» » » Saatnya "KadRun" berjaya di Indonesia

Saatnya "KadRun" berjaya di Indonesia

Penulis By on Selasa, 01 November 2022 | No comments


 Migo Berita - Banjarmasin -
Saatnya "KadRun" berjaya di Indonesia. Apapun kerjanya ketika ada kesalahan yang terpenting "Tetap Salah Jokowi", koq bisa ya ??? Mungkin bisa liat Foto diatas.. biar ada senyum sedikit sebelum beraktivitas. Kalau dituduh Kampret atau Cebong kita masih terima, tapi kalau dituduh KADRUN itu...sakitnya disini #NgakakHabis

Isu Jokowi Ketum PDIP dan Prabowo Mundur Capres, Kerjaan Kelompok Sebelah?

Belum lama ini ada isu dari kelompok yang diduga relawan Ganjar yang mendoakan Jokowi menjadi ketua umum PDIP menggantikan Megawati pada 2024 mendatang.

Sebenarnya, tanpa menganalisis terlalu dalam pun, ini adalah bentuk adu domba untuk memecah PDIP. Kemungkinan besar ini adalah adu domba, untuk membenturkan Jokowi, Ganjar dan Megawati.

Banyak yang menduga ada penyusup atau relawan siluman yang sengaja mengatur orkestrasi isu itu dengan tujuan mengadu domba.

Jokowi bukan orang yang ambisius apalagi licik ingin merebut hak orang lain. Apalagi ingin merebut kursi ketum partai. Beda dengan kelompok sebelah, yang dari cara ngomong dan raut wajah saja sudah ketahuan betapa gilanya nafsu dan ambisinya.

Yang terbaru adalah video menunjukkan Prabowo mundur sebagai calon presiden beredar di media sosial.

Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad sudah menegaskan video tersebut tidak benar.

Dalam video tersebut, tampak Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani menyebut Prabowo Subianto mundur. Pernyataan Muzani dalam video tersebut tampak diedit dan dipotong-potong.

Konteks dari dua isu ini sama sebenarnya yaitu untuk memecah belah internal partai agar ribut dan tidak fokus menuju pilpres 2024.

Ini sangat jelas cara-cara yang digunakan oleh kelompok sebelah, untuk meruntuhkan partai dari dalam, yang artinya ada yang sangat diuntungkan dari isu ini. Siapa lagi kalau bukan kelompok pendukung politik identitas?

Cara-cara ini sangat mudah dikenali dan selalu dilakukan oleh kelompok yang sama, seolah itu memang sudah menjadi SOP mereka. Meski saya bukan pendukung Prabowo, tapi isu Jokowi mau merebut kursi Ketum PDIP dan Prabowo mundur dari pencapresan, rasanya sungguh menjijikkan.

Sudah saya bilang berkali-kali, tidak pernah saya ragu bahwa kelompok dan buzzer sebelah akan menggunakan cara-cara kasar dan bahkan licik untuk memenangkan junjungannya. Dulu cara ini digunakan untuk mendukung Prabowo, tapi berhubung Prabowo sudah bergabung dengan kubu pemerintah, maka Prabowo pun sekarang jadi korban.

Kalau Prabowo jadi korban hoax, saya tidak terlalu peduli. Tidak mau nyapres pun tidak ada masalah. Kecuali kalau dia mau jadi cawapresnya Ganjar, nah itu baru saya dukung karena mempercepat hasil pilpres, hehehe.

Tapi Ganjar dan Jokowi mau diadu domba? Ini namanya minta ditampar bolak-balik. Tim buzzer tetangga sebelah memang suka main kotor. Takdir mereka selalu jadi kelompok hina yang tidak pernah jantan dalam berkompetisi.

Bobrok mereka terlampau banyak dan tak tertutupi, sehingga lawan mereka pun dijadikan target hoax agar sama-sama dan setara bobroknya. Permainan ini sudah dipakai sejak dulu, hanya saja objek kali ini berbeda. Pelakunya pasti sama, orangnya itu-itu juga.

Dalam survei yang saya amati berkali-kali, memang Ganjar paling banyak menempati posisi teratas. Prabowo juga pernah posisi teratas, tapi hanya beberapa kali saja. Sedangkan yang satu itu jarang sekali. Jadi wajar, kan, kenapa Ganjar dan Prabowo harus disingkirkan?

Semua ini terjadi bukan karena kebetulan. Semua sudah direncanakan dan dimatangkan jauh-jauh hari.

Disingkirkan dalam arti negatif, melalui hoax, narasi sesat hingga fitnah yang lebih kejam daripada ibu tiri.

Capres lain masih belum kelihatan. Kalau sudah diumumkan, isu-isu seperti di atas akan lebih masif dan brutal. Pihak-pihak lain boleh mengaku menolak politik identitas, menolak pollitisasi agama dan SARA, komitmen mempertontonkan demokrasi yang sehat. Tapi itu tidak mungkin terjadi. Tetap ada beberapa yang melempar api di balik layar. Nyaris tidak mungkin persaingan 100 persen sehat. Akan ada permainan dan taktik kotor untuk meraih kekuasaan. Apalagi ada capres yang memang terkenal didukung kelompok intoleran.

Makanya, relawan Ganjar harus solid. PDIP harus menghalau dan siap-siap menghadapi badai serangan dari buzzer sebelah. Mereka tidak segan-segan memakai cara busuk demi memenangkan pemilu. Peduli setan dengan cara apa pun, yang penting bisa menang.

Dan perlu diketahui, kelompok sebelah kadang sangat fanatik dan militan. Mereka tidak peduli seberapa bodoh tindakan mereka. Mereka juga tidak peduli dengan konsekuensi yang akan ditanggung. Mereka seperti orang yang otaknya sudah dikendalikan, sehingga mau melakukan apa saja.

Bagaimana menurut Anda?

Isu Jokowi Ketum PDIP dan Prabowo Mundur Capres, Kerjaan Kelompok Sebelah?

Sumber Utama :  https://seword.com/politik/isu-jokowi-ketum-pdip-dan-prabowo-mundur-capres-nlxCnIS6pS

Gibran Berpotensi Dapat Hukuman dari Presiden

Karir politik Presiden Jokowi dinilai sebagai sebuah keajaiban. Bagaimana tidak tadinya hanya sekedar pengusaha kayu di kota Solo, kemudian jadi Walikota Solo 2 periode dan langsung jadi Gubernur ibu kota negara Indonesia yakni DKI Jakarta.

Bahkan tak tanggung-tanggung baru 2 tahun menjabat sebagai Gubernur, Jokowi mampu langsung jadi Presiden Republik Indonesia yang Insya Allah 2 periode. Bertarung sengit dengan Prabowo dalam dua kali Pilpres Jokowi selalu jadi pemenang.

Karakter pemimpin seperti Jokowi saya kira disukai banyak pihak terutama partai politik. Parpol selalu mencari orang yang disukai masyarakat, elektabilitas dan popularitas tinggi untuk diusung jadi pemimpin. Baik tingkat daerah seperti kabupaten, provinsi sampai dengan negara ini.

Nah putra sulung Presiden Jokowi yakni Gibran Rakabuming walaupun usianya masih di bawah 40 tahun, tetapi sudah menunjukan karakter kepemimpinan yang menonjol.

Baru pertama kali mencalonkan diri jadi Walikota Solo, langsung menang dan sekarang sudah hampir separuh jalan memimpin Solo. Banyak pihak menilai jika sosok Gibran bukan tidak mungkin akan memiliki karir cemerlang seperti Bapaknya.

Berbagai kebijakan, cara memimpin di Solo terus disorot media. Hal ini tentu saja menjadi iklan, “kampanye” gratis bagi Gibran Rakabuming untuk mejadi pemimpin di level yang lebih tinggi.

Baru-baru ini Gibran melakukan keputusan berani melawan kebijakan dari atasannya yakni dari Presiden Jokowi, sekaligus ayahnya sendiri.

Wali Kota Solo, Jawa Tengah, Gibran Rakabuming Raka menghapus anggaran pengadaan mobil dinas listrik dari APBD Kota Solo tahun 2023.

Sebagai informasi, pengadaan mobil dinas listrik di lingkungan aparat pemerintah daerah merupakan salah satu ketentuan yang tercantum dalam Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 2022.

Gibran pun mengaku siap disanksi karena mengabaikan pengadaan mobil listrik seperti yang telah diinstruksikan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) itu.

Keputusan Gibran ini akan memancing konfllik yang lebih luas apalagi menjelang Pemilu 2024. Pihak-pihak yang bersebrangan dengan pemerintahan Joko Widodo akan menggunakan isu ini untuk digoreng dan menyerang Jokowi.

Selain itu sangat mungkin pemimpin daerah lainnya mengikuti apa yang dilakukan Gibran melawan atau mengabaikan Inpres Nomor 7 Tahun 2022 tentang pengadaan mobil listrik.

Jika ini terjadi maka akan terjadi kekacauan dalam pelaksanan pengadaan mobil listrik. Presiden Jokowi harus segera melakukan tindakan solutif atas tindakan Giibran, jika tidak ingin menjadi masalah yang berkepanjangan.

Sumber Utama : https://seword.com/politik/gibran-berpotensi-dapat-hukuman-dari-presiden-SGhuO8d7oq

Anies Benar-Benar Poroti NasDem!

Tidak ada kata lain. Sepertinya memang begitu.

Surya Paloh tentunya berharap banyak pada Anies Baswedan. Memutuskan mengusungnya sebagai calon presiden dari Partai NasDem, tentu Paloh ingin partainya itu mendapat jatah limpasan sebesar-besarnya dari kepopuleran mantan Mendikbud itu.

Tapi tampaknya rencana tak sesuai dengan terjadinya kenyataan. Partai NasDem tak juga menerima imbas positifnya.

Elektabilitasnya malah tambah jeblok, beberapa kadernya mengundurkan diri, sementara kepastian koalisi juga tak kunjung terjadi. Surya Paloh pastinya pening.

Sudah seharusnya bila kemudian Surya Paloh meragukan kemampuan Anies. Karena pada kenyataannya Anies tidak bisa menjadi magnet perekat bagi segera terbentuknya koalisi. Dua calon pengusung kerjasama partai politik, Demokrat dan PKS, sibuk dengan ambisinya masing-masing.

Tambah bingung ketika kemudian sosok yang diduga sebagai penyokong utama Anies Baswedan, Jusuf Kalla atau JK, malah mengusulkan agar orang yang tidak populer yang dipilih sebagai calon wakil presiden nanti. Mungkin terasa ideal dan jalan tengah menghadapi rivalitas Demokrat dan PKS, tapi di satu sisi hal tersebut tentu akan membuat kerja Surya Paloh menjadi lebih berat.

Elektabilitas Anies Baswedan saja tidak bagus-bagus amat. Selalu kalah dari Ganjar dan Prabowo. Lha kalau Anies pilih pendamping yang tidak populer, kerja mesin politik NasDem pastinya akan lebih terforsir. Artinya, logistik yang diperlukan juga akan lebih besar lagi. Sementara peluang kemenangan tampaknya sangatlah jauh.

Dari sisi efek ekor jas, tampaknya Partai NasDem juga tidak akan menerimanya. Survei SMRC menunjukkan hanya sebanyak 45% pemilih NasDem yang menyatakan akan setia. Sementara yang berkemungkinan pindah ke partai lain 42%, dan yang belum menentukan pilihan 13%.

Ironisnya, dua partai politik calon rekan koalisi tidak mengalami hal yang sama dengan nasib negatif NasDem ini. Mereka seakan malah mendapatkan berkah atas diusungnya Anies oleh NasDem itu. Dari survei SMRC juga, menunjukkan bahwa pemilih PKS yang setia sebanyak 60%. Sementara pindah ke partai lain 24%, belum menentukan pilihan 16%. PKS juga efektif menarik suara PAN sebesar 19% dan Gerindra 10%, dua partai yang sebagian kadernya juga dekat dengan Anies. Sementara Partai Demokrat malah diketahui berhasil melampaui Partai Golkar sebagai parpol tiga besar di bawah PDI-P dan Gerindra.

Akhirnya, tidak salah bila Surya Paloh disebut blunder kali ini. Mencapreskan Anies malah membuat NasDem menuju kuburan. Mendatangkan ketidakpastian, dan bila diteruskan bisa jadi secara bersamaan akan membuat NasDem dan Surya Paloh 'bangkrut'.

Anies Benar-Benar Poroti NasDem!

Sumber Utama :  https://seword.com/politik/anies-benar-benar-poroti-nasdem-kDtropdXmv

Jusuf Kalla Sebut SDA Indonesia Dikuasai Cina, Eks Wapres 2 Periode Ngejek Diri Sendiri?

Mantan wakil Presiden yang dua kali periode yakni Jusuf Kalla mengatakan bahwa industri Indonesia dikuasai oleh Cina. Katanya banyak banget orang cina masuk ke Indonesia sebagai tenaga kerja asing dan menguasai industri-industri di Indonesia. Kayaknya orang ini sudah ngehalu alias berlakukan satu pemikiran yang di luar nalar.

Seharusnya sebagai mantan wakil Presiden dia sendiri tahu bagaimana memang ada tenaga kerja asing yang ahli untuk melakukan training kepada rakyat Indonesia yang belum memiliki pemahaman. 1 jari menunjuk ke orang lain, lupa dia kalau 4 jari lagi nunjuk ke dirinya sendiri. Dia kan bagiannya...

Kita tahu sendiri Memang secara fakta negara Cina ini memiliki potensi dan juga teknologi yang lebih maju daripada Indonesia. Jadi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia di era presiden-presiden yang ada saat ini adalah melakukan transfer knowledge dari luar kepada Indonesia.

Berbagi ilmu pengetahuan adalah hal yang baik dan kalau kita lihat secara utuh mereka justru memberikan kontribusi bagi rakyat Indonesia. Tenaga kerja asing dan tenaga kerja Indonesia bukan seharusnya diadu domba dan di versus kan.

Melainkan mereka seharusnya diajak untuk bekerjasama dan berkolaborasi untuk membangun negara Indonesia yang lebih baik lagi.dan secara jumlah pun kita melihat di Morowali tanggal kerja asing hanya 3 ribuan sedangkan tenaga kerja Indonesia sudah ada 27.000 yang artinya 1 banding 9.

Inilah yang menjadi sebuah fakta lapangan yang Jusuf Kalla sendiri mungkin tidak mau melihatnya karena memang sedikit jumlahnya. 3000an tenaga kerja asing itu memang didatangkan dari Cina untuk mengajarkan orang-orang Indonesia yang memang masih belum terlalu paham soal teknologi.

Tapi isu ini digoreng sedemikian rupa sampai membawa-bawa Anies Baswedan sebagai solusinya. Jusuf Kalla Memang secara status merupakan pendukung Anies Baswedan dan saya membebaskan hal itu.

Setiap orang memiliki haknya untuk memilih atau cari duit dari Anies Baswedan atau tidak. Setiap orang punya hak untuk mengatakan dukungannya kepada orang tertentu meskipun mereka sekalipun radikal ataupun didukung oleh teroris.

Akan tetapi jika menyebarkan isu-isu yang bersifat provokasi yang berbau-bau suku agama ras dan antargolongan yang kebetulan bukan asing buat mereka, itu adalah satu hal yang kurang ajar bagi rakyat Indonesia.

Seolah-olah Jusuf Kalla adalah penghianat bangsa yang tidak tahu selama ini pemerintah bekerja apa. Bukannya dulu Jusuf Kalla 5 tahun kemarin menjadi wakil presiden Joko Widodo?

Seharusnya dia tahu dong tenaga kerja asing itu memang ada dan tidak bisa tidak dimiliki oleh Indonesia untuk melakukan apa yang namanya transfer knowledge.

Tapi sepertinya Jusuf Kalla sedang memainkan satu isu rasisme dan juga membawa lagi isu-isu rasialis mengenai Cina yang memang menjadi bahan bully kepada Presiden Joko ingat nggak dulu si Prabowo Subianto si pecundang politik itu membawa-bawa isu Cina yang dianggap sebagai penguasa negara Indonesia?

Mereka ini 11 12 dan suka banget mainkan isu Sara. dan kalau kita melihat rekam jejaknya Jusuf Kalla ini memang dia adalah orang yang licin banget dan seringkali membawa-bawa isu liar.

Ingat nggak dulu dia pernah ngundang penceramah radikal yang menjadi penceramah yang sudah di blacklist yakni Zakir Naik ke istananya? Orang macam ini harus kita waspadai bersama-sama.

Jangan sampai pendukung-pendukung mereka memenangkan dukungan mereka yang terkenal dengan isu SARA juga.

Negara Indonesia adalah negara yang beragam bukan negara agama tertentu. Negara yang berdasarkan dan berlandaskan hukum. Akhir kata Jangan sampai kita mau di provokasi oleh orang-orang macam ini.

Tenaga kerja asing pun sedikit banget jumlahnya di Indonesia mungkin tidak sampai 10% secara total. Kalau di tempat-tempat tertentu mungkin banyak tenaga kerja asing yang bisa sampai angka 15%.

Tapi itu bukan tanpa alasan dan bukan ingin dikuasai oleh Cina. Kayak nggak kenal Presiden Joko Widodo aja yang memang memberikan lapangan kerja yang begitu luas kepada warga negara Indonesia?

Jusuf Kalla melakukan provokasi basi ya nggak jelas. Saya nggak suka sama cara dia bicara karena cenderung tidak memiliki solusi. Nggak heran kenapa Jokowi dulu tidak memilih orang ini lagi menjadi wakil untuk periodenya yang kedua.

Saya sih nggak mau memilih Presiden yang jilat ludah sendiri dan bahkan muntahannya sendiri. Hati-hati sama Jusuf Kalla.

Jusuf Kalla Sebut SDA Indonesia Dikuasai Cina, Eks Wapres 2 Periode Ngejek Diri Sendiri?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/jusuf-kalla-sebut-sda-indonesia-dikuasai-cina-eks-eBRnNYZD3j

Menikmati Sikap PKS yang Legowo Melulu, Kali ini Soal Koalisi dan Cawapres Anies

Iya, alangkah senangnya menjadi petinggi partai politik seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu. Begitu woles, begitu nrimo ing pandum. Pun memiliki kader, pendukung, dan simpatisan yang ho-oh-an.

Padahal partai politik ini diidentikkan, dan selalu mengidentikkan dirinya begitu relijius, sehingga seharusnya punya ketahanan sikap demi mencapai tujuannya. Selalu berusaha sekuat-kuatnya seakan besok hari tidak ada kesempatan lagi karena kiamat. Seharusnya menunjukkan sikap pantang menyerang dan tidak gampangan.

Tapi, sikap begitu itu mungkin untuk menunjukkan sikap kepasrahannya yang sedemikian tingginya?

Ya, entahlah.

Tapi bisa juga dimaknai sebagai sikap murahan. Gampang dinego, gampang dikadali, gampang bersikap sebagai follower.

Sudah bukan rahasia lagi, sudah ada beberapa rekam jejaknya ketika PKS tampak cupu di hadapan partai lain. Pilgub DKI Jakarta 2017 serta pergantian wakil gubernur setelahnya, Pilgub Jawa Barat 2018, dan Pilpres 2019 adalah contoh diantaranya.

Pilgub DKI Jakarta 2017 mereka harus kalah oleh Partai Gerindra soal pasangan yang akan mereka usung. Begitupun ketika penentuan pengganti Sandiaga Uno, PKS kembali tampak culun. Pada Pilgub Jawa Barat 2018 seolah terjadi pengulangan. Mereka kembali dikacangin oleh partainya Prabowo itu. Ahmad Syaikhu yang sebelumnya menguat kembali terlempar oleh intervensi Partai Gerindra. Pengulangan ketiga adalah dalam proses menuju penentuan pasangan capres Prabowo. Kala itu menuju Pilpres 2019 kembali mereka dikadalin oleh Partai Gerindra ketika Salim Segaf Al-Jufri didongkel oleh kemunculan Sandiaga Uno.

Jadi ketika menuju 2024 ini, PKS hanya kembali akan berfungsi sebagai penggembira di koalisi pengusung capres-cawapres, ya maklumi saja. Sudah biasa, sudah habitatnya. Mereka tidak akan punya daya upaya untuk memperjuangan nama yang mereka punya.

Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera, terkait usulan kader PKS Ahmad Heriawan, untuk menjadi cawapres Anies, ia mengatakan bahwa hal itu masih dimusyawarahkan. Namun Mardani menegaskan bila PKS siap legowo terhadap apapun keputusannya nanti. Karena menurutnya, sikap legowo bisa membawa berkah kemenangan.

Hmmm, bahasa-bahasa indah di depan media memang menjadi ciri khas PKS demi memberi pembenaran atas sikap dan keputusan yang mereka ambil. Begitulah mereka-mereka.

Tapi di belakang meja tentu apa saja mungkin terjadi. Seperti apa yang berhembus kencang dan busuk terkait 'jenderal kardus' ketika Sandiaga Uno ditetapkan menjadi cawapres pada Pilpres 2019 lalu. Nah, SBY-AHY-Demokrat serta Anies-Paloh-NasDem pasti sangat paham akan langgam mereka itu.

Beruntunglah mereka, PKS, memiliki pendukung dan simpatisan yang begitu loyal. Sehingga sering hanya manut dan tidak banyak komplain atau mempertanyakan keputusan dari elitnya.

Jadinya ya sudah, TST sajalah!

Menikmati Sikap PKS yang Legowo Melulu, Kali ini Soal Koalisi dan Cawapres Anies

Sumber Utama : https://seword.com/politik/menikmati-sikap-pks-yang-legowo-melulu-kali-ini-q4wL4XMf6s

Berhati-hatilah Melangkah PDI Perjuangan dan Relawan Ganjar

PDI Perjuangan terus digoyang. Berbagai isu dilontarkan untuk melemahkan partai penguasa ini. Mulai dari isu perpecahan hingga isu soal Presiden Jokowi yang akan menjadi Ketua Umum (Ketum) PDI Perjuangan.

Isu ini muncul setelah Joko Priyoski, koordinator nasional relawan Koalisi Aktivis dan Milenial Indonesia untuk Ganjar Pranowo (KAMI GANJAR), mendoakan Pak Jokowi menjadi Ketum PDI Perjuangan pada tahun 2024. Karena berasal dari relawan Ganjar, isu pun menjadi liar hingga muncul tuduhan bahwa ada upaya menyingkirkan Puan Maharani.

Jelas isu ini merugikan Ganjar Pranowo, relawan Ganjar dan PDI Perjuangan. Mereka seolah diadu domba. Untung saja Ganjar Pranowo menanggapinya dengan keras dan meminta relawannya tidak ikut campur urusan partai politik.

“Nggak boleh. Semua harus tertib. PDI Perjuangan punya aturan sendiri soal itu, jadi sebaiknya relawan tidak mencampuri urusan yang ada di partai. Bersinergi saja. Dan sabar, wong semua parpol baru berdialog dan berdiskusi,” kata Ganjar seperti dikutip dari detik.com.

Reaksi keras Ganjar ini membuat Joko Priyoski meminta maaf. Dia mengatakan bahwa tidak ada niat untuk memperkeruh suasana. Dia tidak ingin mengadu domba siapa pun.

“Jadi saya tidak ingin memperkeruh suasana sebab banyak yang salah tafsir dalam bahasa saya mendoakan bukan mendorong atau masuk ke area internal partai jadi saya minta maaf bila akhirnya doa tersebut menimbulkan persepsi salah tafsir dan kecurigaan,” ujar Joko seperti dikutip dari detik.com

Apakah masalah selesai dengan permintaan maaf tersebut? Bisa jadi selesai antara PDI Perjuangan, Ganjar dan relawannya. Hanya saja, saya tidak yakin bahwa isu ini akan berhenti begitu saja. Bisa jadi kelompok oposisi akan terus menggunakannya sebagai amunisi untuk menyerang PDI Perjuangan dan Ganjar Pranowo.

Karena itulah, peristiwa ini harus menjadi peringatan bagi PDI Perjuangan dan relawan Ganjar. Jika tidak hati-hati, keduanya justru akan saling menggerogoti dan melemahkan. Sudah bukan rahasia bahwa relawan Ganjar ingin agar PDI Perjuangan segera mengumumkan Ganjar sebagai calon presiden. PDI Perjuangan sendiri terus bersikukuh bahwa mekanisme partai sedang berjalan.

Jika pertentangan ini terus dibiarkan maka hasilnya bisa menjadi bumerang bagi PDI Perjuangan maupun relawan Ganjar. Keduanya bisa mengalami kerugian besar. Kalau PDI Perjuangan tidak mencalonkan Ganjar, potensi kehilangan suara sangat besar. Jika mencalonkan Ganjar pun, potensi kekalahan Ganjar juga ada karena relawan Ganjar dan kader PDI Perjuangan belum tentu bisa bersinergi karena sudah terlalu sering bertentangan. Repot kan?

Yang paling diuntungkan tentu saja pihak oposisi jika hal itu sampai terjadi. Mereka dengan calon presidennya akan mendapat angin segar untuk menjadi penguasa di negeri ini. PDI Perjuangan dan relawan Ganjar tentu tidak ingin hal itu terjadi bukan? Karena itulah, hati-hati dalam melangkah. Jangan beri kesempatan kelompok sebelah mengambil keuntungan.

Berhati-hatilah Melangkah PDI Perjuangan dan Relawan Ganjar

Sumber Utama : https://seword.com/politik/berhati-hatilah-melangkah-pdi-perjuangan-dan-Z2DuMyShCq

Anies vs Ganjar, Siapa yang Lebih Unggul?

Bila ada yang berpikir, bahwa isi artikel ini akan mengagung-agungkan Ganjar dan menjelek-jelekkan Anies, anda salah. Bila ada yang menyangka saya akan menyatakan Anies miskin prestasi, sedang Ganjar penuh inovasi, sekali lagi juga salah. Bila ada juga yang berpikir saya akan membahas masalah Yaman dan Pribumi, itu juga tidak betul. Lha, lalu artikel ini isinya apa?

Ora usah kesuwen, tanpa perlu berlama-lama. Bersama Kolik ayo kita Kulik.

Article

Anies vs Ganjar

Sebelum saya memulai artikel ini, ijinkan saya ngasih berita kurang menarik dulu. Artikel ini bakalan panjaaaaaaaang dan lamaaaaaaaaaaa.... Jadi, bila ada Kulikers yang saat ini waktunya terbatas, mending skip aja dulu, Nanti dibaca lagi.

Oke, kita akan mulai. Hari ini saya akan mencoba mengulik, bagaimana bila di Pilpres 2024 nanti, Ganjar akan berhadapan dengan gubernur kesayangan kita semua, Bapak Anies Baswedan (jangan disingkat BAB)

Ini masih termasuk tembung jare ya, sak umpomo, misalnya terjadi. Kenyataannya, jalan Anies Baswedan masih sangat panjang. Mengingat batas pendaftaran capres masih Oktober 2023 dan Nasdem sendiri, tiketnya masih kurang separuh. Sedangkan, koalisi Nasdem Pks Demokrat, masih jauh panggang dari api.

Dari PDIP, seperti belum ada sinyal, bahwa mereka akan mencalonkan Ganjar. Walau saya 100% yakin, bila Anies jadi maju nyapres, maka Ganjar pasti akan didapuk jadi Capres juga. Saya siap taruhan Alphard tetangga.

Tapi, marilah kita coba berandai-andai. Bagaimana bila Anies dan Ganjar sama-sama jadi nyapres.

Article

Prestasi

Prestasi??? Pak Anies kan nggak punya prestasi.

Woooooooiiii, ojo kesusu. Jangan terburu-buru. Walaupun saya adalah pendukung Jokowi 2 periode, bukan berarti lalu artikel ini akan berisi puja puji terhadap Ganjar dan caci maki terhada Anies. Saya akan mencoba membahas dengan lebih obyektif, walaupun tentu pasti akan ada unsur subyektifitas di dalamnya. Saya kan masih manusia.

Secara prestasi dan hasil kerja yang kasat mata, Anies pasti akan jauh lebih keliatan. Mengapa? Ada banyak alasan. Yang pertama, secara luasan, DKI Jakarta adalah provinsi yang terkecil di seluruh Indonesia cuman 661,5 km2. Sedang Jawa Tengah 32.801 km2. Alias hampir 50 kali lipat DKI. Dengan luasan seperti itu, APBD Jateng ternyata “cuman” 1/3 dari APBD DKI. APBD Jateng 24,4 triliun saja. APBD DKI mencapai 82,47 triliun.

Yang kedua adalah kompleksitasnya. Bukan hanya luasan Jawa Tengah yang jauh lebih besar daripada DKI, jumlah penduduk Jateng 3x penduduk DKI. Walau harus diakui, penduduk DKI punya sisi kerumitan tersendiri, karena di situ bercokol segala jenis orang, mulai dari penduduk super miskin sampai pengusaha super kaya. Mulai dari rakyat jelantah sampai anggota dewan yang mulia. Mulai dari masyarakat sipil biasa, hingga Jendral, Menteri dan petinggi-petinggi lainnya.

Tapi DKI jelas punya keistimewaan lain karena, semua walikota ditentukan sepenuhnya oleh Gubernur yang menjabat. Ini berarti, Anies bisa memilih siapa-siapa saja, orang yang dianggap bisa bekerjasama dan berkoordinasi dengan dirinya. Suatu kemewahan yang tidak dimiliki Ganjar, yang harus menggantungkan peruntungannya, dari Pilkada otonom di masing-masing daerah. Dua hal atau tiga hal itu tadi, tentu membuat Anies sangat diuntungkan dalam menggayung prestasi. Saya pikir, hanya gubernur bloon atau gubernur terbodoh, yang gagal memanfaatkan dana sebesar itu dalam bentuk pembangunan fisik.

Hehehe…… saya tau, isi pikiran kulikers sekalian. Kita bisa berdebat tentang sumur resapan, naturalisasi atau rumah DP 0, yang hasilnya memang 0 besar itu. Tapi kita harus jujur mengakui, program mercusuar semacam formula E atau JIS, tentu bisa jadi daya jual Anies karena beritanya yang sangat besar di semua media Nasional. Sekali lagi, kita bisa berdebat panjang lebar, tentang apa kedua hal tersebut bisa dikatakan gagal atau berhasil, tapi itu tentu tidak bisa dibahas sekarang. Di sisi lain, harus diakui juga, Ganjar cukup minus dalam hal pembangunan, inovasi dan terobosan-terobasan, yang dibicarakan secara nasional.

Sebagai perbandingan, silakan pendukung Ganjar di sini, yang bisa menyebutkan pembangunan apa yang dilakukan oleh Ganjar selama 10 tahun menjabat? Saya yakin banyak yang bakal menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal.

Article

Survei dan Sosmed

Kita semua tahu, Ganjar, Prabowo, dan Anies selalu memuncaki semua survei dengan angka yang so… so… gitu. Tidak ada yang terlalu dominan, rata-rata air aja. Ganjar biasanya, ditempatkan di posisi 1, dan Prabowo di posisi ke 2. Tapi buat yang belum tahu, peluang Ganjar untuk menanjak naik, masih cukup besar. Mengapa?

Ganjar diuntungkan karena tingkat pengenalan publik kepadanya masih di kisaran 70%. Bandingkan dengan Prabowo yang sudah mentok di angka 97% atau Anies yang sudah 92%. Secara teori, bila tingkat pengenalan masyarakat kepada Ganjar naik, misal karena jadi dicapreskan, otomatis angka surveinya pasti juga bakal naik signifikan.

Satu hal lain, harus diakui, masih cukup banyak pemilih kita yang suka bila Indonesia, dipimpin oleh Presiden dari kalangan militer. Dalam hal ini, ya Prabowo calonnya. Atau kalau wapres, ya kira-kira AHY gitulah. Walau cuman Mayor.

Article

Tapi yang jadi kelemahan utama dari Prabowo, jelas adalah dia kurang banget dalam hal sosmed. Belajar dari kejadian di Filipina, anak dari koruptor terbesar di Filipina, ternyata bisa jadi Presiden. Selidik punya selidik, Marcos junior ini sangat baik sekali sosmednya, dan timnya, sanggup melakukan branding yang sangat efektif dan efisien.

Di Indonesia, ada nama-nama besar yang sangat kuat di medsos, termasuk Sandiaga Uno dan Ridwan Kamil. Tapi yang sukses bercokol di tiga besar kandidat Presiden, hanya Ganjar dan Anies. Tim medsos Anies sangat piawai memamerkan kecerdasan dari Bapak Anies Baswedan. Kemampuan Bahasa Inggrisnya, tata katanya, kesantunannya.

Dari pihak Ganjar, berfokus pada Ganjar yang merakyat, dengan logat Jawanya yang medok dan bahasanya ceplas ceplos. Ganjar juga sangat medsos darling, dan punya kekuatan, tidak terlihat kaku saat harus berbaur dengan rakyat bawah. Cukup berbeda dengan pesaingnya, ya selalu kelihatan kurang natural, kurang ndeso gitu lho.

Konstelasi dan Koalisi

Dari analisis di atas, senyampang, memang posisi Ganjar cukup di atas angin. Dia berada di posisi pertama dalam survei, meninggalkan Prabowo cukup tipis, dan meninggalkan Anies agak jauh. Ganjar juga masih punya potensi naik, elektabilitasnya, karena tingkat pengenalan masyarakat terhadap Ganjar masih 70%. Sehingga masih bisa digali lagi.

Tapi Ganjar punya kelemahan. Mari kita berandai-andai, bahwa Ganjar dicapreskan. Sebagai catatan, semua kekuatan Ganjar akan full, penuh, hanya dan hanya bila Ganjar dicalonkan lewat PDIP. Bila tidak via partai Banteng itu, kekuatannya langsung turun 30-50%. Saya jamin. Taruhan Alphard juga boleh. Walaupun Alphardnya tetangga.

Prediksi saya, yang maju paling banter akan terkutub pada tiga koalisi aja, Ganjar, Prabowo dan Anies. Sama dengan Jokowi pada Pilpres 2019 dan Ahok pada Pilgub 2017, secara asumsi, model Pilpres 3 poros akan merugikan Ganjar. Itu sebabnya Ahok kalah di Pilkada 2017, dan Jokowi sangat menghindari terjadinya 3 poros saat Pilpres 2019. Dan itu juga sebabnya, untuk kondisi sekarang, saya pilih PT 20%. Hehehe…… Tapi itu nggak saya bahas hari ini. Kapan-kapan ae, lek ora males.

Skenario 3 kubu

Dengan konstelasi 3 kubu, jelas kubu Ganjar sangat dirugikan. Karena biasanya orang menganggap Ganjar, sebagai representasi Jokowi. Masalahnya, Ganjar sendiri masih belum sekuat Jokowi.

Bila ada 3 kubu dan Pilpres terjadi 2 putaran, maka akan terjadi beberapa skenario. Bila di putaran pertama, kubu Ganjar kalah. Maka Prabowo dan Anies akan head to head. Kemungkinan besar, suara kubu Ganjar akan bergerak kearah Prabowo, dan Prabowo akan memenangkan pertandingan, dan sukses merengkuh cita-citanya yang tertunda.

Tapi bila kubu Ganjar menang dan masuk putaran kedua, ada dua skenario juga. Bila Anies kalah, maka suara dari kubu Anies sebagian besar akan menuju ke Prabowo. Bila kubu Prabowo yang kalah, maka suara akan sedikit terpecah, walaupun dugaan saya, sebagian besar tetap akan menuju ke pangkuan kelompok Anies Baswedan. Karena memang secara logis, irisan dari kubu Anies dan Prabowo lebih besar, dibandingkan irisan dengan kubu Ganjar. Atau lebih gampangnya, secara umum, pemilih Anies akan lebih gampang pindah ke kubu Prabowo, dan sebaliknya kubu Prabowo lebih gampang bergeser ke kubu Anies. Dibandingkan bila mereka kudu menyeberang ke kubu Ganjar.

Epilog

Secara pribadi, saya lebih berharap Anies dan Ganjar sama-sama tidak dicalonkan. Sebagai gantinya, biar Prabowo, Airlangga dan Puan yang berlaga memperebutkan RI 1 di 2024 mendatang. Puan pasti kalah donk kak Kolik? Belum tentu. Tapi topik ini tidak mungkin dibahas sekarang, karena artikel ini bakal makin panjang.

Kalaupun akhirnya Anies dan Ganjar tetap sama-sama maju, maka saya lebih berharap Ganjar akan berpasangan dengan Prabowo. Berhadapan dengan Anies yang mungkin akan berpasangan dengan Sandiaga untuk kali kedua.

#aku kok ngelu

Anies vs Ganjar, Siapa yang Lebih Unggul?

Sumber Utama :  https://seword.com/politik/anies-vs-ganjar-siapa-yang-lebih-unggul-04x4i3w7mu

Momentum Melarang Wahabisme

“Wah, NU usul paham Wahabi dilarang nih!” kataku memulai perbincangan ronda malam ini.

“Yang bener? Bagus dong. Semoga didengar deh usulnya,” kata Alan menyambut dengan wajah gembira.

Alan memang pantas bergembira karena Wahabisme sering disebut sebagai sumber intoleransi. Aku juga merasa senang dengan usulan ini karena Wahabisme membuat citra Islam menjadi penuh kekerasan. Aku sendiri ingin agar usulan ini bisa segera direalisasikan.

“Apa ga bahaya kalau langsung dilarang begitu?” Tanya Amin yang sedari tadi diam.

“Bahaya gimana Min? Bukannya malah bagus lho. Yang radikal-radikal bisa diberantas juga,” tanya Alan dengan nada agak heran.

Sebelum menanggapi, Amin tampak diam sebentar. Aku sendiri juga berusaha untuk menyelami jalan berpikir Amin.

“Iya, memang bagus. Aku juga setuju. Cuma momennya ini lho yang bahaya. Tahu sendiri pengikut Wahabi disini masih banyak to? Apa mereka ga bikin ulah nanti?” Kata Amin menjelaskan jalan pikirannya.

Alan tampak berusaha memahami jalan pikiran Amin. Aku sendiri mulai paham kekhawatiran Amin. Situasi perpolitikan Indonesia memang belum stabil apalagi menjelang tahun 2024. Keputusan melarang paham Wahabi bisa menjadi bumerang. Para penganut Wahabisme bisa bertindak nekat untuk menolak keputusan pelarangan itu.

“Memang sih ada resikonya tetapi kalau momentum ini tidak digunakan, bisa hilang. Ini NU lho yang usul, organisasi Islam yang besar di Indonesia. Dampaknya pasti luas kan?” Kataku berusaha memberikan pendapat.

“Memang ini momentum baik, cuma pemerintah harus berhitung sungguh-sungguh. Banyak positif atau negatifnya gitu,” kata Amin lagi.

Alan masih diam saja dan terlihat berusaha untuk menyelami pikiran kami berdua. Kegembiraannya di awal perbincangan kami tampak mulai berkurang. Mungkin dia mulai merasa bahwa usulan dari NU ini tidak akan ditindaklanjuti oleh pemerintah.

“Kalau aku sih momentum ini jangan sampai dilewatkan. Di Arab Saudi kan sudah mulai juga to memotong Wahabisme? Memang disana lebih enak karena kerajaan, jadi yang protes langsung tangkap, hukum. Disini memang harus ada persiapan lebih banyak karena ga bisa main tangkap dan hukum kayak di Arab Saudi,” kata Alan menyampaikan isi pikirannya.

Aku setuju dengan pikiran Alan. Memang momentum ini tidak bisa dilewatkan begitu saja. Yang perlu dikhawatirkan memang resikonya karena penolakan pelarangan bisa jadi lebih keras daripada di Arab Saudi. Resiko ini yang tampaknya menjadi pikiran Amin.

“Kamu siap menjadi korban, Lan? Bisa jadi lho yang diserang justru orang-orang yang non-muslim duluan,” tanya Amin bertanya kepada Alan.

“Kalau soal itu tidak usah ditanyakan lagi, Min. Selama ini kan juga sudah siap. Bagiku momentum ini bagus sehingga kita bergerak melawan radikalisme gitu lho. Lebih baik bergerak dengan resiko besar tetapi ada perbaikan kan?” Kata Alan menjawab pertanyaan Amin.

Amin tampak tersenyum mendengar jawaban Alan. Aku sendiri juga setuju dengan pandangan Alan itu. Lebih baik mulai bergerak untuk perbaikan meskipun ada resiko besar. Kalau diam saja memang aman-aman saja tetapi tidak akan ada perbaikan apa pun.

“Kalau benar dilarang, siap-siap saja kita berjuang untuk melawan amukan mereka. Aku dan Amin yang muslim juga harus ikut bersuara karena faktanya Wahabisme justru merusak citra Islam. Dulu Islam itu terlihat damai sekarang kok kayak penuh kekerasan gitu,” kataku kemudian.

“Siap! Bener kalau itu. Aku setuju kok kalau Wahabisme dilarang di Indonesia. Cuma khawatir efeknya aja sih,” kata Amin lagi.

“Namanya mau melakukan perbaikan untuk bangsa ya pasti butuh perjuangan. Mendapatkan dia saja butuh perjuangan to?” Kata Alan sambil tertawa.

Aku dan Amin pun menyambutnya dengan tawa renyah. Kami melanjutkan ronda kami dengan bahasan lain di malam yang semakin dingin.

Sumber Utama : https://seword.com/cerpen/momentum-melarang-wahabisme-s0r9An7RD0

2024 NasDem Diramal Hilang Lenyap ke Palung Terdalam

Malang sekali nasib Partai Nasdem yang terancam tidak masuk Senayan pada tahun 2024. Partai yang diketuai oleh orang asal Aceh yakni Surya Paloh menjadi partai yang sekarang sudah tinggal kenangan.

Mencoba ingin mengangkat elektabilitasnya lewat mendukung tokoh radikalis Anies Baswedan, justru membuat Partai Nasdem ini tenggelam ke dasar lautan dalam. Selama ini kita tahu bahwa basis suara Nasdem ada di tokoh-tokoh politisi nasionalis.

Basis suara Nasdem ini ada di orang-orang yang mencintai Presiden Joko Widodo yang merupakan sosok antitesisnya Anies Baswedan. Partai Nasdem ini memiliki hati kepada Bapak Basuki Tjahaja Purnama alias Bapak Ahok yang menjadi orang yang paling dibenci oleh Anies Baswedan.

Pak Ahok adalah sosok yang luar biasa memiliki integritas dan kekuatannya yang mempengaruhi banyak orang. Bapak Ahok adalah tokoh yang sangat nasionalis dan mencintai negara ini dengan sepenuh hati tanpa melihat agama dari rakyatnya saat dia menjabat menjadi gubernur.

Bahkan saat Ahok memimpin dalam waktu yang tidak terlalu panjang dia berhasil membuat banyak masjid untuk orang-orang beribadah.dan ternyata itu menjadi senjata makan tuan karena rumah-rumah ibadat yang dibangun justru menjadi tempat ujaran kebencian oleh pendukungnya Anies Baswedan.

Kader-kader Nasdem pun saat itu marah besar kepada Anies Baswedan karena dia dianggap sebagai orang yang menikmati dan berselancar Di atas pengaruh-pengaruh radikalisme dan terorisme yang ada di belakangnya. Inilah yang membuat Nasdem besar karena memiliki pendukung yang loyal kepada Ahok dan Presiden Joko Widodo.

Tapi petinggi-petinggi yang minoritas kaum-kaum atasnya Nasdem justru menjadi orang-orang yang bodoh. Mungkin lebih tepatnya memilih untuk menjadi bodoh. Memilih Anies Baswedan adalah memilih kebodohan. Pucuk Nasdem goyang dan menjadi konflik internal.

Ketua umumnya pun yang brewokan merasa dirinya sudah cukup kuat dengan basis suara sekitar 4 sampai 6% di pemilihan 2019 merasa bisa berkoalisi dengan partai radikal dan juga partai mengkrek.

Pada akhirnya kita lihat saat ini justru mereka sedang mengalami kegagalan yang begitu luar biasa. Kehancuran demi kehancuran membuat Nasdem tak berkutik saat ini. Bahkan ketua umumnya pun sudah nggak bisa mengontrol koalisi yang kemaruk.

Lobi-lobi politik antara orang-orang bermasalah Memang nggak pernah bisa memberikan solusi yang baik. Dan pada akhirnya ujung-ujungnya mereka menjadi sosok yang saling bertengkar satu sama lain memperebutkan kursi cawapres.

Nasdem berpotensi untuk tidak lolos di Senayan nanti bersama dengan Demokrat dan PKS. Melihat lagi menteri-menterinya yang ada di pemerintahan pusat juga nggak bisa ngapa-ngapain, membuat Nasdem semakin tenggelam ke dasar laut lebih dalam dari Titanic.

Tenggelam ke Palung Mariana dan hanya tinggal nama. Dan nama yang ditinggalkan pun nama buruk bukan nama baik. Mau jadi apa Nasdem ini nanti? Ya tinggal kenangan yang akan hilang dalam waktu dekat.

Mendukung Anies Baswedan membawa mereka kepada jurang kematian. 2024 kita tidak lagi melihat Nasdem Demokrat PKS dan partai-partai Gurun lainnya. Selamat tinggal Nasdem mungkin 2 tahun ini merupakan tahun-tahun terakhir anda menutup kuburan politik anda.

Sumber Utama : https://seword.com/politik/2024-nasdem-diramal-hilang-lenyap-ke-palung-APtlxOgerc

7 Eks Kapolri Prihatin Sama Polri Sekarang, Memangnya Dulu Kalian Suci?

Kedatangan gerombolan mantan Kapolri ke kantor kepolisian republik Indonesia membuat kita sama-sama bertanya-tanya tujuan mereka.

Kita tahu bahwa di era Bapak Kapolri saat ini yakni Bapak Listyo Sigit Prabowo, kepolisian dibongkar habis dan banyak banget hal-hal internal yang dimunculkan ke ranah publik. Beberapa diantaranya adalah kasus Polisi tembak polisi yakni Ferdi Sambo, lalu dilanjutkan lagi dengan narkoba yakni Bapak Teddy Minahasa.

Konflik internal di tubuh kepolisian memang nyata dan baru-baru ini muncul. Lalu beberapa hari yang lalu para mantan kepala kepolisian republik Indonesia datang ke kantor Polisi untuk menyatakan keprihatinan mereka. Buat saya ini adalah hal yang patut kita pertanyakan.

Saya kira apa yang menjadi tujuan mereka sudah jelas yakni ingin menyatakan belasungkawa mereka terhadap buruknya kepercayaan publik kepada kepolisian. Ya tentu maksud mereka adalah kepolisian yang saat ini bukan yang saat mereka menjabat dong?

Tapi yang menjadi pertanyaan saya adalah Apakah memang baru di era Bapak Listyo Sigit Prabowo ini kepolisian mendadak kerasukan setan dan diisi oleh hantu-hantu dari neraka sehingga mendadak rusak? Atau memang ini adalah andil yang juga diambil oleh mereka?

Memangnya selama mereka memimpin menjadi Kapolri saat itu polisi baik-baik saja? Atau hanya seperti di era Susilo Bambang Yudhoyono menganggap tidak ada konflik, padahal mereka bebas melakukan apa saja yang mereka inginkan?

Seperti ormas terlarang yang dibiarkan di era Susilo Bambang Yudhoyono dan dibongkar di era Joko Widodo yakni Hizbut Tahrir Indonesia. Saya kira yang menjadi kunjungan 7 eks Kapolri jenderal purnawirawan ini merupakan suatu hal yang nggak penting dan nggak ada gunanya.

Jangan-jangan di masa mereka lah justru para polisi-polisi jenderal bintang 1 bintang 2 itu tidak ketahuan radar karena tidak dibongkar sebelumnya? Saya kira kedatangan mantan Kapolri ini adalah hal yang justru kelihatannya ingin menutupi kebobrokan masa lalu mereka?

Saya mendukung apa yang dilakukan oleh bapak Kapolri saat ini dalam membongkar dan menghabisi secara tuntas mafia mafia di internal kepolisian. Ngeri banget kalau motif keluarga bisa menjadi alasan untuk seorang jenderal bintang 2 membunuh bawahannya. Proses hukum harus segera dilakukan dan memang saat ini Marwah kepolisian dalam titik nadir terendahnya.

Hanya saja ini diperlukan untuk memperbaiki secara menyeluruh internal Polri. Karena setelah reformasi tubuh Polri ini terlalu independen dan tidak ada yang bisa mengaudit mereka secara bebas. Saat ini IPW pun juga memiliki keterbatasan.

Tapi setidaknya di era demokrasi ini polisi bisa dilihat dan dibongkar semua kebobrokannya jika ada. Makanya revolusi terbaik yang dilakukan oleh jenderal Kapolri Listyo Sigit, adalah dengan menutup pintu-pintu pungli agar mafia-mafia tidak bermain lagi.

Tidak ada lagi tilang manual. Coba pada saat 7 eks Kapolri itu menjabat,tilang gampang banget ditebus pakai sogokan. Benar atau betul?

7 Eks Kapolri Prihatin Sama Polri Sekarang, Memangnya Dulu Kalian Suci?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/7-eks-kapolri-prihatin-sama-polri-sekarang-RolzleCnU5

Pengin Elektabilitas Naik, Ada Baiknya Puan Minta Petunjuk Bapak JK

Baca berita Detikcom soal Puan tawar-menawar elektabilitas dengan Presiden Jokowi, kasihan juga dibuatnya. Kok jadi seperti Lurah ditarget Walikota soal perolehan akseptor KB di wilayahnya. Jika pengin elektabitas naik demi kejayaan Trah Sukarno yang 10 tahun keluar jalur, sebaiknya Puan minta petunjuk Bapak JK mantan Wapres. Sudah ada buktinya; Anies yang pecatan Menteri bisa dipoles JK dan menang di Pilgub DKI.

Bahwa trah Sukarno harus menjadi Presiden RI, adalah prinsip PDIP besutan Megawati Sukarnoputri. Tapi Megawati sendiri 2 kali nyapres pada 2004 dan 2009, tetap saja gagal. Dia memang pernah berhasil jadi Presiden RI yang ke-5, itupun sekedar “lungsuran” dari Gus Dur karena kecelakaan politik. Dan ketika mencoba peruntungan lewat Pilpres langsung, dua kali dipecundangi SBY. Akibatnya KH Hasyim Muzadi dan Prabowo hanya dikenang sebagai mantan Cawapres.

Pilpres 2014 sebetulnya Mega ingin maju lagi, tapi elektabilitas jeblok sementara suara akar rumput menghendaki agar Jokowi yang masih Gubernur DKI Jakarta diusung menjadi Capres PDIP. Meski sebenarnya ini keluar jalur trah, tapi realitas politiknya menuntut demikian. Akhirnya ya sudah....., Jokowi yang diusung meski statusnya sekedar petugas partai. Ternyata menang beneran lawan Prabowo. Dan 2019, kembali lawan Prabowo Jokowi menang lagi!

Bagaimana dengan 2024, apakah Jokowi dimajukan lagi sebagaimana gagasan M. Qodari-Indo Barometer? Ya tak bisalah! Sebab UU telah memagarinya. Menjadi presiden itu bukan seperti makan di warung sate Pak Amat Alun-Alun Lor kraton Yogyakarta. Nambah lebih dari satu porsi pun bolah-boleh saja, asal duit cukup dan perut muat.

Sepuluh tahun kekuasaan PDIP keluar dari jalur trah Sukarno, rasanya berat banget. Yang punya rumah kok kalah pamor dan kuasa dengan yang sekedar ngekos. Saat Jokowi bagi-bagi kursi kabinet misalnya, PDIP hanya kebagian 4-5 kursi, sementara kursi-kursi yang lain dibagi-bagi ke mana saja. Bahkan yang tak ikut berkeringat pun, saat terjadi reshuffle dapat kursi mentri pula.

Jika dipaksakan, sebetulnya darah biru Sukarno jadi politisi masih masih ada 2 yang lain. Yaitu Guruh Sukarnoputra dan anak wedok si Puan Maharani. Tapi sayangnya, Guruh baru jadi anggota DPR saja kicep tak ada gaungnya, sering bolos lagi! “Jadi anggota DPR kok tiap hari harus ke Senayan, itu kuno!” begitu kata Guruh sekali waktu.

Sedangkan Puan Maharani sendiri, meskipun sudah menjadi Ketua DPR surveinya masih jeblok. Para kader PDIP sudah capek mempromosikan, dari Sabang sampai Merauke berjajar baliho-baliho, tapi tak menolong keadaan. Survei terakhir Litbang Kompas Oktober lalu, elektabilitas Puan pas bandrol 1 persen.

Karenanya Presiden Jokowi yang sudah punya kekudangan (gadangan) Capres lain, jadi meragukan kemampuan Puan. Sampai-sampai istri daripada Hapy Hapsoro ini melobi si anak kost. Kata Jokowi, boleh Nyapres asalkan elektabilitasnya mencapai 15 persen. Eh, Puan nawar 12,5 persen sajalah. “Ya sudah, boleh. Kacek klerek karo sedherek (baca: diskon untuk teman)” begitu kira-kira jawaban Presiden.

Padahal kata sejumlah lembaga survei yang sudah terakreditasi (baca: terpercaya), “Nggak mungkin. Jangankan 12,5 persen, 5 persen saja berat.” Soalnya publik melihat, Puan tak punya kafabelitas untuk jadi Presiden. Baru jadi Ketua DPR saja ketika diserang oposisi di sidang DPR, bukan dihadapi tapi langsung matikan mike. Bagaimana kalau nanti jadi ketua negara Indonesia?

Demi mendongkrak popularitas Puan, politisi PDIP sekaliber Johan Budi, Bambang Pacul, Hendrawan Supratikno, Trimedya Panjaitan, Utut Udianto, Masinton Pasaribu; kemudian bergegas membentuk “Dewan Kolonel”. Semua anggota Fraksi PDIP berkewajiban lewat Dapil masing-masing mewangikan sosok Puan Maharani. Dengan cara demikian nantinya Puan akan dikenal dan menggamit rasa merangsang pandang, sehingga layak dicoblos pada Pilpres 2024 nanti.

Tapi sayang seribu kali sayang, pembentukan “Dewan Kolonel” ini terbilang ujas-ujus (slonong boy) karena tanpa sepengetahuan Ketum PDIP Megawati. Tak ayal Johan Budi sebagai inisiator dan para anggotanya kena semprot dan peringatan dari Megawati. Bagaimana mungkin, ada kegiatan partai semacam itu kok Ketum dilangkahi dan tak diberi tahu sama sekali.

Tapi jangan putus asa dari rakhmat Allah. Pilpres masih jauh, segala upaya masih terbentang luas. Maka jika PDIP serius hendak memenangkan sidarah biru Puan Maharani, agar "Wahyu Cakraningrat” kembali ke trah Sukarno, ada baiknya Puan segera minta petunjuk Bapak JK yang bertangan dingin laksana dokter itu. Nantinya, segala langkah Puan Maharani harus menurut petunjuk Bapak JK.

Ini bukan jual kecap. Lihat nasib mujur Anies Baswedan. Lazimnya, copotan menteri itu sudah kartu mati, susah dijual. Tapi berkat Jusuf Kalla yang waktu itu masih Wapresnya Jokowi, eks Mendikbud itu menjadi aksioma. Jusuf Kalla sendiri belakangan mengakui, turut mengendors Anies menjadi Gubernur DKI. Alasannya, jika yang menang Ahok BTP, itu akan sangat mengancam pemerintahan Jokowi sekaligus dirinya sebagai Wapres.

Nah, berkat polesan JK siapa tahu Puan akan sukses menjadi RI-1 di 2024. Tapi jika PDIP akhirnya malah mengusung Ganjar Pranowo dan menang, kasihan Bambang Pacul. Dia pasti malu ati karena telah terlanjur nguya-uya (mendzolimi) dengan ucapan kemajon dan kemlinthi. Bisa jadi dia pilih mundur dari PDIP.

Pengin Elektabilitas Naik, Ada Baiknya Puan Minta Petunjuk Bapak JK

Sumber Utama : https://seword.com/politik/pengin-elektabilitas-naik-ada-baiknya-puan-minta-NubrSvhC6Y

Ngakak, Pamer Elektabilitas Demokrat di Posisi ke-2, Kadrunwati Ini Diketawain Netizen

Semua sudah tahu kalau Partai Demokrat itu sarangnya bajak laut. Puluhan kadernya sudah masuk penjara karena ngutip duit haram.

Mulai dari Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh, Andi Mallarangeng, Hartati Murdaya, Jero Wacik, M Nazaruddin, Amin Santono, dll.

Bahkan, ada yang sampai meninggal saat masih berstatus sebagai tahanan karena begitu masifnya kader partai tersebut melakukan korupsi, yakni Sutan Bhatoegana.

Padahal dulu iklannya keren banget lho, 'Katakan Tidak Pada Korupsi'.

"Gelengkan kepala dan katakan" TIDAK

"Abaikan rayuannya dan katakan" TIDAK

"Tutup telinga dan katakan" TIDAK

"Katakan tidak pada korupsi".

"Partai Demokrat bersama SBY melawan korupsi tanpa pandang bulu"

Demikian percakapan yang ada pada iklan tersebut.

Eh tidak lama kemudian, tiga aktor utamanya malah tersandung kasus korupsi yakni Anas, Angie dan Andi. Kwkwkwk

Kelihatan banget mereka tidak konsisten antara perkataan dan perbuatan. Katanya mau memerangi korupsi malah melakukan korupsi secara berjama'ah.

Hal ini juga yang kemudian membuat perolehan suara Partai Demokrat terus turun dari Pemilu ke Pemilu.

Pada 2009 partai ini menjadi pemenang Pemilu, namun pada 2019 menjadi berada di peringkat ke-7 dari 9 Parpol yang berhasil lolos ke senayan.

Ngeri...

Kalau warga plus 62 sudah mengukum partai memang tidak ada ampunnya.

Tidak hanya itu permasalahan yang dihadapi oleh Partai Demokrat, tapi Ketua umumnya yang sekarang AHY juga nyaris saja dilengserkan oleh para senior dan pendiri partai tersebut.

Mereka tidak puas dengan gaya kepemimpinan AHY dan keberatan dengan sikap SBY yang menjadikan Partai Demokrat seperti Dinasti Ming.

Bagaimana tidak, seperti yang tertera pada meme yang beredar di Twitter.

Ketua Umum anaknya yang pertama (AHY), Wakil Ketua Umum anaknya yang kedua (Ibas), Ketua fraksi Ibas, Wakil Ketua Majelis Tinggi AHY, Ketua Majelis Tinggi SBY dan Ketua Dewan Pembina juga SBY.

Untung anak SBY cuma dua. Kalau kayak Gen Halilintar yang jumlahnya 11, bisa-bisa semua struktur yang ada, Ibas and brothers yang kuasai. Mulai dari Sekjen, bendahara, Wakil ketua umum, Kepala Bappilu, Kepala Bakomstra hingga bagian keuangan.

Artinya apa? Simpatisan serta kader yang tidak setuju dengan AHY memimpin pertai berlambang bintang Mercy itu, sudah bisa dipastikan tidak akan memilih Partai Demokrat pada Pemilu 2024 mendatang.

Jadi kalau ditarik kesimpulan begini, ada dua kelompok yang bakal meninggalkan Partai Demokrat pada 2024 nanti.

Pertama, kelompok yang terlanjur kecewa karena kader partai itu ingkar janji. Ngomongnya katakan tidak pada korupsi, padahal aslinya rakusnya minta ampun.

Kedua, kelompok yang tidak setuju Partai Demokrat dijadikan partai keluarga oleh SBY. Seperti kelompoknya Damrizal, Jhoni Allen Marbun, Yus Sudarso, Tri Yulianto, Syofwatillah Mohzaib dan Ahmad Yahya.

Logikanya, dengan kondisi seperti ini perolehan suara Partai Demokrat bakal turun pada Pemilu 2024.

Eh hasil survei Kompas malah berkata beda yakni Partai Demokrat masuk 3 besar Parpol dengan elektabilitas tertinggi, mengalahkan Golkar. Kwkwkwk

Hasil survei ini juga yang dibangga-banggakan oleh kader Partai Demokrat di Twitter.

Seolah-olah partai mereka yang paling hebat. Padahal di atasnya masih ada Gerindra dan PDIP.

Terbaru, ada juga hasil survei yang lebih mencengangkan lagi, yakni Partai Demokrat melejit di posisi kedua. Hahaha

Hal ini seperti yang dipamerkan oleh Kadrunwati pemilik akun Twitter @SisiwittFrida.

Diketahui pemilik akun Twitter itu bergelar cukup panjang. Lebih panjang dari gerbong kereta api yakni Dr. Susilawati SE.,MM.,MA.,M.Han.

Entah gelar itu asli atau beli, hanya dia-lah yang tahu.

Lantas, seperti apa hasil survei yang ditampilkan oleh Susilawati itu di Twitter?

Sebuah gambar yang bertuliskan, 'Elektabilitas Demokrat Melejit ke Posisi 2 (Survei Poltmatrik, Oktober 2022)'.

Dan tidak lupa pula ia tambahkan keterangan mengenai gambar itu, "Hanya niat, tujuan dan semangat yang baik yang kami miliki,".

Asik. Hehehe

Hanya saja lucunya, bukannya bersyukur dengan hasil survei yang dibagikan oleh Susilawati tersebut, netizen malah tertawa.

"Harusnya yang pertama Bu. Tanggung kalau cuman ke-2. Trus yang partai lain dibikin nol koma semua. Biar tambah keren," ujar pemilik akun Twitter @ipw1078c

"Suka-suka kau-lah. Mau bikin no 1 juga tak masalah ," lanjut pemilik akun Twitter @SAPAR752•

Mungkin para netizen ini menganggap Susilawati itu lagi mabok kali ya, sehingga menganggap wajar kelakuannya tersebut .

"Sus, pemilik Polmatrix siapa sih? Ndak sopan banget dia. Harusnya elektabilitas Demokrat ada di posisi 1," cuit pemilik akun Twitter @tch0077 dengan nada seperti tanpa bersalah.

"Halu," tutup pemilik akun Twitter @prayitno_sastro

Hahaha

Sebenarnya memberikan dukungan ke partai boleh-boleh saja. Tapi bacotnya jangan pula melebihi Novel Bamukmin yang mengatakan akan didukung oleh 130 juta rakyat Indonesia jika dia jadi Cawapres.

Karena kalau elektabilitas Partai Demokrat itu memang tinggi, AHY yang dicari orang. Gak akan seperti sekarang yang gak laku-laku dijual.

Ngakak, Pamer Elektabilitas Demokrat di Posisi ke-2, Kadrunwati Ini Diketawain Netizen

Sumber Utama : https://seword.com/politik/ngakak-pamer-elektabilitas-demokrat-di-posisi-ke-N5goY2U0TQ

Cerianya Wartawan Balai Kota saat Dijamu Heru Budi Hartono, Beda Sama Era Anies Ya?

Jumat kemarin (28/10), lewat akun Instagram Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta @herubudihartono, saya melihat unggahan berita yang bikin adem dan senang, ketika dengan bangganya Pak Heru memberitakan momen kumpul-kumpul dengan wartawan.

Tujuan dari ngumpulnya gubernur pengganti sang mantan itu dengan para wartawan Balai Kota-DPRD DKI Jakarta itu tak lain untuk memperkuat jalinan komunikasi dan silaturahmi antara pejabat publik (dan seluruh jajarannya) dengan jurnalis, yang tampaknya diharapkan dapat berjalan dengan harmonis.

Ya, apa yang sedang terjadi di Balai Kota (gubernur dan seluruh jajarannya) dan DPRD DKI Jakarta memang patut dilaporkan, khususnya jika ada hal yang membutuhkan amplifikasi terkait program kerja yang dilakukan, supaya masyarakat dapat mengetahui apa yang dilakukan oleh gubernurnya dan siap mendukung, atau kalau dirasa perlu memberi masukan atau kritikan.


Ya, mumpung gubernurnya punya empati terhadap keluhan atau komplain warganya, tak ada salahnya jika nanti lewat berbagai pemberitaan yang ada, warga Jakarta bisa langsung menyampaikan tanpa pernah takut atau khawatir akan dicuekin.

Tenang saja, kali ini tampaknya kondisi sudah berbeda, khususnya kawasan Balai Kota yang selama lima tahun lalu seperti tak boleh diakses sembarangan orang, juga tertutup buat kedatangan warga sendiri yang ingin mengadu.

Melihat ekspresi Pak Heru dan beberapa wartawan yang diajaknya makan bareng itu, saya senang karena melihat wajah yang ceria dari gubernur maupun wartawannya. Nggak usah nanya pakar ekspresi atau wajah untuk menebak suasana hati dan jalinan relasi dari beberapa foto yang dipasang di akun IG Pak Heru. Betul?

Saya kok nggak bisa mengingat (sukar sekali rasanya) kapan terakhir kali ada suasana yang teihat akrab, sejak Balai Kota ditinggal Jokowi, Ahok, dan Djarot lalu digantikan "si mantan" yang sekarang lagi nganggur karena tak menjabat apa-apa itu.

Semoga saya keliru, tapi bodo amatlah sama suasana Balai Kota yang lima tahun terakhir itu. Mendingan kita konsentrasi pada apa yang akan terjadi selanjutnya setelah Heru Budi Hartono kembali "merangkul wartawan" dengan sikap bersahabat dan asyik.

Harapan kita, semoga nanti kalau ada info soal temuan-temuan dugaan pelanggaran hukum pada era Anies-Sandi dan Anies-Riza juga bisa diberitakan dengan cepat dan tanpa rasa takut ya, karena jurnalis harus memberitakan peristiwa apa adanya, bukan ada apa-apanya. Kalau bagus ya beritakan yang bagus, kalau ada yang buruk, ya tinggal diberitakan saja.

Cerianya Wartawan Balai Kota saat Dijamu Heru Budi Hartono, Beda Sama Era Anies Ya?

Sumber Utama :  https://seword.com/politik/cerianya-wartawan-balai-kota-saat-dijamu-heru-budi-rXBIjt3wYP

Koalisi ini Terancam Bubar Karena Saling Ngotot

Untuk dapat mengusung pasangan Capres dan Cawapres di Pilpres 2024 partai politik harus memenuhi ambang batas PT 20%. Satu-satunya partai yang mampu memenuhi ambang batas hanya PDI Perjuangan. Oleh karena itu selain PDI Perjuangan partai politik lain harus membentuk koalisi dengan parpol lain.

Partai Nasdem, Partai Demokrat dan PKS merupakan tiga partai yang sudah cukup lama melakukan pendekatan agar bisa berkoalisi. Dengan suara ketiga partai tersebut sudah mencukupi alias memenuhi ambang batas PT 20%.

Namun sayangnya hingga kini ketiga partai politik belum juga deklarasi berkoalisi. Partai Nasdem malah nekad sendirian deklarasi Capres dengan mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Nasdem, Demokrat dan PKS belum juga mencapai titik temu agar bisa berkoalisi. Hal yang paling sulit untuk dilakukan adalah menyesuaikan, memilih siapa yang akan menduduki posisi Cawapres mendampingi Anies Baswedan.

Rencana koalisi Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) diprediksi bisa bubar di tengah jalan. Hal itu jika PKS dan Demokrat saling ngotot mengajukan tokoh masing-masing sebagai calon wakil presiden (cawapres) pendamping Anies Baswedan di Pilpres 2024.

Demokrat mengajukan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), sedangkan PKS mencalonkan Ahmad Heryawan (Aher) sebagai cawapres. Jika Demokrat dan PKS super ngotot ingin cawapres dari kadernya, kemungkinan koalisi yang coba dibangun akan bubar di tengah jalan.

Sejak awal Nasdem sudah menegaskan untuk mengusung calon nonpartai jika mau berkoalisi. Syarat tersebut ditujukan untuk Demokrat dan PKS. Ajukan AHY dan Aher oleh Demokrat dan PKS sebagai bargaining position atau posisi tawar, karena kedua parpol ini cukup memiliki kekuatan di kancah politik nasional.

Bisa jadi kedua parpol ini juga membuka pintu koalisi dengan parpol lain jika platform yang dibangun sama. Apalagi muncul rumor jika Nasdem akan ditendang dari kabinet dan penggantinya adalah PKS.

Jika ini benar terjadi dan PKS menerimanya maka dapat dipastikan koalisi yang akan dibangun oleh Nasdem, Demokrat dan PKS akan bubar tidak akan terjadi.

Penentuan siapa yang menjadi cawapres pendamping Anies Baswedan menjadi ganjalan komunikasi dari Nasdem, PKS, dan Demokrat untuk mewujudkan sebuah koalisi pilpres.

Solusi perebutan Cawapres ini adalah mengambil bakal cawapres dari luar partai. Supaya diantara Partai Nasdem, Demokrat dan PKS tidak terjadi kecemburuan politik.

Kedua, merelakan salah satu dari kandidat Cawapres ini mundur. Tentunya dengan kompensasi yang telah disepakati. Misalnya PKS merelakan AHY jadi cawapres Anies, dengan syarat PKS memperoleh kompensasi dari Demokrat.

Koalisi ini Terancam Bubar Karena Saling Ngotot

Sumber Utama : https://seword.com/politik/koalisi-ini-terancam-bubar-karena-saling-ngotot-eDRtyxe93O

Mobil Dinas Gibran Diketawakan Ayam

Mendapatkan inventarisasi sebuah mobil bagi pejabat bukan satu hal yang sepele. Seperti diketahui, mobil adalah representatif dari sebuah prestige dari pemiliknya. Semakin mahal harga mobil yang digunakan semakin memperlihatkan tingkat sosial si pemakai.

Bukan rahasia umum bahwa di jajaran pejabat publik di Indonesia, mobil dinas yang diberikan sudah tak memiliki standar sesuai dengan aturan bakunya. Mobil dinasnya, innova, tapi kemana-mana si pejabat pakai alfard. Pemandangan seperti itu sudah biasa di negeri kita tercinta ini. Terutama pada pejabat di ibukota, baik ibu kota negara maupun ibukota propinsi.

Anggaran yang dialokasikan untuk pembelian mobil dinas ini juga tidak main-main, bisa mencapai miliaran bahkan menyentuh triliunan. Penetapan biaya anggaran mobil dinas itu berdasarkan PMK No. 2/2022 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2023. Berdasarkan ketentuan pasal 2, Standar Biaya Masukan ini berfungsi sebagai batas tertinggi atau estimasi. Kebijakan ini diteken Menteri Keuangan Sri Mulyani pada 19 Mei lalu. Dalam penjelasan beleid itu, untuk pejabat sekelas Eselon I dan Eselon II mendapatkan jatah sewa kendaraan roda empat dinas sebesar Rp17,660 juta sebulan. Di sisi lain, untuk pejabat dengan status tersebut juga dijatah untuk pengadaan unit kendaraan. Pejabat Eselon I dan Eselon II berhak mendapatkan pengadaan kendaraan dinas dengan pagu Rp735,34 juta untuk tiap unit kendaraan bermotor.

Jenis mobil apa kira-kira dengan pagu hingga mencapai Rp 735,34 juta? Pajero Sport kah? Fortuner kah? Atau sejenis sedan Camry? Entahlah, yang jelas pasti mobil mewah.

Lain dengan Gibran Rakabuming Raka, pejabat Wali Kota Solo. Pada anggaran pembelian mobil dinas untuk jajaran Pemda Solo, tertera adanya pembelian mobil dinas listrik. Keren yah... merek Tesla kah? Sepertinya tidak mungkin. Kira-kira mobil listrik apa selain Tesla? Pejabat yang akan menerima jatah mobil dinas listrik di kota Solo, pasti akan sangat senang sekali. Sayangnya, rasa senang itu harus disingkirkan karena ternyata, untuk anggaran pembelia mobil dinas, listrik pula, Gibran mencoretnya dari anggaran tahun depan.

Ketika dinyata wartawan, mengapa anggaran pembelian mobil dinas dicoret, Gibran menjawab, "*Seng tak hapus malah (anggaran) Wali Kota dan Wakil Wali Kota kita hapus untuk mobil listrik. Timbange tuku mobil mending bangun pasar (daripada beli mobil mending buat membangun pasar)," kata Gibran, Selasa (1/11/2022).

Harga mobil dinas listrik yang tertera pada anggaran sekitar Rp 800 juta. Ketika ditanya jika dirinya terkena sanksi karena masih tidak mau menggunakan mobil listrik, apalagi diketahui aturan penggunaan mobil listrik tertuang dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 tahun 2022 tentang percepatan penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai di instansi pemerintah pusat dan daerah, dengan santai Gibran mejawab, "Yo rapopo kita siap disanksi, seng penting warga sik, aku gampang. Aku aling (mending) terakhir. Aku pakai yang ini dulu".

Lucunya, saat tanya jawab soal modil dinas Gibran yang masih innova, ketika image video menampilkan sosok mobil dinas Gibran dengan nomor polisi AD 1 A, backsoundnya ayam berkokok panjang seperti sedang mentertawakan mobil dinas Gibran.... ha ha ha ha ha....

Mungkin dari kalian ada yang tidak tahu kalau Gibran sering menggunakan mobil dinasnya sebagai alat komunikasi politik. Mobil dinas Gibran yang bernomor polisi AD 1 A itu sering terlihat parkir di tempat-tempat yang tidak wajar, yang setelah diteliti ternyata di tempat itu sedang ada masalah. Warga kota Solo sudah mulai mencatat bahwa jika ada mobil walikota mereka parkir lama, bahkan sampai berhari-hari, di satu tempat, artinya di tempat itu sedang ada masalah yang menjadi perhatian sang Walikota. Tindakan Gibran yang suka memarkirkan mobilnya di tempat yang bermasalah itu, oleh Pakar Komunikasi Politik UNS, Sri Hastjarjo, disebut dengan istilah "Politik Parkir".

Seperti saat Gibran memarkir mobil dinasnya di halaman kantor kelurahan Gajahan. Sebelumnya Gibran mencopot Lurah Gajahan yang menandatangi surat penarikan infak kepada pedagang di Pasar Klewer. Lalu mobil dinas Gibran terlihat parkir hingga dua hari di lokasi pemakaman umum Cemoro Kembar di kelurahan Kembar yang dirusak oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Gibran mengatakan kalau dirinya akan mengambil kembali mobil dinasnya jika kerusakan makam selesai diperbaiki. Saat pandemi masih meninggi, mobil dinas Gibran terlihat parkir di depan gedung SMK Batik 2 Solo. Aksi ini dilakukan Gibran untuk menegur pengelola SMK Batik 2 Solo yang akan mulai menerapkan pembelajaran tatap muka di tengah berlakunya pembatasan kegiatan masyarakat level empat.

Jujur, saya akui komunikasi Walikota Solo dengan warganya ini sangat unik dan menarik. Hanya tidak bisa membayangkan saja jika Gubernur apalagi Presiden melakukan komunikasi "Politik Parkir" seperti yang dilakukan Gibran.

Ngomong-ngomong, Mas Wali.... mobil dinasmu tadi diketawain ayam karena ga mau diganti! Wkwkwkwkw

Sumber Utama : https://seword.com/umum/mobil-dinas-gibran-diketawakan-ayam-V7dfNMKHhi

Membandingkan Sumpah Pemuda Dengan Hijrah Pemuda

Jangan tanyakan nasionalisme para pemuda djaman dahulu, jaman pra kemerdekaan dan jaman perang kemerdekaan. Para pemuda dengan segala keterbatasannya saat itu, rela mengorbankan apa saja demi terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahkan sampa nyawanya pun dikorbankan. Para pemuda kala itu bersatu menyuarakan berdirinya NKRI, mereka bermimpin bahwa mereka bisa berdaulat ditanah dimana mereka dilahirkan dimana mereka hidup dan besar.

Mereka berkelompok-kelompok dalam Jong Java, Jong Celebes dan perkumpulan lokal lainnya bukan berarti mereka melakukan politik identitas itu sangat keliru dan sesat pikir, mereka berkelompok dan menyatukan visi dan misi kelompoknya agar sama dan bersatu dalam kelompok yang lebih besar yaitu NKRI, jadi jangan menyalah artikan bahwa jaman dulu ada politik identitas itu salah besar. Mereka justru memperjuangkan Bhineka Tunggal Ika, bahwa mereka berbeda suku bahasa dan agama tetapi mereka satu bangsa yaitu bangsa Indonesia.

Sejarah membuktikan para anak mudah di masa itu 94 tahun yang lalu, berhasil menancapkan tonggak yang kokoh sebagai awal dari perjuangan rakyat bangsa Indonesia untuk mewujudkan negeri yang merdeka dan berdaulat penuh. Tanpa peranan para pemuda itu tidak mungkin terjadi gerakan perjuangan kemerdekaan. Dan para pemuda ini dengan beraninya bersumpah menjadikan semua perbedaan itu menjadi satu, meninggalkan keegoan mereka, meninggalkan semua identitas mereka dan melebur bersama menjadi Pemuda Indonesia, yang akhirnya dituangkan dalam Sumpah Pemuda ditahun 1928.

"Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia."

Tulisan ini tidak akan membahas sejarah, tetapi yang akan kita bahas bagaimana para pemuda ini mempunyai jiwa nasionalis yang begitu luar biasa tingginya. Mereka mau meninggalkan egonya dan bersama membangun mimpi mereka, Indonesia Merdeka.

Kini seratus tahun kemudian, setelah peristiwa heroik itu, setelah tercapainya cita -cita mereka, ketika Indonesia telah merdeka. apakah para pemuda dimasa kini masih ada yang mempunyai semangat dan cita-cita yang sama? Justru yang kita lihat, para pemuda, yang terutama mahasisa malah sibuk mendemo pemerintah, mereka tidak sibuk membangun mimpinya mau kemana Indonesia? Tetapi sibuk memperjuangkan kelompoknya. Terlihat jelas dan transparant bahwa demor para mahasiswa itu tidaklah murni memperjuangkan bangsa ini, mereka membawa pesan-pesan terselubung dari para orang -orang yang menginginkan Indonesia menjadi negara dengan identitas tertentu. Kita sudah melihat fenomena pemuda yang menggunakan istilah hijrah, sebagai para pemuda yang telah menekuni agama tertentu dan meninggalkan keduniawian, tetapi masalahnya, setelah mereka berhijrah mereka justru malah sibuk menguatkan identitas mereka dan mengisolasi diri menjadi kami dan kau, bukan kita lagi, dan yang paling membahayakan adalah mereka mencoba menhancurkan NKRI dengan menyebarkan ideologi mereka, terlihat dan jelas bahkan bukti digital dimana-mana bahwa mereka ingin menggantikan NKRI menjadi NKRI dengan dasar ideologi tertentu, yang tentu saja tidak sesuai dengan apa yang telah diperjuangkan para pemuda nasionalis 100 tahun lalu. Dan bahayanya mereka rajin dan aktif melakukan perekrutan disemua kalangan, target utama mereka adalah publik figur , makanya jangan heran kalau kita melihat publik figur mulai berpakaian cingkrang dan memelihara jenggot serta meninggalkan budaya Indonesia dan beralih ke budaya timur tengah. Salah? Tidak, itu hak mereka, yang salah adalah saat mereka menggunakannya sebagai alat untuk merebut kekuasaan, sebagai alat politik, untuk mengganti Pancasila dengan ideologi mereka, nah itu yang bermasalah. Disini peran pemerintah diperlukan, harus tegas dan jelas, membubarkan ormas pengasong ideologi ini tentu saja tidak akan efektif jika kegiatan mereka dibiarkan begitu saja, proses perekrutan tetap berjalan.

Berhijrah atau apapun namanya sebagai bentuk mendekatkan diri kepada sang Pencipta silahkan saja, dan sah-sah saja, akan tetapi ketika digunakan sebagai alat untuk politik identitas dengan tujuan mengganti NKRI menjadi negara agama, tentu saja harus dilawan, NKRI adalah final, karena NKRI tempat semua bangsa, suku bangsa, agama bersatu sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh para pemuda dimasa lalu. Kita wajib menjaganya dengan segenap jiwa dan raga kita.

Cak Soed #SumpahPemuda #NKRIHargaMati #SayNoToKilafah

Membandingkan Sumpah Pemuda  Dengan Hijrah Pemuda

Sumber Utama : https://seword.com/umum/membandingkan-sumpah-pemuda-dengan-hijrah-pemuda-fQ8Vy0THu7

Terbakarnya Mesin Pesawat dan Pelaporan oleh Lion Air, Sudah Tepat atau Berlebihan?

Maskapai Lion Air dikabarkan mempolisikan dua akun Instagram yang diketahui menyebarkan video mesin pesawat JT-330 rute Jakarta-Palembang yang diberitakan terbakar, yakni akun IG atas nama @lelahmiskinproject dan @ramdanalamsyah.id.

Kalau saya lihat pagi ini (2/11), akun IG yang pertama tampak sudah mengunggah permintaan maaf atas unggahan soal terbakarnya mesin pesawat Lion Air itu.

Soal laporan ke pihak yang berwajib itu, maskapai Lion Air lewat keterangan resminya memberi keterangan seperti dikutip dari laman CNNIndonesia.com berikut ini:

“Lion Air telah mempelajari terkait isi konten video dimaksud dan sudah melaporkan kepada pihak berwenang (pada tingkat markas besar Kepolisian-Badan Reserse Kriminal)."

Menurut manajemen, isi konten video tersebut telah menyebarluaskan informasi atau dokumen elektronik yang memiliki atau bersifat negatif, tendensius, pencemaran nama baik, merugikan perusahaan serta mempengaruhi warganet dan masyarakat.

“Lion Air menegaskan dalam setiap pengoperasian penerbangan dengan semua jenis pesawat yang dioperasikan Boeing 737-800NG, Boeing 737-900ER, Airbus 330-300CEO, dan Airbus 330-900NEO telah memenuhi faktor-faktor keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan upaya tidak menyebabkan penyebaran covid-19,” tegas pihak Lion Air, masih dalam keterangan pers yang sama.


Sebenarnya melaporkan akun medsos yang dianggap merugikan Lion Air bukanlah perbuatan yang salah, karena mereka juga memiliki hak buat melakukan itu sesuai aturan hukum yang berlaku di negeri ini. Apalagi, penjelasan soal terbakarnya mesin pesawat, yang bisa dialami maskapai mana saja, memang bukanlah bagian "orang awam" buat menganalisis, terutama kalau tidak cukup pengetahuan dalam hal itu.

Memparodikan peristiwa yang dikategorikan sebagai accident oleh KNKT itu juga bukanlah tindakan yang bijak, seandainya ada yang menjadikan sebagai materi guyonan, karena memang hal semacam ini sama sekali bukanlah bahan buat candaan atau guyonan.

Saya pun cenderung setuju jika memang tidak semua video boleh diunggah sembarangan, kecuali mereka yang berhak menayangkan, dengan aturan tertentu yang dijamin dan dilindungi oleh undang-undang di negeri kita.

Apalagi jika tayangan hanya dimaksudkan sebagai konten demi menarik perhatian, biar viral atau terkenal, atau supaya ada penghasilan lewat konten-konten yang ditayangkan, terkadang tayangan tidak memenuhi kaidah jurnalistik buat pelaporan suatu peristiwa.

Pihak pembuat konten juga terkadang cenderung menyerahkan semuanya kepada netizen, yang bisa bersuara apa pun tanpa merasa harus memeriksa kebenaran atau kronologis suatu peristiwa dengan lengkap, supaya informasi yang diterima lebih utuh, logis, dan berguna bagi yang melihatnya.


Ah, semoga masalah ini bisa clear dan selesai dengan kekeluargaan, asalkan ada itikad baik dari semua pihak agar masalah selesai tanpa harus melalui sidang di pengadilan. Rasanya, kok nggak akan ada maskapai ingin ada penerbangan gagal, rusak mesin, atau mengalami kecelakaan apa pun karena dampaknya bisa mengerikan kalau sudah bicara kecelakaan pesawat.

Bagaimana menurut Anda, SEWORD-ers, soal pelaporan konten medsos ini? Kira-kira biasa saja, sudah tepat, atau malah terlihat berlebihan sih? Yuk kita ramaikan diskusi di kolom komentar.

Terbakarnya Mesin Pesawat dan Pelaporan oleh Lion Air, Sudah Tepat atau Berlebihan?

Sumber Utama : https://seword.com/umum/terbakarnya-mesin-pesawat-dan-pelaporan-oleh-lion-5DKksGCXLF

Jangan Ada Lagi Jendral Psikopat Seperti Ferdi Sambo

Pengakuan Ferdy Sambo di hadapan Samuel Hutabarat, ayah Joshua yang hadir sebagai saksi kasus pembunuhan anaknya, menyiratkan fakta bahwa mental seorang Jendral demikian labilnya sehingga dengan sedikit intimidasi dari sang istri dengan mudahnya percaya. Pertanyaan kita, bukankah usia biologisnya sudah cukup matang untuk menyadari setiap keputusannya sebagai orang dewasa? Article

Sejak merebaknya kasus pembunuhan Brigadir Joshua, banyak kalangan mengaku tak habis pikir, ada persoalan apa dengan kejiwaan Jendral Ferdy Sambo ini? Satu-satunya kesimpulan yang dapat dibuat tentang suasana kejiwaan Ferdy Sambo saat itu, dia memang cenderung berkarakter psikopat.

Kita cermati saja ketenangannya dalam upaya membuat skenario yang menyebabkan sekian banyak aparat polisi dipaksa terlibat. Para bawahannya kita yakini bukanlah tipe polisi yang baru kemarin sore, yang berarti mereka menerima tekanan amat kuat untuk masuk ke dalam perangkap obstruction of justice dan akhirnya kepercayaan kepada Polri menjadi taruhannya.

Satu pertanyaan yang barangkali tidak akan terjawab dalam waktu lama, jika memang Joshua dianggap tidak termaafkan, bukankah sebagai orang yang melek hukum, Sambo punya cara lebih elegan? Membawanya ke kasus pidana misalnya. Sementara ketika dia marah kepada seorang Alvin Lim, Sambo mampu membuat skenario untuk mengkriminalkan sang pengacara.

Poinnya, sejauh ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa Ferdy Sambo bukanlah seseorang yang seharusnya berstatus petinggi Polri, kualifikasinya barangkali tidak memenuhi syarat untuk menduduki posisi yang dia tempati. Dia hanyalah mimpi buruk untuk institusinya. Dan publik berharap cukupkan satu Sambo yang pernah ada, jangan sampai diduplikasi sehingga membuat rakyat tidak lagi memiliki keyakinan terhadap penegakan hukum.

Hal yang paling ideal untuk mencegah kasus seperti ini terulang, tentu harus melalui langkah paling mendasar. Bukan hanya terhadap organisasi Polri, namun juga pada lembaga negara yang lainnya juga. Pihak yang paling kompeten untuk mengambil langkah seperti itu adalah DPR berkolaborasi dengan Kemenkumham, atau mungkin bisa diakomodasi dengan melakukan mekanisme litsus yang diberlakukan bagi para penegak hukum, karena fenomena para penegak hukum yang terlibat mafia semakin muncul ke permukaan. Fenomena ini tentu merupakan masalah mendasar yang harus disolusikan oleh lintas lembaga negara.

Litsus sebagaimana disebut tadi, sejauh ini kita pernah mengenalnya di era Orde Baru, meskipun terbatas pada saat seleksi aparatur baik sipil maupun militer. Dan tampaknya proses yang sama dibutuhkan secara regular sesuai perkembangan peradaban.

Sumber Utama : https://seword.com/umum/jangan-ada-lagi-jendral-psikopat-seperti-ferdi-DiRdizkO2x

Menebak Nasib NasDem, Pemimpin Papan Bawah Klasemen Elektabilitas Survei Denny JA

Tak kalah dengan ketatnya persaingan di klasemen akhir Liga Champions Eropa, peta persaingan klasemen elektabilitas partai menuju Pemilu 2024 juga terasa semakin seru, terutama melihat kondisi di klasemen papan tengah dan papan bawah, dimana puncak klasemen masih diduduki oleh PDI Perjuangan, sang jawara pada dua Pemilu terakhir.

Hasil survei terbaru oleh LSI Denny JA, seperti dilansir laman CNN Indonesia memang masih menempatkan PDIP sebagai partai dengan elektabilitas tertinggi (20,9 persen), diikuti Golkar (14,5 persen), dan Gerindra (9,8 persen).

Kondisi di papan tengah (sayangnya) masih menempatkan PKS (8,3 persen), diikuti oleh PKB (5,9 persen), dan Demokrat (5,4 persen). Nama terakhir kalau tidak waspada bisa tergelincir karena hanya berjarak 1,4 persen dari syarat parliamentary threshold terendah yakni 4 persen.

Kalau lihat angka ini, kok bisa ya hasil.survei Litbang Kompas belum lama ini menyebut Demokrat menyalip Golkar di peringkat ke-3? Adakah semacam sulapan hasil survei di sini? Hahaha...!

Sekarang kita lihat posisi papan bawah klasemen, dimana NasDem masih memimpin dengan 3,9 persen atau kurang 0,1 persen dari syarat parliamentary threshold agar bisa meloloskan kadernya ke parlemen pusat. Sisanya, ada PPP (2,3 persen) dan PAN (2,1 persen) dari survei yang dilakukan sepanjang 11-20 September dengan melibatkan 1.200 responden itu

SMRC Nggak Jauh Beda

Sebelumnya, Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) juga merilis hasil survei, dengan posisi klasemen atas yang sama, ditempati PDIP, Gerindra, dan Golkar. Lantas, di papan tengah ada PKB, PKS, Demokrat, NasDem, PPP, dan PAN.

Hasil survei SMRC mungkin membuat Surya Paloh sedikit tersenyum, karena NasDem masih mendapat angka di kisaran 5 persen, tapi dengan jebloknya suara menurut LSI Denny JA membuat Bang Paloh kudu waspada, karena tren elektabilitas NasDem kabarmya turun secara konsisten, terlebih sejak Anies diusung sebagai bakal capres oleh NasDem.


Demokrat? Meski masih bisa bernapas sedikit lega, tapi dua tahun ke depan kalau tidak hati-hati bisa gagal lolos ke Senayan juga, karena tren perolehan suaranya tak lebih baik dari NasDem.

Hanya, PKS tampaknya masih memiliki sisa kekuatan buat bertahan di papan tengah, yang membuat PKS memiliki daya tawar yang sedikit lebih baik kalau mau menawarkan Aher kepada NasDem buat mendampingi Anies. Lha,, AHY nasibnya gimana dong? Tau ah gelap!

Terserah AHY mau gimana. Tapi mendingan nanti sudah keluar logistik banyak dan hanya kena prank sama NasDem yang bisa balik arah kapan pun dikehendaki Bang Paloh, mending nggak usah koalisi sekalian. Sekali-kali jadi oposan sejati sambil bermain drama selama 5 tahun sepertinya bagus juga, karena ada banyak kader potensial untuk menyuguhkan drama politik yang nggak kalah seru dibandingkan dengan sinetron di televisi.

Sumber Utama : https://seword.com/politik/menebak-nasib-nasdem-pemimpin-papan-bawah-RdNjRucgkQ

Breaking News! Menurut Hasil Survei, NasDem Jadi Partai Gurem Pasca Dukung Anies

Baru-baru ini lembaga survei LSI Denny JA merilis hasil surveinya. Dan hasilnya cukup mencengangkan yakni NasDem tidak masuk DPR di Pemilu 2024.

Diketahui, elektabilitas NasDem hanya 3,9 persen saja. Sedangkan untuk bisa masuk parlemen syarat perolehan suara partai minimal 4 persen.

Berdasarkan hasil survei itu juga PDIP masih berada di urutan pertama. Disusul oleh Golkar, Gerindra, PKS, PKB, dan Partai Demokrat. Di bawahnya baru NasDem.

Begitupun dengan hasil survei lembaga lain yakni Litbang Kompas, elektabilitas NasDem juga rendah yakni hanya 4,3 persen doang. Di bawah Perindo.

Hal ini senada dengan hasil survei yang dilakukan oleh Polmatrix bahwa elektabilitas NasDem tinggal 3,1 persen saja.

Justru menurut Polmatrix elektabilitas Partai Demokrat yang naik.

Pengen ketawa tapi takut tambah dewasa. Hehehe

Sampai-sampai buzzer partai itu marah-marah di Twitter karena tidak bisa menerima kenyataan bahwa NasDem bakal terdepak dari DPR tersebut.

"LSI Denny JA survey-nya di lokalisasi ya Bro? NasDem dengan manajemen melawan arusnya, yang pasti masuk 3 besar di Senayan tahun 2024. Karena rakyat sudah jenuh dan apatis dengan partai-partai yang selalu sendiko dawuh (menurut) dengan rezim saat ini Bro," ujar pemilik akun Twitter @MSyaifu05679244 dengan nada kesal.

"Bullshit! Ini yang saya sebutkan survei pembodohan publik dan destruktif framing. Tidak mengedukasi. You lupa ya partai mana kontributor petaka ekonomi karena inflasi hingga ketimpangan dan kemiskinan tinggi. Kok malah NasDem yang dibully?" tutur pemilik akun Twitter @AksanAksan20

"Preett, justru sekarang banyak yang mau gabung NasDem. Lembaga survei cuma bancakan untuk psywar. Wadah buat yang ngebet nyapres tapi minim prestasi," cuit pemilik akun Twitter @AlmaricJ dengan nada seperti tanpa bersalah.

Gak nyangka, ternyata pendukung NasDem galak juga di Medsos. Gak kalah sama buzzer si pirang Bahar bin Smith.

Hanya saja, kalau diperhatikan lebih jauh ada benarnya juga sih NasDem terancam gagal lolos ke senayan. Karena partai ini sekarang kan statusnya tidak jelas alias abu-abu.

Mau disebut pendukung Anies, 3 kadernya masih jadi menteri Jokowi. Mau disebut pendukung Jokowi tapi akrab dengan kelompok oposisi atau kelompok pengkritik Jokowi seperti PKS dan Partai Demokrat.

NasDem main dua kaki inilah yang bikin orang hilang respect sama partai tersebut.

Bahkan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto pernah beberapa kali mengusir partai ini dari koalisi pengusung pemerintah secara halus.

Kemudian, jangan lupa bahwa cukup banyak kader yang mundur dari NasDem karena tidak setuju partai itu mendukung Anies. Mulai dari, Niluh Djelantik yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Departemen Bidang UMKM Partai NasDem. Ada juga Anak Agung Ngurah Panji Astika, Fredrick Lumalente, Andreas Acui Simanjaya dan Agus Riyanto.

Lantas, apa yang menjadi alasan mereka enggan lagi bergabung sama partai yang terkenal dengan slogan 'Restorasi Indonesia' itu?

Ada beberapa alasan sih, tapi yang paling menonjol adalah mereka gak setuju partainya mengusung Capres yang suka memainkan politik identitas. Yang mana pada Pilgub DKI 2017 lalu, si Anies merangkul kelompok intoleran FPI dan HTI supaya terpilih jadi gubernur DKI.

Sekarang kelompok intoleran itu masih eksis dan berganti nama menjadi PA 212. Dan masyhurnya PA 212 ini tidak lepas dari peran Anies yang memberi mereka panggung di Monas.

Celakanya, yang dilakukan oleh kelompok Kadrun itu tidak ada manfaatnya sama sekali. Dikit-dikit demo, dikit-dikit minta sumbangan dan dikit-dikit ngomongnya lengserkan Jokowi.

Padahal jumlahnya hanya seuprit. Gak lebih banyak dari jumlah sel sperma. Hehehe

Mereka gak sadar kalau mantan Walikota Solo itu didukung oleh 85 juta lebih rakyat Indonesia.

Nah, karena sama-sama pendukung Anies maka ada kemungkinan bani Kadrun ini akan berkolaborasi dengan NasDem kedepannya. Bisa jadi juga nanti Novel Bamukmin akan semakin sering tampil di Metro TV sebagai narasumber dalam rangka menaikkan citra Anies dan menjelek-jelekkan Presiden Jokowi.

Ini juga yang bikin orang semakin gak suka sama NasDem.

Dan jangan salah-salah, yang memerebutkan suara Kadrun pendukung Anies itu ada banyak ferguso. Mulai dari PKS, Partai Demokrat, Partai Ummat, Partai Pelita yang didirikan oleh Din Syamsudin serta Partai Masyumi Reborn yang didirikan oleh Ketua Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Ahmad Yani.

Padahal jelas salah satu tujuan NasDem mendukung Anies supaya mendapatkan suara dari kelompok ini. Eh ternyata banyak juga partai yang memberebutkan suara mereka.

Apes betul Paloh. Gara-gara salah dukung Capres. Hehehe

Sebelum terlambat masih ada waktu untuk mengusung AHAY (Aher-AHY).

Breaking News! Menurut Hasil Survei, NasDem Jadi Partai Gurem Pasca Dukung Anies

Sumber Utama : https://seword.com/politik/breaking-news-menurut-hasil-survei-nasdem-jadi-wh7JvN1rUF

Perombakan Manajemen, Cara Heru Bersih-Bersih Warisan Anies di Pemprov DKI Jakarta??

Kabarnya, setelah merombak PT MRT, Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono masih belum akan berhenti melakukan perombakan di tubuh Pemprov DKI Jakarta, dengan sasaran selanjutnya adalah perombakan di jajaran direksi PT Transjakarta.

Heru pun sudah memanggil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo (SL) ke Balai Kota DKI Jakarta, pada Senin 31 Oktober 2022, lalu membahas soal maraknya kecelakaan bus Transjakarta belakangan ini, dimana SL perlu segera ketemu Direktur Utama Transjakarta Yana Aditya guna membahas soal itu.


Seru juga nih. Apalagi beredar di media sosial IG karangan juga berisi seruan hati dari para pegawai Jakpro, eks anak buah Anies, yang merasa tidak nyaman selama dipimpin Anies, tapi baru sekarang berani bersuara.

Mungkin karena takut dipecat, bisa karena takut gara-gara diintimidasi, atau penyebab lain yang cenderung negatif. Dipimpinnya Jakarta oleh sosok yang nggenah menjadi angin segar bagi mereka, sehingga berani speak up dan meminta pertolongan, mumpung ada orang baik memimpin Jakarta, nih, kenapa nggak dimanfaatkan?

Sebenarnya pergantian pemimpin yang berlanjut dengan perombakan manajemen dan mengganti anak buah yang nggak becus adalah hal yang biasa dalam suatu struktur perusahaan, lembaga, atau dalam urusan politik bisa berupa kelembagaan di bawah wewenang kepala daerah.

Buat yang diberhentikan tentu saja ada alasan yang menyertai, mulai dari yang logis, absurd, hingga yang tak masuk akal. Pemimpin yang buruk biasanya merombak jajaran di bawah wewenangnya karena faktor like and dislike yang bisa sangat subyektif seperti yang kerap terjadi jika pergantian pemimpin beraroma balas dendam.


Nah, apakah perombakan yang Heru lakukan ini juga terkontamikasi karena faktor subyektif, karena Heru notabene mungkin dianggap sebagai "orangnya Jokowi" yang diutus buat mengulik dan mengungkap bobroknya tata kelola pemerintahan DKI Jakarta di bawah ketiak Anies Baswedan?

Ya ... nggak bisa begitu juga arah kesimpulannya. Meski faktanya sejauh ini sejak Heru bekerja sebagai Pj Gubernur, semakin terlihat bahwa "si mantan" tidak becus kerja. Ini termasuk menempatkan orang-orang secara tidak tepat, karena diduga hanya berdasarkan balas budi, memuluskan niatan tertentu, atau supaya bisa aman dari intipan penegak hukum sekalipun terindikasi ada aturan yang dilanggar. Who knows?

Namun yang jelas, agaknya masih terlalu dini menyimpulkan bahwa tindakan Heru merombak struktural manajerial apa pun yang masih di bawah wewenangnya dilakukan berdasarkan profesionalisme, karena Heru diutus menggantikan peran Anies pastilah dengan target tertentu.

Kelak waktulah yang akan membuktikannya, termasuk memberi kesempatan bagi Heru buat mengungkap seandainya ada ketidakberesan selama Anies menjabat, termasuk hal-hal yang diduga berkaitan dengan dugaan pelanggaran hukum, semoga Pak Heru tanpa sungkan bisa segera mengungkap kepada publik, biar pada tahu dan semakin jelas segala sesuatunya.

Sumber Utama : https://seword.com/politik/perombakan-manajemen-cara-heru-bersih-bersih-J0Qz75HohI

Mengurai Benang Kusut Merah Antara Surya Tjandra Eks Wamen BPN, Monas dan Anies

Saya bersyukur Surya Tjandra dari wakil menteri badan pertanahan Nasional diganti. Dari awal sampai saat ini saya percaya PSI memang terkenal memiliki kader unggul.

Akan tetapi satu orang bernama Surya Tjandra ini menjadi sosok yang pada akhirnya kompromi dan berpindah haluan kepada Anies Baswedan yang punya masalah banyak banget di dalam kepemimpinannya.

Menurut saya, dukung Anies nggak papa sih karena hak orang untuk mendukung seseorang. Tapi, marilah kita menganalisis secara sistematis dan berdasarkan fakta-fakta yang ada. Kok bisa orang ini dukung Anies Baswedan? Mendadak loh.

Kita melihat Surya Tjandra ini adalah sosok yang dulunya dianggap sebagai perwakilan kaum difabel yang masuk ke dalam kursi kementerian.

Menjadi wakil menteri di bawah Sofyan Djalil. Keren! PSI berpengaruh! Saya mengagumi orang ini karena dibalik disabilitasnya dia cerdas dan memiliki gagasan yang cukup realistis untuk diimplementasikan. Apalagi melihat dia berlatar belakang politisi PSI.

Saya menaruh harapan kepada orang ini saat dia dilantik oleh presiden Joko Widodo menjadi wakil menteri ATR/BPN. Tapi waktu berjalan membuktikan bahwa dia ternyata memiliki ketidakmampuan untuk menyelesaikan sengketa-sengketa tanah yang ada di Indonesia.

Mafia mafia tanah muncul terus-menerus dan justru mereka seringkali ada di atas angin. Kebanyakan orang-orang yang bermasalah dengan pertanahan menang. Lihat saja Rocky Gerung yang tanahnya sempat di sengketa.

Dia menang padahal secara legal dia tidak berhak atas membangun rumah di atas tanah tersebut. Dan Surya Tjandra gagal memenangkan hak orang yang seharusnya memiliki tanah tersebut.

Sampai sekarang Rocky Gerung masih santai-santai hina Presiden Joko Widodo dan membunuh karakternya, di atas tanah sengketa tersebut yang seharusnya bukan miliknya.

Lihat saja kinerja dari kementerian ATR BPN terdahulu sebelum diganti oleh bapak Jenderal Purnawirawan Hadi Tjahjanto yang merupakan mantan panglima TNI kita.

Kementerian BPN, justru menjadi tidak berguna dan terkesan selalu kalah. Jadi ketika Surya Tjandra ini mendukung Anies Baswedan saya paham bahwa orang ini kelihatannya ada masalah juga.

Saya menduga ada kerjasama antara Anies Baswedan dan Surya Tjandra. Khususnya dalam pembebasan lahan untuk Formula E di Monas.

Bingung banget kenapa pohon mahoni yang sudah puluhan bahkan ratusan tahun ditebang begitu saja untuk ajang balapan yang ternyata pindah ke Ancol dengan tuyulnya yang melancarkannya.

Lucu ya kalau kita lihat bersama-sama tentu ada ketertarikan dan keterkaitan antara orang bermasalah dengan orang bermasalah lainnya. Semoga saja artikel ini bisa membukakan mata kita bersama-sama bahwa orang di dalam gerombolan itu tidak pernah bisa berbeda pandangan.

Pasti gerombolan itu punya satu visi besar yang sama. Ya kira-kira sama-sama orang bermasalah begitu loh. Kata kuncinya adalah Formula E, penebangan pohon di Monas dan dari mana pembebasan lahan itu bisa terjadi.

Nggak mungkin kan Monas itu milik DKI Jakarta? Padahal kan kawasan Monas ini diatur dan dikelola oleh pemerintah pusat yang memiliki wewenang tertinggi terhadap objek vital negara. Pemda DKI hanya merawat, bukan merusak. Hmmm… Makin kelihatan kan ada masalah di dalam?

Mengurai Benang Kusut Merah Antara Surya Tjandra Eks Wamen BPN, Monas dan Anies

Sumber Utama : https://seword.com/politik/mengurai-benang-kusut-merah-antara-surya-tjandra-iPsXrCr2kt

Makin Aneh, Surya Paloh Sebut Anies Punya Jam Terbang Tinggi

Beberapa waktu lalu Surya Paloh mengatakan, Anies Baswedan memiliki jam terbang tinggi sebagai bakal calon presiden. Oleh karena itu, menurutnya, sangat pas jika Nasdem memilih Anies sebagai capres yang diusung untuk maju di pilpres 2024.

"Ya (Pak Anies) memiliki jam terbang yang tinggi lah di mata Nasdem. Kan ada subjektifitas, ada objektivitas. Dua perpaduan ini kan terjadi hukum relativitas," kata Surya Paloh.

Ini yang akan jadi topik bahasan saya kali ini.

Jam terbang apa yang dimaksud?

Nasdem makin lama makin tak jelas omongannya. Anies punya jam terbang tinggi, tapi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan di pilpres.

Anies punya jam terbang tinggi dalam hal kelebihan bayar. Berulang kali kelebihan bayar ini terjadi, bukan satu dua kali. Tapi banyak dengan total mencapai ratusan miliar.

Inilah yang jadi standar bahwa Anies layak diusung sebagai capres?

Anies juga punya jam terbang tinggi menata kata dan menjual janji palsu. Kalau ini, bukan lagi jam terbangnya yang tinggi, tapi sudah level juara dunia. Memberikan janji muluk demi ambisi politik, dan setelah tercapai ambisinya, janji tersebut seolah terlupakan. Liciknya, biar terlihat sudah menunaikan janji, targetnya diturunkan habis-habisan. Lalu dia bilang janji politik sudah lunas atau hampir tuntas. Kemampuan seperti ini tidak sembarang bisa dikuasai orang. Hanya orang terlatih dan jam terbang tinggi yang bisa melakukan itu.

Inikah yang ingin dihadiahkan kepada rakyat Indonesia? Sori, saya tidak mau.

Anies juga punya jam terbang tinggi berkelit dan mengelak dari kritikan yang dialamatkan kepadanya. Ada isu jelek, Anies lihai mencari tempat persembunyian sementara. Dia juga punya jam terbang tinggi dalam hal negosiasi dengan pihak lain agar jadi tameng. Coba pikir, kenapa dulu wakilnya yang sering tampil di depan publik klarifikasi berbagai masalah yang muncul?

Inikah yang menjadi tolak ukur Nasdem sehingga tertarik mengusung Anies?

Jam terbang tinggi, tapi saat rapat paripurna malah tidak berani hadir. Kalau tidak salah, laporan pertanggungjawaban keuangan juga tidak hadir. Diminta transparan soal keuangan juga ogah-ogahan. Mau diinterpelasi malah panik dan ajak makan malam.

Inikah jam terbang tinggi yang mau dijadikan alasan untuk mengusung Anies? Wah, ini namanya salah kaprah akibat nafsu politik terlalu tinggi.

Urusan gonta-ganti nama jalan juga termasuk keahlian Anies. Jam terbangnya cukup tinggi.

Yang begini tidak cocok jadi pemimpin satu negara. Jam terbang tinggi tapi terbangnya salah arah.

Nasdem sebaiknya jangan bodohi masyarakat dengan pernyataan-pernyataan yang tidak masuk akal. Cukup Jakarta saja yang jadi korban. Jangan karena ambisi politik, kepingin menang pilpres dan berkuasa, lantas satu negara juga jadi korban.

Anies ibarat punya banyak uang, tapi cuma koin sehingga terlihat sangat berat. Nilainya kecil. Begitulah prestasi Anies, terlihat banyak, tapi sebenarnya receh dan bernilai kecil. Tak ada prestasi besar yang bisa dibanggakan. Datanglah Nasdem, dengan gampangnya bilang Anies punya jam terbang tinggi. Dipikirnya semua orang bisa percaya dengan statement seperti ini.

Sudah disindir Jokowi agar jangan sembrono memilih capres, Nasdem masih saja belum sadar dan merasa itu bukan ditujukan untuk Nasdem. Sembrono mengusung Anies. Dulu Zulfan Lindan juga sembrono mengeluarkan statement membabi buta hingga dinonaktifkan. Sindir Jokowi bahkan menyebut Anies adalah antitesis Jokowi. Sekarang pun Nasdem masih bikin statement sembrono dengan cara-cara yang tidak jauh beda.

Kalau tidak sembrono, kenapa Nasdem buru-buru mengusung Anies? Dari sini saja sudah ketahuan Nasdem sembrono mengusung seseorang meskipun pilpres masih lumayan lama. Pendaftaran capres masih ada waktu setahun. Partai lain masih santai saja. Nasdem yang seolah sudah ketinggalan kereta padahal keretanya masih belum berangkat.

Anies sudah dicap sebagai sosok yang didukung kelompok intoleran. Cap ini sudah melekat dan sulit untuk dibersihkan sampai tanpa noda. Kalau Nasdem mengusung Anies, sama saja secara tidak langsung ikut bergabung. Kelompok ini pasti mendukung Anies. Gerakan politisasi agama dan politik identitas akan kembali dihidupkan. Di mana ada Anies, biasanya dilakukan situ akan ada cara-cara licik pendukungnya untuk mendukung Anies.

Bagaimana menurut Anda?

Makin Aneh, Surya Paloh Sebut Anies Punya Jam Terbang Tinggi

Sumber Utama : https://seword.com/politik/makin-aneh-surya-paloh-sebut-anies-punya-jam-rydorCar17

Ngakak, Riyadh Sudah Rayakan Halloween, Di Jakarta Akan Ada Reuni 411

Perayaan Halloween digelar di berbagai kota di dunia. Tapi di media di negara kita, ada dua perayaan yang disorot masif. Yang pertama adalah perayaan di Seoul, Korea Selatan karena terjadi tragedi mencekam di mana 154 orang meninggal dunia, termasuk 19 WNA dan puluhan lainnya terluka. Satu artis Korea ikut jadi korban, dan kabarnya 2 WNI terluka tapi selamat.

Ini adalah tragedi memilukan setelah awal bulan Indonesia berduka akibat tragedi Kanjuruhan. Para korban tewas karena terhimpit oleh lautan manusia di jalanan sempit di kawasan Itaewon. Kebanyakan dari mereka sesak napas karena terjepit, hingga henti jantung dan sebagian besar adalah anak-anak muda.

Selain perayaan Halloween di Seoul, juga ada perayaan di Riyadh, Arab Saudi.

Nah, ini adalah sebuah terobosan besar bagi Arab Saudi yang dulunya melarang acara ini. Arab Saudi menyelenggarakan festival Halloween bertajuk "Scary Weekend" yang berlangsung pada Kamis dan Jumat pekan lalu di Boulevard Riyadh. Orang-orang menyambut dan merayakan dengan antusias.

"Scary Weekend" adalah acara bertema kostum kedua yang diadakan di Riyadh. Yang pertama adalah topeng berlangsung di Riyadh Boulevard pada 17 dan 18 Maret 2022 dan sekaligus menjadi pesta kostum terbesar di Arab Saudi.

Memang, Sejak Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) diangkat sebagai Putra Mahkota Arab Saudi, negara tersebut terus bergerak menuju ke arah lebih moderat.

Ada banyak kebijakan dan perubahan besar-besaran, misalnya melonggarkan beberapa larangan bagi kaum perempuan, mengizinkan konser, bioskop, event olahraga, wanita dan laki-laki boleh bersama dalam kerumunan, melegalkan penjualan alkohol dan bikini di tempat-tempat tertentu.

Ini adalah bagian dari kebijakan strategis Arab Saudi sesuai visi 2030 untuk menjadikan Arab Saudi sebagai negara maju, dan juga mendiversifikasi perekonomian negara agar tidak bergantung pada minyak saja. Di masa depan, minyak tidak lagi menjadi primadona. Cadangan minyak juga semakin menipis. Jika tidak segera membangun pondasi ekonomi di sektor lain, Arab Saudi akan menemui kiamat ekonomi saat minyak habis.

Salah tanda jelas yang ingin difokuskan Arab Saudi adalah sektor wisata. Ada kemungkinan, Arab Saudi kepincut dengan keberhasilan Dubai menjadi kota pariwisata berkelas dunia yang berhasil menarik belasan juta turis asing setiap tahunnya. Dubai saat ini menjelma menjadi kota modern, high class, mewah, megah dan menjadi incaran para miliader dunia.

Karena itu, Arab Saudi harus sedikit melunak, agar dapat menarik investor dan wisatawan asing ke Arab Saudi.

Sudah cukup dengan penjelasan di atas. Intinya Arab Saudi makin ke sini makin moderat. Mereka tidak ada pilihan, tetap keras dan konservatif atau kesusahan di kemudian hari saat cadangan minyak habis.

Omong-omong tentang Halloween, Jakarta kabarnya bakal ada perayaan besar lho.

Mau tahu? Ini juga fenomenal, hahaha.

Namanya perayaan reuni 411. Hahaha.

Temanya masih seperti yang dulu-dulu, yaitu turunkan Jokowi. Apa pun menu nasi bungkusnya, endingnya tetap sama yaitu teriak turunkan Jokowi. Naikkan Rizieq jadi presiden, gitu? Otak mana otak?

Negara lain sudah mengarah menjadi lebih baik. Di sini ada sekumpulan manusia tak berguna, yang tidak membangun negeri ini tapi sering membuat keributan atas nama agama. Dengan jijiknya, mereka merasa paling suci, surga ada di bawah telapak kaki mereka. Tapi kerjanya hanya membuat keributan, mengganggu pemerintah dengan isu-isu tak jelas.

Coba tanya ke mereka, kenapa tidak pernah bikin aksi besar-besaran demo ACT yang diduga selewengkan dana umat?

Karena isu-isu seperti tidak bermuatan politis, sehingga tidak ada bohir yang mau sponsori nasi bungkus, sehingga tidak ada demo. Paham, kan?

Ada baiknya, tangkap saja koordinator dan petingginya. Tangkap sebelum aksi digelar. Sampai kapan pun, aksi ini tidak ada manfaatnya, hanya bermuatan politis. Yang ada malah bikin takut dan malu di dunia internasional, karena ada sekumpulan orang-orang dungu di negeri ini yang tak ada kerjaan, lalu bikin ulah mengganggu pemerintah.

Harusnya kita malu. Negara lain gelar perayaan Halloween di mana warga berpenampilan menakutkan mirip karakter horor terkenal. Sedangkan di sini, reuni 411 juga menampilkan wajah-wajah penuh kengerian, yang di otaknya sudah tertanam kebencian akut terhadap pemerintah, yang doyan khilafah.

Bagaimana menurut Anda?

Ngakak, Riyadh Sudah Rayakan Halloween, Di Jakarta Akan Ada Reuni 411

Sumber Utama : https://seword.com/politik/ngakak-riyadh-sudah-rayakan-halloween-di-jakarta-hTaC04kdPT

Koalisi Egosentris Anies Baswedan

Nasdem mendeklarasikan Anies menjadi Capres, meskipun kesepakatan koalisi belum terbentuk, visi dan misi belum ada. Itu semua karena memang kebiasaan Nasdem memburu orang-orang yang memiliki elektabilitas lumayan, harapannya tentu membawa dampak bagi Nasdem. Tak hanya di tingkat nasional, di tingkat daerah pun Nasdem kerap mencomot orang tanpa proses kaderisasi yang jelas.

Lalu Demokrat, dari pilpres yang lalu kerap mentok karena memaksakan menaikan nama AHY. Saat ini, Demokrat memiliki nilai tawar karena suara Nasdem dan PKS tidak akan cukup mengusung calonnya di pilpres 2024 kalau tanpa keikut sertaan Demokrat.

Masalahnya, PKS pun bersikukuh untuk mengusung kadernya untuk menjadi cawapres Anies. Ini pun yang menjadi rumit dalam koalisi Anies yang hendak dijagokan menjadi capres di pilpres 2024.

Koalisi Anies sudah seperti koalisi ego sentris. Dan ini merupakan jalan terjal pertama bagi Anies untuk sekedar dapet tiket nyapres pun sulit.Meskipun dana oligarki mugkin sudah turun untuk memulai pergerakan sana-sini.

Di sisi lain, pak Prabowo bersikukuh untuk menjadi capres. Dan melihat suara Gerindra yang cukup besar. Maka, secara hitung-hitungan politik, semestinya pak Prabowo tidak sudi untuk menggandeng pak Anies. Apalagi Anies maunya jadi capres.

Pak Prabowo hanya perlu menjegal Anies tidak bisa nyapres. Maka ia akan diuntungkan, dimana saat ini beliau berada di kawasan abu-abu. Potensi menangnya cukup besar. Tidak ke kiri dan tidak ke kanan.

Lawan pak Prabowo itu bukan pak Ganjar yang memiliki elektabilitas tinggi, tetapi pak Anies Baswedan. Jika pak Anies bisa nyapres, maka peluang pak Prabowo untuk menang berkurang.

Pak Prabowo dan pak Anies, itu sudah sama saja seperti pak Ganjar dan mbak Puan. Jadi salah satu harus mengalah. Jika tidak, maka kekuatannya akan berkurang karena terbagi. Keculai pak Prabowo mampu menggandeng tokoh dengan potensi elektoral kuat di akar rumput kelompok tertentu seperti NU atau Muhamadyah.

Ceruk pemilih Anies Baswedan susah untuk dimodifikasi. Berbeda dengan Prabowo. Jadi kalau sampai pak Prabowo benar-benar mundur dari pencapres di tahun 2024, itu justru lucu.

Yang menarik adalah PDI P yang bilang mau ngurusi capres kalau udah perekonomian membaik. Dan itu merupakan keputusan yang bijak menurut saya. Sebab, kunci kekuatannya ada di kepuasan masyarakat terhadap pemerintah. Ditambah, PDI P adalah satu-satunya partai yang sendirian pun bisa mengusung calonnya sendiri. Udah ah, itu aja. Cak Anton.

Koalisi Egosentris Anies Baswedan

Sumber Utama : https://seword.com/politik/koalisi-egosentris-anies-baswedan-Nym724O2Lx

Orang Golkar Pro Anies Ke-GR-an, Kata SMRC Pemilih Ganjarlah yang Sekolahnya Lebih Tinggi

Saiful Mujani Research & Consulting atau SMRC merilis hasil survei 2021-2022, Kamis, (27/10/2022) mengenai latar belakang pemilih bakal calon Presiden 2024. Tiga nama calon kuat presiden yang masuk survei adalah Ketum Gerindra Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan mantan Mendikbud Anies Baswedan.

Pemilih Prabowo Subianto didominasi oleh SMP ke bawah yaitu 36 persen dan SMA ke atas 28 persen. Sementara pemilih Ganjar di tingkat SMP ke bawah 26 persen dan SMA ke atas 31 persen.

Khusus Anies Baswedan, tingkat pemilihnya 20 persen dari yang berpendidikan SLTP ke bawah, sementara yang SLTA ke atas 27 persen.

""

Nah, rupanya ada yang ke-geer-an. Merasa besar kepala.

Adalah politikus Partai Golkar, Andi Sinulingga, yang memuji tingkat elektabilitas Anies dikalangan para cendekiawan. Berdasarka survei SMRC itu, menurutnya orang berpendidikan pasti dapat membedakan mana kandidat yang terbaik untuk negara.

“Orang berpendidikan itu tahu mana emas dan mana loyang, mana bungkus dan mana isi,” ujar Aktivis Kolaborasi Warga Jakarta ini, Jumat, (28/10/2022).

Hmm .. GR yang tidak ketulungan. Sedikit plintiran dan tidak lengkap membaca hasil survei, membuatnya seakan membabi-buta dalam menunjukkan dukungannya terhadap mantan Mendikbud itu.

Ya sudah jelas, pemilih yang berpendidikan SLTA ke atas persentasenya lebih besar yang Ganjar punya. Masa iya Andi Sinulingga itu tidak bisa membedakan angka mana yang lebih besar, 31 atau 27? Rasanya tidak perlu pendidikan tinggi untuk bisa mengerti bahwa angka 31 persen angka milik Ganjar lebih tinggi dari pada 27 persen milik Anies.

Sementara lembaga survei yang sama juga telah merilis bahwa elektabilitas Ganjar sebesar 32,1 persen, diikuti Prabowo Subianto 27,5 persen, dan Anies Baswedan 26 persen. Jadi sudah jelas bahwa jumlah pemilih Anies yang tingkat pendidikannya tinggi lebih kecil bila dibandingkan dengan mereka para pemilih Ganjar.

**

Tapi ya wajarkan saja bila narasi begituan itu muncul dari pendukung Anies Baswedan. Bukankah mereka memang gemar pelintar-pelintir, bermain semi hoax, dan tidak berusaha menyajikan fakta yang sebenarnya?

Menuju 2024 nampaknya model pernyataan ala Andi Sinulingga itu akan banyak bermunculan. Terutama demi menjaga asa Anies Baswedan yang semakin ke sini semakin tidak berdaya, baik dari peningkatan elektabilitas pribadinya maupun kemampuan untuk menjadi perekat bagi terbentuknya koalisi. Karena sejauh ini komunikasi antara PKS, Demokrat, dan NasDem seakan menemui jalan buntu. Optimismenya hanya sebatas di pernyataan saja. Belum ke aksi nyata.

Sumber Utama : https://seword.com/politik/orang-golkar-pro-anies-ke-gr-an-kata-smrc-pemilih-Fht2PBE0b6

Klik juga Kerajaan Arab Saudi Wahabi Salafi : Maulid Nabi "DiLarang", Halloween "DiPerbolehkan" ??? 

Klik Memilih Pemimpin itu seperti ANIES ???!!!

Klik KEBOHONGAN atau Fakta

Juga Klik "Mengharap Jadi Presiden" atau Menjadi "Pemimpin Oligarki para Mafia" ???!!!

Klik Cukup "Jualan Agama", maka "Gampang Bodohi" masyarakat, Masa Sih ??!! 

KLIK FAKTA atau HOAX kasus CHAT MESUM Habib Riziek dan Firza !!!!! 

Klik juga PETUNJUK !!! Jokowi penentu 2024

Klik Resesi Dunia : Berita Luar Negeri

Juga Klik Indonesia Memanggil !!! ... Tapi bukan jadi tahanan KPK ???

Klik juga di "PERANG BINTANG" 

Juga Klik Banua Banjar Terkini !!!

Klik 2024 pertarungan Ideologi PANCASILA vs Ideologi Khilafah versi ormas terlarang !!!!! 

Juga klik Sukseskan MTQ ke-29 , 10-19 Oktober 2022 di KalSel

Klik BLUNDER atau apa ?

Klik juga MAHSA AMINI & Politik Identitas di Indonesia .... !!!  

Klik Ganjar "MELAWAN" Anies ???!!!???

Klik Peran "Mantan kader GOLKAR" tentukan Anies jadi CAPRES

Kaitan dengan mantan kader golkar klik disini

Klik juga "Pander Wara" (Ngomong Doang), gugat ibukota ke Banjarbaru, malah Gugatan dicabut duluan ??!!??

Bukti UAS selalu di Undang di birokrasi KalSel :

- https://apahabar.com/2020/03/tablig-akbar-di-hari-jadi-banjarbaru-pemkot-undang-uas-dan-guru-zuhdi/

- https://apahabar.com/2022/09/uas-ke-banjarmasin-harapan-harjad-ke-496/ 

- https://kalsel.antaranews.com/berita/323021/jamaah-padati-dakwah-subuh-uas-di-masjid-agung-al-anwar-marabahan

- https://www.beritapembaruan.id/2021/11/tiga-tahun-penantian-akhirnya-dai.html 

- Video Ustadz Abdul Somad Anti NKRI & Dukung Khilafah, Pengurus HTI Riau

- Ustadz Abdul Somad hina salib kristen

Klik Politik Lagi ???!!! 

Juga klik MUSUH Republik Islam Iran & Republik Indonesia "Sama", yaitu "HOAX"

Klik Fokus untuk Daerah Sendiri, karena daerah menjadi Baik dan Benar maka Negarapun menjadi BENAR 

KLIK juga Belum 2024 "Sudah Panas", Rakyat Indonesia wajib "MIKIR"

Klik Memahami "Masalah" di KalSel

Juga Klik Turun Gunung atau ???

Klik BJORKA dianggap "PAHLAWAN" atau "PENJAHAT" ..???!!!

Klik juga Koq Tarif PDAM BISA NAIK ??? padahal dari 52 Kelurahan, cuma 8 Kelurahan yang SETUJU itupun "Bersyarat"

Klik 12 September 2022 DEMO bawa-bawa nama Rakyat ???!!!

Juga Klik DEMO bela Rakyat atau BELA para MAFIA ???!!!

Klik juga Indonesia kembali "BERJAYA", masa Jokowi lagi ??

Klik Tuntutan RAKYAT ??? atau Tuntutan yang ditunggangi para MAFIA !!!!!

Juga Klik Pengertian Istilah Baby boomers, X, Y, Z, dan Alpha

Klik juga BERSYUKUR kepada TUHAN SANG MAHA SEGALANYA, Emang yang DEMO sudah BERSYUKUR ???!!!

Klik PAHAMI baru EKSEKUSI !!!!!

Klik juga KACAU atau Apa ??!!

Klik Sayap-Sayap Patah pro DENSUS 88 atau Anda Bela Teroris berbaju Agama !!?? 

Klik Mahasiswa DEMO terus ??!!! Memang punya SOLUSI?? atau Malah bikin rakyat tambah sengsara !!!!!

KLIK Ustadz Abdul Somad sang "Ustadz Kontroversial" kembali diundang Kepala Daerah di KalSel WARNING!! Politik Identitas Bermain, Benarkah??!! 

KLIK juga KalSel dalam Berita

Juga KLIK Kadrun itu Susah "Move On", Joget pun "SALAH" 

Klik ISTANA NEGARA 17an "Ojo dibandingke" VIRAL 

Klik Jangan BACA !!! 

KLIK di Amien Rais bilang "Gangguan Kejiwaan", ternyata Anaknya "Gangguan Jiwa", benarkah ??!!

Juga Klik Citayam Fashion Weeks : Koperasi 212 "penampung" Dana ACT..!!! Benar kah ini ???!!! Pendukung Anies & JIS gimana??

Klik Kenapa Pilih Ganjar ?!!!?

Klik Masih tentang ACT dan PKS, MANULIFE hingga BUMN serta Dana CSR

Klik juga ACT & PKS, Ustadz Bechi dan Gubernur Rasa Presiden !!!

Klik juga Mahasiswa "Bela Rakyat" atau "Bela Cukong yang membacking Mahasiswa" ..??!!!

Klik ACT (Aksi Cepat Tanggap) "TERBONGKAR" , VIRAL #JanganPercayaACT 

Klik juga VIRAL : Gabung PKS "HARAM" bagi GP Ansor !!!

Klik Super Hero Indonesia "Damaikan Dunia" !!!

Klik LITERASI , apa sih artinya ?? 

Klik Indonesia & Ukraina : Pertemuan tete-a-tete atau empat mata  

Silahkan klik Warga KalSel di "Waluhi OLIGARKI Daerah" atau Oligarki Pusat ?!!!

Klik Jejak Anies dan Intoleransi yang BERBAHAYA untuk Indonesia

Klik juga : Dunia HEBOH ... !!!

Silahkan klik Benturkan Agama !!! buat Cebong dan Kampret Berkelahi dan KADRUN Berjaya !!!

Klik RIBUT

klik juga "VIRAL" Film Lady Of Heaven dan VERSI LONDON (Syi'ah London, Sunni AS, HTI London Dll)

KELEBIHAN Bayar ?? VS Korupsi ... !!! 

Klik juga Saatnya Pakai Akal SEHAT, Bukan Pake Kata DUNGU !!!!!! 

Klik juga 2024 saatnya seluruh warga Banua Banjar KalSel turun memberikan suara !!!

Klik juga Politisisasi Agama menghasilkan HOAX yang Terpercaya !!! 

Warga Banua Banjar 2024 pengen yang Baru di parlemen KalSel !!!!

Dosen UNISKA yang terkesan Bela Edy Mulyadi dkk "Hina Kalimantan" bukan mewakili Anak Kalimantan dan DAYAK !!! 

Foto-foto BEM SI (Badan Executive Mahasiswa Seluruh Indonesia) dan simpatisannya ??!!??

DAYAK VIRAL : #MaafBolehSajaProsesHukumTetapBerjalan !!!!! 

Benang Merah DEMO di KalSel !!!

Silahkan klik ini juga : "Operasi Doktrin Terorisme ukhti FPI" : Muhammad Uhaib As’ad Ketua KAMI Kal-Sel sebut Rezim Sekarang "Tidak Berbeda" dengan Rezim ORBA ?!!!

Sebagai pelengkap klik ini juga ya : Fraksi PKS & Demokrat "Jangan Buang Badan" - DEMO : Muhammad Uhaib As’ad , Ahdiat Zairullah hingga Rocky Gerung

Info tambahan Klik juga Ade Armando Doa Kebaikan Untukmu : Cuci Otak "Anak Muda" akhirnya apapun SALAH tanpa AKHLAK

yang ini klik Saatnya PERCAYA TUHAN dan Jokowi !!! Demo 11 April 2022, MAHASISWA atau MAHASEWA ??!!! 

klik juga ini Demo 11 APRIL : Ustadz Ormas Terlarang HTI di "SANJUNG" di KalSel, ini buktinya !!! Benarkah kader Ormas Terlarang HTI !!!

klik ini Yang Batu Siapa ? Yang Tangan Siapa ? Apakah ormas Terlarang HTI dan FPI masih menggurita & "Mencuci otak" warga KalSel 

klik juga ini #JanganMaudiWALUHi

juga ini  Foto-foto BEM SI (Badan Executive Mahasiswa Seluruh Indonesia) dan simpatisannya ??!!??

yang ini juga klik #JokowiSelaluSALAH 

Jangan lupa klik ini juga  Mengenal Wakil Rakyat KALSEL dan Kota Banjarmasin 2019-2024

serta klik ini 2024 : Saatnya Partai baru SUKSES di KalSel hingga Indonesia !!!

klik juga Kalau PKS (Partai Keadilan Sejahtera) "Tumbang" dalam PEMILU 2019 akankah GARBI menjadi "Penggantinya" ??!!  

https://news.detik.com/berita/d-6028229/jenguk-ke-rs-grace-natalie-ungkap-kondisi-terkini-ade-armando

https://gusdurian.net/pernyataan-sikap-jaringan-gusdurian-mengutuk-segala-bentuk-kekerasan/

https://banjarmasin.tribunnews.com/2021/03/27/la-nyalla-mattalitti-dinilai-habib-banua-layak-jadi-presiden-ini-pertimbangannya  

Klik juga videonya dilink dibawah ini :

BONGKAR OTAK DALANG AKSI 11 APRIL

Di bantu share agar masyarakat tidak ikut ikutan🙏🙏 Salam Indonesia Damai

Re-post by MigoBerita / Rabu/02112022/11.55Wita/Bjm

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya