» » » Ini Indonesia Bung...!!! Bukan Tafsir Kamu ??!!!

Ini Indonesia Bung...!!! Bukan Tafsir Kamu ??!!!

Penulis By on Selasa, 29 November 2022 | No comments


Migo Berita - Banjarmasin -
Ini Indonesia Bung...!!! Bukan Tafsir Kamu ??!!! Kalau Anda memang merasa Cinta dengan Indonesia, maka berkompetisilah dengan ELEGAN, tetapi tetap bersaudara dan tidak saling menjatuhkan apalagi menusuk dari belakang, Demi Indonesia Maju , terus Adu Ide dan Gagasan Terbaik demi Kemajuan Bangsa Indonesia.

Mujahid 212 Bilang Rakyat Lebih Cinta Rizieq Ketimbang Jokowi

Jokowi hadir di acara Nusantara Bersatu yang digelar di GBK oleh relawan Jokowi, ternyata bikin banyak orang kepanasan. Padahal Jokowi hanya memberikan kode kepada relawan mengenai sosok kerutan di wajah dan rambut putih, tapi banyak yang iri dan dengki. Jokowi tidak sindir siapa pun, tapi mereka kepanasan.

Apalagi kalau acaranya meriah, makin banyak yang tidak rela dan mengumpat.

Jadi ada seorang mujahid 212, yang bernama Damai Hari Lubis. Mau lanjutkan gak nih? Mendengar angka 212, kalian pasti sudah paham ke mana arah pembicaraan ini. Kalian pasti sudah bisa tebak orang ini bakal ngomong apa.

Dia menyebut rakyat lebih mencintai sosok Rizieq ketimbang Presiden Jokowi atau Jokowi.

“Kapasitas Stadion GBK tidak terisi penuh, estimasinya tidak sampai 90 persen dihadiri oleh masyarakat yang mengidentifikasi jati diri mereka sebagai sukarelawan Jokowi,” kata Damai.

Dia menyebut jumlah pendukung Jokowi tidak sebanding dengan simpatisan Rizieq. “Bisa dipastikan, jika dikomparasi terhadap kepulangan HRS pada 10 November 2020, nampak gambaran nyata, para penjemputnya berlipat jumlahnya dari kapasitas Istora Senayan atau GBK,” kata Damai.

Dia menyebut jika pendukung Rizieq diperbolehkan untuk berkumpul dan memakai GBK, maka jumlahnya akan lebih banyak dari sukarelawan Jokowi. “Meski hanya acara siraman rohani, maka estimasinya para pengunjung tidak akan kebagian tempat duduk, diyakini Jalan Sudirman dan Gatot Subroto akan disesaki umat pecinta Rizieq,” kata Damai.

Sudah mual belum? Belum, ya? Saya lanjut lagi. Tahan sedikit lagi.

Dia juga bilang, jika pada Reuni 212 nanti Rizieq bisa hadir dan lokasi yang gelar adalah di GBK atau Monas, maka lokasi akan sangat dipadati para simpatisan. “Bisa jadi halaman Istana (Negara) pun jika dibuka pagarnya akan disesaki massa dan termasuk para penjaja makanan pencari rezeki,” kata dia.

Efek terlalu halu entah habis makan apa.

Kalau Rizieq memang hebat, silakan minta dia ikut pilpres aja. Gak perlu jualan bacot dan kesaktian Rizieq yang sebenarnta tak ada apa-apanya. Rizieq itu pengecut, itu saja sih. Kena kasus chat mesum, langsung lari terbirit-birit dan meminta pendukungnya untuk jadi perisai.

Rakyat lebih suka Rizieq daripada Jokowi, kan? Silakan ikut pilpres, lalu cawapresnya adalah Novel Bamukmin. Dari sisi Novel saja, sudah ada 130 juta suara dukungan. Ditambah lagi suara pendukung Rizieq yang jauh lebih besar. Ini namanya auto menang Pilpres 2024 tanpa perlu digelar pilpres tersebut.

Ini peluang besar, masa dibuang begitu saja? Silakan presentasikan keunggulan Rizieq di depan para petinggi parpol agar bisa diusung sebagai capres.

Percayalah, mereka pasti tertawa sampai terkencing-kencing. Rizieq diusung jadi capres? Sama saja bertaruh dalam pertandingan sepak bola antara bocah ingusan dan timnas senior Brazil dan berharap bocah tersebut menang.

Sudahlah, jangan bodohi publik dengan keunggulan Rizieq yang dipaksakan. Pendukung Rizieq sangat ramai karena semua orang juga tahu mereka itu lebih banyak yang tidak bekerja. Ketimbang duduk diam di rumah, mending ikut aksi. Lumayan lah dapat nasi bungkus. Hemat belasan ribu rupiah.

Kalau ada pekerjaan, mana mungkin bisa seenaknya cuti dan bolos kerja lalu ikut aksi di jalanan. Biasanya cuma pengangguran yang punya banyak waktu untuk iku demo.

Silent majority jauh lebih banyak jumlahnya. Mereka biasanya punya pekerjaan, sibuk dan tak punya waktu ikutan turun ke jalan. Tapi pas pemilu, dukungan mereka akan kelihatan besar.

Kalau Rizieq memang hebat dan sakti, sudah dari dulu parpol bakal antre dan ngemis sambil berlutut di depan Rizieq agar mau jadi capres. Nyatanya tidak ada yang mau mengusung dia. Orang yang waras juga tahu kalau mengusung Anies itu sama saja cari penyakit. Ini sama dengan menyumbang uang secara sukarela tanpa dapat apa pun.

Apa yang dikatakan Damai adalah benar jika yang ditanya adalah kelompok 212. Kalau sampel survei adalah mereka, otomatis Jokowi tidak disukai. Pasti Rizieq yang dianggap sebagai raja kesayangan. Coba kalau sampelnya seluruh rakyat Indonesia, dijamin mereka bakal muntah mendengar nama Rizieq.

Bagaimana menurut Anda?

Mujahid 212 Bilang Rakyat Lebih Cinta Rizieq Ketimbang Jokowi

Sumber Utama :  https://seword.com/politik/mujahid-212-bilang-rakyat-lebih-cinta-rizieq-ODDAHIPDxR

Amburadulnya Manajemen Distribusi Bantuan, Lagu Lama Yang Selalu Dirilis Ulang

Kasus penyobekan/penolakan label dalam tenda bantuan bencana gempa bumi Cianjur menyadarkan bahwa kita masih lemah mengendalikan situasi. Bantuan kepedulian dari segala penjuru datang tanpa diminta, namun kita masih gagal mengatur, mengawasi dan berkoordinasi.

Namun niat baik kemudian menjadi polemik ketika pihak yang peduli, tetapi kurang memahami karakteristik sosial daerah yang tertimpa bencana. Peristiwa penyobekan label gereja yang dilakukan ormas Islam masuk ranah intoleransi. Sesuatu hal yang sangat sensitif terkait hubungan sosial yang sedang berada dalam issue polarisasi.

Bantuan dari manapun dan kapanpun tidak bisa dihentikan hanya karena terjadi kesenjangan keyakinan yang bergulir di lokasi bencana. Aparat setempat bersinergi dengan BNPB dan Basarnas terlalu sibuk mengevakuasi korban, namun lupa mengambil alih kebijakan sistem distribusi bantuan.

Penyaluran bantuan langsung tanpa melewati proses manajemen pelaporan posko pusat pengendalian, sudah terbukti menimbulkan kesenjangan dan fanatisme sosial dampak dari issue polarisasi.

Butuh ketegasan pihak aparat setempat untuk mengawasi unsur-unsur dan kelompok masyarakat menyalurkan bantuan langsung ke lokasi bencana. Kebijakan satu pintu pendistribusian bukan hal yang sulit dilakukan jika tidak ingin kejadian aksi arogansi terjadi lagi. Manajemen distribusi juga sebagai upaya meminimalisir faktor keamanan dan salah sasaran.

Siapa yang akan bertanggungjawab jika bantuan yang langsung diberikan ternyata beresiko. Salah satu contohnya, produk makanan kadaluwarsa yang luput dari pengawasan dan diterima korban justru akan menimbulkan masalah baru. Atau produk makanan tanpa label halal diterima kelompok masyarakat dengan keyakinan tertentu berpotensi menjadi kesalahpahaman.

Ini era dimana komunikasi media sosial menyumbang peran besar aktualisasi sebuah peristiwa. Bantuan diserahkan langsung kepada korban lalu berfoto ria menyertakan spanduk nama asal kelompok donatur. Unggah ke sosmed atau bila perlu media online dengan sedikit kalimat testimoni, menjadi aktifitas yang marak menghiasi timeline media sosial.

Yang kemudian terjadi kita menemukan perbedaan tipis antara sebuah ketulusan kepedulian dengan ekploitasi.

Video pelepasan label gereja di tenda bantuan yang diviralkan cukup menjadi bukti kedahsyatan dunia media online membentuk sebuah opini. Pelaku dengan modus intoleransi hanya bermodal video pendek, tetapi mampu melahirkan kegaduhan seantero negeri.

Bagi mereka tidak penting sumpah serapah atau tepuk tangan berbagai pihak. Tidak peduli pejabat setempat yang bermaksud meredam tetapi justru blunder dengan pernyataan berstandar ganda. Mereka cukup puas dengan menunjukkan eksistensinya, bahwa mereka masih ada dan bisa menciptakan kegaduhan apapun.

Tidak ada yang bisa menduga bencana alam terjadi kapan dan dimana. Dampak yang terjadi kadang lebih besar dari bencana alam itu sendiri, yaitu dampak sosial pasca bencana. Manajemen penanganan pemulihan pasca bencana seharusnya ada pada kendali aparat setempat. Mengendalikan kepanikan tanpa menimbulkan kepanikan baru.

Jangan pernah lengah, kelompok intoleransi selalu menemukan ide kegaduhan saat kita sedang asik bertoleransi. Jika aparat tidak tegas, mereka seakan menemukan mainan baru, yaitu menggunting dalam lipatan sambil menyelam minum air.

Amburadulnya Manajemen Distribusi Bantuan, Lagu Lama Yang Selalu Dirilis Ulang

Sumber Utama :  https://seword.com/umum/amburadulnya-manajemen-distribusi-bantuan-alam-cUZcx6URZb

Capres Pribumi, Yess, Imigran Kadrun Radikal, No

Sebenarnya enggak perlu jadi pengamat politik top markotop untuk memprediksi hasil akhir nasib mantan Gubernur kadrun laknatullah yang dipatuk Google sebagai Gubernur terbodoh dalam sejarah NKRI itu.

Pun, enggak perlu jadi pengamat politik nan tokcer untuk memprediksi nasib NasDrun pada perhelatan copras-capres pada pemilu 2024 mendatang yang dengan segala pedenya menyundul lapisan langit ketujuh mengusung mantan Gubernur Kadrun dalam sejarah NKRI.

Hanya dengan nalar dan logika yang tak perlu ringkih, manusia jahanam nan keji pun paham betul kalau manuver yang dilakukan oleh NasDrun adalah sebuah ketololan yang tertolol dalam sejarah copras-capres NKRI.

Mantan Gubernur terbodoh dalam sejarah itu bukan lawan tanding yang seimbang jika disandingkan dengan Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan kandidat copras-capres lainnya. Bahkan jika dibandingkan dengan Gibran sekalipun masih sangat jauh terpaut levelnya bagaikan langit dan gorong-gorong MRT di Lebak Bulus, Jakarta.

Sengkarut prediksi Surya Paloh yang sembrono itu adalah akibat dari keserakahannya Surya Paloh yang memilih Anies dengan deal-deal tertentu dibelakang layar dengan Jusuf Kalla untuk mengusung manusia haus copras-capres itu menjadi capres.

