Migo Berita - Banjarmasin - 2024 pertarungan Ideologi PANCASILA vs Ideologi Khilafah versi ormas terlarang !!!!!
Indonesia Butuh Figur yang Mampu Meneruskan Warisan Jokowi, buat Apa Sosok Antitesisnya?
Negeri ini sedang berbenah sejak Jokowi menjadi Presiden RI ketujuh sejak 2014 hingga nanti selesai menjabat pada 2024. Negeri ini bergerak menuju ke arah yang benar sebagai negara yang terus berkembang menuju ke arah yang lebih baik. Apakah pantas jika selanjutnya negeri ini (misalnya) dipimpin oleh figur yang disebut "antitesis Jokowi" yang lima tahun terakhir gagal memimpin Ibu Kota?
Kita mau lihat dulu definisi "antitésis" menurut KBBI berikut ini;
(1) pertentangan yang benar-benar; (2) pengungkapan gagasan yang bertentangan dalam susunan kata yang sejajar, seperti dalam semboyan 'Merdeka atau Mati'
Jika merujuk pada definisi itu, maka bila disederhanakan sosok yang menjadi antitesis Jokowi akan menunjukkan segala sesuatu yang berlawanan dengan yang sudah ditunjukkan, dilakukan, atau yang publik ketahui perihal Jokowi.
Jika Jokowi dikenal dengan dengan rakyat, maka "si antitesis" itu akan berjarak atau malah jauh dari rakyat. Apa yang bisa diharapkan dari pemimpin yang (men) jauh dari rakyat? Tidak ada. Lihat saja Jakarta, yang setelah era Ahok-Djarot berlalu, pintu Balai Kota tertutup dan suara pengaduan rakyat tak lagi bisa tersampaikan. Bukankah ini merupakan gejala pemimpin otoriter?
Berikutnya, jika Jokowi dikenal dengan kebijakan ketatnya soal penggunaan anggaran, maka "si antitesis'" ini akan terbiasa berfoya-foya dalam menggunakan uang negara. Sosok yang gemar berfoya-foya biasanya akan membelanjakan barang-barang yang tak berguna, atau menghabiskan duit hanya untuk "membeli teman" supaya tidak mengganggu agenda atau rencananya.
Selanjutnya, jika Jokowi dikenal koppig kalau sudah meyakini akan tindakannya, yang sering kali terbukti benar, maka "si antitesis" itu akan keras kepala demi memuluskan tujuannya, meski dia sedang melaju pada jalur yang salah.
Terakhir, jika Jokowi selama menjabat bekerja demi kebaikan rakyat dan membawa negeri ini ke arah yang lebih baik, kita pantas khawatir jika beneran meminpin, kelak "si antitesis" ini hanya akan membawa kemunduran dan kehancuran besar bagi negeri ini.
Jadi, silakan menilai apakah sebaiknya figur yang dikenal sebagai "antitesis Jokowi" itu sebaiknya dicoret dan jangan pernah maju sebagai kontestan Pilpres atau mungkin masih bisa diberi kesempatan. Itu kalau ada koalisi yang memenuhi syarat buat memajukan si manusia antitesis itu.
Namun, seharusnya masyarakat sadar bahwa negeri ini sama sekali tidak perlu antitesis buat meneruskan warisan kerja dan teladan beliau dalam memimpin negeri ini. Lha buat apa, wong figur lain yang dalam beberapa hal menjadi antitesis Jokowi saja terbukti tidak membawa Indonesia lebih baik meski sepuluh tahun menjadi Presiden RI kok!
Jadi, seharusnya partai yang mengusung "manusia antitesis" itu juga perlu ditenggelamkan, karena figur yang kini diusung dan dibanggakan justru akan berpotensi membawa Indonesia ke arah kemunduran hingga kehancuran.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/indonesia-butuh-figur-yang-mampu-meneruskan-CnkIZUKoF6
Sebut Jokowi Antitesis Anies, NasDem Malin Kundang, Tendang Dari Kementerian!
Zulfan Lindan, politikus partai NasDem yang tentunya mewakili suara NasDem, mengatakan dengan sangat kurang ajar dan tidak tahu malu bahwa Joko Widodo adalah antitesis dari Anies. Menurut penulis, mengatakan hal ini adalah hal yang kurang ajar secara etis.
Apa yang dikatakan oleh Zulfan Lindan merupakan bentuk kurang ajar yang tidak tahu malu. NasDem ini durhaka dan mirip banget sama Malin Kundang, folklore dari tempat di Sumatera Barat, yang adalah daerah di bawahnya kampung si Surya Paloh.
Selama ini NasDem menjadi partai yang besar dan namanya terkenal karena dari tahun 2019 mereka menggunakan jargon NasDem adalah Jokowi. Jokowi adalah NasDem dan inilah yang membuat mereka besar sampai saat ini.
Bahkan tiga kursi menteri diberikan kepada NasDem oleh Joko Widodo, presiden republik Indonesia yang sah. Di NasDem, kursi kementerian diberikan kepada tiga orang.
Kursi menteri kehutanan yang nggak jago urus mafia, Siti Nurbaya Bakar. Kedua menteri pertanian yang nggak bisa urusin pertanian malah sibuk bikin kalung antivirus si Syahrul Yasin Limpo.
Dan yang ketiga dan yang paling nggak becus kerja adalah Menteri Johnny G Plate yang bersujud simpuh dan ngemis-ngemis tidak dihack oleh hacker. Dan yang paling nggak becus kerja inilah yang banyak bacot soal kursi menteri yang diminta dicopot.
Menteri NasDem ini bilang kalau relawan nggak boleh urusin Joko Widodo. Lah? Jokowi menang karena siapa? Karena relawan. Karena gerakan relawan menggugah hati masyarakat. Sehingga dua kali bisa menang.
NasDem ini besar, tiga kursi menteri diberikan oleh Joko Widodo. Surya Paloh menjadi sosok yang nggak tahu diri dan nggak tahu malu. Saya kira inilah yang menjadi kalimat Ahok yang menjadi kenyataan.
Tapi menurut yang dikatakan oleh Ahok, memang kekuasaan dan kekuatan itu memabukkan dan menelanjangi motivasi sesungguhnya dari si Surya Paloh. Nggak punya malu. Kalau pakai istilah “kampung”, sudah dipelihara dan diizinkan catut nama Jokowi, sekarang malah mengkhianat.
NasDem ini adalah pengkhianat bangsa yang begitu kurang ajar sama Joko Widodo. Duit-duit yang dikelola oleh menteri-menteri NasDem ini bukan sedikit loh. Menteri komunikasi dan informatika pegang triliunan.
Menteri kehutanan juga gila kalau urusin konsesi. Menteri pertanian juga bicara soal hal esensial. Tapi kok jadi pengkhianat sih?
Sudah gitu, malah jadi orang yang mengatakan dan seolah-olah menjelek-jelekkan Jokowi pula dengan membandingkan antara emas dan tujuh empat satu. Sudah lah, dari sini sudah sangat jelas kalau Joko Widodo harus buang menteri NasDem segera.
Hasto Krisyanto, sekjen PDIP, saya yakin setuju dengan hal ini.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/sebut-jokowi-antitesis-anies-nasdem-malin-kundang-EVqjJL11iY
Nasdem Bilang Anies Antitesis Jokowi, Kalau Tahu Diri Mundur dari Kabinet!!
Politisi NasDem Zulfan Lindan, menyebut Nasdem telah melakukan kajian dengan pendekatan filsafat dialektika untuk mengusung Anies. Zulfan Lindan bilang, Anies Baswedan adalah antitesis dari Presiden Joko Widodo.
Sekarang mari kita kulik dulu apa arti kata antitesis. Menurut kbbi.web.id, antitesis/an·ti·te·sis/ /antitĂ©sis/ n 1 pertentangan yang benar-benar; 2 pengungkapan gagasan yang bertentangan dalam susunan kata yang sejajar, seperti dalam semboyan "Merdeka atau Mati".
Secara nggak langsung, Zulfan Lindan ini mengatakan Anies dan Jokowi adalah dua hal yang berkebalikan. Ya saya paham mungkin maksudnya mau mengambil hati kelompok pembenci Jokowi atau anti Pemerintah agar nantinya merapat ke Nasdem yang mengusung Anies Baswedan. Tapi ini kan secara etika juga jadinya nggak patut. Sebab sampai detik ini, Nasdem itu juga bagian dari Pemerintahan Jokowi.
Tercatat Nasdem sendiri memiliki tiga kader yang sekarang menjabat sebagai menteri yaitu Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Menteri Komunikasi dan Informasi Johnny G Plate, serta Menteri Lingkuhan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar.
Saya itu merasa sejak Anies dinaikkan namanya menjadi kandidat Presiden oleh Nasdem, politisasi SARA dan isu-isu nggak jelas seperti soal ijazah Jokowi yang dulu sudah meredup kini jadi ramai lagi. Konyol sekali simpatisannya kalau menaikkan isu. Dan Nasdem ini entah dikejar target apa kok ya buru-buru sekali menaikkan nama sampai tak peduli kita baru saja berduka karena kejadian di Kanjuruhan, Malang. Ngegasnya Nasdem ini juga terlihat dari pernyataan-pernyataan politisinya termasuk Zulfan.
Kalau mereka yakin Anies itu baik dan sudah menaikkan namanya, mengatakan Anies antitesa Jokowi itu kan sama saja mengatakan Jokowi itu tidak sebaik Anies. Ibarat kata karyawan yang suka menjelek-jelekkan bosnya, ya lebih baik mereka mengajukan resign saja dari kantor kan dan lebih memprioritaskan bos yang sudah mereka pilih.
Toh ya kerja menterinya juga gitu-gitu aja. Apalagi itu Menkominfo menangani kebocoran data saja enggak becus. Kita tahu bahwa kinerja Menkominfo ini sudah jadi sorotan banyak pihak selama ini dan jawaban mereka biasanya konyol-konyol seolah mengecilkan persoalan. Menteri Siti Nurbaya juga beberapa waktu lalu sempat diprotes pula terkait isu deforestasi.
Sekarang kita tinggal menunggu apakah Nasdem memutuskan tahu diri dan memundurkan menteri-menterinya dari kabinet ataukah mereka bermuka dua, ingin tetap di kabinet Jokowi dan dianggap sebagai bagian dari Pemerintahan sambil juga menjelek-jelekkan demi mendulang suara dari haters Pemerintah.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/nasdem-bilang-anies-antitesis-jokowi-kalau-tahu-0SkduJ77pm
"Ganjar-Puan Berbagi Tugas"
Bukan rahasia lagi bila di PDI-P sedang terjadi perang batin. Antara pilih Ganjar Pranowo –Gubernur Jawa Tengah, atau Puan Maharani –Ketua DPR RI. Ramai dalam kesunyian atau sebaliknya, sunyi dalam keramaian.
Ramai karena ketegangannya seakan selalu muncul di luar dan pemberitaan, namun di sama sekali tidak menganggu PDI-P secara kepartaian. Masih tetap menyatu. Semua tetap tenang tanpa kegaduhan yang tidak perlu, tetapi tetap harus diakui bahwa kompetisi dan pertarungan pendapat itu ada. Nyata.
Lalu bagaiman dengan Puan dan Ganjar sendiri? Apakah ada gesekan di antara keduanya?
Gesekan, agaknya adalah hal yang paling ditunggu oleh mereka yang berseberangan dengan Ganjar, dengan Puan, dan tentu saja dengan PDI-P. Mereka sudah siap dengan aksi sorak dan tepuk tangannya. Namun sayangnya, sepertinya hal yang mereka tunggu itu tidak akan pernah kesampaian. Sia-sia.
Yang ada Ganjar, Puan dan PDI-P seakan malah berbagai tugas. Terutama Puan dan Ganjar, keduanya bertindak dengan tujuan yang sama tapi dengan cara yang berbeda.
Kesamaannya, keduanya bertindak untuk memperkuat posisi PDIP. Ganjar rajin berkeliling ke berbagai daerah di Indonesia. Hal yang tentu berpengaruh baik bagi tingkat popularitasnya yang di kemudian hari tentu akan mempunyai efek yang baik untuk partainya.
Sementara Puan, sejalan dengan tugas yang diberikan oleh partainya, sibuk menggalang kekuatan di tingkatan elit. Puan bersafari politik menemui para ketua umum partai politik, yang setidaknya untuk sementara empat pimpinan partai yang sudah terealisasi. Puan sudah bertemu Surya Paloh, Prabowo Subianto, Muhaimin Iskandar, dan terakhir Airlangga Hartarto.
Kegiatan Puan itu sangat penting untuk PDI-P dan dirinya sendiri. Sebagai salah satu nama dari PDI-P yang sering disebut sebagai yang akan diusung sebagai calon presiden, kegiatan tersebut seakan berfungsi sebagai kawah candradimuka untuk menempa kemahiran berpolitiknya. Dan tentu saja, sering masuk pemberitaan diharapkan akan memberi efek meningkatnya tingkat popularitas dan elektabilitas Puan yang masih jeblok itu.
Dengan mengesampingkan pendekatan Puan kepada kalangan wong cilik yang seringkali norak itu, seakan dia sedang ada berbagi tugas dengan Ganjar. Puan main di level atas, sementara Ganjar menggarap akar rumput. Puan main di pusat, sementara Ganjar memperkuat jangkauan dan jaringan agar menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia. Nilai plus dari Ganjar, Gubernur Jawa Tengah ini juga rajin bergerilya wira-wiri di media sosial.
Nah, agaknya PDI-P akan memanen hasil kerja dari kedua kader terbaiknya itu nanti. Dengan memberi beban kompetisi dan mengubahnya menjadi layaknya sebuah kerjasama berbagi tugas, PDI-P sedang memberi pelatihan sekaligus penyaringan kepada keduanya.
Cadas dan cerdas!
Sumber Utama : https://seword.com/politik/ganjar-puan-berbagi-tugas-hPDMkcKhw4
1 Niluh Djelantik vs 18.000 Kader Baru Nasdem, Mana Yang Lebih Berharga?
Anggap saja kita bodoh-bodohan nih, 18.000 kader baru yang diklaim Nasdem ini bukan ghoib, bukan pula anggota PKS dan Demokrat yang pura-pura daftar agar Paloh makin semangat membiayai Anies. Apakah 18.000 kader baru tersebut lebih bernilai dibanding 1 suara Niluh Djelantik?
Niluh Djelantik adalah representasi umat hindu di Bali, 1 orang Niluh Djelantik (yang sudah terbukti battle proven) mewakili hampir 4 juta umat hindu di Bali. Anggap saja kita bodoh-bodohan kalau Niluh bisa mengambil 1 persen saja suara umat Hindu Bali, sudah 40.000 orang yang artinya masih jauh lebih banyak dari 18.000 kader baru Nasdem.
Sedangkan 18.000 kader baru Nasdem yang daftar karena Nasdem mendukung Anies, sudah bisa dipastikan mewakili 1 golongan, yaitu kadrun pendukung Anies. Sedangkan Anies saja di survei eletabilitasnya 20 persen (kita bulatkan). Andai pemilih ada 200 Juta, maka 20 persennya adalah 40 Juta pendukung Anies (asumsi tidak ada yang golput).
18.000 dibandingkan 40 Juta berarti hanya 0.045 persen. Jadi coattail effect yang selalu dimimpikan Paloh sampai ilernya membasahi brewok hanya 0.045 persen? Yakin nih Nasdem ga merasa rugi? Atau jangan-jangan Nasdem sedang dibodohi partai lain?
Sementara itu, Politisi Partai Golkar, Andi Sinullinga mengatakan, keluarnya Eks Ketua DPP NasDem Niluh Djelantik yang menurutnya pendukung Ganjar Pranowo betul-betul tak berpengaruh.
Opini penulis : jika orang Golkar yang berkata, maka hanya ada dua kemungkinan. Pertama orang Golkar ini sedang menjilat Nasdem, kedua orang Golkar ini sedang menjebak Nasdem.
Bagaimana pun Niluh mewakili umat Hindu Bali, tidak hanya itu bahkan Niluh juga merepresentasikan non muslim di partai Nasdem. Dengan keluarnya Niluh, maka suara mereka akan beralih ke partai lain, dan Golkar salah satunya.
Kesalahan fatal lainnya adalah meremehkan pengaruh pendukung Ganjar Prabowo. Dari 12,66 Juta pemilih Nasdem, 1 persennya saja pendukung Ganjar maka Nasdem sudah kehilangan 126.600 Suara, bagaimana kalau pendukung Ganjar yang asalnya pemilih Nasdem sampai 50 persen? Apakah sebanding dengan 18.000 kader baru?
Mungkin satu-satunya teori yang bisa mematahkan argumen penulis adalah :
Kalau Niluh seorang saja bisa mempengaruhi hindu Bali yang 4 juta, berapa pengaruh 18.000 Kader baru Nasdem?
Opini penulis : jangan lihat jumlahnya, walaupun 18.000 kalau hanya representasi dari 1 kalangan (kadrun pendukung Anies), maka pengaruhnya hanya sebatas pada kalangan itu saja.
Jadi tidak otomatis kalau Niluh bisa menggaet 40 Ribu suara (1 persen umat Hindu Bali), maka 18.000 kader baru bisa menggaet 18.000 x 40 Ribu Suara. Tidak begitu hitung-hitungan dalam politik!!
Niluh Djelantik terbukti sudah battle proven, sudah lama di Nasdem dan melekat di hati pemilih Nasdem. Sedangkan 18.000 kader baru masih harus meniti karir agar bisa menyatu dengan partai, sementara suara yang coba dijaring 18.000 kader ini lebih fanatik ke PKS karena kesamaan ideologi.
Perbandingan ini malah semakin membuktikan hebatnya seorang Niluh Djelantik. Gile aja, keluarnya 1 orang Niluh harus membuat Nasdem kerja keras mencari 18.000 kader baru. GG banget pengaruh keluarnya Niluh.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/1-niluh-djelantik-vs-18000-kader-baru-nasdem-tI7ZSxIleI
Tamparan Keras Bagi Anies Baswedan Dari Calon Penggantinya Soal Penanganan Banjir
Normalisasi sungai akan dilanjutkan! Ya, itulah yang disampaikan oleh Heru Budi Hartono, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta terpilih, ketika ditanya rencananya mengatasi banjir di Jakarta.
“Terkait dengan banjir, tentunya semua gubernur lah sudah menanggulangi ini. Dan saya akan lanjutkan program-program yang memang untuk penanggulangan banjir. Misalnya normalisasi dan ada beberapa poin, misalnya nanti tempat-tempat tertentu yang memang tidak bisa salurannya atau sungai dinormalisasi, itu kita bisa bikin sistem polder rumah pompa atau kendaraan pompa bergerak. Dan tentunya nanti saya akan berkoordinasi dengan kementerian terkait seperti itu,” kata Heru di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat pada hari Rabu 12 Oktober 2022 seperti dikutip dari detik.com.
Bagi saya, pernyataan ini menampar keras wajah Anies Baswedan. Normalisasi sungai adalah program yang dianaktirikan di zaman Anies memimpin Jakarta. Namanya diganti dengan naturalisasi sungai dengan konsep yang tidak jelas. Akibatnya, jumlah area yang dinormalisasi sungainya tidak pernah bertambah sejak tahun 2018. Jika berkenan memperdalam soal hal ini, bisa membaca artikel ini.
Program yang dianaktirikan itu sekarang disebut pertama sebagai rencana penanggulangan banjir. Ini sama saja mengatakan bahwa penanggulangan banjir zaman Anies kurang tepat karena tidak menjalankan normalisasi sungai dengan maksimal. Tamparan keras bukan untuk Anies?
Selain itu, Heru tidak hanya berandai-andai saja saat membicarakan normalisasi sungai. Pengalamannya mendampingi Presiden Jokowi saat menyusuri Sungai Ciliwung membuatnya mempunyai gambaran apa yang harus dilakukan dalam proses normalisasi sungai.
“Ya kita lihat nanti, bekerja sama, mungkin kan banyak konsep misalnya normalisasi Kali Ciliwung bisa membersihkan, bisa mendalamkan, nanti dengan teman-teman stakeholder TNI-Polri,” ujar Heru menambahkan penjelasannya.
Bagi saya, konsep mendalamkan tinggal melanjutkan saja karena Pemprov DKI Jakarta yang sekarang juga tetap berupaya mendalamkan dengan judul gerebek lumpur. Konsep membersihkan yang kurang dijalankan oleh Pemprov DKI Jakarta apalagi kalau menyangkut bangunan liar di Daerah Aliran Sungai (DAS). Tidak ada nyali untuk merelokasi bangunan-bangunan liar itu. Nyali Pak Heru akan diuji untuk hal ini.
Selain soal normalisasi sungai, pernyataan Pak Heru juga menohok karena tidak menyebut sumur resapan sama sekali. Yang disebut selain normalisasi sungai hanyalah soal pompa bagi daerah yang tidak bisa dinormalisasi sungainya. Entah lupa atau sengaja, saya tidak tahu. Yang jelas program sumur resapan tidak ada dalam rencana kerja Pak Heru padahal program ini adalah program kebanggaan gubernur sekarang lho. Menohok sekali bukan?
Dari rencana kerja Pak Heru, ada harapan penanganan banjir akan seperti saat Jokowi-Ahok memimpin Jakarta. Tentu saja, hal ini masih harapan. Semoga saja terwujud. Kami tunggu aksimu, Pak Heru!
Sumber Utama : https://seword.com/umum/tamparan-keras-bagi-anies-baswedan-dari-calon-DETZEgXsYA
Jangan Bodohi Publik, Anies Bukan Prabowo, NasDem Harus Out Dari Kabinet!
Ada satu argumen yang selalu disebut NasDem terkait kritik terhadap pencapresan Anies. Bahwa mengapa tidak ada kritik terhadap Prabowo yang sama-sama telah dicapreskan oleh Gerindra. Argumen ini disebut sehari setelah deklarasi pencapresan Anies. Waktu itu sudah muncul analisa bahwa 3 menteri NasDem akan kena reshuffle sebagai dampak pencapresan Anies. NasDem pun membantahnya dengan menyebut bahwa Gerindra yang sudah mendeklarasikan Prabowo sebagai capres 2024 toh tidak kena reshuffle.
Argumen ini pun kemudian disebut kembali oleh NasDem, ketika Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengkritik pencapresan Anies dengan menyebut NasDem telah keluar dari koalisi partai pendukung pemerintah. Bahwa deklarasi pencapresan Anies itu bakal mengganggu konsentrasi dalam menangani permasalahan yang dihadapi bangsa. NasDem pun membalasnya dengan kembali dengan menyinggung pencapresan Prabowo oleh Gerindra.
Ini argumen yang membodoh-bodohi publik ya. Masak Anies disamakan dengan Prabowo. Prabowo adalah seorang menteri, anak buah Presiden Jokowi, yang bekerja sesuai dengan arahan presiden. Anies sendiri pernah ditunjuk jadi menteri oleh Presiden Jokowi, namun kemudian dipecat. Berarti dari segi kinerja sudah beda. Anies jadi gubernur itu kan hasil pemilu. Yang memilih ya warga Jakarta. Sudah banyak sekali yang menyebut bahwa Anies ini bisanya hanya menata kata, tanpa hasil kerja yang nyata. Seandainya gubernur itu ditunjuk oleh presiden, seandainya ya, maka saya yakin, Anies pasti akan dipecat lagi oleh Presiden Jokowi. Kerjanya nggak bener gitu. Kerjanya berlawanan dengan arahan-arahan pemerintah pusat. Belagak seakan dia ini selevel dengan presiden. Ingat kan bagaimana Anies ke Turki dan maksa-maksa buat ketemu dengan Presiden Turki, Erdogan? Apalagi kalau kita bicara soal penanganan banjir. Tulisan ini bisa memanjang hingga bisa bikin satu website khusus membahas banjir Jakarta di era Anies hehehe…
Sementara Prabowo bekerja sesuai arahan Presiden Jokowi. Kita bisa melihat keakraban keduanya dalam berbagai kunjungan kerja ke daerah. Bahkan Menteri Prabowo ini suka mencatat secara manual arahan-arahan Presiden Jokowi. Ya kalau Prabowo kemudian dicapreskan oleh partainya, Gerindra, tidak ada imbasnya terhadap pemerintahan. Seperti imbas pencapresan Anies.
Lha wong Anies saja disebut NasDem sebagai antitesis Jokowi. Di sini saya setuju dengan pendapat politisi Gerindra, Arif Poyuono. Yang menilai bahwa sama saja NasDem menilai Presiden Jokowi gagal dan program-program Presiden Jokowi tidak perlu dilanjutkan. Karena yang dicapreskan NasDem adalah sosok yang berlawanan dengan Presiden Jokowi.
PDIP tentu saja mempertanyakan, bagaimana kinerja para menteri NasDem yang harus loyal ke partainya. Dalam bekerja, mereka kan harusnya sesuai dengan arahan Jokowi. Namun, partai mereka mengusung antitesisnya Jokowi. Jadi kontradiktif dan rumit kan?
Stop lah NasDem membodoh-bodohi rakyat dengan segala argumennya. Pendukung Anies kerap melontarkan cemoohan, tuduhan dan fitnah ke arah Presiden Jokowi. Pendukung itu merupakan cerminan dari yang didukung. Jangan belagak buta dan tuli. Anies tidak bakal mau kehilangan para pendukungnya. Apalagi nanti kalau NasDem jadi berkoalisi dengan Demokrat dan PKS. Saya kira tidak perlu lagi menunggu sampai ke titik itu. Sekarang pun NasDem harus konsekuen dengan pilihannya. Sudah berani pilih Anies, kok nggak berani meninggalkan kabinet?Sumber Utama : https://seword.com/politik/jangan-bodohi-publik-anies-bukan-prabowo-nasdem-sam2VaFbyf
Menggelegar! Buya Yahya Yang Bilang Suara Adzan Harus Menggelegar Foto Bareng Abud & Bibib
Orang bijak bilang, tetap sediakan ruang untuk meragukan seseorang. Bukan berarti kita harus suudzon setiap saat, tapi agar kita bisa kritis ketika orang yang begitu kita puja melakukan kesalahan. Beberapa kali penulis mengkritik Gus Miftah, bukan berarti penulis benci, tapi agar Gus Miftah tetap menjadi ustad nasionalis yang dijauhkan dari pengaruh kadrun walaupun sedikit.
Begitu pula terhadap Jokowi, beberapa kali penulis mengkritik beliau ketika agak ke kadrun-kadrunan. Salah satunya adalah terkait kasus Macron dan dana abadi pesantren yang menurut penulis jangan diberikan begitu saja, melainkan harus ada pengawasan. Seperti kita ketahui pesantren memiliki otonomi sendiri yang bahkan menteri agama saja tidak bisa ikut campur apapun.
Demikian pula kali ini dengan Buya Yahya, ini kedua kalinya penulis mengkritik beliau. Pertama adalah kontroversi suara adzan, dimana beliau bilang suara adzan harus menggelegar. Kenapa penulis kritik? Karena kata menggelegar ini tidak jelas ukurannya berapa DB? Sedangkan Gus Yaqut memberi standart yang jelas yaitu 100 DB, dan ini sudah sangat keras karena idealnya 80 DB saja sudah cukup.
Kali ini penulis akan mengkritik Buya Yahya karena hadir dalam acara pertemuan Anies dan Bibib. Pertemuan ini sudah cukup membantah semua klaim Nasdem kalau Anies tidak di bawah kendali kelompok Anti-Pancasila.
Gila aja, orang yang Anies datangi bilang pancasila adalah pancaGILA, ketua ormas terlarang yang dibubarkan karena anti pancasila dalam AD/ART mereka. Orang yang Anies datangi menganggap ISIS saudara, dan mendoakan orang lain dengan kutukan.
"Jangan sembuhkan penyakitnya, biar dapat penyakit yang belum ada obatnya. Biar susah jalan hidupnya, hidupnya hancur-hancuran, nggak ada berkah, susah tiap hari, sedih tiap hari, gundah gulana tiap hari," begitu penggelan doal jelek Habib Rizieq.
Penulis masih khuznudzon kalau Buya Yahya adalah ulama moderat yang cinta damai. Tapi penulis mau memberikan saran, karena sudah terlanjur tertangkap kamera bersama kaum-kaum intoleran.
Saran pertama, hati-hati Buya Yahya jangan sampai ada sikap kadrun dalam diri Buya Yahya. Pergaulan yang buruk bagaimanapun akan memberikan pengaruh buruk walau hanya sedikit saja. Kalau ini adalah pertemuan yang pertama dengan kelompok intoleran, maka kurang-kurangilah bertemu mereka.
Saran kedua, karena Buya Yahya banyak pengikutnya, maka sebaiknya Buya klarifikasi kalau pertemuan sebut bukan kode untuk mendukung salah satu capres. Bagaimanapun ulama moderat harus netral, bicara politik secara umum dan tidak terjun politik praktis. Tetap bebaskan pengikut Buya Yahya untuk memilih calon sesuai nurani mereka.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/menggelegar-buya-yahya-yang-bilang-suara-adzan-QuwhixzgxR
Ini Pertanda Kalau Fadli Zon Lebih Mendukung Anies Sebagai Capres 2024 daripada Prabowo
Untuk saat ini setidaknya ada dua nama Capres yang bakal berlaga di 2024 yakni Anies Baswedan dan Prabowo.
Kenapa baru kedua nama itu?
Karena sudah resmi diusung oleh Parpol.
Anies resmi diusung oleh NasDem, sedangkan Prabowo diusung oleh partainya sendiri Gerindra.
Memang kalau diperhatikan, perolehan kursi NasDem di DPR dan Gerindra gak memenuhi ambang batas pencalon presiden, tapi kan mereka bisa nyari teman koalisi. Seperti Gerindra bisa saja berkoalisi dengan PKB pada Pilpres 2024 mendatang.
Tinggal lagi Prabowo mau atau tidak Cak Imin jadi Cawapresnya. Kalau mau, koalisi otomatis terbentuk.
Kalau Gerindra berkoalisi dengan PKB maka perolehan suara kedua partai itu sudah memenuhi syarat pencalonan presiden.
Sedangkan Anies, terlihat banget didukung oleh kader Partai Demokrat dan PKS.
Tinggal lagi tugas Paloh meyakinkan Demokrat agar tetap mau mendukung Gubernur DKI itu meskipun Cawapresnya bukan AHY (karena elektabilitasnya rendah) dan meminta Anies menyediakan kardus untuk PKS.
Kalau Sandiaga Uno dulu perlu menyiapkan kardus isi Rp 500 miliar untuk PKS sebagai syarat untuk didukung oleh partai dakwah tersebut. Tapi karena sekarang BBM sudah naik dan harga kebutuhan pokok juga banyak yang naik maka bisa jadi Anies mesti menyediakan isi kardus lebih besar dari itu.
Karena beban beberapa kader PKS lebih berat daripada umumnya ferguso. Soalnya di antara mereka ada yang punya istri lebih dari satu. Hehehe
Jadi biaya hidupnya juga tinggi.
Dan jika ketiga partai ini (NasDem, Demokrat dan PKS) berkoalisi juga sudah memenuhi syarat untuk mengusung pasangan Capres/Cawapres.
-o0o-
Namun yang menarik di sini sebenarnya bukan manuver NasDem dan Prabowo itu. Melainkan ada pengkhianatan di sana.
Seperti M Taufik yang jelas-jelas kader Gerindra, pernah dibesarkan Prabowo, diberi jabatan sebagai Ketua DPD Gerindra DKI, diberi jabatan sebagai Wakil Ketua DPRD DKI, eh malah mendukung Anies.
Apalagi itu namanya kalau bukan kader partai gak ada akhlak?
Hanya saja, seperti yang pernah dikatakan oleh Tan Malaka, 'air berkumpul dengan air, minyak berkumpul dengan minyak'.
Artinya, setiap orang berkumpul dengan jenis dan wataknya.
Anies juga pernah mengkhianati Prabowo kok. Yang mana kala itu ia pernah berjanji tidak akan maju sebagai Capres jika Prabowo ikut Pilpres.
Eh sekarang, Prabowo sudah resmi mendeklarasikan dirinya bakal maju lagi pada Pilpres 2024, Anies malah kesenangan dipinang oleh NasDem untuk diusung sebagai Capres.
Kan gak ada akhlak itu namanya. Sama seprti M Taufik.
Selain itu, ada juga lho kader Gerindra yang kelihatan banget mendukung Anies.
Siapakah dia?
Siapa lagi kalau bukan Fadli Zon.
Lantas, apa saja tanda-tanda alam kalau Fadli Zon ini lebih mendukung Anies daripada Prabowo sebagai Capres.
Pertama, saat Prabowo mengumumkan dirinya siap jadi Capres lagi pada acara Rapimnas Partai Gerindra Agustus 2022 lalu, ia tidak hadir.
Kalau seandainya Fadli Zon setuju Prabowo nyapres lagi tentu ia akan berusaha untuk hadir.
Begitupun dengan M Taufik, juga tidak hadir di acara Rapimnas tersebut. Tapi keberpihakannya ke mana sudah jelas. Ia sudah secara terang-terangan akan memenangkan Anies pada Pilpres 2024 mendatang.
Jadi wajar kalau tidak hadir.
Begitupun dengan Sandiaga Uno yang juga tidak menghadiri deklarasi Prabowo itu. Sudah menyatakan siap maju pada Pilpres 2024.
Artinya apa? Ia bukan hanya sekedar tidak mau mendukung Prabowo tapi juga siap menjadi rival Om Prab.
Jadi kasus Fadli Zon ini, ibarat kita gak setuju pacar menikah dengan orang lain. Tapi yang terjadi justru dia nikah benaran dengan pria idaman lain. Dan kita diundang.
Kira-kira bakal menghadiri undangan tersebut gak?
Ya jelas tidak ferguso.
Begitupun dengan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra tersebut. Ketika dia tidak setuju ketua partainya nyapres lagi maka kecil kemungkinan dia akan hadir di acara deklarasinya.
Karena ngapain juga hadir ngabis-ngabisin waktu?
Kedua, Fadli Zon jarang banget mengkritik kebijakan Anies.
Padahal kegagalannya banyak banget lho. Mulai dari program rumah DP nol rupiah yang tidak mencapai target, program OK Oce yang gak jelas progresnya, persoalan penangan banjir (naturalisasi sungai) yang tidak kunjung dikerjakan, hingga angka kemiskinan DKI Jakarta yang kian meningkat.
Kalau permasalahannya sudah sedemikian parah gitu tapi Fadli Zon masih diam saja, ada apa dengan dia? Hehehe
Dan ketiga, ini yang paling kelihatan. Respon Fadli Zon santai saja ketika tahu Anies mau nyapres lagi. Padahal sebelumnya ia getol banget menyerang calon lawan dan lawan Prabowo seperti Pesiden Jokowi.
Eh yang ada, ia malah memuji Anies dengan mengatakan rencana pencapresannya itu positif bagi demokrasi.
"Menurut saya (Anies diusung NasDem sebagai Capres) sih, langkah ini adalah langkah yang positif bagi demokrasi kita. kita harus apresiasi dan harus hargai," ujar Fadli Zon seperti tanpa bersalah.
Gak kebayang bagaimana sakitnya hati Prabowo kalau tahu Fadli Zon memuji Anies seperti itu.
Mudah-mudahan saja nasibnya gak sampai apes seperti M Taufik. Meskipun mereka mendukung Capres yang sama.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/ini-pertanda-kalau-fadli-zon-lebih-mendukung-anies-WrwpfQJ3Py
Tanggapan Gibran Bak Letupan Granat Nenas, Itulah Pukulan Telak sang Pendiam
Jawaban Gibran tentang tudingan kepada Jokowi sebagai pemalsu ijazah UGM, terkesan getir. Merasa getir karena hanya mereka yang kurang aktifitas saja yang pantas melakukan hal rendah seperti itu. Selain menghina lembaga resmi, si pengadu juga kita anggap merendahkan nama baik bangsanya.
Masyarakat kita memang lebih melihat hal-hal absurd ketimbang isu yang jauh bermuatan kepentingan nasional. Lihat saja kasus-kasus yang mereka bawa tentang dugaan-dugaan liar, seakan-akan dia lebih tahu dari lembaga resmi. Jadi yang mengalami krisis itu negara atau sebaliknya, si peniup tuduhan palsu?
Tapi meskipun gugatan itu tendensius, perlu juga kita sikapi secara proporsional. Misalnya, apakah masih relevan jika sosok yang rekam jejaknya sangat transparan dan semua orang mengenal, masih wajib menyertakan dokumen yang hanya formalitas itu? Toh kita harusnya lebih melihat seseorang berdasarkan prestasi dan pencapaian di tataran praktis ketimbang gelar mentereng sebagai Philosofi Doctor tapi tidak mencapai prestasi apa-apa?
Jika seseorang yang gelarnya selangit namun menjalankan tugas yang normatif saja tak mampu apa lagi melakukan terobosan misalnya, apakah akan tetap dijunjung dan dielu-elukan dibanding pendidikan tak seberapa tapi prestasinya bejibun? Bahkan secara spiritual di dalam kitab suci pun Tuhan memfirmankan, sesiapa berbuat shaleh, makna lain dari prestasi, akan mendapatkan pahala dibanding mereka yang hanya sedikit amal tapi merasa paling baik hati.
Kalimat bijak tadi mungkin boleh diperjelas dalam konteks berbeda, apa gunanya predikat lulusan ini dan itu, namun di benak masyarakat tak lebih hanya kolektor ijazah. Tak guna banyak berteori namun prakteknya nol besar. Tak guna bahas bawaan alami air hujan yang suka masuk ke bumi, sementara dia tak mampu kendalikan limpahan dari bendungan Katulampa, karena menolak mengalirkannya lewat gorong-gorong raksasa, misalnya.
Apakah si penggugat Ijazah Jokowi itu nyaman-nyaman saja dengan pemilik gelar tinggi meskipin mengkonsolidasikan sumber daya daerah saja tidak banyak hasilnya, ketimbang sosok yang ijazahnya dia curigai palsu namun hasil kerjanya berkelas dunia?
Dia sebaiknya bertafakur lebih lama untuk membandingkan para pejabat yang bergelar S-3 sekalipun, apakah prestasinya se mentereng sosok yang dia tuding berijazah palsu. Kalau rakyat sudah sangat puas dengan kinerja si pemilik ijazah yang dituding palsu, keuntungan apa yang ingin diraih si penggugat? Barangkali dia sedang berhalusinasi bahwa pihak UGM, SMA 6 Surakarta, SMP 1 Solo dan bahkan SD Negeri 112 Tirtoyoso Banjarsari, Solo sebagai mengeluarkan ijazah palsu ?
Jika dirunut awal mula gugatan kepada Jokowi, ternyata yang bersangkutan terindikasi menyimpan dendam setelah divonis melanggar UU-ITE tentang tudingan kepada RI satu itu, tepatnya pada tahun 2016 lalu. Barangkali tak salah jika kita menyebut dia pejuang tanpa kenal malu. Sudah divonis bersalah, dia kembali membuat onar.
Repotnya, seorang penyuka absurditas juga ada pengikutnya, salah satunya adalah pegiat media sosial bernama dr Tifa. Dokter Tifa menyebut bahwa dua foto wisuda yang dianggap sebagai Jokowi, sangat berbeda dan orangnya pun tidak sama, yang artinya ia menyebutkan bahwa yang diwisuda tersebut bukanlah Jokowi.
Malangnya, dia justru menjadi terkenal karena tuduhan itu berbalik arah, mengaku lulus dari SF Driyarkara, sementara pihak almamater menyanggahnya.
Hikmah yang selalu bisa dipetik dari berbagai tudingan itu, sebagaimana juga kerap dialami tokoh spiritual di masa lalu, yang lebih rumit karena bagaimana cara mengkonfirmasi kepada Tuhan tentang kebenaran mereka. Beruntungnya ijazah Jokowi mudah dikonfirmasi kepada pihak almamater.
Yang justru menjadi isu menarik, kenapa penggugat tidak mengambil cara seperti biasa dilakukan pencari fakta, bertanya kepada yang berkompeten misalnya. Kenapa mereka memilih jalan yang beresiko, yang berpotensi menyerang balik?
Mungkin karena di sana ada sensasi mendebarkan dan menantang adrenalin, maka cara demikianlah yang mereka pilih. Adapun resiko pihak yang dirugikan mengalami pencemaran nana baik, baginya menjadi kenikmatan tersendiri. Berbeda jika alam pikirannya dibawa ke nuansa logis dan faktual. Dan karena aspek sensasi itulah, dunia sempit ini menjadi terasa lebih lega, karena keriuhannya menyebar nyaris tak terduga.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/tanggapan-gibran-bak-letupan-granat-nenas-itulah-csUhazhnW1
2 Ramalan Rocky Gerung, 1 Sudah Terbukti, Bagaimana JIka Yang 1 Lagi Juga Terbukti?
Semakin hari, semakin seru media memberitakan soal Partai Nasional Demokrat atau Nasdem yang sudah resmi mencalonkan Anies Baswedan di Pilpres 2024 nanti. Tak hanya berita mundurnya banyak kader Nasdem sesaat setelah pengumuman Anies jadi capres Nasdem yang diumumkan sendiri oleh Surya Paloh, sindiran Hasto dari PDIP yang menyatakan "warna biru telah lepas dari pemerintahan Jokowi" menyeruak di antara gemuruh pemberitaan. Hari ini muncul video lawas dimana 3 tahun lalu Rocky Gerung mengatakan "Tiba-tiba Nasdem, secara radikal, mencalonkan Anies sebagai presiden 2024". Saat itu, politikus Nasdem ada di acara tersebut, Irma Chaniago. Sebagai tamu wakil dari Partai yang diejek Rocky Gerung, mendengar celotehan Rocky, Irma langsung menyambar dengan mengatakan, ""Rocky ngomong apa sih? Ini badut kok dipelihara di sini. Mana ada Nasdem mencalonkan Anies?". Dan hari ini, apa yang diramalkan Rocky Gerung di tahun 2019 menjadi kenyatakan : Nasdem benar-benar mencalonkan Anies Baswedan sebagai capres Nasdem di Pilpres 2024!!
Bagaimana nasib Irma Chaniago??? Tetep bercokol di tubuh Nasdem tuh!
Sikap Irma Chaniago hari ini terhadap keputusan partai politik yang memayungi dirinya, sebenarnya sudah menjadi sebuah sikap standar orang-orang politik di Indonesia. Mencari sosok yang berintegritas, berprinsip dan berani mempertahankan prinsipnya demi integritasnya, bisa dikatakan ibarat mencari jarum ditumpukan jerami. Dengan bertamengkan kata kesetiaan dan kepatuhan, mereka menggadaikan idelismenya asal tidak ditendang ke luar dari zona nyaman.
Di sisi lain, Rocky Gerung juga pernah mengatakan bahwa Anies itu tidak akan pernah keluar dari Jakarta. Dia hanya akan pindah dari Merdeka Selatan ke Merdeka Utara. Waduuuh jangan-jangan ramalan Rocky Gerung yang satu ini jadi kenyataan juga seperti ramalan dia soal Nasdem yang mencalonkan Anies jadi capres di Pilpres 2024.
Allahualam.... semoga tidak!!!
Tanggapan Rocky Gerung terhadap pencapresan Anies Baswedan oleh Nasdem dikatakannya sebagai sebagai awal dari gempa bumi politik. Rocky juga mengatakan bahwa ada kecerdikan dari Surya Paloh untuk melihat momentum sikap pasang badan Surya Paloh terhadap Anies atas kasus dugaan korupsi Formula E yang tiba-tiba diumumkan oleh KPK.
"Waaaah sebelum jadi sprindik meing gua pasang badan dulu... kira-kira begitu" Kata Rocky Gerung.
Dalam pandagan Rocky Gerung, seorang Anies Baswedan memang adalah sosok yang fenomenal. Dari awal Anies dianggap sebagai penantang Jokowi karena dia memberi sinyal bahwa kabinetnya dia kalau nanti terpilih, tidak akan sama seperti Jokowi. Sementara yang lain menganggap supaya bisa jadi presiden harus bisa meneruskan proyek pak Jokowi. Prabowo dan Ganjar adalah dua nama yang diprediksi akan dicapreskan menyatakan hal itu.
Kalimat Rocky Gerung berikutnya, menurut saya, adalah sebuah prediksi yang terlalu politis dan tidak melihat atau memperhitungkan bahwa rakyat Indoensia hari ini sudah tidak lagi mengikuti pola pikir kolot para politikus. Rocky mengatakan, "Di dalam kontras hari-hari ini orang ingin menghindari dari *fear of influence" politik Jokowi. Jadi mereka yag menghindar dari Jokowi justru yang akan dieluk-elukan rakyat. Orang akan merasa, udahlah, udah cukuplah era Jokowi udahlah, kita ganti eralah. Kan bosen...". Well... selain karena Jokowi memang sudah 2 periode, kalau sosok yang Rocky Gerung maksud adalah Anies Baswedan, teori dia tidak benar walaupun 1 ramalannya sudah menjadi nyata. Bicara soal generasi milenial tapi teori yang diungkapkan teori usang yang sudah kadaluwarsa. Apalagi hari ini ramai banyak rakyat yang meminta Jokowi untuk lannjut ke periode ke-3.
Mengaca ke belakang saat Indonesia 10 tahun dipimpin oleh SBY yang gaya memimpinnya sangat linier, berpola kolot, dan santai sampai bisa menghasilkan 10 lagu lagu, munculnya sosok Jokowi yang dikenal sebagai seorang pemimpin yang kerja kerja kerja, Jokowi adalah sosok yang menghindar dari pola kolot dan linier dalam SBY memimpin.
Teori Rocky akan mengena jika yang sosok yang dimaksud misalnya Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, yang secara kasat mata memiliki gaya memimpin yang berbeda dari Jokowi. Sama-sama jujur, tapi Ahok Lebih cepat, lebih keras, lebih berani, lebih menghebohkan, dan dijamin Indonesia akan lebih gaduh karena akan lahir banyak sekali dalang-adalang politik yang memainkan wayang-wayang mereka untuk selalu mengguncang Ahok sampai Ahok lengser dari kursi kepresidenan. Atau Nadiem Makarim yang apa-apa akan di-digital-kan. Di masa Indonesia akan dihadapkan pada tahun lepas landas, tentunya kita lebih membutuhkan sosok pemimpin yang sangat visioner, mampu melihat ke depan, lalu merancang cara meraih masa depan dan mampu mengimplementasikan cara yang dirancangnya. Generasi milenial identik dengan generasi digital, san Nadiem Makarim bisa menjadi sosok yang mampu memenuhi apa yang dibutuhkan generasi milenial. Kalau Anies baswedan??? Kebanyakan omongan, generasi milenial malah akan ngantuk dan ketiduran. Mengapa saya mencontohkan Ahok atau Nadiem Makarim untuk teori Rocky Gerung? Karena kedua orang itu dan Anies sama-sama WNI keturunan.
In any case jika ramalan Rocky Gerung yang kedua ini ternyata diijinkan Tuhan dan jadi kenyataan, sebaiknya setiap rakyat harus mulai siap-siap ber-swadaya karena pemerintahan dibawa Anies Baswedan bisa 1000 kali lebih parah dari cara Anies memimpin Jakarta.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/2-ramalan-rocky-gerung-1-sudah-terbukti-dpKN0QaRd6
Puncak Kejengkelan Jokowi, No Basa Basi, Skakmat Anies Sampai KO!
Beberapa hari sesudah banjir terjadi di Jakarta pada awal tahun 2020, Presiden Jokowi mengungkap hal penting soal penanganan banjir, khususnya di Jakarta. Presiden Jokowi menegaskan bahwa masterplan banjir untuk Jakarta sudah ada sejak tahun 1973. Tidak perlu ada ide-ide baru. Yang penting sungainya dilebarkan. Teknisnya mau normalisasi, mau naturalisasi, ya terserah. Yang penting dikerjakan. Presiden Jokowi menyampaikan hal ini di depan para awak media dengan ekspresi yang terlihat jengkel.
Sebelumnya, anak buah presiden, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap Gubernur Anies. Menteri Basuki memaparkan penyebab banjir, yakni curah hujan yang tinggi. Dampak tingginya curah hujan itu bisa ditangani dengan baik jika Gubernur Anies melaksanakan program penanganan banjir dengan cepat. Program yang dimaksud adalah normalisasi yang mandek di era Anies. Saat itu Anies sudah lebih dari 2 tahun jadi gubernur. Mestinya dalam waktu selama itu sudah ada progress ya, yang katanya normalisasi diganti dengan naturalisasi versi Anies.
Gimana Presiden Jokowi nggak jengkel ya. Untuk sebuah pekerjaan yang sudah ada masterplan-nya dan siap dibantu banyak oleh kementrian. Tanpa ada kesulitan dana anggaran mengingat besarnya APBD DKI Jakarta. Malah mandek. Awalnya katanya nggak mau pakai cara normalisasi. Maunya menciptakan sistem baru, naturalisasi. Dia yang punya ide, dia juga yang nggak ngerjain!
Sehingga, banjir itu pun terjadi lagi. Sekarang, pada awal minggu kemarin, banjir terjadi disebabkan oleh curah hujan di Jakarta. Sedangkan yang terjadi pada hari Senin lalu (10/10), itu karena luapan Kali Ciliwung. Artinya air dari Bogor. Kali Ciliwung sampai meluap dan jadi banjir ya karena normalisasinya mandek. Selama 5 tahun, apa yang dikerjakan Anies? Hanya ngeles.
Seperti yang dia katakan, menanggapi banjir minggu lalu. Dengan susunan kata-kata yang bagus, yang terdengar cerdas gitu ya. Anies menyebut, bahwa banjir itu bukan permasalahan utama Jakarta. Ramenya hanya di media sosial. “Nyatanya dari RT kita ada 30 ribu, yang terkena banjir sekitar 30, it’s not even one percent,” demikian kata Anies.
Nadanya pongah ya. Sok pinter gitu. Namun, apakah Anies mikirin misalnya dampak banjir terhadap gardu PLN? Nyampe ke sana nggak ya? Data pada hari Jumat tanggal 7 Oktober menunjukkan ada 22 gardu PLN yang terdampak banjir Jakarta. Dari 22 itu, ada 7 gardu yang dipadamkan sementara oleh PLN. Ini dampak yang meluas ya. Lalu ada pula 3 korban meninggal waktu itu karena tembok sekolah yang roboh di Pondok Labu. Eeeh, Anies malah ngeles dan kemudian sibuk dengan urusan copras capres aja.
Anies bahkan tidak lagi peduli dengan tidak sinkronnya pernyataannya terhadap kinerjanya sendiri. Anies menyebut bahwa memang percakapan di media sosial itu didominasi oleh 2 tema yakni banjir dan macet. Namun, masalah utama Jakarta, yang dia sebut dengan kata “trust issue”, masalah yang nomor satu adalah biaya hidup. Ini kan koplak ya. Kalau memang tahu ada masalah di soal biaya hidup, mengapa Anies membiarkan angka kemiskinan di Jakarta meningkat? Bahkan sampai ada ratusan ribu orang yang berada di tingkat kemiskinan ekstrem. Jadi dia mengungkap masalah, untuk mengecilkan masalah yang lain, tanpa berbuat apa pun terhadap masalah-masalah itu. Kayak gini kok mau nyapres? Tepok jidat, kita…
Ok, sekarang kita ke dunia politik. Balik lagi ke Presiden Jokowi. Banyak analisa yang seragam soal kekuatan seorang Jokowi di Pilpres 2024 nanti. Bahwa Presiden Jokowi akan menjadi seorang “king maker” yang terkuat. Siapa pun yang didukung beliau, maka potensinya menang di Pilpres 2024 bakal sangat besar. Kekuatan Presiden Jokowi ini berasal dari hasil kerjanya dan kedekatan beliau dengan rakyat. Ke mana pun Presiden Jokowi berkunjung, rakyat selalu berkerumun, mengelu-elukan beliau.
Dalam konteks Pilpres 2024, hal ini bakal sangat berarti buat siapa pun calon yang beliau dukung. Karena yang namanya Presiden Jokowi tidak kenal dengan istilah turun gunung. Beliau setiap saat selalu berada di tengah rakyat. Nggak pernah “naik gunung” dalam arti berjauhan dengan rakyat. Pokoknya siapa pun yang didukung Presiden Jokowi, bakal joss. Dan sebaliknya, yang tidak didukung beliau, harus hati-hati ya. Karena Presiden Jokowi juga punya kekuatan besar untuk bikin KO.
Anies, yang sudah dideklarasikan sebagai capres oleh NasDem, sepertinya sudah merasa jadi presiden aja. Merasa sudah satu level dengan Presiden Jokowi. Makanya sangat pongah, sangat sombong ketika bicara soal banjir dan masalah-masalah di Jakarta. Seakan kalau Pilpres itu digelar besok, Anies pasti menang. Padahal kenyataannya, NasDem belum memenuhi persentase presidential threshold. Belum juga membentuk koalisi dengan partai lain. Jadi apa sih yang mau disombongkan dengan deklarasi capres ini?
Sementara, Anies mewariskan banyak PR untuk penggantinya, Penjabat Gubernur DKI Jakarta yang sudah ditunjuk oleh Presiden Jokowi, Heru Budi Hartono. Heru Budi ini pernah menduduki beberapa jabatan penting di DKI Jakarta di era Gubernur Jokowi dan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama. Dan jabatannya terakhir adalah Kepala Sekretariat Presiden di bawah Presiden Jokowi. Punya pengalaman di birokrasi wilayah, di bidang infrastruktur, dan di bidang keuangan. Jauh kualifikasinya di atas Anies.
Apa saja PR yang diwariskan Anies kepada Heru Budi? Banyak ya. Yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Ketua Forum Warga Kota Jakarta, Azas Tigor, memaparkannya. Yakni kemacetan, banjir, kemiskinan, pelayanan kepada masyarakat yang semakin buruk, dan masalah intoleransi seperti adanya pemaksaan baju muslim yang terjadi di sekolah negeri. Selaras dengan masalah-masalah yang kata Anies hanya ramai di medsos. Padahal memang itu masalah besar di Jakarta.
Tentu saja, Presiden Jokowi yakin bahwa Heru Budi bakal mampu menangani masalah-masalah tersebut. Di depan awak media, Presiden Jokowi mengungkap alasan beliau memilih Heru Budi. Presiden Jokowi menegaskan bahwa beliau sudah kenal lama dengan Heru Budi, waktu jadi wali kota di DKI dan kemudian waktu memegang Badan Keuangan. Presiden Jokowi tahu betul rekam jejaknya, cara bekerjanya, kapasitasnya, kemampuannya. “Saya tahu semuanya,” kata Presiden Jokowi. Heru Budi juga dinilai memiliki kemampuan komunikasi yang baik, dengan siapa pun. Sehingga Presiden Jokowi bisa mengharapkan ada percepatan-percepatan dalam penyelesaian masalah di DKI Jakarta. Sedangkan masalah utama yang diminta oleh Presiden Jokowi untuk ditangani oleh Heru Budi adalah macet, banjir dan tata ruang.
Pernyataan Presiden Jokowi ini nampaknya seperti pernyataan umum. Namun dalam konteks Pilpres 2024, pernyataan beliau itu sangat nuampol terhadap Anies, sang capres. Sangat berlawanan dengan apa yang sudah dikatakan Anies, juga di depan awak media. Tentu publik lebih megang pernyataan Presiden Jokowi dong ketimbang Anies. Itu dari segi pemaparan masalah. Yang solusinya hilang dalam kata-kata manies Gubernur Anies. Sekarang, Presiden Jokowi menugaskan Heru Budi, yang sangat dinilai baik rekam jejaknya, cara bekerjanya, kapasitasnya, komunikasinya dan kemampuannya. Melebih Anies yang mau nyapres. Dengan kata lain, sama saja bahwa Presiden Jokowi menilai bahwa kemampuan Anies sebagai gubernur itu minus. Lah kok mau jadi presiden? Sama penjabat gubernur yang ditunjuk Presiden Jokowi saja, kemampuan Anies kalah jauh. Gimana mau ngurusin seluruh Indonesia? Artinya Anies itu tidak tahu diri. Dengan kemampuan terbatas, mau menjangkau langit. Ya susah dong.
Pernyataan Presiden Jokowi ini sudah jadi rekam jejak Anies. Bahkan videonya juga mulai beredar di media sosial. Saya yakin, jika nanti Anies mengkampanyekan dirinya sendiri sebagai capres, pernyataan Presiden Jokowi ini akan terus menohok dan membantah segala puja puji terhadap Anies. Sekarang saja sudah bisa bikin Anies “KO”. Apalagi nanti, ketika Heru Budi sudah menunjukkan hasil kerjanya di DKI Jakarta. Anies bisa-bisa beneran KO di proses pencapresannya.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/puncak-kejengkelan-jokowi-no-basa-basi-skakmat-qD7wqQatNg
Menggelegar! Buya Yahya Yang Bilang Suara Adzan Harus Menggelegar Foto Bareng Abud & Bibib
Orang bijak bilang, tetap sediakan ruang untuk meragukan seseorang. Bukan berarti kita harus suudzon setiap saat, tapi agar kita bisa kritis ketika orang yang begitu kita puja melakukan kesalahan. Beberapa kali penulis mengkritik Gus Miftah, bukan berarti penulis benci, tapi agar Gus Miftah tetap menjadi ustad nasionalis yang dijauhkan dari pengaruh kadrun walaupun sedikit.
Begitu pula terhadap Jokowi, beberapa kali penulis mengkritik beliau ketika agak ke kadrun-kadrunan. Salah satunya adalah terkait kasus Macron dan dana abadi pesantren yang menurut penulis jangan diberikan begitu saja, melainkan harus ada pengawasan. Seperti kita ketahui pesantren memiliki otonomi sendiri yang bahkan menteri agama saja tidak bisa ikut campur apapun.
Demikian pula kali ini dengan Buya Yahya, ini kedua kalinya penulis mengkritik beliau. Pertama adalah kontroversi suara adzan, dimana beliau bilang suara adzan harus menggelegar. Kenapa penulis kritik? Karena kata menggelegar ini tidak jelas ukurannya berapa DB? Sedangkan Gus Yaqut memberi standart yang jelas yaitu 100 DB, dan ini sudah sangat keras karena idealnya 80 DB saja sudah cukup.
Kali ini penulis akan mengkritik Buya Yahya karena hadir dalam acara pertemuan Anies dan Bibib. Pertemuan ini sudah cukup membantah semua klaim Nasdem kalau Anies tidak di bawah kendali kelompok Anti-Pancasila.
Gila aja, orang yang Anies datangi bilang pancasila adalah pancaGILA, ketua ormas terlarang yang dibubarkan karena anti pancasila dalam AD/ART mereka. Orang yang Anies datangi menganggap ISIS saudara, dan mendoakan orang lain dengan kutukan.
"Jangan sembuhkan penyakitnya, biar dapat penyakit yang belum ada obatnya. Biar susah jalan hidupnya, hidupnya hancur-hancuran, nggak ada berkah, susah tiap hari, sedih tiap hari, gundah gulana tiap hari," begitu penggelan doal jelek Habib Rizieq.
Penulis masih khuznudzon kalau Buya Yahya adalah ulama moderat yang cinta damai. Tapi penulis mau memberikan saran, karena sudah terlanjur tertangkap kamera bersama kaum-kaum intoleran.
Saran pertama, hati-hati Buya Yahya jangan sampai ada sikap kadrun dalam diri Buya Yahya. Pergaulan yang buruk bagaimanapun akan memberikan pengaruh buruk walau hanya sedikit saja. Kalau ini adalah pertemuan yang pertama dengan kelompok intoleran, maka kurang-kurangilah bertemu mereka.
Saran kedua, karena Buya Yahya banyak pengikutnya, maka sebaiknya Buya klarifikasi kalau pertemuan sebut bukan kode untuk mendukung salah satu capres. Bagaimanapun ulama moderat harus netral, bicara politik secara umum dan tidak terjun politik praktis. Tetap bebaskan pengikut Buya Yahya untuk memilih calon sesuai nurani mereka.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/menggelegar-buya-yahya-yang-bilang-suara-adzan-QuwhixzgxR
Pak Basuki Tertawakan Anies Saat Ditanya Soal Normalisasi Sungai
Apa kabar normalisasi sungai hingga saat ini?
Ternyata mengenaskan. Padahal sejumlah infrastruktur dibangun untuk menangkal banjir di Jakarta. Tapi ada proyek penangkal banjir yang seolah jalan di tempat.
Proyek tersebut seperti normalisasi Sungai Ciliwung. Hingga saat ini, normalisasi masih terkendala pembebasan lahan.
Nah, ada awak media yang iseng bertanya kepada Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengenai progres normalisasi sungai.
Apa jawaban Pak Basuki.
Dia meminta agar hal ini ditanyakan kepada Anies.
"Tanya Pak Anies," kata Basuki sambil tertawa.
Yah, Anies diketawain. Wajar sih, siapa pun pasti akan geleng-geleng kepala melihat cara kerja Anies yang kaya wacana tapi miskin kerja.
Sekelas Pak Basuki pun bisa tertawa saat ditanya begitu. Padahal dia sangat antusias kalau sudah bicara soal pembangunan infrastruktur. Artinya dia sudah putus asa, tak ada semangat kalau bicara tentang Anies. Anies mungkin sudah terlalu parah di mata Pak Basuki.
Kok bisa ya ada orang seperti Anies, mungkin begitu pemikiran Pak Basuki. Akar masalahnya, kok bisa ada orang yang memilih dia demi surga?
Inilah bedanya Pak Anies dengan Pak Basuki. Yang satu pintar kerja, yang satu lagi pura-pura pintar kerja tapi tak becus. Yang satu paham teknisnya, yang satu lagi cuma bisa debat dan bikin analogi ala guru di sekolah.
Pak Basuki menjawab dengan singkat, padat dan jelas serta mudah dipahami. Kalau Anies yang menjawab, pasti akan muter-muter keliling 10 kali. Mungkin dia akan gunakan analogi entah apa lagi, seolah ingin terlihat cerdas. Satu pertanyaan akan dibalas dengan 200 halaman jawaban yang penuh penjelasan semrawut.
Hanya orang dungu yang berpikir Anies bisa menyelesaikan persoalan di Jakarta dengan rangkaian kata-kata.
Basuki mengatakan pembebasan lahan yang dulu belum berjalan. Normalisasi Sungai Ciliwung tergantung pada pembebasan lahan oleh Pemprov DKI.
Sementara itu, proyek sodetan atau terowongan dari Ciliwung ke Banjir Kanal Timur (BKT) terus berjalan. Sodetan Ciliwung ini ditargetkan rampung Februari atau Maret tahun depan. Sedangkan normalisasi Sungai Ciliwung belum bisa ditargetkan.
Jadi Anies kerjanya apa? Pamer penghargaan, jualan janji manis, adu debat masalah Jakarta. Makanya Pak Basuki pasti pusing melihat Anies.
Anies tak berani gusur atau bebaskan lahan, demi dukungan suara rakyat. Tapi begitu terjadi banjir, Anies kehilangan suara. Anies super konyol kalau tidak menyadari ini.
Anies memang tidak berniat melanjutkan normalisasi sungai karena termakan janji kampanye. Begitu liciknya dia, demi menjaga nama baik pribadi, Anies rela menelantarkan proyek penangkal banjir. Demi ambisi pribadi, kepentingan banyak orang malah dia korbankan. Anies tega. Masa bodo dengan masyarakat, yang penting nama baiknya tak tercemar.
Basuki melanjutkan, pihaknya juga mengejar target pembangunan Bendungan Ciawi dan Sukamahi. Kedua bendungan ini ditargetkan rampung Desember 2022 dan bisa berfungsi begitu rampung.
"Itu dry dam, jadi bendungan kering, itu hanya terisi kalau musim hujan kemudian kita alirkan pelan-pelan supaya dia sebagai tampungan hujan. Jadi nggak langsung mengalir ke Ciliwung, tapi ditahan dulu kemudian dikeluarkan sedikit-sedikit," terangnya.
Jadi bagaimana kelanjutan normalisasi sungai?
Anies serahkan ke pejabat selanjutnya. Enteng sekali dia melakukan itu. Dia tak kerja, masalah jadi menumpuk lalu lemparkan tanggungjawab ke oramg lain. Dasar gubernur tak tahu diri.
Anies bulan lalu mengeluarkan Pergub Nomor 25 Tahun 2022 tentang Rencana Pembangunan Daerah (RPD) DKI Jakarta tahun 2023-2026.
Dalam salah satu poinnya, perencanaan kelanjutan pemulihan daerah aliran sungai (DAS) akan dilakukan hingga 2026. Dalam pokok-pokok pelaksanaan rencana itu, Anies menginstruksikan pengadaan tanah untuk naturalisasi atau normalisasi sungai yang dilakukan pada beberapa lokasi, salah satunya di Kali Ciliwung.
Enak banget, kan? Dia cuma bikin rencana tanpa berkeringat. Penerusnya yang bekerja mati-matian. Wacana seabrek, tapi tak dilakukan.
Anies jadi gubernur cuma numpang lejitkan namanya. Tak banyak kerja, banyak pencitraan, resmikan hal receh lalu dibilang sudah berprestasi dan menunaikan janji politik. Prettt. Dikira kita ini dungu seperti kadrun.
Masalah sebenarnya sedang mengintai Pj Gubernur DKI. Diwarisi masalah yang sedemikian banyak dan berat. Semoga bisa sabar dan tidak terkejut dengan hasil kerja Anies yang berantakan.
Bagaimana menurut Anda?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/pak-basuki-tertawakan-anies-saat-ditanya-soal-VIowpBOUWF
AHY Bilang Rakyat Hidup Lebih Baik saat Dipimpin SBY…..
AHY yang bilang. Katanya lagi, dia sedang tidak membandingkan lho……
**
Ya wajar kalau AHY ngomongnya begitu. Karena, bahan yang dia punya juga memang cuman itu. Orang cupet macam dia itu, mau disuruh cari bahan lain ya bakalan kesusahan. Gak bisa. Kurang pro, kurang pengalaman. Mainnya kurang jauh….
Begitulah Agus-Agus. Eh….
Pria yang potensial menjadi calon presiden dari Partai Demokrat ini memang terkenal getol bila berbicara mengenai prestasi pemerintahan Presiden Indonesia ke-6.
…… Bapaknya…..
Berapi-api, bersemangat, dan seakan tanpa cela. Bangunan mangkrak Proyek Hambalang –atau yang dikenal dengan Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) yang masih satu kabupaten dengan kediaman SBY– di pelupuk mata pun seakan tak terlihat. Bahkan katanya, Presiden Jokowi tinggal gunting pita saja atas proyek-proyek hasil kerja SBY itu.
Iyain saja atau gimana ini??....
Mendengar atau membaca omongan AHY, tidak ada salahnya bila dianggap sebagai ungkapan kebanggan seorang anak atas bapaknya. Jangan lebih.
Atau, sebagai sebuah ungkapan terimakasih karena telah menjadikannya sebagai seorang ketua umum partai walaupun baru punya seuprit usaha yang telah diperbuatnya untuk partai tersebut. Jangan lebih.
Makanya dengar dan cukupkan sebagai pengetahuan saja. Jangan anggap sebagai kebenaran.
Dia gak bisa mikir yang berat-berat. Dia tidak bisa beranalisis yang berbobot. Gak akan nyampe.
Pikirannya gak akan nyampe ketika demi sebuah pemerataan, ribuan kilometer jalan harus dibangun, ratusan pelabuhan dan bandara harus disiapkan, drainase irigasi dan bendungan harus dibangun, dan jaringan internet harus diperluas dan diperlancar? Gak bakalan.
Pikirannya juga gak akan nyampe kalau harus menganalis bagaimana pemerintah Indonesia di bawah Presiden Jokowi harus bertahan di tengah dua tahun pandemi Covid-19 dan kemudian disusul oleh krisis ekonomi sesudahnya yang diperparah dengan konflik Rusia-Ukraina? Gak bakalan.
Juga, bukan bermaksud membandingkan, otaknya juga gak bakalan nyampe untuk berpikir kenapa pada 2009 ekonomi Indonesia ambrol hingga hanya tumbuh 4 persenan saja sementara di tahun sebelumnya bisa 6 persenan? Padahal waktu itu Indonesia hanya terimbas oleh krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat? Padahal waktu itu dunia tidak dikenal adanya "lockdown", sementara di domestik juga tidak diberlakukan PSBB ataupun kemudian PPKM? Gak bakalan.
Di jamin, pikiran amatiran AHY tidak akan sampai sejauh itu walaupun hal tersebut sebenarnya sangat sederhana. Tidak akan!
Ketum kok begitu levelnya?!?!!!
Apa yang bisa diharapkan dengan hanya terus mengangkat memori kepalsuan prestasi bapaknya? Apa yang bisa diharapkan dari politikus yang bisanya hanya menengok ke belakang sembari bergelayutan dan dituntun bapaknya?
Memprihatinkan……
Sumber Utama : https://seword.com/politik/ahy-bilang-rakyat-hidup-lebih-baik-saat-dipimpin-ZLXtiL9yDw
Indonesia Butuh Figur yang Mampu Meneruskan Warisan Jokowi, buat Apa Sosok Antitesisnya?
Negeri ini sedang berbenah sejak Jokowi menjadi Presiden RI ketujuh sejak 2014 hingga nanti selesai menjabat pada 2024. Negeri ini bergerak menuju ke arah yang benar sebagai negara yang terus berkembang menuju ke arah yang lebih baik. Apakah pantas jika selanjutnya negeri ini (misalnya) dipimpin oleh figur yang disebut "antitesis Jokowi" yang lima tahun terakhir gagal memimpin Ibu Kota?
Kita mau lihat dulu definisi "antitésis" menurut KBBI berikut ini;
(1) pertentangan yang benar-benar; (2) pengungkapan gagasan yang bertentangan dalam susunan kata yang sejajar, seperti dalam semboyan 'Merdeka atau Mati'
Jika merujuk pada definisi itu, maka bila disederhanakan sosok yang menjadi antitesis Jokowi akan menunjukkan segala sesuatu yang berlawanan dengan yang sudah ditunjukkan, dilakukan, atau yang publik ketahui perihal Jokowi.
Jika Jokowi dikenal dengan dengan rakyat, maka "si antitesis" itu akan berjarak atau malah jauh dari rakyat. Apa yang bisa diharapkan dari pemimpin yang (men) jauh dari rakyat? Tidak ada. Lihat saja Jakarta, yang setelah era Ahok-Djarot berlalu, pintu Balai Kota tertutup dan suara pengaduan rakyat tak lagi bisa tersampaikan. Bukankah ini merupakan gejala pemimpin otoriter?
Berikutnya, jika Jokowi dikenal dengan kebijakan ketatnya soal penggunaan anggaran, maka "si antitesis'" ini akan terbiasa berfoya-foya dalam menggunakan uang negara. Sosok yang gemar berfoya-foya biasanya akan membelanjakan barang-barang yang tak berguna, atau menghabiskan duit hanya untuk "membeli teman" supaya tidak mengganggu agenda atau rencananya.
Selanjutnya, jika Jokowi dikenal koppig kalau sudah meyakini akan tindakannya, yang sering kali terbukti benar, maka "si antitesis" itu akan keras kepala demi memuluskan tujuannya, meski dia sedang melaju pada jalur yang salah.
Terakhir, jika Jokowi selama menjabat bekerja demi kebaikan rakyat dan membawa negeri ini ke arah yang lebih baik, kita pantas khawatir jika beneran meminpin, kelak "si antitesis" ini hanya akan membawa kemunduran dan kehancuran besar bagi negeri ini.
Jadi, silakan menilai apakah sebaiknya figur yang dikenal sebagai "antitesis Jokowi" itu sebaiknya dicoret dan jangan pernah maju sebagai kontestan Pilpres atau mungkin masih bisa diberi kesempatan. Itu kalau ada koalisi yang memenuhi syarat buat memajukan si manusia antitesis itu.
Namun, seharusnya masyarakat sadar bahwa negeri ini sama sekali tidak perlu antitesis buat meneruskan warisan kerja dan teladan beliau dalam memimpin negeri ini. Lha buat apa, wong figur lain yang dalam beberapa hal menjadi antitesis Jokowi saja terbukti tidak membawa Indonesia lebih baik meski sepuluh tahun menjadi Presiden RI kok!
Jadi, seharusnya partai yang mengusung "manusia antitesis" itu juga perlu ditenggelamkan, karena figur yang kini diusung dan dibanggakan justru akan berpotensi membawa Indonesia ke arah kemunduran hingga kehancuran.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/indonesia-butuh-figur-yang-mampu-meneruskan-CnkIZUKoF6
Tamparan Keras Bagi Anies Baswedan Dari Calon Penggantinya Soal Penanganan Banjir
Normalisasi sungai akan dilanjutkan! Ya, itulah yang disampaikan oleh Heru Budi Hartono, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta terpilih, ketika ditanya rencananya mengatasi banjir di Jakarta.
“Terkait dengan banjir, tentunya semua gubernur lah sudah menanggulangi ini. Dan saya akan lanjutkan program-program yang memang untuk penanggulangan banjir. Misalnya normalisasi dan ada beberapa poin, misalnya nanti tempat-tempat tertentu yang memang tidak bisa salurannya atau sungai dinormalisasi, itu kita bisa bikin sistem polder rumah pompa atau kendaraan pompa bergerak. Dan tentunya nanti saya akan berkoordinasi dengan kementerian terkait seperti itu,” kata Heru di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat pada hari Rabu 12 Oktober 2022 seperti dikutip dari detik.com.
Bagi saya, pernyataan ini menampar keras wajah Anies Baswedan. Normalisasi sungai adalah program yang dianaktirikan di zaman Anies memimpin Jakarta. Namanya diganti dengan naturalisasi sungai dengan konsep yang tidak jelas. Akibatnya, jumlah area yang dinormalisasi sungainya tidak pernah bertambah sejak tahun 2018. Jika berkenan memperdalam soal hal ini, bisa membaca artikel ini.
Program yang dianaktirikan itu sekarang disebut pertama sebagai rencana penanggulangan banjir. Ini sama saja mengatakan bahwa penanggulangan banjir zaman Anies kurang tepat karena tidak menjalankan normalisasi sungai dengan maksimal. Tamparan keras bukan untuk Anies?
Selain itu, Heru tidak hanya berandai-andai saja saat membicarakan normalisasi sungai. Pengalamannya mendampingi Presiden Jokowi saat menyusuri Sungai Ciliwung membuatnya mempunyai gambaran apa yang harus dilakukan dalam proses normalisasi sungai.
“Ya kita lihat nanti, bekerja sama, mungkin kan banyak konsep misalnya normalisasi Kali Ciliwung bisa membersihkan, bisa mendalamkan, nanti dengan teman-teman stakeholder TNI-Polri,” ujar Heru menambahkan penjelasannya.
Bagi saya, konsep mendalamkan tinggal melanjutkan saja karena Pemprov DKI Jakarta yang sekarang juga tetap berupaya mendalamkan dengan judul gerebek lumpur. Konsep membersihkan yang kurang dijalankan oleh Pemprov DKI Jakarta apalagi kalau menyangkut bangunan liar di Daerah Aliran Sungai (DAS). Tidak ada nyali untuk merelokasi bangunan-bangunan liar itu. Nyali Pak Heru akan diuji untuk hal ini.
Selain soal normalisasi sungai, pernyataan Pak Heru juga menohok karena tidak menyebut sumur resapan sama sekali. Yang disebut selain normalisasi sungai hanyalah soal pompa bagi daerah yang tidak bisa dinormalisasi sungainya. Entah lupa atau sengaja, saya tidak tahu. Yang jelas program sumur resapan tidak ada dalam rencana kerja Pak Heru padahal program ini adalah program kebanggaan gubernur sekarang lho. Menohok sekali bukan?
Dari rencana kerja Pak Heru, ada harapan penanganan banjir akan seperti saat Jokowi-Ahok memimpin Jakarta. Tentu saja, hal ini masih harapan. Semoga saja terwujud. Kami tunggu aksimu, Pak Heru!
Sumber Utama : https://seword.com/umum/tamparan-keras-bagi-anies-baswedan-dari-calon-DETZEgXsYA
Juga klik Sukseskan MTQ ke-29 , 10-19 Oktober 2022 di KalSel
Klik BLUNDER atau apa ?
Klik juga MAHSA AMINI & Politik Identitas di Indonesia .... !!!
Klik Ganjar "MELAWAN" Anies ???!!!???
Klik Peran "Mantan kader GOLKAR" tentukan Anies jadi CAPRES
Kaitan dengan mantan kader golkar klik disini
Klik juga "Pander Wara" (Ngomong Doang), gugat ibukota ke Banjarbaru, malah Gugatan dicabut duluan ??!!??
Bukti UAS selalu di Undang di birokrasi KalSel :
- https://apahabar.com/2020/03/tablig-akbar-di-hari-jadi-banjarbaru-pemkot-undang-uas-dan-guru-zuhdi/
- https://apahabar.com/2022/09/uas-ke-banjarmasin-harapan-harjad-ke-496/
- https://www.beritapembaruan.id/2021/11/tiga-tahun-penantian-akhirnya-dai.html
- Video Ustadz Abdul Somad Anti NKRI & Dukung Khilafah, Pengurus HTI Riau
- Ustadz Abdul Somad hina salib kristen
Klik Politik Lagi ???!!!
Juga klik MUSUH Republik Islam Iran & Republik Indonesia "Sama", yaitu "HOAX"
Klik Fokus untuk Daerah Sendiri, karena daerah menjadi Baik dan Benar maka Negarapun menjadi BENAR
KLIK juga Belum 2024 "Sudah Panas", Rakyat Indonesia wajib "MIKIR"
Klik Memahami "Masalah" di KalSel
Juga Klik Turun Gunung atau ???
Klik BJORKA dianggap "PAHLAWAN" atau "PENJAHAT" ..???!!!
Klik 12 September 2022 DEMO bawa-bawa nama Rakyat ???!!!
Juga Klik DEMO bela Rakyat atau BELA para MAFIA ???!!!
Klik juga Indonesia kembali "BERJAYA", masa Jokowi lagi ??
Klik Tuntutan RAKYAT ??? atau Tuntutan yang ditunggangi para MAFIA !!!!!
Juga Klik Pengertian Istilah Baby boomers, X, Y, Z, dan Alpha
Klik juga BERSYUKUR kepada TUHAN SANG MAHA SEGALANYA, Emang yang DEMO sudah BERSYUKUR ???!!!
Klik PAHAMI baru EKSEKUSI !!!!!
Klik juga KACAU atau Apa ??!!
Klik Sayap-Sayap Patah pro DENSUS 88 atau Anda Bela Teroris berbaju Agama !!??
Klik Mahasiswa DEMO terus ??!!! Memang punya SOLUSI?? atau Malah bikin rakyat tambah sengsara !!!!!
KLIK juga KalSel dalam Berita
Juga KLIK Kadrun itu Susah "Move On", Joget pun "SALAH"
Klik ISTANA NEGARA 17an "Ojo dibandingke" VIRAL
Klik Jangan BACA !!!
KLIK di Amien Rais bilang "Gangguan Kejiwaan", ternyata Anaknya "Gangguan Jiwa", benarkah ??!!
Klik Kenapa Pilih Ganjar ?!!!?
Klik Masih tentang ACT dan PKS, MANULIFE hingga BUMN serta Dana CSR
Klik juga ACT & PKS, Ustadz Bechi dan Gubernur Rasa Presiden !!!
Klik juga Mahasiswa "Bela Rakyat" atau "Bela Cukong yang membacking Mahasiswa" ..??!!!
Klik ACT (Aksi Cepat Tanggap) "TERBONGKAR" , VIRAL #JanganPercayaACT
Klik juga VIRAL : Gabung PKS "HARAM" bagi GP Ansor !!!
Klik Super Hero Indonesia "Damaikan Dunia" !!!
Klik LITERASI , apa sih artinya ??
Klik Indonesia & Ukraina : Pertemuan tete-a-tete atau empat mata
Silahkan klik Warga KalSel di "Waluhi OLIGARKI Daerah" atau Oligarki Pusat ?!!!
Klik Jejak Anies dan Intoleransi yang BERBAHAYA untuk Indonesia
Klik juga : Dunia HEBOH ... !!!
Silahkan klik Benturkan Agama !!! buat Cebong dan Kampret Berkelahi dan KADRUN Berjaya !!!
Klik RIBUT
klik juga "VIRAL" Film Lady Of Heaven dan VERSI LONDON (Syi'ah London, Sunni AS, HTI London Dll)
KELEBIHAN Bayar ?? VS Korupsi ... !!!
Klik juga Saatnya Pakai Akal SEHAT, Bukan Pake Kata DUNGU !!!!!!
Klik juga 2024 saatnya seluruh warga Banua Banjar KalSel turun memberikan suara !!!
Klik juga Politisisasi Agama menghasilkan HOAX yang Terpercaya !!!
Warga Banua Banjar 2024 pengen yang Baru di parlemen KalSel !!!!
Foto-foto BEM SI (Badan Executive Mahasiswa Seluruh Indonesia) dan simpatisannya ??!!??
DAYAK VIRAL : #MaafBolehSajaProsesHukumTetapBerjalan !!!!!
Benang Merah DEMO di KalSel !!!
Silahkan klik ini juga : "Operasi
Doktrin Terorisme ukhti FPI" : Muhammad Uhaib As’ad Ketua KAMI Kal-Sel
sebut Rezim Sekarang "Tidak Berbeda" dengan Rezim ORBA ?!!!
Sebagai pelengkap klik ini juga ya : Fraksi PKS & Demokrat "Jangan Buang Badan" - DEMO : Muhammad Uhaib As’ad , Ahdiat Zairullah hingga Rocky Gerung
Info tambahan Klik juga Ade Armando Doa Kebaikan Untukmu : Cuci Otak "Anak Muda" akhirnya apapun SALAH tanpa AKHLAK
yang ini klik Saatnya PERCAYA TUHAN dan Jokowi !!! Demo 11 April 2022, MAHASISWA atau MAHASEWA ??!!!
klik juga ini Demo 11 APRIL : Ustadz Ormas Terlarang HTI di "SANJUNG" di KalSel, ini buktinya !!! Benarkah kader Ormas Terlarang HTI !!!
klik juga ini #JanganMaudiWALUHi
juga ini Foto-foto BEM SI (Badan Executive Mahasiswa Seluruh Indonesia) dan simpatisannya ??!!??
yang ini juga klik #JokowiSelaluSALAH
Jangan lupa klik ini juga Mengenal Wakil Rakyat KALSEL dan Kota Banjarmasin 2019-2024
serta klik ini 2024 : Saatnya Partai baru SUKSES di KalSel hingga Indonesia !!!
https://gusdurian.net/pernyataan-sikap-jaringan-gusdurian-mengutuk-segala-bentuk-kekerasan/
Klik juga videonya dilink dibawah ini :BONGKAR OTAK DALANG AKSI 11 APRIL
Di bantu share agar masyarakat tidak ikut ikutan🙏🙏 Salam Indonesia Damai
Re-post by MigoBerita / Kamis/13102022/12.45Wita/Bjm