PENASARAN !!!

Penulis By on Minggu, 29 Mei 2022 | No comments


Migo Berita - Banjarmasin -
PENASARAN !!!

7 Sponsor Lokal Formula Dirilis, Kok Nggak Ada Nama Perusahaan Hiburan?

Nama-nama perusahaan lokal selaku sponsor ajang balap Formula E sudah dirilis. Pihak panitia mengumumkan daftar sponsor lokal balapan mobil listrik ini.

Ketua Pelaksana Formula E Jakarta Ahmad Sahroni dalam keterangannya, Sabtu (28/5), mengumumkan sponsor-sponsor lokal tersebut terdiri atas bank hingga hotel.

Dia menyebutkan ada tujuh nama yang menjadi sponsor Formula E yang akan digelar pada Sabtu (4/6) nanti di Ancol, Jakarta Utara (Jakut). Berikut daftar sponsor tersebut:

  1. Eraphone
  2. Bank Arta Graha Internasional
  3. Hotel Discovery
  4. Gulavit
  5. Electronic City
  6. Paprika
  7. MS Glow for Men

Selain sponsor-sponsor lokal, Formula E mempunyai sponsor global. Mereka terdiri atas merek jam tangan mewah hingga maskapai penerbangan.

Ada empat kategori sponsor untuk Formula E Jakarta, yakni sponsor utama, sponsor global, sponsor teknis, dan partner. Sponsor terdiri atas sejumlah perusahaan, di antaranya ABB, Julius Bar, Michelin, perusahaan bir Heineken, perusahaan anggur Moët & Chandon, perusahaan jam tangan TAG Heuher, serta perusahaan penyedia jasa kurir DHL.

Perusahaan lainnya adalah BOSS, Antofagasta PLC, Enel X Way, Copper.co, Bosch, Allianz, serta perusahaan maskapai penerbangan Saudia.

Mari kita bedah satu persatu nama-nama perusahaan lokal diatas.

Eraphone, adalah online retail smartphone, gadget, IOT dan aksesoris pendukungnya di Indonesia yang memberikan pengalaman belanja online aman dan nyaman dengan jaminan orisinalitas serta garansi resmi untuk semua produk yang dijual dari berbagai merek ternama seperti Apple, Samsung, Xiaomi, Huawei, Oppo, Vivo, Nokia, Asus, Realme, Honor, Smartfren, DJI, GoPro, Garmin, JBL dan masih banyak lagi.

Bank Artha Graha Internasional adalah perusahaan swasta yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak di bidang jasa keuangan perbankan. Bank ini berbasis di Jakarta. Didirikan pada tahun 1973.

 

Hotel Discovey, adalah hotel bintang 4 yang terletak di Taman Impian Jaya Ancol. Ketawa dulu sebentar, hahaha.

Gulavit, adalah merk gula kristal putih kemasan 1kg yang diproduksi oleh PT. Pesona Inti Rasa.

Electronic City, merupakan salah satu perusahaan ritel produk elektronik modern di Indonesia. Berdiri sejak tahun 2001 dan membuka toko standalone sekaligus toko pertama (flagship store) di Sudirman Central Business District (SCBD) Jakarta.

Paprika, adalah merupakan merk sebuah tas branded yang harga jualnya mencapai jutaan rupiah di berbagai e-commerce.

MS Glow for Men, adalah perusahaan kosmetik milik crazy rich Malang, sang Juragan99 Gilang Widya Pramana dan istrinya Shandy Purnamasari.

Lalu kemana nama perusahaan hiburan yang konon memberikan sponsor sebesar Rp. 100 miliar?

Sebelumnya, Ketua Komite Penyelenggara Formula E Jakarta Ahmad Sahroni mengatakan pihaknya mendapatkan sponsor senilai Rp 100 miliar dari salah satu grup perusahaan hiburan dalam negeri.

"Ada satu grup entertainment memberikan Rp100 miliar. Nanti saya beri tahu namanya, itu dari dalam negeri," kata Sahroni di Jakarta International Velodrome (JIV), Kamis (26/5) dikutip dari megapolitan.kompas.com.

Kendati demikian, politisi Partai Nasdem itu belum membeberkan nama perusahaan hiburan yang menyuntikkan dana untuk perhelatan ajang balap mobil listrik itu pada 4 Juni 2022.

Namun, anggota DPR itu menambahkan bahwa salah satu sponsor itu adalah perusahaan hiburan yang dibentuk konsorsium.

"Kami dengan para sponsor yang tadi salah satunya adalah konsorsium entertainment company," katanya.

Tak hanya dari perusahaan hiburan, Sahroni menyebutkan, Formula E Jakarta juga mendapat dukungan sponsor dari salah satu perusahaan kosmetik senilai Rp 5 miliar.

Lha ini gimana ceritanya maszeh? Duit 100 miliar kan duit gede, masa iya yang nyumbang segede itu namanya nggak diumumkan? Padahal perusahaan kosmetik yang nyumbang 5 miliar aja ada dirilis resminya, yakni MS Glow for Men.

Atau jangan-jangan ada dugaan ini cuma PHP saja, biar tampak seolah-olah banyak sponsornya. Eh bukan sponsor sih, sumbangan sukarela dari hamba Allah yang namanya nggak mau disebut karena takut riya'. Padahal sudah ngasih dana yang cukup fantastis, hahaha.

Tapi bagaimanapun, banyak pihak tetap berharap balapan ini tetap berjalan lancar hingga selesai gelaran. Meskipun dalam prosesnya tetap banyak kekurangan dan celah, terutama celah yang bisa kami kritisi dan tertawakan bersama tanpa menghina.

Setuju?

7 Sponsor Lokal Formula Dirilis, Kok Nggak Ada Nama Perusahaan Hiburan?

Sumber Utama : https://seword.com/umum/7-sponsor-lokal-formula-dirilis-kok-nggak-ada-DzOyhgfzhe

Belajar dari Pengalaman Ketika Dikhianati, Partai ini Tidak Mau Lagi jadi Oposisi

Indonesia merupakan salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Sehingga wajar jika dalam dinamika politik ada partai politik yang berada di pemerintahan dan oposisi. Saat ini partai politik yang berada di pemerintahan diantaranya PDI Perjuangan sebagai partai pemenang pemilu, PPP, Partai Kebangkitan Bangsa, PAN, Partai Nasdem dan lain-lain.

Sedangkan partai politik yang berposisi sebagai oposisi hanya dua yakni Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Demokrat. Kedua partai ini konsisten atau terpaksa jadi oposisi karena pilihan yang sulit.

Sebenarnya Partai Demokrat pernah berada di pemerintahan ketika kader terbaiknya yakni Susilo Bambang Yudhoyono jadi Presiden RI selama 2 periode. Masa itu Partai Demokrat merasakan masa kejayaan. Tapi kehidupan terus berputar dulu berada di atas sekarang berjibaku di bawah.

Begitu juga dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Masa SBY pernah di pemerintahan dan kadernya menjadi Menteri. Sejak tahun 2014 PKS memilih jalan politik untuk bersebrangan dengan PDI Perjuangan dan Jokowi.

PKS memilih Prabowo di dua Pemilu yakni tahun 2014 dan 2019. Hasilnya sungguh menyesakkan PKS harus menerima selama 10 tahun berada di pihak oposisi dan tidak mendapat apa-apa.

Jika melihat sejarah politik, PKS sangat setia bersama Partai Gerindra. Setelah Pemilu 2014 banyak partai politik anggota koalisi yang menyebrang ke lawan ketika Jokowi dan Jusuf Kalla memenangkan Pilpres 2014. Tetapi PKS tetap setia mendampingi Partai Gerindra di oposisi.

Lawan jadi kawan atau kawan jadi lawan memang benar-benar sering terjadi seiring dinamika politik. Begitu juga dengan Partai Gerindra dan PKS. Kesetiaan PKS mendampingi Partai Gerindra dikhianati begitu saja.

Partai Gerindra memutuskan untuk bergabung dengan kabinet Presiden Jokowi setelah Pemilihan Presiden tahun 2019. Setelah PKS habis-habisan berjuang, membela Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno di Pilpres, ternyata tidak mendapat apa-apa.

Prabowo Subianto menjadi Menteri Pertahanan kabinet pimpinan Presiden Jokowi. PKS tentu saja kesal, putus asa dan nyesek banget. Seolah bagaimana seorang pacar yang setia mendampingi pasangannya ketika duka dan sengsara eh ternyata orang yang dibela menikah dengan orang lain yang selama ini jadi lawan. Nasib-nasib.

Bahkan posisi Wakil Gubernur yang ditinggalkan Sandiaga Uno Nyapres tidak diberikan kepada PKS. Partai ini benar-benar tidak dapat apa-apa dari kesetiaanya kepada Partai Gerindra.

Belajar pengalaman menjelang Pemilu 2024 nanti, PKS sepertinya sudah bosan jadi oposisi. Sekarang ini PKS berjuang untuk berada di pemerintahan. Apakah keinginan ini akan berhasil?

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menargetkan 15 persen kursi di DPR pada kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. PKS optimistis dapat menempati empat besar pada hajatan lima tahunan tersebut.

Supaya mencapai target itu, tidak menutup kemungkinan pihaknya akan menerima sejumlah pinangan partai politik (parpol) termasuk pinangan partai-partai yang telah tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).

Selama ini PKS cenderung berada di kanan, ke depan harus mencoba mengarah ke poros tengah yakni antara religius dan nasionalis. Memang bicara ceruk PKS ini ada di kanan, harus dicoba ke tengah, antara religius dan nasionalis.

Salah satu kelemahan PKS adalah tidak punya kader yang menjadi tokoh nasional dengan elektabilitas dan popularitas tinggi. Kita ingat ketika pencarian Cawapres pendamping Prabowo di Pilpres 2019 lalu, PKS mengajukan hampir 10 nama dari internal partainya.

Tapi Prabowo tidak memilihnya sama sekali malah cenderung memilih Sandiaga Uno yang notabener kader Partai Gerindra sama dengan Prabowo. Hal ini sebagai indikasi bahwa Cawapres dari PKS dinilai tidak mempunyai potensi meraih suara yang besar karena elektabilitas dan popularitas yang sangat rendah.

Untuk itu pada Milad 20 PKS Minggu kemarin, PKS berusaha mencari sosok tokoh tersebut. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menjadi satu-satunya menteri di Kabinet Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin yang hadir dalam Milad PKS ke-20 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (29/5/2022) kemarin.

Saat diberikan kesempatan untuk menyampaikan pesan kebangsaan, Sandi yang juga Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gerindra ini menyampaikan apresiasinya selama berinteraksi dengan PKS.

Sandi bilang bahwa dirinya diajak gabung PKS. Sandi hanya bilang “GO For it”. Jawaban yang masih misterius. Sepintas PKS nekadnya juga dengan vulgar mengajak Sandi gabung PKS padahal Sandi masih anggota Partai Gerindra.

PKS benar-benar sudah bosan jadi oposisi. Segala uapya sepertinya akan ditempuh agar berada di pemerintahan.

Belajar dari Pengalaman Ketika Dikhianati, Partai ini Tidak Mau Lagi jadi Oposisi

Sumber Utama : https://seword.com/politik/belajar-dari-pengalaman-ketika-dikhianati-partai-QVqEuxJras

Demi Menolak Hujan saat Formula E Digelar, Akankah Kekuatan Doa Tujuh Juta Orang Dipakai?

Robohnya atap tribun sirkuit Formula E di Ancol belum lama ini tentu membuat panitia penyelenggara ketar-ketir luar biasa, ditambah deg-degan juga karena urusan alam memang tidak bisa dilawan, karena bisa melanggar "yuridiksi" Tuhan.

Pilihan untuk melakukan proses modifikasi cuaca hingga memanggil pawang hujan, seperti jamak dilakukan pada event-event penting di luar ruangan lainnya, tampaknya tidak akan menjadi pilihan terbuka untuk Formula E ini.

Saya sebut "pilihan terbuka" karena masih ada kemungkinan diambil meski dengan cara sembunyi-sembunyi karena takut mengundang protes, terutama dari kelompok pendukung Anies seperti PA 212. Wong baru sponsor bir saja yang dianggap haram, muncul protes dan ancaman kok, apalagi ini soal urusan cuaca yang menjadi wewenang Tuhan. Ya kaaan?

Opsi memastikan ulang kondisi sirkuit untuk menguji kelayakan dan standar keselamatan, tampaknya akan berhadapan dengan mepetnya waktu, dimana praktis hanya tersisa lima hari mulai dari Senin (30/5) pukul 00.01 tadi. Belum lagi biaya yang akan semakin membengkak, yang bisa berimbas pada membengkaknya utang pihak penyelenggara, yang kabarnya belum balapan saja utangnya sudah menumpuk.

Opsi terakhir tampaknya akan diambil adalah lewat jalur doa, dengan asumsi jumlah pendukung setia di barisan Anies, Riza, dan Sahroni yang diperkirakan masih cukup banyak, sekitar 7 juta orang alumnus aksi demo Ahok pada beberapa tahun silam.

Mungkin jumlahnya sempat berkurang karena kehebohan sponsor bir dan adegan terekamnya bendera Israel sewaktu Anies pidato di JIS dalam acara kerohanian "kelompok sebelah" itu, tetapi rasanya dengan kelihaian seorang Anies dan Riza, sebagai gubernur dan bemper gubernur, dua masalah ini akan dengan mudah diatasi. Cukup dengan diputar-putar sedikit kata-katanya, beres sudah. Hahahaha...!

Nah, jalur doa dengan 7 juta orang ini, jika sampai bisa nurut mengadakan doa bersama selama lima hari ke depan, masak sih tidak ada satu pun doanya yang nyangkut di pintu surga, paling tidak buat dipertimbangkan, meski ada kemungkinan akan dilepeh alias ditolak mentah-mentah juga?

Apalagi jika dalam doa itu menjiplak doa berisi ultimatum seperti pernah didaraskan oleh Neno Warisman dengan sedikit modifikasi tentunya:

"Kabulkan doa kami, yaaa Tuhan. Karena kami takut, kalau sampai Formula E bubar karena cuaca buruk, atap runtuh, atau sirkuit ambrol ... kami takut setelah 4 Juni 2022 tidak ada yang akan menyembah-Mu lagi."

Waah, kalau beneran ada doa semacam ini, nekat beneran itu yah. Meski saya yakin bagi kelompok yang gemar "menghalalkan segala cara" itu, modifikasi dalam hal yang berbau agama, jika terpaksa akan nekat diambil. Meski selama ini kita tahu hasilnya juga negatif alias gagal total.

Eh, masih ada cara lain dengan mengundang Abdul Somad untuk berdoa sejak Senin pagi ini (30/5) sampai saat pelaksanaan Formula E. Siapa tahu doanya kali ini mujarab, nggak seperti doanya saat "memenangkan Prabowo" yang ternyata gagal menjadi Presiden RI dan hanya mentok menjadi Menteri Pertahanan.


Seru memang kalau melihat kaum agamis ini merespons peristiwa alam. Ada yang menyebut sebagai azab, alam tidak mendukung, hingga peringatan yang datang dari alam, tapi ada pula yang cukup kalem merespons sambil tetap berikhtiar dengan melakukan hal-hal tertentu dan menyerahkan hasil akhirnya pada kehendak Tuhan.

Upaya modifikasi cuaca hingga memakai jasa pawang hujan, bagi saya merupakan upaya ikhtiar yang tidak bisa lekas disalahkan karena dianggap musyrik. Apalagi kalau yang menuding begitu, lantas diam-diam melakukan juga. Bagi orang model begini berlaku prinsip: asal tidak ketahuan, lakukan saja, Kawan. Ah, munafik sekali jadinya, ya kan?


Akhirnya, sebagai langkah hope for the best and prepare for the worst, kita berharap semoga kesepakatan dengan merk bir Heineken tidak benar-benar dibatalkan ya. Lumayan, apalagi setidaknya di ruang khusus penyelenggara setidaknya ada satu kulkas penuh berisi bir Heineken, mungkin bisa berguna kalau agenda Formula E benar-benar gagal total atau ambyar karena faktor alam yang gagal dikendalikan atau ditangkal.

Buat melupakan rasa pening atau pusing, mungkin beberapa botol bir bisa ditenggak, supaya paling tidak masalah bisa terlihat hilang, meski hanya sesaat. Kayak di film-film itu loh, dimana para tokohnya memilih untuk mabuk-mabukan setelah diterpa masalah besar.

Cuma, saran ini hanyalah opsi loh, nggak harus dilakukan secara terbuka juga. Kalau diam-diam, ya itu urusan kalian, asal jangan sampai ketahuan yah. Hahahaha... !

Demi Menolak Hujan saat Formula E Digelar, Akankah Kekuatan Doa Tujuh Juta Orang Dipakai?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/demi-menolak-hujan-saat-formula-e-digelar-akankah-e2z8hdcr2r

Biaya Mahal Formula E, Ternyata Dikelola Panitia Acara Pinggir Kali

Atap tribun penonton Formula E roboh dan saat ini kita melihat bahwa sedikit sekali media-media yang memberitakan hal ini. Jika pun ada berita hanya karena diviralkan terlebih dahulu oleh orang-orang yang ada di media sosial.

Artinya Formula E ini merupakan sebuah ajang yang sangat tertutup dan bahkan media besar pun malas untuk memberitakannya atau kelihatannya menutup-nutupi kebusukan Anies Baswedan.

Ajang Formula E ini menjadi aib bagi negara Indonesia karena memang yang dipertaruhkan bukanlah nama Anies Baswedan yang sudah hancur lebur berantakan itu.

Nama baik Anies Baswedan mau dipertaruhkan bagaimanapun juga ya tetap saja sudah hancur karena dia dikenal dengan gubernur rasis atau setidaknya yang menang karena isu radikalisme. Tapi yang dipertaruhkan di sini adalah nama dari seluruh rakyat Indonesia dan harga diri mereka.

Event yang mengambil uang begitu banyak sampai bahkan lebih besar daripada event MotoGP di sirkuit Mandalika Nusa tenggara barat, bisa sekelas acara kampung yang atap panggung penontonmua kena angin sedikit langsung roboh.

Kalau kita melihat bahwa banyak sekali orang-orang besar di belakang Anies Baswedan yang melindungi Baswedan dan ingin menjadikan dia presiden pada tahun 2024, kita melihat memang adanya konspirasi untuk menjatuhkan presiden Joko Widodo.

Karena Formula E ini bicara tentang skala internasional. Kalau skalanya kampung ya nggak heran kalau kena angin tiang penyangganya patah. Juga ada satu lembaga anti korupsi yang nggak tahu dia anjing atau bukan karena kerjaannya hanya bisa mengendus-endus.

Sudah jelas ajang Formula E ini bermasalah secara keuangan. Sepertinya orang ini kelihatan kebal banget akan tindakan korupsi karena sudah jelas-jelas aksi yang dia munculkan tapi tidak pernah ada tindakan tegas dari penegak hukum.

Apa yang menjadi aib daripada bangsa negara ini? Bangsa dan negara ini memiliki aib bernama Anies Baswedan. Dia adalah orang yang begitu menggunakan kesempatan Dalam kesempitan dan juga menggunakan orang-orang radikal untuk membelanya.

Demokrasi dikoyak-koyak dan menjadi sejarah paling buruk dari negara ini karena DKI Jakarta yang sudah seperti Suriah saat ini keadaannya. Banyak sekali orang-orang yang kecewa terhadap Anies Baswedan namun tidak bisa berbuat apa-apa karena inilah yang namanya karma dari kesalahan 5 tahun.

Ajang balapan mobil listrik yang memiliki kualitas kampungan dan kayak sampah ini menjadi aib bagi bangsa. Padahal Anies Baswedan punya banyak sekali orang-orang di tim gabungan untuk bekerja. Tapi orang-orangnya Antara Ada Dan tiada seperti setan.

Kayak tuyul yang ada di Ancol itu loh. Orang itu hanya sibuk menghina para pengkritik Anies Baswedan. Menghina dengan kalimat-kalimat kasar dan masih saja dipertahankan menjadi komisaris di Ancol.

Kalau kita melihat daripada sejarah Formula E, semua dijalankan dengan sangat baik oleh negara-negara pelaksana. Tapi saat ini yang terjadi di Jakarta seperti apa? Persiapan sangat buruk dan minim bahkan para pembalap pun tidak bisa menjajal sirkuit tersebut untuk melakukan uji coba. Ini terjadi baru satu kali sepanjang sejarah balapan mobil listrik Formula E.

Kualitas aspalnya pun di pertanyakan karena kalau hanya simulasi lewat simulator pasti ada batasan-batasan. Simulasi itu tidak pernah sama dengan aslinya. Tapi Anies Baswedan hanya diam dan tidak berkata apa-apa.

Ini membuktikan bahwa kasus Formula E ini menjadi sebuah hal yang akan menjerat Anies Baswedan cepat atau lambat. Beberapa orang pentingnya sudah mundur entah karena alasan apa. Mungkin karena mereka tidak mau dijadikan tumbal bagi kebusukan-kebusukkan yang dirancang secara terstruktur sistematis dan masif.

Polisi pun tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa mengatakan bahwa tiang penyangga atap tribun Formula E lemah. Kelas sebesar internasional ini dikelola dengan panitia-panitia yang mungkin terbiasa bikin hajatan di pinggir kali.

Tapi kalau untuk urusan internasional tidak ada persiapan sama sekali. Seharusnya penegak hukum turun tangan tapi kenapa tidak? Saya menduga memang sudah dipersiapkan untuk menghancurkan Citra presiden Joko Widodo dan sengaja membuat Anies Baswedan kelihatan sukses dan tidak ada masalah.

Ini yang berbahaya dan membuat kita sama-sama melihat bahwa Anies Baswedan ini harus kita hancurkan karier politik yang sesegera mungkin sebelum menjadi lebih parah lagi. Atau hancurnya atap tribun Formula E menjadi tanda bahwa Anies tidak bisa lama-lama ada di atas karena dia didukung oleh kaum yang ingin menghancurkan NKRI.

Begitulah kadal gurun.

Biaya Mahal Formula E, Ternyata Dikelola Panitia Acara Pinggir Kali

Sumber Utama : https://seword.com/politik/biaya-mahal-formula-e-ternyata-dikelola-panitia-lopgKNVFmD

Ada 7 Sponsor Lokal, Sayang Sekali PA 212 Tidak Dilobi Jadi Sponsor

Setelah muncul nama-nama perusahaan global sponsor Formula E, kini juga diumumkan nama perusahaan lokal.

Setidaknya, sampai saat ini ada tujuh perusahaan dalam negeri yang bekerja sama untuk menjadi sponsor Formula E Jakarta.

Sahroni menyebut, tujuh perusahaan dalam negeri tersebut yaitu retailer gadget Erafone, Bank Arta Graha Internasional, Hotel Discovery Ancol, Gulavit, Electronic City, Paprika, dan MS Glow for Men. Dari tujuh sponsor tersebut, setidaknya nilai kerja samanya mencapai Rp 100 miliar.

Pertanyaannya adalah, di mana PA 212? Katanya mau patungan untuk jadi sponsor Formula E? Dengan pede, mereka mau jadi sponsor karena masih berpikir punya 7 juta massa sehingga sesumbar bisa jadi sponsor terbesar. Seorang sumbang 10 ribu rupiah, maka total mencapai 70 miliar rupiah, dan otomatis jadi sponsor utama.

Mungkin PA 212 tidak didekati atau dirayu untuk jadi sponsor. PA 212 pasti tidak mungkin mau menawarkan diri terlebih dahulu. Gengsi dong. Masa kelompok dengan jutaan massa ngemis jadi sponsor? Harusnya Pemda yang duluan dekati mereka. Padahal PA 212 sempat kasih kode mau jadi sponsor. Itu ibarat seorang wanita memberikan sinyal lampu hijau pada pria agar segera maju mendekatinya. Kurang baik apa coba PA 212 rela turunkan sedikit level derajatnya dengan memberikan lampu hijau? Kalau saya jadi ketua PA 212, bakal jual mahal melebihi mahalnya keseluruhan aset gabungan Elon Musk, Bernard Arnault dan Jeff Bezos.

Harusnya PA 212 ini dilobi dengan intens agar bersedia jadi sponsor. Contohlah Jokowi yang intens melobi Elon Musk agar mau investasi di Indonesia baik melalui Tesla maupun Space X. Luhut melobi, lalu diikuti Jokowi langsung saat mengunjungi pabrik Space X. Jokowi juga mengundang Elon Musk datang ke Indonesia. Harusnya begitu cara merayu investor atau sponsor.

PA 212 seharusnya didekati dengan cara seperti itu. Potensi 70 miliar rupiah lho. Bayangkan, bisa beli berapa bungkus Indomie dengan uang sebanyak itu? Ini cuan yang sangat gede. Sungguh terlalu kalau sampai mengabaikan kelompok ini.

Ini bakal jadi sponsor paling anti mainstream. Tentunya bakal jadi sorotan terheboh sepanjang masa dan sepanjang sejarah Formula E. Gimana lah, mereka ini kayak pemilik kavling surga. Mau ke surga, harus minimal minta izin dan restu. Paling berat, kalau dosa kita ke mereka sudah besar, mungkin harus berlutut dan cium kaki mereka agar diizinkan masuk surga.

Kalau keberadaan Heineken tidak diprotes, maka akan akan logo bir dalam perhelatan Formula E. Dengan cara yang sama, seandainya PA 212 jadi sponsor utama, ckckckck. Foto imam jumbo yang senyumnya menawan bakal terpampang di setiap sudut trek. Foto si mantan pekerja di gerai pizza bakal memenuhi stand. Tagline mungkin berbau surga, hahaha.

Pasti tidak akan ada gangguan dan masalah karena sudah diberkati oleh kelompok paling suci. Tidak ada atap grand stand yang roboh. Cuaca pasti akan baik-baik saja selama perhelatan. Maklum lah, siapa pula yang berani bikin mereka tersinggung. Kunci surga ada di tangan mereka. Kalau mereka marah, habislah kita.

Sangat disayangkan kalau mereka diabaikan. Padahal, kalau mereka jadi sponsor, kapasitas tempat duduk pasti akan berlipat ganda. Kalau saat ini misalkan hanya dijual 50 ribu tiket, dengan keberadaan PA 212, harusnya minimal terjual 200 ribu tempat duduk. Ini bakal jadi Formula E terbesar sepanjang sejarah.

Angka itu pun termasuk sangat kecil. 5 persen saja yang beli tiket, yaitu 350 ribu orang, maka arena Formula E tak tertampung lagi. Arena membludak ngalah-ngalahin jumlah penonton MotoGP dan Formula 1. Ini bakal disorot oleh kamera jurnalis asing sampai mulut mangap saking syoknya.

Ekonomi berputar kenceng banget. Sekencang kereta Hyperloop. Penyedia catering nasi bungkus juga ketiban rezeki yang tak pernah didapat sebelumnya. Masak sampai tangan pun kram dan sakit. Dijamin mereka bakal memberikan cuan gede dan bisa jadi Formula E balik modal.

Gimana, kira-kira saya sudah memenuhi syarat belum sebagai member kelompok sebelah? Wkwkwkwk.

Bagaimana menurut Anda?

Ada 7 Sponsor Lokal, Sayang Sekali PA 212 Tidak Dilobi Jadi Sponsor

Sumber Utama : https://seword.com/politik/ada-7-sponsor-lokal-sayang-sekali-pa-212-tidak-78NZBwYd2Q

Sstttt! Ada Taipan Dibalik Sponsor Lokal Formula E, Anies Buka Tabir Kemunafikannya

Entah kenapa sesuatu yang dimulai dengan keburukan hasilnya selalu tak jauh dari kata buruk. Kita semua tahu kalau naiknya Anies sebagai DKI 1 berawal dari isu penistaan agama hingga jualan ayat dan mayat. Tak hanya itu bumbu anti reklamasi, anti korupsi dan juga anti perusahaan miraspun mewarnai kampanye Anies dulu. Tapi, setelah menjabat rupanya Anies malah termakan janjinya sendiri. Termasuk pro pengembang reklamasi dan sebagainya. Kini ajang Formula E semakin menyibak tabir kemunafikannya.

Sebelumnya ramai diberitakan jika salah satu sponsor resmi Formula E berasal dari perusahaan miras internasional. Memang soal ini pemprov DKI bisa berkilah jika mereka tak bisa mengatur sponsor remsi di tingkat global. Tapi, jika sponsor lokal berasal dari salah satu pengembang reklamasi yang pada dasarnya harus jadi musuh Anies, masihkah mereka bisa berkilah? Akhirnya kita tahu satu persatu keburukan DKI 1 itupun mulai terlihat.

Seperti diberitakan kompas.com, Setidaknya, ada tujuh perusahaan dalam negeri yang meneken kerja sama untuk menjadi sponsor Formula E Jakarta yang digelar di Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC) pada 4 Juni 2022.

"Benar, sudah ada tujuh perusaahan lokal yang akan menjadi sponsor," kata Ketua Panitia Pelaksana Formula E Jakarta, Ahmad Sahroni di Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC), Sabtu (28/5/2022).

Sahroni menyebut, tujuh perusahaan dalam negeri tersebut yaitu retailer gawai Erafone, Bank Arta Graha Internasional, Hotel Discovery Ancol, Gulavit, Electronic City, Paprika, dan MS Glow for Men.

Sahroni mengatakan, dari tujuh sponsor tersebut, setidaknya nilai kerja samanya mencapai Rp 100 miliar.

"Benar (nilai total Rp 100 miliar). Nilai termasuk dari tujuh sponsor tersebut," ujar Sahroni.

Dari deretan sponsor lokal di atas, Bank Arta Graha Internasional paling menjadi yang paling disorot netizen. Bagaimana tidak, perusahaan ini di bawah naungan Tomy Winata yang juga disebut sebagai salah satu taipan yang memiliki bisnis reklamasi. Kalau Anies konsisten dengan janji kampanyenya, harusnya ia malu menggandeng perusahaan milik Tomy. Kecuali memang Anies adalah salah satu pemimpin munafik yang menggadaikan moralitasnya demi meraih pucuk kekuasaan di Ibukota.

Terlihat dari situs resmi arthagraha.com, Tomy Winata menjabat sebagai wakil komisaris utama. Usut punya usut, telah ada kedekatan yang terjalin antara Anies dan taipan tersebut menjelang kampanye pilkada DKI. Meski Tomy membantah adanya pertemuan, pengakuan justru keluar dari mulut Anies sendiri. Apakah ini terkait reklamasi? Hanya Tuhan dan mereka yang tahu. Tapi, beberapa media mainstream sudah mmeberitakam hal tersebut tahun 2017 silam.

Seperti dilansir dari kompas.com, selama beberapa hari terakhir, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan enggan berkomentar tiap kali ditanya mengenai isu pertemuannya dengan pengembang reklamasi. Kalau bukan memberi jawaban "nanti saja", Anies biasanya hanya tersenyum.

Selasa kemarin, Anies akhirnya menanggapi kabar itu. Dia membenarkan bahwa pernah mengikuti pertemuan dengan pengembang reklamasi di kediaman Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

"Benar ada pertemuan itu," ujar Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Selasa (24/10/2017) kemarin.

Anies tidak menyebut secara rinci siapa saja yang hadir dalam pertemuan itu.

Majalah Tempo edisi 22 Oktober 2017 melaporkan, pertemuan itu terjadi pada Agustus lalu. Itu berarti sebelum Anies dilantik sebagai gubernur Jakarta. Menurut Tempo, dalam pertemuan itu selain tuan rumah Prabowo Subianto, ada dua tamu Prabowo yaitu bos Grup Artha Graha, Tomy Winata, dan pemilik Grup Agung Sedayu yang punya lima pulau reklamasi, yaitu Richard Halim Kusuma. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta dari Gerindra, Muhammad Taufik, juga dilaporkan hadir.

Masih menurut Tempo, Prabowo pada kesempatan itu mempersilakan Tomy Winata menjelaskan tujuan pertemuan. Tomy lalu memulai percakapan dengan memperkenalkan Richard. Richard merupakan putra Sugianto Kusuma alias Aguan, bos Grup Agung Sedayu. Agung Sedayu merupakan induk PT Kapuk Naga Indah, pemegang izin Pulau A, B, C, D, dan E.

Anies semalam mengatakan, saat pertemuan itu dia hanya mendengar para pengembang memaparkan isu-isu reklamasi. Dia mengaku hanya mendengarkan saja tanpa berkomentar. Dia juga menegaskan tidak ada kesepakatan apapun yang diambil antara dia dan pengembang.

"Malah kami tidak mau menjawab apa-apa. Saya datang ke situ mereka menjelaskan, ya saya dengerin saja," kata Anies.

Dadi berita tersebut bisa dipastikan kalau perusahaan Tomy muncul sebagai sponsor Formula E bukan tanpa sebab. Bisa jadi sudah ada kesepakatan di belakang layar untuk mengholkan proyek reklamasi. Artinya Anies memang totalitas menunjukkan kemunafikannya dalam segala hal. Harusnya pendukungnya malu menyindir BUMN yang tidak menspronsori Formula E, mengingat Anies tidak bsia dipegang omongannya. Bisa jadi kalau BUMN terlibat, malah dengan sombong dia menyebut kalau ajang ini mendapat dukungan penuh dari pusat.

Akhirnya kita belajar kalau sesuatu yang diawali dengan niatan buruk seperti pilkada DKI, nantinya akan menelurkan program-program buruk. Semenjak Anies menjabat banyak sekali kekacauan yang ditimbulkannya. Aneh saja kalau masih ada parpol yang mau mengusungnya mesku memiliki elesktabilitas tinggi. Sejatinya mereka yang mendukung kemunafikannya adalah mereka yang juga tak menyukai kemajuan yang dibawa bangsa ini.

Sstttt! Ada Taipan Dibalik Sponsor Lokal Formula E, Anies Buka Tabir Kemunafikannya

Sumber Utama : https://seword.com/politik/sstttt-ada-taipan-dibalik-sponsor-lokal-formula-e-smM1oMEq3I

Hoaks Menara Masjid Roboh Sukses Bubarkan Pengunjung CFD Solo, Masak Sih Hanya Iseng?

Arena Car Fee Day (CFD) yang seingat saya baru dibuka kembali sekitar dua atau tiga kali, pada Minggu (29/5) pagi tadi mendadak heboh setelah tersiar kabar di kalangan pengunjung CFD mengenai menara masjid Sriwedari, Solo, yang dikabarkan miring dan terlihat mau ambruk. Meski kabar tersebut akhirnya terbukti hanya kabar bohong (hoaks), tetapi kabar itu sukses membuat para pengunjung pontang-panting berlarian menyelamatkan diri, dengan berbagai cerita yang menyertai.

Ada yang karena berlari harus terpisah dengan anaknya. Ada pula yang terpaksa meninggalkan warung soto karena kabar hoaks tadi datang ketika dirinya sedang makan. Pemilik gerobak makanan juga ada yang hanya bisa nelangsa setelah gerobaknya rusak karena diterjang oleh para pengunjung yang panik itu.

Gibran Rakabuming Raka selaku Wali Kota Surakarta pun sudah bersuara. Intinya dia menyayangkan adanya kabar bohong yang tentu saja tidak bertanggung jawab itu. Gibran mengasihani para pedagang dan pengunjung CFD yang harus mendadak buyar karena isu yang entah disebarkan pertama kalinya oleh siapa. Tidak jelas, Kawan!

Setelah menelusuri pemberitaan seputar hoaks yang terjadi di arena padat pengunjung itu, rupanya “adegan miring dan terlihat ambruknya” menara masjid dipicu oleh pergerakan awan di sekitar puncak menara, yang membuat menara masjid tampak bergoyang seperti mau roboh. Selanjutnya bisa ditebak, dalam suasana seperti ini sedikit teriakan “Awas, menara mau roboh!” saja bisa membuat pengunjung auto panik lalu kehilangan nalar dan logika, karena insting menyelamatkan diri yang lebih bekerja.

Peristiwa ini mengingatkan saya pada hoaks serupa yang terjadi di Yogyakarta lebih dari satu dekade silam, tak lama setelah gempa besar melanda. Hanya bedanya, hoaks yang beredar terkait tsunami yang bergerak sangat jauh hingga mencapai wilayah kota Yogyakarta. Bahkan, di sekitar kampung saya yang berjarak lebih dari 40 kilometer pun ada warga yang panik karena isu yang sama. Edan ya, efeknya?

Saya pun membaca informasi terkait masjid Sriwedari itu sendiri, yang ternyata kabarnya sejak setahun sebelum masa pemerintahan Wali Kota F.X. Hadi Rudyatmo, sebelum digantikan oleh Gibran Rakabuming Raka. Pengerjaan masjid yang sudah mencapai kisaran 80-an persen itu kabarnya mandeg karena permasalahan dana, yang belum dilanjutkan sampai tahun pertama pemerintahan Gibran Rakabuming Raka, entah karena apa.

Saya pun jadi agak curiga apakah mandegnya masjid ini, dimulainya CFD, dan posisi Gibran sebagai Wali Kota sekaligus anak Presiden Jokowi menjadi rangkaian peristiwa untuk mulai menyulut wilayah Surakarta yang selama ini terlihat adem ayem saja. Bisa iya, tetapi bisa juga tidak … atau belum tentu!

Namun, jika dibilang hoaks ini hanyalah aksi spontanitas terlihat sebagai hal yang terlalu kebetulan, meski mengusut siapa biang kerok dari hoaks miringnya menara masjid ini juga akan menjadi perkara yang sulit. Sama sulitnya dengan menguak siapa biang kerok isu tsunami di Yogyakarta pada waktu itu.

Meski begitu, kita juga perlu mewaspadai peristiwa ini bisa jadi semacam water test untuk mengetahui seberapa mudah paniknya masyarakat kita, khususnya warga Surakarta terhadap berita yang muncul di tengah keramaian itu. Eh, ternyata masih mudah panik, Kawan!

Apa pun dugaan motif dari beredarnya hoaks itu, kita tetap patut waspada, karena siapa tahu isu ini memang dipakai untuk menggoyang daerah Surakarta? Siapa yang bisa menebak pula jika seandainya setelah ini ada isu hoaks yang lebih besar lagi, lalu ketika masyarakat “tidak lagi mudah tertipu” barulah aksi yang beneran dilaksanakan? Siapa tahu …!


Akhirnya, mengulas berita ini mengingatkan saya yang berada di jalanan Yogyakarta ketika terjadi isu tsunami, di atas sepeda motor (menuju arah utara), lalu mendadak ada puluhan sepeda motor bergerak ke arah saya, dengan berteriak: “Ada tsunami, balik … balik, Mas!”

Untunglah saat itu saya berboncengan dengan seorang teman yang pernah bertugas di lapangan saat tsunami melanda Aceh. Dia segera mengenali bahwa isu tsunami itu hanya hoaks, sehingga saya tidak sampai ikutan panik. Oalah … ada-ada saja cara orang membuat kekacauan di bangsa ini.

Bagaimana menurut Anda? Isu hoaks menara masjid ini sekadar iseng, aksi spontan, atau terencana?

Hoaks Menara Masjid Roboh Sukses Bubarkan Pengunjung CFD Solo, Masak Sih Hanya Iseng?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/hoaks-menara-masjid-roboh-sukses-bubarkan-gXQVu16jrS

Bahaya! Formula E Akan Gagal Total???

Bisa jadi ini adalah tanda alam. Sebelumnya Anies terpeleset dan jatuh ke comberan hitam pekat. Dan bisa jadi itu adalah petanda bahwa karir politiknya pun selesai, bisa jadi bahwa karma permainan politik brutal sadis ayat dan mayat yang pernah dimainkannya kini mulai tampak. Sebab akibat kehidupan ini senantiasa bekerja, siapa yang berusaha maka ada hasilnya. Seperti ayat 39 dari Quran pada Surah An-Najm :

وَاَ نْ لَّيْسَ لِلْاِ نْسَا نِ اِلَّا مَا سَعٰى

"dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya,"

(QS. An-Najm 53: Ayat 39)

Anies berusaha agar bisa jadi penguasa, dan kekuasaan itu demi kepentingan ego dan ambisinya serta kepentingan para bohir yang juga se-frekuensi dengannya.

Jika Anies memang berusaha untuk melakukan perbaikan dan demi bangsa dan negara ini, pasti hasilnya beda, akan ada perubahan besar. Tapi kenyataannya, Anies hanya berbasis kelicikan, itu terlihat dari sepak terjangnya selama ini menjabat sebagai Gubernur. Bahkan saat menjadi menteri, ia kena resufhle oleh Jokowi, artinya ada yang tidak beres dari kinerjanya. Maka hal demikian juga terjadi selama ini hingga masa jabatannya akan selesai.

Terkait proyek ambisius Formule-E, bukan hanya potensial mengumpulkan banyak masalah, juga berpotensi akan menyeret Anies ke sebuah kasus yang akan menjerumuskan dirinya. Dan tentu saja proyek ini bukanlah janji kampanye yang harus ditepati, tetapi sebuah proyek yang diusahakannya untuk menutupi kinerjanya yang bobrok.

Anies pasti berharap Formule E sukses, karena dengan demikian, ia bisa mencitrakan dirinya telah berjasa dan hebat membawa nama Indonesia di mata dunia, bahkan para penggemarnya yang ngadrun itu akan mengangkat prestasi error Anies itu lebih tinggi dari prestasi Jokowi.

Tapi sayangnya, formula E yang terburu-buru dan penuh kejanggalan sudah mulai menampakkan hasil yang buruk.

Satu kata kunci yang harus dipahami bahwa sesuatu yang dilakukan dengan terburu-buru tidak akan maksimal hasilnya, apalagi ini adalah ajang bergengsi kelas dunia. Orang yang hanya punya kelebihan tidak bisa kerja, pasti akan kesulitan mewujudkan prestasi yang mendunia itu. Bahkan lobi-lobi yang sudah dikerahkannya bisa menjadi amburadul dan berantakan.

Belum saja ajang balapan itu dilaksanakan, badai irama alam menghantam atap salah satu grandstand atau tribun di sirkuit Formula E itu.

Bangunan itu roboh akibat diterjang angin kencang dan hujan. Mmhh...bisa jadi alam tak merestui gabener dan pembohong itu, bisa jadi bahwa ajang ini akan batal dan menyisakan kekecewaan yang sangat mendalam, sebagaimana selama ini Anies telah mengecewakan rakyat Jakarta, termasuk mengecewekan sebagian besar para pemilihnya yang kini mendapati Jakarta sudah mulai terlihat semrawut, hanya saja mereka malu mengakui kekecewaannya itu, karena sudah terlanjur yakin, sudah terlanjur pede bahwa yang penting seiman.

Meskipun sejumlah tenda disiapkan untuk mengantisipasi peristiwa badai serupa itu terulang. Tetap saja beban yang menimpa ini cukup berat, para pendukung proyek ini kalang kabut, kepala mereka bisa pusing tujuh keliling atau bahkan melebihi putaran racing yang berkali-kali.

Hujan dan angin kencang yang membuat atap tribun di sirkuit Formula E itu rusak pada Jumat lalu tanggal 25 Mei, semakin menambah beban waktu pengerjaan proyek yang terus digulir waktu.

Waktu tak akan bisa mundur ke belakang lagi. Meskipun Anies mengandalkan Sahroni sebagai Ketua Panitia Formula E, tetap saja Sahroni adalah manusia biasa yang punya keterbatasan, Sahroni bisa stress berat dengan proyek yang tergesa-gesa ini.

Meskipun atap tribun Formula E yang rusak itu langsung diperbaiki tetap saja memakan waktu. Duh, sakit memang, sakitnya tuh disini. Tetapi, Anies tetap memaksa tersenyum demi menyemangati para penggemarnya yang mabuk agama.

Dari proyek Formula E ini, beberapa orang yang dulu berjasa di Jakpro sudah ada yang mengundurkan diri. Mereka ini realistis dan sadar bahwa ini proyek politis yang ambisius.

Orang-orang yang mengundurkan diri ini bukan karena tidak mau menghadapi tantangan, tetapi memang melihat dengan jelas bahwa ada ketidakberesan yang terus dirawat Anies. Yahh namanya saja Gabener, maka hampir semuanya dibuat tidak beres.

Mau apalagi, semua sudah akan terjadi. Kerusakan sudah terlihat, kerapuhan demi kerapuhan terus dicoba ditutupi dengan segala kelicikan, maka sepandai-pandainya tupai meloncat akan jatuh juga, sepandai-pandainya Anies berkelik, semesta akan membongkar semua kebobrokan itu. Bagaimana pun bau sampah itu tertutupi, baunya bisa tercium.

Cium tuh gabener seiman, makan tuh ambisi pencitraan, kerahkan semua kelicikan, hukum alam tetap bekerja dan berlaku.

Bahaya! Formula E Akan Gagal Total???

Sumber Utama : https://seword.com/politik/bahaya-formula-e-akan-gagal-total-fS863ITQ7Q

Mantap Jiwa! Pemerintah Singapura Tidak Mau Tunduk Sama Desakan Kadrun Plus 62

Setelah penulis baca berita di internet, ternyata tidak hanya Abdul Somad seorang warga negara asing yang diusir dari Singapura, tapi ada juga yang lain.

Mereka adalah Yusuf Estes, Ismail Menk dan Halin bin Baharim.

Yusuf yang notabene warga negara Amerika dan menjadi mualaf pada 1991 itu tidak diperbolehkan masuk Singapura pada 2017 silam, lantaran pandangannya yang dianggap dapat memecah-belah masyarakat serta menumbuhkan intoleransi dan eksklusivitas.

Sementara, Ismail Menk yang merupakan warga negara Zimbabwe ditolak masuk Singapura karena sering berceramah yang menimbulkan segresi antar umat beragama.

Sedangkan Halin bin Baharim dianggap mempromosikan ketidakharmonisan antar umat beragama.

Kalau Somad, ditolak masuk Singapura sudah dijelaskan oleh Kemendagri Singapura yakni ceramah-ceramahnya yang tidak bisa diterima oleh masyarakat Singapura yang majemuk. Seperti menyebarkan ajaran ekstremis dan segresi, memberbolehkan bom bunuh diri, menyebut ada jin kafir di salib yang notabene simbol agama Kristen serta mengkafirkan ajaran agama lain.

Jadi kalau diperhatikan, mereka-mereka yang ditolak masuk Singapura ini sebenarnya memiliki banyak kesamaan. Sama-sama merasa sebagai pemegang kunci surga, sama-sama merasa dirinya yang paling benar sendiri, sama-sama menganggap orang yang beda keyakinan dengannya sesat, dan sama-sama suka merendahkan ajaran agama lain.

Atau kalau mau disimpulkan dalam satu kata, orang-orang ini adalah orang-orang intoleran.

Dari sini muncul kekaguman penulis terhadap pemerintah Singapura.

Pertama, mereka sangat menghargai keberagaman. Lihat saja Presiden Singapura sekarang, Halimah Yacob. Beragama Islam. Ia juga keturunan India dan Malaysia.

Tidak ada yang mempermasalahkan.

Padahal kalau mau bicara soal mayoritas dan minoritas. Mayoritas kelompok etnik waga negara Singapura adalah Tionghoa yakni 74,3 persen. Serta agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat sana adalah Budha. Islam nomor 4.

Bahkan di negara yang menjadi pusat keuangan terdepan ketiga di dunia itu, lebih banyak yang tidak beragama (20 persen) dibandingkan yang beragama Islam (15,6 persen).

Tapi mereka tetap mampu menghargai orang yang beda keyakinan dengan mereka.

Gak seperti Kadrun di tanah air. Pokoknya yang alumni Monaslimin itu saja yang benar. Yang lain salah.

Kedua, pemerintah Singapura sangat selektif untuk menentukan siapa saja yang layak dan tidak layak masuk ke negara mereka.

Karena mereka menyadari betul bahwa yang mesti dilindungi itu tidak hanya tanah air atau wilayah negara tapi pikiran warga negaranya juga perlu dilindungi agar jangan sampai tercemar oleh ajaran-ajaran radikal dan intoleran.

Ini yang sebenarnya patut dicontoh oleh negara kita.

Karena jangan salah-salah, pemerintah kita pernah kecolongan lho.

Kala itu, pada 1983, aktivis Hizbut Tahrir yang berbasis di Australia, Abdurrahman al-Baghdadi dapat dengan mudahnya masuk ke Indonesia tanpa diteliti terlebih dahulu bagaimana rekam jejaknya.

Terakhir, HTI semakin berkembang di Indonesia. Lalu masuk ke kampus-kampus dan instansi pemerintahan. Serta sudah berani secara terang-terangan menolak sistem demokrasi yang dianut Indonesia saat ini.

Untung sekarang sudah dibubarkan oleh Presiden Jokowi.

Nah, dari sekian banyak orang yang ditolak masuk Singapura itu, hanya Somad seorang yang paling rame sedunia.

Ia pun mengungkapkan rasa kekesalannya dengan ngomel-ngomel serta merendahkan Singapura. Seperti penceramah yang punya bini muda itu mengatakan, kalau seluruh orang Indonesia kencing serentak dan pipanya diarahkan ke negara itu, tenggelam Singapura.

Yang pada intinya Somad ingin mengatakan bahwa Singapura itu adalah negara kecil sehingga tidak layak mengusir dirinya.

Inilah ciri khas penceramah Kadrun. Bukannya melakukan introspeksi diri atas kesalahan yang dipebuat, ia malah merasa dirinya yang paling benar sedunia.

Kadrun lain pun tidak terima Somad diperlakukan seperti itu. Hingga mereka menggelar demo di depan Kedutaan Besar (Kedubes) Singapura.

Tuntutan yang disampaikannya rada unik, yakni meminta Singapura meminta maaf serta usir Dubes Singapura dari Indonesia. Hahaha

Ngapain pula Singapura mesti meminta maaf?

Kan mereka punya negara, mereka punya aturan, ya terserah mereka dong untuk menolak dan menerima orang asing.

Lagian juga, Somad mau ke sana atas nama pribadi yakni mau jalan-jalan. Dia bukan utusan negara.

Jadi terlalu jauh kalau mau ngusir Dubes Singapura. Kwkwkwk

Ibarat kita, ada tamu yang mau bertandang. Diketahui si tamu itu songongnya minta ampun, serta pernah merendahkan agama dan kepercayaan kita. Wajar dong kalau kita menolaknya masuk ke rumah kita.

Lha wong itu rumah kita. Bukan rumah bapaknya Abdul Somad.

Jadi, di mana letak kesalahannya, sehingga harus minta maaf gitu?

Penulis pun mengapresiasi langkah Singapura yang enggan meminta maaf kepada Somad mesikpun sudah didesak dan didemo oleh Kadrun tersebut.

Karena mereka memang gak salah kok.

Pandangan negara Singapura juga sangat jelas yakni,

"Semua orang bebas menjalankan agamanya. Setiap orang bebas untuk percaya pada Tuhan atau tidak. Tapi tidak ada tempat untuk orang yang suka merendahkan serta menyerang agama dan kepercayaan orang lain".

Dan dengan adanya kejadian ini, semoga bikin Prabowo sadar. Sehingga ia tidak memanfaatkan Somad lagi beserta para Kadrunesia untuk kepentingan politik. 

Mantap Jiwa! Pemerintah Singapura Tidak Mau Tunduk Sama Desakan Kadrun Plus 62

Sumber Utama : https://seword.com/umum/mantap-jiwa-pemerintah-singapura-tidak-mau-tunduk-AxCRJMsb8p

Ngakunya Difitnah, Tapi Kenapa Refly Harun Tak Lapor Polisi?

Nama Refly Harun ikut terseret ketika Rizal Afif menjadi tersangka kasus penculikan 12 anak di Jakarta, Tangerang Selatan dan Bogor. Pasalnya, setelah menjadi tersangka, latar belakangnya dikorek habis-habisan dan ternyata diketahui pernah menjadi narasumber di podcast Refly Harun. Di situ, terjadi bincang-bincang yang ternyata menjadi polemik karena penuh hoax hingga video tersebut ditake down.

Refly pernah membantah dan klarifikasi. Tapi baru-baru ini muncul video pengakuan Rizal Afif yang diunggah seorang netizen, dan Refly Harun pun gerah.

Dalam video berdurasi 2 menit 2 detik itu, Rizal Afif cerita soal awal mula dia kenal dengan Bahar Smith.

Afif mengaku sebagai murid Bahar l Smith dan dikenalkan oleh sejumlah tokoh yang datang membesuk ke Lapas Gunung Sindur, salah satunya adalah Refly Harun. Dia mengaku, Bahar pernah berpesan kepadanya agar mau bersaksi bahwa Bahar tidak radikal saat bebas dari Lapas Gunung Sindur.

Setelah bebas, Afif diundang ke podcast Refly Harun dan membuat pengakuan bahwa dirinya adalah mantan narapidana terorisme, dan diberi uang 7 juta oleh Refly Harun.

Jadi Refly mengaku itu semua fitnah. 100 persen fitnah.

Refly anggap apa yang dikatakan Rizal Afif seolah-olah ingin menggiring ke arah kriminalisasi terhadap dirinya. Refly lantas kembali menegaskan bahwa pernyatan Rizal Afif tidak benar.

"Ini pembusukan, tidak hanya pembusukan nama tapi juga menggiring ke arah kriminalisasi kepada saya, jadi saya ini orang hukum, saya paham lah yang begini-begini arahnya kemana. Karena itu mohon pada siapa pun ntah itu yang memfoto, memviralkan, bahwa apa yang disampaikan Rizal Afif itu tidak benar," katanya.

"Pertanyaanya adalah apakah Rizal Afif itu menyampaikan dengan kesadaran sendiri, apakah ada paksaan atau tekanan dari pihak lain, saya tidak bisa menuduh. Tetapi intinya adalah semua keterangan itu bisa dengan mudah dibantah," katanya lagi.

Sebenarnya ini simpel saja. Refly Harun pastinya tahu soal hukum. Sering kali dia disebut sebagai pakar hukum tata negara. Minimal, kasus kayak begini, dia pasti paham.

Tadi dia tegas menyatakan bahwa dirinya difitnah. 100 persen difitnah, dan ada upaya kriminalisasi terhadap dirinya. Kalau memang paham hukum, kenapa tidak laporkan ke polisi? Kata orang, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan, lebih tajam dari pisau silet. Fitnah bisa hancurkan nama baik seseorang. Harusnya Refly sangat sangat paham soal ini.

Refly kalau merasa difitnah, lapor dong ke polisi atas dugaan pencemaran nama baik. Tapi kalau hanya koar-koar doang, lalu merasa dizalimi dan mengaku difitnah, sama sekali tidak menyelesaikan masalah. Itu tidak bisa membuktikan apakah dia beneran difitnah atau cuma bohongan. Malah makin dicurigai bahwa Refly Harun salah dalam hal ini.

Orang yang paham hukum, harusnya laporkan fitnah tersebut. Masa cuma bantah di podcast doang? Harusnya bantah dengan fakta dan bukti otentik di pengadilan, bukan koar-koar merasa dizalimi. Lucunya lagi, belum apa-apa langsung minta agar penegak hukum bersifat objektif.

Ibarat saya dituduh maling sempak janda tetangga sebelah. Semua lingkungan marah pada saya, nyinyir dan memandang jijik kepada saya. Padahal saya tidak melakukan itu. Apakah saya akan membiarkan ini begitu saja? Apakah cukup kalau saya hanya membantah bukan saya pelakunya? Orang lain takkan percaya karena persepsi mereka sudah terbentuk sejak awal. Satu-satunya cara adalah laporkan fitnah ini dan buktikan di pengadilan. Kalau tidak, nama saya akan rusak selamanya sebagai maling sempak janda. Ini tuduhan yang sangat serius.

Sedangkan Refly yang diduga bikin konspirasi dan beri uang Rp 7 juta kepada seseorang untuk bikin settingan, yakinkah kalau cukup dengan klarifikasi saja? Nama baiknya sudah hancur saat ini. Kecuali dia bermuka tebal dan merasa baik-baik saja dengan tuduhan tersebut sehingga cukup dengan bantahan biasa atau bisa jadi memang karena pengakuan Afif memang benar sehingga tidak berani menempuh proses hukum.

Kita tunggu saja, bau sebusuk apa pun tetap tidak bisa disimpan dalam waktu lama. Serapat apa pun, tetap akan tercium juga.

Bagaimana menurut Anda?

Ngakunya Difitnah, Tapi Kenapa Refly Harun Tak Lapor Polisi?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/ngakunya-difitnah-tapi-kenapa-refly-harun-tak-XZ5swPA6RJ

Nggak Usah Kaget dengan Kebijakan "Diskriminasi" Tutupnya Ancol buat Formula E, Kawan!

Saya harap tidak ada yang terlalu kaget dengan kebijakan ditutupnya seluruh kawasan yang berkaitan dengan Ancol, termasuk area pantai, juga Dufan dan Sea World yang famous itu, kecuali bagi pemegang tiket Formula E. Jangan pula tanyakan lagi soal janji kampanye Anies-Sandiaga waktu itu yang sok memihak kaum kelas menengah ke bawah, dengan istilah keberpihakan pada mereka.

Mau bilang berpihak seperti apa kalau kawasan wisata pantai saja akan dikhususkan bagi orang-orang berduit, yang memegang tket Formula E dengan banderol termurah Rp.250.000 itu? Bagaimana kalau pengunjung hanya ingin ke pantai, ke Dufan, atau ke Sea World tapi emoh menonton Formula E? Yaaaa, mohon maaf karena elu-elu pade kagak bise melawan kebijakan penyelenggara soal bundling tiket beraroma diskriminasi ini.

Parahnya lagi, buat para pemegang tiket langganan semacam Annual Pass Dunia Fantasi (Dufan) yang katanya boleh masuk secara bebas sepanjang tahun, besok pas tanggal 4 Juni 2022 kudu kecewa dan mungkin ada yang misuh-misuh, karena hari itu Annual Pass mereka nggak berlaku, gara-gara Formula E, kecuali mereka mau bayar Rp. 250.000 lagi, yang berarti pemborosan karena kudu keluar uang lebih.

Oalah, Pak Anies ... Pak Anies ... mau balapan sehari saja kok sampai merepotkan banyak orang demi memuluskan acara Formula E yang kental aroma politisnya sih? Apakah sehebat itu ajang Formula E ini sehingga hak warga Jakarta yang ingin berwisata murah meriah, juga hak dari pemegang "fasilitas berlangganan" yang tentu sudah membayar mahal, kok masih diporotin lagi duitnya agar mereka mau nonton balap mobil listrik yang nggak terkenal itu kalau mau masuk kawasan Ancol? Trik macam apa lagi yang dipakai ini?

Seandainya saya pemegang Annual Pass Dufan, pasti saya akan menjadi yang terdepan dalam menyuarakan akan kerugian akibat event Formula E ini, dengan menuliskan protes via media online yang mewadahi suara konsumen. Berharap ke YLKI untuk bersuara dan membela hak konsumen pemegang "kartu berlangganan" itu rasanya juga percuma. Siapa bisa lawan kebijakan gubermur seiman pilihan 58 persen pemilih di Pilkada 2017 itu?

Bicara soal perbedaan perlakuan, yang terkesan tanpa adanya pertimbangan matang karena hanya berfokus agar tiket Formula E laku, juga lokasi acara dan kawasan yang diberi layar lebar bagi pemegang Tiket Festival terlihat ramai ... saya secara pribadi tidak terlalu kaget kok.

Bukankah manusia yang satu ini memang kerap memberikan kejutan kepada warga Jakarta dengan kebjjakan yang tidak biasa? Bagaimana pula dengan sponsor dari perusahaan bir Heineken, yang secara resmi sudah diumumkan menjadi bagian dari deretan sponsor Formula E?

Apakah Anies sedang "menjilat ludahnya" sendiri dengan mencoba menutup mata dan kuping soal sindiran netizen terkait kehadiran sponsor dari perusahaan minuman yang diangga haram itu? Atau jangan-jangan, apakah karena mendukung program gabener seiman, maka secara otomatis keharaman dari bir itu lantas musnah, karena mungkin kemasannya dibasuh dulu dengan semacam cairan anti najis dan anti haram? #mbuh


Sekali lagi kita nggak perlu kaget dengan semua hal yang terkait dengan Formula E ini. Kalau mau kaget, pura-pura saja karena bukankah selama 4 tahunan 7 bulan ini Jakarta dipimpin dengan penuh kepura-puraan, kalau tidak boleh disebut kepalsuan hingga kemunafikan?

Sepertinya sih kontroversi seputar Formula E dengan segala kelucuan, keanehan, bahkan kalau bisa disebut ... kegilaannya ... masih akan berlanjut sampai pelaksanaan Formula E nanti. Selanjutnya, kita nantikan babak baru apakah pengusutan terhadap segala kejanggalan dan kecurigaan soal penggunaan uang yang "tidak sesuai aturan" bahkan terkesan ada yang disembunyikan soal transparansinya.

Apakah SEWORD-ers juga tidak sabar menyaksikan drama Formula E yang lebih seru dan mendebarkan, khususnya bagi sosok yang duduk di kursi empuk sebagai DKI-1 dan DKI-2?

Kita siapkan tikar dan camilannya, lalu nikmati segala keseruan dramanya, termasuk siapakah sosok yang nanti diundang untuk menahan hujan supaya tidak membasahi bumi Ancol terutama area inti yang akan dipakai sebagai balap mobil listrik itu. Apakah Mbak Rara atau malah sosok "Hamba Tuhan" yang diundang (tahu kan siapa), supaya ajang Formula E jangan sampai mendatangkan kutuk atas negeri ini?

Nggak Usah Kaget dengan Kebijakan "Diskriminasi" Tutupnya Ancol buat Formula E, Kawan!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/nggak-usah-kaget-dengan-kebijakan-diskriminasi-TZ9REoWWI8

Mantap! Sponsor Lokal Formula E Diumumkan Meski Malu-malu

Salam sehat sedulur.

Sebagai penikmat olahraga, saya ikut merasakan ketegangan ketika dalam sebuah balapan tercipta banyak drama. Yang membuat tegang tentu drama dalam perlombaan di lintasan balap, bukan drama-drama di luar balapan seperti yang terjadi dalam gelaran Formula E di Jakarta.

Salah satu drama yang akhir-akhir ini ramai dibahas adalah soal sponsor Formula E. Salah satu sponsor global Formula E adalah Heineken, perusahaan bir asal Belanda. Sontak saja hal ni ramai dibahas karena Jakarta sebagai tuan rumah balapan mempunyai gubernur paling Islami di seluruh dunia.

Mulai banyak narasi yang mengusik para pendukung gubernur seiman itu. Narasi-narasi itu muncul karena gubernur Jakarta dan pendukungnya terkenal sangat militan menolak adanya bir. Saham milik Pemprov DKI di perusahaan bir pun mau dijual, walau belum jadi sih.

Rupanya narasi-narasi itu membuat pendukung gubernur seiman meradang. Setelah ada kecaman dan ancaman, panitia pun menyampaikan bahwa logo Heineken tidak akan dipasang dan diganti dengan tulisan when you drive, never drink. Saat perayaan kemenangan pun tidak akan ada sampanye beralkohol.

Cara penyampaian panitia penyelenggara Formula E Jakarta seolah ini adalah hal yang luar biasa. Yaelah, ini biasa aja kali karena memang kayak gitu standard operasionalnya. Kalau balapan diadakan di negara yang melarang bir, maka logo bir tidak akan dipasang dan diganti dengan tagline yang sudah disepakati. Selebrasinya juga tidak akan menggunakan alkohol tetapi menggunakan cairan lain yang sering disebut rosewater.

Panitia seharusnya sudah tahu siapa saja sponsor global Formula E. Kalau belum tahu ya malas cari info karena di laman situs resmi Formula E langsung ketahuan siapa saja sponsornya. Jangan-jangan panitia sudah tahu tetapi diam-diam saja dan baru bertindak saat dikecam dan diancam. Padahal bir tidak dilarang di Indonesia lho tetapi kok ada penghilangan logo ya? Yah, kita hargai sajalah walau rasanya tetap mengganjal sih.

Keputusan panitia itu disambut gembira oleh para pendukung gubernur seiman. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyatakan bahwa Heineken tidak akan disertakan dalam gelaran Formula E Jakarta. Narasi PKS ini sesat karena Heineken itu sponsor global maka selalu ada dalam gelaran balapan Formula E. Kalau pun logo tidak ada, tagline pengganti logo itu adalah tagline khas Heineken. Lha kok dianggap tidak disertakan itu bagaimana coba?

Pada Hari Sabtu, 28 Mei 2022, panitia Formula E mengumumkan sponsor lokal yang mendukung Formula E. Ada juga pengumuman sponsor lokalnya setelah lama misterius. Pemberitaan di media kurang tepat karena menggunakan judul-judul yang kurang sesuai. Judul seperti “Jangan Nyinyir! Bukan Bir tapi Ini 7 Sponsor Formula E Jakarta 2022” dan sejenisnya banyak bertebaran di laman-laman media online.

Membaca judul seperti itu, rasanya miris sekali. Masih saja perusahaan bir dipermasalahkan padahal penjelasan panitia sudah tepat soal logo bir yang diganti tulisan. Seolah judul-judul itu ingin memuaskan para pendukung gubernur seiman. Adanya sponsor lokal bukan berarti menghapus sponsor global. Itu faktanya.

Sponsor lokal yang diumumkan oleh Ahmad Sahroni adalah Eraphone, Bank Arta Graha Internasional, Hotel Discovery, Gulavit, Electronic City, Paprika dan MS Glow for Men. Setelah saya cek semuanya memang perusahaan lokal Indonesia. Yang saya heran adalah tidak ada berita atau konferensi pers dari pihak sponsor soal kerjasama dengan Formula E Jakarta.

Pihak sponsor biasanya sesegera mungkin mengumumkan kesepakatan kerjasama dengan event tertentu. Cek saja ke situs-situs resmi sponsor global Formula E. Semuanya memberikan pengumuman dengan bangga karena menjadi salah satu sponsor Formula E. Sponsor lokal kok seperti malu-malu ya untuk menampilkan diri sebagai sponsor Formula E Jakarta.

Yang membuat saya lebih kaget adalah berita soal MS Glow for Men menjadi salah satu sponsor Tim MotoGP yaitu Gresini Racing Ducati. Beritanya banyak dimuat oleh media-media online karena langsung ada konferensi pers yang mengumumkan soal kerjasama itu. Nah, seperti ini harusnya yang dilakukan oleh para sponsor lokal Formula E. Eh, padahal MS Glow for Men juga jadi sponsor ya? Kok beda perlakuan?

Anehnya para sponsor lokal Formula E ini adem-adem saja tanpa pemberitaan. Mungkin belum kali ya? Tapi kok sudah diumumkan oleh panitia? Entahlah.

Meski malu-malu semoga memang benar ada sponsor. Pernyataan panitia Formula E Jakarta memang suka berubah-ubah. Ketidaksiapan panitia memang tampak nyata tetapi balapan sudah di depan mata. Yah, semoga balapannya pun seru dan banyak drama seperti proses persiapannya. Salam sehat sedulur semuanya.

Mantap! Sponsor Lokal Formula E Diumumkan Meski Malu-malu

Sumber Utama : https://seword.com/umum/mantap-sponsor-lokal-formula-e-diumumkan-meski-r6xx1y8zDA

Klik link dibawah ini :  

2024 saatnya Ideologi PANCASILA VS KHILAFAH versi ormas TErlarang HTI dan FPI (KadRun)

BIG DATA Kalimantan Selatan 

BERANTAS semua MAFIA, termasuk MAFIA PUPUK !!!

Beda KELAS !!! 

"Nyinyir Santun" ala Walikota Banjarmasin petinggi DEMOKRAT Kalsel (Mantan Kader PKS)

ANTI "Somad" atau ANTI "Islam" hingga Zakir Naik 

Mengungkit "Kasus PDAM Kota Banjarmasin"

KONTROVERSI 23 Mei 1997 "Jum'at Kelabu" 

Nada Sumbang "Ulama Berbaju Agama" 

Caroline Riady : Wanita Cantik yang pimpin RS.SILOAM Banjarmasin 

Musyawarah Nasional (Munas) Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) ke XV

Agar memahami peta politik di Kalimantan Selatan, silahkan klik juga BENANG MERAH DEMO DI KALSEL 

Re-post by MigoBerita / Senin/30052022/10.53Wita/Bjm 

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya