Arsip Migo Berita

MUNARMAN eks Sekretaris Umum Ormas Terlarang FPI "DITANGKAP" DENSUS 88 POLRI


Ngeri! Menag Yaqut Berani Menentang Wapres

 Saya paling suka kepada orang yang benar-benar profesional dalam bekerja. Salah satu contohnya adalah Ahok. Contoh lain yang menurut saya profesional dalam bekerja adalah Menag Yaqut atau yang akrab disapa Gus Yaqut. Saya sangat apresiasif dengan kinerja beliau di Kementerian Agama. Meskipun beliau membawa nama besar NU, beliau tetap mencoba bekerja secara profesional tanpa membawa-bawa bendera NU.

Bukti profesionalitas Gus Yaqut adalah ketika akhirnya menolak permintaan Wapres KH. Ma'ruf Amin agar santri diberi kebebasan untuk mudik. Permintaan Wapres ini memang menjadi polemik. Sebab, banyak yang protes dengan permintaan wapres. Banyak yang menuding pemerintah tidak serius membuat kebijakan larangan mudik.

Sebagaimana yang dilansir oleh suara.com, Menteri Agama RI (Menag RI) Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) akhirnya enegaskan pemerintah tidak memberi dispensasi mudik lebaran bagi santri. Sesuai kebijakan larangan mudik lebaran 2021, tujuannya untuk mencegah penularan Covid-19. 

Gus Yaqut meminta dengan sangat hormat kepada para pengasuh, santri maupun orang tua santri untuk bisa memahami aturan ini demi menjaga keselamatan jiwa dari ancaman paparan virus Covid-19, pada Rabu (28/4/2021).

Menurut Gus Yaqut, di tengah pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya terkendali, menggelar mudik bagi santri tentu tak mudah. Dibutuhkan kontrol ketat dalam pelaksanaannya di lapangan. Sebab, ada jutaan santri di berbagai daerah. Jika dalam waktu hampir bersamaan melakukan mudik, maka sangat rawan memunculkan klaster baru penularan virus. Bahaya lebih besar pun mengancam jika sampai rumah, virus itu turut memapar para anggota keluarganya. Bahaya yang sama juga bakal terjadi pada arus balik, potensi penularan virus pada Kiai dan Ibu Nyai.

Upaya mengontrol santri saat di rumah juga bukan hal yang mudah. Sebab jumlah mereka juga tak sebanding dengan petugas yang ada. Di sisi lain, upaya pemulangan santri ke ponpes usai Lebaran juga memunculkan persoalan yang tak kalah ringan. Santri wajib menjalani pemeriksaan kesehatan, karantina dan sebagainya sebelum benar-benar bersih dari virus. Hal ini tentu membutuhkan banyak hal yang tidak mudah diselesaikan dalam tempo yang mepet.

Jujur saya tak menyangka Gus Yaqut akan bersikap setegas ini. Sikap Gus Yaqut ini bukan berarti tidak menghormati KH. Ma'ruf Amin, tapi bukti bahwa beliau orang yang sangat profesional dalam bekerja.

KH. Ma'ruf Amin adalah atasan Gus Yaqut, baik di NU, maupun di pemerintahan. KH. Ma'ruf Amin sebelumnya menjadi Rois Am PBNU. Rois Am adalah jabatan tertinggi di organisasi NU dan sangat dihormati oleh warga NU. Bisa disebut pantang menolak perintah dan permintaan Rois Am. Saya kaget ketika.Gus Yaqut berani menolak permintaan KH. Ma'ruf Amin untuk memberikan dispensasi kepada santri agar bisa mudik. Sebab, bisa disebut sangat sulit untuk bisa menolak permintaan dan perintah Rois Am PBNU.

Sebagai atasan di pemerintahan, Gus Yaqut paham permintaan Wapres hanya sebatas permintaan pribadi, bukan peraturan yang harus diikuti. Oleh sebab itu, Gus Yaqut harus tetap berpedoman kepada peraturan yang ada. Ketika dalam peraturan tidak ada pemberian dispensasi kepada santri agar bisa mudik, maka Gus Yaqut tetap kekeh untuk tidak memberikan dispensasi kepada santri agar bisa mudik.

Ketegasan Gus Yaqut mungkin mengecewakan Wapres, kyai, santri, warga NU, bahkan mungkin menyakiti hatinya sendiri. Sebab, Gus Yaqut adalah kyai, punya pesantren, punya santri, beliau juga pernah jadi santri, mayoritas warga NU juga santri. Ketegasannya nampak tidak berpihak ke santri.

Tapi begitulah Gus Yaqut. Beliau tipe orang yang teguh pendirian dan sulit digoyahkan. Beliau tipe orang profesional dan amanah dalam bekerja. Tidak membuat kebijakan yang menguntungkan kelompoknya. Gus Yaqut siap jika keputusan ini membuat dirinya dibenci kalangan santri.

Ketegasan Gus Yaqut ini juga bermanfaat dan berhasil membuat wibawa pemerintah di mata masyarakat kembali meningkat. Sebelumnya banyak masyarakat yang mencibir dan mempertanyakan kebijakan larangan mudik. Pemerintah dianggap tidak tegas karena masih ada dispensasi untuk santri. Padahal, soal dispensasi untuk santri itu bukan kebijakan pemerintah, melainkan permintaan pribadi Wapres.

Patut ditunggu gebrakan-gebrakkan yang akan dibuat oleh Gus Yaqut. Semoga bisa menjadi menteri agama yang berkesan dan bisa menorehkan sejarah.

Sumber Utama : https://seword.com/umum/ngeri-menag-yaqut-berani-menentang-wapres-qio7R8ZE1i

Fadli Zon Meradang! Apa Hubungannya dengan Munarman?

Kemaren, buka puasa kita terasa lebih menyegarkan karena dibarengi dengan berita penangkapan munarman. Semua orang bahagia. Senang karena akhirnya aktor di balik penyiraman teh di tvone beberapa tahun lalu itu kini diringkus polisi.

Memang, kasus yang menjeratnya bukan soal penyiraman teh. Karena itu terlalu receh meski sama-sama menyebalkannya. Munarman ditangkap karena diduga terlibat kasus terorisme di Indonesia, terkait dengan beberapa orang yang sudah lebih dulu ditangkap dan baiat teroris di beberapa kota.

Bisa dibilang penangkapan berlangsung bersih. Tanpa lecet. Mungkin itu karena Ramadhan. Polisinya jadi hati-hati takut batal puasa. Tapi di mata publik, itu kurang menyenangkan.Penangkapan teroris oleh Densus 88 mestinya ada sedikit adegan tembak-tembakannya. Atau minimal tendang agar sedikit pincang saat berjalan. Bukan diringkus biasa saja.

Bukankah maling ayam kalau ditangkap polisi biasanya mukanya sudah memar? Masa untuk aktor intelektual, provokator dan sosok di balik aksi-aksi terorisme di Indonesia, ditangkap tanpa lecet suatu apapun? Kan ga seru.

Tapi dari sekian banyak orang yang bersyukur dan bahagia Munarman ditangkap, ada satu orang yang tidak suka dan membela. Yakni Fadli Zon.

Kader Gerindra dan anggota DPR RI ini mengatakan bahwa dirinya tidak percaya Munarman teroris.

“Saya mengenal baik Munarman dan saya tidak percaya dengan tuduhan teroris ini. Sungguh mengada-ngada dan kurang kerjaan,” kata Fadli Zon lewat cuitan di akun media sosial pribadinya.

Jadi mari kita bedah satu persatu.Soal mengenal baik. Bukankah Fadli Zon juga mengenal baik Ratna Sarumpaet? Bahkan menjadi orang pertama yang membela Ratna dari cerita dipukuli sampai bonyok itu? dan sebagian orang beranggapan bahwa dalang dari kisah bonyok itu adalah Fadli Zon sendiri. Tapi ketika tersudut dan cerita tidak bisa berkembang, Fadli malah menjadikan Ratna sebagai kambing hitam dan disalah-salahkan.

Jadi soal kenal baik ini tidak menjamin suatu apapun dari tindakan yang sudah dilakukan Munarman. Kalaupun kenal baik, memangnya kenapa? Toh tetangga Munarman ga ada yang membela seperti Fadli Zon.

Saya malah jadi bertanya-tanya, apakah Munarman ini ada hubungannya dengan Fadli Zon dan Gerindra? Ya kan kenal baik katanya. Apa hubungannya? Kalau sebagai rekan, kerjasama apa yang pernah dilakukan? Nah ini menarik untuk ditanyakan ke Fadli Zon arti kenal baik tersebut. Lalu soal tuduhan teroris. Ini salah pemahaman. Munarman dituduh terlibat dalam menggerakkan atau memprovokasi orang untuk menjadi teroris. Jadi bukan dituduh teroris. Fadli Zon mungkin semalam kekenyangan saat bikin pernyataan jadi matanya kurang fokus.

Dan terakhir soal pernyataan mengada-ngada dan kurang kerjaan.

Sampai di sini saya ga paham siapa yang kurang kerjaan? Polisi memang bekerja untuk menangkap orang-orang yang melakukan tindak kejahatan. Dan itu memang kerjaannya.

Sebaliknya, anggota DPR itu kan tugasnya di Senayan. Dewan perwakilan rakyat. Ini kenapa malah ngurusin provokator FPI? Jadi sebenarnya yang kurang kerjaan ya Fadli Zon. Tapi malah nuduh polisi yang sedang melaksanakan tugas.

Secara politik, pernyataan Fadli Zon ini semakin membuat posisi Gerindra tidak jelas arahnya. Di satu sisi Prabowo ingin tampil keluar dari embel-embel kelompok radikal, tapi Fadli Zon masih terus merawat isu FPI. Mulai dari penembakan laskar dan kini membela Munarman.

Jadi sebenarnya Gerindra itu masih ingin merawat atau merangkul FPI? Atau bagaimana?

Bukankah FPI adalah ormas terlarang? Bukankah Gerindra adalah koalisi pemerintah? Bagaimana bisa partai koalisi malah justru membela anggota ormas terlarang yang selama ini menyerang negara? Ini koalisi macam apa!

Jadi sebaiknya setelah ini Prabowo benar-benar menunjukkan sikap yang jelas sebagai Ketum Gerindra. Kalau yang dilakukan Fadli Zon itu tidak sesuai dengan garis kebijakan partai, maka singkirkanlah manusia satu itu. Karena publik juga sudah jijik melihatnya tampil terus dengan muka bakpaonya.

Tapi kalau Gerindra masih ingin terus merawat FPI, ya sebaiknya Prabowo segera mengundurkan diri. Ga baik jadi munafik dan bertahan di kabinet hanya demi mengumpulkan logistik jelang pemilu 2024. Karena percuma punya logistik dan akhirnya pasti kalah juga.

Sumber Utama : https://seword.com/politik/fadli-zon-meradang-apa-hubungannya-dengan-QOTnU6mEwd

Refly Harun Tak Percaya Munarman Teroris, Sori Ya, Gak Ada Yang Nyuruh Lu Percaya

Penangkapan Munarman mengundang sejumlah reaksi baik yang pro maupun yang kontra. Di grup WA, banyak kadrun-kadrun yang mulai kepanasan mirip cacing yang ditaburi garam dan micin. Ada juga Fadli Zon yang menyebut penangkapan ini mengada-ada.

Refly Harun juga ikut mengomentari penangkapan Munarman. Dia mengaku tidak percaya jika Munarman adalah seorang teroris apabila kata tersebut didefinisikan dengan makna sebenarnya yakni orang yang melakukan teror.

"Terus terang, saya dari hati kecil tidak percaya juga kalau Munarman adalah seorang teroris kalau kita definisikan teroris pada definisi sesungguhnya, melakukan tindakan teror untuk menakut-nakuti masyarakat, pemerintah, dan lain sebagainya," kata Refly Harun."Tapi kalau kritis terhadap pemerintahan iya. Karena itu dia bergabung dengan FPI dan berani berkata keras, karena dia berlatar belakang hukum. Pernah jadi ketua YLBHI yang memang kelompok kritis pemerintah, dia gabung dengan FPI pun kritis. Hanya bedanya satu aktivis di spektrum agak kiri, ketika di FPI kanan," katanya.

Refly Harun berharap agar penegak hukum bisa membedakan antara seseorang yang kritis dengan orang yang melakukan tindak pidana. Dia mengaku semakin khawatir dengan perkembangan demokrasi di Indonesia.

"Saya terus terang makin khawatir dengan perkembangan demokrasi negeri ini, apalagi Indek Demokrasi Indonesia tidak baik. Itu memberikan pelajaran agar betul-betul mengisi, mempertahankan demokrasi dan tidak diisi dengan lelucon hukum seperti misal masalah Jumhur Hidayat, Syahganda Nainggolan, Habib Rizieq, sekarang Munarman," tambahnya.

Munarman memang secara frontal tidak melakukan tindakan teror. Tapi polisi tidak mungkin sembarangan menangkap orang. Pasti sudah ada bukti kuat dan tak terbantahkan sehingga Munarman layak ditangkap. Belum ada kejelasan, tapi secara ringkas kemungkinan Munarman bekerja di balik layar. Jaringan teroris bukan hanya bagian lapangan doang, kan?Dan buat Refly Harun, Anda mau percaya atau tidak percaya, kita masa bodo lah. Tidak mau percaya yang urusan situ. Memangnya kalau Anda tidak percaya, lantas pemerintah harus dengerin perkataan Anda? Lagian tidak ada yang minta komentar Anda soal ini. Situ aja yang numpang cari sensasi lewat video Youtube. Kalau tidak percaya, silakan buktikan kepada kita semua. Anda berani ngomong begitu pasti ada alasannya. Silakan buktikan kepada kita. Polisi pasti sudah punya bukti makanya menangkap Munarman. Bukti langsung terlihat, yaitu pembersih WC, hehehe.

Refly Harun bicara hanya pakai perasaan dan emosi. Hanya melihat rekam jelas dan masa lalunya doang, seolah dia itu orangtua Munarman yang tahu luar dalamnya Munarman. Sedangkan bukti-bukti sebelumnya saja sudah jelas. Foto acara baiat tahun 2015 di Makassar.

Gak ada yang menyuruh dia percaya, karena ini masalah hukum yang harus pakai prosedur dan logika, bukan masalah percaya gak percaya (memangnya ini kayak percaya babi ngepet itu ada atau gak?)

Refly Harun mau percaya atau tidak juga tidak ada efeknya. Cuma reaksi seragam dari kelompok sebelah yang kerjanya hanya nyinyir dan tidak senang kepada pemerintah. Polri bekerja berdasarkan bukti, bukan berdasarkan apa yang Refly percayai atau tidak. Komentar Refly tidak lebih hanya untuk konten Youtube doang, tidak berbobot dan tidak akan menyurutkan langkah Polri. Dan rakyat yang cinta NKRI pasti mendukung langkah Polri dalam memberantas radikalisme.

Sama seperti Fadli Zon yang kurang setuju dengan penangkapan Munarman, harusnya Refly Harun berbuat sesuatu ketimbang hanya cuap-cuap di depan kamera. Aparat tidak perlu pendapat Refly untuk menentukan apakah seseorang harus ditangkap atau tidak.

Kalau mau buktikan kualitasnya, sebaiknya Refly bela langsung di pengadilan. Di situ bakal ada adu debat yang lebih jelas, disertai bukti dan argumentasi. Publik akan menilai apakah Refly ini benar-benar hebat sehebat omongannya di Youtube atau cuma beropini murahan demi menaikkan popularitas. Kalau hanya berani cuap-cuap di Youtube, bikin malu aja sih. Katanya ahli hukum tata negara dan ada gelar doktor, tapi semenjak banting setir, kualitas narasinya makin lama makin tidak berkualitas.

Intinya kalau masih juga tidak percaya, mungkin ada baiknya kolaborasi dengan Fadli Zon dan dirikan organisasi khusus untuk yang protes Munarman ditangkap.

Bagaimana menurut Anda?

https://www.suara.com/news/2021/04/28/091023/refly-harun-terang-terang-saya-tidak-percaya-kalau-munarman-itu-teroris?page=all

Sumber Utama : https://seword.com/politik/refly-harun-tak-percaya-munarman-teroris-sori-ya-UN6oGpMQ4b

Setelah Rizieq dan Munarman Ditangkap, Lalu Apa?

Bagaimanapun kita wajib merasa lega dan optimis dengan berbagai tindakan tegas pemerintah lewat aparat hukumnya selama beberapa waktu terakhir ini. Yang terbaru adalah ditangkapnya Munarman, pentolan eks FPI yang kini dinyatakan sebagai ormas terlarang di negeri ini.

Sebagaimana kita tahu dan saksikan bersama lewat video di medsos, pengacara yang menjadi radikal ini dijemput Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri dari kediamannya, Selasa, 27 April 2021, sore hari. Penangkapan ini disebut terkait kegiatan baiat terhadap sejumlah anggota ISIS yang dilakukan di Jakarta, Makassar, dan Medan, beberapa waktu lalu. Dalam acara baiat organsi teror itu, Munarman memang tampak hadir.

Beberapa bulan sebelum Munarman ditangkap, tepatnya Desember 2020 lalu, kepolisian juga sudah meringkus Rizieq Shihab atas berbagai kasus pelanggaran aturan dan peraturan di masa pandemi. Kini yang bersangkutan sudah menjalani berbagai sidang atas pelanggaranya tersebut.

Kita tunggu saja keputusan pengadilan nanti yang kita harapkan akan lebih mengedepankan masa depan NKRI yang gilang-gemilang, ketimbang kepentingan orang per orang atau kelompok -- yang notabene tujuannya hanya ingin mengacau negeri ini.

Rizieq dan Munarman adalah sosok sentral di balik FPI, ormas berembel-embel "pembela agama" yang sudah dilarang oleh pemerintah. Rizieq dikenal sebagai pimpinan utama, atau katakanlah penasihat spiritual bahkan diberi gelar sebagai imam besar di lingkungkan ormas ini. Meski kini bukan lagi sebagai ketua umum, namun diyakini dialah yang sebenarnya menjadi otak dan motor penggerak ormas ini.

Adapun Munarman dikenal sebagai jubir dan sekretaris umum ormas terlarang tersebut. Bahkan ketika ormas ini sedang jaya-jayanya, dia konon menyandang jabatan sebagai panglima(?) Ormas kok punya panglima segala, memangnya mau perang? Perang dengan siapa?

Tapi memang sepertinya keberadaan panglima di FPI bukan sekadar gagah-gagahan. Sebab entah sudah beberapa kali terlontar seruan perang dari pentolan ormas ini. Seperti ketika terjadi aksi pembakaran terhadap poster Rizieq Shihab di depan gerbang utama Gedung MPR/DPR oleh sekelompok orang, Sobri Lubis, selaku ketua umum, menyerukan perang.

“Kita siap perang, perang dimulai,” kata Sobri Lubis, Senin (28/7/2020), merespons aksi pembakaran atas poster junjungannya yang kala itu masih mendekam di Arab Saudi. Adapun para pembakar yang jumlahnya cuma puluhan orang itu aman-aman saja, dalam arti tidak dihajar dan diuber oleh laskar FPI yang jumlahnya bisa memenuhi Lapangan Monas tersebut.

Yang menarik justru seruan perang dari Sobri Lubis, yang untung saja tidak direspons oleh para laskar dan simpatisan. Selanjutnya yang menggema adalah narasi bernada marah: "satu poster kau bakar, ribuan atau jutaan yang berdiri". Yang dimaksud di sini adalah poster Rizieq Shihab yang dicoba dibakar massa yang menamakan diri "tolak khilafah" tersebut.

Dan sejak itulah, poster dan baliho Rizieq Shihab bertebaran di mana-mana. Papan-papang reklame yang lagi nganggur banyak yang dimanfaatkan untuk memajang poster berukuran raksasa ini. Konon, aksi ini kebanyakan main serobot saja, tanpa ijin dari pemilik dan tidak bayar pajak. Tapi siapa peduli? Atau siapa berani mengusik ormas tersebut pada saat itu?

Syukurlah titik balik yang baik itu akhirnya datang juga, ketika pemerintah lewat aparatnya menurunkan semua poster "imam besar" itu hingga tiada sisa sebiji pun. Selanjutnya ormas itu dilarang untuk selamanya. Pentolannya ditangkap, dan kini menjalani sidang atas kasus pelanggaran protokol pencegahan wabah covid-19.

Diamankannya kedua sosok penting yang diduga berada di balik aksi-aksi intoleransi dan berbagai kekerasan ini disambut gembira dan penuh syukur oleh masyarakat RI. Masuk akal, selama ini masyarakat mendambakan ketenangan menjalani kehidupan di bangsa yang majemuk ini. Tapi gerombolan yang berlagak membela agama mengacau dengan cara menghasut untuk membenci orang lain yang berbeda.

Pertanyaannya, apakah ajaran-ajaran yang menghasut dan memecah-belah sesama anak bangsa ini akan berakhir seiring dengan diikatnya kedua oknum tersebut di atas? Tentu tidak. Sebab virus yang meracuni bangsa yang dianugerahi keberagaman atau kebhinnekaan ini sudah dibiarkan merajalela sejak beberapa dekade silam.

Maka kecil kemungkinan jika negeri kita kembali ke suasana seperti beberapa dekade silam, yang oleh bangsa lain diakui sebagai "masyarakat yang ramah tamah dan hidup bergotong-royong". Sifat yang luhur ini sudah terkikis oleh hasutan dan ajaran atas nama agama oleh oknum-oknum yang justru membuat masyarakat kita menjadi mudah beringas. Bayangkan, hanya karena kaum wanita tidak menutupi rambutnya, banyak oknum yang merasa seperti kebakaran rumah.

Atau ke mana bangsa ini akan dibawa jika bertepuk tangan saja disebut haram oleh si Abdullah Hehamahua, karena menurutnya itu budaya Yahudi? Menjadi sangat bodoh, jika ternyata oknum yang baru saja mengibaratkan dirinya sebagai Nabi Musa ini justru menggunakan perangkat-perangkat komunikasi canggih semacam smartphone yang adalah karya bangsa Yahudi dan kafir.

Jadi ketika pun Rizieq dan Munarman ditangkap, tetapi kalau oknum-oknum penceramah intoleran dan suara kebencian atas kelompok lain itu tetap dibiarkan, kondisi bangsa dan negara ini hanya akan jalan di tempat. Bahkan terus menuju ke jurang kejatuhannya sekalipun mungkin hanya sedikit melambat.

Sebab jangan lupa, oknum dan kelompok intoleran itu akan terus giat selama diberikan angin atau panggung. Sementara pihak atau kelompok pengusung dan pembela semangat kebangsaan dan toleransi itu, umumnya slow dan santai, sebagaimana lazimnya orang pecinta kedamaian dan ketenangan.

Maka kepada pemerintah dan aparat, janganlah menyapu lantai dengan sapu yang kotor. Kotoran besar mungkin tersingkir, namun di lantai tetap bertebaran debu yang bisa menimbulkan penyakit.

Maka dari itu, kepalang basah, ya mandi sekali. Tertibkan pula semua oknum penceramah yang koar-koar menghasut rakyat dan menjelekkan pemerintah. Jangan silau ketika mereka mengaku cinta Pancasila dan NKRI. Itu hanya kedok. Sampai kapan pun angan-angan mereka tentang khilafah tidak hilang.

Sumber Utama : https://seword.com/umum/setelah-rizieq-dan-munarman-ditangkap-lalu-apa-MnJx5yqfRY

Mungkin Maksudnya Gak Dikasih Bawa Sandal Langgar HAM

Ada satu hal yang menarik dari penangkapan Munarman. Salah satunya adalah dirinya yang teriak diambilkan sandal. Sampai-sampai ada foto editan di mana Munarman disumpal mulutnya pakai sandal.

Yang satu lagi adalah, teriakan bahwa penangkapan Munarman melanggar HAM karena matanya ditutup saat ditangkap.

Pengacara Munarman menyebut tindakan polisi melanggar HAM karena Munarman ditangkap dengan mata ditutup dan tangan diborgol.

Sementara itu, Komnas HAM juga menyebut tindakan polisi saat menangkap Rizieq berlebihan. "Saya kira itu berlebihan dan tidak perlu dilakukan," kata Komisioner Komnas HAM Choirul Anam.

Menurut Choirul, tindakan hukum harus sesuai prosedur dan tidak boleh berlebihan. Menutup mata termasuk kategori berlebihan.

Kalau pengacaranya yang ngomong begitu, saya maklumi aja karena pengacaranya ini rada-rada ngawur dan kayak tidak berpendidikan. Dia ini yang dengan entengnya bilang bahan peledak itu adalah pembersih WC. Jadi orang ini tidak usah terlalu dipedulikan. Orang ini sudah tidak ada lagi urat malu.

Tapi kalau Komnas HAM? Ini benar-benar berat sebelah dan konyol.

Orang awam pun tahu apa tujuan Munarman ditangkap dengan mata tertutup. Tujuannya supaya dia tidak kenali anggota polisi yang menangkapnya. Kelompok seperti ini berbahaya, bisa dendam tujuh turunan dan tujuh tanjakan. Tentu saja kalau wajah terekspos, yang menangkap ini bisa dalam bahaya. Mungkin mereka tidak, tapi keluarganya yang rentan. Paham gak? Lucu aja Komnas HAM tak paham logika simpel ini, atau jangan-jangan mau ikut memperkeruh situasi?

Polri sudah menjelaskan semuanya. Penangkapan Munarman sudah sesuai SOP termasuk wajah Munarman yang ditutup.

“Ada dua hal yang perlu saya jelasin. Pertama, Munarman waktu ditangkap statusnya sebagai tersangka. Kedua, matanya ditutup, itu standar penangkapan terhadap tersangka teroris yang ditangkap,” kata Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan.

“Dengan pertimbangan kejahatan teror adalah kejahatan terorganisir yang jaringannya luas. Penangkapan satu jaringan akan membuka jaringan-jaringan yang lainnya,” katanya.

“Pertimbangan kedua, sifat bahaya dari kelompok teror yang bisa berujung pada ancaman jiwa petugas lapangan. Maka, untuk mengamankan jiwa petugas lapangan, standarnya, baik yang ditangkap maupun yang menangkap ditutup wajahnya. Supaya tersangka tidak bisa mengenali wajah petugas, sehingga identitas petugas terlindungi. Ini perlindungan terhadap petugas yang menangani kasus terorisme,” katanya lagi.

Jadi sudah clear, kalau penutupan mata terhadap tersangka teroris sudah menjadi standar penanganan internasional. Di negara mana pun, tersangka teroris pasti diperlakukan seperti itu.

Kalau mau saya tambahkan lelucon, sebenarnya ada alasan lain kenapa mata Munarman ditutup. Ini untuk pencegahan agar matanya tidak sigap mencari cangkir berisi air teh. Bahaya lho, kalau sampai yang menangkapnya disiram air teh.

Bagi yang masih teriak-teriak HAM, coba lihat lagi para teroris yang telah membunuh manusia yang tidak bersalah. Apakah mereka pakai HAM? Dan yang teriak HAM, apakah mereka pernah protes soal HAM? Hanya gara-gara wajah ditutupi aja langsung mencak-mencak teriak HAM. Sedangkan tindakan teror yang jauh lebih mengerikan tidak dianggap?

Seharusnya, kalau seseorang sudah jadi tersangka atau terdakwa, maka hak asasi akan dibatasi oleh negara, ada hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Kalau dikit-dikit teriak HAM, kenapa tidak sekalian aja bilang penanahan semua napi di penjara juga melanggar HAM karena mereka tidak dapat ke mana-mana dengan bebas? Atau gak bilang pelanggaran HAM terjadi karena Munarman tidak diizinkan membawa sandalnya saat digiring, karena mengotori telapak kakinya yang mulus semulus sutra?

Jangan dikit-dikit teriak HAM padahal kelompok yang ditangkap jauh lebih sering melanggar HAM demi kepentingan pribadinya.

Kalau memang tidak merasa bersalah dan dizalimi, silakan ajukan praperadilan. Tapi kita yakin, kalau pun nanti praperadilan ditolak, mereka tetap akan teriak dizalimi. Bagi mereka, kebebasan adalah tuntutan mutlak meski terbukti salah sekalipun.

Jadi bagi yang membela kelompok seperti Rizieq dan Munarman ini, patut dipertanyakan motifnya. Apakah hanya sekadar menumpang isu biar terkenal atau ada udang di balik batu. Ada beberapa orang yang sepertinya sangat tersinggung soal ini. Jadi curiga.

Sumber Utama : https://seword.com/politik/mata-munarman-ditutup-langgar-ham-mungkin-BiuDNaQbdX

Gerindra Dan Demokrat Bakal Terseret Penangkapan Munarman?

Penangkapan Munarman seakan jadi “vonis mati” buat FPI dan Rizieq. Karena selama ini Munarman punya peran besar di ormas terlarang itu, maupun dalam persidangan Rizieq. Lalu apakah ini akan menyeret pihak lain di dunia politik?

Hubungan antara Gerindra dan FPI/Rizieq Shihab memang dipastikan dekat. Ketika aksi berjilid-jilid sedang ngetrend, Gerindra turut menikmati hasilnya. Yakni kemenangan di Pilkada DKI Jakarta. Ketika Rizieq kabur ke Arab Saudi, politikus Gerindra silih berganti menemui Rizieq. FPI pun terlibat dalam ijtima ulama berjilid-jilid yang menjelang Pilpres 2019 mengusung Prabowo sebagai capres. Hanya karena Gerindra kemudian bergabung ke dalam pemerintahan Presiden Jokowi, hubungan itu jadi tidak se-intens dulu. Tapi masih berhubungan dong. Fadli Zon masih vokal membela Rizieq, dari ketika masih di Arab Saudi hingga akhirnya pulang ke Indonesia. Bahkan Fadli Zon termasuk dalam para politisi yang antri menemui Rizieq di Petamburan pasca kepulangannya.

Fadli Zon juga turun langsung ke RS Polri Kramat Jati ketika ada serah terima jenazah 6 laskar FPI yang terlibat dalam penembakan aparat di Cikampek. Selain Fadli Zon, hadir pula Romo Muhammad Syafi’I, politisi Gerindra lainnya Sumber.

Politisi Gerindra lainnya, Habiburokhman pada bulan Desember lalu, membela Munarman. Sebelumnya, Munarman menyatakan kalau laskar FPI tidak membawa senjata api, terkait insiden tewasnya 6 laskar FPI di Cikampek. Pernyataan ini bertolak belakang dengan bukti yang diperoleh pihak kepolisian. Kemudian Munarman dipolisikan dengan dugaan penghasutan. "Bang Munarman di pihak almarhum laskar yang tertembak karena beliau adalah sekjen dan sekaligus tim hukum FPI. Pernyataan beliau adalah bagian dari pembelaan diri yang merupakan hak seorang advokat. Tidak tepat kalau beliau dilaporkan pidana," kata Habiburokhman Sumber. Kata-katanya sungguh sopan dan hangat seperti seorang “kawan baik” ya.

Serupa dengan kata-kata Fadli Zon membela Munarman pasca ditangkap oleh Densus 88 kemarin Selasa (27/4). “Sy mengenal baik Munarman dan sy tdk percaya dg tuduhan teroris ini. Sungguh mengada2 n kurang kerjaan,” cuit Fadli Zon di Twitter link twitter.

Sama manisnya dengan kata-kata Andi Arief, politisi Demokrat, yang juga membela Munarman, menyusul penangkapannya. “Aparat harus adil dan memiliki bukti kuat untuk menteroriskan Munarman. Jika tidak terbukti, harus dilepas. Munarman kawan baik saya, saya tidak yakin dia terlibat terorisme. Dia pasti kuat mengahadapi persoalan ini. Tugas kita mengawal ini agar ada keadilan,” cuit Andi Arief link twitter.

Andi Arief bukan orang sembarangan di Partai Demokrat. Dia punya jabatan dalam kepengurusan partai Demokrat 2020-2025 di bawah AHY sebagai Ketum. Yakni sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Parta Demokrat Sumber. Walaupun pernah tersandung kasus narkoba. Tetap saja Andi Arief diberi jabatan oleh AHY. Berarti Andi Arief bukan ecek-ecek dong. Bisa disebut mewakili Demokrat.

Apakah ada hubungan antara Demokrat dan Munarman? Ketika panas-panasnya kisruh partai Demokrat antara kubu AHY dan kubu Moeldoko, pada bulan Maret lalu, Munarman sempat menyatakan siap membantu kubu AHY. Nggak ada angin nggak ada hujan, tiba-tiba saja Munarman memberikan pernyataan, “Kalau pihak AHY minta, saya siap membantu”. Dengan alasan Munarman membela pihak yang terzalimi Sumber. Sementara ketika marak aksi berjilid-jilid dari gerombolan 212 dulu, pernah berhembus kabar bahwa ada SBY di balik aksi 411 waktu itu. Yang kemudian disebut fitnah oleh pihak SBY Sumber. Betul atau fitnah? Wallahualam. Toh SBY tidak pernah mempolisikan orang yang mengusung dugaan tersebut, ya kan?

Kalau sekarang Andi Arief menyebut Munarman sebagai kawan baik, saya kira Partai Demokrat harus siap dengan konsekuensinya. Jangan baper lagi ketika muncul lagi dugaan keterkaitan Demokrat dengan gerombolan Munarman CS. Sedangkan penangkapan Munarman ini kan dikaitkan dengan tindak pidana terorisme. Penggeledahan markas FPI di Petamburan menghasilkan banyak barang bukti bahan pembuat bom Sumber. Lalu ada pula bukti video yang sudah lama beredar, soal kehadiran Munarman dalam acara baiat ISIS di Makassar pada tahun 2015. Ini didukung oleh pengakuan Ahmad Aulia, terduga teroris yang ditangkap pada Januari lalu Sumber Sumber. Bagaimana nanti jika semua hal yang disangkakan ke Munarman terbukti di pengadilan? Ya jangan heran kalau Demokrat ikut terseret. Petingginya saja berkawan baik kan? Kecuali nanti pakai strategi buang badan ya.

Bagaimana dengan Gerindra? Fadli Zon tidak bisa jadi wakil rakyat tanpa Gerindra. Itu sudah pasti. Begitu pula para politisi Gerindra yang sudah akrab dengan FPI, Rizieq maupun Munarman. Tidak akan disebut sebagai politisi, tanpa adanya Gerindra. Kalau Gerindra betul-betul konsekuen dengan komitmennya bergabung dengan pemerintahan Presiden Jokowi, harusnya tidak akan ada pembelaan dari politisinya terhadap Munarman dan gerombolannya. Oleh sebab itu, seperti di tulisan sebelumnya, saya ingin tahu, apakah Fadli Zon yang jelas-jelas membela HTI, FPI, dan Munarman bisa juga ditangkap, ketika semua kesalahan yang disangkakan ke mereka bisa dibuktikan oleh pengadilan? Dan juga tentunya, ada imbas buat Gerindra. Atau akan dibiarkan saja, sambil dilihat bagaimana efeknya terhadap elektabilitas Gerindra? Ya, kadang politik ini bikin sulit kita mencapai keadilan yang sempurna. Yang nanyain PKS, PKS lagi sibuk belajar mengurus negara dari PDIP ketika Munarman ditangkap Sumber. Udah jangan diganggu!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/gerindra-dan-demokrat-bakal-terseret-penangkapan-9rlRCECOEa

Bela Munarman, Fadli Zon Dan Andi Arief Habis “Dihajar” Netizen!

Akhirnya Munarman ditangkap aparat. Seperti menunggu jerawat pecah. Karena memang sudah sekian lama publik mengetahui adanya video baiat ISIS di Makassar yang dihadiri oleh Munarman. Kabarnya video itu sudah sejak 2015. Bahkan pada bulan Februari lalu, seorang terduga teroris yang juga anggota FPI mengakui kehadiran Munarman dalam acara baiat tersebut. Lalu kenapa kok Munarman bagaikan kebal hukum, tidak juga ditangkap. Itu yang mengotori benak saya, sampai terpikir bahwa mungkin saja Munarman ini semacam agen rahasia yang ditanam di FPI, sehingga dia memang kebal hukum hehehe… Itu hanya khayalan saya sih. Tentunya kita semua mengapresiasi pihak Densus 88 yang telah menangkap Munarman dengan tegas, sampai sandalnya pun ketinggalan. Mantap dahh!

Pasca penangkapan Munarman, muncul di permukaan 2 tokoh publik yang membela Munarman. Yakni Fadli Zon dan Andi Arief. Keduanya mencuitkan pembelaannya di Twitter. Yang tentu saja mengundang serbuan para netizen. Dan kalau sudah diserbu, ya siap-siap saja “dihajar” para netizen. Karena memang gampang sekali membalikkan apa yang dicuitkan oleh Fadli Zon dan Andi Arief.

Cuitannya pun senada. ”Sy mengenal baik Munarman dan sy tdk percaya dg tuduhan teroris ini. Sungguh mengada2 n kurang kerjaan,” tulis Fadli Zon link twitter. Sekitar 2 jam kemudian disusul oleh Andi Arief. “Aparat harus adil dan memiliki bukti kuat untuk menteroriskan Munarman. Jika tidak terbukti, harus dilepas. Munarman kawan baik saya, saya tidak yakin dia terlibat terorisme. Dia pasti kuat mengahadapi persoalan ini. Tugas kita mengawal ini agar ada keadilan,” tulis Andi Arief link twitter. Sama-sama mengaku sebagai kawan baik Munarman, dan sama-sama menyatakan ketidakpercayaan bahwa Munarman terlibat terorisme.

Seorang pengacara yang juga politisi PSI, Muannas Alaidid, dengan telak dan tepat menunjukkan bahwa Fadli Zon ini sudah tidak pantas disebut sebagai anggota DPR RI yang mewakili rakyat. ”Soal hukum jangan tanya @fadlizon sbg anggota dewan mestinya anda hormati proses hukum yg sdg berjalan, apalagi ini menyangkut kejahatan luar biasa (extra ordinary) berkaitan dg Teror Bom Katedral & Teror Mabes Polri, bkn hny nyawa pertaruhannya tapi keberagaman kt sbg bangsa,” tulis Muannas link twitter. Setuju! Harusnya ikuti saja dulu proses hukumnya, pantau saja. Dengan mengatakan bahwa Fadli Zon tidak percaya terhadap tuduhan yang disangkakan pada Munarman terkait terorisme, berarti belum apa-apa Fadli Zon sudah membela teroris. Dulu membela HTI juga kan? Juga membela Ratna Sarumpaet yang mengaku dianiaya kan? Pantaskah Fadli Zon disebut sebagai wakil rakyat? Menurut saya sih sudah tidak pantas lagi.

Sontak saja, para netizen pun “menggeruduk” cuitan Fadli Zon. Banyak yang mengingatkan Fadli Zon pada rekam jejaknya membela Ratna Sarumpaet. “Yakin gak ngawur lagi?? Atau akan terulang kebodohan yg sama??,” tulis akun @aikel112629. “Anda juga kenal baik sm @RatnaSpaet (Ratna Sarumpaet) juga kan?,” tulis akun @joko_maryadi. “Sama halnya sampean pun mengenal bahkan sampai menjenguk seorang ratna sarumpaet, jd ya gak heranlah dg sgala cuitanmu,” tulis akun @nyonkwongbumen. Semuanya sambil mengunggah cuitan lama Fadli Zon soal Ratna Sarumpaet yang sudah dihapus.

Article

Kemudian ada pula netizen yang mengunggah jejak digital dari berita media, ketika Fadli Zon membela Ratna Sarumpaet. Seperti 2 akun di bawah ini :

Article

Article

Betul sekali, hanya orang goblok yang percaya sama Fadli Zon. Yang ngakunya sebagai jubir rakyat, tapi nyatanya adalah jubir para penjahat, seperti Ratna Sarumpaet dan Munarman. Bukannya mengedukasi rakyat agar mempercayakan pada proses hukum yang berlaku sesuai undang undang, malah memprovokasi agar tidak percaya dengan pihak kepolisian. Dasar bacot!

Kalau Andi Arief? Tentu saja para netizen mengingatkan Andi Arief soal kasus narkoba yang pernah menimpanya. “Ente pikir ini apa, sabu? Bukaaan!,” tulis akun @Pencerah_ sambil mengunggah foto-foto temuan Densus 88 di rumah Munarman maupun di Markas FPI Petamburan, yakni buku-buku jihad dan bahan-bahan pembuat bom. “Dan saya yakin Anggota Densus 88 gk dlm kondisi SAKAU. Pastinya dgn bukti2 yg kuat dan akurat. Bukan kuat anti bocor dan bergerigi,” tulis akun @RamaneShesa. “Sesama teroris itu memang berkawan baik,” tulis akun @Syarman59. Cukup 3 contoh ini saja sudah bisa mematahkan kredibilitas cuitan Andi Arief. Bukannya mengundang dukungan, malah mengundang tamparan buat diri sendiri.

Entah sampai kapan mereka ini bisa mencuit seenak udelnya dan dibiarkan saja. Jelas-jelas membela teroris. Menjual narasi bahwa penangkapan itu hanyalah sebuah bentuk penindasan rezim. Menutupi akibat buruk aksi terorisme. Membawa opini dan mengarahkan opini yang tidak benar. Yang akan dipakai oleh para kadrun sebagai alasan kuat, merasa ada tokoh penting yang membela mereka. Kan ngawur! Saya menunggu ditangkapnya juga Fadli Zon dan Andi Arief! 




Sumber Utama : https://seword.com/politik/bela-munarman-fadli-zon-dan-andi-arief-habis-suSgiXhcdU

Mengecoh Fadli Zon dan Andi Arief : Munarman Itu Ibarat Nissa Sabyan

Baru kemaren saya berusaha untuk memahami mengapa Netizen +62 masih sangat marah pada Nissa Sabyan, sampai-sampai apapun yang Nissa Sabyan, semuanya tidak luput dari kritikan. Kalau kritikan sih mending, tapi ini hujatan, ejekan, hinaan dan sejenisnya. Maksudnya, setiap Nissa Sabyan muncul di Media Sosial, semua postingannya selalu dihujani makian, hinaan dan lain-lain.

Dan analisa saya terhadap nasib Nissa Sabyan seperti itu sekarang adalah karena Netizen +62 merasa terkecoh, atau tepatnya dikecoh oleh kondisi Nissa Sabyan yang dianggap begitu unyu-unyu, muda, berpenampilan sangat religius, bertutur kata halus, sopan dan santun, datang dari keluarga baik-baik yang juga sangat religius. Bahkan, saya menambahkan bahwa Netizen +62 terkesan dengan kedewasaan Nissa Sabyan yang mampu memperlihatkan kenetralannya saat dia diundang Presiden Jokowi untuk bernyanyi di Istana, tak kala Nissa Sabyan mendukung Prabowo. Nissa Sabyan memperlihatkan keprofesionalannya saat itu.

Karena dua hal tersebut di ataslah, makanya ketika ketahuan Nissa Sabyan yang unyu-unyu dan religius itu ternyata seorang yang berotak jorok, karena menggoda seorang Married Man, bahkan bersikap congkak atas perbuatannya, dengan berdiam tak berkomentar, seakan-akan Nissa meneriakan, "Gue emang pelakor, terus elu-elu pade mau apa???", seluruh Netizen+62 mengalami goncangan batin yang dahsyat. Shock! Kaget! Tak percaya.

Dan hari ini, pasca penangkapan Munarman kemaren oleh Densus 88, Fadli Zon dan Andi Arief menuliskan status di akun media sosialnya bahwa mereka tidak percaya kalau Munarman itu seorang yang terlibat aksi teroris.

Fadli Zon menulis : "Saya mengenal baik Munarman dan saya tidak percaya dengan tuduhan teroris ini. Sungguh mengada-ada dan kurang kerjaan"

Andi Airef menulis : "Aparat harus adil dan memiliki bukti kuat untuk menteroriskan Munarman. Jika tidak terbukti, harus dilepas. Munarman kawan baik saya, saya tidak yakin dia terlibat terorisme, dia pasti kuat menghadapi persoalan ini. Tugas kita mengawal ini agar ada keadilan"

See? Guncangan batin yang sedang dirasakan oleh Fadli Zon dan Andi Arief, sama persis seperti yang dirasakan oleh Netizen +62 terhadap Nissa Sabyan.

Terhadap teman-temannya, Munarman tentu saja, dan bisa dipastikan, menampilkan penampilan yang sangat baik, religius, santun, bahkan kesan jujur lebih ditonjolkan ketibang kesan-kesan lain. Fadli Zon dan Andi Arief sama seperti Netizen +62 yang pada akhirnya terjebak dalam sikap yang naif dan stereotype kind of person, yang men-judge "pasti orang baik" pada setiap orang, yang hidupnya lekat dengan agama Islam, berpenampilan islami, berkata tak jauh dari hadist dan ayat Al Quran, berkata-kata sopan dan santun, baik, ramah, dan selalu siap sedia kalau dipanggil dan lain-lain.

Padahal, bagi Munarman, Fadli Zon, Andi Arief dan siapapun orang yang berseberangan dengan pemerintahan Jokowi, semuanya adalah segmen pasar, orang atau pihak yang sangat potensial untuk menjadi pelanggan, klien, pembeli, dari jasa yang dijual Munarman. Apa jasa yang dijual itu? Ya apalagi kalau bukan "Jasa Unjuk Rasa Ummat Islam". Motto Jualan jasa Munarman adalah "Unjuk Rasa Bela Agama", "Unjuk Rasa Bela Ulama", atau "Unjuk Rasa Bela Negara" dan lain sebagainya.

Kalau seorang penjual jasa unjuk rasa massa, tidak menampilkan penampilan seperti Nissa Sabyan, bagaimana FPI bisa menjadi sangat besar dan penting di atas panggung perpolitikan Indonesia. Nissa Sabyan pun sama. Kalau dia tidak menampilkan diri sebagai seorang unyu-unyu, sopan, chick, dengan semua balutan atribut keagamaan, sebagus apapun lagu yang dibawakan, lagu "Deen Assalam" atau lagu "Ya Maulana" tidak akan seviral sekarang.

Jadi, kembali lagi dengan postingan Fadli Zon dan Andi Arief, kalau polanya sudah seperti yang saya terangkan di atas, ya reaksi mereka jadinya wajar saja. Fadli zon dan Andi Arief sedang mengalami mental breakdown karena tak sanggup menerima kenyataan bahwa orang yang mereka pikir seorang yang baik, religius, dan jujur, ternyata seorang teroris.

Bedanya, kalau Netizen +62 bersikap menghujat, memaki dan menghina Nissa Sabyan pasca terbongkarnya perselingkuhan dia dan suami orang. Sementara Fadli Zon dan Andi Arief, karena dalam kondisi mental breakdown, bersikap membela Munarman dan mengancam aparat pasca terbongkarnya Munarman yang seorang teroris. Kalau Munarman bukan seorang teroris, terus ngapain dia punya bahan-bahan yang sama yang dibutuhkan untuk membuat alat ledak atau bom?

Sumber Utama : https://seword.com/umum/megecoh-fadli-zon-dan-andi-arief-munarman-itu-gA6iH56SaE

Menakar Kecerdasan Seorang Munarman

Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga ke tanah. Mungkin peribahasa ini yang paling cocok kita gunakan untuk peristiwa penangkapan Munarman, tokoh sentral kelompok FPI terlarang.

Banyak orang menduga bahwa di balik kemegahan nama Habib Rizieq Shihab, Sang Imam Besar, sebenarnya Munarman lah yang bertindak sebagai dalang. Nama Munarman juga, yang sering terdengar jika FPI mengadakan pertemuan dengan sejumlah orang. Gambar Munarman yang sedang membagikan uang pada kejadian unjuk rasa akbar 212, menampik klaim FPI, kalau demontrasi besar 212 adalah kehendak pribadi masing-masing orang, atau dengan kata lain, "ummat" yang datang membanjiri Jakarta, bukanlah massa bayaran. Beberapa kejadian aksi teror di Indonesia yang dilakukan oleh kelompok berbasis agama, ramai dikait-kaitkan dengan keterlibatan Munarman. Namun, sejauh itu, Munarman, yang berlatar belakang seorang Pengacara, dengan kelicinannya, mampu menepis semua tuduhan.

Pun dengan peran Rizieq Shihab di panggung perpolitikan. Perubahan ideologi FPI dari yang awalnya hanya sebuah ormas yang bertujuan menghapuskan kemaksiatan di bumi Indonesia, dengan cara-cara jalanan, seperti swiping dan intimidasi kafe-kafe dan rumah makan, berubah menjadi sebuah ormas yang memiliki peran lebih penting dari sebuah partai politik. Banyak orang menduga bahwa perubahan FPI pada perkembangannya, juga tak luput dari peran dan pemikiran Munarman. Dengan posisi sebagai Sekertaris Umum, juga sebagai Pengacara dan Penasehat Hukum dari Kelompok FPI, Munarman memiliki peran ganda. Itu sebabnya nama Munarman tidak bisa disepelekan, tidak bisa dipandang tidak lebih besar dari mana Habib Rizieq Shihab.

Satu bukti bahwa peran dan kekuatan Munarman bagi FPI ternyata jauh lebih besar dari seorang Rizieq Shihab adalah saat Rizieq Shihab kabur ke Arab Saudia dan absen dai Indonesia selama 3.5 tahun. FPI fine-fine saja, hanya sedikit kalem dan tak banyak ulah. Tapi tetap hidup dan terus beraktifitas. Rizieq Shihab yang berada di Saudi Arabia, diatur sedemikian rupa supaya suara dia tetap terdengar di Indonesia, dan Munarman meng-echo-kannya. Bayangkan jika yang kabur atau absen dari Indonesia adalah Munarman. Mungkinkah para bohir mau mengongkosi biaya hidup Munarman sebanyak mereka mengongkosi Habib Rizieq Shihab? Belum tentu. Kecuali Munarman bisik-bisik pada Rizieq Shihab, suara Munarman tak mungkin di-echo-kan oleh sang Imam Besar. Sementara Rizieq Shibab akan kebingungan, karena biasanya sang dalang selalu berdiri di samping atau di belakang dia. FPI akan terseok-seok, karena Munarman lah, tokoh utama yang membesarkan nama dan peran Rizieq Shihab di blantika perpolitikan Indonesia.

Peran Munarman yang lebih besar dari Habib Rizieq Shihab juga dibuktikan dengan keberanian dan kebebasan Munarman untuk menghadiri acara pembaiatan terhadap ISIS di 3 kota berbeda, Makasar (2014), Jakarta (2018), dan Medan (2019). Disinilah bodohnya Munarman. Bukan bodoh... tapi takabur. Jika saja Munarman "terlihat" menghadiri pebaiatan hanya di satu tempat saja, maka tuduhan apapun yang dilemparkan padanya, bisa dengan mudah untuk dia sangkal. Munarman bisa mendalihkan kalau dia hanya tamu atau bahkan mendalihkan "cuma lewat" saja. Munarman mungkin merasa kalau rentang waktu antara pembaiatan pertama dan kedua cukup lumayan lama. Pembaiatan ISIS di Makasar terjadi pada tahun 2014, lalu pembaiatan ISIS di UIN Jakarta terjadi pada tahun 2018. Empat tahun rentang waktu!! Dan setelah pembaiatan ISIS tahun 2018, Munarman merasa aman. Ketakaburan dirinya yang kemudian dia terlihat lagi, di pembaiatan ISIS di Medan pada tahun 2019.

Lalu mengapa Murnarman tak langsung ditangkap setelah dia menghadiri pembaiatan di Medan tahun 2019? Karena pada saat itu tak ada orang yang membuat pernyataan atas kesaksian dirinya yang melihat Munarman menghadiri semua pembaiatan. Densus 88 baru bisa melakukan tindakan penangkapan Munarman setelah seorang terduga teroris yang ditangkap beberapa waktu lalu di Makassar, bernama Ahmad Aulia (30), mengaku sebagai anggota Front Pembela Islam (FPI), dan mengaku dibaiat di hadapan Sekretaris Umum FPI Munarman untuk menjadi simpatisan ISIS. Seperti ada rasa bangga pernyataan Ahmad Aulia ini, kalau sebagai anggota FPI dibaiat di depan Petinggi FPI.

Apakah kemudian Ahmad Aulia ini seorang bodoh atau bagi FPI dia seorang pengkhianat? Tentu saja tidak. Kebanyak anggota FPI itu kan punya sifat dan karakter yang unyu-unyu, polos, lugu dan naif. Celakanya, di bawah Munarman, tak ada lagi tokoh lain yang bisa diandalkan untuk tampil melakukan pers konferensi dan memberikan penyangkalan. Siapa? Novel Bamukmin? Novel Bamukmin itu, kalau di dunia keartisan, sama seperti Vicky Prasetyo saat bicara bahasa inggris.

Benar kata Jemima, Munarman tertangkap, FPI tamat. Karena sebenarnya FPI adalah Munaman. Habib Rizieq Shihab hanya sosok yang memainkan peran sebagai Imam Besar. Hhmm... Munarman ternyata tak cerdas-cerdas amat....

Sumber Utama : https://seword.com/umum/menakar-kecerdasan-seorang-munarman-pVPbx6QDcE

Re-post by MigoBerita / Kamis/29042021/15.02Wita/Bjm