Namun, akibat kekonyolan Surya Paloh, termasuk namun tak terbatas pada egonya yang sundul langit itu, NasDrun tak memprediksi bahwa mereka bakal kelabakan dan kelimpungan sendiri akibat kengacoan yang tak terkira dari congor mereka yang tidak mampu menghitung secara cermat dan matang kalkulasi politik jika mengusung Anies sebagai capresnya NasDrun.

Dan itu sudah terbukti. Belum apa-apa, deklarasi para pengusung partai tidak menghasilkan kesepakatan apa-apa alias Gatot Al Khototh alias gagal total sampai terkhototh-khototh.

Belum lagi nelongsonya AHY karena diprediksi partai Demokrat bakalan gagal jadi cawapres lantaran si Anies terlihat disetir dari belakang dan dari balik layar untuk menjadikan Gibran jadi Cawapresnya. Tujuan licik mereka jelas, agar didukung all-out oleh Presiden Jokowi dan para pendukungnya yang sejauh ini dikenal sangat militan.

Apa iya semudah itu mantan Gubernur bodoh versi Google itu bisa jadi Presiden jika tetap nekat meminang Gibran jadi Cawapresnya? Ya jelas saja tidak. Presiden Jokowi pasti tidak akan pernah mau menyetujuinya anaknya dijadikan tameng untuk memenuhi hasrat haus copras-capresnya si mantan Gubernur terbodoh dalam sejarah NKRI itu. Pun, karir politik Gibran juga masih panjang.

Begitu pula dengan para relawan Presiden Jokowi sudah pasti bakal ogah mengusung bapak politik identitas yang tukang jual ayat dan ngancam mayat itu menjadi mentamengkan Gibran untuk kepentingan ambisinya Anies semata.

Selain itu, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu sudah mengatur tentang persyaratan usia minimal bagi capres dan cawapres pada Pilpres 2024 mendatang, usia minimal untuk seseorang bisa menjadi capres dan cawapres adalah 40 tahun. Sedangkan Gibran baru berusia 35 tahun. Dari isni saja sudah kelihatan ngaconya mereka yang nafsunya sundul langit itu.

Hal itu terlihat dari nelongsonya Partai Demokrat melalui jongos mereka Andi Arief yang menuntut konsistensi NasDrun untuk tidak memaksakan cawapres buat Anies Baswedan lantaran mencium gelagat bahwa AHY dan Demokrat hanya diperalat oleh NasDrun saja.

Makanya orang tolol pun enggak heran karena bangsa ini belum apa-apa, tapi mereka sudah hiruk-pikuk ribut enggak karu-karuan memperebutkan jatah cawapres. Sebab, jadwal pemilu tuh ya baru dimulai pada bulan September, sementara si Anies ini sudah gentayangan tebar pesona dimana-mana bikin diir macam sudah paling hrbat saja.

Koalisi Perubahan yang terdiri dari NasDrun, DemoDrun, dan PekaDrun itu menunggu bandar politik kardus yang menyantuni dana. Namun saying berjuta saying, bandar belum sepakat, cuan belum cukup terkumpul, 20% pun juga belum terkumpul. Koalisi juga belum jelas, KPU pun masih tutup pintu belum terima pendaftaran, keputusan KPU juga belum ada., ya jelas saja Gatot Alkhototh lah.

Lebih cocok Anies capres, Rocky Gerung cawapresnya supaya cocok merangkai kata agar bisa menakuti negara negara-negara asing dengan argumen-argumen yang penuh imajinasi bermodalkan kata-kata dungu.

Tapi ya begitulah kura-kura tipikal manusia gatal yang sudah sangat kebelet pengen jadi Presiden. Sewa survei sampai berbuih buat sundul elektabilitas dengan cara penggiringan persepsi publik ala kadrun. Kebelet amat, padahal baru calon dari satu partai gurem (Baca: NasDrun).

Ya iya iyalah, percuma saja. Sudah pasti enggak bakalan jelas nasib si mantan Gubernur terbodoh dalam sejarah NKRI itu nantinya. Rakyat melek politik enggak bakal terpengaruh karena sudah paham betul rekam jejak Anies yang sesungguhnya. Yang tololnya para kadrun pendukungnya selalu memuji mantan Gubernur kelebihan bayar, Prestasi minus, surplus ambisi, namun tukang borong penghargaan itu ke dalam ilusi mereka yang tak terperi.

Jadi sudahlah, jangan pernah ngimpi. Bagi saya, capres pribumi, hell yeah. Imigran kadrun fuckin’ radikal, fuck no. Sudah itu saja.

Capres Pribumi, Yess, Imigran Kadrun Radikal, No

Sumber Utama : https://seword.com/politik/capres-pribumi-hell-yeah-imigran-kadrun-radikal-6kgnP70w71

Mengapa Prabowo Mau jadi Menteri Jokowi?

Tensi politik pada tahun 2014 dan 2019 terbilang sangat panas. Karena Pemilihan Presiden (Pilpres) pada tahun tersebut hanya diikuti oleh dua pasang Capres dan Cawapres yakni Jokowi melawan kubu Prabowo.

Pertarungan antara Jokowi dan Prabowo sangat panas terasa sampai ke masyarakat bawah. Bahkan tahu 2019 tahapan Pilpres sampai ke Mahkamah Konstitusi. Waktu itu kubu Prabowo ngotot jika pihak mereka layak menang.

Kekuatan kubu Prabowo dan Jokowi relatif seimbang, sehingga menimbulkan suasana politik yang sangat panas. Kubu Prabowo sangat ngotot dan berjuang sangat keras agar jagoan mereka menang.

Tapi tahun 2019 pula terjadi peristiwa yang di luar dugaan dan mengecewakan. Khususnya bagi pendukung militan Prabowo yang berjuang habis-habisan demi Prabowo RI 1.

Berawal dari pertemuan hangat antara Jokowi dan Prabowo di Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, maka terjadilah kesepakatan. Prabowo Subianto masuk kabinet pemerintahan Jokowi-KH. Maruf Amien menjadi Menteri Pertahanan.

Lalu mengapa Prabowo mau jadi Menteri Jokowi? Pertama, menurut Prabowo, mengatakan dirinya dan Jokowi punya tujuan yang sama, yaitu mengabdi pada Indonesia. Bila memiliki tujuan yang sama, maka lebih baik dilakukan dengan kerja sama.

Prabowo mengatakan banyak terinspirasi dari sejarah perseteruan dua panglima perang asal Jepang, Tokugawa Ieyasu dan Toyotomi Hideyoshi. Menurut Prabowo, kedua panglima perang itu sama-sama memiliki prajurit yang kuat namun memilih berdamai untuk kepentingan yang lebih besar, yaitu Jepang.

Kedua, sepertinya Partai Gerindra dan Prabowo sudah bosan jadi oposisi yang hanya teriak-teriak kritik sana, kritik sini tapi tidak ada yang mendengar. Apalagi masyarakat lebih cenderung melihat dan menikmati kinerja Jokowi daripada mendengarkan kritikan dari oposisi.

Jadi oposisi memang bukan kesalahan tapi tanda kekalahan. Selain itu oposisi tidak mendapat apa-apa, tidak ada jabatan dan kekuasaan. Mereka hanya bisa mengkritik, menyalahkan dengan fakta dan data yang terkadang dipaksakan.

Ketiga, sepertinya Partai Gerindra dan Prabowo mempunyai tujuan jauh ke depan. Mereka sangat sadar jika Jokowi mempunyai pengaruh besar di mata masyarakat. Oleh karena itu dengan menjadi Menteri Jokowi, Prabowo bisa ikut populer, ikut kecipratan citra positif dari Jokowi.

Terbukti dari beberapa kali kesempatan, Prabowo cukup sering berjalan dengan Jokowi dan mendapat sambutan dari masyarakat. Diakui atau tidak Prabowo mendapat endorse dari Presiden Jokowi menuju tangga jalan Pilpres 2024.

Keempat, Jokowi tidak bisa ikut Pilpres lagi oleh karena itu tahun 2024 merupakan kesempatan yang sangat baik bagi Prabowo. Dengan jadi menteri Jokowi, Prabowo bisa menggambarkan jika dirinya mampu menjadi penerus Jokowi.

Prabowo akan dianggap faham betul terhadap keinginan dan kinerja Presiden Jokowi. Sehingga jika jadi Presiden Prabowo akan meneruskan program Jokowi dan menambahkan dengan program yang lebih segar dan bermanfaat.

Mengapa Prabowo Mau jadi Menteri Jokowi?

Sumber Utama :  https://seword.com/politik/mengapa-prabowo-mau-jadi-menteri-jokowi-hYWUkqifBR

Label di Tenda Dirobek, Bukankah Ini Nyata Kristenfobia Yang Ditebar Ormas Pengacau?

Seperti biasa, ketika ada bencana alam, akan ada banyak ormas atau kelompok misi kemanusiaan yang tergerak hatinya untuk datang menolong, entah itu dalam bentuk materi, barang, makanan atau tenaga.

Seperti halnya bencana gempa di Cianjur baru-baru ini. Berbagai kelompok datang membawa bantuan untuk korban terdampak. Tapi untuk kali ini, agak miris, karena begitu banyaknya masalah yang terjadi di sana.

Salah satunya mengenai oknum dari anggota ormas yang mencopot label dari tenda yang didirikan oleh tim aksi kemanusiaan dari Gereja Reformed Injili Indonesia. Dari sini sudah jelas, bahwa ini karena masalah tidak seagama, beda keyakinan.

Bukan cuma itu saja, banyak sekali pungli yang terjadi di beberapa titik dalam perjalanan menuju tempat bencana. Bayangkan, di saat banyak yang butuh bantuan segera, di situlah banyak orang biadab yang memanfaatkan situasi demi kepentingan sendiri.

Sampai-sampai ada satu tim yang terdiri dari rescuer dan tim medis yang kapok dan memilih mundur karena perlakuan dari sekelompok masyarakat yang malah membebani misi kemanusiaan yang mereka jalankan, yaitu banyaknya pungli serta tindakan intoleran terhadap beberapa rekan dengan dalih agama. Padahal mereka datang tanpa simbol dan atribut tapi malah keyakinan dianggap sebagai pembatas.

Miris, kan?

Setelah viral dan ditelusuri, ternyata pelaku perobekan label adalah dari ormas GARIS.

Kalau kalian belum tahu tentang ormas ini, GARIS kepanjangan dari Gerakan Reformis Islam yang didirikan pada 24 Juni 1998. Ormas ini dikenal pernah jadi pendukung Prabowo-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019 lalu.

Mantan Ketua Umum PPP Romahurmuziy pernah mempersoalkan ormas ini. Saat itu. Romahurmuziy yang merupakan anggota TKN Jokowi-Ma'ruf Amin menyentil soal massa terlarang HTI dan GARIS yang mendukung Prabowo-Sandiaga karena ormas ini hadir sejak ijtima ulama 212. Salah satu pimpinan GARIS juga membiayai orang-orang Indonesia agar bergabung dengan ISIS di Suriah.

Ormas ini adalah ormas intoleran pengacau NKRI. Dan sekarang mereka tak bisa bedakan antara misi kemanusiaan dengan agama. Satu pertanyaan buat semuanya, kenapa ormas seperti ini masih eksis dan seakan dipelihara? Bahkan masih sempat-sempatnya mengacau dan merobek label tenda hingga jadi bocor saat hujan deras.

Bahkan Kapolres Cianjur bilang kalau pelepasan label tersebut bukan aksi intoleran. Tendanya masih dipakai dan tidak ditolak, hanya labelnya saja yang dicopot. Dia bilang bantuan itu agar tidak menonjolkan kelompok tertentu, artinya tetap netral yakni sama-sama misi kemanusiaan.

Polisi kok ngomongnya seperti itu ya? Setiap pihak yang memberikan bantuan, mereka dapat dana dari donatur, yang jumlahnya buka satu dua orang, tapi banyak. Sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap donatur, mereka perlu dokumentasi sebagai bukti agar tidak terjadi penyelewengan. Apalagi sekarang ini banyak penipuan atas nama sumbangan dan misi kemanusiaan. Kalau pakai logika waras, memangnya kita mau sumbang ke kelompok yang tak jelas dan tak ada bukti pertanggungjawaban?

Aparat kok ngomongnya seolah lebih takut pada ormas itu? Apalagi ormas tersebut terbukti bikin rusuh dan terafiliasi dengan jaringan terlarang. Dan itupun cuma dipanggil dan yang bersangkutan mengaku takkan mengulangi lagi. Cuma begitu saja?

Bupati Cianjur pun sama saja. Dia bilang gerakan kemanusiaan dari para donatur sebaiknya tidak menonjolkan label tertentu dari kelompoknya. Dia meminta seluruh pihak berfokus pada penanganan kebencanaan dan pemulihan.

Kira-kira kalau kelompok yang memberi bantuan adalah kelompok lain yang, maaf, seagama, apakah labelnya dicopot juga? Mungkin tidak.

Tapi ya sudahlah, ini hanya membuktikan bahwa kelompok-kelompok intoleran sudah mulai sangat mengakar dan menyusup hingga ke akar rumput. Miris, tapi beginilah faktanya. Bahkan dalam pemberian bantuan pun harus dipertanyakan soal agama. Negara ini sudah mulai darurat toleransi.

Dan satu lagi, bukankah Kristenfobia jauh lebih nyata? Melihat label tulisan kristen saja, langsung tertrigger. Melihat simbol salib saja, langsung kepanasan. Memang ini cuma oknum, dari ormas GARIS. Tapi justru keberadaan merekalah yang menyemai bibit intoleransi di negara ini. Suatu saat, kalau terus dibiarkan dan dibebaskan berkembangbiak, lama-lama negara ini akan pecah beneran.

Bagaimana menurut Anda?

Label di Tenda Dirobek, Bukankah Ini Nyata Kristenfobia Yang Ditebar Ormas Pengacau?

Sumber Utama :  https://seword.com/politik/label-di-tenda-dirobek-bukankah-ini-nyata-kQIgGcRMX0

Pemimpin Bangsa Berambut Putih Itu Jangan-Jangan Malah Panda Nababan

Tokoh-tokoh berambut putih sekarang ini sedang naik daun, gara-gara ucapan Presiden Jokowi. Mereka dicurigai sebagai pemimpin bangsa tahun 2024 mendatang. Yang berambisi bisa jadi GR, tapi yang tidak mikir malah jadi tidak enak hati. Lalu kira-kira siapa si “kuda hitam” itu? Jangan-jangan malah Panda Nababan (78) politisi PDIP kepercayaan Megawati, yang pernah jadi anggota DPR dan mantan wartawan Sinar Harapan.

Tahun 1972-1976 di kota Solo ya kotanya Presiden Jokowi, penulis sering melihat pagi-pagi di hari Minggu, sekelompok orang melintasi Jl. Slamet Riyadi, lalu belok kiri ke Jl. Sidomulyo (kini Jl. H. Agus Salim) Purwosari. Mereka para orang tua berusia 60 tahun ke atas, dari Paguyuban Rikma Pethak (PRP). Komunitas para pemilik rambut putih itu bukan cari kesibukan, tapi hanya cari keringat agar tubuh tetap sehat sehingga panjang umur, kalau bisa!

Tidak tahulah, apakah PRP masih ada dengan anggota generasi penerus, tentunya. Yang jelas beberapa hari ini rikma pethak atau rambut putih mendadak naik daun. Gambarnya bertebaran di jagad maya. Lewat program FaceApp foto mudanya tokoh-tokoh penting itu dipermak menjadi jauh lebih tua dengan rambut putih. Ada Puan Maharani, Anies Baswedan, Muhaimin Iskandar, AHY bahkan pemusik Iwan Fals. Justru yang asli berambut putih sebagaimana Gubernur Jateng malah tampil dengan rambut hitam.

Foto Ganjar Pranowo berambut hitam itu diunggah sendiri oleh yang bersangkutan. Mungkin dia tak enak hati karena “kena sindir” Presiden. Hanya tak jelas ini hasil FaceApp atau foto asli Ganjar Pranowo tanpa editan. Bila asli beneran, tentulah sebelum jadi anggota DPR (2004-2013). Sebab setelah masuk Senayan dia selalu tampil dengan kondisi rambut sudah meninggalkan dunia hitam!

Heboh rambut putih bermula dari sambutan Presiden Jokowi saat menghadiri sila-turahmi akbar Gerakan Nusantara Bersatu di GBK Sabtu lalu (26/11). Dikatakannya, ciri-ciri pemimpin yang selalu mikir rakyat itu berambut putih, dahi berkerut-kerut. Betapapun kuatnya pisik seseorang, ketika terus bekerja memikirkan rakyatnya, lama-lama kalah juga pisiknya sehingga rambutnya mulai memutih dan jidatnya pun berkerut.

Siapa sosok berambut putih dan jidat berkerut itu? Seperti biasanya, Presiden Jokowi berkelit dengam mengatakan sosok semacam itu kan banyak, Ada Hatta Radjasa, Ganjar Pranowo dan Prabowo yang juga mulai memutih. “Mau ditafsirkan siapa sosok itu, ya silakan saja.” Kata Jokowi.

Tapi sejumlah pengamat politik dari kampus dan lembaga survey menilai, ucapan Jokowi ini sebagai sinyal kuat dukungan kuat pada Ganjar Pranowo. Di samping hasil survey selalu unggul di atas Prabowo dan Anies, sepertinya hanya dia yang mampu melanjutkan segala progam Jokowi yang harus ditinggalkan mulai Oktober 2024 nanti. Ganjar juga dekat dengan rakyat, tampil bersama wong cilik luwes sekali, tak kelihatan kaku apa lagi njegadhul (cemberut).

Tapi dalam politik sering terjadi hal yang tidak terduga-duga sebelumnya. Dalam memilih calon pemimpin istilahnya biasa disebut kuda hitam, siap mengkal (nendang) tokoh lain yang ramai diunggulkan. Di masa Orde Baru, misalnya Wapres Try Sutrisno, Setelah era reformasi Wapres Boediono dan terakhir KH. Ma’ruf Amin yang sempat disepelekan oleh Ridwan Saidi budayawan Betawi.

Sayangnya kode keras Jokowi ini tak bikin nyaman para elit politik PDIP, misalnya Ketua DPP Said Abdullah. Terutama ketika terlihat seorang relawan bernama Benny Ramdhani sok jagoan siap tempur demi membela Jokowi. Ini jadi mengingatkan pada Citraksi cerita wayang, di mana dia mengaku siap tempur lawan Gatutkaca, tapi begitu ketemu malah wedang-wedangan ala Anies-Gibran di Solo.

Maka Said Abdullah minta Presiden tinggalkan relawannya yang malah mau menjerumuskan. Bagi Jokowi sih, rasah dikandhani (tak usah dikasih tahu) sudah ngerti sendiri. Tapi begitulah resikonya jika Presiden RI hanya direken petugas partai, bukan Megawati Ketum PDIP pun berani ngatur-ngatur Kepala Negara.

Merujuk kode keras Jokowi tersebut, dimunculkan “kuda hitam” seperti Menteri PUPR Basuki Hadimulyono. Bahkan anggota DPR Andre Rosiade dari Komisi V menilai, bisa saja yang dimaksudkan Presiden, rambut putih berkerut itu Basuki Hadimulyono. Sebab dia merupakan Menteri PUPR terbaik sepanjang sejarah RI. Jika ada istilah “Bapak Pembangunan” ya Pak Basuki lah orangnya. “Bahaya nih, bisa jadi kompetitor Pak Prabowo.” Kelakar Andre Rosiade.

Pakar Mantan Mas Alifurrahman juga mengendors Basuki Hadimulyono dengan sejumlah argumentasi. Sebagai menteri dua periode, dia menjadi sangat dekat dengan Presiden Jokowi. Jika Ganjar Pranowo ketemu Presiden jika ada event-event penting di Jateng, Basuki Hadimulyono pasti ketemu Jokowi di setiap rapat kabinet dan peresmian berbagai proyek infrastruktur di Indonesia.

Tapi kira-kira Basuki Hadimulyono apa mau? Sebagai sosok pejabat karier bukan politisi, dia tahunya kerja, kerja, kerja…., tak mau tahu dengan politik. Indikasinya, HP saja hanya Nokia jadul seri 105, yang hanya bisa untuk SMS dan telepon. Mungkin ini disengaja, agar tidak dilobi-lobi politisi lewat WA dan videocall. Apalagi menjadi presiden, urusan politik harus menjadi makanan sehari-hari.

Tapi ada sosok rambut putih yang terlupakan, politisi PDIP yang merupakan orang dekatnya Megawati. Dialah Panda Nababan, yang pernah jadi anggota DPR RI beberapa periode sejak 1999. Politisi PDIP kawakan sejak kelahirannya. Pernah menjadi wartawan Sinar Harapan dan Media Indonesia, dan segudang pengalaman lainnya yang bisa dilihat di Wikipedia.

Meski pernah masuk penjara 17 bulan gara-gara kasus cek pelawat pemilihan Deputi Gubernur Senior BI Miranda Gultom (2004), Megawati tetap mempercayakan dirinya sebagai Ketua DPD PDIP Sumut. Alasan Mega, Panda Nababan didzolimi lewat peradilan sesat. Karena dia tak terbukti menerima cek Rp 1,45 miliar. Dan hingga sekarang si rambut putih tetap loyal pada partai.

Jangan-jangan si rambut putih Panda Nababanlah yang jadi “kuda hitam” Capres PDIP. Anda tidak percaya karena tak masuk akal? Silakan saja, namanya juga jangan jangan……yang penting kan bukan jangan lodeh. Apa lagi, jangan lu deh!

Pemimpin Bangsa Berambut Putih Itu  Jangan-Jangan Malah Panda Nababan

Sumber Utama :  https://seword.com/politik/pemimpin-bangsa-berambut-putih-itu-jangan-jangan-QLTXmsdCUV

Tunjukkan Watak Aslinya, Jangan Pilih Orang yang JK Endorse!

Pak JK ini awalnya saya kira adalah orang yang patut dihormati. Dia menjadi wakil presiden 2 periode dengan pemimpin yang berbeda. Dua tipe kepemimpinannya pun berbeda.

SBY yang terkenal dengan proyek mangkrak, dan Joko Widodo yang merupakan pekerja keras.

Dua periode berbeda di dua pemimpin, membuat saya cukup kagum awalnya sama orang ini.

Artinya dia bisa mengesampingkan pandangan politik dan arah kubu politik di tengah-tengah keadaan politik bipolar yang ada saat itu.

Dia menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan wajar. Ada kesaahan selama dia jadi wakil presiden, ya normal-normal saja lah. Mana ada orang yang selalu sempurna sih kecuali mantan pacar dengan kenangan manis yang tak pernah kita lupakan?

Dia mengakhiri jabatannya di era SBY dengan maju jadi calon presiden. Meskipun dia tidak menang, setidaknya dia tidak ngamukan kayak Prabowo yang impulsif dan mungkin punya kelainan emosi.

Akan tetapi, Jusuf Kalla di akhir jabatannya saat bersama Presiden Joko Widodo di periode pertama 2014-2019, mulai menunjukkan sifat dan watak aslinya.

Pria asal Sulawesi dengan pemahaman agamanya yang patut dipertayakan, sengaja mengendorse Anies ke Prabowo.

Saat itu, tidak banyak yang tahu, bahwa JK sepertinya sedang mencoba untuk memasukkan permainan politik identitas. Dia saat itu menjabat sebagai ketua DMI. Potensi pembodohan berkedok agama di Indonesia sangatlah tinggi.

Jadi orang itu gampang dibodoh-bodohi oleh agama, ayat dan mayat. Dan Prabowo menyetujui untuk memasukkan Anies Baswedan ke pilkada DKI Jakarta 2016 silam.

Akhirnya, Ahok yang rekam jejaknya begitu moncer mentereng mantul sampai tek-tok pun, harus kalah.

Politisasi rumah ibadat menjadi sangat marak dan mengerikan. Di sana JK diam.

Sebagai wapres, dia harusnya bisa menggunakan kuasanya untuk menghentikan panasnya politik SARA yang mengorbankan bukan hanya Ahok, tapi Djarot Saiful Hidayat.

Bayangkan saja, Bapak Haji Djarot sampai diusir dari rumah ibadat. Dan JK saat itu ke mana? Tidak banyak komentar dan cenderung sepi.

Dan tak lama dia mangkat dari posisinya, dia mengundang pemuka agama kontroversial ke istana wapres. Namanya Zakir Naik.

Jangan dipelesetkan ya namanya, nanti jadi ngilu kalau kena serang. Haha.

Zakir Naik adalah pemuka agama yang masuk ke daftar hitam penceramah yang radikal oleh India, dengan dugaan penggelapan dana.

Baru-baru ini, JK pun bikin statement yang membuat rakyat Indonesia sama-sama kesal. Dia mengatakan Ahoker kenapa masih saja marah dan pendendam, padahal Ahok sudah lama kalah.. Ya jelas marah!

Marah karena rumah ibadat yang suci kok dijadikan tempat paling najis dengan tolak solatkan jenasah pendukung Ahok? Ya marah! Karena politik identitas merusak DKI dengan kehadiran Anies, endorsan JK. Jangan pilih Anies karena JK yang endorse!

Tunjukkan Watak Aslinya, Jangan Pilih Orang yang JK Endorse!

Sumber Utama :  https://seword.com/politik/tunjukkan-watak-aslinya-jangan-pilih-orang-yang-ZwVBQWJII7

Sangu 83,78 Triliun dan Harapan APBD 2023 Lebih Amanah di Tangan Heru Budi

DPRD dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diberitakan telah menyepakati Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2023 sebesar Rp83,78 triliun. Angka ini hanya bertambah sekitar Rp1,2 triliun jika dibandingkan dengan APBD 2022 ketika Anies-Riza masih bercokol sebagai DKI-1 dan DKI-2, yang sekaligus menjadi tahun terakhir masa jabatan mereka.

Rapor penggunaan APBD selama lima tahun terakhir di bawah rezim Anies sebagai gubernur, rasanya lebih banyak kontroversinya daripada berita positif dan hasil yang dapat dirasakan oleh warga Jakarta secara keseluruhan.

Ada tiga program utama yang akan dikebut selama Jakarta dipimpin oleh Pj Gubernur Heru Budi Hartono adalah pengendalian banjir, penanganan kemacetan, dan antisipasi dampak dari penurunan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2023, yang sangat mungkin terdampak oleh resesi global.

Makanya, hampir separuh dari APBD DKI Jakarta 2023, tepatnya 41,27 persen akan difokuskan untuk tiga program prioritas tadi, yang kalau dirupiahkan bisa lebih dari 30 triliun rupiah.

Angka yang fantastis jika dilihat dari nominalnya, tapi mungkin akan sangat merepotkan Heru Budi buat mengalokasikan dengan tepat, karena Pemprov DKI Jakarta masih harus berurusan dengan program pada masa Anies memerintah yang meski tampaknya tertulis tapi mungkin realitas di lapangan nol besar, seperti program pengendalian banjir yang praktis mendeg sejak Anies memerintah, terutama program pengerukan sungai yang mamdeg.


Bicara soal sangu 83 triliunan rupiah itu, harapan besar disematkan ke pundak Heru Budi, dengan hasil yang ingin secara nyata dilihat tak hanya oleh warga Jakarta, juga warga di luar Jakarta yang seperti wait and see menantikan nasib penanganan banjir dan pembangunan di Jakarta pada 2023 nanti.

Saya pun termasuk menantikan terobosan apa yang akan terjadi setelah APBD ada di bawah kendali penuh Heru Budi untuk dikelola dengan sebaik mungkin. Maklum, saya sempat mencoret Jakarta sebagai daerah yang ingin atau perlu saya kunjungi, karena saya tak melihat ada yang menarik sejak Anies terkesan lebih banyak berfoya-foya dengan uang rakyat, termasuk buat membiayai gaji puluhan anggota TGUPP dan berbagai proyek yang terkesan fantastis tapi amburadul itu.

Jangan lupakan warisan utang rezim Anies saat proyek Formula E yang semula diklaim untung besar, malah kabarnya masih menyisakan utang yang kudu diselesaikan dengan cara membayar, bukan dengan kata-kata manis dan sopan belaka.


Jadi, kita doakan agar Heru Budi bisa amanah dengan sangu 83,78 triliun rupiah, yang hasilnya bisa dirasakan manfaatnya oleh seluruh warga DKI Jakarta, bukan untuk membayar balas budi kepada siapa pun demi memenuhi ambisi politik seperti yang pernah terjadi.

Sangu 83,78 Triliun dan Harapan APBD 2023 Lebih Amanah di Tangan Heru Budi

Sumber Utama :  https://seword.com/politik/sangu-8378-triliun-dan-harapan-apbd-2023-lebih-BrHHuMLEG6

Luar Biasa! Semoga Jakarta Mencontoh Program Bobby Yang di Medan

Bobby belum jadi Gubernur namun sudah menorehkan prestasi untuk rakyat. Bagaimana nanti kalau sudah jadi Gubernur?

Beruntunglah warga Medan yang punya walikota seperti Bobby. Kini, Warga Kota Medan hanya perlu menunjukkan kartu tanda penduduk (KTP) jika ingin berobat di sejumlah rumah sakit yang menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan di Kota Medan. Program ini keren banget kan? Sangat pro rakyat.

Meskipun Bobby tidak putih rambutnya semua dan wajahnya tidak mengkerut, ia tetap memikirkan rakyat. Tak perlu menunggu rambut memutih dan wajah mengkerut buat peduli pada rakyat.

Program berobat secara gratis tersebut akan berlaku mulai per tanggal 1 Desember 2022, wah sudah tidak lama lagi. Lusa ya.

Tak terdengar gembar-gembor pencitraan, Bobby langsung menghentak dengan program yang sangat menguntungkan rakyat. Adakah warga Jakarta yang baca artikel ini setuju jika Bobby jadi Gubernur Jakarta nanti? Tulis di kolom komentar ya. :-)

Jadi jangan tanya dan bandingkan dengan pemimpin atau calon pemimpin lain yang selevel Bobby atau di atasnya sedikit, seperti misalnya membandingkannya dengan orang-orang yang sudah menjabat Gubernur.

Ridwan Kamil? Selama menjabat Gubernur Jawa Barat. Bagaimana program-programnya? Apakah sudah sangat menguntungkan rakyat?

Ganjar Pranowo? Selama menjabat Gubernur Jawa Tengah. Bagaimana juga kinerjanya? Apakah benar-benar sudah membuat rakyat merasakan manfaat kehadiran seorang pemimpin?

Khofifah? Selama menjabat Gubernur Jawa Timur, apa saja yang dilakukannya? Apakah hari-harinya dilalui selama ini adalah untuk rakyat? Untuk membuat rakyat mendapatkan hak-haknya?

Dan tentu saja tak ada yang bisa melupakan mantan Gubernur DKI Jakarta yang masih mendapatkan julukan Gubernur Terbodoh versi mesin pencari dan versi warga non-Kadrun. Siapa lagi kalau bukan Anies Baswedan.

Garis besar prestasi Anies adalah Bapak Politik Identitas. Orang yang berhasil jadi Gubernur karena dukungan dari kaum intoleran. Orang yang berhasil mengalahkan Gubernur Berprestasi dengan jualan ayat dan mayat. Sehingga Jakarta selama masa kepemimpinan Anies, nol prestasi alias Nihil.

Anies hanya pandai berkata-kata dan itulah yang bisa diandalkannya. Jadi memang percuma saja menuntut Anies bisa bekerja untuk rakyat. Maka sangat dungu dan bodohlah orang-orang yang masih mengharapkan Anies memimpin Jakarta atau bahkan Indonesia. Indonesia akan hancur jika sampai Anies berhasil menggantikan Jokowi. Apakah pemirsa rakyat Indonesia rela dan mau dipimpin sama Anies?

Kembali pada prestasi Bobby di Medan. Sebenarnya apa yang dilakukan Bobby ini hampir mirip dengan program Ahok di DKI di masa lalu. Ahok sangat menginginkan warga DKI merasakan kehadiran negara, merasakan kehadiran pemerintahan DKI dengan berbagai program yang sangat menguntungkan rakyat. Mulai dari akses kesehatan gratis hingga hunian yang layak, rumah susun yang murah dan terawat.

Namun, begitu Anies yang licik itu berkuasa, semua program-program yang pro rakyat itu amblas. Warga Jakarta kembali stagnan, apalagi wabah covid menyerang, Anies jadi punya alasan untuk menyalah-nyalahkan orang lain.

Untunglah sekarang Anies sudah kelar, dan semoga Bapak Heru yang menggantikan Anies itu bisa segera mewujudkan kinerjanya demi rakyat yang sudah lama menderita.

Slogan “Maju kotanya bahagia warganya” yang pernah digembor-gemborkan Anies, ternyata cuma slogan bau kentuk. Ternyata selama Anies menjabat, banyak warga Jakarta yang stres berat. Selama Anies menjabat, Jakarta tidak maju-maju amat. Adapun pembangunan yang sedang berjalan, itu adalah sisa-sisa periode sebelumnya, atau bahkan proyek dari pusat kan?

Maka jangan heran jika dulu banyak orang tertawa ketika menyaksikan Anies meresmikan tiang listrik. Lalu saat mengatakan bahwa kaki manusia adalah alat transportasi, banyak yang gemes ingin sekali menaboknya.

Selama Anies memimpin, Jakarta tidak maju, warganya pun tidak banyak yang bahagia, justru semakin stress karena banyaknya kadrun yang gemar berdemo dan membuat jalanan jadi macet. Warga kadrun paling bising dan brisik beragama. Bukannya agama menjadi penetram, justru malah membuat stres dan prustasi karena ulah si Kadrun.

Kadrun itu sangat jelas kebodohannya. Sudah tahu Anies tidak memberi manfaat bagi warga Jakarta malah masih mendukungnya mati-matian, bahkan digadang-gadang akan maju di arena pilpres. Kayaknya si om Brewok masih suka kalau kadrun ini tetap saja dungu, karena dengan begitu masih bisa jualan agama di pentas politik nasional. Iya kan Om?

Anies dan para kadrun memang tidak punya malu. Anies terus pencitraan dan melabelkan diri sebagai gubernur yang berprestasi, faktanya? Asem dah. Nihil prestasi Anies.

Kadrun ini termasuk juga makhluk yang paling zolim nan durjana. Sebenarnya Kadrun ini tahu bahwa Anies telah mengabaikan kepentingan warga Jakarta. Bahkan ketika Formule-E yang bukan janji kampanye Anies itu dilaksanakan, para Kadrun diam saja. Padahal program kesehatan untuk rakyat itu yang sangat penting. Seharusnya program yang seperti Bobby lakukan di Medan itu dilaksanakan juga di Jakarta.

Jadi sebagai warga Jakarta, saya membutuhkan pemimpin yang mendahulukan kepentingan rakyat. Kepentingan rakyat yang paling fundamental itu adalah kesehatan. Jika warga sehat maka stres dan prustasi bisa dikurangi sehingga warga bisa bahagia, jika warga bahagia maka kota bisa maju dan terus berkembang, produktif dengan lancar.

Jika Jakarta sudah berkurang kadrunnya, psikologis warga bisa stabil, sehingga tidak perlu ribut-ribut soal keyakinan dan perbedaan. Betul kan?

Jadi sudah cukuplah Jakarta mengalami kepahitan di bawah kepemimpinan Anies yang hanya jualan ludah daripada kinerja. CUKUP SUDAH! SEMOGA ANIES TIDAK LOLOS NYAPRES.

Luar Biasa! Semoga Jakarta Mencontoh Program Bobby Yang di Medan

Sumber Utama :  https://seword.com/politik/luar-biasa-semoga-jakarta-mencontoh-program-bobby-aIhRIPfYKs

Aksi Reuni 212 Makin Menciut Hampir Padam, Tak Jadi Gelar di Monas

Aksi Reuni 212 tinggal menunggu hitungan hari. Apakah aksi tersebut jadi digelar? Tampaknya memang jadi digelar, tapi fixed skalanya makin lama makin menciut seolah sudah ngos-ngosan, hampir padam tapi masih memaksakan diri demi tampil eksis biar tidak dianggap sudah punah.

Sekretaris Majelis Syuro PA 212 Slamet Maarif memastikan mereka tak menggelar Reuni Aksi 212 di sekitar Monas. Sebagai gantinya, mereka akan menggelar reuni di Masjid Agung At-Tin, Jakarta Timur dengan tajuk 'Indonesia Berselawat'.

"Sebetulnya kalau isi acara sama setiap Reuni diisi dengan tahajud, subuh berjemaah, zikir, munajat, selawat serta tausiah. Hanya berbeda tempat tahun ini," kata Slamet.

"Awalnya kita berharap di Masjid Istiqlal, tapi pihak Istiqlal tidak berkenan. Sehingga kita pilih alternatif lain yaitu Masjid At-Tin," kata dia.

Alasan mereka menggelar Reuni Aksi 212 itu di Masjid At-Tin karena mencermati situasi pandemi Covid-19 belakangan ini.

Percayakah kalian dengan alasan ini? Kemarin-kemarin rasanya tidak terlalu peduli dengan pandemi. Sekarang tiba-tiba bijak menyikapi Covid-19 yang sebenarnya sudah tidak terlalu mencekam lagi dibandingkan tahun lalu.

Mereka juga mengaku mendengarkan masukan dari berbagai ulama yang menyarankan acara tersebut di gelar di masjid. "Semoga dengan diadakan di Masjid kita lebih khusyuk dalam mengetuk langit untuk keselamatan NKRI," kata Slamet.

Baguslah mereka tidak lagi turun ke jalan dan bikin macet jalanan dan bikin stres pengguna jalan. Kalau bisa adakan acara ini ke tempat terpencil saja, silakan kalau mereka mau bebas teriak. Tak ada yang akan terganggu.

Tapi kalau kita berkaca pada aksi ini, yang makin lama makin menciut, tentu ada alasannya. Mereka sebenarnya maunya tetap di Monas karena Aksi 212 ini sangat identik dengan Monas. Makanya saat ini nama Monas agak mendapatkan stigma buruk. Mendengar kata Monas, yang teringat di pikiran kita adalah demo berjilid-jilid dari kelompok penjual agama, bukan lagi sebagai ikon wisata Jakarta. Ikon Monas dinodai oleh mereka.

Mungkin Monas tidak lagi diizinkan untuk acara-acara tak jelas seperti itu. Saat mantan gubernur seiman masih berkuasa, mereka merajalela dan mendapat angin segar. Sekarang dia sudah tidak ada, lagipula dia berusaha cuci tangan ingin menjauh dari kelompok ini demi membersihkan noda kotor yang melekat pada dirinya.

Faktor lainnya mungkin terkait sponsor. Sponsor mungkin merasa aksi ini sudah tidak seru dan fenomenal. Aksi ini tidak bisa mendatangkan cuan secara politik. Makanya makin lama aksi ini seperti kurang darah. Dulu ngakunya 7 juta orang ikut aksi 212, sekarang hanya tersisa ribuan orang saja. Terlebih lagi tokoh utama, si Rizieq masih punya kontrak hukum dengan pemerintah hingga 2024. Dia berani tampil, apalagi memprovokasi, maka Rizieq akan kembali berurusan dengan hukum, dengan konsekuensi yang lebih berat.

Lagipula aksi ini tidak menyasar siapa pun. Dulu aksi ini menyasar ke Ahok dan targetnya jelas. Saat ini mau targetkan siapa? Jokowi? Ah, mereka sudah capek teriak suruh Jokowi turun dari jabatannya, tapi tetap tidak mempan. Teriakan mereka tidak lagi mujarab. Ibarat orang sakit kepala, teriakan mereka ibarat selevel air putih yang tak berefek apa-apa. Wajar kalau sponsor sudah mulai nyerah.

Artinya, kalau mereka gelar aksi Reuni 212 di rumah ibadah, bisa dipastikan jumlahnya hanya ribuan saja. Baguslah, setidaknya tidak lagi bikin heboh dan riuh. Sudah sepantasnya acara ini redup dan padam. Apa-apa direunikan. Mungkin mereka inilah yang paling sering bikin reuni. Reuni alumni sekolah dan kampus saja tidak tiap tahun. Tapi mereka bisa tiap tahun.

Satu pertanyaan yang mungkin menggelitik pikiran kita semua. Apakah mantan gubernur seiman itu akan hadir? Kalau menurut prediksi saya, dia takkan berani datang. Capek-capek cuci bersih noda politik identitas, malah datang lagi ke sana. Ini namanya cari penyakit. Tapi kalau pun dia datang, ya baguslah. Itu membuktikan kita mudah memutuskan siapa yang layak dipilih dan tidak layak dilirik saat Pilpres 2024 nanti.

Semoga saja aksi ini punah selamanya. Tak ada gunanya sama sekali. Bikin semak jalanan.

Bagaimana menurut Anda?

Aksi Reuni 212 Makin Menciut Hampir Padam, Tak Jadi Gelar di Monas

Sumber Utama :  https://seword.com/politik/aksi-reuni-212-makin-menciut-hampir-padam-tak-dcTGRUY1lQ

Relawan di Cianjur Mundur Tertib Gegara Pungli dan Dalih Agama, Radikalisme Bawa Petaka!

Relawan untuk gempa Cianjur sekarang mulai mundur tertib dan enggan menolong para korban di sana, perihal banyak yang terkena pungli di tengah jalan. Dihentikan lalu diambil bantuan-bantuannya. Ini adalah hal yang salah sekali.

Tapi yang tidak kalah goblognya dengan pungli, para relawan kesal dan kecewa karena mereka dianggap kafir. Bantuan berlogo gereja disobek.. Mereka mengklaim bahwa Tuhanlah yang akan cukupi lewat umat-Nya. Jadi secara implikasi, minoritas bukan merupakan umat Tuhan?

Bukan hanya itu, para pendukung Anies yang goblog pun mengatakan bantuan dari helikopter di langit pun dianggap kurang ajar karena dilempar dari atas. Gini aja deh… Apa orang-orang Cianjur kita biarkan saja berjuang sendiri, karena perjuangan menambah kekuatan? Hahaha.

Saya kira, ini menjadi sebuah preseden buruk dan bukti jelas valid ring satu bahwa Jawa Barat masih sangat radikal dan tidak toleran alias merupakan bibit terorisme? Sudah jelas kita melihat ada keterkaitan antara Jawa Barat, partai penguasa di sana dan juga intoleransi yang mengarah ke radikal.

Jawa Barat yang dikomandoi oleh Ridwan Kamil sebagai gubernur, menjadi provinsi yang dikenal dengan banyaknya intoleransi dan radikalisme. Beberapa kejadian yang berbau radikalisme, intoleransi dan merusak kebebasan beragama, terjadi di Jawa Barat.

Sarang intoleransi di Jawa Barat rasanya membuat mereka jadi nggak bisa bertumbuh dan sulit maju. Sulit maju karena masih ada stigma-stigma agama yang melekat di sana.

Nggak bisa bertumbuh karena mereka menjadi provinsi yang tidak memberikan ruang lepas bebas kepada para pemeluk agama lain yang memang secara data fakta adalah minoritas.

Beberapa hari ini Cianjur sedang sulit. Rakyatnya sedang susah dan butuh bantuan baik dari tempat tinggal, pakaian, selimut, tenda, makanan dan dukungan moral sosial. Tapi ada saja oknum-oknum berjubah korban bencana, merusak tatanan dan cara penyaluran bantuan.

Bukan hanya menghadang kendaraan bantuan, mereka juga bawa-bawa dalil agama. Ormas agama pun diturunkan untuk menyobek logo gereja yang akhirnya bikin tenda itu rusak karena bocor. Apa kita biarkan mereka sengsara aja ya?

Tapi akhirnya, kemanusiaan lah yang menang dan kami tetap bantu kalian secara material maupun dukungan moral. Padahal bantuannya barang loh, bukan penginjilan. Karena kami yakin dengan injil, masyarakat Cianjur banyak yang bakalan pindah agama. Hehe.

Kenapa sih ada saja ormas-ormas perusak NKRI yang ada di sana? Bukan hanya merusak tatanan kebangsaan, para korban terancam nggak dibantu sama relawan juga loh karena para relawan jengah sama ulah radikalisme, intoleransi yang adalah bibit terorisme.

Semoga saja ada relawan yang tetap membantu mereka, meski yang lain banyak yang mundur tertib. Bisa dipahami kenapa para relawan marah dan kesal sama ulah oknum Garis dungu yang dianggap bukan aksi intoleransi sama Bupati dan Kapolres. Geli lah.

Relawan di Cianjur Mundur Tertib Gegara Pungli dan Dalih Agama, Radikalisme Bawa Petaka!

Sumber Utama : https://seword.com/umum/relawan-di-cianjur-mundur-tertib-gegara-pungli-dan-XmROhlGxVB

Intoleransi di Jawa Barat Masih Saja Terjadi, Kira-Kira Kapan Sembuhnya?

Setara Institute pernah merilis hasil survei dan menyebut Jawa Barat sebagai provinsi paling intoleran di Indonesia. Hasil survei ini lantas disusul dengan menyebut daerah Depok, masih di Jawa Barar, sebagai daerah setingkat kabupaten/kota madya yang menempati posisi puncak soal predikat intoleran dalam ruang lingkup yang lebih kecil.

Temuan ini jangan diabaikan karena berasal dari ruang lingkup kecil inilah suatu daerah yang lebih besar dapat terpengaruh, lalu tanpa terasa dikenal sebagai daerah dengan kasus intoleran yang mengkhawatirkan.

Temuan Setara Institute ini saya yakin bukan rekaan, melainkan hasil temuan fakta di lapangan. Pada 2015 silam Setara Institute bahkan menyebut sedikitnya 7 dari 10 daerah dengan toleransi paling buruk, yang diborong oleh tujuh daerah di Jawa Barat yakni Bogor, Bekasi, Depok, Bandung, Sukabumi, Banjar dan Tasikmalaya.

Bogor dan Bekasi bahkan jadi dua kota yang dinilai tingkat toleransinya paling buruk pada masa itu. Lantas sekitar 2019 keluarlah predikat Jawa Barat sebagai provinsi paling intoleran, yang mana kondisi ini sudah berlangsung selama 12 tahun beruntun.


Fakta ini sempat dibantah oleh Wagub Jabar saat ini, seperti diulas pula oleh Denny Siregar dalam ulasan khasnya di "2045 TV" yang berjudul Ormas Intoleran di Cianjur, meski sayangnya ending dari Bang Denny kali ini kurang nampol karena malah menyarankan kalau memberi bantuan sebaiknya tidak usah menyebut nama, dengan mengutip ungkapan yang kalau disederhanakan berbunyi:

"Kalau tangan memberi, tangan kiri tidak usah tahu."

Apa yang barusan terjadi, lalu viral mengenai pencopotan stiker di tenda bantuan, bahkan saya juga melihat kemarin di beranda IG saya ada lembaga pemberi bantuan yang pamitan karena anggotanya mengalami aksi intoleran saat membantu korban gempa Cianjur, seharusnya membuka mata masyarakat bahwa daerah Jawa Barat tidak sedang baik-baik saja.

Namun mungkin, tak ada yang bisa diharapkan terlalu banyak dari pemimpin daerah yang saat ini memimpin. Apalagi jika benar anggapan bahwa kelompok atau ormas keagamaan terkesan dibiarkan karena akan berguna saat ada pemilihan buat mendulang suara supaya menang, ya bisa jadi rame kalau setelah menjabat lantas keberadaan ormas atau kelompok keagamaan ini diusik.


Jadi, entah kapan daerah ini tingkat intoleransi warganya bisa turun secara signifikan, karena menghilangkan intoleransi kan mustahil juga. Musibah yang dianggap sebagai cobaan untuk melihat reaksi hati maupun sikap, malah direspons sebagian orang dengan aksi yang jauh dari simpatik, malah terkesan sombong.

Jika hasil survei yang kita bahas itu akurat, kita hanya bisa berharap semoga masih ada kesempatan bagi daerah ini untuk berubah, lalu menjadi lebih ramah dan menyadari bahwa keberagaman di Indonesia adalah suatu anugerah, yang patut disyukuri karena membuat negeri ini indah dan nyaman untuk ditinggali.

Bukan sekadar disinggahi, lalu kapok dan bersumpah takkan pernah ke sana lagi karena mengalami perlakuan yang tidak mengenakkan. Semua bisa dimulai dari sikap dan ketegasan pemimpin daerahnya, lalu diharapkan bisa menular ke seluruh elemen masyarakat. Semoga lekas sembuh ya...!

Intoleransi di Jawa Barat Masih Saja Terjadi, Kira-Kira Kapan Sembuhnya?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/intoleransi-di-jawa-barat-masih-saja-terjadi-kira-tHYiHkcsDI

Alotnya Kasus Korupsi di Tubuh Militer

Korupsi atau mengungkap kasus korupsi sejauh ini hanya terjadi di ranah sipil. Adapun di wilayah militer, urusan begini dianggap tabu, ibarat membicarakan aib yang menurut agama pun tidak sesuai norma. Yang menjadi persoalan, jika seorang militer telah purna tugas, bukankah dia dikembalikan ke lingkungan sipil, sehingga yang semula dianggap tabu oleh militer, hal itu tidak lagi berlaku.

Meskipun cara berpikir kita sangat kental dengan isu tabu dan kesakralan kelompok tertentu, seharusnya ada batasan yang bisa ditarik, hal mana yang terlarang dan mana yang diperbolehkan. Barangkali secara tersurat hukum militer tidak secara tegas memuat isu tabu tadi, masalah terbesarnya adalah jiwa korsa mereka sangat kuat dan masih terjaga dengan ketat di sana.

Article Article Article

Terlepas benar atau tidaknya keterangan seorang pengacara, publik tampaknya harus menerimanya sebagai sah secara hukum, bahwa kliennya memang tidak terlibat, kecuali fakta lain bisa diungkap di forum berbeda, termasuk jika jaksa tipikor tergerak menelisiknya.

Indonesia Police Watch (IPW) mendesak Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa menjelaskan alasan lembaganya menghentikan penyidikan dugaan korupsi pengadaan helikopter Augusta Westland (AW)-101. Dalam perkembangan penyidikan, Puspom TNI menetapkan penambahan satu tersangka lagi. Mereka adalah Marsma FA, Kolonel FTS, Letkol WW, Pelda S, dan Marsda SB. Di saat yang sama, KPK juga menyidik perusahaan swasta penyedia barang. PT Diratama Jaya Mandiri dengan Direktur Utara Irfan Kurnia Saleh ditetapkan sebagai tersangka pada 2017.

Publik barangkali harus memahami bahwa ada etika militer yang bagi kalangan sipil tidak memahaminya. Meskipun di dunia militerpun tidak tertulis dalam doktrin atau sumpah prajurit, sebagaimana kita mengenal warisan budaya verbal di wilayah awam, militer memiliki spirit yang sama.

“Diberhentikannya penyidikan perkara dugaan korupsi pengadaan helikopter AW-101 oleh Puspom [Pusat Polisi Militer] TNI terhadap lima orang tersangka dari unsur TNI. Orang nomor satu di TNI itu telah mempelajari kasusnya,” kata Ketua IPW Sugeng Teguh Santoso melalui keterangan pers. Sebagai lembaga negara, Sugeng menuturkan bahwa TNI juga harus tunduk pada prinsip-prinsip hukum sehingga penjelasan kepada publik adalah obligasi yang melekat pada TNI. “Apalagi dana pembelian pesawat heli AW-101 adalah dbiayai dari pajak yang dibayarkan oleh publik,” ucapnya. Tentu kepercayaan kita kepada tradisi militer, adalah factor relatif yang ada kecualinya, khususnya jika berkenaan dengan kasus korupsi. Semoga hal yang sama juga dipahami oleh kalangan militer, khususnya Panglima TNI.

Alotnya Kasus Korupsi di Tubuh Militer

Sumber Utama :  https://seword.com/umum/alotnya-kasus-korupsi-di-tubuh-militer-UVxGLlI6lN

Pelajaran dari Cianjur, Membantu Tanpa Pamrih

Gempa yang melanda Cianjur, Jawa Barat tidak hanya membuat kita prihatin memikirkan nasib ribuan warga yang jadi korban. Mereka harus mengungsi karena rumah rusak parah. Dan warga dalam kondisi seperti ini memang hanya mengharapkan uluran tangan dari pihak lain, semisal pemerintah, atau siapa pun yang tergerak memberikan bantuan atas nama kemanusiaan dan solidaritas.

Dalam situasi seperti ini banyak pihak yang segera datang memberikan bantuan, dengan beragam motivasi. Umumnya yang didrop ke lokasi adalah sandang pangan selimut dan obat-obatan. Pihak-pihak yang memberikan bantuan bisa saja secara pribadi, lembaga, atau pemerintahan.

Partai politik (parpol)? Jangan ditanya lagi, mereka berlomba menyalurkan bantuan. Itu bagus dan memang sudah seharusnya. Tapi umumnya mereka membantu sembari menonjolkan atribut partainya. Maka di mana-mana berdiri bendera parpol yang memberikan bantuan. Bila perlu, kemasan atau bungkus barang-barang itu pun bergambar logo parpol.

Miris memang jika menyaksilkan fenomena seperti ini, sebab sudah sulit membedakan apakah sikap membantu ini murni atau aji mumpung? Sambil menyelam minum air. Membantu warga sambil berkampanye. Kemudian mereka menyebar narasi bahwa pemberian bantuan itu dilakukan dengan tulus ikhlas.

Bukan hanya parpol yang datang mengerahkan bantuan, organisasi keagamaan pun berbondong-bondong datang ke lokasi, mendirikan posko. Selain bantuan berupa sembako, sandang dan obat-obatan, ada yang menyertakan tim medis untuk memberikan pengobatan secara langsung kepada para warga pengungsi.

Semua indah dan bagus adanya, jika saja aktivitas membantu itu tidak diembel-embeli dengan menonjolkan merk logo atau nama organisasi, lembaga atau partai. Sebab jika identitas ditonjolkan di sana, sehingga semua orang tahu tentang apa dan siapa yang memberikan bantuan, itu namanya bukan lagi ikhlas. Memberi tanpa pamrih, itulah yang disebut ikhlas.

Tentang ikhlas memberi, ada kalimat bijak: “Jika tangan kananmu memberi jangan sampai diketahui tangan kiri”. Maksudnya berikanlah bantuan dengan senyap tanpa perlu diketahui oleh siapa pun. Inilah namanya ikhlas. Murni demi kemanusiaan.

Gempa Cianjur yang situasinya masih ramai itu, semakin heboh pula dengan adanya insiden yang seharusnya tidak perlu terjadi di masa-masa genting dan mengutamakan rasa solidaritas di antara sesama manusia. Ini menyangkut perusakan atau pencopotan label atau nama sebuah organisasi gereja (sinode) yang mendirikan posko sebagai basis barang-barang bantuan mereka.

Di video yang viral, memang jelas seseorang mencopot stiker yang bertuliskan nama yang diduga merupakan organisasi gereja yang tertempel di atas sebuah tenda. Reaksi pun bermunculan di mana-mana. Sebagian besar netizen menyesalkan dan mengutuki oknum yang melakukan tindakan tak terpuji itu.

Diduga bahwa si pelaku itu berafiliasi pada kelompok agama tertentu yang alirannya tidak ramah, alias intoleran. Bagi kelompok ini, agama lain memang sesuatu yang harus diharamkan, apalagi jika berada di tanah (kampung) mereka. Maka mereka tidak suka ketika ada relawan yang datang membantu para korban sambil memamerkan identitas agama (gereja).

Uniknya, mereka hanya merobek atau menghilangkan identitas si pemberi bantuan itu, namun tampaknya tidak sampai merusak barang bantuan yang kemungkinan berada dalam kemah itu. Bila mereka tidak menginginkan barang-barang bantuan, mestinya sudah dirusak saja sekalian bersama tendanya itu, bukan?

Dan inilah salah satu potret kemunafikan itu. Mereka cuma mau barangnya tapi mengharamkan orang atau kelompok yang memberi bantuan itu. Jika dikasih uang mungkin mereka mau terima juga sekalipun si pemberi itu dianggap sebagai haram, kafir atau bahkan najis.

Tapi bagaimanapun juga, tindakan mereka itu sudah tidak tepat sebab seolah tidak ingin mengakui eksistensi atau keberadaan pihak yang sudah berkorban jauh-jauh datang dari tempat lain hanya untuk memperlihatkan kepedulian pada sesama yang sedang kesusahan.

Namun selalu ada pelajaran yang bisa dipetik dari perilaku yang tidak baik itu. Misalnya, mereka itu bisa saja kita anggap sedang memberikan pelajaran bagi kita supaya memberikan sesuatu tanpa harus memperlihatkan jati diri kita. Sebab kalau sengaja meninggalkan jejak atau muka, itu sama dengan pamrih. Ibarat parpol atau caleg yang memberikan bantuan sambil mengibarkan bendera di mana-mana, tujuannya sudah tidak murni membantu.

Maka ke depan, ada baiknya setiap bantuan yang datang ke lokasi bencana tidak perlu mencantumkan nama atau label yang memperlihatkan siapa pemberinya. Seluruh bantuan didrop saja ke lokasi tanpa nama atau identitas.

Kepada oknum-oknum yang merobek identitas organisasi gereja tersebut di atas, sebaiknya juga menyobek saja nama atau bendera identitas si pemberi bantuan ke korban gempa Cianjur tersebut, supaya terlihat adil.

Pelajaran dari Cianjur, Membantu Tanpa Pamrih

Sumber Utama :  https://seword.com/umum/pelajaran-dari-cianjur-membantu-tanpa-pamrih-uMTL4IsN7N

Ternyata Gampang Bagi Jokowi Membuktikan Demokrat Itu Penakut!

Kalau saya jadi lawan politik Presiden Jokowi, maka saya akan sangat berhati-hati. Saya nggak akan belagak kayak jagoan. Gertak sana gertak sini. Saya juga nggak akan sok menyindir, sok menyentil. Karena yang namanya Jokowi itu pasti punya cara untuk membalas segala gertakan, sindiran, dan sentilan dengan telak. Parahnya lagi balasan dari seorang Jokowi itu bakal terlihat oleh mata publik. Masih ingat kan soal sandal biru yang diduga merupakan bentuk sindiran dari Presiden Jokowi ke arah Demokrat dan SBY? Itu sudah lama ya, kejadiannya pada tahun 2016.

Article 

(Beritasatu.com)

Apa kata Presiden Jokowi soal sandal biru itu? Beliau mengaku katanya suka yang biru. Ini bisa diartikan bahwa Presiden Jokowi tidak takut sama lawan politiknya yang identik dengan warna biru. Kemudian Presiden Jokowi menceritakan bahwa sandal yang dibelinya di sebuah mall di Balikpapan itu sedang diskon besar. Yakni 50 persen tambah 20 persen. Jadi harganya murah. Ini seperti menyebut lawan politiknya itu nilainya sangat murah atau rendah di mata Jokowi. Dan yang terakhir, tentu saja, letak dari sandal itu, yakni di kaki. Ini sih gak perlu dianalisa secara mendalam ya. Sudah jelas sekali. Letaknya di kaki dan diinjak-injak. Paham dong ya…

Beberapa waktu lalu seorang politisi senior PDIP, Panda Nababan, menceritakan contoh lain ketika Presiden Jokowi membalas lawan politiknya dengan telak. Jadi ceritanya itu terjadi pada tahun 2014, ketika Jokowi tengah berlawanan dengan Prabowo dalam kontestasi pilpres. Saat itu Prabowo sempat bertemu dengan Luhut Binsar Pandjaitan dalam sebuah acara makan bareng. Kemudian Prabowo bertanya pada Luhut, ngapain Luhut membantu tukang andong itu, nggak mungkin menang itu. Demikian perkataan Prabowo merujuk ke Jokowi. Lalu apa balasan Jokowi terhadap perkataan Prabowo? Setelah berhasil menang dan kemudian dilantik menjadi Presiden RI, Jokowi naik andong dari Semanggi ke Istana Merdeka. Panda menyebut Presiden Jokowi naik andong selama 3,5 jam keliling-keliling. Agar Prabowo melihatnya kalau lagi menonton tv, maka Prabowo akan melihat seorang “tukang andong” yang telah berhasil mengalahkannya.

Begitulah sebagian cara Presiden Jokowi dalam berkomunikasi. Sebagian ya, nggak selalu. Nggak selalu memakai simbol. Kadang ada pula yang tanpa simbol, langsung beliau sampaikan, semi-frontal gitu ya. Seperti meminta agar partai politik tidak sembrono memilih capres. Ini disampaikan beliau di depan publik, ketika berpidato di dalam acara HUT Golkar pada bulan Oktober lalu. Lalu diulangi lagi ketika beliau berpidato di HUT Partai Perindo pada awal bulan ini. Yang suka mengikuti berita politik pasti sangat paham, kepada siapa sebenarnya sindiran itu diarahkan. Akhirnya NasDem dicuekin kan ketika merayakan HUT-nya.

Nahh… Sepertinya, makin ke sini, Presiden Jokowi makin jarang memakai simbol-simbol dalam berkomunikasi. Makin frontal gitu ya. Lebih banyak diucapkan, baik ketika lawannya ada di depan beliau, maupun tidak ya. Ada kesan garang atau sangar yang makin terlihat ya. Mungkin karena para lawan politiknya ini yang makin kurang ajar. Yang nggak kapok-kapoknya memakai politik identitas. Yang tidak mau melawan radikalisme dengan terang-terangan. Bahkan ketika ada teroris yang ditangkap pun mereka tidak mau mengakuinya dan malah teriak kriminalisasi dan islamofobia. Pembangunan infrastruktur yang dikebut oleh Presiden Jokowi malah dikerdilkan, seakan nggak ada manfaatnya buat rakyat. Yang diributkan selalu malah soal utang luar negeri dan tenaga kerja asing. Belum lagi para pendukungnya yang demen banget bikin hoaks. Jadi wajar ya, jika dalam perkembangannya, Presiden Jokowi ini makin ke sini makin terkesan garang.

Tentu saja, kegarangan itu, tidak harus selalu dalam bentuk ekspresif. Ada kalanya “kail”, “umpan” dan “catur” perlu dimainkan. Nahh… Ini yang saya kira terjadi di balik pernyataan-pernyataan Presiden Jokowi yang jadi berita dalam beberapa hari ini. Yang beliau nyatakan di depan ratusan ribu relawan di Stadion GBK. Ketika beliau bicara soal pemimpin yang mikirin rakyat kelihatan dari mukanya, yang banyak kerutan. Dan atau rambutnya yang putih. Tapi kalau wajahnya bersih, tidak ada kerutan, hati-hati.

Saya kira, Presiden Jokowi bukannya memberikan kode, yaitu siapa yang beliau dukung jadi capres 2024. Namun, sebaliknya, justru memperingatkan publik, untuk berhati-hati pada tokoh-tokoh yang mengklaim dirinya bakal jadi pemimpin yang bagus. Tapi kenyataannya, mereka ini tidak punya kemampuan dan kesungguhan jadi pemimpin. Seperti yang wajahnya mulus, terawat, kayak iklan skincare Korea. Padahal yang namanya pemimpin itu mestinya sudah biasa turun ke lapangan, dalam kondisi panas maupun hujan. Boro-boro pakai skincare, waktunya bakal habis buat mikirin rakyat.

Oleh sebab itu, Presiden Jokowi juga memaparkan pembangunan yang telah dicapai di seluruh pelosok negeri ini. Terutama pembangunan infrastruktur, yang sangat bermanfaat bagi aktivitas ekonomi rakyat. Presiden Jokowi menekankan bahwa pembangunan di era beliau tidak lagi terpusat di Pulau Jawa, melainkan sampai ke seluruh pelosok Indonesia. Sementara di era sebelumnya kan nggak gitu.

Presiden Jokowi juga sempat menyebut Mandalika sebagai contoh hasil pembangunan. Katanya dulu Mandalika itu sempat sepi, karena tidak ada infrastruktur pendukung menuju ke lokasi tersebut. Tapi setelah ada sirkuit MotoGP, Mandalika jadi titik pertumbuhan ekonomi. Bagaimana Mandalika di era sebelum Presiden Jokowi. SBY pernah meresmikan Mandalika, pada tahun 2011. Bahkan sudah dengan perincian biaya sekitar Rp 27 triliun. Itu kan 2011 ya, artinya masih lama juga hingga masa jabatannya berakhir. Tapi kan enggak jadi-jadi itu rencana. Hanya di era Presiden Jokowi, akhirnya bisa diwujudkan secara nyata.

Nahh… dari sini sebenarnya sudah kelihatan, sentilan-sentilan Jokowi itu. Oleh sebab itu, pasca pernyataan Presiden Jokowi, kita bisa melihat bagaimana ributnya Partai Demokrat, bagai cacing kepanasan. Para politisi Demokrat seakan berlomba-lomba untuk menyerang balik Presiden Jokowi.

Andi Arief sepertinya jadi yang paling banyak melontarkan serangan ya. Menyebut, presiden mengerahkan massa itu artinya dikejar bayangan sendiri. Menyebut Presiden Jokowi memasuki fase lemah dan mulai ditinggalkan partai dan rakyat. Juga mengunggah video AHY sambil mencuitkan pesan agar AHY menjaga kesehatan, tidak perlu beruban dan muka berkerut mengurus rakyat. Hingga menyebut Presiden Jokowi memasuki fase “Bebek Lumpuh”, karena mengerahkan relawannya di Stadion GBK.

Selain Andi Arief, ada pula Jansen Sitindaon, yang menyebut kriteria “rambut putih” yang disebut Jokowi itu tidak rasional. Katanya maju semua yang rambut hitam dan bahkan yang tidak berambut sekalipun. Lalu ada Herzaky Mahendra Putra yang menyebut pemimpin itu tidak dilihat dari penampilan fisik atau pencitraan seolah dekat dengan rakyat. Melainkan dari rekam jejaknya.

Lah, kok pada ribut ya hehehe… Presiden Jokowi sekedar bilang rambut putih dan muka berkerut. Kok yang menanggapi seakan melihatnya sebagai sebuah tindakan yang menyerang lawan? Yang berambut putih dan mukanya berkerut kan banyak. Nggak hanya satu atau dua orang saja. Kok merasa terganggu sekali? Seakan Presiden Jokowi menyentil AHY yang mukanya bebas kerutan dan rambutnya masih hitam? Emang AHY punya kualifikasi sebagai pemimpin di luar kandang? Sudah pernah jadi pejabat publik? Kok ujug-ujug mau nyapres? Hehehe…

Sebutan “Bebek Lumpuh” dari Andi Arief itu pun terdengar kocak ya. Presiden Jokowi yang selalu dielu-elukan rakyat, di mana pun beliau berada. Presiden yang berhasil menjembatani berbagai kepentingan negara-negara G20 dalam masa tersulit. Yang mengundang rasa hormat dari berbagai pemimpin dunia. Yang tidak pernah mau didikte oleh kepentingan negara asing. Yang sudah merebut banyak aset dari cengkeraman asing. Yang terkenal keras kepala, tidak pernah menyerah dan tidak punya rasa takut terhadap negara-negara adidaya yang punya kekuatan nuklir. Kau sebut “Bebek Lumpuh”? Ayo adu nyali, kalau berani. Kita bisa bandingkan rekam jejak SBY dengan Jokowi. Masak mau dibandingkan sama AHY?

Keributan itu justru jadi bukti akan adanya ketakutan yang sangat besar dari Demokrat terhadap seorang Jokowi. Takut kalau pengaruh Presiden Jokowi yang besar itu nanti pada 2024 bakal jadi roda penggerak yang bisa memberikan kemenangan pada saingan AHY, gitu kan? Takut kalau Presiden Jokowi nanti benar-benar akan menyebut nama capres yang beliau dukung. Karena efeknya pasti sangat besar. Melihat banyaknya relawan yang hadir mendukung Jokowi. Padahal itu belum semuanya lho. Relawannya Pak Jokowi itu lebih dari isi stadion GBK.

Adalah Wasekjen Partai Demokrat, Irwan, yang memberikan pernyataan, yang seakan membenarkan ketakutan ini. Menyebut dukungan Presiden Jokowi ke capres 2024 itu tidak etis. Membandingkan dengan SBY yang dulu katanya bersikap netral menjelang pemilu 2014. Meminta Presiden Jokowi membebaskan rakyat untuk memilih pemimpinnya. Emang pernah Presiden Jokowi memaksa rakyat dalam berdemokrasi?

Semua terserah rakyat kok. Dengan pembangunan yang masif ini, Presiden Jokowi justru sedang memeratakan penyebaran teknologi dan informasi. Agar semua rakyat punya kesempatan yang sama dalam mencari dan mendapatkan informasi yang benar. Agar rakyat makin cerdas. Ya jangan salahkan Presiden Jokowi dong, kalau rakyat sekarang lebih melek informasi. Tinggal pakai Google, sudah bisa tahu tentang sejarah Hambalang yang mangkrak dan jadi ajang korupsi. Apalagi yang di pelosok rakyat itu malah jadi saksi utama, gimana dulu pembangunan tidak pernah sampai ke mereka. Dan sekarang baru sampai di era Presiden Jokowi. Kesaksian ini pun bisa mereka bagikan di medsos. Yang bisa mencapai publik se-Indonesia, bahkan dunia. Wajar kan kalau rakyat mendukung Jokowi? Itu kan yang ditakutkan? Ok, gaes, jangan lupa like-nya dan subscribe channel Seword TV. Kura-kura emang juara!

Ternyata Gampang Bagi Jokowi Membuktikan Demokrat Itu Penakut! 

Sumber Utama :  https://seword.com/politik/ternyata-gampang-bagi-jokowi-membuktikan-demokrat-jXUJTpkteb

Juga Klik Saran Membangun tidak mesti menjadi CALEG, bisa aza menjadi Penasehat CALEG !!!

Klik #Pilihyang PlayingVictim : Ada apa dengan NasDem cs dan Anies ??!!

Klik Jangan Pilih GANJAR PRANOWO !!! Alasannya ???

Klik Bangga jadi Indonesia : NEXT penerus Jokowi Siapa?

Klik juga Dunia "Tipu-tipu"

Klik juga Siapa yang jadi "Bandar Oligarki" pada 2024

Klik juga Pilih Mana? Kerja-kerja-kerja atau Kata-kata-kata 

Klik Ada apa dengan "Banjarmasin", koq "Tidak Baik-baik Saja" ??!!??

Klik Akhirnya Jokowi "MUNDUR" : KadRun cs "Senang" ??!!??

Klik Siapa bilang kita "BENCI" anies dan "CINTA" Ganjar, yg dicari PENERUS Jokowi !!!

Klik juga ANDA WARAS !!! Pemilik Tanah (Palestina) harus "BERBAGI" dengan Penjajah (Zionis Israel) dan ini yg disebut "SOLUSI DUA NEGARA"

Klik Saatnya "KadRun" berjaya di Indonesia 

Klik juga Kerajaan Arab Saudi Wahabi Salafi : Maulid Nabi "DiLarang", Halloween "DiPerbolehkan" ??? 

Klik Memilih Pemimpin itu seperti ANIES ???!!!

Klik KEBOHONGAN atau Fakta

Juga Klik "Mengharap Jadi Presiden" atau Menjadi "Pemimpin Oligarki para Mafia" ???!!!

Klik Cukup "Jualan Agama", maka "Gampang Bodohi" masyarakat, Masa Sih ??!! 

KLIK FAKTA atau HOAX kasus CHAT MESUM Habib Riziek dan Firza !!!!! 

Klik juga PETUNJUK !!! Jokowi penentu 2024

Klik Resesi Dunia : Berita Luar Negeri

Juga Klik Indonesia Memanggil !!! ... Tapi bukan jadi tahanan KPK ???

Klik juga di "PERANG BINTANG" 

Juga Klik Banua Banjar Terkini !!!

Klik 2024 pertarungan Ideologi PANCASILA vs Ideologi Khilafah versi ormas terlarang !!!!! 

Juga klik Sukseskan MTQ ke-29 , 10-19 Oktober 2022 di KalSel

Klik BLUNDER atau apa ?

Klik juga MAHSA AMINI & Politik Identitas di Indonesia .... !!!  

Klik Ganjar "MELAWAN" Anies ???!!!???

Klik Peran "Mantan kader GOLKAR" tentukan Anies jadi CAPRES

Kaitan dengan mantan kader golkar klik disini

Klik juga "Pander Wara" (Ngomong Doang), gugat ibukota ke Banjarbaru, malah Gugatan dicabut duluan ??!!??

Bukti UAS selalu di Undang di birokrasi KalSel :

- https://apahabar.com/2020/03/tablig-akbar-di-hari-jadi-banjarbaru-pemkot-undang-uas-dan-guru-zuhdi/

- https://apahabar.com/2022/09/uas-ke-banjarmasin-harapan-harjad-ke-496/ 

- https://kalsel.antaranews.com/berita/323021/jamaah-padati-dakwah-subuh-uas-di-masjid-agung-al-anwar-marabahan

- https://www.beritapembaruan.id/2021/11/tiga-tahun-penantian-akhirnya-dai.html 

- Video Ustadz Abdul Somad Anti NKRI & Dukung Khilafah, Pengurus HTI Riau

- Ustadz Abdul Somad hina salib kristen

Klik Politik Lagi ???!!! 

Juga klik MUSUH Republik Islam Iran & Republik Indonesia "Sama", yaitu "HOAX"

Klik Fokus untuk Daerah Sendiri, karena daerah menjadi Baik dan Benar maka Negarapun menjadi BENAR 

KLIK juga Belum 2024 "Sudah Panas", Rakyat Indonesia wajib "MIKIR"

Klik Memahami "Masalah" di KalSel

Juga Klik Turun Gunung atau ???

Klik BJORKA dianggap "PAHLAWAN" atau "PENJAHAT" ..???!!!

Klik juga Koq Tarif PDAM BISA NAIK ??? padahal dari 52 Kelurahan, cuma 8 Kelurahan yang SETUJU itupun "Bersyarat"

Klik 12 September 2022 DEMO bawa-bawa nama Rakyat ???!!!

Juga Klik DEMO bela Rakyat atau BELA para MAFIA ???!!!

Klik juga Indonesia kembali "BERJAYA", masa Jokowi lagi ??

Klik Tuntutan RAKYAT ??? atau Tuntutan yang ditunggangi para MAFIA !!!!!

Juga Klik Pengertian Istilah Baby boomers, X, Y, Z, dan Alpha

Klik juga BERSYUKUR kepada TUHAN SANG MAHA SEGALANYA, Emang yang DEMO sudah BERSYUKUR ???!!!

Klik PAHAMI baru EKSEKUSI !!!!!

Klik juga KACAU atau Apa ??!!

Klik Sayap-Sayap Patah pro DENSUS 88 atau Anda Bela Teroris berbaju Agama !!?? 

Klik Mahasiswa DEMO terus ??!!! Memang punya SOLUSI?? atau Malah bikin rakyat tambah sengsara !!!!!

KLIK Ustadz Abdul Somad sang "Ustadz Kontroversial" kembali diundang Kepala Daerah di KalSel WARNING!! Politik Identitas Bermain, Benarkah??!! 

KLIK juga KalSel dalam Berita

Juga KLIK Kadrun itu Susah "Move On", Joget pun "SALAH" 

Klik ISTANA NEGARA 17an "Ojo dibandingke" VIRAL 

Klik Jangan BACA !!! 

KLIK di Amien Rais bilang "Gangguan Kejiwaan", ternyata Anaknya "Gangguan Jiwa", benarkah ??!!

Juga Klik Citayam Fashion Weeks : Koperasi 212 "penampung" Dana ACT..!!! Benar kah ini ???!!! Pendukung Anies & JIS gimana??

Klik Kenapa Pilih Ganjar ?!!!?

Klik Masih tentang ACT dan PKS, MANULIFE hingga BUMN serta Dana CSR

Klik juga ACT & PKS, Ustadz Bechi dan Gubernur Rasa Presiden !!!

Klik juga Mahasiswa "Bela Rakyat" atau "Bela Cukong yang membacking Mahasiswa" ..??!!!

Klik ACT (Aksi Cepat Tanggap) "TERBONGKAR" , VIRAL #JanganPercayaACT 

Klik juga VIRAL : Gabung PKS "HARAM" bagi GP Ansor !!!

Klik Super Hero Indonesia "Damaikan Dunia" !!!

Klik LITERASI , apa sih artinya ?? 

Klik Indonesia & Ukraina : Pertemuan tete-a-tete atau empat mata  

Silahkan klik Warga KalSel di "Waluhi OLIGARKI Daerah" atau Oligarki Pusat ?!!!

Klik Jejak Anies dan Intoleransi yang BERBAHAYA untuk Indonesia

Klik juga : Dunia HEBOH ... !!!

Silahkan klik Benturkan Agama !!! buat Cebong dan Kampret Berkelahi dan KADRUN Berjaya !!!

Klik RIBUT

klik juga "VIRAL" Film Lady Of Heaven dan VERSI LONDON (Syi'ah London, Sunni AS, HTI London Dll)

KELEBIHAN Bayar ?? VS Korupsi ... !!! 

Klik juga Saatnya Pakai Akal SEHAT, Bukan Pake Kata DUNGU !!!!!! 

Klik juga 2024 saatnya seluruh warga Banua Banjar KalSel turun memberikan suara !!!

Klik juga Politisisasi Agama menghasilkan HOAX yang Terpercaya !!! 

Warga Banua Banjar 2024 pengen yang Baru di parlemen KalSel !!!!

Dosen UNISKA yang terkesan Bela Edy Mulyadi dkk "Hina Kalimantan" bukan mewakili Anak Kalimantan dan DAYAK !!! 

Foto-foto BEM SI (Badan Executive Mahasiswa Seluruh Indonesia) dan simpatisannya ??!!??

DAYAK VIRAL : #MaafBolehSajaProsesHukumTetapBerjalan !!!!! 

Benang Merah DEMO di KalSel !!!

Silahkan klik ini juga : "Operasi Doktrin Terorisme ukhti FPI" : Muhammad Uhaib As’ad Ketua KAMI Kal-Sel sebut Rezim Sekarang "Tidak Berbeda" dengan Rezim ORBA ?!!!

Sebagai pelengkap klik ini juga ya : Fraksi PKS & Demokrat "Jangan Buang Badan" - DEMO : Muhammad Uhaib As’ad , Ahdiat Zairullah hingga Rocky Gerung

Info tambahan Klik juga Ade Armando Doa Kebaikan Untukmu : Cuci Otak "Anak Muda" akhirnya apapun SALAH tanpa AKHLAK

yang ini klik Saatnya PERCAYA TUHAN dan Jokowi !!! Demo 11 April 2022, MAHASISWA atau MAHASEWA ??!!! 

klik juga ini Demo 11 APRIL : Ustadz Ormas Terlarang HTI di "SANJUNG" di KalSel, ini buktinya !!! Benarkah kader Ormas Terlarang HTI !!!

klik ini Yang Batu Siapa ? Yang Tangan Siapa ? Apakah ormas Terlarang HTI dan FPI masih menggurita & "Mencuci otak" warga KalSel 

klik juga ini #JanganMaudiWALUHi

juga ini  Foto-foto BEM SI (Badan Executive Mahasiswa Seluruh Indonesia) dan simpatisannya ??!!??

yang ini juga klik #JokowiSelaluSALAH 

Jangan lupa klik ini juga  Mengenal Wakil Rakyat KALSEL dan Kota Banjarmasin 2019-2024

serta klik ini 2024 : Saatnya Partai baru SUKSES di KalSel hingga Indonesia !!!

klik juga Kalau PKS (Partai Keadilan Sejahtera) "Tumbang" dalam PEMILU 2019 akankah GARBI menjadi "Penggantinya" ??!!  

https://news.detik.com/berita/d-6028229/jenguk-ke-rs-grace-natalie-ungkap-kondisi-terkini-ade-armando

https://gusdurian.net/pernyataan-sikap-jaringan-gusdurian-mengutuk-segala-bentuk-kekerasan/

https://banjarmasin.tribunnews.com/2021/03/27/la-nyalla-mattalitti-dinilai-habib-banua-layak-jadi-presiden-ini-pertimbangannya  

Klik juga videonya dilink dibawah ini :

BONGKAR OTAK DALANG AKSI 11 APRIL

Di bantu share agar masyarakat tidak ikut ikutan🙏🙏 Salam Indonesia Damai

Re-post by MigoBerita / Rabu/30112022/11.55Wita/Bjm

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya