Migo Berita - Banjarmasin - Memilih Pemimpin itu seperti ANIES ???!!! Wow.. bikin judul seperti itu, apa nggak takut disebut KADRUN musuhnya Cebong sama Kampret.... Agar tidak gagal paham, baca hingga tuntas berbagai artikel yang telah kita kumpulkan.
Ngeles Terus, Anies Ngaku Jarang Ajak Media, Tapi Malah Ajak Tim Media Sendiri
Anies tidak suka pencitraan, apakah kalian percaya? Tentu saja tidak.
Anies tidak suka publisitas, kalian percaya? Rasanya sulit untuk percaya.
Anies baru-baru ini mengaku jarang mengajak media saat blusukan mendatangi warga. Alih-alih membawa wartawan, Anies lebih senang mengajak tim medianya sendiri ketika 'blusukan'. Menurutnya, ini adalah cara dekat dan tetap dikenal warga.
Katanya, jika mengajak media tiap kali kunjungan, warga bisa risih dan merasa jadi objek pemberitaan.
"Saya jarang bawa media. Gubernur itu mau ketemu rakyat, bukan mau diberitakan. Minim sekali memang berita. Tapi saya sedang membangun kepercayaan masyarakat," kata Anies.
Dia ingin masyarakat yakin bahwa saat menemui mereka, Anies selaku gubernur betul-betul ingin bertemu, bukan sekadar mencari bahan berita.
Percaya, tidak? Hahaha, saya langsung teringat dengan konferensi pers usai diperiksa oleh KPK. Mic bahkan disiapkan oleh timnya sendiri.
Lagian apa bedanya tidak mengajak media tapi mengajak tim media sendiri? Sama saja tujuannya untuk diposting ke media sosial dan lainnya. Itu adalah bagian dari pemberitaan. Kalau memang murni tak mau diberitakan, tak usah bawa media sendiri, tak usah diliput, dan jangan posting apa pun di media sosial.
Hanya orang lugu yang percaya dengan ucapan ini. Anies haus publisitas dan penghargaan.
Menurut Anies, berita memang bisa membuat seseorang. Tapi kalau hanya dikenal lewat berita, mudah tertutup dengan berita lain. Karena itu dia memilih jalan lain yang lebih efektif yaitu melalui kepercayaan dari masyarakat.
"Kadang-kadang kita punya kecenderungan dijadikan berita. Persepsi yang terbentuk karena fakta itu permanen, tapi yang dibentuk berita bisa tertimpa berita lain, hilangnya cepat," kata Anies.
Bisa saja Anies enggan bawa media dari pihak lain, karena takut ada jejak digital yang bisa dikorek. Kalau bawa media sendiri, jika tidak sesuai janji, tidak ada jejak digital, tidak ada bully dari pihak lain.
Lagian, wartawan sekarang agak usil. Topiknya apa, tanyanya entah apa. Anies takut ditanyai soal polemik Formula E, di mana keberadaan pohon yang ditebang di Monas, kenapa Rumah DP nol rupiah dipangkas hingga 95 persen, bagaimana progres naturalisasi sungai dll. Anies pasti tidak mau dipermalukan seperti itu. Makanya lebih baik media tidak usah tahu kedatangannya. Kalau pakai media sendiri kan lebih enak. Mau ambil angle foto yang mana, bisa diatur semaunya. Semua bisa dibikin yang bagus-bagus. Yang jelek, dibuang dan jangan sampai ada yang tahu.
Kalau media lain, susah diatur. Ketahuan yang jelek-jelek, bakal diekspos habis-habisan. Belum lagi bakal dikuliti oleh penulis Seword sampai tak ada lagi yang bisa dikuliti.
Pintar berkelit di balik kelihaian mengolah kata. Bilang aja lebih gampang bikin settingan kalau memakai tim media sendiri. Lagipula, kalau memang beneran mau dekat dengan rakyat, tidak perlu blusukan. Buka kembali posko pengaduan di Balai Kota. Tapi itu tidak dilakukan. Malah ditutup rapat-rapat, warga disuruh entah ke mana, dipingpong sana sini.
Itu sama sekali bukan konsep dekat dengan rakyat, tapi mau menjauh dari masalah, sehingga memilih tidak ingin ditemui rakyat. Atau Anies hanya mau menemui warga yang tidak punya masalah, atau yang masalahnya masih bisa dia tangani. Kalau yang datang ke Balai Kota, biasanya masalahnya rumit, kelas kakap dan butuh usaha ekstra untuk mengatasinya. Itu bukan spesialisasi Anies. Anies hanya bisa kerjakan hal yang kecil dan receh.
Dan bicara tentang tim media sendiri, kalian pasti sudah tahu tentang tim relawan digital Anies atau disebut buzzer yang sudah terbentuk. Ini blunder yang dibuat sendiri oleh Musni Umar, bukan lagi rektor, tapi mungkin banting setir jadi kepala koordinator buzzer. Cuitan tersebut sudah dihapus tapi keburu menyebar ke mana-mana.
Jadi ucapan Anies soal media ini agak sulit dipercaya. Sama sulitnya saat kita mau percaya Anies bisa menunaikan janji kampanye. Apanya yang mau dekat dengan rakyat. Menjelang lengser baru dekat dengan rakyat. Awal menjabat, jauh-jauh dari rakyat karena takut ketahuan tidak becus tangani aduan mereka.
Bagaimana menurut Anda?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/ngeles-terus-anies-ngaku-jarang-ajak-media-tapi-yhHCNch0Sc
Mantap! Heru Budi Hartono Mulai Cabut Gurita Baswedan di DKI Jakarta!
Baru beberapa hari menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta, kelihatan sekali Heru Budi Hartono gerah dengan apa yang menjadi peninggalan Anies Baswedan yang begitu luar biasa buruk.
Peninggalan-peninggalan sampah yang ada di DKI Jakarta membuat Heru Budi Hartono langsung menurunkan pasukan orangnya untuk membersihkan kali dari sampah yang ditinggalkan.
Sebelumnya dia juga sudah membuka balai aduan di balai kota untuk menerima laporan-laporan yang tidak terselesaikan lewat aplikasi yang katanya dapat penghargaan banyak itu.
Heru Budi Hartono melihat bahwa era Gubernur sebelumnya begitu parah sehingga dia harus melakukan reformasi besar-besaran di dalam tubuh Pemda DKI Jakarta.
Apa yang ia lakukan memang sebetulnya biasa saja tapi terlihat luar biasa karena pemimpin sebelumnya memang bodoh banget.
Saat ini Dirut mass rapid transit alias MRT dari DKI Jakarta dicopot oleh Gubernur Heru Budi Hartono. Padahal direktur utama tersebut diangkat oleh Anies Baswedan baru 3 bulan jabatan ini dicopot dan digantikan oleh orang yang lebih capable alias Lebih memahami keadaan yang terjadi di DKI Jakarta.
Posisi Dirut MRT sekarang dipegang oleh Bapak Tuhiyat yang sebelumnya menjadi Dirut moda integrasi transportasi Jabodetabek.
Orang ini diharapkan bisa memperkuat proses koordinasi antara pemerintah provinsi DKI Jakarta dengan seluruh pemangku kekuasaan terkait. Saya menduga direktur utama PT MRT sebelumnya nggak bisa kerja dan mirip banget sama Anies Baswedan.
Kenapa? Karena kita melihat bahwa tidak adanya kemajuan yang berarti. Selama ini MRT berjalan seperti autopilot saja dan tidak ada gebrakan-gebrakan atau solusi-solusi yang baik dikerjakan.
Saya kira banyak banget orang-orang yang disisipkan oleh Anies Baswedan sebelum dia cabut. Heru Budi Hartono berani melakukan mutasi tersebut tentunya Bukan tanpa alasan yang kuat. Saya yakin pasti ada alasan yang kuat di balik pencopotan jabatan tersebut.
Integrasi yang baik antara Kementerian perhubungan, Bappenas dan juga kementerian keuangan serta para stakeholder PT MRT dalam upaya pemenuhan pendanaan harus diutamakan.
Jadi saya menduga bahwa selama ini DKI Jakarta memiliki direktur utama yang kerjanya tidak terkait dengan kementerian dan juga pusat. Dan kita tahu bersama-sama bahwa Anies Baswedan ini merupakan sosok yang anti banget sama Jokowi.
Selama Indonesia merdeka baru kali ini ada pemimpin yang begitu culas di DKI Jakarta. Saya berharap banget sama Bapak Heru Budi Hartono agar Jakarta bisa menjadi lebih layak untuk ditinggali.
Jangan sampai ada orang-orang yang memiliki kepentingan tertentu untuk memperkaya pihak tertentu. Karena sejatinya seorang pemimpin adalah pengayom masyarakat bukan budak dari korporat ataupun budak dari pengusaha-pengusaha besar.
Dan Bapak Heru Budi Hartono sejauh ini masih on track alias sesuai dengan jalur pekerjaannya. Selama 5 tahun terakhir ini Jakarta autopilot dan kelihatan banget mau lepas dari pusat.
Karena ada ketidaksukaan yang sifatnya personal dibawa ke ranah profesional oleh seorang Gubernur terbodoh di dunia. Bayangkan saja anggaran terbesar tapi kerjaannya seperti orang dungu.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/mantap-heru-budi-hartono-mulai-cabut-gurita-Ceh4PeyeT2
Terbongkar! Rencana Jahat Musni Umar terhadap Golkar demi Menangkan Anies
Mantan rektor Universitas Ibnu Chaldun yang lebih tebal kumisnya daripada isi kepalanya Musni Umar selalu menarik untuk dibahas. Pasalnya, selalu saja ada kelucuan yang dia buat yang bikin orang tertawa terbahak-bahak dan sejenak melupakan utang-utang yang menumpuk.
Diantaranya kelucuan yang Musni buat tersebut adalah membocorkan foto para buzzer Anies ke publik lalu dimaki habis-habisan, menulis tiket jadi toket, dan teranyar Musni Umar sok-sok'an ngurusin internal Partai Golkar.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Golkar merupakan salah satu partai papan atas di negeri ini yang sudah ada sejak 58 tahun silam.
Partai ini pernah menjadi partai penguasa pada masanya yakni saat Soeharto berkuasa dulu.
Dan karena begitu tuanya Golkar, beberapa mantan kadernya pun sudah mendirikan partai baru. Seperti Prabowo mendirikan Gerindra, Surya Paloh mendirikan NasDem, Tommy Soeharto mendirikan Partai Berkarya, Wiranto mendirikan Partai Hanura dan R. Hartono mendirikan PKPB.
Kini saja Partai Golkar sudah mulai sedikit redup. Pasca Habibie menjabat, tidak ada satupun kadernya yang berhasil terpilih menjadi presiden.
Namun patut disyukuri juga sih terutama oleh kadernya. Karena sejak Pemilu 1999 hingga Pemilu 2019, Golkar selalu masuk 3 besar perolehan suara terbanyak. Tidak kalah sama Partai NasDem.
Padahal partai ini juga tidak lepas dari masalah lho. Rada mirip dengan Partai Demokrat. Seperti beberapa kadernya tersandung kasus korupsi. Mulai dari Ketua umumnya Setya Novanto, Sekjennya Idrus Marham dan Wakil ketua umumnya Aziz Syamsudin. Semuanya dicyduk KPK.
Termasuk ada juga kader Partai Golkar yang korupsi dana pembangunan masjid yakni mantan Gubernur Sumsel Alex Noerdin.
Selain itu, partai ini juga pernah mengalami dualisme kepemimpinan antara Abu Rizal Bakrie dan Agung Laksono.
Namun tetap saja perolehan suaranya tinggi. Setinggi pohon kelapa.
Beda dengan Partai Demokrat yang ketika ada kadernya tersandung korupsi, perolehan suaranya auto turun dari Pemilu ke Pemilu.
Sekarang Partai Demokrat hanya berada di posisi ke-7 dari 9 Parpol yang berhasil lolos ke senayan, dari yang awalnya pada 2009 merupakan partai pemenang Pemilu.
Artinya apa? Partai Golkar memiliki pemilih setia yang cukup banyak.
Hal ini senada dengan hasil survei yang pernah dilakukan oleh Lembaga Riset Informasi (LRI) beberapa tahun yang lalu bahwa pemilih Golkar paling setia dibandingkan pemilih partai lain.
"Mau citra Golkar rusak dan kadernya ada yang korupsi, aku gak peduli. Aku akan tetap memilih Golkar itulah," demikian kura-kura yang ada di benak para Golkar lovers.
Bahkan kalau seandainya Novel Bamukmin yang jadi Ketua umum Golkar sekalipun, mereka akan tetap memilih partai itu karena begitu setianya sama partai berwarna kuning tersebut.
Dan Golkar lovers ini jumlahnya tidak sedikit, mencapai jutaan orang. Lebih banyak dari jumlah anggota PA 212.
Hal inilah yang kemudian membuat pengurus Golkar Gegana (gelisah, galau, merana). Antara mengusung Capres kader sendiri atau mengusung capres di luar Partai Golkar.
Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan nih.
Mengusung kader sendiri yakni Airlangga Hartarto kelebihannya, dapat coattail effect atau efek ekor jas.
Di samping itu, Golkar sudah punya modal pemilih setia.
Hanya saja kekurangannya, elektabilitas Airlangga paling kecil dalam bursa Capres.
Ternyata pemilih setia partai kelihatan kecil jika dibandingkan dengan total pemilih secara nasional.
Dan itu gak cukup untuk menaikkan elektabilitas Ketua umumnya.
Sementara, kalau mengusung Ganjar yang notabene kader PDIP, peluangnya untuk menang lebih besar daripada mengusung Airlangga.
Hanya saja, itu kader partai orang ferguso. Kalaupun menang, tetap saja PDIP yang paling diuntungkan.
Dilema ini juga yang coba dimanfaatkan oleh Musni Umar untuk menjatuhkan partai tersebut supaya Anies menang pada Pilpres 2024 mendatang.
Lantas, apa yang dilakukan oleh profesor digoreng dadakan tiga lima rebuan itu dalam rangka menggilas Partai Golkar?
Awalnya ia seolah peduli peduli terhadap Golkar.
Melalui akun Twitternya @musniumar, akademisi yang berzodiak Gemini tersebut mengatakan,
"Saya pernah jadi kader Golkar. Malu sekali jika Golkar calonkan kader partai lain,"
Yang mana cuitan itu merupakan komentar berita dari tempo.co yang berjudul ' Soal Guet Ganjar-Ridwan Kamil, Golkar: Kami Prioritaskan Kader Internal'.
Memang sih kalau diperhatikan sekilas, apa yang disampaikan oleh Musni Umar tersebut adalah bentuk perhatiannya terhadap Partai Golkar.
Tapi pada hakikat tidak demikian ferguso.
Aslinya Musni Umar ingin Airlangga nyapres agar lebih gampang dikalahkan oleh Anies. Karena elektabilitas Menko Perekonomian itu jauh di bawah Anies.
Sedangkan kalau Golkar mengusung Ganjar, belum tentu Anies bisa menang.
Hal Ini pula yang pernah dilakukan oleh Andi Mallarangeng terhadap PDIP. Ia seolah mendukung Puan maju di Pilpres 2024. Padahal tujuannya adalah agar putri Megawati tersebut lebih mudah dikalahkan sama Capres yang diusung oleh Partai Demokrat.
Memang betul kata orang bijak bahwa pujian itu adalah racun.
Jangan bangga kalau orang-orang memujimu. Sebab banyak nyamuk mati karena tepuk tangan.
Asik. Hehehe
Dan kalau diperhatikan, di balik wajahnya yang polos itu, ternyata Musni Umar licik juga ya. Persis kayak junjungannya mantan gubernur Indonesia.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/terbongkar-rencana-jahat-musni-umar-terhadap-husw58YXvO
Fakta Menarik Presiden RI dengan Huruf Belakang "O", Next Prabowo atau Ganjar Pranowo?
Bicara soal nama para Presiden RI yang dimulai sejak era Bung Karno sampai Joko Widodo, ada hal menarik soal huruf terakhir dari daftar nama presiden, yang beberapa di antaranya menggunakan huruf O. Ada Soekarno, Soeharto, Susilo Bambang Yudhoyono, dan tentu saja ... Joko Widodo!
Sisanya, ada tiga nama yang tidak berakhiran huruf "o" dalam diri B.J. Habibie, Abdurrachman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri. Ibarat skor di sepak bola, kalau ketujuh nama tadi dikelompokkan maka skornya 4-3 buat pemilik nama dengan huruf terakhir O.
Menariknya, meski keempat sosok RI-1 dengan huruf O tadi tak sempurna, karena tetap ada kelemahan atau kekurangan sebagai manusia, tetapi tetap saja para presiden dengan huruf O tadi punya cerita lebih menarik dibandingkan dengan yang selain huruf O tadi.
Soekarno sebagai founding father, proklamator, dan Presiden RI pertama, tak bisa disangkal menjadi sosok yang hebat dan berpengaruh, bahkan sampai hari ini pemikiran dan semangat beliau masih dapat dirasakan karena saking kuatnya. Meski ada kelemahan juga kalau mau dilihat kehidupan Bung Karno lebih detail.
Berikutnya, ada sosok Soeharto, meski sangat kontroversial, tapi tetap punya cerita dibalik 32 berkuasanya beliau di negeri ini. Sosok The Smiling General ini bagi sebagian orang dari generasi old, masih dianggap the best president sampai hari ini, hingga memunculkan slogan terkenal: "Piye, isih penak jamanku toh?"
Berikutnya, SBY ... yang tetap punya cerita menarik karena pernah berkuasa sebagai RI-1 dengan huruf O pada akhir nama lengkapnya. Meski banyak juga catatan positif sepanjang 10 tahun beliau memimpin RI, tapi sisi negatifnya juga tak kalah dampaknya bagi kondisi bangsa sekarang ini. Ingat Hambalang, pasti ingat era SBY. Betul?
Berikutnya, tentu saja Joko Widodo, yang kudu diakui memiliki nyali gede setelah era Bung Karno berlalu. Kekuatan asing tanpa ragu dilawan olehnya, demi tegaknya kedaulatan bangsa sejak beliau memerintah pada 2014 silam. Masa dua tahun masih sangat cukup bagi Jokowi untuk meninggalkan legacy, yang rasanya takkan bisa dikejar atau disamai oleh SBY. Benar kan, Mas AHY?
Bagaimana dengan ketiga nama lainnya? Bagi saya selain kurangnya waktu, sosok tiga RI-1 yang tidak berhuruf belakang O pada nama terakhirnya, memang tidak banyak hal yang bisa dibandingkan dengan empat sosok RI-1 yang sudah disebutkan.
Kini, menarik ditunggu apakah masyarakat yang gemar dengan hitungan otak-atik gathuk ini akan menaruh harapan yang sama jika nanti disodorkan capres berhuruf O pada nama belakangnya, yang kini kansnya praktis hanya dimiliki oleh Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto?
Bagaimana dengan Anies Baswedan? Ah, jangan bercanda, kecuali dia mau ganti nama supaya cocok dengan pembahasan kita pada tulisan ini, dengan usulan nama belakang: Ojonekoneko, Gakisokerjo, atau Kangserapanggarano. Hahaha...
Sumber Utama : https://seword.com/politik/fakta-menarik-presiden-ri-dengan-huruf-belakang-o-vD9AKnNbsp
Awas Propaganda Murahan dan Berita Hoaks oleh Buzzer Anies
Ketika membahas tentang Anies, ada dua pihak berseberangan yang merasa keberatan.
Pihak buzzer Anies dan sebagian anti Anies Baswedan.
Kita maklum jika pihak buzzer Anies merasa kepanasan karena aib junjungannya terbongkar.
Untuk sebagian orang yang anti Anies, membahas Anies itu sama dengan membesarkan namanya, padahal tidak.
Ibarat 2 sisi mata uang, membahas Anies untuk membuka aibnya kepada rakyat.
Bagaimana rakyat awam tahu aib Anies Baswedan jika kita tidak membahas dan membukanya ke publik?
Kita semua sudah menjadi saksi sejarah bahwa Anies menang dalam Pilkada yang penuh dengan “politisasi ayat dan mayat.”
Makanya tidak heran jika Pilkada Jakarta tersebut merupakan Pilkada terburuk sepanjang sejarah.
Sederhananya, sesuatu yang lahir dari cara buruk maka hasilnya juga “buruk”.
Sistem yang sudah bagus warisan Jokowi-Ahok, akhirnya rusak di tangan Anies.
Sistem E-budgeting Ahok yang diapresiasi KPK, malah diubah oleh Anies terkait ditemukannya kasus lem aibon dengan harga yang fantastis.
Rumah susun murah dan fasilitas lengkap warisan Ahok malah dicoret oleh Anies sehingga ribuan rakyat miskin terancam tidak punya tempat tinggal.
Jika ada buzzer Anies nyinyir rumah susun Ahok, lalu banggakan rumah DP 0 Anies, itu hanya omong kosong.
Entah berapa juta rakyat miskin Jakarta yang terbuai mulut manis Anies dengan program rumah DP 0 saat kampanye, tapi akhirnya ngaku bahwa rumah DP 0 bukan untuk orang miskin.
Panji, salah satu buzzer Anies juga akhirnya ngaku jika program rumah DP 0 Anies gagal!
Masih ingat buaian kata manis Anies Baswedan saat kampanye terkait penggusuran?
Dengan sesumbarnya, Anies membuai jutaan rakyat miskin di Jakarta dengan mengatakan tidak boleh ada lagi penggusuran di Indonesia.
Tetapi setelah Anies berkuasa jadi Gubernur, korban penggusuran malah merasa “diperlakukan” seperti hewan.
Makanya tidak heran jika banyak rakyat miskin Jakarta yang dulu yasinan mendoakan Anis menang, akhirnya menyesal setelah digusur oleh Anis.
Memang, penyesalan itu datang di akhir karena jika di awal namanya pendaftaran.
Jakarta sudah mengambil keputusan yang fatal!
1Seorang nenek bernama Rusmiati yang dulu fotonya dipeluk oleh Anies untuk pencitraan saat banjir, akhirnya trauma dan stress karena Anies hanya omong kosong atasi banjir.
"Yang meluk juga dia (Anies), peluk Bu, kata dia gitu, sambil bilang, sudah tidak banjir lagi Bu, katanya gitu. Pelukannya sudah seperti keluarga gitu”, ujar Rusmiati mengingat pernyataan Anies kepadanya.
"Bukan Trauma lagi, stres saya," ujar Rusmiati.
Yang mirisnya lagi, banyak sungai di Jakarta bersih masa Ahok, tapi akhirnya kembali kotor di masa Anies Baswedan.
Salah satunya kali Sentiong yang dulu bersih di masa Ahok malah ditutupi kain hitam masa pemerintahan Anies Baswedan dengan dalih mengurangi bau.
Logika sederhana, sungai yang kotor itu harus dibersihkan, bukan ditutupi kain.
Inikah kualitas Anies yang katanya pintar oleh buzzernya?
Jadi sudah kelihatan bukan bagaimana sistem yang bagus dibuat Jokowi-Ahok malah “dihancurkan” oleh Anies setelah dia berkuasa.
PJ Gubernur yang baru, Pak Heru Budi Hartono juga harus bekerja keras untuk mengatasi banjir di Jakarta dan membenahi layanan publik setelah 5 tahun kepemimpinan Anies.
Pak Heru yang merupakan “orangnya” Jokowi-Ahok harus kembali melanjutkan program normalisasi sungai yang mangkrak di masa pemerintahan Anies Baswedan.
Dan sekarang, banyak buzzer Anies melakukan propaganda murahan dan berita hoaks kepada masyarakat awam di media sosial.
Mereka “membodohi” rakyat dengan menjual nama mantan penyidik senior KPK untuk membela Anies.
Padahal mantan penyidik senior KPK yang membela Anies terkait kasus Formula E itu adalah Novel Baswedan yang merupakan sepupu Anies Baswedan.
Logika sederhana.
Formula E yang sudah dilaksanakan di Jakarta itu, atas inistiaf Anis seperti kata Direktur Utama Jakpro.
Apakah uang formula E di Jakarta tersebut pakai uang pribadi Anies?
Lalu, siapa yang harus membayar sisa commitment fee Formula E sampai tahun 2024 nanti?
Apakah Anies dan buzzernya mau membayar sisa uang tersebut pakai uang pribadi mereka?
Acara Formula E hanya beberapa hari di Jakarta, tapi harus bayar commitment fee selama 5 musim dari tahun 2019-2024 nanti.
Yang terbaru, bazer Anis juga menyebarkan berita hoaks kepada umat dan rakyat Indonesia di channel “berkedok” suara rakyat.
Dalam salah satu video singkat tentang seberapa pintar Anis Baswedan, bazer Anies ini terbukti menyebarkan hoaks jika Anis masuk dalam 500 tokoh Muslim berpengaruh di dunia.
Sejak kapan nama Anies Baswedan masuk dalam 500 tokoh Muslim berpengaruh di dunia?
Dalam situs https://themuslim500.com, kita tidak pernah menemukan nama Anis masuk di dalamnya.
Tapi kita pasti menemukan nama Presiden Jokowi sebagai 500 tokoh Muslim berpengaruh di dunia sejak tahun 2014/2015.
Nama Presiden Jokowi kembali masuk dalam 500 tokoh berpengaruh di dunia tahun 2016, 2017, 2018, 2019, 2020, 2021, dan 2022 saat ini.
Sungguh mengerikan bukan?
Bazer Anis "menghalalkan segala cara" untuk cari simpati umat demi kepentingan politik Anis tahun 2024 nanti.
Akhir kata, sekarang jadi paham kenapa kita membahas Anies?
Karena kita tidak mau rakyat kecil terbuai lagi dan lagi dengan kata-kata manis seperti dalam Pilkada Jakarta 2017 lalu.
Kita ingin menyelamatkan rakyat kecil dari propaganda murahan dan berita hoaks oleh buzzer Anies.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/awas-propaganda-murahan-dan-berita-hoaks-oleh-gNnh8FYzYp
Sakit Hati Terus, Amien Rais Sebut Ada Operasi Intelijen Poles Jokowi Jadi Presiden
Pernyataan Jokowi saat mengisi pidato di acara HUT Golkar dikomentari oleh Amien Rais. Salah satu poin yang dipermasalahkan adalah pernyataan agar Golkar tidak boleh memilih capres secara sembrono.
Amien Rais lalu bicara tentang sejarah naiknya Jokowi dari hanya sebagai Wali Kota Solo, kemudian menjadi Gubernur DKI Jakarta, lalu menang pilpres dua kali.
"Ketika saya mendengar pidato Pak Jokowi itu saya berpikir apakah Pak Jokowi sedang menepuk air di dulang terpercik muka sendiri?" kata Amien Rais.
Amien menduga karir politik Jokowi itu sebenarnya sudah dipersiapkan, perjalanannya mulus karena ditunjang oleh mesin politik, finansial bahkan ada operasi intelijen.
"Saya langsung ingat betapa sebuah mesin politik dan mesin keuangan dan tentu ada operasi politik dan mungkin juga operasi intelijen yang dapat berhasil memoles Jokowi waktu itu yang hanya berdagang mebel dan pengusaha kayu sehingga lantas bisa menjadi Wali Kota Solo. Belum selesai dengan periode kedua baru 2 tahun kemudian lari ke Jakarta ikut berkompetisi, dan berhasil menjadi Gubernur DKI," katanya.
"Tahun 2012 itu Pak Jokowi sudah jadi gubernur, mestinya itu sampai 2017. Tapi baru 2 tahun Pak Jokowi sudah ikut pemilihan presiden dan bisa menang," terangnya.
Operasi intelijen apa ya? Yang saya tahu, operasi yang dilalukan oleh seorang nenek-nenek lalu dibilang itu adalah bekas penganiayaan.
Amien Rais ini hanyalah melampiaskan nafsu politik yang tidak pernah kesampaian. Orang ini terlihat ingin jadi pemimpin, kepingin jadi presiden, tapi tidak pernah bisa. Iri dan dengki menumpuk sehingga Jokowi yang terlihat sangat beruntung, jadi sasaran amukan.
Memang Jokowi sangat fenomenal, tidak pernah kalah di pilkada maupun pilpres. Dua kali pemilihan wali kota Solo, satu kali pemilihan gubernur DKI dan dua kali pemilihan presiden. Semuanya menang. Bagi yang sakit hati dan iri, pasti akan mengatakan yang tidak-tidak, termasuk Amien Rais yang mengatakan dugaan operasi intelijen.
Setidaknya Jokowi mulai dari bawah. Tidak seperti AHY yang belum apa-apa langsung ditunjuk sebagai calon gubernur DKI. Sekarang malah mau ditunjuk sebagai cawapres. Ini lebih tidak tahu malu.
Pernyataan Jokowi soal 'jangan pilih pemimpin secara sembrono', menurut Amien Rais justru Jokowi lah pemimpin yang lahir dari proses politik yang sembrono.
"Apa Pak Jokowi lupa pada sejarahnya sendiri. Nah maka bila hasil presidensi keberhasilan Jokowi itu kita lihat sekarang ini maka kita segera mengetahui bahwa memang proses politik yang dilewati Pak Jokowi dari Walikota Solo sampai presiden itu memang ya sembrono tidak ada kecermatan dan tidak ada kehati-hatian," terangnya.
Kalau sembrono, bagaimana mungkin Jokowi bisa menorehkan rekor tak terkalahkan dalam pemilu? Sedangkan Amien Rais, rekornya sangat mengenaskan. Bahkan dia saat ini lebih dikenal sebagai gelandangan politik atau pecundang politik yang tidak pernah menang. Bayangkan, dia didepak dari partainya yang lama. Betapa pecundangnya dia sampai ditendang keluar seperti itu.
Justru yang berpengalaman menepuk air di dulang terpercik muka sendiri adalah Amin Rais sendiri. Berkali-kali bikin pernyataan munafik tapi tidak sadar dan tidak mau tobat.
Percuma ijazah mentereng, tapi sakit hati tidak bisa dikendalikan. Percuma sekolah jauh-jauh kalau pada akhirnya jadi pecundang politik. Jokowi pengusaha mebel tapi bisa jadi presiden. Sedangkan Amien Rais, ah, jalan kaki dari Jakarta ke Yogya saja belum tentu dia sanggup. Apalagi disuruh jadi presiden. Bisa encok.
Sudah tua tapi belum bisa melapangkan dada menerima kenyataan pahit. Dia iri melihat Jokowi bisa menjadi sebesar ini dalam waktu yang tidak lama. Sedangkan dia nangis melihat diri sendiri yang sudah setua ini tapi belum bisa jadi presiden.
Makin tua bukannya makin bijak, tapi makin kayak anak-anak. Jagoannya kalah pilpres, langsung menuduh yang tidak-tidak. Operasi intelijen, operasi politik, entah operasi apa lagi. Tipikal sikap kekanak-kanakan yang lebay.
Silakan saja nyapres di Pemilu 2024. Siapa tahu bisa menang. Itu pun kalau ada yang mau mengusung. Parpol mana pun pasti ogah dengan pak tua ini. Partai Ummat ibarat partai hiasan yang sudah pasti tidak akan lolos ke Senayan. Gagal maning, Gagal maning.
Bagaimana menurut Anda?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/sakit-hati-terus-amien-rais-sebut-ada-operasi-cgpsjzv7A3
Haikal Hassan Ngamuk Soal Tarif Jalan Tol, Kok Ikutan Nikmati Jalan Tol?
Haikal Hassan sedang menjadi bahan olokan karena sebuah video yang lucu. Entah kenapa orang ini bisa jadi pemuka agama padahal dari tutur katanya, jauh banget. Kelompok sebelah memang jarang mikir. Apa-apa ditelan mentah-mentah.
Video yang dimaksud adalah video dirinya ngomel-ngomel dan mengeluhkan tarif jalan tol, diunggah oleh seorang netizen.
"Jalan yang gratis ada, jalan yg berbayar juga ada. Tinggal pilih mau yang mana. Kalau nggak punya duit jangan masuk tol," tulis caption akun tersebut.
Dalam video berdurasi sekitar satu menit, Haikal Hassan sedang berada di dalam mobil bersama sejumlah temannya. Dia protes dengan tarif jalan tol yang dilaluinya.
"Saya baru saja melewati Tol Serpong, bayar Rp 22 ribu. Sebelumnya Tol Kunciran bayarannya Rp 23 ribu. Cuma sekitar begitu doang, udah bayar. Gua cuma mau pulang ke rumah gua, mesti bayar Rp 45 ribu," kata Haikal Hassan.
Setelah itu, dia tiba-tiba ngamuk dan melontarkan kata-kata yang cukup kasar.
"Suwek emang elu pada, suwek banget. Najis dah gua lu. Najis bener-bener dah gua dah. Gua mau pulang ke rumah gua, dibilang jangan lewat tol. Bapak moyang lu yang ngajarin jangan lewat tol. Gua mau jalan pulang ke rumah gua, biasa lewat sini. Lewat sono muter-muter. Lu yang bikin, lu yang apa, disuruh paksa. Apa apaan sih di negeri ini, kayak budak gua nyari duit buat lu pada semua," kata Haikal Hassan.
Gak sekalian tambahkan quote pamungkas? Pemerintah zalim, mencekik leher rakyat dengan tarif tol yang tinggi. Maka dari itu, khilafah adalah solusinya. Tol akan gratis semua. Gak sekalian bilang gitu?
Mungkin dia stres, atau mungkin sengaja begitu untuk memancing sensasi.
Jalan tol, hanya bagi yang mampu. Hanya buat yang punya mobil. Sanggup beli mobil, biasanya sanggup bayar tarif tol. Lagipula, pemerintah tidak pernah memaksa pengendara mobil masuk tol. Silakan lalui jalan gratis kalau tidak mau bayar tol.
Kalau mau lewat tol, tapi maunya gratisan, memangnya ini negara punya nenek moyang sendiri? Balik aja ke Yaman naik onta atau permadani terbang. Gratis tak usah bayar apa pun.
Kelakuan begini tapi disebut pemuka agama? Kata-katanya saja tidak kelihatan berpendidikan, mirip orang tak beradab, malah mau mau ngajari orang, tentang agama pula. Mulutnya sering mengeluarkan statement panas dan bikin ricuh. Pantesan kelompok sebelah kelakuannya begitu. Lihat saja kelakuan Rizieq, Novel Bamukmin, Bahar Smith dll. Bagaimana dengan pendukungnya? Sama saja, kan? Tidak ada adem-ademnya sama sekali.
Dan lucunya lagi, orang ini suka menyindir pemerintah, apa-apa salah pemerintah, kenapa pakai jalan tol? Biasanya orang kayak begini, suka mengejek soal pembangunan infrastruktur. Ngapain pakai jalan tol? Ini sama dengan orang-orang yang protes pembangunan jalan tol, tapi di sisi lain, mereka ikut menikmati tol. Ini namanya munafik. Memaki tapi menikmati. Menolak tapi diam-diam mau menikmati juga.
Udah pakai jalan tol, komplain mahal, maunya gratisan gitu? Pulang ke rumah, silakan ngaca dulu. Gak ada duit, gak usah banyak gaya pakai jalan tol. Mungkin dia stres keuangan sedang macet karena ditolak ceramah di mana-mana. Pusing tujuh keliling. Mau jualan agama, banyak yang menolak. Rezeki agak macet. Mungkin ini yang bikin dia ngamuk tak jelas, merepet soal tarif tol yang mahal.
Kelompok sebelah memang susah diatur. Pemikirannya agak beda dari yang lain. Mereka merasa seperti penguasa dan suka mendikte penguasa. Bahkan mereka tidak malu meminta pemerintah turun dari jabatannya di setiap demo yang digelar. Harusnya mereka diusir saja dari negara ini. Jadi beban negara, kadang jadi seperti parasit. Ngomel-ngomel tanpa memberikan kontribusi apa pun.
Mau hidup enak, maunya gratisan, maunya dilayani seperti raja, maunya semua tunduk kepada mereka. Geli. Rakyat yang waras harus berani menolak mereka. Biar saja mereka makin pusing dan kelimpungan. Semakin mereka diberi panggung, semakin besar kepala mereka. Gaya selangit melebihi pemerintah. Ternyata dia masih belum kapok disikat warga yang kesal.
Bagaimana menurut Anda?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/haikal-hassan-ngamuk-soal-tarif-jalan-tol-kok-pFY8bWdUYf
Hanya Era Jokowi yang Akomodasi Keinginan Seseorang untuk Dikenal dengan Cepat
Ada pendapat menyatakan, penjelasan materil kerap kalah dengan penjelasan subjektif. Dalam narasi subjektif ada nuansa bebas tafsir, sehingga banyak cara pula untuk mempengaruhi respon objek terhadap suatu informasi. Kita terpancing dengan narasi pengacara Ahmad Khozinudin, pengacara penggugat ijazah Jokowi, Bambang Tri Mulyono yang akhirnya mencabut gugatannya itu.
Menarik untuk dicermati, Khozi berargumen bahwa pencabutan gugatan itu semata-mata karena beratnya menghadapi penguasa, dan menurutnya ada kesan berlebihan datang dari pendukung Jokowi, yang digugat ijazah SD, SMP dan SMA tapi yang menjawab justru UGM yang mengeluarkan ijazah S1.
Kita bisa menilai sejauh mana kedangkalan pola pikir sang pengacara. Rektor UGM sudah sedemikian rincinya memberi argumentasi, bahwa meskipun gugatan itu bukan ditujukan kepada UGM, penjelasan itu kita anggap sebagai masih berada di dalam koridor.
Kalau Khozi belum ngeh tentang jenjang pendidikan, khususnya yang ditempuh Jokowi, sebelum masuk UGM dia mengenyam pendidikan SD, SMP dan SMA yang diyakini oleh pihak UGM bahwa jenjang itu secara sah dijalani Jokowi. Kalau penggugat menyatakan ijazah SD, SMP dan SMA Jokowi palsu, kenapa ijazah S1 tidak turut digugat palsu juga. Adakah hal normative bahwa Perguruan tinggi tidak mengharuskan yang bersangkutan menempuh pendidikan dasar dan menengah sebelum dia menempuh pendidikan tinggi?
Apakah Khozi mendapat pengakuan sebagai berhak menyandang Sarjana hukum setelah dia membuktikan dirinya menempuh pendidikan dasar dan menengah? Jika jawabannya “Ya”, maka demikian pula yang dimaksud UGM. Intinya, jangan menganggap bodoh kepada pihak yang seakan-akan tidak mengerti materi yang digugat kliennya.
Lebih jauh bisa kita gugat, kenapa pencabutan gugatan itu harus dikaitkan dengan status Jokowi sebagai Presiden atau penguasa? Apakah hanya karena sebagai penguasa maka Jokowi mampu menjawab gugatan kliennya Khozi? Lalu bagaimana jika gugatan itu dapat dibantah, siapkah kliennya menjawab pengaduan balik bahwa dia telah menyebarkan berita bohong? Kenapa hal ini perlu diungkap, karena motifnya sangat jelas bahwa gugatan itu bernuansa politis. Bisa jadi Bambang Tri ingin mendapatkan keuntungan dari gugatannya, minimal namanya lebih dikenal. Atau mungkin dia terobsesi untuk mencapai target politik? Siapa tahu.
Indonesia memang sarat dengan orang yang kurang kegiatan. Dan ironisnya, dia pun terkesan menganggap seorang Presiden sama kurang kegiatan seperti dirinya. Jika tidak demikian, untuk tujuan apa membuat orang terusik di tengah agenda kenegaraan yang amat padat? Dan satu hal lagi, masyarakat pun turut dirugikan karena kepentingan mereka terganggu akibat konsentrasi Presiden sedikit banyak mengalami gangguan.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/hanya-era-jokowi-yang-akomodasi-keinginan-DFd333uBnk
Komentar Menohok Direktur Cyrus Network Soal Oligarki, Anies Terpental
Direktur Eksekutif Cyrus Network Hasan Nasbi, memberikan sebuah bantahan yang menohok. Ini terkait oligarki.
Seperti yang kita tahu, pemerintahan Jokowi selalu dikait-kaitkan dengan istilah oligarki. Dikit-dikit selalu ada isu oligarki. Padahal saya yakin mereka yang teriak oligarki, mungkin tidak paham dengan definisi oligarki yang sesungguhnya. Sekaligus membuat kita paham mereka tidak perlu logis, karena tujuannya untuk membodohi orang-orang yang bisa dibodohi dan ikut membenci pemerintah.
Sedangkan Anies, lucunya, seringkali disebut pendukungnya sebagai simbol perlawanan terhadap oligarki.
Menurut Hasan Nasbi, Anies juga didukung oleh seorang oligark sehingga dia bukan simbol perlawanan terhadap oligarki.
"Ada yang lucu menggelitik, relawan Mas Anies memposting sebuah poster yang berbicara bahwa Anies Baswedan sebagai simbol perlawanan oligarki," kata Hasan.
Di belakang Anies ada seorang oligark yang juga memiliki sebuah pulau
"Ada pemilik pulau juga, Pak Surya Paloh itu pemilik pulau juga di Pulau Seribu, [dia] pemilik partai yang memiliki kekayaan yang enggak kira-kira jadi bukan seorang dermawan tapi seorang oligark. Pak Jusuf Kalla juga seorang oligark makanya saya bilang di belakang Mas Anies juga banyak oligarki ada juga pemilik pulau," katanya lagi.
Hasan menyebutkan meski dalam kampanye populis oligarki dijelek-jelekkan, tapi di belakang sering kali jadi modal politik.
"Jadi kalau ada kampanye populis oligarki dibusukin, tapi di belakang saya menjamin pasti menadahkan tangan terhadap para oligark karena apa biaya kampanye di Indonesia besar sekali," ujar Hasan.
"Mau kumpulin recehan dari siapa mau berapa banyak orang, untuk biaya politik siapa pun capresnya di Indonesia pasti melibatkan sumbangan dari para oligarki," katanya.
Kelompok sebelah, apa sih yang tidak berani mereka katakan? Hoax aja berani mereka sebarkan. Fitnah saja tidak segan mereka bagikan ke banyak orang. Mungkin mati saja yang mereka tidak berani.
Ini mirip dengan isu buzzer yang sangat mereka hina. Pasti tahu dong istilah BuzzerRp? Padahal mereka juga pasti punya buzzer. Tapi mereka berlagak seolah paling suci, tidak punya buzzer, paling bersih dalam berpolitik. Padahal, pretttt. Orang munafik selalu merasa suci, karena tidak punya cermin di rumah.
Hanya orang sakit hati yang percaya dengan tudingan dari kelompok sakit hati. Kalau mereka berkuasa, hasilnya pasti sama saja. Akan ada oligarki juga. Hanya orang gila yang bakal percaya, kalau mereka berkuasa negara ini akan maju melebihi China, bebas utang, ekonomi meroket hingga 20 persen, rakyat sejahtera semuanya tidak ada yang melarat sama sekali dan dijamin masuk surga, wkwkwkwk.
Benar yang dikatakan di atas, ongkos politik di Indonesia sangat mahal. Mau jadi caleg aja kadang modalnya ratusan juta. Apalagi mau jadi bupati, wali kota, gubernur bahkan presiden. Ongkosnya bukan bayar pakai daun pisang. Siapa pun presidennya, seidealis apa pun orangnya, sulit untuk lepas dari hal tersebut.
Tapi kelompok sebelah selalu menuduh orang lain oligarki, dan segudang tuduhan busuk lainnya. Padahal, kalau mereka berkuasa, bakal lebih parah. Oligarki lebih parah. Negara bahkan bisa kacau berantakan. Mereka itu munafik, santun tapi licik. Membangun negara tapi lebih memikirkan cuan politik.
Mereka pikir mereka bisa membodohi semua orang. Mereka hanya ingin menang pilpres, ingin berkuasa, sehingga perlu memoles diri dengan tampilan yang rapi, santun, suci dan sempurna. Mereka paling sempurna, yang lain busuk dan jahat.
Lihat saja Pilkada DKI 2017. Pilkada paling kotor dan busuk. Yang kalah dianggap busuk, tapi kenyataannya yang menang juga sama saja. Janji diingkari. Masyarakat dihindari dan dibuai dengan kata-kata sampah tak bermutu. Rakyat tetap begini-begini saja. Hanya saat politik, mereka diperlakukan bak raja, dengan janji akan diperjuangkan sampai kiamat.
Cara-cara seperti ini sungguh menjijikkan. Ya tidak heran, karena mereka ini memang kelompok yang paling menjijikkan. Masyarakat harus cerdas, jangan sampai dibodohi mereka. Mereka sudah terlalu haus dan lapar kekuasaan.
Lihat saja siapa yang berada di belakang Anies. Ada yang sudah lama kering sejak pemerintahan Jokowi. Kalau Anies yang jadi presiden, kekeringan akan jadi basah dan meluap.
Bagaimana menurut Anda?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/komentar-menohon-direktur-cyrus-network-soal-iafNBN7avs
Ranjau-Ranjau Politik Bagi Ganjar Pranowo
Merebaknya isu Presiden Joko Widodo bakal merebut kursi Ketua Umum PDIP dari tangan Megawati Soekarnoputri, kian hari kian santer. Isu yang dimunculkan oleh sukarelawan Ganjar Pranowo, menjadi berkembang liar di tengah senyap dan kalemnya PDIP menimbang-nimbang capres yang akan diusungnya. Dalam situasi seperti ini, seharusnya sukarelawan Ganjar Pranowo sendiri perlu meningkatkan kewaspadaan masuknya penumpang gelap yang sengaja disusupkan oleh lawan politik yang mengaku-ngaku sukarelawan. Kewaspadaan ini perlu agar sukarelawan hanya murni memperjuangkan dan mewakili keinginan masyarakat , tanpa tersusupi musang berbulu domba pihak lawan. Siasat mengadu domba antara Joko Widodo dengan Megawati tentunya dimanfaatkan oleh politisi-politisi lawan, agar Megawati lebih memilih Puan Maharani menjadi capres PDIP 2024, meskipun elektabilitasnya jeblok. Karena dengan terpilihnya Puan, secara otomatis capres yang lain sudah pasti mendapat angin segar kemenangan.
Siasat busuk adu domba ini sedang dijalankan oleh penumpang gelap mengatasnamakan sukarelawan, agar terjadi kekisruhan internal elit-elit PDIP. Oleh karenanya, belumlah tentu yang namanya sukarelawan itu, murni berkeinginan agar Ganjar Pranowo ataupun Puan Maharani menjadi capres 2024. Serangan utama mereka adalah pelemahan nama dan kepercayaan terhadap Joko Widodo sebagai presiden, dan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan. Ibarat Panji petualang melemahkan seekor King Cobra ganas, dengan memegang kepalanya maka lemahlah bagian yang lain.
Jika saja Megawati termakan umpan dan lantas memposisikan dirinya berseberangan dengan Joko Widodo, sudah dapat dipastikan Nasden-Demokrat-PKS merasa sangat diuntungkan hingga perhelatan pilpres 2024 nanti. Bahkan kemenangan pun sudah mereka genggam. Mengapa demikian? Ya karena suara PDIP terpecah menjadi 2 kubu, sehingga bukan lagi menjadi lawan yang berat. Hal yang gampang bagi mereka untuk mengalahkan Puan Maharani.
Tetapi hingga kini, tidak ada gejolak kekhawatiran Megawati perihal isu Joko Widodo hendak merebut kursi Ketua Umum PDIP. Ini pertanda bahwa Megawati lebih mempercayai bahwa Joko Widodo bukanlah kader partai yang tidak tahu tata krama politik. Sebuah kemustahilan bagi Joko Widodo untuk melakukan hal itu, apalagi dengan cara politik kotor kepada Megawati yang telah mendidik dan membesarkannya. Joko Widodo lebih paham dimana letak rohnya PDIP, hingga partai banteng mulut putih ini mampu dan konsisten menjadi partai nasionalis yang makin besar.
Ranjau politik “Jokowi merebut kursi Ketum” yang menghancurkan keterwakilan suara kehendak masyarakat itu sendiri sesungguhnya telah diledakkan oleh sukarelawan di bawah kaki Ganjar Pranowo. Harapan mereka, ledakan ranjau politik itu membuat Megawati kaget lalu buru-buru menetapkan Puan Maharani sebagai capres PDIP. Atau buru-buru memberi sanksi kepada Joko Widodo yang dianggapnya melakukan pelanggaran berat terhadap mekanisme kepartaian terutama dalam menentukan dan memilih ketua umum. Mereka berusaha membuat Megawati dan Jokowi berjarak. Mereka berusaha membuat Megawati tidak menyukai Jokowi, karena berulah mau merebut Ketum PDIP.
Tetapi ternyata ranjau politik yang mereka tanam tidak berhasil. Megawati sebagai “Queen Maker” dan Joko Widodo sebagai “King Maker” di PDIP hingga saat ini tetap dalam kesenyapan tetapi pasti. Keduanya tidak ingin PDIP kalah dalam pileg maupun pilpres 2024 nanti. Tentunya dengan mempertimbangkan berbagai hal, salah satunya elektabilitas Ganjar Pranowo maupun Puan Maharani. Inilah ketajaman politik Megawati Soekarnoputri di tengah desakan-desakan liar agar PDIP segera mengumumkan capresnya, juga di tengah-tengah berbagai upaya pembusukan PDIP. Sekaligus naluri berpolitik Megawati menghadapi partai-partai oposisi dan partai yang bermuka dua.
Seperti yang telah penulis sampaikan di tulisan sebelumnya Klik, bahwa pada akhirnya nanti Megawati akan realistis mempertimbangkan dan memutuskan siapa capres 2024 yang diusungnya. Megawati tidak usah diajari tentang elektabilitas kandidat capres, apalagi diajari membaca peluang keterpilihan antara Ganjar Pranowo dan Puan Maharani. Karena Megawati diyakini mendengarkan apa yang dikehendaki rakyat Indonesia, yaitu kemenangan PDIP untuk bisa melanjutkan visi dan misi Presiden Joko Widodo membawa bangsa dan negara ke arah yang semakin maju.
Megawati tidak akan jauh berbeda dengan sikap politik Soekarno, yaitu lebih condong mementingkan dan mengutamakan hal-hal yang lebih besar demi bangsa dan negara. Itulah roh perjuangan PDIP, yang sebenarnya wajib bagi seluruh kader dan simpatisan untuk memahaminya.
Ranjau politik dari dalam dan dari luar PDIP harus disiasati sedini mungkin, agar ledakan ranjau itu berubah menjadi ranjau-ranjau cinta dan tenaga arus deras keinginan simpatisan dan relawan dalam memperjuangkan Toegiman (Ganjar Pranowo) di pilpres 2024.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/ranjau-ranjau-politik-bagi-ganjar-pranowo-fC9jmacN9q
Doa yang Berbahaya
Berdoa merupakan bagian dari ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan berdoa kita akan merasa dekat dengan sang Maha Pencipta. Berdoa bisa untuk diri sendiri atau untuk orang lain.
Sudah biasa kita mendoakan orang lain supaya tercapai cita-citanya. Misalnya ingin cepat bekerja, ingin segera menikah, atau ingin jadi Kepala Desa. Berdoa dan mendoakan merupakan sesuatu yang biasa terjadi umat beragama.
Tetapi menjelang tahun politik ini, berdoa dan mendoakan ternyata bisa menimbulkan masalah. Orang yang mendoakan orang lain bisa dimarahi orang lain bahkan kehilangan jabatannya. Wah serius ini.
Beberapa bulan lalu sempat geger ketika M. Taufik yang menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta harus rela kehilangan jabatannya karena dipecat dari partainya sendiri Partai Gerindra.
Padahal M. Taufik merupakan salah satu pendiri Partai Gerindra di DKI Jakarta. Empat belas tahun di Partai Gerindra berakhir pahit dengan pemecatan.
Alasannya menurut kita orang awam sangat sepele. M. Taufik pada acara pengukuhan kepengurusan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) yang mana dirinya jadi Ketua sempat memberikan sambutan.
Dalam sambutannya M. Taufik mendoakan Anies Baswedan yang memang anggota KAHMI dan hadir pada acara tersebut, menjadi Presiden. Doanya ini ternyata berakibat fatal terhadap karir politiknya.
M. Taufik akhirnya kehilangan jabatannya sebagai Wakil Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta dan dipecat dari Partai Gerindra. Mungkin M. Taufik dianggap mendukung Anies Baswedan jadi Capres, padahal Partai Gerindra memastikan bahwa Prabowo Subianto akan kembali maju di Pilpres 2024.
Kabar terbaru, doa kembali “memakan” korban. Koordinator Nasional Koalisi Aktivis dan Milenial Indonesia untuk Ganjar Pranowo (Kami-Ganjar) Joko Priyoski mendoakan Jokowi menjadi Ketua Umum PDI Perjuangan pada tahun 2024.
Doa ini ternyata memancing perhatian publik, khususnya tokoh-tokoh PDI Perjuangan. Ganjar Pranowo, Gibran dan yang lainnya menyatakan ketidaksetujuannya dengan doa ini.
Mendapat serangan, teguran dan pernyataan negatif dari berbagai pihak atas doanya, Joko Priyoski pun meminta maaf.
Dari dua peristiwa ini publik menjadi tahu bahwa hanya berdoa saja dalam politik bisa jadi masalah. Oleh karena itu harus berhati-hati dalam berdoa khususnya doa yang isinya berkaitan dengan politik.
Lebih baik doanya tidak diungkap ke publik apalagi menjadi status di media sosial. Lebih baik berdoa di tempat ibadah masing-masing, agar tetap aman dan tidak menimbulkan konflik.
Di tahun politik apapun bisa jadi masalah, jadi bahan perbincangan bahkan bisa dibawa ke jalur hukum. Oleh karena itu hati-hati dalam bertindak, berbicara dan mengetik sesuatu di media sosial.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/doa-yang-berbahaya-rgxQ6GusZB
Puan Maharani, Ganjar Pranowo, Joko Widodo
Nama terakhir menjadi yang paling sukses secara karir politik dari sekian banyak petugas partai yang terkumpul sebagai anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Silakan saja didebat, tapi pada kenyataannya Pak Jokowi menjadi pilihan rakyat dua kali berturut-turut sebagai Presiden Indonesia.
Menurut Litbang Kompas dalam rilis hasil survei lanjutan, citra Presiden Joko Widodo (Jokowi) berada di angka 75%. Angka yang cukup menggambarkan bahwa rakyat Indonesia cukup positif memandang sosok diri Pak Jokowi.
Dua nama awal banyak disebut sebagai calon penerus Pak Jokowi, sebagai petugas partai selanjutnya dari PDI-P menuju RI-1 pada 2024 nanti. Dua nama yang punya banyak dukungan, baik dari internal maupun simpatisan dari kalangan umum.
Masih dari Litbang Kompas, namun kedua nama itu, Puan Maharani dan Ganjar Pranowo, punya angka elektabilitas sementara yang njomplang. Pada survei terbarunya itu, elektabilitas Ganjar menduduki puncak dengan 23,2 persen, sementara Puan Maharani hanya di angka 1 persen.
Segala proses politik yang terjadi di PDI-P kemudian mendatangkan ketertarikan tersendiri dari masyarakat. Dengan segala lika-liku dan dramanya, perjalanan dan tahapan menuju keputusan tentang siapa yang akan diusung PDI-P nanti, menjadi menu wajib yang selalu ditunggu perkembangannya.
Semakin menarik ketika dua nama itu tampil dengan ciri khasnya demi mendekati ke perasaan para calon pemilih. Puan dengan dukungan elit yang bahkan rela menyebar baliho kemana-mana, membentuk Dewan Kolonel yang kemudian mendatangkan sanksi, hingga pekerjaan pencitraan yang terus dilakukannya.
Sementara Ganjar Pranowo dengan persona sebagai kader yang selalu terpojok namun mendapat simpati dari banyak kalangan akar rumput, tetap tegak lurus. Dihina oke, dibully oke, disanksi juga oke.
Mendekati 2024 tentu apa yang terjadi di PDI-P akan semakin menarik. Menunggu keputusan Bu Mega yang secara eksklusif adalah pemilik tunggal kekuasaan, tentu asyik untuk diikuti. Serta kelanjutannya, yaitu pada kubu mana PDI-P akan bekerjasama, pasti semakin menarik untuk dinantikan.
Namun sebelum itu, yang masih menarik adalah bagaimana usaha Puan dan Ganjar demi semakin memperkuat elektabilitas dirinya. Bagaimana Puan akan menetapkan posisinya kemudian, dan bagaimana nasib Ganjar akan berujung?
Peran Pak Jokowi juga tak bisa dianggap kecil, baik secara langsung maupun tidak. Sebagai pihak yang akan mengestafetkan kekuasaannya, Pak Jokowi tentu punya pengaruhnya tersendiri. Bagaimana Pak Jokowi mengarahkan pendukungnya akan menjadi salah satu kunci yang bisa jadi penentu kemenangan nantinya?
**
Dalam suasana random sebuah imajinasi, ketika kemudian ketiga sosok itu berkumpul. Ganjar bertanya, "Infone masseeeehhhhh???......"
Anehnya, Puan yang jawab, "Yo ndak mampu aku, dudu spek idamanmu."
Pak Jokowi tiba-tiba nyahut, "Nuruti karepmu. Aku ninu ninu ninu….."
Sumber Utama : https://seword.com/politik/puan-maharani-ganjar-pranowo-joko-widodo-8rHMlS5xn1
Pasang Mata dan Telinga, Jangan Sampai Penganut Paham Wahabi Ikut Pilpres
Pilpres tahun 2024 tampaknya akan menjadi pertaruhan aliran tafsir Islam. Mayoritas Islam di Indonesia mengenal tradisi Islam Nusantara yang direpresentasikan oleh Ormas Islam terbesar, Nahdatul Ulama. Di samping NU ada lagi Ormas yang fokus pada misi pendidikan, hal ini ditunjukkan dengan keberadaan beberapa Universitas yang di bawah pengelolaannya. Ormas dimaksud adalah Muhamadiyah.
Yang cukup membuat kalangan ulama merasa gelisah adalah, beberapa puluh tahun lalu negara Arab Saudi mengirimkan ajaran baru dalam Islam, yang kemasannya adalah mengembalikan Islam ke fitrah sesuai yang dibawa nabi Muhammad dan sahabatnya, namun di balik kemasan itu tersembunyi misi politik, yakni Arabisasi Islam. Ajaran dimaksud adalah aliran “Wahabi”.
Tahukah siapa yang mewakili aliran ini, sebagaimana dibahas di tayangan video yang dibuat Cokro TV, tokoh-tokoh PKS memiliki kesamaan paham dengan Wahabi, dan tidak mustahil salah satunya akan mendampingi capres sebagai cawapres.
Akhir Masa Wahabisme – Politisasi Agama
Video Ade armando klik di https://youtu.be/OXgxi_ipGno
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menilai paham wahabi dan salafi tak cocok dengan tradisi Islam yang ada di Indonesia. "Dibangun dengan wahabi salafi, enggak cocok di kita [Indonesia]," kata Mahfud dalam acara Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah 'Menjaga Kedaulatan NKRI' pada bulan April lalu . Meski demikian, Mahfud tak membeberkan alasan rinci mengapa kedua paham itu tak cocok dengan Islam di Indonesia. Ia hanya mengatakan tak ada yang melarang paham wahabi dan salafi.
Paham itu menurutnya boleh tumbuh di negara asalnya atau di luar negara Indonesia. Belum banyak yang mengetahui ciri-ciri aliran Wahabi. Ketika kita sudah mengenal apa itu aliran Wahabi, sebenarnya tidak sulit untuk mengenal ciri-ciri aliran tersebut. Tujuan mengenal ciri-ciri aliran Wahabi penting agar dapat membandingkan mana ajaran yang tepat dan kurang tepat.
Hal ini bertujuan agar nantinya kita sebagai umat Muslim tidak terjerumus dan ikut-ikutan ke ajaran yang kurang tepat. Ciri-ciri aliran Wahabi identik dengan cara memahami Al-Qur’an dan hadis secara sempit dan sangat tekstual. Sehingga mereka begitu mudahnya membid’ahkan dan mengkafirkan orang yang tidak mengikuti pemahaman mereka.
Wahabi merupakan aliran di dalam Islam yang ditujukan kepada pengikut Muhammad bin Abdul Wahab. Pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab sejak dulu kontroversial dan mengundang kritikan dan hujatan banyak orang.
Ironisnya ajaran ini digunakan sebagai alat politik oleh penguasa Arab Saudi dalam beberapa generasi. Mujur bahwa saat ini terjadi perubahan mendasar di sana, dan ajaran Wahabi mulai dipreteli dengan ditangkapnya beberapa tokoh mereka.
Adakah Indonesia mengalami cemaran aliran ini? Dari gelagatnya memang demikian, maka kita perlu mewaspadai perkembangannya melalui sosok politisi berpaham sama.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/pasang-mata-dan-telinga-jangan-sampai-penganut-WGKl1WIDoh
Demokrat Dan PKS Rebutan Cawapres Demi Menjalankan Politik Identitas & Merusak Indonesia?
Demokrat sangat menginginkan AHY menjadi cawapres Anies, karena inilah peluang yang masih bisa tersedia, sebab AHY yang merupakan andalan Demokrat ini sudah tidak punya peluang lagi untuk bisa jadi nyapres.
AHY sudah tidak laku lagi. AHY tidak punya nilai jual yang tinggi. Masyarakat Indonesia tidak mengapresiasi siapa dirinya, padahal dia itu anak dari mantan Presiden yang juga berkuasa dua periode.
Dari fenomena ini, nampaknya rakyat Indonesia memang lebih memilih figur yang benar-benar merakyat. Rakyat Indonesia lebih menyukai seorang tokoh yang bisa membaur dan bahkan si tokoh ini ikut merasakan bagaimana suka dukanya jadi rakyat jelata.
Sosok Jokowi sudah membuktikan itu, maka tak heran banyak yang histeris ketika beliau hadir di kalangan rakyat atau bahkan saat melakukan lawatan kunjungan kerja. Maka tak heran, blusukan gaya Jokowi ini banyak yang ingin menirunya, tapi sayangnya tidak semua bisa melakukannya, bahkan seorang Puan pun sangat sulit meniru Jokowi.
Lalu bagaimana dengan Ganjar Pranowo? Ganjarist ayo merapat di kolom komentar.
Gaya para elit pejabat bisa kita saksikan dan itu bisa menggambarkan bahwa si pejabat itu pernah merasakan hidup susah atau tidak. Apakah pernah bersama-sama rakyat atau menjadi rakyat atau memang tidak pernah, atau apakah pernah mengalami apa yang pernah dialami rakyat? Itu bisa terlihat dengan jelas.
Jika ada pejabat yang blusukan tapi selama ini hidupnya ekslusif dengan berbagai fasilitas yang mewah dan sangat dimanjakan, maka akan sangat canggung ketika melakukan blusukan ke rakyat biasa.
Nah, AHY ini sudah banyak yang tahu dan sudah banyak beredar cerita bahwa hidupnya memang ekslusif, sehingga kalau AHY blusukan sangat canggung dan justru sangat aneh, sebagaimana Puan juga terjadi hal yang sama, bahkan wajah kesal Puan tertangkap kamera.
Panggung politik di negeri ini seringkali dihiasi kemunafikan, banyak janji yang terucap dan tertulis di kampanyekan tetapi banyak juga yang tidak terealisasi.
Salah satu contoh yang nyata yaitu Anies Baswedan, semua janji kampanyenya tidak ada yang terwujud, dan bahkan saat pencitraan memegang comberan pekat hitam, terlihat kecanggungannya dan kebodohannya, dari situ rakyat bisa menilai bahwa ini orang hanya main drama saja, dan saat terlihat kerja bakti ikutan sibuk nimbrung, padahal itu hanya pura-pura peduli saja.
Rakyat itu butuh hasil kerja bukan pencitraan yang suka ngibul. Rakyat butuh manfaat dari adanya pemerintahan bukan kata-kata. Kata-kata indah yang keluar dari mulut Anies hanya akan jadi kentut, lalu dihirup sedalam-dalamnya oleh para kadrun. Dan anehnya, kadrun sangat menikmatinya, bahkan digelorakan agar seluruh negeri ini merasakan bau kentut itu.
Anies saat turun ke lapangan atau di lingkungan warga, sebisa mungkin tersorot kamera, Jadi apa yang dilakukan Anies kalau turun ke lapangan, itu hanya disetting untuk kebutuhan pemolesan citra Anies yang tak bisa kerja.
Meski demikian, Anies dan tim-nya memang tidak ada rasa malu.
Masa bodoh soal prestasi untuk rakyat. Yang penting pencitraan dan terus pencitraan. Karena menurut mereka, pencitraan adalah segala-galanya, soal tidak bisa kerja cukup ditutup dengan pencitraan, jadi disitu-situ saja gaya berpolitiknya.
Jadi jelas bahwa yang mendukung Anies adalah orang-orang yang agak dungu. Kenapa dibilang dungu?
Karena rela dan sangat mau dikibulin oleh Anies, seperti keledai yang sudah jatuh di lubang yang sama tetap saja mau jatuh di lubang itu. Jakarta di bawah kepemimpinan Anies malah tidak ada perbaikan, yang ada malah kerusakan. Sehingga kalau memilih Anies untuk memimpin Indonesia, berarti memang dungu, karena ingin negara ini rusak total.
Surya Paloh tampaknya ingin menjadi penyelamat Anies. Image Anies sebenarnya sudah sangat rusak, sampai-sampai dijuluki “Bapak politik identitas”, Dan Surya Paloh ini punya kepentingan besar, apalagi kalau bukan soal “Kue kekuasaan” yang melimpah. Paloh berusaha membersihkan image kotor Anies, tapi ternyata tidak semudah itu.
Sementara itu, Demokrat dan PKS saling gontok-gontokkan. Kedua partai ini saling berambisi. Mereka berdua memperebutkan posisi Cawapres untuk mendampingi perusak Jakarta, seolah-olah kedua partai ini bersaing untuk membuat kerusakan di negeri ini, atau berlomba-lomba mengambil andil atau ikut berpartisipasi merusak Indonesia lebih fatal lagi.
Namun mereka akan cakar-cakaran, bersaing mendapatkan kursi pendamping Anies. Dan pada akhirnya mereka akan tenggelam, bahkan Anies pun ikut tenggelam.
Syarat-syarat untuk menjadi cawapres Anies terdengar “Wow” di media, tapi sesungguhnya syarat utamanya adalah “Berapa mahar yang mau diberikan.” dan juga kebutuhan logistik untuk memoles lebih cantik lagi pencapresan Anies. Disinilah kecerdikan Surya Paloh.
Maka, jika Demokrat mau bayar mahal PKS, mungkin PKS mau mengikuti apa kata Demokrat yaitu AHY sebagai cawapres. Tapi cerita tidak berhenti disitu. Surya Paloh mungkin punya hitungan tambahan. Begitulah kura-kura... semoga para perusak negeri tenggelam. Amin.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/demokrat-dan-pks-rebutan-cawapres-demi-menjalankan-eHObdGTPeT
Ekonomi Indonesia Masuk 7 Besar Dunia, Jokowi Patut Dilanjutkan Ganjar!
Indonesia jadi negara dengan ekonomi terbesar ke-7 di dunia. Ini adalah hal terbaik yang bisa saya bagikan untuk hari ini karena kita melihat bahwa bagaimanapun juga dampak pandemi ini sangat berat buat negara ini.
Seluruh negara terdampak pandemi sehingga menyebabkan ekonomi menjadi lesu dan diuji kesabarannya. Dampak pandemi ini begitu tidak bisa terbayangkan oleh negara-negara yang memang hidup dari pariwisata dan impor bahan baku dari luar negeri.
Negara-negara di Asia pun harus kembang kempis dan memiliki nafas panjang untuk bertahan di tengah-tengah pandemi yang melanda selama 2 tahun lebih. Sebetulnya sampai saat ini pandemi itu terjadi dan belum ada kata selesai.
Namun di tengah-tengah kesulitan yang begitu mencekam dan ketakutan masyarakat juga pemerintah dalam mengembangkan ekonomi, Indonesia masih bertahan dan terus bertumbuh meskipun perlahan dan lebih lambat dari biasanya.
Akan tetapi jika membayangkan dengan negara-negara lain dan membandingkannya ke Indonesia, mereka jauh lebih sulit keadaannya. Kita patut bersyukur untuk negara ini yang masih bertahan dan terus memiliki kebijakan yang fleksibel selama pandemi terjadi.
Per hari ini artikel ditulis pandemi sudah berlangsung selama 3 tahunan. Meskipun banyak pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan, pemerintah belum resmi memutus status pandemi selesai atau tidak. Akan tetapi roda ekonomi berjalan di Indonesia dengan begitu baik dengan banyak kebijakan-kebijakan yang menyesuaikan.
Kebijakan impor dan ekspor dilakukan dengan hati-hati dan mengambil keputusan yang sangat tepat. Di sinilah kinerja kementerian Presiden Joko Widodo teruji dan valid. Buat saya menjadi negara ekonomi terbesar ke-7 di dunia oleh Indonesia tidaklah terbayangkan jika negara ini masih dipimpin oleh pemimpin tolol.
Saya tidak perlu sebut pemimpin tolol itu dari mana. Yang pasti dia menghasilkan proyek-proyek mangkrak yang gila-gilaan dan memperkaya diri sendiri saja. Namun Presiden Joko Widodo dan jajaran kementeriannya menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan sangat amat baik.
Prestasi ini patut untuk kita perjuangkan dan patut untuk dilanjutkan oleh penerus Presiden Joko Widodo. Dia harus lahir dari rahim rakyat dan juga kalau bisa kader banteng. Menurut sabda Palon, penerus dari kepemimpinan negara ini haruslah orang yang berdiri di atas kepala banteng.
Presiden Joko Widodo adalah orang yang sudah diramalkan oleh sabda Palon mengenai hal ini. Namun saya yakin sabda Palon ini tidak bisa dilihat hanya dari satu era saja. Bukan hanya Presiden Joko Widodo yang diramal namun harus ada penerusnya yakni Bapak Ganjar Pranowo.
Beliau adalah sosok yang tepat untuk memimpin negara ini. Karena beliau bukan pemimpin yang gampang disetir oleh ketua umum partai. Dia bukan pemimpin yang jilat kaki dan jilat pantat partai seperti orang keturunan Yaman itu.
Negara Indonesia Saya yakin bisa jadi top 5 jika dipimpin oleh orang yang benar. Karena orang yang baik dan benar akan menjadi pemimpin yang tidak memikirkan dirinya sendiri melainkan berpikir untuk kemajuan bangsa ini. Dia tahu dengan majunya bangsa ini dia sendiri pun bisa maju.
Karena kalau dipimpin oleh orang yang gak bener pasti dia hanya jadi boneka Amerika dan China. Kalau bukan Ganjar Pranowo siapa lagi? Prabowo atau Anies Baswedan? Gila.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/ekonomi-indonesia-masuk-7-besar-dunia-jokowi-0xUQTVkgvf
Asli Bikin Ngakak, Bocorin Team Buzer Anies, Musni Umar Kena Maki hingga Hapus Cuitan
Memang betul pepatah mengatakan, 'sepandai pandainya menyimpan bangkai pasti akan tercium juga'.
Hal ini terbukti pada team buzzer Anies.
Selama ini banyak serangan brutal yang dilakukan oleh akun Medsos anonim pendukung Anies kepada para Jokower serta Presiden Jokowi.
Dan yang mereka sampaikan di Medsos bukan lagi kritik tapi sudah mengarah ke fitnah dan ujaran kebencian.
Seperti banyak di antara pendukung Anies turut memainkan isu ijazah palsu presiden. Padahal sampai sekarang mereka tidak ada yang mampu membuktikan klaim itu. Hanya omong doang.
Akibat fitnah yang begitu masif ini, sampai-sampai UGM menggelar konferensi pers untuk membantah tudingan tersebut.
Begitupun dengan guru kimia Presiden Jokowi semasa SMA, Bu' Ning, terpaksa muncul ke publik untuk menyatakan bahwa Jokowi adalah muridnya dulu semasa sekolah di SMA 6 Surakarta.
-o0o-
Sebenarnya kalau melihat rekam jejaknya, sudah bisa disimpulkan bahwa ijazah Presiden Jokowi itu asli. Lha wong dia pernah jadi walikota dua periode kok, jadi gubernur satu periode dan jadi presiden dua periode.
Untuk mendapatkan jabatan itu semua, syarat pertama yang harus dimiliki adalah ijazah ferguso. Bukan daun.
Dan untuk memastikan keabsahan ijazah tersebut, KPU melakukan verifikasi ke sekolah-sekolah maupun ke perguruan tinggi yang pernah ditempuh oleh calon kepala daerah atau Capres/Cawapres.
Jadi kalau ijazah Presiden Jokowi itu memang palsu, waktu dia nyalon Walikota Solo yang pertama dulu sudah bisa dipastikan gagal.
Apalagi ia pernah nyalon presiden, tentu proses verifikasi lebih ketat lagi. Dan itu lolos semua.
-o0o-
Hanya saja, begitulah kura-kura kadal gurun. Mereka gak peduli dengan fakta, sejarah serta logika. Yang ada di benaknya bagaimana memuaskan hawa nafsu. Itu saja.
Wajar bila kemudian, berdasarkan hasil survei, tingkat pendidikan pendukung Anies lebih rendah dibandingkan tingkat pendidikan pendukung Ganjar. Karena hanya orang-orang yang akalnya pendek saja yang bisa dibohongi oleh Kadrun yang suka mikir terbalik.
Dan kalau melihat pencapaian Anies, sangat wajar sih sih para buzzer tersebut menjelek-jelekkan Presiden Jokowi. Lha wong mereka saja kesulitan untuk menjelaskan prestasi Anies.
Program rumah DP nol gak jalan. OK Oce juga gak jalan. JIS tidak layak pakai. Formula E, ada dugaan korupsi. Dan naturalisasi sungai gak dikerjakan.
Palingan yang bisa dibanggakan oleh pendukung Anies, patung bambu getah getih, jaring di permukaan kali item, patung sepatu, tugu sepeda dan instalasi batu gabion.
Tapi karena pembangunan itu hanya menghabiskan anggaran saja dan gak memberi manfaat apa-apa bagi masyarakat, para buzzer Anies ragu untuk memamerkannya di Twitter.
Jangankan mau membanggakan itu, mereka saja malu menampakkan diri sebagai pendukung Anies. Sehingga diantaranya ada yang pakai akun anonim.
Namun lucunya, para buzzer Anies ketahuan oleh netizen lain bukan karena lawan mereka tapi karena rekan mereka sendiri yang koplak yakni Musni Umar. Hahaha
Sebagaimana kita ketahui bahwa mantan Rektor Universitas Ibnu Chaldun itu cukup aktif di Twitter.
Karena begitu aktifnya dia main Medsos tersebut, nyaris tiap hari Musni bikin cuitan. Bahkan di hari libur sekalipun.
Sampai-sampai ia lupa sejenak dengan anak dan istrinya sendiri karena begitu asyiknya main Twitter.
Hingga berkat ketekunannya berselancar di dunia maya tersebut, Musni berhasil mengumpulkan 197 ribu followers, yang terdiri dari berbagai suku, bangsa, ras dan agama.
Hanya saja, karena pikiran si Musni ini pendek, ia tidak bisa membedakan mana informasi yang privat atau tertutup dan yang mana informasi yang bisa di-share ke publik.
Sehingga informasi yang seharusnya menjadi rahasia malah dibocorkan oleh dia.
Para buzzer Anies yang sebelumnya tidak diketahui oleh orang lain, foto mereka lagi rapat ngatur strategi malah diunggah ke Twitter oleh Musni Umar. Hahaha
"Kemarin sore saya bersama Dr. Sulhan fasilitasi pertemuan tim Medsos Anies dengan relawan digital Anies untuk kolaborasi," ujarnya melalui akun Twitter @musniumar sembari menampilkan foto orang-orang yang selama ini kerap membela Anies di media sosial.
Tidak pelak, publik pun auto jadi tahu siapa yang selama ini di balik akun-akun yang begitu memuja-muji Anies di dunia maya dan menyerang pengkritiknya.
Dia adalah Dr. Sulhan dan kawan-kawan. Hahaha
Lantas, siapakah Dr. Sulhan ini?
Berdasarkan informasi dari Mbah Google, dia merupakan dosen Ilmu Komunikasi UGM yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM) periode 2019-2022.
Karena membocorkan foto buzzer Anies di Twitter itu pula, Musni Umar dimaki habis-habisan. Hingga ia menghapus cuitannya tersebut.
Yang mana hal ini diungkapkan oleh influencer yang juga forensic auditor, Rudi Valinka.
Melalui akun Twitternya @kurawa, Rudi mengatakan,
"Doyok Jr (Musni Umar) habis dimaki-maki karena bocorin team BuzzeRp Firaun, makanya dia langsung hapus. Padahal ada banyak Twit dia yang Hoax najis tralala gak pernah dia hapus. Kali ini dia terpaksa hapus karena fatal sekali. Untung gue sudah screenshot Twit dia. Kasihan Dr. Sulhan,"
Hahaha
Kok ada mantan rektor yang seguoblok ini?
Padahal do'i calon Menteri Pendidikan lho kalau Anies jadi presiden.
Wajar bila kemudian banyak orang yang meragukan gelar profesornya, dan masa jabatannya sebagai rektor tidak diperpanjang oleh Yayasan Pembina Pendidikan Ibnu Chaldun.
Karena kumisnya doang yang tebal, sementara otaknya kosong. Hehehe
Sumber Utama : https://seword.com/umum/asli-bikin-ngakak-bocorin-team-buzer-anies-musni-OCyK79PBad
Anies Tidak Perlu Bingung Pilih Aher atau AHY!
PKS maunya Aher. Partai Demokrat pasti, harus AHY. Partai NasDem lah yang pening!
Kalau Anies, sebagai sebatas 'orang suruhan' ya pastinya santai-santai saja. Sepanjang bisa menyenangkan pihak penanggung dana yang ada di belakangnya, ya gaskeun atuh!
Itu alasan utama kenapa Anies Baswedan tidak seharusnya untuk berpusing kepala ketika harus memilih Ahmad Heryawan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ataupun Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), jagoan dari Partai Demokrat, sebagai pendampingnya sebagai calon wakil presiden.
Aher maupun AHY punya kelebihannya masing-masing. Pun punya kekurangannya juga yang membuat dua nama itu seperti seimbang.
Aher jelas bisa dikatakan sebagai kader terbaik yang pernah dimiliki oleh PKS. menjadi Gubernur Jawa Barat dua kali masa jabatan adalah fakta yang tidak bisa diremehkan. Itu juga nilai jual utama dari Aher ini. Suara dari provinsi dengan jumlah pemilih terbesar di Indonesia tentu patut untuk dipertimbangkan.
Aher juga didukung oleh partai dengan pasukan media sosial yang sudah teruji. Cara kampanye murah yang patut menjadi salah satu keunggulan bakal calon wakil presiden ini.
Yang tak kalah menarik, Aher juga berasal dari partai yang dikenal dengan kesolidan, militansi, dan loyalitas pendukungnya. Dari rilis Litbang Kompas, PKS adalah partai dengan loyalitas pemilih ada di angka 65,2 persen, nomor dua di bawah loyalitas pemilih PDI-P yang di angka 65,3 persen. Sementara dari SMRC, PKS adalah partai yang cukup efektif menarik suara PAN dan Gerindra masing-masing sebesar 19% dan 10%.
Lalu bagaimana dengan AHY?
Jelas, nilai jual AHY adalah penampilannya plus Pepo-nya. Tongkrongan AHY yang masih muda jelas akan menjadi modal utamanya. Disusul dengan nama bapaknya, membuat AHY juga patut untuk diperhitungkan.
Pengalaman Partai Demokrat sebagai partai penguasa pemerintahan, dan SBY sebagai mantan presiden, yang mendatangkan romantisme dan kenangan kemenangan menjadi unggulan AHY selanjutnya.
Dukungan Demokrat itu menjadi keunggulan AHY juga. Terlebih ketika dalam survei terbaru, pasca pencapresan Anies, Demokrat berhasil masuk tiga besar. Bukan tidak mungkin bila kemudian AHY yang terpilih sebagai cawapres, suara Demokrat akan bisa meningkat lagi.
Nah, lalu apa kekurangan Aher dan AHY?
Agaknya sama, yaitu elektabilitasnya yang sama-sama rendah serta keduanya yang berasal dari ceruk suara yang sama dengan Anies Baswedan.
Pada akhirnya Anies harus pilih yang mana? Pantaskah bila kemudian Anies bingung?
Begini, sebenarnya yang patut dibingungkan Anies itu, yang utama adalah kepastian terbentuknya koalisi yang siap mendukungnya dulu. Koalisi yang telah melewati PT 20% sehingga pencapresannya akan menjadi kenyataan.
Kebingungan selanjutnya adalah bagaimana nasib Formula E di KPK. Bila terindikasi merugikan keuangan negara dan ada pelanggaran hukum, jangankan memilih cawapres pendamping, nyapres pun belum tentu bisa kesampaian …….
Sumber Utama : https://seword.com/politik/anies-tidak-perlu-bingung-pilih-aher-atau-ahy-aiSPmr96kl
Jokowi Masuk 13 Besar Tokoh Muslim Paling Berpengaruh Dunia, Kadrun Kejang-kejang
Kalau kita bicara tentang Presiden Joko Widodo, tidak akan ada habis-habisnya kekaguman rakyat terhadapnya. Yang sangat mengagetkan bukan hanya pembangunan infrastruktur dan ekonomi yang melejit sampai masuk ke dalam negara 7 besar dunia.
Melainkan Presiden Joko Widodo berhasil secara personal mendapatkan gelar 13 muslim paling berpengaruh di Ini adalah sebuah hal yang kita kagetkan bersama-sama dan membuat mata melongok dan mulut ternganga. Radikalis dan kadrun pun terkencing-kencing.
Karena selama ini dicitrakan Presiden Joko Widodo adalah Presiden yang anti dengan Islam dan dianggap sebagai PKI oleh pendukungnya Anies Baswedan. Selama ini pencitraan Presiden Joko Widodo bukan sebagai Muslim.
Namun sebagai presiden Indonesia yang bekerja bagi rakyatnya. Presiden Joko Widodo menganggap bahwa agama adalah ranah yang berbeda dengan politik. Presiden Joko Widodo bisa memisahkan antara kehidupan pribadi dengan pekerjaan.
Demikian juga dia bisa memisahkan antara agama dan pekerjaannya. Karena dia tahu sebagai muslim yang taat, ketika mengurusi urusan rakyat Indonesia yang beragam, agama sementara dikesampingkan terlebih dahulu karena itu merupakan ranah privat.
Berbeda dengan musuh politiknya, justru Amien Rais, Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan berbagai sosok yang dikenal agamais lainnya menggunakan isu agama untuk mengangkat popularitas mereka.
Alhasil mereka jatuh pecah berkeping-keping dan menjadi pecundang sampah politik. Amien Rais memang sudah ditakdirkan oleh Tuhan sebagai gelandangan politik untuk selama-lamanya sampai selama-lamanya.
Dia sedang hidup di neraka dunia melihat bagaimana seorang pebisnis kayu dan furniture dari daerah Solo bisa menjabat menjadi Presiden. Sedangkan dia sendiri adalah lulusan Amerika S3 yang ternyata nggak bisa jadi apa-apa di negara Indonesia yang kita cintai.
Dari sini membuktikan bahwa tanpa menggunakan isu-isu agama, Presiden Joko Widodo bisa membuktikan bahwa dia bisa menjadi 13 besar tokoh muslim paling berpengaruh di dunia.
Di dalamnya tidak ada Rizieq Shihab, tidak ada Anies Baswedan, tidak ada Amien Rais, tidak ada Prabowo Subianto, tidak ada Eggi Sudjana, tidak ada Bambang.
Tidak ada Surya Paloh, tidak ada orang-orang Demokrat. Tidak ada Susilo Bambang Yudhoyono, tidak ada Agus Harimurti Yudhoyono.
Dan Presiden Joko Widodo masuk ke dalam tokoh besar muslim di dunia dan bersama dengan alm Buya Syafi'i Ma'arif, kyai Said Aqil Siradj, Habib Lutfi bin Yahya, Gus Yahya, almarhum Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan tokoh-tokoh NU yang justru tidak mau mengutamakan agama di dalam berpolitik dan berorganisasi.
Orang-orang yang tidak memanfaatkan agama untuk melakukan politisasi ayat dan mayat justru menjadi tokoh besar di dunia dan memengaruhi seluruh rakyat. Coba kita bayangkan kalau para pecundang politik itu yang menghancurkan karakter Ahok menjadi tokoh penting di dunia.
Betapa buruknya wajah agama Islam ketika digunakan untuk melakukan politisasi suku agama ras dan antargolongan oleh Anies Baswedan dan pendukungnya.
Dan ternyata Islam dunia mengakui bahwa presiden Joko Widodo dan tokoh-tokoh nasionalis lainnya yang masuk ke dalam orang besar di dunia. Inilah yang membuat saya lega bahwa ternyata wajah agama Islam masih mulia karena diisi oleh orang-orang baik bukan para politisi busuk.
Dan saya berharap Nanti kedepannya Ganjar Pranowo bisa menjadi penerus Presiden Joko Widodo untuk melanjutkan tongkat estafet pembangunan bangsa dan manusia Indonesia yang bermartabat dan beragama namun tidak menggunakan agama seperti Anies Baswedan yang mengeksploitasi ayat dan mayat.
Sebagai orang Kristen Saya bersyukur bahwa tokoh-tokoh dunia memiliki agama yang mencerminkan kedamaian dan juga cinta kasih. Ternyata agamanya Presiden Joko Widodo merupakan agama yang juga mengajarkan kebaikan tidak seperti yang dicitrakan selama ini oleh Bahar dan Rizieq dengan kalimat kotornya dan radikalnya Felix Siauw.
Justru dengan mencintai bangsa dan negara ini mereka bisa dijadikan orang tokoh agama yang berpengaruh di dunia. Saya berharap artikel ini bisa menjadi pengharapan sekaligus doa bagi Ganjar Pranowo untuk meneruskan ke tokoh dan kepemimpinan yang sudah dimulai oleh Presiden Joko Widodo selama 10 tahun belakangan ini.
Dan saya yakin Tuhan pasti memberkati negara ini melimpah-limpah. Seperti bagaimana dia pernah memberkati bangsa-bangsa pilihan. Gambar sosok yang takut akan tuhan tentunya juga takut melakukan politik ayat dan mayat seperti yang dilakukan oleh manusia busuk di tahun-tahun belakangan ini.
Masuk ke dalam 13 besar tokoh dunia bukanlah hal yang sepele dan enteng dilakukan. Dan tentunya para Wahabi dan radikalis Hizbut tahrir Indonesia terkentut-kentut melihat Presiden Joko Widodo yang dianggap sebagai tokoh muslim paling berpengaruh positif di dunia.
Mana nih suara Arie Untung dan juga para penganut paham khilafah?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/jokowi-masuk-13-besar-tokoh-muslim-paling-5V26fY8v6w
Ganjar Sosok Kunci Menumbangkan Rivalitas Musuh Popaye
Setidaknya kita bisa memprediksikan, akan ada tiga poros kekuatan yang akan berlaga pada pilpres 2024 mendatang.
Beberapa kekuatan tersebut adalah, Gerindra dan PKB, lalu Nasdem, Demokrat, PKS, dan kekuatan ketiga adalah Golkar, PAN, dan PPP.
Diantara partai yang lolos sebagai peserta pemilu, hanya PDI Perjuangan lah yang belum menentukan sikapnya, untuk mengusung kandidat yang akan diusung.
Dan PDIP sebagai partai pemenang Pemilu sekaligus partai yang berada di lingkaran kekuasaan, pastinya memiliki bargaining position yang strategis, dimana bisa memproyeksikan seperti apa konstelasi politik kedepan.
Setidaknya ada dua opsi politis yang yang bisa diakselerasikan.
Pertama, rencana memasangkan putri Mahkotanya dengan ketum Gerindra, sudah menjadi mimpi yang tak mungkin terealisasi.
Mengingat deal politik yang sudah berada dalam tahapan sulit untuk diganggu gugat, antara Muhaimin dengan Prabowo Subianto (PS).
Hal ini membuat PS tidak memiliki opsi lain, kecuali menerima kenyataan bahwa sekarang dirinya sudah menjadi "soulmate" cak Imin.
Tentu saja bagi PDIP juga tidak akan memaksakan agar Wowo pindah kelain hati, di samping akan dijuluki sebagai pelakor (pemangsa laler koreng), ini hal yang juga sangat mungkin akan mendowngrade. elektoral PDI Perjuangan itu sendiri.
Lagi pula Gerindra yang sudah ditinggalkan alumni 212 fans club dan kelompok yang sejenis, harus berpikir dua kali untuk mem-PHP si Imin, bisa-bisa dia juga akan kehilangan suara dari kelompok Nahdliyin, khususnya pendukung die hard si Imin.
Kesimpulannya, peluang untuk berkoalisi bersama Gerindra kandas sudah.
Begitu pula planning elit PDIP dimana sempat tersebar kabar untuk menduetkan Puan dengan mantan gubernur bocor, yang memiliki kelebihan dalam hal bayar, alias jago ngentit, tak terlihat ada celah yang bisa dijadikan peluang, walau PDIP juga memang tak memiliki selera untuk meleburkan dirinya dalam koalisi Trio kwek-kwek.
Kedua, walhasil tinggal satu opsi lagi yang dimiliki PDI Perjuangan, meskipun begitu opsi ini akan memberikan beberapa kesempatan bagi PDIP dalam meraih mimpinya.
Pertama, ambisi PDI Perjuangan yang ingin memecahkan rekor dengan hattrick, sebagai Partai yang tiga kali secara berturut-turut tampil sebagai pemenang Pemilu.
Kedua, PDI akan mampu menjadi rival, bahkan lawan berat bagi poros yang diprakarsai musuhnya Popaye, maaf maksud saya Surya Pop… eh Paloh dan Nasdemnya.
Ketiga, PDIP mempunyai kans yang cukup besar menggandeng Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), dan bisa dipastikan menjadi kekuatan besar yang diharapkan dapat tampil sebagai pemenang pemilu untuk ketiga kalinya.
Keempat, ketiga poin diatas hanya bisa terealisasikan jika PDIP mengusung si rambut keperakan Ganjar Pranowo (GP).
Karena GP bisa menjadi penentu yang dapat menjadikan impian partai "bermoncong putih" bisa terwujud.
Mengapa demikian?
Karena Ganjar Pranowo sudah menjadi ikon yang dipercaya oleh banyak lapisan masyarakat, sebagai figur yang dapat meneruskan nawacita Jokowi.
Disamping itu koalisi KIB sangat familiar dengan figur seorang Ganjar, yang memang sudah menjadi calon alternatif untuk dijagokan sebagai bakal calon Presiden sebelum koalisi KIB terbentuk.
Sekarang masalahnya ada pada sang putri mahkota, untuk bagaimana dan jangan sampai "si enok* merasa disingkirkan.
Karena dikhawatirkan akan menanam padi kearah depan, saking mau majunya sebagai capres, dan jangan sampai terulang membagikan kaos partai dan capres dengan muka cembetut.
Jika PDIP, dalam hal ini ibu suri dapat meredam kekecewaan putri kesayangannya, percayalah! Jangan takut dengan hasil yang akan diperoleh partai banteng pada perhelatan pemilu walau dilakukan seribu kali.
Tapi ada catatan terutama untuk tim hore, semua pihak harus menahan diri dan menunggu dengan sabar manuver bombastis yang akan dilakukan ibu suri.
Jangan sampai membuat ibu Ketum gusar, seperti kelompok yang mengaku sebagai relawan pendukung Ganjar, tapi tanpa tata Krama - berani meminta agar Jokowi menggantikan Megawati Soekarno Putri sebagai Ketum PDI Perjuangan.
Untung saja Ganjar secara spontan bereaksi, dan dengan tegas dia mengatakan, "itu sebuah kengawuran dari seorang (baca kelompok) yang tidak mengerti aturan di PDI Perjuangan, yang tidak mengerti relasi diantara kami di dalam partai dan sangat sembrono!"
Bisa jadi ini strategi yang sudah direncanakan pihak lawan, untuk memperuncing keadaan, mengingat Ganjar sudah mendapatkan frikik dan mendapatkan kartu kuning, jangan sampai mendapatkan kartu kuning kedua kalinya.
Oleh sebab itu penting bagi para relawan juga tim hore untuk meningkatkan kewaspadaannya, karena tidak menutup kemungkinan banyak para penyusup dan penumpang gelap berusaha mengacaukan agenda yang ada.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/ganjar-sosok-kunci-menumbangkan-rivalitas-musuh-vxXGLqO9f0
Awas, Tilang Elektronik akan Digalakkan untuk Menggantikan Tilang Manual
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sudah mengeluarkan aturan soal akan dihentikannya penilangan secara manual dan akan lebih menggalakkan tilang elektronik, baik menggunakan kamera CCTV yang sudah banyak terlihat di jalanan umum, hingga ada yang akan bersifat mobile dibawa oleh petugas di lapangan.
Meski kudu diakui, proses tilang manual tetap ada keseruannya tersendiri kalau sampai ada adegan kejar-kejaran atau berkelit dari petugas. I think we will miss that moment, apalagi kalau punya pengalaman pribadi pas kena tilang atau malah berhasil lolos dari kejaran petugas, dengan trik tertentu mulai dari masuk rumah orang, pura-pura beli di warung, atau memang jago berkelit dan bisa kabur dari kejaran petugas. Hehehe...
Nah, dengan semakin digalakkannya tilang elektronik dengan berbagai inovasi caranya, tampaknya masyarakat akan sukar berkelit kalau sampai "tertangkap kamera" ketahuan melanggar, lalu akan dikenai sanksi berupa tagihan tilang yang dikirim ke rumah sesuai identitas dan alamat data sepeda motor yang ada di kepolisian.
Bagus sih idenya, juga efisien dan bisa mengurangi praktik pungli atau penyelesaian secara damai dengan petugas di lapangan yang tentu saja sudah menjadi rahasia umum. Hanya, saya masih sangsi dengan pemberlakuan tilang elektronik ini ... akankah mampu mengatasi dua masalah berikut ini?
Masalah pertama, memastikan tagihan diterima dan dibayar oleh si pelanggar, bukan sekadar mengirim surat tilang ke alamat yang sesuai data kepemilikan kendaraan bermotor. Ini masalah klasik yang semoga menarik minat Kapolri agar diselesaikan dalam waktu dekat. Masa' iya misalnya sepeda motor sudah berpindah tangan sampai dua atau tiga kali, tapi masih ditagihkan ke pemilik pertama?
Iya kalau dendanya dibayar, lha kalau si pemilik terkini merasa "Mendingan mangkir bayar pajak sekalian daripada kena denda," trus siapa mau bayar denda tilangnya?
Masalah kedua, tentu saja terkait sisi kemanusiaan dari perlakuan petugas kepada masyarakat. Tak dipungkiri bahwa dalam kasus pelanggaran meski banyak yang sengaja, tapi ada kondisi tertentu dimana pengendara tak sengaja, seperti lampu utama yang tak sengaja saklarnya off (mungkin tersenggol atau dimatikan anak), atau terpaksa berhenti melewati marka jalan karena memberi jalan pada ambulance yang lewat.
Kalau tilangnya pakai sistem elektronik, tampaknya takkan ada ampun atau membela diri bagi pengendara yang kena tilang, bahkan sekalipun mereka ada dalam posisi benar. Bagaimana dengan alasan "Ah, cuma ke situ aja pakai helm"* trus kebetulan polisi lewat dan menjepret adanya panggaran itu? #mbuhlah
Akhirnya, saya pribadi mendukung setiap upaya perbaikan dan terobosan sistem penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas. Namun, hendaknya Kapolri juga membarengi dengan mencermati dan merespons keluhan masyarakat yang sudah bertahun-tahun diabaikan, seperti kemudahan membayar STNK (tanpa harus menembak KTP), balik nama berbiaya murah dan cepat (kalau perlu beberapa jam selesai), hingga soal ujian SIM yang benar-benar sesuai kondisi lapangan. Bisakah saya menitipkan aspirasi ini, Pak Kapolri?
Sumber Utama : https://seword.com/umum/awas-tilang-elektronik-akan-digalakkan-untuk-mfvKkeiHEz
Sapa Prabowo sebagai Calon Presiden, Apakah Ucapan Cak Imin Bisa Dianggap sebagai Doa?
Selamat datang di bulan kesebelas kalender Masehi 2022, dengan suhu politik yang semakin menghangat. Persiapkan diri untuk mendengar, membaca, atau menonton segala sesuatu yang dengan mudahnya akan ditarik ke ranah politik ... termasuk urusan yang agamis.
Mengawali tulisan kali ini, saya tertarik membaca judul pemberitaan laman CNN Indonesia ketika Ketum PKB Muhaimin "Cak Imin" Iskandar disebut menyapa Prabowo Subianto dengan sebutan "calon presiden dalam sebuah acara.
Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menilai langkah Ketum PKB itu sebagai sebuah doa, lantas berharap itu bisa terwujud. Nggak perlu say amen buat kalimat barusan, juga buat kutipan omongan Sufmi Dasco berikut ini:
"Bahwa dalam ungkapan Pak Muhaimin bahwa Pak Prabowo capres itu kami apresiasi, karena ucapan itu adalah doa, sehingga mudah-mudahan apa yang disampaikan Pak Muhaimin itu tentunya kita harapkan bisa terwujud."
Alasan pertama, ya karena ucapan itu biasa saja, buat menyenangkan atau mengambil hatinya Prabowo, yang memang sejak lama senang disanjung dengan kata-kata yang ada "presiden" di dalamnya. Saya harap kita pun belum lupa soal acara main presiden-presidenan yang pernah Prabowo lakukan ketika kalah Pilpres beberapa tahun lalu, sampai ada parodi "Siap Presiden" di mana-mana.
Jangan lupa pula dengan adegan sujud syukur dan hitungan cepat yang ngawur itu, karena meyakini Prabowo dan duetnya sebagai pemenang Pilpres, tapi faktanya kan kalah. Hahaha...!
Alasan kedua, ya memang tidak semua ucapan adalah doa, meski ketika berdoa yang dominan dilakukan adalah berucap atau ngomong, meski ada pula tangisan, sujud syukur, bersimpuh, dan lain sebagainya.
Jika ucapan adalah doa, yang katanya mujarab, kenapa tidak kita coba biar KPK segera menetapkan tersangka kepada Si A atau Si B, biar segera mengenakan rompi oranye? Jika setiap ucapan adalah doa, kenapa persoalan banjir Jakarta tak juga beres, padahal selama lima tahun terakhir ada banyak olah kata terhambur di langit Jakarta, termasuk fitnahan, hoaks, dan sumpah serapah?
Izinkan saya menilai sapaan Cak Imin sekadar sapaan politis, yang sekadar enak didengar dan mungkin bisa mengaburkan kewaspadaan Prabowo, yang memang senang dipuji itu. Hanya itu, tidak lebih, juga tidak berkhasiat apa pun.
Meski begitu, saya tak menampik bahwa perkataan itu juga punya gema, yang akan membuat si pengucapnya memakan buah perkataannya, cepat atau lambat karena "hukum alam" mengatur demikian. Pun jika nanti takdir membawa Prabowo sebagai RI-1, saya tetap meyakini bahwa sapaan Cak Imin hanyalah tindakan politis, sama sekali bukan doa. Bagaimana menurut Anda?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/sapa-prabowo-sebagai-calon-presiden-apakah-ucapan-rjPlD7FGN3
Ngakak, Tokoh Oposisi Ramli Rizal Blokir Penulis Seword
Beberapa tahun yang lalu, penulis sudah diblokir oleh Tifatul Sembiring, elit PKS yang katanya partai dakwah.
Gak heran jika Tifatul Sembiring blokir penulis karena pernah bongkar boroknya dan anaknya.
Bagi orang PKS yang koar-koar anti China karena dianggap komunis, tapi anak Tifatul Sembiring malah kuliah di China atas biaya pemerintah China juga (beasiswa).
PKS ingin “membodohi” umat dan rakyat Indonesia dengan acting paling anti terhadap komunis tapi faktanya, PKS sudah lama berhubungan dengan Partai Komunis China (PKC).
Tifatul Sembiring dari PKS “membodohi” rakyat dengan acting paling peduli rakyat Palestina lalu koar-koar anti terhadap Amerika karena dianggap pro Yahudi padahal Tufatul Sembiirng berterima kasih kepada Amerika karena menguntungkan PKS.
Entah berapa kali Tifatul Sembiring ketahuan sebar hoaks tanpa malu atau memang sudah tidak tahu malu lagi!
Kita juga masih ingat jika Tifatul Sembiirng ini pernah melecehkan Ulama dari NU yang merupakan ormas Islam terbesar di Indonesia.
Tifatul Sembiring, mantan Presiden PKS yang sekarang menjadi Ketua Fraksi MPRI RI dari PKS juga pernah ketahuan follow akun porno dan mengatakan nonton video porno bukan dosa besar. Sumber
Elit PKS yang katanya partai dakwah saja seperti Tifatul Sembiring, bagaimana simpatisan dan kader yang di bawah?
Ingat pesan salah satu petinggi NU bahwa PKS itu mainan Amerika dan harus waspada terhadap maneuver politik PKS “berkedok” dakwah seperti yang dimuat dalam situs resmi NU di bawah ini:
Selain elit PKS blokir penulis Seword karena kepanasan boroknya terbongkar ke public, ternyata Rizal Ramli yang juga tokoh oposisi memblokir penulis Seword. Semalam, penulis mau membagikan berita tentang kehebatan ekonomi Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi ke Rizal Ramli, tokoh oposisi yang katanya paling paham masalah ekonomi.
Padahal maksud penulis baik, agar Rizal Ramli tahu bahwa Indonesia masuk dalam daftar 10 negara dengan ekonomi terbesar dunia versi Dana Moneter Internasional (IMF) dan berada di posisi ke-7, diatas Inggris dan Perancis. Sumber
Ternyata, penulis baru tahu diblokir oleh Rizal Ramli. Wkwkwkwkwk
Sesaat setelah melihat akun twitter penulis diblokir oleh Rizal Ramli, penulis langsung bertanya, apa salah gue? Ha ha ha.
Mungkin RizalRamli kepanasan dengan data yang penulis sampaikan untuk mematahkan ocehannya selama ini yang “nyinyir’ ekonomi Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi hampir 2 periode saat ini.
Akhirnya, dari sini sudah ketahuan bagaimana kualitas para oposisi yang “nyinyir” terhadap pemerintahan Presiden Jokowi saat ini.
Oh iya, ada yang tahu apa pekerjaan tetap tokoh oposisi Rizal Ramli saat ini?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/ngakak-tokoh-oposisi-ramli-rizal-blokir-penulis-ns5HVGeCjW
Anies Makin Kusut! Koalisi NasDem Direcoki JK, Ditolak Luhut!
Kita masih mengulik soal rencana koalisi yang paling banyak jadi berita saat ini. Yakni rencana koalisi antara NasDem, Demokrat dan PKS, yang bakal mengusung Anies sebagai capres 2024. Koalisi yang penuh dengan pameran kedekatan dan keakraban. Beberapa kali Anies dikelilingi oleh para elit partai politik. Kemudian Anies juga memamerkan kedekatannya bersama AHY. Pokoknya tokoh-tokoh elit yang terkait dengan koalisi ini terlihat akrab dan hangat satu sama lain.
Namun, hingga sekarang, belum ada kepastian jadi tidaknya koalisi ini. Masalahnya ada di siapa yang bakal dipilih sebagai cawapres. Ada tarik menarik di sana. Padahal NasDem sendiri sudah sangat ingin mendeklarasikan koalisi ini. Tanggal 10 November kerap disebut sebagai tanggal deklarasi koalisi. Katanya sih karena tanggal itu kan Hari Pahlawan. Sementara besoknya pada tanggal 11 November, NasDem akan merayakan hari ulang tahunnya. Pemilihan tanggal 10 November ini malah mengingatkan saya sama hari pulangnya Rizieq Shihab ke Indonesia, yang waktu itu kayaknya sih sengaja dipaskan pada Hari Pahlawan. Ya, bisa jadi sih, NasDem terinspirasi dari Rizieq ya. Kan otomatis udah temenan ya, dengan memilih Anies sebagai bakal capres.
Kembali ke koalisi. Pemilihan cawapres buat Anies memang dipasrahkan NasDem kepada Anies. Tentu saja, Anies berharap bahwa cawapresnya ini harus bisa multitasking ya. Jadi semacam kombinasi antara juru kampanye, wakil gubernur, dan TGUPP gitu kali ya. Harus bisa bikin Anies terlihat hebat dan bisa kerja. Anies nanti tinggal jalan ke sana sini sambil mendemonstrasikan keahliannya menata kata hehehe… Berat itu ya. Sampai-sampai nama AHY pun tidak disebut oleh Anies. Lha wong di Pilkada DKI Jakarta dulu saja AHY dikalahkan oleh Anies.
Jadi, Demokrat maunya AHY yang jadi cawapres. Sedangkan PKS akhirnya memilih Aher (Ahmad Heryawan, mantan Gubernur Jawa Barat) sebagai cawapres. NasDem mencoba untuk menengahi dengan mengusulkan cawapres dari jalur luar partai. Bisa jadi, karena NasDem juga tahu bahwa baik AHY maupun Aher cukup sulit untuk memenuhi kriteria yang ditentukan Anies. Di mana cawapres itu harus bisa membawa kemenangan, bisa menjaga stabilitas koalisi dan bisa membantu Anies dalam pemerintahan. Nah itu tadi, saya bilang kombinasi antara juru kampanye, wakil gubernur dan TGUPP hehehe…
Demokrat, akhirnya tidak malu-malu lagi untuk bersikeras mengajukan AHY sebagai cawapres Anies. Awalnya terkesan malu-malu, karena Anies kan tidak pernah menyebut nama AHY ketika memaparkan soal kriteria cawapres. Tapi masak Demokrat nggak dikasih jabatan cawapres. Kan tanpa Demokrat, koalisi nggak bakal memenuhi syarat presidential threshold 20 persen. Soal dana, Demokrat pasti sanggup dong. Pengusungan capres/cawapres memang butuh dana besar ya.
Namun, NasDem terkesan cuek dengan usulan Demokrat ini. NasDem malah mengusulkan Luhut Binsar Pandjaitan untuk jadi bakal cawapres Anies. Tentu usulan ini disertai NasDem dengan pujian setinggi langit buat Luhut. Yang dianggap paten sebagai pendamping Anies. Kalau AHY dibandingkan dengan Luhut, ya jauh dong ya. Mungkin itu juga cara NasDem untuk meminta Demokrat dan AHY sadar diri ya.
Bukannya sadar, Demokrat malah membalas dengan keras. Menyebut tiap hari ada terus nama baru buat cawapres Anies dari NasDem. Katanya, lama-lama nama Anies akan jatuh dan koalisi bakal bubar. Balasan Demokrat ini pun dibalas lagi oleh NasDem. Nggak tanggung-tanggung. Yang ngomong Surya Paloh sendiri. Kata Surya Paloh, nggak masalah kalau nggak jadi koalisi. Nggak masalah kalau Anies akhirnya gagal nyapres. Nggak ada beban buat NasDem.
Perkataan Surya Paloh ini jadi berita di media. Rencana koalisi pun disebut menemui jalan buntu. Waduh, bisa-bisa beneran nggak jadi koalisi nih. Demokrat pun berusaha untuk mendinginkan suasana, sambil merayu NasDem untuk merestui AHY sebagai cawapres tentunya. AHY, sang ketum, langsung menemui Surya Paloh. Nampaknya usaha AHY ini membawa hasil. Karena usai pertemuan, Surya Paloh bicara soal memberi restu untuk yang baik-baik. Agak gak jelas sih ya. Namun, media mengartikan itu sebagai pertanda Surya Paloh merestui AHY jadi cawapres Anies. AHY sendiri dengan tegas menyatakan ingin menang di 2024, nggak sekedar hanya ingin jalan bersama dalam koalisi.
Masalah selesai? Ternyata enggak juga. Karena 2 hari kemudian, NasDem tetap saja dengan pendirian awal. Yakni lebih memilih cawapres non partai. Kepada media, Wakil Ketua Umum Partai NasDem, Ahmad Ali menyebut NasDem menghargai nama-nama yang diusulkan Demokrat dan PKS, yakni AHY dan Aher. Namun, itu dinilai NasDem bisa membuat koalisi tidak lagi setara, karena ada yang mau menang sendiri. Loh? Jadi percuma dong ya AHY menemui Surya Paloh.
Nah, melihat situasi yang jadi buntu, mungkin Anies sempat curhat ke Jusuf Kalla (JK) ya. Karena tiba-tiba saja JK ikut bicara soal cawapres-nya Anies. JK menyarankan Anies untuk memilih sosok yang berpengalaman dalam membantu presiden, bukan karena popularitasnya. JK mencontohkan Boediono dan Ma’ruf Amin. Mereka dinilai JK mampu membantu presiden tanpa pernah berkampanye.
Namun saya melihat bahwa perkataan JK juga tidak tegas. Di satu pihak, JK menyebut bahwa elektabilitas itu dinilai dari apakah sosok itu sanggup bekerja atau tidak. Ditambah dengan perkataan JK soal sosok yang tidak perlu populer, seakan JK meminta Anies untuk tidak memilih AHY maupun Aher. Namun, selanjutnya, JK juga menilai bahwa baik AHY maupun Aher itu sama-sama baik. Seakan JK tidak mau disalahkan sama Demokrat ataupun PKS, jika Anies tidak memilih AHY ataupun Aher. Loh?? Anies jadi bingung dong hehehe…
Baik NasDem maupun Demokrat, terlihat defensif dalam merespon saran JK ini ya. NasDem mempertanyakan, kalau tidak populer bisa menang apa enggak? Sementara menurut NasDem banyak pilihan sosok yang populer dan bisa bekerja, sembari menyebut nama-nama seperti Khofifah dan Jenderal Andika. Sedangkan Demokrat, diwakili Andi Arief, bertanya balik ke JK, apakah pembantu presiden dapat mendongkrak suara? Karena yang pernah jadi wakil presiden bahkan presiden pun pernah kalah di pemilu. Oleh sebab itu, popularitas juga penting dalam pemilihan cawapres oleh Anies. Waduh… Anies tambah bingung nih.
Apalagi ada pula analisa yang cukup menyeramkan dari pengamat politik, Pangi Syarwi Chaniago, dari Voxpol Center Research and Consulting. Menurut Pangi, Anies harus berhati-hati sekali dalam memilih cawapres. Karena, kalau salah pilih, sama saja dengan bunuh diri. Lawan politik NasDem, Demokrat dan PKS disebut selalu memantau langkah pemilihan cawapres ini. Dengan kata lain, lawan politik mereka bakal dengan leluasa mencari capres/cawapres yang mumpuni untuk mengalahkan Anies dan cawapresnya. Pangi sendiri akhirnya menyebut siapa yang menurutnya paling ideal mendampingi Anies. Karena dianggap bisa saling melengkapi dan mampu menutupi kelemahan Anies. Siapa hayo? Dia adalah Aher, dari PKS.
Penyebutan nama Aher ini, seakan mengaminkan analisa pengamat politik lain soal PKS. Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, menyebut bahwa PKS mulai sadar bahwa mereka bakal sulit mendapat keuntungan, jika tidak bisa bargaining, ikut nego ya, soal posisi cawapres. Selama ini PKS terkesan diam dan nurut. Kata Adi Prayitno, dulu PKS yakin bahwa siapa pun yang mendeklarasikan pencapresan Anies, maka otomatis pemilih Anies akan ke PKS. Tapi nyatanya, pemilih Anies sekarang mulai hijrah ke NasDem.
Artinya, jika posisi cawapres dipegang AHY, maka PKS tidak akan dapat apa-apa. Oleh sebab itu, PKS makin lama makin keukeuh memperjuangkan agar Aher jadi cawapres Anies. Oleh sebab itu, hari Minggu kemarin, Anies hadir di markas PKS untuk mengikuti acara PKS. Pasti sekalian membahas soal cawapres ini dong ya. Bisa disebut bahwa PKS sedang memamerkan kedekatannya dengan Anies. Pamer sama Demokrat hehehe…
Sementara Anies bingung, NasDem juga kena setrum sedikit. Yakni ketika Luhut Binsar Pandjaitan menanggapi soal pencalonan dirinya oleh NasDem sebagai cawapres Anies. Luhut dengan tegas menolaknya. Katanya sih, Luhut tidak mau memikirkan soal politik lagi. Ya iya lah. Masak jadi wakilnya Anies. Sudah jelas kelihatan gimana kinerjanya di Jakarta. Yang ada nanti Pak Luhut yang kerja keras. Mending sekalian jadi presidennya aja, daripada membantu Anies hehehe…
Dinamika pembentukan koalisi pengusung Anies ini selalu saja menyajikan hal-hal yang menarik ya. Kita bisa melihat tarik menarik antara Anies, NasDem, Demokrat dan PKS, untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, buat diri mereka sendiri. Kalau buat rakyat, gimana kita bisa yakin? Anies yang jelas-jelas nggak bener kerjanya di Jakarta, malah dipilih NasDem sebagai capres. Karena Anies populer, untuk mendongkrak elektabilitas NasDem. Tapi nanti kalau koalisi tidak jadi terbentuk, NasDem sudah siap cari teman lain. Meninggalkan Anies. Nggak ada beban kan katanya?Helmi Felis Offside, Bedakan Antara Dayak Asli dan Dayak Medsos
Salah satu hal yang paling gencar diserang oleh kelompok sakit hati, oposisi hingga kadrun terkutuk adalah masalah pemindahan ibu kota ke IKN, Kaltim. Senang tidak senang, sebenarnya proses pemindahan ini sudah mulai dijalankan. Dimulai dari pembangunan awal di titik nol ibu kota. Bahkan, kalau saya tidak salah dengar, Jokowi optimis perayaan HUT RI ke-79 bisa dirayakan di sana pada 2024.
Sebenarnya pro krontra akan selalu ada dalam sebuah isu besar. Tidak mungkin bisa meraup suara pro hingga 100 persen kecuali yang ditanya hanya beberapa orang saja yang bisa dihitung pakai jari. Rapat kecil satu ruangan saja bisa terjadi silang pendapat dan saling debat. Apalagi ini melibatkan jutaan orang.
Kalau bicara soal Kalimantan, pasti tidak terlepas dari suku Dayak. Di medsos, banyak yang ribut-ribut pro dan kontra pembangunan IKN. Mereka masing-masing memberikan bukti. Ada yang mendukung IKN, ada yang menolak bahkan ada yang menggugat UU IKN.
Tapi saya anggap ini hal biasa. Hanya pro dan kontra yang sering terjadi dalam setiap isu dan kebijakan.
Tapi, dalam politik, isu ini bisa jadi liar di luar kewajaran karena faktor provokasi dan kontroversi yang disebarkan oleh kelompok sakit hati, oposisi dan kadrun.
Tujuan mereka hanya satu, yaitu meributkan masalah ini agar pada akhirnya IKN batal dipindahkan ke Kalimantan. Tujuan mereka hanya itu, meski alasannya dibuat selogis mungkin. Percayalah otak mereka penuh racun, hati mereka penuh toksin kebencian yang sangat berbisa.
Baru-baru ini, Helmi Felis bikin ulah di Twitter, terkait IKN.
"Ada Dayak Asli ada Dayak Medsos Dayak Asli peduli lingkungannya, kalo Dayak Medsos apapun keputusan Jokowi pasti setuju. Yang kemarin setuju IKN itu dayak Medsos," begitu isi cuitannya dengan tautan link berita tentang Suku Daya menolak rencana pemindahan IKN dan ingin referendum.
Rasis gak nih?
Apa maksudnya dayak medsos? Kesan ini negatif dan merendahkan. Seolah mereka tidak tahu apa-apa dan oke-oke saja dengan pemerintah.
Ah, mungkin Helmi Felis ini ingin merasakan apa yang pernah dirasakan oleh Edy Mulyadi yang pernah menyebut Kalimantan sebagai tempat jin buang anak.
Dan di akun Twitter-nya ada banner Amien Rais dan logo Partai Ummat. Saya tidak kaget dengan temuan ini. Toh, Helmi Felis dari dulu juga sudah sering bikin kontroversi seperti ini. Tak ada bedanya dengan barisan sakit hati yang kerjanya selalu teriak untuk meredakan sakit hatinya.
Kembali lagi ke tudingan Dayak Medsos yang disebut Helmi Felis. Ini jelas upaya adu domba dan licik.
Kalau ada yang pro dan kontra, biarlah itu diselesaikan oleh mereka sendiri. Masalahnya banyak provokator dari luar yang ikut mengompori. Dengan alasan bela suku Dayak, alasan bela Kalimantan, alasan bela lingkungan, tapi semua itu cuma dalih untuk memperkeruh situasi. Mereka hanya ingin menggoyang pemerintah.
Helmi Felis offside kali ini. Hanya saja, saya juga pesimis orang ini bakal ditindak. Dari dulu, orang ini tidak ada kapok-kapoknya sama sekali.
Kalau memang pemerintah punya intrik atau niat jahat, tak mungkin melakukan itu di proyek sebesar ini. Semua sudah ada kajian. Alasan dasarnya adalah pemerataan pembangunan. Sekali IKN terbentuk, kota dan wilayah di sekitarnya akan mendapatkan efek dominonya. Ini akan memancing investor untuk membangun Kalimantan yang pada akhirnya mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Sekali lagi, yang pro dan kontra adalah hal biasa. Tapi banyak kelompok terkutuk yang selalu mengadu domba, bahkan rasis dan menjelek-jelekkan saudara sebangsa. Demi ambisi melampiaskan dendam kepada pemerintah, mereka tidak segan main SARA. Merekalah biang keributan sekaligus parasit berbahaya bagi NKRI. Mereka membodoh-bodohi, mengadu domba dan memprovokasi, tidak ada bedanya dengan kelompok penjajah.
Yang benar adalah, ada kadrun asli dan ada kadrun medsos. Kadrun asli otaknya masih fresh, belum pernah dipakai, sulit terlacak. Kalau kadrun medsos suka main medsos tapi selalu bikin hoax, tebar hatespeech dan bikin narasi bodoh. Kadrun medsos itu bodohnya bukan main, otak dipakai tapi seperti tidak punya otak, tetap kelihatan bodoh.
Bagaimana menurut Anda?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/helmi-felis-offside-bedakan-antara-dayak-asli-dan-lcuCqz93FJ
Juga Klik "Mengharap Jadi Presiden" atau Menjadi "Pemimpin Oligarki para Mafia" ???!!!
Klik Cukup "Jualan Agama", maka "Gampang Bodohi" masyarakat, Masa Sih ??!!
KLIK FAKTA atau HOAX kasus CHAT MESUM Habib Riziek dan Firza !!!!!
Klik juga PETUNJUK !!! Jokowi penentu 2024
Klik Resesi Dunia : Berita Luar Negeri
Juga Klik Indonesia Memanggil !!! ... Tapi bukan jadi tahanan KPK ???
Klik juga di "PERANG BINTANG"
Juga Klik Banua Banjar Terkini !!!
Klik 2024 pertarungan Ideologi PANCASILA vs Ideologi Khilafah versi ormas terlarang !!!!!
Juga klik Sukseskan MTQ ke-29 , 10-19 Oktober 2022 di KalSel
Klik BLUNDER atau apa ?
Klik juga MAHSA AMINI & Politik Identitas di Indonesia .... !!!
Klik Ganjar "MELAWAN" Anies ???!!!???
Klik Peran "Mantan kader GOLKAR" tentukan Anies jadi CAPRES
Kaitan dengan mantan kader golkar klik disini
Klik juga "Pander Wara" (Ngomong Doang), gugat ibukota ke Banjarbaru, malah Gugatan dicabut duluan ??!!??
Bukti UAS selalu di Undang di birokrasi KalSel :
- https://apahabar.com/2020/03/tablig-akbar-di-hari-jadi-banjarbaru-pemkot-undang-uas-dan-guru-zuhdi/
- https://apahabar.com/2022/09/uas-ke-banjarmasin-harapan-harjad-ke-496/
- https://www.beritapembaruan.id/2021/11/tiga-tahun-penantian-akhirnya-dai.html
- Video Ustadz Abdul Somad Anti NKRI & Dukung Khilafah, Pengurus HTI Riau
- Ustadz Abdul Somad hina salib kristen
Klik Politik Lagi ???!!!
Juga klik MUSUH Republik Islam Iran & Republik Indonesia "Sama", yaitu "HOAX"
Klik Fokus untuk Daerah Sendiri, karena daerah menjadi Baik dan Benar maka Negarapun menjadi BENAR
KLIK juga Belum 2024 "Sudah Panas", Rakyat Indonesia wajib "MIKIR"
Klik Memahami "Masalah" di KalSel
Juga Klik Turun Gunung atau ???
Klik BJORKA dianggap "PAHLAWAN" atau "PENJAHAT" ..???!!!
Klik 12 September 2022 DEMO bawa-bawa nama Rakyat ???!!!
Juga Klik DEMO bela Rakyat atau BELA para MAFIA ???!!!
Klik juga Indonesia kembali "BERJAYA", masa Jokowi lagi ??
Klik Tuntutan RAKYAT ??? atau Tuntutan yang ditunggangi para MAFIA !!!!!
Juga Klik Pengertian Istilah Baby boomers, X, Y, Z, dan Alpha
Klik juga BERSYUKUR kepada TUHAN SANG MAHA SEGALANYA, Emang yang DEMO sudah BERSYUKUR ???!!!
Klik PAHAMI baru EKSEKUSI !!!!!
Klik juga KACAU atau Apa ??!!
Klik Sayap-Sayap Patah pro DENSUS 88 atau Anda Bela Teroris berbaju Agama !!??
Klik Mahasiswa DEMO terus ??!!! Memang punya SOLUSI?? atau Malah bikin rakyat tambah sengsara !!!!!
KLIK juga KalSel dalam Berita
Juga KLIK Kadrun itu Susah "Move On", Joget pun "SALAH"
Klik ISTANA NEGARA 17an "Ojo dibandingke" VIRAL
Klik Jangan BACA !!!
KLIK di Amien Rais bilang "Gangguan Kejiwaan", ternyata Anaknya "Gangguan Jiwa", benarkah ??!!
Klik Kenapa Pilih Ganjar ?!!!?
Klik Masih tentang ACT dan PKS, MANULIFE hingga BUMN serta Dana CSR
Klik juga ACT & PKS, Ustadz Bechi dan Gubernur Rasa Presiden !!!
Klik juga Mahasiswa "Bela Rakyat" atau "Bela Cukong yang membacking Mahasiswa" ..??!!!
Klik ACT (Aksi Cepat Tanggap) "TERBONGKAR" , VIRAL #JanganPercayaACT
Klik juga VIRAL : Gabung PKS "HARAM" bagi GP Ansor !!!
Klik Super Hero Indonesia "Damaikan Dunia" !!!
Klik LITERASI , apa sih artinya ??
Klik Indonesia & Ukraina : Pertemuan tete-a-tete atau empat mata
Silahkan klik Warga KalSel di "Waluhi OLIGARKI Daerah" atau Oligarki Pusat ?!!!
Klik Jejak Anies dan Intoleransi yang BERBAHAYA untuk Indonesia
Klik juga : Dunia HEBOH ... !!!
Silahkan klik Benturkan Agama !!! buat Cebong dan Kampret Berkelahi dan KADRUN Berjaya !!!
Klik RIBUT
klik juga "VIRAL" Film Lady Of Heaven dan VERSI LONDON (Syi'ah London, Sunni AS, HTI London Dll)
KELEBIHAN Bayar ?? VS Korupsi ... !!!
Klik juga Saatnya Pakai Akal SEHAT, Bukan Pake Kata DUNGU !!!!!!
Klik juga 2024 saatnya seluruh warga Banua Banjar KalSel turun memberikan suara !!!
Klik juga Politisisasi Agama menghasilkan HOAX yang Terpercaya !!!
Warga Banua Banjar 2024 pengen yang Baru di parlemen KalSel !!!!
Foto-foto BEM SI (Badan Executive Mahasiswa Seluruh Indonesia) dan simpatisannya ??!!??
DAYAK VIRAL : #MaafBolehSajaProsesHukumTetapBerjalan !!!!!
Benang Merah DEMO di KalSel !!!
Silahkan klik ini juga : "Operasi
Doktrin Terorisme ukhti FPI" : Muhammad Uhaib As’ad Ketua KAMI Kal-Sel
sebut Rezim Sekarang "Tidak Berbeda" dengan Rezim ORBA ?!!!
Sebagai pelengkap klik ini juga ya : Fraksi PKS & Demokrat "Jangan Buang Badan" - DEMO : Muhammad Uhaib As’ad , Ahdiat Zairullah hingga Rocky Gerung
Info tambahan Klik juga Ade Armando Doa Kebaikan Untukmu : Cuci Otak "Anak Muda" akhirnya apapun SALAH tanpa AKHLAK
yang ini klik Saatnya PERCAYA TUHAN dan Jokowi !!! Demo 11 April 2022, MAHASISWA atau MAHASEWA ??!!!
klik juga ini Demo 11 APRIL : Ustadz Ormas Terlarang HTI di "SANJUNG" di KalSel, ini buktinya !!! Benarkah kader Ormas Terlarang HTI !!!
klik juga ini #JanganMaudiWALUHi
juga ini Foto-foto BEM SI (Badan Executive Mahasiswa Seluruh Indonesia) dan simpatisannya ??!!??
yang ini juga klik #JokowiSelaluSALAH
Jangan lupa klik ini juga Mengenal Wakil Rakyat KALSEL dan Kota Banjarmasin 2019-2024
serta klik ini 2024 : Saatnya Partai baru SUKSES di KalSel hingga Indonesia !!!
https://gusdurian.net/pernyataan-sikap-jaringan-gusdurian-mengutuk-segala-bentuk-kekerasan/
Klik juga videonya dilink dibawah ini :BONGKAR OTAK DALANG AKSI 11 APRIL
Di bantu share agar masyarakat tidak ikut ikutan🙏🙏 Salam Indonesia Damai
Re-post by MigoBerita / Selasa/01112022/12.20Wita/Bjm