» » » » » » Nissa Sabyan "Kena Batunya" : yg bernuansa ARAB tdk mesti ISLAM

Nissa Sabyan "Kena Batunya" : yg bernuansa ARAB tdk mesti ISLAM

Penulis By on Jumat, 08 Mei 2020 | No comments

Migo Berita - Banjarmasin - Setelah sukses dengan meng Cover Lagu yang sempat menjadi "Kontroversi" karena liriknya dianggap tidak sesuai (Aisyah Istri Rasulullah), sekarang Nissa Sabyan seperti "Kena Batunya", karena di Acara bernuansa Islami (Bukan bernuansa Arab ya..^__^), Nissa Sabyan malah membawakan Lagu “Ya Tabtab” yang isinya jauh dari nilai-nilai religi? Lagu ini aslinya dinyanyikan oleh Nancy Ajram, penyanyi Lebanon beragama Kristen Ortodox. Isinya tentang seorang perempuan yang ngambek dan kesal kepada kekasihnya Sumber. Agar tidak "gagal paham" silahkan baca artikel atau kumpulan berita yang kami Cover / Re-post untuk pembaca Migo Berita yang setia, selamat Membaca :

Miris! Nissa Sabyan Membuktikan, Walau Salah Asal “Ngarab”, Aman Lah!

Pertama saya perlu menegaskan bahwa tulisan ini pastinya tidak bersifat rasis terhadap orang dan budaya Arab. Saya sangat menghormati dan menghargai suku, ras, agama dan budaya mana saja. 
Saya yakin orang di luar sana pun mayoritas sama, menghormati suku, ras dan budaya Indonesia. 
Namun, sayangnya, di negeri yang kaya dengan keragaman budaya hingga menjadi daya tarik tujuan wisata banyak orang asing, banyak warganya yang keblinger dengan budaya negara lain. 
Sampai “mabok”!
Dibandingkan dengan budaya lain yang dikagumi oleh orang-orang Indonesia, budaya Arab (atau yang saya sebut sebagai “Ngarab” di judul), menjadi paling terlihat sangat memabukkan pemujanya. 
Kemungkinan besar ya karena salah kaprah, menganggap semua yang “Ngarab” itu berhubungan dengan Agama Islam, agama mayoritas penduduk negeri ini. Banyak juga orang Indonesia yang tergila-gila dengan budaya pop Korea dan budaya pop Hollywood. Namun masih dalam batasan normal, tidak separah ketika sebagian orang jadi mabuk dengan segala sesuatu yang berbau Arab.
Ya, kalo rumahnya bernuansa Arab sih, wajar-wajar saja. Bisa jadi memang punya darah Arab, atau memang suka saja dengan barang-barang dekor bernuansa Arab. Ini sebagai contoh ilustrasi pembeda antara yang wajar dan yang mabok. Yang mabok seperti contoh di bawah ini. 
Gambar pertama nampaknya dari sebuah postingan di Facebook, sedangkan gambar kedua saya ambil dari Twitter. Gambar pertama itu tulisan arabnya berarti “kanan” dan “kiri”.
Article
Article
Ilustrasi gambar di atas bukan mengada-ngada ya. Memang nyata adanya. 
Banyak orang yang keblinger menganggap semua yang bernuansa Arab itu sama dengan Islam, saklek. 
Ya kan akhi, ukhti? Justru karena mereka kurang wawasan dan tidak mau belajar banyak. 
Tidak ngeh kalau di Timur Tengah itu ada bermacam agama, yang ibadahnya menggunakan bahasa Arab. Lucu (dan sangat terlihat bodoh) sih kalau terjadinya di masa sekarang ini, ketika segala informasi begitu gampang di dapat lewat internet.
Kegagapan, ke-mabok-an, keblingeran soal budaya Arab ini punya dampak yang sangat negatif. Bikin logika sebagian orang jadi terbalik. Persis seperti soal gambar di atas. Tulisan Arab di sandal itu mengundang protes keras. Sama halnya dengan tulisan huruf Arab di bajunya Agnes Mo beberapa tahun silam, yang sempat jadi kontroversi. Bahkan sampai MUI turun tangan membantu menjelaskan bahwa itu bukan penodaan agama. Yang ngegas pol gegara sandal dan baju Agnes Mo, mungkin lupa bahwa dia adalah warga negara Indonesia. Saya nggak tahu, apakah mereka juga sama ngegasnya ketika ada insiden penginjakan kain merah putih di acara PKS?
Article(Brilio.net)
Ini yang jadi poin saya ketika melihat kasus yang baru terjadi. 
Ketika Nissa Sabyan, penyanyi yang dikenal sebagai penyanyi lagu religi, menyanyikan lagu berbahasa Arab di sebuah acara religi di GTV. Belakangan ketahuan bahwa lagu yang dia nyanyikan sama sekali bukan lagu religi. Saya bukan penggemar lagu-lagu maupun kelompok musiknya Nissa ini. 
Yang saya tahu ya dia adalah penyanyi lagu-lagu bernuansa Islami. Nggak ada masalah dengan itu.
Acara di mana Nissa membawakan lagu yang sekarang jadi rame diomongin di medsos, ditayangkan di GTV (Global TV), dengan judul acara “Syair Ramadhan”. 
Deskripsi acara tersebut saya sebagai berikut, seperti dilansir tribunnews.com.  
Syair Ramadan merupakan sebuah program kompetisi religi. Dalam program tersebut, akan ada beberapa peserta yang siap menyanyikan lagu-lagu religi. Program Syair Ramadan berisi lantunan vokal bernuansa religi. Kemudian akan ada beberapa juri yang menilai penampilan mereka. 
Di antara deretan juri, terdapat dua personel grup musik Sabyan Gambus, yakni Nissa serta Ayus yang akan ikut menjadi juri dalam program Syair Ramadan. 
Tidak hanya mereka, terdapat dua juri lainnya yang siap menilai penampilan para peserta. 
Yaitu terdapat penyanyi dangdut tanah air, Iis Dahlia serta ustaz Zacky Mirza. 
Para juri akan memberikan komentar setelah penampilan dari peserta yang tampil… 
Para penonton akan menikmati lantunan lagu religi yang disiarkan secara langsung Sumber
Jelas ya, ini program acara religi, keagamaan. Tentunya menjunjung tinggi nilai agama. 
Sementara Nissa Sabyan bukan hanya sebagai penyanyi pengisi acara, juga sebagai juri, sebuah jabatan yang harusnya punya ilmu mendalam tentang lagu religi. Oh iya, ada ustadz juga sebagai juri. 
Komplit ya.
Lalu kenapa kok Nissa Sabyan menyanyikan lagu berjudul “Ya Tabtab” yang isinya jauh dari nilai-nilai religi? Lagu ini aslinya dinyanyikan oleh Nancy Ajram, penyanyi Lebanon beragama Kristen Ortodox. 
Isinya tentang seorang perempuan yang ngambek dan kesal kepada kekasihnya Sumber
Hal ini diungkap oleh para netizen di media sosial, dan kemudian jadi berita juga di beberapa media.
Menurut saya, ini sebuah kesalahan fatal. 
Bahkan kalau dibanding dengan soal baju Agnes Mo, ini sangat berat. 
Sementara di luar sana banyak orang yang selalu menyebut “pacaran itu haram dalam Islam”, bahkan ada gerakan dengan tajuk “Indonesia Tanpa Pacaran”. Ironis sekali memang. 
Namun, judul berita di media soal ini sangat lah “ringan”. 
Misalnya, “Nyanyi Ya Tabtab di Acara Ramadan, Nisa Sabyan Ditertawai Warganet” dari suara.com. “Nissa Sabyan Ditertawakan Akibat Nyanyi Lagu 'Ya Tabtab' Di Acara Ramadan, Ini Alasannya” dari wowkeren.com. Hanya “ditertawakan” ya. 
Sementara saya yakin waktu kasus baju Agnes itu pasti ada yang ngegas pol, karena sampai MUI pun turun tangan. Sungguh tidak berimbang.
Anyway, saya hanya berusaha menunjukkan sebuah fenomena di negara kita tercinta ini. 
Sebuah gejala yang memprihatinkan. Di mana budaya negara lain dijunjung begitu tinggi, sehingga jadi permisif, jadi buta dengan kesalahan. 
Sementara budaya sendiri, misal baju tradisional kita sendiri, warisan dari para leluhur nenek moyang kita, seperti kemben di adat Jawa, dihujat. 
Kok jadi terbalik? Situ lahir, hidup dan punya KTP mana? Miris memang! 
Credit foto : GTV, Youtube.com
Miris! Nissa Sabyan Membuktikan, Walau Salah Asal “Ngarab”, Aman Lah!
Sumber Utama : https://seword.com/sosbud/miris-nissa-sabyan-membuktikan-walau-salah-asal-xsd0FjVj2N

Nissa Sabyan Nyanyikan Lagu "Ya Tabtab / Oh Montok" Ditertawai Warganet

#Dailycontent
Nissa Sabyan besama bandnya, Sabyan Gambus tengah menjadi viral di Twitter. Nisa dianggap salah memilih lagu, ketika membawakan lagu "Ya Tabtab" di acara Syair Ramadan di Global TV, beberapa waktu lalu.
Terpantau, video itu di unggah akun resmi Global TV pada Apr 29, 2020 dan sudah hampir 500.000 lebih yang menontonnya.
Sah-sah saja sebenarnya Sabyan Gambus menyanyikan lagu yang bukan bertema religi. Namun menyanyikan lagu tersebut di acara bertajuk Syiar Ramadan, dianggap kurang tepat.
Apalagi di channel YouTube resmi Global TV, @officialgtvid, menuliskan deskripi bahwa lagu tersebut, "Untaian lirik religi dengan makna menyentuh & menggetarkan hati yang pastinya hanya ada di Syair Ramadan."
Akibatnya, warganet pun habis-habisan menertawai Sabyan Gambus yang tak selektif memilih lagu.
Rexy Ambarwati misalnya, siapa yang tidak kenal dengan salah satu seleb twitter tersebut? Dia ngakak sembari caption huruf besar ((( OH MONTOK )))


Kata "Oh Montok" ini didapat dari sebuah capture yang mentraslatekan arti atau terjemahan dari lirik lagu tersebut. Sebagaimana yang bisa kalian lihat dibawah ini
Article
Oh montok dan bangun katakan oh aku mengubahnya.. dan seterusnya.. Lirik inilah yang dijadikan landasan judul Ya Tabtab Wa Dalla identik dengan "Oh Montok"
Cerita ini viral dan menuai kontra karena tertulis kata religi di channel Youtube GTV itu, seolah mereka meyakini bahwasanya bahasa Arab sudah identik dengan religi. Padahal hal itu berbanding terbalik dengan kenyataannya.
Kritikan ini dilayangkan oleh akun imanbr, dia mengatakan bahwa "Nisa Sabyan menyanyikan Lagu Ya Tabtab dalam acara Syair Ramadhan. Apakah lagu berbahasa Arab pasti berkaitan dengan Islam ? Coba cari tahu aslinya. Itu lagu penyanyi Lebanon, Nancy Ajram, seorang Arab Kristen. Lagu tentang perempuan yang ngambek dan kesal sama pacarnya Grinning face"
Karena liriknya berbahasa Arab, orang Indonesia ditakutkan akan mengamin-aminkan bahasa itu padahal tidak mengerti sama sekali artinya
Bajay Bajuri sudah memotret itu dari dulu..


Tentunya dengan kejadian Sabyan ini mengingatkan kita kepada sebuah gambar Sandal yang bertuliskan bahasa Arab dan orang Indonesia banyak yang murka karenanya.
Article
Padahal itu L/R... Kiri/Kanan... Syimal/Yamin tapi lihatlah komentar netizin garis Arab yang lucu di kolom komentar itu, "Kenapa harus di kasih Lafz Allah? Dan itu past di injek-injek kalau mau makai"
Miris? Tapi memang begitulah realitanya.
Disini sangat penting kita mengisi diri dengan ilmu, bukan ngambing saja lagi pada kekolotannya, Warga Indonesia saat ini masih punya krisis yang sama seperti era terdahulu dimana itu sudah dituliskan oleh Soekarno
Indonesia masih suka dengan ketahayulannya, kejumudannya, kehadramautannya, kemesumannya, kemusyrikannya (karena percaya kepada azimat-azimat, tangkal-tangkal dan keramat-keramat) kaum kuno.
Kalau umat muslim Indonesia sudah bisa berjuang mengalahkan kekolotan itu, barulah ia bisa lari-secepat kilat mengejar zaman yang seribu tahun jaraknya ke muka itu. Perjuangan menghantam orthodoxie ke belakang, mengejar zaman ke muka.
Islam tidak menyuruh orang duduk termenung sehari-hari di dalam mesjid memutarkan tasbih, tetapi islam ialah perjuangan Islam is progress: Islam itu kemajuan.
Disinilah pentingnya akal, bahwa bahasa Arab itu bukan sesuatu yang perlu dituhankan atau disakralkan, bahasa itu adalah alat komunikasi antar manusia, oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk mengetahui atau menguasai bahasa.
Tapi karena banyak yang kolot, maka sangat penting bagi yang mengetahui untuk mengajarkan.
Apakah benar Global tv dan penyanyinya itu gak yang gak ngerti atau pura-pura gak mengerti untuk rating, pembodohanpun menjadi wajar, jika tv seperti ini. Hancurlah generasi karena pembodohan media bila lagu yang mempunyai lirik bahasa Arab disebutkan sebagai lirik religi.
Semoga saja ini bukan untuk mengejar rating dan strategi untuk mendapatkan iklan. Semoga saja ini murni kesalahan karena kekhilafan tidak paham soal bahasa Arab. Ya, semoga kejadian ini membuat kita semakin dewasa dalam segala hal, belajar dari kesalahan dan maju jadi pribadi yang lebih baik. 
Nissa Sabyan Nyanyikan Lagu "Ya Tabtab / Oh Montok" Ditertawai Warganet
Sumber Utama : https://seword.com/sosbud/nissa-sabyan-nyanyikan-lagu-ya-tabtab-oh-montok-xpeGAfC4BH  

Nissa Sabyan Ibarat Harusnya Nyanyi Lagu Tombo Ati, Eh Malah Nyanyi Lagu Iwak Peyek

Nissa Sabyan sedang ramai dibicarakan karena mengisi acara ramadhan dengan lagu berbahasa Arab tetapi syairnya bukanlah syair berbau religi. Ini sama saja, membawakan lagu ‘iwak peyek’ di acara ramadhan, yang semestinya lebih masuk atau tak jauh dari konteks acara jika lagu yang dibawakan lagu yang berjudul ‘tombo ati’.
Acara yang ditayangkan oleh TV swasta tersebut kok ya bisa-bisanya gak ngerti akan hal itu. Bukannya seharusnya, orang yang membuat acara seperti itu mestinya paham akan hal-hal yang erat kaitannya dengan konten? Atau acara tersebut dibuat hanya untuk memburu rating semata tanpa memikirkan kualitasnya? Padahal, film anime aja diblur kalau kelewat seksi. Tetapi kok anehnya melewatkan hal-hal yang semacam ini dalam acara berbau ramadhan?
Tetapi kita wajib bersyukur, Nissa Sabyan pada pilpres lalu tidak dilabeli cebong, coba saja kalau dilabeli cebong, pasti bukan hanya kritik, tetapi peluang adanya makian pun besar kemungkinannya. Benar gak? Bener gak? Semoga gak bener sih.
Fenomena seperti ini sebenarnya bukan fenomena yang baru. Menganggap hal-hal yang berbau budaya Arab dilekatkan dengan agama Islam. Sendal jepit ditulisi bahasa arab dengan kata yang berarti kiri dan kanan saja bisa heboh. Tak hanya orang yang beragama Islam, yang beragama selain Islam pun sama jika tak paham kalau di negara Timur tengah sana, orang Kristen menyanyikan lagu Natal menggunakan bahasa Arab.
Jika kita perhatikan, kalau tidak salah, di masyarakat kita ada fenomena yang kerap menganggap dengan menonjolkan simbol agama maka sudah bisa mengklaim diri sebagai orang dengan tingkat religiusitas agama tinggi. Puji Tuhan pun dianggap sebagai kata-kata milik orang Kristen, padahal itu adalah sebuah kata yang bersifat universal. Begitu pula dengan alhamdulilah, ucapan syukur yang seperti tabu diucapkan oleh orang yang bukan beragama Islam.
Ngomong-ngomong tentang lagu dan bahasa, jadi ingat bagaiman saat ini lagu bahasa Jawa yang berjudul lingsir wengi sudah dianggap sebagai lagu pemanggil kuntilanak. Padahal, lagu tersebut dipercaya sebagai lagu yang diciptakan oleh salah satu Wali Songo penyebar agama Islam di pulau Jawa yaitu Sunan Kali Jogo. Saya sendiri, waktu kecil sangat suka mendengarkan tembang lagu Jawa, termasuk lagu lingsir wengi tersebut. Dan hingga detik ini tak pernah ada kuntilanak yang muncul karena saya gemremeng menyanyikan lagu tersebut.
Tak jarang film-film Indonesia yang bertema setan menggunakan gending Jawa untuk membuat suasana horror dan menakutkan. Pada akhirnya, anak-anak zaman sekarang takut ketika ada gending atau langgam Jawa. Padahal yang di luar negeri sana justru tak jarang orang-orang yang mempelajarinya.
Namun, ketika ada produk budaya kita diklaim oleh Malaysia, orang-orang kita banyak yang ikut-ikut ngamuk, tetapi di dalam negeri sendiri, pelestariannya tak pernah diperdulikan, atau bahkan dilarang karena dianggap tidak sesuai dengan akidah agama.
Orang beragama di negara kita itu memang masih kagetan. Ada orang dari luar agamanya memeluk agamanya langsung bersorak sorai, dipuja dan dianggap sebagai senjata untuk ladang dakwah bahwa agamanya merupakan agama yang paling benar. Si pemeluk kembali ke jalan yang benar setelah sekian lama melalui jalan yang sesat. Namun ketika ada orang seagamanya keluar dan memeluk agama lain, makian dan kutukan pun tak jarang dilontarkan. Media kita pun mengambil untung dari berita tersebut, mengupas tokoh pindah agama menjadi primadona atau mungkin dianggap sebagai ladang syiar agama demi menggapai surga dengan tidak sadar mengundang para komentator mencibir pemeluk agama lain.
Kalau mikirin bermacam-macam perangai orang beragama yang merasa empunya kerajaan surga itu tak akan ada habisnya. Kalau diladeni bisa-bisa ribut terus gak berkesudahan. Apalagi kalau semua itu bersikukuh dengan dalil yang diyakini tanpa mau membuka hati sebagai manusia dan membuka hati secara spiritual yang universal terhadap sang pencipta. Oleh sebab itu, yang namanya keyakinan biarlah masuk di dalam ranah privasi, tak usah diusik, tak usah saling memaksakan keyakinannya yang paling benar dan menganggap yang diyakini orang lain adalah salah atau kurang tepat. Loh kok jadi mbleber? Ya udah ah, itu aja…Cak Anton
Nissa Sabyan Ibarat Harusnya Nyanyi Lagu Tombo Ati, Eh Malah Nyanyi Lagu Iwak Peyek
Sumber Utama : https://seword.com/umum/nissa-sabyan-ibarat-harusnya-nyanyi-lagu-tombo-ati-TrMjOF5Uyx

Prediksi Kiamat Meleset, Ahmad Zainul Muttaqin “Semprot’ Ustadz Akhir Zaman

Jakarta – Pegiat medsos Ahmad Zainul Muttaqin dalam akun Facebooknya memberikan kritikan yang cukup pedas soal prediksi hari kiamat yang dilontarkan oleh ustadz akhir zaman di akun youtubenya, menurut AZM kita sebagai orang yang beragama tidak seharusnya langsung mempercayai ucapan-ucapan ustadz yang tidak jelas ini.
Berdasarkan hasil pemantauan malam 15 Ramadhan tadi dari waktu berbuka hingga ba’da sahur, dipastikan bahwa hilal Dukhon (Kiamat) tidak tampak seperti yang selalu dikoarkan pria berjenggot bergelar ustadz akhir zaman yang doyan menenteng hadits-hadits dhoif untuk menakuti umat.
Baca Juga:
Ya, saya ga usah nyebut nama. You know lah siapa dia. Sebut saja dia Zulkifli.
Ternyata dentuman dahsyat yang dia maksud pada malam 15 Ramadhan tadi sebenarnya bukan meteor raksasa, tapi suara “dentuman” disko bocah-bocah yang keliling kampung membangunkan warga sahur.
Hebat rasanya para fansboy-nya tidak kapok-kapok mempercayai ramalan orang ini tentang akhir zaman dan nekat menggelari orang ini sebagai “ustadz akhir zaman”, padahal ilmu Eskatologi bukan ilmu sembarangan yang bisa asal comot kaidah cocoklogi apalagi nekad berhujjah dengan nubuat-nubuat dhoif dengan perawi majhul.
Mungkin kita dulu pernah tertawa melihat sekte “Pondok Nabi” di Jawa Barat atau penganut “Heaven’s Gate” yang dulu pernah viral karena ramalan kiamat mereka gagal. Sekarang? Ya, berhentilah tertawa karena mungkin mereka sekarang yang tertawa.
Mungkin ada yang bertanya “Bang, bukannya kemarin dia udah klarifikasi bahwa Dukhon ga jadi 15 Ramadhan ini?”
Ya, lucunya dia baru mengklarifikasi 1 minggu lalu dimana tiba-tiba dia mengutip bahwa haditsnya palsu dan tanda-tanda untuk terjadinya Dukhon belum tergenapi hingga tidak bisa dijadikan dasar (dan itupun setelah mendapat kecaman karena meresahkan umat). Padahal dulu orang ini selalu berkata bahwa tanda-tanda munculnya Dukhon 15 Ramadhan tahun ini telah tergenapi (anda bisa cek ceramah-ceramahnya di YouTube).
Ya, setelah sekian lama menakuti umat dengan bencana dukhon di Jum’at 15 Ramadhan 1441 H, dia mengklarifikasi sendiri di akun youtube-nya bahwa ramalan-ramalan yang kemarin dicancel, haditsnya palsu, dan itu pun karena ada yang bertanya.
Gila! Udah bangun bunker nih coy.
Sebenarnya bagi muslim yang paham sedikit saja ilmu Eskatologi Islam dan update Geopolitik, koar-koar pria berjenggot itu tentang akhir zaman hanya akan jadi bahan lelucon belaka.
Baca Juga:
Masih ingat kan dulu dia pernah digiring ke Bareskrim Polri lantaran menyebarkan Hoax jutaan KTP palsu untuk pemilu sudah dicetak di China dan Perancis untuk memenangkan komunis (siapa lagi maksudnya kalau bukan Jokowi)?
Masih ingat kan 2 tahun lalu orang ini juga pernah berkoar bahwa 2018 akan terjadi huru-hara dan pertumpahan darah massal di seluruh dunia termasuk di Jakarta akibat Revolusi Komunis China dan Revolusi Syi’ah. Mana hasilnya?
Zonk! Tak ada pertumpahan darah oleh Komunis dan Syi’ah, yang ada justru huru-hara karena cong** dia.
Lalu dengan enteng dia mengklarifikasi di Bareskrim Polri bahwa bukan cuma dia sendiri yang bilang gitu, penceramah lain juga, dan dia “hanya” mengutip dari ensiklopedia akhir zaman milik orang lain.
Bisa anda lihat, orang ini lari dari mulutnya sendiri dan melempar handuk pada karangan orang lain yang pengarangnya pun tidak meminta dia untuk membaca karangannya.
Sebenarnya saya sudah berhenti sejak lama mendengarkan bualan-bualan orang ini tentang akhir zaman ketika dia menafsirkan “Bangsa Rum” akhir zaman yang disebut Nabi akan bekerjasama dengan umat Islam adalah USA dan NATO. Katanya umat Islam akhir zaman akan bersekutu dengan USA dan NATO melawan Rusia dan Syi’ah.
Wadidaw… hebat bung, menurutnya umat Islam akan bekerjasama dengan backing Zionis di akhir zaman, para demagog yang menjajah Palestina hingga hari ini.
Mungkin hal ini terpaksa dikatakan karena dia tak bisa mengingkari fakta bahwa saat ini blok USA dan NATO berseberangan dengan blok Rusia dan Iran yang Syi’ah. Lalu dengan tanpa malu menafsirkan umat Islam akan bersekutu dengan USA dan NATO melawan Syi’ah dan Komunis. Mungkin prinsipnya, yang penting melawan Syi’ah, berkawan dengan Zionis pun tak masalah.
By the way, satu lagi ramalan dia yang belum terjadi, silakan anda pantau ya. Berdasarkan tanda-tanda alam, Imam Mahdi telah lahir pada tahun 1981 di bulan Ramadhan. Dan pada 2019 (saat dia ceramah) beliau telah berusia 38 tahun. Dan pada usia 40 tahun beliau akan dibaiat di depan Ka’bah (artinya satu/dua tahun lagi) dan yang akan mewakili muslim Indonesia untuk berbaiat di sana adalah Habib Rizieq Shihab. Silakan percayai, kalau zonk lagi ya urusanmu dewe. Dibodohin kok ga kapok-kapok!. (ARN)
Ustadz Akhir Zaman

Lagu ‘Aisyah Istri Rasulullah’ dan Moderatisme Sikap Kita
Saat ini di tengah merebaknya wabah virus Corona, ada fenomena lain yang menyita banyak perhatian publik. ‘Lagu ‘Aisyah’ atau yang lebih populer sekarang dengan lagu berjudul ‘Aisyah Istri Rasulullah tengah viral di media sosial setelah dicover oleh banyak musisi dan publik figur terkenal seperti Sabyan Gambus, Syakir Daulay, dan Via Vallen. Namun, lirik lagu itu mendapat sorotan negatif dari berbagai pihak yang menilai pembuat lirik lagu tersebut berlaku su’ul adab (kurang ajar) lantaran tidak menyertakan kata “Sayyidah” atau “Siti” di depan nama “’Aisyah”. Mereka menilai hal itu menunjukkan tiadanya rasa hormat kepada istri Rasulullah shaallahu alaihi wa salam. 
Pertanyaannya, apakah memang benar demikian bahwa menyebut istri Rasulullah seperti ‘Aisyah tanpa menyertakan ”Sayyidah” atau “Siti” merupakan su’ul adab (kurang ajar) karena berarti tidak menghormatinya? Secara pribadi penulis berpendapat ada banyak cara menghormati istri Rasulullah seperti ‘Aisyah selain dengan menyertakan kata “Sayyidah” atau “Siti” di depan namanya. Untuk itu diperlukan sikap moderat menghadapi keragaman cara itu. 

Riwayat Lagu ‘Aisyah 
Komposisi lagu dengan judul “Aisyah” dibuat Razif Bin Zainuddin aka Razif. Demikian pula liriknya digubah oleh Razif sendiri. Razif adalah seorang penyanyi asal Malaysia yang tergabung dalam Project Band. Lagu ini dirilis pada tahun 2017 silam. Lirik asli lagu ini dirangkai sedemikian rupa yang tidak ada hubungannya dengan ‘Aisyah istri Rasulullah, melainkan sekadar seorang perempuan biasa yang sangat dicintai oleh kekasihnya. Ada yang menduga karakter Aisyah dalam lagu ini tak lain adalah gambaran karakter istri Razif Bin Zainuddin aka Razif. Oleh karena itu jika dalam lirik lagu yang asli tidak terdapat kata “Sayyidah” atau “Siti” adalah sangat wajar kerena sekali lagi memang tidak ada hubungannya dengan istri Rasulullah
Di bawah ini adalah sebagaian dari lirik aslinya yang ditulis Razif Bin Zainuddin aka Razif sebagai berikut: 

Mula-mula mula ku happy
Tiba-tiba dia sakitkan hatiku 
Tak apalah terima kasihlah jadi kekasihku 
Satu, dua, tiga ku cintamu 
Kau hanya satu menjadi kekasihku 
Berjanjilah padaku sayangku 
Kau akan setia 

‘Aisyah, jangan ragu-ragu dengan cinta ini 
Jangan kau ragu-ragu ku jadi kekasihmu 
Percaya padaku 
Ku akan jadi yang terbaik untuk cintamu 
‘Aisyah, aku sayang kamu aku rindu kamu 
Tidur malamku sentiasaku mimpikan kamu 
Kau hanya milikku untuk selamanya 

Dalam perkembangan selanjutnya seorang Youtuber Malaysia bernama Hasbi Haji Muh Ali alias Mr. Bie menyanyikan ulang lagu ‘Aisyah dengan mengubah lirik itu menjadi versi religi dengan judul ‘Aisyah Istri Rasulullah. Dalam lirik lagu ini pun tidak terdapat kata Sayyidah di depan nama ‘Aisyah meskipun Hasbi Haji Muh Ali alias Mr. Bie adalah seorang Muslim. Di Malaysia sebetulnya umat Islam di sana yang mayoritas Sunni bermadzhab Syafi’i biasa menyebut para istri Rasulullah dengan sebelumnya menyebut Sayyidah sebagai bentuk penghormatan kepada mereka. Meski demikian tentu kita tidak boleh menghakimi begitu saja kepada Hasbi Haji Muh Ali alias Mr. Bie sebagai seorang Muslim yang tidak menghormati istri Rasulullah sebab menunjukkan hubungan silsilahnya sebagai putri Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq dan sebagai istri Rasulullah itu sudah merupakan bentuk penghormatan sebagaimana hal ini juga dipraktikkan oleh para sahabat. 
Di bawah ini adalah sebagaian dari lirik lagu ‘Aisyah Istri Rasulullah yang ditulis Hasbi Haji Muh Ali alias Mr. Bie sebagai berikut: 

Mulia indah cantik berseri 
Kulit putih bersih merahnya pipimu 
Dia ‘Aisyah putri abu bakar 
Istri Rasulullah 

Sungguh sweet nabi mencintamu 
Hingga nabi minum di bekas bibirmu 
Bila marah nabi kan memanja 
Mencubit hidungnya 

Aisyah... 
Romantisnya cintamu dengan nabi 
Dengan baginda kau pernah main lari-lari 
Selalu bersama hingga ujung nyawa 
Kau di samping Rasulullah 

Lagu ‘Aisyah versi bahasa Arab pun yang dinyanyikan oleh Mostafa Abo Rawash asal Mesir, dalam liriknya juga tidak terdapat kata “Sayyidah”. Padahal Muslim di Mesir itu bisa dikatakan sama dengan Muslim di Malaysia, yakni mayoritas Sunni yang bermadzhab Syafi’i. Di negeri-negeri Arab sendiri orang-orang Islam di sana memang tidak selalu menyebut istri Rasulullah dengan menyertakan “Sayyidah”. 
Sebagian lirik lagi versi Arab itu adalah sebagai berikut:

 سلام عليك يا عائشة
 زوج رسول الله و ام المؤمنين
 يا عائشة
 يا ابنت الصديق
 حبيب رسول الله
 انت قلب محمد والروح
 كالشمس تشرقين بالوجه الصبوح
 يا امنا الحلم والمنى
 نلقاكي في العلا 

Dalam lirik lagu berbahasa Arab di atas tidak kita temukan juga kata “Sayyidah” setelah kata “Aisyah” padahal ‘Aisyah yang dimaksud dalam lirik lagu itu adalah istri Rasulullah . Namun demikian dalam lirik lagu tersebut disebutkan hubungan silsilah beliau baik dengan Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq maupun Rasulullah . Artinya memang ada banyak cara menghormati para istri Rasulullah selain dengan menyertakan kata “Sayyidah” versi Arab dan “Siti” versi Jawa atau Indonesia. Para sahabat dan tabi’in Rasulullah sendiri tidak menggunakan kata “Sayyidah” ketika menyebut nama-nama istri Rasulullah . Hal ini dapat dilihat dalam redaksi isnad hadits Rasulullah seperti berikut ini:

 عن عائشة زوج النبي صلى الله عليه وسلم أنها أخبرتنا أنها سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الطاعون... 
Artinya, “Dari Sayyidah ‘Aisyah istri Nabi SAW, ia mengabarkan kepada kami bahwa ia bertanya kepada Rasulullah perihal tha‘un, ... (HR Ahmad) Dalam teks asli penggalan hadits di atas, perawi hadits, yakni Imam Ahmad, menyebut musnid ‘Aisyah tanpa sebelumnya menyertakan kata “Sayyidah”. Tetapi Imam Ahmad menyebutkan hubungan kekerabatannya dengan Rasulullah sebagai istri. Hal ini juga merupakan cara lain menghormati istri Rasulullah di luar penyebutan “Sayyidah” atau “Siti”. Menariknya dalam terjemahan bahasa Indonesia terhadap penggalan hadits diatas kata “Aisyah” diterjemahkan menjadi “Sayyidah Aisyah” dimana dalam teks Arabnya tidak ditemukan sama sekali kata سيدة. Ini artinya bahwa penggunaan “Sayyidah” untuk menyertai atau tidak menyertai nama istri Rasululah hanyalah masalah perbedaan budaya. 
Dalam penggalan hadits lain disebutkan sebagai berikut:
 عن عائشة رضي الله عنها زوج النبي صلى الله عليه وسلم أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يعتكف العشر الأواخر من رمضان حتى توفاه الله ثم اعتكف أزواجه من بعده 
Artinya: Dari ‘Aisyah radhiallahu anha – istri Nabi,“Sesungguhnya Rasulullah melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian istri-istri beliau juga beri’tikaf setelah beliau wafat.” (HR Bukhari). 
Dalam penggalan hadits di atas Imam Bukhari sebagai perawi hadits menyebut musnid “Aisyah” tanpa disertai dengan kata “Sayyidah” tetapi Imam Bukhari mengucapkan doa رضي الله عنها (semoga Allah meridhainya) setelah penyebutan namanya. Ini juga merupkan cara lain menghormati istri Rasulullah . Di Indonesia khususnya Jawa terdapat budaya kebangsawanan Islam seperti “Gus” dan “Ning” untuk menunjukkan anak turun kiai atau ulama dalam masyarakat pesantren. Pesantren memang merupakan sub-kultur tersendiri sebagaimana dinyatakan Gus Dur. Mereka pada umumnya menggunakan “Siti” atau “Sayyidah” di depan nama istri Rasulullah untuk menujukkan keningratan dalam hubungan silsilahnya dengan Rasulullah dan memberikan penghormatan. Cara ini sedikit banyak dipengaruhi oleh tradisi pesantren dalam kaitannya dengan budaya keningratan Islam mereka. “Siti” merupakan padanan kata dengan “Sayyidah” dalam bahasa Arab. Sedangkan di Arab budaya kebangsawanan Islam bisa dilacak sejak kepemimpinan Islam menggunakan sistem kerajaan, yakni sejak Muawiyah bin Abu Sufyan sebagai khalifah menurunkan tahta kepemimpinan kepada putranya bernama Yazid bin Muawiyah. Budaya kebangsawanan umumnya menyertai sistem kerajaan sehingga pemimpin kerajaan atau raja umumnya mewariskan keningratan kepada anak turunnya. Pada masa Rasulullah sendiri kebangsawanan Islam sebagai produk budaya tidak terbentuk sebab Rasulullah SAW bukanlah seorang raja sehingga merupakan hal biasa menyebut orang lain tanpa menyebut gelar kebangsawan tertentu kecuali menyebutkan kedudukan atau perannya di masyarakat seperti “umul mukminin” atau sekedar hubungan kekerabatan dengan orang-orang tertentu untuk menujukkan nasabnya seperti “Fathimah binti Muhammad” dan “Utsman bin Affan” dan sebagainya, tanpa menyebut embel-embel gelar kebangsawanan. Jadi memang setiap zaman dan setiap umat memiliki budaya masing-masing yang tidak selalu sama. Dari seluruh urain di atas, dapat disimpulkan bahwa ada banyak cara untuk menghormati istri Rasulullah seperti ‘Aisyah. Sebagian orang menggunakan sebutan “Sayyidah” atau “Siti”. Sebagian yang lain hanya menyebut namanya tetapi diikuti dengan penyebutan nasab atau hubungan perkawinannya dengan Rasulullah . Sebagian yang lain lagi hanya menyebut namanya tetapi diikuti dengan doa beroleh keridhaan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Perbedaan itu dipengaruhi oleh budaya masing-masing. Fakta keragaman budaya itu sebaiknya membuka kesadaran kita untuk menghormati perbedaan cara menghormati istri-istri Rasulullah . Tidak sebaiknya kita memvonis seseorang sebagai su’ul adab (kurang ajar) semata-mata hanya ia berbeda cara menghormati dengan cara kita. Vonis semacam ini terlalu keras yang hampir mendekati sama kerasnya, katakanlah 1 atau 2 tingkat di bawah, dengan kaum Khawarij yang begitu mudah mengkafirkan sesama orang Islam hanya karena berbeda pandangan politiknya dengan mereka. Demikian pula vonis itu bisa dikatakan hampir sama kerasnya dengan kaum Salafi Wahabi, atau di bawahnya sedikit, yang begitu mudah memvonis sesat (pelaku bid’ah) bagi yang mereka yang berbeda pemahaman tentang konsep bid’ah dan implementasinya dalam kehidupan beribadah sehar-hari. Namun vonis su’ul adab (kurang ajar) yang pernah dilontarkan beberapa warganet di medsos terhadap para penulis lirik dan pelantun lagu ‘Aisyah Istri Rasulullah yang tanpa menyebut “Sayyidah” atau “Siti” telah mendatangkan hikmah tersendiri dengan adanya respons yang bijak dan kreatif dari salah seorang kiai moderat di negeri ini. . 

Adalah Buya Yahya seorang kiai moderat Pengasuh Pesantren Al-Bahjah Cirebon yang merasa prihatin atas maraknya hujatan itu kemudian tergerak hatinya mengusulkan agar lirik lagu ‘Aisyah Istri Rasulullah ditulis ulang sesuai dengan arahannya. Salah satu arahannya adalah disertakannya kata “Sayyidah” sebelum nama “Aisyah”. Beliau sendiri tidak setuju jika para penulis lirik dan pelantun lagu ‘Aisyah Istri Rasulullah yang tanpa menyertakan “Sayyidah” atau “Siti” divonis su’ul adab (kurang ajar) karena beliau yakin mereka tidak bermaksud tidak menghormati istri Rasulullah . 
Lirik itu kemudian dikenal dengan Versi Buya Yahya yang dicover oleh Yusuf Subhan. 
Selengkapnya lirik lagu Sayyidah ‘Aisyah Istri Rasulullah versi Buya Yahya adalah sebagai berikut: 

Mulia berani lembut hati 
Amat cerdas ilmu seluas samudera 
Yaa Sayyidah putri Abu Bakar istri Rosululloh 

Sungguh Nabi memuliakanmu 
Hingga Nabi minum di bekas gelasmu 
Bila marah, nabi kan memanja 
Sejukkan hatinya 

Ummana sungguh terpuji akhlakmu dengan Nabi 
Dengan Baginda bunda slalu berseri-seri 
Selalu bersama hingga ujung nyawa kau disamping Rosulullah 

Sayyidah ’Aisyah sungguh manis shirah cintamu 
Bukan persis novel yang kadang cerita semu 
Kau istri mulia,
yaa ‘Aisyah Ummanaa Allah Rahman pilih Rasul untukmu 

Hooo…hooo…hooo… 

Mulia berani lembut hati 
Mujtahidah cerdas Ummi yang shalehah 
Yaa Sayyidah putri Abu Bakar istri Rosululloh 

Sungguh sweet nabi memuliakanmu 
Wanita surga yang nampak di dunia 
Amat suci cinta dan kasihnya pada Rasulullah 

Ummana sungguh terpuji akhlakmu dengan Nabi 
Dengan Baginda bunda slalu berseri-seri 
Selalu bersama hingga ujung nyawa kau disamping Rosulullah 

Sayyidah ’Aisyah sungguh manis shirah cintamu 
Bukan persis novel yang hanya fatamorgana 
Kau istri mulia, yaa ‘Aisyah Ummana 

Sayyidah ’Aisyah sungguh manis shirah cintamu 
Bukan persis novel yang hanya fatamorgana 
Kau istri mulia, yaa ‘Aisyah Ummana 
Allah Rahman pilih Rasul untukmu. 

Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta
 
Deretan Penyanyi Cover Lagu Aisyah Istri Rasulullah
Sejumlah penyanyi Tanah Air menyanyikan ulang (cover) lagu Aisyah Istri Rasullah dengan versi masing-masing.
Jakarta - Menjelang bulan suci Ramadhan banyak lagu-lagu religi yang muncul salah satunya yang sempat viral adalah lagu Aisyah Istri Rasulullah. Tembang tersebut kian dikenal publik setelah sejumlah pesohor Tanah Air menyanyikan ulang (cover) lagu ini dengan versi masing-masing.
Lirik lagu yang berkisah tentang sosok istri Nabi Muhammad itu digubah oleh Mr Bie, seorang YouTuber asal Malaysia dari tembang berjudul Aisyah yang sebelumnya dibawakan oleh grup musik Projector Band, yang juga berasal dari Negeri Jiran.
Berikut Tagar rangkumkan deretan penyanyi yang membawakan cover lagu Aisyah Istri Rasulullah.
Nissa SabyanNissa saat membawakan versi cover dari lagu Aisyah Istri Rasulullah bersama Sabyan. (Foto: YouTube)

1. Sabyan

Grup musik pop gambus Sabyan, mengaransemen ulang lagu Aisyah Istri Rasulullah menggunakan melodi yang khas, dengan suara ikonik sang vokalis, Nissa.
Hingga saat ini, video cover lagu Aisyah Istri Rasulullah versi Sabyan telah ditonton lebih dari 23 juta kali, sejak diunggah pertama kali di laman YouTube resmi mereka pada 28 Maret 2020 lalu.
Rizki dan RidhoRizki dan Ridho. (Foto: Instagram/da2_rizki123)

2. Rizki dan Ridho

Lagu Aisyah Istri Rasulullah versi cover dari duo bersaudara Rizki dan Ridho saat ini menduduki posisi trending ke-14 di laman berbagi video YouTube.
Rizki dan Ridho mengubah melodi lagu dengan cengkok dan irama dangdut yang khas, mengingat duo kakak-beradik itu memang dikenal sebagai finalis ajang pencarian bakat Liga Dangdut Indonesia (LIDA) yang tayang di stasiun televisi Indosiar.
Ria RicisRia Ricis minta maaf setelah dilabrak tetangga karena syuting ditengah wabah Corona. (Foto: Instagram/riaricis1795)

3. Ria Ricis

Selebgram sekaligus YouTuber Ria Ricis, ikut membawakan versi cover lagu Aisyah Istri Rasulullah bersama dengan Shindy Putri. Dalam kesempatan ini, adik dari artis peran Oki Setiawan itu mengaransemen ulang tembang tersebut dengan irama pop.
Dalam keterangan yang tertulis dalam unggahan video yang ditayangkan sejak Rabu, 1 April 2020 itu, Ria Ricis juga berkampanye kepada para penontonnya untuk ikut berdonasi dalam penggalangan dana melawan Covid-19.
"Alhamdulillah hari ini (Rabu, 1 April 2020) Ria Ricis upload video lagu yang berjudul Aisyah Istri Rasulullah Yuk bantu donasi melawan Covid-19 https://kitabisa.com/campaign/yuklawa," tulis Ria Ricis.
Andre TaulanyAndre Taulany. (Foto: Instagram/andreastaulany)

4. Andre Taulany

Tak mau kalah dengan yang lain, mantan vokalis grup band Stinky, Andre Taulany, juga ikut membawakan versi cover lagu Aisyah Istri Rasulullah. Dalam video yang diunggah di laman YouTube, pria yang kini berprofesi sebagai komedian itu membawakan ulang tembang tersebut dengan irama pop.
Bersama unggahan video cover versinya, pembawa acara program Ini Talk Show itu turut memberikan penghargaan kepada pemilik lagu Aisyah Istri Rasulullah, yakni Projector Band.
"Aisyah Istri Rasulullah, Original song by Projector Band," tulis Andre.
Syakir DaulaySyakir Daulay. (Foto: Instagram/syakirdaulay)

5. Syakir Daulay

Penyanyi muda Syakir Daulay ikut mengunggah video cover lagu Aisyah Istri Rasulullah pada Senin, 6 April 2020. Dalam aransemen versinya, lagu tersebut dibawakan dengan irama dendang melayu.
Syakir Daulay juga mengaku telah mendapat ijin dari UMPG (Universal Music Publishing Group) sebagai Sub Publisher dari MAP (Media Asia Production Sdn.Bhd) untuk membawakan ulang tembang tersebut.
Hingga kini, video cover tembang Aisyah Istri Rasulullah miliknya telah disaksikan lebih dari 466.107 kali dan menempati trending posisi nomor 7 di laman berbagi video YouTube.
Via VallenVia Vallen. (Foto: Instagram/viavallen)

6. Via Vallen

Pedangdut cantik Via Vallen, rupanya tergelitik juga untuk membawakan ulang lagu Aisyah Istri Rasulullah dengan versinya sendiri. Video cover tembang tersebut ia unggah ke laman YouTube pada Selasa, 7 April 2020 dan langsung menduduki pencarian nomor satu di kata kunci lagu tersebut.
Baca juga: Lirik Lagu Aisyah Istri Rasulullah dalam Dua Versi
Video berdurasi 4 menit 2 detik itu juga telah disaksikan lebih dari 238.896 kali hanya dalam kurun waktu lima jam sejak pertama kali dibagikan. []
Andre Taulany. (Foto: Instagram/andreastaulany)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/deretan-penyanyi-cover-lagu-aisyah-istri-rasulullah

Jokowi Harus Kongkrit dengan Ulama, Jangan Cuma Minta Bantuan Gratis

Hari ini kita sudah memasuki pertengahan Ramadhan. Artinya, setengah perjalanan lagi, kita akan menyeleasaikan bulan puasa dan merayakannya dengan kemenangan; idul fitri. Seperti halnya banyak perayaan, kita akan bersuka cita dan bergembira ria, merayakannya dengan banyak orang, bersama-sama.
Tapi corona tahun ini mungkin akan mengubah cara perayaanya. Pemerintah melarang mudik. Wapres yang juga ketua MUI mendorong agar segera terbit fatwa haram mudik. Beberapa ulama MUI bahkan sudah mengatakan bahwa mudik adalah haram di tengah pandemi.
Lalu apakah ini sudah cukup? Secara aturan, itu sudah maksimal. Antara ulama dan umaro sepakat untuk bekerjasama menyampaikan arahan kepada masyarakat dan ummat. Tapi praktek di lapangan, jelas tak akan sesederhana itu.
Tanpa adanya penutupan jalan dan pengawasan secara ketat, larangan tersebut akan sangat rentan dilanggar. Jika memang pemerintah mengkhawatirkan, atau serius ingin melarang mudik, maka itu harus diimbangi dengan mengerahkan militer secara massif.
Selain itu, ulama juga harus melakukan koordinasi. Di setiap daerah ada ulama yang paling didengar suaranya. Ulama-ulama daerah atau lokal ini harus diajak bicara dan diskusi agar satu suara. Kalau hanya ulama MUI dan pusat, bisa jadi pesan itu tak akan sampai ke masyarakat bawah. Atau, malah kiai dan ulama daerah berbeda pendapat dengan MUI. Ini sudah terjadi dalam hal pelarangan shalat jumat.
Seperti halnya TNI Polri yang mendapat kompensasi lebih terkait tugas penjagaan, maka para ulama dan kiai di daerah-daerah juga perlu untuk diberikan penghargaan, atau katakanlah dana operasional untuk bergerak meyakinkan masyarakat sekitarnya.
Dan operasional terhadap kiai dan ulama di daerah ini sangat penting mengingat mereka adalah kelompok orang yang sangat terdampak. Corona ini membuat kiai harus menutup pesantren. Tak ada lagi undangan ceramah atau pengajian. Sementara usaha travel umroh dan hajinya pun kini tutup total.
Secara mental, para ulama dan kiai memang di atas rata-rata. Mereka tak akan mengeluh. Bahkan kalaupun harus berhutang, akan banyak santrinya yang siap mencarikan. Tapi, bagaimanapun mereka tetaplah manusia yang sama seperti kita. Ada biaya yang harus mereka bayarkan untuk bertahan hidup, dan pemerintah harus memberikan haknya.
Mintalah bantuan kepada kiai dan ulama agar mereka bisa bersama-sama, satu langkah satu suara, guna melarang atau menahan warganya untuk tidak mudik. Lalu berilah imbalan yang setimpal atas usaha dan jasa yang sudah dilakukan oleh para kiai dan ulama ini.
Jadi ketika TNI Polri berjaga di jalan raya, para kiai menahan warganya agar tidak terjadi penumpukan di perbatasan atau check point.
Saya pikir hal ini yang belum terpikirkan oleh pemerintah atau pembantu Presiden. Tidak menyadari bahwa kelompok kiai dan ulama saat ini sangat terdampak, diminta untuk membantu pemerintah tapi kita seolah tak mau memikirkan hak-haknya.
Sementara para pejabat daerah, dari Gubernur, Walikota, Bupati hingga kepala desa, seharusnya mudah saja untuk diminta bergerak solid. Karena mereka ini adalah orang-orang yang mendapat dana dari pemerintah pusat. Jadi harus nurut. Kalau ngga nurut, Mendagri bisa segera berikan teguran keras atau sanksi. Kalau bisa segera diatur saja dalam peraturan menteri.
Sementara kita sebagai rakyat biasa, juga bisa ikut mengambil tanggung jawab untuk sosialisasi. Misal ada kerabat atau tetangga kita yang berencana mudik, sebisa mungkin kita beri gambaran tentang resiko yang akan didapat. Jangan muluk-muluk bicara virus dan infeksi, jika yang kita hadapi adalah kelompok masyarakat yang tidak paham atau bahkan terlalu percaya dengan taqdir kematian. Beri saja contoh atau gambaran sederhana tentang penutupan jalan. Bahwa jalanan ditutup. Jadi kalaupun maksa berangkat, mereka akan disuruh balik kanan. Sia-sia berangkat mudik, karena akhirnya akan dihentikan oleh TNI Polri yang berjaga di perbatasan.
Saya pikir itu. Semoga semua elemen bisa bergerak satu suara satu langkah. Agar kita bisa mengurangi ancaman penyebaran virus covid di Indonesia. Kita semua tak boleh lengah. Dan Indonesia membutuhkan partisipasi kita bersama, sekecil apapun ruang dan lingkupnya.
Jokowi Harus Kongkrit dengan Ulama, Jangan Cuma Minta Bantuan Gratis
Sumber Utama : https://seword.com/umum/jokowi-harus-kongkrit-dengan-ulama-jangan-cuma-CQLFfb5ITp 

Media Asing Samakan Anies dengan Gubernur New York. Keduanya Tukang Mengemis ke Presiden

Serdadu buzzer Lord Anies sampai go internasional sudara! Oleh karena itu, perlu kita bikin tandingan berita yang sebenarnya.
Kalau melihat berita titipan yang sudah di framing sedemikian rupa ini, maka kita akan melihat bahwa Lord Anies adalah hero yang cepat tanggap melawan musuh yang bernama Corona, media asing yakni The Sydney Morning Herald menyamakan Anies dengan Gubernur New York.
Media ini menyebutkan bahwa Anies dan Andrew Cuomo (Gubernur New York), keduanya harus berhadapan dengan para presiden yang bertindak dengan urgensi lebih rendah
Atas dasar berita ini, kaum pemuja Anies sedang jingkrak-jingkrak di media sosial. Entah apa delusinya, tapi memang terlihat bahwa pemuja Lord Anies ini memang kurang akan edukasi, senang akan hal-hal yang tidak penting dan sifatnya sementara.
Namun, berkat media asing yang menyamakan Anies dengan Gubernur New York, kita dapat 2 kemiripan yang nyata. 

Kemiripan pertama adalah, mereka tukang mengemis ke Presiden.
Gubernur New York, Amerika Serikat Andrew Cuomo pernah mendesak Presiden Amerika Serikat untuk mengirimkan bantuan segera ke kota yang dipimpinnya, karena ‘tsunami’ Corona terus meningkat dan menelan korban jiwa.
Sedangkan Anies hampir mirip dengannya. Anies mengemis bantuan dana ke Pemerintah Pusat, Karena Anies bokek gak punya dana sebagaimana yang sudah Sri Mulyani lontarkan sehari lalu.

Walau bukan pakai uang Anies, tapi dengan bantuan para serdadu buzzer Lord Anies, framing di media sosial seolah-olah mencitrakan Anieslah yang paling berjasa dan yang paling core of the core untuk membantu paling depan warganya yang terdampak Covid. 
Bansos diklaim olehnya, dan diklaim pula jumlahnya lebih banyak dari Pemerintah pusat.

Waktu membuktikan kebohongannya, ternyata ada cross data, justru Pemerintah Pusatlah yang sudah banyak memberikan bantuan itu kepada warga DKI Jakarta. 
Tapi Anies tetap saja dengan muka temboknya, menutup fakta dengan klaim barunya. 
Walau gak ada uang, dia punya klaim terbaru yakni ada uang 5 Triliun katanya.
Ya, inilah kemiripan pertama antara Anies dengan Gubernur New York itu, keduanya sok garang, tapi ternyata tak berdaya. Demen mengemis ke pusat.

Alhasil dari kemiripan ini maka kita masuk ke sesi kedua.
Anies dan Gubernur New York ini mirip akan hal pemberi masalah tanpa solusi. 
Yang mereka lakukan sedari awal ada isu Covid ialah cuma ingin mengabarkan bahwa sudah ada Covid 19 di daerahnya.
Anies punya Instruksi Gubernur No 16 Tahun 2020 untuk sekedar sosialisasi wabah, dan karena Instruksi Gubernur ini Anies diklaim lebih cepat menangani wabah Corona oleh para pemujanya.
Hahaha! Ketawa kita melihat kejadian itu, karena apa? 
Karena sejatinya Anies itu gak punya program atau solusi. 
Terbukti saat dia membatasi busway, berapa banyak antrian yang terjadi? 
Dan lalu dia dengan mudahnya berkelit itu adalah "Efek Kejut" Faktanya, warga Jakarta dipaksa kena Corona masal oleh Anies
Anies dan Gubernur New York ini punya kemiripan yang jelas, tukang bikin gaduh tapi gak ada solusi. Intinya cuma rajin memberi masalah tapi gak pernah memberikan masukan yang konstruktif alias membangun.
Jadi mereka cuma bisa berlomba lebih dahulu bikin klaim dan merasa paling aktif dalam menangani wabah. Lalu kemudian panggil pewarta untuk memberitakannya.
Ya, kejadian memanggil pewarta itu sudah sangat mirip sekali dengan kejadian sebelumnya. 
Berita tentang "efek bergetar suara Anies" itu pernah terpampang nyata di beberapa berita media kita. Itu baru satu contoh praktek yang dilakukan.
Jadi jangan terlalu overreacting dengan media asing ini. 
Karena semua itu bisa saja diatur, terlebih berita ini keluar seolah berusaha menutupi fakta buruk karena Anies babak belur diserang 3 Menteri Jokowi.
Pencitraan semacam ini lewat media berita dan serdadu buzzer yang kemudian menglorifikasikannya, mungkin memang jadi satu-satunya solusi bagi Lord Anies agar dapat survive dari krisis opini publik terhadapnya.
Ya kita harap maklum saja. Kasih mereka senang dengan delusi sesaatnya. Mau Anies mirip kek, apa kek, semua itu tidak merubah fakta bahwa masih banyak warga DKI yang butuh Bansos. Kemana Anies? Mana uang 5 Triliun yang baru-baru ini engkau ucapkan? Buktikan dan jangan cuma omong besar.
Media Asing Samakan Anies dengan Gubernur New York. Keduanya Tukang Mengemis ke Presiden
Sumber Utama : https://seword.com/politik/media-asing-samakan-anies-dengan-gubernur-new-york-8Sgc2HdEml

Awas Kena Prank! Gubernur DKI Bilang Punya 5 T Untuk Corona, Tapi Bo'ong?

Ternyata serangan bertubi-tubi dan menggigit dari 3 menteri Jokowi membuat Anies kalap. Segala jurus baru ia keluarkan untuk menutupi kekurangannya dan memojokkan pemerintah pusat. Anies menyebut sejak Januari dirinya menilai pusat menutup-nutupi hasil tes warganya. Anies juga mengatakan telah menyiapkan 5 triliun uang setelah sebelumnya disebut-sebut oleh menteri Jokowi ngemis-ngemis ke pusat tak punya uang.
Tapi siapa yang akan percaya Anies? Sebelum diadakan bansos DKI saja ia berbohong mengenai isinya. Salah satu dai korban prank Anies adalah Aa Gym. Anies menyebut akan ada daging sapi dalam bansos nanti, tapi nyatanya cuma kaleng sarden. Belakangan malah viral bansos yang dijanjikan 1 juta per KK malah turun ke 600 k. Bansos Aniespun sering salah sasaran ke rumah orang kaya dan berada.
Kini percayakah kalau Anies punya 5 T? Atau itu semua hanya prank semata? Pernyataan Anies soal 5 T sebagai balasan atas sindiran keras menteri-menteri Jokowi terutama ke Sri Mulyani.
Dilansir dari tribunnews.com, sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut Anies Baswedan angkat tangan memberi bansos ke warganya. Informasi ini didapat Sri Mulyani dari Menko PMK Muhadjir Effendy.
Menkeu Sri Mulyani mengungkapkan bahwa Pemprov DKI tak mampu menyalurkan bantuan sosial untuk 1,1 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di wilayahnya.
Bendahara Negara itu menjelaskan, Pemprov DKI menyatakan tidak memiliki anggaran dan meminta pemerintah pusat untuk menyalurkan bansos kepada 1,1 juta KPM tersebut.
Dengan demikian, beban penyaluran bantuan sosial untuk KPM di Jakarta dibebankan seluruhnya kepada pemerintah pusat.
"Kemarin dapat laporan Pak Menko PMK, DKI yang tadinya cover 1,1 juta warga mereka, namun tidak ada anggaran dan meminta pemerintah pusat untuk cover 1,1 juta DKI, dan sisanya 3,6 juta pemerintah pusat sekarang seluruhnya diminta di-cover pemerintah pusat," ujar Sri Mulyani ketika memberikan penjelasan kepada Komisi XI DPR RI.
Tak tinggal diam, Anies Baswedan bantah Sri Mulyani sebut Jakarta tak punya uang, beber fakta ini. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membeberkan fakta yang membuktikan Pemprov DKI memiliki APBD yang cukup untuk memberi bansos ke warganya.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menanggapi pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang mengatakan Pemprov DKI Jakarta tak lagi mempunyai anggaran untuk memberikan bantuan sosial (bansos) kepada warga terdampak virus corona (Covid-19).
Menurut Anies, Pemprov DKI telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 5,032 triliun untuk pelaksanaan bansos.
Anggaran ini dimasukkan dalam pos Belanja Tidak Terduga (BTT) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta tahun 2020.
"Pemprov DKI Jakarta telah menyediakan anggaran dalam bentuk Belanja Tidak Terduga (BTT) sebesar Rp 5,032 Triliun dalam rangka penanganan Covid-19," kata Anies Baswedan dalam keterangan pers pada Kamis (7/5/2020) malam.
Anggaran tersebut dialokasikan untuk penanganan tiga sektor. Yakni penanganan kesehatan, penanganan dampak ekonomi, dan penanganan jaring pengaman sosial (termasuk bansos). Karena masuk dalam BTT, maka anggaran itu bisa digunakan jika dibutuhkan termasuk saat pandemi seperti ini.
Kita lihat saja ke depan apakah omongan Anies bisa diwujudkan atau hanya sebuah "prank" seperti yang sudah-sudah. Kalau menilik ke belakang sebenarnya ucapan Anies hanya berisi omong kosong saja. Sama seperti program OK OCE, rumah DP 0 rupiah dan naturalisasi sungai yang tak terdengar rimbanya.
Sangat disayangkan Ibukota Jakarta harus memiliki Gubernur seperti Anies. Dari dahulu kerjaannya tak ada yang becus. Dari tak becus mengurusi banjir, tak becus menormalisasi sungai, mengatasi polusi dan macet, banyak proyek bongkar pasang, trotoar untuk PKL dan sederet program amburadul lainnya.
Jadi sebenarnya tak usah kaget kalau ia tak akan becus menangai masyarakat terdampak corona di Ibukota. Karena salah satu slogan Anies adalah tak becus kerja tapi bacotnya nyata. Saat bobrok dirinya ditelanjangi menteri Jokowi, bukannya berbenah malah menyalahkan sana sini.
Alih-alih memotong gaji, tunjangan Pemprov DKI termasuk dirinya. Anies hanya bisa sesumbar angka tanpa bukti nyata. Tak usah menyalahkan turunnya pemasukan atau hutang pemerintah pusat, karena nyatanya DKI mampu memberi dana ormas hingga triliunan rupiah. Termasuk memberi puluhan milyar untuk anggota TGUPP pemakan gaji buta, belum lagi placement media dan influencer. Baiknya Anies mundur saja kalau tak mampu mengurus warga Ibukota.
Begitulah kura-kura.
Referensi:
https://kaltim.tribunnews.com/2020/05/08/tak-tinggal-diam-anies-baswedan-bantah-sri-mulyani-sebut-jakarta-tak-punya-uang-beber-fakta-ini
Awas Kena Prank! Gubernur DKI Bilang Punya 5 T Untuk Corona, Tapi Bo'ong?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/awas-kena-prank-gubernur-dki-bilang-punya-5-t-XFFaeCaFMo

Langkah Mati, Pencitraan Anies Baswedan Gagal Total Dihadapan 3 Menteri Jokowi

Sebagai pejabat publik, Anies mengajarkan kepada kita sebuah pelajaran penting.
Ketika seorang pejabat benar-benar punya niat gak bener buat daerahnya, percayalah bahwa Tuhan tidak tidur, semua langkah dari kebijakan atau keputusan yang dia ambil akan berantakan atau hancur total semuanya akan jadi ruwet dan akan menampar kembali ke dirinya sendiri.
Wabah Covid 19 ini adalah momen terburuknya Anies, dari sekian banyaknya prestasi buruk yang sudah ia coret di Jakarta. Kenapa ini disebut momen terburuk? Kita harus ingat cerita bahwa, saat semua sedang heboh soal banjir Jakarta, tiba-tiba Anies lebih dulu 3 hari mengumumkan Covid 19 di DKI.
Perhatiannya Anies mengalihkan musibah banjir ke Covid patut di apresiasi, karena dengan klaim "Anies maha peduli" para pendukungnya sempat klimaks dengan hoax berjudul Anies Baswedan Dipuji Dunia karena Dapat Menyelamatkan Indonesia dari Virus Korona
Sejatinya saat itu Anies hanya mengeluarkan Instruksi Gubernur No 16 Tahun 2020, Bahasanya terlalu keren, Instruksi Anies, padahal isinya cuma selembaran perintah untuk sosialisasi. Tidak ada langkah pasti akan solusi, selain Anies dari dulu hingga sekarang cuma punya langkah solutif itu doang. Inget toa 4 miliar? Itulah jurus jitu Anies
Waktu terus berjalan, Anies 1x24 jam sibuk konpres, maklum dia adalah selebnur. Seleb Gubernur yang dipunya Ibukota, Konpresnyapun tak ada isi, tapi tetap banyak yang klimaks memujanya sebagai Gabener rasa Pesinden.
Anies dengan konpresnya berusaha meninggikan citra, karena memang tak akan ada momentum banyak yang tersisa. Tinggal 2 tahun lagi hingga dia digantikan oleh PLT Gubernur sedangkan janjinya masih banyak yang ingkar.
Harapannya Corona ini dapat melambungkan namanya ke angkasa, dengan serdadu buzzer pembela di media sosial yang selalu siap 1x26 jam sehari untuk memujanya.
Strategi penuh dosa sudah disiapkan, Bansos jadi tumpuan pencitraan. Klaim 2 April 2020 menyatakan Pemprov DKI siapkan 3 Triliun untuk melawan pandemi. 10 April 2020 Bansos itu turun, Mereka, 1.25 Juta warga DKI disebut Anies akan mendapat bantuan kebutuhan setiap minggu.
Buzzer teriak bantuan Anies lebih besar dari Pemerintah Pusat karena nilainya Rp 600.000 per minggu, glorifikasi itulah yang menyebar luas di media sosial.
Manakala bantuan itu salah sasaran nyasar ke orang yang tak membutuhkan, sedangkan yang butuh tragis tak dapat. Data Anies berantakan, dikecam keras oleh Menteri PMK Muhadjir Effendy, Menteri Sosial Juliari Batubara dan terakhir Menteri Keuangan Sri Mulyani
Antara kata, klaim dan fakta. Apa yang di khayalkan Anies dengan segala tata katanya hancur seketika. Anies ternyata tak memberikan bantuan seperti yang diklaim oleh para pemujanya, bantuan yang dikucurkan itu ternyata ada campur tangan Pemerintah Pusat karena cross data.
Selain itu, Sri Mulyani juga men sliding Anies dengan mengatakan Anies tak punya uang untuk anggaran Bansos.
Sudah gak punya uang, Jabodetabek sembako dan BLT yang diberikan itu juga pemerintah pusat. Anies nggak punya anggaran dan minta pemerintah pusat covering untuk 1,1 juta warganya.
Yang berbuat Pemerintah Pusat, Anies mau dapat panggung ngeklaim? Tidak semudah itu ferguso! Alhasil Anies kelimpungan dengan segala tata caranya. Sekarang langkah dia terbaru adalah melakukan persis seperti apa yang ia lakukan saat 2 April 2020 lalu, angkanya pun naik.
Anies klaim telah mempersiapkan 5 Triliun untuk lawan Pandemi ini. Disamping itu, dimedia sosial buzzer pemujanya meributkan dana "hutang" dengan tagar #JengSriBalikinDuitDKI. Padahal dana tersebut harus di Audit dulu oleh BPK, dan Sri Mulyanipun sudah memberikan kompensasi dengan menyetor dimuka 50% dari nilai yang ditentukan untuk meringankan beban Anies.
2 Strategi mengarang ini tentunya hanya upaya menutup keburukan dengan kisah fiksi yang baru, menutup kebohongan dengan kebohongan baru. Tapi di ending tetap, Tuhan selalu menunjukan jalannya. Anies pada akhirnya terus kelabakan dengan langkah yang ia lakukan.
Lidah memang tak bertulang, tapi kebohongan punya batasannya. Dan sebagai penutup, kita kembali ke awal "Sebagai pejabat publik, Anies mengajarkan kepada kita sebuah pelajaran penting."
Pelajaran penting bahwa kita harus bekerja jujur agar tidak susah sendiri nantinya. Anies dengan langkah matinya, cahaya dia sudah pudar, harapan dapat panggung di tengah pandemi Corona ini sirna karena tata katanya sendiri. Bergetar hati ini melihat Anies.
Langkah Mati, Pencitraan Anies Baswedan Gagal Total Dihadapan 3 Menteri Jokowi
Sumber Utama : https://seword.com/politik/langkah-mati-pencitraan-anies-baswedan-gagal-Rl7iJ3DgwL

Gubernur Bergaya Raja...

Kata siapa kalau Wan Getar Banies Sawedan itu gubernur pembual? Beliow itu gubernur rasa presiden, tauk...
Dia itu serba bisa, serba tahu, serba ada. Seperti toserba.
Kata siapa kalau dia itu cuma doyan pehape, ngasih harapan tapi bo'ong?

Di bawah kepemimpinan Wan Getar, kami warga Jekardah sejahtera bahagia.
Janji-janji kampanya Wan Getar pada kami-kami ini terpenuhi semua. Makanya kami sejahtera. Karena dana bancakan tiap bulan mengalir lancar ke kantong kami.
Laskar pentung, laskar khilafah, laskar preman, laskar jawara, laskar centeng, dan laskar esjewe, semua kebagian duit.
Belum lagi cukong-cukong dan anggota dewan daerah yang mulia. Semua bahagia kebagian duit.
Semua tambah kaya dan sejahtera. Biar ada wabah kayak sekarang, kami tidak kuatir. Hidup kami terjamin.
Percayalah. Bansos Jekardah tidak salah sasaran. Semua kebagian, tak pandang bulu. Laskar, cukong, dan anggota dewan, semua dapat. Apalagi yang pintar mencuri hati Wan Getar.
Jadi, jangan bilang kalau Jekardah kehabisan duit sampai harus minta pusat.
Kami semua, the real warga Jekardah, udah kebagian kok.
Kalo kemaren ada polemik Wan Getar minta duit lagi ke pusat, itu urusan lain lagi.
Yang diminta ke pusat itu bukan duit bansos. Tapi duit buat orang miskin. Jadi bukan bansos.
Kan aturannya, bansos itu buat warga Jekardah. Seperti kami-kami ini.
Sedangkan orang miskin ya diurus sama negara. Sesuai undang-undang, kan?
Urusan negara ya urusan pusat, dong. Kenapa jadi gubernur Wan Getar yang disuruh pusing?
Wan Getar kan cuma berbaik hati, mau ngebantu negara nyalurin duit buat orang miskin. Negara justru mustinya berterimakasih. Yaa, duit buat orang miskin biar dikasih dikitlah buat Wan Getar, uang lelah udah ngebantu pusat.
Lagian, kata siapa ada warga miskin di Jekardah? Mana adaaaa, jenderal. Mana adaaaa...
Coba deh, jangan segitu naifnya.
Jangan mau dikibulin media thogut...
Di Jekardah, semua warga hidup sejahtera. Warga Jekardah nggak ada yang miskin.
Yang miskin-miskin itu pengemis, pemulung, sama pedagang kaki lima. Bukan warga Jekardah.
Ngerti kan bedanya?
Lagian, wabah yang terjadi ini justru akan membuat Jekardah makin kuat. Tingkat kesejahteraan Jekardah bakal makin meningkat.
Soalnya, akan terjadi seleksi alami. Survival of the fittest.
Warga Jekardah akan survive. Sementara itu, yang miskin-miskin akan tersingkir dengan sendirinya. Bisa oleh wabah, kelaparan, atau genosida.
Maka, kalau nanti tingkat pendapatan per kapita Jekardah dihitung ulang, pasti akan meningkat drastis. Karena nggak perlu dirata-rata sama yang miskin-miskin itu.
Berarti kesejahteraan Jekardah meningkat. Mantap kan?
Yaaa, hitung-hitung juga membantu negaralah. Mengurangi beban menanggung fakir miskin.
Bangganyaaaa jadi warga Jekardah.
Buat ini, Wan Getar memang harus dikasih jempol kaki. Lambang penghormatan tertinggi, lebih besar dari jempol tangan.
Wan Getar memang pantes jadi presiden. Belum jadi presiden aja dia udah ikut campur urusan negara. Apalagi nanti kalau udah naik jadi raja.
Di bawah dia nanti, semua warga negara akan sejahtera. Karena saat dia berkuasa, seleksi alam dalam skala besar akan kembali terjadi seperti di Jekardah.
Warga negara akan bertahan hidup. Sementara yang miskin-miskin, thogut, atau minoritas, akan tersingkir dengan sendirinya. Entah karena wabah, kelaparan, atau genosida.
Kalau sudah begini, yang tersisa hanyalah warga negara. Anggota laskar, para cukong, dan anggota dewan yang mulia.
Dan dengan begitu, tingkat pendapatan per kapita negara akan meningkat.
Bahagianyaaa...
Maka, nikmat apalagi yang kau dustakan, jenderal?
Kenapa juga kalau Wan Getar ngobrol ke media asing, lantas loe yang panas?
Kan beliow juga perlu curhat. Gara-gara fitnah para thogut, reputasi beliow ternodai. Jadinya banyak orang se-Tanah Air yang nggak mau dengar kata-kata mutiara beliow.
(Kalau nanti Wan Getar naik jadi presiden, thogut-thogut ini bakal dapat persekot khusus. Kamp konsentrasi Auschwitz bisa jadi model untuk diterapkan.)
Karena di dalam negeri udah penuh fitnah para thogut, yah terpaksa beliow curhat ke media luar negeri. Mumpung ada yang mau ngedengerin. Melampiaskan beban emosi, demi kesehatan mental.
Beliow itu kan korban, selalu ditekan-tekan pemerintah pusat yang reseh. Kasian beliow. Sudah difitnah para thogut, ditekan sama pusat melulu. Terlalu.
Padahal beliow sudah banyak berkorban demi kami-kami warga Jekardah ini. Sehingga kami bisa sejahtera. Kenapa para thogut dan pemerintah pusat buta sama fakta itu, sih?
Mau bukti?
Dari jauh-jauh sebelum wabah meluas, beliow udah sibuk rapat sama rumah sakit se-Jekardah. 190 rumah sakit. Bayangin capeknya beliow.
Semua demi persiapan menghadapi wabah. Biar kami-kami yang rentan ini jangan sampai sakit.
Hotlinenya juga udah siap.
Apa? Kenapa nggak muncul di berita? Mana bukti rapatnya? Mana rekaman rapatnya? Agenda, catatan, atau video rapat?
Video rapat apaan? Ngapain nanyain video segala? Loe kata ini main bokep apa, pake divideoin segala?
Kalau Wan Getar bilang dia rapat, ya percaya aja. Nggak usah tanya-tanya.
Emang kenapa kalau Januari lalu dia masih kerepotan tampil wawancara soal banjir, atau sibuk main drama soal Formula E?
Itu kan tugas gubernur. Dia pintar membagi waktu kok.
Jadi pasti sempatlah buat wawancara, konfrensi pers, sama main drama.
Rapat sama rumah sakitnya kapan, kok cuma nyebut wawancara, konpers, sama ngedrama?
Haaah... Berisik...
Wan Getar pintar membagi waktu. Titik.
Sudah jangan tanya terus. Apa hakmu tanya-tanya?
Lagian, urusan banjir Jekardah Januari lalu kan urusan kecil. Anak buahnya yang hebat-hebat itu bisa ngurusin kok. Nggak perlu Wan Getar yang turun tangan. Lain kelasnya.
Wan Getar kan gubernur rasa presiden.
Emang kayak siapa itu gubernur yang tiga kemaren. Gubernur kok doyannya turun ke lapangan. Kurang kerjaan. Keseringan turun ke lapangan nanti malah turun kelas, disamain rakyat jelata.
Gubernur itu harus mulia. Munculnya di momen penting aja. Pas foto-foto, wawancara, atau pencitraan. Itu!
Sudahlah. Kami semua tahu besarnya pengorbanan Wan Getar. Benar-benar bikin terharu, pokoknya.
Kalau dana operasional dia yang milyaran itu mau dia kekep sendiri, ya kami rela. Upah lelah dia. Dan dia kan perlu dana kampanye buat jadi presiden nantinya.
Kami para laskar, cukong, dan anggota dewan udah kebagian duit kok. Jadi kami nggak bakal menuntut duit operasional Wan Getar. Kami nggak maruk.
Beliow sudah banyak berkorban. Thogut dan pemerintah pusat aja yang buta nggak sadar-sadar mulianya hati beliow.
Dan biar saya jelasin kenapa pemerintah pusat suka banget gangguin Wan Getar.
Pemerintah pusat itu pedulinya kelewatan sama orang miskin. Makanya bentar-bentar nggangguin Wan Getar.
Rese!
Selalu saja mempertanyakan keputusan Wan Getar mensejahterakan para laskar, cukong, dan anggota dewan. Dikit-dikit nanyain gimana nasib orang miskinlah, berapa jumlah orang miskinlah, bantuan buat orang miskinlah.
Aaaarrrggghhhhh... Berisik!!!
Kalo pemerintah pusat memang prihatin sama orang miskin, ya udah, urusin sendiri aja sono. Jangan gangguin Wan Getar yang fokus ngurusin kami-kami ini dong, the real warga Jekardah.
Biarkan Jekardah jadi kota yang bahagia warganya.
Dan saat dia jadi pemimpin negara, kita semua pasti bahagia.
Yakinlah, Wan Getar itu pantes jadi presiden. Beliow bukan pembual besar. Apapun yang dia omongin jadi nyata.
Kalau dia ngomong banjir, pasti banjir. Kalau dia ngomong wabah, pasti wabah. Apalagi kalau dia nyampurin masalah negara, pasti kejadian. Heboh pokoknya.
Apa? Mencegah banjir atau wabah? Itu urusan Tuhan, jenderal. Apa hubungannya sama Wan Getar. Fokus dong kalo ngomong.
Sudahlah. Kalau nanti dia jadi raja Tanah Air (jangan presiden, jadi raja aja), maka cita-cita mulia kita akan terwujud.
Tak ada lagi yang namanya orang miskin, thogut, minoritas. Kita tak perlu yang beda-beda begini. Rawan, kesenjangan bisa bikin perpecahan.
Seperti taman, kalau mau indah, kita harus singkirkan rumput, gulma, dan tanaman parasit. Supaya tanaman-tanaman indah bisa tumbuh subur.
Maka, di Tanah Air, yang boleh ada hanyalah the real warga. Agar semua bahagia. Agar kesetaraan sosial dan persatuan bisa terwujud.
Para laskar, para cukong, dan anggota dewan akan hidup damai bahagia, sebagai rakyat Kerajaan Tanah Air yang sejahtera.
Aaaahhhh, indahnyaa...
Satu nusa, satu bangsa, satu agama.
Vote Wan Getar for King of the Camels... Eh, maksudnya, King of the Tanah Air.

Tony Gede, 9 Mei 2020
Gubernur Bergaya Raja...
Sumber Utama : https://seword.com/cerpen/gubernur-bergaya-raja-m8NH0dbyvx
  
Re-post by MigoBerita / Sabtu/09052020/12.40Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya