» » » "PERANG BINTANG"

"PERANG BINTANG"

Penulis By on Jumat, 14 Oktober 2022 | No comments


Migo Berita - Banjarmasin -
"PERANG BINTANG", terus berantas Mafia Judi, mafia Narkoba hingga Mafia Tambang.

Ketika Jokowi di Persimpangan Jalan

Menjadi pemimpin memang harus kuat, bukan hanya kuat fisik, tapi juga harus kuat mental dan tetap tenang dalam berbagai situasi. Menjadi Ketua Panitia sebuah event banyak orang yang menyalahkan, padahal mereka sendiri tidak ikut jadi panitia, hanya menilai dan menyalahkan.

Ketika seorang pemimpin menegur anak buahnya, bukan tidak mungkin anak buahnya jadi tersinggung dan balik membenci. Mengganti orang pun tidak gampang, karena kemungkinannya orang tersebut akan tersinggung dan akan menjadi lawan.

Mungkin seperti itulah yang dirasakan oleh seorang Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia. Mengangkat, menilai dan memberhentikan Menteri adalah hak prerogatif Presiden. Tetapi pada kenyataannya tetap saja dipengaruhi politik dan berpengaruh juga terhadap politik.

Presiden Joko Widodo diduga mengirim sinyal bakal melakukan kocok ulang atau reshuffle kabinet setahun jelang akhir masa jabatannya pada 2024. Pernyataan itu disampaikan Jokowi di tengah isu yang memanas usai deklarasi Anies Baswedan sebagai calon presiden NasDem 2024. Namun, Jokowi belum mengungkap waktu reshuffle akan dilakukan.

Wacana reshuffle Kabinet Indonesia Maju muncul usai deklarasi Anies oleh NasDem untuk Pilpres 2024. Terlebih usai pernyataan politikus Partai NasDem Zulfan Lindan yang menyebut Anies adalah antitesa Jokowi.

Sejumlah organisasi relawan Jokowi mendesak mengganti tiga menteri NasDem di kabinet. Mereka tidak terima dengan keputusan NasDem mengusung Anies Baswedan sebagai capres.

Meski menjadi hak prerogatif presiden, beberapa orang menilai hubungan antara Jokowi dan Ketum NasDem Surya Paloh sudah terjalin lama dan baik. Karena itu, ada kemungkinan Jokowi tak merombak menteri dari NasDem.

Adapun tiga menteri Jokowi dari NasDem yaitu Menteri Kehutanan Siti Nurbaya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dan Menteri Komunikasi dan Informasi Johnny G Plate.

Dengan deklarasi Anies Capres oleh Partai Nasdem, memang membuat posisi politik partai pimpinan Surya Paloh ini kurang nyaman. Satu sisi Nasdem berada di barisan partai politik pendukung Jokowi periode 2019-2024, tapi di sisi lain Nasdem deklarasi Anies Baswedan untuk Capres.

Padahal sudah menjadi pengetahuan umum, jika Anies merupakan mantan menteri Jokowi yang dipecat dan sekarang ini mempunyai posisi bersebrangan dengan pemerintahan Jokowi. Terutama sangat berlawanan dengan partai utama pendukung pemerintahan Jokowi-KH. Maruf Amien.

Oleh karena itu hubungan PDI Perjuangan dan Partai Nasdem menjadi kurang harmonis. Apalagi diperparah dengan pernyataan dari Zulfan Lindan yang merupakan kader Nasdem yang mengatakan jika Anies merupakan antitesa Jokowi.

Pernyataan ini dinilai sangat berani, jangankan oleh PDI Perjuangan juga oleh Partai Nasdem sendiri. Sepertinya Surya Paloh merasa tidak enak dengan perkataan anak buahnya. Oleh karena itu Paloh melakukan tindakan tegas dengan menonaktifkan Zulfan Lindan dari kepengurusan Partai Nasdem.

Presiden Jokowi pun seolah mendapat tekanan politik dari tindakan Nasdem tersebut. Apalagi PDI Perjuangan tidak tinggal diam terus menekan Nasdem dan Presiden Jokowi untuk melakukan reshuffle kabinet khususnya menteri dari Nasdem.

Presiden Jokowi seolah sedang berada di persimpangan jalan. Memilih memecat menteri reshuffle sebagaimana desakan PDI Perjuangan, atau membiarkan menteri Nasdem selesai bertugas sampai 2024 nanti. Apalagi hubungan Jokowi dan Surya Paloh sangat baik.

Kita tunggu tindakan politik apa yang akan diambil Presiden Jokowi.

Ketika Jokowi di Persimpangan Jalan

Sumber Utama : https://seword.com/politik/ketika-jokowi-di-persimpangan-jalan-6NQjpVbKEW

Arahan Presidan Pada Jajaran Polri Di Istana Negara : Kok Ga Memuaskan, Yah?!

Mendadak Presiden Jokowi memanggil para pejabat tinggi atau pati Polri hari ini. Sebanyak 600 anggota Polri dengan pangkat mulai dari AKBP ke atas pun berkumpul pertama di PTIK, kemudian dengan bis, mereka diangkut ke Istana Negara.

Pemberitaan soal pemanggilan para pejabat tinggi Polisi RI oleh Presiden Indonesia tentu memunculkan berbagai dugaan, tanggapan, pikiran bahkan harapan. Pasalnya, kejadian seperti ini tidak sering terjadi. Dan sependek ingatan saya, pemanggilan polisi ke Istana Negara ini adalah kali pertama yang terjadi di era Jokowi. Kalau di era SBY, saya sama sekali tidak mengingat hal yang sama pernah dilakukan.

Dugaan dan pikiran atas event ini bisa bermacam-macam, mulai dari positif sampai yang negatif. Kalau tanggapan dan harapan biasanya pasti positif, karena yang namanya harapan tidak mungkin negatif, kecuali harapan manusia dzolim, pasti negatif. Kita kan pernah menemukan rakyat jelata yang mengharapkan Indonesia berperang, kan? Begitu pula dengan kejadian dipanggilnya para pejabat tinggi oleh Presiden ke Istana Negara.

Namun, saya ga mau bahas harapan negatif orang-orang PA walaupun sempat merasa jengkel juga ya membacanya. Ya bayangkan saja, masa mereka bilang "wah dikumpulin biar saling kenal, saling lebih support, lebih kompak dan tidak saling jegal". Sudah jadi penyakit hati yang susah disembuhkan kalau orang tidak pernah bisa melihat sisi positif dari sebuah kejadian. Padahal, manusia itu selalu berpikir masih ada hal yang untung atas satu kejadian yang mengerikan sekalipun. Misalnya ada kecelakaan lalu lintas yang menewaskan 1 orang pengendara, lalu orang berkomentar, "Untung ga sampai nabrak pejalan kaki, bisa lebih banyak tuh korbannya...". Komentar ini seperti menandakan kalau dia tidak memberi perhatian pada korban yang meninggal.

Anyway... back to berita polisi dipanggil ke Istana Negara...

Berdasarkan informasi yang diunggah di laman resmi Sekretariat Kabinet RI, ada 5 arahan presiden yang disampaikan pada jajaran pati Polri yaitu :

  1. Agar Polri memperbaiki apa yang menjadi keluhan masyarakat kepada institusi Polri. Keluhan masyarakat terhadap Polri, 29,7 persen itu ini sebuah persepsi karena pungli.

  2. Meminta kepada para petinggi dan perwira Polri untuk selalu mengingatkan anggotanya agar memberikan pelayanan kepada masyarakat serta menjaga rasa aman dan nyaman bagi masyarakat.

  3. Meminta jajaran Polri menjaga kesolidan baik di internal Polri maupun dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

  4. Meminta adanya kesamaan visi Polri serta ketegasan terkait kebijakan organisasi. Kepada para pemimpin Polri di daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota, Kepala Negara mendorong agar mereka tidak gamang serta bekerja sesuai standar operasional prosedur (SOP), dan sesuai undang-undang.

  5. Mengingatkan agar jangan sampai pemerintah maupun Polri dipandang lemah terkait dengan penegakan hukum. Untuk itu, Presiden secara tegas meminta Kapolri agar memberantas judi daring serta jaringan narkoba sehingga bisa mengembalikan kepercayaan publik kepada Polri yang menurun.

Di penghujung arahannya, Presiden Jokowi juga meminta jajaran Polri merancang komunikasi publik yang baik dan cepat dalam menghadapi sebuah isu atau peristiwa. Presiden kembali mengingatkan bahwa saat ini merupakan era media sosial dan peristiwa bisa tersebar dalam hitungan menit dan detik.

“Sekarang ini, sekali lagi, era social media, hitungannya detik, hitungannya menit, sudah bukan hari lagi. Begitu ada sebuah peristiwa kecil dan Saudara-saudara menganggap ini kecil, sehingga tidak ditangani, dikomunikasikan dengan baik, dengan kecepatan, membesar menjadi sulit untuk kemudian diselesaikan lagi,” tandasnya.

Hhhmm.... arahan presiden kok ga memuaskan ya? Seperti tidak maksimal....

Sebagai rakyat jelata, arahan presiden di atas, kecuali yang poin no.1, tak menyentuh langsung dengan permasalahan yang ada di lapangan. Yaitu stigma kalau polisi itu suka memilah milah kasus yang akan ditindaklanjuti, penanganan laporan polisi masyarakat yang berproses lama dan mahal, adanya transaksi hukum yang dilakukan oknum yang menguntungkan pihak tertentu dan merugikan pihak yang sudah dirugikan. Atau mungkinkah persentase masalah proses hukum penyelidikan dan penyidikan ini kecil di bawah angka persentase masalah pungli? Atau masalah ini sudah masuk pada poin no.2, yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat serta menjaga rasa aman dan nyaman bagi masyarakat? Entahlah...

Bagaimana menurut kalian???

Arahan Presidan Pada Jajaran Polri Di Istana Negara : Kok Ga Memuaskan, Yah?!

Sumber Utama : https://seword.com/umum/arahan-presidan-pada-jajaran-polri-di-istana-wDnF3tGxhM

Harga Politis Seorang AHY

Sulit mengatakan harganya mahal, dalam arti bisa jual mahal. Nyatanya pendukung AHY kayak remaja yang baru pertama jatuh cinta, tidak ada sikap jual mahalnya sedikit pun. Baru saja ketemu Anies, eh, langsung dijodohin. Langsung panggilnya mama - papa.

Mana, AHY nya pun tanpa malu-malu, setuju pula dijodohin. Rona bahagia terpancar dari senyumnya tanda dia tidak mengingkari perjodohan itu.

AHY dan pendukungnya seolah merasa inilah cinta yang harus mereka paksakan. Suka tidak suka, mau tidak mau, ya harus suka dan harus mau.

Kalau tidak, awas, ada yang bakal turun gunung, nih.

Yel-yel "Anies-AHY" yang keluar dari mulut pendukungnya pun melengkapi betapa tidak berharganya AHY secara politis pada saat pertemuan itu.

Petinggi-petingginya bisa saja merasa ini kan ada kebutuhan timbal balik. Bahwa Anies butuh tambahan dukungan, sedangkan AHY butuh posisi.

Tapi, bila dari awal langsung dipaksakan kesepakatannya, padahal masih ada pihak PKS yang harus didengar pendapatnya, atau, paling tidak dibicarakan dulu biaya pelangkahnya, bukankah ini mengesankan AHY benar-benar ketakutan akan ditelikung sosok lain yang siap menjadi Cawapres?

Begitu gelap pandangan politis AHY pada saat itu, karena mengira cinta harus saling memiliki, cinta bisa dipaksakan, sehinga harus berakhir pada posisi pinang-meminang.

Duh, sepolos itukah seorang AHY?

Padahal, saling membutuhkan yang mereka kira itu, kadarnya bisa saja berbeda, sesuai pandangan masing-masing pihak.

Bisa saja AHY merasa hanya Anieslah takdirnya, karena selain itu, kecil kemungkinan bisa menerima pinangan dari partai lain atau koalisi lain.

Tapi, bagi Anies, bukankah AHY hanya satu dari banyak pilihan? Ada Ridwad Kamil, ada Mardani Sera, bahkan ada Rizieq Shihab, yang tentu mudah saja disandingkan di pelaminan politik nanti.

Kalau mengenai masalah dukungan president threshold, tentu mudah bagi Anies kelak meramunya. Apalagi ada Surya Paloh sebagai soko gurunya. Maka AHY bukanlah harga mati bagi Anies.

Kesan simbiosis mutualisme yang ingin dibangun oleh AHY dan pendukungnya, menjadi agak bias, karena perlakuan mereka yang begitu menggebu untuk memasangkan kedua tokoh kasmaran ini. Padahal belum tentu cinta saling bersambut.

Sampai-sampai mereka terlupa hakikat pinangan, yang biasanya pihak yang meminang yang akan memberikan mahar, hadiah, atau tanda pinangan kepada yang dipinangnya.

Tapi, dalam kasus Anies-AHY, sepertinya justru yang dipinang yang bisa jadi akan memberikan banyak tawaran, agar dia jadi dipinang.

Bila benar itu terjadi, harga politis seorang AHY menjadi tidak lebih mahal dari seorang pendekar yang belum jadi juga turun gunung.

Berkoar-koar saja dari jauh bakal turun gunung. Entah kapan akan sampai tujuan.

Harga Politis Seorang AHY

Sumber Utama : https://seword.com/umum/harga-politis-seorang-ahy-pIdAc0BLJ0

Setelah Dicapreskan, Anies Mulai Tebar Pesona ke Pendukung Pak Jokowi?

“Atas dasar apa anggapan Anies tidak akan melanjutkan program Pak Jokowi? Pun kekhawatiran harus ada dasarnya dong. Apakah ada yang pernah Anies kerjakan sehingga muncul kekhawatiran itu. Kalau tidak, itu baseless assumption,” kata Anies Baswedan kepada Tempo, Selasa, 11 Oktober 2022.

**

Mungkin beliyosedang berhati-hati. Karena biar bagaimanapun, pihak yang telah menyatakan akan mengusung dirinya sebagai calon Presiden, saat ini masih menjadi bagian dari pemerintahan. Partai NasDem masih menempatkan kadernya menjadi menteri pembantu Presiden Jokowi. Ya kali, menyerang si bos di mana partai yang mendukungnya jadi anak buahnya.

Atau mungkin belum saatnya. Karena biasanya sebagai orang yang ingin mengambil alih atau bercita-cita menjadi pucuk pimpinan, jurus andalannya adalah dengan menyalah-nyalahkan pemimpin sebelumnya. Tidak peduli pas atau tidak, yang penting salahkan saja dulu. Lihat noh kelakuan AHY!

Anak SBY itu sok yes dengan rajin mengecilkan pencapaian pemerintahan Presiden Jokowi. Dan secara bersamaan melontakan puja-puji kepada pemerintah sebelum Pak Jokowi, yang memang adalah bapaknya sendiri.

Kembali ke Anies, mantan Mendikbud ini agaknya sedang menahan diri saja untuk belum menyerang pemerintahan Presiden Jokowi. Belum saatnya. Anies pasti sadar bahwa belum ada kepastian soal pencapresan dirinya. Toh juga waktu menuju Pilpres masih cukup jauh. Justru kalau menyerang pemerintahan Presiden Jokowi sedari sekarang dikhawatirkan malah akan menjadi blunder.

Iya blunder, karena secara nyata dia sudah membangun sekat dan antipati dari para pendukung Presiden Jokowi. Hal yang tidak perlu dilakukannya mengingat demi mencapai kemenangan, tentu Anies perlu mendapatkan tambahan rasa simpati dari pihak manapun.

Berharap dari suara para pembenci dan yang berseberangan dengan Pak Jokowi saja jelas tidak cukup. Ingat, kepuasan terhadap pemerintahan Presiden Jokowi selalu di atas 60 persen. Tentu menjadi semacam aksi bunuh diri politik bila Anies menyerang atau berlawanan dengan apa yang telah dilakukan oleh Pak Jokowi.

Saat ini yang paling aman tentu saja sebisa mungkin untuk tidak membuat aksi yang menyerang Pak Jokowi maupun berbagai kebijakannya dulu. Anies harus berusaha merangkul.

Tebar pesona ini tentu penting demi elektabilitasnya. Ingat, Ganjar sangat kuat. Anies perlu berhati-hati dan harus punya strategi yang tepat untuk meraih simpati pendukung Pak Jokowi yang biasanya adalah juga pendukung Ganjar. Bila tidak hati-hati, Anies hanya akan jadi kartu mati di hadapan pendukung Ganjar nanti.

Setelah Dicapreskan, Anies Mulai Tebar Pesona ke Pendukung Pak Jokowi?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/setelah-dicapreskan-anies-mulai-tebar-pesona-ke-Z4znepgppk

Akhirnya Jakarta Kembali Ke Pangkuan Ibu Pertiwi, Ayo Bangun dan Normalkan Jakarta

Sejarah mencatat dan akan sulit untuk dihapuskan, bahwa pernah ada peristiwa yang melukai demokrasi di Indonesia, tidak bukan dan tidak lain adalah Pilkada DKI tahun 2017. Pilkada yang biada dan sangat menyedihkan, dan tidak patut ditiru, peristiwa yang ingin dilupakan oleh para pelakunya, tetapi tentu saja rakyat tidak akan melupakannya. Ya dalam Pilkada itu politik identitas dipakai dan agama diseret keranag politik, disana kita lihat para orang yang mendadak religius menodai kesucian rumah ibadah. Dan mereka merasa bangga membawa agama keranah politik, dan kita diam saja? Memalukan

Bahkan disaat seorang pejabat yang mempunyai niat baik untuk memperbaiki dan membangun bangsa ini, malah dikeroyok habis-habisan, sampai dijungkirbalikan omongannya dan dianggap menista agama, hingga 700 milyar orang berkumpul di Monas yang hanya cukup untuk 100ribu orang saja, sangat-sangatlah memalukan. Lebih memalukan saat mayat-mayat juga dipolitisasi, sehingga orang takut untuk memilih pemimpin yang tidak seagama dengannya. Disini ketika para ulama berpengaruh dan pemerintah hanya diam saja tidak melakukan apa-apa, tunggulah saat hari penimbangan dosa, maka mereka harus mempertanggungjawabkannya.

Malah yang lebih parah semua kata-kata dihubungkan dengan ayat-ayat suci, cara mengendalikan banjir saja dihubungkan dengan ayat-ayat suci, dan parahnya lagi pernyataannya salah dan membodohi umat. Luarbiasanya umat yang mungkin saja takut masuk neraka jahanam malah mengiyakan. Ini yang berbahaya saat rakyat jelata dihadapkan oleh manusia bertampang timur tengah dengan sorban jenggot dan gamisnya, rakyat jelata itu langsung kempes dan berubah jadi jongos yang rela bahkan makan kotoran mereka, dan mereka faham itu, maka mereka semakin menakuti rkayat dengan ancaman neraka, bila mereka tidak memilihnya. Akhirnya orang itu menang dan berhasil menduduki kursi DKI 1, dan dia merasa suci dan bersih dan parahnya dia merasa berhak mendapatkan kursi itu.

Parahnya dalam pidato kemenangannya dia bilang bahwa ini saatnya pribumi, ini yang dia katakan
"Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan. Kini telah merdeka, kini saatnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai Jakarta ini seperti yang dituliskan pepatah Madura. Itik telor, ayam singerimi. Itik yang bertelor, ayam yang mengerami."

sumber

Ternyata yang terjadi adalah sebaliknya, Balai Kota tempat yang selalu terbuka dan ramai dikunjungi oleh rakyat yang mengalami masalah atau bahkan ingin menyapa gubernurnya saat dijaman gubernur terbaik Basuki Tjahaya Purnama, malah ditutup dan diberi gorden, kenyataannya pribumi malah dibelenggu, Jakarta dihancurkan, tidak ada pembangunan, kaum keturunan berwajah timur tengah petantang petenteng bak penguasa. Hancur.

Tapi ingat semua ada waktunya, bila ada awal maka akan ada akhir, apa yang telah dijalani tidak bisa diulang kembali. Ya kini saatnya sang penguasa hasil Pilkada politik identitas itu sudah lengser, Presiden telah menunjuk pak Heru Budi Hartono sebagai pejabat sementara. Akhirnya Jakarta bebas, bebas dari kaum perusak Kebhinekaan Bangsa, bebas dari pengasong politik identitas, Jakarta kembali kepangkuan Ibu Pertiwi, saatnya kita bersama-sama dengan pak Heru yang asli Indonesia untuk membersihkan Jakarta dari para pengasong politik Identitas, saatnya menyapu bersih kotoran-kotoran yang tersisa akibat politik identitas . Yang terpenting saatnya Jakarta kembali normal dan sehat, jika perlu kembali buka Balai Kota tunjukan bahwa Jakarta sekarang sudah bebas. Dan jangan sampai apa yang melanda Jakarta menimpa Indonesia tercinta ini. Cukup hanya Jakarta yang hancur, jangan Indonesia, jangan. Untuk itu janga pilih para pengasong politik identitas, baik perorangan maupun partainya.

#TolakPengasongPolitikIdentitas #NKRIHargaMati

Akhirnya Jakarta Kembali Ke Pangkuan Ibu Pertiwi, Ayo Bangun dan Normalkan Jakarta

Sumber Utama : https://seword.com/umum/akhirnya-jakarta-kembali-ke-pangkuan-ibu-pertiwi-vlP8QohzJV

Membaca Arah Politik PKS Mencari Posisi Cawapres

Keputusan besar membuat partai ini seolah nekad melakukan manuver politik. Langkah Partai Nasdem yang telah mendeklarasikan bakal calon presiden (capres) 2024 dinilai penuh dengan risiko.

Karena Nasdem masih membutuhkan sedikitnya dua partai politik lainnya agar calon yang telah dideklarasikan menjadi peserta Pilpres 2024.

Normalnya dan seharusnya partai politik baru bicara tiket capres melalui koalisi terlebih dulu seperti yang dilakukan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), dan Koalisi Gerindra-PKB.

Partai pimpinan Paloh ini mempunyai 59 kursi legislatif, sedangkan presidential threshold mensyaratkan 115 kursi atau 20% kursi di DPR. Artinya butuh partai lain. Anggap saja mengarah ke Partai Demokrat yang punya 54 kursi dengan AHY sebagai capres atau cawapres.

Jika dihitung baru 113 kursi, sehingga belum cukup untuk mengusung capres dan cawapres sendiri karena kurang 2 kursi. Apabila Nasdem dan Demokrat berkoalisi, maka masih tetap membutuhkan satu partai untuk melengkapi presidential threshold dan ini mengarah ke PKS untuk melengkapinya.

Lalu PKS mendapat apa kalau capres-cawapresnya Anies-AHY? Pilpres 2024 akan dilaksanakan bersamaan dengan Pileg pada 14 Februari 2024. Hampir semua pengamat setuju bahwa faktor efek ekor jas (coattail effect) capres/cawapres akan dominan memengaruhi perolehan kursi di Pileg.

Nasib terburuk, bisa saja PKS tidak lolos di parliamentary threshold 4% karena tidak mengusung kadernya di capres/cawapres 2024. Kemungkinan ini tentu saja ada dalam pertimbangan politik PKS.

Sehingga jika akan super ngotot agar kadernya ada yang maju sebagai Cawapres. Jika tidak tidak ada, maka PKS harus mendapat sesuatu sebagai kompensasi.

Kemungkinan lain, PKS akan mencari koalisi yang memungkinkan kadernya menjadi capres/cawapres. Peluang ini mengarah gabung dengan KIB dengan kalkulasi Golkar 85 kursi, PAN 44 kursi, PPP 19 kursi dan PKS 50 kursi, sehingga total 198 kursi.

Jika PKS tergabung dengan KIB, bisa jadi capresnya adalah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Presiden PKS Ahmad Syaikhu sebagai cawapresnya. Dari peta tersebut, dinamika konfigurasi politik bisa mengarah ke 3 poros, yakni, poros PDIP dengan 128 kursi, poros Gerindra dan PKB (78 kursi + 58 kursi = 136 kursi).

Selanjutnya poros KIB Golkar 85 kursi, PKS 50 kursi, PAN 44 kursi, PPP 19 kursi sehingga total 198 kursi. Dengan demikian Nasdem dan Demokrat berpotensi jadi penonton di Pilpres 2024.

Semua kemungkinan politik bisa saja terjadi. Nasdem dan Demokrat tentu saja tidak ingin hanya jadi penonton saja. Nekadnya Nasdem deklarasi Anies jadi Capres pun sebagai salah satu usaha agar partai ini mampu jadi penyokong utama Capres dan cawapres di Pilpres 2024 nanti.

Membaca Arah Politik PKS Mencari Posisi Cawapres

Sumber Utama : https://seword.com/politik/membaca-arah-politik-pks-mencari-posisi-cawapres-bE4wB9Vfnd

Partai Demokrat Menuju Masa-masa Akhir Kejayaan?

Sebuah tontonan politik yang tidak lucu tetapi menggelikan tengah dipertontonkan oleh partai Demokrat saat ini. Di mana banyak partai tengah hiruk-pikuk bermanuver serang- menyerang, tangkal-menangkal, capres-mencapres, dan melakukan penjajakan untuk menemukan kecocokan berkoalisi. Partai Demokrat malah masih belum bangun dari mimpi sebagai partai yang pernah merasakan kekuasaan. Partai ini masih belum sadar bahwa era saat ini adalah eranya Joko Widodo, presiden yang cara memimpinnya jauh lebih fokus ke program-program pembangunan yang merata dan berkeadilan. Semakin Demokrat halu akan persepsi bahwa hidup rakyat lebih baik dipimpin SBY, justru rakyat seolah-olah semakin diberitahu tentang banyaknya kekurangan SBY. Inilah yang tanpa disadari justru pelan-pelan menenggelamkan Ahaye sebagai ketum Demokrat. Apalagi sejak awal Ahaye terlanjur dicap sebagai politikus karbitan, Ibarat seperti anak yang sedang belajar untuk bisa naik motor, dipaksakan ikut MotoGP melawan Valentino Rossi, Marc Marques, dan pembalap-pembalap profesional lain yang mahir bermanuver di berbagai tikungan. Hasilnya ya cuma lelucon-lelucon politik dan blunder berkepanjangan.

Tetapi ya tidak ada salahnya juga Ahaye pamer sedikit keberhasilan peponya yang pernah jadi presiden. Meskipun hasil capaiannya selama memimpin memang sedikit. Yang banyak dihasilkan saat itu adalah koruptor, proyek mangkrak dan mblakrak, ormas radikal tumbuh subur, dan album-album lagu.

Andai saja penulis ini ketum Demokrat, maka akan lebih baik jika menjelang tahun politik 2024 ini diam dan memperbaki diri, tetapi sambil membaca peluang dan kemungkinan-kemungkinan positif yang menguntungkan Demokrat. Biarkan saja serangan-serangan membabi buta datang dan tidak perlu ditanggapi. Karena semakin Ahaye menanggapi, sama halnya Demokrat membuka celah pihak lain mengorek-ngorek kekurangan dan kelemahan, yang justru membuat Demokrat semakin tak dilirik masyarakat sebagai partai yang mampu menampung suara mereka. Sudahlah jangan lagi pamer masa-masa kepemimpinan pepo yang memang secara faktual banyak kekurangan dan kelemahan. Jangan pula membandingkannya dengan saat ini, karena hanya akan menjadi bumerang yang berbalik membuat Demokrat babak belur menangis dan prihatin.

Sebenarnya Demokrat ini posisinya partai penentu berhasil tidaknya 20% presidetial threshold dari sebuah koalisi yang mendukung pencapresan Anies Baswedan. Bisa juga sebagai partai yang menggagalkan pencapresan Anies Baswedan, jika Demokrat ogah bergabung dengan Nasdem dan PKS dalam koalisi. Oleh karena itu, demokrat harus berani menunjukkan gebrakan politik. Jangan hanya sibuk playing victim, mengenaskan diri, menciptakan blunder-blunder politik yang merugikan Demokrat sendiri. Demokrat harus diam sambil memikirkan arah koalisi yang kemungkinan menguntungkan ke depannya. Tentunya kemungkinan koalisi partai yang khans kemenangannya besar, sehingga Demokrat berkesempatan menjadi partai yang mendukung pemerintah atau bahkan masuk menjadi bagian pemerintah.

Demokrat bisa melihat dan memilih gabung KIB, Gerindra PKB, atau Nasdem PKS, itupun jika partai-partai koalisi yang tercipta mau menerima. Karena kalau koalisi dengan PDIP itu mustahil bisa terjadi. Mungkin saja demokrat harus menunggu lebaran kuda berlalu. Saat ini tergantung Demokrat sendiri, apakah memilih mengarah menuju ke partai gurem atau menata diri menjelang 2024, tetapi untuk sementara tidak usah bertingkah aneh-aneh yang menjatuhkan elektabilitas partai sendiri.

Demokrat dan Ahaye harusnya sadar diri, masyarakat telah hilang harapan terhadap partainya, sejak banyaknya proyek mangkrak terekspos ke masyarakat. Tidak usah menutup-nutupi hal yang memang realitanya seperti itu, karena malah membuat semakin munculnya antipati masyarakat terhadap Demokrat. Masyarakat telah mengganggap Demokrat ini partai koruptor wisma atlet Hambalang. Jadi seharusnya Demokrat getol mengembalikan nama baik, bukan malah sebaliknya serang sana-sini dan playing victim.

Demokrat harusnya sadar, saat ini adalah saat dimana siapapun dapat dengan mudah menguliti borok-borok partai, termasuk netizen. Saat dimana banyak masyarakat sudah hilang kepercayaan. Terlebih lagi setelah SBY lengser dan masuk ke golongan mantan. Politik terzalimi dan prihatin sebagai ciri khas cara berpolitik Demokrat sudah laku dan tidak akan diperhatikan masyarakat. Istilah turun gunung tidak akan berpengaruh menjadi sim salabim dan tiba-tiba bisa mengubah Ahaye piawai berpolitik. Atau turun gunung pun tidak akan tiba-tiba memposisikan Ahaye sebagai capres atau cawapres.

Ini sekedar saran saja sih buat Om Ahaye, kalau Demokrat mau memperbaiki citra yang sudah terlanjur jeblok karena banyaknya proyek mangkrak di era SBY.

Syalom, Salam, dan Rahayu

Partai Demokrat Menuju Masa-masa Akhir Kejayaan?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/partai-demokrat-menuju-masa-masa-akhir-kejayaan-Ucdx24eYDq

Dokter Tifa Terguncang, Cuitan Tentang Ijazah Jokowi Mendadak Hilang

Kayaknya Dokter Tifa terkejut. Mungkin sedang terguncang hebat seolah sedang merasakan gempa bumi berkekuatan besar. Segalak-galaknya kelompok sebelah, kalau ada yang kena kasus, pasti bakal sembunyi atau lari terbirit-birit. Gigi taring pun lepas. Mau garang dan lantang pun, suara jadi tak kedengaran. Bahkan suara jangkrik pun lebih nyaring dan cempreng.

Beberapa hari lalu, Dokter Tifa begitu bersemangat menyerang Jokowi soal dugaan ijazah palsu. Berbagai kontroversi dia tebarkan di akun Twitter-nya. Cuitannya lebih mirip scene-scene di novel thriller, mendebarkan dan penuh spekulasi.

Pernah mengaku mempelajari ilmu anatomi sebanyak 15 SKS, lalu membandingkan bentuk hidung, bibir dan gigi Jokowi dari foto wisuda dan foto terbaru. Katanya kedua foto tersebut adalah dua orang yang berbeda.

Selain itu dia juga membandingkan skripsi mahasiswa UGM bernama Joko Widodo, yang satu diklaim berasal dari SMA 6 Yogyakarta, yang satu dari SMA 6 Surakarta. Menurut narasinya, berarti di tahun 1985, Fakultas Kehutanan UGM mewisuda dua orang lulusan dengan nama sama: Joko Widodo tapi dengan 1 skripsi.

Cuitan lainnya adalah sindiran mengenai ijazah Jokowi yang dinilai ditulis secara sembarangan oleh UGM. "Apakah UGM tidak tahu, pemilik ijazah ini kelak bakal jadi Presiden ya?" sindirnya sambil membandingkan foto ijazah Jokowi dengan miliknya yang dicetak menggunakan font tulisan yang rapi.

Dan sekarang, setelah saya telusuri kembali akun Twitter-nya, seluruh cuitan tentang ijazah Jokowi sudah lenyap. Cuitan terbaru adalah tentang perang antara Rusia dan Ukraina, potensi krisis karena nilai tukar rupiah terus anjlok.

Pertanyaan mudah, kenapa Dokter Tifa menghapus semua cuitan tersebut?

Anak ingusan juga paham. Dia ketakutan dan panik hebat. Saat ini dia mungkin sedang terguncang, berdoa supaya semua baik-baik saja sambil mengutuki diri sendiri kenapa begitu sembrono membabi buta.

Ini besar kemungkinan karena mendengar kabar Bambang Tri, sang pengugat ijazah Jokowi telah ditangkap, bersama dengan Gus Nur yang juga ikut jadi tersangka. Pantes lah Dokter Tifa ketakutan dan buru-buru hapus semua cuitannya.

Apalagi di media sosial, banyak yang ikut mengompori agar Dokter Tifa ikut ditangkap karena sudah menimbulkan kegaduhan. Siapa yang tidak gemetar?

Tapi, Dokter Tifa memang penakut, tidak segalak yang dia perlihatkan saat menyerang Jokowi. Terkesan dia yakin dengan cuitannya tentang ijazah Jokowi. Kalau memang yakin dan benar, kenapa mesti takut? Bukankah mau mencerdaskan anak bangsa dan mau melawan kezaliman, mau menegakkan kebenaran?

Masa hanya karena Bambang Tri ditangkap langsung gemetar ketakutan. Padahal dia ditangkap akibat ulah sendiri, lewat video yang diduga mengandung unsur penistaan agama, bukan karena ribut soal ijazah Jokowi.

Beginikah yang katanya jagoan, dokter hebat dengan analisis yang ngalah-ngalahin FBI? Baru digertak dengan berita penangkapan, langsung mundur dan nyerah. Gimana mau menegakkan keadilan.

Tapi jangan sampai isu ini redup. Mari kita ganungkan agar orang ini jera dan kapok. Kalau dia menghapus cuitan tersebut, berarti dalam lubuk hatinya, dia merasa bersalah. Kalau tidak salah, takkan dia hapus cuitan tersebut. Ini sudah cukup memenuhi syarat untuk dipanggil. Dipanggil juga gak apa-apa, karena orang sepertinya nyalinya tak ada. Garang hanya dengan bermodalkan nekat dan keyakinan bahwa takkan ada yang berani menyenggolnya.

Dulu dia pernah mempermalukan diri sendiri lewat postingan blunder. Dia termasuk salah satu yang paling lantang agar Indonesia diterapkan lockdown saat pandemi Covid-19 melanda. Bahkan dia sampai menuliskan surat terbuka kepada Jokowi.

Hahaha, tapi pada akhirnya dokter ini ternyata tidak sinkron dan bertolak belakang dengan ucapannya. Tiada hari tanpa teriak lockdown, tapi ketika kompleks perumahannya akan dilakukan lockdown lokal, dia malah duluan kabur terbirit-birit membawa keluarganya.

Bagaimana kalau Indonesia lockdown total? Mungkin dia akan kabur ke negara lain. Dasar dokter munafik. Ngomong asal-asalan, tapi perbuatan kontras.

Ayo, netizen gaungkan agar Dokter Tifa ini diproses. Kelakuannya sudah sangat ngeselin. Sesekali harus diberikan efek jera. Sedangkan Bambang Tri dan Gus Nur yang pernah dipenjara pun masih tak ada kapok-kapoknya.

Bagaimana menurut Anda?

Dokter Tifa Terguncang, Cuitan Tentang Ijazah Jokowi Mendadak Hilang

Sumber Utama : https://seword.com/politik/dokter-tifa-terguncang-cuitan-tentang-ijazah-Eb9vThtRFv

(Hattrick) Surya Paloh Bohong 1-2-3! Nomor 3 Bisa Bikin Gurem!

Mungkin ada yang belum tahu, Surya Paloh sudah berbohong tiga kali kepada masyarakat Indonesia. Kebohongan urutan nomor 3 ini mungkin bisa bikin gurem Nasdem, dihukum segenap rakyat Indonesia, dari Nasdem jadi "NaSaKom," singkatan bahasa gaul dari "Nasib Satu Koma," jika suatu saat nanti suara representasinya di perwakilan rakyat jatuh hingga satu koma sekian persen, hahaha!

#1

Article

Bohong yang pertama, dia berbohong bahwa Nasdem cuma akan menjadi ormas (organisasi masyarakat), tidak akan menjadi partai politik.

Buktinya apa? Pada tanggal 25 April 2011, Nasdem terdaftar dan disahkan sebagai partai politik di Kementerian Hukum & HAM. Tapi, itu bukan sebab-musabab bahwa nanti tindakannya ini bisa membuat Nasdem gurem, cuma membuat Surya ketahuan saja kalau ternyata ada niat dan ambisi untuk berkuasa ingin ikut mengontrol pemerintahan Indonesia dari balik layar, dengan memanfaatkan partai yang mana adalah kendaraan politik, biar cepat sampai mencapai hasrat tujuannya. Pura-pura tulus jadi ormas, lalu akal-akal bulus jadi partai.

Suka-sukanya dia sajalah, kalau akhirnya dia sudah nggak nahan, crot, brojol, lalu ormasnya lahir jadi partai. Rakyat bisa apa kalau dibohongi seperti itu? Cuma bisa menonton saja, 'kan?

Disusul pada tanggal 6 Juli 2011, Sri Sultan Hamengkubuwono X (salah satu pendiri partai) mengundurkan diri dari Nasdem. Ketika ditanya, beliau menjawab, "Betul saya keluar, karena Nasdem sudah menjadi partai politik. Kalau tidak kecewa, ya kita tidak keluar. Karena kita itu mengabdi bukan pada kekuasaan. Kalau politik kan pada kekuasaan, kalau ormas bukan."


#2

Article

Bohong yang kedua, dia berbohong saat berjanji akan membubarkan partainya jika ada kadernya yang tersangkut korupsi. Faktanya, kader-kadernya ada yang korupsi termasuk Sekjen Nasdem (dan juga merupakan salah satu pendiri partai) Rio Patrice Capella paling disorot oleh publik karena kasus korupsi bansos-nya (bantuan sosial Pemprov Sumut). Dan tentu saja, kita semua tahu partainya masih berdiri sampai saat ini.

Janjinya waktu itu cuma retorika yang penuh kebohongan bombastis. Mana ada partai politik yang kebal pada godaan korupsi? Sampai kiamat juga tidak mungkin ada yang seperti itu, makanya dari itu Surya tidak perlu berbohong dengan bicara muluk-muluk mau membubarkan partai Nasdem. Kan jadi konyol, di-roasting, ditagih publik dan partai Demokrat tuh; Surya harus membubarkan Nasdem atau cuma "jan-but, janji buta."


#3

Article

Bohong yang ketiga, dia berbohong bahwa Nasdem tidak akan memilih menggunakan politik identitas. Akhirnya di hari Senin tanggal 3 Oktober 2022, dia mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bacapres. Anies selangkah lebih maju dengan segala "kelebihan bayar"-nya, namun Nasdem selangkah lebih... lebih apa ya, tepatnya? Lebih mundur karena "oh-ow, kamu ketahuan ... bohong lagi?"

Dalam waktu singkat, bagaikan pukulan bertubi-tubi telak menimpa pipi berewok, banyak kader Nasdem yang mundur dari keanggotaan.

Bukan mati 1 tumbuh 1000, tapi mati 5000 tumbuh 1 batang bulu berewok doang. Kasihan bin prihatin!

Sebenarnya, dia amat halus sewaktu berbohong dengan mengatakan Nasdem tidak akan menggunakan politik identitas. Intinya, pokoknya, Nasdem suka-suka bilang "Haram, politik identitas!" Tapi belum terbukti bohong saat itu, cuma tunggu tanggal mainnya.

Setelah mengusung Anies, tiba-tiba Nasdem belok arah, berubah haluan, dengan berkata "Politik identitas itu boleh, itu strategi!" Ini namanya "sop-halal-karena-menghalalkan-segala-cara."

Sudah pasti, hal ini mencederai pernyataannya sendiri dengan dia memilih Anies yang sudah terkenal seantero Nusantara sebagai "Bapak Politik Identitas" (siapa sih yang tidak tahu, atau mungkin nih, ada yang kurang literasi? Atau jangan-jangan sudah dicuci otaknya?)

Sudah jelas buanget Nasdem setuju dengan politik identitas. Mungkin hanya orang bodoh atau orang tidak waras yang tidak bisa menghubungkan kata demi kata, kalimat demi kalimat, niat terselubung dalam ucapan dan tindakannya untuk dirangkai menjadi sebuah benang merah, dengan menggunakan akal budinya.

Tanpa banyak basa-basi, itulah 3 (minimal) kebohongan yang bisa menunjukkan siapa sebenarnya Surya Paloh. Analoginya, kalau di pengadilan itu, dengan 3 barang bukti, oknum sudah bisa di-tersangka-kan. Bisa saja, kebohongan Surya lebih dari 3, tinggal mencari-cari saja dari berbagai narasumber.

Bukan cuma Anies saja yang dipuji paling terbaik, "the best," oleh Surya. Surya juga perlu dipuji ala sarkas, dia juga "the best" kok, maksudnya, paling "the best" soal bohong. Sampai bisa hattrick, lho! (Istilah hattrick = 3 kali gol dalam pertandingan)

Jangan-jangan... Surya sedang berbohong lagi, sewaktu dia bilang "Anies, why not? The best," ... who knows?

(Hattrick) Surya Paloh Bohong 1-2-3! Nomor 3 Bisa Bikin Gurem!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/hattrick-surya-paloh-bohong-1-2-3-nomor-3-bisa-6rcBHt36Fx

Catur Skakmat Ala Jokowi, Undang Polisi ke Istana, 1 Irjen Kena Tangkap Narkoba!

Presiden Jokowi dulu tidak pernah gagal untuk membuat saya terpukau. Orang ini dalam bermain politik sangat cantik dan kadang-kadang kita harus angkat topi melihat para oposisi ternganga.

Presiden Joko Widodo melakukan gerakan politik yang sangat cantik dengan modal yang mungkin tidak banyak dan tidak sebanding dengan Prabowo saat pilpres 2014 dan 2019. Alhasil, Joko Widodo yang tidak punya massa, mendadak jadi primadona.

Bermodalkan kejujuran dan kecerdasan di dalam berpolitik Presiden Joko Widodo berhasil masuk ke dalam atensi nasional yang begitu sulit untuk digapai.

Banyak politisi yang mendapatkan atensi nasional namun bukan dari kebaikannya melainkan kebodohannya seperti Anies Baswedan Setya Novanto dan para koruptor lainnya. Anggota DPR-RI juga ramai-ramai puja-puji Polri. Padahal kan…

Namun Presiden Joko Widodo berhasil membangun citra yang sangat amat baik dan memang dia membuktikan hal tersebut. Kecerdasan berpolitiknya sangatlah tinggi dan membuat kita sama-sama mengakui bahwa dia bisa memimpin bangsa ini dengan sangat amat memuaskan.

Hasil dari kepemimpinannya terlihat sekali di Indonesia. Pembangunan infrastruktur dan pembangunan manusia yang begitu luar biasa membuat kita sama-sama terhempas dari jurang resesi dan justru selamat.

Saat ini gerakan politik dan caturnya Presiden Joko Widodo dapat dilihat dengan bagaimana dia mengundang seluruh petinggi kepolisian republik Indonesia datang ke istana. Petinggi polri pun datang ramai-ramai. Arahan langsung coy. Tiba-tiba. Beberapa hari saja informasinya.

Tepat di hari Presiden Joko Widodo bertemu polisi dengan ponsel dititipkan ke pihak protokol istana, di hari ini juga lah seorang petinggi polisi ditangkap oleh propam terkait narkoba. Irjen Teddy Minahasa.

Ketika semua petinggi polri lengah, di sanalah propam bekerja dengan senyap. Membongkar sindikat narkoba yang dimainkan oleh mafia yang ternyata ada di dalam tubuh Polri. Sadis betul gerakan skak mat yang memakan Teddy. Semua polisi harus tes urin!

Karena saya melihat bagaimana keamanan dan protokol kesehatan dijalankan oleh Presiden Joko Widodo dengan luar biasa. Kepolisian republik Indonesia saat ini sedang dalam masa-masa kekelamannya dengan citra-citra yang dibangun kurang baik.

Mungkin di periode pertama Presiden Joko Widodo memimpin banyak sekali pejabat kepolisian yang main mata satu sama lain. Merasa mereka dilindungi oleh pemimpin sebelumnya, polisi ya bisa seenak udelnya.

Mereka berpikir Presiden Joko Widodo bisa dipermainkan seperti pemimpin sebelumnya. Justru ternyata di era seorang yang tidak memiliki latar belakang militer sama sekali Presiden Jokowi lah tersebut, terungkapkan bobrok di kepolisian. Mulai dari kasus Ferdi sambo sampai sekarang seorang petinggi polisi ditangkap karena narkoba.

Saya bersyukur bagaimana Presiden Joko Widodo berhasil membangun dan memfokuskan kepemimpinannya di dalam pembangunan manusia sesuai janji presiden Joko Widodo yang pernah mengatakan dia tidak akan ada ikatan lagi di dalam periode keduanya.

Dan benar seluruh jajaran kepolisian dibuat gempar lewat undangan presiden ke istana dan di hari itu juga ada yang positif narkoba. Permainan cantik ini mungkin tidak banyak orang yang bisa melihat.

Jebakan yang dipasang oleh Presiden Joko Widodo sangatlah sulit untuk dihindari karena terlihat halus sekali. Bagaimanapun juga kita tahu bahwa presiden Jokowi adalah pecatur ulung yang memiliki kharisma dan didukung oleh orang-orang baik.

Dan kebanyakan mereka-mereka besar kepala dan menganggap bisa main-main sama Presiden Joko Widodo. Diundang ke istana adalah satu hal yang sifatnya bergengsi oleh banyak orang termasuk para kepolisian.

Tapi siapa sangka peristiwa bergengsi itu justru menjadi sebuah jebakan yang membuat para jajaran petinggi Polri kaget sekaget-kagetnya. Akhir kata kita harus mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang maha esa atas berkatnya kepada Indonesia lewat mengirimkan Presiden Joko Widodo ke tengah-tengah kita selama 10 tahun.

Saya yakin dengan ditangkapnya orang-orang bermasalah khususnya di dalam jajaran penegak hukum, kasus-kasus yang nyangkut di kepolisian khususnya terkait dengan orang besar politisi yang banyak duit bisa terus terbongkar.

Yang paling gampang kelihatan adalah kasusnya di DKI Jakarta loh. Malah ada yang sangat ngebet mau jadi presiden dan kebelet kayak mau berak di celana. Teknik bermain catur politik ala Presiden Joko Widodo diakui dunia dan kelasnya bukan lagi kelas Anies ataupun politisi lainnya yang menggunakan radikalisme dan terorisme untuk ditunggangi.

Begitulah catur mantul.

Catur Skakmat Ala Jokowi, Undang Polisi ke Istana, 1 Irjen Kena Tangkap Narkoba!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/catur-skakmat-ala-jokowi-undang-polisi-ke-istana-bEI8Ffqgu9

Ssssst!! Ada Yang Lagi Coba Mengaburkan Arti Politik Identitas

Sadar tidak bisa melepaskan Anies dari stigma bapak politik identitas, ada pihak yang mau mencoba mengaburkan arti politik identitas. Entah dimana asal mulanya, tapi penulis melihat buzzer-buzzer di media sosial sudah mulai berupaya untuk melakukan hal tersebut.

Awalnya mereka menimpakan stigma bapak politik identias ke Ahok, karena Ahok menyebut surat al-maidah dalam pidatonya. Ini ibarat ada seorang ibu menasehati anaknya "nak jangan mengucapkan kata anjing kepada orang ya, itu bahasa kasar". Lalu ada orang yang menuduh si ibu itu berkata kasar "lah itu ibu mengucapkan kata anjing".

Paham bedanya? Si ibu menyebut kata anjing agar anaknya tidak menggunakan kata tersebut untuk memanggil orang. Itu bukan berkata kasar!! Demikian halnya dengan Ahok, beliau menyebut al-maidah untuk mengingatkan agar masyarakat tidak dibohongi politisi yang menjual ayat. Beda dengan pendukung Anies yang menyebut al-maidah untuk menjatuhkan lawan politik, dan Anies menikmatinya.

Lalu cara kedua, kurang lebih menggunakan argumen seperti ketua MUI berikut ini :

Jangan sampai menghilangkan identitas politik hanya krn ingin menggeser politik identitas.

Paham dimana sesat nya argumen ini? Menampilkan identitas kita tidak sama dengan politik identitas. Muslim sholat, orang Jawa berbicara bahasa Jawa, pria menampilkan kegantengan, itu bukan politik identitas. Tidak ada yang melarang anda menampilkan identitas anda.

Tapi ketika anda muslim dan menghina non muslim berdasarkan agamanya, lalu anda Jawa dan menganggap suku lain lebih inferior dari suka anda, lalu anda pria dan menyebut wanita tidak pantas jadi pemimpin. Maka di situlah anda sudah melakukan politik identitas, dan ini yang dilakukan Anies CS pada 2017.

Mereka tidak sekedar menampilkan identitas, tapi menganggap identitas lain lebih rendah, hina, bahkan najis. Tidak hanya sekedar menganggap, namun mereka menyebarkan kebencian mereka terhadap suatu identitas di hadapan publik. Itu yang disebut politik identitas!!

Jika terus dibiarkan, maka akan muncul hitler-hilter baru di Indonesia, yang rela membunuh mereka yang berbeda. Sudah pernah kejadian kan dimana jemaah Ahmadiyah dan Syiah dibantai habis-habisan? Jangan biarkan meluas.

Jadi jangan salah kaprah mengambil kesimpulan, tidak ada yang meminta anda seperti Anies Baswedan yang keturunan Yaman tapi mengaku Jawa tulen. Silakan berbangga apapun suku anda, tapi jangan merendahkan ratusan suku lainnya di Indonesia.

Lalu cara ketiga dan yang terbaru, ini menimpa Niluh Djelantik. Niluh dianggap intoleran karena tidak bisa menerima keberadaan Anies yang dianggap berbeda dengan Niluh.

Padahal sebelum Anies gabung Nasdem, Niluh sudah berteman dengan berbagai agama, berbagai suku, berbagai usia, dan berbagai identitas. Ini membuktikan kalau Niluh keluar dari Nasdem bukan karena intoleran (membenci identitas Anies), tapi karena sudah berbeda prinsip dengan Nasdem.

Berbeda prinsip, berbeda pandangan politik, berbeda melihat cara untuk memajukan negara bukanlah intoleran. Justru itulah demokrasi, dalam hal tersebut lah kita seharusnya saling berdebat. Bukan soal suku, ras, jenis kelamin, karena ini adalah hal-hal pribadi yang tidak bisa diubah.

Saling menjatuhkan berdasarkan sentimen SARA, itulah yang disebut politik identitas. Saling bersaing dalam hal gagasan, itulah demokrasi. Gagasan bisa diubah, bisa diperbaiki, bisa diupgrade, bisa dikritisi.

Ssssst!! Ada Yang Lagi Coba Mengaburkan Arti Politik Identitas

Sumber Utama : https://seword.com/umum/ssssst-ada-yang-lagi-coba-mengaburkan-arti-HQUHbMT6Sq

AHY Dilarang dan Dijegal Ayahnya Sendiri?

Memandang dan membayangkan wajah SBY saat ini, hal itu bisa memancing keprihatinan. Why not? Sebab di hari tuanya ini, yang mestinya banyak istirahat menikmati hidup nikmat, tenang dan nyaman, beliau kok iya masih seperti menanggung beban yang sangat berat.

Kita bisa membandingkan dengan orang tua kita sendiri yang sudah sepuh. Kita sebagai anak yang berbakti harus membuat ortu senang dan bahagia tanpa beban menikmati hari-harinya. Dalam konteks anak-anaknya sudah hidup mapan, atau sederhana sekalipun tidak menghalangi kita membuat orang tua bahagia di masa sepuhnya.

Kita yang sudah bisa menghasilkan uang untuk sekadar hidup sederhana saja, pasti mampu menghidupi orang tua kita yang tentunya sudah tinggal bersama kita di rumah kita sendiri, atau warisan ortu sendiri. Meski kita tidak berkelebihan, namun pasti bisa memenuhi kebutuhan orang tua kita selayaknya, tanpa perlu misalnya membiarkan beliau “bekerja” untuk cari uang, atau apapun alasannya.

Orang tua kita pastinya beda jauh dibandingke SBY. Sebagai mantan petinggi negeri, bahkan sepuluh tahun jadi orang nomor satu, SBY pasti memenuhi syarat untuk hidup berkelimpahan di masa tua. Tak mengandalkan uang pensiun dan tunjangan dari negara pun, anak-anaknya yang sudah sukses secara ekonomi, sangat leluasa membahagiakan beliau.

Namun SBY sendiri tampaknya tidak ingin diam saja menikmati hidup dengan santai bersama cucu-cucu. Dia selalu hadir dalam hingar-bingar politik, seperti ikut menemui Surya Paloh beberapa waktu lalu. Padahal kapasitasnya sudah tidak sesuai lagi untuk itu.

Jujur saja. Kasihan melihat melihat beliau berjalan di samping Paloh. Antara keduanya memang tidak terlalu jauh pautan usia. Sudah sama-sama sepuh.

Namun Paloh yang masih menjabat ketua umum partai, dan seorang pengusaha besar yang masih memegang kendali atas semua bisnisnya, kesannya masih segar-bugar, semangat tinggi, gagah dan muda. Perhatikan tatapan matanya yang tajam seperti elang hendak mencengkeram ular kobra. Lalu bandingkan dengan SBY yang sayu dan sendu, melankolis. Orang Batak bilang madesu (masa depan suram).

Tapi mengapa SBY masih harus turun gunung? Mungkin karena merasa terbebani oleh keberadaan AHY yang sangat berambisi menjadi presiden. Anak ini sepertinya merasa punya hak alami nan spesial untuk juga menjadi presiden, hanya karena bapaknya pernah jadi presiden. Dan terus terang saja, sikap seperti ini membuat publik tidak suka.

Apalagi bicara soal kapasitas dan kapabilitas, AHY memang sangat mentah saat ini. Tahun 2017, seolah tanpa beban dia meninggalkan kedinasan militer dengan pangkat mayor, berkhayal melenggang dengan mudah jadi gubernur DKI Jakarta? Padahal dalam sejarahnya, gubernur Jakarta dari kalangan militer itu minimal sudah menyandang bintang dua (mayjen). Lha, Mas AHY piye?

Tanpa ngaca dia terima pula “warisan” sebagai ketua umum partai politik. Dan dengan bermodalkan jabatan itu dia ngotot pula untuk ikut sebagai kontestan Pilpres 2024. Gelagatnya minimal dia ingin jadi cawapres jika MK tidak menghapuskan syarat presidential thershold 20%.

Namun karena sejauh ini MK tidak pernah mengabulkan gugatan-gugatan soal ambang batas yang 20% itu, AHY tampaknya sudah pasrah saja jadi cawapres bagi siapa sajalah. Baru-baru ini dia tampak antusias mendekat ke Anies yang sudah dideklarasikan Nasdem.

Apakah nanti usahanya yang sangat keras dan ngotot ini akan berhasil, dalam arti dia menjadi salah satu kontestan 2024, hanya waktu yang bisa menebak.

Hanya saja, kita sering merasa geli campur haru jika melihat kengototan ini. AHY tidak bisa nyapres otomatis karena terhalang persyaratan 20% itu. Untuk itulah dia dan kelompok lain tak lelah-lelah supaya MK membatalkan aturan itu. Sementara aturan yang menjegalnya itu disahkan dan ditandatangani bapaknya semasih jadi penguasa.

Sumpah dan lucu sekali jika membayangkan dua peristiwa yang di kemudian hari saling berkaitan sialnya ini. Apabila misalnya Presiden Megawati yang menandatangani soal 20% itu, kita mungkin hanya senyum dan berkata prihatin “rasain loh”.

Atau jika misalnya Presiden Jokowi yang menekennya, pasti kita menduga itu suatu kesengajaan untuk menjegal. Tetapi nyatanya kan tidak. Presiden Jokowi tidak punya kaitan atau sangkut paut dengan peraturan yang menghambat ambisi AHY itu.

AHY mestinya juga membaca sejarah ketika ayahnya pernah melarang perwira TNI dan Polri untuk bercita-cita menjadi kepala daerah. Hal itu ditekankan Presiden SBY saat melantik ratusan perwira muda lulusan Akademi Militer dan Akpol. Kalau tidak salah pada 2009 di Surabaya.

Tak pake lama, hanya berselang 8 tahun, pidato itu dilanggar sendiri dengan mendorong AHY yang masih perwira muda untuk jadi cagub DKI 2017. Eh..., kemudian aturan yang diteken Pepo soal ambang batas pencapresan minimal 20%, tahun 2024 menjegal AHY pula?

Rentetan peristiwa ini mestinya membuat AHY introspeksi. Silakan nyapres dengan elegan dan terukur. Dan yang utama, berjuanglah sendiri, tanpa harus membuat orang tua “turun gunung” di masa sepuhnya. Tuhan tidak suka.

Jangan menjual-jual nama dan “prestasi” SBY pula. Itu pun mending masih relevan dan layak jual. Bila si ortu yang ngotot, ya sebagai anak berbakti dan berjiwa ksatria, kita harus larang! Biarkan orang tua itu menikmati hidupnya, jangan dibebani. Lalu berjuanglah sendiri untuk karir dan hidupmu.

AHY Dilarang dan Dijegal Ayahnya Sendiri?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/ahy-dilarang-dan-dijegal-ayahnya-sendiri-yndiovopEv

Pemimpin Bertanggungjawab, Antara Wadas dan Kanjuruhan

Akhirnya Ketua PSSI Muhammad Iriawan meminta maaf. Ya, setelah 2 pekan Tragedi Kanjuruhan, pemimpin organisasi sepakbola Nasional itu baru minta maaf atas jatuhnya korban 132 jiwa.

Itu pun baru minta maaf. Iwan Bule belum berani menyatakan bertanggung jawab. padahal pakai logika anak SD pun jelas. Siapa yang paling bertanggung jawab terhadap jatuh bangunnya persepakbolaan nasional? Ya Ketua PSSI.

Terlepas Iwan Bule harus mundur atau tidak itu persoalan lain. (Lha wong tanggung jawab saja tidak kok mundur, kejauhan bos.. ). Tapi seharusnya sebagai ketua PSSI, Iwan Bule berani meminta maaf dan menyatakan diri bertanggung jawab terhadap terjadinya peristiwa Tragedi Kanjuruhan.

Itupun bukan 2 minggu pascakejadian. Harusnya pada hari pertama. Sebelum yang lain menyatakan duka dan keprihatinan. Sebelum para suporter se Indonesia membuat doa bersama dan aksi solidaritas. Iwan Bule sudah harus yang pertama menepuk dada sebagai yang paling bertanggungjawab. Istillah Jawa-nya "ndhadhani".

Ya dong. Kalau kompetisi berjalan bagus, bukankah dia yang dapat apresiasi pertama. Kalau Liga Indonesia dapat pujian dari luar negeri, Iwan Bule juga yang disorot prestasinya.

Tapi kenapa ketika ada tragedi, ada korban ratusan orang, dia tidak berani mengakui sebagai paling bertanggung jawab?

Tapi Negeri ini memang fakir pemimpin yang berani ndhadhani. Sejak hari pertama tragedi ini, tidak ada satupun pemimpin atau tokoh yang menyatakan diri bertanggung jawab. Dari skala lokal: Bupati Malang dan Gubernur Jatim misalnya. Tidak ada ucapan "saya minta maaf dan saya bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa ini".

Sampai tingkat atas, baik itu Kapolri, Dirut PT LIB, Indosiar, Ketua PSSI, Menteri Olahraga. Siapa yang dalam kesempatan pertama di hadapan media menyatakan meminta maaf dan mengaku paling bertanggung jawab? Tidak ada. Semua sibuk dengan pembenaran masing-masing.

Sebagai perbandingan. Sama-sama kasus yang menjadi perhatian nasional. Kita lihat kasus Wadas di Purworejo, Jawa Tengah. Meski tidak ada korban jiwa satupun, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo berani ndhadhani. Pada H+1 Ganjar datang ke Purworejo dan dengan gagah berani menyatakan meminta maaf dan bertanggung jawab penuh atas terjadinya peristiwa tersebut.

Padahal kalau dipikir sebenarnya peristiwa pemukulan dan penangkapan terhadap warga Wadas itu tidak dilakukan oleh Ganjar ataupun Pemprov Jateng. Represi itu dilakukan oleh kepolisian. Pengukuran lahan yang jadi alasan mengapa ada pengamanan berlebihan itu dilakukan oleh BPN. Bendungan Bener yang jadi pangkal masalah itu adalah proyek dari Pemerintah Pusat.

Namun sekali lagi. Ganjar berani ndhadhani. Dia menyatakan dirinya lah yang bertanggung jawab karena tidak ada yang berani. Kapolda diam, BPN diam, kementerian PUPR juga diam. Karena semua diam sedangkan rakyat butuh tahu siapa penanggung jawabnya dan siapa yang mencarikan solusinya. Maka Ganjar pun hadir sendirian. Wadas ada di Jawa Tengah maka tanggung jawab akhirnya diambil Gubernur Jawa Tengah. Ganjar tak peduli, meski harus sendirian menerima hujatan dan cacian dari seluruh Indonesia, bahkan dunia.

Tidak hanya di depan media. Ganjar juga datang langsung ke Wadas. Menemui pihak pro maupun kontra tambang. Sekali lagi dia meminta maaf dan menyatakan bertanggung jawab.

Lalu apa bentuk tanggung jawab Ganjar? Dia meminta kepolisian langsung membebaskan warga yang ditahan. Dia juga menyediakan transportasi kepulangan warga karena mereka tidak mau (sekali lagi) naik mobil polisi. Ganjar juga menanggung biaya pengobatan warga yang luka.

Setelahnya, Ganjar sendiri yang menyelesaikan kasus ini. Dia tidak mau ngerepoti TGIPF atau Pak Mahfud MD. Dia sendiri datang lagi ke Wadas untuk silaturahmi, sambung rasa, mendengarkan keluhan, usulan, dan aspirasi. Ganjar berjanji akan berada di pihak warga dalam persoalan ini. Jika memang warga bersikeras tidak mau menyerahkan tanahnya, Ganjar berjanji mencarikan solusi lain. Tapi jika bersedia, ia akan mengawal agar hak-hak warga dipenuhi. Termasuk memperjuangkan harga tanah setinggi mungkin. Plus bantuan-bantuan lain.

Hasilnya bisa dilihat sekarang. Persoalan Wadas pelan-pelan terurai. Sebagian warga sudah menerima kalau desanya akan dijadikan lokasi pengambilan batu andesit untuk pembangunan Bendungan Bener. Pembayaran lahan warga pun sudah berlangsung separuh dari total warga terdampak. Ada yang dapat 1 miliar bahkan ada yang mendapat sampai 8 miliar. Kaya mendadak.

Sampai sekarang Ganjar dan timnya masih bekerja menyelesaikan kasus tambang di Wadas. Ganjar masih ada di Wadas ketika saat ini sorotan netizen sudah lemah karena tertutupi kasus viral lain.

Tulisan ini bukan bermaksud mengglorifikasi Ganjar. Tapi hanya membandingkan bagaimana sikap pemimpin menghadapi persoalan rakyat. Kalau salah segeralah minta maaf. Kalau tidak ada yang bertanggung jawab, maka ambillah tanggung jawab. Itulah pemimpin rakyat, bukan pemimpin penghianat.

Pemimpin Bertanggungjawab, Antara Wadas dan Kanjuruhan

Sumber Utama : https://seword.com/umum/pemimpin-bertanggungjawab-antara-wadas-dan-ad0kNCTzrc

Listyo Sigit Prabowo, Polisi Minoritas yang Bikin Mayoritas Terpukau

Kapolri kita ini bukan main-main kalau mau dilihat gebrakannya selama ini menjadi Kapolri. Dia ini kalau mau dibilang minoritas yang pedes banget kayak cabe rawit. Pedes. Membuat internal Polri terkaget-kaget sampai mulutnya menganga.

Kecil-kecil tapi mempengaruhi banyak dan mengubah struktur kepemimpinan secara gila-gilaan di kepolisian republik Indonesia. Kupas dan bongkar habis borok-borok di internal, untuk hari depan Polri yang lebih Presisi! Salam presisi!

Semua orang yang ada di bawah kepemimpinannya tidak terkecuali mendapatkan sebuah efek kejut dari Kapolri Listyo Sigit Prabowo.

Orang yang ditunjuk langsung oleh Presiden Joko Widodo untuk memimpin kepolisian tidak main-main menegakkan aturan tanpa pandang bulu dan tidak ada takutnya.

Orang-orang dekat Presiden Joko Widodo tahu betul bagaimana cara memimpin dan memberikan perintah sebaik-baiknya. Saat Kapolri Listyo Sigit Prabowo menjadi pemimpin di kepolisian republik Indonesia, perubahan-perubahan mayor dikerjakan oleh orang ini.

Pembongkaran kepemimpinan di kepolisian republik Indonesia mengagetkan orang-orang di dalamnya. Banyak banget yang nggak suka sama Listyo Sigit Prabowo. Dua kasus besar dari konflik internal di kepolisian republik Indonesia diselesaikan dengan cepat dan kepala dingin.

Kasus Ferdi Sambo menjadi sebuah Gong yang memberikan sebuah pandangan yang sangat amat luar biasa dari saya terhadap Kapolri. Ferdi Sambo ini pengaruhnya lebih besar di kepolisian kalau mau dibandingkan dengan Kapolri.

Karena memang secara fakta lapangan Kapolri itu tidak bisa terlalu banyak pegang kepala. Sedangkan Ferdi sambo ini lebih banyak loyalisnya karena dia ada di tengah. Orang yang ada di tengah bisa lobi ke atas dan bisa memerintah ke bawah dengan gampang.

Kalau Kapolri kan nggak ada orang yang bisa dia pengaruhi di atasnya selain presiden Joko Widodo yang kalau kita lihat nggak bisa dipengaruhi itu. Kapolri yang minoritas ini benar-benar membongkar habis kejahatan-kejahatan yang terjadi di dalam internal.

Setelah kasus Ferdi, sekarang orang-orang dekat dari Jusuf Kalla pun menjadi sasaran dari Kapolri. Mantan polisi yang pernah ada di divisi propam justru ditangkap oleh propam karena penyalahgunaan narkoba.

Dari tas pipisnya dia negatif tapi dari hasil penyelidikan dia ternyata jual beli narkoba kepada mami Linda. Saya harus angkat jempol dua kalau perlu 100 jempolnya Andi Arif dan juga Anies Baswedan kepada kepolisian republik Indonesia khususnya Pak Listyo yang adalah kaum minoritas. Inilah yang menjadi harapan bagi kepolisian.

Membongkar borok itu memang sakit dan bau. Tapi itu baik untuk membersihkan luka-luka yang ada selama ini. Semoga saja Indonesia dan kepolisian republik Indonesia semakin lama semakin baik karena Kapolri membongkar habis banyak hal. Sebelumnya kita melihat jenderal Tito Karnavian menghancurkan radikalisme terlebih dahulu.

Sekarang jenderal Listyo Sigit Prabowo menghancurkan konflik-konflik internal dan juga potensi perpecahan di tubuh internal. Luar biasa dan kita harus bersyukur akan hal ini.

Ngomong-ngomong, daritadi penulis ngomongin minoritas apanya sih? Yang pasti orang-orang jujur di institusi kepolisian, bisa saya anggap sebagai orang-orang yang minoritas. Minoritas bukan kuantitas, tapi pengaruhnya. Karena biasanya orang baik itu, nggak bisa bikin gebrakan.

Listyo Sigit Prabowo, Polisi Minoritas yang Bikin Mayoritas Terpukau

Sumber Utama : https://seword.com/politik/listyo-sigit-prabowo-polisi-minoritas-yang-bikin-nvPdyjFkCK

Supaya Bisa Fokus Menangkan Anies, Sudah Saatnya Menteri Kader NasDem Didepak dari Kabinet

Jika diperhatikan NasDem memang partai yang unik. Beda dengan partai lainnya.

Kalau partai lain berlomba-lomba agar ketua atau kadernya yang jadi Capres, partai ini malah selalu mengusung Capres/Cawapres dari partai lain.

Jangankan mau jadi Capres, jadi Cawapres saja ketua umum partai itu Surya Paloh tidak pernah sekalipun menyampaikan niatnya.

Bandingkan dengan PKS misalnya. Meskipun bukan partai pemenang Pemilu dan perolehan suaranya tidak terlalu tinggi tapi pada Pilpres 2019 lalu partai ini menawarkan 9 nama kadernya untuk diusung sebagai Capres atau Cawapres.

Diantaranya yang ditawarkan itu adalah si Hello Kitty -Mardani Ali Sera.

Bergitupun dengan Partai Berkarya. Meskipun sepi peminat, kader partai ini tetap saja menyuarakan akan mengusung ketua umumnya Tommy Soeharto sebagai Capres pada Pilpres 2019 silam.

Sementara Gerindra, jangan ditanya. Sejak partai itu berdiri hingga 2024 mendatang, selalu mengusung pendirinya Prabowo sebagai Capres.

Artinya apa? Orang mendirikan partai itu tujuannya hanya satu, supaya bisa jadi presiden.

Karena kalau hanya mau jadi menteri, gak perlu mendirikan partai segala. Profesional pun juga bisa.

Tapi Paloh kok beda cita-citanya? Mendirikan partai, gak mau jadi presiden.

Sehingga memunculkan pertanyaan, apakah betul NasDem itu didirikan hanya untuk melindungi usaha elitnya saja?

Karena kalau diperhatikan pengurus partai tersebut memang banyak yang jadi pengusaha. Seperti Ketua umumnya Surya Paloh merupakan pengusaha di bidang media, Sekjen-nya Johnny G Plate pengusaha di bidang pertanian dan transportasi penerbangan dan bendaharanya Ahmad Sahroni punya bisnis pengangkutan bahan bakar kapal.

Jelas yang namanya pengusaha sangat berkepentingan terhadap pemerintah dan penguasa. Minimal kalau mereka mendukung penguasa, usahanya tidak diganggu.

Kemudian, bukti lain kalau NasDem ini partai oportunis adalah suka mendua alias tidak setia. Selalu mau mencari keuntungan pribadi dan golongan.

Sebagai contoh dari ketidaksetiaan tersebut, pada 2019 lalu partai ini pernah bergandengan tangan dengan kelompok oposisi -PKS.

Bahkan, Paloh sempat mengunjungi kantor DPP PKS kala itu. Yang dilanjutkan dia berangkulan dengan presiden partai dakwah tersebut Sohibul Iman.

Bisa dibilang Paloh dan Sohibul Iman sangat mesra waktu itu. Persis seperti orang yang lagi pacaran.

Padahal jelas, ada 3 kader NasDem yang jadi menteri Jokowi. Eh malah bermesaraan dengan kelompok yang suka menjelek-jelekkan Presiden.

Kan gak ada akhlak itu namanya.

Jadi ketika NasDem memutuskan untuk mengusung Anies, sebenarnya tidak mengherankan juga. Karena sejatinya slogan partai ini bukan lagi 'Restorasi Indonesia' melainkan 'ada gula ada semut'.

Di mana ada Capres yang potensial untuk menang, itu yang didukung. Tanpa peduli partainya apa.

Sedangkan kita tahu sendiri Jokowi sudah tidak bisa nyapres lagi pada Pilpres 2024 mendatang.

Artinya apa? Orang nomor satu di Indonesia tersebut sudah tidak bisa diharapkan lagi menjadi gula.

Untuk itu, memang sudah saatnya NasDem mencari inang baru supaya tetap punya kendali di pemerintahan.

Dan sosok yang dianggap seperti gula itu adalah Anies.

Hanya saja, mungkin NasDem lupa akibat terlalu menggebu-gebunya mau memengkan Anies bahwa 3 kadernya (Siti Nurbaya Bakar, Syahrul Yasin Limpo dan Johnny G Plate) saat ini masih duduk di kursi kabinet Jokowi.

Yang mana kasus ini mirip dengan PAN dulu.

PAN yang awalnya sempat gabung ke pemerintahan Jokowi dan salah seorang kadernya Asman Abnur ditunjuk jadi Menpan RB. Tapi di tengah jalan malah mendukung Prabowo.

Tidak pelak, Asman pun mendapat sindirian dari berbagai pihak kala itu, terutama dari koalisi Parpol pengusung Jokowi, yang pada intinya menginginkannya untuk mundur.

Hingga akhirnya ia mundur benaran.

Memang agak lucu sih ketika partai memutuskan mengusung Capres lain tapi beberapa kadernya masih berada di kabinet Jokowi. Ini ibarat Parpol sudah pindah gerbong tapi masih ada kadernya yang tinggal di gerbong lama.

Padahal gerbong baru dan gerbong lama ini saling berlawanan.

Dari sini saja sudah kelihatan etika politik trio kader NasDem yang masih di kabinet Jokowi itu kurang baik.

Hanya saja mereka kok seperti gak tahu diri gitu? Gak juga mengundurkan diri.

Padahal banyak lho calon pengganti menteri dari NasDem. Seperti Dwi Andreas Santosa yang merupakan Ketua Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) bisa menjabat sebagai Menteri Pertanian serta Abetnego Tarigan yang sebelum menjabat sebagai Deputi II KSP dikenal sebagai aktivis lingkungan. Ia pernah menjadi Direktur WALHI Nasional yang notabene organisasi gerakan lingkungan hidup terbesar di Indonesia.

Dengan segudang pengalamannya ngurusin masalah lingkungan itu, Abetnego cocok jadi Menteri Lingkungan Hidup menggantikan Siti Nurbaya Bakar.

Kemudian, kalau diperhatikan menteri dari NasDem tersebut gak berprestasi amat kok. Yang ada mereka jadi bahan olokan netizen. Seperti Johnny G Plate yang gak becus ngurusin perlindungan data pribadi. Lalu dibully oleh warganet beberapa waktu yang lalu.

Jadi dengan segala alasan itu (gak beretika, tidak berprestasi dan punya banyak calon pengganti yang lebih berkompeten) memang sudah saatnya menteri dari NasDem didepak dari kabinet Jokowi.

Lagian juga kalau NasDem benar-benar sudah keluar dari koalisi pengusung pemerintah, mereka kan bisa fokus memenangkan Anies. Termasuk bisa mengkritik kebijakan Jokowi.

Di samping itu, jika NasDem benar-benar jadi Parpol oposisi, membangun kerjasama dengan kelompok Kadrun juga gak canggung lagi.

Bukankah NasDrun itu singkatan dari NasDem Kadrun? Kwkwkwk

Supaya Bisa Fokus Menangkan Anies, Sudah Saatnya Menteri Kader NasDem Didepak dari Kabinet

Sumber Utama : https://seword.com/politik/supaya-bisa-fokus-menangkan-anies-sudah-saatnya-naHpI2IQRM

Teddy Minahasa, Polisi yang Ditangkap Gegara Narkoba, Ternyata Eks Ajudan Jusuf Kalla!

Teddy Minahasa adalah satu orang polisi yang benar-benar tajir melintir. Dia adalah mantan Kapolda Jatim yang pernah menjabat hanya dalam waktu 4 hari saja.

Polisi yang paling kaya di republik Indonesia dengan total kekayaan 29 miliar ternyata pernah jadi staf ahli dari Jusuf Kalla yang merupakan orang yang pernah mendukung Anies Baswedan untuk masuk ke dalam kursi calon gubernur DKI Jakarta di bawah partai Gerindra dan PKS.

Teddy Minahasa yang saat ini sudah ditangkap ternyata dekat dengan gerombolan pendukung Anies Baswedan seperti Jusuf Kalla. Yang saya katakan ini fakta karena memang sudah ada di berita-berita dan tercatat kok rekam jejak orang ini seperti apa.

Jadi saya rasa jangan langsung salahkan polisi dan institusi Polri. Ternyata orang ini dekat dengan kubu sebelah. Saya akan beropini dengan fakta bukan dengan asal-asalan seperti para pendukung Anies Baswedan yang menyebarkan hoax Pak Jokowi yang difitnah memalsukan sertifikat kelulusan kuliahnya di UGM.

Sosok Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Teddy Minahasa tidak menggunakan narkoba tapi menjual narkoba ke mami. Ditangkapnya teh di Minahasa ini diperkuat oleh statement langsung dari kepala kepolisian republik Indonesia yakni Listyo Sigit Prabowo.

Teddy sendiri sebetulnya sudah Malang melintang di kepolisian. Di institusi kepolisian dia sudah Malang melintang selama 30 tahun. Lama banget ya… Pria kelahiran Minahasa Sulawesi Utara 23 November 1971 pernah bertugas sebagai ajudan wapres Jusuf Kalla pada tahun 2014.

Saat itu dia masih berpangkat komisaris besar yang langsung dipilih oleh Jusuf Kalla. Penunjukan Teddy Minahasa sebagai ajudan Jusuf Kalla berbarengan dengan pemilihan Listyo Sigit Prabowo yang juga menjadi ajudan Presiden Joko Widodo.

Dan tahun 2017 pangkatnya naik menjadi kepala Biro pengamanan internal divisi profesi dan pengamanan Polri. Setahun kemudian Teddy ditunjuk sebagai Kapolda Banten untuk menggantikan Prabowo dan jabatan itu iamban hanya dalam waktu 3 bulan.

Lanjut lagi menjadi wakil kepala kepolisian daerah Lampung di November 2018. Karirnya mentereng dan selama 2019-2021 dia dipercaya untuk staf ahli manajemen Kapolri.

Lalu Agustus 2021 juga diangkat sebagai Kapolda Sumatera barat dan jabatan terakhir yang diemban sebelum ditunjuk sebagai Kapolda Jawa Timur per 10 Oktober 2022.

Baru 3 hari menjabat tanggal 14 nya langsung ditangkap karena melakukan tindakan pidana terkait narkoba. Mantap betul orang ini teh di Minahasa namanya yang harta kekayaannya hampir menembus 30 miliar di LHKPN-nya.

Kekayaannya 3 kali lipat dari jenderal Listyo Sigit Prabowo yang saat itu hartanya 9,2 miliar. Harta kekayaan Teddy ada paling banyak berasal dari 53 bidang tanah yang tersebar di kota Pasuruan hingga Malang dengan nilai 25,8 miliar.

Sekali lagi mantap betul! Ternyata orang ini dekat banget sama Jusuf Kalla di tahun 2014 dan di tahun 2022 ditangkap karena penyalahgunaan narkoba. Katanya sih karena dia menjual barang sitaan narkoba ke Mami. Mami siapa itu?

Indonesia akan sangat suram jika dipimpin oleh orang-orang yang ada di lingkaran mereka. Maka kita harus pastikan bahwa para pengusung gerakan anti Pancasila tidak menang dan harus dipecundangi di tahun 2024 nanti.

Teddy Minahasa, Polisi yang Ditangkap Gegara Narkoba, Ternyata Eks Ajudan Jusuf Kalla!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/teddy-minahasa-polisi-yang-ditangkap-gegara-b8ljGwGOtt

Menguji Kecerdasan Dan Kesabaran Surya Paloh, Megawati Dan Jokowi di Tahun Politik Ini.

Surya Paloh yang tergesa-gesa mencalonkan Anies Baswedan sebagai capres Nasdem sangat terlihat sebagai upaya manuver mengejar kekuasaan. SP sepertinya punya perhitungan bahwa setelah masa Jokowi yang dua periode itu, tak ada lagi sosok yang bisa diandalkan, sehingga SP sangat khawatir jika tidak mengambil langkah antisipasi maka partainya akan tenggelam dan tidak akan mendapatkan apa-apa lagi.

Kekhawatiran SP ini justru akan menjadi kenyataan. Jika Jokowi memberi signal “Ojo Kesusu” justru SP meremehkan signal dari Jokowi ini, maka karena itulah SP langsung menobatkan Anies Baswedan sebagai capres unggulannya. Dan tindakan ini bukannya akan mengangkat partai Nasdem, justru pelan-pelan akan ikut tenggelam bersama Partai Demokrat yang sangat memaksakan AHY menjadi Capres atau minimal Cawapres, padahal tidak ada nilai jualnya.

SP meyakini bahwa tidak akan ada lagi tokoh yang bisa selevel dengan Jokowi, maka karena itulah SP ingin bermain “Agak brutal”, dan mungkin SP akan mengajak para pengejar rente atau orang-orang yang masih sangat haus kekuasaan untuk bergabung dengannya. Jadi ujung-ujungnya bukan untuk rakyat, tetapi bagaimana mereka ini masih bisa mendapatkan kue kekuasaan yang begitu semakin besar. Apalagi diprediksikan bahwa dimasa-masa yang akan datang, kehidupan di dunia ini secara global akan mengalami masa-masa yang paling sulit, lebih sulit dari pandemi sebelumnya.

SP adalah ketua partai, Megawati juga ketua partai, sama-sama ketua partai, tetapi berbeda cara kalkulasinya. Mungkin SP hanya murni memikirkan kroni-kroninya beserta komunitas bisnisnya, dengan jalur politik, bisnis-binnis raksasa di negeri ini bisa meraup keuntungan yang sangat melimpah, ini bukan rahasia lagi. Nah, ketergesa-gesaan SP mengangkat Anies sebagai capresnya atau pertemuan Anies dengan SP di tengah-tengah negeri ini sedang berduka, sudah cukup bukti bahwa mereka hanya mementingkan urusan kekuasaan semata, tak ada visi misi untuk menata negeri ini menjadi lebih baik lagi, apalagi untuk merancang strategi dalam menghadapi tantangan global yang semakin tidak menentu.

Dan tentu saja, sosok Anies Baswedan sudah sangat dikenal sebagai tokoh politik identitas, yang brutal dalam meraih kursi gubernur karena bermain SARA yang sangat sadis, maka dengan itu SP pun sangat yakin bahwa Anies akan melakukan segala cara dan apapun itu demi bisa menjadi orang nomor satu di negeri ini, meskipun harus jadi “Boneka”, bahkan kalau perlu jadi “Boneka negara-negara barat” misalnya, negara-negara yang siap menguras sumber daya alam di negeri ini dengan harga yang murah.

Jadi SP sangat yakin bahwa Anies bisa “disetir” dalam upaya menggapai agenda-agenda kekuasaan kelompoknya. Ibaratnya SP sudah muak dengan capaiannya selama ini, ada target yang ingin SP wujudkan tetapi belum tercapai, maka karena itulah SP rela dan mau melakukan apapun di tahun politik ini demi bisa tercapai ambisinya itu, meskipun harus membangkitkan kembali sentiman agama, suku dan ras, SP akan lakukan itu.

Sebaliknya, kalau SP memang pro pada toleransi dan keragaman, pasti tidak akan mengangkat Anies jadi capresnya. Tidak sulit kan dipahami?

Sekali lagi, SP adalah ketua partai yang mengangkat Anies karena alasan kekuasaan, SP bertemu Anies bukan membahas agenda tantangan global ke depannya yang berdampak sekali pada negeri ini, tetapi demi kekuasaan. Beda halnya dengan ketua partai dari PDIP yang juga anak mantan Presiden pertama negeri ini, Megawati Soekarno Putri, pada pertemuannya dengan Jokowi di Batu Tulis, yang beliau bahas adalah soal tantangan global.

Presiden Jokowi pun mengatakan bahwa "Saya bertemu dengan ketua ketua partai utamanya dalam rangka menjaga titik karena situasi ekonomi global yang tidak jelas yang tidak pasti, yang sulit ditebak, sulit diprediksi, sulit dihitung, sulit dikalkulasikan sehingga stabilitas politik dan keamanan itu menjadi sangat penting saat ini,"

Jika SP juga berpikiran sama dengan Megawati dan Jokowi, maka ada langkah-langkah cerdas yang bisa ditempuh dalam mempertahankan negara ini dari ancaman-ancaman global yang sulit dikalkulasi itu ke depannya, yang jelas bukan langkah pengangkatan Anies Baswedan sebagai Capres. Disinilah letak perbedaan kecerdasan kedua tokoh ketua partai ini. Ada yang berpikiran global dan hati-hati, tapi yang satunya lagi, karena sudah sangat asyik dengan kekuasaan maka langkahnya seperti dewa mabuk yang masih puyeng dari pengaruh minuman keras.

Main hantam, main ambil. Orang mabuk biasanya sulit membedakan mana kotoran dan mana emas.

Disinilah pemirsa bisa memilih, pilih yang tergesa-gesa dan sangat ambisius, atau memilih pilihan dari orang-orang yang tidak kesusu? Megawati dan Jokowi tidak akan kesusu memilih Anies, tidak seperti SP yang terlalu tergesa-gesa memilih Anies, dan entah bagaimana wajah SP kelak jika Anies pun jadi tersangka kasus Formula-E?

Orang cerdas pasti akan memilih yang benar-benar toleran, bukan yang brutal memainkan politik identitas sebagaimana yang pernah terjadi di Pilkada DKI 2017 lalu.

Menguji Kecerdasan Dan Kesabaran Surya Paloh, Megawati Dan Jokowi di Tahun Politik Ini.

Sumber Utama : https://seword.com/politik/menguji-kecerdasan-dan-kesabaran-surya-paloh-EXw6IVUhSK

Janji Anies; Bikin Taman Terlampaui, Bikin Rumah DP 0 Target Terus Terkoreksi

Iya, target pembangunan rumah DP 0 yang awalnya ditarget ratusan ribu unit, nyatanya selama lima tahun masa kepemimpinannya terus dikoreksi hingga tinggal 9 ribuan saja. Mahal lagi.

Begitulah.

**

Gubernur pesolek. Itulah agaknya istilah yang tepat untuk menggambarkan cara kerja Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta yang sebentar lagi akan habis masa jabatannya.

Apa yang dikerjakan bisa dikatakan hanya yang tampak-tampak yang bisa dibuat modal riya', yang tidak banyak bersentuhan langsung dengan kebutuhan kelayakan hidup warganya. Bukan bermaksud mengecilkan tentang arti pentingnya kebahagiaan, tapi ketika pembangunan taman-taman indah, jalur khusus sepeda, stadion megah, pengecatan atap rumah, pembuatan jalur penyeberangan yang artistik tapi tidak dibarengi dengan pembersihan dan pelebaran sungai, pengaturan dan penertiban sekitaran jalan dan pasar sehingga tidak menyebabkan kemacetan, dan pembangunan tempat tinggal terjangkau seperti yang pernah dijanjikan, sungguh terasa sekali tercederainya rasa keadilan dan kewajaran berlogika pemimpin Jakarta itu. Terasa aneh.

Untuk apa mata dimanjakan dengan pemandangan indah, dengan lampu kelap-kelip warna-warni, dengan bangunan yang katanya berstandar internasional, tapi paru-paru warga dan pendatangnya masih dipaksa bernafas dengan udara yang penuh polusi? Untuk apa ketika ternyata masih harus bersusah-payah bermacet-macetan? Untuk apa ketika ternyata jika musim hujan tiba banjir yang melanda tidak ada bedanya dengan yang dulu-dulu, masih parah juga?

Lokasi yang bagus untuk selfie jelas tidak lebih dibutuhkan dibanding dengan kawasan yang bebas banjir, bebas macet, dan berudara segar.

Dari sinilah sebenarnya cara kerja Anies Baswedan jelas terlihat. Dia tidak menyentuh langsung apa yang menjadi masalah masyarakatnya. Kalaupun ada, tidaklah sebanyak dan sebombastis apa yang pernah dijanjikannya dulu. Kuat dalam kata-kata, Anies lemah dalam hal kerja-kerja nyata seperti itu.

Untuk menutupi kekurangan-kekurangannya itu kemudian dikebutlah program-program yang dapat ditonjolkan secara penampilan. Program yang terlihat indah di mata dan dapat dipamerkan.

Foto-foto pun kemudian disebar sedemikian rupa untuk mengelabuhi dan menutupi sederet kebopengan kerjanya selama lima tahun ini. Narasinya pun disampaikannya dengan berbekal olah tata kata yang sudah terlebih dahulu diketahui memang menjadi nilai jual utamanya. Aniespun terlihat sukses dan berprestasi.

**

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan meresmikan 100 Taman Maju Bersama (TMB) jelang habis masa jabatan. Anies mengungkapkan, lima tahun lalu Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta merencanakan 86 Taman Maju Bersama.

Yah….

Janji Anies; Bikin Taman Terlampaui, Bikin Rumah DP 0 Target Terus Terkoreksi

Sumber Utama : https://seword.com/politik/janji-anies-bikin-taman-terlampaui-bikin-rumah-g8GZMcoUVq

Pecat 3 Menteri Partai “Oportunis” Nasdem!

Jika selama ini rakyat berpikir bahwa Surya Paloh dan partai Nasdem adalah pihak yang sangat berjasa dalam menjadikan Jokowi sebagai Capres, itu salah besar!

Surya Paloh melalui partai Nasdem memang yang pertama yang usung Jokowi sebagai Capres tapi itu semua demi kepentingan politik pribadi Surya Paloh agar Nasdem masuk tiga besar dalam Pileg/Pilpres 2019 lalu.

Article

Dan Anies tidak tidak perlu besar kepala merasa hebat jika didukung oleh Surya Paloh dan partai sebagai capres karena Anies hanya dijadikan “alat” oleh Surya Paloh agar Nasdem bisa jadi partai 2 besar dalam Pileg?pilres 2024 nanti.

Article

Jadi rakyat sudah bisa menilai sendiri bukan jika Surya Paloh melalui partainya adalah sebuah partai “oportunis” yang menjual nama Jokowi dan Anies demi kepentingan politik pribadi partainya.

Lalu, bagaimana dengan nasib 3 Menteri dari partai Nasdem setelah Surya Paloh mengusung Anies Baswedan sebagai Capres tahun 2024 nanti.

Jika Nasdem mewajibkan semua kadernya dukung Anies, dan yang tidak silahkan keluar dari partai, bukankah ini artinya 3 kader mereka yang jadi Menteri juga harus patuh untuk dukung Anies Baswedan?

Article

Buktinya, 3 Menteri dari Nasdem tidak mundur dari partai setelah mereka usung Anies?

Kalau mereka punya “malu”, harusnya mundur sendiri dari pemerintahan.

Apa mereka sengaja minta dipecat sehingga bisa memanfaatkan momen tersebut untuk mendapatkan simpati dengan politik terzalimi?

Basi!

Lagi pula, apa prestasi Menteri Nasdem selama ini yang bisa dibanggakan?

Seorang Menkominfo tapi malah mengatakan hacker kalau bisa jangan menyerang.

Sebuah permintaan ter… yang pernah diucapkan apalagi oleh seorang Menkominfo yang berasal dari Nasdem!

Apalagi Menkominfo ketahuan menggunakan nomor pribadi milik Amerika. Bukankah ini artinya, dia memang tidak punya kapasitas sebagai Menkominfo?

Article

Presiden Indonesia pakai nomor Indonesia, malah Menterinya pakai nomor Amerika.

Sebuah lelucon yang tidak lucu dan patut dipertanyakan nasionalismenya.

Politisi Nasdem Zulfan Lindan juga secara tegas mengatakan jika Anies Baswedan merupakan antitesis dari Jokowi yang artinya berlawanan 180 derajat.

Rakyat pasti bingung jika membandingkan pernyataan Zulfan Linda dengan pernyataan Wakil Sektretaris Jenderal Nasdem Hermawi Taslim yang mengatakan Nasdem bakal terus bersama Jokowi dan yakin jika Anies akan melanjutkan program Jokowi.

"NasDem konsisten dan konsekuen sebagai partai pengusung Jokowi sejak 2014. Hingga saat ini relasi kami dengan Jokowi tetap baik-baik saja," ujar Hermawi saat dihubungi Tempo. "Sikap Nasdem ini sebagai wujud tanggung jawab untuk melanjutkan pemerintahan Jokowi," kata dia. Di satu sisi, politikus Nasdem mengatakan bahwa Anies Baswedan merupakan antitesis dari Jokowi, tetapi Wasekjen Nasdem mengatakan bahwa Anies akan melanjutkan program Jokowi. Meskipun Zulfan Lindan hari ini dicopot oleh Surya Paloh terkait pernyataanya yang mengatakan Anies Baswedan adalah antitesis Jokowi, itu tidak akan mengubah fakta bahwa Nasdem terbukti main dua kaki dalam pemerintahan Jokowi saat ini.

Tidak mungkin Anies akan melanjutkan program Jokowi.

Buktinya Anies sibuk menciptakan kata baru yaitu naturalisasi sungai untuk melawan kata naturalisasi sungai yang merupakan salah satu cara mengatasi banjir selama ini di Jakarta.

Article

Dan hasilnya, program naturalisasi sungai mandek setelah Anies menjabat sebagai Gubernur di Jakarta.

Article

Makanya tidak heran jika Pak Basuki, Menteri PUPR “kesal” dan menyuruh tanya langsung ke Anies terkait normalisasi sungai di Jakarta selama ini.

Article

Article

Jika memang Anies melnjutkan program Jokowi seperti ocehan Wasekjen Nasdem, lalu kenapa Menteri PUPR, anak buah Jokowi tagih janji Anies terkait pelebaran sungai guna mengatasi banjir di Jakarta?

Article

Bukankah ini artinya Anies tidak mau menjalankan perintah Jokowi terkait normalisasi sungai guna mengatasi banjir di Jakarta?

Ini hanya satu contoh masalah penanganan banjir, belum lagi masalah lain.

Akhir kata, sebagai kader Nasdem yang harus setia dengan arahan partai setelah mengusung Anies, sudah selayaknya 3 Menteri dari Nasdem dipecat.

Rakyat sudah muak dengan partai bermuka dua yang bermain 2 kaki dalam pemerintahan saat ini.

Bagiamana menurut Anda?

Pecat 3 Menteri Partai “Oportunis” Nasdem!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/pecat-3-menteri-partai-oportunis-nasdem-2z1aoIYQDK

Amin Rais Gelandangan Politik Pamer Ijazah, Ga Sekalian Pamer Sertifikat Kavling Surga?

Mungkin dia lelah menjadi gelandangan politik, sehingga kini muncul lagi cari perhatian di kasus fitnah ijazah palsu Jokowi. Dengan bangganya Amin Rais pamer ijazah SD hingga S3 di Chicago. Universitas Amerika, negara yang sering dijadikan bahan untuk beliau teriak "antek asing"

"Pak Jokowi pleaseee come to PN Jakarta Pusat. Cukup mungkin 10 menit ya. Pak Jokowi tunjukkan 'ini lho ijazah saya yang asli'. Nah kemudian argumen Bambang Tri dan para advokatnya itu bisa salah," tambah Ketua Majelis Syura Partai Ummat tersebut.

Tidak semudah itu pak tua, kadrun kalau dituruti kemauannya maka akan semakin kesurupan. Sudah terbukti kan ketika UGM menyatakan ijazah Jokowi asli, kadrun minta foto Jokowi lagi ospek, minta foto Jokowi lagi ikut kegiatan kampus.

Dipikir zaman dulu foto tinggal pencet handphone kali ya, sehingga di kampus kerjanya cuma foto-foto?

Sekarang mbah Amin yang pamer ijazah bersedia jika diminta foto aneh-aneh hanya untuk memuaskan kebencian kadrun? Ya bisa aja, sampean kan gelandangan politik yang tinggal menghitung hari, sedangkan Jokowi presiden banyak kerjaan.

Coba mbah Amin tunjukan foto-foto berikut ini :

  • foto mbah Amin masuk toilet SD, SMP, SMA
  • foto jalan kaki dari Yogya ke Jakarta
  • foto sertifikat kavling surga

Jika bisa menunjukan foto-foto di atas, maka penulis berjanji akan membantu mbah Amin meminta Jokowi menunjukan ijazahnya.

"Jangan ke sana-ke mari apalagi menggumbar secara liar. Ya para buzzer-buzzer itu malah makin ribut ya Jokowi malah citranya bisa jatuh. Jadi gagah saja Pak Jokowi datang kemudian tunjukkan (ijazahnya-red), selesai!," terangnya.

Padahal yang bikin ribut ya buzzer-buzzer pembenci Jokowi yang satu kubu dengan pak tua. Pembela Jokowi yang waras seperti penulis sudah cukup tahu hasil akhir kasus ini dengan fakta :

  • pernyataan dari rektor UGM.
  • video dan foto Jokowi bersama alumni waktu reuni di UGM pada 2017.
  • fakta 5 kali Jokowi lulus verifikasi pemilihan sejak jadi walikota.

Jokowi datang atau tidak itu tidak masalah, kalaupun tidak datang itu semata-mata karena Jokowi tidak mudah ditroll oleh pembencinya. Didikte sedemikian rupa untuk menuruti keinginan konyol-konyol pembencinya.

Kalaupun nanti datang, maka Jokowi punya rencana sendiri, bukan untuk memuaskan nafsu orang gila. Contohnya seperti pada artikel penulis berikut ini.

Jadi pak tua, stop cari perhatian!! Tidak ada yang peduli ijazah sampean, satu yang mungkin orang penasaran agar pak tua tunjukan adalah "sertifikat kavling surga". Karena dari lagu-lagunya, pak tua ini selalu mencitrakan diri sebagai orang suci pemilik surga.

Amin Rais Gelandangan Politik Pamer Ijazah, Ga Sekalian Pamer Sertifikat Kavling Surga?

Sumber Utama : https://seword.com/umum/amin-rais-gelandangan-politik-pamer-ijazah-ga-ShjNfR4NlS

Selama Hidup Lu Belum Benar, Tak Usah Sok Menghakimi Orang Lain

Ditengah hiruk-pikuk kegaduhan politik ulah NasDrun yang nyaris tak berkesudahan demi memuaskan sange kekuasaan mereka di dunia persilatan perpolitikan dalam negeri, tak kalah heboh pula kasus KDRT yang dialami penyanyi dangdut Lesti Billar.

Kasus tersebut kini memasuki babak baru. Lesti Billar dikabarkan mencabut laporan Polisi terhadap suaminya Rizky Billar setelah secara resmi ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan.

Rizky Billar dijerat Pasal 44 ayat 1 UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga dengan ancaman hukuman lima tahun penjara.

Saya bukan membela Rizky Billar, pun saya jarang mengikuti perkembangan cerita mereka berdua. Yang saya tahu, mereka adalah suami istri yang terlibat cekcok, lalu sang suami tak mampu menahan emosi sehingga melakukan kekerasan terhadap istrinya. Bahasa halusnya, khilaf.

Awalnya saya tidak peduli dengan kisah mereka. Bodoh amat lah, bukan urusan saya. Sebab yang saya peduli adalah kepentingan bangsa ini yang lebih besar setelah ada parpol kadrun yang dengan nekatnya mengusung capres yang telah mengoyak dan mencabik-cabik keharmonisan umat beragama di negara tercinta ini. Itu yang menjadi concern utama saya, bukan urusan percekcokan rumah tangga orang lain.

Namun setelah semalam saya hanya baring-baring di kamar saja karena lagi malas ngegym dan nonton berita-berita di TV dimana semua channel berita, baik itu KompasTV, CNN, iNews, Metro TV, TvOne, dan lain-lain, pada ramai-ramai secara berjamaah menayangkan berita terkait status tersangka dan penahanan si Rizky Billar ini, saya pun jadi terusik.

Terusiknya saya karena mau tak mau saya terpaksa harus menyimak berita-berita tentang mereka berdua di channel-channel stasiun televisi yang secara berjamaah berlomba-lomba tak mau ketinggalan menayangkan berita tentang Rizky Billar.

Menurut kisah yang saya simak di channel-channel televisi semalam, hasil visum Lesti Billar ada luka memar di bagian wajahnya dan lehernya. Lesti Billar katanya dicekik dan dibanting diatas kasur dan kamar mandi. Pemicu KDRT tersebut adalah karena perselisihan setelah ada dugaan perselingkuhan yang dilakukan oleh suaminya, Rizky Billar.

Dan yang tambah bikin ramai lagi, Lesti Billar mencabut laporannya dan memohon-mohon sambil menangis terisak-isak minta kepada Kapolres untuk membebaskan suaminya. Respons pun sontak menyesalkan keputusan Lesti Billar. Banyak yang tiba-tiba jadi ilfil dan tidak simpatik lagi sama Lesti Billar.

Jujur saya heran. Memang benar Rizky Billar telah melakukan kesalahan melakukan kekerasan terhadap istrinya, tapi bukankah yang bersangkutan sudah menyesal dan minta maaf tidak mengulagi lagi perbuatannya lagi? Bahkan sampai minta maaf ke orang tua dan keluarganya Lesti Billar.

Lalu mereka-mereka yang tidak ada urusannya tiba-tiba jadi marah-marah dan kesal sampai ke tingkap langit ketujuh maunya si Rizky Billar itu tetap dimasukin ke penjara supaya kapok. Heran saya, emang hidup lu sudah benar? Emang hidup lu sudah mampu mensejahterakan bini lu lahir dan bathin? Ngaca lu.

Sudahlah itu urusan rumah tangga orang lain, tak usah ikut campir segala dan ngompor-ngomporin. Sekalipun itu menjadi konsumsi publik, apa hak kita marah-marah dan ngomel-ngomel tak karu-karuan karena si Lesti Billar itu cabut laporannya ke Polisi? Itu kan haknya. Mau dia cabut kek, tidak cabut kek, itu urusan yang bersangkutan, bukan urusan kita.

Manusia dalam menjalani hidup tentu saja tak lepas dari kekeliruan dalam menjalani kehidupam rumah tangga, maupun dalam hubungan dengan pacar. Saya juga bukan manusia suci pemegang kunci gerbang kerajaan sorga dan gerbang neraka jahanam, tapi dengan kalian ngotot mengurusi urusan rumah tangga orang lain, emangnya lu itu siapa?

Jujur saja kita orang Indonesia ini pada umumnya rata-rata punya habit yang senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain bahagia. Iri hati dan dengki dengan orang lain yang hidupnya lebih baik, pun pandai mempertontonkan kelicikan yang penuh dengan sandiwara munafik yang penuh tipu-daya sampai-sampai membutakan kewarasan otak.

Jadi sudahlah. saya justru iba melihat tampang Rizky Billar yang dipertotonkan Polisi ke para wartawan. Wajahnya menyiratkan ketakutan yang terselubung, merasa bersalah kenapa semua ini bisa jadi begini.

Sorot matanya yang ketakutan, bingung, tidak tahu apa-apa, justru menjadi kesenangan bathin bagi para orang gila yang senang melihatnya hancur. Tanpa mereka sadari mereka sudah mengidap sindrom psikopat dalam gejala ringan. Kesusahan orang lain membuat mereka senang dan tertawa bahagia.

Memang iya KDRT itu nyebelin, tak bisa disangkal itu. Namun, melihat mereka bahagia justru lebih baik ketimbang melihat hidup mereka menjadi rusak, bukan ngotot pokoknya Rizky Billar harus masuk penjara, pokoknya Lesti Billar jangan cabut laporan polisi, dan bla bla bla lainnya. Sekali lagi, emang lu itu siapa? Emangnya hidup lu sudah benar? Makanya jangan sembrono. Ngaca dulu sana.

Selama Hidup Lu Belum Benar, Tak Usah Sok Menghakimi Orang Lain

Sumber Utama : https://seword.com/umum/selama-hidup-lu-belum-benar-tak-usah-lah-sok-uCUqNaUk44

Waspada! Ada ‘Titisan Ilmu’ SBY Pada Jurus ‘Playing Victim’ Ala Surya Paloh

SBY memulai petualangan politiknya sebagai seorang menteri pada masa kepresidenan Gus Dur. Dengan dilengserkannya Gus Dur oleh kekuatan politik yang dimotori Amien Rais, otomatis Megawati yang sebelumnya RI-2 naik menjadi RI-1. Saat itu Megawati juga masih mempercayai SBY sebagai salah satu menterinya.

Bila diamati, terdapat episode yang menarik dan amat menentukan dalam perjalanan karir politik seorang SBY. Berangkat dari seorang menteri yang biasa-biasa saja, namun dalam waktu ‘sekejap’ mampu mentransformasikan dirinya menjadi figur yang populis berelektabilitas tinggi.

Episode krusial inilah yang kemudian menjadi modal penting yang mengantarkan SBY menduduki kursi RI-1 dua periode berturut-turut. Banyak yang menyebutkan bahwa episode ini merupakan ‘episode playing victim’. Di situlah SBY mampu memainkan ‘epik’nya dengan sangat apik.

Ketika itu menjelang Pilpres 2004. Masih terkait dengan copras-capres 2004, SBY terlibat dalam sebuah ‘pertikaian’ dengan atasannya saat itu, Presiden Megawati. Akibatnya SBY mengundurkan diri dari kabinetnya Mega.

Berbagai narasi pun lalu berkembang di masyarakat. Namun narasi terkuatnya adalah anggapan publik yang melihat SBY sebagai korban dari pertikaiannya dengan Megawati. Hal ini nampaknya juga diperkuat dengan profil dan style SBY yang terkesan ‘melankolis’. Jadi kelihatan pantas sebagai korban..hehehe. Dampaknya kemudian, hujan simpati pun banyak tercurah padanya.

Pucuk dicinta ulam tiba, tanpa menyia-nyiakan peluang emas di depan gawang, lelaki asal Pacitan itu lalu mencalonkan diri sebagai capres berpasangan dengan JK. Dan gooolll, bagaikan mendapat durian runtuh, tanpa kesulitan berarti SBY sukses menuntaskan peluang emas itu. Ia memenangi kursi RI-1 pada Pilpres 2004.

Sekarang kita bergeser ke Surya Paloh, mari coba kita kulik bagaimana caranya memodifikasi jurus playing victimnya SBY menjadi jurus playing victim ala Paloh...

Sebelum mendeklarasikan Anies sebagai capres 2024 partai NasDem, (pastinya) Surya Paloh sudah mempelajari jurus playing victim SBY. Kendati sebenarnya ada sedikit perbedaan versi dengan episodenya SBY terkait dengan latar belakang dan materi konfliknya.

Versinya SBY adalah, dia dulu menteri, ada konflik dengan Presiden Megawati, lalu dia mengundurkan diri, dapat simpati publik, elektabilitas meroket, nyapres dan menang.

Versinya Paloh adalah, partainya berada dalam koalisi pemerintah dan punya beberapa menteri di kabinetnya Presiden Jokowi, dengan alasan tertentu dia lalu membuka medan konflik dengan cara mencapreskan Anies yang nota bene adalah kubu oposisi, namun absurdnya, dia tidak mau menarik menterinya dari kabinet dengan dalih NasDem mendukung kepemimpinan Jokowi hingga habis masa jabatannya pada 2024 nanti.

Meskipun sikap Paloh terlihat ambigu, justru pada kondisi inilah ‘ilmu SBY’ menitis padanya. Di situlah ia memodifikasi jurus playing victim SBY menjadi jurus playing victim ala Paloh.

Dengan mencapreskan Anies, agaknya Paloh cukup percaya diri bahwa hal itu bisa menarik suara kelompok-kelompok sayap kanan. Dan untuk menarik suara swing voters dan kalangan nasionalis-moderat, saya menduga ia akan memainkan jargon demokrasi dan kebebasan berpendapat untuk memuluskan jurusnya.

Dengan pelahan, halus dan bertahap, Paloh secara elegan akan berusaha memancing ‘kemarahan’ PDIP dengan jalan ‘mengusik’ Jokowi dengan berbagai serangan isu dan wacana. Andai Jokowi dan PDIP terpancing, justru ia amat gembira, terlebih lagi bila menteri-menteri NasDem akhirnya ditendang oleh Jokowi. Hal ini merupakan klimaks dari jurus playing victim yang dilancarkan Paloh.

Bila hal itu terjadi, skenario playing victim Paloh pun terpenuhi. Narasinya adalah menteri-menteri dari NasDem ditendang Jokowi karena NasDem mencapreskan Anies. Padahal partai apa mencapreskan siapa adalah hak konstitusional yang merupakan mekanisme demokrasi. Dengan demikian Paloh akan mudah menyudutkan Jokowi dan PDIP sebagai pemimpin dan partai yang tidak demokratis serta tidak menghargai perbedaan pendapat.

Toh Anies juga baru didukung sebagai capres. Belum didaftarkan ke KPU sebagai capres. Kalau nanti jadi didaftarkan sebagai capres, masih ada aturannya tersendiri, yakni harus memenuhi PT 20%. Mosok baru dideklarasikan sebagai capres dihambat? Katanya demokratis? Kira-kira demikian dalih yang akan dikembangkan NasDem.

Dengan berhasilnya jurus playing victim ini, status NasDem sebagai ‘korban’ Jokowi dan PDIP diharapkan akan terus bergema. Harapan selanjutnya adalah curahan simpati publik akan membanjiri NasDem sehingga akan mengerek elektabilitas partai besutan Surya Paloh itu. Muaranya tentu saja akan meningkatkan perolehan suara dan kursi NasDem pada Pileg 2024. Sedangkan urusan Anies menang atau kalah itu nomor dua, kalah no problem, menang berarti bonus.

Mengenai dinonaktifkannya Zulfan Lindan dari kepengurusan DPP NasDem baru-baru ini, saya kira itu hanya sebuah langkah ‘kamuflase’. Hal itu lebih dikarenakan manuver antitesis Lindan yang terlihat vulgar, terlalu nyeruduk, tidak halus dan jauh dari cara elegan seperti yang diharapkan Surya Paloh.

Waspada! Ada ‘Titisan Ilmu’ SBY Pada Jurus ‘Playing Victim’ Ala Surya Paloh

Sumber Utama : https://seword.com/politik/waspada-ada-titisan-ilmu-sby-pada-jurus-7GiWKXL9hN

Permintaan PKS ke Heru Budi Jadi Bukti Bahwa Anies Gak Becus Ngurus Jakarta!

Jabatan Anies Baswedan sebagai Gubernur Jakarta akan berakhir kurang dari sepekan lagi, yakni 16 Oktober 2022. Setelahnya akan digantikan oleh Penjabat (Pj) Gubernur, yang akan bertugas selama 2 tahun hingga Pilkada berikutnya yang akan diselenggarakan serentak dengan Pilpres dan Pileg pada 2024 mendatang. Presiden Jokowi telah menunjuk Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) Heru Budi Hartono sebagai Pj Gubernur Jakarta. Meskipun belum secara resmi diumumkan, tapi hal itu sudah terkonfirmasi dan hampir pasti terwujud.

Hari Budi bukan orang baru di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Ia pernah menjabat sebagai Walikota Jakarta Utara, ketika Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur DKI. Di era Gubernur Basuki Tjahaya Purnama, ia dipercaya sebagai Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD). Jadi saya yakin Heru Budi adalah orang yang tepat di posisi ini karena sudah paham benar kondisi Jakarta.

Nah, baru-baru ini Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengeluarkan statemen yang menggelitik hati saya. Ketua Fraksi PKS DPRD DKI Jakarta, Ahmad Yani berharap agar Heru Budi bisa mengatasi masalah banjir hingga kemacetan di Jakarta. "Harapannya semoga Pj gubernur terpilih bisa terus melanjutkan pembangunan di DKI Jakarta. Menangani kemacetan, banjir, sampah, membuka lapangan kerja, mengurangi pengangguran, membangkitkan ekonomi masyarakat," kata Ketua Fraksi PKS DPRD DKI Jakarta Achmad Yani, kepada wartawan, Sabtu (8/10/2022), dikutip dari detik.com.

Hal ini semakin mengkonfirmasi bahwa selama 5 tahun menjabat Gubernur, Anies Baswedan gagal membenahi problem yang selalu menjadi langganan dan sulit sekali dihilangkan yakni banjir dan kemacetan. Anies terbukti nggak becus menangani dia hal krusial ini. Kalau PKS berniat kritis, sudah seharusnya sejak awal Anies menjabat sudah meminta hal ini untuk jadi prioritas program kerjanya. Tapi apa yang terjadi? Fraksi PKS di DPRD justru seolah menjadi tameng bagi Anies. Segala macam kebijakan Anies yang sama sekali nggak memihak rakyat justru malah dibela mati-matian oleh PKS. Apalagi kalau melibatkan anggaran raksasa. Ada apa ini? Curiga donk saya, hahaha.

Salah satu contoh yang paling kentara saja. Interpelasi penyelenggaraan balap Formula E. PKS menjadi salah satu Fraksi di DPRD DKI Jakarta yang menolak diadakannya hak interpelasi itu. Apalagi setelah ada jamuan makan malam dengan suguhan lobster edisi spesial berbalut rapat koordinasi, PKS dan Fraksi lainnya (kecuali PDIP dan PSI) diduga kekenyangan hingga merasa nggak perlu ada interpelasi dengan alasan akan memecah belah belah eksekutif dan legislatif. Preettt...

Anies saja, selama 5 tahun dengan anggaran fantastis saja nggak bisa menyelesaikan masalah banjir dan macet dan PKS diam saja. Kenapa sekarang giliran ada Pj, malah meminta bisa diselesaikan selama 2 tahun. Make sense? Bisa jadi ini hanya akal-akalan PKS saja. Kalau nantinya Heru Budi gagal, akan kembali menyalahkan Presiden Jokowi. Bisa jadi, Jokowi dituduh salah pilih atau buang-buang anggaran Pemprov untuk program yang tidak potensial. Curiga boleh dong, kalau melihat track recordnya Partai yang selalu nyalahin Jokowi satu ini.

Memang kalau menurut aturan, seorang Penjabat Kepala Daerah tidak diberikan kebebasan membuat kebijakan, apalagi yang berkaitan dengan anggaran secara independen. Yang bersangkutan harus berkonsultasi dengan Pemerintah Pusat melalui Menteri Dalam Negeri. Tidak sama dengan Kepala Daerah yang terpilih melalui Pilkada langsung, yang memiliki kewenangan semi otonom.

Tapi meskipun PKS nggak meminta atau koar-koar meminta Heru Budi menyeselaikan banjir dan kemacetan, saya yakin dia mampu melakukannya. Hal ini pun juga sudah diungkapkan oleh Presiden Jokowi. Heru Budi adalah orang kepercayaan Jokowi, yang diyakini bisa mengatasi masalah krusial di Jakarta. Hanya tinggal meneruskan program yang sudah dilakukan Ahok saja. Seperti Normalisasi Sungai misalkan. Program yang tidak dilakukan oleh Anies Baswedan, yang malah memilih Naturalisasi sungai. Jadi sungai dibiarkan saja natural, tanpa diapa-apakan. Hahaha.

Semoga dengan ditunjuknya Heru Budi Hartono, bisa segera membenahi Jakarta yang selama 5 tahun terakhir sudah diacak-acak oleh Gubernur seiman. Meskipun nggak bisa kerja, yang penting seiman dan dijamin masuk surga, hahaha.

Permintaan PKS ke Heru Budi Jadi Bukti Bahwa Anies Gak Becus Ngurus Jakarta!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/permintaan-pks-ke-heru-budi-jadi-bukti-bahwa-anies-w6lXLvizzt

Menagih (Kembali) Laporan Formula E Jakarta yang Menyumbang Jumlah Penonton Terbanyak

FIA Formula E merilis laporan tentang jumlah penonton Formula E Season 8. Dalam laporan tersebut, jumlah penonton Formula E mengalami peningkatan.

Dalam rilis resminya, FIA Formula E menyatakan bahwa jumlah penonton tahun ini memecahkan rekor tahun sebelumnya. Kombinasi antara konsistensi penjadwalan yang ditingkatkan dan peningkatan cakupan dari balapan yang lebih kompetitif disebut sebagai faktor pendukung meningkatnya jumlah penonton. Balapan di Jakarta disebut sebagai penyumbang penonton terbanyak untuk balapan Formula E tahun ini.

“Balapan Jakarta pada bulan Juni adalah balapan Formula E pertama di Asia sejak 2019 dan balapan domestik yang paling banyak ditonton dalam sejarah 100 balapan kejuaraan (Formula E) dengan jumlah penonton kumulatif 27,6 juta di Indonesia,” tulis detik.com mengutip rilis resmi FIA Formula E.

Kabar ini tentu saja langsung disambut sukacita oleh pendukung Anies Baswedan. Komentar yang mengagungkan Anies dan menyalahkan pihak pengkritik Anies langsung bermunculan. Narasi yang ingin dikembangkan adalah Anies diakui dunia tetapi dijegal di Indonesia. Selain itu, narasi lain yang disisipkan adalah kesuksesan Formula E sengaja dipertanyakan agar tidak menyaingi Moto GP.

Boleh-boleh saja merasa bangga dengan pengakuan pihak Fomula E atas rekor jumlah penonton di Jakarta. Ini juga menguntungkan untuk citra Jakarta dan Indonesia di kalangan pencinta otomotif. Paling tidak Jakarta dan Indonesia dikenal sebagai tempat yang potensial untuk penyelenggaraan olahraga otomotif. Hal ini patut dibanggakan.

Hanya saja, tanda tanya besar juga harus dimunculkan. FIA Formula E bisa merilis laporan dengan cepat. Seri terakhir Formula E diselenggarakan di Seoul pada tanggal 14 Agustus 2022. Bulan Oktober, laporan penyelenggaraan seluruh balapan Formula E 2022 sudah bisa rilis ke publik, meskipun disampaikan bertahap. Mengapa laporan balapan Formula E di Jakarta tidak bisa secepat ini?

Formula E di Jakarta diselenggarakan tanggal 4 Juni 2022. Pada akhir Juni 2022, Anies menjanjikan laporan akan dibuka ke publik. Awalnya perkiraan laporan selesai pertengahan Juli 2022 dan bisa segera diumumkan. Faktanya pada awal bulan September laporan tidak kunjung ada sehingga ditagih oleh berbagai pihak. Meski sudah didesak banyak pihak, laporan Formula E Jakarta belum pernah dirilis ke publik sampai sekarang.

Apakah memang sangat sulit membuat laporan Formula E di Jakarta? Jika memang sulit, mengapa tidak pernah disampaikan kesulitannya ke publik? Jika mudah, mengapa laporannya tidak kunjung selesai? Mengapa penyelesaian laporan tidak menjadi prioritas kerja sehingga bisa segera disampaikan ke publik? Semakin lama selesai kan semakin mencurigakan to?

Selain itu, Formula E ini kan diklaim sukses dan untung besar. Jika memang demikian, mengapa tidak segera dirilis laporannya? Bukankah rilis laporan yang sukses dan untung besar itu bisa jadi amunisi untuk pencitraan? Mengapa tidak segera diumumkan besar-besaran? Bukankah program biasa saja seperti mengganti nama jalan diumumkan dengan heboh?

Bisa saja sih rilis laporan Formula E disimpan hingga akhir masa jabatan sehingga bisa disampaikan dengan fenomenal. Kalau tidak ya berarti memang ada masalah dalam penyusunan laporan balapan Formula E di Jakarta. Masalah yang tidak bisa dibuka terang-terangan karena bisa merusak nama seseorang.

Menagih (Kembali) Laporan Formula E Jakarta yang Menyumbang Jumlah Penonton Terbanyak

Sumber Utama : https://seword.com/umum/menagih-kembali-laporan-formula-e-yang-Ou8fo0zgEQ

Mulut Capres Rasa Gula, Sayangnya Baunya Gak Sedap

Secara normatif, menceritakan kebaikan diri sendiri adalah hal yang berbeda ketimbang jika orang lain yang melakukannya. Perbedaan seperti itu ternyata sudah lumrah dilakukan politisi atau para pejabat publik yang memiliki interes kepada politik. Tampaknya inilah yang sedang dilakukan Anies Baswedan, ketika menguraikan kebanggaannya atas apa yang disebutnya prestasi dirinya semasa menjadi Gubernur Jakarta.

Mungkin cara demikian dia lakukan mengingat mitranya sendiri di legislatif justru mengeluhkan di ranah publik atas pencapaian kepemimpinannya yang tidak optimal, bukankah keluhan DPRD itu berkebalikan dengan pengakuan sang Gubernur?

Article

Lain yang diklaim, lain pula penilaian orang lain, sebagaimana ramai dimention netizen yang beramai-ramai beradu meme tentang sang Gubernur. Mereka ternyata tak kalah kreatif dengan Anies. Mungkin kalau mereka mendapat kesempatan seperti dirinya, mereka pun suka melakukan langkah serupa, ngecap di mana-mana, menggunakan pendekatan seperti mampu menjawab kritikan dengan hasil kerja, namun ketika kerjanya tak berhasil, tinggal menyalahkan alam atau berteori seperti ilmuwan.

Videonya Ade Armando klik disini https://youtu.be/CEn6ahdqiPI

Narasi influenser Ade Armando sepertinya ingin melihat Anies dari cara pandang komedi, pencipta kelucuan. Persoalannya, nasib rakyat bukanlah perkara lucu-lucuan, yang ketika disambut tawa, berarti dia dianggap berhasil. Justru narasi Ade harus disikapi secara parabola, kebalikan hiperbola. Bahkan gambaran yang dikirim Ade lebih mirip dengan ironi seorang intelek, namun teorinya berhenti di tataran pengetahuan, dan gagal dijadikan modal dalam tataran praktis.

Kenapa misalnya tak mencontoh pendahulunya, yang dengan gaya pragmatis dan sederhana, dia mampu mengajak warga berlaku sebagaimana warga yang baik mendukung alam ini agar lebih manusiawi. Namun memang cara itu memerlukan kepedulian tinggi, disamping ketegasan serta hati bersih.

Sangat kita sesalkan jika Anies mengklaim dirinya berhasil mengelola ibukota, namun direspon negatif seakan-akan dia asyik dengan dunianya, kriteria apa yang dipakainya? Dan apa pula yang publik inginkan, sepertinya ada jarak yang sangat lebar antara ekspektasi warga dengan kamampuan sang pemimpin menjalankan tugasnya.

Lalu bagaimana klaim sepihak itu akan dikapitalisasi sebagai bekal mengikuti kontestasi pilpres? Tentu akan timbul pertentangan tajam, khususnya ketika membahas kriteria keberhasilan versi Anies lawan para pengamat beserta warga, yang tidak melihat kriteria itu berdasarkan klaim, melainkan dari aspek kepentingan dan ekspektasi mereka.

Dari pengamatan kita, sepertinya kesabaran Anies memang sangat dalam, termasuk ketika program-program yang dijanjikannya saat kampanye, akhirnya harus dieksekusi pada periode penerusnya. Tentu saja atas nama program berkelanjutan, cara itu cukup logis dipakai sebagai acuan. Namun konsekwensi bagi pejabat berikutnya juga tak sederhana. Kalau dia berhasil, maka Anies akan ikut mendompleng, bahwa program itu berhasil karena dirinya yang memulai. Sementara jika sama mandeknya, Anis pun bisa menyalahkannya, misalnya dengan meggunakan pendekatan teori versi dirinya, meskipun secara logika diyakini programnya memang kurang membumi. Bukankah tipikal program-program yang akan dia tawarkan di tingkat nasional, juga sama kualitasnya dengan ketika dipakai di Jakarta?

Tak perlu jauh-jauh untuk menilai sejauh mana program yang cukup populer itu dieksekusi. Dan sepengetahuan kita, semuanya murni milik Anies, yang tak bisa ditimpakan kepada Ahmad Riza misalnya. Kalaupun harus ada yang lain turut menanggung, paling mentok ya nama Sandiaga Uno ada di sana. Hal yang paling mendasar dari harapan warga pun, terkesan dibuat bias. Ada contoh dari inkonsistensi seorang pejabat publik, ketika dia berjanji tak akan mengijinkan reklamasi pantai utara Jakarta. Faktanya, pantai Ancol dengan ringannya direklamasi, pulau-pulau yang sudah dibangun semasa Ahok, yang menurut Anies tak boleh dilanjutkan, akhirnya diberikan IMB pula.

Kenapa kalau dulu sadar pulau-pulau baru itu tak mungkin digali lagi menjadi laut kembali, tak diangkat menjadi alat kampanye, bahwa dia akan menggagalkan pembangunan di sana. Sekarang setelah dilihatnya di sana memiliki daya tarik tersendiri, akhirnya ditepisnya masa lalu itu. Adakah contoh ini menjadi indikasi bahwa publik tak boleh tergoda dengan kata-kata manis sang petualang?

Jangan-jangan dia memang tipikal politisi sejati yang mengikuti tren, bahwa politik itu selalu berwarna kelabu, taka da hitam murni atau putih murni, dan selalu seperti itu..

Article

 

Mulut Capres Rasa Gula, Sayangnya Baunya Gak Sedap

Sumber Utama : https://seword.com/politik/mulut-capres-rasa-gula-sayangnya-bau-gak-sedap-sqgUqWZTSR

Coba Kalau Gak Nyindir Anies, Mungkin Zulfan Lindan Bakal Aman-Aman Aja

Sepak terjang Zulfan Lindan akhirnya berakhir dalam waktu yang cukup singkat.

Sejak Nasdem mengusung Anies sebagai capres, Zulfan Lindan langsung gerak cepat. Anies dipuji. Nasdem dibela. Bahkan pihak lain pun disentil secara membabi buta.

Memang ada beberapa, bahkan banyak statement yang kacau dan ngawur. Salah satunya yang tidak bisa dilupakan adalah sentilan kepada Jokowi yang tidak mau komentar tentang Nasdem mendeklarasikan Anies sebagai capres, karena masih dalam suasana berduka akibat tragedi Kanjuruhan.

Zulfan Lindan lantas nyinyir, mengatakan Jokowi bilang sedang berduka tapi menghadiri peresmian kawasan industri di Jawa, bersama Ganjar dan menteri lain. Saat itu Jokowi hadir meresmikan pembangunan pabrik pipa terbesar di Asia Tenggara dari Wavin Grup asal Belanda.

Zulfan menilai Jokowi perlu konsisten terkait ucapan dan perbuatan. karena menurut dia, acara NasDem terkait pengumuman capres dan acara yang dihadiri Jokowi dapat dikategorikan sama.

Dari sinilah awal mula Nasdem dikecam habis-habisan. Politikus senior tapi tidak bisa bedakan antara kepentingan partai yang bisa ditunda dengan urusan kenegaraan yang tak mungkin ditunda. Masa peresmian pabrik harus ditunda tahun depan? Sedangkan pendeklarasian Anies bisa menunggu di waktu yang lain.

Berkali-kali, Jokowi sudah didesak untuk mencopot menteri-menteri dari Nasdem karena nyinyiran ini, tapi tetap saja masih dipertahankan.

Selain itu dia juga menduga adanya intervensi terhadap KPK di kasus Formula E. Dia menengarai intervensi itu dilakukan oleh elite-elite di pemerintahan.

Puncaknya adalah ketika Zulfan Lindan melakukan blunder lagi, tapi kali ini tidak bisa dimaafkan oleh Nasdem.

Nasdem menonaktifkan Zulfan Lindan dari kepengurusan DPP Partai Nasdem, melalui surat yang ditandatangani langsung Surya Paloh dan Johnny G Plate (panik juga ya orang ini?).

Zulfan Lindan dinonaktifkan karena pernyataan yang tidak produktif bahkan cenderung menurunkan citra Partai Nasdem. Akibatnya, dia tidak boleh memberikan pernyataan di media massa atas nama Nasdem sampai waktu yang ditetapkan.

Ini terkait dengan ucapannya yaitu Anies sebagai antitesis Presiden Jokowi. Dia mengatakan ada perbedaan jelas antara Jokowi dan Anies.

"Pertama apa, Jokowi ini kita lihat sebagai tesa, tesis, berpikir dan kerja, tesisnya kan begitu Jokowi. Lalu kita mencari antitesa, antitesannya apa? Dari antitesa Jokowi ini yang cocok itu, Anies," kata Zulfan.

Sedangkan seperti Prabowo dan Ganjar hampir sama seperti Jokowi.

"Apa artinya, dia berpikir secara konseptualisasai kemudian itu dirumuskan dalam policy-policy. Nah kita mengharapkan dari dua ini, dari Jokowi ini, dari Anies ini sintesanya akan lebih dahsyat lagi nanti 2029, jadi harus ini karena kalau memang misalnya Ganjar, dari tesa ke tesa, nggak ada antitesa. Prabowo dari tesa ke tesa, nggak ada antitesa. (Puan) Mirip-mirip," katanya.

Nyindir Jokowi, Zulfan Lindan aman. Nyindir Anies, kena masalah, hahaha. Lho, kenapa nyindir Anies?

Ya iya. Coba pikir pakai logika. Tadi dia bilang tesa, tesis, berpikir dan kerja. Sedangkan Anies antitesis, artinya anti berpikir dan kerja? Blunder dong.

Memang benar sih. Anies itu kebalikan dari Jokowi.

Jokowi banyak kerja sedikit bicara, Anies kebanyakan cuap-cuap berlagak pintar tapi kerja amburadul. Jokowi dekat dengan rakyat. Jangan bilang Anies dekat dengan rakyat, wong rakyat aja males dekat dia. Balai Kota saja dia tutup rapat-rapat dari warga yang ingin mengadukan masalah. Jokowi berani bicara mengenai sebuah isu, sedangkan Anies doyan ngumpet dan menyuruh Wagub DKI konferensi pers.

Jadi tidak salah kalau menyebut Anies antitesis Jokowi. Jokowi kinerjanya memuaskan, sedangkan Anies memuaskan hanya bagi pendukungnya doang.

Makanya wajar Nasdem gerah. Masa Anies yang mereka usung, dinarasikan seperti itu. Mungkin maksud Lindan ingin memuji Anies, tapi nyatanya dianggap publik sebagai sindiran. Saat ini banyak meme-meme yang membandingkan Jokowi dan Anies. Anies jadi bulan-bulanan. Akibat dari memuji membabi buta, akhirnya jadi malu sendiri. Gas tanpa pakai rem. Memangnya situ pebalap Fast and Furious?

Bahkan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto pun bingung. Dia menilai kalimat itu dapat menimbulkan persoalan tata pemerintahan dan etika politik.

"Antitesa artinya merupakan kondisi yang samasekali berbeda, yang berlawanan 180 derajat dengan kondisi status quo. Antitesa artinya vis a vis, diametral. Jadi secara sadar NasDem melalui pernyataan Pak Zulfan Lindan menegaskan hal tersebut. Dengan demikian dalam cara berpikir, kebijakan dan skala prioritas NasDem dengan mencalonkan Pak Anies juga menjadi antitesis," kata Hasto.

Bagaimana menurut Anda?

Coba Kalau Gak Nyindir Anies, Mungkin Zulfan Lindan Bakal Aman-Aman Aja

Sumber Utama : https://seword.com/politik/coba-kalau-gak-nyindir-anies-mungkin-zulfan-mn0ozif4xT

Membaca Arah Politik PKS Mencari Posisi Cawapres

Keputusan besar membuat partai ini seolah nekad melakukan manuver politik. Langkah Partai Nasdem yang telah mendeklarasikan bakal calon presiden (capres) 2024 dinilai penuh dengan risiko.

Karena Nasdem masih membutuhkan sedikitnya dua partai politik lainnya agar calon yang telah dideklarasikan menjadi peserta Pilpres 2024.

Normalnya dan seharusnya partai politik baru bicara tiket capres melalui koalisi terlebih dulu seperti yang dilakukan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), dan Koalisi Gerindra-PKB.

Partai pimpinan Paloh ini mempunyai 59 kursi legislatif, sedangkan presidential threshold mensyaratkan 115 kursi atau 20% kursi di DPR. Artinya butuh partai lain. Anggap saja mengarah ke Partai Demokrat yang punya 54 kursi dengan AHY sebagai capres atau cawapres.

Jika dihitung baru 113 kursi, sehingga belum cukup untuk mengusung capres dan cawapres sendiri karena kurang 2 kursi. Apabila Nasdem dan Demokrat berkoalisi, maka masih tetap membutuhkan satu partai untuk melengkapi presidential threshold dan ini mengarah ke PKS untuk melengkapinya.

Lalu PKS mendapat apa kalau capres-cawapresnya Anies-AHY? Pilpres 2024 akan dilaksanakan bersamaan dengan Pileg pada 14 Februari 2024. Hampir semua pengamat setuju bahwa faktor efek ekor jas (coattail effect) capres/cawapres akan dominan memengaruhi perolehan kursi di Pileg.

Nasib terburuk, bisa saja PKS tidak lolos di parliamentary threshold 4% karena tidak mengusung kadernya di capres/cawapres 2024. Kemungkinan ini tentu saja ada dalam pertimbangan politik PKS.

Sehingga jika akan super ngotot agar kadernya ada yang maju sebagai Cawapres. Jika tidak tidak ada, maka PKS harus mendapat sesuatu sebagai kompensasi.

Kemungkinan lain, PKS akan mencari koalisi yang memungkinkan kadernya menjadi capres/cawapres. Peluang ini mengarah gabung dengan KIB dengan kalkulasi Golkar 85 kursi, PAN 44 kursi, PPP 19 kursi dan PKS 50 kursi, sehingga total 198 kursi.

Jika PKS tergabung dengan KIB, bisa jadi capresnya adalah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Presiden PKS Ahmad Syaikhu sebagai cawapresnya. Dari peta tersebut, dinamika konfigurasi politik bisa mengarah ke 3 poros, yakni, poros PDIP dengan 128 kursi, poros Gerindra dan PKB (78 kursi + 58 kursi = 136 kursi).

Selanjutnya poros KIB Golkar 85 kursi, PKS 50 kursi, PAN 44 kursi, PPP 19 kursi sehingga total 198 kursi. Dengan demikian Nasdem dan Demokrat berpotensi jadi penonton di Pilpres 2024.

Semua kemungkinan politik bisa saja terjadi. Nasdem dan Demokrat tentu saja tidak ingin hanya jadi penonton saja. Nekadnya Nasdem deklarasi Anies jadi Capres pun sebagai salah satu usaha agar partai ini mampu jadi penyokong utama Capres dan cawapres di Pilpres 2024 nanti.

Membaca Arah Politik PKS Mencari Posisi Cawapres

Sumber Utama : https://seword.com/politik/membaca-arah-politik-pks-mencari-posisi-cawapres-bE4wB9Vfnd

Gerindra Siap Koalisi dengan PKS (Lagi) dan Demokrat. Menuju Prabowo-Anies?

Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengungkapkan bahwa partainya masih terbuka untuk bekerja sama dengan partai politik lain termasuk dengan yang di luar pemerintahan.

https://nasional.kompas.com/read/2022/10/14/08490391/gerindra-buka-sinyal-koalisi-dengan-partai-luar-pemerintah-demokrat-silakan

Secara umum, hal ini menunjukkan bahwa kondisi perpolitikan Indonesia masih begitu cair. Bahkan bagi partai politik yang sudah membentuk koalisi, ataupun yang sudah menentukan calon presiden yang akan mereka usung sekalipun. Masih sangat dinamis.

Bagi Gerindra sendiri, pernyataan tersebut sebenarnya juga menunjukkan betapa sulitnya posisi Prabowo Subianto saat ini. Keputusannya untuk menyeberang pasca kekalahan berulangnya di 2019 lalu, akibatnya baru terasakan kini.

Begini, ketika ingin menempatkan diri sebagai penerus pemerintahan saat ini, yang artinya harus bekerjasama dengan PDIP, Prabowo jelas tidak akan pernah bisa menemukan posisinya yang paling tepat. Menjadi wakil dari calon presiden milik PDIP atau menjadi capres berpasangan dengan cawapres dari partai banteng moncong putih itu akan sama saja beratnya.

Sementara untuk kembali menjadi penantang PDIP juga tidak kalah sulitnya. Para pemilihnya dulu mungkin belum lupa atas kekecewaan akibat keputusan Prabowo di 2019 itu. Prabowo jadi berat.

Namun pilihan terakhir ini agak lebih memungkinkan. Ada hal yang mendukung asumsi ini. Adalah dengan menggandeng Anies Baswedan.

Betul, nama Anies Baswedan ditengarai akan mampu menarik kembali simpatisan Prabowo yang sempat kecewa dulu itu. Sepeninggal Prabowo, Anies Baswedan memang ditempatkan sedemikian rupa oleh para pendukungnya layaknya sebagai sosok simbol perlawanan terhadap Pak Jokowi dan pemerintahannya. Jadi, Anies akan sangat pas bila dijadikan magnet pemikat baru bagi Prabowo.

Nah, faktor itu pulalah agaknya yang membuat Gerinda masih sangat terbuka komunikasinya dengan partai politik manapun, termasuk dengan yang saat ini beroposisi. Gerindra tentu memandang dengan serius opsi ini.

Tapi bukankah Anies 'milik' Partai NasDem? Bukankah partai besutan Surya Paloh ini sudah mendeklarasikan akan mengusung Anies sebagai calon presidennya?

Hitung-hitungannya begini. Ketika Gerindra berhasil memikat Demokrat dan PKS, bukankah itu artinya dukungan NasDem terhadap Anies itu hanya akan jadi pepesan kosong? Akhirnya mau tak mau NasDem harus mengalah, mau bergabung dan rela Anies hanya jadi cawapres.

KIB bagaimana?

Naga-naganya PPP dan PAN lebih condong ke Anies. Jadi seumpama keduanya kemudian harus bekerjasama dengan Prabowopun bukan satu masalah.

Pada kemungkinan akhirnya, koalisi Gerindra-NasDem-Demokrat-PKS-PPP-PAN terbentuk. Pasangan Prabowo-Anies akan menjadi pasangan yang patut diperhitungkan.

PDI-P dan pendukung Presiden Jokowi patut untuk waspada!

Gerindra Siap Koalisi dengan PKS (Lagi) dan Demokrat.  Menuju Prabowo-Anies?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/gerindra-siap-koalisi-dengan-pks-lagi-dan-jkoPiGdTY0

Biakto: PDIP Campakkan Atau Kerek Ganjar Pranowo?

Surabaya, ARRAHMAHNEWS.COMPegiat media sosial (medsos) akun Facebook Biakto Biakto menjelaskan apakah PDIP melentingkan GP atau mencampakkannya?.

Menurut Biakto, perasaan kita diaduk oleh PDIP karena masih terkesan mau mencampakkan Ganjar Pranowo (GP) yang rating awalnya sampai sekarang sebagai capres tetap tinggi vs Puan. Malah Minggu lalu sudah bertengger diatas melampaui PS dan AB.

Ganjar Pranowo (GP), (Prabowo Subianto) PS dan Anies Baswedan (AB) selalu tiga teratas, sementara Puan tetap gak bisa di kerek.

Okt 15, 2022

Foto Puan dan Ganjar Pranowo

Apakah ini mainan test ombak, test angin terserahlah, tapi memilih kepala negara bukan masalah keturunan siapa, tapi lebih kepada bisa kerja dan memegang amanah, bukan nyampah seperti tetangga sebelah.

Sebagai putri Megawati dan cucu Soekarno kita sayang Puan. Tapi kalau maksa jadi kepala negara ya sangat di sayangkan karena kapasitasnya gak pas, prestasinya pas-pas an. Jadi janganlah negara dengan penduduk 280 juta mau dijadikan ajang coba-coba, besar resikonya.

Pemikiran lain saya dari kondisi yang membuat kita berspekulasi adalah bahwa ini adalah mainan cantik PDIP dalam menaikkan rating GP.

Indonesia ini kan negara dengan gaya politik yang suka mempolarisasi. Islam non Islam, agama vs nasionalis. Kalau itu yang mau dijadikan siapa yang lebih disukai ya pastilah  nasionalis yang digemari.

Negara dengan mayoritas islam ini tak suka-suka amat dengan agama. Karena yang merasa beragama kelakuannya banyak seperti buaya, makan bangke tak tau rasa.

Cuma setelan saja di padu padankan dengan surga yang mereka khayalkan, padahal berdoapun mereka penuh dengan ke pura-pura an.

Jadi kalau Puan memang di jadikan  pegas MELENTINGKAN GP maka kita harus angkat jempol.

Ini momentum yang harus diambil agar oposisi kecela. Karena mereka telah mencoba merasuki pikiran Megawati agar tetap mendorong Puan, bahkan mungkin saja orang dalam sudah terasuki karena di infiltrasi untuk terus membisiki Megawati bahwa sang putri layak naik kursi RI 1.

PDIP partai pemenang pemilu ini pasti menjadi incaran untuk di belah. Karena bila mereka pecah gampang dilemahkan, termasuk terus mendorong Puan. Tapi oposisi salah ngimpi, mereka mendorong Puan, suara GP melejit.

Saat itulah Megawati mengumumkan GP capres PDIP didampingi Puan, saat itu pulalah oposisi bak makan nasi basi. Dikunyah baunya anyir, ditelan perutnya melintir. Maka saat itulah PDIP makin digdaya, RI makin jaya. Semoga saja, Megawati tak menjadi kuda tuli. (ARN)

Sumber Utama : https://arrahmahnews.com/2022/09/24/biakto-pdip-campakkan-atau-kerek-ganjar-pranowo/

Kapolri Beberkan Kronologi Penangkapan Teddy Minahasa

Jakarta, ARRAHMAHNEWS.COMKapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo membeberkan kronologi penangkapan Irjen Teddy Minahasa bermula dari kasus jaringan Peredaran narkoba. Kapolda Sumatra Barat ditangkap dari pengembanagan kasus.

Teddy Minahasa telah ditetapkan sebagai Kapolda Jatim berdasarkan Surat Telegram Kapolri Nomor: ST/2134 IX/KEP/2022. Posisi Kapolda Jatim itu sebelumnya diduduki Irjen Nico Afinta.

Listyo juga memastikan pihaknya akan segera menerbitkan telegram baru terkait pembatalan jabatan Teddy sebagai Kapolda Jawa Timur.

Okt 15, 2022

Konpers Kapolri

Kapolda Sumbar yang sedang proses mutasi ke Kapolda Jatim, Irjen Teddy Minahasa ditangkap Divisi Propam Polri terkait kasus narkoba. Kapolri Jenderal Sigit Prabowo akan menjelaskan penangkapan itu secara resmi.

“Sore setelah dari Istana saya akan release resmi,” kata Sigit kepada detikcom, Jumat (14/10/2022).

Diketahui, Kapolri dan jajaran pejabat hingga Kapolres se-Indonesia sedang bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana hari ini.

Sebelumnya, Irjen Teddy dikabarkan ditangkap Propam Polri. Penangkapan diduga terkait kasus narkoba.

Kabar penangkapan Teddy ramai didengar anggota Komisi III DPR. Wakil Ketua Komisi III DPR Sahroni dan Anggota Komisi III DPR Habiburokhman sudah mendengar kabar soal penangkapan Teddy.

“Sementara diduga benar. Kalau nggak salah narkoba” kata Sahroni saat dikonfirmasi, Jumat (14/10).

Akun Facebook Kardono Ano Setyorakhmadi menjelaskan bahwa belum sempat menjabat sebagai Kapolda Jatim, Irjen Pol Teddy Minahasa harus merasakan pengapnya tahanan. tak tanggung-tanggung, Kapolda Sumbar itu menjadi ujung dari sindikat peredaran narkoba, yang melibatkan perwira polisi lain di Jakarta. BB-nya konon 10 kg sabu-sabu.

Penangkapan bermula ketika seorang pemakai ditangkap, kemudian dikembangkan. Ternyata mengarah ke sejumlah polisi. Propam turun tangan dan kemudian membekuk. Ada anggota, ada perwira, termasuk Kapolsek Kalibaru. tersebar antara jajaran Polrestro Jakbar dan Polrestro Jakpus.

Dikembangkan lagi, mengarah ke seorang bandar. Dari bandar itu ternyata barang berasal dari Irjen Teddy Minahasa, Kapolda Sumbar yang jadi calon Kapolda Jatim. Habis sudah karir mantan Koorspri Jusuf Kalla tersebut. Mutasi nya pun dicabut karena dia belum serah terima.

Meski banyak yang melihat bahwa saat ini polisi sudah bobrok, tapi saya melihatnya ini keberanian untuk melakukan bersih-bersih. Apalagi Teddy Minahasa ini kategorinya juga bukan sembarang jenderal. Dia pasti PTDH dan diteruskan ke pidana.

Apapun, sepanjang 2022 ini, Polri mungkin menjadi institusi yang paling banyak mencetak headline. ”Ikan busuk dimulai dari kepalanya, maka harus lamgsung dipotong” tampaknya sudah berlaku di polisi. Semoga instansi lain berani menyusul. (ARN)

Sumber Utama : https://arrahmahnews.com/2022/10/14/kapolri-beberkan-kronologi-penangkapan-teddy-minahasa/

Niluh Djelantik, Bali’s People Ambassador

Bali, ARRAHMAHNEWS.COMNiluh Djelantik, Bali’s People Ambassador. Menempatkan posisi rakyat Bali sejajar dan dihormati di skala nasional, baik melalui sektor komersial maupun birokrasi.

Satu tujuan dengan dua cara. Menjadi representasi atau ambassador dari karya-karya indah buatan Bali disaat sama meletakkan kepentingan rakyat, memperjuangkan hak mereka untuk didengar hingga ke tingkat pusat.

Pertemuan Niluh Djelantik selama dua jam dengan Menteri Tenaga Kerja (Menaker) RI, Ibu Ida Fauziyah menyampaikan persiapan langkah advokasi dari 300 lebih pekerja migran (PMI) asal Bali yang menjadi korban penipuan perusahaan perekrut tenaga kerja dengan kerugian mencapai milyaran rupiah. Salah satu dari pelaku adalah WNA Filipina.

Pertemuan berjalan dengan hangat dan kekeluargaan. Ibu Menteri menerima masukan dari Niluh Djelantik dan dengan gerak cepat menginstruksikan Dirjen dan Direktur Kemenaker menindaklanjuti.

Atas waktu dan wejangan yang telah diberikan, atas nama rakyat Bali, kuucapkan banyak terimakasih Ibu Ida Fauziyah.

Mohon doa kesayangan agar para korban mendapatkan keadilan, segera setelah tiba di Bali, kami akan berkoordinasi untuk langkah selanjutnya, disaat sama Mbok Niluh Djelantik akan melakukan pendampingan dari bidang usaha/potensi pemasukan baru sebagai pijakan hidup mereka selanjutnya. Salam sayang, Niluh Djelantik. (ARN)

Sumber Utama : https://arrahmahnews.com/2022/09/22/niluh-djelantik-balis-people-ambassador/

Viral, Anggota DPRD Buton dari PKS Bawa Lari Istri Orang

Buton, ARRAHMAHNEWS.COMSebuah video yang diunggah di media sosial, viral dan jadi perbincangan hangat warga di Kepulauan Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Dalam video yang berdurasi singkat itu, seorang anggota DPRD Kabupaten Buton dari partai Keadilan Sejahtera (PKS) inisal LS, kedapatan berdua dan diduga berselingkuh dengan seorang wanita yang tak lain sudah bersuami di dalam mobil.

Mirisnya, wanita inisial H yang ada dalam video tersebut, dipergoki oleh seorang pria, yang merupakan suami sahnya.

Aksi pemergokan itu, sengaja disiarkan secara langsung. Sontak, beragam tanggapan miring pun memenuhi memenuhi medsos.

Tidak sampai disitu, dugaan perselingkuhan anggota DPRD tersebut, langsung diadukan ke Polsek Lasalimu.

Kapolsek Lasalimu, Iptu Anwar ditemui di Polsek Lasalimu, Kamis (13/10/2022) membenarkan adanya aduan tersebut.

Namun demikian, aduan tersebut masih harus dilakukan pendalaman serta upaya penyelidik lebih lanjut.

“Baru sebatas aduan, kita masih perlu pendalaman. LS dan H dipergoki berdua dalam mobil,” kata Anwar singkat.

Keduanya digerebek di dalam mobil yang terparkir di Pelabuhan Fery jalur Kamaru (Buton)-Wangiwangi (Wakatobi).

Dalam video itu, terdengar suara seorang pria berinisial A memergoki LS dan wanita berinisial U di sebuah mobil. Pria berinisial A merupakan suami dari U.

Dalam video A kemudian memaksa wanita dalam mobil segera keluar dan menyebutkan anggota dewan itu selingkuh.

“Anggota dewan ini dia selingkuh,” ujar A, dalam rekaman video, dikutip Kamis 13 Oktober 2022.

Ketika pintu mobil dibuka di jok depan terlihat seorang wanita mengenakan baju merah jambu duduk di samping anggota dewan LS.

“Ternyata betul to, ko berselingkuh dengan anggota dewan,” kata A pada istrinya U.

“Ko turun ko turun,” perintahnya.

Si wanita tersebut seakan tak menerima pernyataan dari suaminya tersebut.

“Bukan begitu,” kata si wanita.

Tak peduli, A akhirnya mengungkapkan bahwa keduanya sudah terbukti karena telah berada dalam satu mobil yang sama.

“Sudah terbukti ko orang berdua,” ucapnya.

A menuding anggota dewan LS tersebut telah membawa lari istri orang selama tiga hari di Wanci, Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi.

“Bawa lari istrinya orang tiga hari di Wanci,” ujarnya.

Sementara, Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Muhammad Alam membenarkan video tersebut. Kata dia, LS adalah kadernya yang sempat digadang-gadang sebagai bakal calon Bupati Buton potensial dari PKS.

Alam mengaku, telah mengklarifikasi langsung dari LS terkait isu perselingkuhan seperti narasi dalam video tersebut.

“Saat ini kami masih berdiskusi dengan teman-teman di DPD (PDS Buton) untuk memanggil yang bersangkutan. Akan dipanggil di sekretariat DPD PKS Buton,” ujarnya.

Pihaknya, tambah Alam, telah membicarakan sanksi hukum dan sanksi dari DPD PKS sesuai mekanisme jika LS terbukti bersalah. (ARN)

Sumber Utama : https://arrahmahnews.com/2022/10/14/viral-anggota-dprd-buton-dari-pks-bawa-lari-istri-orang/

Dahono: Rakyat Dukung Hapus Dana Pensiun Anggota DPR MPR

Jakarta, ARRAHMAHNEWS.COMPegiat medsos Dahono Prasetyo dalam akun Facbooknya menjelaskan tentang wacana penghapusan anggaran pensiun anggota DPR MPR yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani sedikit banyak mendapat apresiasi dari masyarakat.

Anggota dewan yang merupakan wakil rakyat sudah saatnya tidak lagi bergantung kepada rakyat dalam urusan masa depannya.

Dana pensiun mereka yang jumlahnya anggarannya bisa milyaran rupiah asalnya dari uang rakyat juga. Sementara mereka menjadi anggota Dewan boleh dikata sudah memiliki kekayaan cukup untuk hidup senang 3 turunan. Uang pensiun dalam ukuran mereka hanya recehan belaka dibanding pendapatan mereka hasil kolusi menjadi anggota dewan.

Fenomena wakil rakyat dari dulu hingga kini tidak pernah lepas dari urusan oligarki. Ujungnya urusan perut anggota oligarki juga. Belum ada dalam sejarahnya anggota DPR MPR berlatar belakang rakyat jelata dengan penghasilan standar UMR. Mereka sudah kaya raya sejak niat menjadi anggota dewan masih dalam fikiran. Membeli kursi jabatan di parlemen bukan sesuatu yang murah, itu investasi juga kan?.

Okt 15, 2022

Ilustrasi

Dana pensiun pada akhirnya menjadi tidak berarti dimata mereka yang sudah terbiasa dengan dana siluman. Ini bukan stigmatisasi negatif bagi anggota dewan dan majelis yang terhormat, tapi begitulah rahasia umum yang terjadi.

Jika sudah tidak berarti memang sewajarnya dihapuskan bukan dalam rangka negara tidak mampu membayar. Tetapi akan lebih bermanfaat ketika disalurkan untuk pos subsidi lain, misalnya subsidi minyak goreng untuk UMKM dan pupuk bagi petani.

Jika anggota DPR MPR yang dihapus dana pensiunnya ingin dianggap berjasa bisa saja. Idenya sederhana: Dalam kemasan botol minya goreng bersubsidi sertakan tulisan “Minyak ini hasil keikhlasan pensiunan anggota DPR”. Bisa juga di karung pupuk subsidi dituliskan “Hibah dana pensiun anggota MPR untuk Petani”.

Tanpa harus di-viralkan, niscaya jutaan warga penerima minyak goreng dan pupuk akan mendoakan para mantan itu bahagia di hari tua dan semoga saat wafat masuk surga.

Gitu aja kali?. (ARN)

Sumber Utama : https://arrahmahnews.com/2022/09/08/dahono-rakyat-dukung-hapus-dana-pensiun-anggota-dpr-mpr/

Kebohongan

https://web.facebook.com/DinaY.Sulaeman/videos/675797677210974

Media massa korporasi (jaringan media mainstream) terbukti menyebarkan kebohongan soal Irak (ingat kasus “Nayirah” di Perang Teluk I, lalu kisah “senjata pembunuh massal” di Perang Teluk II) dan soal Suriah (baca buku saya Prahara Suriah dan Salju di Aleppo)

Juga, soal c*vid. Baru-baru ini, dalam sebuah dengar pendapat soal C*vid di Parlemen Uni Eropa, anggota parlemen Belanda Rob Roos, menanyai seorang eksekutif senior Pfizer, Janine Small.

“Apakah vaksin Pfizer Covid diuji dulu, apa benar bisa menghentikan penularan virus, sebelum vaksin itu dilepas/dijual ke pasar? Jika tidak, tolong katakan dengan jelas. Jika ya, apakah Anda bersedia berbagi data dengan kami? Saya benar-benar menginginkan jawaban langsung, ya atau tidak,” kata Bob Roos.

Janine Small, pejabat di Pfizer, menjawab:

“Mengenai pertanyaan seputar, mmm…, apakah kita tahu tentang menghentikan imunisasi [seharusnya: tranmisi] sebelum masuk ke pasar? Tidak, heh… [sedikit tertawa]

“Eh, ini, mmm…, Anda tahu, kami harus benar-benar bergerak dengan kecepatan sains untuk benar-benar memahami apa yang terjadi di pasar, dan dari sudut pandang itu kami harus melakukan segala risiko. Saya pikir Dr Bourla [CEO Pfizer], meskipun dia tidak ada di sini, akan berbalik dan berkata kepada Anda, ‘Jika bukan kami, lalu siapa?’”

Bob Roos di akun twitternya mengatakan, “Selama ini pejabat Belanda menyatakan bahwa kalau kita tidak div*ksin, kita ‘anti sosial’.. kita wajib div*ksin demi melindungi orang lain.. padahal ternyata Pfizer sendiri tidak menguji dulu apa benar v*ksin buatannya bisa mencegah penularan v*rus. Fakta ini, membuat hilangnya semua landasan hukum untuk pemberlakuan “paspor c*vid”

[maksudnya: selama ini, orang kan harus punya sertifikat v*ksin saat bepergian dengan alasan supaya orang yang bepergian ini tidak menularkan v*rus kepada yang lain. Kalau ga punya sertif, dilarang naik pesawat, kereta, dll. Eh.. ternyata Pfizer tidak melakukan tes, apa benar vaksin bisa mencegah transmisi. Ini hanya sebatas klaim yang disebarluaskan secara masif, melalui media.]

Selama ini, pertanyaan kritis soal c*vid dan v*ksin selalu dibungkam oleh f*ck checker. Ada f*ck checker internasional, ada juga yang lokalan. Yang lokalan ini keliatannya lebih ngawur lagi, seenaknya saja melabeli hoax pada postingan orang, mungkin karena kejar target.

Dan ternyata, urusan f*ck checker bukan urusan recehan, ini melibatkan uang jutaan USD. Propaganda mahal dan teroganisir dengan canggih ini persis seperti kasus Suriah (baca buku saya).

Anehnya, setelah semua kebohongan yang cepat atau lambat terbukti ini, mengapa sih banyak orang yang selalu saja dengan gampang menerima mentah-mentah info dari media mainstream (dan media lokal yang bermodal copas-terjemah dari media mainstream) tentang berbagai isu lainnya? Soal perang Rusia-Ukraina, misalnya. Atau soal Mahsa Amini – Iran?

Sudah dibohongi berkali-kali kok ya ga waspada juga. Atau, mungkin mereka-mereka ini memang ga nyadar aja? Punya smartphone, tp ga smart mengelola info.

——

[1] Videonya Bob Roos: https://twitter.com/Rob_Roos/status/1579759795225198593 ]

[2] Transkrip pernyataan Janine Small https://www.news.com.au/…/f307f28f794e173ac017a62784fec414

[3] sumber video bersubtitle yang saya upload ini : https://www.facebook.com/watch/?v=387547949036501

Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2022/10/14/kebohongan/#more-8394

Menguatnya Isu "Perang Bintang" dalam Tubuh Polri

Kamis, 25 Agustus 2022 08:30 Reporter : Ahda Bayhaqi

Merdeka.com - Polemik Konsorsium 303 atau mafia perjudian berembus kencang di tengah pengusutan kasus penembakan Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat. Beredar diagram yang menyeret Irjen Ferdy Sambo serta Kabareskrim Komjen Agus Andrianto dalam kasus perjudian online.

Simpang siur informasi Konsorsium 303 ini menjadi perhatian komisi hukum DPR RI. Wakil Ketua Komisi III DPR RI Desmond J Mahesa melihat seperti ada perang antarjenderal yang namanya disebut dalam diagram Konsorsium 303. Desmond mendesak Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk mengusut informasi tersebut.

"Itu merusak citra Polri, kalau enggak terjawab dengan baik. Bias ini muncul diagram yang seolah-olah membalas, ini ada kaya perang di Polri, ini dipertanyakan," ujar Desmond ketika rapat kerja dengan Kapolri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (24/8).

Munculnya diagram itu diduga merupakan upaya memecah belah Polri di tengah pengusutan kasus penembakan Brigadir J yang melibatkan Irjen Ferdy Sambo.

Arteria: Ada Agenda Pecah Belah Kabareskrim dengan Ferdy Sambo

Anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan mengendus upaya memecah belah antara Kabareskrim Komjen Agus Andrianto dan Irjen Ferdy Sambo. Ferdy Sambo merupakan tersangka pembunuhan berencana terhadap Brigadir J.

"Seperti ada agenda memecah Kabareskrim dengan Sambo," ujar Arteria.

Menurut Arteria ada upaya yang terstruktur, sistematis dan masif untuk memecah fokus Polri mengusut kematian Brigadir J. Dengan cara adu domba internal Polri, bahkan sampai membuat isu Kapolri dinonaktifkan.

Arteria pun mengusulkan Kabareskrim untuk menugaskan cyber crime untuk mengusut tersebarnya informasi mengenai Konsorsium 303. "Kalau kita lihat iramanya itu, bapak mainkan itu panggil tim media bapak ini gerakannya terstruktur sistematis dan masif tapi Polri diam. Pak Agus pakai siber crime, mainkan. Halal itu Mas," kata Arteria. 

Kapolri Usut Konsorsium 303

Sementara Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengaku telah memerintahkan Divisi Propam untuk mengusut Konsorsium 303.

"Terkait masalah konsorsium, kami sedang melakukan pendalaman, Propam juga sedang melakukan pendalaman," ujar Sigit.

Terkait masalah judi online yang menjadi sorotan, Kapolri tidak akan memberikan toleransi. Anggotanya yang terlibat terancam dipecat. 

 

DPR rapat dengan Kapolri terkait pembunuhan Brigadir J. ©Liputan6.com/Angga Yuniar

Sumber Utama : https://www.merdeka.com/peristiwa/menguatnya-isu-perang-bintang-dalam-tubuh-polri.html

Irjen Teddy Minahasa Korban Perang Bintang di Kepolisian?
Jagat Twitter pada Jumat (14/10/2022) siang, sontak dipenuhi hashtag perang bintang setelah beredar kabar penangkapan Irjen Pol Teddy Minahasa, Kapolda Sumatera Barat yang sudah ditunjuk menjadi Kapolda Jawa Timur menggantikan Irjen Nico Afinta.

Istilah perang bintang mencuat karena sebelumnya ada rumor Konsorsium 303 judi online ketika mantan Kadiv Propam Ferdy Sambo ditetapkan tersangka pembunuhan Brigadir Noprianyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J.

Teddy diketahui bergerak cepat dengan melakukan penggrebekan terhadap sejumlah tempat perjudian. Sedikitnya 124 kasus judi online diungkap dengan jumlah tersangka 226 orang. Tidak hanya itu, Teddy juga memimpin pengungkapan dan penangkapan bandar narkoba jenis sabu-sabu dengan barang bukti 41,4 kilogram.

Saat menggelar jumpa pers di Bukit Tinggi, 21 Mei 2022, Teddy mengatakan pengungkapan kasus narkoba dengan barang bukti sebanyak itu merupakan sejarah bagi Polda Sumbar.

Sebelumnya, barang bukti terbesar yakni seberat 7 kilogram.didapat saat pengungkapan kasus sabu-sabu di Payakumbuh.

Penangkapan Teddy pun dikaitkan dengan aksi balas dendam kaki tangan Sambo. Terlebih nama Irjen Nico masuk dalam skema atau bagan Kaisar Sambo yang sempat beredar luas namun belum dapat dikonfirmasi kebenarannya.

Dalam bagan itu Nico Afinta disebut turut menghilangkan barang bukti kasus perjudian selama Ferdy Sambo menjadi Kadiv Propam dan kepala Satgassus. Irjen Nico telah membantah isu miring tersebut.

Pencopotannya dari kursi Kapolda Jawa Timur karena dianggap turut bertanggung jawab atas terjadinya tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 132 Aremania usai laga Arema FC kontra Persebaya, 1 Oktober 2022 lalu. Bukan kasus Konsorsium 303.

Hal lain yang dijadikan penguat asumsi penangkapan Teddy bagian dari perang bintang, karena kasusnya berawal dari Polda Metro Jaya. Padahal sebagian netizen mengelompokkan Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran dalam lingkar Sambo setelah beredarnya video Fadil mendatangi dan memeluk Sambo saat masih berkantor di Divisi Propam. 

Penyuka teori konspirasi semakin gayeng karena Teddy tidak dibekuk dari operasi tangkap tangan atau razia, melainkan hasil pengembangan yang dilakukan Polda Metro Jaya.

Jual Barang Bukti

Dalam jumpa pers yang digelar Jumat sore, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo membenarkan penangkap Teddy hasil pengembangan yang dilakukan Polda Metro Jaya. Kapolri menerangkan, awalnya Polda Metro Jaya menggelar operasi pengungkapan peredaran gelap narkoba. Anggota Polda Metro Jaya kemudian berhasil mengamankan 3 bandar narkoba.

Setelah itu dilakukan pengembangan dan ternyata mengarah kepada anggota polisi berpangkat bripka dan kompol yang menjabat kapolsek.

Setelah mendapat laporan, Kapolri mengaku memerintahkan agar kasus itu terus dikembangkan hingga akhirnya mengarah kepada pengedar lain serta mantan Kapolres Bukti Tinggi berpangkat AKBP dan berujung kepada Irjen Teddy Minahasa.

Kapolri kemudian meminta Kafiv Propam menjemput Teddy Minahasa. Setelah itu dilakukan gelar perkara didapati adanya dugaan pelanggaran etik dan pidana yang dilakukan Teddy Minahasa sehingga langsung ditempatkan di tempat khusus.

Selain pencabutan telegram pengangkatannya sebagai Kapolda Jawa Timur, Teddy juga dimutasi ke bagian Yanma Mabes Polri sambil menunggu sidang etik. Sementara terkait pidananya ditangani Polda Metro Jaya.

Kapolri menegaskan, ancaman hukuman terhadap Irjen Teddy adalah pemberhentian dengan tidak hormat (PTDH) dan pidana mati atau seumur hidup .

Kapolri menyebut tindakannya merupakan komitmen untuk menuntaskan kasus narkoba dan perjudian online. Kapolri menerangkan, awalnya Polda Metro Jaya menggelar operasi pengungkapan peredaran gelap narkoba. Anggota Polda Metro Jaya kemudian berhasil mengamankan 3 bandar narkoba.

Setelah itu dilakukan pengembangan dan ternyata mengarah kepada anggota polisi berpangkat bripka dan kompol yang menjabat kapolsek.

Setelah mendapat laporan, Kapolri mengaku memerintahkan agar kasus itu terus dikembangkan hingga akhirnya mengarah kepada pengedar lain serta mantan Kapolres Bukti Tinggi berpangkat AKBP dan berujung kepada Irjen Teddy Minahasa.

Kapolri kemudian meminta Kafiv Propam menjemput Teddy Minahasa. Setelah itu dilakukan gelar perkara didapati adanya dugaan pelanggaran etik dan pidana yang dilakukan Teddy Minahasa sehingga langsung ditempatkan di tempat khusus.

Selain pencabutan telegram pengangkatannya sebagai Kapolda Jawa Timur, Teddy juga dimutasi ke bagian Yanma Mabes Polri sambil menunggu sidang etik. Sementara terkait pidananya ditangani Polda Metro Jaya.

Kapolri menegaskan, ancaman hukuman terhadap Irjen Teddy adalah pemberhentian dengan tidak hormat (PTDH) dan pidana mati atau seumur hidup .

Kapolri menyebut tindakannya merupakan komitmen untuk menuntaskan kasus narkoba dan perjudian online. Dari sumber lain diperoleh keterangan Teddy diduga menjual barang bukti sabu-sabu dan mendapat keuntungan sebesar Rp 300 juta per kilo. Teddy disebut telah menjual 5 kilo. Untuk mengelabui, setiap sabu-sabu yang berhasil dijual diganti dengan tawas.

Bagaimana, apakah masih percaya ada perang bintang di kepolisian?

Terlepas dari ada tidaknya perang bintang, penangkapan Teddy jelas semakin menurunkan marwah dan citra kepolisian.

Kasus Teddy Menahasa seolah melengkapi serangkaian kasus besar yang terjadi sebelumnya mulai dari Sambo yang menyeret puluhan perwira tinggi dan menengah, hingga tragedi Kanjuruhan.
Sebab berdasar temuan sementara Komnas HAM dan hasil investigasi Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), kematian massal dalam tragedi Kanjuruhan dipicu oleh tembakan gas air mata yang dilepas anggota kepolisian di dalam stadion.

Kita berharap kasus-kasus itu bukan hanya dituntaskan, namun juga dijadikan trigger untuk mereformasi kepolisian.  Terlebih seluruh pejabat kepolisian telah mendapat pengarahan langsung dari Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka.  

Jangan sampai arahan dan perintah Presiden berlalu begitu saja. Kembalilah kepada jati diri sebagai pengayom dan pelindung masyarakat. Presisi penting, tetapi jauh lebih penting menjadi polisi yang baik, humanis, sederhana, adil dalam penegakan hukum dan menjauh dari gelanggang politik.

Salam @yb

Sumber Utama : https://www.kompasiana.com/yonbayu/634997e508a8b562da406232/irjen-teddy-minahasa-korban-perang-bintang-di-kepolisian

Mabes Polri bak Kurukshetra, 'Gugurnya' Jenderal Ferdy Sambo Awali Perang Bintang, Rocky Gerung: Bharatayuddha

- 22 Agustus 2022, 15:06 WIB
Mabes Polri bak Kurukshetra, 'Gugurnya' Jenderal Ferdy Sambo Awali Perang Bintang, Rocky Gerung: Bharatayuddha
Mabes Polri bak Kurukshetra, 'Gugurnya' Jenderal Ferdy Sambo Awali Perang Bintang, Rocky Gerung: Bharatayuddha /foto Pikiran Rakyat/edit Teras Gorontalo

TERAS GORONTALO - Kini Mabes Polri bak Kurukshetra buntut kasus pembunuhan Brigadir J.

Sebagaimana diketahui, kasus Brigadir J kini berbuntut panjang setelah sang jenderal dua bintang Ferdy Sambo telah ditetapkan sebagai tersangka.

Buntut dari kasus Brigadir J, nampaknya institusi Polri sementara bergoyang setelah Ferdy Sambo tersangka.

Bahkan kini pihak polri tengah mengembalikan kepercayaan publik semenjak kasus Brigadir J ini bergulir.

Mabes Polri bak Kurukshetra, dalam cerita wayang, Kurusetra merupakan tempat pertempuran antarsaudara sepupu yakni, antara Pandawa dan Kurawa.

Mabes Polri bak Kurukshetra sempat diungkapkan oleh Rocky Gerung.

Dikutip dari chanel YouTube Rocky Gerung Official, Rocky Gerung menilai buntut dari kasus Brigadir J ini masih ada kelanjutan dari peperangan antara para bintang di Mabes Polri.

Bahkan menurutnya, kasus Brigadir J ini nampak seperti perang Bharatayuddha. Di mana ada yang menjadi Pandawa juga Kurawa.

Menurutnya sangat sulit untuk memisahkan yang mana Pandawa dan Kurawa. Sebab ada yang saling menganggap Pandawa dan begitupun Kurawa.

Hingga menurutnya perang Mabes Polri bak perang Kurukshetra.

Di mana perang Kurukshetra ini memperlihatkan keadan bumi pertiwi yang di mana kini labirin di kepolisian saling terbuka untuk saling membidik.

"Ini kayak permulaan perang Bharatayuddha nih, ada yang ngaku Kurawa, ada yang dianggap sebagai Pandawa. Tapi seringkali kita lihat dari atas sulit untuk kita pisahin yang mana Kurawa dan Pandawa itu. Tapi tetap, perang Kurukshetra ini sekaligus memperlihatkan bagaimana bumi pertiwi lagi gonjang-ganjing. Tadinya kita hanya bisa melihat dari atas labirin di kepolisian itu, pintunya sudah saling terbuka tuh," ujar Rocky Gerung dikutip Teras Gorontalo dari chanel YouTube Rocky Gerung Official, Senin 22 Agustus 2022.

Lebih lanjut, Rocky Gerung menilai saat ini ada kelompok tertentu di kepolisian yang sudah saling bidik satu sama lainnya hingga terlihat adanya kekacauan sekarang.

Menurutnya masing-masing geng di kepolisian sudah saling membidik, bahkan terliat adanya kekacauan yang membuka kesempatan publik untuk mengintai peristiwa politik di dalam kepolisian.

"Terus masing-masing jagoan atau geng di kepolisian saling mengintip itu kira-kira sebulan lalu saling mengintip, lalu sekarang mereka sudah saling membidik karena langsung terang-terangan si ini bukan kelompok yang ini, yang itu anak buah si ini, yang ini direkrut karena kedekatan dan persahabatan, macem-macem itu, jadi terlihat ada kekacauan itu terlihat ketika peristiwa tembak menembak itu membuka kesempatan kepada publik untuk mengintai lebih jauh peristiwa-perstiwa politik di dalam kepolisian itu sendiri," lanjutnya.

Rocky Gerung menganggap sekarang kasus ini ada ditangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk bisa segera mengambil tindakan, agar kasus yang sudah jadi bola liar ini bisa terbendung.

"Nah ini satu tahap yang kita majukan karena tekanan publik, sekarang bola ada di presiden. Kan nggak mungkin ada kakak pembina tanpa adanya kakak-kakaknya pembina itu dan itu sebetulnyaa sekarang yang lagi orang intai, sejauh mana bola liar ini akan bergulir," katanya.

Sementara itu, dikutip dari Chanel YouTube Refly Harun, Muhammad Taufik Presiden Asosiai Ahli Pidana Indonesia ( AAPI) mengatakan, Ferdy Sambo memiliki keinginan bahwa institusi kepolisian adalah garda paling depan menjaga marwah polisi.

Bahkan menurutnya buntut panjang kasus Brigadi J ini dengan munculnya bagan Kaisar Sambo.

Meskipun bagan Kaisar Sambo bukan dokumen hukum, namun bisa saja ada perang di internal polsi.

"Cita-cita Sambo itukan mengatakan institusi saya ini adalah garda paling depan menjaga marwah polisi tak apa-apa sambo saja bersikap seperti itu. Justru yang menariknya mungkin ada tekanan-tekanan tertentu karena tidak bisa dilepaskan juga tadi disebut Kaisar Sambo walaupun saya mendukung tapi saya tidak menganggap itu dokemuen hukum ya karen itu bisa saja perang di internal polisi.

Menurutnya, buntut panjang kasus Brigdir J, sudah ada 'perang' antar kelompok di dalam internal polri.

"Hari ini polisi sudah perang dalam tanda petik antara kelompok pendukung sambo dan kelompok-kelompok lain yang tidak sepakat dengan sambo. Oleh karena itu mereka memunculkan bagan seperti itu," ucapnya.

Sebagiamaa diketahui, belakangan ini beredar bagan Kiasar Sambo dan Konsorsium 303 setelah Ferdy Sambo ditetapkan sebagai tersangka.

Bahkan dalam bagan tersebut ikut menyeret sejumlah perwira tinggi Polri, ada sejumlah nama kapolda hingga perwira yang juga diduga terlibat dalam kasus Brigadir J.

Tak hanya itu, dalam bagan Kaisar Sambo dan Konsorsium 303 nampak nama orang sipil dan juga crazy rich yang terseret ikut menjalankan judi online atau Konsorsium 303.

Sementara itu, terkait Konsorsium 303 polri memastikan akan mengusut sumber informasi soal dugaan adanya 'Kerajaan' dan Konsorsium 303 di Korps Bhayangkara yang dikepalai oleh Irjen Pol Ferdy Sambo.

Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Dedi Prasetyo menegaskan pihaknya akan menindak tegas seluruh penyakit masyarakat (pekat) seperti aktivitas perjudian, premanisme, dan narkoba.

"Info dari mana itu, yang pasti semua pekat (judi, narkoba, premanisme) ditindak tegas," ujar Dedi saat dikonfirmasi wartawam, Jumat 19 Agustus 2022, dikutip dari PMJNews.

"Tidak usah dikandani (dikasih tahu), kalau itu yo sikat terus pekat," sambungnya.

Diberitakan sebelumnya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memerintahkan seluruh jajarannya untuk menindak tegas segala bentuk kejahatan, salah satunya praktek judi online hingga peredaran narkoba.

"Mulai dari peredaran narkotika, perjudian konvensional ataupun online, pungutan liar, illegal mining, penyalahgunaan BBM dan LPG, hingga adanya keberpihakan anggota dalam menangani permasalahan hukum di masyarakat," ungkap Sigit dalam arahannya melalui video conference kepada seluruh jajaran se-Indonesia, Kamis (18/8/2022).

Dalam arahannya, secara khusus Sigit menyoroti maraknya praktek perjudian baik konvesional maupun online. Selain itu, mantan Kabareskrim ini meminta personelnya menindak tegas setiap kejahatan.

"Saya sudah perintahkan yang namanya perjudian, saya ulangi yang namanya perjudian apa pun bentuknya apakah itu darat, apakah itu online semua itu harus ditindak dan berbagai macam bentuk pelanggaran tindak pidana lainnya harus ditindak," jelas Sigit.***

Sumber Utama :  https://gorontalo.pikiran-rakyat.com/viral/pr-1965334469/mabes-polri-bak-kurukshetra-gugurnya-jenderal-ferdy-sambo-awali-perang-bintang-rocky-gerung-bharatayuddha?page=4

Juga Klik Banua Banjar Terkini !!!

Klik 2024 pertarungan Ideologi PANCASILA vs Ideologi Khilafah versi ormas terlarang !!!!! 

Juga klik Sukseskan MTQ ke-29 , 10-19 Oktober 2022 di KalSel

Klik BLUNDER atau apa ?

Klik juga MAHSA AMINI & Politik Identitas di Indonesia .... !!!  

Klik Ganjar "MELAWAN" Anies ???!!!???

Klik Peran "Mantan kader GOLKAR" tentukan Anies jadi CAPRES

Kaitan dengan mantan kader golkar klik disini

Klik juga "Pander Wara" (Ngomong Doang), gugat ibukota ke Banjarbaru, malah Gugatan dicabut duluan ??!!??

Bukti UAS selalu di Undang di birokrasi KalSel :

- https://apahabar.com/2020/03/tablig-akbar-di-hari-jadi-banjarbaru-pemkot-undang-uas-dan-guru-zuhdi/

- https://apahabar.com/2022/09/uas-ke-banjarmasin-harapan-harjad-ke-496/ 

- https://kalsel.antaranews.com/berita/323021/jamaah-padati-dakwah-subuh-uas-di-masjid-agung-al-anwar-marabahan

- https://www.beritapembaruan.id/2021/11/tiga-tahun-penantian-akhirnya-dai.html 

- Video Ustadz Abdul Somad Anti NKRI & Dukung Khilafah, Pengurus HTI Riau

- Ustadz Abdul Somad hina salib kristen

Klik Politik Lagi ???!!! 

Juga klik MUSUH Republik Islam Iran & Republik Indonesia "Sama", yaitu "HOAX"

Klik Fokus untuk Daerah Sendiri, karena daerah menjadi Baik dan Benar maka Negarapun menjadi BENAR 

KLIK juga Belum 2024 "Sudah Panas", Rakyat Indonesia wajib "MIKIR"

Klik Memahami "Masalah" di KalSel

Juga Klik Turun Gunung atau ???

Klik BJORKA dianggap "PAHLAWAN" atau "PENJAHAT" ..???!!!

Klik juga Koq Tarif PDAM BISA NAIK ??? padahal dari 52 Kelurahan, cuma 8 Kelurahan yang SETUJU itupun "Bersyarat"

Klik 12 September 2022 DEMO bawa-bawa nama Rakyat ???!!!

Juga Klik DEMO bela Rakyat atau BELA para MAFIA ???!!!

Klik juga Indonesia kembali "BERJAYA", masa Jokowi lagi ??

Klik Tuntutan RAKYAT ??? atau Tuntutan yang ditunggangi para MAFIA !!!!!

Juga Klik Pengertian Istilah Baby boomers, X, Y, Z, dan Alpha

Klik juga BERSYUKUR kepada TUHAN SANG MAHA SEGALANYA, Emang yang DEMO sudah BERSYUKUR ???!!!

Klik PAHAMI baru EKSEKUSI !!!!!

Klik juga KACAU atau Apa ??!!

Klik Sayap-Sayap Patah pro DENSUS 88 atau Anda Bela Teroris berbaju Agama !!?? 

Klik Mahasiswa DEMO terus ??!!! Memang punya SOLUSI?? atau Malah bikin rakyat tambah sengsara !!!!!

KLIK Ustadz Abdul Somad sang "Ustadz Kontroversial" kembali diundang Kepala Daerah di KalSel WARNING!! Politik Identitas Bermain, Benarkah??!! 

KLIK juga KalSel dalam Berita

Juga KLIK Kadrun itu Susah "Move On", Joget pun "SALAH" 

Klik ISTANA NEGARA 17an "Ojo dibandingke" VIRAL 

Klik Jangan BACA !!! 

KLIK di Amien Rais bilang "Gangguan Kejiwaan", ternyata Anaknya "Gangguan Jiwa", benarkah ??!!

Juga Klik Citayam Fashion Weeks : Koperasi 212 "penampung" Dana ACT..!!! Benar kah ini ???!!! Pendukung Anies & JIS gimana??

Klik Kenapa Pilih Ganjar ?!!!?

Klik Masih tentang ACT dan PKS, MANULIFE hingga BUMN serta Dana CSR

Klik juga ACT & PKS, Ustadz Bechi dan Gubernur Rasa Presiden !!!

Klik juga Mahasiswa "Bela Rakyat" atau "Bela Cukong yang membacking Mahasiswa" ..??!!!

Klik ACT (Aksi Cepat Tanggap) "TERBONGKAR" , VIRAL #JanganPercayaACT 

Klik juga VIRAL : Gabung PKS "HARAM" bagi GP Ansor !!!

Klik Super Hero Indonesia "Damaikan Dunia" !!!

Klik LITERASI , apa sih artinya ?? 

Klik Indonesia & Ukraina : Pertemuan tete-a-tete atau empat mata  

Silahkan klik Warga KalSel di "Waluhi OLIGARKI Daerah" atau Oligarki Pusat ?!!!

Klik Jejak Anies dan Intoleransi yang BERBAHAYA untuk Indonesia

Klik juga : Dunia HEBOH ... !!!

Silahkan klik Benturkan Agama !!! buat Cebong dan Kampret Berkelahi dan KADRUN Berjaya !!!

Klik RIBUT

klik juga "VIRAL" Film Lady Of Heaven dan VERSI LONDON (Syi'ah London, Sunni AS, HTI London Dll)

KELEBIHAN Bayar ?? VS Korupsi ... !!! 

Klik juga Saatnya Pakai Akal SEHAT, Bukan Pake Kata DUNGU !!!!!! 

Klik juga 2024 saatnya seluruh warga Banua Banjar KalSel turun memberikan suara !!!

Klik juga Politisisasi Agama menghasilkan HOAX yang Terpercaya !!! 

Warga Banua Banjar 2024 pengen yang Baru di parlemen KalSel !!!!

Dosen UNISKA yang terkesan Bela Edy Mulyadi dkk "Hina Kalimantan" bukan mewakili Anak Kalimantan dan DAYAK !!! 

Foto-foto BEM SI (Badan Executive Mahasiswa Seluruh Indonesia) dan simpatisannya ??!!??

DAYAK VIRAL : #MaafBolehSajaProsesHukumTetapBerjalan !!!!! 

Benang Merah DEMO di KalSel !!!

Silahkan klik ini juga : "Operasi Doktrin Terorisme ukhti FPI" : Muhammad Uhaib As’ad Ketua KAMI Kal-Sel sebut Rezim Sekarang "Tidak Berbeda" dengan Rezim ORBA ?!!!

Sebagai pelengkap klik ini juga ya : Fraksi PKS & Demokrat "Jangan Buang Badan" - DEMO : Muhammad Uhaib As’ad , Ahdiat Zairullah hingga Rocky Gerung

Info tambahan Klik juga Ade Armando Doa Kebaikan Untukmu : Cuci Otak "Anak Muda" akhirnya apapun SALAH tanpa AKHLAK

yang ini klik Saatnya PERCAYA TUHAN dan Jokowi !!! Demo 11 April 2022, MAHASISWA atau MAHASEWA ??!!! 

klik juga ini Demo 11 APRIL : Ustadz Ormas Terlarang HTI di "SANJUNG" di KalSel, ini buktinya !!! Benarkah kader Ormas Terlarang HTI !!!

klik ini Yang Batu Siapa ? Yang Tangan Siapa ? Apakah ormas Terlarang HTI dan FPI masih menggurita & "Mencuci otak" warga KalSel 

klik juga ini #JanganMaudiWALUHi

juga ini  Foto-foto BEM SI (Badan Executive Mahasiswa Seluruh Indonesia) dan simpatisannya ??!!??

yang ini juga klik #JokowiSelaluSALAH 

Jangan lupa klik ini juga  Mengenal Wakil Rakyat KALSEL dan Kota Banjarmasin 2019-2024

serta klik ini 2024 : Saatnya Partai baru SUKSES di KalSel hingga Indonesia !!!

klik juga Kalau PKS (Partai Keadilan Sejahtera) "Tumbang" dalam PEMILU 2019 akankah GARBI menjadi "Penggantinya" ??!!  

https://news.detik.com/berita/d-6028229/jenguk-ke-rs-grace-natalie-ungkap-kondisi-terkini-ade-armando

https://gusdurian.net/pernyataan-sikap-jaringan-gusdurian-mengutuk-segala-bentuk-kekerasan/

https://banjarmasin.tribunnews.com/2021/03/27/la-nyalla-mattalitti-dinilai-habib-banua-layak-jadi-presiden-ini-pertimbangannya  

Klik juga videonya dilink dibawah ini :

BONGKAR OTAK DALANG AKSI 11 APRIL

Di bantu share agar masyarakat tidak ikut ikutan🙏🙏 Salam Indonesia Damai

Re-post by MigoBerita / Sabtu/15102022/13.29Wita/Bjm

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya