Migo Berita - Banjarmasin - ISTANA NEGARA 17an "Ojo dibandingke" VIRAL. Seperti biasa agar tidak gagal paham apalagi sampai menjadi penyebar hoax, bacalah hingga tuntas berbagai artikel yang telah kita kumpulkan.
Farel Menggoyang Istana Saat Upacara Kemerdekaan, Abah Lala Menangis Haru karena Bangga
Abah Lala, pencipta lagu Ojo Dibandingke diberitakan menangis saat mengetahui lagu itu dibawakan di Istana Negara sebagai rangkaian acara hiburan dalam acara Upacara Peringatan HUT RI ke-77.
"Terima kasih dek @FarelPrayogaOfficial sudah membawakan lagu saya ke Istana Merdeka di hari Kemerdekaan Indonesia," kata Abah Lala lewat medsos miliknya.
Tak lupa Abah Lala juga mengungkapkan rasa syukurnya saat melihat Farel Prayoga menyanyikan lagu itu lewat layar ponselnya.
"Alhamdulillah hirobbil alamin, puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, lagu saya yang berjudul "Ojo Dibandingke" dinyanyikan di Istana Negara, spesial di Hari Kemerdekaan Republik Indonesia."
Bagi saya hadirnya seorang Farel tak hanya menjadi pelengkap semata, tetapi justru menjadi salah satu pesan utama yang ingin Jokowi sampaikan, mengingat perjuangan kita semua sebagai bangsa Indonesia dalam perang menghadapi pandemi selama nyaris tiga tahun terakhir ini.
Farel, sosok yang terlihat bermental kuat karena tempaan masa lalu dari kerasnya hidup di jalan (dia pernah menjadi pengamen cilik), sama sekali tak terlihat nervous saat tampil di acara sebesar upacara kenegaraan di hadapan Presiden RI, para menteri, dan segenap tamu undangan.
Meski ada sedikit sorotan soal lagu cinta untuk dewasa yang dinyanyikan anak-anak, itu perkara lain yang memang kudu dicari solusinya karena stok lagu anak sekarang tidak sebanyak tahun 1990 hingga 2000-an awal.
Begitu pula dengan batalnya Farel menyanyikan lagu Joko Tingkir yang kabarnya kontroversi karena membawa-bawa sosok yang dianggap ulama dan pahlawan, juga nada musiknya yang menyerupai lagu sholawatan, biarlah menjadi ibarat catatan pinggir, yang mungkin bisa menjadi evaluasi kinerja tim kepresidenan yang nyaris kelolosan soal lagu yang jika dinyanyikan bisa muncul masalah itu.
Namun selebihnya, tak bisa disangkal bahwa Farel sukses besar menggoyang Istana Negara dan menghibur semua yang hadir. Sampai-sampai mereka turun mendampingi Farel dan bergoyang bersama. Presiden Jokowi dan Ibu Iriani juga terlihat sangat menikmati dan ikutan bergoyang mengikuti lantunan lagu dangdut koplo itu.
Akhirnya, saya kok melihat tampilnya Farel Prayoga selaras dengan tema besar yang diusung pada HUT RI ke-77, yang menyerukan agar kita sebagai bangsa dapat pulih lebih cepat dan bangkit menjadi lebih kuat. Inilah revolusi mental yang sesungguhnya sangat diperlukan guna menghadapi permasalahan bangsa, tak hanya soal dampak pandemi Covid-19.
Jadi ... matur suwun Dik Farel sudah menginspirasi rakyat Indonesia dengan penampilanmu. Ojo lali terus sekolah sing dhuwur seperti pesan Pak Jokowi sama kamu dan semoga harapanmu menjadi penyanyi terkenal bisa tercapai, ya!
Sumber Utama : https://seword.com/politik/farel-menggoyang-istana-saat-upacara-kemerdekaan-4FzvmW8e8v
Presiden Nyanyi Bareng, Menteri Berjoget, dan Abu Bakar Ba’asyir Hadiri HUT RI Ke-77
Asyik dan serunya di Istana Merdeka, lantaran Presiden Jokowi bernyanyi bareng dengan Farel Prayoga.
Momen lagu Ojo Dibandingke, yang sempat viral di sosmed sebelum dimulai upacara HUT RI ke-77 dan deru mesin pesawat jet tempur bermanuver di langit Jakarta.
Di sekitar panggung tampak beberapa menteri bergoyang, berjoget riang seiring lagu didendangkan dengan indahnya.
Pemandangan seperti itu jarang ditemui dalam kondisi negeri seperti sekarang. Terutama yang hadir di Istana Merdeka dan halaman upacara hari kemerdekaan seakan-akan mimpi dan harapan akan mulai bersemi kembali. Tema utama HUT RI ke-77: “Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat” cukup mewakili apa isi benak kita.
Bernyanyi sambil bergoyang, luapan nikmatnya kemerdekaan dipompa joget para menteri. Satu ungkapan yang larut dalam kemeriahan hari kemerdekaan. Lupakan yang lain!
Enyahlah pikiran kusut, batin membuncah atau beban hidup yang menindih! Penat melanda terasa diobati dengan perayaan hari kemerdekan melalui nyanyian dan joget bersama.
Rasa sumpek pun hilang. Presiden Jokowi nampak semringah, karena suasana ceria yang membuatnya demikian, yang gambarnya diliput oleh media. Menteri yang satu tampil ke depan, tidak ketinggalan pula susulan menteri lain turut joget. Canda dari menteri tidak luput mengulum senyum di antara mereka.
Hanya Presiden Jokowi dan menteri yang lebih tahu apa sesungguhnya citra pikiran dan perasaan mereka, yang menggelayuti relung-relung kehidupan berbangsa dan bernegara. Yang jelas, mereka menuai keceriaan, yang belum tentu mampu dirahi di momen lain, di luar HUT RI.
Sulit dibayangkan, andai kita masih hidup di zaman penjajahan alias kemerdekaan belum kita rahi. Sudah bisa disimpulkan, lagu kebangsaan Indonesia Raya atau lagu Ojo Dibandingke yang dinyanyikan oleh Presiden Jokowi dan diiringi joget menteri tidak bisa dinikmati bersama.
Menurut riset atau hasil studi, hati yang tulus dan lapang akan menyerap aura positif dari sekitarnya. Lagu yang dihayati bisa menjadi penawar bagi kemelut permusuhan sesama. Musik termasuk bernyanyi bermanfaat bagi kesehatan mental.
Bernyayi bersama di momen lagu Ojo Dibandingke melebutkan ‘kekerasan’ dalam tubuh, terutama di bagian otak. Musik atau lagu itu sambil berjoget bersama dianggap bisa mengubah suasana hati, dari gundah ke gembira, dari riang makin riang.
Begitulah, campur sari perayaan hari kemerdekaan Indonesia ke-77 di Istana Merdeka memenuhi ruang jiwa, pikiran, dan jasmani.
Apa kabar Abu Bakar Ba’asyir ? Nah, di tempat lain, sosok sepuh ulama kharismatik nan bersahaja nampak tidak mengalungkan serban. Dia memakai baju serba putih, bersarung coklat, berkaca mata, dan tidak luput tongkat digenggamannya di dekat kursi, yang berjejer di bagian depan.
Dari sana, Abu Bakar Ba’asyir bersama Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy nampak khidmat dan segenap hati mengikuti HUT Kemerdekaan Indonesia ke-77 di Ponpes Al Mukmin Nguruki.
Selengkapnya bisa dilihat di sini https://regional.kompas.com/read/2022/08/17/145116578/abu-bakar-baasyir-hadiri-upacara-hut-ke-77-ri-sejak-ponpes-berdiri-ini
Sebelumnya, Abu Bakar Ba’asyir baru dinyatakan bebas murni sekitar dua tahun lalu, 2021. Abu Bakar Ba’asyir diketahui sebagai tokoh garis keras yang menentang dasar negara dan ideologi Pancasila sekaligus menolak pemerintah yang sah.
Ini cuma berandai-andai saja. Bagaimana jika Presiden Jokowi bertemu dengan Abu Bakar Ba’asyir dalam suasana kekeluargaan dan keterbukaan demi kemajuan bangsa.
Syaratnya, bagaimana kita, dari tingkat atas hingga tingkat bawah perlu memiliki ketulusan semurni-murninya. Antara pemimpin dan rakyatnya saling merindukan satu sama lain dalam kehangatan dan persaudaran yang tiada taranya.
Alangkah harmoni jagat ini saat kedamaian terbangun di hari kemerdekaan. Apalagi tembang lagu itu selalu tergiang dari suara Presiden Jokowi.
Lewat lagu dan joget lepas menghibur itu berarti melupakan kebencian. Lagu bareng dan joket spontan, joket menteri apa adanya akan membuyarkan dendam kesumat dan muslihat politik. Semoga.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/presiden-nyanyi-bareng-menteri-berjoget-dan-abu-avlN5oClvQ
Angkat Jempol buat Reaksi Gibran Saat Momen Gagal Berkibarnya Sang Merah Putih di Solo
Gibran Rakabuming Raka menunjukkan kualitas kepemimpinan yang baik saat merespons peristiwa tak terduga pada Upacara HUT RI Kota Surakarta, yang digelar di Stadion Manahan pada Rabu (17/8/2022) kemarin.
Sebelumnya, ada adegan saat para petugas pengibar bendera dari Tim Paskibra gagal mengibarkan Sang Merah Putih karena tali pengait di tiang bendera mendadak patah sesaat sebelum bendera dikibarkan. Alhasil, bendera yang sudah siap dipasang tidak bisa membentang dengan sempurna. Meski masih bisa dibentangkan dengan cara lain supaya acara pengibaran bendera tetap berlangsung, tetapi momen itu menjadi pukulan telak bagi para petugas yang tak kuasa menahan tangis karena kejadian itu.
Akan tetapi, di sinilah sosok Gibran selaku orang nomor satu di Surakarta menunjukkan sisi manusiawi dari seorang Wali Kota. Alih-alih marah, Gibran justru memberi dukungan moral kepada anak-anak muda dari Tim Paskibra itu.
Pada akhir acara, mereka bahkan diajak untuk tetap menegakkan kepala sambil melambaikan tangan ke arah para tamu undangan yang hadir, sebagai bentuk penghargaan dan rasa terima kasih karena tetap memberi dukungan pada momen yang sukar dilupakan itu.
Sementara itu, sorenya mereka juga mendapat kesempatan buat membuktikan kualitas sebagai pengibar bendera saat upacara penurunan bendera, yang kali ini berjalan lancar tanpa terjadi insiden apa pun seperti pagi harinya.
Bagi saya, momen insiden gagalnya Sang Merah Putih berkibar ini menjadi penguji yang sangat baik terhadap kualitas seorang.pemimpin. Apalagi pada saat bersamaan, Gibran kudu membesarkan hati anak-anak muda itu agar mampu menerima kegagalan itu dengan lapang dada, lalu segera memotivasi diri agar ke depan mereka tetap bisa menjalankan tugas dengan lebih baik.
Bukankah momen itu terasa semakin pas juga dengan slogan HUT RI ke-77 ini, yakni Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat? Slogan yang terasa semakin jelas digambarkan lewat dua peristiwa yang terjadi dalam waktu singkat, mengenai kisah kegagalan pada pagi hari dan kudu semangat untuk bangkit dan kembali bertugas sore harinya?
Ah, sungguh keren respons Mas Gibran sebagai Wali Kota sekaligus "bapaknya anak-anak muda" di Kota Surakarta pada momen Upacara HUT RI ke-77 kemarin. Reaksi yang tak hanya menunjukkan kualitas leadership dari sulung Jokowi itu, tetapi juga dapat memperkuat citra diri seorang Gibran di tingkat nasional dengan adanya pemberitaan soal momen tersebut. Sangat pantas diacungi dua jempol ke atas! Bagaimana menurut Anda?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/angkat-jempol-buat-reaksi-gibran-saat-momen-gagal-Bmzj0znlfR
IKN Bakal Aman, lantaran Dipayungi PPHN?
Dalam waktu dekat, atau bahkan mulai hari ini, Kamis (18/8/2022) bakal ramai di media.
Khususnya para ahli Hukum Tata Negara, politisi dan juga pengamat yang sok asal njeplak itu akan tampil silih berganti, berkomentar atau hanya sekadar nyinyir.
Ini terjadi lantaran Ketua MPR-RI, Bambang Soesatyo sudah memastikan untuk menghadirkan Pokok-Pokok Haluan Negara (PPHN) tanpa melalui perubahan UUD 1945.
“Hadirnya PPHN tidak akan mengurangi sistem presidensial yang telah kita sepakati bersama,” kata Bamsoet di ruang rapat paripurna, gedung Nusantara, kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (16/8/2022).
Bamsoet menyatakan PPHN tidak akan menimbulkan kewajiban bagi Presiden untuk mempertanggung-jawabkan pelaksanaannya kepada MPR.
Adanya PPHN, menurut Bamsoet, justru akan menjadi payung ideologis dan konstitusional bagi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045.
Seorang ahli Hukum Tata Negara yang paling getol menolak munculnya PPHN adalah Feri Amsari, Direktur Pusat Studi Konstitusi (Pusako) Fakultas Hukum Universitas Andalas.
Feri menjelaskan, jika PPHN ditambahkan menjadi kewenangan MPR, maka secara konsep tata kenegaraan, semua lembaga negara harus menyesuaikan programnya dengan PPHN bentukan MPR.
Jika demikian, menurutnya, hal ini sama dengan menjadikan kembali MPR sebagai menjadi lembaga tertinggi negara.
"Nah, bagaimana kalau MPR mengatakan presiden melanggar PPHN, DPR melanggar PPHN, dan kalau isi MPR adalah sebagaian besar DPR, BPK melanggar PPHN, KY, KPK, apa kemudian outputnya? Bukankah itu mirip MPR menjadi lembaga tertinggi kembali?," tegasnya.
Bakal seru nih jadinya.
Menurut Bamsoet, proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara harus tetap berjalan, meski terjadi pergantian kepemimpinan pada 2024.
Untuk menjamin keberlangsungan proyek IKN, diperlukan Pokok-Pokok Haluan Negara (PPHN) selaku peta jalan pembangunan.
Pembangunan IKN Nusantara merupakan proyek jangka panjang. Oleh karena itu, pengesahan PPHN dapat menjamin konsistensi lintas pemerintah untuk melanjutkan proyek IKN sesuai konsepnya, yakni smart, green, blue city, serta hub bagi perekonomian nasional.
"Pembentukan 'haluan negara' yang dipatuhi oleh pemerintahan periode berikutnya, menjadi aspek krusial untuk mengarahkan pembangunan. Khususnya, untuk mencapai visi Indonesia sebagai negara maju pada 2045
PPHN tidak akan mengurangi sistem presidensial yang berlaku hingga saat ini. "Hadirnya PPHN tidak akan mengurangi sistem presidensial yang telah kita sepakati bersama," pungkasnya.
Memang, kalau dinalar dengan akal sehat, RUU IKN ini sudah diketok palu DPR-RI. Jadi sudah sah! Hanya Fraksi PKS saja yang tidak menyetujui RUU tersebut.
Proses pembahasannyapun, menurut berbagai pemberitaan media, diawali dengan rapat Pansus bersama dengan para ahli mulai dari ahli publik hingga tata ruang.
Kemudian dilanjutkan dengan rapat panja yang membahas empat hal. Yakni tentang status IKN, pembiayaan IKN, rencana induk dan ihwal pertanahan.
Tapi ya itu tadi. Penolakan tetap bertubi-tubi. Ada yang lewat ‘DPR jalanan’ alias demo dan ada pula yang mengajukan Judicial Review UU IKN ke Mahkamah Konstitusi.
Sehingga mulai hari ini, isu pemberitaan media tak hanya terfokus pada pembunuhan Bharada Yoshua, namun tambah lagi soal hadirnya PPHN tanpa melalui amandemen UUD 45.
Dan sesekali akan diselingi isu copras-capres yang juga belum jelas juntrungannya, koalisi apa akan menjodohkan capres – cawapres siapa.
Selalu seru dan mengasyikkan.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/ikn-bakal-aman-lantaran-dipayungi-pphn-rbTGXmukeR
Dugaan Ada Ulah Mafia, Mengusik Imajinasi Publik Atas Kasus FS
Belum tuntas kepingan kasus pembunuhan Brigadir J dipolakan secara utuh, termasuk motif sang jendral melakukan kejahatannya, ada beberapa hal yang ckup mengusik nalar humanisme kita tentang beberapa kemungkinan yang mengiringi atau mendahuluinya.
Hal pertama adalah berawal dari pertanyaan, kenapa Putri Candrawathi (PC) justru terkesan memojokkan si korban, sementara diakui oleh keluarga Yoshua bahwa PC dan FS sudah seperti keluarga dekat mereka? Pertanyaan itu tampaknya mulai menemukan jawaban, manakala PPATK mengungkap transaksi rahasia pada rekening Yoshua setelah peristiwa tragis itu terjadi.
Tentu saja kecurigaan kita otomatis terpicu ketika berita ada dana dari rekening almarhum mengalir ke rekening lain, seakan-akan dia bertransaksi dari alam lain, kira-kira demikian jika digambarkan dalam nuansa gaib.
Bukankah peristiwa terakhir ini bakal semakin membuka Pandora yang bisa saja menjadi aib terbesar lingkaran sosok-sosok keluarga FS, atau bahkan pihak lain yang lebih besar lagi.
Meskipun hanya pengadilan yang berhak memfatwakan, bagaimana puzzle kasus pembunuhan Yoshua dikonstruksikan, namun awam setidaknya punya terawangan yang kurang lebih sama dengan imajinasi para hakim kelak. Misalnya tentang kemungkinan kelompok Mafia judi ataukah narkoba, sebagaimana pernah dinarasikan oleh pengacara keluarga Yoshua di acara “Hotroom” tempo hari.
Publik seperti akan dibuat terkaget-kaget manakala pengadilan kelak membuka fakta yang barangkali sangat jauh menjangkau aspek yang selama ini tertutup tabir tebal. Tabir dimaksud bisa jadi pernah kita saksikan hanya dari fiksi bertema hukum, entah berupa novel atau yang divisualkan ke media digital.
Untuk membaca beberapa kemungkinan dari puzzle yang sudah memperlihatkan siluetnya, kita sepertinya perlu menata atau lebih tepatnya menyiapkan kewarasan masing-masing, karena yang akan kita saksikan nanti adalah kasus yang hanya layak terjadi di pertunjukan layar lebar, saking terlalu masygulnya jika hal ini ternyata memang terjadi di kehidupan nyata.
Sangat masuk akal kita memproyeksikan lebih awal tentang apa yang terjadi di balik peristiwa terbunuhnya Yoshua, karena gelagatnya sedemikian membelalakkan mata. Bagaimana bisa misalnya, oknum penegak hukum yang terlibat, atau lebih tepatnya bdiperiksa tim Irsus, sedemikian massifnya jika komplotannya tidak boleh disebut biasa-biasa saja.
Kita sih hanya berucap dengan penuh kekhawatiran, dan hanya mampu menggumamkan kata “amit-amit” ketika berimajinasi perkembangan kasus ini hingga mengusik sendi-sendi kehidupan sosial yang teramat sensitif. Tapi kita pun harus menyiapkan mental jika memang hal luar biasa itu ternyata terbukti di pengadilan.
Barangkali hanya mereka yang bergelut di bidang hukum praktis atau akademisi yang mampu menganalisis dengan kedalaman memadai, namun setidaknya suara hati secara manusiawi pun mampu menerka hal sensitif yang masih tertutup tabir itu.
Hal yang cukup menghenyakkan, ketika imajinasi itu sampai pada tahap : Masak iya, seorang yang sudah menjalani seleksi integritas dan kesetiaan kepada negara, masih juga mampu berkhianat sebagaimana selama ini hanya bisa disaksikan di layar hiburan.
Meskipun jangan pula dinafikkan, karena ada juga kemungkinan cerita fiksi, untuk level sosial tertentu justru merupakan akademi spesifik, yakni mereka yang berkarakter kriminal karena unsur DNA-nya demikian.
Sekali lagi kita masih dalam tataran berandai-andai, bahwa hikmah yang perlu digali seumpama perkiraan mengerikan tadi terbukti secara hukum, artinya ada kebutuhan mendasar yang sangat mutlak haruskita penuhi.
Pertama pada tataran infrastruktur dan suprastruktur, bahwa instrumen hukum kita ternyata masih serapuh itu. Maka para akademisi bersinergi dengan legislatif perlu membuat kajian mendalam, semata-mata guna mengeliminasi hal serupa terjadi berulang.
Yang tidak kalah mendesaknya barangkali kebutuhan menata kesadaran nasional, minimal sudah dikenalkan sejak masih usia dini. Bahwa integritas seorang putra bangsa itu harus tertanam kuat dan utuh, tentu saja dengan memberdayakan metode pedagogic yang teruji.
Betapa runyamnya jika kelak lahir bergenerasi-generasi dengan karakter yang mewarisi mental paara criminal. Meskipun bisa saja keturunan biologis mereka tetap muncul, tapi jangan samap inspirasi buruk turut diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Adakah kebutuhan untuk menggunakan metoda memotong satu generasi? Keputusan seperti itu mungkin boleh diambil dalam skala terbatas, khususnya di lingkaran yang tingkat kasusnya paling ekstrim. Semoga negeri dongeng yang terlihat indah ini, juga indah dalam segala aspeknya, termasuk masyarakat majemuknya yang mengedepankan kemanusiaan paling hakiki.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/dugaan-adaulah-mafia-mengusik-imajinasi-publik-WrchQIvB3c
Musni Umar Pakai Pertalite, Bukti Subsidi Salah Sasaran!
Ternyata Musni Umar pakai pertalite. Dia pernah mengatakan bahwa kebijakan presiden Joko Widodo dalam menaikkan harga BBM non subsidi adalah hal yang salah.
Lalu kemudian dia memberikan sebuah komentar mengenai keberadaan pertalite yang habis dan dia meminta justru pertalite dinaikkan saja biar barangnya ada. Buat saya ini hanyalah membuktikan bahwa dirinya ini memang merupakan orang yang tidak bisa diharapkan dan diandalkan menjadi sosok yang memberikan contoh kepada para murid-muridnya.
Padahal secara jabatan dia ini adalah rektor yang seharusnya tidak menggunakan pertalite untuk kegiatan sehari-harinya. Pendukung Anies Baswedan yang merupakan maskot radikalisme dan terorisme ini menjadi sosok yang membuktikan bahwa pemerintah selama ini salah sasaran melakukan subsidi BBM pertalite.
Seharusnya sasaran dari subsidi pertalite ini hanya kepada orang-orang yang merupakan pekerja transportasi umum dan juga orang-orang yang kurang mampu. Dan selama ini prakteknya orang-orang yang mampu justru memborong pertalite banyak-banyak.
Ini membuktikan bahwa pertalite memang sudah harus dinaikkan dan saya setuju dengan hal ini meskipun kebijakannya pasti pro dan kontra. Saya tidak mau bicara soal pro dan kontranya kebijakan ini. Tapi satu hal yang pasti adalah Musni Umar seharusnya tidak boleh menjadi orang yang menggunakan pertalite karena dia itu rektor.
Memang betul bahwa BBM pertalite ini semakin langka dan tidak punya stok karena seringkali habis atau mungkin dijatahi stoknya. Meskipun demikian kita tidak boleh menjadi orang yang nyinyir apalagi melihat pendukung Anies Baswedan ini komentar terlalu kelihatan nafsunya.
Memang benar bahwa yang namanya pertalite ini harus dialokasikan secara benar dan tidak boleh main-main. Jika semua orang bisa mengakses BBM pertalite dengan harga sekitar 8 ribuan itu per liter tentunya akan membuat kelangkaan semakin tinggi. Mungkin hal yang bisa saya sarankan kepada pemerintah adalah menghentikan pemasaran pertalite di SPBU umum.
Pemerintah bisa mengalihkan BBM tersebut ke pangkalan-pangkalan yang memang ditempatkan khusus untuk para pengemudi kendaraan umum. Supaya orang-orang baca muslim Umar ini tidak mendapatkan kesempatan untuk BBM subsidi yang tidak diperuntukkan untuk dirinya.
Semua orang tahu BBM naik ini bukan karena presiden Jokowi tapi karena keadaan harga minyak di global. Dan besar banget sarapan saya agar pertalite bisa tidak diberikan kepada Musni Umar dan pendukung Anies Baswedan lainnya.
Tentu bisa kita bayangkan kalau orang-orang macam Musni Umar ini yang merupakan pemborong pertalite. Sudah nyinyir sama Ahok, masih saja pakai BBM subsidi pemerintahan presiden Joko Widodo.
Situ rektor atau orang dengan rasa malu yang sudah tidak ada? Semoga saja kita bisa sama-sama paham bahwa orang macam Musni Umar ini merupakan benalu bagi masyarakat Indonesia.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/musni-umar-pakai-pertalite-bukti-subsidi-salah-n3prBbDyWO
SBY, Semalam di Malaysia
Menjelang tanggal 17 Agustus 2022, pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia tentunya sibuk dan siap menyambut perayaan HUT RI yang ke-77. Bahkan ketika bulan Agustus datang, aksesoris merah putih mulai dipajang di mana-mana.
Kantor-kantor pemerintah, terutama yang ada di kawasan Istana, mulai heboh dengan kain-kain berwarna merah putih yang membentang di pagar hingga gedung-gedung megah itu.
Situasi yang sama terlihat di perumahan-perumahan. Pengurus RT/RW memasang bendera warna-warni di seantero komplek, yang diikuti pemasangan bendera merah putih di depan rumah masing-masing oleh warga.
Agustus tahun ini, di mana negeri ini genap berusia 77 tahun, perayaannya dipusatkan di Istana Merdeka, Jakarta. Terasa spesial, sebab dua tahun sebelumnya suasana seperti ini tidak ada, karena pembatasan-pembatasan disebabkan covid-19. Tahun ini situasi yang semakin membaik ditandai dengan ramainya perayaan, layaknya tahun-tahun sebelum covid-19 datang.
Tapi, ketika semua orang bersiap menyambut hari bahagia dan membanggakan itu, terbetik berita yang kurang menggembirakan. Sebab SBY malah bertolak ke Malaysia.
Ada apa? Padahal bukankah sebaiknya beliau berada di tempat, untuk hadir di sidang tahunan MPR pada 16 Agustus 2022, dan esok harinya (17/8/) ke Istana Merdeka sebagai undangan kehormatan pemerintah menghadiri upacara HUT RI ke-77 itu?
Informasi yang beredar, presiden RI ke-6 itu sudah berada di negeri jiran, dalam rangka menghadiri sejumlah acara selama beberapa hari, dari 14 hingga 18 Agustus. Hati pun bertanya-tanya: sepenting apakah gerangan acara tersebut, sampai harus mengabaikan acara sakral di Tanah Air?
Apa lagi, menurut penjelasan dari pihak berwenang di Demokrat, selama di Malaysia mantan ketum partainya itu “hanya” untuk menonton pertandingan voli, dan berpidato di Universitas Kebangsaan Malaysia.
Sebagai orang Indonesia, mantan presiden pula, sepenting apakah gerangan acara-acara di Malaysia itu dibanding kehadirannya dalam sidang tahunan MPR dan acara-acara detik Proklamasi RI ke-77 di Istana Negara? Tentunya jauh lebih urgen berada di Ibu Kota untuk hadir dalam even-even penting sejarah bangsa tersebut.
Walaupun kabarnya beliau toh akan menghadiri upacara 17 Agustus 2022 itu di Kedubes RI Kualalumpur, tentu tidak selevel dengan statusnya sebagai mantan orang nomor satu di negeri ini. Dia mestinya berada di halaman Istana bersama para petinggi republik, dan mantan presiden RI, seperti presiden RI ke-5 Megawati Soekarnopoetri yang duduk anteng di podium kehormatan, dekat dengan Presiden Jokowi.
Tentang kepergian SBY ke Malaysia pada hari-hari yang tidak “pas” itu, opini-opini liar pun berhamburan. Misalnya ada yang berpendapat bahwa doi memang sengaja menghindari sidang tahunan MPR supaya tidak mendengar secara langsung paparan Presiden Jokowi tentang pencapaian-pencapaian gemilang selama 8 tahun terakhir?
Dalam kondisi seperti itu, SBY memang pasti serba salah. Duduk tak nyaman, bersandar pun tak enak. Ruangan ber-AC yang sejuk itu akan menjadi terasa panas. Tidak panas tapi merasa kepanasan, tidak dingin tetapi kedinginan, kira-kira seperti itu mungkin perasaan SBY apabila hadir di sidang tahunan itu. Maka daripada menderita tak karu-karuan, mending menyingkir dulu ke Malaysia?
Begitulah antara lain analisis liar sejumlah orang atas kepergian Pak Mantan ke Malaysia. Sebuah analisis yang tidak mengenakkan bagi yang bersangkutan memang. Namun bagaimana pun cukup beralasan juga.
Sebab kita harus mengakui bahwa periode Pak Mantan pada dasarnya kalah cemerlang dibandingkan pencapaian-pencapaian Jokowi hingga saat ini. Yang lebih mengagumkan tentu saja tentang daya tahan perekonomian negara saat digempur pandemi selama kurang-lebih dua tahun ini. Ada banyak negara yang kolaps, sementara fundamental RI cukup kokoh.
Terus terang saja, apabila bukan Jokowi presidennya – yang notabene dibantu sejumlah menteri berkualitas jempolan – bisa jadi kisahnya menjadi lain. Belum lagi tentang bagaimana sosok Jokowi yang mendapatkan apresiasi dan pengakuan dari kalangan pemimpin mancanegara. Dia misalnya diakui sebagai tepat dan brilian dalam menanggulangi pandemi covid-19.
Keberanian ketegasan dan keteguhan Jokowi menghadapi dunia, dalam upayanya melindungi kekayaan alam negeri, supaya kita tidak cuma jadi konsumen barang-barang yang bahan bakunya diangkut dari negeri kita, sangat membanggakan dan membesarkan hati kita sebagai bangsa Indonesia.
Tindakan Jokowi ini telah pula mengangkat harkat kita sebagai bangsa yang terkemuka di planet ini. Sulit membayangkan apabila bukan Jokowi yang memimpin di tahun-tahun sulit yang sedang melanda dunia sejak 3 tahun terakhir ini?
Maka tidak terlalu berlebihan lirik lagu dangdut yang dibawakan si Farel Prayoga penyanyi cilik asal Banyuwangi, Jawa Timur, usai upacara menaikkan bendera merah putih 17 Agustus 2022 di halaman Istana Merdeka.
Lirik lagu berjudul “Ojo Dibandingke” itu antara lain mengatakan: Wong ko ngene kok dibanding-bandingke, Saing-saingke yo mesti kalah, Tak oyako aku yo ora mampu. Orang seperti ini kok dibanding-bandingkan, dipersaingkan ya mesti kalah. Ku kejar pun aku tak mampu
Siapa yang dimaksudkan si Farel sebagai orang yang tak punya lawan untuk dipersaingkan dan dibanding-bandingkan itu? Sudah jelas Jokowi.
Bahkan Prabowo Subianto yang mestinya sebagai pihak yang paling menderita, dan paling tersindir pada saat itu, malah turut bersukaria dan ikut berjoged di samping Farel.
Sedangkan SBY, boleh dikatakan ada dalam posisi amanlah pada waktu itu. Atau bisa saja beliau malah menyanyikan lagu nostalgia berjudul: “Semalam di Malaysia”?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/sby-semalam-di-malaysia-wkclkA4N5F
Prabowo Remuk Tanpa Bentuk
Pastilah kita semua masih ingat bagaimana sosok Prabowo Subianto di kisaran tahun 2014 sampai 2019. Beberapa tahun sebelum 2014, Prabowo diyakini sebagai calon terkuat untuk menggantikan SBY yang akan selesai pada 2014. Doi sudah duduk anteng di istana selama 2 periode, maka tidak boleh nambah lagi.
Bahkan sebenarnya pada 2009, kans Prabowo cukup kuat untuk menyaingi SBY yang maju untuk periode kedua. Namun karena dia hanya jadi cawapres, banyak orang yang kurang sreg. Kata mereka, mestinya Prabowo yang jadi capres. Ketika itu ada spanduk berbentuk dukungan hanya untuk Prabowo saja. Bunyinya kira-kira: “coblos Prabowo”. Nama capresnya tidak disinggung-singgung. Artinya, mereka hanya melihat Prabowo, bukan yang lain.
Pilpres 2009, SBY yang berpasangan dengan Budiono, dengan mudah menyingkirkan rival dengan kemenangan 65%. Ada keyakina, seandainya Prabowo yang menjadi lawan SBY sebagai sesama capres waktu itu, hasilnya tentu beda. Atau kalapun kalah tidak sampai setelak itu. Mungkin kira-kira sewaktu melawan Jokowi-lah, selisih kekalahan cuma 5%-an.
Maka ketika tahun 2014 SBY tidak bisa jadi capres lagi, nama Prabowo menjadi sangat kuat sebagai the next. Penulis dan banyak kawan ketika itu juga mengidolakan Prabowo.
Namun siapa nyana Jokowi yang sedang menjadi gubernur DKI Jakarta pada 2012, dalam setiap survei capres namanya sangat menjulang, malah jauh melewati Prabowo. Mungkin Prabowo dan timnya waktu itu tidak terlalu ambil peduli dengan majunya Jokowi - Kalla jadi capres 2014 melawan Prabowo – Hatta.
Sebab, siapa sih yang bisa menandingi sosok dan popularitas Prabowo yang sudah terkenal sejak zaman Pak Harto? Dia militer yang cemerlang, bahkan sempat menjadi pangkostrad, sebelum karirnya hancur berantakan, menyusul lengsernya Soeharto, yang adalah (mantan) mertuanya.
Bukan cuma itu, Prabowo berlatar belakang keluarga terpandang dan terhormat. Ayahnya, Soemitro Djojohadikoesoemo, ekonom terkemuka, bereputasi dunia. Bahkan pernah menjadi menteri di era Sukarno dan Soeharto.
Sangat jauh dibandingkan dengan Jokowi yang meskipun gubernur DKI Jakarta, dan mantan walikota Solo, namun berlatar belakang keluarga sederhana (miskin). Bahkan rumah di masa kecilnya pernah digusur oleh pemerintah daerah setempat. Sebelum dikenal publik sebagai walikota, Jokowi hanyalah seorang tukang kayu, atau paling banter juragan meubel.
Tapi tahun 2014 Jokowi mengatasi semua “kelebihan” Prabowo. Dia menang pilpres sekalipun di tengah serangan hoaks, fitnah sebagai PKI, dan sebagainya. Seluruh serangan dan fitnah itu diyakini menjadi salah satu senjata pamungkas pihak lawan untuk mempermudah proses kemenangan itu.
Sebelumnya, ketika mendapati lawannya ternyata adalah Jokowi, suasana hati Prabowo tentu bergejolak panas. Pertama, dia merasa dikhianati, karena merasa punya andil besar membawa Jokowi ke Jakarta. Bahkan konon beredar isu jika sudah ada perjanjian antara PDIP dan Prabowo, tidak akan mencapreskan Jokowi pada 2014.
Namun apa hendak dikata, Prabowo pun “tersandung” hingga jatuh terjerembap sebanyak dua kali. Maka bisa dibayangkan bagaimana sakit hatinya Prabowo ketika itu. Merasa masih punya kans untuk membalas dendam 2019, Prabowo dan jajarannya semakin intensif melakukan banyak cara untuk memenangkan Pilpres 2019. Isu PKI tetap dimainkan, meski akhirnya mentah setelah La Nyalla Mattalitti, pecah kongsi dengan Prabowo, lalu mengaku salah, dan minta maaf soal tudingan massif ke pihak Jokowi sebagai PKI.
Kubu Prabowo memanfaatkan betul “partisipasi” gerombolan kadrun yang menjadi pendukung militan Prabowo. Bahkan mereka ngotot bahwa Prabowo itu pilihan agama untuk membuat agama kembali berjaya. UAS dan UAH dua penceramah agama yang sangat kondang silih berganti datang mendoakan dan meyakinkan bahwa Prabowo akan menang, sebab pilihan umat. Tapi semua hanya isapan jempol.
Di masa-masa itu, nyata sekali sosok Prabowo yang garang dan beringas terhadap lawan politiknya di 2019. Misalnya ketika Ratna Sarumpaet mengaku digebuki hingga penyok, entah apa juntrungannya Prabowo cs., didampingi Fadli Zon bikin konferensi pers yang seolah ingin menggiring bahwa pelakunya adalah kubu lawan? Ratna memang salah satu simpatisan militan Prabowo.
Sosok Prabowo yang sangar menakutkan itu kembali diperlihatkan saat kampanye di sebuah tempat. Prabowo tiba-tiba saja seperti marah sambil membanting-banting meja kayu di sampingnya dengan telapak tangannya sekuat tenaga. Untung Amien Rais segera menenangkannya. Entah apa yang membuat dia tiba-tiba geram dan memukul-mukul meja? Apakah karena sosok Jokowi tiba-tiba muncul di pikirannya?
Berbagai manuver yang dilakukan para simpatisannya, termasuk mendemo KPU sambil menyebarkan tudingan “KPU Curang”, terkesan mengada-ada dan ngaco-gelo. Sebab pemilu saja belum, tetapi sudah dituduh curang? Itu sebuah strategi untuk mempengaruhi masyarakat supaya tidak percaya jika nanti lawan mereka menang. Strategi seperti itu jahat dan culas sekali. Dan itu dianggap mewakili sosok Prabowo yang sangat ngebet dan bernafsu memenangkan Pilpres 2019 itu.
Ketika berdasarkan quick count Jokowi-Ma’ruf menang dengan selisih 5%, tak terbayangkan bagaimana “ganas”nya Prabowo ketika itu. Dia dan pengikutnya lempar isu, tuding curang sana sini. Menyatakan dirinya sebagai pemenang dengan hitung-hitungan mereka sendiri. Prabowo ketika itu sangat menyeramkan. Hanya keputusan MK yang meneguhkan kemenangan Jokowi bisa membuatnya menerima kenyataan. Dia bahkan mau menjadi menteri pertahanan.
Bergabungnya Prabowo ke Jokowi, bahkan menjadi bawahannya, menghancurkan reputasi Prabowo di mata banyak mantan pengikutnya. Apalagi belakangan dia sering memuji dan menyanjung Jokowi. Mungkin, kata orang, itu adalah sebuah strategi untuk mengambil hati Jokowi untuk mendukungnya pada 2024. Tetapi di mata banyak orang, Prabowo sudah takluk di tangan Jokowi.
Dan hari ini, pada momen perayaan 17 Agustus 2022, usai upacara pengibaran Sang Merah Putih, dalam acara hiburan tampi si Farel membawakan lagu "Ojo Dibandingke" yang membuat seluruh hadirin, termasuk Jokowi dan Iriana, bergoyang-goyang.
Yang lebih seru, sejumlah menteri maju ke dekat Farel sambil ikutan berjoged ria. Prabowo Subianto juga turut maju ke depan, berjoged di depan hadirin.
Seru, sebab lirik lagu itu sebagai pujian untuk Jokowi, dan Prabowo yang dulu menjadi lawan tangguh Jokowi ikut larut dalam joged. Doi tampak sumringah, meski gayanya kaku.
Namun di mata banyak orang, Prabowo saat itu semakin remuk tanpa bentuk di hadapan Jokowi!
Sumber Utama : https://seword.com/politik/prabowo-remuk-tanpa-bentuk-BHb2aoBYip
Ferdy Sambo, Kehormatan Bangsa dan Diagram Tulang Ikan
Tanya teman-teman penulis Seword. Bagaimana pun juga kasus Ferdy Sambo telah menyedot perhatian publik termasuk saya, yang seorang pujangga. Magnitudo persoalan ini mengusik pikiran saya.
Jemari saya pun tergerak menulis berbagai perspektif tentang hal ini dengan gaya tulisan yang sesekali saya selingi canda, biar enak dan ringan dibaca tapi edukatif, di antaranya:
-
Ferdy Sambo Pakai Glock 17, Ken Arok Pakai Keris Mpu Gandring, Ternyata Ini Soal Air (https://seword.com/spiritual/ferdy-sambo-pakai-glock-17-ken-arok-pakai-keris-wp4PA2ZypP)
-
Darah Itu Mahal Jenderal (https://seword.com/spiritual/darah-itu-mahal-jenderal-2xss7z3O9D)
-
Gajahmada Inspirasi Kapolri Jiwa Bhayangkara Mengawal Negeri (https://seword.com/spiritual/gajahmada-inspirasi-kapolri-jiwa-bhayangkara-TbhPtubk05)
-
Tantangan Kompolnas Memulihkan Kepercayaan Publik (https://seword.com/spiritual/tantangan-kompolnas-memulihkan-kepercayaan-publik-iQRGEWUmnY)
Saya pikir sudah cukup saya menulis, tetapi ternyata pikiran ini tidak bisa diam. Masih saja belum tuntas rasanya bila tidak berbagi gagasan.
Kemarin saya mencoba bertanya kepada rekan-rekan penulis Seword untuk mendapat masukan atas pertanyaan yang masih mengganjal di benak saya:
Apakah kasus Ferdy Sambo ini bisa dikategorikan sebagai Aib Bangsa mengingat beberapa pemikiran ini?
- Jenderal membunuh ajudan lewat alat dan persekongkolan jahat. Kok bisa?
- Menyeret rekan sejawat kena imbasnya. Ya ampun licik sekali siasatnya?
- Membohongi publik dan menurunkan kepercayaan publik terhadap institusi Polri. Seperti kacang lupa kulitnya, padahal rakyat yang bayar gajinya, bukan?
- Menyajikan isu tak sedap dalam pergaulan antar bangsa. Bayangkan kalo tamu-tamu di KTT G20 sempat pada ngrumpi dan bertanya eh sis, tahu gak di negara +62 ada kejadian kaya gini loh?
Jawaban dari rekan-rekan penulis pun beragam:
- Perkara sulit
- Biasa aja. Kasus selingkuh memang begitu. Jgn malu ketika selingkuh, yg malu itu ketika open BO tapi gak bayar 😌. Kayak siapa tuh...
- Gak bakal ada yg nanya
- Selingkuh itu masuk dalam aturan, dalam cinta dan perang, tidak ada benar dan salah. Antara nyaman dan cinta.
- Dalam trias politica, pihak yudikatif yg tangani.. pihak eksekutif seperti presiden, menteri dll cuma bisa komen bantu ngedorong agar kasus dipercepat prosesnya wkwkw
- Kalau G20 rasanya ga akan bahas sambo 😅. G20 kan urusan global antar negara
- Kayak arisan ibu" ntar. Jeng", itu sambo gimana seh.
- Apalagi kalau Putin yg nanya gitu wkwwk
- Kalau amrik pastilah sekalian sungging2 HAM
- Kejauhan. Berapa km mbah jaraknya? Kok kejauhan? 1 juta tahun cahaya
Dasar usil, teman-teman ini komentarnya malah lucu-lucu.
Memulihkan Kehormatan Bangsa Bersama-sama
Banyak pihak telah ikut terseret dalam pusaran kasus ini sampai 36 polisi. https://www.youtube.com/watch?v=pBRwS3QZbjU
Tentunya nama baik Polri yang adalah polisinya 270juta rakyat Indonesia ikut tercoreng. Namun kita tak bisa diam saja sebagai rakyat, karena Polri adalah bagian dari rakyat.
Kita semua mesti berpadu dalam gotong royong untuk membangun kembali kepercayaan publik terhadap Polri, sementara Kapolri ibarat berperan sebagai lokomotif yang membawa kinerja kepolisian beserta seluruh jajarannya menjadi lebih baik lagi sebagai Bhayangkara Negeri.
Diagram Tulang Ikan Dulu sewaktu kuliah kita pernah belajar sebuah alat manajemen untuk mengidentifikasi masalah yang sering terjadi di pabrik atau perusahaan.
Diagram Ishikawa (disebut juga diagram tulang ikan, atau cause-and-effect matrix) adalah diagram yang menunjukkan penyebab-penyebab dari sebuah even yang spesifik. Diagram ini pertama kali diperkenalkan oleh Kaoru Ishikawa (1968).
Fungsi dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan) Cause and Effect (Sebab dan Akibat) Ishikawa adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya.
Kali ini saya akan menggunakannya untuk menggambarkan perpaduan, kekompakan dan gotong royong yang mesti kita kerjakan bersama-sama. Versi diagram yang asli adalah untuk mencari sebab permasalahan, kali ini kita gunakan untuk menghasilkan solusi atau outcome dari suatu masalah. Sebuah gambar ilustrasi saya buat untuk memudahkan memahami secara lebih utuh dan lengkap.
Kasus Ferdy Sambo ini sekarang sudah memasuki putaran dari sistem peradilan di Indonesia, yang terdiri dari unsur-unsur penegak hukum mulai dari Advokat (bukan alpukat ya, kalo itu jus kesukaan saya), Kepolisian, Kejaksaan, Mahkamah Agung (MA), Komisi Yudisial. Biar lebih jelas baca sumbernya di sini (sumber 1)
Dari saksi, lalu tersangka berlanjut menjadi terdakwa hingga terpidana akan bergulir sesuai dengan progres yang telah mulai berproses dalam sistem peradilan di Indonesia. Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan-SPDP sudah diterima oleh Kejaksaan Agung.(sumber 2)
Harapannya adalah perjalanan proses hukum dan keadilan dalam kasus ini dapat Memulihkan Kepercayaan Publik dan Menjaga Kehormatan Bangsa yang menjadi pikulan kita bersama-sama, utamanya menjadi bidang jangkauan dari sistem keadilan di Indonesia melalui lembaga Kejaksaan, Advokat, Pengadilan, Kehakiman yang dikawal oleh netijen +62, barisan emak-emak +62, Komnas HAM dan semua pihak yang punya waktu dan kepedulian atas problema ini.
Tulisan ini bukanlah sebuah bentuk peradilan sosial media untuk menghakimi Ferdy Sambo, cukuplah pak Benny Mamoto saja yang "dihakimi" oleh awak media Rosi dalam berita "Kompolnas Jubir Polres Jaksel? Ini Jawaban Benny Mamoto - ROSI" https://www.youtube.com/watch?v=9_-EQW1E3sU
Sumber Utama : https://seword.com/spiritual/ferdy-sambo-kehormatan-bangsa-dan-tulang-ikan-DegKTiqsE8
Wuidihh…, Naga-naganya PKS-Demokrat Jadi Rebutan Kubu KIB dan Gerindra-PKB
Semakin ke sini, pertunjukan politik menuju pemilu 2024 semakin menarik. Partai-partai politik semakin asyik bermanuver. Tentu dilakukan demi lebih memperkuat diri demi pertarungan yang sepertinya tidak akan mudah nantinya itu.
Setelah pekan lalu Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menemukan kesepakatan untuk bekerjasama, Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya, kini langkah lanjutan untuk memperkuat diri tadi agaknya semakin mendekati kenyataan. Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar alias Gus Muhaimin menyebut bahwa akan ada dua partai yang bakal bergabung
Di lain pihak, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Amanat Nasional (PKB) juga disebut tengah merayu PKS ataupun Demokrat untuk bergabung. Sumber
**
Seperti diketahui, sejauh ini memang masih ada empat partai politik yang memiliki ambang batas parlemen di atas 4 persen, yang belum menentukan langkahnya. Mereka adalah Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai NasDem, serta Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Terkhusus untuk PDIP, dapat dipahami bahwa mereka terkesan pasif. Toh secara peraturan mereka sudah dipastikan berhak untuk mengajukan calon sendirian.
Kemudian untuk Demokrat, PKS, dan NasDem, komunitas sudah berjalan. Bahkan intens. Namun agaknya juga memperlihatkan betapa sulitnya mereka untuk bersatu.
Ketiganya belum punya pengalaman bekerjasama. Kemudian ketika pun mereka nantinya bekerjasama, peluang dan kekuatan yang mereka punya juga cukup meragukan. Dari figur, praktis mereka hanya akan terlalu bergantung kepada Anies Baswedan.
Anies sendiri, modalnya juga pas-pasan. Hanya kemampuan berkomunikasinya yang bisa diandalkan, sementara selebihnya adalah negatif.
Mendapati kemungkinan seperti itu, menjajaki kemungkinan lain tentu hal yang patut dilakukan. Ketiganya bisa mempertimbangkan opsi yang lebih bisa diharapkan.
Bagi PKS, berkerjasama dengan Gerindra tentu bukan hal yang baru. Pengalaman mereka sudah terbukti bertahun-tahun. Namun yang menjadi ganjalan tentu keberadaan PKB. Bukan rahasia lagi bila di kalangan akar rumput pendukung PKB, ada resistensi yang cukup besar pada PKS.
Demokrat juga tidak punya penghalang bila kemudian mendekat ke Gerindra-PKB. Paling-paling hanya menyangkut masalah keinginan sang Ketum yang biasanya terlalu ketinggian.
PKS dan Demokrat juga masih punya kesempatan untuk bergabung dengan KIB. Dengan kenyataan bahwa kubu ini belum menentukan figur calon yang akan mereka usung, dua partai ini punya posisi tawar untuk mengusulkan kader atau nama yang mereka percaya.
**
Namun nampaknya politik ke depan Indonesia masih akan sangat dinamis. Masih cair.
NasDem bagaimana?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/wuidihh-naga-naganya-pks-demokrat-jadi-rebutan-wuizYGCYtc
Klik Jangan BACA !!!
KLIK di Amien Rais bilang "Gangguan Kejiwaan", ternyata Anaknya "Gangguan Jiwa", benarkah ??!!
Klik Kenapa Pilih Ganjar ?!!!?
Klik Masih tentang ACT dan PKS, MANULIFE hingga BUMN serta Dana CSR
Klik juga ACT & PKS, Ustadz Bechi dan Gubernur Rasa Presiden !!!
Klik juga Mahasiswa "Bela Rakyat" atau "Bela Cukong yang membacking Mahasiswa" ..??!!!
Klik ACT (Aksi Cepat Tanggap) "TERBONGKAR" , VIRAL #JanganPercayaACT
Klik juga VIRAL : Gabung PKS "HARAM" bagi GP Ansor !!!
Klik Super Hero Indonesia "Damaikan Dunia" !!!
Klik LITERASI , apa sih artinya ??
Klik Indonesia & Ukraina : Pertemuan tete-a-tete atau empat mata
Silahkan klik Warga KalSel di "Waluhi OLIGARKI Daerah" atau Oligarki Pusat ?!!!
Klik Jejak Anies dan Intoleransi yang BERBAHAYA untuk Indonesia
Klik juga : Dunia HEBOH ... !!!
Silahkan klik Benturkan Agama !!! buat Cebong dan Kampret Berkelahi dan KADRUN Berjaya !!!
Klik RIBUT
klik juga "VIRAL" Film Lady Of Heaven dan VERSI LONDON (Syi'ah London, Sunni AS, HTI London Dll)
KELEBIHAN Bayar ?? VS Korupsi ... !!!
Klik juga Saatnya Pakai Akal SEHAT, Bukan Pake Kata DUNGU !!!!!!
Klik juga 2024 saatnya seluruh warga Banua Banjar KalSel turun memberikan suara !!!
Klik juga Politisisasi Agama menghasilkan HOAX yang Terpercaya !!!
Warga Banua Banjar 2024 pengen yang Baru di parlemen KalSel !!!!
Foto-foto BEM SI (Badan Executive Mahasiswa Seluruh Indonesia) dan simpatisannya ??!!??
DAYAK VIRAL : #MaafBolehSajaProsesHukumTetapBerjalan !!!!!
Benang Merah DEMO di KalSel !!!
Silahkan klik ini juga : "Operasi
Doktrin Terorisme ukhti FPI" : Muhammad Uhaib As’ad Ketua KAMI Kal-Sel
sebut Rezim Sekarang "Tidak Berbeda" dengan Rezim ORBA ?!!!
Sebagai pelengkap klik ini juga ya : Fraksi PKS & Demokrat "Jangan Buang Badan" - DEMO : Muhammad Uhaib As’ad , Ahdiat Zairullah hingga Rocky Gerung
Info tambahan Klik juga Ade Armando Doa Kebaikan Untukmu : Cuci Otak "Anak Muda" akhirnya apapun SALAH tanpa AKHLAK
yang ini klik Saatnya PERCAYA TUHAN dan Jokowi !!! Demo 11 April 2022, MAHASISWA atau MAHASEWA ??!!!
klik juga ini Demo 11 APRIL : Ustadz Ormas Terlarang HTI di "SANJUNG" di KalSel, ini buktinya !!! Benarkah kader Ormas Terlarang HTI !!!
klik juga ini #JanganMaudiWALUHi
juga ini Foto-foto BEM SI (Badan Executive Mahasiswa Seluruh Indonesia) dan simpatisannya ??!!??
yang ini juga klik #JokowiSelaluSALAH
Jangan lupa klik ini juga Mengenal Wakil Rakyat KALSEL dan Kota Banjarmasin 2019-2024
serta klik ini 2024 : Saatnya Partai baru SUKSES di KalSel hingga Indonesia !!!
https://gusdurian.net/pernyataan-sikap-jaringan-gusdurian-mengutuk-segala-bentuk-kekerasan/
Klik juga videonya dilink dibawah ini :
BONGKAR OTAK DALANG AKSI 11 APRIL
Di bantu share agar masyarakat tidak ikut ikutan🙏🙏 Salam Indonesia Damai
Re-post by MigoBerita / Kamis/18052022/10.58Wita/Bjm