Migo Berita - Banjarmasin - Setelah sukses dengan meng Cover Lagu yang sempat menjadi "Kontroversi" karena liriknya dianggap tidak sesuai (Aisyah Istri Rasulullah), sekarang Nissa Sabyan seperti "Kena Batunya", karena di Acara bernuansa Islami (Bukan bernuansa Arab ya..^__^), Nissa Sabyan malah membawakan Lagu “Ya Tabtab” yang isinya jauh dari nilai-nilai religi? Lagu ini aslinya dinyanyikan oleh Nancy Ajram, penyanyi Lebanon beragama Kristen Ortodox. Isinya tentang seorang perempuan yang ngambek dan kesal kepada kekasihnya Sumber. Agar tidak "gagal paham" silahkan baca artikel atau kumpulan berita yang kami Cover / Re-post untuk pembaca Migo Berita yang setia, selamat Membaca :
Miris! Nissa Sabyan Membuktikan, Walau Salah Asal “Ngarab”, Aman Lah!
Pertama
saya perlu menegaskan bahwa tulisan ini pastinya tidak bersifat rasis
terhadap orang dan budaya Arab. Saya sangat menghormati dan menghargai
suku, ras, agama dan budaya mana saja.
Saya yakin orang di luar sana pun
mayoritas sama, menghormati suku, ras dan budaya Indonesia.
Namun,
sayangnya, di negeri yang kaya dengan keragaman budaya hingga menjadi
daya tarik tujuan wisata banyak orang asing, banyak warganya yang
keblinger dengan budaya negara lain.
Sampai “mabok”!
Dibandingkan
dengan budaya lain yang dikagumi oleh orang-orang Indonesia, budaya
Arab (atau yang saya sebut sebagai “Ngarab” di judul), menjadi paling
terlihat sangat memabukkan pemujanya.
Kemungkinan besar ya karena salah
kaprah, menganggap semua yang “Ngarab” itu berhubungan dengan Agama
Islam, agama mayoritas penduduk negeri ini. Banyak juga orang Indonesia
yang tergila-gila dengan budaya pop Korea dan budaya pop Hollywood.
Namun masih dalam batasan normal, tidak separah ketika sebagian orang
jadi mabuk dengan segala sesuatu yang berbau Arab.
Ya,
kalo rumahnya bernuansa Arab sih, wajar-wajar saja. Bisa jadi memang
punya darah Arab, atau memang suka saja dengan barang-barang dekor
bernuansa Arab. Ini sebagai contoh ilustrasi pembeda antara yang wajar
dan yang mabok. Yang mabok seperti contoh di bawah ini.
Gambar pertama
nampaknya dari sebuah postingan di Facebook, sedangkan gambar kedua saya
ambil dari Twitter. Gambar pertama itu tulisan arabnya berarti “kanan”
dan “kiri”.
Ilustrasi
gambar di atas bukan mengada-ngada ya. Memang nyata adanya.
Banyak
orang yang keblinger menganggap semua yang bernuansa Arab itu sama
dengan Islam, saklek.
Ya kan akhi, ukhti? Justru
karena mereka kurang wawasan dan tidak mau belajar banyak.
Tidak ngeh
kalau di Timur Tengah itu ada bermacam agama, yang ibadahnya menggunakan
bahasa Arab. Lucu (dan sangat terlihat bodoh) sih kalau terjadinya di
masa sekarang ini, ketika segala informasi begitu gampang di dapat lewat
internet.
Kegagapan,
ke-mabok-an, keblingeran soal budaya Arab ini punya dampak yang sangat
negatif. Bikin logika sebagian orang jadi terbalik. Persis seperti soal
gambar di atas. Tulisan Arab di sandal itu mengundang protes keras. Sama
halnya dengan tulisan huruf Arab di bajunya Agnes Mo beberapa tahun
silam, yang sempat jadi kontroversi. Bahkan sampai MUI turun tangan
membantu menjelaskan bahwa itu bukan penodaan agama. Yang ngegas pol
gegara sandal dan baju Agnes Mo, mungkin lupa bahwa dia adalah warga
negara Indonesia. Saya nggak tahu, apakah mereka juga sama ngegasnya
ketika ada insiden penginjakan kain merah putih di acara PKS?
(Brilio.net)
Ini
yang jadi poin saya ketika melihat kasus yang baru terjadi.
Ketika
Nissa Sabyan, penyanyi yang dikenal sebagai penyanyi lagu religi,
menyanyikan lagu berbahasa Arab di sebuah acara religi di GTV.
Belakangan ketahuan bahwa lagu yang dia nyanyikan sama sekali bukan lagu
religi. Saya bukan penggemar lagu-lagu maupun kelompok musiknya Nissa
ini.
Yang saya tahu ya dia adalah penyanyi lagu-lagu bernuansa Islami.
Nggak ada masalah dengan itu.
Acara
di mana Nissa membawakan lagu yang sekarang jadi rame diomongin di
medsos, ditayangkan di GTV (Global TV), dengan judul acara “Syair
Ramadhan”.
Deskripsi acara tersebut saya sebagai berikut, seperti
dilansir tribunnews.com.
Syair
Ramadan merupakan sebuah program kompetisi religi. Dalam program
tersebut, akan ada beberapa peserta yang siap menyanyikan lagu-lagu
religi. Program Syair Ramadan berisi lantunan vokal bernuansa religi.
Kemudian akan ada beberapa juri yang menilai penampilan mereka.
Di
antara deretan juri, terdapat dua personel grup musik Sabyan Gambus,
yakni Nissa serta Ayus yang akan ikut menjadi juri dalam program Syair
Ramadan.
Tidak hanya mereka, terdapat dua juri lainnya yang siap menilai
penampilan para peserta.
Yaitu terdapat penyanyi dangdut tanah air, Iis
Dahlia serta ustaz Zacky Mirza.
Para juri akan memberikan komentar
setelah penampilan dari peserta yang tampil…
Para penonton akan
menikmati lantunan lagu religi yang disiarkan secara langsung Sumber.
Jelas ya, ini program acara religi, keagamaan. Tentunya menjunjung
tinggi nilai agama.
Sementara Nissa Sabyan bukan hanya sebagai penyanyi
pengisi acara, juga sebagai juri, sebuah jabatan yang harusnya punya
ilmu mendalam tentang lagu religi. Oh iya, ada ustadz juga sebagai juri.
Komplit ya.
Lalu
kenapa kok Nissa Sabyan menyanyikan lagu berjudul “Ya Tabtab” yang
isinya jauh dari nilai-nilai religi? Lagu ini aslinya dinyanyikan oleh
Nancy Ajram, penyanyi Lebanon beragama Kristen Ortodox.
Isinya tentang
seorang perempuan yang ngambek dan kesal kepada kekasihnya Sumber.
Hal ini diungkap oleh para netizen di media sosial, dan kemudian jadi berita juga di beberapa media.
Menurut
saya, ini sebuah kesalahan fatal.
Bahkan kalau dibanding dengan soal
baju Agnes Mo, ini sangat berat.
Sementara di luar sana banyak orang
yang selalu menyebut “pacaran itu haram dalam Islam”, bahkan ada gerakan
dengan tajuk “Indonesia Tanpa Pacaran”. Ironis sekali memang.
Namun,
judul berita di media soal ini sangat lah “ringan”.
Misalnya, “Nyanyi
Ya Tabtab di Acara Ramadan, Nisa Sabyan Ditertawai Warganet” dari suara.com. “Nissa Sabyan Ditertawakan Akibat Nyanyi Lagu 'Ya Tabtab' Di Acara Ramadan, Ini Alasannya” dari wowkeren.com.
Hanya “ditertawakan” ya.
Sementara saya yakin waktu kasus baju Agnes
itu pasti ada yang ngegas pol, karena sampai MUI pun turun tangan.
Sungguh tidak berimbang.
Anyway,
saya hanya berusaha menunjukkan sebuah fenomena di negara kita tercinta
ini.
Sebuah gejala yang memprihatinkan. Di mana budaya negara lain
dijunjung begitu tinggi, sehingga jadi permisif, jadi buta dengan
kesalahan.
Sementara budaya sendiri, misal baju tradisional kita
sendiri, warisan dari para leluhur nenek moyang kita, seperti kemben di
adat Jawa, dihujat.
Kok jadi terbalik? Situ lahir, hidup dan punya KTP
mana? Miris memang!
Credit foto : GTV, Youtube.com
Nissa Sabyan Nyanyikan Lagu "Ya Tabtab / Oh Montok" Ditertawai Warganet
#Dailycontent
Nissa
Sabyan besama bandnya, Sabyan Gambus tengah menjadi viral di Twitter.
Nisa dianggap salah memilih lagu, ketika membawakan lagu "Ya Tabtab" di
acara Syair Ramadan di Global TV, beberapa waktu lalu.
Terpantau, video itu di unggah akun resmi Global TV pada Apr 29, 2020 dan sudah hampir 500.000 lebih yang menontonnya.
Sah-sah
saja sebenarnya Sabyan Gambus menyanyikan lagu yang bukan bertema
religi. Namun menyanyikan lagu tersebut di acara bertajuk Syiar Ramadan,
dianggap kurang tepat.
Apalagi di channel YouTube resmi Global TV, @officialgtvid, menuliskan deskripi bahwa lagu tersebut, "Untaian lirik religi dengan makna menyentuh & menggetarkan hati yang pastinya hanya ada di Syair Ramadan."
Akibatnya, warganet pun habis-habisan menertawai Sabyan Gambus yang tak selektif memilih lagu.
Rexy
Ambarwati misalnya, siapa yang tidak kenal dengan salah satu seleb
twitter tersebut? Dia ngakak sembari caption huruf besar ((( OH MONTOK
)))
Kata
"Oh Montok" ini didapat dari sebuah capture yang mentraslatekan arti
atau terjemahan dari lirik lagu tersebut. Sebagaimana yang bisa kalian
lihat dibawah ini
Oh
montok dan bangun katakan oh aku mengubahnya.. dan seterusnya.. Lirik
inilah yang dijadikan landasan judul Ya Tabtab Wa Dalla identik dengan
"Oh Montok"
Cerita
ini viral dan menuai kontra karena tertulis kata religi di channel
Youtube GTV itu, seolah mereka meyakini bahwasanya bahasa Arab sudah
identik dengan religi. Padahal hal itu berbanding terbalik dengan
kenyataannya.
Kritikan
ini dilayangkan oleh akun imanbr, dia mengatakan bahwa "Nisa Sabyan
menyanyikan Lagu Ya Tabtab dalam acara Syair Ramadhan. Apakah lagu
berbahasa Arab pasti berkaitan dengan Islam ? Coba cari tahu aslinya.
Itu lagu penyanyi Lebanon, Nancy Ajram, seorang Arab Kristen. Lagu
tentang perempuan yang ngambek dan kesal sama pacarnya Grinning face"
Karena
liriknya berbahasa Arab, orang Indonesia ditakutkan akan
mengamin-aminkan bahasa itu padahal tidak mengerti sama sekali artinya
Bajay Bajuri sudah memotret itu dari dulu..
Tentunya
dengan kejadian Sabyan ini mengingatkan kita kepada sebuah gambar
Sandal yang bertuliskan bahasa Arab dan orang Indonesia banyak yang
murka karenanya.
Padahal
itu L/R... Kiri/Kanan... Syimal/Yamin tapi lihatlah komentar netizin
garis Arab yang lucu di kolom komentar itu, "Kenapa harus di kasih Lafz
Allah? Dan itu past di injek-injek kalau mau makai"
Miris? Tapi memang begitulah realitanya.
Disini
sangat penting kita mengisi diri dengan ilmu, bukan ngambing saja lagi
pada kekolotannya, Warga Indonesia saat ini masih punya krisis yang sama
seperti era terdahulu dimana itu sudah dituliskan oleh Soekarno
Indonesia
masih suka dengan ketahayulannya, kejumudannya, kehadramautannya,
kemesumannya, kemusyrikannya (karena percaya kepada azimat-azimat,
tangkal-tangkal dan keramat-keramat) kaum kuno.
Kalau
umat muslim Indonesia sudah bisa berjuang mengalahkan kekolotan itu,
barulah ia bisa lari-secepat kilat mengejar zaman yang seribu tahun
jaraknya ke muka itu. Perjuangan menghantam orthodoxie ke belakang,
mengejar zaman ke muka.
Islam
tidak menyuruh orang duduk termenung sehari-hari di dalam mesjid
memutarkan tasbih, tetapi islam ialah perjuangan Islam is progress:
Islam itu kemajuan.
Disinilah
pentingnya akal, bahwa bahasa Arab itu bukan sesuatu yang perlu
dituhankan atau disakralkan, bahasa itu adalah alat komunikasi antar
manusia, oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk mengetahui atau
menguasai bahasa.
Tapi karena banyak yang kolot, maka sangat penting bagi yang mengetahui untuk mengajarkan.
Apakah
benar Global tv dan penyanyinya itu gak yang gak ngerti atau pura-pura
gak mengerti untuk rating, pembodohanpun menjadi wajar, jika tv seperti
ini. Hancurlah generasi karena pembodohan media bila lagu yang mempunyai
lirik bahasa Arab disebutkan sebagai lirik religi.
Semoga
saja ini bukan untuk mengejar rating dan strategi untuk mendapatkan
iklan. Semoga saja ini murni kesalahan karena kekhilafan tidak paham
soal bahasa Arab. Ya, semoga kejadian ini membuat kita semakin dewasa
dalam segala hal, belajar dari kesalahan dan maju jadi pribadi yang
lebih baik.
Nissa Sabyan Ibarat Harusnya Nyanyi Lagu Tombo Ati, Eh Malah Nyanyi Lagu Iwak Peyek
Nissa
Sabyan sedang ramai dibicarakan karena mengisi acara ramadhan dengan
lagu berbahasa Arab tetapi syairnya bukanlah syair berbau religi. Ini
sama saja, membawakan lagu ‘iwak peyek’ di acara ramadhan, yang
semestinya lebih masuk atau tak jauh dari konteks acara jika lagu yang
dibawakan lagu yang berjudul ‘tombo ati’.
Acara
yang ditayangkan oleh TV swasta tersebut kok ya bisa-bisanya gak ngerti
akan hal itu. Bukannya seharusnya, orang yang membuat acara seperti itu
mestinya paham akan hal-hal yang erat kaitannya dengan konten? Atau
acara tersebut dibuat hanya untuk memburu rating semata tanpa memikirkan
kualitasnya? Padahal, film anime aja diblur kalau kelewat seksi. Tetapi
kok anehnya melewatkan hal-hal yang semacam ini dalam acara berbau
ramadhan?
Tetapi
kita wajib bersyukur, Nissa Sabyan pada pilpres lalu tidak dilabeli
cebong, coba saja kalau dilabeli cebong, pasti bukan hanya kritik,
tetapi peluang adanya makian pun besar kemungkinannya. Benar gak? Bener
gak? Semoga gak bener sih.
Fenomena
seperti ini sebenarnya bukan fenomena yang baru. Menganggap hal-hal
yang berbau budaya Arab dilekatkan dengan agama Islam. Sendal jepit
ditulisi bahasa arab dengan kata yang berarti kiri dan kanan saja bisa
heboh. Tak hanya orang yang beragama Islam, yang beragama selain Islam
pun sama jika tak paham kalau di negara Timur tengah sana, orang Kristen
menyanyikan lagu Natal menggunakan bahasa Arab.
Jika
kita perhatikan, kalau tidak salah, di masyarakat kita ada fenomena
yang kerap menganggap dengan menonjolkan simbol agama maka sudah bisa
mengklaim diri sebagai orang dengan tingkat religiusitas agama tinggi.
Puji Tuhan pun dianggap sebagai kata-kata milik orang Kristen, padahal
itu adalah sebuah kata yang bersifat universal. Begitu pula dengan
alhamdulilah, ucapan syukur yang seperti tabu diucapkan oleh orang yang
bukan beragama Islam.
Ngomong-ngomong
tentang lagu dan bahasa, jadi ingat bagaiman saat ini lagu bahasa Jawa
yang berjudul lingsir wengi sudah dianggap sebagai lagu pemanggil
kuntilanak. Padahal, lagu tersebut dipercaya sebagai lagu yang
diciptakan oleh salah satu Wali Songo penyebar agama Islam di pulau Jawa
yaitu Sunan Kali Jogo. Saya sendiri, waktu kecil sangat suka
mendengarkan tembang lagu Jawa, termasuk lagu lingsir wengi tersebut.
Dan hingga detik ini tak pernah ada kuntilanak yang muncul karena saya
gemremeng menyanyikan lagu tersebut.
Tak
jarang film-film Indonesia yang bertema setan menggunakan gending Jawa
untuk membuat suasana horror dan menakutkan. Pada akhirnya, anak-anak
zaman sekarang takut ketika ada gending atau langgam Jawa. Padahal yang
di luar negeri sana justru tak jarang orang-orang yang mempelajarinya.
Namun,
ketika ada produk budaya kita diklaim oleh Malaysia, orang-orang kita
banyak yang ikut-ikut ngamuk, tetapi di dalam negeri sendiri,
pelestariannya tak pernah diperdulikan, atau bahkan dilarang karena
dianggap tidak sesuai dengan akidah agama.
Orang
beragama di negara kita itu memang masih kagetan. Ada orang dari luar
agamanya memeluk agamanya langsung bersorak sorai, dipuja dan dianggap
sebagai senjata untuk ladang dakwah bahwa agamanya merupakan agama yang
paling benar. Si pemeluk kembali ke jalan yang benar setelah sekian lama
melalui jalan yang sesat. Namun ketika ada orang seagamanya keluar dan
memeluk agama lain, makian dan kutukan pun tak jarang dilontarkan. Media
kita pun mengambil untung dari berita tersebut, mengupas tokoh pindah
agama menjadi primadona atau mungkin dianggap sebagai ladang syiar agama
demi menggapai surga dengan tidak sadar mengundang para komentator
mencibir pemeluk agama lain.
Kalau
mikirin bermacam-macam perangai orang beragama yang merasa empunya
kerajaan surga itu tak akan ada habisnya. Kalau diladeni bisa-bisa ribut
terus gak berkesudahan. Apalagi kalau semua itu bersikukuh dengan dalil
yang diyakini tanpa mau membuka hati sebagai manusia dan membuka hati
secara spiritual yang universal terhadap sang pencipta. Oleh sebab itu,
yang namanya keyakinan biarlah masuk di dalam ranah privasi, tak usah
diusik, tak usah saling memaksakan keyakinannya yang paling benar dan
menganggap yang diyakini orang lain adalah salah atau kurang tepat. Loh
kok jadi mbleber? Ya udah ah, itu aja…Cak Anton
Prediksi Kiamat Meleset, Ahmad Zainul Muttaqin “Semprot’ Ustadz Akhir Zaman
Jakarta – Pegiat medsos Ahmad Zainul Muttaqin dalam akun Facebooknya
memberikan kritikan yang cukup pedas soal prediksi hari kiamat yang
dilontarkan oleh ustadz akhir zaman di akun youtubenya, menurut AZM kita
sebagai orang yang beragama tidak seharusnya langsung mempercayai
ucapan-ucapan ustadz yang tidak jelas ini.
Berdasarkan hasil pemantauan malam 15
Ramadhan tadi dari waktu berbuka hingga ba’da sahur, dipastikan bahwa
hilal Dukhon (Kiamat) tidak tampak seperti yang selalu dikoarkan pria
berjenggot bergelar ustadz akhir zaman yang doyan menenteng
hadits-hadits dhoif untuk menakuti umat.
Baca Juga:- Polisi Resmi Tetapkan Ustadz Zulkifli Muhammad Ali Tersangka Kasus SARA & Ujaran Kebencian
- Delusi Akut Ustadz Wahabi Akhir Zaman
Ya, saya ga usah nyebut nama. You know lah siapa dia. Sebut saja dia Zulkifli.
Ternyata dentuman dahsyat yang dia
maksud pada malam 15 Ramadhan tadi sebenarnya bukan meteor raksasa, tapi
suara “dentuman” disko bocah-bocah yang keliling kampung membangunkan
warga sahur.
Hebat rasanya para fansboy-nya tidak
kapok-kapok mempercayai ramalan orang ini tentang akhir zaman dan nekat
menggelari orang ini sebagai “ustadz akhir zaman”, padahal ilmu
Eskatologi bukan ilmu sembarangan yang bisa asal comot kaidah cocoklogi
apalagi nekad berhujjah dengan nubuat-nubuat dhoif dengan perawi majhul.
Mungkin kita dulu pernah tertawa melihat
sekte “Pondok Nabi” di Jawa Barat atau penganut “Heaven’s Gate” yang
dulu pernah viral karena ramalan kiamat mereka gagal. Sekarang? Ya,
berhentilah tertawa karena mungkin mereka sekarang yang tertawa.
Mungkin ada yang bertanya “Bang, bukannya kemarin dia udah klarifikasi bahwa Dukhon ga jadi 15 Ramadhan ini?”
Ya, lucunya dia baru mengklarifikasi 1
minggu lalu dimana tiba-tiba dia mengutip bahwa haditsnya palsu dan
tanda-tanda untuk terjadinya Dukhon belum tergenapi hingga tidak bisa
dijadikan dasar (dan itupun setelah mendapat kecaman karena meresahkan
umat). Padahal dulu orang ini selalu berkata bahwa tanda-tanda munculnya
Dukhon 15 Ramadhan tahun ini telah tergenapi (anda bisa cek
ceramah-ceramahnya di YouTube).
Ya, setelah sekian lama menakuti umat
dengan bencana dukhon di Jum’at 15 Ramadhan 1441 H, dia mengklarifikasi
sendiri di akun youtube-nya bahwa ramalan-ramalan yang kemarin dicancel,
haditsnya palsu, dan itu pun karena ada yang bertanya.
Gila! Udah bangun bunker nih coy.
Sebenarnya bagi muslim yang paham
sedikit saja ilmu Eskatologi Islam dan update Geopolitik, koar-koar pria
berjenggot itu tentang akhir zaman hanya akan jadi bahan lelucon
belaka.
Baca Juga:- Denny Siregar: Kalam Kanjeng Nabi Tentang Geger Akhir Zaman
- Maaf Jenderal, PKI Zaman Sekarang Berjubah Khilafah!
Masih ingat kan dulu dia pernah digiring
ke Bareskrim Polri lantaran menyebarkan Hoax jutaan KTP palsu untuk
pemilu sudah dicetak di China dan Perancis untuk memenangkan komunis
(siapa lagi maksudnya kalau bukan Jokowi)?
Masih ingat kan 2 tahun lalu orang ini
juga pernah berkoar bahwa 2018 akan terjadi huru-hara dan pertumpahan
darah massal di seluruh dunia termasuk di Jakarta akibat Revolusi
Komunis China dan Revolusi Syi’ah. Mana hasilnya?
Zonk! Tak ada pertumpahan darah oleh Komunis dan Syi’ah, yang ada justru huru-hara karena cong** dia.
Lalu dengan enteng dia mengklarifikasi
di Bareskrim Polri bahwa bukan cuma dia sendiri yang bilang gitu,
penceramah lain juga, dan dia “hanya” mengutip dari ensiklopedia akhir
zaman milik orang lain.
Bisa anda lihat, orang ini lari dari
mulutnya sendiri dan melempar handuk pada karangan orang lain yang
pengarangnya pun tidak meminta dia untuk membaca karangannya.
Sebenarnya saya sudah berhenti sejak
lama mendengarkan bualan-bualan orang ini tentang akhir zaman ketika dia
menafsirkan “Bangsa Rum” akhir zaman yang disebut Nabi akan bekerjasama
dengan umat Islam adalah USA dan NATO. Katanya umat Islam akhir zaman
akan bersekutu dengan USA dan NATO melawan Rusia dan Syi’ah.
Wadidaw… hebat bung, menurutnya umat
Islam akan bekerjasama dengan backing Zionis di akhir zaman, para
demagog yang menjajah Palestina hingga hari ini.
Mungkin hal ini terpaksa dikatakan
karena dia tak bisa mengingkari fakta bahwa saat ini blok USA dan NATO
berseberangan dengan blok Rusia dan Iran yang Syi’ah. Lalu dengan tanpa
malu menafsirkan umat Islam akan bersekutu dengan USA dan NATO melawan
Syi’ah dan Komunis. Mungkin prinsipnya, yang penting melawan Syi’ah,
berkawan dengan Zionis pun tak masalah.
By the way, satu lagi ramalan dia yang
belum terjadi, silakan anda pantau ya. Berdasarkan tanda-tanda alam,
Imam Mahdi telah lahir pada tahun 1981 di bulan Ramadhan. Dan pada 2019
(saat dia ceramah) beliau telah berusia 38 tahun. Dan pada usia 40 tahun
beliau akan dibaiat di depan Ka’bah (artinya satu/dua tahun lagi) dan
yang akan mewakili muslim Indonesia untuk berbaiat di sana adalah Habib
Rizieq Shihab. Silakan percayai, kalau zonk lagi ya urusanmu dewe.
Dibodohin kok ga kapok-kapok!. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2020/05/prediksi-kiamat-meleset-ahmad-zainul-muttaqin-semprot-ustadz-akhir-zaman/
Lagu
‘Aisyah Istri Rasulullah’ dan Moderatisme Sikap Kita
Saat ini di tengah merebaknya wabah
virus Corona, ada fenomena lain yang menyita banyak perhatian publik. ‘Lagu
‘Aisyah’ atau yang lebih populer sekarang dengan lagu berjudul ‘Aisyah Istri
Rasulullah tengah viral di media sosial setelah dicover oleh banyak musisi dan
publik figur terkenal seperti Sabyan Gambus, Syakir Daulay, dan Via Vallen.
Namun, lirik lagu itu mendapat sorotan negatif dari berbagai pihak yang menilai
pembuat lirik lagu tersebut berlaku su’ul adab (kurang ajar) lantaran tidak
menyertakan kata “Sayyidah” atau “Siti” di depan nama “’Aisyah”. Mereka menilai
hal itu menunjukkan tiadanya rasa hormat kepada istri Rasulullah shaallahu
alaihi wa salam.
Pertanyaannya, apakah memang benar demikian bahwa menyebut
istri Rasulullah seperti ‘Aisyah tanpa menyertakan ”Sayyidah” atau “Siti”
merupakan su’ul adab (kurang ajar) karena berarti tidak menghormatinya? Secara
pribadi penulis berpendapat ada banyak cara menghormati istri Rasulullah ﷺ seperti ‘Aisyah selain dengan
menyertakan kata “Sayyidah” atau “Siti” di depan namanya. Untuk itu diperlukan
sikap moderat menghadapi keragaman cara itu.
Riwayat Lagu ‘Aisyah
Komposisi
lagu dengan judul “Aisyah” dibuat Razif Bin Zainuddin aka Razif. Demikian pula
liriknya digubah oleh Razif sendiri. Razif adalah seorang penyanyi asal
Malaysia yang tergabung dalam Project Band. Lagu ini dirilis pada tahun 2017
silam. Lirik asli lagu ini dirangkai sedemikian rupa yang tidak ada hubungannya
dengan ‘Aisyah istri Rasulullah, melainkan sekadar seorang perempuan biasa yang
sangat dicintai oleh kekasihnya. Ada yang menduga karakter Aisyah dalam lagu
ini tak lain adalah gambaran karakter istri Razif Bin Zainuddin aka Razif. Oleh
karena itu jika dalam lirik lagu yang asli tidak terdapat kata “Sayyidah” atau
“Siti” adalah sangat wajar kerena sekali lagi memang tidak ada hubungannya
dengan istri Rasulullah ﷺ.
Di bawah ini adalah sebagaian dari lirik aslinya yang ditulis Razif Bin
Zainuddin aka Razif sebagai berikut:
Mula-mula mula ku happy
Tiba-tiba dia
sakitkan hatiku
Tak apalah terima kasihlah jadi kekasihku
Satu, dua, tiga ku
cintamu
Kau hanya satu menjadi kekasihku
Berjanjilah padaku sayangku
Kau akan
setia
‘Aisyah, jangan ragu-ragu dengan cinta ini
Jangan kau ragu-ragu ku jadi
kekasihmu
Percaya padaku
Ku akan jadi yang terbaik untuk cintamu
‘Aisyah, aku
sayang kamu aku rindu kamu
Tidur malamku sentiasaku mimpikan kamu
Kau hanya
milikku untuk selamanya
Dalam perkembangan selanjutnya seorang Youtuber
Malaysia bernama Hasbi Haji Muh Ali alias Mr. Bie menyanyikan ulang lagu
‘Aisyah dengan mengubah lirik itu menjadi versi religi dengan judul ‘Aisyah
Istri Rasulullah. Dalam lirik lagu ini pun tidak terdapat kata Sayyidah di
depan nama ‘Aisyah meskipun Hasbi Haji Muh Ali alias Mr. Bie adalah seorang
Muslim. Di Malaysia sebetulnya umat Islam di sana yang mayoritas Sunni
bermadzhab Syafi’i biasa menyebut para istri Rasulullah dengan sebelumnya
menyebut Sayyidah sebagai bentuk penghormatan kepada mereka. Meski demikian
tentu kita tidak boleh menghakimi begitu saja kepada Hasbi Haji Muh Ali alias
Mr. Bie sebagai seorang Muslim yang tidak menghormati istri Rasulullah ﷺ sebab menunjukkan hubungan
silsilahnya sebagai putri Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq dan sebagai istri
Rasulullah ﷺ
itu sudah merupakan bentuk penghormatan sebagaimana hal ini juga dipraktikkan
oleh para sahabat.
Di bawah ini adalah sebagaian dari lirik lagu ‘Aisyah Istri
Rasulullah yang ditulis Hasbi Haji Muh Ali alias Mr. Bie sebagai berikut:
Mulia
indah cantik berseri
Kulit putih bersih merahnya pipimu
Dia ‘Aisyah putri abu
bakar
Istri Rasulullah
Sungguh sweet nabi mencintamu
Hingga nabi minum di bekas
bibirmu
Bila marah nabi kan memanja
Mencubit hidungnya
Aisyah...
Romantisnya
cintamu dengan nabi
Dengan baginda kau pernah main lari-lari
Selalu bersama
hingga ujung nyawa
Kau di samping Rasulullah
Lagu ‘Aisyah versi bahasa Arab pun
yang dinyanyikan oleh Mostafa Abo Rawash asal Mesir, dalam liriknya juga tidak
terdapat kata “Sayyidah”. Padahal Muslim di Mesir itu bisa dikatakan sama
dengan Muslim di Malaysia, yakni mayoritas Sunni yang bermadzhab Syafi’i. Di
negeri-negeri Arab sendiri orang-orang Islam di sana memang tidak selalu
menyebut istri Rasulullah ﷺ dengan menyertakan “Sayyidah”.
Sebagian lirik lagi versi
Arab itu adalah sebagai berikut:
سلام عليك يا عائشة
زوج رسول الله و ام المؤمنين
يا عائشة
يا ابنت الصديق
حبيب رسول الله
انت قلب محمد والروح
كالشمس تشرقين بالوجه
الصبوح
يا امنا الحلم والمنى
نلقاكي في العلا
Dalam lirik lagu berbahasa Arab di
atas tidak kita temukan juga kata “Sayyidah” setelah kata “Aisyah” padahal
‘Aisyah yang dimaksud dalam lirik lagu itu adalah istri Rasulullah ﷺ. Namun demikian dalam lirik lagu
tersebut disebutkan hubungan silsilah beliau baik dengan Khalifah Abu Bakar
As-Shiddiq maupun Rasulullah ﷺ. Artinya memang ada banyak cara menghormati para istri
Rasulullah ﷺ
selain dengan menyertakan kata “Sayyidah” versi Arab dan “Siti” versi Jawa atau
Indonesia. Para sahabat dan tabi’in Rasulullah sendiri tidak menggunakan kata
“Sayyidah” ketika menyebut nama-nama istri Rasulullah ﷺ. Hal ini dapat dilihat dalam
redaksi isnad hadits Rasulullah ﷺ seperti berikut ini:
عن عائشة زوج النبي صلى الله عليه وسلم
أنها أخبرتنا أنها سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الطاعون...
Artinya,
“Dari Sayyidah ‘Aisyah istri Nabi SAW, ia mengabarkan kepada kami bahwa ia
bertanya kepada Rasulullah ﷺ perihal tha‘un, ... (HR Ahmad) Dalam teks asli penggalan
hadits di atas, perawi hadits, yakni Imam Ahmad, menyebut musnid ‘Aisyah tanpa
sebelumnya menyertakan kata “Sayyidah”. Tetapi Imam Ahmad menyebutkan hubungan
kekerabatannya dengan Rasulullah ﷺ sebagai istri. Hal ini juga merupakan cara lain menghormati
istri Rasulullah ﷺ
di luar penyebutan “Sayyidah” atau “Siti”. Menariknya dalam terjemahan bahasa
Indonesia terhadap penggalan hadits diatas kata “Aisyah” diterjemahkan menjadi
“Sayyidah Aisyah” dimana dalam teks Arabnya tidak ditemukan sama sekali kata
سيدة. Ini artinya bahwa penggunaan “Sayyidah” untuk menyertai atau tidak
menyertai nama istri Rasululah ﷺ hanyalah masalah perbedaan budaya.
Dalam penggalan hadits
lain disebutkan sebagai berikut:
عن عائشة رضي الله عنها زوج النبي صلى الله عليه
وسلم أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يعتكف العشر الأواخر من رمضان حتى توفاه
الله ثم اعتكف أزواجه من بعده
Artinya: Dari ‘Aisyah radhiallahu anha – istri
Nabiﷺ,“Sesungguhnya
Rasulullah ﷺ
melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sampai Allah
mewafatkan beliau, kemudian istri-istri beliau juga beri’tikaf setelah beliau
wafat.” (HR Bukhari).
Dalam penggalan hadits di atas Imam Bukhari sebagai
perawi hadits menyebut musnid “Aisyah” tanpa disertai dengan kata “Sayyidah”
tetapi Imam Bukhari mengucapkan doa رضي الله عنها (semoga Allah meridhainya)
setelah penyebutan namanya. Ini juga merupkan cara lain menghormati istri
Rasulullah ﷺ.
Di Indonesia khususnya Jawa terdapat budaya kebangsawanan Islam seperti “Gus”
dan “Ning” untuk menunjukkan anak turun kiai atau ulama dalam masyarakat
pesantren. Pesantren memang merupakan sub-kultur tersendiri sebagaimana
dinyatakan Gus Dur. Mereka pada umumnya menggunakan “Siti” atau “Sayyidah” di
depan nama istri Rasulullah ﷺ untuk menujukkan keningratan dalam hubungan silsilahnya
dengan Rasulullah ﷺdan
memberikan penghormatan. Cara ini sedikit banyak dipengaruhi oleh tradisi
pesantren dalam kaitannya dengan budaya keningratan Islam mereka. “Siti”
merupakan padanan kata dengan “Sayyidah” dalam bahasa Arab. Sedangkan di Arab
budaya kebangsawanan Islam bisa dilacak sejak kepemimpinan Islam menggunakan
sistem kerajaan, yakni sejak Muawiyah bin Abu Sufyan sebagai khalifah
menurunkan tahta kepemimpinan kepada putranya bernama Yazid bin Muawiyah.
Budaya kebangsawanan umumnya menyertai sistem kerajaan sehingga pemimpin
kerajaan atau raja umumnya mewariskan keningratan kepada anak turunnya. Pada
masa Rasulullah ﷺ
sendiri kebangsawanan Islam sebagai produk budaya tidak terbentuk sebab
Rasulullah SAW bukanlah seorang raja sehingga merupakan hal biasa menyebut
orang lain tanpa menyebut gelar kebangsawan tertentu kecuali menyebutkan
kedudukan atau perannya di masyarakat seperti “umul mukminin” atau sekedar
hubungan kekerabatan dengan orang-orang tertentu untuk menujukkan nasabnya
seperti “Fathimah binti Muhammad” dan “Utsman bin Affan” dan sebagainya, tanpa
menyebut embel-embel gelar kebangsawanan. Jadi memang setiap zaman dan setiap
umat memiliki budaya masing-masing yang tidak selalu sama. Dari seluruh urain
di atas, dapat disimpulkan bahwa ada banyak cara untuk menghormati istri
Rasulullah ﷺ
seperti ‘Aisyah. Sebagian orang menggunakan sebutan “Sayyidah” atau “Siti”.
Sebagian yang lain hanya menyebut namanya tetapi diikuti dengan penyebutan
nasab atau hubungan perkawinannya dengan Rasulullah ﷺ. Sebagian yang lain lagi hanya
menyebut namanya tetapi diikuti dengan doa beroleh keridhaan dari Allah
subhanahu wa ta’ala. Perbedaan itu dipengaruhi oleh budaya masing-masing. Fakta
keragaman budaya itu sebaiknya membuka kesadaran kita untuk menghormati
perbedaan cara menghormati istri-istri Rasulullah ﷺ. Tidak sebaiknya kita memvonis
seseorang sebagai su’ul adab (kurang ajar) semata-mata hanya ia berbeda cara
menghormati dengan cara kita. Vonis semacam ini terlalu keras yang hampir
mendekati sama kerasnya, katakanlah 1 atau 2 tingkat di bawah, dengan kaum
Khawarij yang begitu mudah mengkafirkan sesama orang Islam hanya karena berbeda
pandangan politiknya dengan mereka. Demikian pula vonis itu bisa dikatakan
hampir sama kerasnya dengan kaum Salafi Wahabi, atau di bawahnya sedikit, yang
begitu mudah memvonis sesat (pelaku bid’ah) bagi yang mereka yang berbeda
pemahaman tentang konsep bid’ah dan implementasinya dalam kehidupan beribadah
sehar-hari. Namun vonis su’ul adab (kurang ajar) yang pernah dilontarkan
beberapa warganet di medsos terhadap para penulis lirik dan pelantun lagu
‘Aisyah Istri Rasulullah yang tanpa menyebut “Sayyidah” atau “Siti” telah
mendatangkan hikmah tersendiri dengan adanya respons yang bijak dan kreatif
dari salah seorang kiai moderat di negeri ini. .
Adalah Buya Yahya seorang kiai
moderat Pengasuh Pesantren Al-Bahjah Cirebon yang merasa prihatin atas maraknya
hujatan itu kemudian tergerak hatinya mengusulkan agar lirik lagu ‘Aisyah Istri
Rasulullah ditulis ulang sesuai dengan arahannya. Salah satu arahannya adalah
disertakannya kata “Sayyidah” sebelum nama “Aisyah”. Beliau sendiri tidak
setuju jika para penulis lirik dan pelantun lagu ‘Aisyah Istri Rasulullah yang
tanpa menyertakan “Sayyidah” atau “Siti” divonis su’ul adab (kurang ajar)
karena beliau yakin mereka tidak bermaksud tidak menghormati istri Rasulullah .ﷺ
Lirik itu kemudian dikenal dengan
Versi Buya Yahya yang dicover oleh Yusuf Subhan.
Selengkapnya lirik lagu
Sayyidah ‘Aisyah Istri Rasulullah versi Buya Yahya adalah sebagai berikut:
Mulia berani lembut hati
Amat cerdas ilmu seluas samudera
Yaa Sayyidah putri
Abu Bakar istri Rosululloh
Sungguh Nabi memuliakanmu
Hingga Nabi minum di bekas
gelasmu
Bila marah, nabi kan memanja
Sejukkan hatinya
Ummana sungguh terpuji
akhlakmu dengan Nabi
Dengan Baginda bunda slalu berseri-seri
Selalu bersama
hingga ujung nyawa kau disamping Rosulullah
Sayyidah ’Aisyah sungguh manis
shirah cintamu
Bukan persis novel yang kadang cerita semu
Kau istri mulia,
yaa
‘Aisyah Ummanaa Allah Rahman pilih Rasul untukmu
Hooo…hooo…hooo…
Mulia berani
lembut hati
Mujtahidah cerdas Ummi yang shalehah
Yaa Sayyidah putri Abu Bakar
istri Rosululloh
Sungguh sweet nabi memuliakanmu
Wanita surga yang nampak di
dunia
Amat suci cinta dan kasihnya pada Rasulullah
Ummana sungguh terpuji
akhlakmu dengan Nabi
Dengan Baginda bunda slalu berseri-seri
Selalu bersama
hingga ujung nyawa kau disamping Rosulullah
Sayyidah ’Aisyah sungguh manis
shirah cintamu
Bukan persis novel yang hanya fatamorgana
Kau istri mulia, yaa
‘Aisyah Ummana
Sayyidah ’Aisyah sungguh manis shirah cintamu
Bukan persis novel
yang hanya fatamorgana
Kau istri mulia, yaa ‘Aisyah Ummana
Allah Rahman pilih
Rasul untukmu.
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul
Ulama (UNU) Surakarta
Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/119514/lagu--aisyah-istri-rasulullah--dan-moderatisme-sikap-kita
Deretan Penyanyi Cover Lagu Aisyah Istri Rasulullah
Sejumlah penyanyi Tanah Air menyanyikan ulang (cover) lagu Aisyah Istri Rasullah dengan versi masing-masing.
Lirik lagu yang berkisah tentang sosok istri Nabi Muhammad itu digubah oleh Mr Bie, seorang YouTuber asal Malaysia dari tembang berjudul Aisyah yang sebelumnya dibawakan oleh grup musik Projector Band, yang juga berasal dari Negeri Jiran.
Berikut Tagar rangkumkan deretan penyanyi yang membawakan cover lagu Aisyah Istri Rasulullah.
1. Sabyan
Grup musik pop gambus Sabyan, mengaransemen ulang lagu Aisyah Istri Rasulullah menggunakan melodi yang khas, dengan suara ikonik sang vokalis, Nissa.Hingga saat ini, video cover lagu Aisyah Istri Rasulullah versi Sabyan telah ditonton lebih dari 23 juta kali, sejak diunggah pertama kali di laman YouTube resmi mereka pada 28 Maret 2020 lalu.
2. Rizki dan Ridho
Lagu Aisyah Istri Rasulullah versi cover dari duo bersaudara Rizki dan Ridho saat ini menduduki posisi trending ke-14 di laman berbagi video YouTube.Rizki dan Ridho mengubah melodi lagu dengan cengkok dan irama dangdut yang khas, mengingat duo kakak-beradik itu memang dikenal sebagai finalis ajang pencarian bakat Liga Dangdut Indonesia (LIDA) yang tayang di stasiun televisi Indosiar.
3. Ria Ricis
Selebgram sekaligus YouTuber Ria Ricis, ikut membawakan versi cover lagu Aisyah Istri Rasulullah bersama dengan Shindy Putri. Dalam kesempatan ini, adik dari artis peran Oki Setiawan itu mengaransemen ulang tembang tersebut dengan irama pop.Dalam keterangan yang tertulis dalam unggahan video yang ditayangkan sejak Rabu, 1 April 2020 itu, Ria Ricis juga berkampanye kepada para penontonnya untuk ikut berdonasi dalam penggalangan dana melawan Covid-19.
"Alhamdulillah hari ini (Rabu, 1 April 2020) Ria Ricis upload video lagu yang berjudul Aisyah Istri Rasulullah Yuk bantu donasi melawan Covid-19 https://kitabisa.com/campaign/yuklawa," tulis Ria Ricis.
4. Andre Taulany
Tak mau kalah dengan yang lain, mantan vokalis grup band Stinky, Andre Taulany, juga ikut membawakan versi cover lagu Aisyah Istri Rasulullah. Dalam video yang diunggah di laman YouTube, pria yang kini berprofesi sebagai komedian itu membawakan ulang tembang tersebut dengan irama pop.Bersama unggahan video cover versinya, pembawa acara program Ini Talk Show itu turut memberikan penghargaan kepada pemilik lagu Aisyah Istri Rasulullah, yakni Projector Band.
"Aisyah Istri Rasulullah, Original song by Projector Band," tulis Andre.
5. Syakir Daulay
Penyanyi muda Syakir Daulay ikut mengunggah video cover lagu Aisyah Istri Rasulullah pada Senin, 6 April 2020. Dalam aransemen versinya, lagu tersebut dibawakan dengan irama dendang melayu.Syakir Daulay juga mengaku telah mendapat ijin dari UMPG (Universal Music Publishing Group) sebagai Sub Publisher dari MAP (Media Asia Production Sdn.Bhd) untuk membawakan ulang tembang tersebut.
Hingga kini, video cover tembang Aisyah Istri Rasulullah miliknya telah disaksikan lebih dari 466.107 kali dan menempati trending posisi nomor 7 di laman berbagi video YouTube.
6. Via Vallen
Pedangdut cantik Via Vallen, rupanya tergelitik juga untuk membawakan ulang lagu Aisyah Istri Rasulullah dengan versinya sendiri. Video cover tembang tersebut ia unggah ke laman YouTube pada Selasa, 7 April 2020 dan langsung menduduki pencarian nomor satu di kata kunci lagu tersebut.Baca juga: Lirik Lagu Aisyah Istri Rasulullah dalam Dua Versi
Video berdurasi 4 menit 2 detik itu juga telah disaksikan lebih dari 238.896 kali hanya dalam kurun waktu lima jam sejak pertama kali dibagikan. []
Sumber Berita : https://www.tagar.id/deretan-penyanyi-cover-lagu-aisyah-istri-rasulullah
Jokowi Harus Kongkrit dengan Ulama, Jangan Cuma Minta Bantuan Gratis
Hari
ini kita sudah memasuki pertengahan Ramadhan. Artinya, setengah
perjalanan lagi, kita akan menyeleasaikan bulan puasa dan merayakannya
dengan kemenangan; idul fitri. Seperti halnya banyak perayaan, kita akan
bersuka cita dan bergembira ria, merayakannya dengan banyak orang,
bersama-sama.
Tapi
corona tahun ini mungkin akan mengubah cara perayaanya. Pemerintah
melarang mudik. Wapres yang juga ketua MUI mendorong agar segera terbit
fatwa haram mudik. Beberapa ulama MUI bahkan sudah mengatakan bahwa
mudik adalah haram di tengah pandemi.
Lalu
apakah ini sudah cukup? Secara aturan, itu sudah maksimal. Antara ulama
dan umaro sepakat untuk bekerjasama menyampaikan arahan kepada
masyarakat dan ummat. Tapi praktek di lapangan, jelas tak akan
sesederhana itu.
Tanpa
adanya penutupan jalan dan pengawasan secara ketat, larangan tersebut
akan sangat rentan dilanggar. Jika memang pemerintah mengkhawatirkan,
atau serius ingin melarang mudik, maka itu harus diimbangi dengan
mengerahkan militer secara massif.
Selain
itu, ulama juga harus melakukan koordinasi. Di setiap daerah ada ulama
yang paling didengar suaranya. Ulama-ulama daerah atau lokal ini harus
diajak bicara dan diskusi agar satu suara. Kalau hanya ulama MUI dan
pusat, bisa jadi pesan itu tak akan sampai ke masyarakat bawah. Atau,
malah kiai dan ulama daerah berbeda pendapat dengan MUI. Ini sudah
terjadi dalam hal pelarangan shalat jumat.
Seperti
halnya TNI Polri yang mendapat kompensasi lebih terkait tugas
penjagaan, maka para ulama dan kiai di daerah-daerah juga perlu untuk
diberikan penghargaan, atau katakanlah dana operasional untuk bergerak
meyakinkan masyarakat sekitarnya.
Dan
operasional terhadap kiai dan ulama di daerah ini sangat penting
mengingat mereka adalah kelompok orang yang sangat terdampak. Corona ini
membuat kiai harus menutup pesantren. Tak ada lagi undangan ceramah
atau pengajian. Sementara usaha travel umroh dan hajinya pun kini tutup
total.
Secara
mental, para ulama dan kiai memang di atas rata-rata. Mereka tak akan
mengeluh. Bahkan kalaupun harus berhutang, akan banyak santrinya yang
siap mencarikan. Tapi, bagaimanapun mereka tetaplah manusia yang sama
seperti kita. Ada biaya yang harus mereka bayarkan untuk bertahan hidup,
dan pemerintah harus memberikan haknya.
Mintalah
bantuan kepada kiai dan ulama agar mereka bisa bersama-sama, satu
langkah satu suara, guna melarang atau menahan warganya untuk tidak
mudik. Lalu berilah imbalan yang setimpal atas usaha dan jasa yang sudah
dilakukan oleh para kiai dan ulama ini.
Jadi
ketika TNI Polri berjaga di jalan raya, para kiai menahan warganya agar
tidak terjadi penumpukan di perbatasan atau check point.
Saya
pikir hal ini yang belum terpikirkan oleh pemerintah atau pembantu
Presiden. Tidak menyadari bahwa kelompok kiai dan ulama saat ini sangat
terdampak, diminta untuk membantu pemerintah tapi kita seolah tak mau
memikirkan hak-haknya.
Sementara
para pejabat daerah, dari Gubernur, Walikota, Bupati hingga kepala
desa, seharusnya mudah saja untuk diminta bergerak solid. Karena mereka
ini adalah orang-orang yang mendapat dana dari pemerintah pusat. Jadi
harus nurut. Kalau ngga nurut, Mendagri bisa segera berikan teguran
keras atau sanksi. Kalau bisa segera diatur saja dalam peraturan
menteri.
Sementara
kita sebagai rakyat biasa, juga bisa ikut mengambil tanggung jawab
untuk sosialisasi. Misal ada kerabat atau tetangga kita yang berencana
mudik, sebisa mungkin kita beri gambaran tentang resiko yang akan
didapat. Jangan muluk-muluk bicara virus dan infeksi, jika yang kita
hadapi adalah kelompok masyarakat yang tidak paham atau bahkan terlalu
percaya dengan taqdir kematian. Beri saja contoh atau gambaran sederhana
tentang penutupan jalan. Bahwa jalanan ditutup. Jadi kalaupun maksa
berangkat, mereka akan disuruh balik kanan. Sia-sia berangkat mudik,
karena akhirnya akan dihentikan oleh TNI Polri yang berjaga di
perbatasan.
Saya
pikir itu. Semoga semua elemen bisa bergerak satu suara satu langkah.
Agar kita bisa mengurangi ancaman penyebaran virus covid di Indonesia.
Kita semua tak boleh lengah. Dan Indonesia membutuhkan partisipasi kita
bersama, sekecil apapun ruang dan lingkupnya.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/jokowi-harus-kongkrit-dengan-ulama-jangan-cuma-CQLFfb5ITp
Media Asing Samakan Anies dengan Gubernur New York. Keduanya Tukang Mengemis ke Presiden
Serdadu buzzer Lord Anies sampai go internasional sudara! Oleh karena itu, perlu kita bikin tandingan berita yang sebenarnya.
Kalau
melihat berita titipan yang sudah di framing sedemikian rupa ini, maka
kita akan melihat bahwa Lord Anies adalah hero yang cepat tanggap
melawan musuh yang bernama Corona, media asing yakni The Sydney Morning
Herald menyamakan Anies dengan Gubernur New York.
Media
ini menyebutkan bahwa Anies dan Andrew Cuomo (Gubernur New York),
keduanya harus berhadapan dengan para presiden yang bertindak dengan
urgensi lebih rendah
Atas
dasar berita ini, kaum pemuja Anies sedang jingkrak-jingkrak di media
sosial. Entah apa delusinya, tapi memang terlihat bahwa pemuja Lord
Anies ini memang kurang akan edukasi, senang akan hal-hal yang tidak
penting dan sifatnya sementara.
Namun, berkat media asing yang menyamakan Anies dengan Gubernur New York, kita dapat 2 kemiripan yang nyata.
Kemiripan pertama adalah, mereka tukang mengemis ke Presiden.
Gubernur
New York, Amerika Serikat Andrew Cuomo pernah mendesak Presiden Amerika
Serikat untuk mengirimkan bantuan segera ke kota yang dipimpinnya, karena
‘tsunami’ Corona terus meningkat dan menelan korban jiwa.
Sedangkan
Anies hampir mirip dengannya. Anies mengemis bantuan dana ke Pemerintah
Pusat, Karena Anies bokek gak punya dana sebagaimana yang sudah Sri
Mulyani lontarkan sehari lalu.
Walau
bukan pakai uang Anies, tapi dengan bantuan para serdadu buzzer Lord
Anies, framing di media sosial seolah-olah mencitrakan Anieslah yang
paling berjasa dan yang paling core of the core untuk membantu paling
depan warganya yang terdampak Covid.
Bansos diklaim olehnya, dan diklaim
pula jumlahnya lebih banyak dari Pemerintah pusat.
Waktu
membuktikan kebohongannya, ternyata ada cross data, justru Pemerintah
Pusatlah yang sudah banyak memberikan bantuan itu kepada warga DKI
Jakarta.
Tapi Anies tetap saja dengan muka temboknya, menutup fakta
dengan klaim barunya.
Walau gak ada uang, dia punya klaim terbaru yakni
ada uang 5 Triliun katanya.
Ya,
inilah kemiripan pertama antara Anies dengan Gubernur New York itu,
keduanya sok garang, tapi ternyata tak berdaya. Demen mengemis ke pusat.
Alhasil dari kemiripan ini maka kita masuk ke sesi kedua.
Anies
dan Gubernur New York ini mirip akan hal pemberi masalah tanpa solusi.
Yang mereka lakukan sedari awal ada isu Covid ialah cuma ingin
mengabarkan bahwa sudah ada Covid 19 di daerahnya.
Anies
punya Instruksi Gubernur No 16 Tahun 2020 untuk sekedar sosialisasi
wabah, dan karena Instruksi Gubernur ini Anies diklaim lebih cepat
menangani wabah Corona oleh para pemujanya.
Hahaha!
Ketawa kita melihat kejadian itu, karena apa?
Karena sejatinya Anies
itu gak punya program atau solusi.
Terbukti saat dia membatasi busway,
berapa banyak antrian yang terjadi?
Dan lalu dia dengan mudahnya
berkelit itu adalah "Efek Kejut" Faktanya, warga Jakarta dipaksa kena
Corona masal oleh Anies
Anies
dan Gubernur New York ini punya kemiripan yang jelas, tukang bikin
gaduh tapi gak ada solusi. Intinya cuma rajin memberi masalah tapi gak
pernah memberikan masukan yang konstruktif alias membangun.
Jadi
mereka cuma bisa berlomba lebih dahulu bikin klaim dan merasa paling
aktif dalam menangani wabah. Lalu kemudian panggil pewarta untuk
memberitakannya.
Ya,
kejadian memanggil pewarta itu sudah sangat mirip sekali dengan
kejadian sebelumnya.
Berita tentang "efek bergetar suara Anies" itu
pernah terpampang nyata di beberapa berita media kita. Itu baru satu
contoh praktek yang dilakukan.
Jadi jangan terlalu overreacting
dengan media asing ini.
Karena semua itu bisa saja diatur, terlebih
berita ini keluar seolah berusaha menutupi fakta buruk karena Anies
babak belur diserang 3 Menteri Jokowi.
Pencitraan
semacam ini lewat media berita dan serdadu buzzer yang kemudian
menglorifikasikannya, mungkin memang jadi satu-satunya solusi bagi Lord
Anies agar dapat survive dari krisis opini publik terhadapnya.
Ya
kita harap maklum saja. Kasih mereka senang dengan delusi sesaatnya.
Mau Anies mirip kek, apa kek, semua itu tidak merubah fakta bahwa masih
banyak warga DKI yang butuh Bansos. Kemana Anies? Mana uang 5 Triliun
yang baru-baru ini engkau ucapkan? Buktikan dan jangan cuma omong besar.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/media-asing-samakan-anies-dengan-gubernur-new-york-8Sgc2HdEml
Awas Kena Prank! Gubernur DKI Bilang Punya 5 T Untuk Corona, Tapi Bo'ong?
Ternyata
serangan bertubi-tubi dan menggigit dari 3 menteri Jokowi membuat Anies
kalap. Segala jurus baru ia keluarkan untuk menutupi kekurangannya dan
memojokkan pemerintah pusat. Anies menyebut sejak Januari dirinya
menilai pusat menutup-nutupi hasil tes warganya. Anies juga mengatakan
telah menyiapkan 5 triliun uang setelah sebelumnya disebut-sebut oleh
menteri Jokowi ngemis-ngemis ke pusat tak punya uang.
Tapi
siapa yang akan percaya Anies? Sebelum diadakan bansos DKI saja ia
berbohong mengenai isinya. Salah satu dai korban prank Anies adalah Aa
Gym. Anies menyebut akan ada daging sapi dalam bansos nanti, tapi
nyatanya cuma kaleng sarden. Belakangan malah viral bansos yang
dijanjikan 1 juta per KK malah turun ke 600 k. Bansos Aniespun sering
salah sasaran ke rumah orang kaya dan berada.
Kini
percayakah kalau Anies punya 5 T? Atau itu semua hanya prank semata?
Pernyataan Anies soal 5 T sebagai balasan atas sindiran keras
menteri-menteri Jokowi terutama ke Sri Mulyani.
Dilansir dari tribunnews.com,
sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut Anies Baswedan angkat
tangan memberi bansos ke warganya. Informasi ini
didapat Sri Mulyani dari Menko PMK Muhadjir Effendy.
Menkeu Sri Mulyani mengungkapkan
bahwa Pemprov DKI tak mampu menyalurkan bantuan sosial untuk 1,1 juta
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di wilayahnya.
Bendahara
Negara itu menjelaskan, Pemprov DKI menyatakan tidak memiliki anggaran
dan meminta pemerintah pusat untuk menyalurkan bansos kepada 1,1 juta
KPM tersebut.
Dengan demikian, beban penyaluran bantuan sosial untuk KPM di Jakarta dibebankan seluruhnya kepada pemerintah pusat.
"Kemarin
dapat laporan Pak Menko PMK, DKI yang tadinya cover 1,1 juta warga
mereka, namun tidak ada anggaran dan meminta pemerintah pusat untuk
cover 1,1 juta DKI, dan sisanya 3,6 juta pemerintah pusat sekarang
seluruhnya diminta di-cover pemerintah pusat," ujar Sri Mulyani ketika
memberikan penjelasan kepada Komisi XI DPR RI.
Tak
tinggal diam, Anies Baswedan bantah Sri Mulyani sebut Jakarta tak punya
uang, beber fakta ini. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membeberkan
fakta yang membuktikan Pemprov DKI memiliki APBD yang cukup untuk
memberi bansos ke warganya.
Gubernur
DKI Jakarta Anies Baswedan menanggapi
pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang
mengatakan Pemprov DKI Jakarta tak lagi mempunyai anggaran untuk
memberikan bantuan sosial (bansos) kepada warga terdampak virus corona
(Covid-19).
Menurut Anies, Pemprov DKI telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 5,032 triliun untuk pelaksanaan bansos.
Anggaran
ini dimasukkan dalam pos Belanja Tidak Terduga (BTT) dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta tahun 2020.
"Pemprov
DKI Jakarta telah menyediakan anggaran dalam bentuk Belanja Tidak
Terduga (BTT) sebesar Rp 5,032 Triliun dalam rangka penanganan
Covid-19," kata Anies Baswedan dalam keterangan pers pada Kamis
(7/5/2020) malam.
Anggaran
tersebut dialokasikan untuk penanganan tiga sektor. Yakni penanganan
kesehatan, penanganan dampak ekonomi, dan penanganan jaring pengaman
sosial (termasuk bansos).
Karena masuk dalam BTT, maka anggaran itu bisa digunakan jika dibutuhkan
termasuk saat pandemi seperti ini.
Kita
lihat saja ke depan apakah omongan Anies bisa diwujudkan atau hanya
sebuah "prank" seperti yang sudah-sudah. Kalau menilik ke belakang
sebenarnya ucapan Anies hanya berisi omong kosong saja. Sama seperti
program OK OCE, rumah DP 0 rupiah dan naturalisasi sungai yang tak
terdengar rimbanya.
Sangat
disayangkan Ibukota Jakarta harus memiliki Gubernur seperti Anies. Dari
dahulu kerjaannya tak ada yang becus. Dari tak becus mengurusi banjir,
tak becus menormalisasi sungai, mengatasi polusi dan macet, banyak
proyek bongkar pasang, trotoar untuk PKL dan sederet program amburadul
lainnya.
Jadi
sebenarnya tak usah kaget kalau ia tak akan becus menangai masyarakat
terdampak corona di Ibukota. Karena salah satu slogan Anies adalah tak
becus kerja tapi bacotnya nyata. Saat bobrok dirinya ditelanjangi
menteri Jokowi, bukannya berbenah malah menyalahkan sana sini.
Alih-alih
memotong gaji, tunjangan Pemprov DKI termasuk dirinya. Anies hanya bisa
sesumbar angka tanpa bukti nyata. Tak usah menyalahkan turunnya
pemasukan atau hutang pemerintah pusat, karena nyatanya DKI mampu
memberi dana ormas hingga triliunan rupiah. Termasuk memberi puluhan
milyar untuk anggota TGUPP pemakan gaji buta, belum lagi placement media
dan influencer. Baiknya Anies mundur saja kalau tak mampu mengurus
warga Ibukota.
Begitulah kura-kura.
Referensi:
Langkah Mati, Pencitraan Anies Baswedan Gagal Total Dihadapan 3 Menteri Jokowi
Sebagai pejabat publik, Anies mengajarkan kepada kita sebuah pelajaran penting.
Ketika
seorang pejabat benar-benar punya niat gak bener buat daerahnya,
percayalah bahwa Tuhan tidak tidur, semua langkah dari kebijakan atau
keputusan yang dia ambil akan berantakan atau hancur total semuanya akan
jadi ruwet dan akan menampar kembali ke dirinya sendiri.
Wabah
Covid 19 ini adalah momen terburuknya Anies, dari sekian banyaknya
prestasi buruk yang sudah ia coret di Jakarta. Kenapa ini disebut momen
terburuk? Kita harus ingat cerita bahwa, saat semua sedang heboh soal
banjir Jakarta, tiba-tiba Anies lebih dulu 3 hari mengumumkan Covid 19
di DKI.
Perhatiannya
Anies mengalihkan musibah banjir ke Covid patut di apresiasi, karena
dengan klaim "Anies maha peduli" para pendukungnya sempat klimaks dengan
hoax berjudul Anies Baswedan Dipuji Dunia karena Dapat Menyelamatkan Indonesia dari Virus Korona
Sejatinya
saat itu Anies hanya mengeluarkan Instruksi Gubernur No 16 Tahun 2020,
Bahasanya terlalu keren, Instruksi Anies, padahal isinya cuma selembaran
perintah untuk sosialisasi. Tidak ada langkah pasti akan solusi, selain
Anies dari dulu hingga sekarang cuma punya langkah solutif itu doang.
Inget toa 4 miliar? Itulah jurus jitu Anies
Waktu
terus berjalan, Anies 1x24 jam sibuk konpres, maklum dia adalah
selebnur. Seleb Gubernur yang dipunya Ibukota, Konpresnyapun tak ada
isi, tapi tetap banyak yang klimaks memujanya sebagai Gabener rasa
Pesinden.
Anies
dengan konpresnya berusaha meninggikan citra, karena memang tak akan
ada momentum banyak yang tersisa. Tinggal 2 tahun lagi hingga dia
digantikan oleh PLT Gubernur sedangkan janjinya masih banyak yang
ingkar.
Harapannya
Corona ini dapat melambungkan namanya ke angkasa, dengan serdadu buzzer
pembela di media sosial yang selalu siap 1x26 jam sehari untuk
memujanya.
Strategi
penuh dosa sudah disiapkan, Bansos jadi tumpuan pencitraan. Klaim 2
April 2020 menyatakan Pemprov DKI siapkan 3 Triliun untuk melawan
pandemi. 10 April 2020 Bansos itu turun, Mereka, 1.25 Juta warga DKI
disebut Anies akan mendapat bantuan kebutuhan setiap minggu.
Buzzer
teriak bantuan Anies lebih besar dari Pemerintah Pusat karena nilainya
Rp 600.000 per minggu, glorifikasi itulah yang menyebar luas di media
sosial.
Manakala
bantuan itu salah sasaran nyasar ke orang yang tak membutuhkan,
sedangkan yang butuh tragis tak dapat. Data Anies berantakan, dikecam
keras oleh Menteri PMK Muhadjir Effendy, Menteri Sosial Juliari Batubara
dan terakhir Menteri Keuangan Sri Mulyani
Antara
kata, klaim dan fakta. Apa yang di khayalkan Anies dengan segala tata
katanya hancur seketika.
Anies ternyata tak memberikan bantuan seperti yang diklaim oleh para
pemujanya, bantuan yang dikucurkan itu ternyata ada campur tangan
Pemerintah Pusat karena cross data.
Selain itu, Sri Mulyani juga men sliding Anies dengan mengatakan Anies tak punya uang untuk anggaran Bansos.
Sudah
gak punya uang, Jabodetabek sembako dan BLT yang diberikan itu juga
pemerintah pusat. Anies nggak punya anggaran dan minta pemerintah pusat
covering untuk 1,1 juta warganya.
Yang
berbuat Pemerintah Pusat, Anies mau dapat panggung ngeklaim? Tidak
semudah itu ferguso! Alhasil Anies kelimpungan dengan segala tata
caranya. Sekarang langkah dia terbaru adalah melakukan persis seperti
apa yang ia lakukan saat 2 April 2020 lalu, angkanya pun naik.
Anies
klaim telah mempersiapkan 5 Triliun untuk lawan Pandemi ini. Disamping
itu, dimedia sosial buzzer pemujanya meributkan dana "hutang" dengan
tagar #JengSriBalikinDuitDKI. Padahal dana tersebut harus di Audit dulu
oleh BPK, dan Sri Mulyanipun sudah memberikan kompensasi dengan menyetor
dimuka 50% dari nilai yang ditentukan untuk meringankan beban Anies.
2
Strategi mengarang ini tentunya hanya upaya menutup keburukan dengan
kisah fiksi yang baru, menutup kebohongan dengan kebohongan baru. Tapi
di ending tetap, Tuhan selalu menunjukan jalannya. Anies pada akhirnya
terus kelabakan dengan langkah yang ia lakukan.
Lidah
memang tak bertulang, tapi kebohongan punya batasannya. Dan sebagai
penutup, kita kembali ke awal "Sebagai pejabat publik, Anies mengajarkan
kepada kita sebuah pelajaran penting."
Pelajaran
penting bahwa kita harus bekerja jujur agar tidak susah sendiri
nantinya. Anies dengan langkah matinya, cahaya dia sudah pudar, harapan
dapat panggung di tengah pandemi Corona ini sirna karena tata katanya
sendiri. Bergetar hati ini melihat Anies.
Gubernur Bergaya Raja...
Kata siapa kalau Wan Getar Banies Sawedan itu gubernur pembual? Beliow itu gubernur rasa presiden, tauk...
Dia itu serba bisa, serba tahu, serba ada. Seperti toserba.
Kata siapa kalau dia itu cuma doyan pehape, ngasih harapan tapi bo'ong?
Di bawah kepemimpinan Wan Getar, kami warga Jekardah sejahtera bahagia.
Janji-janji
kampanya Wan Getar pada kami-kami ini terpenuhi semua. Makanya kami
sejahtera. Karena dana bancakan tiap bulan mengalir lancar ke kantong
kami.
Laskar pentung, laskar khilafah, laskar preman, laskar jawara, laskar centeng, dan laskar esjewe, semua kebagian duit.
Belum lagi cukong-cukong dan anggota dewan daerah yang mulia. Semua bahagia kebagian duit.
Semua tambah kaya dan sejahtera. Biar ada wabah kayak sekarang, kami tidak kuatir. Hidup kami terjamin.
Percayalah.
Bansos Jekardah tidak salah sasaran. Semua kebagian, tak pandang
bulu. Laskar, cukong, dan anggota dewan, semua dapat. Apalagi yang
pintar mencuri hati Wan Getar.
Jadi, jangan bilang kalau Jekardah kehabisan duit sampai harus minta pusat.
Kami semua, the real warga Jekardah, udah kebagian kok.
Kalo kemaren ada polemik Wan Getar minta duit lagi ke pusat, itu urusan lain lagi.
Yang diminta ke pusat itu bukan duit bansos. Tapi duit buat orang miskin. Jadi bukan bansos.
Kan aturannya, bansos itu buat warga Jekardah. Seperti kami-kami ini.
Sedangkan orang miskin ya diurus sama negara. Sesuai undang-undang, kan?
Urusan negara ya urusan pusat, dong. Kenapa jadi gubernur Wan Getar yang disuruh pusing?
Wan
Getar kan cuma berbaik hati, mau ngebantu negara nyalurin duit buat
orang miskin. Negara justru mustinya berterimakasih. Yaa, duit buat
orang miskin biar dikasih dikitlah buat Wan Getar, uang lelah udah
ngebantu pusat.
Lagian, kata siapa ada warga miskin di Jekardah? Mana adaaaa, jenderal. Mana adaaaa...
Coba deh, jangan segitu naifnya.
Jangan mau dikibulin media thogut...
Di Jekardah, semua warga hidup sejahtera. Warga Jekardah nggak ada yang miskin.
Yang miskin-miskin itu pengemis, pemulung, sama pedagang kaki lima. Bukan warga Jekardah.
Ngerti kan bedanya?
Lagian, wabah yang terjadi ini justru akan membuat Jekardah makin kuat. Tingkat kesejahteraan Jekardah bakal makin meningkat.
Soalnya, akan terjadi seleksi alami. Survival of the fittest.
Warga
Jekardah akan survive. Sementara itu, yang miskin-miskin akan
tersingkir dengan sendirinya. Bisa oleh wabah, kelaparan, atau
genosida.
Maka,
kalau nanti tingkat pendapatan per kapita Jekardah dihitung ulang,
pasti akan meningkat drastis. Karena nggak perlu dirata-rata sama yang
miskin-miskin itu.
Berarti kesejahteraan Jekardah meningkat. Mantap kan?
Yaaa, hitung-hitung juga membantu negaralah. Mengurangi beban menanggung fakir miskin.
Bangganyaaaa jadi warga Jekardah.
Buat ini, Wan Getar memang harus dikasih jempol kaki. Lambang penghormatan tertinggi, lebih besar dari jempol tangan.
Wan
Getar memang pantes jadi presiden. Belum jadi presiden aja dia udah
ikut campur urusan negara. Apalagi nanti kalau udah naik jadi raja.
Di
bawah dia nanti, semua warga negara akan sejahtera. Karena saat dia
berkuasa, seleksi alam dalam skala besar akan kembali terjadi seperti di
Jekardah.
Warga
negara akan bertahan hidup. Sementara yang miskin-miskin, thogut, atau
minoritas, akan tersingkir dengan sendirinya. Entah karena wabah,
kelaparan, atau genosida.
Kalau sudah begini, yang tersisa hanyalah warga negara. Anggota laskar, para cukong, dan anggota dewan yang mulia.
Dan dengan begitu, tingkat pendapatan per kapita negara akan meningkat.
Bahagianyaaa...
Maka, nikmat apalagi yang kau dustakan, jenderal?
Kenapa juga kalau Wan Getar ngobrol ke media asing, lantas loe yang panas?
Kan
beliow juga perlu curhat. Gara-gara fitnah para thogut, reputasi
beliow ternodai. Jadinya banyak orang se-Tanah Air yang nggak mau
dengar kata-kata mutiara beliow.
(Kalau
nanti Wan Getar naik jadi presiden, thogut-thogut ini bakal dapat
persekot khusus. Kamp konsentrasi Auschwitz bisa jadi model untuk
diterapkan.)
Karena
di dalam negeri udah penuh fitnah para thogut, yah terpaksa beliow
curhat ke media luar negeri. Mumpung ada yang mau ngedengerin.
Melampiaskan beban emosi, demi kesehatan mental.
Beliow
itu kan korban, selalu ditekan-tekan pemerintah pusat yang reseh.
Kasian beliow. Sudah difitnah para thogut, ditekan sama pusat melulu.
Terlalu.
Padahal
beliow sudah banyak berkorban demi kami-kami warga Jekardah ini.
Sehingga kami bisa sejahtera. Kenapa para thogut dan pemerintah pusat
buta sama fakta itu, sih?
Mau bukti?
Dari
jauh-jauh sebelum wabah meluas, beliow udah sibuk rapat sama rumah
sakit se-Jekardah. 190 rumah sakit. Bayangin capeknya beliow.
Semua demi persiapan menghadapi wabah. Biar kami-kami yang rentan ini jangan sampai sakit.
Hotlinenya juga udah siap.
Apa? Kenapa nggak muncul di berita? Mana bukti rapatnya? Mana rekaman rapatnya? Agenda, catatan, atau video rapat?
Video rapat apaan? Ngapain nanyain video segala? Loe kata ini main bokep apa, pake divideoin segala?
Kalau Wan Getar bilang dia rapat, ya percaya aja. Nggak usah tanya-tanya.
Emang kenapa kalau Januari lalu dia masih kerepotan tampil wawancara soal banjir, atau sibuk main drama soal Formula E?
Itu kan tugas gubernur. Dia pintar membagi waktu kok.
Jadi pasti sempatlah buat wawancara, konfrensi pers, sama main drama.
Rapat sama rumah sakitnya kapan, kok cuma nyebut wawancara, konpers, sama ngedrama?
Haaah... Berisik...
Wan Getar pintar membagi waktu. Titik.
Sudah jangan tanya terus. Apa hakmu tanya-tanya?
Lagian,
urusan banjir Jekardah Januari lalu kan urusan kecil. Anak buahnya
yang hebat-hebat itu bisa ngurusin kok. Nggak perlu Wan Getar yang
turun tangan. Lain kelasnya.
Wan Getar kan gubernur rasa presiden.
Emang
kayak siapa itu gubernur yang tiga kemaren. Gubernur kok doyannya
turun ke lapangan. Kurang kerjaan. Keseringan turun ke lapangan nanti
malah turun kelas, disamain rakyat jelata.
Gubernur itu harus mulia. Munculnya di momen penting aja. Pas foto-foto, wawancara, atau pencitraan. Itu!
Sudahlah. Kami semua tahu besarnya pengorbanan Wan Getar. Benar-benar bikin terharu, pokoknya.
Kalau
dana operasional dia yang milyaran itu mau dia kekep sendiri, ya kami
rela. Upah lelah dia. Dan dia kan perlu dana kampanye buat jadi
presiden nantinya.
Kami
para laskar, cukong, dan anggota dewan udah kebagian duit kok. Jadi
kami nggak bakal menuntut duit operasional Wan Getar. Kami nggak maruk.
Beliow sudah banyak berkorban. Thogut dan pemerintah pusat aja yang buta nggak sadar-sadar mulianya hati beliow.
Dan biar saya jelasin kenapa pemerintah pusat suka banget gangguin Wan Getar.
Pemerintah pusat itu pedulinya kelewatan sama orang miskin. Makanya bentar-bentar nggangguin Wan Getar.
Rese!
Selalu
saja mempertanyakan keputusan Wan Getar mensejahterakan para laskar,
cukong, dan anggota dewan. Dikit-dikit nanyain gimana nasib orang
miskinlah, berapa jumlah orang miskinlah, bantuan buat orang miskinlah.
Aaaarrrggghhhhh... Berisik!!!
Kalo
pemerintah pusat memang prihatin sama orang miskin, ya udah, urusin
sendiri aja sono. Jangan gangguin Wan Getar yang fokus ngurusin
kami-kami ini dong, the real warga Jekardah.
Biarkan Jekardah jadi kota yang bahagia warganya.
Dan saat dia jadi pemimpin negara, kita semua pasti bahagia.
Yakinlah, Wan Getar itu pantes jadi presiden. Beliow bukan pembual besar. Apapun yang dia omongin jadi nyata.
Kalau
dia ngomong banjir, pasti banjir. Kalau dia ngomong wabah, pasti
wabah. Apalagi kalau dia nyampurin masalah negara, pasti kejadian.
Heboh pokoknya.
Apa? Mencegah banjir atau wabah? Itu urusan Tuhan, jenderal. Apa hubungannya sama Wan Getar. Fokus dong kalo ngomong.
Sudahlah. Kalau nanti dia jadi raja Tanah Air (jangan presiden, jadi raja aja), maka cita-cita mulia kita akan terwujud.
Tak
ada lagi yang namanya orang miskin, thogut, minoritas. Kita tak perlu
yang beda-beda begini. Rawan, kesenjangan bisa bikin perpecahan.
Seperti
taman, kalau mau indah, kita harus singkirkan rumput, gulma, dan
tanaman parasit. Supaya tanaman-tanaman indah bisa tumbuh subur.
Maka,
di Tanah Air, yang boleh ada hanyalah the real warga. Agar semua
bahagia. Agar kesetaraan sosial dan persatuan bisa terwujud.
Para laskar, para cukong, dan anggota dewan akan hidup damai bahagia, sebagai rakyat Kerajaan Tanah Air yang sejahtera.
Aaaahhhh, indahnyaa...
Satu nusa, satu bangsa, satu agama.
Vote Wan Getar for King of the Camels... Eh, maksudnya, King of the Tanah Air.
Tony Gede, 9 Mei 2020
Sumber Utama : https://seword.com/cerpen/gubernur-bergaya-raja-m8NH0dbyvx
Re-post by MigoBerita / Sabtu/09052020/12.40Wita/Bjm