orang Arab dan Muslim baik di dalam maupun di luar wilayah jazirah Arab marah besar kepada mereka. Di antara mereka adalah klan al-Rashid dari Hail, Arab Tengah, yang pada tahun 1891, dengan bantuan Ottoman, memutuskan untuk menyerang dan menumpas keluarga Wahhabi-Saud di Riyadh. Bagaimanapun, beberapa di antara mereka berhasil melarikan diri, di antaranya adalah Imam Abdurrahman al-Saud dan anak lelakinya yang masih remaja, Abdulaziz. Keduanya meminta pertolongan dan perlindungan kepada Inggris di Kuwait.
Negara Saudi-Wahhabi ketiga: 1902-?
Di Kuwait, Imam Abdurahman dan putranya, Abdulaziz, menghabiskan waktunya untuk mengemis dan memohon kepada tuan mereka, Inggris, untuk diberikan uang, persenjataan, dan bantuan untuk merebut kembali Riyadh. Pada akhir tahun 1800-an, Abdurrahman yang sudah menua menyerahkan kepemimpinannya kepada Abdulaziz. Dengan demikian Abdulaziz menjadi Imam Wahhabi yang baru.
Karena strategi Inggris di Jazirah Arab pada awal abad ke-20 adalah sesegera mungkin menghancurkan kekuatan Ottoman dan sekutunya klan al-Rashid di Najd, mereka memutuskan untuk mendukung Imam Abdulaziz. Didukung oleh Inggris, pada tahun 1902 Abdulaziz berhasil merebut kembali Riyadh. Salah satu tindakan biadab yang dilakukan Abdulaziz setelah mengalahkan klan al-Rashid adalah mengusung kepala mereka di atas tombak dan menempatkannya di tengah kota, guna meneror warga setempat. Dia dan pendukung fanatik Wahhabinya juga membakar lebih dari 1.200 orang sampai mati.
Dikenal dengan sebutan Ibnu Saud oleh Barat, Imam Abdulaziz sangat disukai oleh tuannya, Inggris. Banyak pejabat dan utusan Inggris di wilayah Teluk Arab sering bertemu dan berinteraksi dengannya, dan dengan murah hati mendukungnya dengan uang, senjata, dan konsultan. Imam Abdulaziz secara bertahap mampu menaklukkan sebagian besar Jazirah Arab dengan cara yang kejam di bawah panji-panji Wahhabisme untuk menciptakan Negara Wahhabi-Saudi ketiga, yang saat ini dikenal sebagai Arab Saudi.
Dalam mendirikan Arab Saudi, Imam Abdulaziz dan “Tentara Allah” Wahhabi-nya melakukan pembantaian yang mengerikan, terutama di tempat suci Islam Hijaz, yang mana mereka secara brutal mengusir Keluarga Syarif yang terhormat, mereka adalah anak keturunan Nabi Muhammad SAW. Di Turabah pada Mei 1919 mereka melancarkan serangan mendadak di tengah malam kepada tentara Hijazi dan dengan kejam membantai lebih dari 6.000 orang.
Sekali lagi, pada bulan Agustus 1924, kaum fanatik Saudi-Wahabi secara biadab masuk ke rumah penduduk di kota Taif, Hijazi, mengancam mereka, dan mencuri uang mereka dengan todongan senjata. Mereka memenggal anak-anak lelaki dan lelaki tua, dan merasa terhibur oleh jeritan dan tangisan kengerian dari para wanitanya. Banyak wanita Taif lari terbirit-birit bersembunyi di dalam sumur air untuk menghindari pemerkosaan dan pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang Saudi-Wahabi yang biadab.
Kelompok primitif ini juga membunuh banyak Imam ketika mereka shalat di masjid-masjid; membakar sebagian besar bangunan di Taif hingga rata; tanpa pandang bulu membantai kebanyakan pria yang mereka temukan di jalan; dan mencuri sebanyak mungkin yang bisa diangkut. Lebih dari 400 orang yang tidak bersalah dengan cepat dibantai di Taif.
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/analisis/analisis-trilogi-saudi-wahhabi-amerika-di-mata-buya-syafii-maarif-bagian-3.htm
Analisis – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 4)
islamindonesia.id – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 4)Penaklukan Dua Kota Suci
Ketika pasukan Saudi-Wahhabi memasuki kota tersuci Islam, penduduk Mekkah yang ketakutan bersembunyi di rumah mereka, jalanan benar-benar sepi, pintu dan jendela rumah ditutup rapat-rapat. Saudi-Wahhabi secara brutal menerobos masuk ke rumah-rumah di Mekkah dan menghancurkan semua alat musik dan rekaman, gramofon, radio, rokok, pipa tembakau, gambar-gambar, dan cermin – oleh mereka pada waktu itu dianggap sebagai buatan Iblis.
Gerombolan primitif itu kemudian menggunakan rangka kayu dan pintu rumah penduduk Mekkah sebagai bahan bakar untuk memasak. Mereka juga mencambuk penduduk Mekkah yang mengenakan pakaian Barat, emas, parfum, atau sutera. Mereka juga merusak banyak kuburan, dan menghancurkan banyak pemakaman yang indah, merusak ornamen-ornamen masjid, dan kompleks suci yang telah berdiri selama berabad-abad yang mencerminkan masa lalu Islam yang mulia dan sejarah besar kota suci.
Selain itu, para penyerbu barbar itu secara biadab menghancurkan jejak-jejak peninggalan bersejarah Nabi Muhammad. Bangunan-bangunan bersejarah peninggalan Nabi dan para pengikutnya dihancurkan dengan alasan “agar tidak dijadikan tempat suci dan disembah.”
Setelah Mekkah, pasukan Wahhabi Imam Abdulaziz dengan kejam membombardir kota suci kedua, yaitu Madinah. Untuk menciptakan kengerian bagi seluruh Muslim di dunia, mereka bahkan membom dan menembaki makam Nabi Muhammad, membuatnya sangat rusak.
Pasukan fanatik Saudi-Wahhabi kemudian selama sepanjang tahun mengepung dan melumpuhkan kota pelabuhan Jeddah, mengakibatkan bencana kelaparan bagi penduduknya. Akibatnya, air minum praktis mustahil ditemukan dan penduduk miskin di Jeddah menghabiskan hari-hari mereka mencari makanan di tempat sampah. Banyak dari mereka bahkan mengambil dan memakan jagung yang tidak tercerna yang ditemukan di dalam kotoran unta. Setelah membombardir sebagian kota, para pejuang Saudi-Wahhabi akhirnya memasuki Jeddah dan segera menghancurkan saluran telepon, stasiun radio, dan tanda-tanda kehidupan modern lainnya, yang oleh mereka (pada waktu itu) dianggap tidak religius dan merupakan buatan Iblis.
Dalam rentang waktu selama 30 tahun mendirikan Arab Saudi (1902-1932), kaum fanatik Saudi-Wahhabi secara brutal telah membunuh dan melukai lebih dari 400.000 dari 4 juta orang Arab di seluruh Jazirah Arab; dan melakukan eksekusi kepada lebih dari 40.000 orang dan amputasi kepada lebih dari 350.000 orang di hadapan publik. Selain itu, teror Saudi-Wahhabi juga memaksa lebih dari satu juta penduduk Jazirah Arab melarikan diri untuk menyelamatkan hidup mereka ke bagian lain dunia Arab, dan tidak pernah kembali.
Tidak seperti masa sebelumnya ketika pasukan Dinasti Ustmaniyah (Ottoman) menumpas gerombolan ini, kali ini wilayah Arab dan Dunia Muslim sedang berada di bawah penjajahan kolonial Barat, sehingga gerombolan fanatik Saudi-Wahhabi dapat lolos dari segala hukuman. Mereka juga mendapatkan perlindungan dan keamanan di bawah kekuatan besar Inggris.
Setelah mendirikan Negara Wahhabi buatan Inggris, Imam Abdulaziz menjadi seorang diktator brutal yang mengendalikan segalanya secara pribadi. Dia menghancurkan kebebasan pers, partai politik, konstitusi, dan semua aparatur pemerintahan di Hijaz. Imam Wahhabi ini kemudian tanpa malu-malu menamai seluruh negeri dengan nama keluarganya sendiri, menyebutnya sebagai Kerajaan Arab “Saudi.”
Selain diktator, Raja Abdulaziz dikenal sebagai seseorang yang gila seks. Selain gundik-gundiknya yang tak terhitung jumlahnya, Imam Wahhabi yang “saleh” ini menikahi sampai sekitar 300 perempuan; bahkan beberapa dari mereka hanya dinikahi dalam satu malam. Sementara itu putra-putranya diperkirakan ada sampai sekitar 125 orang, dan untuk anak perempuannya, tidak ada yang tahu pasti berapa jumlahnya.
Selain itu, Imam Abdulaziz juga mendorong praktik perbudakan, dia memiliki ratusan budak yang diperkerjakan untuk dirinya dan keluarganya. Namun, untuk menghindari tekanan internasional, Wahhabisme dan Keluarga Saud akhirnya dipaksa untuk menghapuskan perbudakan pada tahun 1962. Hal memalukan lainnya yang datang dari Wahhabisme adalah ketika tahun 1969, sheikh terkemuka Wahhabi, Abdulaziz bin Baz, dengan tegas menyatakan bahwa Bumi itu datar, statis , dan Matahari berputar mengelilinginya.
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/analisis/analisis-trilogi-saudi-wahhabi-amerika-di-mata-buya-syafii-maarif-bagian-4.htm
Analisis – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 5)
Pada artikel ke-5 ini, penulis masih akan melanjutkan pemaparan artikel yang dibuat oleh Dr. Abdullah Mohammad Sindi, seorang pakar politik dan hubungan internasional kelahiran Mekkah yang menurut Buya Syafii isinya sangat mendasar, tajam, dan argumentatif, dan oleh beliau disarankan dan ditekankan untuk dibaca agar kita dapat lebih memahami tentang Arab Saudi.
Arab Saudi pasca Imam Abdulaziz bin Saud
Setelah kematian Imam/Raja Abdulaziz pada tahun 1953, semua putra yang menggantikannya (Saud, Faisal, Khalid, dan Fahad) juga sama-sama menjadi diktator brutal. Mereka juga meneruskan ketergantungannya yang sangat besar kepada musuh-musuh Islam dan Arab, yakni Barat, untuk perlindungan. Dan sejak Amerika Serikat (AS) menggantikan Inggris – dalam Perang Dunia II – sebagai kekuatan yang dominan di dunia Arab, Keluarga Wahhabi-Saud tanpa malu-malu menyerahkan Arab Saudi (tanah suci Islam) kepada musuh-musuh Islam dan membuatnya menjadi koloni virtual Amerika.
Tidak seperti ayah mereka, putra-putra Abdulaziz melepaskan gelar “Imam,” dan mereka lebih suka disebut sebagai “Raja” saja. Tapi pada akhir tahun 1986, Raja Arab Saudi saat ini (artikel ini ditulis oleh Dr. Abdullah Mohammad Sindi pada Januari 2004 – pen), Fahad (seorang playboy manja di masa mudanya), melepaskan baik gelar “Imam” maupun “Raja.” Dia lebih suka mengambil gelar sebagai “penjaga dua tempat tersuci” Mekkah dan Madinah, sebuah gelar yang pada awalnya digunakan oleh Sultan Dinasti Ustmaniyah, Selim I (berkuasa pada 1512-1520).
Setelah Arab Saudi menikmati kekayaan yang sangat besar dari hasil penjualan minyak, dalam beberapa dekade terakhir Wahhabisme tidak hanya berhasil membungkam sebagian besar kritik, tetapi juga secara dramatis mereka berhasil meningkatkan citranya di seluruh dunia Muslim. Oleh karena itu, Wahhabisme kini menampilkan dirinya sebagai penggagas “gerakan reformis” yang ingin “memurnikan” kembali ajaran Islam. Bahkan, nama “Wahhabisme” sendiri dengan sengaja telah mereka tenggelamkan, dan menggantinya dengan nama-nama baru yang lebih dapat diterima seperti “Gerakan Salafi” (ajaran para pendahulu) dan “Muwahhedoon” (unitarian).
Selain itu, pendiri Wahhabi, Mohammad bin Abdul-Wahhab, dicitrakan sebagai “orang besar” yang memiliki karakter dan pengetahuan yang luar biasa, yang seorang diri telah “menyelamatkan” Islam dari “takhayul.” Dengan demikian, didukung petro-dolar, Wahhabisme dalam beberapa waktu terakhir mulai merayap keluar dari Arab Saudi ke wilayah Arab dan Muslim di sekitarnya dalam upaya sia-sia untuk menghapus stigma sebagai tren minoritas dalam Islam.
Sementara itu, Keluarga Saudi-Wahhabi gagal total dalam membela Masjid Al-Aqsa di Yerusalem dan Palestina dari pendudukan ilegal dan brutal Israel. Mereka juga secara terbuka telah melakukan pengkhianatan yang memalukan karena telah bekerjasama dengan musuh Islam dan Arab, bukan hanya karena telah menjajah tanah mereka di Afghanistan dan Irak, tetapi juga dengan mengizinkan musuh untuk menduduki tanah suci itu sendiri (pada saat Perang Teluk tahun 1990-1991, atas undangan Arab Saudi, AS menempatkan pangkalan militernya di sana-pen. Lebih lengkap tentang lokasi-lokasi pangkalan militer AS di Arab Saudi silakan lihat tautan ini: https://militarybases.com/overseas/saudi-arabia/), yang mana membuat semua upaya mereka untuk meningkatkan citra Wahhabisme menjadi tidak berharga dan sia-sia.
Bertentangan dengan propaganda media Amerika saat ini setelah serangan teroris 11 September 2001, AS malahan masih sangat mendukung Keluarga Wahhabi-Saud. Bahkan, Wahhabisme telah menuruti perintah Amerika dengan mengubah kurikulum Islam di Saudi dan mengubah makna Jihad (menjadi “perang suci”) untuk membuat senang Washington. Kenyataannya, Keluarga Saud dan para pemimpin Wahhabi sama dibencinya oleh sebagian besar Muslim sebagaimana AS itu sendiri. Serangan teroris oleh fundamentalis Muslim Saudi (beberapa di antaranya terhubung dengan al-Qaeda dan Osama Bin Laden) di dalam Arab Saudi yang bertujuan untuk mendestabilisasi Wahhabi-Saud telah benar-benar meningkat dalam 10 tahun terakhir.
Faktanya, musuh-musuh Islam dan Arab, yaitu Israel dan AS, takut dan membenci Syiah (Iran dan Hizbullah) lebih dari sekte manapun dalam Islam yang lainnya, yang mana oleh sebagian besar umat Islam dianggap sebagai suatu kehormatan bagi Syiah, tidak seperti Wahhabisme yang secara memalukan telah gagal untuk memperolehnya (kehormatan).
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/analisis/analisis-trilogi-saudi-wahhabi-amerika-di-mata-buya-syafii-maarif-bagian-5.htm
Analisis – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 6)
islamindonesia.id – Trilogi Saudi-Wahhabi-Amerika di mata Buya Syafii Maarif (Bagian 6)Hadits Nabi
Dua keluarga penguasa Saudi (Keluarga Saud dalam hal politik dan Keluarga Wahhabi dalam hal agama) berasal dari wilayah Najd, Arab Tengah. Mereka sangat dibenci oleh jutaan Muslim baik di dalam maupun di luar Arab Saudi, terutama di wilayah Hijaz, di mana banyak penduduknya yang secara rahasia terus merayakan Maulid Nabi Muhammad meskipun dilarang oleh Wahhabisme. Dalam sebuah Hadits terkenal, Nabi Muhammad berkata:
Ibnu Umar berkata, “Nabi berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Terhadap Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Dan Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.’ Maka, aku mengira beliau bersabda pada kali yang ketiga, ‘Di sana terdapat kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula munculnya tanduk setan’.” (Mohammad Muhsin Khan, Sahih al-Bukhari: Arabic-English [al-Medinah al-Munauwara: Islamic University-Dar al-Fikr, n.d.], Vol. 9, p.166.)
Banyak Muslim di seluruh dunia yang benar-benar percaya bahwa “tanduk Setan” yang dimaksud oleh Nabi Muhammad pada hadits di atas tiada lain adalah dua keluarga durjana, yaitu Keluarga Saud dan Wahhabi yang reaksioner.
Juga, dalam Hadits Nabi Muhammad terkenal yang lainnya, dikatakan bahwa salah satu tanda yang mendekati akhir dunia adalah:
“Dan engkau menyaksikan orang yang tidak memakai sandal, telanjang lagi miskin yang menggembalakan domba, berlomba-lomba membuat bangunan yang tinggi.” (Sahih Muslim. Translation by Abdul Hamid Siddiqi, Vol. 1, [Lahore: Sheik Mohammad Ashraf, 1976], p. 2.)
Sekali lagi, banyak Muslim yang percaya bahwa dalam hadits kedua ini, Nabi Muhammad mengacu kepada Wahhabi-Saud. Faktanya, hanya beberapa dekade yang lalu sebelum minyak ditemukan di Arab Saudi, kedua keluarga ini memang miskin, bertelanjang kaki, dan menggembalakan kambing. Mereka tinggal di desa-desa dan oasis padang pasir Arab di bawah tenda-tenda yang terbuat dari kulit domba. Sekarang mereka telah memiliki beberapa gedung pencakar langit termegah di dunia Muslim dan menguasai kekayaan Arab Saudi yang sangat besar.
Kesimpulan
Dilihat dari catatan sejarah, sangatlah jelas, bahwa tanpa bantuan Inggris, baik Wahhabisme maupun Keluarga Saud tidak akan pernah ada. Wahhabisme adalah gerakan fundamentalisme dalam Islam yang dihembuskan oleh Inggris. Melalui pembelaannya terhadap Keluarga Saud, Amerika Serikat (AS) juga mendukung Wahhabisme secara langsung dan tidak langsung, terlepas dari serangan teroris pada 11 September 2001.
Wahhabisme berarti kekerasan, sayap kanan, ultrakonservatif, kaku, ekstremis, reaksioner, seksis, dan intoleran. Catatan sejarahnya yang berdarah-darah telah didokumentasikan dengan baik dan tidak dapat dihapus atau diabaikan oleh siapa pun. Semua perubahan tampilan Wahhabisme baru-baru ini untuk memperbaiki citranya tidak akan pernah dapat menipu orang-orang Arab dan Muslim yang berpendidikan.
Meskipun dalam beberapa tahun terakhir beberapa pemimpin Wahhabi telah mencoba “menjauhkan” diri mereka dari kebrutalan Keluarga Saud dan kebijakan-kebijakannya yang tidak Islami, dalam upaya sia-sia untuk menyelamatkan citra Wahhabisme dari kemerosotan lebih lanjut, namun sebagian besar pemimpin Wahhabi masih tetap teguh 100 % mendukung Keluarga Saud. Kenyataannya, sebagian besar pemimpin Wahhabi secara terbuka mendukung dan membela semua kebijakan domestik dan luar negeri Keluarga Saud yang tidak populer, termasuk mengizinkan AS untuk menduduki tanah Islam dan Arab, serta untuk menghancurkan orang-orang Arab dan Muslim di Afghanistan dan Irak.
Sungguh, dua keluarga ini (Wahhabi dan Saud) tidak terpisahkan karena mereka terikat oleh garis keturunan dan pernikahan dari sejak tahun 1744. Aliansi dinamis mereka jelas diwujudkan hari ini dalam komposisi kelas penguasa Arab Saudi. Kenyataannya, persatuan di antara mereka lebih kuat dibandingkan persatuan lama antara Gereja dan Negara pada Abad Pertengahan di Eropa.
Ikatan yang erat Wahhabisme dengan dan dukungan dari Dinasti Saud, yang secara luas telah diakui menjadi salah satu kelas penguasa di dunia yang paling brutal, korup, anti-demokrasi, dan feodal, menjadikan akuannya sebagai ‘mewakili bentuk Islam yang terbaik.’ Ini telah jadi sasaran cemooh dan ejekan Muslim. Sekarang banyak orang Arab yang terdidik dan kaum Muslimin merasa bahwa Wahhabisme memberikan Islam sebuah nama yang buruk, menggambarkan sebuah belenggu reaksioner yang menghalangi orang Arab dan Muslim untuk maju. Sungguh, di kalangan sarjana-sarjana Sunni selama 250 tahun yang silam, baik yang konservatif maupun yang liberal, di seluruh dunia Muslim yang membentang dari Maroko sampai ke Indonesia, sebagaimana juga golongan Syi’ah dan Sufi, telah menolak Wahhabisme sejak kelahirannya sebagai suatu perubahan bentuk Islam yang mengerikan (khusus untuk alinea terakhir ini diterjemahkan langsung oleh Buya Syafii-pen).
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/analisis/analisis-trilogi-saudi-wahhabi-amerika-di-mata-buya-syafii-maarif-bagian-6.htm
Pilpres, Ujaran Kebencian, dan Psikologi Politik Kita
Oleh: Nurrochman*
“Pengkhianat bangsa, pengkhianat negara, pengkhianat rakyat, kamu
Jokowi. Kamu kalau ketemu Jokowi, kalau kamu ketemu Jokowi, kamu buka
celananya itu, jangan-jangan haid Jokowi itu. Kayaknya banci itu”.Kalimat itu meluncur dari seorang penceramah agama bernama Sayyid Bahar bin Ali bin Alawi bin Abdur Rahman bin Sumayt atau lebih populer sebagai Habib Bahar bin Smith. Seperti kita ketahui, di lingkungan masyarakat Arab-Indonesia, habib adalah gelar bagi keturunan Nabi Muhammad SAW.
Ironisnya, kalimat bernada hujatan itu justru muncul pada momen peringatan Maulid Nabi yang diadakan di daerah Batu Ceper, Tangerang, Banten. Atas ceramahnya yang vulgar tersebut, Habib Bahar dipolisikan oleh sejumlah elemen masyarakat atas tuduhan menyebarkan ujaran kebencian.
Ihwal ujaran kebencian dalam perpolitikan kita, hal itu tentu bukan fenomena baru. Maraknya ujaran kebencian di panggung politik dapat dilacak ke belakang, yakni pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014. Pilpres yang hanya diikuti dua pasang kandidat membuat persaingan dipenuhi berbagai manuver dan intrik politik. Arena kampanye lebih banyak disesaki oleh agitasi dan opini yang menjurus pada kampanye hitam (black campaign), ketimbang pertarungan wacana dan ideologi.
Kondisi serupa, bahkan lebih parah, terjadi pada momen Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2017 lalu. Pertarungan politik berbalut sentimen identitas yang berkelindan dengan arus konservatisme-populisme Islam mencatatkan Pilkada DKI sebagai pilkada paling brutal dalam sejarah demokrasi Indonesia pascareformasi.
Belakangan, tampak betul ada upaya untuk menjadikan Pilpres 2019 seperti Pilkada DKI. Hal ini dapat dilihat dari pola-pola masif dalam mereduplikasi strategi politik yang terbilang berhasil diterapkan pada Pilkada DKI, yang dengan menyerang lawan politik melalui serangkaian kampanye hitam, mulai dari berita palsu, fitnah, hingga yang paling lazim: ujaran kebencian.
Tren Global
Dilihat dalam lanskap politik global, model kampanye yang mengeksploitasi ujaran kebencian tampaknya tengah menjadi semacam tren. Kita tentu ingat kemenangan Donald Trump di Pilpres Amerika Serikat yang disokong oleh model kampanye bernuansa seksisme dan rasialisme.
Corak kampanye yang mengumbar retorika kebencian pada kalangan minoritas itu pula yang mengantarkan Jair Bolsorano sebagai pemenang dalam Pilpres Brazil pada Oktober 2018 lalu. Kemenangan Bolsorano menjadi perhatian dunia lantaran model kampanyenya yang mengumbar sentimen rasialisme dan misoginisme. Sejumlah media internasional bahkan menjulukinya sebagai Donald Trump-nya Brazil.
Fareed Zakaria, pengamat politik asal Amerika Serikat dalam sebuah kolomnya menyebut bahwa indeks demokrasi global mengalami perlambatan akibat masifnya gelombang populisme yang dimotori kelompok konservatif-kanan. Di Amerika Serikat, Eropa, dan kawasan lainnya populisme-konservatisme itu terepresentasikan jelas dalam maraknya eksploitasi ujaran kebencian dalam kontestasi politik.
Ujaran kebencian (hate speech) secara sederhana dapat dipahami sebagai sebuah tindakan menghasut orang lain untuk membenci pihak tertentu dengan mengeksploitasi sentimen identitas, baik agama, warna kulit, jenis kelamin, orientasi seksual, ideologi politik, dan variabel sejenisnya. Dalam ajang kontestasi politik, ujaran kebencian kerap dipakai pihak tertentu untuk menjatuhkan lawan politik sekaligus menarik simpati publik.
Eric Heinze dalam bukunya Hate Speech and Democratic Citizenship (2016) menyebut bahwa maraknya ujaran kebencian dalam kontestasi politik di sejumlah negara dalam satu dekade belakangan ini dilatari oleh setidaknya dua faktor.
Pertama, masih dominannya sikap prasangka buruk satu kelompok masyarakat terhadap kelompok lainnya. Prasangka buruk biasanya berawal dari kebiasaan masyarakat yang gemar mengidentifikasi suatu kelompok dengan pelabelan (stereotype) tertentu. Pelabelan negatif pada kelompok tertentu seringkali menjadi awal lahirnya ujaran kebencian yang menyasar kelompok tersebut.
Prasangka buruk yang telah menjadi semacam endemik di tengah masyarakat inilah yang kerap dimainkan oleh elite politik untuk mendulang simpati publik. Di Amerika Serikat misal, isu islamophobia dan sentimen anti-imigran yang menggejala di tengah masyarakat dikomodifikasi menjadi retorika politik oleh Trump yang merupakan kandidat dari Partai Republikan, partai yang dikenal berkarakter konservatif.
Faktor kedua adalah adanya sikap inferior lantaran merasa tersisih atau terpinggirkan dari perebutan ruang sosial. Inferioritas inilah yang tidak jarang mengerucut pada sikap merasa terancam atas eksistensi kelompok yang mendominasi ruang sosial. Dalam konteks ini, ujaran kebencian lebih merupakan bentuk dari strategi untuk mendelegitimasi kelompok yang tengah dominan di ruang sosial.
Kondisi yang demikian itu kerap terjadi dalam konteks perebutan kekuasaan politik. Pihak-pihak yang kalah dalam pertarungan politik kerap menjadikan ujaran kebencian sebagai senjata untuk melemahkan dominasi rezim yang tengah berkuasa. Biasanya, praktik ujaran kebencian itu diklaim sebagai bentuk kritisisme dan kebebasan berpendapat yang dijamin dalam sistem demokrasi.
Penegakan Hukum
Analisa Heinze tersebut relevan untuk membaca fenomena maraknya ujaran kebencian yang mewarnai panggung politik kita beberapa tahun terakhir ini. Secara sosiologis, harus diakui bahwa masyarakat Indonesia memiliki riwayat kelam ihwal sentimen perbedaan identitas, baik itu terkait SARA maupun ideologi politik. Peristiwa pembantaian anggota PKI dan simpatisannya di kurun waktu 1965-1966 serta konflik sosial yang meledak di awal era Reformasi 1998 telah menjadi semacam memori kolektif bangsa Indonesia yang sukar dihilangkan.
Bayang-bayang memori kolektif itu membuat kita hidup dalam suasana saling curiga yang rentan akan provokasi. Kondisi psikologis itulah yang belakangan ini dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk mendelegitimasi pemerintahan yang sah. Alih-alih membangun narasi politik alternatif untuk menandingi dominasi penguasa, mereka justru mengeksploitasi sentimen SARA untuk membangun ketidakpercayaan publik pada pemerintah.
Ceramah keagamaan berbalut politik kebencian seperti dilakukan Habib Bahar itu tentu berbahaya bagi kondisi psikologi politik kita. Dalam perspektif psikologi politik, setiap tindakan politik umumnya dilatari oleh karakter individu berikut situasi sosial yang melingkupinya. Ini artinya, setiap ucap dan laku para elite potensial untuk membentuk perilaku politik publik.
Ujaran kebencian dalam berbagai bentuknya merupakan bagian dari kekerasan verbal yang memiliki daya rusak yang tidak kalah masifnya dengan kekerasan fisik. Bukan tidak mungkin, masifnya ujaran kebencian itu akan mempengaruhi alam bawah sadar publik untuk bersikap intoleran-destruktif yang potensial menyulut konflik sosial.
Penegakan hukum untuk kasus ini mutlak harus dilakukan. Pernyataan Habib Bahar yang menolak meminta maaf dan lebih memilih “membusuk di penjara” kian mengkonfirmasi sikap arogannya. Apa yang dilakukannya tidak hanya merendahkan Jokowi sebagai pribadi. Lebih dari itu, ia telah menghina presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus simbol negara. Penegakan hukum bagi pelaku ujaran kebencian juga penting bagi pendidikan publik. Masyarakat harus diberi penyadaran bahwa ada garis pembeda yang jelas antara mengkritik dan menghujat. (LiputanIslam.com)
*mahasiswa S3 UIN Sunan Kalijaga, disalin dari Detik, 17 Desember 2018.
Sumber Berita : http://liputanislam.com/opini/pilpres-ujaran-kebencian-dan-psikologi-politik-kita/
Jika Kalah Indonesia Akan Punah, Wiranto Tantang Prabowo Taruhan
JAKARTA – Pidato
Prabowo Subianto yang Prediksi Indonesia Punah Jika Prabowo-Sandiaga Uno
Kalah di Pilpres 2019 membuat publik terhenyak.
Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus
Capres di Pilpres 2019 Prabowo Subianto mengungkapkan kalimat
kontroversial. Dia menilai Indonesia akan punah jika pihaknya tidak
dapat memenangkan Pemilu 2019. Sebab, para elite saat ini ia nilai telah
gagal dalam menjalankan amanah rakyat.
Prabowo mengatakan, selama puluhan tahun
para elite telah membawa Indonesia ke arah yang keliru. Oleh sebab itu,
tidak heran jika Indonesia tumbuh sebagai negara yang lemah jelang
Pilpres 2019.
Menkopolhukam Wiranto melalui akun
Twitter-nya menanggapi pernyataan nyeleneh Prabowo. Wiranto mengatakan,
“bagi saya itu sama saja dengan ancaman serius. Karena belum ada dalam
sejarah modern dalam pemilihan umum yang demokratis, seorang tokoh kalah
lantas negara itu bubar atau punah.”
Lebih lanjut ia mengatakan, negara akan
punah tak mungkin tiba-tiba, mesti ada gejalanya, indikasinya atau ada
peningkatan eskalasi sangat serius yang mengancam eksistensi negara itu.
Sebagai Menko Polhukam, saya menjamin Indonesia saat ini baik-baik
saja, semua event penting nasional dapat dikawal dengan baik.
Bahkan oleh Survei Internasional,
Indonesia dinobatkan sebagai negara teraman ke-9 di seluruh dunia
(Sumber : Gallup Global Law and Order 2018) dan negara tujuan investasi
yang paling menjanjikan No.2, setelah Philipina (Sumber : US News,
2018).
Indonesia juga dianggap sebagai
negara yang kepercayaan rakyat terhadap pemerintahnya diurutan pertama
(Sumber : Gallup World Poll Tahun 2017). Oleh karenanya saya harap
masyarakat tidak perlu khawatir terhadap pernyataan tersebut.
Bahkan berseloroh di dpn wartawan
tadi saya berani ajak taruhan bila Prabowo kalah dan Indonesia tetap
utuh, maka rumah hambalang diserahkan kpd saya. Sebaliknya bila
Indonesia punah maka rumah saya di bambu apus diserahkan ke Prabowo.
Karena bila semua punah, buat apalagi rumah? [Sfa]
Sumber Berita : https://www.salafynews.com/2018/12/20/jika-kalah-indonesia-akan-punah-wiranto-tantang-prabowo-taruhan/
Jokowi: RUU Pesantren Bukti Keberpihakan Pemerintah pada Pendidikan Islam
JOMBANG – Presiden RI H
Joko Widodo menyebutkan, Rancangan Undang Undang (RUU) Pesantren
merupakan bentuk perhatian pemerintah kepada lembaga pendidikan bersama
pesantren. Karena sebagai lembaga pendidikan berbasis Islam harus terus
diperhatikan.
“Tadi pagi saya dapat laporan dari
menteri agama tentang RUU Pesantren agar segera terwujud. Akhir bulan
ini akan segera diajukan ke DPR lagi. Ini bukti perhatian pemerintah
pada pesantren yang ada di tanah air ini,” kata Jokowi saat hadir di
Pesantren Bahrul Ulum, Jombang, Jawa Timur, Selasa (18/12).
Menurut Jokowi, bila rancangan
undang-undang itu disetujui, maka pesantren lebih mudah dapat bantuan
dari pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten. Selain itu, lembaga
pendidikan yang ada di bawah pesantren juga diakui pemerintah dan
santrinya bisa melanjutkan ke lembaga lain.
“Ada sekitar 28 ribuan pesantren,
yang paling penting segera disahkan, sehingga APBN dan APBD bisa
membantu pesantren. Dan ada pengakuan sistem pendidikan yang ada di
pesantren secara konstitusi,” tambah Jokowi.
Hal-hal pokok yang diatur dan perlu
masukan untuk disempurnakan dalam RUU kepesantrenan secara garis besar
berkaitan dengan tiga hal. Pertama, penormaan terkait pengembangan tiga
peran pesantren. Tiga peran pesantren ini di antaranya sebagai lembaga
pendidikan, lembaga penyiaran agama atau dakwah, dan lembaga
pemberdayaan masyarakat.
“Kedua, pengaturan mengenai
pendirian pesantren yang sifatnya fleksibel dan tidak dibatasi
pengakuannya hanya sebatas legal formal semata, ini karena ada lebih
dari 28 ribu pesantren yang sebagian besar berbentuk salafiyah atau
tradisional,” ungkapnya.
Hal terakhir yang menjadi pokok RUU
adalah pengalokasian dana kepada pesantren. Pemerintah pusat dan daerah
sesuai kewenangannya berkewajiban mengalokasikan pendanaan dalam
penyelenggaraan pesantren dan pendidikan keagamaan.
“Para ulama dan santri punya
sumbangsih yang sanngat besar dalam berjuang merebut dan mempertahankan
kemerdekaan ini, sehingga kita bisa seperti hari ini karena perjuangan
pendahulu kita,” pungkasnya. [Sfa]
Sumber Berita : https://www.salafynews.com/2018/12/19/jokowi-ruu-pesantren-bukti-keberpihakan-pemerintah-pada-pendidikan-islam/
Bahar bin Smith Diduga Berniat Kabur dengan Inisial Rizal
BOGOR – Polisi
menetapkan Bahar bin Smith sebagai tersangka dugaan penganiayaan di
Bogor, Jawa Barat. Bahar juga sudah ditahan setelah menjalani
pemeriksaan, Selasa (18/12) siang.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat
Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo mengatakan terkait kasus ini, polisi
sebelumnya mendapat informasi bahwa Bahar akan melarikan diri.
“Adanya informasi tersangka BS akan
melarikan diri dan adanya perintah dari pimpinan tertingginya untuk
diamankan,” ujar Dedi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu
(19/12).
Dedi melanjutkan, dari informasi tim
di lapangan, Bahar juga sudah tidak menggunakan ponselnya. Bahar pun
sudah menggunakan nama inisial dalam aktivitasnya.
“Informasi yang didapat tim, yang
bersangkutan sudah tidak menggunakan alat komunikasi dan memakai nama
inisial Rizal,” kata Dedi.
Atas informasi itu, lanjut Dedi,
kepolisian dalam hal ini Polda Jawa Barat memiliki dua opsi, yakni
penangkapan paksa atau pemanggilan pemeriksaan.
“Bila dalam upaya paksa tidak
mungkin dilakukan, maka dapat dilakukan penegakan hukum biasa berupa
pemanggilan tersangka kepada BS,” ucapnya.
Diketahui Polda Jawa Barat, Selasa
(18/12) memanggil Bahar atas status tersangka dugaan penganiayaan.
Selain Bahar, polisi juga menetapkan lima orang suruhan sebagai
tersangka.
Usai pemeriksaan, Bahar tidak pulang
ke rumah. Bahar langsung ditahan di rumah tahanan Mapolda Jabar.
Sementara dua dari lima orang suruhannya, yakni AG dan BA ditahan di
Mapolres Bogor. Sedangkan HA, HDI, dan SG belum ditahan.
Dugaan penganiayaan yang menjerat
Bahar bin Smith terjadi di Pesantren Tajul Alawiyyin di Pabuaran,
Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Sabtu (1/12).
Kasus ini dilaporkan ke Polres
Kabupaten Bogor dan tercatat dalam nomor laporan polisi
LP/B/1125/XI/I/2018/JBR/Res. Bgr tertanggal 5 Desember 2018.
Dua orang berinisial MHU (17) dan
ABJ (18) dikabarkan menjadi korban dalam dugaan penganiayaan ini.
Keduanya diduga dianiaya lima orang suruhan Bahar.
Atas perbuatan tersebut Bahar cs
dijerat dengan Pasal 170 KUHP dan atau Pasal 351 KUHP dan atau Pasal 333
KUHP dan atau Pasal 80 UU 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU Nomor
23 Tahun 2002. [Sfa]
Sumber Berita : https://www.salafynews.com/2018/12/19/bahar-bin-smith-diduga-berniat-kabur-dengan-inisial-rizal/
Ma’ruf Amin: NU Harus Habis-habisan Menangkan Jokowi
SUKABUMI – Cawapres KH
Ma’ruf Amin menyatakan PBNU tidak pernah meminta dan mengancam Joko
Widodo dalam memilih cawapresnya di Pilpres 2019. PBNU disebut hanya
menawarkan kadernya untuk menjadi cawapres mendampingi Jokowi.
Ma’ruf awalnya bercerita dirinya
tidak pernah berpikir atau menyangka untuk diajak Jokowi menjadi
cawapresnya. Namun dirinya langsung diumumkan sebagai pendamping capres
Jokowi.
“PBNU sebenernya juga tidak pernah
meminta apalagi mengancam, bahwa ada bilang PBNU ngancem pak Jokowi,
tidak pernah ada,” ujar Ma’ruf Amin dalam sambutan acara sambung hati di
Pondok Pesantren Al Masthuriyah, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu
(19/12/2018).
Acara ini dihadiri para ulama dan
santri Nahdlatul Ulama (NU) serta sejumlah tokoh masyarakat. Peserta
acara yang hadir dari Kota Sukabumi serta Kabupaten Cianjur.
Menurut Ma’ruf, saat itu PBNU
menawarkan salah satu kadernya untuk menjadi cawapres. Seperti kader NU
yakni Ketum PBNU Said Aqil Siradj, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar,
Ketum PPP M Romahurmuziy, kalangan profesional Mahfud MD serta dirinya
selaku Rais Aam PBNU.
Ma’ruf Amin dalam acara sambung hati
di Pondok Pesantren Al Masthuriyah, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu
(19/12/2018).Ma’ruf Amin dalam acara sambung hati di Pondok Pesantren Al
Masthuriyah, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (19/12/2018). Foto: Faiq
Hidayat-detikcom
“Memang PBNU menawarkan, kalau Pak
Jokowi mau mengambil salah satu kader NU untuk menjadi cawapres siapa
pun orangnya NU akan habis-habisan menangkan, itu janji PBNU,” kata dia.
Ketum MUI nonaktif itu juga mengaku
menerima tawaran Jokowi atas saran para ulama. Karenanya PBNU harus bisa
memenangkan Jokowi-Ma’ruf Amin di Pilpres 2019.
“Para ulama senior meminta saya
menerima tawaran itu, dengan bismillah, atas dorongan PBNU dan para
ulama saya menerima tawaran itu. Konsekuensinya PBNU harus
habis-habisan, NU harus habis-habisan memenangkan Pak Jokowi bersama
saya,” paparnya.
“Sanggup atau tidak?” tanya Ma’ruf kepada peserta acara.
“Sanggup,” jawab peserta.
“Siap apa tidak?” timpal Ma’ruf kembali.
“Siap,” kata peserta acara. [Sfa]
Sumber: Detik.Sumber Berita : https://www.salafynews.com/2018/12/19/maruf-amin-nu-harus-habis-habisan-menangkan-jokowi/
Viral Nisan Salib Dipotong di Yogya, Ini Kronologinya
YOGYAKARTA – Viral di
medsos terkait pemotongan nisan salib di Yogyakarta, berikut
kronologinya. Sebuah makam dari jenazah umat Katolik, Albertus Slamet
Sugiardi, di pemakaman Jambon RT 53 RW 13 Kelurahan Purbayan, Kotagede
Yogyakarta menjadi sorotan. Sebab, nisan berbentuk tanda salib yang
menancap di pusara Slamet -seperti pusara umat Katolik umumnya- yang
dikuburkan pada 17 Desember 2018 itu dalam kondisi terpotong bagian
atasnya sehingga hanya membentuk seperti huruf ‘T’.
Baca: Buya Syafii: Teror Sedekah Laut Pengaruh Ajaran Wahabi
Tokoh masyarakat Purbayan Kotagede yang
mengetahui kronologi pemotongan tanda salib makam warga Katolik itu,
Bedjo Mulyono menuturkan di komplek pemakaman itu seluruhnya memang
makam warga muslim. “Awalnya saat jenazah pak Slamet mau dikuburkan di
situ, oleh warga diperbolehkan meski beliau bukan non muslim, dengan
catatan makamnya dipinggirkan,” kata Bedjo saat ditemui Tempo di
kampungnya, Selasa, 18 Desember 2018.
Selain makam dipinggirkan, warga meminta
tidak ada simbol-simbol Nasrani terpasang di pusara Slamet. “Karena
komplek pemakaman itu mau dibuat warga jadi makam muslim,” ujarnya.
Namun, kata Bedjo, karena dari pihak
keluarga Slamet sudah terlanjur membawa simbol tanda salib untuk
ditancapkan ke pusara itu. Akhirnya oleh warga dan pelayat tanda salib
itu dipotong dengan cara digergaji. “Pemotongan salib itu atas
kesepakatan warga dengan keluarga almarhum,” ujar Bedjo yang juga mantan
Ketua RW 13 itu.
Baca: Presiden Jokowi: Tidak Ada Tempat bagi Mereka yang Tidak Mau Bertoleransi di Indonesia
Bedjo mengatakan kesepakatan untuk
menggergaji tanda salib itu awalnya tak tertulis. Namun karena peristiwa
pemotongan salib itu viral, kata dia, kemudian dari pihak keluarga yang
diwakili istri almarhum Slamet, yakni Maria Sutris Winarni baru pada
hari ini membuat surat pernyataan tertulis yang menyatakan bahwa pihak
keluarga besar Slamet telah ikhlas untuk menghilangkan simbol Kristiani
atas saran pengurus makam, tokoh masyarkat dan pengurus kampung.
Surat pernyataan bermaterai itu
ditandatangi oleh istri almarhum Slamet, Bedjo Mulyono selaku tokoh
masyarakat kampung, Ketua RT 53 Sholeh Wibowo, dan Ketua RW 13 Slamet
Riyadi.
Baca: Radikalisme, Terorisme dan Wahabisme Musuh “BARU” Umat Manusia
Bedjo berdalih pihaknya sadar jika
konstitusi menjamin kebebasan warga untuk melaksanakan agama dan
kepercayaannya masing-masing. “Tapi kalau warga kampung tidak mendukung
bagaimana? Daripada memicu konfllik,” ujarnya.
Menurut Bedjo, di RW 13 ada 150 kepala
keluarga. Adapun keluarga yang memeluk agama Nasrani ada tiga kepala
keluarga, termasuk keluarga Slamet. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/12/18/viral-nisan-salib-dipotong-di-yogya-ini-kronologinya/
Sebagian Pembunuh Khashoggi adalah Duta Rahasia Putra Mahkota Saudi untuk Israel
RIYADH – Sebuah laporan
mengungkap bahwa seorang pejabat tinggi intelijen Saudi, yang dipecat
atas pembunuhan Jamal Khashoggi, telah melakukan perjalanan diam-diam ke
Israel sebagai utusan Putra Mahkota bin Salman terkait pembelian alat
mata-mata Israel yang dikatakan telah membantu kerajaan melacak para
pembangkang mereka di luar negeri.
Baca: Warbler Saudi: Raja Salman Ampuni Pembunuh Khashoggi
Menurut sumber informasi yang dikutip
Wall Street Journal pada hari Selasa (18/12) kemarin, Mayor Jenderal
Ahmed al-Assiri, mantan wakil kepala intelijen Saudi, telah mengunjungi
Israel pada sejumlah kesempatan untuk membahas pembelian Pegasus,
perangkat lunak yang sangat rumit yang digunakan untuk peretasan dan
spionase.
Assiri, ajudan putra mahkota, dipecat
pada bulan Oktober atas tuduhan berperan dalam pembunuhan yang
mengerikan terhadap jurnalis Khashoggi, yang oleh masyarakat global
diyakini merupakan perintah langsung dari bin Salman, yang dikenal
sebagai MbS itu.
Baca: Pembunuhan Khashoggi Hancurkan Proyek ‘Neom’ Putra Mahkota Saudi
Laporan itu juga mengungkap bahwa salah
satu pembantu terdekat bin Salman yang lain, Saud al-Qahtani, yang juga
dipecat atas kasus yang sama, telah menjadi bagian dari hubungan rahasia
Saudi terhadap Israel.
Baca: CIA Miliki Bukti Belasan Pesan Bin Salman ke Ketua Tim Pembunuh Khashoggi
Sumber-sumber itu mengatakan kepada WSJ
bahwa Qahtani, penasihat media pangeran mahkota, bekerja untuk
melunakkan citra Israel di media Saudi. Ia juga terlibat dalam pembelian
teknologi spyware dari perusahaan Israel di Riyadh. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/12/20/sebagian-pembunuh-khashoggi-adalah-duta-rahasia-putra-mahkota-saudi-untuk-israel/
Yenny Wahid: Jokowi Itu Pemberani
MADURA – Menggunakan
andong, Jokowi bersama Bupati Bangkalan Abdul Latif Amin Imron dan Putri
Gus Dur, Yenny Wahid menuju Gedung Serbaguna Ratu Eboh, Kabupaten
Bangkalan, Rabu 19 Desember 2018.
Sepanjang jalan Jokowi dielu-elukan
warga dan santri yang menyambutnya. Yenny Wahid ketika memberikan
sambutan menggambarkan bahwa Jokowi adalah seorang pemberani.
Baca: #KamiTidakTakut, Jokowi Presiden ‘GILA’ dan Pemberani
“Pak Jokowi kelihatannya kurus. Tapi
beliau betul-betul orang kuat. Bukan dari badan tapi dari mentalnya.
Tapi beliau banyak difitnah. Beliau dibilang antek asing, antek aseng.
Bayangkan. Ada seorang laki-laki kurus menaiki kapal perang, kapal itu
mengarungi Natuna. Apa yang dilakukan laki-laki itu? Dia mengambil air
wudhu di Samudera yang luas. Maknanya apa? Tekad dari pemimpin Indonesia
untuk menegakkan teritorial bangsa kita,” kata Yenny.
Yenny menegaskan kalau Jokowi adalah seorang yang kuat.
Baca: Pengamat: Kesetian Indonesia dan Jokowi ke Palestina
“Persoalannya di Laut China Selatan.
Namanya perairan Natuna itu bisa menjadi sengketa. Lalu negara lain
mengirim lawyer untuk di pengadilan internasional. Tapi laki-laki kurus
ini, dia bermaklumat bahwa Indonesia itu negara berdaulat. Dia mengairi
kepulauan Natuna. Apa ini yang dibilang dikuasi asing dan aseng? Dia
tidak. Dia berani menantang asing dan aseng. Dia berani menenggelamkan
kapal-kapal. Ini orang yang sangat kuat,” ujar Yenny. (ARN)
Yusuf Muhammad “Semprot’ Fadli Zon “Jangan Ulamakan Para Kriminal”
SURABAYA – Tampak kekesalan ditunjukkan oleh pegiat medsos Yusuf Muhammad
dalam sebuah tulisannya di akun fanpage Facebooknya soal cuitan Fadli
Zon yang melakukan tuduhan tak jelas terkait penahanan Bahar Smith.
Yusuf menyatkakan bahwa penahanan Bahar bin Smith dianggap oleh Fadli
Zon sebagai kriminalisasi ulama. Menurut saya itu bukan kriminalisasi
tapi murni penegakan hukum.
Baca: Makjleb, Jawaban Jokowi Soal Kriminalisasi Ulama
Bukankah undang-undang mengatakan semua warga negara sama di mata hukum?
Jadi, meskipun kamu menyandang gelar
ulama, direktur, ustadz, atau habib, namun jika kamu berbuat kriminal
maka urusannya tetap dengan penegak hukum. Masa sekelas wakil ketua
DPR-RI gak paham bedanya kriminalisasi dengan penegakan hukum?.
Baca: Muhammad Zazuli: Kenapa Jokowi dan Ahok Dibenci Kelompok Radikal?
Sudahlah, sebaiknya cukup, jangan lagi
bohongi publik dengan opini sesat Anda yang mengatakan ulama
dikriminalisasi. Sudah cukup! Jangan lagi ulamakan para kriminal. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/12/19/yusuf-muhammad-semprot-fadli-zon-jangan-ulamakan-para-kriminal/
Makjleb, Jawaban Jokowi Soal Kriminalisasi Ulama
JAKARTA – Nampak
kekesalan ditunjukkan oleh Presiden Jokowi saat ceramah di depan ulama
Se-Madura terkait dirinya dituduh telah melakukan kriminalisasi kepada
ulama.
Menurut Presiden Joko Widodo (Jokowi)
meminta, oknum ulama yang berkasus hukum jangan diartikan sebagai
langkah krimanisasi ulama oleh pemerintah.
Baca: Eko Kuntadhi: Lawan Politik Serang Jokowi dari Segala Penjuru
“Ini jangan sampai karena ada kasus
hukum terus yang disampaikan adalah kriminalisasi ulama,” kata Joko
Widodo saat berpidato dalam acara Deklarasi Akbar Ulama Madura
Bangkalan, Rabu, yang digelar di Gedung Serba Guna Rato Ebuh, Bangkalan,
Jatim, Rabu (19/12/2018).
Ia pun mencontohkan ketika ada kasus
pemukulan maka hal itu urusannya akan diserahkan kepada aparat
kepolisian. Jokowi sendiri menegaskan tidak akan melakukan intervensi
terhadap proses hukum yang berjalan.
“Misalnya mohon maaf, kalau ada yang
memukuli orang, urusannya dengan polisi bukan dengan saya. Ya mesti
seperti itu. Masa mukuli sampai berdarah-darah. Saya sih enggak ngerti.
Mesti polisi bertindak kalau ada kasus hukum seperti itu. Kalau enggak
ada kasus lalu dibawa ke hukum, ngomong saya. Kalau ada kasus hukum, ya
saya sulit,” tuturnya dilansir Antara.
Baca: Kriminalisasi Ulama, Jurus Fitnah yang Kerap Dipakai Kaum Radikal
Beberapa akun twitter juga mengupload video dan cuitan terkait hal tersebut:
Tegas dan Jelas!
Ini pernyataan Presiden @jokowi terkait tudingan kriminalisasi ulama.
Pelanggaran Hukumnya jelas. Polri @DivHumas_Polri @bareskrim2018 maju terus, bekerja professional.
Aksi Pemukulan oleh BS adlh perbuatan yg sangat keji.
Bravo Polda Jabar. Top Polri
Akun twitter Rizma Widiono @RizmaWidiono “Presiden @jokowi : Jgn
sampai krn ada kasus hukum, terus yg disampaikan adalah kriminalisasi
ulama. Jgn seperti itu. Misalnya mohon maaf, ada yg dibilang ulama
memukuli. Kalau sdh memukuli orang urusannya dgn polisi, bukan urusannya
dgn saya.Hellow Oposisi
#01JokowiLagi”.
Mantan Gubernur DKI itu menambahkan,
pesta demokrasi dan perbedaan pilihan memang kerap kali menjadi penyebab
terjadinya gesekan dan beda pandangan. Oleh karena itu, ia berpesan
agar perbedaan pilihan politik tidak kemudian memicu perpecahan.
Baca: Isu Kriminalisasi Ulama Upaya Adu Domba Alumni 212 untuk Kacaukan NKRI
“Marilah kita jaga persatuan kita, kita
jaga ukhuwah islamiyah kita, wathoniyah kita. Sudah sunatullah kepada
Bangsa Indonesia. Jangan sampai ini biasanya ada sedikit gesekan,”
ujarnya. (ARN)
Jokowi di MADURA
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/12/19/makjleb-jawaban-jokowi-soal-kriminalisasi-ulama/
Re-Post by MigoBerita / Kamis/20122018/18.37Wita/Bjm
1 komentar:
شركة نقل عفش بحائل
شركة تنظيف بالرياض مجربه
شركة رش مبيدات بحائل
شركة تنظيف بحائل
شركة تنظيف مجالس بحائل
شركة نقل اثاث بحائل